PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERKAIT PENYAKIT JANTUNG KORONER DALAM KELOMPOK DEWASA DAN REMAJA DI JAKARTA PADA TAHUN 2012 Nadim Marchian* dan Saptawati Bardosono** *Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia **Departemen Ilmu Kedokteran Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian besar di Indonesia. Salah satu upaya pencegahan PJK primer yang dilakukan adalah intervensi perubahan gaya hidup. Intervensi dilakukan pada aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terkait PJK. Target intervensi utama adalah kelompok remaja dan dewasa. Metode dan tingkat keberhasilan intervensi ditentukan pula oleh karakteristik awal masyarakat. Oleh sebab itu, perlu diketahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat untuk menentukan metode intervensi yang efektif. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang. Data primer diambil dengan kuisioner. Total responden berjumlah 508 warga Jakarta, masing-masing 254 remaja dan 254 dewasa. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan baik hanya ditemukan pada 163 subjek (32,09%), tingkat sikap baik ditemukan pada 374 subjek (73,62%), dan tingkat perilaku baik ditemukan pada 270 subjek (53,15%). Studi menemukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku terkait PJK pada kedua kelompok dengan p remaja dan p dewasa masing-masing 0,7 dan 0,1. Hubungan antara sikap dengan perilaku juga dibuktikan tidak signifikan dengan p masing-masing 0,1 untuk remaja dan 0,6 untuk dewasa. Berdasarkan hasil penelitian ini, metode intervensi yang cocok bagi masyarakat Jakarta adalah intervensi perilaku secara langsung, baik bagi remaja atau dewasa. Knowledge, Attitude, and Practice Regarding Coronary Heart Disease Among Adults and Adolescents in Jakarta 2012 Abstract Coronary heart disease is one of Indonesia’s major causes of death. One of the primary prevention effort to be done is by changing the community’s lifestyle in knowledge, attitude, and practice. The main intervention targets are adults and adolescents group. As community characteristics can affect the intervention method and success rate, there is a need to evaluate the knowledge, attitude, and practise regarding coronary heart disease in order to come up with an effective intervention method. The study design used is cross-sectional. Primary data is collected using questionnaire form. Total participants are 508 Jakarta people. There are 204 adults dan 204 adolescents. Study shows that only 163 respondents (32.09%) have a good result in knowledge, 374 respondents (73.62%) has a good result in attitude, and only 270 respondents (53.15%) has a good result in practice. This study also found that there are no significant association between knowledge and practice in both groups with p 0.7 and 0.1 for adolescent and adult respectively. Association between attitude and practice are also found to be nonsignificant with p for adolescent and adult, 0.1 and 0.6 respectively. In conclusion, the best prevention method for Jakarta people is direct behaviour intervention, both for adults and adolescents. Keywords: adolescent; adult; attitude; coronary heart disease; knowledge; practice 1 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 PENDAHULUAN Empat penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi prioritas utama dari WHO adalah kanker, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan kronik. Dari keempat penyakit tersebut, penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit menakutkan yang masih menjadi masalah besar.1 Saat ini, 78% kematian di dunia yang disebabkan penyakit jantung terjadi di masyarakat golongan menengah dan miskin, termasuk Indonesia. Di Indonesia, lebih dari 150 orang per 100.000 penduduk meninggal akibat PJK. Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional menunjukkan peningkatan penderita PJK dalam satu dekade. Berdasarkan Riskedas 2007, proporsi kematian akibat penyakit jantung iskemik mencapai angka 5,1% dalam kelompok semua umur dan angka prevalensi PJK 9%. Selain itu, data Pusat Jantung Nasional Harapan Kita 2009 mencatat angka 25% untuk kasus PJK .1,2 Pencegahan PJK harus dilakukan sedini mungkin mengingat tingginya angka kematian penyakit tersebut. Pencegahan dilakukan dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK yang bisa dimodifikasi. Oleh sebab itu, penting bagi kelompo usia yang berisiko tinggi untuk mengetahui informasi mengenai PJK guna mengontrol faktor risiko tersebut.3 Salah satu aspek penting adalah tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku. Aspek tersebut merupakan langkah pertama dan utama dalam pencegahan PJK.4 Remaja dan dewasa adalah target kelompok usia utama dalam usaha pencegahan mengingat pada periode inilah manusia terpapar oleh faktor-faktor risiko dengan frekuensi tinggi. Remaja merupakan target pencegahan primer, sedangkan dewasa merupakan target pencegahan sekunder. Saat ini, 40% dari orang meninggal akibat serangan jantung tidak tahu bahwa dirinya memiliki PJK.2,5 Berdasarkan uraian di atas, beberapa poin penting, antara lain penyakit jantung koroner merupakan masalah besar di Indonesia, perilaku hidup sehat terkait PJK masih rendah, serta remaja dan dewasa kurang menyadari faktor risiko PJK. Peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai penyakit jantung koroner pada remaja dan dewasa. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dan antara sikap dengan perilaku tersebut. Peneliti membuat hipotesis bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku mengenai PJK antara remaja dengan dewasa dan terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, serta perilaku mengenai PJK. Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek mengenai PJK sebagai bagian dari upaya pencegahan PJK. 2 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner (PAK) adalah penyakit yang disebabkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah dapat disebabkan oleh proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Komplikasi yang paling umum dan paling serius pada PJK adalah angina pektoris, unstable angina, infark miokardium, dan kematian mendadak oleh aritmia letal (fibrilasi ventrikel).6-9 Penyakit jantung koroner bukan penyakit absolut orang lanjut usia atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari. Ada faktor risiko yang berperan dalam patogenesis PJK berdasarkan studi Framingham Heart (USA). Faktor risiko PJK adalah kondisi yang berkaitan dengan peningkatan risiko timbulnya PJK. Beberapa faktor risiko tersebut, antara lain tekanan darah, merokok, alkohol, lipid, diabetes mellitus, obesitas, aktivitas fisik, kelas sosioekonomi, stres dan kepribadian, serta riwayat keluarga dengan penyakit jantung.10,11 Pengetahuan adalah hasil “tahu” setelah suatu individu melalui proses penginderaan terhadap suatu objek. Proses penginderaan manusia dilakukan menggunakan panca indera, yakni indera penglihatan (mata), penciuman (hidung), pendengaran (telinga), rasa (lidah), dan raba (kulit). Sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dasar dari terbentuknya perilaku.12 Sikap adalah reaksi seseorang terhadap suatu stimulus atau objek di lingkungan sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap menunjukkan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap dinyatakan bukan dalam bentuk tindakan atau aktivitas, namun merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.12 Perubahan perilaku manusia dapat digambarkan melalui teori 3 aspek (KAP), yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku atau praktik (practice). Pengetahuan yakni mengetahui rangsangan dari luar, sikap yakni tanggapan terhadap kondisi atau rangsangan dari luar, dan perilaku adalah perbuatan atau tindakan terhadap situasi/rangsangan dari luar. Secara teori, perubahan perilaku atau pengembangan perilaku baru mengikuti tahapan K-A-P. Namun, beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa proses pembentukan perilaku tidak selalu berjalan seperti proses K-A-P. Dalam kenyataannya, dapat terjadi hal sebaliknya, yakni seseorang berperilaku positif walaupun pengetahuan dan sikapnya masih negatif.12 Perilaku manusia dalam usaha kesehatan dapat dijelaskan melalui health belief model (HBM). Health belief model merupakan salah satu model sosiopsikologis yang digunakan untuk memahami perilaku kesehatan. Teori ini menjelaskan hubungan kesehatan dengan 3 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 perilaku dengan fokus pada aspek kognisi. Menurut teori ini, kognisi kesehatan diubah dengan cara memberikan informasi mengenai ancaman kesehatan untuk menciptakan rasa takut suatu individu terhadap kesehatan dirinya. Rasa takut itu kemudian akan menjadi sumber motivasi dalam perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan PJK sebagai penyakit yang mengancam kehidupan dan penyebab kematian utama dapat membuat seseorang menerapkan pola hidup sehat.12 Berdasarkan The American Heart Association (AHA), promosi kesehatan jantung untuk meningkatkan kesehatan jantung secara umum memiliki tujuh komponen, mencakup perilaku kesehatan (tidak merokok, olah raga rutin, dan diet sehat) dan faktor kesehatan (indeks massa tubuh ideal, kolesterol, tekanan darah, dan gula darah). Gaya hidup sehat yang ideal bagi kesehatan jantung baiknya memenuhi semua komponen tersebut, baik aspek pengetahuan, sikap, maupun perilaku.13 Berdasarkan studi di Amerika, hanya kurang dari 1/3 subjek yang bisa mengidentifikasi tujuh komponen kesehatan kardiovaskular ideal.13 Hal itu menunjukkan di negara maju sekalipun pengetahuan mengenai kesehatan jantung masih belum memadai. Hal yang sama ditemukan terkait sikap dan perilaku kesehatan jantung ideal sesuai 7 komponen itu. Studi lain di Amerika menunjukkan bahwa hanya terdapat kurang dari 10% subjek yang memenuhi kriteria gaya hidup jantung sehat.14 METODE PENELITIAN Desain Studi Penelitian ini merupakan studi potong lintang analitik yang digunakan untuk memperoleh data tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek mengenai PJK dalam suatu populasi. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan, yakni dari Juni 2012 hingga Agustus 2012. Lokasi pembagian kuisioner ada 5 daerah di Jakarta yang dipilih dengan cluster sampling, yakni daerah Cilandak di Jakarta Selatan, daerah Rawasari di Jakarta Pusat, daerah Cempaka Timur di Jakarta Timur, daerah Tanjung Priuk di Jakarta Utara, serta daerah Kalideres di Jakarta Barat. Pemilihan responden dilakukan dengan metode multistaged random sampling. Kriteria inklusi adalah pria dan wanita dalam kelompok usia remaja (15-18 tahun) dan dewasa (19-60 tahun), terdaftar sebagai penduduk kota Jakarta, dan bersedia mengisi kuisioner. Kriteria eksklusi subjek adalah tidak berada di lokasi pengisian kuisioner dalam waktu lama dan tidak bisa baca tulis. Kriteria drop out adalah tidak mengisi 4 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 kuisioner dengan lengkap, yakni lebih dari batas maksimal 20% pertanyaan per kategori. Jumlah responden minimal adalah 120 subjek setiap daerah. Pengumpulan Data Responden pada penelitian ini adalah penduduk di lima lokasi berbeda di Jakarta, masing-masing 120 subjek setiap daerah. Kelompok remaja dan dewasa masing-masing 50 subjek di tiap daerah. Peneliti meminta izin kepada warga dan pihak kelurahan setempat untuk melakukan penelitian. Responden diminta untuk mengisi kuisioner mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai PJK. Bagi responden yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam membaca atau memahami isi kuisioner, peneliti akan