1 BAB 1 SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL Sistem

advertisement
BAB 1
SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di suatu perguruan tinggi merupakan
kegiatan mandiri dari perguruan tinggi, sehingga proses tersebut dirancang, dijalankan, dan
dikendalikan sendiri oleh perguruan tinggi yang bersangkutan tanpa campur tangan dari
pemerintah, dalam hal ini Direktoat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Departemen Pendidikan
Nasional. Dimasa mendatang eksistensi suatu perguruan tinggi terutama tergantung pada
penilaian stakeholders (mahasiswa, orang tua, dunia kerja, dosen, tenaga penunjang, serta
pihak-pihak lain yang berkepentingan) tentang mutu perguruan tinggi. STIKES RS Baptis
Kediri agar eksistensinya terjamin, telah menjalankan SPMI dalam kerangka Sistem
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi sebagaimana diwajibkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Adapun berbagai unsur yang terkandung di dalam SPMI STIKES RS Baptis Kediri
termuat didalamnya antara lain naskah/dokumen/buku Kebijakan, Manual, Standar, dan
Formulir untuk menjalankan SPMI.
1.1 Definisi SPMI
SPMI adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan
tinggi oleh perguruan tinggi (internally driven), untuk mengawasi penyelenggaraan
pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan (continuous
improvement/kaizen), sebagaimana diatur oleh Pasal 50 ayat (6) Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional juncto Pasal 91 Peraturan Pemerintah. No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendiikan.
Secara umum STIKES RS Baptis Kediri juga melaksanakan apa yang dikemukakan
dan dimaksud dengan penjaminan mutu dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan
perencanaan, penerapan, pengendalian, dan pengembangan standar mutu perguruan tinggi
secara konsisten dan berkelanjutan (continuous improvement/kaizen), sehingga stakeholders,
baik internal maupun eksternal, memperoleh kepuasan.
1.2 Konsep SPMI
Konsep SPMI yang diadopsi di STIKES RS Baptis Kediri berdasarkan Sistem
Pendidikan Nasioanal menyebutkan bahwa suatu perguruan tinggi dinyatakan bermutu
apabila:
1. Perguruan tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan visinya;
2. Perguruan tinggi mampu menjabarkan visinya ke dalam sejumlah standar dan
standar turunan;
3. Perguruan tinggi mampu menerapkan, mengendalikan, dan mengembangkan
sejumlah standar dan standar turunan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders.
Dengan demikian STIKES RS Baptis Kediri juga menetapkan, menerapkan,
mengendalikan, dan mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi dalam suatu sistem
yang disebut SPMI untuk menjamin mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya.
1.3 Tujuan SPMI
STIKES RS Baptis Kediri secara internal memiliki tujuan dengan memelihara dan
meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan untuk mewujudkan visi misi STIKES
RS Baptis Kediri dan memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma
Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu dilakukan melalui SPMI, untuk
kemudian memperoleh akreditasi melalui Sistem Penjaminan Mutu Eksternal oleh BAN-PT
atau lembaga mandiri yang diakui Pemerintah, sehingga peningkatan mutu perguruan tinggi
secara berkelanjutan dapat diwujudkan secara komprehensif melalui SPMI STIKES RS
Baptis Kediri.
1
1.4 Standar Mutu dalam SPMI
STIKES RS Baptis Kediri merencanakan, menerapkan, mengendalikan, dan
mengembangkan standar mutu pendidikan tinggi yang terdiri atas 8 (delapan) macam standar
minimal wajib yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yaitu:
1. Standar isi/kurikulum;
2. Standar proses;
3. Standar kompetensi lulusan;
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. Standar sarana dan prasarana;
6. Standar pengelolaan;
7. Standar pembiayaan; dan
8. Standar penilaian pendidikan.
Sejumlah standar lain yang melampaui standar minimal, baik melampaui secara
kualitatif, atas inisiatif perguruan tinggi (internally driven) yang dijabarkan dari visi STIKES
RS Baptis Kediri melalui 2 (dua) standar lain yaitu:
9. Standar penelitian;
10. Standar pengabdian kepada masyarakat;
1.5 Pelaksanaan SPMI
Agar SPMI di STIKES RS Baptis Kediri dapat dilaksanakan, maka terdapat beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi agar pelaksanaan SPMI tersebut dapat mencapai tujuannya,
yaitu komitmen, perubahan paradigm, dan sikap mental, serta pengorganisasian penjaminan
mutu di STIKES RS Baptis Kediri.
1. Komitmen
Para pelaku proses pendidikan tinggi di STIKES RS Baptis Kediri, baik yang
memimpin dan yang dipimpin, harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa
menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya.
