teori akuntansi

advertisement
TEORI AKUNTANSI
Disusun Oleh:
Fajar Nugraha
A210090173
PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
Sejarah Praktek Akuntansi
Praktek pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan
dengan bisnis sudah dimulai sejak lama, sejak adanya kejadian transaksi bisnis,
bahkan sejak adanya kehidupan sosial ekonomi manusia. Hal ini dibuktikan oleh
Ernest Stevelinck dalam artikelnya Accounting in Ancient Times.
Pada tahun 3200 SM di Kerajaan Mesir ada dua macam tekhnik akuntansi secara
simultan :
a) koin dengan bentuk tertentu disimpan dan ditandai kemudian dimasukkan
dalam amplop.
b) Token disimpan dalam bentuk yang lebih besar dengan berbagai variasi yang
lebih kompleks.
Pemisahan tersebut menggambarkan perbedaan transaksi cash degan transaksi non
cash (Mattssich, 1987: 79).
Selain di Kerajaan Mesir, di Kerajaan Babylonia 2599 tahun yang lalu ditemukan hal
yang sama dalam bentuk yang lain. Pada tahun 1893 ditemukan lagi oleh seorang
yang melakukan ekspedisi ke Amerika di Nippur sejenis batuan dalam bentuk tablet
yang dibuat 455 tahun SM (Stevelinck, 1985). Dan Stevelinck yakin hal yang sama
juga ditemukan di China, India, Mesopotamia, dan Persia.
Sejarah Metode Pencatatan Double Entry
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan organisasi dan kegiatan suatu
usaha, karena kehadirannya memerlukan pencatatan sehingga seluruh kegiatan akan
tergambar di dalamnya. Pada abad ke-15 seorang ahli Matematika berkebangsaan
Italia Luca Paciolo telah menyusun buku tentang akuntansi dengan judul “Tractatus
de Cumputis at Scritorio” buku ini berorientasi pada pembukuan berpasangan.
Pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) mencatat kedua aspek transaksi
sedemikian rupa yang membentuk suatu pemikiran yang berimbang. Praktek
pencatatan akuntansi dalam arti pencatatan kejadian yang berhubungan dengan bisnis
sudah dimulai sejak adanya kejadian dalam double entry bookkeeping.
Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry sudah ada
sejak 5000 tahun yang lalu. Sedangkan selama ini kita kenal bahwa penemu sistem
tata buku berpasangan ini maka dapat dikemukakan sebagai berikut. Double entry
accounting system telah disepakati para ahli mula-mula diterbitkan oleh Luca Pacioli
dalam bukunya yang berisi 36 bab yang terbit pada tahun 1949 di Florence, Italia
dengan judul “Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita”
yang berisi tentang palajaran ilmu pasti.
Inoue (dalam Harahap, 1997) menyebutkan “Orang yang pertama-tama “menulis”
(bukan menerbitkan seperti Pacioli) tentang double entry bookkeeping system adalah
Bonedetto Cotrugli pada 1458, 36 tahun sebelum terbitnya buku Pacioli. Namun
buku Benedetto Cotrugli ini baru terbit pada tahun 1573 atau 89 tahun setelah buku
Pacioli terbit. Dengan demikian penjelasan ini maka pertentangan sebenarnya tidak
ada.”
Jika kita kaji sejarah terutama sejarah Islam, sebenarnya pada awal pertumbuhannya
sudah ada sistem akuntansi. Akan tetapi, sayangnya literatur belum banyak
menganalisis bagaimana rupa eksistensi akuntansi pada zaman itu (± 570 Masehi).
Seperti yang dikemukakan oleh Russel (dalam Rosjidi, 1999) “Sebenarnya orangorang Italia dalam abad ke-14 baru menerapkan sistem pembukuan berpasangan
lengkap setelah terlebih dahulu digunakan oleh saudagar-saudagar Moslem (Moslem
Merchants).”
Revolusi indusrti di Inggris pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap
perkembangan akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama
di Inggris dikeluarkan untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan.
