CSR Petrokimia

advertisement
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PT PETROKIMIA GRESIK
OLEH : TITIEK IREWATI (NIP : 920311)
DINI WAHYUNI (NIP : 991144)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
JAKARTA
AGUSTUS
2013
PELAKSANAAN KEGIATAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PT. PETROKIMIA GRESIK
Abstraksi
Perusahaan BUMN
sebagai kepanjangan tangan pemerintah
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan Corporate Social
Responsibiity (CSR) secara menyatu tidak hanya sebagai kejadian
temporer yang bersifat charity saja seperti yang banyak dilakukan oleh
perusahaan Indonesia. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus
ini untuk mengetahui pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik.
Berdasarkan penelusuran dokumen dan fakta survei, diketahui
pelaksanaan CSR oleh PT Petrokimia Gresik dijalankan dengan arah
tujuan, visi dan misi perusahaan untuk memajukan ketahanan pangan
sehingga mempunyai titik berat di sektor pertanian yaitu 54,78 %
disalurkan melalui sektor agro. Prinsip pengembangan lingkungan
dengan memanfaatkan sistem kelompok dan koperasi. Sistem kelompok
ini memudahkan pembinaan dan pengawasan terutama karena sistem
pembayaran kredit melalui “yarnen”/ bayar panen. Respons mitra binaan
PT. Petrokimia Gresik tergolong baik dengan tingkat kolektibilitas 90,4%
dan tumbuhnya kemampuan mitra untuk melakukan pengembnagan
teknologi, sistem atau produk.
Kata kunci : mitra binaan, kredit yarnen, CSR
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu
bentuk nyata kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di
sekitar usaha tersebut.
Kegiatan CSR dapat dilakukan perusahaan
pada berbagai bidang.
Konsep CSR sebagai bentuk tanggung
jawabperusahaan
dimulai
sudah
sejak
tahun
1970-an
namun
kegiatannya di Indonesia baru berkembang pesat pada dekade 2000an.
Pada saat ini diyakini pelaksanaan
CSR adalah bagian dari
pelaksanaan untuk mencapai status Good Corporate Governance
(GCG) oleh suatu
perusahaan.
Di Indonesia
dilaksanakan dalam berbagai pendekatan
amal
perusahaan
(philanthrophy),
(
relasi
charity),
kegiatan CSR
antara lain :
kedermawanan
kemasyarakatan
(public
pemberian
perusahaan
relation)
pengembangan masyarakat (community development).
dan
Kegiatan
community development atau comdev merupakan kegiatan CSR yang
banyak dilaksanakan oleh perusahaan
sering
diidentikkan
dengan
community
di Indonesia
bahkan CSR
development.
Comdev dalam beberapa aspek sebenarnya
Kegiatan
bersifat “melakukan
sesuatu untuk nampak baik” dan bersifat sementara (Ambadar, 2008).
Pada masa sekarang, selayaknya kegiatan CSR yang hanya bersifat
sementara sudah mulai ditinggalkan dan berganti dengan implementasi
CSR yang lebih bersifat jangka panjang sehingga akibat positif yang
dirasakan masyarakat atau perusahaan akan lebih mapan. Penerapan
CSR tidak lagi hanya dapat dianggap sebagai pengeluaran atau biaya
semata melainkan menjadi investasi jangka panjang perusahaan yang
bersangkutan.
Idealnya
memang
setiap
perusahaan
dapat
melaksanakan
kegiatan CSR secara keseluruhan pada setiap aspek serta tentunya
kegiatan dapat memberikan dampak positif yang nyata untuk perbaikan
dan kemajuan masyarakat.
Sayangnya tidak semua perusahaan
berwawasan untuk melakukan kegiatan CSR dan tidak semua
perusahaan yang melaksanakan CSR dapat dianggap berhasil. Kondisi
ini membuat pemerintah merasa perlu mengatur tanggung jawab sosial
perusahaan melalui regulasi atau perundangan. Gagasan CSR itu
terwujud secara eksplisit dalam bentuk UU no 25 / 2007 tetntang
Penanaman Modal, UU no 40 tentang Perseroan Terbatas dan UU
BUMN no 19/2003.
Dunia usaha lebih menilai kegiatan CSR dari aspek bisnis.
Kegiatan CSR ini juga masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang
bersifat
sukarela
(voluntary)
yang
dilaksanakan
dalam
bentuk
kedermawanan (philanthrophy), kemurahan hati (charity) dan promosi
perusahaan
yang
dikemas
dalam
bentuk
pemberian
bantuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suprapto dan Adiwoso (2005) terhadap
375 perusahaan di Jakarta menghasilkan kenyataan sebanyak 44,27 %
perusahaan sampel tidak melakukan kegiatan CSR sedangkan
sebanyak 55,79% dengan cara : a). Kegiatan kekeluargaan (misalkan
:”Family Gathering”; 116 perusahaan / 30,9%). b). Sumbangan pada
lembaga agama ( oleh 50 perusahaan / 13,33 %). c). sumbangan pada
yayasan sosial (39 perusahaan / 10,4%) dan
d). pengembangan
komunitas (4 perusahaan / 1,07%).
Pelaksanaan CSR tidaklah lepas dari dorongan internal perusahaan
yang sangat dipengaruhi oleh kondisi atau kategori perusahaan
tersebut. Pada perusahaan kecil yang masih mengedepankan profit,
pelaksanaan CSR menjadi sulit dilakukan dan hanya sebatas bila ada
tuntutan
karyawan.
Bagi
perusahaan
menengah
atau
besar,
sewajarnya bila melakukan kegiatan CSR dengan motif keberlanjutan
usaha. Penelitian oleh Young et al (2012) menyatakan bahwa pada
perusahaan berskala besar, tekanan masyarakat supaya perusahaan
melakukan CSR menjadi lebih kuat. Kepentingan ini terwakili oleh
adanya direktur yang berasal dari pihak luar dalam dewan direksi.
Walaupun perusahaan telah berskala besar, pelaksanaan CSR tidaklah
mudah. Deming (1994) menyatakan CSR berkaitan dengan iklim
organisasi dan menunjukkan kualitas etis perusahaaan.
Perusahaan BUMN sebagai kepanjangan tangan pemerintah, tentunya
mempunyai kewajiban yang lebih kuat untuk melaksanakan kegiatan
CSR secara terintegrasi. Pelaksanaan kegiatan CSR diharapkan tidak
hanya karena terpaksa / diatur oleh perundangan ataupun untuk suatu
pencitraan.
Pelaksanaan CSR berdasarkan ketulusan perusahaan
yang menyadari posisinya di lingkungan dan masyarakat bahwa tanpa
dukungan lingkungan dan masyarakat, suatu perusahaan tidaklah
berarti.
Gambaran dan pemahaman bagaimana pelaksanaan CSR
pada perusahaan-perusahaan BUMN dapat memberi inspirasi bagi
perusahaan lain untuk dapat merancang strategi,
melaksanakan
kegiatan
CSR
yang
berhasil.
konsep dan
Hal
ini
menghindarkan perusahaan dari kegiatan CSR yang tidak
sasaran.
akan
tepat
Perusahaan yang baik pada hakikatnya harus bermanfaat
bagi masyarakat sehingga pelaksanaaan CSR yang sukses sangat
berperan dalam pencapaian posisi Good Corporate Governence (GCG)
perusahaan.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini mengkaji dan memahami aktivitas CSR pada suatu
perusahaan BUMN yaitu PT. Petrokimia Gresik. Kegiatan perusahaan
yaitu menghasilkan pupuk dengan ragam terlengkap di Indonesia
tentunya berada pada posisi mampu mempengaruhi lingkungan secara
fisik maupun sosial. Pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini
adalah :
1). Apa sajakah kegiatan yang telah dilakukan perusahaan dalam aspek
lingkungan dan kemasyarakatan / komunitas ?
2). Mengapa perusahaan melakukan kegiatan semacam itu ?
3). Bagaimana strategi, proses dan pengembangan ke depan kegiatan
tersebut ?
