1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua puluh delapan hari pertama kehidupan bayi atau periode neonatal merupakan periode kehidupan yang rawan, dimana bayi rentan terhadap penyakit dan kematian (Adetola et al., 2011). Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada 4 minggu kehidupan pertama mereka atau pada periode neonatal (Lawn et al., 2005), diantaranya bahkan meninggal pada minggu pertama kehidupan (Wilopo, 2012). Hampir sekitar 99% kematian neonatal terjadi di negara berkembang dimana dua pertiganya terjadi di Afrika dan Asia Tenggara (Adetola et al., 2011). Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 bertekad untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak hingga 2/3 pada tahun 2015, tidak akan tercapai tanpa penurunan kematian neonatal yang signifikan (Adetola et al., 2011). Untuk mencapai hal tersebut, penurunan angka kematian neonatal sangat diperlukan, terutama penurunan kematian neonatal di minggu pertama kehidupan (Lawn et al., 2005). Angka kematian neonatal meliputi seluruh kematian yang terjadi pada hari ke 28 kehidupan atau sebelumnya dari seluruh kelahiran hidup dalam setiap 1000 kelahiran hidup (KH). Oleh karena itu untuk mencapai tujuan ini, menurunkan angka kematian neonatal menjadi fokus utama terutama di negara-negara dengan angka kematian neonatal yang tinggi (Jehan et al., 2009). Penurunan kematian neonatal harus menjadi prioritas utama dalam kesehatan masyarakat (Lawn et al., 2004). Penurunan angka kematian neonatal ini diperlukan bukan hanya karena merupakan komponen besar dalam angka kematian anak, namun karena dalam upaya menangani kematian neonatal memerlukan suatu intervensi yang spesifik dan berbeda dibandingkan penanganan kematian anak atau balita (You et al., 2013). Penurunan angka kematian anak di dunia telah mengalami penurunan secara signifikan, tetapi lambat dalam penurunan angka kematian neonatal (You et al., 2013). Berbagai revolusi dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak telah 2 dilakukan lebih dari satu dekade, namun memiliki dampak yang kecil terhadap kematian neonatal (Edmond et al., 2006). Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) sejak tahun 1991 hingga 2012 menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam menurunkan angka kematian anak pada seluruh komponennya. Komponen dari angka kematian anak ini antara lain angka kematian neonatal, postneonatal, bayi, anak, balita dan kematian perinatal. Namun angka kematian neonatal masih tinggi, yakni 19/1000 KH berdasarkan hasil SDKI 2007 dan tetap pada 19/1000 KH di hasil SDKI 2012. Berdasar hal ini maka untuk menurunkan angka kematian ini dan untuk mencapai tujuan MDGs ke 4 diperlukan langkah dalam peningkatan pemerataan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, termasuk peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan (Badan Pusat Statistik, 2013). Berbagai hal dianggap sebagai faktor yang bertanggungjawab terhadap kematian bayi dan neonatus. Sepertiga kematian ini disebabkan oleh infeksi (Mullany et al., 2008). Sepsis dan pneumoni merupakan penyebab kematian kedua pada neonatal setelah kelahiran prematur (Bryce et al., 2005). Komplikasi atau penyebab kematian langsung pada bayi seperti asfiksia atau sepsis ini banyak menjadi penyebab kematian neonatus dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengatasinya. Kegiatan preventif akan membutuhkan biaya yang lebih sedikit. Salah satu langkah preventif ini adalah melalui pemberian ASI saja segera setelah bayi lahir (Lawn et al., 2000). Promosi pemberian ASI ini merupakan salah satu strategi yang cost-effectivenes untuk meningkatkan kesehatan anak dan sangat cocok dilaksanakan di negara berkembang dan miskin (Boccolini et al., 2013). Penundaan pemberian ASI segera setelah bayi lahir merupakan suatu periode waktu yang berisiko untuk kematian neonatal oleh sebab infeksi (Oddy, 2013). Sistem immune pada neonatus masih sangat terbatas dan harus berkembang dengan sangat cepat terutama oleh karena paparan mikroba yang sebagian besar paparan ini mereka dapatkan dari mikroba saat dan setelah persalinan dari ibunya (Hanson and Korotkova, 2002). Hal ini sangat disayangkan karena persentase pemberian ASI segera setelah lahir dalam satu jam pertama kelahiran sangat kecil (Batal and Boulghaurjian, 2005). Di Indonesia, meskipun hampir semua