LAPORAN EKSKURSI MATA KULIAH OSEANOGRAFI LINGKUNGAN Oleh KELOMPOK 7 : Topan Eko Raharjo Chandra Adhi Nugraha Waldy Afuar Derina Adriani Gerhana Puannandra Putri Diani Alendhita Haryo Anindito Tetuko Mustofa Ahyar Roy Jeremiah Pasaribu Andria Anggraina Gede Surya Marteda Daril Andrean Davinsa Kennya Rizki Rinonce Kiki Zakiah 10109098 10208033 10208088 10209043 10308007 10508007 12209044 15309010 15309014 15309067 15309069 15309097 17309014 17309046 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 I. Tujuan II. Mengetahui kondisi terumbu karang, kualitas air laut, kondisi meteorologi, kepadatan ekosistem, pasang surut yang terjadi di pulau pramuka. Memahami dan mampu melakukan pengambilan data menggunakan instrument o HORIBA water quality multimeter. o Refrektometer o Pasut o AWS (Automatic Weather Stations) Menganalisa hasil pengambilan data kualitas air laut sesuai dengan Lampiran V KEP‐02/MENKLH/I/1988 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Pariwisata dan Rekreasi Lokasi dan Waktu pengukuran Lokasi Pulau pramuka berada pada bagian tengah gugusan kepulauan seribu. Secara administratif, Pulau Pramuka berada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Provinsi DKI Jakarta. Posisi Pulau Pramuka dapat digambarkan secara umum melalui tofografi dan batas wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Topografinya rata ‐ rata mendatar dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut antara 1 sampai dengan 2 meter, tanah berpasir dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah. Letak geografis Pulau Pramuka 5°44’19”‐5°45’05” LS dan 106°36’35‐106°37’07” BT. Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu. Dengan menggunakan transportasi laut hanya butuh 2,5 jam dari Muara Angke akan sampai di dermaga Pulau Pramuka. Penduduk pulau ini mulai berkembang seiring menjadi daerah pariwisata beberapa tahun belakangan ini karena keindahan alam di sekitar pulau ini dan penduduk yang ramah. Fasilitas‐fasilitas yang tersedia di pulau ini mencakup tempat penginapan(homestay), rumah makan, rumah sakit, masjid, lapangan olahraga, dan lain‐lain. Di dalam Pulau Pramuka sendiri terdapat sebuah penangkaran Penyu Sisik yang di kepalai oleh Bapak Salim. Penyu‐penyu ini dikembangbiakan dan di rawat dalam satu area ini. Para wisatawan dapat menyentuh langsung penyu‐penyu ini untuk mendapatkan wawasan mengenai penyu ini. Apabila penyu‐penyu ini sudah cukup umurnya, maka mereka akan dilepaskan di tepi pantai. Waktu Sabtu, 28 April 2012 sampai dengan Minggu, 29 April 2012. III. Kegiatan Untuk pengambilan data kualitas air laut, pengambilan sample dilakukan dengan metode grab sampling. Diambil hanya sekali dan pada lokasi tertentu saja. Pengukuran parameter langsung dilakukan dengan horiba dan refrektometer.Data kemudian dibandingkan dengan KEP‐02/MENKLH/I/1988 Tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Pariwisata dan Rekreasi. IV. Alat, Bahan, dan Parameter yang Diukur Materi : Identifikasi terumbu karang Pemateri Lokasi Alat Bahan Teknik identifikasi Parameter yang diukur : Lucky Dwi Nanda : Spot snorkeling pulau pramuka : 1. Underwater paper 2. Pensil 3. Snorkel kit 4. Papanjalan anti air : 1. Log sheet 2. Alattulis : Teknik visual : 1. Warnaterumbukarang 2. Bentukterumbukarang 3. Kerasataulunaknyakarang 4. Ada atautidaknyatentakel Materi : Pengukuruan kualitas air laut Pemateri Lokasi Alat Bahan Teknik pengamatan Parameter yang diukur : Hamdi Eko Putranto (pos 3) Trie Lany Putri Yuliananingrum (pos 2) : Pos 3 (Limnologi kit) danpos 2 (Horiba U‐10) : 1. Limnologi kit 1.a.Dissolved oxygen meter (DO‐5990) 1.b. pH Tester (versi FT11) 2. Horiba U‐10 3. GPS : 1. Sampel air laut 2. Log sheet 3. Alat tulis : Teknik Visual : 1. pH 2. Konduktivitas 3. Turbiditas 4. DO 5. Temperatur 6. Salinitas 7. Koordinat dan waktu pengukuran Materi : Pengamatan keadaan meteorologi Pemateri Lokasi Alat Bahan Teknik pengamatan Parameter yang diukur : Imaddudin : Pos 1 : 1. AWS 1.a. Console 1.b. Connector kabel 1.c. Connector temperature 1.d. Adaptor danbaterai 1.e. Tiang dan kabel 1.f. Winda Fan 1.g. Weather Computer 1.h. Rain Collector 2. GPS : 1. Log sheet 2. Alat tulis : Teknik Visual : 1. Kecepatan angin 2. Arah angin 3. Temperatur udara 4. Curah hujan 5. Koordinat dan waktu