8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Demokratis
Nilai memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
merupakan alat ukur yang dapat mengukur berbagai hal yang ada dalam
kehidupan manusia. Menurut Fraenkel (1977:6) “a value is an idea-a
concept-about what someone thinks is important in life.” Berdasarkan
pengertian di atas, nilai dapat diartikan sebagai alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap manusia dalam kehidupan bersosial.
Nilai yang dijadikan patokan ialah nilai keluhuran, kemuliaan, kejujuran,
dan religius.
Norma adalah aturan yang berlaku di suatu daerah atau suatu
masyarakat untuk ditaati dan dijalankan. Norma bertujuan untuk
mengontrol kehidupan manusia agar selalu seimbang, dan selaras sesuai
dengan nilai-nilai yang mulia. Norma terdiri dari beberapa jenis yaitu
norma agama, norma sosial, norma hukum, dan norma kebiasaan.
Menurut Muslich (2011:19) norma berkaitan dengan sanksi, seseorang
yang melanggar norma akan mendapat sanksi.
Moral memiliki kaitan erat dengan nilai dan norma karena
seseorang yang memiliki nilai dan menaati norma akan memiliki moral
yang baik. Muslich (2011:19) mengatakan moral memberikan petunjuk,
8
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
9
pertimbangan, dan tuntunan untuk berbuat dengan tanggung jawab sesuai
dengan nilai dan norma yang dipilih. Jadi, dasar dari moral seseorang
ialah jika ia telah mengikuti nilai dan norma yang berlaku. Seseorang
yang tidak dapat menaati nilai dan norma di tempat tinggalnya tidak
dianggap bermoral. Menurut Gutman‟s dalam Benninga. (1991:4) “moral
education is a conscious effort shared by parent, society, and professional
educators to help „shape the character of less well educated people.”
Maksudnya yaitu pendidikan moral merupakan usaha yang dilakukan oleh
orang tua, masyarakat, dan pendidik professional untuk membantu
pembentukan karakter seseorang.
Setiap orang dikenal karena watak atau karakternya dan yang
membedakan antara satu orang dan lainnya ialah karakternya, yang dapat
dilihat dari tingkah laku, kebiasaan, pola pikir, dan cara seseorang dalam
menanggapi suatu peristiwa. Simon Plilips dalam Mu‟in (2011:160)
menyatakan bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan.
Karakter
merupakan
pondasi
dalam
bersikap
dan
berperilaku. Dalam karakter terdapat nilai positif maupun nilai negatif
yang akan menjadi cerminan orang tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Samani dan
Hariyanto (2012:42) dijelaskan bahwa karakter merupakan sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Penanaman pendidikan agama penting untuk membentuk
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
10
akhlak atau karakter seseorang supaya dapat menjadi manusia yang
religius dan menjadi seseorang yang berkarakter.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
nilai-nilai yang ada dalam diri setiap individu baik pola pikir, sikap,
perilaku, budi pekerti atau dalam
agama Islam disebut akhlak yang
membedakan antara individu, akhlak terdiri dari dua jenis yaitu akhlak
terpuji maupun akhlak tercela.
Karakter yang dimiliki oleh siswa di kelas VB SD Negeri 1
Karangduren masih jauh dari harapan. Berdasarkan pengamatan yang
telah peneliti laksanakan dan berdasarkan wawancara dengan wali kelas
kelas VB diketahui bahwa siswa kelas VB memiliki sikap demokratis
yang jauh dari harapan. Siswa belum mampu menghormati hak dan
kewajiban kepada diri sendiri dan orang lain.
Membentuk karakter seseorang harus dilakukan sejak dini, dan
dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Pendidikan karakter wajib diberikan pada anak, khususnya di Sekolah.
Pendidikan karakter diperlukan guna membentuk watak seseorang
menjadi manusia yang berakhlak mulia. Menurut Aunillah (2011:18)
menyatakan definisinya mengenai pendidikan karakter sebagai:
Sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta
didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga
akan terwujud insan kamil.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
11
Melalui pendidikan karakter, maka diharapkan hal-hal di atas dapat
terwujud, sehingga akan lahir manusia-manusia yang dapat memajukan
dan memimpin lingkungan dengan bijak dan adil, baik dalam memimpin
diri sendiri, keluarga hingga memimpin masyarakat.
