independence in the management of both groups in the management of group, the determination of the dialogue group meeting, and the substance of the dialogue group meetings. Passivity is what closes the opportunity for members of the women themselves and to develop personal qualities that will be an impact on improving the welfare and development of the members and the group Tani Lestari Indah. Keywords : women’s empowerment, human resource development, revenue, participation, self-reliance, passivity xiv INTISARI Sebagai perusahaan besar, PT. Badak NGL memiliki kewajiban dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sesuai dengan yang terdapat dalam regulasi yang mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang tertuang dalam UU PT No 40 th 2007 pasal 74 dan Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Pada tahun 2012 PT. Badak NGL mendapatkan penghargaan Proper Gold dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam usaha Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Community Development berupa program pemberdayaan masyarakat dengan upaya pengembangan budidaya mangrove pada Kelompok Tani Lestari Indah. Kelompok ini merupakan mitra binaan PT. Badak NGL yang memfokuskan pada pemberdayaan bagi anggota kelompok dalam upaya kesejahteraan anggota melalui usaha produktif konservasi Mangrove yang sebagian besar merupakan anggota perempuan. Berdasar pada penghargaan Proper Gold tahun 2012 kepada PT. Badak NGL dalam program pemberdayaan masyarakat dalam usaha budidaya mangrove, penelitian ini berusaha mengetahui sejauh mana program konservasi mangrove ini memberikan dampak bagi anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan CSR PT. Badak NGL dalam peningkatan kapasitas SDM, pendapatan, partisipasi, dan kemandirian anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini berfokus pada konsep pemberdayaan sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri khususnya bagi perempuan. Pemberdayaan perempuan terwujud dengan partisipasi dan kemandirikan perempuan dalam arti mampu mengambil keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya dan mampu mengembangkan kapasitas potensinya menuju kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif untuk memberikan pemahaman dan gambaran secara lebih luas dan mendalam mengenai obyek kajian yang akan diteliti. Lokasi penelitian di konservasi Mangrove Kelompok Tani Lestari Indah dengan unit analisis 4 terdiri dari 2 pengurus, 8 anggota, 1 mitra Community Development Fasilitator Coordinator PT. Badak NGL, dan masyarakat setempat. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Permasalahan yang dikaji yaitu mengenai dampak pemberdayaan bagi anggota perempuan kelompok Tani Lestari Indah dalam peningkatan pendapatan, partisipasi, dan kemandirian anggota perempuan. Hasil penelitian menunjukkan adanya adanya peningkatan kapasitas SDM anggota perempuan dalam kegiatan produktivas Konservasi Mangrove dan peningkatan pendapatan anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah dalam pemenuhan kebutuhan dasar keluarga masing-masing anggota. Partisipasi anggota perempuan masih belum disalurkan secara maksimal di dalam keterlibatan kelompok. Anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah belum memiliki kontrol menentukan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan pada sistem manajemen dan kepengurusan kelompok. Kurangnya kemandirian dan partisipasi anggota perempuan pada keterlibatan kegiatan kelompok telah menghambat anggota perempuan untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Sikap pasif anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah terlihat dalam minimnya partisipasi dan kemandirian dalam kepengurusan kelompok baik dalam manajemen kepengurusan kelompok, penentuan dialog pertemuan kelompok, dan substansi dialog pertemuan kelompok. Sikap pasif inilah yang xv menutup kesempatan bagi anggota perempuan itu sendiri untuk mengembangkan kualitas dan pribadi yang nantinya bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan perkembangan bagi anggota dan Kelompok Tani Lestari Indah . Kata Kunci : Pemberdayaan perempuan, Peningkatan Kapasitas SDM, Pendapatan, Partisipasi, Kemandirian, Sikap Pasif xvi 2281 BAB I PENDAHULUAN A. Judul Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan (Studi tentang Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang) B. Alasan Pemilihan Judul CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan sebuah wacana yang berkembang sangat cepat di dunia usaha Internasional sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan kepada masyarakat khususnya masyarakat sekitar yang menerima dampak produksi langsung. Maraknya pertumbuhan industrialisasi yang begitu pesat pada masa sekarang ini membawa banyak implikasi pada kerusakan lingkungan dan kesenjangan masyarakat yang menikmati hasil industrialisasi yang kemudian menuntut adanya kesadaran perusahaan untuk bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya melalui program CSR. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan dituntut untuk memperhatikan Triple Bottom Line (profit, social, environment), yaitu selain mengutamakan laba (profit), perusahaan wajib menyeimbangkannya dengan memperhatikan aspek – aspek lingkungan (environment) dan turut membangun masyarakat (social). Konsep membangun masyarakat sekarang tidak lagi hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi juga berlaku bagi lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan dunia usaha. Pembangunan masyarakat yang bisa menyentuh akar masalah, kebutuhan, dan solusi yang tepat pada masyarakat sasaran cenderung mengarah pada pemberdayaan masyarakat sebagai program yang bertujuan membantu arah kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dengan mengikutsertakan partisipasi aktif masyarakat sebagai fokus utama pemberdayaan (community empowerment). Munculnya perusahaan ekstraktif yang dalam pengelolaannya memanfaatkan sumber daya energi alam seperti PT. Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur membutuhkan komitmen tinggi dalam melaksanakan CSR mengingat operasional perusahaan itu sendiri membawa dampak eksternalitas yang besar terhadap kehidupan masyarakat sekitar perusahaan. Di Indonesia kewajiban untuk melakukan tanggung jawab sosial bagi perusahaan minyak bumi (migas) terdapat dalam regulasi UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas. PT. Badak NGL merupakan perusahaan yang memanfaatkan sumber energi alternatif berupa gas alam cair sebagai sentral produksi. Mengingat operasional perusahaan yang berpengaruh langsung dengan kondisi lingkungan dan sosial pada masyarakat sekitar maka membutuhkan tanggung jawab perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility tidak cukup memperhatikan dari segi aspek masyarakat secara umum mengingat masyarakat memiliki segmen yang luas yang terbagi dalam beberapa kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Untuk itu komitmen CSR dalam pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan kondisi masyarakat yang menjadi sasaran dari program CSR. Kaum perempuan merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat yang perlu diperhatikan mengingat dalam diskursus pembangunan, perempuan tidak lagi bekerja dalam ranah domestik saja tetapi juga mencakup ranah publik. Perhatian terhadap perempuan perlu ditingkatkan mengingat minimnya program yang memobilisasi kepentingan mereka. Untuk itu upaya CSR dalam memberdayakan masyarakat perlu memfokuskan pada sejauh mana program tersebut mampu membawa perempuan pada 2 dampak yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan perempuan. Salah satu fokus CSR PT. Badak NGL dalam upaya pemberdayaan bagi masyarakat berupa program Konservasi Mangrove Kelompok Tani Lestari Indah yang sebagian besar dijalankan oleh anggota perempuan. Pada tahun 2012 PT. Badak kembali mendapatkan penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) terhadap upaya pelestarian lingkungan dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat sekitar. Salah satunya berupa program pemberdayaan masyarakat melalui kelompok usaha konservasi mangrove. Kelompok konservasi mangrove yang merupakan mitra binaan PT. Badak NGL adalah Kelompok Tani Lestari Indah yang sebagian besar dijalankan oleh anggota perempuan. Melalui penghargaan inilah, penelitian ini melihat sejauh pemberdayaan masyarakat dalam usaha konservasi mangrove mampu membawa dampak bagi anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah. 