BAB 1 SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di suatu perguruan tinggi merupakan kegiatan mandiri dari perguruan tinggi, sehingga proses tersebut dirancang, dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh perguruan tinggi yang bersangkutan tanpa campur tangan dari pemerintah, dalam hal ini Direktoat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Departemen Pendidikan Nasional. Dimasa mendatang eksistensi suatu perguruan tinggi terutama tergantung pada penilaian stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja, dosen, tenaga penunjang, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan) tentang mutu perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri agar eksistensinya terjamin, telah menjalankan SPMI dalam kerangka Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi sebagaimana diwajibkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Adapun berbagai unsur yang terkandung di dalam SPMI STIKES RS Baptis Kediri termuat didalamnya antara lain naskah/dokumen/buku Kebijakan, Manual, Standar, dan Formulir untuk menjalankan SPMI. 1.1 Definisi SPMI SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (internally driven), untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan (continuous improvement/kaizen), sebagaimana diatur oleh Pasal 50 ayat (6) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juncto Pasal 91 Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendiikan. Secara umum STIKES RS Baptis Kediri juga melaksanakan apa yang dikemukakan dan dimaksud dengan penjaminan mutu dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan perencanaan, penerapan, pengendalian, dan pengembangan standar mutu perguruan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan (continuous improvement/kaizen), sehingga stakeholders, baik internal maupun eksternal, memperoleh kepuasan. 1.2 Konsep SPMI Konsep SPMI yang diadopsi di STIKES RS Baptis Kediri berdasarkan Sistem Pendidikan Nasioanal menyebutkan bahwa suatu perguruan tinggi dinyatakan bermutu apabila: 1. Perguruan tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan visinya; 2. Perguruan tinggi mampu menjabarkan visinya ke dalam sejumlah standar dan standar turunan; 3. Perguruan tinggi mampu menerapkan, mengendalikan, dan mengembangkan sejumlah standar dan standar turunan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Dengan demikian STIKES RS Baptis Kediri juga menetapkan, menerapkan, mengendalikan, dan mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi dalam suatu sistem yang disebut SPMI untuk menjamin mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. 1.3 Tujuan SPMI STIKES RS Baptis Kediri secara internal memiliki tujuan dengan memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan untuk mewujudkan visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu dilakukan melalui SPMI, untuk kemudian memperoleh akreditasi melalui Sistem Penjaminan Mutu Eksternal oleh BAN-PT atau lembaga mandiri yang diakui Pemerintah, sehingga peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan dapat diwujudkan secara komprehensif melalui SPMI STIKES RS Baptis Kediri. 1 1.4 Standar Mutu dalam SPMI STIKES RS Baptis Kediri merencanakan, menerapkan, mengendalikan, dan mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi yang terdiri atas 8 (delapan) macam standar minimal wajib yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu: 1. Standar isi/kurikulum; 2. Standar proses; 3. Standar kompetensi lulusan; 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. Standar sarana dan prasarana; 6. Standar pengelolaan; 7. Standar pembiayaan; dan 8. Standar penilaian pendidikan. Sejumlah standar lain yang melampaui standar minimal, baik melampaui secara kualitatif, atas inisiatif perguruan tinggi (internally driven) yang dijabarkan dari visi STIKES RS Baptis Kediri melalui 2 (dua) standar lain yaitu: 9. Standar penelitian; 10. Standar pengabdian kepada masyarakat; 1.5 Pelaksanaan SPMI Agar SPMI di STIKES RS Baptis Kediri dapat dilaksanakan, maka terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar pelaksanaan SPMI tersebut dapat mencapai tujuannya, yaitu komitmen, perubahan paradigm, dan sikap mental, serta pengorganisasian penjaminan mutu di STIKES RS Baptis Kediri. 1. Komitmen Para pelaku proses pendidikan tinggi di STIKES RS Baptis Kediri, baik yang memimpin dan yang dipimpin, harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. 2. Perubahan Paradigma Paradigma lama penjaminan mutu, yaitu mutu perguruan tinggi akan dapat dipelihara serta ditingkatkan apabila dilakukan pengawasan atau pengendalian yang vertikal oleh pemerintah harus diubah menjadi suatu paradigma baru. Paradigma baru penjaminan mutu yaitu perguruan tinggi atas inisiatif sendiri (internally driven) harus memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya agar visinya dapat diwujudkan serta agar stakeholder dapat dipuaskan. 3. Sikap Mental Sikap mental sivitas akademika harus diubah menuju pada suatu sikap mental baru, yaitu rencanakan pekerjaaan dalam pendidikan (plan your work and work your plan). 4. Pengorganisasian Organisasi dan mekanisme kerja SPMI di STIKES RS Baptis Kediri sangat tergantung pada visi dan misi, budaya organisasi, ukuran organisasi (jumlah program studi, jumlah dosen, jumlah mahasiswa), struktur organisasi, sumber daya, dan pola kepemimpinan di STIKES RS Baptis Kediri. Faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian dalam organisasi SPMI, adalah bahwa organisasi itu mampu menumbuhkan kesepahaman tentang SPMI, yang pada gilirannya akan menumbuhkan sikap suportif dari seluruh komponen terhadap upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi. 2 BAB 2 VISI DAN MISI 2.1 Visi Misi STIKES RS Baptis Kediri Visi : Kasih Tuhan Yesus Nyata dalam Pendididkan Kesehatan. Misi : 1. Mengupayakan Pendidikan Kesehatan yang Prima dengan Dasar Kasih Tuhan Yesus, tanpa Membedakan Status Sosial, Golongan, Suku dan Agama. 2. Menumbuhkembangkan semua aset yang ada. 2.2 Visi Misi Prodi Keperawatan Diploma III Visi : Menjadi Program Studi Keperawatan Diploma III yang menghasilkan tenaga perawat profesional pemula yang berkualitas unggul berdasar Kasih Tuhan Yesus yang dicapai tahun 2014 Misi: Mendidik mahasiswa Program Studi Keperawatan Diploma III dengan dasar Kasih Tuhan melalui: 1. Pendidikan yang bersifat akademik profesional 2. Pendidikan yang berorientasi pada Ilmu pengetahuan dan Teknologi 3. Pendidikan yang berorientasi kepada masyarakat. Tujuan: Tujuan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah untuk menghasilkan perawat profesional pemula yang kompeten dalam: 1. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangannya serta menerapkan prinsip manajemen asuhan keperawatan. 2. Mengembangkan kemampuan profesional secara terus menerus yang ditunjang oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 3. Berperan serta dalam penelitian keperawatan dan menggunakan hasil penelitian dalam asuhan keperawatan serta ikut berperan dalam pengabdian masyarakat. 2.3 Visi Misi Pendidikan Ners Visi: Menjadi Program Studi Keperawatan S1 yang mampu menghasilkan tenaga kesehatan yang professional, berkepribadian dengan berdasar kasih Tuhan yang dicapai tahun 2014 Misi: 1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan profesional dengan dasar kasih Tuhan Yesus, dan memiliki keungggulan IPTEK. 2. Menyelenggarakan penelitian teknologi dan perkembangan keperawatan di tingkat regional, nasional, dan internasional. 3. Menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional, berkepribadian dan mampu mengimplementasikan ilmu keperawatan dalam pengabdian kepada masyarakat berdasar nilai-nilai moral,etika dan Kasih Tuhan. 2.3.1 Tujuan Pendidikan Ners: Tujuan Akademik Tujuan pendidikan tahap program akademik adalah mendidik mahasiswa melalui proses belajar mengajar sehingga memiliki sikap dan kemampuan sebagai berikut: 1. Melaksanakan Praktik Keperawatan secara Akuntabel, Etik, dan Legal. 1) Melaksanakan praktik keperawatan secara bertanggung jawab dan bertanggung gugat (Accountability). 3 2) Melaksanakan Praktik Keperawatan Berlandaskan kaidah etik. 3) Melaksanakan Praktik keperawatan berlandaskan aspek legal. 2. Melaksanakan Asuhan Keperawatan dan Manajemen Keperawatan 1) Melaksanakan Asuhan Keperawatan 2) Manajemen Kesehatan dan Keperawatan 3) Mengembangkan Profesionalisme 1) MeningkatkanProfesionalisme Keperawatan. 2) Meningkatkan Kualitas Pelayanan. 3) Berperan aktif dalan Pendidikan Berkelanjutan. 4) Meningkatkan pengakuan profesional. Tujuan Program Profesi Tujuan Pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa melalui penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan secara komprehensif, sehingga memiliki kemampuan profesional sebagai berikut : 1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik dan ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. 2. Melaksanakan asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai masalah yang kompleks secara tuntas melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan kemampuannya serta berlandaskan etika profesi keperawatan. 3. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggung jawab dengan menunjukkan sikap kepemimpinan. 2.3.2 Tahapan Pencapaian Kompetensi Tahapan untuk mencapai kompetensi Program Pendidikan Ners di STIKES RS Baptis Kediri, dibagi menjadi 4 tahap : Tahap 1 : Mengembangkan perilaku, ilmu-ilmu dasar dan pengantar Keperawatan. Tahap 2 : Dasar- dasar Keperawatan. Tahap 3 : Keperawatan Klinik dan komunitas. Tahap 4 : Keperawatan klinik dan komunitas pada kasus yang komplek, manajemen dan riset keperawatan. Keempat tahap tersebut diselesaikan selama program akademik untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.). Kompetensi yang harus dicapai pada Program Profesi adalah melaksanakan praktik Keperawatan professional secara komprehensif. Gelar yang diperoleh pada tahap profesi adalah Ners (Ns.). 4 BAB 3 KEBIJAKAN SPMI STIKES RS BAPTIS KEDIRI 3.1 Ruang Lingkup Kebijakan Mutu: Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) mencakup semua aspek penyelenggaraan pada pendidikan tinggi. Kebijakan SPMI STIKES RS Baptis Kediri dengan fokus utama pada aspek pembelajaran dengan menyelenggarakan program pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional tanpa meninggalkan aspek Tridharma Perguruan Tinggi yang lain meliputi penelitian dengan menghasilkan penelitian yang berkualitas dan berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu serta pembelajaran. Sedangkan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan konstribusi secara langsung dengan membantu memecahkan masalah di masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan keperawatan dan teknologi. Kebijakan dalam pengembangan STIKES RS Baptis Kediri secara berkelanjutan dilakukan dalam upaya mewujudkan visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang telah terintegrasi dalam sistem penjaminan mutu. Oleh karena itu lingkup kebijakan penjaminan mutu di STIKES RS Baptis Kediri mencakup baik aspek akademik dan non akademik yang berjalan secara berkesinambungan untuk memberikan kepuasan terhadap stakeholders. 3.2 Perjalanan Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Awal mula penerapan sistem penjaminan mutu di STIKES Baptis Kediri dengan membentuk Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan Surat Keputusan Nomor 544/28/X/STIKES/RSB/2008 dan mengangkat Ketua Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri dengan Surat Keputusan Nomor 410/28/X/STIKES/RSB/2008. Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah menghasilkan berbagai dokumen, antara lain Dokumen akademik, Dokumen mutu, Standar Operasional Prosedur, Buku Panduan Pendidikan. dan telah melaksanakan evaluasi dengan penyebaran angket kepada mahasiswa. Dalam perjalanannya Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri membentuk Tim Penjaminan Mutu, Monitoring dan Evaluasi Internal STIKES RS Baptis Kediri dengan Surat Keputusan Nomor 016/10/I/SK.Ketua/STIKES/RSBK/2011. Tim ini melaksanakan monitoring dan evaluasi melalui penyebaran angket kepada mahasiswa dan tracer study kepada alumnus dan stakeholders yang dimiliki oleh STIKES RS Baptis Kediri. Selanjutnya, Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri berubah nama menjadi Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri dengan Surat Keputusan Nomor 761a/23/V/STIKES/RSBK/2011. Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah melaksanakan evaluasi eksternal melalui Akreditasi BAN-PT pada tanggal 6-8 Oktober 2011 untuk Program Studi Keperawatan Diploma III dan pada tanggal 20-22 Oktober 2011untuk Program Studi Keperawatan S-1, sehingga baik Program Studi Keperawatan Diploma III dan S-1 STIKES RS Baptis Kediri telah terakreditasi BAN-PT melalui SK BAN-PT No.023/BAN-PT/AK-XI/Dpl-III/XI/2011 dan SK BAN-PT No.040/BAN-PT/AKXIV/S1/XII/2011. Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri sampai saat ini terus melegkapai dokumen-dokumen mutu dan telah meninjau ulang dokumen yang telah ada baik dokumen kebijakan, manual mutu, standar mutu, SOP, serta formulir/borang dari masing-masing standar yang berlaku di STIKES RS Baptis Kediri. 3.3 Pihak-Pihak yang Terkait Kebijakan: Pihak pihak yang terkait kebijakan mutu ini terdiri dari unsur pimpinan yaitu Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan Pembantu Ketua I Bidang Akademik, Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan, 5 Biro Penjaminan Mutu, Program Studi Keperawatan S-1, Program Studi Diploma III dan Unit kerja akademik dan non akademik, dengan melibatkan seluruh sivitas akademika. 3.4 Istilah dan Definisi: 1. Kebijakan: adalah pernyataan tertulis yang menjelaskan pemikiran, sikap, pandangan dari institusi tentang sesuatu hal. 2. Kebijakan SPMI: adalah dokumen tertulis yang berisi garis besar penjelasan tentang pemikiran, sikap, pandangan tentang SPMI sehingga terwujud budaya mutu di perguruan tinggi. 3. Manual SPMI: dokumen tertulis berisi petunjuk praktis mengenai cara, langkah atau prosedur tentang bagaimana SPMI dilaksanakan, dievaluasi dan ditingkatkan mutunya secara berkelanjutan oleh semua pihak yang bertanggung jawab. 4. Standar SPMI: dokumen tertulis berisi kriteria, patokan, ukuran, spesifikasi, mengenai sesuatu yang harus dicapai /dipenuhi. 5. Manual prosedur atau SOP adalah sebagai prosedur atau metode untuk menjalankan semua yang tertulis dalam kebijakan mutu, standar mutu dan manual mutu agar tujuan akhir dari SPMI tercapai. 6. Evaluasi Diri: kegiatan setiap unit kerja secara periodik untuk memeriksa, menganalisis, dan menilai kinerjanya sendiri selama kurun waktu tertentu untuk mengetahui kelemahan dan kekurangannya. 7. Audit SPMI: kegiatan rutin setiap akhir tahun akademik yang dilakukan oleh auditor internal untuk memeriksa pelaksanaan SPMI dan mengevaluasi apakah seluruh standar SPMI telah dicapai atau dipenuhi oleh setiap unit kerja. 8. BPM adalah Biro Pemjaminan Mutu yang berada ditingkat Institusi dan bertanggung jawab kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri yang bertugas untuk mengkoordinir, memfasilitasi dan menggerakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penjaminan mutu STIKES RS Baptis Kediri secara internal. 3.5 Rincian Kebijakan Mutu: Seluruh sivitas akademika STIKES RS Baptis Kediri berkeyakinan bahwa SPMI bertujuan untuk : 1. Menjamin bahwa setiap layanan pendidikan kepada mahasiswa dilakukan sesuai standar yang ditetapkan, sehingga apabila diketahui bahwa standar tersebut tidak bermutu atau terjadi penyimpangan antara kondisi riil dengan standar akan segera diperbaiki; 2. Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, khususnya stakeholders, tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar yang ditetapkan; 3. Mengajak semua pihak dalam institusi untuk bekerja mencapai tujuan dengan berpatokan pada standar dan secara berkelanjutan berupaya untuk meningkatkan mutu. 3.6 Manajemen Kendali Mutu dalam SPMI . PDCA PDCA PDCA 6 Beberapa prinsip yang harus melandasi pola pikir dan pola tindak semua pelaku manajemen kendali mutu berbasis PDCA adalah: 1. Quality first:Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus memprioritaskan mutu; 2. Stakeholder-in:Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus ditujukan pada kepuasan stakeholders; 3. The next process is our stakeholders: Setiap orang yang melaksanakan tugas dalamproses pendidikan tinggi, harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholder-nya yang harus dipuaskan; 4. Speak with data: Setiap orang pelaksana pendidikan tinggi harus melakukan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa; 5. Upstream management: Semua mengambil keputusan di dalam proses pendidikan tinggi dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif. Manajemen kendali mutu dalam SPMI di STIKES RS Baptis Kediri Penentuan Standar mutu Audit butir mutu Ya Kesenjangan standar mutu dan hasil Identifikasi action untuk memenuhi standar mutu Laksanakan action tersebut Tidak Gabungkan pada proses PDCA berikutnya Evaluasi standar mutu kaizen SPMI di STIKES RS Baptis Kediri dirancang, dilaksanakan, dan ditingkatkan mutunya secara berkelanjutan dengan berdasarkan pada model PDCA (Plan, Do, Check, Action). Dengan model ini, maka STIKES RS Baptis Kediri akan menetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai melalui strategi dan serangkaian aktivitas yang tepat. Kemudian terhadap pencapaian tujuan melalui strategi dan aktivitas tersebut akan selalu dimonitor secara berkala, dievaluasi, dan dikembangkan kearah yang lebih baik secara berkelanjutan. Dengan model manajemen PDCA, maka setiap unit dalam lingkungan STIKES RS Baptis Kediri secara berkala harus melakukan proses evaluasi diri untuk menilai kinerja unitnya sendiri dengan menggunakan standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil 7 evaluasi diri dilaporkan kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri, Kaprodi, Ka.Biro dan pimpinan unit, dan seluruh staf pada unit bersangkutan. Terhadap hasil evaluasi diri, Ketua STIKES RS Baptis Kediri akan membuat keputusan tentang langkah atau tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu. Melaksanakan SPMI dengan model manajemen PDCA juga mengharuskan setiap unit dalam institusi bersikap terbuka, kooperatif, dan siap untuk diaudit atau diperiksa oleh tim pemeriksa yang ditunjuk oleh Ketua STIKES RS Baptis Kediri yang telah mendapat pelatihan khusus tentang audit SPMI. Audit yang dilakukan setiap akhir tahun akademik akan direkam dan dilaporkan kepada pipinan unit dan institusi, untuk kemudian diambil tindakan tertentu berdasarkan hasil temuan dan rekomendasi dari tim pemeriksa. Semua proses di atas dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pendidikan tinggi pada institusi terjamin mutunya, dan bahwa SPMI STIKES RS Baptis Kediri juga selalu dievaluasi untuk menemukan kekuatan dan kelemahannya sehingga dapat dilakukan perubahan ke arah perbaikan secara berkelanjutan. Hasil pelaksanaan SPMI dengan basis model manajemen PDCA adalah kesiapan semua program studi di STIKES RS Baptis Kediri untuk mengikuti proses akreditasi atau penjaminan mutu eksternal baik oleh BAN-PT ataupun lembaga akreditasi lain yang kredibel. 3.7 Strategi SPMI STIKES RS Baptis Kediri: Strategi STIKES RS Baptis Kediri di dalam melaksanakan SPMI adalah : 1. Melibatkan secara aktif semua civitas akademika sejak tahap perencanaan hingga tahap evaluasi dan tahap pengembangan SPMI. 2. Melibatkan organisasi profesi, alumni, dunia usaha dan pemerintahan sebagai pengguna lulusan, khususnya pada tahap penetapan standar SPMI. 3. Melakukan pelatihan secara terstruktur dan terencana bagi para dosen dan staf admnistrasi tentang SPMI, dan secara khusus pelatihan sebagai pemeriksa internal. 4. Melakukan sosialisasi tentang fungsi dan tujuan SPMI kepada para pemangku kepentingan secara periodik. 5. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan bahwa sejak tahun 2012 seluruh unit kerja akademik dan nonakademik harus melaksanakan SPMI dalam setiap aktivitasnya. 6. Agar pelaksanaan SPMI pada semua unit dapat berjalan lancar dan terkoordinasi secara efektif, maka STIKES RS Baptis Kediri membentuk Biro Penjaminan Mutu yang bertugas untuk menyiapkan, merencanakan, merancang, menetapkan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan mengembangkan SPMI. 3.8 Kebijakan Akademik 1. Pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri diarahkan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional, berkepribadian, dengan berdasar kasih Tuhan Yesus. 2. STIKES RS Baptis Kediri mensyaratkan pengelolaan pendidikan yang senantiasa melakukan peningkatan mutu secara berkesinambungan. Peningkatan mutu ini dilakukan dengan selalu menjaga terpeliharanya siklus pengelolaan pendidikan tinggi yang lengkap dan sesuai dengan harapan masyarakat. 3. Pengembangan program pendidikan hendaknya mengacu pada rencana strategis STIKES RS Baptis Kediri dan selalu disertai dengan inovasi terhadap metode dan substansi pembelajaran serta peningkatan infrastruktur, perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan. 4. Pelaksanaan pendidikan di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri dirancang dengan mempertimbangkan pergeseran paradigm pendidikan yang semula lebih fokus pada dosen (teacher oriented) ke fokus pada peserta didik (student oriented). Porsi pembelajaran yang berbasis kompetensi hedaknya ditingkatkan secara berkelanjutan. 5. Evaluasi terhadap program pendidikan harus dilakukan secara sistematik, terstruktur, periodik dan berkesinambungan dengan menggunakan alat ukur yang dapat diterima dalam rangka perkembangan STIKES RS Baptis Kediri. 8 6. Peningkatan mutu pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri didasarkan pada 3 pilar kebijakan pengembangan proses pembelajaran yaitu: (1) Materi pembelajaran lebih didekatkan dengan persoalan nyata, melatih identifikasi persoalan dan strategi penyelesaian; (2) Dorongan pemanfaatan optimal teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia; (3) Berbagai inovasi yang membuka akses peningkatan kreativitas. 7. Kebijakan mutu ini harus dipahami oleh seluruh sivitas akademika, sehingga dapat memberikan sumbangsih terhadap pencapaiannya. 3.9 Organisasi Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri Organisasi penjaminan mutu akademik di tingkat institusi terdiri atas, Pimpinan STIKES RS Baptis Kediri dan Biro Penjaminan Mutu (BPM) dengan uraian sebagai berikut: 1. Ketua STIKES RS Baptis Kediri bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta pembinaan tenaga akademik, tenaga administrasi, dan mahasiswa. Ketua STIKES RS Baptis Kediri bertanggung jawab atas terjaminnya mutu akademik dan non akademik. Dalam mengemban tanggungjawabnya, Ketua STIKES RS Baptis Kediri dibantu oleh Pembantu Ketua Bidang Akademik (PUKET I), Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PUKET II) dan Bidang Kemahasiswaan. (PUKET III). 2. Pembantu Ketua I, II, dan III yang mempunyai tugas: (1) Mengkoordinir penyusunan dokumen mutu berupa, Standar Mutu, Prosedur Kerja (SOP), Instruksi Kerja dan Formulir yang relevan. (2) Mengkoordinir, dan Memonitor pelaksanaan Standar mutu, dan SOP dilingkup kerjanya masing-masing, (3) Melaksanakan evaluasi pencapaian standar sesuai tugas yang diberikan oleh Ketua STIKES. (4) Mengikuti rapat-rapat rutin dan telaahan pimpinan dalam rangka perbaikan berkelanjutan. (5) Bekerjasama dengan pihak terkait. 3. Ketua BPM mempunyai tugas: (1) Menyelenggarakan pelatihan, konsultasi, pendampingan dan kerjasama di bidang penjaminan mutu. (2) Merencanakan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik di STIKES RS Baptis Kediri; (3) Mengkoordinir penyusunan dan mengendalikan dokumen yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik meliputi;Kebijakan mutu, Manual mutu,SOP, Instruksi Kerja dan Formulirformulir yang selaras dengan budaya mutu di STIKES RS Baptis Kediri. (4) Mengkoordinir pelaksanaan monitoring sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik; (5) Mengkoordinir pelaksanaan audit dan evaluasi pelaksanaan sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik; Melaporkan pelaksanaan sistem penjaminan mutu kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri. BPM mempunyai lingkup kerja mencakup semua program studi, dan Unit Kerja di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua BPM dibantu oleh Sekretaris, Unit Audit, Perbaikan dan Standarisasi, dan Unit Pengendalian Dokumen Mutu. 4. Bidang Audit, Perbaikan dan Standarisasi, mempunyai tugas: (1) Menyusun manual mutu meliputi; penetapan standar, pelaksanaan, pengendalian dan peningkatan standar. (2) Menyusun SOP penetapan standar, pelaksanaan, pengendalian dan peningkatan standar. (3) Menyusun instruksi kerja dan formulir yang relevan di BPM. (4) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan manual dan standar mutu. (5) Melakukan perbaikan standar secara berkelanjutan. 9 (6) Mengikuti rapat-rapat teknis. (7) Kerjasama dengan pihak terkait. 5. Bidang Pengendalian Dokumen Mutu mempunyai tugas: (1) Menyusun standar pengelolaan dokumen mutu di BPM. (2) Menyusun SOP pengendalian dokumen mutu. (3) Merencanakan kebutuhan dokumen mutu untuk unit kerja. (4) Memfasilitasi kebutuhan dokumen mutu seluruh unit kerja. (5) Mengatur penyimpanan dokumen mutu. (6) Mengendalikan keluar-masuk dokumen mutu. (7) Mengatur penghapusan dokumen mutu. (8) Mengikuti rapat-rapat teknis. (9) Kerjasama dengan pihak terkait. 