Selain itu juga
terdapat definisi dari Fakry Gaffar dalam Kesuma, dkk (2012:5) yang
menyatakan pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilainilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Jadi, dengan
pendidikan karakter, seseorang akan diarahkan pada kesadaran terhadap
nilai-nilai ketuhanan yang harus ditaati supaya tidak terjerumus dalam
kemaksiatan.
Winton (2008:4) mengatakan “character education is the
intentional effort by educators to teach values to students.” Nilai-nilai
yang diajarkan kepada siswa ialah nilai moral, yang akan membentuk
watak
dan kepribadian siswa sehingga diharapkan akan melahirkan
generasi penerus yang memiliki pegangan hidup dan mampu merespon
peristiwa dengan baik.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan akhlak terpuji yang
diberikan kepada peserta didik agar peserta didik dapat menjadi manusia
yang bijak, berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan
karakter harus ditanamkan kepada anak sejak dini supaya tertanam dalam
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
12
diri anak karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
pergaulan buruk yang ada di masyarakat sekitarnya.
Pendidikan karakter sangat penting diajarkan di sekolah,
khususnya pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren. Permasalahan
yang dimiliki oleh siswa kelas VB yang berupa minimnya sikap
demokratis siswa yang harus diubah. Cara mengubah karakter siswa yang
buruk dapat dilakukan dengan diterapkannya pendidikan karakter.
Sikap merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang,
namun tidak semua tingkah laku merupakan sikap. Menurut Thurstone,
Likert, dan Osgood dalam Azwar (2012:5) sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi dari perasaan. Jadi sikap itu berasal dari perasaan baik
positif maupu negatif yang ada dalam diri manusia dengan didasarkan
pada watak atau karakter setiap orang. Sikap ialah bentuk respon yang
ditunjukkan jika terjadi stimulus, yang dapat menghasilkan respon baik
positif maupun negatif, sesuai dengan karaker yang dimiliki oleh orang
tersebut.
Kata demokrasi memang sudah tidak asing terdengar di telinga
kita, karena negara kita adalah negara demokrasi. Secara etimologis,
demokrasi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat
atau penduduk suatu tempat, dan cratein atau cratos, yang berarti
“kekuasaan” atau “kedaulatan” (Suparyanto,2009:2). Jadi demokrasi
memiliki arti kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,
maksudnya yaitu kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
13
Suparyanto (2009:1) menyatakan demokrasi adalah bentuk atau
mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut. Rakyat memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan untuk
mengatur dan membuat Undang-Undang demi kesejahteraan masyarakat
melalui wakil-wakil rakyat.
Menanamkan sikap demokratis dapat dimulai dari lingkungan
sekolah, karena sekolah merupakan tempat untuk mengenyam pendidikan
sehingga diharapkan dapat menciptakan generasi bangsa yang memiliki
jiwa Pancasila. Thakkar (2012:2) mengatakan “the school should provide
the environment and atmosphere of democracy in school”. Sekolah harus
dapat memfasilitasi siswanya supaya siswa dapat terlatih dan terbiasa
untuk bersikap demokratis sehingga akan tertanam sikap demokratis
dalam jiwa siswa. Menurut John Dewey dalam Naim (2012:168) sekolah
merupakan sebuah miniatur masyarakat demokratis. Siswa memiliki
kepribadian dan perilaku yang berbeda-beda. Kepribadian yang mereka
miliki belum tentu sesuai dengan nilai demokratis. Oleh sebab itu, untuk
mencapai individu yang demokratis, perlu ditanamkan nilai demokratis
sejak dini di semua lingkungan, salah satunya dapat dilakukan di
lingkungan
sekolah.
Nilai-nilai
demokrasi
diantaranya
yakni
berkomunikasi, berdiskusi, membentuk kesepakatan bersama, dan
menyelesaikan segala permasalahan dengan kepala dingin dengan jalan
damai dan tertib. Di dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
14
dibiasakan untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin, bukan dengan
pertengkaran karena pertengkaran justru akan membuat masalah semakin
besar dan rumit untuk diselesaikan.