Dalam undang-undang tersebut, diatur tentang kemungkinan perusahaan meminjam
uang, mengeluarkan saham, membayar hutang, dan dapat bertindak sebagaimana
halnya perorangan. Keadaaan-keadaaan inilah yang menimbulkan perlunya laporan
baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
Dalam artikelnya, Herbert (dalam Harahap, 1997) menjelaskan perkembangan
akuntansi sebagai berikut.
Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry
maupun double entry.
Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan
dalam perusahaan.
Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang
dianggap lebih penting.
Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui
ujian yang dilaksanakan secara nasional.
Tahun 1925 : banyak perkembangan yang terjadi tahun ini, antara lain:
1. Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan,
akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah;
2. Laporan keuangan mulai diseragamkan;
3. Norma pemeriksaaan akuntan juga mulai dirumuskan; dan
4. Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai
dikenalkannya “punch card record”.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan
akuntansi, yaitu sebagai berikut.
1. Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk pengolahan
data.
2. Sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP).
3. Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
4. Jasa-jasa perpajakan seperti kunsultan pajak dan perencanaan pajak mulai
ditawarkan profesi akuntan.
5. Management accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk
kepentingan manajemen mulai dikenal dan berkembang cepat.
6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti system perencanaan dan pengawasan.
7. Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
Tahun 1975 : mulai periode ini akuntansi semakin berkembang dan meliputi bidangbidang lainnya, perkembangan itu antara lain:
1. Timbulnya management science yang mencakup analisis proses manajemen
dan usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangankekurangannya;
2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan modelmodel organisasi, perencanaan organisasi, teori pengambilan keputusan, dan
analisis cost benefit;
3. Metode permintaan yang menggunakan computer dalam teori cybernetics;
4. Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai
dikenal; dan
5. Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi
perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat.
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru
ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang
mangenai tanam paksa dihapuskan tahun 1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa,
kaum pengusaha Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan
modalnya. Sistem yang dianut oleh pengusaha Belanda ini adalah seperti yang
diajarkan oleh Luca Pacioli.
Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan
tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari
pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya
teknik pembukuan. Setelah tahun 1960, akuntansi cara Amerika (Anglo-Saxon) mulai
diperkenalkan di Indonesia. Jadi, sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia
berubah dari sistem Eropa (Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo-Saxon).
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia tahun 1907, yaitu sejak
seorang anggota NIVA, Van Schagen, menyusun dan mengontrol pembukuan
perusaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal dibukanya Jawatan
Akuntan Negara (GAD – Government Accountant Dients) yang resmi didirikan pada
tahun 1915. Akuntan public pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan
kantornya di Indonesia tahun 1918.
Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang
akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan dib Jawatan Keuangan yang 90% dipegang oleh
bangsa belanda, menjadi kosong. Dalam masa ini, atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan
kusus-kursus untuk mengisi kekosongan jabatab tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia.
Pada tahun 1874, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr.
Abutari. Di Indonesia, pendidikan akuntansi mulai dirintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1952. Pembukaan ini
kemudian diikuti Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara) tahun 1960 dan Fakultas-fakultas Ekonomi di Universitas Padjadjaran
(1961), Universitas Sumatera Utara (1964), universitas Airlangga (1962), dan
universitas Gadjah Mada (1964).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia bediri 23 Desember
1957. Organisasi ini diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan pendiri lima
orang akuntan Indonesia.profesi akuntan mulai berkembang dengan pesat sejak tahun
1967. Pada tahun itu juga dikeluarjannya undang-undang modal asing yang kemudian
disusul dengan undang-undang penanaman modal dalam negeri tahun 1968 yang
merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi. Setelah krisis ekonomi
Indonesia tahun 1997, peran profesi akuntan diakui semakin signifikan mengingat
profesi ini memiliki peranan strategis di dalam menciptakan iklim transparansi di
Indonesia.
