Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) 145 BENTUK FRASA DAN KLAUSA DALAM BUKU “BAHASA INDONESIA” KARYA ATIKAH ANINDYARINI DAN SRI NINGSIH Sri Rahayu Alumni Program Pascasarjana Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan E-mail:[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bentuk frasa dan (2) bentuk klausa dalam buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih yang digunakan kelas VII di SMPN 1 Sukodadi tahun pembelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik catat. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan modelinteraktif yang disarankan oleh Miles dan Huberman, yang terdiri atas reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk frasa yang ada dalam buku terdiri atas (1) frasa eksosentrik (frasa direktif dan frasa nondirektif) dan (2) frasa endosentrik (frasa nominal, verbal, dan adjektival). Di samping itu, bentuk klausa yang ada terdiri atas (1) kalusa verbal (intransitif, transitif, aktif, dan pasif) dan (2) klausa ajektival. Kata kunci: frasa, klausa Abstract: The objectives of this research are to know (1) forms of phrases and (2) forms of clauses in the Indonesian textbook worked AtikahAnindyarini and Sri Ningsih.This research is a descriptive research. The source of data in this research is the textbook of “Bahasa Indonesia” the work of AtikahAnindyarini and Sri Ningsih that is used at SMPN 1 Sukodadi in the academic year 2012/2013. The collection of the data is done by using writing technique. The instrument of research consists of ( 1) the researcher as the instrument, and data card. The data of the research is analyzed using interactive model suggested by Miles and Huberman, that consists of data reduction, data display, and conclusion drawing. The results of the research show that the forms of phrases discoverable in the book consist of (1) exocentric phrases and (2) endocentric phrases. The exocentric phrase consists of directive exocentric and nondirective exocentric. The endocentric phrases consist of (1) noun phrase, (2) verb phrase, and (3) adjective phrase. In addition, the forms of clauses consists of (1) verbal clause, (2) adjective clause. The verval clause consists of (1) intransitive clause, (2) transitive clause, (3) active clause, amd Passive clause. Keywords: phrase, clause 146 PENDAHULUAN Buku merupakan sumber belajar yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk membantunya dalam proses kegiatan belajar. Seiring dengan perkembangan teknologi sekarang ini telah hadir buku sekolah elektronik (BSE). Buku sekolah elektronik dapat diunduh oleh siapa pun dan harganya relative terjangkau oleh semua kalangan. Buku sekolah elektronik sendiri dikeluarkan oleh pemerintah dan telah lolos penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan. Buku BSE ini salah satunya adalah buku Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs yang ditulis oleh Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih. Buku Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs yang ditulis oleh Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih yang digunakan kelas VII di SMP Negeri 1 Sukodadi telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2008. Buku teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Kriteria linguistik mengacu pada tujuan agar buku teks dipahami siswa. Dengan kata lain, bahasa buku teks haruslah komunikatif. Buku teks haruslah dimengerti oleh pemakainya, yakni siswa. Pemahaman harus didahului oleh komunikasi yang tepat. Faktor utama yang berperan di sini ialah bahasa. Bahasa buku teks haruslah (1) sesuai dengan bahasa siswa, (2) kalimat-kalimatnya efektif, (3) terhindar dari makna ganda, (4) sederhana, (4) sopan, dan (5) menarik. Upaya untuk mengembangkan rasa cinta buku dan gemar membaca bisa berhasil jika buku-buku yang dicintai dan dibaca itu memadai jumlahnya dan dipahami isinya. Buku yang tidak EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015 dipahami isinya mustahil digemari pembacanya. Oleh karena itu, masalah keterbacaan karya tulis perlu diperhatikan bila sang penulis berkeinginan agar karya tulisnya itu dibaca orang. Salah satu aspek penting dalam pemahaman isi buku adalah aspek sintaksis atau gramatika. Sintaksis yang sulit akan membuat siswa kesulitan