Mustari (2011:167) menjelaskan demokratis adalah cara berpikir,
bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain. Sebagai warga negara yang hidup di negara demokrasi,
penting sekali menanamkan sikap demokratis kepada siswa khususnya
Sekolah Dasar, karena semakin dini menanakan sikap demokratis akan
semakin mudah dan membangkitkan kesadaran siswa untuk bersikap
demokratis. Menanamkan sikap demokratis dapat diakukan melalui
kegiatan belajar mengajar, siswa dibiasakan untuk tidak memaksakan
pendapatnya yang paling benar, berusaha untuk berprasangka baik
terhadap orang lain, dan bertindak adil dalam memutuskan suatu
peristiwa.
Kelebihan
demokrasi
menurut
Naim
(2012:165)
adalah
mempersatukan masyarakat dalam perbedaan, karena rakyat bisa bersatu
sebab mempunyai dasar dan tujuan yang sama. Bangsa Indonesia yang
memiliki beragam suku, ras, budaya, dan agama dapat bersatu karena
tujuan bangsa Indonesia satu, yaitu membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Indikator keberhasilan kelas dalam pengembangan pendidikan
karakter demokratis menurut Fitri (2012: 41), dan Wibowo (2012:101)
yaitu:
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
15
a. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
b. Sistem pemilihan ketua kelas dan pengurus kelas secara demokratis
c. Mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat
d. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan
interaktif.
Berdasarkan indikator di atas, maka peneliti menyatakan bahwa
sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren masih
kurang karena belum mencapai indikator-indikator tersebut sehingga
sikap demokratis di kelas VB perlu ditingkatkan.
Sikap demokratis dalam proses pembelajaran berdasarkan materi
yang digunakan yaitu Mengenal Bentuk Keputusan Bersama lebih cocok
menggunakan
metode
Simulasi.
Pada
kegiatan
simulasi,
cara
meningkatkan sikap demokratis yaitu ketika siswa memerankan
peranannya dalam simulasi, siswa diberi kesempatan untuk menentukan
pilihannya sesuai dengan kehendaknya. Dalam memilih siswa dituntut
untuk berpikir logis, dapat menyampaikan pendapatnya secara cerdas
sesuai dengan kenyataan, bukan dengan alasan yang tidak masuk akal,
dan siswa mampu menyampaikan alasan-alasannya tersebut di dalam
lingkup diskusi. Selain siswa bebas menyampaikan pendapatnya, siswa
juga harus mampu untuk menyampaikan pendapatnya dengan sopan dan
santun, mampu menghargai pendapat peserta lain yang tidak sependapat
dengannya. Di dalam kegiatan simulasi pengambilan keputusan bersama,
siswa dilatih untuk dapat menghargai peserta lain, mampu menahan
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
16
emosi, dan tidak berbicara semaunya sendiri. Selain itu, siswa dilatih
untuk dapat menerima hasil keputusan bersama dengan lapang dada.
Di sekolah, siswa dilatih untuk bersikap demokratis melalui
kegiatan simulasi seperti penjabaran di atas. Melalui kegiatan belajar di
kelas, guru memfasilitasi siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan
secara bermusyawarah. “The children to have a forum where they can
raise and discus issues in the school that are troublesome and work
together to find solutions to the problems” (Benninga,1991:85).
Benninga menjelaskan untuk menanamkan sikap demokratis di Sekolah
Dasar di mulai dengan diskusi kelas, siswa saling bekerja sama untuk
menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang terjadi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu persoalan lebih baik
diselesaikan dengan cara musyawarah.