2.3 Bidang-bidang Akuntansi
1. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
2. Pemeriksaan Akuntan (Auditing)
3. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)
4. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
5. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)
6. System Informasi (Information System)
7. Anggaran (Budgeting)
8. Akuntansi Pemerintahan (Govermental Accounting)
9. Akrual Basis dan Kas Basis
10. Akuntan Internal dan Akuntan Eksternal
11. Akuntansi Proyek (Project Accounting)
2.4 Hubungan Akuntansi dengan Bidang Lain
Pentingnya pemahaman akuntansi tidaklah terbatas hanya pada dunia usaha semata.
Banyak karyawan yang pendidikannya bukan dalam bidang bisnis juga menggunakan
data akuntansi dan mereka itu perlu mengetahui prinsip-prinsip serta terminologi
akuntansi. Semua orang akan berhubungan dengan transaksi usaha sehingga harus
memperhatikan aspek keuangan yang terdapat dalam dirinya sendiri. Dalam dunia
bisnis yang semakin modern, akuntansi memainkan peranan penting, dan dalam arti
luas semua warga Negara akan berhubungan dengan dunia akuntansi pada
kesempatan tertentu.
Sejarah Perkembangan Akuntansi
Dimulai dengan berdirinya panitia-panitia khusus dalam organisasi profesi di
Amerika (awalnya IAI kemudian menjadi AICPA). Tahun 1933 sampai 1936 ada
Special Commite on Development of Accounting Principles. Tahun 1938 berdiri
Commite on Accounting Procedure. Tahun 1959 AICPA mendirikan Accounting
Principles Board (APB), lahirnya APB ini didorong karena adanya tekanan terhadap
profesi akuntansi yang timbul karena skandal-skandal keuangan.
Ada 3 kelemahan APB yang mendorong didirikannya Financial Accounting Standart
Board (FASB) tahun 1973 :
1. Dasawarsa 1960-an penuh dengan perubahan yang pesat dalam perkembangan
dunia usaha dan lembaga-lembaga keuangan.
2. Muncul bermacam-macam kasus kecurangan dalam perusahaan-perusahaan
yang akun publiknya memberikan unqualified opinion
3. Ketidakmampuan APB untuk menciptakan aturan-aturan dasar yang tepat
menjadi pedoman bagi pembentukan Accounting Principles dan
ketidakmampuan untuk mengintegrasikn hasil riset dasar dalam
pronouncementsnya.
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan
membuat suatu catatan, yang pada awalnya dulu itu dengan menggunakan batu, kayu,
bahkan daun menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV
terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang
Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan orang waktu itu memerlukan
suatu sistem pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan demikian akuntansi juga
mulai berkembang.
Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya seorang yang
bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika mengarang sebuah buku
yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica, Proportioni et Propotionalita, di
mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris yang
memperkenalkan dan mengajarkan sistem pembukuan berpasangan yang disebut juga
dengan sistem kontinental.
Sistem berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian,
yaitu debet dan kredit. Kemudian kedua bagian ini diatur sedemikian rupa sehingga
selalu seimbang. Cara seperti ini menghasilkan pembukuan yang sistematis dan
laporan keuangan yang terpadu, karena perusahaan mendapatkan gambaran tentang
laba rugi usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik.
Pertengahan abad ke 18 terjadi revolusi industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi, di mana waktu itu para manajer pabrik misalnya, ingin
mengetahui biaya produksinya. Sebab dengan mengetahui berapa besar biaya
produksi mereka dapat mengawasi efektifitas proses produksi dan menetapkan harga
jual. Sejalan dengan itu berkembanglah akuntansi dengan bidang khusus yaitu
akuntansi biaya. Akuntansi biaya memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksi
dan penyediaan informasi bagi manajemen
Perkembangan akuntansi di Indonesia
Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem kontinental, seperti yang
dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga dengan tata buku yang sebenarnya
tidaklah sama dengan akuntansi, di mana tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan
yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan
aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data.
Sedangkan akuntansi menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan
analitikal seperti kegiatan analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Perkembangan selanjutnya tata buku sudah mulai ditinggalkan orang. Di Indonesia
perusahaan atau orang semakin banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon.