2. Perubahan Paradigma
Paradigma lama penjaminan mutu, yaitu mutu perguruan tinggi akan dapat dipelihara
serta ditingkatkan apabila dilakukan pengawasan atau pengendalian yang vertikal oleh
pemerintah harus diubah menjadi suatu paradigma baru. Paradigma baru penjaminan
mutu yaitu perguruan tinggi atas inisiatif sendiri (internally driven) harus memelihara
dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya agar visinya
dapat diwujudkan serta agar stakeholder dapat dipuaskan.
3. Sikap Mental
Sikap mental sivitas akademika harus diubah menuju pada suatu sikap mental baru,
yaitu rencanakan pekerjaaan dalam pendidikan (plan your work and work your plan).
4. Pengorganisasian
Organisasi dan mekanisme kerja SPMI di STIKES RS Baptis Kediri sangat tergantung
pada visi dan misi, budaya organisasi, ukuran organisasi (jumlah program studi,
jumlah dosen, jumlah mahasiswa), struktur organisasi, sumber daya, dan pola
kepemimpinan di STIKES RS Baptis Kediri. Faktor terpenting yang perlu mendapat
perhatian dalam organisasi SPMI, adalah bahwa organisasi itu mampu menumbuhkan
kesepahaman tentang SPMI, yang pada gilirannya akan menumbuhkan sikap suportif
dari seluruh komponen terhadap upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi.
2
BAB 2
VISI DAN MISI
2.1 Visi Misi STIKES RS Baptis Kediri
Visi :
Kasih Tuhan Yesus Nyata dalam Pendididkan Kesehatan.
Misi :
1. Mengupayakan Pendidikan Kesehatan yang Prima dengan Dasar Kasih Tuhan Yesus,
tanpa Membedakan Status Sosial, Golongan, Suku dan Agama.
2. Menumbuhkembangkan semua aset yang ada.
2.2 Visi Misi Prodi Keperawatan Diploma III
Visi :
Menjadi Program Studi Keperawatan Diploma III yang menghasilkan tenaga perawat
profesional pemula yang berkualitas unggul berdasar Kasih Tuhan Yesus yang dicapai
tahun 2014
Misi:
Mendidik mahasiswa Program Studi Keperawatan Diploma III dengan dasar Kasih Tuhan
melalui:
1. Pendidikan yang bersifat akademik profesional
2. Pendidikan yang berorientasi pada Ilmu pengetahuan dan Teknologi
3. Pendidikan yang berorientasi kepada masyarakat.
Tujuan:
Tujuan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah untuk menghasilkan perawat
profesional pemula yang kompeten dalam:
1. Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangannya serta menerapkan
prinsip manajemen asuhan keperawatan.
2. Mengembangkan kemampuan profesional secara terus menerus yang ditunjang oleh
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3. Berperan serta dalam penelitian keperawatan dan menggunakan hasil penelitian dalam
asuhan keperawatan serta ikut berperan dalam pengabdian masyarakat.
2.3 Visi Misi Pendidikan Ners
Visi:
Menjadi Program Studi Keperawatan S1 yang mampu menghasilkan tenaga kesehatan
yang professional, berkepribadian dengan berdasar kasih Tuhan yang dicapai tahun 2014
Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan keperawatan profesional dengan dasar kasih Tuhan
Yesus, dan memiliki keungggulan IPTEK.
2. Menyelenggarakan penelitian teknologi dan perkembangan keperawatan di tingkat
regional, nasional, dan internasional.
3. Menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional, berkepribadian dan mampu
mengimplementasikan ilmu keperawatan dalam pengabdian kepada masyarakat
berdasar nilai-nilai moral,etika dan Kasih Tuhan.
2.3.1 Tujuan Pendidikan Ners:
Tujuan Akademik
Tujuan pendidikan tahap program akademik adalah mendidik mahasiswa melalui
proses belajar mengajar sehingga memiliki sikap dan kemampuan sebagai berikut:
1. Melaksanakan Praktik Keperawatan secara Akuntabel, Etik, dan Legal.
1) Melaksanakan praktik keperawatan secara bertanggung jawab dan bertanggung
gugat (Accountability).
3
2) Melaksanakan Praktik Keperawatan Berlandaskan kaidah etik.
3) Melaksanakan Praktik keperawatan berlandaskan aspek legal.
2. Melaksanakan Asuhan Keperawatan dan Manajemen Keperawatan
1) Melaksanakan Asuhan Keperawatan
2) Manajemen Kesehatan dan Keperawatan
3) Mengembangkan Profesionalisme
1) MeningkatkanProfesionalisme Keperawatan.
2) Meningkatkan Kualitas Pelayanan.
3) Berperan aktif dalan Pendidikan Berkelanjutan.
4) Meningkatkan pengakuan profesional.