1. Aktualitas Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dewasa ini menjadi isu penting dan hangat dalam perusahaan yang ingin menjalankan entitas bisnisnya. Di Indonesia secara khusus terdapat UU PT No. 40 tahun 2007 pasal 74 yang menjadi acuan penting bahwa perusahaan memiliki kewajiban dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Selain itu juga terdapat regulasi Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL terdiri program perkuatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan (Program Kemitraan), serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (Program Bina Lingkungan), dengan dana kegiatan yang bersumber dari laba BUMN. 3 Tanggung jawab sosial ini sejatinya menjadi komitmen bagi perusahaan, yang dalam prakteknya belum dapat dipenuhi oleh seluruh stakeholder di Indonesia sehingga membutuhkan studi yang aktual dan lebih mendalam mengenai substantif, konsep, dan pengelolaan CSR dalam perusahaan. Pada tingkat implementasi CSR ini membutuhkan kesadaran kolektif pada perusahaan untuk berperan aktif dalam pembangunan masyarakat di sekitar kawasan usaha bukan hanya sebatas pemenuhan dalam aspek hukum. Hal ini menuntut perusahaan untuk lebih memperhatikan pembangunan pada masyarakat yang cenderung bergerak dinamis. Masyarakat merupakan sekelompok individu yang berkembang sesuai dengan kondisi yang mempengaruhinya sehingga perusahaan perlu mempunyai komitmen tinggi dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya berupa program yang disesuaikan dengan potensi, masalah, dan kebutuhan dalam masyarakat. Program CSR dijalankan dalam masyarakat kemudian dituntut untuk tidak hanya mengatasi problem semata atau sebagai bentuk ketergantungan masyarakat terhadap tanggung jawab perusahaan tetapi mampu untuk membuat program yang berkelanjutan dan menciptakan kemandirian. 2. Orisinalitas Orisinalitas penelitian dapat dilihat dari perbedaan fokus yang diangkat peneliti terhadap suatu fenomena. Adanya perbedaan sudut pandang dalam mengangkat suatu fenomena dan menyajikannya ke dalam laporan penelitian merupakan poin penting dalam mendukung aspek orisinalitas. Penelitian tentang tanggung jawab sosial perusahaan terutama PT. Badak NGL telah banyak dilakukan oleh berbagai studi kajian penelitian dari berbagai instansi dan pihak terkait. Salah satunya penelitian dilakukan oleh Is Beniqno 4 Putra Megawan (2012) tentang “Evaluasi Program Unggulan Community Development “Program Sertifikasi Welder” PT. Badak NGL”. Fokus utama dalam penelitian ini pada dampak yang diterima oleh pengrajin welder setelah mendapatkan sertifikasi welder yang sangat bermanfaat dalam memasuki lapangan kerja pada perusahan-perusahaan industri yang membutuhkan profesi welder yang telah diakui secara profesional. Penelitian lain yang selanjutnya berfokus pada CSR PT. Badak NGL yaitu penelitian pada “Program Ternak Mandiri Sebagai Salah Satu Program Unggulan Community Development PT Badak NGL, Bontang-Kalimantan Timur (Analisis Evaluasi dan Potensi Pengembangan Program)” oleh Aziz Fasya (2012). Dalam penelitian ini terlihat jelas potensi ternak sapi cukup menjanjikan mengingat tingginya angka kebutuhan akan konsumsi daging. Ternak mandiri merupakan bagian dari program dana bergulir yang dikelola oleh BMT Mitra amanah. Ternak mandiri merupakan salah satu program yang memiliki manfaat yang cukup besar bagi masyarakat target program. Keberadaan program ternak mandiri di Desa Sukarahmat tidak hanya memberikan keuntungan secara ekonomis bagi para peternak dengan peningkatan pendapatan, tetapi juga memberikan keuntungan secara sosial peternak. Program ternak mandiri memiliki multiplier effect yang sangat terasa. Dari program utama penggemukan sapi, menghasilkan program sampingan lain yang juga bernilai ekonomis-lingkungan, yaitu program biogas untuk instalasi listrik dan program kompos. Adapun keuntungan sosial yang didapatkan dari program ini adalah terciptanya modal sosial yang kuat antar sesama anggota kelompok ternak dan juga antara peternak dengan PT Badak NGL. 5 Penelitian yang memfokuskan pada pemberdayaan perempuan terlihat pada penelitian “Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan SumberDaya Perdesaan Upaya Pengentasan Kemiskinan di Perdesaan (Studi di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta)” yang dilakukan oleh Dyah Respati S.Sos. Penelitian kualitatif ini berfokus pada pemberdayaan bagi ekonomi perempuan yang tinggal pada lereng Gunung Merapi. Perempuan cenderung terlibat lebih banyak dalam kegiatan non produktif seperti kegiatan kerumahtanggaan dan kegiatan sosial kemasyarakatan dengan mencurahkan waktu lebih banyak ketimbang laki- laki. Sekalipun melakukan kegiatan produktif, pada penelitian ini perempuan memanfaatkan sumberdaya perdesaan meskipun belum optimal. Sumberdaya perdesaan dimanfaatkan dengan cara- cara tradisional seperti dikelola untuk pertanian tanpa teknologi, untuk memperoleh kayu- kayuan, hijauan makanan ternak, dan apa saja yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Perempuan belum banyak memanfaatkan sumberdaya terkait dengan memperoleh modal dari lembaga keuangan formal, mereka memanfaatkan lembaga yang dikelola sendiri seperti arisan. Pemberdayaan bagi perempuan tidak berjalan dengan optimal karena memiliki keterbatasan modal, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, keterbatasan akses dan kontrol terhadap sumberdaya perdesaan diperlukan stimulasi untuk membangkitkan kemauan dan kemampuan perempuan miskin. Kemudian penelitian yang pernah memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat bagi perempuan pada usaha Konservasi Mangrove dari berbagai kelompok binaan PT. Badak NGL dilakukan oleh Evayasaro Totonavo (2012) dalam “Evaluasi Program Community Development PT Badak NGL Bidang Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan“Konservasi Mangrove”. Penelitian kuatitatif ini berfokus pada sejauh mana 6 program mitra binaan PT. Badak NGL membawa dampak signifikan bagi perkembangan masing-masing kelompok Konservasi Mangrove. Dari penelitian ini membuktikan bantuan yang diterima mampu menumbuhkan 14 kelompok konservasi Mangrove sebagai mitra binaan PT. Badak NGL. Kelompok-kelompok ini mampu berperan aktif dalam pelestarian ekosistem laut melalui penanaman pohon Mangrove yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terbentuknya kelompok konservasi Mangrove ini telah memberikan tambahan pendapatan melalui tingkat partisipasi masing-masing anggota kelompok. Kemudian dalam penelitian kali ini, fokus yang diangkat dari tanggung jawab sosial perusahaan PT. Badak NGL kepada anggota mitra binaan Kelompok Tani Lestari Indah yakni sejauh mana Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan tentang Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap peningkatan kapasitas SDM, pendapatan, partisipasi, dan kemandirian Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang. 3. Relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan kesejahteraan Jurusan Pembangunan sosial dan Kesejahteraan merupakan jurusan yang dikembangkan sebagai jawaban atas tuntutan-tuntutan sosial untuk mengatasi persoalanpersoalan dan kondisi sosial yang buruk di Indonesia. Fokus kajian Jurusan ini adalah pada pemberdayaan masyarakat (community empowerment), kebijakan sosial dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan masyarakat (corporate social responsibility). Pembangunan sosial dan Kesejahteraan adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari permasalahan sosial yang ada di masyarakat beserta pemecahannya. Selain itu program studi ini juga mempelajari hubungan antara satu lembaga dengan masyarakat. 