bentuk frasa dan klausa dalam buku “bahasa indonesia” karya

advertisement
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
145
BENTUK FRASA DAN KLAUSA DALAM BUKU “BAHASA
INDONESIA” KARYA ATIKAH ANINDYARINI
DAN SRI NINGSIH
Sri Rahayu
Alumni Program Pascasarjana
Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan
E-mail:[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bentuk frasa dan (2)
bentuk klausa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan
Sri Ningsih. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan
Sri Ningsih yang digunakan kelas VII di SMPN 1 Sukodadi tahun pembelajaran
2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik catat. Data
penelitian dianalisis dengan menggunakan modelinteraktif yang disarankan oleh Miles
dan Huberman, yang terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk frasa yang ada dalam
buku terdiri atas (1) frasa eksosentrik (frasa direktif dan frasa nondirektif) dan (2) frasa
endosentrik (frasa nominal, verbal, dan adjektival). Di samping itu, bentuk klausa yang
ada terdiri atas (1) kalusa verbal (intransitif, transitif, aktif, dan pasif) dan (2) klausa
ajektival.
Kata kunci: frasa, klausa
Abstract: The objectives of this research are to know (1) forms of phrases and (2)
forms of clauses in the Indonesian textbook worked AtikahAnindyarini and Sri
Ningsih.This research is a descriptive research. The source of data in this research is
the textbook of “Bahasa Indonesia” the work of AtikahAnindyarini and Sri Ningsih that
is used at SMPN 1 Sukodadi in the academic year 2012/2013. The collection of the data
is done by using writing technique. The instrument of research consists of ( 1) the
researcher as the instrument, and data card. The data of the research is analyzed using
interactive model suggested by Miles and Huberman, that consists of data reduction,
data display, and conclusion drawing. The results of the research show that the forms of
phrases discoverable in the book consist of (1) exocentric phrases and (2) endocentric
phrases. The exocentric phrase consists of directive exocentric and nondirective
exocentric. The endocentric phrases consist of (1) noun phrase, (2) verb phrase, and (3)
adjective phrase. In addition, the forms of clauses consists of (1) verbal clause, (2)
adjective clause. The verval clause consists of (1) intransitive clause, (2) transitive
clause, (3) active clause, amd Passive clause.
Keywords: phrase, clause
146
PENDAHULUAN
Buku merupakan sumber belajar
yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk
membantunya dalam proses kegiatan
belajar. Seiring dengan perkembangan
teknologi sekarang ini telah hadir buku
sekolah elektronik (BSE). Buku sekolah
elektronik dapat diunduh oleh siapa pun
dan harganya relative terjangkau oleh
semua kalangan. Buku sekolah elektronik
sendiri dikeluarkan oleh pemerintah dan
telah lolos penilaian Badan Standar
Nasional Pendidikan. Buku BSE ini salah
satunya adalah buku Bahasa Indonesia
untuk SMP/MTs yang ditulis oleh Atikah
Anindyarini dan Sri Ningsih. Buku
Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs yang
ditulis oleh Atikah Anindyarini dan Sri
Ningsih yang digunakan kelas VII di
SMP Negeri 1 Sukodadi telah dinilai oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan dan
telah ditetapkan sebagai buku pelajaran
yang memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 34 Tahun 2008.
Buku teks berkaitan erat dengan
kurikulum yang berlaku. Buku teks yang
baik haruslah relevan dan menunjang
pelaksanaan
kurikulum.
Kriteria
linguistik mengacu pada tujuan agar buku
teks dipahami siswa. Dengan kata lain,
bahasa buku teks haruslah komunikatif.
Buku teks haruslah dimengerti oleh
pemakainya, yakni siswa. Pemahaman
harus didahului oleh komunikasi yang
tepat. Faktor utama yang berperan di sini
ialah bahasa. Bahasa buku teks haruslah
(1) sesuai dengan bahasa siswa, (2)
kalimat-kalimatnya efektif, (3) terhindar
dari makna ganda, (4) sederhana, (4)
sopan, dan (5) menarik.
Upaya untuk mengembangkan rasa
cinta buku dan gemar membaca bisa
berhasil jika buku-buku yang dicintai dan
dibaca itu memadai jumlahnya dan
dipahami isinya. Buku yang tidak
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
dipahami isinya mustahil digemari
pembacanya. Oleh karena itu, masalah
keterbacaan karya tulis perlu diperhatikan
bila sang penulis berkeinginan agar
karya tulisnya itu dibaca orang. Salah
satu aspek penting dalam pemahaman isi
buku adalah aspek sintaksis atau
gramatika. Sintaksis yang sulit akan
membuat siswa kesulitan memahami isi
buku.Penelitian ini menyoroti aspek
sintaksis yang digunakan dalam buku
pelajaran
bahasa
Indonesia
yang
digunakan kelas VII di SMPN 1
Sukodadi. Peneliti memilih masalah ini
karena masalah sintaksis merupakan
salah satu alasan mengapa siswa berhasil
atau tidak dalam memahami materi
bacaan
sebagai
sumber
ilmu
pengetahuan. Bahasa yang sederhana
tentu saja lebih mudah dipahami daripada
bahasa yang sulit.. Berbicara tentang tata
bahasa atau gramatika tidak hanya
berbicara tentang klausa atau kalimat,
frasa juga juga juga karena frasa
merupakan bagian dari tata bahasa.