Berikut adalah indikator sikap demokratis yang dikembangkan
dari Fitri dan Wibowo, dan telah disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran melalui metode Simulasi, yaitu:
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Simulasi
b. Menyampaikan pendapat dengan santun
c. Memberikan masukan dengan alasan yang cerdas
d. Tidak memaksakan kehendak orang lain
e. Melaksanakan hak dan kewajiban dengan tanggung jawab
f. Menghargai hak dan kewajiban orang lain
g. Mentolerir kesalahan yang dilakukan peserta lain.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
17
Indikator di atas yang dijadikan patokan untuk menerapkan
karakter sikap demokratis siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren
melalui kegiatan belajar dengan metode Simulasi. Melalui Simulasi
dengan tema “Mengenal Bentuk Keputusan Bersama, siswa belajar untuk
aktif mengikuti kegiatan simulasi, berpartisipasi mengikuti kegiatan
simulasi dengan menyampaikan pendapatnya pada simulasi dalam
menentukan sebuah keputusan dengan disertai dengan alasan-alasan yang
masuk akal, siswa juga berlatih untuk tidak hanya memikirkan diri
sendiri dengan menganggap siswa lain memiliki hak yang sama dan
memperlakukan siswa lain sebagaimana memperlakukan diri sendiri
dengan tidak memaksakan kehendak siswa lain, siswa dilatih untuk dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya dan menghormati hak dan
kewajiban siswa lain serta memiliki sikap lapang dada dalam
menghadapi segala persoalan yang dihadapi sehingga diharapkan siswa
akan mampu bersikap demokratis ketika siswa telah terjun dalam
masyarakat.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hak dan kewajiban setiap manusia. Belajar
dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan
masyarakat. Pada proses belajar, manusia akan memperoleh keahlian
atau pengetahuan baru yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
18
Djamarah dan Zain (2010:10) dalam bukunya menyatakan
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Hal tersebut menyiratkan bahwa belajar itu tidak hanya
dilakukan sekali saja, namun dilakukan secara berulang-ulang dan
berkesinambungan dan dapat dilakukan secara sengaja maupun tidak
sengaja. Smith dan Sarason (1986:197) juga mengatakan hal yang
sama “… learning as a change in behavior or in potential behavior
that occurs as result of experience.” Smith dan Sarason menjelaskan
bahwa belajar ialah perubahan perilaku yang terjadi pada manusia
yang diperoleh dari peristiwa yang pernah dialami, sehingga dapat di
ambil pelajaran yang baik dan meninggalkan keburukan dari peristiwa
supaya tidak terulang lagi.
Kemudian Bhatia (1977:216) juga pendapat yang sejalan dengan
Smith dan Djamarah, ia mengatakan “learning is behaviour change
which result from experience, the ability to learn to respond differently
to a situation because of past response to that situation” Bhatia
menambahkan melalui belajar dari pengalaman, manusia akan mampu
merespon peristiwa yang sama dengan sikap yang berbeda, karena
situasi di masa lalu belum tentu sama dengan situasi di masa sekarang.
Pada intinya mereka sama-sama menegaskan bahwa belajar yang
paling baik ialah melalui pengalaman. Maksud dari pengalaman yaitu
belajar dapat melalui pengalaman dari diri sendiri maupun dari
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
19
pengalaman
orang lain.
Setelah
melakukan
kegiatan
belajar,
diharapkan manusia akan berubah kearah yang lebih baik.
Melalui belajar, maka manusia akan memiliki suatu kepribadian
atau keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya, dan memiliki
wawasan yang luas sebagai pembentuk kepribadiannya. Sagala
(2010:16) sendiri mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam
kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Belajar akan membuat
manusia memiliki perbedaan sikap kearah yang lebih baik dan mampu
memililah-milah antara hal yang baik hal yang buruk.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan belajar
adalah segala usaha yang dilakukan dengan tujuan terjadinya
perubahan pada individu kearah yang lebih baik, yang mencakup aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Meskipun guru sudah
berusaha keras untuk mengajar dengan baik, namun masalah-masalah
dalam belajar pasti tetap ada dan merupakan tantangan bagi setiap
guru. Masalah tersebut dapat berasal dari dalam internal siswa atau
berasal dari eksternal siswa. Oleh sebab itu, guru perlu untuk
memahami
pribadi
masing-masing
siswanya
sehingga
dapat
diambilkan keputusan dalam penanganannya serta mampu menyikapi
pribadi siswa yang berbeda tersebut.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestige.
Dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” berarti “hasil usaha”
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
20
(Arifin, 2011:12), yaitu hasil usaha yang telah diraih seseorang setelah
melakukan pekerjaan. Prestasi terdiri dari dua jenis, yakni prestasi
akademik dan prestasi belajar.Prestasi belajar menurut Arifin,
(2011:12) merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam
sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya,
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing. Manusia tercipta sebagai makhluk yang tidak akan
pernah merasa puas, setelah belajar ia akan terus berusaha untuk
unggul dan mendapatkan prestasi yang lebih tinggi sesuai dengan
minat dan bakatnya. Syamsuddin dalam Gunawan (2012:153)
menjelaskan:
Prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual yang
menunjukkan kepada aspek kecakapan yang segera dapat
didemonstrasikan dan diuji karena merupakan hasil usaha yang
bersangkutan dengan bahan dan dalam hal-hal tertentu yang
dialaminya.
