upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIIIA
SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL
Laela Dwi Puspita
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa dengan model Problem Based Learning (PBL) materi operasi bentuk aljabar pada siswa
kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kasihan tahun ajaran 2016/ 2017.
Jenis Peneitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan secara
kolaboratif antara guru dan peneliti. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2
Kasihan. Objek penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menerapkan model
Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart yang tiap
siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi kegiatan guru dan siswa, tes pemecahan masalah, catatan lapangan dan
dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan mengolah seluruh data kualitatif dan
kuantitatif yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu hasil observasi, tes pemecahan masalah,
catatan lapangan dan dokumentasi dengan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I adalah 92,86% meningkat pada
siklus II menjadi 98,81% dalam kriteria baik, hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I adalah
78,13% meningkat pada siklus II menjadi 89,06% dalam kriteria baik; (2) Pembelajaran dengan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kasihan. Banyaknya siswa dengan nilai
> 60 (kriteria tinggi) pada siklus I adalah 3,13% meningkat menjadi 71,88% pada siklus II; (3)
Penerapan model PBL dapat mengingkatkan kemampuan pemecacahan masalah matematika
berdasarkan setiap langkah pemecahan masalah, yaitu kemampuan siswa mengidentifikasi unsurunsur yang diketahui, ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan pada siklus I sebesar
53,47 meningkat menjadi 92,84 pada siklus II. Kemampuan merumuskan masalah matematis atau
menyusun model matematis pada siklus I sebesar 26,69 meningkat menjadi 66,80 pada siklus II.
Kemampuan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah pada siklus I sebesar 54,43
meningkat menjadi 80,90 pada siklus II. Kemampuan menjelaskan atau menginterpretasikan hasil
penyelesaian pada siklus I sebesar 20,79 meningkat menjadi 60,16 pada siklus II.
Kata Kunci: model Problem Based Learning (PBL), kemampuan pemecahan masalah matematika
ABSTRACT
This research has goal to increase students’ skills in solving mathematic problem by using
Problem Based Learning (PBL) model on the subject of algebra for students of VIIIA in SMP Negeri
2 Kasihan year 2016/ 2017.
This research mathod which has held collaboratively between the researcher and teacher
at SMP Negeri 2 Kasihan. The object of the research is doing mathematic learning process using
Problem Based Learning (PBL) model. The research follows Kemmis and MC Taggart model which
each steps includes of planning, action, observation, and reflection. The technique in collection data
is by observation, problem solving test, field notes and documentation. The technique in analyzing
data is processing all qualitative and quantitative data which is gained from a lot of sources, the are
the result of conduction observation, problem solving test, field notes and documentation with
quantitative description.
Result of the research shows: (1) The learning process using Problem Based Learning
which is conductedon the cycle is 92, 86% on cycle II increased to 98,81% in good criteria,
students’ learning process in cycle I is 78,13% which is increasing in cycle II to 89,06 in goodt
criteria; (2) The learning process using Problem Based Learning (PBL) model is able to increase
their abilityin problem solving on VIIIA students. Students who get score > 60 (good criteria) in cycle
I is 6,06% and cycle II has increased to be 71,88% for; (3) Application of PBL model can enhance
the ability of solving math problems based on any troubleshooting steps, namely the students '
ability to identify elements that are known, asked and the adequacy of the required elements in the
cycle I of 53.47 increased to 92.84 in cycle II. The ability to formulate mathematical problems or
devise a mathematical model on the cycle I of 26.69 increased to 66.80 on cycle II. The ability to
apply a strategy to resolve the problem on a cycle I of 54.43 increased to 80.90 in cycle II. The
ability to explain or interpret the results of the completion of the cycle I of 20.79 increased to 60.16
cycle II.
Keywords: Problem Based Learning model, Mathematics Problem Solving Skills
A.
PENDAHULUAN
Matematika
adalah
mata
pelajaran wajib dalam pendidikan
formal maupun nonformal. Salah satu
tujuan dari pembelajaran matematika
adalah
pemecahan
masalah.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di SMP Negeri 2 Kasihan,
siswa masih kurang memahami
konsep materi yang diajarkan terbukti
pada saat guru bertanya mengenai
konsep dalam materi matematika
yang diajarkan banyak siswa yang
belum menjawab dengan benar dan
kebanyakan masih diam saja karena
tidak tahu jawaban yang benar,
pembelajaran juga masih terpusat
pada guru sehingga siswa terlihat
kurang aktif. Selain itu juga dilakukan
tes pra penelitian untuk mengetahui
tingkat
kemampuan
pemecahan
masalah matematika siswa terutama
untuk soal berbentuk cerita. Hasil
analisis dari soal yang diberikan
kepada 32 siswa diperoleh rata-rata
nilai kelas sebesar 27,05, yaitu dalam
kriteria rendah.
Salah satu pembelajaran yang
dapat diterapkan sesuai dengan
permasalahan di atas adalah dengan
pembelajaran berbasis masalah atau
Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning
(PBL)
adalah bagian dari pembelajaran
berbasis
masalah.
Pembelajaran
pemecahan masalah berangkat dari
masalah yang harus dipecahkan
melalui praktikum atau pengamatan.