memahami isi buku.Penelitian ini menyoroti aspek sintaksis yang digunakan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan kelas VII di SMPN 1 Sukodadi. Peneliti memilih masalah ini karena masalah sintaksis merupakan salah satu alasan mengapa siswa berhasil atau tidak dalam memahami materi bacaan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Bahasa yang sederhana tentu saja lebih mudah dipahami daripada bahasa yang sulit.. Berbicara tentang tata bahasa atau gramatika tidak hanya berbicara tentang klausa atau kalimat, frasa juga juga juga karena frasa merupakan bagian dari tata bahasa. Pemahaman terhadap frasa dan klausa sangatlah penting untuk dapat memahami materi yang disampaikan dalam sebuah buku. Frasa merupakan satuan bahasa yang lebih besar dari satuan kata. Frasa lazim didefinisikan sebagai kelompok kata atau rangkaian kata yang menduduki slah satu unsur kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), atau keterangan (Ket.) ( Ramlan, 1995:152) frasa bukan hanya terdiri dari dua buah kata, tetapi bisa juga dari tiga, empat , lima buah kata, dan seterusnya. Frasa yang terdiri atas dua buah kata biasanya relatif mudah ntuk dipahami dan dibuat. Tetapi frasa yang terdiri atas tiga, empat, atau lebih kata tentu akan terasa sulit , terutama bagi siswa SMP kelas VII. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia hendaknya lebih memperhatikan masalah ini karena frasa merupakan unsure penting dalam Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) pembentukan kalimat yang digunakan sebagai subjek, predikat, dan objek klausa. Frasa nomina, misalnya, berfungsi sebagai subjek dan objek. Frasa verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah klausa. Dengan memahami unsurunsur pembentuk frasa siswa akan lebih mudah memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa yang ada dalam buku. Di samping frasa, pemahaman siswa terhadap klausa juga penting. Klausa adalah kelompokkata, atau susunan kata, atau konstruksi yang bersifat predikatif. Artinya , di dalam susunan kata itu ada kata yang berfungsi sebagai predikat (Chaer, 2007:231). Pembahasan tentang klausa telah sering dibahas orang. Namun, ada yang menarik jika dilihat dari segi penamaan klausa. Dalam buku-buku linguistik sering ditemukan istilah klausa transitif, dan klausa intransitif.sebenarnya penamaan klausa tersebut didasarkan pada tipe verba yang mengisi fungsi predikat klausa. Jika ditinjau dari tipe verba yang mengisi fungsi predikat maka terdapat banyak jens klausa. Dalam penelitian ini jenis-jenis klausa yang didasarkan pada tipe verba yang mengisi fungsi predikat klausa akan diteliti METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2005:2) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.(Djajasudarma, 1993:13) mengatakan bahwa penelitian kualitatif jelas menggunakan metode kualitatif sehubungan dengan pertimbangan: (1) 147 penyesuaian metode kualitatif lebih mudah dibandingkan dengan kenyataan yang kompleks; (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden; (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman-penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Djajasudarma,1993:8) menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifatsifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.di dalam penelitian bahasa, metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data, serta menggambarkan data secara ilmiah. Dalam penelitian ini yang menjadi data adalah bentuk-bentuk frasa dan bentuk-bentuk klausa.(Arikunto,2006: 118) menyatakan bahwa data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek tempat data didapatkta(Arikunto, 2006: 129), Dengan demikian, sumber data penelitian ini adalah buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan kelas VII SMPN 1 Sukodadi Lamongan tahun pelajaran 2012/013. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat ini digunakan untuk mencatat data frasa dan klausa yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan di SMPN 1 Sukodadi terutama kelas VII PEMBAHASAN Frasa-frasa yang ada dalam buku bahasa Indonesia untuk SMP/MTs yang merupakan karya Atikah Anindyarini dan 148 Sri Ningsih meliputi frasa (1) frasa eksosentrik, (2) frasa endosentrik, dan (3) frasa koordinatif Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentris yang ditemukan ada dua jenis, yaitu (1) frasa eksosentris direktif, dan (2) frasa eksosentris nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti ke, dari, dan dengan. Frasa eksosentrik nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang(Chaer, 2007: 225). Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa endosentrik juga lazim disebut frasa modifikatif karena komponen keduanya mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya (Chaer, 2007: 226). Dalam penelitian terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VII yang ditulis Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih juga ditemukan berbagai bentuk klausa, yaitu klausa verbal dan klausa ajektival. Klausa verbal terdiri atas klausa transitif, klausa intransitif, klausa aktif, dan klausa pasif. HASIL PENELITIAN Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan pada buku pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan di SMP Negeri 1 Sukodaditahunpelajaran 2012/2013. Bentuk-Bentuk Frasa Frasa Eksosentrik Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.(Chaer, 2007:225) Frasa Eksosentrik Direktif EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015 Frasa eksosentrik yang direktif adalah komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina (Chaer, 2007:225) Berikut data frasa eksosentrik direktif yang ditemukan dalam buku bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih. (1) Salah satu faktor penyebabnya yakni kurangnya kepedualian masyarakat terhadap lingkungan tersebut.(Bhs.Ind.1) (2) Setiap anak pasti senang jika mendengarkan dongeng karena banyak hal menarik dari dongeng tersebut (Bhs.Ind.2) (3) Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda di sebuah desa terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap hari ia menjual dedaunan dan rempah-rempah hasil ladiag miliknya yang tak seberapa luas. (Bhs.Ind.3) (4) Dalam keputusasaannya, ia berjalan menyusuri hutan seorang diri. Ia berharap dapat menemukan sesuatu yang bisa dijual ke pasar. (Bhs.Ind. 3) (5) Ia lalu duduk di bawah pohon itu untuk melepas lelah. Tiba-tiba terdengar suara yang keras. (Bhs.Ind.3) (6) Si janda hanya bisa menangis meratapinasibnya. Dalam tangisnya yang panjang, ia memohon kepada Tuhan agar dipertemukan kembali dengan Ketela Pohon. (Bhs.Ind.4) (7) Paginya di tanganku keluar bintik merah. Ibuku terkejut, aku langsung dibawa ibu ke dokter. Dari dokter aku mendapat rujukan untuk cek darah. (Bhs.Ind.5) (8) Selama enam hari di sana rasanya seperti sebulan. Aku betul-betul tersiksa, tanganku diinfus.( Bhs.Ind.5) (9) Menurut Kepala Biro Pendayagunaan dan Konsrvasi Sumber Daya Air Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) (PKSDA) Perum Jasa Tirta II Sutisna Pikrasaleh, kebutuhan air untuk 240.000 hektar sawah di Kabupaten Bekasi. (Bhs.Ind. 8) (10) Selanjutnya, padabidang kebahasaan kalian akan belajar menggunakan kalimat berita secara tepat. (Bhs.Ind.15) Frasa EksosentrikNondirektif Frasa eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba (Chaer, 2007:225). (11) Suatu hari terjadi seranan babi hutan. Seluruh ladang petani di desa itu hancur karena serangan binatang buas itu., termasuk ladang si janda. (Bhs.Ind. 3) (12) Beberapa hari kemudian, luka anjing itu sembuh. Hewan itu tampak berterima kasih sekali kepada si kakek.(Bhs.Ind. 46) (13) Beberapa detik kemudian, terjadi perubahan pada tubuh si anjing. (Bhs.Ind. 47) (14) Sang putri jadi kaget ketika tibatiba Kakek membuka pintu. Sang putri tak sempat merubah dirinya menjadi anjing.(Bhs. Ind. 55) (15) “Marty, kenapa? Ayo kerjakan,” tegur sang guru. Wajah Marty semakin pias. Ia sangat malu karena tidak bisa mengerjakan soal-soal yang ada. (Bhs.Ind. 55) FrasaEndosentrik Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya Frasa endosentrik ini 149 lazim juga disebut frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu, frasa endosentrik ini lazim juga disebut frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatas, berlaku sebagai komponen bawahan(Chaer, 2007:226). Dilihat dari kategori intinya dapat dibedakan adanya frasa nominal, frasa verbal, frasa ajektival, dan frasa numeral. Frasa Nominal Tarigan (1988: 129) mengatakan frasa nominal adalah suatu konstruksi dengan sebuah nomina yang mengisi jalur