Berkembangnya sistem akuntansi Anglo Saxon di Indonesia disebabkan adanya
penanaman modal asing di Indonesia yang membawa dampak positif terhadap
perkembangan akuntansi, karena sebagian besar penanaman modal asing
menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat (Anglo Saxon). Penyebab lain
sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan perkembangan akuntansi
menyelesaikan pendidikannya di Amerika, kemudian menerapkan ilmu akuntansi itu
di Indonesia.
Perbedaan Akuntansi Sistem Kontinental dengan Anglo Saxon
Dengan memperhatikan peraga – 1 di atas, tentunya Anda sekarang dapat memahami
letak perbedaan kedua sistem akuntansi yang berkembang di Indonesia. Baiklah
sekarang Anda melanjutkan dengan materi berikutnya.
Sejarah Akuntansi Di Indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan
dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik
pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta
(Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan
(double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama
masa penjajahan-memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia
selama era ini (Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan
awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga
pengusaha Belanda banyak yang menanmkan modalnya di Indonesia. Peningkatan
kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru
buku yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada
tahun 1907 (Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil
oleh akuntan Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu
kegiatan administrasi di perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn-yang
sudah berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan
pekerjaan audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van
Schagen yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan NegaraGovernment Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di
Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain
yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan
Pajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada
orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang
bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku
pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945,
dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang
akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik
akuntansi model Belanda masih digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an).
Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model
Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang
orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan
tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997).
Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling
ke praktik akuntansi model Amerika. Namun demikian, pada era ini praktik akuntansi
model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi model Belanda, terutama yang
terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan
tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi
di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara 1962,
Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)telah mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika
pada tahun 1960 (ADB 2003). Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus
mengadopsi sistem akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997).
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki
kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha
untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasardengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut
memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga
internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan
reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui
perusahaan yang memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran
sebenarnya dari perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk
menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk
mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing; dan satu lagi yang
menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus
Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden
Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan
kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi
semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang masalah
tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992)
dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah
Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah
menginginkan adanya transformasi pasar modal dari model “casino” menjadi model
yang dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk
mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat
standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World
Bank) melaksanakan Proyek Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk
mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun
1995, pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam
Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995 pemerintah
memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam Undang-Undang Pasar
Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998,
kebangkrutan konglomarat, collapsenya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan
pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan
negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini,
kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan
rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparency). Berikut ini tabel ringkasan
perkembangan akuntansi di Indonesia
a) Zaman VOC dan penjajahan ‘stible dan Stroomberg
Dibuktikan dengan dikeluarkannya instruksi dari Gubernur Jendral mengenai
pengurusan pembukuan penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, jumlah uang
yang diperlikan untuk eksploitasi garnisan-garnisan dan galangan kapal yang
ada di Batavia dan Surabaya.
b) Zaman penjajahan jepang
Hanya terbatas untuk mencatat kegiatan-kegiatan mereka saja
c) Awal kemerdekaan
Pengaruh Belanda masih sangat kuat. Pendidikan maupun praktek akuntansi
masih dipegang orang-orang Belanda/ orang-orang Indonesia dengan
pendidikan Belanda. IAI didirikan tanggal 23 Desember 1957 oleh empat
orang lulusan FE di UI. Pada zaman ini ikut dikeluarkan UU No.103 tahun
1954 tentang pemakaian gelar akuntan.
d) Awal Orde Lama
Ditandai dengan adanya pengambil alihan perusahaan-perusahaan Belanda.
e) Orde Baru
Ditandai dengan masuknya perusahaan-perusahaan penanaman modal.
Mereka membawa praktek-praktek akuntansi dari negara mereka.
f) Agustus 1972
Badan Pembina Pasar Uang dan Modal membentuk Panitia Penghimpunan
Bahan-bahan dan Struktur daripada Generally Accepted Accounting
Principles dan Generally Accepted Auditing Standarts. Panitia ini
menghasilkan konsep Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan
Akuntan. Dalam kongres ke III IAI (2 Desember 1973) kedua konsep tersebut
secara resmi disahkan menjadi Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma
Pemeriksaan Akuntan yang berlaku di Indonesia.
Download