4). Bagaimana persepsi dan penerimaan masyarakat atau stakeholder
terhadap kegiatan tersebut, apakah sudah menimbulkan perubahan
sosial ekonomi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1). Mengetahui jenis kegiatan dan kesungguhan perusahaan dalam
melakukan kegiatan CSR pada aspek lingkungan dan kemasyarakatan.
2). Memahami
dasar pemilihan kegiatan-kegiatan tersebut untuk
menjadi kegiatan pelaksanaan CSR
3).
Mengetahui
bagaimanakah
strategi,
proses
saat
ini
dan
perencanaan terhadap pengembangan ke depan kegiatan CSR
tersebut.
4). Memahami penerimaan masyarakat dan stakeholder lainnya
terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Untuk mengetahui
apakah kegiatan tersebut sudah berhasil mengadakan perubahan sosial
ekonomi pada masyarakat
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberi manfaat untuk semakin mengetahui
teori kekuatan hubungan antara pelaksanaan aspek-aspek CSR
dengan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bertahan hidup,
adaptif dan diterima oleh lingkungannya dalam tata laksana usaha yang
baik
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian berupaya dapat memberi manfaat kepada perusahaan
yang diamati, yaitu : perusahaan dapat mengetahui bagaimana
keberhasilan kegiatan CSR yang telah dilakukan selama ini, apakah
sudah sesuai dengan harapan masyarakat dan para stakeholder.
Pengetahuan ini membuat perusahaan dapat menyusun strategi lebih
baik dalam pelaksanaan CSR.
BAB 2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Apakah Corporate Social Responsibility
itu
?
Ada
beberapa
definisi yang sampai saat ini pemahamannya masih berlaku. Ishikawa,
seorang ahli manajemen kualitas menyatakan kepentingan utama suatu
perusahaan adalah tercapainya kebahagiaan semua orang yang
berhubungan
(pemangku
kepentingan
/
stakeholder)
dengan
perusahaan itu. Apabila para pemangku kepentingan itu tidak bahagia,
pada hakikatnya perusahaan itu tidaklah ada ! (Deming, W.E., 1994).
Definisi menurut Lingkar Studi Indonesia,
bersungguh-sungguh
CSR
merupakan upaya
entitas bisnis meminimalkan dampak negatif
operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah
ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Menurut
Humble (1985), tanggung jawab sosial
merupakan bidang yang amat penting dan strategis karena menyangkut
bidang-bidang pokok sasaran perusahaan yaitu ; - usaha - profitabilitas
- pembaharuan - kedudukan pasar - produktivitas – sumber keuangan
dan fisik - prestasi dan pengembangan manajer - tanggung jawab
sosial.
Pengertian terkini yang menjadi landasan pelaksanaan perusahaan
adalah pengertian CSR dari ISO 26000.
pertanggungjawaban organisasi
Perilaku CSR adalah
terhadap adanya dampak dalam
masyarakat atau lingkungan yang disebabkan keputusan atau aktivitas
organisasi. Pertanggungjawaban ini dinyatakan dalam tindakan terbuka
dan etis yang dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
kesehatan, kemakmuran, kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan
CSR ini dengan harapan dan keinginan pemangku kepentingan ,
sejalan dengan regulasi yang berlaku, konsisten dengan norma etis
internasional dan terintegrasi secara menyeluruh dalam organisasi
(Anonim, 2012).
2.2. ASPEK – ASPEK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
The United Nation Global Impact menyatakan 4 aspek bisnis beserta 10
prinsip utama sebagai penjabaran pelaksanaan CSR, yaitu :
-
Hak Azasi Manusia : dengan prinsip :
1. Pelaku bisnis mendukung dan menghormati perlindungan terhadap hak
azasi manusia yang diakui secara internasional.
2. Memastikan perusahaannya tidak terlibat dalam pelanggaran hak azasi
manusia
-
Ketenagakerjaan : dengan prinsip :
3. Pelaku bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan para karyawan untuk
berserikat dan mengadakan perundingan.
4. Menghapus segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib
5. Menghapus secara efektif adanya pekerja anak
6. Menghapus diskriminasi yang terjadi pada pekerjaan dan jabatan
-
Lingkungan : dengan prinsip :
7. Pelaku
bisnis
harus
mendukung
tindakan
pencegahan
terhadap
pengrusakan lingkungan
8. Memiliki inisiatif dalam promosi lingkungan
9. Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi yang ramah
lingkungan
-
Anti korupsi dengan prinsip :
10. Pelaku bisnis harus melawan korupsi dalam segala bentuk termasuk
penyuapan dan pemerasan.
Menurut ISO 26000, karakteristik CSR adalah kemauan organisasi untuk
mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan
keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan serta
aktivitas yang mempengaruhi masyarakat serta lingkungan tersebut.
Dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh aspek utama yaitu :
1). Tata kelola organisasi : menyangkut kepatuhan pada hukum,
transparansi, kode etik dan pengenalan profil pemangku kepentingan. Tata
kelola
organisasi
yang
transparan
meningkatkan
kebanggaan dan loyalitas, moral kerja karyawan.
nilai
perusahaan,
2). Hak Asasi Manusia :
hal ini menyangkut jaminan kebebasan
dan
keamanan ekonomi, hak bekerja, pilihan pekerjaan, berada dalam kondisi
yang aman, hak sosial budaya dan politik.
3). Ketenagakerjaan :
mencakup masalah pekerja dan hubungan antar
pekerja, kondisi kerja dan perlindungan sosial, dialog sosial, kesehatan dan
keamanan kerja serta sumber daya manusia.
4). Lingkungan : menyangkut pencegahan polusi, konsumsi berkelanjutan,
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Terdapat usaha perusahaan untuk
meminimalkan dampak negatif yang terjadi di lingkungan, tindakan untuk
mengurangi timbulnya polutan melalui peningkatan efisiensi penggunaan
bahan mentah, energi, air atau sumber lainnya.
5). Praktek bisnis yang adil : anti korupsi dan anti suap, kompetisi yang fair.
Biasanya korupsi dan penyuapan merupakan tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan / organisasi.
6). Isu
konsumen
:
sistem pemasaran yang jujur, praktik perjanjian ,
perlindungan dan kesehatan konsumen, pengembangan produk yang
memberi manfaat lingkungan dan sosial, layanan konsumen, penyelesaian
perselisihan dan akses pada produk.
7). Keterlibatan dalam pengembangan masyarakat : melibatkan komunitas,
kontribusi pada pengembangan ekonomi dan sosial. Kontribusi pada
komunitas atau masyarakat sekitar merupakan salah satu bentuk partisipasi
perusahaan dalam merespons dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang
terjadi. Hal ini sebagai akibat proses operasional perusahaan di lingkungan
masyarakat itu berada. Peran perusahaan adalah meningkatkan kinerja dan
ekonomi
masyarakat
sekitar
dalam
membangun
usaha-usaha
yang
menguntungkan masyarakat dan lingkungannya.
(Rachman, N.M., Asep Efendi, dan Emir Wicaksana, 2012).
2.3. PERANAN COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM CSR
Apabila perusahaan melaksanakan kegiatan CSR, sangat dianjurkan
perusahaan untuk melibatkan komunitas setempat sehingga kegiatan CSR
tersebut menghasilkan
dampak positif tidak hanya untuk internal
perusahaan tetapi juga untuk kepentingan eksternal perusahaan (Dawkins
and Lewis, 2003). Kegiatan dengan pelibatan
secara langsung komunitas
atau masyarakat di sekitar perusahaan ini disebut Community development
(Comdev). Pelaksanaan Comdev pada hakikatnya belumlah cukup dan
perusahaan masih diharapkan untuk melakukan integrasi di pelbagai aspek
sehingga CSR menjadi suatu sistem yang benar-benar menyatu dengan
perusahaan (Anonim, 2012). Jadi pelaksanaan kegiatan CSR berkenaan
dengan Comdev diharapkan lebih bersifat jangka panjang, terintegrasi
dengan aspek – aspek yang lain dan terjadi pelibatan pihak masyarakat atau
lingkungan secara aktif.