Siswa yang berprestasi ialah siswa yang memiliki kecakapan
dalam bidang pelajaran tertentu atau pada semua mata pelajaran, dan
dapat diuji oleh pendidik atau pihak lain guna membuktikan dan
menunjukkan kelebihannya tersebut.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan prestasi belajar
adalah hasil yang didapatkan setelah melakukan kegiatan, dan hasilnya
mengalami
peningkatan
atau
mencapai
batas
minimal
yang
diharapkan. Dalam mengukur tingkat pemahaman siswa khususnya
prestasi belajar, maka digunakan tes prestasi belajar. Menurut Azwar
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
21
(2009:9) “Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana
untuk mengungkap performansi maksimal subjek dalam menguasai
bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.”
Tes ini dilakukan
setelah proses belajar dilaksanakan. Dalam menyusun soal evasuasi
harus benar-benar diperhatikan aspek-aspek yang akan diukur. Morris
(1978:10) mengatakan “the summative evaluator must pay close
attention to the program's announced and apparent achievement
objective”.Seorang evaluator yang akan menyusun soal evaluasi atau
menyusun suatu pernyataan harus memperhatikan objek yang akan
diukur, materi yang akan dijadikan patokan untuk mengukur prestasi,
fungsi dari penyusunan evaluasi dan tujuan dari evaluasi tersebut.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2011:12) prestasi belajar memiliki fungsi,
diantaranya:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia.”
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
22
3. Metode Simulasi
Secara etimologis, kata “simulasi” berasal dari kata “simulate”
yang artinya “berpura-pura” atau “berbuat seakan-akan” (Gunawan,
2012:179). Metode Simulasi ialah metode belajar dengan sajian materi
melalui peristiwa buatan atau tiruan yang diperankan oleh siswa supaya
siswa mampu memahami konsep dan isi dari materi, serta merasakan
sebagai tokoh dari yang diperankannya. Biasanya simulasi digunakan
untuk menyampaikan materi yang tidak dapat disajikan secara nyata,
sehingga dibuat miniatur peristiwanya. Menurut Savage and Armstrong
(1996:215) “simulations simplify reality to highlight certain key ideas.”
Simulasi digunakan untuk menyederhanakan kejadian nyata yang rumit,
sehingga siswa lebih mudah untuk memahami pokok-pokok pelajaran
yang harus di pahami sehingga dapat menjadi pelajaran bagi siswa.
Melalui metode simulasi, siswa akan merasakan sendiri menjadi tokoh
dalam peran yang dia mainkan, dan belajar menentukan sikap yang harus
dilakukan untuk menanggapi atau untuk menyelesaikan suatu kejadian.
Tujuan dari simulasi untuk melatih kepekaan siswa dalam
menghadapi peristiwa sehari-hari yang ada di lingkungannya, membantu
siswa untuk memahami konsep, dan melatih siswa dalam memecahkan
suatu
permasalahan.
Sanjaya
dalam
Gunawan
(2012:180)
mengungkapkan metode Simulasi terdiri dari tiga jenis yaitu sosiodrama,
psikodrama, dan role playing, dan Sudjana (2010:90) menambahkan
simulasi game. Sosiodrama biasanya digunakan untuk memecahkan
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
23
permasalahan peristiwa sosial, sehingga siswa dapat mengambil pelajaran
dari peristiwa tersebut. Psikodrama merupakan metode belajar berkaitan
dengan permasalahan psikolgis, dengan berperan langsung, diharapkan
dapat menjadi terapi bagi siswa sehingga lebih mudah untuk memahami
permasalahan. Role playing biasanya digunakan untuk mengkreasi
peristiwa sejarah atau peristiwa yang mungkin akan muncul di masa
mendatang. Sedangkan, Simulasi game melatih siswa untuk berkompetisi
dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan.
Sesuai dengan materi pelajaran yang akan diteliti, yakni mengenai
Mengenal Bentuk Keputusan Bersama, siswa akan belajar untuk membuat
keputusan secara otoriter, suara terbanyak, dan secara musyawarah.