10 BAB 4 KEBIJAKAN MUTU STIKES RS Baptis Kediri berkomitmen untuk melaksanakan sistem penjaminan mutu yang mendukung dan menjamin terlaksananya kebijakan mutu serta mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan mutu secara terus menerus, dan secara konsisten memenuhi atau melampaui semua persyaratan stakeholders melalui komitmen terhadap mutu antara lain: (1) Taat pada semua persyaratan sistem mutu, (2) Melaksanakan proses perbaikan berkesinambungan pada mutu dan bertanggungjawab sosial serta moral dengan dukungan dan keterlibatan seluruh sivitas akademika dan (3) Tanggungjawab pelaksanaan dan pemeliharaan kebijakan mutu terletak pada seluruh sivitas akademika. 4.1 Komitmen Kebijakan Mutu Komitmen dalam melaksanakan kebijakan mutu: 1. STIKES RS Baptis Kediri sebagai sekolah tinggi ilmu kesehatan yang bermutu, bertekad menghasilkan lulusan yang berkualifikasi tinggi dan siap terap. 2. Berkualifikasi tinggi artinya lulusan STIKES RS Baptis Kediri diharapkan mempunyai kemampuan komprehensif sesuai bidang studi yang dipelajari dan mempunyai kompetensi profesional dalam keperawatan. 3. Siap terap artinya lulusan STIKES RS Baptis Kediri diharapkan terampil melaksanakan asuhan keperawatan dan kompetensi profesional dalam keperawatan. 4.2 Nilai dan Keyakinan Inti Nilai dan Keyakinan inti terwujud didalam budaya mutu. Budaya mutu secara sederhana memiliki arti sebuah budaya dalam suatu kesatuan dari karakteristik yang melekat dimana telah memenuhi persyaratan. Sedangkan budaya mutu di STIKES RS Baptis Kediri memadukan seluruh keluarga besar STIKES RS Baptis Kediri sesuai dengan peran dan fungsinya dalam memenuhi kepuasan pelanggannya. Adapun budaya mutu yang terwujud di STIKES RS Baptis Kediri antara lain: 1. Percaya pada Tuhan (trust in God) 2. Perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement) 3. Penggunaan tolok ukur (benchmarking) 4. Segalanya harus tuntas (sense of closure) 5. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan (sense of belonging) Dalam penerapan sehari-hari, kelima aspek budaya mutu tersebut dijabarkan ke dalam tata nilai yang mendorong sifat-sifat konsistensi, jujur, terbuka, adil, berani, dan bertanggungjawab melalui ethos kerja dengan perwujudan: 1. Memberi teladan dan komitmen. 2. Saling menghormati dan menghargai. 3. Berkomunikasi dangan baik. 4. Memberikan penghargaan kepada setiap pribadi. 5. Mengembangan diri dan orang lain. 4.3 Moto STIKES RS Baptis Kediri Professional, High Quality, Honesty 11 BAB 5 STANDAR ISI/KURIKULUM 5.1 Pendahuluan Standar Isi/Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam Perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan Standar Isi/Kurikulum terlebih dahulu berpedoman pada perundang-undangan yang mengatur, atau yang relevan dengan Standar Isi/Kurikulum. Peraturan mengenai Standar Isi/Kurikulum tersebut adalah (1) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), khususnya Pasal 5, 9, 15, 17 ayat (4), dan 18. (2) Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dan (3). Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 5, disebutkan bahwa Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi memuat kerangka dasar dan stuktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Sedangkan pasal 9 menyatakan (1) Kerangka dasar dan stuktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan untuk tiap program studi (2). Kurikulum tersebut wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, (3). Khusus untuk program sarjana dan diploma harus memuat mata kuliah yang yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah statistika, dan/ atau matematika, dan (4). Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum Pendidikan Tinggi untuk setiap program studi dikembangkan, diatur, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi masing masing dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Hal yang mendasari orientasi kurikulum dan luaran perguruan tinggi adalah sebagai berikut: (1) adanya kurikulum yang disarankan oleh UNESCO (The International Comission on Education for the 21st Century) agar lulusan mempunyai kemampuan belajar sepanjang hayat (life long learning). Kemampuan ini dapat dicapai apabila didukung dengan empat pilar kemampuan yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together, (2) adanya persyaratan yang dituntut dari dunia kerja yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan (melakukan analisis dan sintesis, penguasaan teknologi informasi, kemampuan berkomunikasi dan keterampilan minimal dalam dua bahasa), sikap (kepemimpinan dan bekerja dalam group) dan pengenalan sikap terhadap pekerjaan terkait (terlatih dalam etika kerja, memaknai globalisasi, fleksibel terhadap pilihan pekerjaan), (3) adanya usaha penyepadanan terhadap persyaratan kerja, belajar sepanjang hayat, kurikulum inti dan institusional. Selanjutnya dengan diberlakukannya SK Mendiknas No. 232/U/2000 dan SK Mendiknas No. 045/U/2002 tersebut, masing-masing perguruan tinggi wajib menetapkan standar mutu kurikulum dan manajemen kurikulumnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-masing yang dimilikinya dan menjamin bahwa proses pembelajaran dan lulusannya sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pedoman-pedoman diatas yang mendasari STIKES RS Baptis Kediri dalam menerapkan penjaminan mutu khususnya dalam penyusunan Standar Isi/ Kurikulum. 5.2 Penetapan Standar Isi/Kurikulum Standar Isi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan kurikulum maka untuk memperjelas maksud Standar Isi maka perlu dituliskan definisi kurikulum. Dalam SK Mendiknas No. 232/U/2000 Pasal.1 butir 6 bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar diperguruan tinggi. 12 Kurikulum dipahami sebagai dokumen dan sebagai kegiatan nyata pendidikan tinggi yang menjadi dasar penyelenggaraan program studi. Kurikulum tersebut tersusun atas dua hal yaitu: 1. Kurikulum Inti yang mencirikan kompetensi utama. 2. Kurikulum Institusional yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan tinggi, komplementer dengan Kurikulum Inti, disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan (SK Mendiknas No. 232/U/2000 Pasal 7). Kurikulum disusun berdasarkan atas elemen elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method of inquiry diantaranya adalah suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan pilihan jalan berkehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang hayat (learning to learn dan learning throughout of life). Proses penetapan Standar Isi dilakukan secara berjenjang dimulai di tingkat institusi yaitu STIKES RS Baptis Kediri dan tingkat program studi. Penetapan standar mutu di tingkat yang lebih rendah perlu mengacu kebijakan standar mutu ditingkat yang lebih tinggi dan terus dilakukan penyempurnaan, sehingga standar mutu tersebut menjadi sesuai untuk masingmasing unit kerja. Standar Isi STIKES RS Baptis Kediri secara deduktif merupakan penjabaran visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan secara induktif merupakan pemenuhan kebutuhan stakeholders dari STIKES RS Baptis Kediri. Dalam proses penetapan Standar Isi, tim atau satuan tugas Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah memetakan dan merumuskan secara lebih detil substansi dari Standar Isi, baik yang secara minimal telah diatur oleh Pemerintah melalui Standar Nasional Pendidikan seperti disebut di atas, ataupun substansi Standar Isi yang melebihi standar minimal menurut Standar Nasional Pendidikan yang telah dipetakan sebagai berikut. 5.2.1 Substansi Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 1. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, pada program sarjana dan diploma. 2. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi program sarjana dan diploma wajib memuat mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta mata kuliah Statistika. 5.2.2 Substansi Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) 1. Beban sks minimal dan maksimal program pendidikan pada pendidikan tinggi dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. 2. Kalender akademik untuk perguruan tinggi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. 5.2.3 Substansi Standar Isi yang perlu ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri 1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum STIKES RS Baptis Kediri dikembangkan oleh STIKES RS Baptis Kediri untuk setiap program studi. 2. Dalam mengembangkan kerangka dasar dan struktur kurikulum, STIKES RS Baptis Kediri perlu melibatkan asosiasi profesi, instansi pemerintah terkait, dan kelompok ahli yang relevan. 3. Kurikulum STIKES RS Baptis Kediri kedalaman muatannya diatur oleh STIKES RS Baptis Kediri. 4. Beban SKS efektif diatur oleh STIKES RS Baptis Kediri. 13 5. Kurikulum tingkat pendidikan untuk setiap program studi di STIKES RS Baptis Kediri dikembangkan dan ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan. 5.3 Pemenuhan Standar Isi/Kurikulum 5.3.1 Kegiatan Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri Pemenuhan Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan kurikulum di tingkat institusi yang sesuai dengan visi, misi dan nilai nilai luhur STIKES RS Baptis Kediri serta mengacu pada substansi Standar Isi Standar Nasional Pendidikan. Kebijakan tersebut antara lain memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, kedalaman muatan kurikulum, dan beban SKS efektif. 2. Pengelola Program Studi menetapkan kebijakan kurikulum di tingkat Program Studi dengan mengacu pada kebijakan kurikulum tingkat institusi dan mengakomodasikan visi dan misi Prodi. 3. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri dan Program Studi menetapkan tim tracer study untuk melakukan studi pelacakan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders, yang terdiri atas: (1) Kebutuhan Instansi: persyaratan dari lapangan kerja terhadap tingkat pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi dari lulusan. (2) Kebutuhan Masyarakat :persyaratan tentang peran dan tangggungjawab lulusan, serta dampak ilmu dan teknologi pembangunan masyarakat. (3) Kebutuhan Profesional: persyaratan tentang kompetensi lulusan yang ditetapkan organisasi profesi, dan kriteria program pendidikan menurut organisasi profesi. Studi pelacakan ini dimaksudkan untuk melibatkan asosiasi profesi, instansi pemerintah terkait maupun swasta, dan kelompok ahli yang relevan dalam penyusunan kurikulum. 4. Program studi membentuk tim kurikulum untuk melaksanakan kegiatan penyusunan kurikulum. 5. Tim atau satuan tugas melakukan pemetaan dan merumuskan substansi Standar Isi minimum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dan yang melampaui Standar Nasional Pendidikan. 6. Rumusan substansi didiskusikan tim kurikulum yang relevan dengan Standar Isi atau dilakukan diskusi atau lokakarya. 7. Bila rumusan tersebut dirasakan sudah baik selanjutnya disampaikan kepada Pengelola STIKES RS Baptis Kediri untuk mendapat persetujuan dan pelaksanaan. 8. Biro Penjaminan Mutu melakukan penyusunan dokumen mutu implementasi Standar Isi (penyusunan manual mutu, manual prosedur, instruksi kerja, dan bor ng). 9. Setelah persetujuan dan pengesahan Standar Isi oleh Pengelola STIKES RS Baptis yang berlaku internal di STIKES RS Baptis Kediri. Dengan demikian, standar mutu tersebut masuk pada tahap pelaksanaan atau implementasi. 10. Sosialisasi Standar Isi pada internal stakeholders. 11. Kegiatan implementasi Standar Isi dokumen mutu. 14 Tabel 1. Standar Isi yang Ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri Sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan melampaui Standar Nasional Pendidikan Standar Isi Suatu Prodi Standar Isi Suatu Prodi diluar Standar Nasional sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Pendidikan No Sub Kriteria No Sub Kriteria 1 Struktur kurikulum 1 Kesesuaian kurikulum dengan visi dan misi program studi. 2 Cakupan kurikulum 2 Ketersediaan peta kurikulum . 3 Relevansi kurikulum 3 Urutan (sequence) mata kuliah di dalam peta kurikulum . 4 Deban kredit kurikulum 4 Urutan (sequence) pelaksanaan mata kuliah di dalam kurikulum dibandingkan peta kurikulum . 5 Integrasi kurikulum 5 Kesesuaian keahlian dosen dengan mata kuliah yang diajarkan . 6 Fleksibilitas 6 Relevansi peninjauan kurikulum . 7 Fleksibilitas mata kuliah pilihan . 8 Kesesuaian keahlian dosen dengan matakuliah yang diajarkan . 9 Kesesuaian praktikum . 10 Kecukupan modal praktikum . 5.3.2 Kriteria dan Indikator Standar Isi/Kurikulum STIKES RS Baptis Kediri Standar mutu kurikulum yang dimaksud mencakup mutu kurikulum, mutu manajemen kurikulum, mutu mahasiswa dan mutu proses pembelajaran. Standar mutu kurikulum terdiri dari landasan ideal kurikulum STIKES RS. Baptis Kediri, spesifikasi program studi dan komponen kurikulum. Standar mutu manajemen kurikulum terdiri dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, pengawasan mutu kurikulum dan peninjauan kurikulum. Sedangkan standar mutu mahasiswa mencakup: mahasiswa sebagai input, penilaian mahasiswa dan dukungan terhadap mahasiswa. Standar mutu proses pembelajaran mencakup: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar dan proses pembelajaran. 5.4 Pengendalian Standar Isi/Kurikulum Pengendalian Standar Isi/Kurikulum oleh STIKES RS Baptis Kediri sebagai rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan, penyempurnaan, atau peninjauan kurikulum, sehingga menghasilkan dokumen kurikulum dan rencana pelaksanaannya tertuang dalam kalender akademik. Dalam Statuta Bab VI tentang Kurikulum Pendidikan Akademik STIKES RS. Baptis Kediri ditentukan bahwa: 1. Kurikulum harus mendorong pencapaian hasil belajar yang diinginkan berupa pengetahuan dan pemahaman, keahlian kognitif, keahlian khusus (termasuk keahlian praktis/profesional), keahlian yang dapat ditransfer, kebutuhan untuk pekerjaan dan/atau studi lanjut, serta pengembangan kepribadian. 2. Kurikulum dievaluasi secara teratur dalam kurun waktu 3-5 tahun oleh Senat Akademik STIKES RS. Baptis Kediri. 15 Diagram Alir Kegiatan Peninjauan Kurikulum MÁSUKAN Pernyataan Misi Kebutuhan Industri Kebutuhan Masyarakat Kebutuhan Profesional TAHAPAN PROSES I PENDEFINISIAN MASALAH Tujuan Pendidikan dan Kompetensi Lulusan Domain Ilmu Pengetahuan Karakteristik Mahasiswa Badan Akreditasi Sumberdaya Cara Belajar Mengajar II PENSTRUKTURAN DAN PENGORGANISASIAN KURIKULUM Struktur Kurikulum pada Tingkat Makro dan Rinci Badan Penasehat Penguji dari Luar Umpan Balik Pengguna Hasil Pencapaian Mahasiswa (asessment) III IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Hasil Asessment Hasil Survei Evaluasi Diri 5.4.1 Implementasi Pengendalian Standar Isi/Kurikulum Dalam implementasi dokumen Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri dapat dilakukan dalam dua kegiatan yaitu: 1. Pengendalian standar melalui evaluasi penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan setiap akhir semester (arah panah evaluasi ke tahapan proses II). 2. Pengendalian standar melalui evaluasi peninjauan kurikulum yang dilakukan 4 atau 5 tahun sekali atau setelah dihasilkan lulusan (arah panah evaluasi ke tahapan proses I). 16 Manajemen Pengendalian Standar Isi Kegiatan Perumusan Standard Mutu Prodi: Misi dan Visi Prodi,Spesifikasi Prodi dan Kompetensi Lulusan, kurikulum. Penanggung Jawab Ka.Prodi dan disyahkan rapat Prodi. Bila diperlukan dibentuk Tim perumus Pemenuhan Standar Kegiatan Akademik dan Penunjang: 1. Kegiatan perkuliahan, Kerja Praktek, Penelitian mahasiswa dan Tugas Akhir. 2. Kegiatan kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat. 3. Kegiatan co-kurikuler: success skill training, personal development programs, career workshop dll. Ka. Prodi/Sek. Prodi Pengendalian Standar Evaluasi Penyempurnaan Kurikulum Pengendalian Standar Evaluasi Peninjauan Kurikulum Sek.Prodi/Bidang Bidang Bidang Sek. Prodi/ Dosen/Mahasiswa Badan penasehat, Penguji dari luar, Alumni, Pengguna, Mahasiswa 5.4.2 Manajemen Pengendalian Standar Isi Melalui Evaluasi Penyempurnaan Kurikulum STIKES RS Baptis Kediri melakukan evaluasi penyempurnaan dokumen kurikulum atau Standar Isi secara terus menerus selama kurun waktu penggunaan kurikulum tersebut. Umumnya dilakukan pada setiap akhir semester, sehingga hasil penyempurnaan dokumen kurikulum dapat diterapkan pada semester berikutnya. Evaluasi penyempurnaan dokumen kurikulum dilakukan secara bersamaan dengan evaluasi mutu proses pebelajaran yang dilakukan secara internal oleh pengurus program studi, dosen, dan mahasiswa. Untuk itu evaluasi penyempurnaan dokumen kurikulum atau Standar Isi dilakukan melalui evaluasi hasil pembelajaran dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil pembelajaran disebut juga evaluasi substantif, tes, atau pengukuran hasil belajar. Adapun evaluasi proses pembelajaran dikenal sebagai evaluasi manajerial. Evaluasi pembelajaran sebagai proses sirkuler tidak hanya berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa, tetapi juga berfungsi untuk senantiasa meningkatkan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian Pendidikan. 5.4.3 Manajemen Pengendalian Standar Isi Melalui Evaluasi Peninjauan Kurikulum Evaluasi peninjauan dokumen kurikulum atau Standar Isi dilakukan STIKES RS Baptis Kediri pada waktu tertentu yaitu setiap 5 tahun, atau setelah dampak dari implementasi kurikulum tersebut dapat diketahui, atau bila terjadi perubahan tuntutan stakeholders yang 17 mengharuskan program studi meninjau kurikulumnya. Dalam evaluasi peninjauan kurikulum perlu dilibatkan stakeholders secara eksternal atau internal. Oleh karena itu dalam evaluasi ini diperlukan kegiatan tracer study. Pada kegiatan ini program studi perlu menyiapkan atau memiliki hal hal seperti: 1. Dokumen proses penilaian yang mampu memperlihatkan bagaimana tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dapat diukur dan dicapai. 2. Perangkat atau mekanisme yang mampu meyakinkan bahwa hasil penilaian yang digabungkan dengan hasil survey, sungguh dapat digunakan/dioperasikan sebagai bukti pada system perbaikan standar isi secara berkelanjutan. Hasil penilaian dan hasil survey untuk peninjauan kurikulum antara lain evaluasi diri, komentar penguji dari luar, umpan balik dari mahasiswa, okmentar alumni, kepuasan stakeholders dan hasil akreditasi. 5.5 Peningkatan Standar Isi/Kurikulum Dalam Peningkatan standar Isi/kurikulum terus diupayakan oleh STIKES RS Baptis Kediri agar substansi Standar Isi dapat melampaui SNP Salah satu cara sederhana dan praktis dalam perumusan substansi Standar Isi yang melampaui SNP dapat dilakukan dengan cara memperhatikan dua aspek tersebut dan merujuk pada Standar Penjaminan Mutu Eksternal (akreditasi atau sertifikasi). Tim yang ditunjuk melakukan pencermatan substansi yang sesuai dengan visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan kebutuhan stakeholders. Peningkatan Standar Isi dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan STIKES RS Baptis Kediri tersebut tetapi terprogram dengan baik. Penjaminan mutu kurikulum adalah segala upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu kurikulum yang dilakukan oleh institusi pendidikan secara terus menerus dan berkesinambungan. Penjaminan mutu kurikulum ditandai dengan adanya kegiatan evaluasi internal dan tindakan penyempurnaan dan pengembangan kurikulum, sedangkan kegiatan evaluasi eksternal dimaksudkan untuk keperluan akreditasi (pengakuan terhadap mutu perguruan tinggi sebagai wujud akuntabilitas pada para stakeholders). Kegiatan ini harus dilakukan oleh institusi pendidikan secara terstruktur dan terencana dengan baik yang terdiri atas Perencanaan (plan), Pelaksanaan/Implementasi (do), Evaluasi (check) serta Penyempurnaan dan Pengembangan (action). 18 BAB 6 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN 6.1 Pendahuluan Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik terhadap materi kuliah. Dalam meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran yang berbasis kompetensi, maka perlu standar dalam proses belajar mengajar, sehingga pelaksanaan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target yang diinginkan. Standar proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri terdiri berbagai komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterrelasi. Komponen-komponen tersebut adalah dosen, mahasiswa, tujuan pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran. Dosen sebagai komponen yang sangat menentukan dalam implementasi strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian dosen dalam menggunakan metode atau strategi pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan pada STIKES RS Baptis Kediri sebagai pengikat segala aktivitas dosen dan mahasiswa dimana standar dirumuskan dalam rancangan program pembelajaran. Tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila mahasiswa dapat mencapai tujuan secara optimal sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan serta dapat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh stakeholders. Tujuan pembelajaran juga dapat membantu dosen untuk menentukan dan merancang alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan belajar mahasiswa. 6.2 Penetapan Standar Proses Pembelajaran Standar proses pembelajaran adalah keseluruhan tolok ukur pencapaian minimal pada suatu siklus penjaminan mutu tentang seluruh proses kegiatan pembelajaran pada program studi yang diselenggarakan, serta pengembangannya secara berkelanjutan. Tujuan standar ini adalah menjamin pemenuhan mutu seluruh proses pembelajaran di dalam lingkungan belajar yang kondusif, inspiratif, kreatif yang mampu memotivasi dan meningkatkan kemampuan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan kooperatif secara utuh, menyeluruh dan berkelanjutan. Standar proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri disusun berdasarkan ketentuan normatif peraturan pendangan, visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri, serta kebutuhan stakeholders, terutama tentang kualitas lulusan agar memenuhi kompetensi yang diperlukan oleh stakeholders. Identifikasi kebutuhan stakeholders tentang kualitas lulusan dilakukan dengan survey atau studi pelacakan. 6.2.1 Standar Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri menetapkan dan mengatur beberapa hal sebagai berikut: 1. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat tujuan pembelajaran, kompetensi yang dicapai, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. 2. Jadwal dan tempat perkuliahan. 3. Jadwal pembimbingan akademik. 4. Kalender akademik. Demikian pula halnya dengan dosen, harus merencanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan proses pembelajaran yang telah ditetapkan STIKES RS Baptis Kediri 19 sesuai program studi. Penetapan standar mutu perencanaan proses pembelajaran didasarkan pada: 1. Visi program studi yang diturunkan dari visi STIKES RS Baptis Kediri. 2. Kompetensi relevan yang dibutuhkan stakeholders. 3. Substansi matakuliah, yang sesuai denagn visi dan misi program studi, kebutuhan stakeholders, dan keungulan yang mencirikhaskan program studi. 4. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan tertentu, dengan demikian penyusunan langkah pembelajaran, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. 5. Metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dosen harus dapat menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. 6.2.2 Kegiatan Perencanaan Proses Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan - kegiatan yang harus dilakukan sebelum masa perkuliahan dilakukan (kontrak perkuliahan). Kegiatan tersebut terdiri atas : 1. Menyajikan kompetensi yang akan dicapai. 2. Menyusun materi ajar berdasarkan sistem keilmuan atau skema proses keilmuan. 3. Menyusun jadwal sesusai pokok bahasan dan sub pokok bahasan, termasuk rencana presentasi pengumpulan tugas. 4. Memilih sub pokok bahasan/topik yang dijadikan tugas 5. Membuat diskripsi tugas dan presentasi maupun ujian secara tajam agar kompetensinya tercapai. 6.2.3 Jenis Perkuliahan 1. Praktikum 1) Praktikum adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk/penguasaan ilmu yang dilaksanakan di dalam laboratorium dan mengacu pada materi kuliah atau pokok bahasan yang telah diberikan. Praktikum merupakan salah satu komponen penilaian pada mata kuliah yang bersangkutan. 2) Pedoman penyelenggaraan praktikum: (1) Praktikum dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan, yaitu sama atau di luar waktu perkuliahan bagi mata kuliah yang membutuhkan praktikum. (2) Untuk mata kuliah tertentu pelaksanaan praktikum dilakukan setelah pelaksanaan Ujian Akhir Semester. (3) Penjadwalan praktek diatur oleh kepala laboratorium dan telah berkoordinasi dengan dosen mata kuliah dan diketahui oleh Ketua program studi. (4) Dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, jumlah maksimal per kelompok 4 - 8 mahasiswa. (5) Setiap kelompok berhak mendapatkan 1 unit modul praktikum dan petunjuk pelaksanaan praktikum rinci. (6) Buku petunjuk praktikum diberikan paling lambat 1 minggu sebelum praktek dimulai. (7) Penjelasan materi diberikan dengan media elektronik atau media lain yang menarik, pada pertemuan minggu pertama oleh dosen pembimbing. (8) Praktikum dilaksanakan dengan didampingi dosen pembimbing secara langsung. 3) Persyaratan bagi perserta laboratorium: (1) Persyaratan bagi peserta praktikum mengikuti peraturan yang telah ditentukan. (2) Untuk jenis-jenis praktikum tertentu, diperlukan syarat kelulusan mata kuliah prasyarat. (3) Telah memenuhi persyaratan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 20 4) Instruktur praktikum Instruktur adalah dosen yang membimbing para mahasiswa untuk dapat memahami dan mengikuti prosedur penggunaan berbagai peralatan yang diperlukan dalam praktikum. 