Model pembelajaran
pemecahan
masalah ini dalam pelaksanaannya
siswa dituntut untuk aktif sehingga
dapat
menyelesaiakan
suatu
permasalahan dengan sendirinya.
Dengan meningkatnya kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa maka kemampuan pemahaman
materi
matematika
siswa
juga
meningkat menjadi lebih baik. Selain
itu
meningkatnya
kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa
ini
dapat
membantu
memudahkan
siswa
untuk
menyelesaikan permasalahan yang
non rutin dan variatif.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni
(2012: 217) pemecahan masalah
merupakan kompetensi strategik yang
ditunjukkan siswa dalam memahami,
memilih pendekatan dan strategi
pemecahan,
dan
menyelesaikan
model untuk menyelesaikan masalah.
Indikator
yang
menunjukkan
pemecahan masalah antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Menunjukkan
pemahaman
masalah
b. Mengorganisasi
data
dan
memilih informasi yang relevan
dalam pemecahan masalah.
c. Menyajikan
masalah
secara
matematik dalam
berbagai
bentuk.
d. Memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah secara
tepat.
e. Mengembangkan
strategi
pemecahan masalah.
f.
Membuat dan menafsirkan model
matematika dari suatu masalah.
g. Menyelesaikan masalah yang
tidak rutin.
Dalam buku Materi Pelatihan Guru
Implementasi
Kurikulum
2013
Matematika SMP/ MTs diuraikan dua
definisi PBL sebagai berikut (BPSDM
P dan K dan PMP, 2013: 229)
a. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga
merangsang siswa untuk belajar.
Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah,
siswa bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia
nyata (real world).
b. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan
suatu
metode
pembelajaran yang menantang
siswa untuk “belajar bagaimana
belajar”,
bekerja
secara
berkelompok
untuk
mencari
solusi dari permasalahan dunia
nyata. Masalah yang diberikan ini
digunakan untuk mengikat siswa
pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud.
Masalah diberikan kepada siswa,
sebelum
siswa
mempelajari
konsep
atau
materi
yang
berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan.
B.
METODE
Jenis Peneitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan
secara
kolaboratif
antara guru dan peneliti. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 2 Kasihan. Objek
penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan menerapkan
model Problem Based Learning
(PBL). Penelitian ini mengikuti model
Kemmis dan Mc Taggart yang tiap
siklus terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi.
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan observasi kegiatan
guru dan siswa, tes pemecahan
masalah, catatan lapangan dan
dokumentasi. Teknik analisis data
pada penelitian ini dengan mengolah
seluruh data kualitatif dan kuantitatif
yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu hasil observasi, tes pemecahan
masalah, catatan lapangan dan
dokumentasi
dengan
deskriptif
kuantitatif.
Proses
pembelajaran
dilaksanakan dengan membagi siswa
dalam kelompok diskusi yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa dengan
kemampuan yang heterogen. Siswa
diberikan permasalahan yang non
rutin dengan materi operasi bentuk
aljabar. Guru menggunakan LKS
sebagai bahas diskusi siswa untuk
menyelesaikan
permasalah.
Penggunaan LKS ini diharapkan
dapat membantu siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran dan dapat
mengeluarkan ide-ide yang ada pada
pikiran
siswa,
sehingga
siswa
pembelajaran tidak lagi berpusat pada
guru. Selain itu, LKS ini juga
bertujuan untuk mengarahkan siswa
dalam menyelesaikan permasalahan
berdasarkan
langkah-langkah
pemecahan masalah.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas
mengenai
pembelajaran
dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) yang dilaksanakan di
kelas VIIIA SMP Negeri 2 Kasihan,
yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Data-data yang
diperoleh selama proses penelitian
yang dilangsungkan dalam 2 siklus
pembelajaran,
kemudian
dibandingkan dan dapat dikatakan
bahwa proses pembelajaran yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan
yang
ditentukan
oleh
peneliti.
Langkah-langkah
pemecahan
masalah yang digunakan di sini
menerapkan indikator pemecahan
masalah yang dikemukakan oleh
Karunia Eka Lestari dan Mokhammad
Ridwan
(2015:
84).
Langkah
pemecahan masalah ini meliputi, (1)
mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui, ditanyakan dan kecukupan
unsur
yang
diperlukan,
(2)
kemampuan merumuskan masalah
matematis atau menyusun model
matematis,
(3)
kemampuan
menerapkan
strategi
untuk
menyelesaikan masalah, dan (4)
kemampuan
menjelaskan
atau
menginterpretasikan
hasil
penyelesaian masalah.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Keterlaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) pada siklus I
adalah 92,86% meningkat pada siklus
II menjadi 98,81% dalam kriteria baik,
hasil observasi kegiatan siswa pada
siklus I adalah 78,13% dalam kriteria
baik meningkat pada siklus II menjadi
89,06% dalam kriteria baik. Pada saat
pelaksanaan pembelajaran pertama
kali siswa masih kesulitan dalam
menerapkan pembelajaran dengan
model Problem Based Learning
(PBL), siswa masih tampak ramai dan
susah diatur. Dalam menyelesaikan
permasalahan yang dijadikan hasil
diskusipun siswa masih kesulitan,
selain masih dalam penyesuaian diri
dalam kegiatan diskusi kelompok
siswa juga masih merasa asing
dengan sol-soal pemecahan masalah
tersebut. Banyaknya siswa dengan
nilai > 60 (kriteria tinggi) pada siklus I
adalah 3,13% meningkat menjadi
71,88% pada siklus II. Penerapan
model PBL dapat mengingkatkan
kemampuan pemecacahan masalah
matematika
berdasarkan
setiap
langkah pemecahan masalah, yaitu
kemampuan siswa mengidentifikasi
unsur-unsur
yang
diketahui,
ditanyakan dan kecukupan unsur
yang diperlukan pada siklus I sebesar
53,47 (cukup) meningkat menjadi
92,84 (sangat tinggi) pada siklus II.