hulu dan dengan aneka pengubah nominal dalam tali, misalnya: penentu, penjumlah, ajektif. Denan kata lain, frasa nominal adalah suatu konstruksi dengan nomina sebagai inti dan kategori lainnya sebagai penjelas atau pewatas. Data yang dikumpulkan dari buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih memperlihatkan bahwa frasa nomina terdiri atas nomina sebagai unsur inti dan kategori lainnya sebagai penjelas. Nomina + Ajektiva Nomina yang sering juga dikatakan kata benda dapat dilihat dari tiga segi, yakni segi semantic, segi sintaksis, dan seg bentuk. Dari segi semantic, nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu. (1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. 150 Kata pemerintah dan perkembangan dalam kalimat Pemerintah akan memantapkan perkembangan adalah nomina. (2) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan. Untuk mengingkarkan kalimat Ayah saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah saya bukan guru. (3) Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang. Frasa nomina adalah sebuah konstruksi sintaktis yang terbentuk dari dua buah unsure sekuarng-kurangnya , yaitu nomina sebagai inti. Berikut data frasa nomina yang terdiri atas nomina sebagai inti dan adjektiva sebagai penjelas yang ditemukan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih. Nomina + Adjektiva pemeri sifat Adjektiva pemeri sifat dapat memerikan kualitas dan intensitas yang bercorak fisik atau mental. Berikut data adjektiva pemeri sifat yang berfungsi sebagai penjelas dalam frasa nomina. (16) Ia lalu duduk di bawah pohon itu untuk melepas lelah. Tiba-tiba terdengar suara keras. (Bhs.Ind. 3) (17) Pada suatu hari, seperti biasa, Kakek mencari kayu di tengah hutan. Tetapi sampai sore ternyata Kakek tak banyak menemukan kayu kering.(Bhs.Ind.45) (18) Kulihat seorang wanita cantik dengan wajahnya yang keibuan.(Bhs.Ind.63) Data (18) di atas mengandung sebuah frasa, yaitu frasa wanita cantik. Dilihat dari kompnen-komponen pembentuknya frasa tersebut dibentuk EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015 oleh dua buah komponen yaitu komponen wanita dan cantik. Kedua kata yang membentuk frasa tersebut berbeda kategori kelas katanya. Yang letak kiri berkategori nomina dan yang letak kanan berkategori ajektiva. Nomina + Adjektivaukuran (19) Marty adalahseekorlebahkecilpandai di sekolahnya,(Bhs.Ind.55) (20) Ada antenna kecil di ujungnya. Bentuknya lucu ,deh.(Bhs.Ind.33) (21) Dengan terjadinya depresi besar pada tahun 1929 di dunia industry Barat, teori ekonomi liberal akhirnya runtuh dan digantikan dengan teori ekonomi makro. (Bhs.Ind.87) (22) Masa panen yang panjang sangat mnguntungkan petani karena bisa menikmati harga rendah dan tinggi. (Bhs.Ind.110) Nomina + AdjektivaSikapbatin (23) Sang Putri kemudian bercerita,”Saya telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor anjing. (Bhs.Ind. 46) Nomina + Nomina Susunan sebuah frasa dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas nomina +nomina. Ini berarti bahwa unsure inti frasa adalah sebuah nomina dan unsure penjelasnya juga berkategori nomina. Nomina yang berada pada posisi pertama merupakan unsure inti, sedangkan nomina yang berada pada urutan kedua atau terakhir adalah unsure penjelas yang memberikan informasi lebih lanjut tentang inti. Berikut data nomina + nomina yang ditemukan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia kelas VII karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih. (24) Untuk memenuhi kebutuhan seharihari, setiaphari ia menjual dedaunan dan rempah-rempah hasil Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) ladang miliknya yang tak seberapa luas.(Bhs.Ind.3) (25) Suatu hari terjadi serangan babi hutan. Seluruh ladang petani di desa itu hancur karena serangan binatang buas itu. (Bhs.Ind.3) (26) Tiba-tiba terdengar suara yang keras,”Hai anak manusia , mengapa kau duduk di situ? Tidakkah kau harus bekerja mengurus keluargamu?(Bhs.Ind.3) (27) Si janda sangat terkejut. Ia lari tunggang langgang menuju ke hutan. Iaingin membuktikan kebenaran berita itu.(Bhs. Ind.4) (28) Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya sampah di dalam selokan. Sampah tersebut mengakibatkan saluran air menjadi tidak lancer dan airnya menggenang. (Bhs.Ind.5) (29) Menurut Chay, akibat perubahan iklim, di beberapa daerah di Jawa hujan turun terlambat, sedangkan kemarau datang lebih cepat.