5) Evaluasi praktikum Evaluasi diperlukan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa atau kelompok mahasiswa, dan sebagai tanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan itu, maka kepadanya akan diberikan penilaian. 6) Materi praktikum (1) Materi praktikum mengacu pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah ditentukan. (2) Materi praktikum dibuat oleh tim dosen dan berkoordinasi dengan Ketua program studi. 2. Praktek 1) Praktek merupakan salah satu mata kuliah yang mempunyai bobot sks dan tercantum dalam Kurikulum. Praktek adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau penguasaan ilmu yang dilaksanakan di lapangan maupun ruangan dan mengacu pada materi kuliah atau pokok bahasan yang telah diberikan. 2) Pedoman penyelenggaraan (1) Praktek dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. (2) Penjadwalan praktek diatur dosen pembimbing dengan mengetaui Ketua program studi. (3) Dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, jumlah maksimal per kelompok 4 8 mahasiswa. (4) Setiap kelompok berhak mendapatkan 1 (Satu) unit modul praktek dan petunjuk pelaksanaan praktek rinci. (5) Buku petunjuk praktek diberikan paling lambat 1 minggu sebelum praktek dimulai. (6) Penjelasan materi diberikan dengan media elektronik atau media lain yang menarik, pada pertemuan minggu pertama oleh dosen pembimbing. (7) Praktek dilaksanakan dengan didampingi dosen pembimbing. 3) Persyaratan bagi peserta praktek (1) Persyaratan bagi peserta praktek mengikuti peraturan yang telah ditentukan. (2) Untuk jenis-jenis praktek tertentu, diperlukan syarat kelulusan mata kuliah prasyarat. (3) Telah memenuhi persyaratan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Clinical Instructor Clinical Instructor adalah pembimbing yang membimbing para mahasiswa untuk dapat memahami dan mengikuti prosedur penggunaan berbagai peralatan yang diperlukan dalam praktek. 5) Evaluasi praktek Evaluasi diperlukan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa atau kelompok mahasiswa, dan sebagai tanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan itu, maka kepadanya akan diberikan penilaian. 6) Materi praktek (1) Materi praktek mengacu pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah ditentukan. (2) Materi praktek dibuat oleh tim dosen dan berkoordinasi dengan Ketua program studi. 21 3. Perkuliahan Syarat : Telah memenuhi persyaratan akademik dan keuangan dengan sistem pelaksanaan dilaksanakan diruang kelas dan metode pembelajaran sesuai dengan metode yang disepakati (sesuai dengan metode pembelajaran KBK). 4. Tugas Mandiri Tugas mandiri diberikan dan dibimbing oleh dosen kepada mahasiswa berupa penyelesaian soal atau studi kasus lapangan. 5. Tugas Kelompok Tugas kelompok diberikan dan dibimbing oleh dosen kepada beberapa mahasiswa berupa studi kasus lapangan. 6.2.4 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah Student Centered Learning (SCL), atau metode lain yang disesuaikan dengan kondisi mahasiswa, dengan catatan tidak bertentangan dengan asas-asas proses pembelajaran SCL. Peran dosen dalam pelaksanaan pembelajaran SCL antara lain : 1. Sebagai fasilitiator dalam proses pembelajaran. 2. Mengkaji kompetensi mata kuliah yang perlu dikuasi mahasiswa diakhir pembelajaran. 3. Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut mata kuliah. 4. Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-hari. 5. Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensi yang diukur. Sedangkan peran mahasiswa dalam pendekatan pembelajaran Student Centered Learning (SCL), adalah : 1. Mengkaji kompetensi mata kuliah yang dipaparkan dosen. 2. Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen. 3. Membuat rencana pembelajaran untuk mata kuliah yang diikutinya 4. Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintetis, dan evaluasi), baik secara individu maupun kelompok. Berikut ini adalah contoh metode pembelajaran dalam Student Centered Learning (SCL) antara lain: 1. Small Group Discussion Mahasiswa peserta kuliah diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelomok tersebut. Dengan aktivitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar : 1) Menjadi pendengar yang baik 2) Memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif 3) Menghormati perbedaan pendapat 4) Mendukung pendapat dengan bukti 5) Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain). 2. Simulasi Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya untuk mata kuliah aplikasi instrumentasi, mahasiswa diminta untuk membuat rawat inap fiktif, kemudian mahaiswa diminta melakukan hal yang sebagaimana dilakukan oleh perawat sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada kliennya, misalnya melakukan penerimaan pasien baru, dan sebagainya. Simulasi dapat berbentuk : 1) Permainan peran (role play). 2) Simulation exercise and simulation games. Simulasi dapat merubah cara pandang (mindset) mahasiswa, dengan jalan : 22 1) Mempraktekkan kemampuan umum (missal komunikasi verbal & non verbal). 2) Memperbaiki kemampuan khusus 3) Mempraktekkan kemampuan tim 4) Mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) 5) Mengembangkan kemampuan empati 3. Discovery Learning (DL) Adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. 4. Self Directed Learning (SDL) Adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua pikiran dan tindakan yang dilakukannya. Metode pembelajaran Self Direct Learning dapat diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa mestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. 1) Pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat. 2) Kesiapan belajar tahap awal menjadi pembelajar mandiri. 3) Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari sisi mata kuliah. 4) Pengakuan, penghargaan dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan mahasiswa harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan. 5. Cooperative Learning (CL) Adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada dasarnya Cooperative Learning seperti ini merupakan perpaduan antara teacher centered dan student centered learning. Metode ini bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah : 1) Kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa 2) Rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa 3) Kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahassiwa 4) Ketrampilan social mahasiwa. 6. Collaborative Learning (CbL) Adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari tugas dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasar pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok. 7. Contextual Instruksi (CI) Adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotifasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai 23 anggota masyarakat, pelaku professional atau manajerial. Hasil, keterlibatan, pengamatan dan pengkajiannya ini selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas dan menampung saran dan masukan lain dari seluruh anggota kelas. Pada intinya dengan metode ini, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata kuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dengan sangat hati-hati. 8. Project Based Learning(PjBL) Adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan komplek serta tugas dan produk yang dirancang dengan hati-hati. 9. Problem-Based Learning/inquiry (PBL/I) Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian /penggalian informasi inquiry untuk dapat memecahkan masalah. Pada umumnya, terdapat empat hal yang perlu dilakukan mahasiswa dalam metode ini yaitu: 1) Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah dari dosennya. 2) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah. 3) Menata dan mengaitkan data dengan masalah. 4) Menganalisis strategis pemecahan masalah. 6.2.5 Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran Standar mutu pelaksanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri mengatur beberapa hal sebagai berikut: 1. Jumlah mahasiswa maksismal per kelas. 2. Beban mengajar maksimal per dosen. 3. Rasio maksimal buku pelajaran per mahasiswa. 4. Rasio maksimal jumlah mahasiswa untuk setiap dosen. 5. Prasarana dan sarana perkulihan. 6.2.6 Kegiatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Pelaksanaan Perkuliahan 1) Kuliah dilasanakan di kelas yang telah disiapkan oleh Program Studi. 2) Jumlah Mahasiswa maksimum dalam 1 (satu) kelas yang dapat diselenggarakan 40 mahasiswa. 3) Semua peralatan dalam perkuliahan disediakan oleh Program studi. 4) Proses belajar mengajar harus sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh program studi. 5) Perubahan jadwal harus dikoordinasikan dengan program studi, kemudian program studi akan menyusun jadwal baru dan diumumkan secara terbuka. 6) Dosen yang tidak hadir dalam perkuliahan, minimal sehari sebelum perkuliahan agar memberitahukan kepada program studi, serta wajib mengganti jam perkuliahan yang telah ditinggalkan di waktu yang lain. 7) Mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan diwajibkan ada pemberitahuan tertulis yang disampaikan kepada dosen dan program studi. 8) Mahasiswa terlambat masuk kelas bisa mengikuti kuliah atas seijin dosen pengampu. 2. Tempat Perkuliahan Konsekuensi dari penerapan proses pembelajaran KBK maka tempat pelaksanaan proses pembelajar harus disesuaikan dengan keperluan, misalnya Kelas 1) Ruangan minimal 2m2/mahasiswa. 2) Dilengkapi AC. 3) Dilengkapi Komputer dan LCD. 24 4) Pengeras suara 5) Ruangan bersih dan nyaman. Laboratorium 1) Luas Ruang Laboratorium 30m2 2) Dilengkapi alat praktek. 3) Fasiltas tempat duduk dan meja yang cukup 4) Ruangan bersih dan nyaman 3. Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan perkuliahan tidak melebihi dari waktu yang telah ditentukan. 4. Media 1) Papan tulis 2) OHP dan LCD proyektor 3) Komputer 4) Internet, dll. 6.2.7 Penilaian Hasil Pembelajaran Penilaian merupakan salah satu aspek dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Jadi tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih ditekankan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau tim. Penilaian yang dilaksanakan oleh dosen terhadap mahasiswa menggunakan acuan pedoman. Pedoman ini disusun khususnya yang berkaitan dengan pengolahan hasil tes, yaitu melalui pendekatan Penilaian Acuan Patokan. 1. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Dalam memberikan suatu penilaian terhadap mahasiswa, dilakukan tahapan sebagai berikut : 1) Sistim penilaian yang digunakan untuk mengukur seorang mahasiswa dalam mengikuti setiap mata kuliah diperhitungkan terhadap nilai tugas, UTS dan UAS. 2) Nilai lulus setiap mata ujian serendah-rendahnya adalah nilai BC, nilai untuk sepanjang studi. 3) Perbaikan nilai dimungkinkan sepanjang batas masa studi (termasuk kewajiban menempuh ujian karena nilai C, D dan E) dan nilai yang dipergunakan adalah nilai tertinggi maksimal BC. 4) Nilai praktek dan tugas diberikan setelah mahasiswa menyelesaikan tugas/praktek . Tabel: Konversi Nilai No. Nilai Lambang Nilai Absolut Nilai Mutu 1. A 4 2. AB 75 - < 80 3,5 3. B 70 - < 75 3 4. BC 65 - < 70 2,5 5. C 55 - < 65 2 6. D 50 - < 55 1 7. E < 50 0 2. Evaluasi Keberhasilan Studi Evaluasi keberhasilan studi mahasiswa dilakukan pada : 1) Evaluasi keberhasilan studi semester dilakukan setiap akhir semester. 2) Evaluasi Praktik Belajar Lapangan. 3) Evaluasi Akhir Program. 25 6.2.8 Standar Pengawasan Proses Pembelajaran Proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, terutama oleh dosen, maka perlu ada mekanisme untuk mengawasan. Mekanisme pengawasan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri dapat berupa: 1. Pemantauan 2. Supervisi 3. Evaluasi 4. Pelaporan 5. Pengambilan tindak lanjut yang diperlukan dalam konteks pengawasan ini. 6.2.9 Pelaksanaan Pengawasan Proses Pembelajaran Program studi adalah bagian yang terdapat pada struktur organisasi STIKES RS Baptis kediri yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, mengawasi,serta memberikan pelayanan pada mahasiswa dan dosen atas terselenggaranya proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran tersebut meliputi pembagian/ploting tugas mengajar dosen, sehingga dosen dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai beban ekivalensi wajib mengajar penuh (EWMP) pada masing-masing program studi serta kegiatan rapat akhir yudisium tiap semester serta yudisium ujian tugas akhir/proyek akhir. Adapun tugas jurusan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Menyusun kurikulum dan silabus yang sesuai dengan peraturan yang ada. 2. Menyediakan Dosen pengampu mata kuliah yang sesuai dengan kualifikasinya dan keahlianya. 3. Menyusun jadwal kuliah teori dan praktek. 4. Menyediakan tempat perkuliahan. 5. Menyediakan alat/media pembelajaran. 6. Menyediakan presensi dosen dan mahasiswa. 7. Menerima presensi dosen dan mahasiswa setelah selesai perkuliahan. 8. Meyediakan soal ujian yang telah disusun oleh dosen pengampu mata kuliah. 9. Menyusun jadwal ujian akhir semester dan tugas akhir. 10. Menyelenggarakan ujian akhir semester dan tugas akhir. 11. Menerima daftar nilai ujian mahasiswa dari semua dosen penguji mata kuliah. 12. Melaporkan hasil ujian dalam bentuk Kartu Hasil Semester (KHS). 13. Meminta laporan hasil perkembangan proses pembelajaran kepada Dosen pengampu. 6.3 Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran Pemenuhan standar STIKES RS Baptis Kediri pada prinsipnya menuntut setiap program studi sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing berdasarkan struktur organisasi perguruan tinggi secara konsisten memenuhi atau melaksanakan standar proses pembelajaran yang ditetapkan. Pada tahap ini STIKES RS Baptis Kediri juga harus memperhatikan semua ketentuan normatif yang relevan, agar upaya pemenuhan isi standar tidak melanggar peraturan perundangan. 6.3.1 Pemenuhan Standar Perencanaan Proses Pembelajaran Standar mutu pemenuhan proses pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri mengatur beberapa hal sebagai berikut: 1. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang harus diisi oleh dosen penaggungjawab mata kuliah dengan memperhatikan visi dan misi program studi. 2. Dosen menentukan metode pengajaran yang efektif dan efisiien sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Dosen menyiapkan penyusunan soal tes dan melakukan penilaian hasil belajar. 4. Dosen menentukan strategi pembelajaran yang sesuai. Pemenuhan standar perencanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri, termasuk juga administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran dilakukan secara 26 transparan dan akuntabel. Persiapan administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran yang dapat dilakukan melalui: 1. Memahami kembali visi dan misi program studi. 2. Penetapan standar administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran. 3. Koordinasi materi perkuliahan, termasuk evaluasi SAP. 4. Pengembangan metode pengajaran. 5. Manajemen kelas. 6. Koordinasi metode evaluasi proses pembelajaran. 6.3.2 Pelaksanaan Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran 1. Perencanaan Pemenuhan Standar Mutu meliputi: 1) STIKES RS Baptis Kediri telah mengembangkan sistem pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan institusi serta dipublikasikan didalam pedoman akademik serta dijadikan acuan oleh semua unit pelaksana pembelajaran. 2) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki tim akademik yang mempunyai fungsi mengkaji dan mengembangkan sistem mutu pembelajaran yang hasilnya dimanfaatkan oleh institusi. 3) STIKES RS Baptis Kediri telah menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang terpusat dan dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik antara mahasiswa , dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. 4) STIKES RS Baptis Kediri telah memperhatikan kondisi fisik dan layanan perpustakaan di tingkat institusi memperhatikan aspek-aspek berikut: ukuran ruangan yang memadai, kondisi ruangan yang memenuhi syarat keamanan (alat pemadam kebakaran), kesehatan dan kenyamanan (suhu, pencahayaan, sirlkulasi udara), peralatan bantu bagi pengunjung (mesin foto kopi, alat pencari katalog buku), jenis dan bahan pustaka lengkap (buku teks bahasa Indonesia dan bahasa asing, jurnal luar dan dalam negeri, e-journals, bahan audio video), layanan antar perpustakaan, layanan e-library dengan perpustakaan, rasio buku dengan jumlah mahasiswa memadai (1 :10 sampai 1:20), rasio buku teks terbitan 5 tahun terakhir dibandingkan dengan total jumlah buku, waktu layanan perpustakaan mencapai 8-10 jam sehari, program pemeliharaan perpustakaan secara berkala dan ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa. 5) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki ruang diskusi untuk kelompok belajar mahasiswa. 6) STIKES RS Baptis Kediri telah mempunyai sistem pembelajaran yang menjamin terselenggaranya proses pembelajaran yang objektif, adil dan akuntabel dicerminkan dari adanya evaluasi mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara berkala dan hasilnya ditindaklanjuti. 2. Keberhasilan Kegiatan Pemenuhan Proses Pembelajaran Keberhasilan kegiatan pemenuhan proses pembelajaran dapat diukur dari indikatorindikator sebagai berikut: 1) Relevansi, yakni kegiatan dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi target kegiatan. 2) Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi dan penyajian jasa pengabdian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna. 3) Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan. 4) Akuntabilitas, yakni dapat tidaknya kinerja sumber daya manusia tersebut dipertanggungjawabkan. 27 5) Kreativitas, yakni kemampuan lembaga mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri. 6) Empati, yakni kemampuan para pengelola sumber daya manusia memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada Sekolah Tinggi semua khalayak sasaran. 7) Ketanggapan, yakni kemampuan para pengelola kegiatan pengembangan sumber daya manusia memperhatikan dan memberikan respon terhadap keadaan serta kebutuhan masyarakat pengguna dengan cepat dan tepat. 8) Produktivitas, yakni kemampuan lembaga dan seluruh staf pengelola untuk menghasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 3. Penentuan Kebijakan Pemenuhan Proses pembelajaran Tahap penentuan kebijakan meliputi: 1) STIKES RS Baptis Kediri menentukan program proses pembelajaran jangka panjang dan mensosialisasikan kepada sivitas akademika. 2) STIKES RS Baptis Kediri menjabarkan program jangka panjang dalam rencana tahunan, program-program unggulan dan indikator kinerjanya. 3) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki Pedoman Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia meliputi rekrutasi, penilaian prestasi kerja, penghasilan dan peghargaan, pendanaan, prosedur pelaksanaan, penjaminan mutu, supervisi dan monitoring kegiatan serta sistem pelaporan. 4) STIKES RS Baptis Kediri telah membentuk tim akademik yang dapat melaksanakan fungsi pengelolaan dalam proses pembelajaran. Tahap implementasi kegiatan meliputi: 1) Tahap persiapan, meliputi; perencanaan penetapan program pembelajaran dan penerapan IPTEKS yang akan dilakukan, penetapan tim dan tugas pokok, dan persiapan kepustakaan terkait dengan IPTEKS yang akan dipakai dalam proses pembelajaran. 2) Pelaksanaan Kegiatan Proses Pembelajaran, analisis hambatan-hambatan di lapangan dan cara mengatasinya. 3) Evaluasi dan Pelaporan. 6.3.3 Pemenuhan Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran Penyelenggaraan pembelajaran dapat terdiri dari kegiatan tatap muka yang diselenggaraan selama 16 minggu (termasuk UTS dan UAS), alat bantu pemantauan berupa: 1. Satuan acara perkuliahan (SAP). 2. Berita acara tatap muka/perkuliahan. 3. Presensi (daftar kehadiran) mahasiswa dan dosen. 4. Pemberian tugas kepada mahasiswa. 5. Pemberian tes formatif. 6.3.4 Pemenuhan Standar Pengawasan Proses Pembelajaran Standar mutu pemenuhan pengawasan proses pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri mengatur beberapa hal sebagai berikut: 1. Program studi menyiapkan berita acara tata muka/kuliah yang berisi data dan informasi tentang materi pembelajaran, tugas yang telah diberikan kepada mahasiswa. 2. Program studi meyiapkan presensi mahasiswa dan dosen untuk memantau standar minimal kehadiran mahasiswa dan dosen. 6.4 Pengendalian Standar Proses Pembelajaran Pengendalian standar proses pembelajaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran harus dilakukan oleh STIKES RS Baptis Kediri dalam hal ini dilakukan oleh Ketua program studi. Tujuannya adalah untuk memantau penetapan standar 28 secara konsisten pada kondisi faktual. Pelaksanaan langkah-langkah (prosedur) yang telah direncanakan agar terkendali dan taat prosedur, sehingga semua berlangsung sebagaimana mestinya. Dalam kaitan dengan kegiatan manusia, maka setiap item kegiatan harus taat prosedur dan perubahan item kegiatan dilakukan setelah evaluasi yang cermat. Dengan demikian mutu kegiatan yang direncanakan tercapai dan terjamin. Apabila ditemukan ada penyimpangan atau kesalahan segera ada tindakan korektif dan selalu melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi atau telah ditaati. Pengendalian standar perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap dosen: 1. Ketua program studi mengecek SAP mata kuliah pada dosen koordinator mata kuliah sebelum semester dimulai. 2. Ketua program studi mengecek pada dosen apakah sudah menyiapkan bahan ajar. Pengendalian standar pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap dosen: 1. Pengendalian oleh program studi dilakukan dengan pengisian daftar hadir dosen dan mahasiswa, pengisian berita acara perkuliahan, penyiapan bahan ajar, peralatan up to date yang siap digunakan. 2. Pengendalian oleh dosen: (1) Dosen memperhatikan mutu pembelajaran dengan mengikutsertakan secara aktif mahasiswa (student centered learning). Konsep pembelajaran berfungsi untuk memfasilitasi pembelajaran berdasarkan standar yang telah ditetapkan. (2) Dosen menciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran kolaboratif. (3) Dosen memenuhi standar kualitas pembelajaran meliputi mendorong mahasiswa belajar mandiri, pengembangan kualiatas pribadi mahasiswa, menjamin bahwa mahasiswa aktif selama proses pembelajaran. 7.4.1 Pengendalian Mutu Kegiatan 1. Pengendalian Standar Melalui Tahap Penyusunan Perencanaan Proses Pembelajaran. Pengendalian standar melalui tahap penyusunan perencanaan proses pembelajaran antara lain dengan Kalender Pendidikan, Jadwal kegiatan, jadwal perkuliahan, dan lain-lain. (1)Evaluasi selama berlangsungnya proses pembelajaran dan perbaikan langsung dilakukan jika terjadi kesalahan. (2)Tahap seleksi Penyusunan Kalender Akademik, jadwal kuliah dilakukan melalui konsultasi dengan Pembantu Ketua I Bidang Akademik. Pada proses tersebut, berbagai kelemahan dalam kegiatan proses pembelajaran diinventarisasi dan dianalisis, serta dapat langsung dilakukan evaluasi. 2. Pengendalian Standar Melalui Hasil Akhir Proses Pembelajaran (Untuk Peningkatan Mutu) (1)Evaluasi pelaksanaan Proses Pembelajaran secara menyeluruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran dengan menyebarkan angket yang berisi daftar pertanyaan evaluasi kepuasan selama proses pembelajaran dan dampak setelah kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan . (2)Inventarisasi terhadap kelemahan kegiatan, sebab dan faktor penghambat untuk menemukan akar masalah. (3)Menyusun rencana mengatasi hambatan dalam rangka peningkatan mutu. 6.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Proses Pembelajaran Peningkatan mutu kegiatan proses pembelajaran meliputi evaluasi untuk menemukan kelemahan dan permasalahan dari informasi sebelumnya, yakni perencanaan standar mutu, pengendalian mutu, dan informasi tentang implementasi di lapangan. Dari hasil evaluasi, kemudian direncanakan standar mutu dan metode pengendalian mutu yang baru. Standar mutu pelaksanaan proses pembelajaran. STIKES RS Baptis Kediri telah meningkatkan secara 29 bertahap sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan ditetapkan dengan mengacu pada visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dan kebutuhan masyarakat pengguna. 6.5.1 Evaluasi Internal Proses Pembelajaran Evaluasi internal terhadap proses pembelajaran dilakukan di setiap akhir semester. Evaluasi internal proses pembelajaran mencakup evaluasi terhadap input, proses dan output. belajar dan evaluasi hasil belajar mahasiswa. Evaluasi internal proses pembelajaran dilakukan dengan cara melakukan: 1. Kajian terhadap Laporan Evaluasi Diri terkait dengan pelaksanaan proses Pembelajaran. 2. Kegiatan audit apabila diperlukan. 3. Penilaian (assessment) terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4. Rekomendasi. Hasil kegiatan evaluasi internal berupa laporan yang di dalamnya tercantum rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Tindakan yang dimaksud dapat berupa penyegaran di bidang ilmu, penugasan staf mengikuti seminar/lokakarya, pelatihan keterampilan mengajar/sebagai fasilitator, rapat kerja untuk memperbaiki silabus, dan lain lain. Evaluasi Eksternal merupakan penilaian dari pihak luar untuk melihat apakah kurikulum tersebut telah memenuhi standar yang telah disepakati. Bagi pendidikan profesi, evaluasi eksternal dilakukan juga oleh pihak kolegium dari bidang yang bersangkutan. 6.5.3 Tindakan Penyempurnaan dan Pengembangan Proses Pembelajaran Hasil evaluasi baik internal maupun eksternal menggambarkan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang sedang dijalankan. Kekuatan harus dipertahankan dan dikembangkan. Kelemahan harus diperbaiki dan disempurnakan. Tindakan penyempurnaan dan pengembangan dapat pula disebut tindakan koreksi yang dilakukan setiap perubahan Tahun Akademik dan merupakan siklus awal berikutnya. 