ibu 3 menyusui bayinya namun tidak sampai setengahnya (49,3%) yang disusui pada satu jam pertama kelahiran (Badan Pusat Statistik, 2013). Angka kematian neonatal yang tinggi merupakan cermin dari kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang buruk. Diperlukan penetapan strategi untuk menurunkan angka kematian neonatal. Dalam hal penetapan strategi ini sangat perlu untuk memahami hubungan dari berbagai intervensi teknis dasar untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dan perhatian bahwa penyebab utama kematian neonatal berkaitan dengan permasalahan selama masa kehamilan, persalinan dan perawatan bayi baru lahir (BAPPENAS, 2010). Intervensi dengan pemberian ASI eksklusif dan menyusui bayi lebih lama merupakan suatu strategi yang penting untuk mengurangi kematian periode postneonatal dan kematian anak (Mullany et al., 2008), namun bukti terhadap dampaknya pada kematian neonatal masih jarang (Edmond et al., 2006). Intervensi ini telah menunjukkan dampak dapat mengurangi kejadian infeksi pernafasan, diare dan sepsis neonatal. Fokus dari promosi pemberian ASI saat ini adalah program ASI eksklusif sampai 6 bulan, penundaan penyapihan dan pengembangan kegiatan menyusui di negara dengan prevalensi HIV yang tinggi. Namun masih sangat sedikit data yang menjelaskan dampak waktu dan pola pemberian ASI segera setelah kelahiran bayi pada kematian neonatal (Mullany et al., 2008). B. Perumusan Masalah Kematian neonatal merupakan salah satu komponen dalam angka kematian anak atau balita. Penurunan angka kematian neonatal sangat penting dalam mencapai tujuan MDGs ke 4, yakni menurunkan angka kematian anak hingga 2/3 pada tahun 2015. Angka kematian neonatal merupakan penyumbang yang besar dalam angka kematian balita. Berdasarkan data SDKI 2012 angka kematian neonatal di Indonesia masih 19/1000 KH (Badan Pusat Statistik, 2013). Pencapaian MDGs ke 4 tidak akan tercapai tanpa penurunan angka kematian neonatal (Adetola et al., 2011). Kematian neonatal yang tinggi menunjukkan status yang buruk suatu negara dalam pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi (BAPPENAS, 2010). 4 Oleh karena itu, penurunan angka kematian neonatal telah menjadi komitmen semua negara. Penurunan ini dapat dilakukan melalui strategi preventif yang tidak memerlukan biaya tinggi dan sangat simpel yang dapat dilakukan bahkan oleh keluarga miskin (Bryce and Victora, 2005). Pemberian ASI segera setelah lahir merupakan salah satu langkah preventif tersebut (Lawn et al., 2000). Langkah ini tidak membutuhkan biaya tinggi yang dapat meningkatkan kesehatan anak. Hal ini juga direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) untuk memberikan kontak skin to skin antara bayi dengan ibu segera dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan membantu ibu untuk dapat memberikan air susunya (Boccolini et al., 2013). Faktor medis penyebab langsung kematian neonatal masih didominasi oleh asfiksia, prematuritas dan infeksi (Lawn et al., 2000). Faktor tidak langsung, seperti karakteristik maternal, lingkungan dan sosial-ekonomi juga memberikan pengaruh pada kematian bayi (Mosley and Chen, 1984). Seperti halnya kematian neonatal, telah dibuktikan pula bahwa praktik pemberian ASI berbeda-beda antar suku bangsa (Mullany et al., 2008). Penundaan pemberian ASI segera setelah bayi lahir merupakan risiko terjadinya kematian oleh infeksi pada neonatus (Boccolini et al., 2013). ASI pertama mengandung kolostrum yang bernutrisi tinggi dan memiliki antibodi yang dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. Hal ini sangat disayangkan, di Indonesia pemberian ASI segera dalam satu jam setelah bayi lahir masih rendah bahkan tidak sampai 50% (Badan Pusat Statistik, 2013). Oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah menyusui dini berpengaruh terhadap risiko kejadian kematian neonatal di Indonesia?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh menyusui dini terhadap risiko kematian neonatal di Indonesia. 