Joyce, Weil, dan Calhoun (2009:435) menyatakan dalam simulasi, siswa
belajar dari konsekuensi tindakan yang mereka ambil. Siswa yang telah
memutuskan untuk memilih sesuatu atau telah bersepakat untuk
mengambil suatu keputusan, harus mau untuk menerima dampak positif
dan negatif dari keputusan yang diambil tersebut, karena merupakan
tanggungjawabnya. Siswa tidak boleh mencela pihak mayoritas apabila ia
berada di pihak minoritas yang membuat pemikirannya tidak dapat
terealisasikan. Mereka belajar untuk saling menghargai orang lain dan
menghormati keputusan yang telah disepakati, serta mau menjalankan dan
menaati segala konsekuensinya.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
24
Tahapan-tahapan
dari
metode
simulasi
dalam
kegiatan
pembelajaran menurut Gunawan (2012:181) yaitu:
a. Persiapan simulasi
1) Guru terlebih dahulu menentukan topik atau masalah serta tujuan
yang hendak dicapai
2) Guru terlebih dahulu memberikan gambaran masalah dalam
situasi yang akan disimulasikan
3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,
peranan yang harus dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang
disediakan
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam peranan simulasi.
b. Pelaksanaan simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
3) Memberikan bantuan kepada pemeran yang mengalami kesulitan
4) Hentikan simulasi pada saat-saat puncak. Hal ini untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
sedang disimulasikan
c. Mengakhiri simulasi
1) Lakukan diskusi kecil tentang jalannya simulasi. Apakah telah
sesuai dengan keinginan atau belum
2) Lakukan kritik terhadap beberapa kesalahan dalam melakukan
simulasi
3) Berikan respon positif terhadap siswa yang melakukan simulasi
dengan bagus
4) Rumuskan kesimpulan dari apa yang telah disimpulkan.
Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing. Menurut
Gunawan (2012:197) kelebihan metode ini yaitu:
a. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi
yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat;
b. Dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi
siswa diberi kesempatan untuk memainkan peran yang sesuai dengan
topik yang disimulasikan;
c. Dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa;
d. Dapat memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis;
e. Dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
25
Selain kelebihan di atas, metode Simulasi juga memiliki
kekurangan, diantaranya:
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan;
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan;
c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka peneliti
akan
berusaha
untuk
membimbing
kegiatan
simulasi,
peneliti
memoderatori proses jalannya kegiatan simulasi supaya wawasan siswa
tidak hanya terpatok pada pengetahuan yang ada saja sehingga siswa
diharapkan mampu mengembangkan pola pikirnya secara lebih
luas.Dalam kegiatan Simulasi, mungkin siswa tidak sadar bahwa mereka
sedang belajar, supaya siswa serius mengikuti kegiatan tersebut, peneliti
akan memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif mengikuti kegiatan
simulasi sehingga mereka tidak menganggap remeh kegiatan simulasi.
Penghargaan juga dapat digunakan untuk menarik minat siswa
untuk percaya diri dan berperan aktif mengungkapkan pemikirannya,
selain itu rasa malu dapat diatasi dengan memberikan motivasi terlebih
dahulu sebelum kegiatan simulasi dimulai. Dengan motivasi dan
penghargaan, diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan dari
metode Simulasi.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
26
4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
mendidik generasi penerus bangsa menjadi warga negara yang cerdas,
memiliki kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara,
memiliki jiwa nasionalisme, dan mempersiapkan generasi penerus dalam
menghadapi
kemajuan
global.
Mata
pelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan di ajarkan di Sekolah Dasar dalam waktu 2 x 35 menit
per minggu atau satu kali pertemuan tiap minggunya.
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam Undang-Undang diatur mengenai keanggotaan sebagai
Kewarganegaraan Indonesia yaitu UUD No. 12 tahun 2006 Pasal 2
yang berbunyi “…yang menjadi warga negara Indonesia adalah
orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
Undang-Undang sebagai warga negara” (Sapriya, dkk, 2008:18).