membacakan atau menjelaskan isi kuisoner yang kemudian dijawab lisan oleh responden. Data yang diperoleh peneliti dari kuisioner adalah data primer. Sebelum dimasukkan dalam sistem analisis, akan dilakukan pengecekan hasil pengisian kuisioner terlebih dahulu sesuai kriteria yang berlaku. Variabel Kuisioner Variabel pertanyaan dalam kuisioner disusun berdasarkan variabel kesehatan kardiovaskuler American Heart Association (AHA) yang terdiri dari empat perilaku sehat ideal dan tiga faktor kesehatan ideal. Empat perilaku sehat tersebut adalah tidak merokok, massa indeks tubuh dibawah 25 kg/m2, aktivitas fisik sesuai target rekomendasi AHA, dan pola diet yang sesuai dengan rekomendasi AHA. Sedangkan, tiga faktor kesehatan itu adalah kadar kolesterol total tanpa terapi di bawah 200 mg/dL, tekanan darah tanpa terapi di bawah 120 mmHg untuk sistol dan di bawah 80 mmHg untuk diastol, serta kadar gula darah puasa tanpa terapi di bawah 100 mg/dL.13 Ketujuh variabel itu akan diintegrasikan dalam 20 pertanyaan di kuisioner yang terdiri dari 7 pertanyaan terkait pengetahuan, 7 pertanyaan terkait sikap, dan 6 pertanyaan terkait perilaku. Analisis Statistik Semua analisis data akan dilakukan menggunakan program SPSS Statistics 11,5. Uji validitas kuisioner yang digunakan sebagai instrument pengumpulan data dilakukan beberapa kali. Sampel uji validitas terdiri dari subjek yang mempunyai karakteristik sama dengan responden, yaitu remaja dan dewasa. Uji reliabilitas dilakukan beberapa kali untuk 5 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 mengetahui indeks kepercayaan atau keandalan alat pengukur (kuisioner). Uji reliabilitas dilakukan setelah seluruh butir pertanyaan dinyatakan telah valid. Semua data dari setiap responden diperiksa oleh peneliti di lapangan agar semua ketidaklengkapan informasi dapat diperbaiki sebelum meninggalkan lapangan. Data-data yang ada dalam lembar kuisioner dimasukkan sebagai variabel dalam SPSS Statistics 11,5. Peneliti melakukan uji statistik berdasarkan data yang sudah dimasukkan dalam SPSS tersebut. Variabel terikat, yakni tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ditransformasi ke dalam bentuk ordinal dan variabel bebas, yakni umur dan jenis kelamin disajikan dalam bentuk nominal. Pemeriksaan kenormalan distribusi data-data dilakukan terlebih dahulu menggunakan uji Komolgrov-Smirnov (KS). Oleh sebab data disajikan dalam bentuk nominal dan ordinal, analisis data dilanjutkan dengan uji statistik kai-kuadrat dan nonparametrik bila perlu. Uji data mengunakan tipe independen karena cara pemilihan subjek pada salah satu kelompok tidak tergantung pada karakteristik subjek kelompok lain. Uji independen dilakukan untuk mencari ada tidaknya perbedaan signifikan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait PJK pada kedua kelompok usia, yakni remaja dan dewasa. Selain itu, dicari pula ada tidaknya hubungan antara pengetahun dan sikap dengan perilaku terkait PJK. Hasil pengolahan data digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Hal itu dilihat dari nilai p pada uji statistik yang dilakukan. Jika nilai p kurang dari 0,05, hubungan tersebut dinilai bermakna secara statistik. Jika nilai p lebih dari 0.05, hal itu menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara variabel yang diuji. HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Jumlah sampel atau responden awal yang menjadi target studi ini berjumlah 600 orang dengan pembagian awal 120 orang untuk masing-masing wilayah Jakarta (Pusat, Utara, Barat, Selatan, dan Timur). Setelah disaring sesuai dengan kriteria eksklusi dan drop out, jumlah data sampel yang layak pakai total menjadi 508 orang. Jumlah responden perempuan lebih banyak dibanding responden laki-laki dengan jumlah 240 laki-laki dan 268 perempuan Oleh sebab penelitian ini juga bertujuan mencari perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku antar dewasa dengan remaja, maka proporsi remaja banding dewasa sama, masing 6 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 masing 254 orang. Populasi remaja mayoritas berusia 16-18 tahun (200 orang), sedangkan populasi dewasa tersebar secara merata dengan mayoritas usia 36-56 tahun (195 orang). Ratarata umur responden adalah 29,19 tahun untuk semua responden;16,8 tahun untuk remaja dan 41,59 tahun untuk dewasa. Tabel 1. Proporsi Responden berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Kelompok Jumlah Dewasa 254 (50%) Remaja 254 (50%) Laki-Laki 240 (47,24%) Perempuan 268 (52,76%) Usia Jenis Kelamin Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku PJK berdasarkan Jenis Kelamin Menurut analisis data responden yang menjadi subjek penelitian, diperoleh hasil bahwa mayoritas responden belum memiliki pengetahuan yang baik, terutama kelompok laki-laki. Hasil detil dapat dilihat pada Tabel 1. Mayoritas laki-laki memiliki pengetahuan kurang, yakni 99 orang (41,3%%); sedangkan mayoritas perempuan memiliki pengetahuan sedang, yakni 94 orang (35,1%). Tabel 2. Tingkat Pengetahuan berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Laki-Laki Perempuan Baik 70 93 Tingkat Pengetahuan Sedang Kurang 71 99 94 81 P 0,035 Analisis data statistik menggunakan uji chi square memperoleh nilai p sebagai <0,035. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat pengetahuan antara kedua kelompok jenis kelamin. Hasil tersebut berbeda dengan studi di Malaysia. Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan perempuan adalah budaya patriarki yang kuat di Malaysia. Hal itu dapat membatasi kaum perempuan dalam menerima edukasi di luar 7 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 kesehatan anak dan kandungan, serta keterbatasan tenaga kesehatan untuk berkonsultasi terkait penyakit jantung pada wanita.15 Analisis komponen sikap responden memberikan hasil bahwa mayoritas responden sudah memiliki sikap yang baik terkait PJK, baik laki-laki maupun perempuan. Angka detil dapat dilihat pada Tabel 10. Mayoritas kedua kelompok usia memiliki sikap yang baik, yakni 174 orang untuk laki-laki (72,5%) dan 200 orang untuk perempuan (74,6%%). Hanya 1 lakilaki (0,4%) dan 3 orang perempuan (1,1%) yang memiliki tingkat sikap kurang terkait PJK. Hasil uji Fischer menunjukkan nilai p sebagai 0,615 (>0.05). Nilai p tersebut membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat sikap antara kedua kelompok jenis kelamin. Tabel 3. Tingkat Sikap berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin P Tingkat Sikap Baik Sedang Kurang Laki-Laki 174 65 1 Perempuan 200 65 3 0,615 Analisis data komponen perilaku responden memberikan hasil bahwa mayoritas subjek penelitian sudah memiliki perilaku baik terkait PJK, baik kelompok laki-laki maupun perempuan. Jumlah detil dapat dilihat pada Tabel 2. Mayoritas kelompok laki-laki memiliki tingkat perilaku baik dan sedang, masing-masing 118 orang (49,2%). Mayoritas kelompok perempuan juga memiliki tingkat perilaku baik, yakni 152 orang (56,7%%). Hanya 4 laki-laki (1,7%) dan 8 perempuan (3%) yang memiliki tingkat perilaku kurang terkait PJK. Analisis statistik menggunakan uji chi square memperoleh nilai p 0,104. Nilai p itu menandakan bahwa tidak ada perbedaan proporsi tingkat perilaku antara kedua kelompok jenis kelamin. Tabel 4. Tingkat Perilaku berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Laki-Laki 118 118 4 Perempuan 152 108 8 0,104 8 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 Pengetahuan terkait PJK berdasarkan Usia Dari seluruh data responden yang menjadi subjek penelitian, diperoleh hasil bahwa mayoritas subjek belum memiliki pengetahuan yang baik, terutama kelompok remaja. Hasil detil dapat dilihat pada Tabel 4. Mayoritas kelompok dewasa memiliki pengetahuan sedang, yakni 99 orang (19,49%); sedangkan mayoritas kelompok remaja memiliki pengetahuan kurang, yakni 112 orang (22,05%). Analisis data statistik menggunakan uji chi square memperoleh nilai p sebagai <0,001. Nilai p tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat pengetahuan antara kedua kelompok usia. Tabel 5. Tingkat Pengetahuan berdasarkan Kelompok Usia P Tingkat Pengetahuan Usia Baik Sedang Kurang Dewasa 76 66 112 Remaja 87 99 68 <0,001 Berdasarkan analisis data, mayoritas kelompok dewasa belum memiliki pengetahuan yang baik. Hasil tersebut didukung oleh studi di Malaysia dan Amerika bahwa mayoritas masyarakat masih belum memiliki pengetahuan terkait penyakit jantung koroner yang baik. Namun, perlu diperhatikan bahwa studi-studi tersebut hanya terbatas pada populasi perempuan.15,16,17 Hasil berbeda dikemukakan oleh studi lain di Indonesia bahwa mayoritas sampel memiliki pengetahuan yang baik (56,8%). Perbedaan tingkat pengetahuan kemungkinan dipengaruhi faktor pengalaman responden yang merupakan penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan.18 Pada kelompok remaja, studi di Indonesia menemukan bahwa tingkat pengetahuan berada dalam batas bawah kategori baik.19 Hal itu didukung pula oleh studi lain di Indonesia bahwa mayoritas remaja sudah memiliki pengetahuan yang baik.20 Hasil-hasil studi tersebut berbeda dengan hasil studi sekarang di mana mayoritas remaja justru memiliki pengetahuan yang buruk. Hasil penelitian sekarang didukung oleh studi Polandia dan Nepal yang juga menemukan bahwa mayoritas remaja belum memiliki pengetahuan yang memuaskan terkait penyakit jantung.21,22 9 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 Sikap terkait PJK berdasarkan Usia Hasil analisis data komponen sikap responden menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian sudah memiliki sikap yang baik terkait PJK, baik dewasa maupun remaja. Angka detil dapat dilihat pada Tabel 5. Mayoritas kedua kelompok usia memiliki sikap yang baik, yakni 186 orang untuk remaja (36,61%) dan 188 orang untuk dewasa (37,01%). Hanya 1 orang remaja (0,2%) dan 3 orang dewasa (0,59%) yang memiliki tingkat sikap kurang terkait PJK. Uji Fischer menunjukkan nilai p sebagai 0,92 (>0.05). Nilai p tersebut menandakan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat sikap antara kedua kelompok usia. Tabel 6. Tingkat Sikap berdasarkan Kelompok Usia P Tingkat Sikap Usia Baik Sedang Kurang Dewasa 186 67 1 Remaja 188 63 3 0,92 Tingkat sikap dan perilaku subjek pada studi lain di Indoensia tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian saat ini pada subjek dewasa.18 Studi tersebut ikut mendukung hasil penelitian bahwa mayoritas masyarakat sudah memiliki sikap yang baik terhadap penyakit jantung koroner. Selain itu, tingkat sikap remaja pada studi tersebut juga ditemukan berada dalam kategori baik.20 Perilaku terkait PJK berdasarkan Usia Analisis data kuisoner bagian perilaku responden menunjukkan hasil bahwa mayoritas subjek penelitian sudah memiliki perilaku baik terkait PJK, baik kelompok remaja maupun dewasa. Jumlah detil dapat dilhat pada Tabel 6. Mayoritas kelompok dewasa memiliki tingkat perilaku baik, yakni 162 orang (31,89%); sedangkan mayoritas kelompok remaja memiliki tingkat perilaku sedang, yakni 136 orang (26,77%). Hanya 10 orang remaja (1,97%) dan 2 orang dewasa yang memiliki tingkat perilaku kurang terkait PJK. Analisis data statistik menggunakan uji chi square memperoleh nilai p sebagai <0,001. Nilai p tersebut menandakan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat perilaku antara kedua kelompok usia. 10 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 Tabel 7. Tingkat Perilaku berdasarkan Kelompok Usia Usia P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Dewasa 108 136 10 Remaja 162 90 2 <0,001 Studi di Malaysia menemukan bahwa hanya 50% subjek yang memiliki perilaku baik terkait