30 BAB 7 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 7.1 Pendahuluan STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan Standar Mutu Kompetensi Lulusan berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 Pasal 1 butir 4 yang yang mencakup si Kemudian Pasal 25 ayat 1 sampai 4 menyebutkan bahwa: 1. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. 2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata kuliah. pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemandirian dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusi kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masingMenurut Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 Pasal 1 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan studi terdiri atas: (1) kompetensi utama (2) kompetensi pendukung (3) kompetensi lain yang kompetensi utama merupakan kompetensi yang harus dimiliki lulusan suatu program studi sehingga dapat membedakan dari lulusan program studi lain. Selanjutnya ayat 2 disebutkan bahwa elemen kompetensi terdiri atas: 1. Landasan kepribadian 2. Penguasaan ilmu dan ketrampilan 3. Kemampuan berkarya 4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai 5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. STIKES RS Baptis Kediri telah membekali peserta didik dengan kompetensi lulusan yang disesuaikan dengan tingkat profesionalitas baik dari Program Studi Keperawatan S-1 dan Prodi Keperawatan Diploma III. Standar Kompetensi lulusan tercapai secara optimal sesuai dengan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri serta standar kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh stakeholders, sehingga keberhasilan dapat terevaluasi secara terus menerus melalui hasil kesepakatan forum program studi yang melibatkan dunia profesi dan pemangku kepentingan. 7.2 Penetapan Standar Kompetensi Lulusan Berdasarkan Keputusan Mendiknas Tahun 2002 tentang Kurikulum lnti Pendidikan Tinggi, sebagaimana dikutip di atas, dapatlah dikatakan bahwa STIKES RS Baptis Kediri telah mengidentifikasi jenis atau ragam kompetensi lulusan yang telah sesuai dengan 3 (tiga) kategori kompetensi yang disebut di dalam Keputusan Mendiknas dalam menyusun atau merumuskan isi dari Standar Kompetensi Lulusan hal tersebut telah sesuai atau sejalan dengan : 31 1. Visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan 2. Visi, misi, dan tujuan dari Program Studi Keperawatan S-1 dan 3. Visi, misi, dan tujuan dari Program Studi Keperawatan Diploma III. Pengembangan kurikulum pendidikan Program Studi Keperawatan S-1 dan Program Studi Keperawatan Diploma III meliputi Kurikulum Akademik yang terdiri dari kurikulum institusi dan memuat kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya yang ditetapkan oleh Ketua Program Studi Keperawatan S-1 maupun Diploma III yang telah dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan program pendidikan sarjana keperawatan dan ahli madya keperawatan di STIKES RS Baptis Kediri. Komposisi pengembangan Kurikulum Institusi yang memuat kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya yang telah ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri. 7.3 Penetapan Standar Kompetensi Lulusan 7.3.1 Pendidikan Sarjana Keperawatan Ketua Program Studi Keperawatan S-1 telah membuat kualifikasi kompetensi lulusan Program Studi Keperawatan S-1 dengan melibatkan dosen dan stakeholders yang relevan dan hasil kualifikasi kompetensi lulusan dari Progam Studi Keperawatan S-1 STIKES RS Baptis Kediri adalah: 1. Rumusan Kelompok Kompetensi 1) Kompetensi Utama Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang memuaskan sesuai dengan penciri progam studi. Untuk mencapai kompetensi utama pendidikan tahap Akademik/Sarjana Keperawatan diimplementasikan dalam komposisi pengembangan kurikulum institusi pendidikan sarjana keperawatan sebesar 146 SKS. 2) Kompetensi Pendukung Kemampuan yang gayut dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri khas STIKES RS Baptis Kediri (± 20%). 3) Kompetensi lainnya Kemampuan yang ditambahkan agar dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lulusan, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan hidup STIKES RS Baptis Kediri (± 20%, sesuai isu global). 2. Kompetensi Utama Tahap Akademik Pendidikan Ners Kompetensi tahap akademik adalah serangkaian kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan. Pendidikan tahap akademik dan bergelar sarjana keperawatan. Sebagai dasar untuk menjamin agar kualitas lulusan ners dapat berkompetensi secara global kelak maka di perlukan patokan dalam penentuan kompetensi utama yang harus dikuasai oleh sarjana keperawatan di berbagai institusi penyelenggara pendidikan di seluruh Indonesia. Kompetensi utama ini dijabarkan kedalam unit kompetensi. 1) Kompetensi Utama (1) Mampu melakukan komunikasi secara efektif dengan memperhatikan unsur lintas budaya. (2) Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan. (3) Mampu menerapkan aspek etik, legal dan perilaku profesional dalam praktek keperawatan. (4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dan komunitas. (5) Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan. (6) Mampu menjalin hubungan interpersonal. (7) Mampu melakukan penelitian sederhana. (8) Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau belajar sepanjang hayat. 2) Kompetensi Pendukung (1) Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing. 32 (2) Mampu menerapkan teknologi informasi dalam praktek keperawatan. (3) Mampu menghasilkan insan yang berbudi pekerti dan berkepribadian yang baik. 3) Kompetensi Lainnya Mampu mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam pelayanan keperawatan. 4) Unit Kompetensi Keperawatan (1) Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam memberi asuhan. (2) Mampu menerapkan pengetahuan, kerangka etik dan legal dalam sistem kesehatan yang berhubungan dengan keperawatan. (3) Mampu membuat keputusan etik. (4) Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik, agama atau faktor lain dari setiap klien yang unik*). (5) Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten*). (6) Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif. (7) Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien*). (8) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada klien sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier. (9) Mampu berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan sejawat. (10) Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahan kan hak klien agar dapat mengambil keputusan untuk dirinya*). (11) Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas berkesinambungan dalam praktik. (12) Mampu mendemonstrasikan ketrampilan teknis keperawatan sesuai standar yang berlaku atau secara kreatif dan inovatif sehingga pelayanan yang di berikan efisien dan efektif*). (13) Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan klien*). (14) Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan*). (15) Mampu mewujudkan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan strategi menjamin kualitas dan manajemen resiko. (16) Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku dalam bidang kesehatan*). (17) Mampu mengkolaborasikan pelayanan keperawatan*). (18) Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahan kan akuntabilitas asuhan keperawatan yang di berikan*). (19) Mampu menggunakan ketrampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan pemberian asuhan keperawatan dengan mempertahan kan hubungan kolaboratif*). (20) Mampu merancang, melaksanakan proses penelitian sederhana dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan. (21) Mampu memanfaatkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan*) (22) Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam mengembangkan asuhan keperawatan. (23) Mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dan kesehatan. (24) Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan professional. (25) Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan. Keterangan: *) belum memiliki kewenangan untuk melakukan. Kewenangan akan dapat dimiliki setelah lulus sarjana keperawatan menyelesaikan tahap profesinya dan diberikan sebutan profesi Ners. 33 7.3.2 Pendidikan Ahli Madya Ketua Program Studi Keperawatan Diploma III STIKES RS Baptis Kediri telah telah membuat kualifikasi kompetensi lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III dengan melibatkan dosen dan stakeholders yang relevan. Hasilnya, kualifikasi kompetensi lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah: 1) Kompetensi utama lulusan Kompetensi utama lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah : (1) Mampu menerapkan konsep dan prinsip etika keperawatan, komunikasi dalam praktik keperawatan profesional. (2) Mampu menerapkan pendekatan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan berpikir kritis (3) Mampu Mengkonsultasikan penanganan pasien terhadap tim kesehatan lain dan melaksanakan tindakan pengobatan sebagai hasil kolaborasi (4) Mampu berperan serta dalam penelitian dan pengembangan keperawatan. (5) Mampu Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen dalam keperawatan. (6) Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada kelompok khusus. (7) Mampu Melaksanakan pendidikan kesehatan. 2) Kompetensi pendukung lulusan Kompetesi pendukung lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah : (1) Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing (Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Mandarin). (2) Mampu menerapkan tehnologi informasi dalam praktik keperawatan. 3) Komponen Lain/Pilihan lulusan Kompetensi lain/pilihan lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah mampu melaksanakan tindakan kegawatdaruratan pada pasien kritis. 7.4 Pengendalian Standar Kompetensi Lulusan Mekanisme pengendalian Standar Kompetensi Lulusan mensyaratkan agar setiap Program Studi keperawatan didalam lingkungan STIKES RS Baptis Kediri harus mampu mengontrol dan memantau penerapan standar secara konsisten di lapangan atau pada kondisi faktual. Kemudian, bilamana perlu Ketua Program Studi Keperawatan tersebut segera mengambil tindakan korektif apa bila ditemukan adanya penyimpangan atau kesalahan. Dengan kata lain, pesan utama dalam mekanisme ini adalah agar Program Studi Keperawatan yang bersangkutan selalu melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi atau telah ditaati. Sebagai pedoman, mekanisme pengendalian standar ini harus mengacu pada aturan normatif yang berlaku, visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dan Program Studi Keperawatan, serta keterkaitannya dengan isi standar lain yang relevan di dalam Standar Penjaminan Mutu Internal pada STIKES RS Baptis Kediri. Untuk kepentingan pengembangan isi standar pada siklus penjaminan mutu berikutnya, maka pengelola Standar Kompetensi Lulusan membuat catatan tertulis yang memuat semua data dan informasi tentang pencapaian substansi standar, penyebab terjadinya ketidaksesuaian antara tingkat pencapaian dengan substansi standar, dan tindakan korektif yang diambil. 7.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan Pada akhirnya, mekanisme pengendalian Standar Kompetensi Lulusan kemudian akan diikuti dengan mekanisme pengembangan Standar Kompetensi Lulusan setelah terlewatinya jangka waktu tertentu yaitu 5 tahun. Tujuan dari mekanisme pengembangan standar ini adalah untuk mengevaluasi sejauhmana pencapaian isi standar oleh para pengelola standar kompetensi lulusan baik Program Studi Keperawatan S-1 maupun Diploma III, dan menjajagi kemungkinan untuk meningkatkan isi standar agar terjadi peningkatan mutu secara bertahap dan berkelanjutan. Tahap inilah yang disebut sebagai langkah akhir dari satu siklus penjaminan mutu secara utuh, dan sekaligus menjadi langkah awal dari siklus berikutnya. 34 BAB 8 STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 8.1 Pendahuluan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai bagian dari Sistem Penjamin Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMI-PT) telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), menyebutkan bahwa Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, sedangkan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Pada pasal 39 disebutkan bahwa Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sementara itu, pada pasal 1 UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dengan tegas menggunakan istilah Dosen untuk merujuk pada pengertian Pendidik pada jenjang pendidikan tinggi, yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dan tenaga Kependidikan meliputi pula laboran, pustakawan, teknisi, pegawai administrasi, sopir, hingga pekarya. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada STIKES RS Baptis Kediri ditetapkan, dilaksanakan, dikendalikan dan terus ditingkatkan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan relevan serta mewujudkan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri. 8.2 Penetapan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Penetapan standar pendidik dan tenaga kependidikan di STIKES RS Baptis Kediri telah menempuh langkah-langkah sebagai berikut: 8.2.1 Studi Pendahuluan terhadap Ketentuan Normatif Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui apakah pemerintah melalui perundangundangan telah menetapkan standar minimum nasional tentang Pendidik dan Tenaga kependidikan. STIKES RS Baptis Kediri telah memenuhi standar minimum nasional, dengan demikian STIKES RS Baptis Kediri telah taat asas dan patuh pada aturan normatif yang berlaku. Berikut ini uraian tentang perundangan tersebut: 1. Hak-Hak Normatif Pendidik dan Tenaga Kependidikan STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan standar mutu dosen dan tenaga kependidikan telah menjamin terpenuhinya semua hak mereka sebagaimana diatur dalam pasal 40 UU Sisdiknas dan pasal 51 UU Guru dan Dosen, yaitu: 1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai. 2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. 3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas. 4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual. 5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. 6) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 35 7) Memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan. 8) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik. 9) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi / organisasi profesi keilmuan. 2. Kewajiban Normatif Pendidik dan Tenaga Kependidikan STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan standar mutu bagi dosen dan tenaga kependidikan telah memperhatikan kewajiban normatif sebagaimana secara minimum diatur oleh pasal 40 UU Sisdiknas dan pasal 51 UU Guru dan Dosen, sebagai berikut: 1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. 2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 4) Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 5) Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 6) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 7) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, rasa, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 8) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dank ode etik, serta nilai-nilai agama dan etika. 9) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. 3. Kualifikasi Akademik Dosen Kualifikasi Akademik Dosen yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri merujuk pada pasal 28 Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut menyatakan bahwa pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada STIKES RS Baptis Kediri yang diberlakukan dengan kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan peundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi pendidikan minimum tersebut adalah: 1) Lulusan Diploma IV atau S1 untuk Program Studi Keperawatan Diploma III. 2) Lulusan Program Magister (S2) untuk Program Studi Keperawatan S1 . 3) Lulusan program Doktor (S3) untuk Program Studi Keperawatan S1. Dosen yang bertugas di Program Studi Keperawatan baik S1 dan D III atau Program Profesi selain mempunyai ijasah, juga harus mempunyai sertifikasi kompetensi yang sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan atau dihasilkan oleh STIKES RS Baptis Kediri. Ditambah dengan Pasal 45 dan 46 UU tentang Guru dan Dosen, menetapkan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani an rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik dosen tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Standar minimum kualifikasi akademik dosen menutur UU ini adalah Lulusan program magister untuk Program Studi Diploma atau Program Sarjana. Dengan demikian, jumlah dan kualifikasi dosen tetap untuk setiap program studi jenjang sarjana sekarang minimal adalah 6 dosen tetap bergelar magister (bukan lagi 2 magister dan 4 sarjana seperti diatur dalam Keputusan Mendiknas No. 234/U/2000 tentang Pedoman Pendidikan Perguruan Tinggi). 36 4. Sertifikasi Dosen Pasal 3 UU tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sertifikasi kompetensi yang dimiliki oleh dosen yang bertugas di program vokasi atau program profesi adalah sertifikat yang diperoleh dari program sertifikasi dosen yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Dosen. STIKES RS Baptis Kediri memberikan dukungan secara penuh bagi dosen dalam pengurusan sertifikasi dosen. 5. Kompetensi Dosen Kompetensi, menurut pasal 1 UU tentang Guru dan Dosen, adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi dosen yang ditetapkan pada STIKES RS Baptis Kediri meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat ranah kompetensi ini dapat saja diterapkan pada dosen, namun dengan penyesuaian kompetensi pedagogik yang perlu diubah menjadi kompetensi andragogik karena yang mengalami proses pembelajaran adalah manusia dewasa (mahasiswa). 6. Jabatan Akademik Dosen Tentang jabatan akademik dosen diatur dalam pasal 48 ayat 2 UU tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa jenjang jabatan akademik dosen tetap terdiri atas asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan professor. Kemudian, ayat 4 menyebutkan bahwa Perguruan Tinggi dapat mengatur kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen tetap serta dosen tidak tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana ditetapkan di dalam pasal 71 UU tentang Guru dan Dosen, kualifikasi akademik dan kompetensi dosen perlu dibina dan dikembangkan baik oleh pemerintah dan Perguruan Tinggi. STIKES RS Baptis Kediri memberikan dukungan secara penuh bagi dosen dalam pengurusan Jabatan akademik dosen dan melakukan pembinaan dan pengembangan akademik dan profesionalisme dosen tetap dan dosen tidak tetap dengan baik dengan membuat peta distribusi dosen di STIKES RS Baptis Kediri maupun di tingkat program studi. 7. Beban Tugas Dosen Beban tugas dosen yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri telah sesuai ketentuan pasal 72 UU tentang Guru dan Dosen, beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Keseluruhan kegiatan dosen tersebut dapat dirangkum menjadi kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dan kegiatan penunjangnya. Beban kerja tersebut sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 SKS dan sebanyakbanyaknya 16 SKS, yang besarnya diatur oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Komposisi penugasan dosen di dalam masing-masing kegiatan diatur sesuai visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dengan menitikberatkan pada Tri dharma perguruan tinggi. Kegiatan dapat melengkapi formulir penugasan dosen (sesuai lampiran). 8. Rasio Dosen Tetap: Mahasiswa Agar seluruh proses pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dapat terlaksana dengan baik, rasio dosen tetap dengan mahasiswa harus memadai. Indikator yang biasa digunakan adalah rasio antara jumlah dosen tetap dan jumlah mahasiswa yang ditetapkan pada STIKES RS Baptis Kediri berdasarkan Instrument Akreditasi Institusi BAN-PT sebesar 1:15. Hal ini telah disesuai dengan kebutuhan stakeholder dan disesuai visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri, dan tetap memerhatikan pola pembelajaran yang dilaksanakannya. 9. Rekrutasi Dosen Rekrutasi dosen menurut UU tentang Guru dan Dosen, pasal 50 mengamanatkan bahwa Perguruan Tinggi harus melakukan proses rekrutasi dosen dengan prinsip tanpa diskriminasi. 37 Artinya suku, agama, ras, jenis kelamin, dan golongan tidak dapat digunakan sebagai dasar di dalam rekrutasi dosen. STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan rekrutasi dosen menggunakan kualifikasi akademik, kompetensi, pengalaman dan sebagai dasar rekrutasi dosen menyesuaikan kebutuhan institusi. 10.Tenaga Kependidikan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 36 menetapkan bahwa tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi sesuai dengan bidangnya. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi tersebut dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Ketentuan yang ada di dalam keputusan Mendiknas tentang Pedoman pendirian Perguruan Tinggi dapat digunakan sebagai standar minimum. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan persyaratan minimal jumlah dan kualifikasi tenaga kependidikan untuk sekolah tinggi yang berlaku sesuai perundang-undangan yang relevan yaitu: Tabel 1: Persyaratan Minimal Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kependidikan. Sekolah Tinggi Administrasi: Kualifikasi D III 3 Kualifikasi S 1 1 Teknisi/Laboran: Kualifikasi D III 6 Pustakawan: Kualifikasi D III 2 Kualifikasi D IV/ S1 1 Untuk peningakatan kompetensi tenaga kependidikan, STIKES RS Baptis Kediri melakukan pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan dengan mengikuti pelatihanpelatihan atau bahkan peningkatkan kependidikan tertentu untuk mencapaian serfikasi yang sesuai dengan bidang bidang tugas tenaga kependidikan merupakan amanat Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan serta kondisi ideal sebagaimana disebutkan di dalam instrument akreditasi institusi BAN-PT, adalah lebih dari 70% tenaga kependidikan (khusus laboran, teknisi, pustakawan, dan analis) mempunyai sertifikat kompetensi. 8.2.2 Evaluasi Diri menggunakan SWOT Analysis Perumusan standar mutu di dalam SPMI STIKES RS Baptis Kediri menetapkan substansi atau butir-butir standar mutu apa saja yang masuk ke dalam lingkup Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan seperti Kualifikasi, Kompetensi, Rekrutasi, Beban kerja dan sebagainya, maka mulailah melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, dan Threats) dengan dukungan data. Untuk merumuskan isi Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan dengan menggunakan analisis SWOT dibutuhkan adanya kerjasama antara STIKES RS Baptis Kediri dengan para pemangku kepentingan (Stakeholders) internal maupun eksternal. 8.3 Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dosen pada umumnya bekerja di unit akademik (program studi) sedangkan tenaga kependidikan ada yang bekerja di unit akademik dan ada pula yang bekerja di unit penunjang (biro, unit pelaksana teknis). Keseluruhan unit tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing di dalam struktur organisasi Perguruan Tinggi. STIKES RS Baptis Kediri telah melakukan langkah-langkah untuk pemenuhan Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan antara lain dengan melakukan persiapan administratif dan keuangan, sosialisasi substansi standar, serta upaya pencapaian/pemenuhan standar secara konsisten. Seperti ditunjukan pada Tabel 2 tentang formulir/dokumen yang diperlukan untuk mengukur pemenuhan Standar Dosen di STIKES RS Baptis Kediri. 38 Tabel 2: Formulir pada Standar Dosen di STIKES RS Baptis Kediri Standar Formulir / dokumen yang dibutuhkan Kualifikasi akademik dosen Ijasah, Transkrip akademik setiap dosen. Kompetensi dosen Formulir rekam jejak kompetensi dosen. Sertifikasi dosen Daftar dosen yang sudah dan belum mempunyai sertifikasi dosen. Jabatan akademik dosen Formulir pengusulan jabatan akademik dosen, Keputusan pihak berwenang tentang jabatan akademik setiap dosen. Beban kerja dosen Formulir penugasan dosen. Rasio dosen tetap: mahasiswa Peta komposisi dosen berdasarkan gelar akademik dan jabatan akademik di tingkat program studi dan di tingkat institusi. Peta komposisi mahasiswa di setiap program studi. Rekrutasi dosen Formulir penilaian wawancara dosen, Soal seleksi dosen, misalnya Tes Potensi Akademik dan Bahasa Inggris. 