Pemahaman terhadap frasa dan klausa
sangatlah penting untuk dapat memahami
materi yang disampaikan dalam sebuah
buku.
Frasa merupakan satuan bahasa
yang lebih besar dari satuan kata. Frasa
lazim didefinisikan sebagai kelompok
kata atau rangkaian kata yang menduduki
slah satu unsur kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), atau keterangan
(Ket.) ( Ramlan, 1995:152) frasa bukan
hanya terdiri dari dua buah kata, tetapi
bisa juga dari tiga, empat , lima buah
kata, dan seterusnya. Frasa yang terdiri
atas dua buah kata biasanya relatif mudah
ntuk dipahami dan dibuat. Tetapi frasa
yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih
kata tentu akan terasa sulit , terutama
bagi siswa SMP kelas VII. Oleh karena
itu, guru bahasa Indonesia hendaknya
lebih memperhatikan masalah ini karena
frasa merupakan unsure penting dalam
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
pembentukan kalimat yang digunakan
sebagai subjek, predikat, dan objek
klausa.
Frasa
nomina,
misalnya,
berfungsi sebagai subjek dan objek. Frasa
verba berfungsi sebagai predikat dalam
sebuah klausa. Dengan memahami unsurunsur pembentuk frasa siswa akan lebih
mudah
memahami
pesan
yang
disampaikan melalui bahasa yang ada
dalam buku.
Di samping frasa, pemahaman
siswa terhadap klausa juga penting.
Klausa adalah kelompokkata, atau
susunan kata, atau konstruksi yang
bersifat predikatif. Artinya , di dalam
susunan kata itu ada kata yang berfungsi
sebagai
predikat (Chaer, 2007:231).
Pembahasan tentang klausa telah sering
dibahas orang. Namun, ada yang menarik
jika dilihat dari segi penamaan klausa.
Dalam buku-buku linguistik sering
ditemukan istilah klausa transitif, dan
klausa intransitif.sebenarnya penamaan
klausa tersebut didasarkan pada tipe
verba yang mengisi fungsi predikat
klausa. Jika ditinjau dari tipe verba yang
mengisi fungsi predikat maka terdapat
banyak jens klausa. Dalam penelitian ini
jenis-jenis klausa yang didasarkan pada
tipe verba yang mengisi fungsi predikat
klausa akan diteliti
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan
Miller (dalam Moleong, 2005:2) pada
mulanya bersumber pada pengamatan
kualitatif.
Pengamatan
kualitatif
melibatkan pengukuran tingkatan suatu
ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu
dalam pengamatan, pengamat harus
mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu
itu.(Djajasudarma, 1993:13) mengatakan
bahwa
penelitian
kualitatif
jelas
menggunakan
metode
kualitatif
sehubungan dengan pertimbangan: (1)
147
penyesuaian metode kualitatif lebih
mudah dibandingkan dengan kenyataan
yang kompleks; (2) metode ini
menyajikan secara langsung hakikat
hubungan
antara
peneliti
dengan
responden; (3) metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan
penajaman-penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
(Djajasudarma,1993:8) menyatakan
bahwa metode penelitian deskriptif
adalah metode yang bertujuan membuat
deskripsi;
maksudnya
membuat
gambaran, lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai data, sifatsifat serta hubungan fenomena-fenomena
yang diteliti.di dalam penelitian bahasa,
metode penelitian deskriptif cenderung
digunakan dalam penelitian kualitatif,
terutama dalam mengumpulkan data,
serta menggambarkan data secara ilmiah.
Dalam penelitian ini yang menjadi
data adalah bentuk-bentuk frasa dan
bentuk-bentuk
klausa.(Arikunto,2006:
118) menyatakan bahwa data adalah hasil
pencatatan peneliti, baik berupa fakta
maupun angka.
Yang dimaksud dengan sumber
data dalam penelitian adalah subjek
tempat data didapatkta(Arikunto, 2006:
129), Dengan demikian, sumber data
penelitian ini adalah buku teks pelajaran
bahasa Indonesia yang digunakan kelas
VII SMPN 1 Sukodadi Lamongan tahun
pelajaran 2012/013.