penyakit jantung koroner.15 Hasil studi tersebut didukung pula oleh studi di Amerika menggunakan survei telepon yang menunjukkan bahwa perilaku umum terkait pencegahan faktor risiko penyakit jantung koroner tidak optimal di kedua grup jenis kelamin.23 Perbedaan hasil studi di Malaysia dengan penelitian saat ini disebabkan oleh faktor keterbatasan tenaga kesehatan dalam berkonsultasi dengan kaum perempuan terkait penyakit jantung koroner. Argumen itu kembali didukung oleh studi di Amerika yang menemukan bahwa hanya minoritas perempuan yang pernah menerima konsultasi diet sehat.15,23 Studi lain di sebuah rumah sakit di Indonesia juga menyatakan bahwa mayoritas responden ternyata memiliki perilaku yang buruk. Perbedaan tingkat perilaku pada studi tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan spesifikasi kuisioner pada studi tersebut yang berfokus pada pola makan.24 Hasil studi lain di Denmark menyatakan bahwa subjek dewasa muda memiliki pengetahuan dan perilaku buruk walau sikapnya baik. Hal itu dipengaruhi pola makan dan gaya hidup rakyat Denmark di mana mayoritas perempuan merupakan perokok aktif, serta status negara Denmark sebagai negara pengkonsumsi alkohol terbesar di dunia dan ibukota kanker dunia.25 PEMBAHASAN Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku terkait PJK Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan baik juga memiliki tingkat perilaku baik, yakni 99 orang (19,49%). Sedangkan, mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan kurang memiliki tingkat perilaku sedang, yakni 92 orang (18,11%). Hasil uji chi square menunjukkan nilai p sebagai 0,055 (>0.05). Nilai p 11 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat perilaku subjek. Tabel 8. Tingkat Perilaku berdasarkan Kategori Pengetahuan P Tingkat Perilaku Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang Baik 99 60 4 Sedang 87 74 4 Kurang 84 92 4 0,055 Pada penelitian ini, didapatkan bahwa mayoritas responden dengan tingkat sikap baik juga memiliki tingkat perilaku baik, yakni 211 orang (41,54%). Selain itu, mayoritas responden dengan tingkat sikap sedang memiliki tingkat perilaku sedang pula, yakni 68 orang (13,39%). Uji chi square menunjukkan nilai p 0,047 (<0.05). Nilai p tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat sikap dengan tingkat perilaku subjek. Tabel 9. Tingkat Perilaku berdasarkan Kategori Sikap Tingkat Sikap P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Baik 211 155 8 Sedang 58 68 4 Kurang 1 3 0 0,047 Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku terkait PJK pada Kelompok Remaja Pada kelompok usia remaja, hasil kuisioner menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah responden berpengetahuan baik yang memiliki perilaku baik (35 orang; 13,78%) dengan perilaku sedang (38 orang; 14,96%). Perbedaan jumlah signifikan juga tidak dijumpai antara responden berpengetahuan sedang yang memiliki perilaku baik (30 orang; 11,81%) dengan perilaku sedang (33 orang; 12,99%). Sedangkan, mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan kurang memiliki tingkat perilaku sedang, yakni 65 orang (25,59%). Hasil uji chi square menunjukkan nilai p sebagai 0,751 (>0.05). 12 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 Nilai p itu menandakan tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat perilaku pada subjek remaja. Tabel 10. Tingkat Perilaku Remaja berdasarkan Kategori Pengetahuan P Tingkat Perilaku Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang Baik 35 38 3 Sedang 30 33 3 Kurang 43 65 4 0,751 Hasil kuisioner pada kelompok remaja juga tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara jumlah responden bersikap baik yang memiliki tingkat perilaku baik (86 orang; 33,86%) dengan tingkat perilaku sedang (93 orang; 36,61%). Sedangkan, mayoritas responden bersikap sedang memiliki tingkat perilaku yang sedang pula, yakni 42 orang (16,54%). Hasil uji chi square menunjukkan nilai p sebagai 0,139 (>0.05). Nilai p tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat sikap dengan tingkat perilaku pada subjek remaja. da kelompok remaja, studi di Indonesia menyatakan bahwa tingkat sikap yang baik lebih banyak ditemukan pada masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang baik pula.20 Pernyataan itu didukung studi di Nepal yang menemukan bahwa terdapat hubungan bermakna (p=0,002) antara pengetahuan dan sikap terkait penyakit jantung.22 Tabel 11. Tingkat Perilaku Remaja berdasarkan Kategori Sikap Tingkat Sikap P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Baik 86 93 7 Sedang 22 42 3 Kurang 0 1 0 0,139 Usaha preventif penyakit jantung koroner memang sebaiknya dimulai sedini mungkin. Berdasarkan studi di Finlandia, indikator kesehatan kardiovaskular yang baik di masa anakanak dapat memprediksi kesehatan kardiometabolik di masa dewasa. Jadi, usaha pencapaian kesehatan kardiovaskular ideal pada masa anak-anak sangat penting untuk mencegah penyakit kardiometabolik pada masa dewasa.26 Hal yang sama juga dapat diterapkan pada 13 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 kelompok dewasa muda. Menurut studi di Amerika, gaya hidup sehat yang dijaga selama masa dewasa muda berasosiasi kuat dengan profil risiko penyakit jantung rendah pada masa paruh baya nanti.27 Intervensi pada kelompok remaja sebaiknya menggunakan metode integrasi dengan program sekolah untuk meningkatkan efektivitas dan kepatuhan berkelanjutan. Studi di Amerika menyatakan bahwa program intervensi multikomponen berbasis integrasi dengan program sekolah dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung koroner pada murid sekolah menengah pertama (SMP) secara moderat.28 Hal yang sama ditemukan pada studi lain di Amerika bahwa program modifikasi gaya hidup sehat terkait jantung berbasis sekolah dapat meningkatkan