Tujuan Program Profesi
Tujuan Pendidikan tahap profesi adalah mempersiapkan mahasiswa melalui
penyesuaian profesional dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan secara
komprehensif, sehingga memiliki kemampuan profesional sebagai berikut :
1. Menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik dan
ilmu keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, komunitas dan masyarakat.
2. Melaksanakan asuhan keperawatan dari masalah yang sederhana sampai masalah yang
kompleks secara tuntas melalui pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi baik bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan
kemampuannya serta berlandaskan etika profesi keperawatan.
3. Mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secara sistematis dan
memanfaatkannya dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Mengelola pelayanan keperawatan tingkat dasar secara bertanggung jawab dengan
menunjukkan sikap kepemimpinan.
2.3.2 Tahapan Pencapaian Kompetensi
Tahapan untuk mencapai kompetensi Program Pendidikan Ners di STIKES RS Baptis
Kediri, dibagi menjadi 4 tahap :
Tahap 1 : Mengembangkan perilaku, ilmu-ilmu dasar dan pengantar Keperawatan.
Tahap 2 : Dasar- dasar Keperawatan.
Tahap 3 : Keperawatan Klinik dan komunitas.
Tahap 4 : Keperawatan klinik dan komunitas pada kasus yang komplek, manajemen
dan riset keperawatan.
Keempat tahap tersebut diselesaikan selama program akademik untuk mendapatkan
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.). Kompetensi yang harus dicapai pada Program Profesi
adalah melaksanakan praktik Keperawatan professional secara komprehensif. Gelar yang
diperoleh pada tahap profesi adalah Ners (Ns.).
4
BAB 3
KEBIJAKAN SPMI STIKES RS BAPTIS KEDIRI
3.1 Ruang Lingkup Kebijakan Mutu:
Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) mencakup semua aspek
penyelenggaraan pada pendidikan tinggi. Kebijakan SPMI STIKES RS Baptis Kediri dengan
fokus utama pada aspek pembelajaran dengan menyelenggarakan program pendidikan yang
dapat menghasilkan tenaga profesional tanpa meninggalkan aspek Tridharma Perguruan
Tinggi yang lain meliputi penelitian dengan menghasilkan penelitian yang berkualitas dan
berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu serta pembelajaran. Sedangkan pengabdian
kepada masyarakat dengan memberikan konstribusi secara langsung dengan membantu
memecahkan masalah di masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan keperawatan dan
teknologi.
Kebijakan dalam pengembangan STIKES RS Baptis Kediri secara berkelanjutan
dilakukan dalam upaya mewujudkan visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan memenuhi
kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang telah
terintegrasi dalam sistem penjaminan mutu. Oleh karena itu lingkup kebijakan penjaminan
mutu di STIKES RS Baptis Kediri mencakup baik aspek akademik dan non akademik yang
berjalan secara berkesinambungan untuk memberikan kepuasan terhadap stakeholders.
3.2 Perjalanan Penerapan Sistem Penjaminan Mutu
Awal mula penerapan sistem penjaminan mutu di STIKES Baptis Kediri dengan
membentuk Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri pada tanggal 28 Oktober 2008
dengan Surat Keputusan Nomor 544/28/X/STIKES/RSB/2008 dan mengangkat Ketua Kantor
Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri dengan Surat Keputusan Nomor
410/28/X/STIKES/RSB/2008. Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah
menghasilkan berbagai dokumen, antara lain Dokumen akademik, Dokumen mutu, Standar
Operasional Prosedur, Buku Panduan Pendidikan. dan telah melaksanakan evaluasi dengan
penyebaran angket kepada mahasiswa.
Dalam perjalanannya Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri membentuk
Tim Penjaminan Mutu, Monitoring dan Evaluasi Internal STIKES RS Baptis Kediri dengan
Surat Keputusan Nomor 016/10/I/SK.Ketua/STIKES/RSBK/2011. Tim ini melaksanakan
monitoring dan evaluasi melalui penyebaran angket kepada mahasiswa dan tracer study
kepada alumnus dan stakeholders yang dimiliki oleh STIKES RS Baptis Kediri. Selanjutnya,
Kantor Jaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri berubah nama menjadi Biro Penjaminan
Mutu
STIKES
RS
Baptis
Kediri
dengan
Surat
Keputusan
Nomor
761a/23/V/STIKES/RSBK/2011. Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah
melaksanakan evaluasi eksternal melalui Akreditasi BAN-PT pada tanggal 6-8 Oktober 2011
untuk Program Studi Keperawatan Diploma III dan pada tanggal 20-22 Oktober 2011untuk
Program Studi Keperawatan S-1, sehingga baik Program Studi Keperawatan Diploma III dan
S-1 STIKES RS Baptis Kediri telah terakreditasi BAN-PT melalui SK BAN-PT
No.023/BAN-PT/AK-XI/Dpl-III/XI/2011 dan SK BAN-PT No.040/BAN-PT/AKXIV/S1/XII/2011.
Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri sampai saat ini terus melegkapai
dokumen-dokumen mutu dan telah meninjau ulang dokumen yang telah ada baik dokumen
kebijakan, manual mutu, standar mutu, SOP, serta formulir/borang dari masing-masing
standar yang berlaku di STIKES RS Baptis Kediri.
3.3 Pihak-Pihak yang Terkait Kebijakan:
Pihak pihak yang terkait kebijakan mutu ini terdiri dari unsur pimpinan yaitu Ketua
STIKES RS Baptis Kediri dan Pembantu Ketua I Bidang Akademik, Pembantu Ketua II
Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan,
5
Biro Penjaminan Mutu, Program Studi Keperawatan S-1, Program Studi Diploma III dan Unit
kerja akademik dan non akademik, dengan melibatkan seluruh sivitas akademika.
3.4 Istilah dan Definisi:
1. Kebijakan: adalah pernyataan tertulis yang menjelaskan pemikiran, sikap, pandangan
dari institusi tentang sesuatu hal.
2. Kebijakan SPMI: adalah dokumen tertulis yang berisi garis besar penjelasan tentang
pemikiran, sikap, pandangan tentang SPMI sehingga terwujud budaya mutu di
perguruan tinggi.
3. Manual SPMI: dokumen tertulis berisi petunjuk praktis mengenai cara, langkah atau
prosedur tentang bagaimana SPMI dilaksanakan, dievaluasi dan ditingkatkan mutunya
secara berkelanjutan oleh semua pihak yang bertanggung jawab.
4. Standar SPMI: dokumen tertulis berisi kriteria, patokan, ukuran, spesifikasi, mengenai
sesuatu yang harus dicapai /dipenuhi.
5. Manual prosedur atau SOP adalah sebagai prosedur atau metode untuk menjalankan
semua yang tertulis dalam kebijakan mutu, standar mutu dan manual mutu agar tujuan
akhir dari SPMI tercapai.
6. Evaluasi Diri: kegiatan setiap unit kerja secara periodik untuk memeriksa,
menganalisis, dan menilai kinerjanya sendiri selama kurun waktu tertentu untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangannya.
7. Audit SPMI: kegiatan rutin setiap akhir tahun akademik yang dilakukan oleh auditor
internal untuk memeriksa pelaksanaan SPMI dan mengevaluasi apakah seluruh standar
SPMI telah dicapai atau dipenuhi oleh setiap unit kerja.
8. BPM adalah Biro Pemjaminan Mutu yang berada ditingkat Institusi dan bertanggung
jawab kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri yang bertugas untuk mengkoordinir,
memfasilitasi dan menggerakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penjaminan
mutu STIKES RS Baptis Kediri secara internal.
3.5 Rincian Kebijakan Mutu:
Seluruh sivitas akademika STIKES RS Baptis Kediri berkeyakinan bahwa SPMI
bertujuan untuk :
1. Menjamin bahwa setiap layanan pendidikan kepada mahasiswa dilakukan sesuai
standar yang ditetapkan, sehingga apabila diketahui bahwa standar tersebut tidak
bermutu atau terjadi penyimpangan antara kondisi riil dengan standar akan segera
diperbaiki;
2. Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, khususnya
stakeholders, tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan;
3. Mengajak semua pihak dalam institusi untuk bekerja mencapai tujuan dengan
berpatokan pada standar dan secara berkelanjutan berupaya untuk meningkatkan mutu.
3.6 Manajemen Kendali Mutu dalam SPMI
.
PDCA
PDCA
PDCA
6
Beberapa prinsip yang harus melandasi pola pikir dan pola tindak semua pelaku
manajemen kendali mutu berbasis PDCA adalah:
1. Quality first:Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus
memprioritaskan mutu;
2. Stakeholder-in:Semua pikiran dan tindakan pengelola pendidikan tinggi harus ditujukan
pada kepuasan stakeholders;
3. The next process is our stakeholders: Setiap orang yang melaksanakan tugas dalamproses
pendidikan tinggi, harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan
tugasnya sebagai stakeholder-nya yang harus dipuaskan;
4. Speak with data: Setiap orang pelaksana pendidikan tinggi harus melakukan tindakan dan
mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah diperolehnya terlebih dahulu,
bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa;
5. Upstream management: Semua mengambil keputusan di dalam proses pendidikan tinggi
dilakukan secara partisipatif, bukan otoritatif.