2.3.1 TANGGUNG JAWAB SOSIAL LINGKUNGAN dan COMDEV
Kegiatan Community development (Comdev) atau pengembangan
masyarakat
merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial warga masyarakat melalui adanya
peran serta secara aktif warga. Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan
prakarsa
dan kemandirian masyarakat itu sendiri.
Konsep CSR erat
kaitannya dengan pengembangan masyarakat karena aspek ini merupakan
bagian penting dalam proses pelaksanaan CSR.
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan norma
hukum yang harus dijalankan oleh perusahaan sebagaimana termaktub
dalam pasal 74 UU no 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Regulasi ini
mengharuskan perusahaan untuk tunduk pada peraturan sektoral yang
sudah ada. Pelaksanaan TJSL bersifat wajib dan pada pelaksanaannya
perusahaan harus tunduk
pada semua peraturan perundangan dan
peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Antara lain UU
no. 32 / 2009 tentang PPLH, UU no 18 / 2008 tentang pengelolaan sampah
beserta PP yang berkaitan dengan pencemaran (PP no 82 / 2001 :
Pengendalian Pencemaran Air
dan PP no 41 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara).
2.3.2 TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI dan CSR
Inti dari pelaksanaan CSR adalah dorongan untuk berbagi dengan
sesama,
bersama
untuk
maju
dan
saling
bekerja
sama
atau
berkolaborasi. Inti dari tanggung jawab sosial ini mempunyai bentuk,
model, dan gaya tersendiri ketika memasuki dunia bisnis. Pandangan
terbaru melihat bahwa antar tujuan bisnis dan tujuan sosial tidak
bertentangan atau saling terpisah.
tersebut
saling bersinggungan.
Justru tujuan bisnis dan sosial
Arah CSR
ke masa depan adalah
maksimalisasi manfaat kehadiran perusahaan bagi para stakeholder.
Hakikat dari transformasi adalah perubahan.
Menurut
Rachman,
Efendi dan Wicaksana (2012) kondisi yang semestinya bertransformasi
adalah :
-
Perilaku, strategi , cara berbisnis dan usaha masyarakat
-
Pertumbuhan lapis lapis ekonomi dalam masyarakat
-
Rangsangan komersialisasi usaha
-
Kondisi input usaha : modal, SDM, teknologi, bahan baku
-
Perilaku dan nilai sosial
Tahapan transformasi sosial ekonomi dalam masyarakat meliputi :
-
Proses pemetaan atau riset sosial ekonomi
-
Proses perencanaan program penguatan kondisi ekonomi
-
Pembentukan lembaga pengawal strategi bersama
-
Proses asistensi, pendampingan, pelatihan, implemantasi program
-
Proses adopsi teknologi, inovasi dan penguatan bisnis serta mobilisasi
sumber daya lokal
-
Proses monitoring, pelaporan, evaluasi program
2.4. Dinamika Pelaksanaan CSR
2.4.1 CSR dan Good Corporate Governance (GCG)
Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang
efektif,
merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan
dengan
tujuan
agar
mencapai
kesetimbangan
antar
kewenangan yang diperlukan perusahaan untuk menjamin eksistensinya
dan pertanggungjawaban pada stakeholder. Good Corporate Governance
(GCG) adalah prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat, yang perlu
diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata
demi menjaga kepentingan perusahaan.
Prinsip penerapan GCG (Tjager, 2002) sbb :
-
Keadilan (fairness) : perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham
-
Transparansi
(transparency)
:
keterbukaan,
semua
stakeholder
memperoleh informasi atau fakta material yang ada.
-
Akuntabilitas
(accountability)
:
pengelolaan
perusahaan
dengan
pedoman strategis perusahaan, berkaitan dengan tanggungjawab
manajemen melalui pengawasan efektif
-
Responsibility (responsibility) : pemenuhan kewajiban sosial perusahaan
sebagai bagian dari tatanan kehidupan sosial masyarakat.
Para ahli berpendapat GCG dan CSR bagaikan dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Penekanan CSR adalah pada prinsip responsibility
dan lebih mengarah
pada stakeholder sedangkan GCG lebih memberi
penekanan pada kepentingan pemegang saham.
Berpijak pada konsep
responsibility pada GCG maka terwujudlah gagasan CSR sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Pada konsep CSR,
perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Line (TBL) yaitu aspek sosial
, keuangan dan lingkungan.
Keberlanjutan perusahaan akan terjamin
apabila perusahaan memerhatikan dimensi sosial dan lingkungan tempat
perusahaan melakukan aktivasi.
2.4.2 Pelaksanaan CSR pada Perusahaan-perusahaan di Indonesia
Banyak perusahaan yang menyatakan sadar akan pentingnya CSR
namun perusahaan-perusahaan mengimplementasikan CSR
dengan
metode yang berbeda-beda.
-
Metode Charity :
perusahaan yang mempergunakan metode charity
hanya
sekedar
berusaha
memenuhi
kewajiban
,
menghabiskan
anggaran dan hakikatnya tidak mempedulikan kebutuhan masyarakat
yang sesungguhnya.
Model charity mendapat kritik karena model ini
hanya membuat masyarakat bergantung saja pada donasi perusahaan.
-
Metode Community Development (Comdev)
: model ini dianggap
mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas masyarakat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Banyak perusahaan (misalnya : Exxon,
Holcim) dalam melaksanakan program CSR mendasarkan pada
kebutuhan masyarakat. Program CSR yang berdasarkan Comdev juga
memberikan nilai tambah kepada perusahaan yaitu adanya GCG serta
memberikan citra positif pada perusahaan.
-
Metode CSR saat ini adalah dengan adanya standar internasional dalam
ISO 26000. Standar
ini memberikan arahan merespon hal-hal yang
berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan sehubungan dengan
adanya : dampak akibat keputusan dan aktivitasnya pada masyarakat
dan lingkungan melalui perilaku etis dan pemetaan kondisi berdasarkan
tujuh aspek CSR.
-
Pada hakikatnya pelaksanaan standar ini tidaklah mudah.
Umumnya
perusahaan hanya sanggup positif pada satu atau beberapa faktor
penentu perubahan ekonomi. Sebuah studi di Kalimantan Timur dengan
mengukur persepsi para stakeholder terhadap perusahaan melalui
program Comdev yang dilakukan. Hasil yang diperoleh adalah adanya
kegagalan proyek tersebut. Biaya Comdev yang besar tidak disertai
dengan perubahan signifikan yang positif pada ekonomi masyarakat.
-
Kondisi Kalimantan Timur tentu berbeda dengan Jakarta. Kegiatan CSR
bidang lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan consumer”s
good multinasional dengan salah satu programnya
“$$$ Green and
Clean” merupakan hasil identifikasi masalah tentang penanganan
limbah domestik. Observasi menunjukkan program ini punya prospek
yang baik dalam pengurangan jumlah sampah di tempat pembuangan
akhir.
Evaluasi menyarankan perlunya rancangan lebih strategis dan
pemberdayaan masyarakat lebih kuat (Anonim, 2012)
2.5. Evaluasi Program CSR
Evaluasi
merupakan
penampilan, efisiensi dan
penilaian
berkala
terhadap
relevansi,
dampak proyek di dalam konteks tujuan yang
sudah ditetapkan. Evaluasi biasanya mengambil dari konteks tujuan yang
sudah ditetapkan,
mempergunakan perbandingan
yang membutuhkan
informasi dari luar proyek yaitu tentang waktu, daerah atau populasi.
Beberapa bentuk evaluasi program CSR yaitu :
-
Penilaian sosial dan lingkungan untuk keputusan investasi
-
Penilaian dampak sosial dan lingkungan proyek
-
Survey data dasar
-
Penilaian Kebutuhan Masyarakat
-
Pemetaan isu strategis dan pemangku kepentingan
-
Kajian kebijakan dan manajemen tanggung jawab sosial perusahaan
(Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2012)
Evaluasi adalah pengkajian informasi
terhadap kriteria kinerja CSR,
proses ini menilai relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak dan keberlanjutan
penerapan sistem. Evaluasi CSR menjawab pertanyaan-pertanyaan :
-
Relevansi : apakah sistem telah sesuai persyaratan ?