indikator kesehatan jantung secara signifikan pada murid SMP dan sekolah menengah atas (SMA).29 Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku terkait PJK pada Kelompok Dewasa Hasil berbeda ditemukan pada kelompok subjek usia dewasa. Pada kelompok dewasa, mayoritas grup kategori pengetahuan memiliki perilaku yang baik; yakni 64 orang berpengetahuan baik (25,2%), 57 orang berpengetahuan sedang (22,41%), dan 41 orang berpengetahuan kurang (16,14%). Tidak ada subjek dewasa berpengetahuan kurang yang memiliki perilaku kurang pula. Hasil uji nonparametrik 2 sampel independen menunjukkan nilai p sebagai 0,159 (>0.05). Nilai p itu menandakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat perilaku pada subjek dewasa. Tabel 12. Tingkat Perilaku Dewasa berdasarkan Kategori Pengetahuan Tingkat Pengetahuan P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Baik 64 22 1 Sedang 57 41 1 Kurang 41 27 0 0.159 Pengetahuan merupakan bagian penting dalam perubahan perilaku. Masyarakat harus memiliki informasi adekuat terkait faktor risiko jantung koroner untuk mempraktikkan perilaku pencegahan yang adekuat pula. Akan tetapi, analisis hubungan antara tingkat 14 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 pengetahuan dan tingkat sikap dengan tingkat perilaku pada subjek dewasa pada studi saat ini tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna. Hasil penelitian saat ini didukung pula oleh studi di Denmark. Studi di Amerika juga menemukan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan faktor risiko.17 Akan tetapi, hasil tersebut berlawanan dengan studi lain di Indonesia yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan (p=0,011) dan sikap (p=0,001) dengan tingkat perilaku pada subjek dewasa.25,30 Selain itu, studi di Malaysia juga menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku.15 Perbedaan juga ditemukan oleh studi di Pakistan bahwa pengetahuan yang buruk berasosiasi dengan perilaku pencegahan yang tidak adekuat pula.31 Tabel 13. Tingkat Perilaku Dewasa berdasarkan Kategori Sikap Tingkat Sikap P Tingkat Perilaku Baik Sedang Kurang Baik 125 62 1 Sedang 36 26 1 Kurang 1 2 0 0,663 Hasil serupa ditemukan pada grup kategori sikap subjek dewasa. Mayoritas grup memiliki tingkat perilaku baik; yakni 125 orang bersikap baik (49,21%), 36 orang bersikap sedang (14,17%), dan 1 orang bersikap kurang (0,39%). Tidak ada subjek bersikap kurang yang memiliki tingkat perilaku kurang pula. Hasil uji nonparametrik 2 sampel independen menunjukkan nilai p sebagai 0,663 (>0.05). Nilai p itu menandakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tingkat sikap dengan tingkat perilaku pada subjek dewasa. Berdasarkan studi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar; peningkatan faktor pengetahuan dan sikap akan memberi perubahan berarti terhadap perubahan perilaku. Hal serupa juga ditemukan pada studi lain di Indonesia bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap (p=0,021) dan pengetahuan (p=0,047) dengan perilaku pola makan responden. Akan tetapi, sampel pada kedua studi tersebut merupakan pasien penderita penyakit jantung koroner. Hal itu membuktikan bahwa pajanan subjek terhadap pengalaman atau kondisi penyakit memiliki pengaruh besar terhadap perubahan perilaku subjek.24,30 Studi di Malaysia juga menemukan hubungan signifikan antara sikap terhadap penecegahan faktor risiko 15 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 dengan praktis terkait pencegahan tersebut.15 Hal serupa ditemukan pula oleh studi di Amerika bahwa sikap baik berasosiasi dengan perilaku prevensi yang baik.32 Pada kelompok dewasa, program intervensi yang direkomendasikan sebaiknya bersifat lebih intensif dari remaja karena faktor waktu pajanan faktor risiko yang lebih lama, tingginya tingkat ketidakpatuhan, dan keterbatasan waktu/kesempatan intervensi yang lebih sedikit. Studi di Amerika menunjukkan bahwa kelompok dewasa yang mengikuti program intervensi gaya hidup intensif dapat mengurangi progresi aterosklerosis koroner. Kelompok yang tidak mengikuti program terus mengalami progresi ateroskleorosis dan menderita serangan jantung lebih banyak.33 Perbedaan pada studi-studi di atas menunjukkan bahwa hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pasien sangat kompleks. Hal itu disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor; seperti usia, etnis, budaya, status, okupasi, pendidikan, lingkungan, sejarah penyakit, dan lain-lain Hubungan atau asosiasi tersebut perlu menjadi pertimbangan besar dalam strategi pencegahan penyakit karena setiap komunitas memiliki karakter masingmasing yang akan sangat menentukan keberhasilan progam intervensi. Berdasarkan studi saat ini, progam prevensi bagi masyarakat Jakarta yang paling efisien adalah intervensi perilaku secara langsung. Subjek telah memiliki pengetahuan cukup dan sikap yang positif terhadap kesehatan jantung. Masalah utama berada pada implementasi perilaku jantung sehat dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh persebaran budaya Barat yang mengubah gaya hidup dan pola makan masyarakat. Studi di Amerika mempostulasikan bahwa alasan penurunan gaya hidup sehat bersifat kompleks dan multifaktorial, di antaranya ketidakinginan untuk berubah, persepsi bahwa diri berisiko rendah penyakit jantung koroner, serta terlalu muda atau tua untuk menderita penyakit.34 Studi di Eropa menyatakan bahwa derajat perhatian terhadap gaya hidup sehat yang dilakukan oleh sistem kesehatan dunia sekarang masih belum adekuat. Departemen Kesehatan sebaiknya menyediakan penuntun gaya hidup dan melakukan pelatihan tenaga kesehatan untuk melaksanakan progam prevensi terkait kesehatan jantung. Selain itu, kurangnya sumber daya manusia, terutama di bagian kesehatan primer harus segera diatasi karena menghambat implementasi maksimal dari program prevensi.35 Kampanye prevensi penyakit jantung juga harus digalakkan melalui berbagai media untuk memperoleh hasil yang optimal. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa media memiliki pengaruh besar dan kuat dalam memberikan informasi dan dapat membantu perubahan perilaku masyarakat.36 Pendapat itu didukung pula oleh studi di Indonesia pada remaja bahwa progam intervensi pada menggunakan multimedia (modul dan film) dapat 16 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 meningkatkan pengetahuan dan sikap terkait jantung sehat karena membantu pemahaman faktor risiko penyakit jantung.37 Metode yang hanya memperbaiki pengetahuan dan sikap akan kurang efektif pada masyarakat Jakarta. Oleh sebab itu, diperlukan intervensi yang cukup intensif secara langsung untuk mengubah gaya hidup masyarakat, walau tentu tidak sama dengan intervensi intensif pada orang yang sudah menderita penyakit jantung koroner. Selain itu, studi analisis di Amerika menekankan bahwa peran orang tua sebagai “agen perubahan” bagi kelompok remaja cukup signifikan karena orang tua memiliki pengaruh besar untuk membentuk gaya hidup sehat kelompok remaja.38 KESIMPULAN Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku terkait PJK antara kelompok dewasa dan remaja (p<0,001). Akan tetapi, tidak ada perbedaan tingkat sikap terkait PJK antara kelompok dewasa dan remaja (p 0,92).. Jumlah responden dewasa dengan tingkat pengetahuan baik hanya 76 orang (29,92%). Jumlah subjek dewasa dengan tingkat sikap tidak baik masih 68 orang (26,77%). Jumlah sampel dewasa dengan tingkat perilaku baik hanya 108 orang (42,52%). Jumlah responden remaja dengan tingkat pengetahuan baik hanya 87 orang (34,25%). Jumlah subjek remaja dengan tingkat sikap tidak baik masih 66 orang (25,98%). Jumlah sampel remaja dengan tingkat perilaku baik hanya 162 orang (63,78%). Selain itu, tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap dengan tingkat perilaku terkait PJK pada subjek dewasa dan remaja (p>0,05) SARAN Hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi referensi dalam perencanaan program intervensi terkait PJK untuk warga kota Jakarta. Pada intervensi pengetahuan, sebaiknya dilakukan pemisahan antara laki-laki dengan perempuan dan antara dewasa dengan remaja. Pada intervensi sikap, tidak perlu dilakukan pemisahan. Pada intervensi perilaku, sebaiknya dilakukan pemisahan antara dewasa dengan remaja. Rekomendasi program intervensi pada kelompok dewasa sebaiknya bersifat lebih intensif dari remaja karena faktor waktu pajanan 17 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 faktor risiko yang lebih lama, tingginya tingkat ketidakpatuhan, dan keterbatasan waktu/kesempatan intervensi yang lebih sedikit. Rekomendasi program intervensi pada kelompok remaja sebaiknya menggunakan metode integrasi dengan program sekolah untuk meningkatkan efektivitas dan kepatuhan berkelanjutan subjek KEPUSTAKAAN 1. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak Indonesia. Accessed on Desember 5, 2011 from www.depkes.go.id. 2. Departemen Kesehatan RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Accessed on Desember 5, 2011 from www.depkes.go.id. 3. Arief, Irfan. (2010). Diagnostik Invasif dan Intervensi Non-Bedah di Pusat Jantung Harapan Kita. Accessed on Desember 5, 2011 from www.pjnhk.go.id. 4. Ueshima H, Sekikawa A, Miura K, Turin TC, Takashima N, Kita Y, dkk. Cardiovascular Risk Factors in Asia. Circulation. 2008; 118: 2702-2709. 5. Shah AJ, Veledar E, Hong Y, Bremner JD, dan Vaccarino V. (2011). Depression and history of attempted suicide as risk factors for heart disease mortality in young individuals. Arch Gen Psychiatry, 68(11), 1135-42. 6. Samady H, Eshtehardi P, McDaniel MC, Suo J, Dhawan SS, Maynard C, dkk. (2011). Coronary artery wall shear stress is associated with progression and transformation of atherosclerotic plaque and arterial remodeling in patients with coronary artery disease. Circulation, 124(7), 779-88. 7. Stone GW, Maehara A, Lansky AJ, Bruyne B, Cristea E, Mintz GS, dkk. (2011). A prospective natural-history study of coronary atherosclerosis. N Engl J Med, 364(3), 22635. 8. Grech, ED. (2003). Pathophysiology and investigation of coronary artery disease. BMJ, 326(7397), 1027–1030. 9. [Guideline] Greenland P, Alpert JS, Beller GA, Benjamin EJ, Budoff MJ, Fayad ZA, dkk. (2010). 2010 ACCF/AHA guideline for assessment of cardiovascular risk in asymptomatic adults: a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guideli.nes. J Am Coll Cardiol, 56(25), e50-103. 10. Pencina MJ, D'Agostino RB Sr, Larson MG, Massaro JM, dan Vasan RS. (2009). Predicting the 30-year risk of cardiovascular disease: the framingham heart study. Circulation, 119(24), 3078-84. 11. Supriyono M. (2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung koroner pada kelompok usia ≤ 45 tahun. Disertasi doktoral, Progam Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. 12. Auliana R dan Fardatin H. (2008). Penerapan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) dalam pemeliharaan kesehatan jantung pada ibu peserta dan bukan peserta klub jantung sehat di kelurahan Pleret Bantul Yogyakarta. Accessed on Desember 5, 2011 from www.library.uny.ac.id. 13. Wartak SA, Friderici J, Lotfi A, Verma A, Kleppel R, Naglieri-Prescod D, dan Rothberg MB. (2011). Patients' knowledge of risk and protective factors for cardiovascular disease. Am J Cardiol, 107(10), 1480-8. 18 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 14. Bambs C, Kip KE, Dinga A, Mulukutla SR, Aiyer AN, dan Reis SE. (2011). Low prevalence of "ideal cardiovascular health" in a community-based population: the heart strategies concentrating on risk evaluation (Heart SCORE) study. Circulation, 123(8), 850-7. 