(Bhs .Ind.8) (30) Kerang darah (Anadara granosa) yang umum terdapat di kawasan perairan Pantai Utara Semarang mengandung unsure logam berat dalam kadar tinggi yang melebihi ambang batas. (Bhs.Ind.13) (31) Kendaraan yang tidak layak jalan adalah satu penyebab kecelakaan yang menonjol di Indonesia.(Bhs.Ind. 16) Numeralia + Nomina Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Dalam bahasa Indonesia terdapat dua macam numeralia: (1) numeralia pokok, yang member jawab atas pertanyaan “Berapa?” dan (2) numeralia tingkat yang member jawab atas pertanyaan “Yang keberapa?” Numeralia pokok juga 151 disebut numeralia cardinal, sedangkan numeralia tingkat disebut pula numeral ordinal. Berikut data numeralia yang ditemukan dalam sumber data penelitian ini. (32) Kalau sakit panas biasanya aku minum sirup penurun panas sehari tiga kali langsung sembuh. Kali ini aku sudah minum sirup penurun panas 2 hari. (Bhs .Ind. 5) (33) Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan menuliskan kembali berita yang dibancakan dan menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit. (Bhs ,Ind. 15) (34) Di antara Negara-negara ASEAN, Indonesia dianggap masih urang serius dalam menangani keselamatan jalan. Dalam tahun 2004, tercatat sekitar 300.000 orang tewas di jalan. (Bhs .Ind. 16) (35) Seorang siswa dapat membaca sebuah teks yang berjumlah 200 kata. Ia berhasil membaca dalam waktu 1 menit (60 detik). (Bhs .Ind. 19) (36) Dalam sehari Bandara Soekarno – Hatta melayani lebih kurang 800 penerbangan, dengan potensi pendapatan per penerbangan mencapai Rp.500 juta atau Rp.40 miliar per hari untuk keseluruhan penerbangan. (Bhs.Ind. 20) (37) Salah satu pengalaman yang tidak terlupa saat aku masih berumur 7 tahun. (Bhs.Ind. 25) (38) Ki Ageng mempunyai tiga orang murid, bernama Sarjana, Manggala, dan Prasaja. (Bhs.Ind. 35) Frasa Verbal Frasa verbal ialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya tetapi bentuk ini tidak merupakan klausa (Chaer, 2007:227). Dengan demikian, 152 frasa verbal mempunyaiinti dan kata atau kata lain yang mendampinginya. Posisi kata pendamping ini tegar (fixed) sehingga tidak dapat dipindahkan secara bebas ke posisi lain. Dilihat dari segi konstruksinya, frasa verbal terdiri atas verba inti dan kata lain yang bertindak sebagai penambah arti verba tersebut. Berikut data frasa verbal yang ditemukan dalam sumber data. (39) Saat berhubungan dengan orang lain, kita selalu dituntut untuk tetap menjaga sopan santun dengan terus member perhatian pada lawan bicara. (Bhs.Ind. 30)dituntut, ditambahkanlah sebuah adverbial. (40) Alat yang dalam penciptaannya menggunakan perhitungan algoritma matematika untuk mengukur tingkat stress dan empati yang diukur dari suara manusia ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.(Bhs.Ind.30) (41) “Yah, siapa tahu. Kita kan belum lihat buktinya. Betul, kan temanteman”(Bhs.Ind. 33) (42) Seminggu telah berlalu. Sebuah telepon itu tergeletak di meja makan. Papa baru saja memaainya dan lupa membawanya. (Bhs.Ind. 33) (43) Dalam surat itu Raja meminta Ki Ageng untuk mencari seorang pegawai untuknya. Selesai membaca surat, Ki Ageng segera memanggil ketiga muridnya. (Bhs.Ind. 35) (44) Pada akhir abad ke -20 mulai dikembangkan televise internet yaitu televise yang tidak hanya menerima siaran televise biasa. Namun juga terhubung ke internet. (Bhs. Ind. 39) (45) Sebagai generasi muda kalian harus mengisi kemerdekaan ini EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015 (46) dengan belajar giat dan aktif dalam berbagai kegiatan yang positif. (Bhs.Ind. 43) Kakek menghentikan langkahnya. Ia mencari asal suara itu. Hewan itu tidak bergerak. Ia hanya mampu mengeluarkan suara. (Bhs.Ind. 45) Frasa Ajektiva Frasa ajektiva adalah sebuah konstruksi yang terdiri atas dua buah kata dengan ajektiva sebagai unsur inti dan kategori lain sebagai penjelas (Chaer, 2007:227). Berikut data frasa ajektiva yang ditemukan dalam sumber data. (47) Kondisi lalu lintas jalan di Indonesia saat ini termasuk sangat memprihatinkan. (Bhs.Ind. 16) (48) Vera sangat senang akan pandangan kagum temantemannya. Dadanya terasa sesak karena bangga. (Bhs.Ind. 34) Frasa