Dalam penelitian ini pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan
teknik catat. Teknik catat ini digunakan
untuk mencatat data frasa dan klausa
yang terdapat dalam buku pelajaran
bahasa Indonesia yang digunakan di
SMPN 1 Sukodadi terutama kelas VII
PEMBAHASAN
Frasa-frasa yang ada dalam buku
bahasa Indonesia untuk SMP/MTs yang
merupakan karya Atikah Anindyarini dan
148
Sri Ningsih meliputi frasa (1) frasa
eksosentrik, (2) frasa endosentrik, dan (3)
frasa koordinatif
Frasa eksosentrik adalah frasa yang
komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis
yang
sama
dengan
keseluruhannya. Frasa eksosentris yang
ditemukan ada dua jenis, yaitu (1) frasa
eksosentris direktif, dan (2) frasa
eksosentris nondirektif. Frasa eksosentris
direktif komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti ke, dari, dan dengan.
Frasa eksosentrik nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti si
dan sang(Chaer, 2007: 225).
Frasa endosentrik adalah frasa yang
salah satu unsurnya atau komponennya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan
keseluruhannya.
Frasa
endosentrik juga lazim disebut frasa
modifikatif karena komponen keduanya
mengubah atau membatasi makna
komponen inti atau hulunya (Chaer,
2007: 226).
Dalam penelitian terhadap buku
pelajaran bahasa Indonesia kelas VII
yang ditulis Atikah Anindyarini dan Sri
Ningsih juga ditemukan berbagai bentuk
klausa, yaitu klausa verbal dan klausa
ajektival. Klausa verbal terdiri atas klausa
transitif, klausa intransitif, klausa aktif,
dan klausa pasif.
HASIL PENELITIAN
Berikut adalah hasil penelitian yang
dilakukan pada buku pelajaran bahasa
Indonesia yang digunakan di SMP Negeri
1 Sukodaditahunpelajaran 2012/2013.
Bentuk-Bentuk Frasa
Frasa Eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang
komponen-komponennya
tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan
keseluruhannya.(Chaer,
2007:225)
Frasa Eksosentrik Direktif
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
Frasa eksosentrik yang direktif
adalah komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan
komponen keduanya berupa kata atau
kelompok
kata,
yang
biasanya
berkategori nomina (Chaer, 2007:225)
Berikut data frasa eksosentrik direktif
yang ditemukan dalam buku bahasa
Indonesia karya Atikah Anindyarini dan
Sri Ningsih.
(1) Salah satu faktor penyebabnya yakni
kurangnya kepedualian masyarakat
terhadap
lingkungan
tersebut.(Bhs.Ind.1)
(2) Setiap anak pasti senang jika
mendengarkan
dongeng
karena
banyak hal menarik dari dongeng
tersebut (Bhs.Ind.2)
(3) Pada zaman dahulu, hiduplah seorang
janda di sebuah desa terpencil. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari,
setiap hari ia menjual dedaunan dan
rempah-rempah hasil ladiag miliknya
yang tak seberapa luas. (Bhs.Ind.3)
(4) Dalam keputusasaannya, ia berjalan
menyusuri hutan seorang diri. Ia
berharap dapat menemukan sesuatu
yang bisa dijual ke pasar. (Bhs.Ind. 3)
(5) Ia lalu duduk di bawah pohon itu
untuk melepas lelah. Tiba-tiba
terdengar
suara
yang
keras.
(Bhs.Ind.3)
(6) Si janda hanya bisa menangis
meratapinasibnya. Dalam tangisnya
yang panjang, ia memohon kepada
Tuhan agar dipertemukan kembali
dengan Ketela Pohon. (Bhs.Ind.4)
(7) Paginya di tanganku keluar bintik
merah. Ibuku terkejut, aku langsung
dibawa ibu ke dokter. Dari dokter aku
mendapat rujukan untuk cek darah.
(Bhs.Ind.5)
(8) Selama enam hari di sana rasanya
seperti sebulan. Aku betul-betul
tersiksa, tanganku diinfus.( Bhs.Ind.5)
(9) Menurut Kepala Biro Pendayagunaan
dan Konsrvasi Sumber Daya Air
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
(PKSDA) Perum Jasa Tirta II Sutisna
Pikrasaleh, kebutuhan air untuk
240.000 hektar sawah di Kabupaten
Bekasi. (Bhs.Ind. 8)
(10) Selanjutnya,
padabidang
kebahasaan kalian akan belajar
menggunakan kalimat berita secara
tepat. (Bhs.Ind.15)
Frasa EksosentrikNondirektif
Frasa eksosentrik yang nondirektif
komponen pertamanya berupa artikulus,
seperti si dan sang atau kata lain seperti
yang, para, dan kaum; sedangkan
komponen keduanya berupa kata atau
kelompok kata berkategori nomina,
ajektiva, atau verba (Chaer, 2007:225).