-
Efektivitas : apakah tujuan, sasaran dan program CSR telah tercapai ?
-
Efisiensi
-
Dampak : perubahan positif / negatif yang terjadi pada para stakeholder
-
Keberlanjutan program
: berapa besar sumber daya yang dikerahkan ?
: apakah program dapat berlanjut
secara
mandiri ?
Hasil utama dari evaluasi adalah pembelajaran.
belajar tentang kelebihan dan kekurangann
tersebut
Perusahaan dapat
program
serta mengetahui kendala dan tantangan
dan kegiatannya
dalam pelaksanaan
suatu program (Anonim, 2012).
2.5. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pelaku dalam
sistem perekonomian nasional, ikut berperan menghasilkan
barang atau
jasa yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Untuk itu diperlukan suatu penataan sistem
pengelolaan dan pengawasan melalui ketentuan perundangan tersendiri.
Pemerintah mengemas keterlibatan BUMN dengan penegasan pada pasal
2 ayat 1 huruf e, UU no 19/2003 tentang BUMN :
“turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat”
Hal tersebut diatur pelaksanaannya dalam Peraturan Menteri Negara BUMN
no PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha
kecil dan program bina lingkungan. Pasal 2 sbb : (1) Persero dan Perum
wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan ini.
(2). Persero Terbuka dapat melkasanakan program kemitraan dan program
bina linkungan dengan berpedoman pada peraturan ini
berdasarkan RUPS
Sumber dana berasal dari :
yang ditetapkan
a). Penyisihan laba setelah pajak, maksimal sebesar 2 %
b). Jasa administrasi pinjaman / margin / bagi hasil dari dana Program
Kemitraan setelah dikurangi beban operasional
c). Pelimpahan dana program kemitraan dari BUMN lain, jika ada
Dana program Bina Lingkungan (BL) bersumber dari :
a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal 2 %
b. Hasil bunga deposito atau jasa giro dari dana Program Bina Lingkungan
Pasal 11 Peraturan Menteri Negara BUMN,
Dana Program Kemitraan
untuk :
a). Pembiayaan modal kerja atau pembelian aktiva tetap dalam rangka
meningkatkan produksi dan penjualan.
b). Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksana kegiatan
Mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek dalam
rangka memenuhi pesanan dan rekanan usaha Mitra Binaan.
Sedangkan ruang lingkup bantuan bagi Program Bina Lingkungan dalam
lingkungan BUMN meliputi :
a. Bantuan korban bencana alam
b. Bantuan pendidikan atau pelatihan
c. Bantuan untuk peningkatan kesehatan
d. Bantuan pengembangan prasarana dan atau sarana umum
e. Bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam
Undang-undang dan Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut yang
berkaitan dengan program kemitraan dan
bina lingkungan menegaskan
bahwa PKBL sebagai bagian dari CSR tidak lagi sebagai kegiatan yang
bersifat voluntary tetapi menjadi kegiatan yang lebih bersifat mandatory
atau sebagai keharusan bagi perusahaan. Kondisi keharusan ini membuat
perusahaan BUMN memikirkan dan melaksanakan program CSR yang
berkelanjutan.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode / Pendekatan Penelitian
Penelitian
mengenai implementasi CSR
ini mempergunakan
pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan memakai studi kasus
3.1.1 Penelitian Kualitatif
Penelitian
mendalam
kualitatif
dillakukan
untuk
memperoleh
pengetahuan
tentang obyek. Penelitian kualitatif membantu peneliti untuk
memahami dan menafsirkan
memahami latar belakang
apa saja yang ada di balik kejadian,
serta bagaimana peletakan makna terjadi. Data
kualitatif membantu peneliti untuk mengikuti alur peristiwa secara kronologis
(Miles and Huberman, 1992). Penelitian kualitatif membuat peneliti dapat
memahami realitas sosial akibat usaha operasional dan kegiatan CSR
perusahaan.
Penelitian ini ingin menangkap persepsi
dan pemahaman
masyarakat
serta stakeholder terhadap kegiatan CSR
perusahaan
sehingga harus melakukan observasi pada kondisi sesungguhnya dalam
bentuk studi kasus.
3.1.2 Studi Kasus
Studi kasus merupakan studi terhadap subyek dalam situasi alamiah,
sebagai suatu studi yang berorientasi pada penemuan-penemuan yang
dapat terjadi pada pengamatan. Pemakaian studi kasus pada penelitian ini
memungkinkan peneliti
untuk lebih dapat melihat berbagai gejala dari
proses, peristiwa dan hasilnya dari segala yang berkaitan dengan kegiatan i
perusahaan dan keterkaitannya dengan lingkungan, interaksi perusahaan
dengan masyarakat dan segala harapan dan pandangan para pemangku
kepentingan atau stakeholder.
3.2 Subyek Penelitian
Pada penelitian pelaksanaan CSR oleh perusahaan BUMN , penulis
mengambil subyek penelitian PT. Petrokimia Gresik, suatu perusahaan
BUMN yang bergerak di bidang produksi segala jenis pupuk, berkedudukan
di daerah Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
PT.Petrokimia berawal dari perusahaan dengan nama Proyek Petrokimia
Surabaya (1954)
dan pada tahun 1971 menjadi bentuk Perum dan kini
dengan status perusahaan anggota holding company PT.Pusri (persero).
Sampai bulan Maret 2013, PT Petrokimia Gresik (PKG) memproduksi 2,4
juta ton pupuk NPK, 400 000 ton Urea, 750 000 ton SP dan 700 000 ton ZA
untuk
memenuhi
kebutuhan
pertanian.
Petrokimia
Gresik
telah
melakanakan program pembinaan pengusaha mikro dan kecil sejak tahun
1989 dan dengan daerah binaan yang luas , tidak hanya di daerah Gresik
saja.
Aktivitas diharapkan sejalan dengan misi Petrokimia
yaitu
:
mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia nasional
dan berperan aktif dalam pengembangan masyarakat
dengan konsep
pemberdayaan jangka panjang.
3.3 Tahap Penelitian
- Tahap Persiapan : peneliti menyusun daftar pertanyaan dan melakukan
observasi awal.
-
Tahap Pelaksanaan
:
peneliti melakukan serangkaian tanya jawab /
wawancara dengan mitra binaan dan perusahaan. Peneliti mengumpulkan
dokumen yang mendukung penelitian.
- Tahap Laporan
:
semua data dari wawancara ataupun dokumentasi,
dipilah dan dikumpulkan untuk bahan pengambilan kesimpulan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
-
Wawancara
: dilakukan secara berstruktur sehingga mudah dalam
pengelompokan dan analisis data
- Teknik Observasi :
peneliti memakai metode non partisipan karena
adanya
dan tempat sehingga peneliti tidak dapat ikut
kendala waktu
berpatisipasi dalam kegiatan.
-
Studi dokumen
pemahaman
perusahaan.
: dokumen
terhadap
struktur
yang tersedia memberikan
perusahaan,
aktivitas
kemampuan
dan
kegiatan
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Faktor-faktor pentingnya CSR bagi perusahaan
Keberhasilan usaha dalam peningkatan usaha yang dicapai
perusahaan harus sejalan dengan pemenuhan aspek sosial yang
dikemas
dalam
Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
Pertumbuhan perusahaan tidak hanya mengejar kepentingan internal
tetapi juga memenuhi aspek sosial.
Kemanfaatan keberadaan
korporat tidak hanya dinikmati oleh internal – pemegang saham,
pegawai, supplier, tetapi juga dinikmati oleh lingkungan sosial dan
fisik. Motif yang mendasari suatu perusahaan melakukan tindakan
CSR terutama adalah motif manajemen. Menurut Porter (2006), ada
motif yang mendasari manajemen melakukan tindakan CSR yaitu :
(1)
adanya
kewajiban
moral
yaitu
memperoleh
keberhasilan
komersial dengan menghormati nilai etika (2) keberlanjutan
yaitu
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan masa
datang
(3)
reputasi perusahaan yaitu motif pelaksanaan CSR
didasarkan pada keinginan menaikkan merek dan reputasi dalam
pandangan konsumen, investor dan karyawan.