7 Relevansi penelitian ini dengan jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan adalah dalam hal pemberdayaan perempuan dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan masyarakat (corporate social responsibility) oleh PT.Badak NGL dalam kelompok Tani Lestari Indah. Pada penelitian ini, peneliti mengkaji sejauh mana dampak CSR terhadap pemberdayaan anggota perempuan pada kelompok Tani Lestari Indah dalam membentuk kemandirian, melatih ketrampilan, partisipasi, dan peningkatan ekonomi anggota. Berdasarkan fokus tersebut, penelitian ini relevan dengan kajian konsentrasi pada Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. C. Latar belakang Masalah Dewasa ini pemanfaatan gas alam sebagai salah satu bentuk sumber energi terus meningkat sebagai bahan bakar pembangkit energi listrik untuk berbagai industri dan rumah tangga. Salah satu perusahaan yang dipercaya pemerintah dalam mengembangkan energi panas bumi adalah PT. Badak NGL. PT Badak Natural Gas Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Badak NGL merupakan perusahaan yang berlokasi di Bontang sebagai penghasil gas alam cair LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia. Saat ini, nilai aset Kilang LNG Badak yang dikelola oleh PT Badak NGL mencapai USD 2,3 miliar yang saham perusahan ini dimiliki 55% oleh Pertamina, 20% oleh VICO Indonesia, 10% oleh TOTAL E&P Indonesie, dan 15% oleh JILCO (Japan Indonesia LNG Company). Kilang pengolahan PT. Badak NGL ini berlokasi di kawasan selatan daerah Bontang, Kalimantan Timur dengan lahan seluas 2.010 Ha. Hingga saat ini PT. Badak NGL telah mengoperasi 8 train dengan total kapasitas produksi 22,5 juta ton/tahun. 8 Sebagai perusahaan besar, PT Badak NGL memiliki kewajiban dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sesuai dengan yang terdapat dalam regulasi yang mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang tertuang dalam UU PT No 40 th 2007 pasal 74 dan tentang Perseroan Terbatas berupa tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, Komunitas setempat, maupun masyarakat umum. UU No 25 tahun 2007 pasal 15(b) tentang Penanaman Modal baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing wajib melaksanakan tanggung jawab perusahaan. Kewajiban perusahaan dalam melaksanakan corporate social responsibility juga tertuang pada regulasi tentang perusahaan yang mengelola SDA minyak dan gas bumi dalam UU Minyak dan Gas Bumi No 22 th 2001 pasal 13 ayat (1) yang mengatur bahwa perusahaan yang operasionalnya terkait dengan Minyak dan Gas Bumi baik pengelola eksplorasi maupun distribusi wajib melaksanakan hak-hak masyarakat adat yang berada di sekitar perusahaan. Selain itu juga terdapat regulasi Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL terdiri program perkuatan usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir dan pendampingan (Program Kemitraan), serta program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar (Program Bina Lingkungan), dengan dana kegiatan yang bersumber dari laba BUMN. Panduan yang juga mengatur CSR secara global terdapat dalam ISO 26000 sebagai pedoman praktis global dalam memahami CSR secara substansial. 9 Dalam menjalankan usahanya, perusahaan dituntut untuk memperhatikan Triple Bottom Line (profit, social, environment), yaitu selain mengutamakan laba (profit), perusahaan wajib menyeimbangkannya dengan memperhatikan aspek – aspek lingkungan (environment) dan turut membangun masyarakat (social). Konsep triple bottom line ini dipopulerkan oleh John Elkington pada buku “Cannibal with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” tahun 1997 yang mengungkapkan bahwa perusahaan yang ingin bisnisnya berkelanjutan harus memperhatikan economic prosperity, environmental prosperity, dan social prosperity yang kemudian dikenal dalam dunia bisnis sebagai 3P (profit, planet,people). Profit, yaitu perusahaan berorientasi untuk mencari keutungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Planet yaitu perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati dan People yaitu perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia (Edi Suharto, 2007). Peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan dasar pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, pembangunan sosial, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial memerlukan keterlibatan berbagai elemen masyarakat, khususnya keterlibatan perempuan. Perempuan merupakan aktor penting dalam memberikan perawatan kepada anak-anak dan orang tua, mengelola rumah tangga, dan membentuk nilai-nilai dan perilaku anak-anak yang merupakan pemimpin masa depan bangsa. Partisipasi aktif dari kaum perempuan dalam pembangunan nasional diposisikan sebagai mitra yang sederajat dengan kaum laki-laki dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. 10 Tabel I Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Di Kota Bontang, 2011 Jenis Kegiatan Utama Main Activities (1) I. Laki – laki Men (2) Perempuan Jumlah Women Total (3) (4) Angkatan Kerja 49.175 22.055 71.230 Bekerja 42.749 19.619 62.368 Pengangguran 6.426 2.436 8.862 Bukan Angkatan Kerja (Sekolah, Mengurus Rumah Tangga, dan Lainnya) 3.989 24.974 28.963 53.164 47.029 100.193 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 92,50 46,90 71,09 Tingkat Pengangguran 13,07 11,05 12,44 II. Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bontang Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah angkatan kerja perempuan yang berusia 15 tahun ke atas pada tahun 2011 sebesar 22.055 dengan jumlah perempuan yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak bekerja yaitu sebesar 19.619. Sedangkan jumlah bukan angkatan kerja lebih besar dari jumlah angkatan kerja yang mengindikasikan bahwa beban ketergantungan dari bukan angkatan kerja lebih besar yaitu sebesar 11,69%. Kondisi ini perlu diperhitungkan mengingat angka rasio ketergantungan yang lebih tinggi akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah jika jumlah bukan angkatan 11 kerja terus meningkat. Dari data paparan di atas terlihat angkatan kerja perempuan yang bekerja lebih sedikit dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki yang sudah bekerja. Dewasa ini perempuan bisa berpartisipasi di sektor publik dalam semua bidang pekerjaan. Di Kota Bontang perempuan bisa bekerja di dalam beberapa sektor lapangan kerja yang telah tersedia. Berdasarkan data BPS Kota Bontang terlihat jumlah partisipasi kerja perempuan mencakup hampir semua lapangan bidang usaha meskipun terdapat kendala adanya sumberdaya perempuan yang belum dioptimalkan dilihat dari jumlah perempuan yang bekerja lebih sedikit daripada laki-laki di hampir semua sektor lapangan kerja kecuali bidang perdagangan dan jasa pendidikan. Hampir di semua wilayah Indonesia, dimana laki-laki merupakan tenaga pencari nafkah sedangkan perempuan hanya terkait dengan urusan domestik. Sebagian besar waktu laki-laki digunakan untuk mencari nafkah meskipun hasil yang diperoleh kurang mencukupi kebutuhan rumah tangga, disisi lain ada sumber daya perempuan yang belum dioptimalkan guna mencari penghasilan bagi kebutuhan rumah tangga. Ini juga terkait dengan minimnya lapangan pekerjaan yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. 12 Tabel II Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin Di Kota Bontang, 2011 Lapangan Usaha Job Sector (1) Pertanian tanaman padi & palawija Hortikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan & Pertanian Lainnya Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik & Gas Konstruksi/bangunan Perdagangan Hotel dan Rumah makan Transportasi & pergudangan Informasi & komunikasi Keuangan & asuransi Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Jasa Kmsyrktn,Pmrnth & Perorng Lainnya Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Men (2) Women (3) Total (4) 547 113 660 443 227 2.730 77 131 30 218 20 574 257 2.948 97 40 7 47 5.986 6.135 1.092 5.588 4.844 1.185 2.079 343 1.641 1.367 621 217 423 142 142 7.431 866 152 299 979 2.765 726 6.203 6.558 1.234 5.730 12.275 2.051 2.231 642 2.620 4.132 1.347 6.774 3.019 9.793 1.031 1.938 2.969 42.750 19.618 62.368 Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bontang 13 Dalam perspektif pembangunan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dapat dilakukan dengan pendekatan kesejahteraan melalui keterlibatan perempuan sebagai anggota program. Keterlibatan perempuan dalam pembangunan adalah salah satu strategi yang diharapkan dapat menjawab persoalan sosial kemasyarakatan, yaitu dengan menyentuh sisi praktis pemenuhan kebutuhan perempuan. Dewasa ini perempuan bekerja dalam ranah domestik dan ranah publik mengingat kemajuan zaman yang memberi kebebasan perempuan untuk berkembang dan mengapresiasikan diri secara produktif di ranah publik. PT Badak NGL sebagai entitas bisnis berkelas dunia tidak bisa lepas dari keberadaannya sebagai entitas sosial (corporate citizenship) yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh kondisi sosial dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu keberadaan PT. Badak NGL selayaknya memberikan manfaat bagi lingkungan, terutama masyarakat yang berada di sekitar aktivitas usaha PT. Badak NGL (Ring I). PT. Badak NGL telah memperlihatkan kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan melalui Community Development. Visi misi Comdev adalah meningkatkan pemberdayakan masyarakat yang mandiri dan berwawasan lingkungan salah satunya program Mitra Binaan Konservasi Mangrove pada Kelompok Tani Lestari Indah yang berlokasi di kelurahan Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Kota Bontang. Pada tahun 2012 PT. Badak NGL kembali mendapatkan penghargaan Proper Gold dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam usaha Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Community Development. Salah satu program yang diunggulkan oleh PT. Badak NGL berupa pemberdayaan masyarakat dengan upaya pengembangan budidaya mangrove. Konservasi Mangrove merupakan program unggulan yang multi effects dalam memberikan 14 dampak positif pada peningkatan ekosistem mangrove di pesisir laut kota Bontang, selain itu juga mampu memberdayakan masyarakat sebagai partisipan aktif dalam mengembangkan konservasi mangrove. Salah satu kelompok yang dinilai selain sukses dalam memberikan kontribusi pada peningkatan ekosistem mangrove dengan melibatkan masyarakat sekitar yaitu Kelompok Tani Lestari Indah. Masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kelompok ini merupakan ibu-ibu rumah tangga yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pembibitan mangrove. Melalui usaha konservasi Mangrove, ibu-ibu yang semula merupakan ibu rumah tangga telah memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya dengan bekerja di dalam Kelompok Tani Lestari Indah. Dengan berdasar pada penghargaan Proper Gold tahun 2012 kepada PT. Badak NGL dalam program pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengembangan budidaya mangrove, untuk itulah penelitian ini berusaha mengetahui sejauh mana program konservasi mangrove ini memberikan dampak bagi anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah. Mitra binaan yang telah berjalan sejak tanggal 30 September 2010 ini merupakan program Community Development (Comdev) PT. Badak NGL dalam mendukung dan membantu pengembangan usaha perekonomian masyarakat yang telah ada sebelumnya agar bisa lebih maju dan berkembang. Sebagai mitra binaan, PT. Badak NGL membantu akses peralatan operasional pembibitan dan penanaman pohon Mangrove yang kemudian pelaksanaan dan kegiatannya dilakukan oleh anggota Kelompok Tani Lestari Indah dan masyarakat sekitar. Anggota Kelompok Tani Lestari Indah sebagian besar merupakan ibu-ibu yang bertempat tinggal di lingkungan sekitar yang sebelumnya merupakan ibu rumah tangga. Bapak Muhammad Ali merupakan Ketua Kelompok Tani Lestari Indah yang bergerak dalam usaha konservasi Mangrove yang merupakan pendiri kelompok sejak tahun 15 2008. Kelompok Tani Lestari Indah dibentuk beliau bersama Ibu Norma dan Anaknya, Karmila sebagai usaha sampingan pada waktu itu. Semenjak menjadi mitra binaan PT. Badak NGL, Kelompok Tani Lestari Indah mampu melakukan pembibitan dan penanaman pohon Mangrove yang merupakan pesanan dari berbagai pihak seperti PT. Indominco, PT. Pupuk Kaltim, Dinas Perikanan, Kelautan, dan Pertanian, PT Pama Persada Nusantara, dan masih banyak lagi. Selain mendapat bantuan sebagai mitra binaan PT. Badak NGL, Kelompok Tani Lestari Indah juga mendapat bantuan program Kebun Bibit Rakyat (KBR) dari Menteri Kehutanan melalui Dinas Perikanan, Kelautan, dan Pertanian Kota Bontang pada tahun 2010 dan 2011. Dengan jumlah total 50 anggota, sebagian besar anggota yang aktif dalam usaha produktif Konservasi Mangrove Kelompok Tani Lestari Indah merupakan ibu-ibu yang berdomisili dekat dengan lokasi pembibitan kelompok, yaitu di Tanjung Laut Indah. Usaha produktif Kelompok Tani Lestari Indah berupa pengambilan bibit, pengisian polybag, penanaman polybag, dan penanaman di laut dikerjakan dengan melibatkan sebagian besar anggota perempuan. Jika melihat kondisi tersebut, maka sudah jelas bahwa usaha konservasi Mangrove ini pada akhirnya mampu memberikan pekerjaan yang nantinya mampu membawa kesejahteraan bagi anggota khususnya bagi anggota perempuan. Fokus dari penelitian ini melihat apakah pekerjaan sebagai anggota Kelompok Tani Lestari Indah mampu memberdayakan perempuan karena tujuan dari pemberdayaan bukan hanya memperkuat kondisi material perempuan semata, tapi juga menciptakan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan potensinya sehingga mereka tidak hanya sebagai „konsumen‟ pembangunan, tapi juga dapat berperan aktif dalam memberi kontribusi dalam pembangunan. 16 PT. Badak NGL secara konseptual telah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program mitra binaan bagi kelompok Tani Lestari Indah. Pada penelitian ini memfokuskan pada kondisi pemberdayaan yang berorintasi pada anggota perempuan terkait sejauh mana dampak pemberdayaan kelompok bisa dirasakan manfaatnya selama program Community Development (Comdev) berlangsung dengan fokus pada dampak pemberdayaan perempuan terhadap bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendapatan, partisipasi perempuan, kemandirian, dan keberlanjutan usaha konservasi Mangrove bagi anggota perempuan Kelompok Tani Lestari Indah. D. Rumusan Masalah Bagaimana Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan dalam Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang, Kalimantan Timur? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Dampak Pemberdayaan Masyarakat bagi Perempuan dalam Pelaksanaan CSR PT. Badak NGL terhadap Anggota Perempuan Kelompok Tani Lestari Indah di Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan, Bontang, Kalimantan Timur. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam studi Pembangunan Sosial dan 17 Kesejahteraan melalui Tanggung jawab sosial perusahaan serta peranan dalam mendukung cita-cita dan tujuan negara dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya pada perempuan melalui pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja PT. Badak NGL khususnya dan perusahan-perusahaan lainnya yang memiliki tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) terhadap pengembangan masyarakat (community development). 2. Menjadi acuan pengkajian Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Community Development (Comdev) PT.Badak NGL terhadap anggota perempuan kelompok Tani Lestari Indah di Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang sehingga mampu mengembangkan konsep program comdev yang lebih baik. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi PT. Badak NGL dalam memberikan informasi kondisi sosial masyarakat sasaran Program comdev khususnya perhatian lebih pada kondisi perempuan sehingga dapat menjadi acuan peningkatan efektivitas program comdev di masa yang akan datang yang lebih memfokuskan pada kesejahteraan dan kebutuhan perempuan. F. Tinjauan pustaka 1. Komitmen CSR dalam Community Development Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) seringkali diidentikan dengan metode Pengembangan Masyarakat (Community Development). Faktanya Community development merupakan pendekatan salah satu bentuk pertanggungjawaban sosial 18 perusahaan melalui CSR. Community Development pada awalnya adalah tanggung jawab Negara dalam menyejahterakan masyarakat. Kemudian dalam munculnya CSR, perkembangannya mulai ditambahkan pada tanggung jawab perusahaan sebagai pihak yang berwajiban dalam pengembangan masyarakat khususnya masyarakat di kawasan sekitar. Community development merupakan kegiatan pengembangan atau pembangunan masyarakat komunitas yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat guna memcapai kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya (Budimanta, 2002). Community development sebagai bagian dari kegiatan CSR secara esensial bertujuan untuk memberikan perubahan kepada masyarakat dalam kehidupan yang lebih baik dalam berbagai sektor terhadap masyarakat di sekitar perusahaan. Tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun kembali masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan manusia, dan membangun kembali struktur-struktur negara kesejahteraan, ekonomi globgal, birokrasi, elite professional dan sebagainya kearah pengembangan masyarakat sesuai dengan dimensi pengembangan masyarakat, yaitu (Ife, J & Teroriero, F. (2008 :409-482)): 1) Pengembangan sosial, tidak sedikit kegitan yang secara tradisional dipandang sebagai pengembangan masyarakat seperti pekerjaan kepemudaan, pendidikan, dan profesi kesehatan dapat dipahami sebagai pengembangan sosial. Meskipun terdapat banyak variasi dalam aktivitas yang merupakan pengembangan sosial, aktivitas tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut: a. pengembangan pelayanan yang 19 mencakup identifikasi kebutuhan-kebutuhan sosial dan tersedianya struktur serta pelayanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut; b. balai masyarakat sebagai bentuk model dalam menyediakan tempat pertemuan sentral yang menjadi unsur penting dari banyak pekerjaan pengembangan masyarakat; perencanaan sosial dengan melihat kebutuhan masyarakat dan merencanakan bagaimana memenuhi kebutuhan dengan mengordinasikan pelayanan dan sumber daya yang ada dan menggunakannya secara maksimal; dan d; semangat sosial dengan asumsi pengembangan sosial dapat juga dilakukan dengan dukungan interaksi sosial yang berfokus pada kualitas interaksinya. 