Manajemen kendali mutu dalam SPMI di STIKES RS Baptis Kediri
Penentuan
Standar mutu
Audit butir mutu
Ya
Kesenjangan
standar mutu
dan hasil
Identifikasi action untuk
memenuhi standar mutu
Laksanakan action
tersebut
Tidak
Gabungkan pada proses
PDCA berikutnya
Evaluasi standar
mutu kaizen
SPMI di STIKES RS Baptis Kediri dirancang, dilaksanakan, dan ditingkatkan
mutunya secara berkelanjutan dengan berdasarkan pada model PDCA (Plan, Do, Check,
Action). Dengan model ini, maka STIKES RS Baptis Kediri akan menetapkan terlebih dahulu
tujuan yang ingin dicapai melalui strategi dan serangkaian aktivitas yang tepat. Kemudian
terhadap pencapaian tujuan melalui strategi dan aktivitas tersebut akan selalu dimonitor secara
berkala, dievaluasi, dan dikembangkan kearah yang lebih baik secara berkelanjutan.
Dengan model manajemen PDCA, maka setiap unit dalam lingkungan STIKES RS
Baptis Kediri secara berkala harus melakukan proses evaluasi diri untuk menilai kinerja
unitnya sendiri dengan menggunakan standar dan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil
7
evaluasi diri dilaporkan kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri, Kaprodi, Ka.Biro dan
pimpinan unit, dan seluruh staf pada unit bersangkutan. Terhadap hasil evaluasi diri, Ketua
STIKES RS Baptis Kediri akan membuat keputusan tentang langkah atau tindakan yang harus
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu.
Melaksanakan SPMI dengan model manajemen PDCA juga mengharuskan setiap unit
dalam institusi bersikap terbuka, kooperatif, dan siap untuk diaudit atau diperiksa oleh tim
pemeriksa yang ditunjuk oleh Ketua STIKES RS Baptis Kediri yang telah mendapat pelatihan
khusus tentang audit SPMI. Audit yang dilakukan setiap akhir tahun akademik akan direkam
dan dilaporkan kepada pipinan unit dan institusi, untuk kemudian diambil tindakan tertentu
berdasarkan hasil temuan dan rekomendasi dari tim pemeriksa.
Semua proses di atas dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap kegiatan
penyelenggaraan pendidikan tinggi pada institusi terjamin mutunya, dan bahwa SPMI
STIKES RS Baptis Kediri juga selalu dievaluasi untuk menemukan kekuatan dan
kelemahannya sehingga dapat dilakukan perubahan ke arah perbaikan secara berkelanjutan.
Hasil pelaksanaan SPMI dengan basis model manajemen PDCA adalah kesiapan semua
program studi di STIKES RS Baptis Kediri untuk mengikuti proses akreditasi atau
penjaminan mutu eksternal baik oleh BAN-PT ataupun lembaga akreditasi lain yang kredibel.
3.7 Strategi SPMI STIKES RS Baptis Kediri:
Strategi STIKES RS Baptis Kediri di dalam melaksanakan SPMI adalah :
1. Melibatkan secara aktif semua civitas akademika sejak tahap perencanaan hingga
tahap evaluasi dan tahap pengembangan SPMI.
2. Melibatkan organisasi profesi, alumni, dunia usaha dan pemerintahan sebagai
pengguna lulusan, khususnya pada tahap penetapan standar SPMI.
3. Melakukan pelatihan secara terstruktur dan terencana bagi para dosen dan staf
admnistrasi tentang SPMI, dan secara khusus pelatihan sebagai pemeriksa internal.
4. Melakukan sosialisasi tentang fungsi dan tujuan SPMI kepada para pemangku
kepentingan secara periodik.
5. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan bahwa sejak tahun 2012 seluruh unit kerja
akademik dan nonakademik harus melaksanakan SPMI dalam setiap aktivitasnya.
6. Agar pelaksanaan SPMI pada semua unit dapat berjalan lancar dan terkoordinasi
secara efektif, maka STIKES RS Baptis Kediri membentuk Biro Penjaminan Mutu
yang bertugas untuk menyiapkan, merencanakan, merancang, menetapkan,
melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan mengembangkan SPMI.
3.8 Kebijakan Akademik
1. Pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri diarahkan untuk menghasilkan tenaga
kesehatan yang profesional, berkepribadian, dengan berdasar kasih Tuhan Yesus.
2. STIKES RS Baptis Kediri mensyaratkan pengelolaan pendidikan yang senantiasa
melakukan peningkatan mutu secara berkesinambungan. Peningkatan mutu ini
dilakukan dengan selalu menjaga terpeliharanya siklus pengelolaan pendidikan tinggi
yang lengkap dan sesuai dengan harapan masyarakat.
3. Pengembangan program pendidikan hendaknya mengacu pada rencana strategis
STIKES RS Baptis Kediri dan selalu disertai dengan inovasi terhadap metode dan
substansi pembelajaran serta peningkatan infrastruktur, perangkat lunak dan perangkat
keras yang diperlukan.