pengukuran Materi : Pengukuran pasang surut Pemateri Lokasi Alat Bahan Teknik pengamatan Parameter yang diukur : Corry Corvianawatie : Pos 1 : 1. Palempasut 2. Waterpass 3. Statip 4. Rambuukur 5. Payung 6. GPS : 1. Log sheet 2. Alattulis : Teknik Visual : 1. Ketinggianmuka air lautterhadappalempasut 2. Koordinatdanwaktupengukuran V. Data a. Kualitas air laut Data yang diambil No. Posisi Lintang Waktu pH suhu Salinitas Turbiditas Konduktivitas DO Bujur Pantai 1 5,74537 °LS 106,61543 °BT 17.17 7,1 30°C 27,5 /mil - - - 2 5,74537 °LS 106,61543 °BT 17.42 7,24 30°C 23,6 /mil 10 NTU 35,9 mS/cm 0,62 mg/L 3 5,748 °LS 106,58977 °BT 11.10 7,15 29,9 °C 2.41 /mil - 37.8 mS/cm 0.59 mg/L 4 5,748 °LS 106,58977 °BT 11.21 6,69 29,8 °C 2.42 /mil - 37.9 mS/cm 0.58 mg/L *) keterangan alat: No 1. menggunakan Limnologi Kit dan Refraktometer No 2, 3, 4 menggunakan Multimeter Horiba Gambar V.a.1 Multimeter Horiba b. Hasil pemetaan ekosistem Lokasi Jenis pantai Ekosistem Pantai Antara pos 1 dan pos 2 berbatu Terumbu karang pos 2 berbatu Mangrove, padang lamun Antara pos 2 danpos 3 Berpasir, berbatu mangrove, terumbu karang Struktur / Bangunan Pantai dermaga, breakwater Fasilitas Umum dermaga, kantor pos, masjid, kantor bupati, lapangan, penginapan, wc umum, rumah sakit, atm penginapan, bank DKI, wc umum breakwater Lapangan bola, pembangkit listrik, SDN 02, SLTPN 133, SMUN 69, penangkaran penyu, balai taman nasional kepulauan seribu, wc umum Peta pulau pramuka Gambar V.b.1. Peta Pulau Pramuka Gambar V.b.2 Ekosistem pantai Gambar V.b.3 Padang lamun c. Hasil identifikasi terumbu karang Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal‐usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakanSpesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, danmikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Berdasarkan data di seluruh pulau di gugusan wilayah Kepulauan Seribu di kelilingi oleh terumbu karang yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu jenis karang keras/batu dan jenis karang lunak. Koloni Karang tersebut di bangun oleh beribu‐ribu hewan kecil yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat bervariasi. Di Kepulauan Seribu diperkirakan terdapat 257 jenis binatang Karang yang hidup pada kedalaman kurang dari 30 meter. Adapun koloni karang yang cukup dominan di kawasan Pulau Seribu adalah : Bentuk Lembar Daun (foliosa) Karang ini berbentuk lembaran‐lembaran pipih seperti daun. Bentuk strukturnya rapuh dan mudah patah. Bentuk Keras (massive) umumnya Karang ini berbentuk bola atau setengah bola dengan stuktur cukup kokoh. Bentuk Jamur (mushroom coral) karang ini bercabang dan tumbuh melebar dengan permukaan rata berbentuk bulat dengan struktur sangat rapuh dan mudah patah. Bentuk Merayap, mengikuti subtan ( encrusting) karang ini umumnya tumbuh merayap diatas karang yang telah mati. Masa depan terumbu karang – terumbu karang yang tersebar dalam aneka rupa warna, ternyata memiliki manfaat yang sangat dibutuhkan manusia, diantaranya untuk kegiatan pariwisata, perikanan dan perlindungan pantai. Dari data identifikasi terumbu karang beberapa jenis karang yang ada di snorkeling site di Pulau Seribu: 1. Acropora digitifera Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora digitifera Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni berbentuk digitata, umumnya permukaannya rata dengan ukuran bisa mencapai lebih dari 1 meter. Percabangannya kecil, berbentuk bulat atau pita. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk bulat, memiliki ukuran yang sama, pinggir koloni berwarna terang. Warna Jingga, krem atau kuning, sering berwarna biru muda. Umumnya memiliki warna krem atau kuning pada ujung koloni. Kemiripan A. japonica, A. humilis, A. gemmifera. Distribusi Perairan Indonesia, Philipina, Australia, Mikronesia, Jepang, Zanzibar, Tanzania. Habitat Di daerah yang bergelombang dan perairan dangkal. 