8.4 Pengendalian dan Peningkatan Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan Maksud dari pengendalian Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan di STIKES RS Baptis Kediri adalah setiap program studi atau unit pelaksana mampu memonitor dan mengevaluasi pemenuhan standar secara konsisten dan optimal pada kondisi faktual, untuk selanjutnya mengambil tindakan korektif apabila ditemukan adanya penyimpangan atau kesalahan. Hal terpenting adalah setiap unit, sesuai dengan tugas dan fungsinya masingmasing dalam struktur organisasi di STIKES RS Baptis Kediri selalu melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi atau lebih ditaati. Bila sebuah standar belum terpenuhi, perlu dicari apa penyebabnya dan dapat segera diketahui upaya untuk memenuhi standar tersebut. Sebagai contoh, misalkan Standar Kualifikasi Akademik Dosen menetapkan bahwa Dosen yang mengajar di suatu program sarjana, minimal bergelar akademik magister. Apabila setelah dilakukan pemantauan, ternyata ada dosen yang belum bergelar magister, maka perlu dicari penyebabnya. Apabila penyebabnya adalah tidak ada dosen tetap yang mempunyai bidang keahlian sama dengan dosen tersebut, maka beberapa alternatif upaya pemenuhan standar tersebut adalah: 1. Mencari dosen tidak tetap yang mempunyai bidang keahlian sesuai dan bergelar magister, 2. Melakukan pengembangan, misalnya rekrutasi dosen tetap baru bergelar minimal magister dengan mempunyai bidang keahlian sesuai, atau 3. Memagangkan dosen tetap yang telah bergelar magister ke dosen tidak tetap dengan bidang keahlian tersebut. Alternatif mana yang dipilih, tergantung pada tingkat urgensi pemenuhan standar tersebut. Apabila setelah dievaluasi ternyata seluruh program sarjana telah memenuhi standar Kualifikasi Dosen sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat meningkatkan standarnya. Peningkatan Kualifikasi Dosen di STIKES RS Baptis Kediri secara berkelanjutan seperti ini dikenal dengan continuous improvement dalam sistem penjaminan mutu secara bertahap disesuaikan dengan rencana strategis dari STIKES RS Baptis Kediri. Pencatatan atau pendokumentasian adalah bagian penting di dalam pengendalian standar. STIKES RS Baptis Kediri merancang formulir untuk pemenuhan standar dan pengendalian standar. Cara lain adalah dengan menggunakan formulir yang sekaligus dapat dipakai untuk kedua langkah tersebut. Sebagai contoh, di dalam formulir penugasan dosen di suatu semester dapat dilengkapi dengan kolom atau bagian yang menunjukkan proses monitor dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dosen tersebut. 39 Untuk Tenaga Kependidikan, yang mencakup administrasi, teknisi, laboran, dan pustakawan, formulir / dokumen yang dibutuhkan untuk pemenuhan standar dan pengendalian standar dapat berbeda-beda untuk masing-masing bidang tugas tersebut. 40 BAB 9 STANDAR SARANA DAN PRASARANA 9.1 Pendahuluan Sarana dan Prasarana menjadi salah satu standar mutu sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat mutu penyediaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengembangan perguruan tinggi. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan. Prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Pembangunan maupun pengembangan Sarana dan Prasarana yang ditujukan untuk kegiatan penyelenggaraan Pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri ini mengacu pada master plan kampus, sehingga visi dan misi, dan suasana akademik yang diharapkan dapat tercapai. Sarana dan Prasarana pada STIKES RS Baptis Kediri adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai alat teknis dalam mencapai maksud, tujuan, dan sasaran. Keberadaan dan pilihan jenis, jumlah, mutu dari Sarana dan Prasarana ini tergantung dari kebutuhan dan kondisi Program Studi Keperawatan serta arah kebijakan mutu institusi. Pengelolaan Sarana dan Prasarana dilakukan secara terintegrasi, sehingga dapat digunakan oleh seluruh Program Studi Keperawatan yang membutuhkan. Paradigma baru dalam pendidikan keperawatan menghendaki lulusannya mampu bersaing di dunia internasional, dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan IPTEK dan seni serta kebutuhan dunia kerja. Untuk itu diperlukan perencanaan kebutuhan Sarana dan Prasarana yang sesuai dengan perencanaan kurikulum, penelitian, pengabdian dan pelayanan pada masyarakat serta kegiatan lain yang menunjang seluruh Tri Dharma perguruan tinggi dalam penyelenggaraannya. Pengaturan Sarana dan Prasarana dimanfaatkan secara lebih efektif dan efisien. Adanya penjaminan mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri akan lebih memperjelas langkah menuju visi dan misi yang telah dtetapkan. STIKES RS Baptis Kediri telah membuat standar mutu Sarana dan Prasarana yang sesuai dengan substansi atau isi standar minimum yang berlaku secara nasional. Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri yang telah berkaitan dengan kriteria minimum meliputi lahan, bangunan ruang kuliah, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang dosen, ruang tata usaha, tempat ibadah, olah raga, ruang lain yang menunjang proses pembelajaran, peralatan ruang kuliah, peralatan laboratorium, peralatan pendidikan, dan termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri adalah persyaratan minimal yang ditetapkan oleh institusi terhadap Program Studi Keperawatan. Substansi atau isi Sarana dan Prasarana telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang relevan sesuai bidang Sarana dan Prasarana untuk STIKES RS Baptis Kediri, Substansi standar telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan sedapat mungkin selaras dengan masukan dan saran dari stakeholders. Terkait dengan pemanfaatan dan pemeliharaannya, maka standar mutu Sarana dan Prasarana di bagi dalam 3 butir standar yaitu: 9.2 Penetapan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri adalah persyaratan minimal yang ditetapkan oleh institusi terhadap Program Studi Keperawatan. Substansi atau isi Sarana dan Prasarana telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang relevan sesuai bidang Sarana dan Prasarana untuk STIKES RS Baptis Kediri, Substansi standar telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan sedapat mungkin selaras dengan masukan dan saran dari stakeholders. Dalam menetapkan Standar Mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri telah memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 41 9.2.1 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Bangunan, Kesehatan, serta Ketenangan Lingkungan Substansi standar ini mencakup infrastuktur, telah memenuhi persyaratan teknis dan peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku dengan memperhatikan pertumbuhan kegiatan akademik. Standar Sarana dan Prasarana fasilitas pembelajaran mencakup ruang kuliah lengkap dengan sarana untuk melaksanakan kurikulum. Standar Sarana dan Prasarana laboratorium mencakup peralatan sesuai program studi. Jumlah butir standar dalam jenis standar ditetapkan oleh pengelola, sesuai dengan visi, misi, kebutuhan stakeholders, serta urgensi dan kemampuan Program Studi terhadap Standar Mutu Sarana dan Prasarana yang terdiri atas peralatan, bahan, dan teknologi informatika. 9.2.2 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Sumber Belajar Substansi ini terdiri dari buku-buku teks, laboratorium, jurnal, majalah, lembar informasi, internet. Sumber belajar telah diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran Program Studi Keperawatan yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri. 9.2.3 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Pengadaan, Pengoperasian, Perawatan, dan Perbaikan Alat. Standar mutu ini sangat diperlukan agar peralatan dapat beroperasi dengan baik dan sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan dan perawatan. Apabila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat sehingga mengurangi waktu mati (down time) atau kerusakan dari peralatan tersebut. 9.2.4 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Standar mutu tentang penyediaan dan ketersediaan air, listrik, dan telepon adalah bagian penting dalam kegiatan perguruan tinggi, karena itu perlu dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan tatakelola yang jelas dan pasti sehingga penyediaan Sarana dan Prasarana umum terselenggara secara baik dengan keandalan tinggi. 9.3 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Dalam usaha pemenuhan Stadar Mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri yang telah ditetapkan, langkah pertama adalah sosialisasi Standar Mutu Sarana dan Prasarana pada seluruh sivitas akademika dengan pemenuhan butir standar yang terdiri dari: 9.3.1 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Bangunan dan Kesehatan Lingkungan Infrastruktur telah memenuhi infrastuktur perguruan tinggi, telah memenuhi persyaratan teknis dan peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku. Pengembangan infrastruktur fasilitas telah dituangkan dalam rencana induk yang mencakup semua aset STIKES RS Baptis Kediri seperti lahan, gedung, air, listrik, telepon yang semuanya sudah dimiliki dapat dikelola secara optimal dalam mendukung pelaksanaan proses pembelajaran. 9.3.2 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Sumber Belajar Pemenuhan sumber belajar di STIKES RS Baptis Kediri telah terseleksi dan sinkron dengan tujuan pembelajaran. Perpustakaan telah diadakan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pusat komputer telah menyediakan layanan komputer yang aksesibel dengan jaringan infrastruktur yang memungkinkan masyarakat kampus memanfaatkan secara penuh teknologi informasi, untuk kegiatan pembelajaran, penelitian, pengabdian, dan administrasi. 9.3.3 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana pengadaan, Pengoperasian, Perawatan, dan Perbaikan Alat Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana meliputi pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan perbaikan alat. Pengadaan alat yang dimaksud adalah alat untuk proses 42 perkuliahan dan praktikum. Pengoperasian alat adalah peningkatan pemanfaatan alat-alat laboratorium. Perawatan dan perbaikan alat dimaksudkan untuk mencegah atau menunda kerusakan alat, untuk meningkatkan pemakaian peralatan maka perlu peningkatan ketrampilan para pekerja sehingga penggunaan dapat secara efektif dan efisien. 9.3.4 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Umum Sarana dan Prasarana air, listrik, dan telepon merupakan bagian penting dalam pelaksanaan kegiatan di STIKES RS Baptis Kediri. Oleh karena itu, pemenuhan standar ini telah dikelola dengan baik dan tersedia tatakelola yang jelas dan pasti, sehingga beban yang harus dibayar untuk pemakaian secara merata sesuai dengan frekuensi pemakaian. Dengan tatkelola yang baik, maka kendala sistem distribusi air, listrik, serta kontinuitas layanan telepon dapat diharapkan oleh seluruh pengguna di kampus. 9.4 Pengendalian Standar Mutu Sarana dan Prasarana Manajemen pengendalian standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri diarahkan untuk mengoptimalkan berlangsungnya proses peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Dalam hal ini telah diatur satu siklus tertentu dengan keyakinan terjadi peningkatan pada setiap rentang waktu tertentu dapat dijamin. Manajemen Sarana dan Prasarana yang profesional telah menjadi suatu keharusan, dimulai dengan adanya rencana strategi, rencana tahunan, rencana operasional yang diterjemahkan dalam rencana kerja anggaran tahunan yang disepakati bersama. Kemudian didukung oleh unit pengelola Sarana dan Prasarana yang handal yang memiliki program perencanaan, pengadaan Sarana dan Prasarana, pemanfaatan, pemeliharaan serta pengendaliannya. Program yang diciptakan telah memperhatikan konsep integrasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan aset yang ada. Program pengendalian mencakup kegiatan monitoring, evaluasi serta perbaikan mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri. 9.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Peningkatan dan pengembangan standar mutu Sarana dan Prasarana tidak terlepas dari mekanisme pengendalian, kemudian akan diikuti dengan mekanisme pengembangan standar mutu Sarana dan Prasarana setelah terlewatinya jangka waktu tertentu yaitu 5 tahun. Tujuan dari mekanisme pengembangan standar ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana pencapaian isi dari standar Sarana dan Prasarana oleh para pengelola standar, dan menjajagi kemungkinan untuk meningkatkan isi standar agar terjadi peningkatan mutu secara bertahap dan berkelanjutan. Dapat Sarana dan Prasarana, misalnya memasukkan unsur-unsur lain yang tetap berkaitan erat dengan pengelolaan dan pengadaan prasarana dan sarana. Adapun peningkatan dan pengmbangan standar mutu Sarana dan Prasarana ini mencakup: Jenis, jumlah dan kondisi Sarana dan Prasarana; Pemanfaatan Sarana dan Prasarana dan pemeliharaan; Kepuasan pelanggan terhadap Sarana dan Prasarana; Perencanaan, pengadaan, monitoring dan evaluasi serta perbaikan. Sedangkan perbaikan standar mutu Sarana dan Prasarana STIKES RS Baptis Kediri ditujukan pada: 9.5.1 Rencana Perbaikan Mutu Sarana dan Prasarana Program perbaikan mutu disusun mengacu pada rekomendasi dari hasil evaluai peraturan yang ada, kondisi keuangan dan sumber daya yang tersedia. Rencana perbaikan mutu ini memuat informasi tentang sasaran, target, tahapan, waktu pelaksanaan dan mekanisme kerja. 9.5.2 Pelaksanaan Perbaikan Mutu Sarana dan Prasarana Perbaikan mutu Sarana dan Prasarana dilaksakan sesuai rencana yang ditetapkan dan terukur. Tahap inilah yang disebut sebagai langkah akhir dari satu siklus penjaminan mutu secara utuh, dan sekaligus menjadi langkah awal dari siklus berikutnya. 43 BAB 10 STANDAR PENGELOLAAN 10.1 Pendahuluan STIKES RS Baptis Kediri merupakan lembaga yang memiliki fungsi dan kompetensi dalam menjalankan proses pendidikan tinggi dalam bidang keperawatan, disamping melaksanakan fungsi tersebut, STIKES RS Baptis Kediri juga menjadi salah satu pilar dalam upaya menegakkan demokrasi, menjaga nilai-nilai moral dan kemanusiaan, serta menjunjung tinggi rasa keadilan bagi masyarakat. Peran yang demikian penting tersebut harus didukung dengan upaya-upaya untuk selalu meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, tata kelola baik, akuntabilitas, pencitraan publik, serta menjaga pemerataan dan perluasan akses atas layanan pendidikan tinggi di STIKES RS Baptis Kediri bagi masyarakat. Layanan akademik STIKES RS Baptis Kediri dicakup dalam istilah Tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat. Untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi diperlukan serangkaian input yang mencakup kurikulum, mahasiswa, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas fisik, informasi, dan keuangan. Output kegiatan tridharma adalah lulusan, karya penelitian, dan karya pengabdian kepada masyarakat. Untuk mengelola seluruh proses dan berbagai faktor input dan output STIKES RS Baptis Kediri diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang tepat. Manajemen pengelolaan merupakan langkah dinamis dan sistematis menuju pencapaian tujuan dengan menggunakan dukungan sumber daya yang tersedia (sumber daya manusia, bahan, peralatan, metode kerja, modal, dan potensi pasar). Kegiatan manajemen pengelolaan mencakup perencanaan, pengorganisasian, pemantauan, dan evaluasi. Tujuan dalam manajemen STIKES RS Baptis Kediri memiliki target yang bergerak yang ditetapkan dengan melihat tuntutan kebutuhan internal dan eksternal serta kesiapan sumber daya yang dimiliki. Sehubungan dengan hal itu, pengembangan manajemen perlu disertai dengan upaya penguatan terus-menerus sumber daya yang dimiliki sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan secara berkelanjutan. Manajemen pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri telah menghasilkan layanan tridharma perguruan tinggi yang terwadahi oleh organisasi formal yang memiliki kekuatan hukum. Dengan cara demikian diharapkan masyarakat dapat memperoleh layanan pendidikan tinggi secara berkelanjutan dengan rasa aman dan kepercayaan tinggi terhadap STIKES RS Baptis Kediri. Selanjutnya dalam kerangka hukum formal berbagai bentuk kesepakatan antar pihak dituangkan dalam perjanjian yang bersifat tertulis berupa MoU (Memorandum of Understanding), prinsip manajemen kelembagaan pendidikan tinggi diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 44 MANAJEMEN KELEMBAGAAN INPUT BISNIS PROSES KURIKULUM PROSES PENDIDIKAN OUTPUT ALUMNI PUBLIK PRODUK PENELITIAN MAHASISWA INFORMASI PROSES PENELITIAN FASILITAS TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN PUBLIK PROSES PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PRODUK PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KURIKULUM Gambar 1: Proses Utama Perguruan Tinggi 10.2 Penetapan Standar Pengelolaan Standar Pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri ini disusun dengan memperhatikan proses utama pendidikan tinggi, prinsip-prinsip manajemen pengelolaan dan peraturan-peraturan yang berlaku serta kebijakan manajemen perguruan tinggi. 10.2.1 Penetapan Visi, Misi, Strategi, dan Program yang Jelas Perumusan alasan dan maksud perguruan tinggi telah dituangkan ke dalam visi, misi, nilai-nilai dan strategi pengembangan STIKES RS Baptis Kediri. Dokumen-dokumen yang memuat pokok-pokok pikiran dasar manajemen pengelolaan adalah Statuta STIKES RS Baptis Kediri. Konsep dasar pendirian STIKES RS Baptis Kediri selanjutnya dijabarkan ke dalam dokumen rencana strategis (Renstra) dan dijabarkan lebih lanjut pada tataran operasional ke dalam dokumen rencana operasional (Renop) yang memuat sasaran-sasaran baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kedua dokumen itu menjadi dasar pelaksanaan program kerja oleh para pengelola STIKES RS Baptis Kediri dan seluruh stakeholders yang dimiliki STIKES RS Baptis Kediri. 10.2.2 Penetapan Mekanisme Kepemimpinan yang Efektif STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki mekanisme kepemimpinan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen Statuta, Renstra, dan Renop tersebut. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri telah dipilih melalui suatu mekanisme yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Mekanisme kepemimpinan telah diselenggarakan secara transparan dengan melibatkan sivitas akademika STIKES RS Baptis Kediri dan penetapan Ketua STIKES RS Baptis Kediri akan diikuti dengan penetapan Ketua, Pembantu Ketua, Kaprodi , Ka.Biro di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri. Mekanisme penetapan tersebut menjadi dasar legitimasi seorang pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh STIKES RS Baptis Kediri dalam menjalankan strategi dan program untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran. 45 10.2.3 Pembentukan Manajemen Pengelolaan yang Efektif dan Efisien Untuk melaksanakan pembentukan manajemen pengelolaan yang efektif dan efisien sesuai dengan Statuta, Renstra, dan Renop pada STIKES RS Baptis Kediri telah dibentuk biro dengan tugas pokok dan fungsi yang saling mendukung dan melengkapi. Besar atau kecilnya biro disesuaikan dengan tugas dan fungsi pokok dan pertimbangan efisiensi serta efektifitas kinerja biro tersebut. Bentuk tersebut telah mempertimbangkan hubungan kerja vertikal ke atas dan ke bawah dan hubungan horizontal dengan unit di sampingnya untuk menjadi fungsi koordinasi dan komunikasi antar unit di dalam maupun di luar organisasi. Manajemen pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri telah didasarkan pada suatu bentuk keputusan yang berkelanjutan dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berada diatasnya yaitu, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan lain lain.Pengelola di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri mengatur penggunaan sumber daya dalam menunjang proses utama untuk menghasilkan output yaitu alumni dan karya-karya penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 1. Manajemen Akademik Unsur utama manajemen akademik pada STIKES RS Baptis Kediri yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, layanan sarana penunjang proses pembelajaran, dan penjaminan mutu proses pembelajaran. Proses utama manajemen akademik meliputi, pendaftaran, seleksi calon mahasiswa baru, pembayaran administrasi pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas (laboratorium, perpustakaan dan tempat praktek) serta berbagai kegiatan penunjang kemahasiswaan seperti: kegiatan minat dan bakat, penalaran dan kesejahteraan mahasiswa. Keseluruhan proses ini disusun dan dievaluasi dalam kerangka acuan sistem penjaminan mutu di STIKES RS Baptis Kediri. Pengembangan manajemen akademik tersebut akan semakin kompleks dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang tercatat dalam perguruan tinggi, sehingga administrasi perlu dilaksanakan dengan rapih dan didukung dengan sistem informasi yang memadai. Kebijakan manajemen akademik ditetapkan oleh Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan operasionalisasinya dilaksanakan oleh beberapa lembaga/unit yang relevan seperti: biro administrasi akademik dan kemahasiswaan (BAAK), kepala bagian akademik, biro penjaminan mutu, dan berbagai unit pelaksanaan teknis (UPT) untuk menunjang kegiatan akademik misalnya: multi media, perpustakaan, komputer, penerbitan, dan lain lain. 2. Manajemen Kemahasiswaan STIKES RS Baptis Kediri telah mengembangkan berbagai layanan yang melengkapi kegiatan mahasiswa selain proses pembelajaran di kelas dan laboratorium. Kegiatan kemahasiswaan antara lain terdiri atas: pengembangan minat dan bakat, pengembangan kegiatan penalaran dan pengembangan fasilitas kesejahteraan untuk mahasiswa. Kegiatankegiatan tersebut telah didukung dengan berbagai fasilitas penunjang dan organisasi yang mengelolanya. Fasilitas tersebut dapat berupa: asrama mahasiswa, fasilitas olah raga, kantin, dan toko yang menyediakan kebutuhan mahasiswa, sarana kesehatan, dan lain lain. Organisasi pengelola fasilitas tersebut telah dibentuk khusus dan dalam melaksanakan tugasnya telah berupaya untuk dapat menampung berbagai aspirasi mahasiswa yang sangat beragam. Manajemen kemahasiswaan STIKES RS Baptis Kediri secara kebijakan di bawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang relevan seperti: biro administrasi akademik dan kemahasiswaan (BAAK), kepala bagian kemahasiswaan, dan berbagai unit pelaksana teknis (UPT) untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan seperti: asrama, fasilitas olah raga, dan lain-lain 3. Manajemen Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Salah satu keluaran dari STIKES RS Baptis Kediri adalah karya penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Karya tersebut merupakan hasil dari proses penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan 46 kependidikan beserta mahasiswa, sebagai respon atas kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan tuntutan untuk selalu mengembangkan IPTEK. Kegiatan tersebut telah mendapat dukungan sumber daya dari STIKES RS Baptis Kediri dan telah dikelola secara profesional. Manajemen penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tersebut secara kebijakan dibawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksankan oleh beberapa lembaga yang relevan seperti: lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan berbagai unit untuk penunjang kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat seperti: UPT laboratorium terpadu. 4. Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi telah tersedia sejumlah fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang meliputi: ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang dosen dan administrasi, dan berbagai penunjang lainnya seperti asrama, fasilitas olahraga, kantin, dll. Fasilitas dan infrastruktur tersebut telah dikelola dengan baik, dengan beberapa tahap pelaksanaan seperti proses pengadaan, inventarisasi, operasi dan pemeliharaan, perbaikan, penghapusan (bila telah rusak berat) serta administrasi pembukuan yang rapih agar dapat diketahuui nilai aset yang dimiliki pada setiap saat. Manajemen fasilitas dan infrastruktur dibawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dikelola oleh biro administrasi umum (BAU) dan Kepegawaian, dan di tingkat program studi di bawah kepala bagian tata usaha dan di tingkat unit dibantu oleh pelaksana (UPT) pemeliharaan, UPT asrama, dan lain-lain. 5. Manajemen Sumber Daya Manusia STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka sumber daya manusia yang meliputi tenaga pendidik dan kependidikan merupakan faktor yang penting. Manajemen sumber daya manusia meliputi tahapan: rekruitmen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan baru, penempatan pada tugas dan jabatan yang sesuai, penyusunan jenjang karir, pelatihan dan penguatan kapasitas diri, penegakan disiplin dan penghargaan serta persiapan pensiun. Pengembangan sumber daya manusia tersebut telah didukung oleh sistem administrasi yang rapi yang memungkinkan semua pihak untuk memperoleh akses informasi yang terkait dengan rencana pengembangan karir masing-masing. Manajemen sumber daya manusia tersebut secara kebijakan di bawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang relevan seperti: biro administrasi umum (BAU) dan Kepegawaian , kepala bagian tata usaha, serta berbagai unit pelaksana teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan sumber daya manusia seperti koperasi pegawai, dan lain lain. 6. Manajemen Keuangan STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka pembiayaan menjadi faktor kunci yang sangat menentukan keberhasilan program dan layanan kepada masyarakat. Kemampuan untuk merencanakan potensi penerimaan dan rencana pengeluaran yang berimbang dapat mendorong dinamika lembaga dan pertumbuhan menuju pencapaian visi dan misi perguruan tinggi. Manajemen keuangan tersebut telah didukung oleh kerapihan administrasi khususnya terkait dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku serta akuntabilitas publik yang dituntut masyarakat. Manajemen keuangan tersebut dibawah tanggungjawab Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dikelola oleh biro admministrasi umum (BAU) dan Keuangan, dan unsur pelaksana di tingkat masyarakat. 