15. Rosediani M, Ranimah Y, dan Harmy MY. (2012). Knowledge, Attitude and Practice on Cardiovascular Disease among Women in North-Eastcoast Malaysia. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 4(1), 85-98. 16. Thanavaro JL, Anthony MK, Narsavage G, dan Delicath T. (2006). Predictors of poor coronary heart disease knowledge level in women without prior coronary heart disease. Journal of The American Academy of Nurse Practitioners, 6. 17. Oliver-McNeil S. (2002). Women’s perceptions of personal cardiovascular risk and their risk-reducing behaviours. American Journal of Ctitical Care, 11(3), 221-227. 18. Harianja, Abaraham G. (2011). Perilaku Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Diet Penyakit Jantung Koroner di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Accessed on February 18, 2012 from www.library.mutiara-indonesia.ac.id. 19. Handayani L dan Ristirini. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kesehatan Menggunakan Multimedia terhadap perubahan pengetahuan dan sikap siswa SLTP terkait faktor risiko penyakit jantung koroner. Accessed on February 18, 2012 from www.ejournal.litbang.depkes.go.id. 20. Jusoh, NB. (2011). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Kelurahan Tanjung Rejo. Accessed on February 18, 2012 from www.jurnal.dikti.go.id. 21. Bogdanska A, Maniecka-Bryla I, dan Szpak A. (2005). The evaluation of secondary school students’ knowledge about risk factors of cardiovascular disease. Rocz Akad Med Bialymst, 50 Suppl 1, 213-5. 22. Yadav KD dan Wagle RR. (2012). Knowledge and attitude regarding major risk factors of cardiovascular diseases among 15-19 year old students of Kathmandu district. Health Prospect, 11, 7-10. 23. Kim C dan Beckles GL. (2004). Cardiovascular disease risk reduction in the Behavioral Risk Factor Surveillance System. American Journal of Preventive Medicine, 27(1), 1-7. 24. Martasari B. D.A.N., Elisda, Larasati M. D, Satria K. D, Pramudita D, Maulana D, Arumsari A. D, dkk. (2011). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pasien Penyakit Jantung Koroner Mengenai Pola Makan dan Faktor Yang Berhubungan di Rumah Sakit X di Jakarta Tahun 2008. Accessed on February 18, 2012 from www.mru.fk.ui.ac.id. 25. Herskind AM, Christensen EC, Nielsen MR, Ottesen S, dan Holt P. (1991). Indicators of coronary risks--attitude, knowledge and behavior. An interview study among 917 men and women aged 25-44 years. Ugeskr Laeger, 153(19), 1344-7. 26. Laitinen TT, Pahkala K, Magnussen CG, Viikari JS, Oikonen M, Taittonen L, dkk. Ideal Cardiovascular Health in Childhood and Cardiometabolic Outcomes in Adulthood: The Cardiovascular Risk in Young Finns Study. Circulation, 125, 1971-1978. 27. Liu K, Daviglus ML, Loria CM, Colangelo LA, Spring B, Moller AC, dkk. (2012). Healthy Lifestyle Through Young Adulthood and the Presence of Low Cardiovascular Disease Risk Profile in Middle Age: The Coronary Artery Risk Development in (Young) Adults (CARDIA) Study. Pediatr Obes. 2012 Jun;7(3): 230-9. 28. Willi SM, Hirst K, Jago R, Buse J, Kaufman F, El Ghormli L, dkk. (2008). Cardiovascular risk factors in multi-ethnic middle school students: the HEALTHY primary prevention trial. Can J Public Health, 99(3), 232-5. 29. Bayne-Smith M, Fardy PS, Azzollini A, Magel J, Schmitz KH, dan Agin D. (2004). Improvements in Heart Health Behaviors and Reduction in Coronary Artery Disease 19 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. Risk Factors in Urban Teenaged Girls Through a School-Based Intervention: The PATH Program. Am J Public Health, 94(9), 1538-43. Sahudi W, Rhamat A, dan Ismail H. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit jantung koroner pada pasien rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Accessed on February 18, 2012 from www.library.stikesnh.ac.id. Jafary FA, Aslam F, Mahmud H, Abdul Waheed, Murtaza S, Afzal A, dkk. (2005). Cardiovascular heath knowledge and behaviour in patient attendants at four tertiary care hospitals in Pakistan – A cause for concern. BMC Public Health, 5 (124). Robinson JG, Fox KM, Grandy S, Bays H, Bazata DD, Gavin Iii JR, dkk. (2009). Attitudes about health and health-related behaviors in patients with cardiovascular disease or at elevated risk for cardiovascular disease. Preventive Cardiology, 12(3), 136143. Ornish D, Scherwitz LW, Billings JH, Brown SE, Gould KL, Merritt TA, dkk. (1998). Intensive Lifestyle Changes for Reversal of Coronary Heart Disease. JAMA, 280, 20012007. Lefler LL, Hartford JA, dan Fagan CA. (2009). Perceived Cardiac Risk among Older, High-Risk Black and White Women. SOJNR, 9(3). Grundtvig M, Hagen TP, German M, dan Reikvam A. (2009). Sex-based differences in premature first myocardial infarction caused by smoking:twice as many years lost by women as by men. Eurepean Journal of Vardiovascular Prevention and Rehabilitayion:Official Journal of The European Society of Cardiology, Working Groups on Epidemiology & Prevention and Cardiac Rheabilitation and Exercise Physiology, 16(2), 174-179. Nurkukuh. (2002). Model KIE Pencegahan Dini Penyakit Jantung Koroner di Masyarakat. Warta Litbang Kesehatan FK Undip, 6(2). Handayani L dan Ristirini. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kesehatan Menggunakan Multimedia terhadap perubahan pengetahuan dan sikap siswa SLTP terkait faktor risiko penyakit jantung koroner. Accessed on February 18, 2012 from www.ejournal.litbang.depkes.go.id. Faith, Van Horn L, Appel LJ, Burke LE, Carson JA, Franch HA, dkk. (2012). Evaluating Parents and Adult Caregivers as “Agents of Change” for Treating Obese Children: Evidence for Parent Behavior Change Strategies and Research Gaps. A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation, 125, 1186-1207. 20 Universitas Indonesia Pengetahuan Sikap..., Nadim Marchian Tedyanto, FK UI, 2014