2. Acropora humilis Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora humilis Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 1‐7 meter Ciri‐ciri Umumnya memiliki korimbosa, percabangan tebal dan memiliki koralit aksial yang besar serta mempunyai radial koralit dengan dua ukuran. Warna Umumnya memiliki warna yang beragam, namun yang paling utama adalah warna krem, coklat, atau biru. Kemiripan Karang ini tidak memiliki kemiripan dengan A. gemmifera dan A. monticulosa. Distribusi Tersebar di perairan Indonesia, Laut Merah hingga Amerika Tengah dan sekitar Australia. Habitat Umumnya dijumpai di daerah reef slope dan reef flat. 3. Acropora hyacinthus Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora hyacinthus Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koralit terlihat seperti piringan. Cabangnya tipis. Radial koralit berbentuk mangkok. Warna Umumnya berwarna krem, coklat, keabu‐abuan, hijau, biru dan merah muda. Kemiripan Sepintas karang ini mirip dengan A. cytherea, A. Spicifera dan A. Tanegashimensis. Distribusi Tersebar dari perairan Indonesia, dan Australia. Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal. 4. Acropora cervicornis Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora cervicornis Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang‐cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan. Warna Coklat muda. Kemiripan A. prolifera, A. formosa. Distribusi Perairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman. Habitat Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih. 5. Acropora elegantula Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora elegantula Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar. Aksial koralitnya jelas. Warna Abu‐abu dengan warna ujungnya muda. Kemiripan A. aculeus, dan A. elseyi. Distribusi Perairan Indonesia, Srilanka. Habitat Fringing reefs yang dangkal. 6. Acropora Acuminata Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora acuminata Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran. Warna Biru muda atau coklat. Kemiripan A. hoeksemai, A abrotanoides. Distribusi Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina. Habitat Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh. 7. Acropora millepora Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora millepora Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial koralit tersusun rapat. Warna Umumnya berwarna hijau, orange, merah muda, dan biru. Kemiripan Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra. Distribusi Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal. 8. Acropora desalwii Family Acroporidae Genus Acropora Spesies Acropora desalwii Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri oloni berbentuk korimbosa dangan percabangan yang padat. Percabangan pada koloni primer umumnya horisontal dan berbeda dengan koloni lainnya. Percabangannya memiliki lebih dari satu aksial koralit. Aksial koralit panjang, berbentuk tabung dan menghadap keatas. Pada daerah berarus aksial koralit berbentuk seperti radial koralit. Warna Umumnya berwarna coklat muda, biru, hijau dan memiliki warna yang berbeda pada bagian ujung/pinggir koloni. Kemiripan A. parapharaonis, A. Plana, A. willisae. Distribusi Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea, Solomon. Habitat Daerah perairan dangkal yang terlindung. 9. Montipora digitata Family Acroporidae Genus Montipora Spesies Montipora Digitata Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas. Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus. Warna Krem muda atau coklat, kadang berwarna merah muda atau biru Kemiripan M. samarensis. Distribusi Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Madagaskar, Solomon, Tanzania dan Australia. Habitat Lingkungan karang yang dangkal. 10. Montipora tuberculosa Family Acroporidae Genus Montipora Spesies Montipora tuberculosa Kedalaman Karang ini banyak ditemukan pada kedalaman 3‐15 meter Ciri‐ciri Koloni submasif atau berlapis. Koralit kecil. Koralit dipisahkan oleh papila. Warna Coklat, hijau, biru terang. Kemiripan M. monasteriata. Distribusi Perairan Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Jepang, Tanzania, Madagaskar, Mesir dan Australia. Habitat Dapat ditemui hampir di semua lingkungan perairan karang. Koloni karang yang cukup dominan di kawasan Pulau Pramuka adalah : Bentuk Lembar Daun (foliose) Karang ini berbentuk lembaran‐lembaran pipih seperti daun. Bentuk strukturnya rapuh dan mudah patah. Gambar V.c.1 Terumbu karang Bentuk Keras (massive) umumnya Karang ini berbentuk bola atau setengah bola dengan stuktur cukup kokoh. Gambar V.c.2 Terumbu karang keras Gambar V.c.3 Terumbu karang