(11) Suatu hari terjadi seranan babi
hutan. Seluruh ladang petani di
desa itu hancur karena serangan
binatang buas itu., termasuk ladang
si janda. (Bhs.Ind. 3)
(12) Beberapa hari kemudian, luka
anjing itu sembuh. Hewan itu
tampak berterima kasih sekali
kepada si kakek.(Bhs.Ind. 46)
(13) Beberapa detik kemudian, terjadi
perubahan pada tubuh si anjing.
(Bhs.Ind. 47)
(14) Sang putri jadi kaget ketika tibatiba Kakek membuka pintu. Sang
putri tak sempat merubah dirinya
menjadi anjing.(Bhs. Ind. 55)
(15) “Marty, kenapa? Ayo kerjakan,”
tegur sang guru. Wajah Marty
semakin pias. Ia sangat malu karena
tidak bisa mengerjakan soal-soal
yang ada. (Bhs.Ind. 55)
FrasaEndosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang
salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Artinya, salah
satu
komponennya
itu
dapat
menggantikan
kedudukan
keseluruhannya Frasa endosentrik ini
149
lazim juga disebut frasa modifikatif
karena komponen keduanya, yaitu
komponen yang bukan inti atau hulu
mengubah atau membatasi makna
komponen inti atau hulunya itu. Selain
itu, frasa endosentrik ini lazim juga
disebut frasa subordinatif karena salah
satu
komponennya,
yaitu
yang
merupakan inti frasa berlaku sebagai
komponen atasan, sedangkan komponen
lainnya, yaitu komponen yang membatas,
berlaku
sebagai
komponen
bawahan(Chaer, 2007:226).
Dilihat dari kategori intinya dapat
dibedakan adanya frasa nominal, frasa
verbal, frasa ajektival, dan frasa numeral.
Frasa Nominal
Tarigan (1988: 129) mengatakan
frasa nominal adalah suatu konstruksi
dengan sebuah nomina yang mengisi
jalur hulu dan dengan aneka pengubah
nominal dalam tali, misalnya: penentu,
penjumlah, ajektif. Denan kata lain, frasa
nominal adalah suatu konstruksi dengan
nomina sebagai inti dan kategori lainnya
sebagai penjelas atau pewatas.
Data yang dikumpulkan dari buku
pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah
Anindyarini
dan
Sri
Ningsih
memperlihatkan bahwa frasa nomina
terdiri atas nomina sebagai unsur inti dan
kategori lainnya sebagai penjelas.
Nomina + Ajektiva
Nomina yang sering juga dikatakan
kata benda dapat dilihat dari tiga segi,
yakni segi semantic, segi sintaksis, dan
seg bentuk. Dari segi semantic, nomina
adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, dan konsep atau pengertian.
Dengan demikian, kata seperti guru,
kucing, meja, dan kebangsaan adalah
nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina
mempunyai ciri-ciri tertentu.
(1) Dalam kalimat yang predikatnya
verba, nomina cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
150
Kata pemerintah dan perkembangan
dalam kalimat Pemerintah akan
memantapkan perkembangan adalah
nomina.
(2) Nomina tidak dapat diingkarkan
dengan
kata
tidak.
Kata
pengingkarnya adalah bukan. Untuk
mengingkarkan kalimat Ayah saya
guru harus dipakai kata bukan: Ayah
saya bukan guru.
(3) Nomina umumnya dapat diikuti oleh
adjektiva, baik secara langsung
maupun dengan diantarai oleh kata
yang.
Frasa nomina adalah sebuah
konstruksi sintaktis yang terbentuk dari
dua buah unsure sekuarng-kurangnya ,
yaitu nomina sebagai inti. Berikut data
frasa nomina yang terdiri atas nomina
sebagai inti dan adjektiva sebagai
penjelas yang ditemukan dalam buku
pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah
Anindyarini dan Sri Ningsih.
Nomina + Adjektiva pemeri sifat
Adjektiva pemeri sifat dapat
memerikan kualitas dan intensitas yang
bercorak fisik atau mental. Berikut data
adjektiva pemeri sifat yang berfungsi
sebagai penjelas dalam frasa nomina.
(16) Ia lalu duduk di bawah pohon itu
untuk melepas lelah. Tiba-tiba
terdengar suara keras. (Bhs.Ind.
3)
(17) Pada suatu hari, seperti biasa,
Kakek mencari kayu di tengah
hutan. Tetapi sampai sore ternyata
Kakek tak banyak menemukan
kayu kering.(Bhs.Ind.45)
(18) Kulihat seorang wanita cantik
dengan
wajahnya
yang
keibuan.(Bhs.Ind.63)
Data (18) di atas mengandung
sebuah frasa, yaitu frasa wanita cantik.