2) Pengembangan ekonomi, merupakan respon terhadap krisis ekonomi dewasa ini yang kemudian ditujukan pada pengembangan pendekatan yang berupaya merelokasi aktivitas ekonomi dalam masyarakat agar dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan untuk merevitalisasi masyarakat lokal serta untuk memperbaiki kualitas kehidupan. 3) Pengembangan politik, berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam area politik, dan ditujukan untuk meningkatkan kekuatan baik dalam masyarakat secara menyeluruh maupun perseorangan dan kelompok dalam masyarakat itu untuk memberikan kontribusi dalam proses masyarakat, aktivitas, dan keputusan. 4) Pengembangan budaya, keanekaragaman budaya dalam masyarakat dapat membantu memberikan rasa identitas dan komunitas, globalisasi dan komodifikasi budaya merupakan bagian penting terhadap kerugian yang diderita secara luas oleh masyarakat pada akhir abad XII, oleh karena itu pembangunan budaya merupakan komponen penting dalam pendekatan community development. Dalam konteks 20 community development, pengembangan budaya memiliki empat komponen, yakni: melestarikan dan menghargai budaya lokal, melestarikan dan menghargai budaya asli/pribumi, dan budaya partisipatori. 5) Pengembangan lingkungan, lingkungan merupakan komponen penting dari masyarakat dan perlu dicakup dalam pendekatan yang terpadu terhadap pengembangan masyarakat. Pendekatan ini berlaku untuk lingkungan alam maupun lingkungan buatan. Pengembangan lingkungan yang berbasis lingkungan meliputi: peningkatan kesadaran, pendidikan, pengorganisasian masyarakat setempat dan menempatkan tujuan, serta prioritas. Seperti halnya aspek-aspek lain dalam pengembangan masyarakat, pengembangan lingkungan akan berhasil bilamana terdapat keterlibatan masyarakt yang nyata dan berbasis luas/tidak terbatas dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan menentukan arah tindakan yang tepat. 6) Pengembangan personal/spiritual, perkembangan dan pengembangan personal sangat penting untuk memberikan rasa lebih bermakna bagi masyarakat dalam kehidupan, yaitu rasa memiliki tujuan dan berharga, dimana bagi sebagian besar masyarakat kebutuhan ini lebih dipahami sebagai kebutuhan pengembangan spiritual. Masyarakat modern memiliki sifat dasar yang sangat secular dan memberikan sedikit ruang untuk gagasan-gagasan tentang kesakralan atau untuk nilai-nilai spiritual, oleh sebab itu terdapat kebutuhan yang mendasar bagi pengembangan masyarakat untuk memasukkan gagasan-gagasan pengembangan spiritual. Bentuk pengembangan spiritual yang lebih tepat diharapkan bermula dengan menghormati dan memperkokoh tradisi agama dan spiritual masyarakat. 21 Pendekatan community development menitikberatkan pada kemampuan dan prakarsa komunitas untuk turut serta aktif dan terlibat pada berbagai program-program community development CSR. Adanya bantuan dan intervensi hanya bersifat pada complement atau stimulant yang memacu pada tumbuh dan berkembangnya komunitas, yang harus didudukkan sebagai bagian dari proses membina kemampuan masyarakat (enabling process) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari kegiatan community development untuk memberikan pengembangan dan kapasitas masyarakat agar semakin mandiri dan berdaya sehingga mereka mampu menolong diri mereka sendiri. Dalam memberikan tujuan terhadap peningkatan kualitas hidup kepada masyarakat, pelaksanaan community development diarahkan pada pengembangan sektor ekonomi yang akan memberikan pengaruh pada sektor pengembangan lain. Kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat menjadi salah satu yang sangat diperhatikan oleh perusahaan dalam kegiatan community development, karena dapat menimbulkan multiplayer effect bagi sektor kehidupan yang lain. Pengembangan sektor ekonomi sangat dirasakan bagi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan dan kesenjangan dalam masyarakat. Metode kegiatan community development yang dijalankan sebagai aktualisasi CSR memiliki tiga karakter utama yaitu: berbasis masyarakat lokal, berbasis sumber daya setempat, dan keberlanjutan sehingga penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Winarni (2000), community development merupakan proses yang sadar dalam masyarakat – masyarakat kecil (terbelakang) yang berbatasan secara geografis dibantu oleh masyarakat yang lebih luas dan lebih maju untuk mencapai tingkat kehidupan ekonomi yang lebih baik. Dalam konteks yang disesuaikan dengan penelitian yang 22 diasumsikan bahwa masyarakat sekitar yang tidak memiliki daya dibantu untuk berkembang dengan dibantu oleh perusahaan melalui CSR. Community development tidak hanya membangun hubungan harmonis antara perusahaan dengan komunitas, tetapi juga membangun keharmonisan anggota-anggota komunitas (Ife dan Tesoriero, 2006). Community development memiliki kepedulian dalam memperkuat modal sosial yang merupakan hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Modal sosial yang kuat memungkinkan masyarakat mampu mengatasi masalah mereka bersama-sama. Modal sosial yang kuat harus dikembangkan adalah kepercayaan sosial. Kepercayaan sosial tumbuh dan berkembang hanya bila komunitas mampu berkomunikasi antar berbagai pihak dan berkelanjutan. Harus disadari bahwa melaksanakan community development tidak mudah bagi perusahaan terkait orientasi perusahaan pada profit, sedangkan community development berorientasi pada program non profit yang menekankan pada proses, berjangka panjang, dan bertumpu pada pengembangan komunitas yang berkelanjutan sehingga perlu adanya konsistensi perusahaan untuk menjaga komitmen dalam usaha pengembangan masyarakat. Pada umumnya community development dianggap sebagai sarana yang tepat untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang proposional. Hal ini dapat dipahami dari beberapa pertimbangan (Soetomo, 2006:118): Pertama: program community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsure modal baik yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community development, dunia usaha dapat membangun citra sehingga dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust, sementara itu bagi masyarakat (khususnya 23 masyarakat lokal) dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsure solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual trust (saling percaya), mutual assistance (gotong royong) dan reciprocal (hubungan timbal balik) dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural masyarakat. Kedua: Melalui community development diharapkan adanya hubungan sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian dunia usaha melalui tanggung jawab sosialnya melalui CSR tidak semata-mata memberikan bantuan yang bersifat karitatif (charity), melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara berkesinambungan dan terlembagakan. Ketiga: aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat (terutama masyarakat lokal) melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana membangun jalinan komunikasi, sehingga dapat dibangun saling pengertian dan empati di antara semua pihak yang terkait. 2. Pemberdayaan Masyarakat sebagai Metode Community Development Pemberdayaan merupakan salah satu jenis community development yang sesuai dengan salah satu konsep 3P dalam pelaksanaan CSR yaitu People (masyarakat). Kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat. Pembangunan masyarakat yang bisa menyentuh akar masalah, kebutuhan, dan solusi yang tepat pada masyarakat sasaran cenderung mengarah pada pemberdayaan masyarakat sebagai 24 program yang bertujuan membantu arah kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri dengan mengikutsertakan partisipasi aktif masyarakat sebagai fokus utama pemberdayaan (community empowerment). Pemberdayaan merupakan upaya memandirikan masyarakat lewat wujud potensi kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai basis utama pembangunan masyarakat memiliki makna membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat, guna meningkatkan kapasitas dalam kesejahteraan. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan yang dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Teguh, Ambar, 2004). Dalam memberdayakan masyarakat, lebih dimaksudkan dengan memberi “daya” bukan “kekuasaan”. Pemberdayaan tidak hanya pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, tetapi juga pada masyarakat yang memiliki daya namun terbatas. Prijono dan Pranaka (dalam Teguh, Ambar, 2004) berpendapat bahwa pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama adalah to give power or authority, pengertian kedua to give ability to or enable. Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/belum berdaya. Di sisi lain pemaknaan lainnya yaitu memberikan kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu. Menurut Kartasasmita (1996 : 144) bahwa memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi 25 sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan lembaga masyarakat agar secara mandiri mampu mengelola dirinya sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan menunjuk pada kelompok rentan dan lemah, dimana melalui pemberdayaan, mereka diharapkan dapat memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat, bebas dari kebodohan, bebas mengaktualisasikan dirinya di masyarakat, dan bebas mengembangkan potensi daerah tempat tinggalnya. Unsur-unsur pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan yaitu: - Prakarsa dan proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat harus diletakkan pada masyarakat sendiri - Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber – sumber yang ada untuk mencukupi kebutuhannya - Mentoleransi variasi local sehingga sifatnya amat fleksibel dan menyesuaikan dengan kondisi lokal - Menekankan pada proses “social learning” Pada pendekatan pemberdayaan ini, prakarsa dan proses pengambilan keputusan menekankan partisipasi masyarakat dalam mengambil inisiatif secara aktif dan bebas 26 dalam pengambilan keputusan. Masyarakat secara nyata memegang kendali atas pemanfaatn sumber-sumber daya yang dimilikinya. Dalam pemanfaatan sumber daya lokal paling sedikit ada 4 (empat) lingkungan faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Keempat lingkungan faktor inipun saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor yang menjadi lingkungan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu: Pertama, kondisi agro-ekonomi, dimana hutan, sungai, lahan, dll merupakan komponen dominan pada kondisi ini. Kedua, kondisi sosialbudaya, dimana persepsi dan orientasi masyarakat, stratifikasi sosial mereka, teknologi yang dipakai, serta teknik-teknik komunikasinya merupakan komponen yang dominan. Ketiga, kondisi ekonomi, dimana infrastruktur desa seperti sarana jalan, transportasi, pasar, atau saluran irigasi merupakan beberapa faktor dominan disamping jenis-jenis mata pencaharian dan kemampuan permodalan mereka. Keempat, kondisi peraturan dan kebijakan local dimana aturan-aturan adat, agama, kebijakan-kebijakan pemerintah desa/kecamatan setempat merupakan faktor-faktor yang dominan dari kondisi ini. Peningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memobilisasikan sumber daya lokal memerlukan warga masyarakat/kelompok-kelompok masyarakat. Kelompok sangat penting diajak untuk menganalisis kondisi-kondisi lingkungan faktornya serta menemukan faktor-faktor yang paling dominan dari setiap lingkungan faktor yang ada, kemudian mengklarifikasinya dalam kekuatan atau potensi dan kelemahan atau masalah. Klarifikasi kekuatan selanjutnya dibagi lagi menjadi 2 (dua) yaitu kekuatan dari dalam internal masyarakat yang kemudian disebut strength dan kekuatan dari luar atau eksternal yang kemudian disebut sebagai opportunity. Sedangkan 27 kelemahan juga dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu kelemahan dari dalam, kemudian disebut weaknesses dan kelemahan dari luar yang kemudian disebut dengan threats. Saat kekuatan dan kelemahan baik internal maupun eksternal yang dimiliki masyarakat dianalisis secara proposional, maka akan tampak teknik analisis SWOT (strength, opportunity, weaknesses, threats). Melalui analisis SWOT inilah masyarakat akan menyadari secara lebih jelas potensi dan kelemahan yang mereka miliki sehingga lebih jelas potensi dan kelemahan yang mereka miliki sehingga lebih jelas potensi dan kelemahan yang mereka miliki sehingga dalam menentukan alternative pilihan pengembangan mereka mempunyai dasar rasional yang berpangkal pada sumber daya maupun ancaman yang akan ditemui. Keberhasilan dan kegagalan dengan demikian dapat diramalkan sedekat mungkin sesuai dengan kenyataan sehingga pada akhir proses dari kegiatan yang dipilih tersebut masyarakat mampu melakukan evaluasi secara sistematis, jelas, dan dipahami bersama. Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan asumsi dasar bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi daya tersebut belum diketahui atau belum dikembangkan secara maksimal. Oleh karena itu perlu digali dan dikembangkan dengan pemberdayaan sebagai upaya untuk membangun masyarakat dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan kemudian dikembangkan. Di samping itu pemberdayaan hendaknya jangan menjadikan masyarakat sasaran ke dalam program yang bersifat ketergantungan (charity) melainkan harus membawa masyarakat menuju kemandirian. 28 Pada intinya konsep pemberdayaan merupakan proses belajar yang menekankan orientasi pada proses serta pelibatan masyarakat (partisipasi). Hasil yang diharapkan dari proses pemberdayaan adalah tumbuhnya kompetensi masyarakat (tanggung jawab sosial dan kapasitas masyarakat). Kompetensi tanggung jawab memiliki arti bahwa tanggung jawab perkembangan adalah tanggung jawab masyarakat sendiri. Sementara terkait dengan kompetensi kapasitas, terkait dengan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan diri yang dalam hal ini adalah kemampuan untuk identifikasi needs (kebutuhan), identifikasi resources (sumber daya), dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang ada (Suparjan dan Hempri Suyatna,2003: 50). 3. Pemberdayaan yang berkeadilan gender Gender didefinisikan sebagai suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun kultural (Fakih, 2003:7). Istilah gender merujuk kepada perbedayaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannnya dalam masyarakat. Istilah seks merujuk kepada perbedaan jenis kelamin lakilaki dan perempuan secara biologis terutama yang terkait dengan prokreasi dan reproduksi. Laki-laki dicirikan dengan adanya sperma dan penis serta perempuan dicirikan dengan adanya sel telur, rahim, vagina, dan payudara. Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut bersifat bawaan, permanen, dan tidak dapat dipertukarkan. Lebih lanjut Caplan (1987) dalam Fakih (2003) mengemukakan bahwa perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan tidak sekedar biologis, namun melalui proses sosial kultural. Oleh karena itu gender bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan dari tempat ke tempat bahkan dari 29 kelas ke kelas, sedangkan jenis kelamin biologis (sex), meskipun bisa berubah (fisiknya) tetapi fungsi reproduksi tetap tidak berubah. Perbedaan gender yang terjadi dalam masyarakat sebenarnya bukan suatu masalah selama hal tersebut tidak menimbulkan ketidakadilan gender. Gender akan menjadi masalah apabila masyarakat punya pandangan bahwa pendidikan perempuan sebaiknya lebih baik dari laki-laki karena ia hanya bertanggung jawab dirumah. Gender juga menjadi masalah apabila hak-hak perempuan di sektor public seharusnya lebih rendah dari laki-laki karena perempuan bersifat feminism, tidak mampu memimpin, kurang mandiri, dan sebagainya (Nurhaeni, 2009:26). Dengan adanya sistem dan budaya patriarki yang sangat kental dalam masyarakat yang membawa kaum perempuan lebih banyak mengalami perlakuan tidak adil. Dalam memberdayakan harus menyentuh seluruh aspek masyarakat, tidak terkecuali perempuan. Pemberdayaan perempuan pada dasarnya adalah upaya untuk memandirikan perempuan dalam arti mampu mengambil keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya dan mampu mengembangkan kapasitas dan potensinya menuju kehidupan yang lebih baik. Ada dua alasan perlu adanya pemberdayaan