Koordinatif Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri atas dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik…. baik, makin….makin, dan baik….maupun (Chaer, 2007:227). Perhatikan data frasa koordinatif yang ditemukan dalam sumber data buku pelajaran bahasa Indonesia. (49) Sebagai generasi muda kalian harus mengisi kemerdekaan ini dengan belajar giat dan aktif dalam berbagai kegiatan yang positif. (Bhs.Ind. 43) (50) Selain itu, sikap hormat dan patuh kepada orang tua juga harus selalu kalian pertahankan. (Bhs.Ind. 43) Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) (51) 153 Marty adalah seekor lebah kecil paling pandai di sekolahnya. Ia tidak pernah absen menjadi bintang kelas. Semula ia adalah lebah manis yang rajin dan baik hati. (Bhs.Ind.55). Berikut data klausa yang predikatnya terdiri atas berbagai tipe verba yang ditemukan dalam sumber data buku pelajaran bahasa Indonesia karya Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih.yang digunakan di SMPN 1 Sukodadi. BentukKlausa Klausa adalah suatu kelompok kata yang mempunyai satu pokok pikiran yang jelas. Klausa dapat diberi atau ditambah dengan kata keterangan. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah tempatnya. Chaer (2007: 231) mengatakan bahwa klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutn kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen , berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagaiobjek,dan sebagai keterangan. Chaer (2007: 235) menyatakan bahwa jenis klausa dapat diperbedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan kategori unsur segmental yang enjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektival, klausa adverbial, dan klausa preposisional. Klausa yang predikatnya bukan verbal lazim juga disebut klausa nonverbal. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Kemudian sesuai dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya (1) klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif, (2) klausa intransitive, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitive, (3) verba refleksif, yaitu verba yang predikatnya berupa verba refleksif, (4) klausa resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal. Klausa Verbal Ramlan (2005, 131) mengatakan bahwa berdasarkan golongan-golongan kata verbal , verbal digolongkan menjadi: (1) klausa verbal ajektif, (2) klausa verbal intransitif, (3) klausa verbal aktif, (4) klausa verbal pasif, (5) klausa verbal yang refleksif, (6) klausa verbal resiprokal, (7) klausa bilangan, klausa depan Klausa Intransitif Klausa intransitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang menghindari objek. Klausa yang memakai verba ini hanya mempunyai satu nomina. Berikut data klausa intransitf(Ramlan, 2005:133). (52) Aku hidup dari keluarga tak mampu dengan rumah yang sempit dan kurang sehat.(Bhs.Ind. 5) (53) Akibat perubahan iklim di beberap daerah di Jawa hujan turun terlambat, sedangkan kemarau datang lbih cepat. (Bhs.Ind. 8) (54) Dasar anak kecil, perintah itu Cuma masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Pikirku , tidak mungkin ada bahaya.(Bhs.Ind. 25) (55) Saat ini sarana komunikasi telah berkembang pesat. Sebagai contoh konkrit adalah perkembangan telepon seluler atau hand phone (Bhs.Ind. 29) (56) Kakek itu tinggal sendirian di tepi hutan. Istrinya telah meninggal.pekerjaan Kakek EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015 154 sehari-hari adalah mengumpulkan kayu untuk dijual di pasar.(Bhs.Ind. 45) Klausa Transitif Klausa transitif adalah klausa yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi objek. Berikut data klausa transitif yang ditemukan dalam sumber data (Ramlan, 2005:131). (57) Ia sering meremehkan pelajaran, membolos, mengganggu temanteman, dan membuat keributan saat pelajaran. (Bhs.Ind. 55) (58) Satuan Polisi Hutan Reaksi cepat (Sporc) Kalbar, Rabu (23/4), menyita ribuan batang kayu olahan jenis meranti hasil penebangan liar di Taman Wisata Alam (TWA) Asunsang.