Mukrianto, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I melalui Model Belajar Kooperatif... 79 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEMESTER I MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF UNTUK BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA DI SDN SURUHANLOR TAHUN 2014/2015 Oleh: Mukrianto SDN Suruhanlor, Bandung, Tulungagung Abstrak. Model belajar kooperatif adalah pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung pada siswa Kelas V Semester I bidang studi Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat Tahun 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai Nopember 2014. Berdasarkan pada pelaksanaan masing-masing siklus penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Tulungagung Tahun 2014/2015 Semester I setelah pembelajaran diterapkan dengan menggunakan Model belajar kooperatif pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat. Kata Kunci: model belajar kooperatif, bahasa indonesia Model belajar kooperatif adalah pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa rutin bekerja dalam kelompok 4 orang untuk membantu memecahkan masalah yang komplek (Muhammad Nur: 2000). Konsep sederhana dari model belajar kooperatif yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Model belajar kooperatif adalah model pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit tetapi juga mampu menumbuhkan kerja sama, berfikir kritis, mau membantu teman dan sebagainya (Meini Sondang S:2004). Unsur-unsur Dasar Kooperatif, (a) Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. (b) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. (c) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. (d) Siswa haruslah mendapat tujuan dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. (e) Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi atau tugas yang menjadi tanggungjawabnya di dalam kelompok. (f) Siswa mendapat hadiah/ penghargaan bukan untuk diri sendiri tetapi untuk kelompoknya. Ciri-ciri Model belajar kooperatif, (a) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk memutuskan materi belajamya. (b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (c) Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan ras, budaya, suku dan jenis kelamin. (d) Kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa. (e) Menerima perbedaan individu menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan atau ketidakmampuan. (f) Penghargaan lebih berorientasi kelom- 80 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 pok daripada individu. Model Penerapan Model belajar kooperatif, (a) Model STAD, (b) Model Investivigasi Kelompok, (c) Model Pendekatan Struktural. Pendekatan ini sangat relevan dengan 4 pilah pendidikan seumur hidup yang dirumuskan dalam konferensi Internasional kemudian diratifikasi UNESCO tahun 1996. (a) Learn to Know: Belajar untuk berpengetahuan. (b) Learn How to Learn: Belajar bagaimana anak didik belajar dengan baik dan benar. (c) Learn to do: Belajar untuk berbuat. (d) Learn to be: Berbuat untuk membentuk jadi diri (kepribadian). (e) Learn to live together: Belajar untuk dengan hidup bersama (Marsetio Dono Seputro: 2002). Ada tiga tujuan (nilai penting) yang ingin dicapai dan perlu ditanamkan yaitu siswa akan lebih sukses jika belajar dalam kelompok, (a) Hasil belajar secara akademik, (b) Penerimaan terhadap keragaman, (c) Pengembangan keterampilan sosial (Masitah dkk: 2002). Model belajar kooperatif menanamkan nilai-nilai perbedaan sebagai akibat latar belakang yang berbeda untuk dihadapkan pada realitas untuk bekerja saling tergantung yang positif satu sama lain atas dasar kesamaan tugas bersama, sekaligus menanamkan sikap saling menghargai satu sama lain. Belajar kelompok sekaligus juga mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk beroganisasi yang diciptakan melalui kompetensi dalam kelompok. Nilai penting belajar kelompok adalah menanamkan kemampuan kerja sama dalam mengatasi masalah dan kemampuan membantu teman dalam pemecahan masalah. Setiap siswa dalam satu kelompok yang ingin dicapai sangat berhubungan dengan motivasi yang dianggap sama dengan tujuan dan maksudnya yaitu satu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih siswa yang mengadakan kontak untuk satu tujuan mereka mempertimbangkan hubungan yang bermakna. Bahasa Indonesia merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menengarkan, berbicara membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh Karen itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia diartikan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Indonesia pada tingka literasi tertentu. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI meliputi: (1) Kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan meulis secara terpadu untuk mencapai tingkat literasi informational; (2) Kemampuan memahami dan menciptakan berbagai teks fungsional pendek dan monolog serta esei berbentuk prosedur, deskripsi, narasi, laporan, artikel berita, eksposisi analisis, eksposisis, eksplanasi, diskusi, pengu-muman dan pidato. Gradasi bahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata, tata bahasa, dan langkah-langkah retorika. Kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis), kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara berterima dalam berbagai onteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi masalah yang timbul dalam roses komunikasi dengan berbagai cara agar komunikasi tetap berlangsung), dan kompetensi pembentuk Mukrianto, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I melalui Model Belajar Kooperatif... wacana (menggunakan piranti pembentuk wacana). Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Tulungagung Tahun 2014/2015 Semester I melalui Model belajar kooperatif pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat. (2) Efektivitas pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan Model belajar kooperatif pada siswa kelas V SDN Suruhanlor Tulungagung Tahun 2014/ 2015 Semester I. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung pada siswa Kelas V Semester I bidang studi Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat Tahun 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa. Prosedur siklus penelitian yang dilakukan, prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Observasi (Observation), Refleksi (Reflection) Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas V SDN Suruhanlor adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (a) Siswa takut untuk bertanya/ mengemukakan pendapat, (b) Takut dimarahi, guru apabila pertanyaan yang diajukan tidak baik, (c) Siswa malu bertanya, 81 (d) Siswa tidak memahami konsep yang diajarkan, (e) Pertanyan guru tidak dimengerti siswa. (f) Merasa kesulitan pada bidang studi Bahasa Indonesia, (g) Merasa takut ditertawakan oleh teman-temannya bila pertanyaan yang diajukan salah/jelek, (h) Siswa beranggapan bahwa terlalu banyak bertanya itu tidak sopan. Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini diperlukan alat bantu sebagai berikut: (a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif. (b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas. Lembar observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur dan supervisi. Lembar observasi terstruktur digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan lembar supervisi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru. Butir-butir observasi supervisi dan terstruktur terlebih dahulu didiskusikan oleh tim action research. (c) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembaran Kerja Siswa (LKS). (d) Lembaran Angket, menitik beratkan bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru. (e) Membuat alat evaluasi untuk peningkatan kualitas hasil belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus. (f) Dokumentasi digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Kegiatan pemotretan ini untuk mengetahui situasi dan kondisi guru maupun siswa ketika melaksanakan penelitian. Untuk mengetahui lebih jelas tindakan yang akan dilaksanakan, berikut disampaikan deskripsi, skenario dan prosedur tindakan yang digunakan dalam penelitian ini. a. Deskripsi dan tindakan penelitian ini sebagai berikut. Jumlah siswa Kelas V sebanyak 20 siswa dibagi 4 kelompok dengan kemampuan siswa yang heterogen dilihat dari jenis kelamin maupun kemampuan siswa, masing-masing dengan jumlah anggota 5 siswa. Setiap 82 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 kelompok memiliki hak yang sama yaitu untuk mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan. Bagi kelompok yang aktif, maka guru memberikan beberapa penghargaan. b. Skenario Kerja Tindakan, skenario dari tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut. (1) Langkah-langkah yang dilakukan guru: Melaksanakan appresepsi/ presepsi, memberikan motivasi, menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis, menjelaskan langkahlangkah pembelajaran, mengelompokkan siswa yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan model belajar kooperatif, melaksanakan diskusi kelompok, melaksanakan diskusi kelas, membantu melancarkan diskusi/membantu siswa dalam kesulitan, melatih meminta siswa membuat pertanyaan, melontarkan pertanyaan satu kelompok ke kelompok yang lain, bersama siswa membuat rangkuman materi yang didiskusikan, melaksanakan penilaian proses, memberikan tugas pada akhir pelajaran. (2) Langkah-langkah yang dilakukan siswa: Berdiskusi dalam kelompoknya, diskusi kelas, membuat pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan, minta bantuan guru bila mengalami kesulitan, presentasi hasil diskusi, bersama guru mengambil kesimpulan apa yang didiskusikan, mengerjakan penilaian proses. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yaitu: (1) Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pengajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. (2) Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pengajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pengajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. (3) Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini adalah lembar kegiatan yang dipergunakan siswa dan digunakan peneliti untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen. (4) Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar. (a) Lembar observasi pengolahan model belajar kooperatif untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pengajaran. (b) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pengajaran. (5) Tes formatif, tes ini disusun berdasarkan tujuan pengajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman Bahasa Indonesia. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah uraian. Sebelumnya soal-soal ini telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama 1. Refleksi Awal Peneliti (kepala sekolah) bersama kolaborator (guru kelas V) mengidentifikasi permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Dari identifikasi ini diketahui bahwa penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah penerapan metode pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional. 2. Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model belajar kooperatif. (b) Menyusun petunjuk kegiatan siswa. (c) Melaksanakan kegiatan penelitian. (d) Penilaian hasil kegiatan penelitian 3. Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mukrianto, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I melalui Model Belajar Kooperatif... A. Kegiatan awal, apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi minggu lalu; guru memberi tahu materi yang akan dipelajari; guru mengemukakan tujuan dari pembelajaran hari ini. B. Kegiatan inti, siswa mengamati bacaan cerita rakyat, siswa menentukan judul cerita, siswa menyebutkan tokoh-tokoh cerita, siswa menjelaskan perwatakan dari para tokoh cerita, siswa menyebutkan latar cerita, siswa menyebutkan tema cerita, siswa menjelaskan amanat cerita, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, siswa berdiskusi kemudian Memberikan tanggapan mengenai isi cerita rakyat yang didengar, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa , guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. C. Kegiatan akhir, membuat kesimpulan tentang unsur-unsur cerita rakyat, mengerjakan soal-soal latihan, membaca buku cerita dan melaporkan isi buku secara tertulis. 4. Observasi (Pengamatan) a. Berdasarkan observasi di Kelas V SDN Suruhanlor dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Bagi Kelas V SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung, siswa-siswa tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunkasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh prosentase rata-rata sebesar 58.75% dan termasuk dalam kategori aktivitas “cukup baik”. (b) Dari 83 segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut. (1) Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok. (2) Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan. (3) Guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar. (4) Akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. b. Dari aktivitas guru ini memperoleh ratarata aktivitas sebesar 60.00% dan termasuk dalam kriteria “cukup baik“. c. Secara umum, hasil dari observasi selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar kooperatif berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V Semester I SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung pada bidang studi Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No Nama Siswa Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Fadqur Ramadani F A. Ahmad Agus Rafi'i Koyum Afinda Putra Adzin Danu Fajar Ahmad Agil Zien A. Ainurrohmah Bela S. Fatwa Sabil K. Isman Barur Muttaqin Kirana Puspa Rani Muhammad Asmi' Z. Muhamad Billy R.S. Mochamad Dicky F. Nia Setia Fitri 68 80 76 80 64 52 68 76 80 84 76 80 64 Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas TT T T T TT TT TT T T T T T TT 84 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 No Nama Siswa Nilai 14 15 16 17 18 Prahesta Candra W. Reihannaya Wahyu N Taufik Hidayat Tegar Cakra P. Willian Gupta P. 84 52 80 64 84 Jumlah Rata-rata 1312 72.89 Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas T TT T TT T 11 61.11 7 38.89 d. Dari data Tabel 1 terlihat jelas bahwa kemampuan siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas dimana pada siklus I rata-rata siswa adalah 72,89 sedangkan ketuntasan belajarnya 61.11%. Ketuntasan ini masih belum memenuhi ketuntasan klasikal sebesar 85%. 5. Refleksi a. Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa. (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah. (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. b. Dengan adanya kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I, maka prestasi belajar yang dicapai siswa tidak maksimal, yaitu hanya mencapai ketuntasan belajar sebesar 61.11% masih jauh dari ketuntasan belajar yang diharapkan sebesar 85%. Untuk masih diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus Kedua 1. Planning (Perencanaan) a. Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, yang beda adalah pada materi kegiatan yang membahas tentang Sumpah pemuda. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik bertanya pada guru. (b) Mengurangi dominasi guru. (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. 2. Action (Pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut: A. Kegiatan awal, apersepsi: guru bertanya kepada siswa tentang materi minggu lalu, guru memberi tahu materi yang akan dipelajari, guru mengemukakan tujuan dari pembelajaran hari ini B. Kegiatan inti, biswa mengamati bacaan cerita rakyat, siswa menentukan judul cerita, siswa menyebutkan tokoh-tokoh cerita, siswa menjelaskan perwatakan dari para tokoh cerita, siswa menyebutkan latar cerita, siswa menyebutkan tema cerita, siswa menjelaskan amanat cerita, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, siswa berdiskusi kemudian Memberikan tanggapan mengenai isi cerita rakyat yang didengar, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. C. Kegiatan akhir, membuat kesimpulan tentang unsur-unsur cerita rakyat. Mengerjakan soal-soal latihan, membaca buku cerita dan melaporkan isi buku secara tertulis. 