4. Pelaksanaan pendidikan di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri dirancang dengan
mempertimbangkan pergeseran paradigm pendidikan yang semula lebih fokus pada
dosen (teacher oriented) ke fokus pada peserta didik (student oriented). Porsi
pembelajaran yang berbasis kompetensi hedaknya ditingkatkan secara berkelanjutan.
5. Evaluasi terhadap program pendidikan harus dilakukan secara sistematik, terstruktur,
periodik dan berkesinambungan dengan menggunakan alat ukur yang dapat diterima
dalam rangka perkembangan STIKES RS Baptis Kediri.
8
6. Peningkatan mutu pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri didasarkan pada 3 pilar
kebijakan pengembangan proses pembelajaran yaitu: (1) Materi pembelajaran lebih
didekatkan dengan persoalan nyata, melatih identifikasi persoalan dan strategi
penyelesaian; (2) Dorongan pemanfaatan optimal teknologi informasi dan komunikasi
yang tersedia; (3) Berbagai inovasi yang membuka akses peningkatan kreativitas.
7. Kebijakan mutu ini harus dipahami oleh seluruh sivitas akademika, sehingga dapat
memberikan sumbangsih terhadap pencapaiannya.
3.9 Organisasi Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri
Organisasi penjaminan mutu akademik di tingkat institusi terdiri atas, Pimpinan
STIKES RS Baptis Kediri dan Biro Penjaminan Mutu (BPM) dengan uraian sebagai berikut:
1. Ketua STIKES RS Baptis Kediri bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, serta pembinaan tenaga akademik,
tenaga administrasi, dan mahasiswa. Ketua STIKES RS Baptis Kediri bertanggung
jawab atas terjaminnya mutu akademik dan non akademik. Dalam mengemban
tanggungjawabnya, Ketua STIKES RS Baptis Kediri dibantu oleh Pembantu Ketua
Bidang Akademik (PUKET I), Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PUKET
II) dan Bidang Kemahasiswaan. (PUKET III).
2. Pembantu Ketua I, II, dan III yang mempunyai tugas:
(1) Mengkoordinir penyusunan dokumen mutu berupa, Standar Mutu, Prosedur Kerja
(SOP), Instruksi Kerja dan Formulir yang relevan.
(2) Mengkoordinir, dan Memonitor pelaksanaan Standar mutu, dan SOP dilingkup
kerjanya masing-masing,
(3) Melaksanakan evaluasi pencapaian standar sesuai tugas yang diberikan oleh Ketua
STIKES.
(4) Mengikuti rapat-rapat rutin dan telaahan pimpinan dalam rangka perbaikan
berkelanjutan.
(5) Bekerjasama dengan pihak terkait.
3. Ketua BPM mempunyai tugas:
(1) Menyelenggarakan pelatihan, konsultasi, pendampingan dan kerjasama di bidang
penjaminan mutu.
(2) Merencanakan dan melaksanakan sistem penjaminan mutu akademik dan
nonakademik di STIKES RS Baptis Kediri;
(3) Mengkoordinir penyusunan dan mengendalikan dokumen yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan sistem penjaminan mutu akademik dan nonakademik
meliputi;Kebijakan mutu, Manual mutu,SOP, Instruksi Kerja dan Formulirformulir yang selaras dengan budaya mutu di STIKES RS Baptis Kediri.
(4) Mengkoordinir pelaksanaan monitoring sistem penjaminan mutu akademik dan
nonakademik;
(5) Mengkoordinir pelaksanaan audit dan evaluasi pelaksanaan sistem penjaminan
mutu akademik dan nonakademik; Melaporkan pelaksanaan sistem penjaminan
mutu kepada Ketua STIKES RS Baptis Kediri. BPM mempunyai lingkup kerja
mencakup semua program studi, dan Unit Kerja di lingkungan STIKES RS Baptis
Kediri. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua BPM dibantu oleh Sekretaris, Unit
Audit, Perbaikan dan Standarisasi, dan Unit Pengendalian Dokumen Mutu.
4. Bidang Audit, Perbaikan dan Standarisasi, mempunyai tugas:
(1) Menyusun manual mutu meliputi; penetapan standar, pelaksanaan, pengendalian
dan peningkatan standar.
(2) Menyusun SOP penetapan standar, pelaksanaan, pengendalian dan peningkatan
standar.
(3) Menyusun instruksi kerja dan formulir yang relevan di BPM.
(4) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan manual dan standar mutu.
(5) Melakukan perbaikan standar secara berkelanjutan.
9
(6) Mengikuti rapat-rapat teknis.
(7) Kerjasama dengan pihak terkait.
5. Bidang Pengendalian Dokumen Mutu mempunyai tugas:
(1) Menyusun standar pengelolaan dokumen mutu di BPM.