Dilihat
dari
kompnen-komponen
pembentuknya frasa tersebut dibentuk
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
oleh dua buah komponen yaitu komponen
wanita dan cantik. Kedua kata yang
membentuk frasa tersebut berbeda
kategori kelas katanya. Yang letak kiri
berkategori nomina dan yang letak kanan
berkategori ajektiva.
Nomina + Adjektivaukuran
(19) Marty
adalahseekorlebahkecilpandai
di
sekolahnya,(Bhs.Ind.55)
(20) Ada antenna kecil di ujungnya.
Bentuknya lucu ,deh.(Bhs.Ind.33)
(21) Dengan terjadinya depresi besar
pada tahun 1929 di dunia industry
Barat, teori ekonomi liberal
akhirnya runtuh dan digantikan
dengan teori ekonomi makro.
(Bhs.Ind.87)
(22) Masa panen yang panjang sangat
mnguntungkan petani karena bisa
menikmati harga rendah dan
tinggi. (Bhs.Ind.110)
Nomina + AdjektivaSikapbatin
(23) Sang
Putri
kemudian
bercerita,”Saya telah dikutuk oleh
penyihir jahat menjadi seekor
anjing. (Bhs.Ind. 46)
Nomina + Nomina
Susunan sebuah frasa dalam bahasa
Indonesia dapat terdiri atas nomina
+nomina. Ini berarti bahwa unsure inti
frasa adalah sebuah nomina dan unsure
penjelasnya juga berkategori nomina.
Nomina yang berada pada posisi pertama
merupakan unsure inti, sedangkan
nomina yang berada pada urutan kedua
atau terakhir adalah unsure penjelas yang
memberikan informasi lebih lanjut
tentang inti. Berikut data nomina +
nomina yang ditemukan dalam buku
pelajaran bahasa Indonesia kelas VII
karya Atikah Anindyarini dan Sri
Ningsih.
(24) Untuk memenuhi kebutuhan seharihari,
setiaphari
ia
menjual
dedaunan dan rempah-rempah hasil
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
ladang miliknya yang tak seberapa
luas.(Bhs.Ind.3)
(25) Suatu hari terjadi serangan babi
hutan. Seluruh ladang petani di
desa itu hancur karena serangan
binatang buas itu. (Bhs.Ind.3)
(26) Tiba-tiba terdengar suara yang
keras,”Hai anak manusia , mengapa
kau duduk di situ? Tidakkah kau
harus
bekerja
mengurus
keluargamu?(Bhs.Ind.3)
(27) Si janda sangat terkejut. Ia lari
tunggang langgang menuju ke
hutan.
Iaingin
membuktikan
kebenaran berita itu.(Bhs. Ind.4)
(28) Hal tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya sampah di dalam
selokan.
Sampah
tersebut
mengakibatkan saluran air menjadi
tidak
lancer
dan
airnya
menggenang. (Bhs.Ind.5)
(29) Menurut Chay, akibat perubahan
iklim, di beberapa daerah di Jawa
hujan turun terlambat, sedangkan
kemarau datang lebih cepat.(Bhs
.Ind.8)
(30) Kerang darah (Anadara granosa)
yang umum terdapat di kawasan
perairan Pantai Utara Semarang
mengandung unsure logam berat
dalam kadar tinggi yang melebihi
ambang batas. (Bhs.Ind.13)
(31) Kendaraan yang tidak layak jalan
adalah satu penyebab kecelakaan
yang
menonjol
di
Indonesia.(Bhs.Ind. 16)
Numeralia + Nomina
Numeralia atau kata bilangan
adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya maujud (orang,
binatang, atau barang) dan konsep.
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua
macam numeralia: (1) numeralia pokok,
yang member jawab atas pertanyaan
“Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang
member jawab atas pertanyaan “Yang
keberapa?” Numeralia pokok juga
151
disebut numeralia cardinal, sedangkan
numeralia tingkat disebut pula numeral
ordinal.
Berikut data numeralia yang ditemukan
dalam sumber data penelitian ini.
(32) Kalau sakit panas biasanya aku
minum sirup penurun panas sehari
tiga kali langsung sembuh. Kali ini
aku sudah minum sirup penurun
panas 2 hari. (Bhs .Ind. 5)
(33) Keterampilan berbahasa meliputi
kegiatan menuliskan kembali berita
yang
dibancakan
dan
menyimpulkan isi bacaan setelah
membaca cepat 200 kata per menit.
(Bhs ,Ind. 15)
(34) Di antara Negara-negara ASEAN,
Indonesia dianggap masih urang
serius
dalam
menangani
keselamatan jalan. Dalam tahun
2004, tercatat sekitar 300.000
orang tewas di jalan. (Bhs .Ind. 16)
(35) Seorang siswa dapat membaca
sebuah teks yang berjumlah 200
kata. Ia berhasil membaca dalam
waktu 1 menit (60 detik). (Bhs .Ind.