Kemampuan merumuskan masalah
matematis atau menyusun model
matematis pada siklus I sebesar
26,69 (rendah) meningkat menjadi
66,80 (tinggi) pada
siklus II.
Kemampuan menerapkan strategi
untuk menyelesaikan masalah pada
siklus
I
sebesar
54,43(cukup)
meningkat menjadi 80,90 (sangat
tinggi) pada siklus II. Kemampuan
menjelaskan
atau
menginterpretasikan
hasil
penyelesaian pada siklus I sebesar
20,79 (rendah) meningkat menjadi
60,16 (tinggi) pada siklus II.
Rata-rata
nilai
kelas
tes
kemampuan pemecahan masalah
matematika
juga
mengalami
peningkatan. Hasil tes menunjukkan
bahwa nilai siswa meningkat pada
setiap tahapan penelitian yang
dilakukan.
Berikut disajikan tabel
rata-rata
nilai
tes
kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa tiap tahapan penelitian yang
dilakukan.
Tabel 1
Rata-rata Nilai Kelas Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika
Pra
Siklus I
Siklus II
Penelitian
27,05
44,63
60,84
(Rendah)
(Cukup)
(Tinggi)
D.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tindakan kelas
yang dilakukan secara kolaboratif
antara peneliti dan juga guru mata
pelajaran matematika kelas VIIIA
SMP Negeri 2 Kasihan dengan
menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) yang dilakukan secara
benar
dengan
melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah
model
PBL,
dapat
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah matematika
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil yang diperoleh pada setiap
siklusnya, terjadi peningkatan baik
dalam keterlaksanaan pembelajaran
maupun tes kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Pada
siklus
I,
hasil
keterlaksanaan
pembelajaran
pada kegiatan guru dengan
menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) sebesar
92,86% termasuk dalam kriteria
baik meningkat pada siklus II
menjadi 98,81% dalam kriteria
baik.
Persentase
rata-rata
kegiatan siswa pada siklus I
2.
3.
sebesar 78,13% dalam kriteria
baik meningkat pada siklus II
menjadi 89,06% dalam kriteria
baik, hasil tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) telah
terlaksana dengan baik.
Siswa yang mendapatkan hasil
tes kemampuan pemecahan
masahan dengan kriteria tinggi
pada pra penelitian adalah
sebanyak 0 siswa orang atau
sekitar 0,00%, pada siklus I
sebanyak 1 siswa atau sekitar
3,13%, dan pada siklus II
sebanyak 23 siswa atau sekitar
71,88%.
Sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
indikator
keberhasilan yang ditentukan
telah tercapai, yaitu banyaknya
siswa dengan nilai > 60
sebanyak 70% dari jumlah total
siswa.
Berdasarkan
langkah-langkah
kemampuan
pemecahan
masalah: (1) kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi unsurunsur yang diketahui, ditanyakan
dan kecukupan unsur yang
diperlukan pada siklus I sebesar
53,47 meningkat menjadi 92,84
pada siklus II; (2) kemampuan
siswa merumuskan masalah
matematis atau menyusun model
matematis pada siklus I sebesar
26,69 meningkat menjadi 66,80
pada siklus II; (3) kemampuan
siswa menerapkan strategi untuk
menyelesaikan masalah pada
siklus I sebesar 54,43 meningkat
menjadi 80,90 pada siklus II, dan
(4)
kemampuan
siswa
menjelaskan
atau
menginterpretasikan
hasil
penyelesaian pada siklus I
sebesar
20,79
meningkat
menjadi 60,16 pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Pendidikan
dan
Kebudayaan dan Penjamin Mutu
Pendidikan. 2013. Materi Pelatihan
Guru Implementasi Kurikulum
2013.
Jakarta:
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni. 2012.
Assessment Pembelajaran. 2012.
Jakarta: Bumi Aksara.
Heris Hendriana dan Utari Soemarmo.
2014. Penilaian Pembelajaran
Matematika.
Bandung:
Refika
Aditama.
Karunia Eka L. dan Mokhammad Ridwan
Y. 2015. Penelitian Pendidikan
Matematika.
Bandung:
Refika
Aditama.
Wina Sanjaya. 2009. Penelitian tindakan
kelas. Bandung: Kencana Media
Prenada.
Download