(Bhs.Ind. 13) (59) Kecelakaan itu juga menimbulkan kemiskinan terhadap 62,5 persen dari keluarga korban kecelakaan yang meninggal dunia. (Bhs.Ind. 16) (60) Kami mengunjungi beragam tempat wisata. (Bhs.Ind.25) Klausa Aktif Klausa aktif merupakan klausa yang predikatnya berupa verba aktif. Verba aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Biasanya verba aktif berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks. Apabila ditandai oleh sufiks – kan, maka verba itu bermakna benefaktif atau kausatif. Apabila ditandai oleh sufiks –I, maka verba bermakna lokatif atau repetitif. Berikut data klausa aktif yang ditemukan dalam sumber data (Ramlan, 2005:131). (61) Pada waktu itu aku dan keluargaku mengunjungi pantai.(Bhs.Ind.25) (62) Tim peneliti yang dipimpin oleh Anmol Madan ini menamakan perangkat lunak kembangan mereka dengan Jer-O-meter. (Bhs.Ind. 30) Klausa Pasif Klausa pasif adalah klausa yang prdikatnya berupa verba pasif. Verba pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Verba demikian biasanya diawali dengan prefiks di- atau ter-. Apabila ditandai dengan prefiks ter- yang berarti ‘dapat di’ atau ‘tidak dengan sengaja’ maka verba itu bermakna perfektif. Berikut data klausa pasif yang ditemukan dalam sumber data (Ramlan, 2005:133). (63) Aku sangat tertolong sekarang.(Bhs.Ind. 3) (64) Begitulah seterusnya, hidup si janda kini ditopang sepenuhnya oleh Ketela Pohon. (Bhs Ind.3) (65) Kondisi lalu lintas jalan di Indonesia sangat memprihatinkan. Di antara Negara-negara ASEAN, Indonesia dianggap masih kurang serius dalam menangani keselamatan jalan. (Bhs.Ind. 17) Klausa Ajektival Klausa ajektiva adalah klausa yang prediktnya berupa kata yang brekategori ajektiva, baik berupa kata maupun frasa. Berikut beberapa data yang dapat ditemukan (Ramlan, 2005:131). (66) Rakyat Indonesia menderita dan semakin sengsara karena dibebani pajak. (Bhs.Ind.92) (67) Sebagai ketua kelas, Ello lebih sibuk dari temantemannya.(Bhs.Ind.94) SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang bentuk frasa dan klausa yang ada dalam buku bahasa Indonesia karya Bentuk Frasa dan Klausa dalam Buku “Bahasa Indonesia” (Sri Rahayu) Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih yang digunakankelas VII SMP Negeri1 Sukodadi tahun pembelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII yang ditulis oleh Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih mengandung berbagai bentuk frasa dan klausa. Frasa-frasa yang ada dalam buku meliputi frasa (1) frasa eksosentrik, (2) frasa ekndosentrik, dan (3) frasa koordinatif. Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentris yang ditemukan ada dua jenis, yaitu (1) frasa eksosentris direktif, dan (2) frasa eksosentris nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti ke, dari, dan dengan. Frasa eksosentrik nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang. Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa endosentrik juga lazim disebut frasa modifikatif karena komponen keduanya mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya. Dalam penelitian terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia yang ditulis Atikah Anindyarini dan Sri Ningsih juga ditemukan berbagai bentuk klausa, yaitu klausa verbal dan klausa ajektival. Klausa verbal terdiri atas klausa transitif, klausa intransitif, klausa aktif, dan klausa pasif. Sebagai hasil dari pembahasan ini Peneliti menyarankan kepada para peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang bentukbentuk kebahasaan yang ada dalam buku tersebut sehingga akan mendapatkan sebuah deskripsi linguistik yang sangat 155 berguna bagi penulisan buku pelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk SMP. Demkianlah kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan , semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang linguistik oleh semua pihak yang berkepentingan DAFTAR RUJUKAN Anindyarini Atikah, Sri Ningsih.2008. Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VIIJakarta: CV. Teguh karya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Djajasudarma, T. Fatimah.1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT. Eresco. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya. Ramlan.2005. Sintaksis. CV.Karyono Yogyakarta: Soeparno.2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yagyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. 156 Tarigan,Henry Guntur. 1988. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Bandung: Penerbit Angkasa. Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. EDU-KATA, Vol. 2, No. 2, Agustus 2015