perempuan. Pertama, karena perempuan sesungguhnya memegang sejumlah fungsi sentral dalam keluarga, dan sekaligus merupakan sumber daya ekonomi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan laki-laki. Keberadaan perempuan dalam rumah tangga bukan sekedar sebagai pelengkap fungsi reproduksi saja, namun lebih dari itu banyak penelitian membuktikan bahwa ternyata acapkali memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga serta masyarakat (Kodiran dan Hudayana, 1990). Hanya 30 di bidang perkawinan dan keluarga ia dilihat keberadaannya. Kedudukannya dalam sosiologi, dengan kata lain, bersifat tradisional sebagaimana ditugaskan kepadanya oleh masyarakat yang lebih besar “tempat kaum perempuan adalah dirumah”. Kedudukan dan peranan perempuan yang pada awalnya hanya sebagai penanggung jawab urusan rumah tangga, sekarang sudah ikut serta mencari nafkah keluarga. Sehingga perannya tidak lagi sekedar mengurus kebutuhan domestic rumah tangga namun sudah memiliki peran ganda atau perempuan bekerja. Perempuan sebagai ibu rumah tangga yang hidup dalam keluarga merupakan sosok kepemimpinan dalam suatu unit sosial yang terkecil mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan warna bagi perkembangan anakanaknya. Menurut Pudjiwati Sajogyo, ibu rumah tangga memiliki 2 tipe peranan : 1. Peranan ibu rumah tangga seutuhnya hanya dalam pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan pemeliharaan hidup kebutuhan semua anggota keluarga, seperti masak, mendidik anak-anak dan melayani suami; 2. Peranan ibu rumah tangga mempunyai peran ganda, yaitu perubahan dalam pekerjaan mencari nafkah. Peran perempuan bukan hanya penting untuk masa sekarang tetapi juga sangat penting untuk membangun masa depan (generasi yang akan datang) agar lebih bermutu dalam segala bidang. Maka perempuan merupakan sumber daya manusia yang sangat potensial bagi kemajuan pembangunan bangsa dan Negara yang tentunya akan berimplikasi kepada pembangunan masyarakat dan keluarga khususnya. Kedua, karena selama ini keterlibatan atau tingkat partisipasi kerja perempuan (TPAK) umumnya masih sangat rendah, sehingga ada kesan perempuan justru menjadi beban pembangunan. Jadi tujuan kebijakan pemberdayaan bukan hanya memperkuat 31 kondisi material perempuan semata, tapi juga menciptakan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan potensinya sehingga mereka tidak hanya sebagai „konsumen‟ pembangunan, tapi juga dapat berperan aktif dalam memberi kontribusi dalam pembangunan. Partisipasi disini perempuan mampu mengambil inisiatif secara aktif dan bebas dalam berpendapat dan pengambilan keputusan. Bebas dari tekanan, bahkan bila perlu mengubah tata nilai dan system yang berlaku dan dipandang tidak menguntungkan. Perempuan dengan kondisi tersebut secara nyata memegang kendali atas pemanfaatan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Dalam penelitian ini ini konsep pemberdayaan perempuan dapat diwujudkan sebagai upaya pengembangan kelompok agar mereka memiliki posisi sebagai subyek dalam community development yang sedang berjalan. Selain itu pemberdayaan perempuan harus mampu meningkatkan kemandirian dari perempuan. Secara kultural sering kali perempuan berada di bawah bayang-bayang dominasi laki-laki, baik dari aspek ekonomi, sosial, dan politik. Kondisi tersebut harus mampu diselesaikan dengan bijak dengan konsep pemberdayaan perempuan dimana dengan kemandirian yang dimiliki oleh perempuan maka akan semakin banyak peluang dan pilihan-pilihan yang bisa diperoleh perempuan baik di sektor domestik maupun di sektor public. Inti dari pemberdayaan perempuan terletak pada akses dan kesempatan yang setara dan seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pemberdayaan lebih ditekankan pada kapasitas perempuan untuk meningkatkan kemandirian melalui kekuatan eksternal yang menjamin kesempatan dan peluang perempuan melalui pembangunan yang berkeadilan gender. 32 Program pemberdayaan perempuan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan seluruh eleman masyarakat. Adapun tujuan dari program pemberdayaan perempuan dalam pembangunan antara lain yaitu: (1) meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan diri sebagai partisipan aktif (subyek) dalam pembangunan, (2) meningkatkan kaum perempuan dalam kepemimpinan untuk meningkatkan posisi tawar dan keterlibatan dalam setiap program pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana maupun monitoring dan evaluasi kegiatan, (3) meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha, baik dalam skala rumah tangga, industry kecil maupun besar untuk menunjang peningkatan kebutuhan rumah tangga maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan mandiri, dan (4) meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal sebagai wadah pembangunan kaum perempuan agar dapat terlibat secara aktif dalam program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya (Nugroho, 2008 :164). 4. Tolak Ukur Program Pemberdayaan Perempuan Adapun indikator yang digunakan sebagai tolak ukur dari program pemberdayaan dalam penelitian ini merupakan Indikator Kinerja yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dikategorikan ke dalam input, output, outcome, dan impact. Penelitian ini memfokuskan pada Indikator kinerja outcome dan impact. 4.1. Outcome Pengukuran indikator Outcome seringkali rancu dengan pengukuran indikator Output. Output adalah tolok ukur kinerja berdasarkan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan (Input) yang 33 digunakan. Indikator sendiri outcome lebih utama daripada sekedar output. Outcome merupakan indikator kinerja yang merupakan tolak ukur segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output kegiatan pada jangka menengah yang merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi keutuhan dan harapan masyarakat. Outcome menggambarkan hasil nyata dari luaran (output) suatu kegiatan. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Outcome merupakan ukuran kinerja dari suatu program dalam memenuhi sasarannya. Outcome digunakan untuk menentukan seberapa jauh tujuan dari setiap fungsi utama, yang dicapai dari output suatu aktivitas (produk atau jasa) telah memenuhi keinginan masyarakat yang dituju. Outcome adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan. Contoh, jumlah bibit unggul yang dihasilkan dari suatu kegiatan adalah output, sedangkan besar produksi padi/ha adalah outcome. Dengan indikator outcome maka dapat diketahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat. Yang termasuk Indikator Kinerja Outcome pada indikator yang digunakan dalam penelitian yaitu: 4.1.1. Peningkatan kapasitas SDM Peningkatan kapasitas sumber daya manusia merupakan kondisi yang berorientasi pada usaha dalam mentransformasi individu menjadi pribadi yang berkualitas yang 34 dapat ditempuh melalui pendidikan dan penyuluhan, peningkatan kesehatan dan nutrisi, serta penyediaan rangsangan untuk berusaha, termasuk diantaranya penyediaan akses modal kerja. Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Sedarmayanti (2004 : 122) menekankan bahwa dalam upaya peningkatan yang penting adalah penajaman daya nalar, peningkatan ketrampilan dan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semangat etos kerja, disiplin, dan tanggung jawab, serta peningkatan kemampuan kewirausahaan. Dalam usaha peningkatan kemampuan kewirausahaan perlu adanya transfer ketrampilan dan keahlian sumber daya perempuan dalam hal teknis produksi, kewirausahaan, pengelolaan dan pengambilan keputusan, meningkatkan akses pada informasi dan sumber daya. Pemberian pengetahuan dan keterampilan teknis diberikan kepada perempuan terutama untuk meningkatkan kualitas hasil pekerjaan yang dilakukan. Kemampuan kewirausahaan perlu dimiliki dalam mengelola usaha produksi yang berkaitan dengan proses pemasaran, inovasi, pelatihan, dan pengalaman. 4.2. Impact: Indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Impact baru dapat diketahui dalam jangka waktu menengah dan panjang yang dapat mengukur dasar pemikiran kenapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara sektoral, regional dan nasional. 