setengah bola Bentuk Jamur (mushroom coral) karang ini bercabang dan tumbuh melebar dengan permukaan rata berbentuk bulat dengan struktur sangat rapuh dan mudah patah. Gambar V.c.4 Terumbu karang jamur Bentuk Merayap, mengikuti subtan (encrusting) karang ini umumnya tumbuh merayap diatas karang yang telah mati. Gambar V.c.5 Terumbu karang merayap d. Hasil pengukuran pasut Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut akibat gaya gravitasi Bulan dan Matahari secara periodik. Variasi ketinggian pasang surut bergantung pada konfigurasi Bumi, Bulan, dan Matahari saat itu. Jika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru, maka total gaya gravitasi yang menarik air lautnya besar dan pada saat itulah pasang maksimum. Sedangkan ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada posisi siku‐siku, yaitu ketika fase bulan setengah, gaya gravitasi dari Bulan dan Matahari sama besar dan saling menarik ke arah yang berlawanan, sehingga pasang pada saat itu adalah pasang minimum. Pengamatan pasang surut air laut berguna untuk pembangunan dermaga dan jembatan di muara sungai. Selain itu, berguna juga bagi nelayan ketika ingin menangkap ikan. Baru Gambar V.d.1 siklus bulan Sumber : Diktat Mekanika Benda Langit Cara mengamati pasang surut yang mudah dilakukan adalah dengan menggunakan palem pasut. Pada palem pasut terdapat garis‐garis yang menentukan ketinggian muka air laut saat itu. Kemudian kita bisa mencatat ketinggian muka air laut yang teramati dengan rentang waktu tertentu. Pada saat ekskursi, didapat ketinggian muka air laut sebesar 10,5. Gambar V.d.2 Fase Bulan di lokasi Image credit : Gerhana Puan Gambar V.d.3 Palem Pasut Image credit : Gerhana Puan Umur Bulan pada saat ekskursi sekitar 6 hari. Fasenya mendekati setengah. Jadi, seharusnya pada saat ekskursi pasang yang terjadi tidak terlalu tinggi, karena konfigurasi posisi Bulan, Bumi, dan Matahari tidak segaris, melainkan mendekati siku‐siku. e. AWS (Automatic Weather Stations) AWS atau Automatic Weather Stations adalah satu set perlengkapan pengukuran cuaca yang bisa dibawa kemana saja. AWS sering digunakan untuk orang‐orang yang membutuhkan pengamatan meteorologi pada tempat‐tempat yang terpencil. AWS terdiri dari berbagai macam alat antara lain, termometer, anemometer, dan rain collector. Termometer digunakan untuk mengukur temperatur pada saat itu. Rain collector digunakan untuk mengukur curah hujan di tempat tersebut. Pada rain collector terdapat tabung untuk menampung air hujan. Di dalam tabung tersebut terdapat alat akan mengukur curah hujan melalui titik‐titik hujan yang jatuh ke alat tersebut. Lalu ada anemometer yang berguna untuk mengukur kecepatan angin dan arah angin. Karena pada saat ekskursi peralatan AWS tidak bisa digunakan, jadi tidak ada data yang bisa diambil. k VI. Gambar V.d.4 peralatan n AWS Dzikra Image creedit : Afidah D Analisiss SALINITAS Air laaut mengan ndung 3,5% % garam‐garraman, gas‐gas terlaru ut, bahan‐b bahan organik dan partikel‐parrtikel tak teerlarut. Keberadaan garam‐garamaan memengaruhi di mana den nsitas siifat fisis air llaut (densitaas, kompresiibilitas, titik beku, dan ttemperatur d m menjadi makksimum) beberapa tinggkat, tetapi tidak meneentukannya. Beberapa sifat (vviskositas, daya serap cahaya) c tidak terpengarruh secara signifikan s oleeh salinitas.. Dua siifat yang sangat ditentu ukan oleh ju umlah garam m di laut (salinitas) adaalah daya haantar lisstrik (konduktivitas) dan n tekanan ossmosis. Secaraa ideal, salin nitas merupakan jumlah h dari total ggaram‐garam man dalam gram pada setiap kilogram k airr laut. Nilai salinitas yg diukur di pos 3,untuk sampel 1 ad dalah 27,5 permil, sedangkan sampel 2 ad dalah 29 permil. Kandungan garam m pada air su ungai dan danau kurang k dari 0,05%. Jikaa melebihi itu atau seekitar 0,05‐3 3%, air terssebut dikategorikan n sebagai aiir payau. Jikka tingkat salinitasnya di antara 3‐5% air terssebut dikategorikan n sebagai air saline dan n jika meleb bihi 5%, air dikategorikaan sebagai brine. b D penguku Dari uran yang dilakukan, maka sampel air laut terrsebut dikateegorikan sebagai air payau. Alat untuk mengukur salinitas di laut adalah refraktometer. Refraktometer merupakan alat pengukur salinitas yang cukup umum, juga disebut sebagai pengukur indeks pembiasan pada cairan yang dapat digunakan untuk mengukur kadar garam. Prinsip alat ini adalah dengan memanfaatkan indeks bias cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air. Karena memanfaatkan cahaya, alat ini harus dipakai di tempat yang mendapatkan banyak cahaya atau lebih baik kalau digunakan di bawah sinar matahari. Jadi, setelah mengambil sampel air laut, kita langsung menghitungnya dengan alat ini. KONDUKTIVITAS Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion‐ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion‐ion tersebut. Satuannya adalah mS/cm (milli‐Siemens per centimeter). Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01, dan kedalaman sebesar 20 meter. Secara umum faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas di laut adalah temperatur. Dari hasil pengukuran, konduktivitas sampel air laut tersebut adalah 35,9 mS/cm. Ini termasuk nilai yang cukup tinggi karena air laut banyak mengandung garam. PH Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0–8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai pH untuk sampel air laut yang diukur adalah sekitar 7,2‐7,4 ini menandakan pH air laut berada pada kadar yang normal, tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa, seperti air murni. Air yang memiliki pH lebih kecil atau lebih besar daripada kisaran pH normal akan memengaruhi organisme yang hidup di dalam lingkungan perairan. DISSOLVED OXYGEN Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah jumlah oksigen yang ada dalam kolom air. Dalam lingkungan perairan, level oksigen terlarut dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, dan ketinggian. Oksigen terlarut (DO) sangat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan respirasi. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah difusi udara dan dari hasil fotosintesis biota berklorofil yang hidup di perairan. Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Kandungan oksigen di dalam air untuk dapat mendukung kehidupan organisme air berkisar antara 4‐8 mg/liter. Dari hasil penelitian, kadar oksigen dalam sampel hanya 0,63‐0,64 mg/liter. Ini menunjukkan kadar oksigen yang sangat rendah. Hal ini bisa jadi mengindikasikan tercemarnya air laut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk, sebagian air limbah domestik memang dialirkan ke laut. Selain itu, ini mungkin terjadi karena alat DO meter yang digunakan kurang baik. SUHU Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, di lapisan teratas sampai kedalaman kira‐kira 50‐70 m terjadi pengadukan sehingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu, lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal, lapisan vertikal ini sampai ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Dari hasil penelitian, suhu sampel air laut yang diukur berada pada suhu 29‐30°C, maka sampel tersebut merupakan air yang diambil dari permukaan. Selain itu, sampel telah diambil dalam jangka waktu lama sebelum diukur sehingga kemungkinan suhunya mirip dengan suhu lingkungan. IDENTIFIKASI TERUMBU KARANG Berdasarkan hasil identifikasi, ternyata terumbu karang di dekat Pulau Pramuka beragam warnanya, jumlahnya banyak, dan jenis dan bentuknya variatif. Ini menandakan lingkungan perairan masih cukup terjaga dengan baik. Namun, yang dikhawatirkan adalah adanya sampah yang terbawa arus. Walaupun sampah itu hanya mengapung di permukaan, bisa jasi sampah‐sampah tersebut mengandung bahan‐ bahan berbahaya yang terlarut dalam air yang mungkin pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kehidupan karang. VII. Kesimpulan Dari segi kualitas air laut, Pulau Pramuka masih berkualitas baik. Namun, kita harus berhati‐hati terhadap kebiasaan penduduk Pulau Pramuka yang belum mendukung kelestarian lingkungan, misalnya membuang air limbah domestik ke laut, membakar sampah secara manual, menimbun sampah tanpa mengolahnya, dll. Oleh karena itu, pihak‐pihak yang berwenang seharusnya menyediakan fasilitas sanitasi dan kebersihan yang memadai. Selain itu, penduduk pulau itu harus diberi penyuluhan atau sosialisasi terkait hidup ramah lingkungan, terutama dalam mengelola limbah yang dihasilkan. Jika tidak, potensi keindahan alam di pulau ini lama‐lama akan punah. VIII. Lampiran Gambar VIII Foto Kelompok 7