Pelaksanaan CSR
karena
berkaitan
dalam perusahaan menjadi sangat penting
dengan
pembangunan
reputasi
dan
citra
perusahaan, membina hubungan baik dengan stakeholder, memberi
sumbangan kemajuan pada negara melalui upaya mendorong
masyarakat mempunyai pemikiran yang inovatif,
membangun
kesempatan untuk mengikuti pasar masa depan.
4.2. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Petrokimia
Gresik
Perusahaan dan lingkungan di sekitarnya merupakan bagian
tak terpisahkan serta saling memengaruhi.
harmonis di antara keduanya
Hubungan yang
tentu menjadi harapan bersama.
Seperti juga PT. Petrokimia Gresik dan masyarakat sekitar,
keduanya sangat berkepentingan menjaga harmonisasi kondisi
tersebut.
Hal ini direalisasikan dalam bentuk program-program
kemitraan dan bina lingkungan.
Bagi PT.Petrokimia Gresik,
Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) sudah merupakan kewajiban yang memang
harus ditunaikan sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Program
yang dijalankan tidak hanya sebgai charity tetapi berkembang
menjadi konsep pemberdayaan jangka panjang berkelanjutan.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN nomor PER
05 /MBU/2007 yang menginginkan PKBL berdimensi jangka panjang
dengan melibatkan UKM sebagai fokus pemberdayaan masyarakat.
Sebagai suatu perusahaan BUMN tentunya PT. Petrokimia Gresik
harus memenuhi ketentuan tersebut
dan ketentuan tersebut
memang memenuhi kondisi logis adanya peranan BUMN dalam
proses penguatan ekonomi nasional.
4.2.1 Kemitraan dengan Usaha Kecil
Pada program kemitraan ini, PKBL
PT. Petrokimia
Gresik
menggunakan pola pembinaan sebagai berikut :
A.
-
Pola Pembinaan Langsung : terdiri sebagai
Pola pembinaan murni : yaitu pengusaha kecil diberi pinjaman modal
untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka meningkatkan
usahanya.
-
Kemitraan : yaitu perusahaan bekerja sama dengan instansi / lembaga/
koperasi
yang dapat menampung
hasil produksi pengusaha kecil
sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang diberikan oleh
perusahaan
kepada
pengusaha
kecil
dengan
prinsip
saling
menguntungkan.
B. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina
lainnya :
yaitu dengan pembentukan konsorsium, program ini
merupakan bentuk kerjasama antar BUMN dalam pembinaan terhadap
mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersamaan.
PT. Petrokimia Gresik menyalurkan dana sesuai keberlakuan yang
tercantum dalam peraturan yaitu
dengan ketentuan sbb :
-
Garis besar kebijakan untuk penggunaan dana hibah program kemitraan
yaitu :
•
Pameran dan promosi di dalam dan di luar negeri, promosi produk
mitra binaan
melalui media cetak, elektronik, penyediaan ruang
pamer, membantu/memfasilitasi mitra binaan untuk memperoleh
akses pasar lokal, regional maupun internasional.
•
Program pendidikan, pelatihan serta penelitian yang berupa :
pendidikan dan pelatihan, studi banding, seminar, penelitian atau
pengajian yang berkaitan dengan program kemitraan.
-
Pola kebijakan berkenaan peminjaman dana :
•
Pola 1
: Kontrak perjanjian pinjaman
dengan sistem pelunasan
angsuran secara bulanan, yaitu : a). Mitra binaan tahap 1 , jangka
waktu kontrak selama 24 bulan kecuali untuk sektor peternakan sapi
perah dengan masa tenggang 6 bulan
b). Mitra binaan lanjutan ,
jangka waktu selama 24 bulan plus masa tenggang 3 bulan kecuali
untuk sektor peternakan sapi dengan 30 bulan dan masa tenggang 6
bulan.
•
Pola 2
:
Kontrak perjanjian pinjaman dengan sistem pelunasan
secara pembayaran sekaligus, yaitu : a). Untuk sektor usaha tani
dengan pola panen sekaligus jangka waktu tertentu, jangka waktu
kontraknya selama 1 tahun dalam dua musim tanam.
b). Untuk
pinjaman khusus, jangka waktu kontrak disesuaikan dengan sistem
pembayaran pesanan antara mitra binaan dengan rekanan mitra
binaan.
Peraturan Menteri BUMN PER 05/MBU/2007 memberi patokan bahwa
kategori mitra binaan adalah omzet
milyar rupiah per tahun
termasuk
tanah
penjualan per tahun maksimal 1
atau total asset Rp. 200 juta dengan tidak
dan bangunan
tempat
usaha.
Petrokimia Gresik
menggunakan dasar peraturan tersebut dalam memilih, menyeleksi dan
membina mitra usaha kecil
Pembinaan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan dan keinginan.
Persoalan
dasar
bagi
usaha
kecil
umumnya
adalah
masalah
permodalan, pemasaran dan teknologi. Permodalan hanya salah satu
aspek yang dibutuhkan oleh mitra binaan. Kebijakan pembinaan yang
dilakukan oleh PT Petrokmia Gresik berwujud : pemenuhan kebutuhan
modal, kebutuhan informasi dan peluang pasar, kebutuhan pengelolaan
untuk peluang usaha, kebutuhan informasi akan akses pada input usaha
yang efisien.
4.2.2 Penyaluran Dana Pinjaman pada Mitra Binaan
Pada tahun 2011, total dana yang disalurkan sebesar 41,7 milyar
dan sebesar 54,78 % dialokasikan pada sektor agro, yaitu dengan
memanfaatkan jaringan kios-kios usaha tani dan penyalur pupuk. PT
Petrokmia Gresik mendukung pola distribusi dan penyebaran dana
melalui koperasi dan kelompok tani. Distribusi pupuk juga dianggap
memiliki infrastruktur dan organisasi yang memudahkan penyaluran
dana kemitraan.
Kondisi ini menyebabkan konsentrasi
dana
peminjaman melalui ketua kelompok tani yang dapat dipercaya.
Tabel 4.1 Alokasi Total Pinjaman berdasarkan Sektor
Sektor
Jumlah (Rp)
%
Industri
19 362 297 521
10,1
Perdagangan
26 895 580 000
13,78
Pertanian
72 869 520 450
37,36
Peternakan
58 840 430 000
30,17
Perkebunan
4 879 825 000
2,50
Perikanan
7 447 330 000
3,82
Jasa
4 306 797 000
2,21
407 000 000
0,06
Lainnya
(Sumber : PKBL PT Petrokimia Gresik)
A. Industri
Industri
yang
dimaksud
adalah
usaha
yang
melakukan
perubahan bentuk, baik itu pengolahan massal ataupun kerajianan
dengan produk akhir berbeda bentuknya dari masukan awal.
Pada tahun 2011, PKBL telah menyalurkan dana pada 26 mitra
binaan baru dengan jumlah total Rp. 692,5 juta.
Usaha industri
beragam antara lain bakery, sarung tenun, kerajinan tangan, mebel,
konveksi, gerabah, makanan, batik, senapan, yang berlokasi di
Gresik, Sidoarjo, Lamongan sampai Lombok.
B. Perdagangan
Kategori perdagangan adalah usaha yang mendapatkan nilai
tambah
dari perubahan tempat dan waktu.
Pada tahun 2011,
sebanyak 99 orang mitra binaan memperoleh alokasi dana dengan total
Rp. 3,2 milyar. Jenis usaha yang mendapatkan pinjaman adalah jenis
usaha dagang sembako, toko kelontong, tanaman hias, pewarna batik,
kios
pertanian,
dll.
Wilayah
usaha
meliputi
Gresik,
Madiun,
Bojonegoro,Wonogiri, Pamekasan sampai Lombok Tengah.
Alokasi
pinjaman terbesar diarahkan untuk pendanaan kios pertanian, dengan
mempertimbangkan hubungan bisnis PT Petrokimia dengan mitra
binaan yang berstatus penyalur pupuk secara resmi.
Hal ini
memudahkan pemantauan dan sesuai dengan visi dan misi Petrokimia
dalam pembangunan pertanian.