35 Pengukuran indikator Impact merupakan ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Yang termasuk Indikator Kinerja Impact pada indikator yang digunakan dalam penelitian yaitu: 4.2.1. Peningkatan pendapatan Kesejahteraan (Nugroho, 2008 :164) ditandai dengan adanya kemakmuran, yaitu meningkatnya konsumsi yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan merupakan aspek yang paling mudah diukur dan menjadi salah satu indikator keberhasilan program pemberdayaan. Peningkatan pendapatan merupakan indikator yang positif dalam program pemberdayaan dan berkaitan erat dengan aspek-aspek pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan temuan Bank Dunia (2005:182), meningkatnya penghasilan keluarga akan mengendurkan ketatnya kendala anggaran untuk investasi peningkatan modal intelektual. Ketika penghasilan keluarga mengalami peningkatan, kesenjangan gender dalam pendidikan, kesehatan, dan gizi akan cenderung menurun. Dalam bidang ekonomi, kemampuan perempuan untuk memperoleh akses dan memiliki pengendalian atas pendapatan bagi perempuan merupakan hal yang penting karena menyangkut otonominya dalam usaha pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Oleh karenanya, penting bagi perempuan untuk mempunyai penghasilan sendiri, yang memungkinkan baginya untuk mengatur dan mengontrol keuangannya sebagai aktivitas ekonomi sebagai wahana aktualisasi diri. 36 4.2.2. Partisipasi perempuan Upaya pemberdayaan perempuan juga diukur pada partisipasi sebagai salah satu indikator yang menentukan keberhasilan pemberdayaan. Tujuan dari program pemberdayaan pada kaum perempuan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan seluruh eleman masyarakat dalam mendukung kaum perempuan untuk meningkatkan kemampuan melibatkan diri sebagai partisipan aktif (subyek) dalam pembangunan, meningkatkan posisi tawar dan keterlibatan dalam setiap program pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana maupun monitoring dan evaluasi kegiatan (Nugroho, 2008 :164). Partisipasi dalam suatu program kegiatan akan ditunjukkan oleh individu dalam melibatkan diri secara mental dan emosional dan bukan sekedar hadir pasif dalam aktivitas. Unsur penting partisipasi juga melihat motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat berujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga, dan keterampilan yang dilakukan dengan sadar. Selain itu menekankan adanya tanggung jawab sebagai individu dalam pengambilan keputusan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Rasa tanggung jawab dari peserta program pemberdayaan akan berkembang secara mandiri apabila individu yang bersangkutan secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui suatu hal, atau menerima suatu tugas. Sebaliknya rasa tanggung jawab tidak bisa dimunculkan secara paksa apabila konsep kegiatan yang akan dilakukan dalam program pemberdayaan kelompok tidak dipahami dan diterapkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat partisipasi publik oleh Sherry Arnstein (1969) yang menerangkan partisipasi tangga publik dengan 8 langkah, The Ladder of 37 Citizen Participation (Tangga Partisipasi Publik) atau populer dengan The Arnstein‟s Ladder (Tangga Arnstein). Sebutan untuk delapan anak tangganya jika mengurut dari bawah ke atas yaitu, Manipulation (Memanipulasi), Theraphy (Memulihkan), Informing (Menginformasikan), Consultation (Merundingkan), Placation (Mendiamkan), Partnership (Bekerjasama), Delegated Power (Pendelegasian Wewenang), dan Citizen Control (Publik Mengotrol). Kemudian Arnstein mengelompokkan delapan anak tangga tadi menjadi tiga bagian. Bagian kesatu, Nonparticipation (Tidak Ada Partisipasi) berjenjang dari Manipulation dan Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik. Di level Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka para wakil publik tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan publik sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada level Therapy, mereka sedikit memberitahu kepada publik tentang beberapa programnya yang sudah disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan. Bagian kedua, Tokenism (Delusif) yang memiliki rentang dari Informing, Consultation, dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra, tidak lagi menghalangi partisipasi publik. Kenyataannya berbeda. Benar partisipasi publik dibiarkan, namun mereka mengabaikannya. Mereka tetap mengeksekusi rencananya semula. Ketika berada di level Informing, mereka menginformasikan macam-macam program yang akan dan sudah dilaksanakan. Namun hanya dikomunikasikan searah, publik belum dapat melakukan komunikasi 38 umpan-balik secara langsung. Untuk level Consultation, mereka berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang pelbagai agenda. Semua saran dan kritik didengarkan. Tetapi mereka yang kuasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada level Placation, mereka berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik. Hanya saja janji tinggal janji, mereka diam-diam menjalankan rencananya semula. Partnership Delegated Power dan Citizen Control merupakan jajaran tingkatan di bagian ketiga yaitu Citizen Power (Publik Berdaya). Saat partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar mendahulukan peran serta publik dalam berbagai hal. Saat tiba di level Partnership, mereka memperlakukan publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka kebijakan publik. Naik ke level Delegated Power, mereka mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto dalam proses pengambilan keputusan. Level tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang lebih mendominasi ketimbang mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka. Partisipasi publik yang ideal tercipta di level ini. 4.2.3. Kemandirian Menurut Kartasasmita (1996 : 144) bahwa memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai upaya untuk 39 membantu masyarakat dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan lembaga masyarakat agar secara mandiri mampu mengelola dirinya sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kemandirian merupakan sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri dengan tidak bergantung dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai suatu tujuan. Kemandirian juga bermakna sebagai organisasi diri (self organization) atau manajemen diri (self management), dimana unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan melengkapi sehingga muncul suatu keseimbangan yang dapat menjadi landasan individu dalam bertindak. Orang dikatakan memiliki kemandirian apabila seseorang mempunyai kebebasan kemampuan dalam menentukan kehendak dan menyampaikan gagasan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki tanpa rasa takut adanya ancaman atau serangan dari pihak lain yang bermaksud menguasai dirinya. Kemandirian merupakan kemampuan untuk membawa perempuan sebagai manusia yang memiliki nilai hidup sendiri didalam masyarakat. Kemandirian dapat terwujud apabila terdapat pengakuan atas manusia akan kemanusiaannya. Perubahan tersebut dapat dilakukan melalui konstruksi lingkungan sosial budaya maupun berasal dari diri perempuan. Kemandirian merupakan konsep penting karena mempunyai kemampuan untuk membawa perempuan pada manusia yang memiliki hidup sendiri dalam masyarakat. Kemandirian atau otonomi merupakan salah satu ciri eksistensi manusia, sebagai bentuk pengakuan kemandirian seseorang. 40 Kemandirian terletak pada kemampuan dalam mengembangkan kemampuan sendiri sehingga bebas untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Penekanan kemandirian pada sikap tanggung jawab, inisiatif, mempunyai ide atau gagasan dan berusaha untuk mempertahankan pilihannya. Pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk mendorong terciptanya kekuatan dan kemampuan lembaga masyarakat agar secara mandiri mampu mengelola dirinya sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat itu sendiri, mengutamakan kemampuan diri sendiri dengan tidak bergantung dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai suatu tujuan. Orang dikatakan mandiri apabila mempunyai harga diri, merdeka dan swasembada serta mempunyai keberanian. Mandiri berarti mampu menentukan kehendak dan ide serta tujuannya sendiri; dapat mewujudkan semua atas kemampuan sendiri dan tidak akut akan ancaman atau serangan dari phak lain (Hafizd, 1993). Kemandirian berarti seeorang tidak tergantung kepada orang lain. Namun kemandirian dengan pengertian tidak bergantung kepada orang lain dapat menimbulkan kerancuan, karena kemandirian perempuan berarti perempuan yang tidak bergantung pada laki-laki. Kemandirian perempuan sebagai istri mempunyai makna bahwa istri mengetahui dan dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan dalam pemecahan persoalan yang dihadapi dalam rumah tangganya dan dirinya sendiri. 41