Penduduk yang merupakan keturunan dari warga Indonesia asli, lahir
di Indonesia dan menetap di Indonesia sudah dipastikan menjadi
warga negara Indonesia, warga negara Indonesia yang tinggal di
negara lain dan mengikuti aturan yang dibuat di negaranya juga
warga negara Indonesia. Warga negara asing yang telah menetap di
Indonesia selama minimal 5 tahun dapat menjadi warga negara
Indonesia apabila ia mengkuti peraturan dalam Undang-Undang
tentang kependudukan Indonesia.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
27
Teori di atas juga didukung oleh Winarno (2010:47) yang
menyatakan warga negara artinya “anggota” atau “warga dari suatu
negara.” Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kewarganegaraan adalah anggota masyarakat yang memiliki identitas
disuatu negara sehingga ia menjadi warga negara di tempat
tersebut.Untuk menanamkan nilai-nilai kewarganegaraan kepada
warga negara maka pemerintah menetapkan agar tiap sekolah mulai
dari Sekolah Dasar hingga jenjang Universitas untuk memasukkan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Azra (2003: xxi;
Taniredja, 2009:2) adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas
dari Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan HAM. Jadi, didalam
kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan juga membahas mengenai
Undang-Undang Dasar Negara RI, tata cara memutuskan suatu
perkara, dan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia
mengenai kenegaraan. Undang-Undang juga menjelaskan yakni:
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan
negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
(Penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 Tahun 1989,
tentang Sistem Pendidikan Nasional; Taniredja, dkk. 2009:3)
Dalam pernyataan tersebut tersirat bahwa warga negara
Indonesia diharapkan mampu untuk berprestasi dan berbuat untuk
mengharumkan nama baik bangsa Indonesia melalui berbagai
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
28
kegiatan dalam berbagai bidang baik pendidikan, kompetisi,
ekonomi, budaya, dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi untuk
maju dan berkembang, asalkan sumber daya manusianya mampu
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia dengan
baik dan benar dan diharapkan sumber daya manusia di Indonesia
berkualitas dan berbobot.
Jadi,
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
pengetahuan
mengenai kewarganegaraan yang diajarkan dengan tujuan untuk
menciptakan generasi yang nasionalisme dan berkarakter.
b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
usaha
untuk
menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam diri siswa. Winataputra
(2003) dalam Taniredja(2009:17) menyatakan bahwa PKn bertujuan
untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia.
Tujuan
lain
dari
Pendidikan
Kewarganegaraan
yaitu
untuk
menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam diri siswa agar mampu
menjadi warga negara yang dapat diandalkan demi kelangsungan dan
kemajuan kehidupan bangsa
c. Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar
Materi yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas
yaitu dengan Standar Kompetensi “Menghargai Keputusan Bersama”
dengan Kompetensi Dasar “Mengenal Bentuk Keputusan Bersama”.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
29
d. Materi Pelajaran
Materi yang akan diajarkankan ketika penelitian ialah tentang
Mengenal Bentuk-Bentuk Keputusan Bersama. Keputusan bersama
ialah kesepakatan yang dibuat oleh anggota atau kelompok
berdasarkan kesadaran dan pemahaman secara rasional. Bentukbentuk dari keputusan bersama yaitu keputusan mutlak para
pemimpin atau orang yang lebih tua, keputusan melalui suara
terbanyak, dan keputusan musyawarah untuk mufakat.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti mengambil hasil penelitian relevan dari Miftahurrohmah,
mahasiswa Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
dan Pra Sekolah angkatan 2010 dengan judul “Penerapan metode simulasi
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran
PKn Di SDI AL-YASINI Ngabar Kraton Pasuruan”. Penelitian
yang
digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pengambilan
data secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dari penelitian
yang telah
dilaksanakan, dapat dibuktikan bahwa metode Simulasi
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra pembelajaran
diketahui persentase hasil belajar sebesar 32%, pada siklus I terjadi
peningkatan tingkat ketuntasan nilai hasil menjadi 48%, dan siklus II juga
terjadi kenaikan menjadi 88%. Jadi, terbukti metode simulasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
30
C. Kerangka Berpikir
Kondisi siswa kelas VB SD Negeri 1 Karangduren pada awal
sebelum penelitian memiliki sikap demokratis yang rendah, prestasi
belajar siswa juga rendah, khususnya pada materi “Mengenal bentuk
keputusan bersama.” Nilai evaluasi siswa sebagian masih di bawah KKM,
oleh sebab itu peneliti dan guru memilih metode Simulasi dengan harapan
siswa memiliki kesadaran demokratis dengan saling menghargai sesama
serta dapat lebih memahami materi pelajaran yang dipelajari saat proses
belajar mengajar. Dengan begitu diduga dapat meningkatkan sikap
demokratis dan prestasi belajar siswa.
Kondisi Awal
Tindakan I
Tindakan II
Metode Simulasi
Evaluasi
Sikap Demokratis
siswa meningkat
Prestasi belajar
siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir PenelitianBAB III
Peningkatan Sikap Demokratis…, Novi Rakhmawati, FKIP UMP, 2013
Download