C. Pertanian
Pinjaman sektor pertanian diberikan PKBL Petrokimia pada 349
kelompok dengan cakupan 3466 mitra binaan.
Alokasi dana yang
disalurkan sebesar Rp. 22,8 milyar untuk komoditas jagung, padi, cabe,
dll. Dengan wilayah dari Nganjuk sampai
Blitar, Banjarnegara dan
Wonosobo. Pinjaman dana pada sektor pertanian lebih diarahkan pada
pola penyaluran berkelompok dan pembayaran setelah panen (yarnen).
Kebijakan
PKBL
memperoleh
dana
memang
terbesar
menetapkan
karena
sektor
berkaitan
pertanian
dengan
pemanfaatan potensi dan komoditas dalam negeri.
harus
kebijakan
Kebijakan ini
dinyatakan dengan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis
Korporasi (GP3K). Terkait dengan kebijakan pemerintah berupa swa
sembada beras, PKBL Petrokimia mengadakan pembinaan khusus
kepada kelompok tani yang membudidayakan tanaman padi dengan
memberi dana pinjaman
pengadaan benih.
untuk pengolahan tanah, pemupukan,
Penerima dana GP3K PT Petrokimia Gresik adalah para petani yang
bergabung dalam kelompok tani yang sudah memenuhi ketentuan umum
yaitu
terdaftar dalam
Gabungan
Kelompok Tani, dijamin oleh
distributor pupuk, membutuhkan dana untuk
pengadaan
saprodi,
bersedia menandatangani perjanjian pinjaman dan bersedia mengikuti
petunjuk cara budidaya tanaman padi terutama dengan pemakaian
pupuk berimbang. Metode pupuk berimbang yaitu pada 1 ha lahan
dengan formula 5 : 3 : 2 ( Petroganik 500 kg : Phonska 300 kg :
Urea 200 kg).
Sampai pada tahun 2011 , penerima dana pinjaman
pada petani dengan lahan seluas 27 054 ha di Jawa Timur dan 16
396 ha di Jawa Tengah.
Sebagai sektor andalan, kinerja program GP3K harus selalu
dipantau. Berdasarkan data sampai tahun 2011, tingkat produktivitas
rata-rata para petani yang mengikuti program GP3K sebesar 7 - 8
ton
padi
memadai
per hektar.
karena
Capaian
tersebut
merupakan
hasil
yang
di tahun tahun sebelumnya, Indonesia banyak
mengalami penurunan hasil pertanian karena mengalami perubahan
cuaca yang ekstrim.
Pembinaan klaster pertanian dengan cara GP3K dapat dijadikan
model yaitu perlunya komponen penting dalam klaster : adanya kios
pertanian,
distributor
saprodi,
petani, penyuluh
pertanian dan
lembaga pendana. Harus ada juga institusi Bulog sebagai penjamin
pasar dan produsen pupuk sebagai penjamin saprodi. Pada
model
GP3K ini, hubungan antar titik pada klaster tersebut dapat dijelaskan
sbb :
•
PT. Petrokimia Gresik -- Binaan Kelompok Tani
Pihak Petrokimia memberi pinjaman pada kelompok tani melalui
PKBL.
Pihak Petrokimia memberi pelatihan (kawalan teknologi dan
pembinaan). Pihak Petrokimia membeli gabah melalui K3PG (Koperasi
Keluarga Besar Karyawan Petrokimia Gresik) untuk dijadikan benih
Petroseed (produk benih unggul Petrokimia) dan bentuk beras untuk
konsumsi karyawan
•
PT. Petrokimia Gresik -- Mitra Binaan Kios Pertanian
Pihak
PT. Petrokimia Gresik memberikan pinjaman kepada
Kios Pertanian melalui PKBL dan menjamin penyediaan pupuk. Pihak
Kios Pertanian melakukan demoplot
sistem pemakain pupuk untuk
memberikan contoh kepada para petani.
D. Peternakan
Pada tahun 2011, PKBL menyalurkan dana pinjaman pada 105
mitra kelompok (817 orang mitra binaan) untuk kegiatan peternakan sapi
potong, perah, kambing dan ayam petelor dengan wilayah cakupan yang
meluas sampai Ponorogo dan Magetan. Pendekatan pola kelompok juga
dilakukan pada sektor ini.
Pinjaman dengan pola kelompok lebih
terkelola dengan baik. Risiko pinjaman bermasalah hanya terjadi bila
ada perubahan kebijakan pemerintah terutama bila terjadi pelonggaran
impor sapi bakalan, yang berdampak pada harga jual sapi lokal.
Peternak belum mampu mengantisipasi perubahan harga karena
pengelolaan masih terbatas (tumpangsari dengan sektor pertanian).
E. Perkebunan
Usaha perkebunan yang dimaksud adalah usaha budidaya
komoditi nonpangan dan non hortikultura.
PKBL lebih memberikan
pinjaman pada petani tebu dengan dasar untuk memperkuat komoditas
gula yang sangat penting.
kelompok petani tebu.
Pada tahun 2011, pinjaman pada 13
Pinjaman tersebut memberikan ruang pada
petani untuk memenuhi kebutuhan dananya agar mampu melakukan
budidaya pertanian tebu secara tepat. Tingkat rendemen (kadar gula)
yang tinggi hanya bisa dicapai bila petani tebu melakukan
budidaya
yang benar. Rata-rata rendemen tebu pada petani binaan sebesar 7,0.
F. Perikanan
Kebijakan
PKBL menyalurkan dana pinjaman pada sektor
perikanan darat karena diperlukan substitusi untuk perikanan laut.
Produk perikanan laut terhambat oleh adanya over fishing dan cuaca
buruk. Pada tahun 2011, Petrokimia Gresik melalui program dana PKBL
memberikan pinjaman pada 8
kelompok mitra binaan dengan nilai
pinjaman total Rp. 906,5 juta. Komoditas perikanan darat yang dibina
meliputi jenis lele, bandeng, gurami dengan wilayah penyaluran Gresik,
Lamongan, Nganjuk dan Tulung Agung.
G. Jasa
Usaha jasa yang dibiayai PKBL PT Petrokimia Gresik pada tahun
2011 meliputi usaha perbaikan komputer, penyewaan sound system dan
bengkel motor. Bila dibandingkan sektor lainnya, sektor jasa mendapat
alokasi dana paling sedikit.
penyebab kebijakan ini adalah
Beberapa pertimbangan yang menjadi
: pembinaan secara individual belum
mampu dilakukan secara optimal karena keterbatasan SDM di unit PKBL
PT. Petrokimia Gresik sendiri. Keterkaitan bisnis dengan PT.Petrokimia
Gresik
akan
membantu
menurunkan
risiko
terjadinya
pinjaman
bermaslah dan usaha jasa pun masih relatif baru sehingga memerlukan
waktu untuk mempelajari pola dan siklus usahanya.
4.2.4. Pola Angsuran Yarnen
PKBL PT Petrokimia mengambil kebijakan pola angsuran pada
pinjaman sektor pertanian yang disebut “Yarnen” (angsuran bayar
panen). Pada sistem angsuran ini , debitur membayar angsuran ketika
debitur menerima uang hasil panen. Pertimbangan pemilihan ini meliputi
pertimbangan :
a) Ekonomis : yaitu pertimbangan penyesuaian pola pendapatan
debitur.
Sektor pertanian bersandar pada pendapatan musiman
yang pemasukan hanya diperoleh ketika panen.
Pada saat itu
kemampuan membayar pinjaman terwujud (sistem “matching” antara
pola pemberian pinjaman, pola angsuran, pola usaha yang
dijalankan debitur).
b) Sosiologis : saat panen adalah titik penting dalam kehidupan petani
atau peternak. Kecenderungan konsumsi berlebihan akan berkurang
karena timbulnya kewajiban membayar angsuran.
c) Administrasi : sistem Yarnen menyebabkan pencatatan lebih mudah.
Administrasi pembukuan PKBL akan mencatat angsuran pokok dan
bunga / jasa administrasi pinjaman secara sekaligus.