19)
(36) Dalam sehari Bandara Soekarno –
Hatta melayani lebih kurang 800
penerbangan,
dengan
potensi
pendapatan
per
penerbangan
mencapai Rp.500 juta atau Rp.40
miliar per hari untuk keseluruhan
penerbangan. (Bhs.Ind. 20)
(37) Salah satu pengalaman yang tidak
terlupa saat aku masih berumur 7
tahun. (Bhs.Ind. 25)
(38) Ki Ageng mempunyai tiga orang
murid, bernama Sarjana, Manggala,
dan Prasaja. (Bhs.Ind. 35)
Frasa Verbal
Frasa verbal ialah satuan bahasa
yang terbentuk dari dua kata atau lebih
dengan verba sebagai intinya tetapi
bentuk ini tidak merupakan klausa
(Chaer, 2007:227). Dengan demikian,
152
frasa verbal mempunyaiinti dan kata atau
kata lain yang mendampinginya. Posisi
kata pendamping ini tegar (fixed)
sehingga tidak dapat dipindahkan secara
bebas ke posisi lain. Dilihat dari segi
konstruksinya, frasa verbal terdiri atas
verba inti dan kata lain yang bertindak
sebagai penambah arti verba tersebut.
Berikut data frasa verbal yang ditemukan
dalam sumber data.
(39) Saat berhubungan dengan orang
lain, kita selalu dituntut untuk
tetap menjaga sopan santun
dengan terus member perhatian
pada lawan bicara. (Bhs.Ind.
30)dituntut,
ditambahkanlah
sebuah adverbial.
(40) Alat yang dalam penciptaannya
menggunakan
perhitungan
algoritma
matematika
untuk
mengukur tingkat stress dan
empati yang diukur dari suara
manusia ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hubungan
antarmanusia.(Bhs.Ind.30)
(41) “Yah, siapa tahu. Kita kan belum
lihat buktinya. Betul, kan temanteman”(Bhs.Ind. 33)
(42) Seminggu telah berlalu. Sebuah
telepon itu tergeletak di meja
makan. Papa baru saja memaainya
dan lupa membawanya. (Bhs.Ind.
33)
(43) Dalam surat itu Raja meminta Ki
Ageng untuk mencari seorang
pegawai
untuknya.
Selesai
membaca surat, Ki Ageng segera
memanggil ketiga muridnya.
(Bhs.Ind. 35)
(44) Pada akhir abad ke -20 mulai
dikembangkan televise internet
yaitu televise yang tidak hanya
menerima siaran televise biasa.
Namun juga terhubung ke
internet. (Bhs. Ind. 39)
(45) Sebagai generasi muda kalian
harus mengisi kemerdekaan ini
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
(46)
dengan belajar giat dan aktif
dalam berbagai kegiatan yang
positif. (Bhs.Ind. 43)
Kakek menghentikan langkahnya.
Ia mencari asal suara itu. Hewan
itu tidak
bergerak. Ia hanya
mampu mengeluarkan suara.
(Bhs.Ind. 45)
Frasa Ajektiva
Frasa ajektiva adalah sebuah
konstruksi yang terdiri atas dua buah kata
dengan ajektiva sebagai unsur inti dan
kategori lain sebagai penjelas (Chaer,
2007:227).
Berikut data frasa ajektiva yang
ditemukan dalam sumber data.
(47) Kondisi lalu lintas jalan di
Indonesia saat ini termasuk sangat
memprihatinkan. (Bhs.Ind. 16)
(48) Vera
sangat
senang
akan
pandangan
kagum
temantemannya. Dadanya terasa sesak
karena bangga. (Bhs.Ind. 34)
Frasa Koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa
yang komponen pembentuknya terdiri
atas dua komponen atau lebih yang sama
dan sederajat, dan secara potensial dapat
dihubungkan oleh konjungsi koordinatif,
baik tunggal seperti dan, atau, tetapi,
maupun konjungsi terbagi seperti baik….
baik, makin….makin, dan baik….maupun
(Chaer, 2007:227).
Perhatikan data frasa koordinatif
yang ditemukan dalam sumber data buku
pelajaran bahasa Indonesia.
(49) Sebagai generasi muda kalian
harus mengisi kemerdekaan ini
dengan belajar giat dan aktif
dalam berbagai kegiatan yang
positif. (Bhs.Ind. 43)
(50) Selain itu, sikap hormat dan patuh
kepada orang tua juga harus selalu
kalian pertahankan. (Bhs.Ind. 43)
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
(51)
153
Marty adalah seekor lebah kecil
paling pandai di sekolahnya. Ia
tidak pernah absen menjadi
bintang kelas. Semula ia adalah
lebah manis yang rajin dan baik
hati. (Bhs.Ind.55).
Berikut
data
klausa
yang
predikatnya terdiri atas berbagai tipe
verba yang ditemukan dalam sumber data
buku pelajaran bahasa Indonesia karya
Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih.yang
digunakan di SMPN 1 Sukodadi.
