1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi di sektor kesehatan yang sedang menjadi trend global adalah Rekam Medis Elektronik (RME). RME merupakan sub sistem informasi kesehatan yang mulai banyak di terapkan di Indonesia. RME dipercaya dapat meningkatkan kualitas keseluruhan perawatan, meskipun juga dapat menjadi penyebab menurunnya kualitas interaksi pasien-dokter (Jahanbakhsh et al., 2011). RME sangat penting bagi manajemen untuk mengelola masalah kesehatan karena menyediakan integritas dan akurasi, juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi biaya, peningkatan akses dan kualitas pelayanan di rumah sakit (Qureshi et al., 2012). Hasil identifikasi tentang perlu tidaknya penerapan RME adalah bahwa hampir semua menyatakan setuju dan mendukung RME (Markus, 2010), hal ini dikarenakan : a. Faktor rekam medis terlambat sampai di meja dokter pada saat pelayanan sangat mengganggu kinerja dokter dan layanan kepada pasien. b. Resep manual mengharuskan petugas untuk melakukan konfirmasi obat dan harga sekaligus, ini membuat waktu tunggu pasien menjadi lama. c. Waktu tunggu untuk pelayanan pasien juga menjadi lama. d. Rekam Medis dipakai bersamaan, bisa oleh dokter lain, sedang untuk penelitian, atau sedang, mengurus administrasi. e. Kekhawatiran, sistem baru memerlukan waktu yang lama untuk adaptasi penyesuaian. Hal yang disebutkan diatas, yang coba diatasi dengan teknologi informasi RME. Teknologi informasi (TI) memang menawarkan banyak keunggulan dibandingkan dengan penggunaan kertas untuk penyimpanan dan pengambilan data pasien. Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan peran RME terhadap patient safety. Pengembangan, penyebaran, dan penggunaan sistem RME yang 1 2 efektif, dapat menolong penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien (Venkatraman et al., 2008). Sistem RME akan meningkatkan rencana perawatan individu, ditulis dalam bahasa yang jelas, dan membantu dalam transisi perawatan (Berry et al., 2013). RME dapat menjadi alat yang efektif dalam mengurangi dan mencegah kesalahan medis (Crane & Crane, 2008). Penggunaan catatan kesehatan elektronik, akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk semua pasien dan sangat meningkatkan koordinasi perawatan untuk 60 juta pasien dengan beberapa penyakit kronis di Amerika (Burton et al., 2014). Sistem RME dapat digunakan untuk penilaian pengobatan pada lansia, sehingga dapat dijadikan antisipasi untuk mengambil langkah intervensi mengurangi resiko jatuh pada lansia, dengan mengurangi penggunaan pengobatan psikoaktif (Weber et al., 2008). Namun untuk menerapkan RME dijumpai begitu banyak tantangan yang sedemikian kompleks. Beberapa diantaranya adalah, dalam bidang infrastruktur TI, yaitu kurangnya definisi seragam akan konsep pengembangan TI. Dalam hal budaya organisasi, yaitu kurangnya penilaian kebutuhan sebelum pelaksanaan, dalam hal struktural adalah adanya kekhawatiran akan terjadinya pelanggaran privasi dan kasus hukum. Tantangan yang lain adalah kurangnya integrasi dan sharing oleh berbagai level manajemen. Tantangan pelaksanaan RME dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu masalah infrastruktur dan struktur, masalah teknologi informasi, kurangnya need assessment, masalah budaya, dan tingginya biaya software, hardware, dan standar pertukaran data (Jahanbakhsh et al., 2011). Ada enam kategori utama hambatan dalam implementasi RME yang pertama adalah manusia, terkait dengan kepercayaan, perilaku, dan sikap. Yang kedua hambatan profesional, terkait dengan sifat pekerjaan kesehatan. Yang ketiga adalah hambatan teknis, yang berhubungan dengan komputer dan TI. Yang ke empat adalah hambatan organisasi, berkaitan dengan manajemen rumah sakit. Yang ke lima adalah hambatan keuangan, terkait uang dan pendanaan, dan yang terakhir hambatan terkait hukum, peraturan, dan perundang-undangan (Khalifa, 2013). 3 Kurangnya kesiapan organisasi adalah penyumbang utama kegagalan RME di industri kesehatan. Beberapa penelitian pada tahun 1999 telah menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan 50% institusi kesehatan gagal mengimplementasikan TI adalah karena kurang siapnya RS dalam mengimplementasikan TI (Snyder-halpern, 2001). Penilaian kesiapan juga merupakan cara untuk mengidentifikasi potensi penyebab kegagalan dalam inovasi (Ajami et al., 2011). Karena sedemikian kompleksnya tantangan untuk implementasi RME, maka perlu dilakukan penilaian kesiapan sebelum implementasi RME. Ini merupakan langkah yang paling penting untuk dilakukan lebih dahulu sebelum implementasi. Penilaian kesiapan akan membantu identifikasi proses dan skala prioritas, juga membantu pembentukan fungsi operasional untuk mendukung optimalisasi implementasi RME (Ghazisaeidi et al., 2013). Penilaian kesiapan harus menyeluruh meliputi hal-hal utama seperti budaya kerja organisasi, Tatakelola dan kepemimpinan, persyaratan operasional dan teknik (Parker, 2006). Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek adalah rumah sakit type B pendidikan dan merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Lampung. Dengan jumlah tempat tidur 600 dan rata rata pasien rawat jalan mencapai 300 pasien perhari dan BOR tahun 2014 sebesar 65,74%, sangat diperlukan teknologi informasi yang dapat menunjang pelayanan kepada pasien. Teknologi informasi yang sudah berjalan saat ini di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek adalah dalam bentuk aplikasi SIMRS. Dalam perkembangannya, implementasi SIMRS di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek sudah berjalan kurang lebih 4 tahun dari tahun 2010 sampai pada waktu proposal tesis ini dibuat. Namun output yang dihasilkan masih belum optimal/belum sesuai yang diharapkan. Pada tahun 2013, pihak manajemen merencanakan akan mengganti vendor SIMRS yang sudah berjalan dengan sistem kerjasama operasional (KSO) dengan pihak ketiga. KSO dengan pihak ketiga itu saat ini telah berjalan, dimulai sejak ditandatanganinya perjanjian kerjasama pada bulan April 2014. Pihak ketiga akan menyediakan sistem informasi yang dibutuhkan dirumah sakit, termasuk 4 didalamnya, sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS), sistem informasi laboratorium (LIS), sistem informasi farmasi (FIS), sistem informasi radiologi (RIS), sistem informasi rekam medis, dan lain-sebagainya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dari rumah sakit. Saat ini yang sudah berjalan adalah SIMRS, sistem informasi farmasi, dan sistem informasi laboratorium. Mempertimbangkan hal tersebut, terbuka kesempatan untuk mengimplementasikan rekam medis elektronik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Untuk tahap awal, implementasi rekam medis elektronik akan dilakukan di instalasi rawat jalan. Implementasi RME melibatkan banyak pihak dan sumberdaya, sehingga diperlukan upaya memaksimalkan persentase keberhasilan penerapan RME. Cara yang dilakukan adalah dengan menganalisa kesiapan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk menerapkan RME. Dari uraian diatas, peneliti ingin menganalisa kesiapan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk menerapkan RME guna mendukung tugas pokok dan fungsi utamanya, yaitu memberikan pelayanan prima sebagai penyelenggara layanan kesehatan rujukan bagi masyarakat di provinsi lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana kesiapan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk penerapan rekam medis elektronik di instalasi rawat jalan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kesiapan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk penerapan rekam medis elektronik di instalasi rawat jalan. 5 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi kesiapan sumberdaya manusia terkait penerapan RME di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. b. Mengidentifikasi kesiapan budaya kerja organisasi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk penerapan RME. c. Mengidentifikasi kesiapan tatakelola dan kepemimpinan untuk penerapan RME di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. d. Mengidentifikasi kesiapan infrastruktur untuk penerapan RME di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut : 1. RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung a. Mengetahui sejauh mana kesiapan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek untuk penerapan RME di Unit Rawat Jalan. b. Sebagai bahan acuan dan masukan bagi rumah sakit terkait pengembangan SIMRS secara umum dan penerapan RME secara khusus. 2. Keilmuan a. Sebagai bahan referensi analisa kesiapan penerapan rekam medis elektronik di rumah sakit. b. Menjadi bahan acuan dan literatur untuk pengembangan penelitian dalam bidang sistem informasi kesehatan, khususnya rekam medis elektronik. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan kesiapan penerapan sistem informasi kesehatan diantaranya sebagai berikut : 1. Yusuf, (2013) Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik) di Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kesiapan puskesmas pilot project dalam penerapan sistem informasi kesehatan daerah generik (SIKDA Generik) 6 di Banda Aceh dilihat dari persepsi dan motivasi, perencanaan dan kebijakan, dukungan struktur organisasi, manajemen informasi, alokasi anggaran TI, sumber daya manusia, dan teknologi. Jenis Penelitian ini desktriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus Hasil: Puskesmas pilot project dikategorikan cukup siap untuk adopsi SIKDA Generik, namun masih memerlukan pertimbangan dan perbaikan manajemen serta kerjasama lintas sektor terkait lebih lanjut. 