5 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini antara lain: a. Melihat pola kematian neonatal di Indonesia melalui kurva survival Kaplan-Meier. b. Mengkaji pengaruh menyusui dini terhadap risiko kematian neonatal di Indonesia dengan mempertimbangkan faktor usia ibu, ukuran lahir bayi, frekuensi kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi para pembuat kebijakan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan anak. b. Di fasilitas kesehatan, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian dalam perbaikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi, khususnya pelayanan kesehatan dalam perawatan bayi baru lahir. c. Sebagai masukan bagi ibu dan keluarga untuk memberikan perawatan terbaik kepada bayi baru lahir melalui pemberian ASI secara dini. 2. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan pengetahuan tentang kesehatan bayi baru lahir terutama menyusui dini dan tentang kematian neonatal di Indonesia. b. Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan penelitian berikutnya tentang berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kematian periode neonatal di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sebelumnya tentang kematian neonatal dan perbedaan dengan penelitian ini antara lain: 6 1. Penelitian oleh Edmond et al. (2006) berjudul “Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal mortality”. Penelitian ini untuk mengevaluasi waktu dan pola inisiasi menyusu (eksklusif, sebagian besar atau sebagian) dihubungkan dengan risiko kematian neonatal. Respondennya adalah 10.947 bayi yang disusui, dan dilahirkan hidup minimal 2 hari pada rentang juli 2003-juni 2004. Penelitian dengan analisis logistik regresi ini menunjukkan bahwa risiko kematian neonatal akan semakin tinggi dengan semakin lama penundaan inisiasi menyusu yang dimulai pada 1 jam pertama hingga hari ke 7. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada sumber data, desain, karakteristik usia responden, lokasi penelitian dan analisis data. 2. Penelitian oleh Titaley et al. (2008) dengan judul “Determinants of neonatal mortality in Indonesia”. Penelitian ini mengupas tentang berbagai determinan yang berpengaruh terhadap kematian neonatal di Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002. Responden penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup dari kelahiran tunggal yang dilahirkan pada tahun 1997-2002 sejumlah 15.952 bayi. Analisa data menggunakan multilevel logistic regression dengan hasil bahwa pada tingkat kamunitas kematian neonatal tertinggi secara signifikan terjadi di Propinsi Jawa Timur dan terendah di Propinsi Bali, Sulawesi Selatan dan Jambi. Kematian neonatal di Indonesia juga dipengaruhi secara signifikan oleh penolong persalinan, pekerjaan orang tua, jarak kelahiran, jenis kelamin bayi, ukuran lahir bayi, komplikasi persalinan, dan perawatan bayi baru lahir merupakan faktor protektif terhadap kematian neonatal. Perbedaan penelitian Titaley et al. (2008) tersebut dengan penelitian ini adalah pada sumber data, desain penelitian, variabel independen penelitian dan analisa data. 3. Penelitian Mullany et al. (2008) berjudul “Breast-feeding patterns, time to initiation, and mortality risk among newborns in Southern Nepal”. Pengumpulan data dilakukan selama pelaksanaan penelitian dampak intervensi pemberian antibiotik chlorhexidine secara topikal terhadap kematian neonatal di Nepal. Informasi waktu inisiasi menyusu berdasarkan 7 pada hari ke 1-4, 6, 8, 10, 12, 14, 21 dan 28. Data dianalisis menggunakan regresi multivariabel. Responden penelitian ini berjumlah 22.838 bayi yang menyusu dan hidup selama minimal 48 jam. Risiko kematian neonatal lebih tinggi pada bayi dengan inisiasi menyusu ≥24 jam daripada bayi dengan inisiasi menyusu ≤24 jam. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel independen, desain, teknik pengumpulan data, sumber data, lokasi dan analisis datanya. 4. Penelitian Boccolini et al. (2013) “Breastfeeding during the first hour of life and neonatal mortality” yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara menyusui pada 1 jam pertama kehidupan bayi dengan kejadian kematian neonatal. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder berupa data survei demografi dan kesehatan dari 67 negara. Data dianalisis menggunakan spearman dan binomial poisson regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menyusui dalam waktu satu jam pertama kehidupan berkorelasi negatif dengan kematian neonatal. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada sumber data, lokasi penelitian, desain penelitian, analisis data dan penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel lain yang berpengaruh terhadap kematian neonatal.