Pola angsuran ini terkesan sederhana tetapi tetap memerlukan
pendukung kuat yaitu :
-
Kelompok tani yang kuat dan mantap, memiliki komitmen usaha untuk
menanggung beban secara bersama
-
Orang yang mampu memimpin, memotivasi kelompok secara baik
-
Pola monitoring harus langsung di lapangan
-
Pola komunikasi yang baik antara ketua kelompok dengan PKBL
-
Pola manajemen program yang handal dan sistematis
4.3. Evaluasi Program Kemitraan PKBL PT Petrokimia Gresik
4.3.1 Kinerja Program
Pembinaan usaha kecil merupakan hal yang penting bagi perusahaan
untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan perekonomian nasional.
Struktur ekonomi yang kuat apabila didukung oleh usaha kecil yang tangguh
mandiri. Program kemitraan PT Petrokimia berusaha melaksanakan hal itu
dengan : - memberi dasar bagi pembinaan berkelanjutan dengan posisi
sektor
pertanian sebagai sektor utama sesuai visi misi perusahaan
-
kegiatan pembinaan non penyaluran dana pinjaman juga telah diarahkan
untuk pengembangan ketrampilan, informasi dan pengetahuan mitra binaan
dalam bentuk pelatihan. Pelatihan juga diarahkan untuk membentuk jejaring
bisnis antar mitra binaan.
PT. Petrokimia Gresik selama tahun 2011 telah menyalurkan dana pinjaman
sebanyak Rp. 41 704 446 000. Dana hibah pameran dan pendidikan
sebesar
Rp. 4
941 177 600. Kinerja keuangan program kemitraan
tahun 2011 terhitung sbb :
-
Efektivitas penyaluran dana sebesar 99,43 % (skor 3)
-
Tingkat kolektibilitas sebesar 90,04 % (skor 3)
-
Jumlah mitra binaan yang direalisasi pada tahun 2011 : 593 unit usaha (
pada tahun 2010 : 531 unit usaha) sehingga jumlah keseluruhan mitra
binaan : 4 720 unit usaha.
4.3.2 Kinerja UKM berbekal Inovasi Usaha
Inovasi mempunyai ciri baru dan manfaat, artinya ada proses perbaikan,
pengembangan teknologi, produk atau sistem yang memberikan dampak
perubahan nyata.
Era persaingan usaha membuat setiap usaha harus
dapat menjalankan QCDS (quality, cost, delivery, service) yang harus
diterapkan secara bersamaan. Pada implementasinya, pelaku usaha akan
memilih
aspek
yang
memperoleh
bagian
inovasi.
Perubahan
cara
berbisnisyang inovatif lebih banyak dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi
yang ada di sektor UKM itu. Banyak praktek inovatif yang dilakukan UKM
dan telah memberikan hasil usaha yang lebih baik.
Respons Para Pelaku UKM dengan praktek inovatif
Modernisasi Toko
Toko Otak-otak Bandeng khas Gresik milik keluarga
Bu Muzanah
tadinya adalah toko sederhana di depan tempat produksi. Keikut sertaan
pada program kemitraan membuat toko ini membuka tempat penjualan di
lahan yang lebih luas dan memakai konsep toko modern yaitu dengan
sistem swalayan. Tidak hanya berhenti pada pembenahan toko,
pengelola
usaha juga melakukan banyak inovasi produk seperti pembuatan abon duri
yang berasal dari limbah duri bandeng.
kemampuan untuk menjaga kualitas
Berbagai inovasi produk dan
membuat para konsumen semakin
loyal dan berkembang jumlahnya.
Toko pertanian modern yang dikelola Faikul Muzakin saat ini juga
merupakan suatu hasil kerja inovatif. Berbekal satu toko yang diwariskan
oleh ibunya, Faikul mengembangkan toko yang diwariskan oleh ibunya ,
Faikul mengembangkan tokonya menjadi 5 toko di bawah kendalinya. Toko
utamanya hanya berlokasi di desa Ngronggot, Nganjuk. Ciri khas toko yang
dikelola Faikul punya resep sederhana mengembangkan toko pertaniannya
yaitu mencontoh toko eceran modern yang sedang menjadi trend. Beberapa
hal yang menjadi fokus Faikul saat mengembangkan toko pertaniannya
menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya adalah : branding, pengelolaan
barang dagangan, konsep layanan , strategi harga, pengelolaan pelanggan, promosi agresif, berjaringan, dan pemakaian teknologi informasi.
Suwono
yang mengusahakan Kios Tani Mulyo juga mengakui
keleluasaannya untuk berusaha dan berinovasi akibat pengaruh binaan
kemitraan Petrokimia Gresik. Pinjaman lunak yang diperolehnya dari PKBL
PT. Petrokimia Gresik dipergunakan untuk merenovasi toko dan
membangun gudang sehingga memungkinkan perputaran stock lebih baik.
Menurut Suwono, semenjak bergabung menjadi mitra binaan PT.
Petrokimia Gresik, banyak diperolehnya kemudahan terutama dari sisi
permodalan, pembibitan serta pembinaan. “Rasanya berbeda sekali
sebelum dan sesudah menjadi mitra. Waktu saya masih berdiri sendiri, jika
butuh apa-apa tidak ada perantara. Kini saya merasa didukung serta diberi
ilmu tanpa henti oleh PKBL Petro”, demikian komentar Suwono. Suwono
merasa ia dapat semakin mantap melaksanakan pertanian organiknya yang
dirintis selama ini. Suwono memang tidak hanya menjual produk / sarana
produksi pertanian tetapi juga membuat demoplot pengelolaan pertanian
hijau dan memperkenalkan pupuk cair nabati pada masyarakat.
Kiprah di Sektor Industri
Ibu Hartono sebagai pengusaha batik “Sari Kenongo” di Sidoarjo
merasakan banyak keuntungan dengan kesertaannya pada mitra PKBL PT
Petrokimia Gresik. Modal awal yang diperoleh dipergunakan untuk membeli
bahan kain (sutera, prima, katun) dan obat batik. Keikut sertaan dalam
pelbagai kegiatan pameran yang diselenggarakan
oleh PKBL PT
Petrokimia Gresik juga mampu membuka pasar bagi produk batik “Sari
Kenongo”. Pengembangan pasar membuat ibu Hartono dapat semakin
menampilkan desain-desain, corak dan motif batik kreasinya. Inovasi desain
yang selalalu baru membuat para pelanggan tetap setia padanya.
Tidak berbeda dengan sang juragan batik Ibu Hartono” , Ibu Kholifah
sebagai pimpinan UD Ahida yang memproduksi sarung juga menceritakan
pengalamannya berbagi suka duka selama menjadi mitra binaan PKBL PT.
Petrokimia Gresik. Usaha produksi sarung dimulai dengan “ modal
kenekatan”, 1 pegawai dan 1 mesin tenun pinjaman. Kreativitas dan
ketekunannya mengerjakan sarung membuat permintaan pasar terhadap
produksinya meningkat. Adanya pinjaman modal dari PKBL membuat ibu
Kholifah semakin lancar memenuhi pesanan rekanan dan pelanggan. Ibu
Kholifah senantiasa berusaha melakukan terobosan dan inovasi tertentu
dalam proses pembuatan sarung. “Mutu, warna dan desain harus selalu
berbeda dibandingkan pesaing”, demikian ibu Kholifah menjelaskan. Saat
ini ibu Kholifah telah mempunyai 150 karyawan dan 7 cabang ... inovasi dan
kreativitas membuat usaha terus maju.
Tidak berbeda dengan ibu Kholifah, ketekunan bapak Nurul sebagai
pengrajin juga membuatnya mampu menjadi pengusaha yang membuka
lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Jatuh bangun dalam menjalankan
usaha telah dialaminya berkali-kali dan akhirnya pada saat membuat
aksesoris anak-anak seperti tas, dompet dan boneka, usahanya mulai
berkembang pesat.
Walaupun permintaan tinggi, bapak Nurul tetap
menjaga kualitas mutu dan menciptakan desain yang selalu berbeda.
Bapak Nurul rajin memantau dan mencari tahu perkembangan trend yang
sedang mewabah di kalangan konsumennya. “Kita harus selalu tampil beda,
mencoba berbagai terobosan baru setiap saatnya ...”, tutur Nurul akan
kunci suksesnya.