BentukKlausa
Klausa adalah suatu kelompok kata
yang mempunyai satu pokok pikiran yang
jelas. Klausa dapat diberi atau ditambah
dengan kata keterangan. Keterangan
merupakan fungsi sintaksis yang paling
beragam dan paling mudah berpindah
tempatnya.
Chaer (2007: 231) mengatakan
bahwa klausa adalah satuan sintaksis
berupa runtutn kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya di dalam konstruksi
itu ada komponen , berupa kata atau
frasa, yang berfungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek,
sebagaiobjek,dan sebagai keterangan.
Chaer (2007: 235) menyatakan
bahwa jenis klausa dapat diperbedakan
berdasarkan strukturnya dan berdasarkan
kategori segmental yang menjadi
predikatnya. Berdasarkan kategori unsur
segmental yang enjadi predikatnya dapat
dibedakan adanya klausa verbal, klausa
nominal, klausa ajektival, klausa
adverbial, dan klausa preposisional.
Klausa yang predikatnya bukan verbal
lazim juga disebut klausa nonverbal.
Klausa verbal adalah klausa yang
predikatnya berkategori verba. Kemudian
sesuai dengan adanya berbagai tipe
verba, maka dikenal adanya (1) klausa
transitif, yaitu klausa yang predikatnya
berupa verba transitif, (2) klausa
intransitive,
yaitu
klausa
yang
predikatnya berupa verba intransitive, (3)
verba refleksif, yaitu verba yang
predikatnya berupa verba refleksif, (4)
klausa resiprokal, yaitu klausa yang
predikatnya berupa verba resiprokal.
Klausa Verbal
Ramlan (2005, 131) mengatakan
bahwa berdasarkan golongan-golongan
kata verbal , verbal digolongkan menjadi:
(1) klausa verbal ajektif, (2) klausa verbal
intransitif, (3) klausa verbal aktif, (4)
klausa verbal pasif, (5) klausa verbal
yang refleksif, (6) klausa verbal
resiprokal, (7) klausa bilangan, klausa
depan
Klausa Intransitif
Klausa intransitif adalah klausa
yang predikatnya berupa verba intransitif,
yaitu verba yang menghindari objek.
Klausa yang memakai verba ini hanya
mempunyai satu nomina. Berikut data
klausa intransitf(Ramlan, 2005:133).
(52) Aku hidup dari keluarga tak
mampu dengan rumah yang
sempit dan kurang sehat.(Bhs.Ind.
5)
(53) Akibat perubahan iklim di
beberap daerah di Jawa hujan
turun
terlambat,
sedangkan
kemarau datang lbih cepat.
(Bhs.Ind. 8)
(54) Dasar anak kecil, perintah itu
Cuma masuk telinga kiri, keluar
telinga kanan. Pikirku , tidak
mungkin ada bahaya.(Bhs.Ind.
25)
(55) Saat ini sarana komunikasi telah
berkembang
pesat.
Sebagai
contoh
konkrit
adalah
perkembangan telepon seluler
atau hand phone (Bhs.Ind. 29)
(56) Kakek itu tinggal sendirian di tepi
hutan.
Istrinya
telah
meninggal.pekerjaan
Kakek
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
154
sehari-hari adalah mengumpulkan
kayu
untuk
dijual
di
pasar.(Bhs.Ind. 45)
Klausa Transitif
Klausa transitif adalah klausa yang
predikatnya berupa verba transitif, yaitu
verba yang bisa mempunyai atau harus
mendampingi objek. Berikut data klausa
transitif yang ditemukan dalam sumber
data (Ramlan, 2005:131).
(57) Ia sering meremehkan pelajaran,
membolos, mengganggu temanteman, dan membuat keributan
saat pelajaran. (Bhs.Ind. 55)
(58) Satuan Polisi Hutan Reaksi cepat
(Sporc) Kalbar, Rabu (23/4),
menyita ribuan batang kayu
olahan jenis meranti hasil
penebangan liar di Taman Wisata
Alam (TWA) Asunsang.(Bhs.Ind.
13)
(59) Kecelakaan itu juga menimbulkan
kemiskinan terhadap 62,5 persen
dari keluarga korban kecelakaan
yang meninggal dunia. (Bhs.Ind.
16)
(60) Kami
mengunjungi beragam
tempat wisata. (Bhs.Ind.25)
Klausa Aktif
Klausa aktif merupakan klausa
yang predikatnya berupa verba aktif.
Verba aktif adalah verba yang subjeknya
berperan sebagai pelaku. Biasanya verba
aktif berprefiks me-, ber-, atau tanpa
prefiks. Apabila ditandai oleh sufiks –
kan, maka verba itu bermakna benefaktif
atau kausatif. Apabila ditandai oleh
sufiks –I, maka verba bermakna lokatif
atau repetitif. Berikut data klausa aktif
yang ditemukan dalam sumber data
(Ramlan, 2005:131).