7. Manajemen Sistem Informasi Sebagai konsekuensi STIKES RS Baptis Kediri sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi yang memberikan layanan kepada mahasiswa, jumlah tenaga pendidik dan tenaga 47 kependidikan yang tidak sedikit, banyaknya fasilitas dan infrastruktur serta jumlah uang yang beredar cukup besar, maka manajemen sistem informasi menjadi suatu keharusan. Manajemen sistem informasi ini meliputi: penyediaan sarana dan prasarana sistem informasi dan dukungan jaringan telekomunikasi yang memungkinkan informasi proses utama pendidikan tinggi tersebut dapat diakses dengan cepat, akurat, dan terpercaya. Model sistem informasi pada STIKES RS Baptis Kediri telah memberikan jaminan bahwa layanan informasi kepada masyarakat tidak terhenti walaupun ada kerusakan jaringan telekomunikasi ataupun kesalahan dalam perangkat lunak sistem informasi. Manajemen sistem informasi secara kebijakan dibawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara opeasional dilaksanakan oleh UPT Pusat Informasi. Tiap-tiap unit pelaksana akademik telah memiliki unsur pelaksana sistem informasi. 8. Penempatan Sumber Daya Manusia yang Tepat STIKES RS Baptis Kediri dengan telah mampu menjabarkan visi, misi, strategi dalam tataran rencana strategi dan operasional, sehingga tahap selanjutnya adalah perlunya untuk mencari Sumber Daya Manusia dengan kualifikasi yang tepat pada setiap posisi jabatan untuk menjalankan roda organisasi. Pemilihan Sumber Daya Manusia tersebut dapat dilakukan melalui serangkaian tahap seleksi yang terdiri atas: 1) Seleksi administrasi berupa rekam jejak kualifikasi pendidikan dan pengalaman. 2) Seleksi kompetensi dan kesesuaian teknis dengan jabatan yang ditawarkan. 3) Seleksi sikap dan attitude dalam bentuk model wawancara dan psikotes untuk kepatutan dan kepantasan. 10.3 Pemenuhan Standar Pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri melaksanakan manajemen pengelolaan tersebut diatas telah melalui beberapa langkah utama sebagai berikut: 10.3.1 Pemenuhan Visi, Misi, Strategi dan Program Untuk mencapai manajemen kelembagaan yang baik, pada tahap awal diperlukan kejelasan visi dan misi dengan memperhatikan aspirasi seluruh staheholders yang dimiliki STIKES RS Baptis Kediri. Visi dan misi tersebut menjadi tujuan dan sasaran pengembangan ke depan dan memberikan gambaran atas bagaimana bentuk ideal STIKES RS Baptis Kediri di masa yang akan datang. 10.3.2 Pemenuhan Mekanisme Kepemimpinan Peran kepemimpinan STIKES RS Baptis Kediri menjadi sangat penting dalam menerjemahkan visi dan misi tersebut dalam bentuk suatu program kerja yang konkrit, realistis, dan mampu dicapai oleh perangkat kelembagaan yang ada di STIKES RS Baptis Kediri. Melalui kepemimpinan di STIKES RS Baptis Kediri telah mampu membangun motivasi kerja dan lingkungan kerja yang dinamis agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan dengan suasana kerja yang kondusif. 10.3.3 Penguatan kelembagaan Setelah suatu lembaga dibentuk sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan visi misi STIKES RS Baptis Kediri, perangkat kelembagaan tersebut telah dilengkapi dengan beberapa instrumen organisasi seperti: 1. Penetapan dasar hukum/aturan dan perundangan yang ditetapkan pemerintah dan dokumen-dokumen acuan kerja yang sah seperti Statuta, Renstra, dan Renop. 2. Penetapan deskripsi jabatan dan spesifikasi/kualifikasi jabatan yang dapat melaksanakan tugas dan fungsi pokok tersebut. Penetapan ini dapat dirangkum dalam ketentuan organisasi dan tata kerja. 3. Penetapan standar operasional dan prosedur baik internal kelembagaan maupun antar lembaga dengan sasaran utama memberikan layanan yang efisien dan efektif. 4. Pembakuan mekanisme kerja kelembagaan dan mengupayakan suatu proses sertifikasi eksternal yang dapat memberikan pengakuan bahwa lembaga tersebut telah mampu bekerja dan berkinerja yang optimal. 48 10.3. 4 Pelatihan dan Sosialisasi STIKES RS Baptis Kediri dalam membangun suatu manajemen kelembagaan yang kuat, maka program pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakan secara terus menerus mutlak diperlukan. Sasaran program ini antara lain untuk membangun kesadaran stakeholders internal untuk mencapai visi misi STIKES RS Baptis Kediri, membangun kesadaran untuk mengikuti sistem dan mekanisme yang telah ditetapkan, membangun kesadaran atas peran masing-masing jabatan dalam organisasi, serta membangun kesadaran atas perlunya team work dan komitmen bersama untuk mencapai visi dan misi tersebut. Program pelatihan dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut: 1. Tahap rekruitment tenaga pendidik dan kependidikan baru, yang merupakan tahap pengenalan organisasi dan pendekatan terhadap suasana kerja baru dan sistem dalam organisasi. 2. Tahap sebelum menduduki jabatan baru, yang merupakan tahap pembekalan pada setiap pejabat yang akan mulai bertugas terkait dengan tugas dan fungsi poko masingmasing jabatan tersebut. 3. Tahap pembentukan dan penguatan lembaga baru, merupakan tahap pembekalan kepada pejabat lama/baru terhadap perubahan/perluasan/penguatan tugas dan fungsi pokok suatu jabatan tertentu terkait dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyrakat. 10.3.5 Penguatan Suasana Kerja Pada tahap implementasi, pelaksanaan manajemen kelembagaan STIKES RS Baptis Kediri telah dapat menghasilkan suasana kerja yang kondusif yang melibatkan seluruh stakeholders yang terkait dengan pelaksanaan tugas kelembagaan, serta secara dinamis mengikuti perkembangan dan tuntutan masyarakat sebagai pengguna layanan. Keterlibatan setiap anggota organisasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program dapat menghasilkan rasa ikut memiliki dan bertanggungjawab atas keberhasilan pelaksanaan program kerja. STIKES RS Baptis Kediri memiliki tanggungjawab terhadap masyarakat secara luas dan pemerintah. Membangun kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang menjadi dasar hukum dalam proses pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan. Manajemen kelembagaan yang baik tetap mempunyai tanggungjawab terhadap peraturan perundangan yang berlaku dengan mendorong perilaku kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk kesadaran internal yang mengakar pada setiap individu dan organisasi. 10.4 Pengendalian Standar Pengelolaan Proses pengawasan dalam pelaksanaan program kerja di STIKES RS Baptis Kediri terbagi menjadi 3 proses utama yaitu: pengawasan secara internal, pengawasan secara eksternal, dan akuntabilitas publik. 10.4.1 Pengawasan Internal Pengawasan internal dilakukan oleh suatu unit independen di bawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri yang sering disebut sebagai internal audit. Fungsi utama unit ini adalah uintuk mendampingi semua unit di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri serta ketentuan yang berlaku. Ruang lingkup tugas unit audit internal dimulai pada saat penyusunan rencana kerja tahunan, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan hasil capaian program dalam satu kurun waktu tertentu dengan butir-butir pengawasan sebagai berikut: 1. Hasil capaian kinerja suatu unit relatif terhadap perencanaan yang telah disusun 2. Kepatuhan terhadap peraturan perundanganyang berlaku 3. Kerapihan manajemen dalam proses pengadaan barang dan jasa 4. Kerapihan manajemen dalam pengelolaan keuangan 49 Keempat kerangka acuan tersebut dituangkan dalam suatu borang pemeriksaan yang berisi keseluruhan informasi yang terkait dengan dokumen perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil capaian pada kurun waktu tertentu. Dokumen tersebut dikirimkan secara rutin kepada setiap unit untuk diisi dan menjadi dasar dalam pemeriksaan lapangan. Hasil pemeriksaan audit internal tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan Ketua STIKES RS Baptis Kediri dalam menentukan kebijakan perbaikan dan pengembangan program pada kurun waktu berikutnya. 10.4 2 Pengawasan Eksternal Pada STIKES RS Baptis Kediri dilaksanakan pengawasan eksternal yang dilakukan oleh lembaga pengawas baik dari pemerintah maupun dari yayasan. Program pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga tersebut merupakan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja organisasi, kepatuhan, dan ketaatan terhadap peraturan dan perundangan serta sebagai upaya pencegahan terhadap setiap penyimpangan baik yang dilakukan di STIKES RS Baptis Kediri secara prosedural maupun perseorangan yang berindikasi pada tindak pidana korupsi. Mekanisme kerja satuan pengawasan eksternal ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri berdasarkan peraturan perundangan yang terkait. 10.4.3 Akuntabilitas Publik STIKES RS Baptis Kediri telah dilakukan tata kelola dan akuntabilitas publik, maka pengguna layanan diletakkan pada tempat tertinggi dalam memahami apa kebutuhan atas layanan pendidikan yang telah diberikan di STIKES RS Baptis Kediri. Tingkat kepuasan pelanggan menjadi factor utama dalam menentukan keberhasilan sebuah program. Pengembangan manajemen kelembagaan di STIKES RS Baptis Kediri telah dapat menghasilkan suatu capaian kinerja optimal yaitu: 1. Mampu memilih standar yang tepat dalam menyusun kerangka acuan kerja maupun menggunakan standar tersebut sebagai tolok ukur evaluasi pelaksanaan program kerja. 2. Mampu mengembangkan karakter dan budaya lokal sebagai unggulan dalam membangun manajemen kelembagaan yang kuat. 3. Mampu membangun model pengawasan mandiri yang mengacu kepada standar pengawasan internal dan eksternal sebagai upaya untuk melaksanakan akuntabilitas publik. 10.5 Peningkatan Standar Pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri dalam meningkatkan standar mutu pengelolaan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu dengan menyesuaikan pencapaian visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan selanjutnya dijabarkan ke dalam Statuta, Restra dan Renop sebagai suatu siklus standar pengelolaan. Peningkatan manajemen pengelolaan yang ada di STIKES RS Baptis Kediri akan selalu ditingkatkan baik manajemen akademik, manajemen kemahasiswaan, manajemen penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, manajemen fasilitas dan infrastuktur, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan dan manajemen sistem informasi sesuai dengan prioritas pengembangan STIKES RS Baptis Kediri. 50 BAB 11 STANDAR PEMBIAYAAN 11.1 Pendahuluan Penyelenggaraan kegiatan pendidikan tinggi, tidak dapat berjalan apabila tidak didukung oleh unsur pembiayaan yang sesuai dengan standar. Unsur pembiayaan merupakan salah satu unsur utama demi kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan tinggi tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan tinggi pada setiap satuan pendidikan tinggi yakni perguruan tinggi yang membutuhkan tolok ukur minimum atau standar agar pembiayaan penyelenggaraan kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku, sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi, transparan, akuntabel dan bermutu. Pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri tidak hanya diperuntukkan bagi kegiatan pembelajaran saja, melainkan juga untuk kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam Tridharma Perguruan Tinggi, serta untuk kesejahteraan Dosen, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa juga. Oleh karena itu, standar mutu pembiayaan sebagai salah satu komponen dalam SPMI-PT, bertujuan untuk meningkatkan mutu pembiayaan, dan meningkatkan relevansi kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dengan rencana pembiayaan yang telah ditetapkan. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 butir no 10, menyebutkan bahwa Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri khususnya tentang aspek pengelolaan, disesuaikan dengan standar keuangan yang berlaku. Mutu yang diharapkan sesuai dengan harapan pelanggan pada saat melakukan penyelenggaraan atau pengelolaan. Selanjutnya mutu tersebut ditunjukan bahwa setiap program di STIKES SRS Baptis Kediri telah didahului dengan suatu perencanaan yang disebut Rencana kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT). Ini menjadi indikator keberhasilan pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri dengan memperhatikan outcome dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilaksanakan. 11.2 Penetapan Standar Pembiayaan Dalam menetapkan standar pembiayaan STIKES RS Baptis Kediri membuat langkahlangkah sebagai berikut: (a) meneliti terlebih dahulu peraturan perundang undangan yang mengatur tentang persoalan pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri, dan (b) merumuskan substansi atau isi standar mutu sedemikian rupa agar tetap konsisten atau selaras dengan visi, misi dan tujuan STIKES RS Baptis Kediri. Apabila melihat pada Pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), diketahui bahwa substansi Standar Pembiayaan pada setiap perguruan tinggi mengatur atau menetapkan butir butir mutu tentang: 1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya per-sonal. 2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, 2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan 3) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 51 Luas lingkup ketiga jenis biaya yang masuk sebagai substansi atau standar isi dari Standar Pembiayaan dapat dilihat dari definisi dalam Pasal 62 Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Tentang luas lingkup dari biaya investasi dan biaya operasi, misalnya dalam praktik penyelenggaraan perguruan tinggi disebut sebagai pengelolaan keuangan perguruan tinggi, yang umumnya terdiri atas komponen sebagai berikut: 1. Proposal Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT); 2. Pembahasan RKAT; 3. Pengajuan Persekot Kerja (PK); 4. Realisasi Dana; 5. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan Laporan Keuangan; 6. Evaluasi terhadap kesesuaian antara RKAT, Persekot Kerja, dan SPJ; 7. Auditing atau Penilaian. Dengan demikian, STIKES RS Baptis Kediri telah membuat beberapa penetapan standar yaitu: Standar arah kebijakan pengelolaan keuangan; Standar proses pengelolaan keuangan; dan Standar pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Standar mutu kegiatan pengelolaan keuangan disusun berdasarkan Rencana Anggaran Tahunan, dengan mengacu kepada sasaran yang ingin dicapai oleh setiap kegiatan itu. Standar ditetapkan dengan mengacu pada visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dalam setiap satuan kegiatan dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang secara singkat dapat digambarkan melalui analisis lingkungan strategis (Renstra dan Renop) sebagai bahan untuk penyusunan Rencana anggaran Tahunan (RAT) setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. 11.2.1 Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Dalam pengelolaan keuangan pada STIKES RS Baptis Kediri terdapat berbagai karakteristik utama yaitu partisipatif, taat hukum, transparan, efisien dan efektif, dan akuntabel. Penetapan standar arah kebijakan pengelolaan keuangan yang berlaku di STIKES RS Baptis Kediri telah mengacu pada unsur unsur utama tersebut. 1. Partisipatif Artinya bahwa seluruh stokeholders bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan dengan turut serta memikirkan partisipasi masing-masing, khususnya dalam hal penggalian dana untuk menunjang kegiatan pendidikan untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. 2. Taat hukum Artinya seluruh aktivitas yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan dilakukan dengan mematuhi semua aturan yang disepakati dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Aktivitas yang bersifat srategis sebagai sumber pendapatan (revenue) diciptakan dan dijalankan mengikuti rambbu-rambu hukum maupun peraturan internal. Penggunaan dana diarahkan pada pembiayaan kegiatan dalam rangka pencapaian mutu akademik yang dicita-citakan. 3. Transparansi Artinya dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Semua informasi tentang pengelolaan keuangan harus secara langsung dapat diterima oleh siapapun yang memerlukan. Informasi harus dapat dipahami dan dipantau. 4. Efisien dan Efektif Artinya penggunaan dana atau penganggaran yang efisien dapat dilakukan melalui tahapan perencanaan yang baik. Perencanaan harus dikoordinasikan dengan seluruh unit di perguruan tinggi agar duplikasi kegiatan maupun anggaran tidak terjadi. Efektifitas penggunaan dana dicapai dengan perencanaan yang didasarkan atas rencana strategi dan rencana operasional yang disusun dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang ditetapkan. 5. Akuntabilitas Artinya pembuat keputusan yang berhubungan dengan masalah keuangan tidak hanya bertanggungjawab secara internal, melainkan juga bertanggungjawab kepada publik maupun seluruh stakeholders. 52 11.2.2 Standar Proses Pengelolaan Keuangan Setelah Rencana Anggaran Tahunan (RAT) STIKES RS Baptis Kediri disusun, diperoleh jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan yang direncanakan tersebut dan sejauh mana ketersediaan dana yang dapat dianggarkan untuk melaksanakan RAT. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi sumber-sumber pemasukan keuangan beserta besaran dananya. Sumber-sumber pemasukan keuangan tersebut antara lain dapat berupa donatur, SPP mahasiswa, Sumbangan wajib dan sumbangan pengembangan mahasiswa baru, kontrak penelitian, kegiatan usaha, dana rutin, dan lain-lain. 11.2.3 Standar Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Pertangggungjawaban pengelolaan keuangan pada STIKES RS Baptis Kediri oleh Pembantu Ketua II yang ditetapkan berdasarkan standar atau sistem akuntansi yang berlaku agar dapat memperlancar audit atau penilaian, baik secara internal atau eksternal, dapat pula menjamin ketercapaian mutu dalam pengelolaan keuangan. Kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan dapat menjamin mutu ketercapaian program kegiatan, sedangkan ketidak sesuaian atau perubahan diperlukan penjelasan, agar dapat diketahui kendala pelaksanaan sebagai pengalaman (project experiences) dalam penyusunan perencanaan keuangan periode berikutnya. 11.2.4 Pernyataan Isi standar STIKES RS Baptis Kediri Pernyataan Isi standar STIKES RS Baptis Kediri adalah sebagai berikut: 1. Ketua, Pembantu Ketua, Ketua Program Studi, Ketua Biro atau unit-unit lainnya sebagai pejabat pengguna anggaran dalam kebijakan pengelolaan keuangan berdasarkan karakteristik: partisipatif, taat hukum, transparan, efisien dan efektif, dan akuntabel. 2. Untuk menjamin kebijakan pengelolaan keuangan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka Ketua STIKES RS Baptis Kediri membentuk badan pengawas internal STIKES RS Baptis Kediri bidang keuangan atau disebut dengan Satuan Pengawas Internal (SPI). 3. Ketua, Pembantu Ketua, Ketua Program Studi, Ketua Biro atau unit lain dalam proses pengelolaan keuangan berdasarkan: Rencana Strategi (Renstra/SAP), Rencana Operasional (Renop), Rencana Anggaran Tahunan (RAT), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi ke Yayasan Baptis Indonesia (YBI). 4. Sumber dan jumlah dana yang dikelola oleh STIKES RS Baptis Kediri disosialisasikan kepada sivitas akademika STIKES RS Baptis Kediri untuk menjamin adanya pengelolaan dana yang akuntabel. 5. Penentuan alokasi anggaran untuk masing-masing unit kerja mengacu pada programprogram yang telah ditentukan pada Rapat Kerja Tahunan (RAKERTA) STIKES RS Baptis Kediri. 6. STIKES RS Baptis Kediri mempunyai prosedur dalam penyusunan anggaran yang memperhatikan masukan dari tingkat program studi sehingga memungkinkan adanya subsidi silang dalam pengembangan program studi di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri. 7. STIKES RS Baptis Kediri mempunyai prosedur pencairan anggaran yang mampu mendukung kelancaran pelaksanaan setiap kegiatan yang telah direncanakan secara baik dan berkualitas. 8. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya investasi dari total anggaran tahunan. 9. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya operasional dari total anggaran tahunan. 10. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya personal dari total anggaran tahunan. 53 11.3 Pemenuhan Standar Pembiayaan 11.3.1 Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan STIKES RS Baptis Kediri dalam upaya untuk menjamin arah pengelolaan keuangan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan, membentuk Satuan Pengawas Internal (SPI) yang mencakup ranah keuangan. Komitmen terhadap perencanaan anggaran keuangan juga dipegang teguh oleh penentu kebijakan pada STIKES RS Baptis Kediri, dalam mengalokasikan dana untuk setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. 11.3.2 Standar Proses Pengelolaan Keuangan. Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan pada hakekatnya adalah panduan bagi semua pihak dalam setiap pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan Rencana Anggaran Tahunan (RAT) diharapkan setiap kegiatan dapat diikuti dan dilacak kesesuaiannya dengan perencanaan, dengan kata lain, setiap kegiatan yang didasarkan atas RAT dapat dijamin akuntabilitasnya. Setiap kegiatan sebagai pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dalam jenjang dan unit manapun harus dilaksanakan berdasarkan RAT. Dengan demikian, setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan sejak dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. Tahapan penyusunan Rencana Anggaran Tahunan STIKES RS Baptis Kediri dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan visi dan misi, Rencana Strategi atau Strategic Action Plan (SAP) disusun berupa tindakan, langkah atau cara untuk mencapainya. Rencana strategik tersebut dinyatakan dalam kebijakan-kebijakan yang meliputi bidang pendidikan, penelitian, kerjasama, dan pengabdian kepada masyarakat serta bidang kemahasiswaan, dan bidangbidang lain sesuai dengan kebutuhan STIKES RS Baptis Kediri sesuai dengan Diagram yang tercermin dibawah ini. HUBUNGAN RENSTRA (SAP) RAT RENCANA STRATEGI (SAP) PENAJAMAN RENCANA STRATEGIK (SAP) Arah dan Kebijakan Umum STIKES RS Baptis Kediri Strategi dan Prioritas Kondisi Ekonomi dan Keuangan PERUMUSAN PROGRAM KERJA PENJABARAN PROGRAM KERJA SUB PROGRAM KERJA RENCANA KINERJA KEGIATAN RENCANA KEUANGA RAT Gambar 1. Diagram Hubungan antara Renstra dan RAT 1. Indikator kinerja mempunyai karakteristik antara lain: 1) Terkait pada tujuan dan program, serta menggambarkan pencapaian hasil; 2) Dibatasi pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan; 3) Diutamakan pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas; 4) Terkait dengan system pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil dari kegiatan. 2. Indikator kinerja mempunyai fungsi: 54 1) Memperjelas apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan; 2) Menciptakan konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi; 3) Sebagai dasar pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja. 11.3.3 Realisasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan Salah satu aktivitas paling penting dalam setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi di STIKES RS Baptis Kediri adalah sistem dan mekanisme realisasi anggaran. Oleh karena itu agar kegiatan tidak terhambat oleh penetapan sistem yang berlaku, diperlukan panduan pelaksanaan pencairan dana atau realisasi anggaian dalam bentuk bagan alir yang sederhana, mudah dipahami diketahui semua pihak, dan diiaati oleh semua yang terlibat didalamnya. 11.4 Pengendalian Standar Pembiayaan 11.4.1 Evaluasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan Tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi pada STIKES RS Baptis Kediri berdasarkan Rencana Anggaran Tahunan (RAT) adalah evaluasi kegiatan. Evaluasi dilakukan terhadap kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang mendukung kegiatan itu. Perubahan jenis kegiatan dimungkinkan sesuai dengan kondisi setempat, tanpa mempengaruhi jumlah nominal anggaran yang ditetapkan dalam RAT. 11.4.2 Standar Pelaporan Keuangan Pada tingkat program studi dan institusi, Pengendalian standar dilakukan melalui evaluasi yang dilakukan sesuai dengan siklus penjamin mutu di masing-masing program studi tiap semester. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan keuangan termasuk indikator kinerja yang dievaluasi sebagai berikut: 1. Laporan pertanggungjawaban keuangan tentang evaluasi pelaksanaan kegiatan dan laporan akuntabilitasnya; 2. Evaluasi pelaksanaan anggaran biaya dalam setiap kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam RAT. Sedangkan Pengendalian standar yang dilakukan pada STIKES RS Baptis Kediri melalui auditing keuangan antara lain sebagai berikut: 1. Evaluasi kualitas kinerja keuangan oleh tim pendamping keuangan; 2. Jumlah dan kualitas pencapaian anggaran sesuai dengan RAT berdasarkan indicator yang telah ditetapkan. 11.4.3 Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan dan Ketaatan Pada Hukum 1. Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan Evaluasi akuntabilitas keuangan dilakukan pada tahapan-tahapan yang dilalui, mulai dari perumusan perencanaan keuangan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi atas kinerja keuangan dan pelaksanaan pelaporannya. 2. Evaluasi atas proses penganggaran. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada prinsip bahwa: 1) Anggaran didasarkan pada rencana SAP. 2) Anggaran dibuat realistik dengan memperhatikan tingkat capaian kinerja yang diinginkan pada tahun yang bersangkutan; 3) Anggaran menyediakan informasi mengenai standar kinerja keuangan; Berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan evaluasi adalah: 1) Meneliti kesesuaian anggaran dibuat dengan prinsip-prinsip di atas; 2) Meneliti apakah semua kegiatan yang direncanakan telah diakomodasi pembiayaannya dalam anggaran keuangan yang diajukan. 