Kiprah Inovasi di Sektor Perikanan
Kabupaten Gresik sebagai daerah pesisir mempunyai banyak usaha
perikanan, salah satunya adalah Bapak Suparto yang mempunyai usaha
budidaya tambak bandeng, vannamei dan nila. Budidaya ikan tidaklah
mudah, Suparto harus menghadapi serangan hama penyakit namun
Suparto tidak putus asa tetapi berusaha terus dengan mengembangkan
sistem perikanan terpadu, mina padi. Ternyata sistem mina padi lebih
menguntungkan karena menurutnya :
-
Tidak perlu memakai pestisida beracun pada perairan karena ikan dapat
berfungsi sebagai predator hama tanaman
Sawah tetap dalam keadaan berair dan sumber air tidak tercemar
Suparto menyatakan, dukungan dana dan pengetahuan selama ia
bergabung sebagai mitra pinjaman lunak PKBL PT Petrokimia Gresik sangat
berarti baginya untuk senantiasa mengembangkan inovasi dan eksperimen
yang ada dalam benak pemikirannya.
Kemitraan PKBL tidak hanya untuk kabupaten Gresik tetapi meluas
juga ke daerah lain seperti kemitraan dengan kelompok Mina Lestari, desa
Malang sari, kec Tanjung Anom, Kab Nganjuk. Kelompok pembudidayaan
ikan air tawar ini selalu melakukan inovasi berusaha, baik dalam teknik
perikanan ataupun pengolahan hasil. Kelompok yang beranggotakan 13
pembudidaya ikan ini menyatakan banyak keuntungan yang didapat selama
usaha berkelompok ini.
Secara ekonomis dan secara manajerial
berkelompok memang lebih baik daripada individu, hal ini juga yang
menyebabkan PKBL Petrokima Gresik lebih melakukan pembinaan dan
kemitraan dalam bentuk kelompok. Budaya Jawa yang secara sosiologis
suka berkelompok
lebih memungkinkan transfer pengetahuan dan
dukungan gotong royong.
Kiprah Inovasi Kelompok Sektor Peternakan
Di desa Bareng, Kec. Sawahan, Kab. Nganjuk terdapat peternak
sapi yang menjadi binaan PKBL Petrokimia Gresik, peternak-peternak ini
tergabung dalam kelompok LMDH Makmur Jaya.
Bapak Purwoko
selaku ketua kelompok LMDH Makmur Jaya dan juga lurah desa Bareng
selalu berusaha agar anggota kelompoknya lebih makmur dengan cara
meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya hidup. Purwoko melihat
pemanfaatan kotoran sapi dapat menjadi alat menurunkan biaya hidup. Hal
ini dikemukakannya pada PKBL Petrokimia dan mendapatkan sambutan
pembinaan teknis sehingga dapat dibangun reaktor biogas. Pada saat ini
instalasi biogas diletakkan di dekat kandang sapi dan dapat memasok
energi untuk 15 rumah tangga. Pemanfaatan limbah kotoran sapi ternyata
signifikan mengurangi pengeluaran untuk energi dan pupuk pertanian.
Kiprah Inovasi Sektor Pertanian dan Perkebunan
Sebagai BUMN yang berada di sektor pertanian, tentu banyak
kelompok pertanian yang berada dalam binaan PKBL Petrokimia Gresik.
Salah satu kelompok tani itu adalah kelompok Mekar Sari di Kepanjen, kab.
Malang yang berfokus pada bagaimana menghasilkan tebu dengan
kuantitas lebih berat untuk pemenuhan standar penerimaan tebu yang
akan disalurkan pada PG Kebon Agung dan PG Krebet. Tanaman tebu
adalah tanaman yang sangat menginginkan banyak air, angin (penjagaan
kelembaban) dan api (sinar matahari
untuk
fotosintesis).
Adanya
kelompok tani sangat penting untuk membantu memenuhi kebutuhan
budidaya dengan menjadi penghubung antara petani dengan pihak
lembaga penyedia dana yaitu PKBL PT Petrokimia Gresik. Pertanaman
tebu yang sangat intensif modal memang memerlukan dukungan lebih dulu
dalam penyiapan lahan dan saprodi.
Salah satu kunci sukses program kemitraan PT. Petrokimia Gresik
adalah peran kios pertanian sebagai penjamin para petani. Salah seorang
pemilik kios pertanian yang sukses adalah Bapak Sarno. Bapak Sarno
yang berlatar belakang Sarjana Pertanian pula menyatakan ada beberapa
pertimbangan yang harus dipahami untuk melaksanakan metode ini.
-
-
-
Perlu adanya efisiensi lahan dan saprodi : umumnya para petani
mempunyai luas lahan kurang dari 1 ha sehingga untuk memudahkan
pembinaan dan penyaluran saprodi, harus dilakukan berkelompok.
Pembinaan yang efektif
:
pada pola pembinaan harus
menempatkan petani sebagai subyek, harus memberikan bukti dan
tidak menggurui.
Proses inovasi bidang pertanian akan lebih mudah terjadi apabila
ada kelompok yang mendukung. Perubahan dalam cara budidaya
pertanian akan lebih menarik minat petani apabila petani memperoleh
sumbangan pikiran, nasehat dan perhatian rekan sekelompok.
BAB V.
KESIMPULAN
Pada pelaksanaan kegiatan
secara lingkungan dan komunitas :
-
-
CSR
oleh
PT. Petrokimia Gresik
Kemitraan dan pembinaan usaha kecil , yaitu dengana secara langsung
kemitraan terhadap usaha kecil / individu
dan melalui penjamin
(kelompok atau koperasi)
Pola konsorsium : bantuan pendidikan dan pelatihan serta upaya
bantuan pemasaran melalui pameran
Garis kebijakan penggunaan dana hibah program kemitraan berkenaan
dengan visi dan misi PT Petrokimia Gresik sebagai produsen pupuk
terlengkap dan BUMN yang bertanggungjawab untuk masalah ketahanan
pangan berkaitan dengan sistem kontrak peminjaman yang memakai sistem
pelunasan sesuai masa panen / tuai hasil (yarnen/bayar panen).
Efektivitas dana peminjaman terlihat secara kuantitatif dari kemajuan usaha
yaitu tingkat pengembalian yang 90% serta kemampuan para mitra binaan
untuk terus berinovasi dalam sistem teknologi, perdagangan dan produk
sehingga keberhasilan peminjaman dana tersebut tidak berhenti hanya
ketika pinjaman berhasil dilunasi. Relasi antara PKBL Petrokimia dan para
mitranya diupayakan sangat baik sehingga dapat terus memotivasi
pengusaha mitra binaan PT Petrokimia untuk selalu berkembang dan
meningkatkan kualitas produk / usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia : Wujud
Kepedulian Dunia Usaha. Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Anonim, 2012. Pedoman CSR untuk Bidang Lingkungan Hidup.
Kementerian Lingkungan Hidup
Anonim, 2012. Laporan Tahunan 2011. Program Kemitraan, PKG
Petrokimia Gresik.
Cahyadi, Rahman dan Rosita. 2012. Melangkah Maju Berbekal
Inovasi. PKBL PKG, PT. Petrokimia, Gresik.
Humble, 1985. The CSR Auditing (terjemahan oleh LPPM),
LPPM, Jakarta.
Porter, M .E. 2006. Manajemen Strategik. John Willey sons, NY.
Rachman, N. M,, Asep Efendi dan Emir Wicaksana, 2012.
Panduan Lengkap : Perencanaan CSR . Penerbit Swadaya,
Jakarta.
Suprapto dan Adiwoso, 2005. Pola Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Jakarta.
Tjager, I. N. 2004. Kebijakan Prinsip-prinsip Good Corporate
Governance pada BUMN. Kompas, Jakarta
Young, K.C., Jae C.J., Won Y O dan Jeong Y L. 20 2. Firm Size, and
Corporate Social Perform the Mediating Role. Journal at
Leadership and Corporation Studies. November 2012
****************************************
Download