3. Observasi (Pengamatan) Berdasarkan observasi di Kelas V SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung dapat direkam hal-hal sebagai berikut: (a) Pada siklus II aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Siswa sudah tidak canggung lagi saat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Frekuensi pertanyaan siswa merata, tidak lagi didominasi oleh kelompok tertentu. Komunikasi antar siswa sudah berjalan se- Mukrianto, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I melalui Model Belajar Kooperatif... cara aktif dan komunikatif sehingga interaksi belajar siswa mampu mendorong aktivitas belajar yang aktif dan kondusif. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh prosentase rata-rata sebesar 78.75% dan termasuk dalam kategori aktivitas “baik”. (b) Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang telah dirancang. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 85.00% dan termasuk dalam kriteria “baik“. Secara umum, hasil dari observasi selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar kooperatif berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V Semester I SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung pada bidang studi Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Siswa Fadqur Ramadani Fil A. Ahmad Agus Rafi'i Koyum Afinda Putra Adzin Danu Fajar Ahmad Agil Zien A. Ainurrohmah Bela S. Fatwa Sabil K. Isman Barur Muttaqin Kirana Puspa Rani Muhammad Asmi' Z. Muhamad Billy Restu S. Mochamad Dicky Fatwa Nia Setia Fitri Prahesta Candra W. Reihannaya Wahyu Nur F. Taufik Hidayat Tegar Cakra P. Willian Gupta P. Jumlah Rata-rata Nilai 84 80 84 80 84 100 100 100 68 100 96 64 100 96 92 100 92 96 1616 89.78 Ketuntasan Tidak Tuntas T T T T T T T T TT T T TT T T - 85 sebesar 85%. 4. Refleksi Dari hasil observasi sudah ditemukan adanya beberapa peningkatan yaitu: (a) Teknik bertanya kepada guru meningkat lebih baik. (b) Motivasi siswa dalam diskusi meningkat. (c) Dominasi guru berkurang. Data yang penulis sajikan tersebut berupa data Hasil Belajar Siswa dan data Pelaksanaan Pembelajaran Guru. Interpretasi terhadap data penulis sajikan difokuskan pada dua hal tersebut yakni Hasil Belajar Siswa dan pelaksanaan pembelajaran Guru. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 68,44 dengan ketuntasan belajar 33.33%, siklus I: 72,89 dengan ketuntasan belajar 61.11% dan siklus II: 89.78 dengan ketuntasan belajar 88.89%. Dengan melihat hasil yang terus naik per siklus maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada grafik di bawah: Tuntas T T T T 16 88.89 2 11.11 Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata belajar siswa sebesar 89.78 dengan ketuntasan 88.89%. Ketuntasan ini sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal 89,78 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 68,44 72,89 88,89 61,11 33,33 RATA-RATA KETUNTASAN Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada pelaksanaan masing-masing siklus penelitian maka dapat diambil kesimpulan: (1) Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Suruhanlor Kecamatan Bandung Tulungagung Tahun 2014/2015 Semester I setelah 86 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 pembelajaran diterapkan dengan menggunakan Model belajar kooperatif pada pelajaran Bahasa Indonesia materi Unsurunsur cerita rakyat. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar setiap siklusnya. Pada sebelum siklus rata-rata hasil belajar siswa sebesar 68,44 dengan ketuntasan belajar 33.33%, siklus I: 72,89 dengan ketuntasan belajar 61.11% dan siklus II: 89.78 dengan ketuntasan belajar 88.89%. (2) Penerapan Model belajar kooperatif sangat efektif digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi Unsur-unsur cerita rakyat. Respon siswa terhadap pembelajaran ini juga sangat positif. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket yang diberikan kepada siswa. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1994. GBPP SL TP Kurikulum 1994 edisi 99. Jakarta: Dikmenum Bimo Walgito. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Fakultas Psikologi Unviersitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Cece Wijaya. 2000. Pendidikan Inkuiri Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, Remaja Rosdakarya, Bandung. Dosen FIP IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar- Dasar Kependidikan Nasional. Mohamad Ali. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa, Bandung. Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 2000. Upaya mengoptimalkan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Marsetia Dono Saputro, 2002 Pendidikan Menyongsong Globalisasi, Makalah Seminar Nasional 13 Mei 2002 dalam saran-saran sebagai berikut agar dalam menerapkan model belajar kooperatif dapat mencapai hasil yang memuaskan: (1) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran. (2) Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan model belajar kooperatif. (3) Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan model belajar kooperatif. (4) Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya. rangka Hari Pendidikan Nasional FIS Nasional. Ngalim Purwanto, MP. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya. Pedomo Hadinoto, H, dkk. 1991. Kesulitan Belajar Dan Gangguan Bicara, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. Pehardjono. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Depdikbud. Prasodjo, Budi, dkk. 2003. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia Untuk kelas 1 SD, Jakarta: Yudhistira. Poerwadarminto, WJS. 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,: PN Balai Pustaka.