2. Simanjuntak, (2012) Analisis Kesiapan Rumah Sakit dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen di RSU DR. F. L. Tobing Sibolga. Tujuan: Untuk mengeksplorasi kesiapan RSU Dr. F. L. Tobing Sibolga dalam penerapan sistem informasi manajemen, khususnya dari segi SDM, ketersediaan infrastruktur teknoIogi informasi (TI), perencanaan dan kebijakan, ketersediaan anggaran, dukungan struktur organisasi, dukungan pemerintah daerah, dan manajemen informasi di rumah sakit. Metode kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif. Hasil : RSU Dr. F. L. Tobing belum memiliki kesiapan yang optimal secara organisasi untuk bergerak maju menuju adopsi SIMRS. 3. Rahayu, (2011) Analisis Kesiapan Sumberdaya Manusia Dalam Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Berbasis Web di Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesiapan sumberdaya manusia pengelola Simpus Kabupaten Kotawaringin Timur dalam menerapkan SIMPUS berbasis web dengan menggunakan pendekatan kerangka kerja PRISM. Metode : kualitatif. Hasil : pendidikan dan pelatihan di puskesmas sebagian belum memenuhi kebutuhan. Pengetahuan dan sikap responden pada umumnya mengetahui dan menerima penerapan SIMPUS. Program supervisi dengan menggunakan cara pendampingan langsung, monitoring di program simpus kabupaten dan VOID di perkotaan. 7 4. Marzuki, (2009), Kesiapan Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah Terhadap Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Jenis penelitian ini studi kasus bersifat deskriftif eksploratif. Yang bertujuan untuk mengetahui kesiapan SDM, kebijakan dan dukungan dana, dan proses pengembangan SIK. Persamaan dengan penelitian yang saya lakukan adalah pada eksplorasi kesiapan sebuah lembaga untuk penerapan sistem informasi. Perbedaaanya pada penelitian marzuki tidak memasukkan variabel budaya kerja organisasi, tatakelola dan kepemimpinan, dan infrastruktur. 5. Fathia, (2009) Analisis Kesiapan Organisasi dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus deskriftif dengan desain kasus tunggal terjalin. Tujuan penelitiannya untuk melihat kesiapan sumber daya manusia, perencanaan, ketersediaan anggaran, dukungan struktur organisasi, ketersediaan teknologi dan dukungan pemerintah daerah. Persamaan penelitiannya adalah pada kesiapan sebuah lembaga untuk penerapan sistem informasi dengan variabel sumber daya manusia, dan teknologi. Perbedaannya, pada penelitian Fathia menambahkan variabel perencanaan, dukungan pemerintah, dukungan struktur, dan komunikasi data dan proses. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ditunjukkan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Serupa Penulis Yusuf, (2013) Judul Penelitian Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Persamaan Konteks kesiapan penerapan sistem informasi Perbedaan Unit Analisis, Yusuf, menganalisa kesiapan penerapan SIKDA, penelitian ini menganalisa kesiapan penerapan RME 8 Generik) di Kota Banda Aceh. Simanjuntak, Analisis Kesiapan (2012) Rumah Sakit dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen di RSU DR. F. L. Tobing Sibolga. Rahayu, (2011) Marzuki, (2009) Fathia, (2009) variabel sumber daya manusia, dan infrastruktur teknologi informasi Unit Analisis, Simanjuntak menganalisa kesiapan SIMRS, penelitian ini kesiapan penerapan RME, dan menambahkan variable budaya kerja organisasi, tatakelola dan kepemimpinan Analisis Kesiapan variabel Unit Analisis, Rahayu Sumber Daya sumber daya menganalisa kesiapan SDM Manusia Dalam manusia. Puskesmas, penelitian ini Penerapan menganalisa kesiapan Aplikasi Sistem penerapan RME rumah Informasi sakit. Pada penelitian ini Manajemen ditambahkan variabel Puskesmas tatakelola dan Berbasis Web di kepemimpinan, dan Kabupaten infrastruktur Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Kesiapan Sumber eksplorasi Unit analisis, variabel Daya Manusia kesiapan budaya kerja organisasi, Dinas Kesehatan sebuah tatakelola dan Kabupaten lembaga kepemimpinan, dan Lombok Tengah untuk infrastruktur Terhadap penerapan Penerapan Sistem sistem Informasi informasi. Manajemen Puskesmas. Analisis Kesiapan kesiapan Unit analisis, Fathia Organisasi dalam sebuah menambahkan variabel Penerapan Sistem lembaga perencanaan, dukungan Informasi untuk pemerintah, dan komunikasi Manajemen penerapan data dan proses. Puskesmas di sistem Kabupaten Barito informasi Kuala Provinsi dengan Kalimantan variabel Selatan. sumber daya manusia, dan teknologi. 9