3) Meneliti kelengkapan anggaran yang diajukan mencakup sumber pembiayaan dan jenisnya, penerimaan dari Negara, rencana investasi, rencana pinjaman, dan lain-lain; 4) Meneliti apakah dari jumlah anggaran yang disetujui telah dilakukan penyesuaian yang diperlukan dalam tingkatan kinerja yang diinginkan; 55 5) Meneliti kewajaran standar kinerja keuangan yang dibuat apakah telah mencantumkan rasio kehematan, efisiensi, efektivitas pelaksanaan kegiatan. 3. Evaluasi atas pelaksanaan pembiayaan kegiatan Pelaksanaan pembiayaan kegiatan perlu dipahami peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan penerimaan, penyimpangan, penyetoran, dan pengeluaran uang untuk pembiayaan kegiatan. Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan adalah: 1) Meneliti hambatan dalam pelaksanaan pembiayaan kegiatan; 2) Meneliti sebab terjadi hambatan tersebut; 3) Meneliti hal-hal seperti masalah ekonomi makro atau masalah ekonomi pada umumnya, yang menimbulkan masalah dalam pencapaian tingkat kinerja keuangan; 4) Melakukan analisis atas hasil evaluasi di atas. 4. Evaluasi atas kinerja keuangan Dalam melakukan evaluasi atas capaian kinerja keuangan perlu dilakukan langkahlangkah berikut: 1) Meneliti kewajaran perhitungan capaian kinerja keuangan, termasuk tingkat akurasi data yang dihasilkan, data pembanding, dan data lain yang berkaitan; 2) Meneliti kemungkinan terdapat data lain yang dapat digunakan untuk menilai tingkat capaian yang belum dimanfaatkan; 3) Melakukan analisis evaluasi pencapaian kinerja yang dilakukan, menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau standar lain yang mungkin dapat digunakan; 4) Meneliti hasil evaluasi atas capaian kinerja, apakah telah mencakup seluruh masalah yang berkaitan dan memiliki alasan yang dapat diterima kewajarannya. 5. Evaluasi atas pelaporan keuangan Pelaporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akuntabilitas keuangan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi mengenai pelaksanaan pelaporan keuangan yang mencakup: 1) Meneliti mengenai pelaksanaan pelaporan keuangan dilaksanakan semestinya dan tidak ditemukan hambatan dalam pelaksanaannya; 2) Meneliti telah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan pelaporan yang dilakukan; 3) Melakukan analisis yang mencakup kewajaran frekuensi pelaporan, kebenaran isi laporan, dan lain-lain. 11.4.4 Evaluasi atas ketaatan pada hukum Pelaksanaan evaluasi atas ketaatan pada peraturan perundang-undangan mencakup langkah sebagai berikut: 1. Meneliti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan perguruan tinggi, termasuk ketentuan mengenai pengelolaan keuangan dan sumberdaya lainnya; 2. Meneliti apakah laporan akuntabilitas yang ada telah mengungkapkan dengan jelas dan cukup, semua hal yang menyangkut ketaatan dan ketidaktaatan terhadap peratuaran perundang-undangan yang ada; 3. Melakukan analisis mengenai sebab dan alas an yang dikemukakan apabila terdapat pengungkapan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan tertentu. 11.5 Pengembangan dan Peningkatan Standar Pembiayaan Standar mutu pembiayaan sebagai salah satu komponen dalam SPMI-PT, bertujuan untuk meningkatkan mutu pembiayaan, dan meningkatkan relevansi kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dengan rencana pembiayaan yang telah ditetapkan. Standar ini harus ditingkatkan secara terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga dapat berkembang dan berkelanjutan. Dengan demikian dengan standar ini diharapkan ada kenaikan hasil dari semua kegiatan yang dilaksanakan. Standar mutu pembiayaan STIKES RS Baptis Kediri akan selalu ditingkatkan secara berkelanjutan dengan dilakukan laporan pertanggungan jawab atas kesesuaian capaian 56 anggaran dan dilakukan evaluasi guna meningkatkan kenaikan hasil d i semua kegiatan yang dilaksanakan. 57 BAB 12 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN 12.1 Pendahuluhan Proses pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan Kurikulum yang dipergunakan dalam Perguruan Tinggi. Salah satu rangkaian pelaksanaan pembelajaran adalah penilaian pendidikan. STIKES RS Baptis Kediri dalam penyelenggaraan penilaian pendidikan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, proses penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik (dosen) dan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian hasil belajar oleh pendidik (dosen) dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam berbagai bentuk tugas/tes/ujian. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata kuliah. Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan bahwa sistem penilaian dan penjaminan standar mutu ditetapkan oleh masing masing perguruan tinggi dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, STIKES RS Baptis Kediri memiliki otonomi dalam menetapkan sistem dan standar mutu dalam penilaian pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan Standar Penilaian Pendidikan adalah standar yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (mahasiswa). 12.2 Penetapan Standar Penilaian Pendidikan Sebagaimana disebutkan diatas, Standar Penilaian Pendidikan pada intinya terdiri dari 2 (dua) standar turunan, yaitu standar penilaian pendidikan oleh Dosen, dan standar penilaian pendidikan oleh perguruan tinggi atau Institusi. Kedua standar turunan di dalam kelompok Standar Penilaian Pendidikan ini bertujuan untuk menetapkan tolok ukur minimum penilaian atas hasil dari proses pembelajaran terhadap mahasiswa. 12.2.1 Beberapa hal penting yang diperhatikan dalam menetapkan Standar Penilaian Pendidikan Pertama, memahami terlebih dahulu seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.Peraturan perundang-undangan tersebut dapat berupa Undang Undang, Peraturan Pemerintah, ataupun Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Kedua, memastikan bahwa standar benar-benar selaras dengan visi, misi dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri. Ketiga, mencari dan memperhatikan masukan/kontribusi pemikiran dari para stakeholders termasuk alumni, dan/atau dari asosiasi profesi. Keempat, dalam proses penetapan Standar Penilaian Pendidikan terdapat empat aspek yang mendapatkan perhatian, yaitu: 1. Validitas isi dan konsep penilaian pendidikan yang sesuai dengan tujuan penilaian. 2. Reliabilitas informasi dan konsistensi hasil. 3. Kepraktisan prosedur dalam melakukan penilaian. 4. Memberikan efek terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan, khususnya pada improving quality of education system. 12.2.2 Beberapa hal penting yang diperhatikan dalam menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh Dosen. Dalam menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan oleh Dosen adalah dengan mengutamakan terlebih dahulu 3 (tiga) aspek yang perlu ditetapkan standar mutu, yaitu: 1. Metode dan mekanisme penilaian 2. Prosedur penilaian 3. Instrumen penilaian 58 Sejalan dengan perubahan paradigma dalam sistem pembelajaran di perguruan tinggi yang mengacu pada pengembangan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), method of delivery pembelajaran. Perubahan pendekatan dari membawa konsekuensi pada perlunya perbaikan sistem penilaian pendidikan yang dapat mencerminkan mutu kompetensi lulusan sesuai dengan tuntutan pengguna (market demand) Dalam arti pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa (learning objectives). Berikutnya, dimana letak -kadang kita sulit membedakan dan sering mencampuradukkan ketiga istilah tersebut. Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar. Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu. Tujuan penilaian hasil pembelajaran mahasiswa, yaitu antara lain; 1. Mengetahui tingkat kemajuaun yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. 2. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok. 3. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan mahasiswa dalam belajar. 4. Mengetahui hingga sejauh mana mahasiswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif, afektif dan psikomotorik (ranah kompetensi) 5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yang telah digunakan dosen dalam proses pembelajaran. Sedangkan kegunaan lebih lanjut dari hasil penilaian tersebut dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan: 1. Proses dan hasil pembelajaran, 2. Diagnosis dan usaha-usaha perbaikan yang berkelanjutan, 3. Placement test dan seleksi, 4. Bimbingan dan konseling, 5. Kurikulum dan 6. Penilaian kelembagaan. Di dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi, ada tiga ranah penyusunan kompetensi yaitu: 1. Kognitif (kemampuan berfikir intelektual) 2. Psikomotor (kemamapuan motorik yang berhubungan dengan anggota badan)dan 3. Afektif (kemampuan bersikap/menggunakan perasaan, emosi, system nilai dan sikap) Dengan mendasarkan hal tersebut, model penilaian yang digunakan harus dapat memberikan keputusan yang menggambarkan tingkat kemampuan/kompetensi secara utuh (integrasi 3 ranah) dari mahasiswa. Model penilaian komprehensif menggabungkan beberapa metode penilaian (assessment), antar lain; tugas, presentasi, seminar, pemodelan dengan tujuan dapat menilai tiga ranah kompetensi secara terintegrasi dalam proses pembelajaran, dan sebagai kesimpulannya adalah mahasiswa berkompeten atau tidak. Untuk mendapatkan penilaian yang lebih berkualitas dari hasil pembelajaran, sering digunakan kombinasi dua model yaitu model individual subyek dan model komprehensif. Metode penilaian yang digunakan antara lain; tes tertulis pada ujian tengah semester atau ujian akhir, jumlah 59 kehadiran, pre-post praktikum, quiz atau assignment, keaktifan dalam mengikuti perkuliahan di kelas, dan lain-lain. 12.2.3 Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh Perguruan Tinggi (Institusi) Standar mutu penilaian pendidikan oleh institusi atau Perguruan tinggi diartikan sebagai tolok ukur minimum yang ditetapkan oleh Pwrguruan tinggi untuk mengukur hasil belajar mahasiswa, berupa hasil belajar setiap matakuliah, setiap semester, dan setiap tahap studi hingga tahap studi terakhir yaitu kelulusan mahasiswa dari program studi yang bersangkutan. Standar ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap lulusan dari masingmasing program studi memperoleh nilai akhir sesuai dengan standar institusi yang satu atau seragam. Dengan kata lain, tidak dimungkinkan terjadinya perbedaan ukuran penilaian dari setiap program studi, setiap matakuliah, ataupun dari setiap dosen. 12.3 Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan Setelah substansi Standar Penilaian Pendidikan selesai ditetapkan dan dinyatakan berlaku, maka para pihak yang berwenang di STIKES RS Baptis Kediri yaitu Ketua, Kepala Program Studi, hingga Dosen, dan bahkan juga pegawai administrasi sebagai tenaga administratif penunjang pendidikan hárus menerapkan / melaksanakan demi terpenuhinya atau tercapainya substansi standar tersebut. Berikut ini pedoman Standar Penilaian Pendidikan, khususnya oleh Dosen antara lain: 12.3.1 Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi pembelajaran pada tahap akademik Pendidikan Sarjana Keperawatan merupakan penilaian yang menunjukkan keadaan atau kondisi akhir saat ini. Materi evaluasi disusun berdasarkan tujuan belajar dan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. 1. Tujuan Evaluasi Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan dengan tujuan : 1) Sebagai umpan balik peserta didik dalam meningkatkan usaha belajarnya. 2) Sebagai umpan balik bagi dosen akan perkuliahan yang dilakukannya. 3) Untuk menjamin akuntabilitas proses pembelajaran. 4) Untuk memotivasi peserta didik. 5) Untuk mendiagnosis kekuatan dan kekurangan peserta didik. 2. Metode Penilaian 1) Evaluasi Kompetensi: Beberapa metode evaluasi kompetensi yang dapat dilakukan, salah satunya dengan Skor 1 Mengetahui dan menjelaskan. (Pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini, baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya) Skor 2 Pernah melihat atau pernah mendemonstrasikan. (Memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan dan pernah melihat demonstrasinya). Skor 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi (memiliki pengatahuan teoritis mengenai ketrampilan dan pernah menerapkan ketrampilan ini beberapa kali dibawah supervisi) Skor 4 Mampu melakukan secara mandiri (memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini dan memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan ketrampilan ini secara mandiri) 2) Strategi Evaluasi penilaian Metode evaluasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi: (1) OSCE (Objective Structured Clinical Examination) (2) Tes tertulis (Essay, MCQS, Short Anwer Question) 60 (3) Permasalahan (case study) (4) Reflective Learning (5) Observasi (6) Oral Test (7) Presentasi (8) Projek (9) Laporan (10) Log Book (11) Direct Observational of Procedure Skill (12) Case test/ uji kasus (SOCA-Student Oral Case Analysis) (13) Critical Incidence Report (14) Problem Solving Skill (15) Kasus Lengkap, kasus singkat (16) Portfolio 3) Evaluasi Proses (1) Evaluasi Pelaksanaan (2) Evaluasi dosen oleh Mahasiswa (3) Evaluasi dosen oleh Dosen 3. Ujian 1) Tujuan dan Maksud penyelenggaraan ujian adalah : (1) Untuk menilai apakah mahasiswa telah menguasai kompetensi yang menjadi tujuan dari suatu mata kuliah. (2) Untuk mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa golongan berdasarkan kemampuan, yaitu golongan terbaik, golongan baik, golongan cukup, golongan kurang dan golongan gagal. 2) Sistem ujian dan pelaksanaannya (1) Bentuk ujian adalah ujian tulis, ujian pratikum/ujian lisan (2) Ujian resmi yang dilaksanakan pada tiap semester yaitu: a) Ujian Tengah Semester b) Ujian Akhir Semester c) Ujian Perbaikan (Remedial) Akhir Semester d) Ujian lain sesuai dengan program tiap mata ajar. (3) Ujian dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik dengan ketentuan bahwa mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian apabila menghadiri paling sedikit 80% dari jumlah tatap muka setiap matakuliah yang diikuti dalam semester. Mahasiswa yang jumlah kehadirannya kurang dari 80% diperkenankan untuk mengikuti ujian utama dan ujian perbaikan, jika menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen PJMK matakuliah tersebut sebelum pelaksanaan UAS. (4) Ujian perbaikan diadakan selambat-lambatnya 3 minggu setelah ujian utama, tidak dapat mengurangi nilai ujian utama. (5) Ujian perbaikan harus diikuti mahasiswa yang mendapat nilai C, D dan E. (6) Nilai ujian perbaikan setinggi-tingginya BC. (7) Bila mahasiswa berhalangan mengikuti ujian utama karena alasan yang sah, maka ujian perbaikan yang diikuti dinilai sebagai ujian utama dengan nilai setinggitingginya A. (8) Bila ujian utama maupun perbaikan tidak dapat ditempuh karena alasan-alasan yang sah, maka dengan surat ijin Kaprodi, kepada mahasiswa yang bersangkutan dapat diberikan kesempatan satu kali mengikuti ujian susulan yang dinilai sebagai ujian utama. 3) Sistem Penilaian Cara penilaian yang digunakan adalah PAP ( Penilaian Acuan Patokan ) dan nilai hasil belajar: nilai absolute/nilai angka. 61 Nilai absolut, adalah nilai angka untuk masing-masing mata kuliah hasil dari beberapa evaluasi mata kuliah yang bersangkutan.Nilai absolut ditentukan dengan rumus: - xi Keterangan : NA = Nilai akhir ke i Nilai absolut / nilai angka dari suatu mata kuliah ini dikonversi ke skala nilai, kemudian ke nilai mutu (AM) dan selanjutnya diberi huruf mutu (HM) dengan peringkat sebagai berikut: Tabel 1: Konversi Nilai No. Nilai Lambang 1 2 3 4 5 6 7 A AB B BC C D E No. 1 2 3 4 Nilai Absolut Nilai Mutu 75 - < 80 70 - < 75 65 - < 70 55 - < 65 50 - < 55 < 50 4 3,5 3,0 2,5 2,0 1,0 0 Tabel 2: Predikat Kelulusan Program Profesi Nilai Absolut Nilai Mutu Nilai Lambang 3,51 4,00 4 A 3,00 3,50 3 B 2,75 2,99 2 C < 2,75 1 D 4) Pencapaian Prestasi semester Indek prestasi atau IP semester pada sistwm SKS adalah nilai dari gabungan mata kuliah yang dicapai oleh mahasiswa pada semester yang bersangkutan, dihitung dengan rumus sebagai berikut : IPs = Keterangan : IPs : Indek Prestasi Semester : Jumlah sks mata kuliah pada semester tersebut x angka mutu : Jumlah sks pada semester tersebut Untuk menghitung IP, nilai huruf dikonversi menjadi nilai angka. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dihitung dengan cara yang sama dan meliputi seluruh mata kuliah yang telah ditempuh. 5) Predikat Kelulusan Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat, yaitu memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian yang dinyatakan pada transkrip akademik. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan adalah: (1) IPK 2,00 2,75 memuaskan (2) IPK 2,76 3,50 sangat memuaskan (3) IPK 3,51 4,00 dengan pujian (Cum Laude) 62 studi maksimum, yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun. 6) Persyaratan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi Karya tulis ilmiah dan skripsi dilaksanakan pada semester akhir. Jadwal pelaksanaan ujian Karya tulis ilmiah dan skripsi diatur oleh Program Studi masing-masing. Hal-hal teknis pelaksanaan Karya tulis ilmiah, prosedur penyusunan laporan akhir dan format laporan ditentukan dan diatur oleh masing-masing Prodi. Ketentuan pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi adalah sebagai berikut: (1) Tidak memiliki nilai mata kuliah C, D, dan E pada semester sebelumnya (2) Memenuhi kelengkapan administrasi (3) Mahasiswa boleh secara resmi menyususn karya tulis ilmiah (karya tulis akhir) apabila sekurang-kurangnya telah menyelesaikan 85% beban studi kumulatif (4) Memiliki kartu mahasiswa pada semester yang bersangkutan (5) Apabila laporan tugas akhir (Karya Tulis Ilmiah/ Skripsi) tidak dapat diselesaikan dalam semester yang bersangkutan maka diperkenankan untuk meneyelesaikan pada semester berikutnya dengan mencantumkan kembali pada KRS. Apabila Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi tidak dapat diselesaikan dalam dua semester berturut-turut maka mahasiswa diharuskan menempuh kembali kegiatan penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi dengan topic yang berbeda 7) Karya Tulis Ilmiah (1) Pengertian Karya tulis ilmiah adalah karya ilmiah atau laporan akhir dari hasil penelitian yang dapat berupa penelitian di laboratorium, klinik dan atau lapangan, jarang merupakan penelusuran pustaka. (2) Sifat dan kedudukan Suatu karya tulis ilmiah ini di STIKES RS Baptis Kediri sifatnya wajib dikerjakan oleh setiap mahasiswa semester VI, dan kedudukannya sama dengan mata kuliah teori maupun praktek. (3) Tujuan Tujuan penulisan karya tulis ilmiah atau laporan akhir ini adalah agar mahasiswa dapat mengembangkan pola pikir ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan yang didapatkan secara aplikatif terhadap suatu permasalahan di lapangan. 8) Skripsi Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidahkaidah yang berlaku. Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat mahasiswa kuliah. Kedua pembimbing tersebut disebut dengan istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Karakteristik skripsi (1) Merupakan karya ilmiah sehingga harus dihasilkan melalui metode ilmiah. 63 (2) Merupakan laporan tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini dikaji dengan merujuk pada suatu fenomena, teori atau hasil-hasil penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan sebelumnya. 9) Yudisium (1) Kelulusan mahasiswa setiap kenaikan Program diumumkan dalam Yudisium dengan tata cara sebagai berikut : a. Bagi mahasiswa yang tidak ada nilainya karena belum pernah mengikuti ujian, maka hasil mahasiswa tersebut tidak dibacakan dalam yudisium. b. Yudisium hanya dapat dilakukan jika nilai dari seluruh mata kuliah yang ditempuh mahasiswa yang bersangkutan telah masuk ke bagian akademik (2) Pelaksanaan Yudisium Yudium mahasiswa Program Studi Keperawatan Diploma III dan Program Studi Keperawatan S-1 dilaksanakan pada semester genap. (3) Pakaian Pakaian yang dikenakan pada saat Yudisium adalah seragam almamater lengkap. (4) Tujuan Yudisium Tujuan Yudisium adalah menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan program pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri. (5) Sasaran Sasaran Yudisium adalah semua mahasiswa yang telah menyelesaikan program pembelajaran dalam tingkat tertentu. 10) Wisuda (1) Tujuan Tujuan Wisuda adalah pengukuhan lulusan dari intitusi pendidikan menjadi tenaga kesehatan. (2) Pelaksanaan Wisuda dilaksanakan pada akhir program pembelajaran. Syarat mengikuti Wisuda: a. Telah mengikuti Yudisium b. Mengumpulkan revisi beserta berita acara skripsi/KTI c. Melunasi biaya Wisuda d. Surat Keterangan bebas tanggungan perpustakaan e. Memberikan kenang- kenangan berupa buku, dengan tahun terbitan maksimal lima tahun terakhir f. Melakukan registrasi (3) Pakaian Wisuda (1) Wisudawan: Pakaian Nasional (jas) dengan toga (2) Wisudawati: Pakaian Nasional (jas) dengan toga 11) Pelantikan Ners (1) Tujuan Pelantikan Ners adalah pengukuhan lulusan dari institusi pendidikan menjadi tenaga professional kesehatan (2) Pelaksanaan Pelantikan Ners dilaksanakan pada akhir program pendidikan Ners. (3) Syarat mengikuti Pelantikan Ners (1) Telah mengikuti yudisium (2) Membayar biaya Pelantikan Ners (3) Surat Keterangan bebas tanggungan perpustakaan (4) Melakukan registrasi (4) Pakaian pelantikan Ners (1) Mahasiswa peserta Pelantikan Ners: Pakaian Nasional (jas) (2) Mahasiswi peserta Pelantikan Ners: Pakaian Nasional 64 12.4 Pengendalian Standar Penilaian Pendidikan Mekanisme pengendalian standar dapat dijabarkan sebagai usaha untuk melakukan proses monitoring dan evaluasi sistem secara periodik dan menjaga keberlanjutan kualitas. Mekanisme pengendalian Standar Penilaian Pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan secara kontinyu proses monitoring dan evaluasi sistem pembelajaran. STIKES RS Baptis Kediri melakukan pengendalian standar penilaian pendidikan secara periodik di setiap akhir semester secara kontinyu. Pada setiap akhir semester diberikan hasil penilaian yang berupa KHS kepada mahasiswa. Hasil penilaian di monitor terus menerus guna peningkatan dan pengembangan prestasi mahasiswa. Dalam melakukan pengendalian standar penilaian pendidikan STIKES RS Baptis Kediri melakukan dalam berbagai tingkatan yaitu: 13.4.1 Lingkup Matakuliah 1. Evaluasi mata kuliah 2. class time spent active learning) 3. perkuliahan. 13.4.2 Lingkup program studi 1. Informasi jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah 2. market signal 3. Survei persepsi mahasiswa 13.4.3 Lingkup institusi (institusi level) 1. Laporan hasil pembelajaran 2. Laporan tahunan institusi (institutional benchmarking dan laju kelulusan) 12.5 Pengembangan Standar Penilaian Pendidikan Untuk bisa mengukur keberhasilan proses belajar mengajar diperlukan evaluasi berupa penilaian oleh dosen untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan serta tingkatkompetensi mahasiswa yang telah dilakukan oleh dosen melalui proses perkuliahan pada satu semester yang telah berjalan. Dengan evaluasi itu akan didapatkan ukuran prestasi akademik mahasiswa yang berupa nilai ujian. Dengan adanya penilaian oleh dosen terhadap mahasiswa, dosen pengampu maupun mahasiswa akan bisa memanfaatkan hasil penilaiantersebut sebagai evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar sebagai langkah penyampaian materi mata kuliah. Langkah penyampaian materi mata kuliah. Dosen pengampu akan bisa memanfaatkan hasil prestasi mahasiswa tersebut sebagai indikator kinerjanya sebagai pihak yang menyampaikanmateri kuliah dan mahasiswa bisa mengukur tingkat kemampuannya dalam memahami materi dan mencapai kompetensi mata kuliah yang diberikan. Dalam proses penilaian oleh dosen untuk mengukur kompetensi mahasiswa atas suatu mata kuliah perlu diberikan acuan yang baku agar terindar dari subjektivitas pribadi masing - masing dosen serta sejauh mungkin bisa didapatkan objektivitas untuk itulah perlu ditetapkan standart oleh dosen di STIKES RS Baptis Kediri. Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri. Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses dan instrument evaluasi hasil belajar. 65 BAB 13 STANDAR PENELITIAN ILMIAH 13.1 Pendahuluan Penelitian ilmiah, selanjutnya disebut sebagai penelitian, adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan penelitian berfokus pada ilmu dan praktik keperawatan baik pada institusi pendidikan keperawatan, institusi rumah sakit dan pelayanan kesehatan, komunitas dan masyarakat. Pada STIKES RS Baptis Kediri, penelitian merupakan salah satu dharma perguruan tinggi yang tak kalah pentingnya dari dharma pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam UU N m 18 Tahun 2002, perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga yang berfungsi membentuk sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bertanggung jawab kemampuan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian pada masyarakat sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. STIKES RS Baptis Kediri melalui penjabaran visi dan misinya adalah menghasilkan, melestarikan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, dan pada saat yang sama menghasilkan sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan, yang pada gilirannya berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. STIKES RS Baptis Kediri memandu, mengelola dan memfasilitasi agar dharma pendidikan dan penelitian dapat dilaksanakan oleh setiap dosen dan mahasiswa dengan seimbang, baik secara individual maupun kelompok. 13.2 Penetapan Standar Penelitian Penetapan standar penelitian pada STIKES RS Baptis Kediri melalui visi, misi, dan rencana induk pengembangannya. Dalam bidang akademik, mengemban misi Tridharma dengan mempunyai agenda yang mencakup penelitian. Untuk melaksanakan dharma penelitian, STIKES RS Baptis Kediri memiliki UPT Penelitian yang mengelola, mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan memantau kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosen dan mahasiswa. Selain itu, STIKES RS Baptis Kediri juga menyediakan pendanan serta sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung penelitian. 