(61) Pada waktu itu aku dan
keluargaku
mengunjungi
pantai.(Bhs.Ind.25)
(62)
Tim peneliti yang dipimpin oleh
Anmol Madan ini menamakan
perangkat
lunak
kembangan
mereka dengan Jer-O-meter.
(Bhs.Ind. 30)
Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang
prdikatnya berupa verba pasif. Verba
pasif adalah verba yang subjeknya
berperan sebagai penderita, sasaran, atau
hasil. Verba demikian biasanya diawali
dengan prefiks di- atau ter-. Apabila
ditandai dengan prefiks ter- yang berarti
‘dapat di’ atau ‘tidak dengan sengaja’
maka verba itu bermakna perfektif.
Berikut data klausa pasif yang ditemukan
dalam sumber data (Ramlan, 2005:133).
(63) Aku
sangat
tertolong
sekarang.(Bhs.Ind. 3)
(64) Begitulah seterusnya, hidup si
janda kini ditopang sepenuhnya
oleh Ketela Pohon. (Bhs Ind.3)
(65) Kondisi lalu lintas jalan di
Indonesia sangat memprihatinkan.
Di antara Negara-negara ASEAN,
Indonesia dianggap masih kurang
serius
dalam
menangani
keselamatan jalan. (Bhs.Ind. 17)
Klausa Ajektival
Klausa ajektiva adalah klausa yang
prediktnya berupa kata yang brekategori
ajektiva, baik berupa kata maupun frasa.
Berikut beberapa data yang dapat
ditemukan (Ramlan, 2005:131).
(66) Rakyat Indonesia menderita dan
semakin
sengsara
karena
dibebani pajak. (Bhs.Ind.92)
(67) Sebagai ketua kelas, Ello lebih
sibuk
dari
temantemannya.(Bhs.Ind.94)
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tentang bentuk frasa dan klausa yang ada
dalam buku bahasa Indonesia karya
Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu)
Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih yang
digunakankelas VII SMP Negeri1
Sukodadi tahun pembelajaran 2012/2013.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa buku bahasa Indonesia untuk
SMP/MTs Kelas VII yang ditulis oleh
Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih
mengandung berbagai bentuk frasa dan
klausa.
Frasa-frasa yang ada dalam buku
meliputi frasa (1) frasa eksosentrik, (2)
frasa ekndosentrik, dan (3) frasa
koordinatif. Frasa eksosentrik adalah
frasa
yang
komponennya
tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Frasa eksosentris
yang ditemukan ada dua jenis, yaitu (1)
frasa eksosentris direktif, dan (2) frasa
eksosentris nondirektif. Frasa eksosentris
direktif komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti ke, dari, dan dengan.
Frasa eksosentrik nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti si
dan sang.
Frasa endosentrik adalah frasa yang
salah satu unsurnya atau komponennya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan
keseluruhannya.
Frasa
endosentrik juga lazim disebut frasa
modifikatif karena komponen keduanya
mengubah atau membatasi makna
komponen inti atau hulunya.
Dalam penelitian terhadap buku
pelajaran bahasa Indonesia yang ditulis
Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih juga
ditemukan berbagai bentuk klausa, yaitu
klausa verbal dan klausa ajektival. Klausa
verbal terdiri atas klausa transitif, klausa
intransitif, klausa aktif, dan klausa pasif.
Sebagai hasil dari pembahasan ini
Peneliti menyarankan kepada para
peneliti selanjutnya untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang bentukbentuk kebahasaan yang ada dalam buku
tersebut sehingga akan mendapatkan
sebuah deskripsi linguistik yang sangat
155
berguna bagi penulisan buku pelajaran
bahasa Indonesia, khususnya untuk SMP.
Demkianlah kesimpulan dan saran
yang dapat disampaikan , semoga hasil
penelitian
ini
bermanfaat
bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
khususnya dalam bidang linguistik oleh
semua pihak yang berkepentingan
DAFTAR RUJUKAN
Anindyarini Atikah, Sri Ningsih.2008.
Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs
Kelas VIIJakarta: CV. Teguh karya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data
Penelitian
Kualitatif.
Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Metode
Linguistik:
Ancangan
Metode
Penelitian dan Kajian. Bandung:
PT. Eresco.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosda karya.
Ramlan.2005. Sintaksis.
CV.Karyono
Yogyakarta:
Soeparno.2002. Dasar-Dasar Linguistik
Umum. Yagyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Teknik
Analisis
Bahasa.
Yogyakarta:
Duta
Wacana
University Press.
156
Tarigan,Henry Guntur. 1988. Pengajaran
Tata Bahasa Tagmemik. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas
Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015
Download