13.2.1 Agenda Penelitian Agenda penelitian berisi antara lain area yang akan digarap, tujuan/sasaran, dan dapat pula disertai dengan roadmap dan/atau target capaiannya, yang menjadi pemandu bagi unitunit akademik yang melaksanakan penelitian, yakni program studi dan para dosen dan mahasiswa yang bersangkutan. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan agenda penelitian pada ilmu dan praktik keperawatan serta penelitian yang berkaitan langsung dengan pengembangan penyelenggaraan pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri. 13.2.2 Pelaksanaan dan Manajemen Penelitian Penelitian di STIKES RS Baptis Kediri secara umum dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa berdasarkan agenda penelitiannya. Manajemen penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengelola, mengkoordinasikan, memfasilitasi, memantau dan mengevaluasi kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosen. Penelitian yang dapat dimasukkan dalam standar mutu tentang misalnya jumlah minimal penelitian yang harus dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dalam suatu kurun waktu tertentu, jenis penelitian seperti penelitian individual atau kelompok, serta penelitian yang mono-disipliner atau yang multi-disipliner. 13.2.3 Kode Etik dan Metode Penelitian STIKES RS Baptis Kediri dalam penyelenggaraan penelitian yang dilakukan oleh dosen dan/atau mahasiswa benar-benar berjalan sesuai dengan kode etik dan metode 66 penelitian. Ketaatan peneliti terhadap kode etik penelitian sangat penting oleh karena hal ini wujud dari integritas ilmiah peneliti dan institusi tempat peneliti tersebut melakukan kegiatannya. Kemudian, agar setiap penelitian terjamin validitasnya maka harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sesuai dengan kaidah masing-masing disiplin ilmu. STIKES RS Baptis Kediri telah membuat standar mutu yang berisi tentang kode etik penelitian dan keharusan bagi setiap peneliti untuk menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti. 13.2.4 Pendanaan Penelitian Sebagian dana penelitian dapat diperoleh melalui hibah kompetisi Pendidikan Tinggi, institusi sendiri, atau sumber dana lainnya. STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan dharma penelitian dengan mengalokasikan anggaran disesuaikan jenis dan jumlah kegiatan penelitian. Tentang pendanaan menyesuaikan aturan, prosedur pengajuan dana atau anggaran penelitian, pencairan dana, penggunaan serta laporan penggunaan dana penelitian. Hal ini berlaku baik dana penelitian berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal. 13.2.5 Sarana dan Prasarana Pendukung Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, STIKES RS Baptis Kediri mendukung dengan melengkapi sarana dan prasarana yang memadai baik buku sumber/referensi di perpustakaan dan laboratorium untuk praktikum (termasuk laboratorium computer dan akses ke internet) serta sarana dan prasarana lain selama pelaksanaan penelitian. 13.2.6 Output dan Outcome Penelitian Output penelitian dapat berupa publikasi hasil penelitian yang dipatenkan, sedangkan outcome dapat berupa penghargaan atau implikasi kebijakan yang dapat mendukung pengembangan perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri melalui standar penelitian dapat meningkatkan mutu pendidikan. Mutu output dan outcome penelitian yang diharapkan dari para dosen dan mahasiswa perlu ditetapkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu. 13.3 Pemenuhan Standar Penelitian Pemenuhan Standar Penelitian berarti standar atau kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan atau disepakati, dalam bentuk agenda penelitian, dijadikan acuan. Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah untuk merealisasikan agenda tersebut perlu dibuat lebih rinci lagi dan perlu dipikirkan tindakan tambahan, termasuk tindakan koreksi bila perlu. Agenda penelitian dapat dikatakan terwujud, memenuhi atau sesuai standar, apabila tujuan tercapai sesuai dengan tata waktu dan tata anggaran yang direncanakan dengan tidak meninggalkan prinsip dasar penelitian. STIKES RS Baptis Kediri dalam pemenuhan standar dicapai, dapat diukur dengan mengevaluasi target capaian penelitian yang telah ditetapkan. Pemenuhan standar merupakan implementasi nyata agar penjaminan mutu penelitian dapat terpenuhi. 1. Pada tingkat institusi, pemenuhan standar penelitian diawali dengan menyusun agenda penelitian, yang menetapkan area penelitian garapan untuk beberapa tahun ke depan. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan agenda penelitian melalui suatu keputusan rapat pengelola. Dalam agenda, Ketua STIKES RS Baptis Kediri menetapkan sejumlah bidang prioritas untuk beberapa tahun ke depan, beserta program, sasaran dan indikator keberhasilan dengan memberikan kewenangan UPT Penelitian dibawah pembinaan PUKET III Bidang Kemahasiswaan. 2. Untuk melaksanakan penelitian, STIKES RS Baptis Kediri membentuk unit pelaksana penelitian dalam pengelolaan penelitian. Selain itu, dibentuk kelompok-kelompok penelitian atau kelompok bidang keahlian, untuk mewadahi para dosen dan mahasiswa yang mempunyai minat pada area penelitian yang serumpun. Selanjutnya, keberadaan UPT Penelitian yang mengelola, mengkoordinasikan, memfasilitasi, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penelitian para dosen. Pelaporan UPT Penelitian di STIKES RS Baptis Kediri kepada PUKET III Bidang Kemahasiswaan. Sedangkan fungsi dan tugas dari UPT Penelitian termasuk membuat mekanisme pendistribusian 67 3. 4. 5. 6. dana penelitian kepada dosen atau kelompok dosen. Ini mencakup pembuatan pedoman penyusunan proposal dan seleksi proposal penelitian, pemantau pelaksanaan penelitian, pengumpulan laporan hasil penelitian, serta pemeliharaan data penelitian. Penelitian yang baik bukan semata untuk memperoleh hasil yang baik, namun juga memperhatikan kode etik. STIKES RS Baptis Kediri membuat kode etik, sebagai rambu-rambu bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan menetapkan kode etik penelitian melalui sebuah Surat Keputusan. Dalam melaksanakan penelitian, setiap peneliti tentunya harus menjaga validitas hasil penelitiannya. Ini dilakukan sejak awal, yakni ketika menyusun proposal, dengan menguraikan metode penelitian yang akan dilakukan. Demikian pula ketika peneliti melaporkan atau mempublikasikan hasil penelitiannya, biasanya disertai dengan menjelaskan metode penelitian yang digunakan. Pelaksanaan penelitian yang bermutu memerlukan pendanaan yang memadai. Sebagian dana dapat diperoleh melalui hibah kompetisi dari Dikti, institusi, atau sumber dana lainnya. Sebagian dana tersebut dialokasikan untuk insentif bagi dosen yang melaksanakan penelitian. Mutu sarana dan prasarana pendukung penelitian tentunya harus diperhatikan pula. Tanpa sarana dan prasarana yang baik, penelitian yang bermutu sangat sulit terlaksana. Selain menggunakan anggaran perguruan tinggi sendiri, dana untuk meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat pula diperoleh dari hibah kompetisi Dikti. Mutu output dan outcome perlu ditetapkan dan dipantau pencapaiannya. output penelitian dapat berupa publikasi, sedangkan outcome dapat berupa penghargaan dan implikasi kebijakan. Dalam hal ini STIKES RS Baptis Kediri menetapkan standar bahwa output dan outcome penelitian antara lain berhasil dipublikasikan di jurnal bertaraf nasional dan internasional. 13.4 Pengendalian Standar Penelitian Pengendalian standar merupakan tindakan manajemen agar standar yang telah ditetapkan dapat dicapai. Langkah berikutnya ialah meningkatkan standar menjadi standar baru yang lebih tinggi. Dengan demikian, mutu penelitian dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik. Untuk itu perlu adanya tindakan pengendalian standar. Beberapa hal yang dilakukan di STIKES RS Baptis Kediri dalam mengendalikan standar antara lain: 1. Serangkaian kegiatan yang menilai secara objektif pelaksanaan penelitian. 2. Kegiatan membandingkan hal-hal yang telah dilakukan dalam penelitian dengan halhal yang belum dilakukan (kemajuan penelitian). 3. Kegiatan mencari kesesuaian antara tujuan dan hasil penelitian yang dicapai. Dalam implementasi tindakan pengendalian (controlling) dilakukan dengan kegiatan pemantauan (monitoring) dan evaluasi serta audit internal yang semuanya sangat membantu pelaksanaan pengendalian standar penelitian. Biro penjaminan mutu dan unit pelaksana penelitian melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan jangka waktu penelitian yang dilakukan, waktu dan periode pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi. Dengan demikian, tata waktu tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. 13.5 Peningkatan Standar Penelitian STIKES RS Baptis Kediri dalam meningkatkan standar penelitian melalui hasil monitoring dan evaluasi yang telah didokumentasikan. Rekaman perjalanan pelaksanaan penelitian kelak menjadi bahan berharga dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu penelitian maupun melakukan pengembangan agenda dan tujuan penelitian di STIES RS Baptis Kediri. Prinsip perbaikan terus-menerus, pelaksanaan penelitian dapat diperbaiki sesuai dengan standar yang ditetapkan atau jika kendala terlalu besar perlu diadakan peninjauan kembali agenda, tujuan, target capaian yang ada. Bila perlu maka dilakukan perbaikan atau bahkan perubahan agenda penelitian untuk periode yang akan datang. 68 BAB 14 STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 14.1 Pendahuluan Kehidupan dan perkembangan akademik di perguruan tinggi tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), serta tuntutan masyarakat, seirama dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Di dalam Pasal 24, Butir 2, UU. No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah dinyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Program penelitian yang dilakukan di PT dituntut untuk menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas dan bermanfaat. Sedangkan program pengabdian kepada masyarakat lebih diarahakan pada pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian maupun hasil pendidikan di perguruan tinggi, untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. ketiga aspek tersebut terangkum dalam kurikulum yang padu. Demikian pula Keputusan Mendiknas No. 234/U/2000 tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi dalam Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa Pengabdian kepada masyarakat merupakan unsur pelaksanan di lingkungan perguruan tinggi untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut mengusahakan sumber daya yang diperlukan masyarakat serta pengendalian administrasi sumber daya yang diperlukan. STIKES RS Baptis Kediri dalm melaksanakan dharma Pengabdian kepada Masyarakat sebagai pengamalan IPTEK yang dilakukan secara melembaga melalui metode lmiah langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam upaya menyukseskan pembangunan dan mengembangkan manusia pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat di PSTIKES RS Baptis Kediri dapat diartikan sebagai program pelayanan, dikembangkan antara lain dalam bentuk Pendidikan kepada Masyarakat dan Pelayanan kepada Masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bagian dari jasa perguruan tinggi yang dilaksanakan dengan menganut asas kelembagaan, asas keilmuan, asas kerjasama, asas kesinambungan, serta asas edukatif dan pengembangan. Dalam pelaksanaannya di lapangan, yang dapat menjadi stakeholders baik perorangan, kelompok, komunitas, dan lembaga. 14.2 Penetapan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat Sebagai langkah awal dalam menetapkan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat, STIKES RS Baptis Kediri mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dengan seluruh substansi standar mutu di dalam SPMI yang merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Standar pengabdian kepada masyarakat. Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat telah disesuaikan dengan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri yang kemudian dijabarkan oleh UPT Pengabdian kepada masyarakat. Karena itu, unit ini membuat langkah-langkah yang diperlukan untuk menetapkan visi dan misi serta arah pengembangannya, adalah dengan cara meningkatkan kemampuan mengidentifikasi potensi khas/unggul yang dimiliki STIKES RS Baptis Kediri. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kategori peningkatan relevansi dan kualitas perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri mewujudkan dengan berbagai program, di antaranya: peningkatan kerjasama STIKES RS Baptis Kediri untuk mendukung masyarakat sekitar dalam pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan kerjasama dengan institusi/lembaga untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan dan pelatihan dalam bidang kesehatan dan keperawatan. 14.2.1 Prinsip Dasar Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat 1. Keterpaduan Aspek Tridharma Perguruan Tinggi Aspek Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian 69 2. 3. 4. 5. kepada masyarakat. ketiga aspek tersebut dilaksanakan dengan proporsi yang seimbang, harmonis, dan terpadu dengan harapan agar kelak insan-insan kampus (dosen/mahasiswa) dapat menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, memadai dalam bidang masing-masing, mampu melakukan penelitian, dan bersedia mengabdikan diri pada masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu dan hasil penelitian. Dengan demikian, aspek pendidikan dan pengajaran serta pengabdian kepada masyarakat yang berbasis penelitian menjadi landasan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan tolok ukur evaluasi. Empati-Partisipasif Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan untuk menggerakkan masyarakat dalam pembangunan melalui berbagai kegiatan yang dapat melibatkan, mengikutsertakan, dan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan. Pengabdian seharusnya dilaksanakan secara interaktif dan sinergis antara dosen/mahasiswa dan masyarakat. Keterlibatan itu dimulai sejak perencanaan program kegiatan, pelaksanaan, dan pengusahaan pendanaan. Untuk itu, para pengelola kegiatan pengabdian kepada masyarakat harus mampu mengadakan pendekatan sosio cultural terhadap masyarakat sehingga lebih kooperatif dan partisipasif. Interdisipliner Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen/mahasiswa yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan pelasanaannya dikoordinasikan oleh Unit Pengabdian kepada Masyarakat. Dalam pelaksanaan operasionalnya dosen/mahasiswa mengembangkan mekanisme pola pikir kerja interdisipliner untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Realistis-Pragmatis Program-program kegiatan yang direncanakan pada dasarnya betumpu pada permasalahannya dan kebutuhan nyata di lapangan, dapat dilaksanakan sesuai dengan daya dukung sumber daya yang tersedia di lapangan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Environmental Development Pengabdian kepada mayarakat dilaksankan untuk melestarikan dan mengembangkan lingkungan fisik dan sosial untuk kepentingan bersama. 14.2.2 Atribut Mutu Jasa Pengabdian Kepada Masyarakat Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dosen/mahasiswa mampu mengidentifikasi permasalan yang ada di masyarakat dan mencari solusi penyelesaiannya sesuai dengan sumber daya yang dimiliki sehingga masyarakat mampu berswadaya, berswakelola, berswadana. Keberagaman kebutuhan masyarakat perlu dikenali sifat-sifat umum dari kebutuhan itu. Sifat-sifat ditemukan dengan mengadakan identifikasi dan analisis kebutuhan yang obyektif dan cermat. Sifat-sifat umum itulah yang dijadikan dasar untuk menyusun mutu jasa serta standar mutu sistem dan proses. Sedangkan atribut mutu yang menjadi dasar standar mutu dalam jasa pengabdian kepada masyarakat, di antaranya adalah: 1. Relevansi (kesesuaian program dengan kebutuhan stakeholders sasaran); 2. Efisiensi (kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi dan penyajian jasa pengabdian yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders); 3. Efektifitas (kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan system, metode, dan/atau prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan); 4. Akuntabilitas (dapat tidaknya kinerja dan jasa pengabdian tersebut dipertanggungjawabkan); kreatifitas (kemampuan lembaga mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan evaluasi diri); 5. Empati (kemampuan para pengelola pengabdian memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua stakeholders); 70 6. Ketanggapan (kemampuan para pengelola pengabdian memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan stakeholders dengan cepat dan tepat); 7. Produktifitas (kemampuan lembaga dan seluruh staf pengelola untuk menhasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders menurut rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif). 14.3 Pemenuhan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat Mekanisme pemenuhan standar pengabdian kepada masyarakat yang memilik prinsip keterpaduan aspek Tridharma perguruan tinggi, empati-partisipasif, interdisipliner, realistispragmatis, dan environmental development dilaksanakan secara terpadu. Agar kegiatan tersebut berjalan baik maka pelaksanaan perlu memperhatikan sebagao berikut. 1. Co-creation Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan program yang merupakan gagasan bersama antara PT dengan pihak pemerintah, mitra kerja, dan masyarakat setempat. 2. Co-financing Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan pendanaan bersamam antara PT, pemerintah daerah, mitra, dan masyarakat setempat disesuaikan dengan tema dan program yang telah disepakati. 3. Flexibility Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan program yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan pemerintah daerah, mitra kerja, dan masyarakat setempat dalam proses pembangunan daerah. 4. Sustainability Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan suatu tempat dan target tertentu. Untuk pelaksanaan tersebut perlu disusun tahapan-tahapan kerja sebagai berikut.: Tahap Kegiatan Rincian Kegiatan Persiapan 1. Penetapan Judul Kegiatan 2. Pengabdian Penerapan Ipteks yang akan dilakukan 3. Penetapan Tim dan Tugas Pokok 4. Penetapan Kelompok Sasaran 5. Review Kepustakaan Terkait Ipteks yang Akan Diabdikan Survei Awal ke 1. Pengumpulan Data dari Aparatur dan Masyarakat menyangkut Lapangan/Analisis kondisi dan potensi wilayah (fisik, social, ekonomi, lingkungan Situasi yang relevan dengan kegiatan) 2. Pengumpulan data dari Kelompok Sasaran Menyangkut kebutuhan khalayak sasaran serta potret, profil dan kondisinya. Analisis Data 1. Identifikasi Perumusan Masalah 2. Perumusan Tujuan dan Manfaat 3. Kegiatan 4. Penetapan Kerangka Pemecahan 5. Masalah 6. Penetapan Waktu dan Metode Kegiatan 7. Penetapan Rancangan Evaluasi 8. Penyusunan Rencana Biaya Penetapan 1. Penyusunan Proposal 2. Diskusi Perbaikan Proses 3. Pengabdian dalam Proposal 4. Penyusunan Tindakan Perbaikan Implementasi 1. Prosedur Implementasi 2. Evaluasi 71 14.4 Pengendalian Standar Pengabdian Kepada Masyarakat 14.4.1 Pengendalian Standar Tahap Proposal Evaluasi untuk pengendalian mutu pelaksanan pengabdian kepada masyarakat di STIKES RS Baptis Kediri dilakukan oleh UPT Pengabdian kepada masyarakat selama berlangsungnya proses penyusunan proposal. Perbaikan langsung dilakukan jika terjadi kesalahan, sehingga mutu terjamin. Dengan demikian, semua proses terkendali dengan baik. Tahapan seleksi proposal yang berjenjang, dapat sampai tiga tahap utama: tahap seleksi I (pra proposal), tahap seleksi II (proposal lengkap), dan tahap III (site visit), misalnya, adalah bagian dari evaluasi untuk pengendalian mutu. Pada proses tersebut, berbagai kelemahan rancangan pengabdian kepada masyarakat yang dibuat diinventarisasi dan dianalisis, serta dapat langsung dilakukan perbaikan. Dengan demikian, hanya pengusul yang mampu melalui ketiga tahap seleksi tersebut dengan baik, yang pelaksanaan programnya akan disetujui. 14.4.2 Pengendalian Standar Melalui Tahap Pelaksanaan (Monitoring) Pengabdian Kepada Masyarakat Evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada dasrnya tidak berdiri sendiri tetapi membutuhkan kegiatan lain, yaitu monitoring. Monitoring dan evaluasi merupakan dua kegiatan yang saling melengkapi. Dengan monitoring dan evaluasi dapt diketahui berbagai hal yang menyangkut perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil yang dicapai maupun dampak yang timbul. Hasil monitoring menginformasikan program yang belum berjalan secara optimal dan program yang sudah berjalan secara optimal. Dengan demikian, pengelola kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan segera menindak lanjuti temuan-temuan ketidaksesuaian di atas sehingga hasil akhir diperoleh sesuai dengan target dan sasaran. 14.4.3 Pengendalian Standar Melalui Hasil Akhir Pengabdian Untuk peningkatan mutu, evaluasi pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat di STIKES RS Baptis Kediri dilakukan secara menyeluruh terhadap proses, penyajian dan hasil pengabdian kepada masyarakat. Kelemahan-kelamahan diinventarisasi dan dianalisis untuk menemukan sebab, faktor penghambat, terutama akar masalah. Kelemahan yang ditemukan melalui evaluasi pengendalian mutu, kemudian disusun rencana mengatasinya dalam rangka peningkatan mutu. Rencana itu merupakan rencana peningkatan mutu berupa solusi masalah/kelemahan, yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Evaluasi kegiatan di lapangan dengan menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan evaluasi kepuasan stakeholders, sebelum dan setelah kegiatan dilaksanakan (pre test dan post test) kepada stakeholders sasaran dan evaluasi akhir laporan dan hasil pengabdian, merupakan bagian dari evaluasi ini. 14.4.4 Pengandalian Standar Keberlanjutan Sebagai suatu program bagian dari Tridharma perguruan tinggi, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang melibatkan secara sinergis unsur perguruan tinggi (dosen/mahasiswa), masyarakat dan kelembagaan diharapkan dapat menimbulkan dampak positf. Fungsi evaluasi ini adalah untuk menjaga agar dampak positif dari pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dapat terus dikembangkan dan dilestarikan serta meminimalkan dampak negatif. Masyarakat tempat dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat meneruskan dan mengambangkan program yang telah dirintis dan dibina bersama dosen/mahasiswa. Selain itu, setiap kegiatan pengabdian kepada masyarakat diupayakan adanya jalinan kerjasama yang sinergis dengan instansi dan pihak terkait lainnya, agar dapat memberdayakan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kerjasama sinergis yang telah terjalin itu diharapkan terus berkembang sehingga akan terbentuk jaringan kerjasama antara masyarakat, pemerintah daerah, dan instansi terkait. 14.5 Peningkatan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat Untuk meraih mutu dalam berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sistem dan proses harus mendapat perhatian utama sejak awal. Mutu yang diperoleh dapat melalui keterpaduan semua sistem dan proses yang sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi harus dapat dijadikan dasar untuk peningkatan mutu selanjutnya. 72 Pengukuran keberhasilan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat pada stakeholders sasaran, dilakukan melalui evaluasi secara terus menrus, dengan tujuan utama untuk pengendalian dan peningkatan mutu. Standar mutu itu harus ditingkatkan terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga standar tersebut berkembang secara berkelanjutan (continuous improvement atau kaizen). Semakin tinggi standar yang digunakan, semakin bermutu proses dan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di STIKES RS Baptis Kediri. 73 DAFTAR ACUAN 1. _______ 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tentang Pendidikan Tinggi 2. _______ 2000. Permendiknas Nomor 232 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa 3. _______ 2002. Pedoman Evaluasi Diri Program Studi, Depdiknas, BAN-PT 4. _______ 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 5. _______ 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 6. _______ 2003. Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 7. _______ 20005. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen 8. _______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 9. _______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tentang Standard Nasional Pendidikan 10. _______ 2005. Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan 11. _______ 2005. Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. Buku V: Matriks Penilaian Portofolio, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional 12. _______ 2005. Buku Pedoman Evaluasi Diri. Badan Akreditasi Nasional 13. _______ 2007. Naskah Akademik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, BAN PT, Jakarta 14. _______ 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tentang Dosen 15. _______ 2009. Permendiknas Nomor 63 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan 16. _______ 2009. Permendiknas Nomor 73 Tentang Perangkat Akreditasi Program Studi Sarjana (S1) 17. _______ 2010. Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT). Kementrian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 74