(2) Menyusun SOP pengendalian dokumen mutu.
(3) Merencanakan kebutuhan dokumen mutu untuk unit kerja.
(4) Memfasilitasi kebutuhan dokumen mutu seluruh unit kerja.
(5) Mengatur penyimpanan dokumen mutu.
(6) Mengendalikan keluar-masuk dokumen mutu.
(7) Mengatur penghapusan dokumen mutu.
(8) Mengikuti rapat-rapat teknis.
(9) Kerjasama dengan pihak terkait.
10
BAB 4
KEBIJAKAN MUTU
STIKES RS Baptis Kediri berkomitmen untuk melaksanakan sistem penjaminan mutu
yang mendukung dan menjamin terlaksananya kebijakan mutu serta mengembangkan dan
mengimplementasikan kebijakan mutu secara terus menerus, dan secara konsisten memenuhi
atau melampaui semua persyaratan stakeholders melalui komitmen terhadap mutu antara lain:
(1) Taat pada semua persyaratan sistem mutu, (2) Melaksanakan proses perbaikan
berkesinambungan pada mutu dan bertanggungjawab sosial serta moral dengan dukungan dan
keterlibatan seluruh sivitas akademika dan (3) Tanggungjawab pelaksanaan dan pemeliharaan
kebijakan mutu terletak pada seluruh sivitas akademika.
4.1 Komitmen Kebijakan Mutu
Komitmen dalam melaksanakan kebijakan mutu:
1. STIKES RS Baptis Kediri sebagai sekolah tinggi ilmu kesehatan yang bermutu,
bertekad menghasilkan lulusan yang berkualifikasi tinggi dan siap terap.
2. Berkualifikasi tinggi artinya lulusan STIKES RS Baptis Kediri diharapkan mempunyai
kemampuan komprehensif sesuai bidang studi yang dipelajari dan mempunyai
kompetensi profesional dalam keperawatan.
3. Siap terap artinya lulusan STIKES RS Baptis Kediri diharapkan terampil
melaksanakan asuhan keperawatan dan kompetensi profesional dalam keperawatan.
4.2 Nilai dan Keyakinan Inti
Nilai dan Keyakinan inti terwujud didalam budaya mutu. Budaya mutu secara
sederhana memiliki arti sebuah budaya dalam suatu kesatuan dari karakteristik yang melekat
dimana telah memenuhi persyaratan. Sedangkan budaya mutu di STIKES RS Baptis Kediri
memadukan seluruh keluarga besar STIKES RS Baptis Kediri sesuai dengan peran dan
fungsinya dalam memenuhi kepuasan pelanggannya. Adapun budaya mutu yang terwujud di
STIKES RS Baptis Kediri antara lain:
1. Percaya pada Tuhan (trust in God)
2. Perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement)
3. Penggunaan tolok ukur (benchmarking)
4. Segalanya harus tuntas (sense of closure)
5. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan (sense of belonging)
Dalam penerapan sehari-hari, kelima aspek budaya mutu tersebut dijabarkan ke dalam
tata nilai yang mendorong sifat-sifat konsistensi, jujur, terbuka, adil, berani, dan
bertanggungjawab melalui ethos kerja dengan perwujudan:
1. Memberi teladan dan komitmen.
2. Saling menghormati dan menghargai.
3. Berkomunikasi dangan baik.
4. Memberikan penghargaan kepada setiap pribadi.
5. Mengembangan diri dan orang lain.
4.3 Moto STIKES RS Baptis Kediri
Professional, High Quality, Honesty
11
BAB 5
STANDAR ISI/KURIKULUM
5.1 Pendahuluan
Standar Isi/Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam Perguruan tinggi.
STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan Standar Isi/Kurikulum terlebih dahulu
berpedoman pada perundang-undangan yang mengatur, atau yang relevan dengan Standar
Isi/Kurikulum. Peraturan mengenai Standar Isi/Kurikulum tersebut adalah (1) Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), khususnya Pasal
5, 9, 15, 17 ayat (4), dan 18. (2) Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dan (3).
Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada Pasal 5, disebutkan bahwa Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar Isi memuat kerangka dasar dan stuktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Sedangkan pasal 9 menyatakan (1)
Kerangka dasar dan stuktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi
yang bersangkutan untuk tiap program studi (2). Kurikulum tersebut wajib memuat mata
kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
(3). Khusus untuk program sarjana dan diploma harus memuat mata kuliah yang yang
bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah statistika, dan/ atau matematika, dan
(4). Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kedalaman muatan kurikulum Pendidikan
Tinggi untuk setiap program studi dikembangkan, diatur, dan ditetapkan oleh perguruan tinggi
masing masing dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
Hal yang mendasari orientasi kurikulum dan luaran perguruan tinggi adalah sebagai
berikut: (1) adanya kurikulum yang disarankan oleh UNESCO (The International Comission
on Education for the 21st Century) agar lulusan mempunyai kemampuan belajar sepanjang
hayat (life long learning). Kemampuan ini dapat dicapai apabila didukung dengan empat pilar
kemampuan yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to live
together, (2) adanya persyaratan yang dituntut dari dunia kerja yaitu penguasaan pengetahuan
dan keterampilan (melakukan analisis dan sintesis, penguasaan teknologi informasi,
kemampuan berkomunikasi dan keterampilan minimal dalam dua bahasa), sikap
(kepemimpinan dan bekerja dalam group) dan pengenalan sikap terhadap pekerjaan terkait
(terlatih dalam etika kerja, memaknai globalisasi, fleksibel terhadap pilihan pekerjaan), (3)
adanya usaha penyepadanan terhadap persyaratan kerja, belajar sepanjang hayat, kurikulum
inti dan institusional. Selanjutnya dengan diberlakukannya SK Mendiknas No. 232/U/2000
dan SK Mendiknas No. 045/U/2002 tersebut, masing-masing perguruan tinggi wajib
menetapkan standar mutu kurikulum dan manajemen kurikulumnya sesuai dengan kondisi
dan potensi masing-masing yang dimilikinya dan menjamin bahwa proses pembelajaran dan
lulusannya sesuai dengan yang telah ditetapkan. Pedoman-pedoman diatas yang mendasari
STIKES RS Baptis Kediri dalam menerapkan penjaminan mutu khususnya dalam penyusunan
Standar Isi/ Kurikulum.
5.2 Penetapan Standar Isi/Kurikulum
Standar Isi merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan kurikulum maka
untuk memperjelas maksud Standar Isi maka perlu dituliskan definisi kurikulum. Dalam SK
Mendiknas No. 232/U/2000 Pasal.1 butir 6 bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
diperguruan tinggi.
12
Kurikulum dipahami sebagai dokumen dan sebagai kegiatan nyata pendidikan tinggi
yang menjadi dasar penyelenggaraan program studi. Kurikulum tersebut tersusun atas dua hal
yaitu:
1. Kurikulum Inti yang mencirikan kompetensi utama.
2. Kurikulum Institusional yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan tinggi,
komplementer dengan Kurikulum Inti, disusun dengan memperhatikan keadaan dan
kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan (SK Mendiknas
No. 232/U/2000 Pasal 7).
Kurikulum disusun berdasarkan atas elemen elemen kompetensi yang dapat
menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan
kompetensi lain sebagai a method of inquiry yang diharapkan. Yang dimaksud dengan method
of inquiry diantaranya adalah suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar
untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna
menentukan pilihan jalan berkehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar sepanjang
hayat (learning to learn dan learning throughout of life).
Proses penetapan Standar Isi dilakukan secara berjenjang dimulai di tingkat institusi
yaitu STIKES RS Baptis Kediri dan tingkat program studi. Penetapan standar mutu di tingkat
yang lebih rendah perlu mengacu kebijakan standar mutu ditingkat yang lebih tinggi dan terus
dilakukan penyempurnaan, sehingga standar mutu tersebut menjadi sesuai untuk masingmasing unit kerja. Standar Isi STIKES RS Baptis Kediri secara deduktif merupakan
penjabaran visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan secara induktif merupakan pemenuhan
kebutuhan stakeholders dari STIKES RS Baptis Kediri. Dalam proses penetapan Standar Isi,
tim atau satuan tugas Biro Penjaminan Mutu STIKES RS Baptis Kediri telah memetakan dan
merumuskan secara lebih detil substansi dari Standar Isi, baik yang secara minimal telah
diatur oleh Pemerintah melalui Standar Nasional Pendidikan seperti disebut di atas, ataupun
substansi Standar Isi yang melebihi standar minimal menurut Standar Nasional Pendidikan
yang telah dipetakan sebagai berikut.
5.2.1 Substansi Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
1. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, pada
program sarjana dan diploma.
2. Kurikulum tingkat pendidikan tinggi program sarjana dan diploma wajib memuat
mata kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan serta mata kuliah Statistika.
5.2.2 Substansi Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas)
1. Beban sks minimal dan maksimal program pendidikan pada pendidikan tinggi
dirumuskan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
2. Kalender akademik untuk perguruan tinggi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri.
5.2.3 Substansi Standar Isi yang perlu ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri
1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum STIKES RS Baptis Kediri dikembangkan
oleh STIKES RS Baptis Kediri untuk setiap program studi.
2. Dalam mengembangkan kerangka dasar dan struktur kurikulum, STIKES RS Baptis
Kediri perlu melibatkan asosiasi profesi, instansi pemerintah terkait, dan kelompok
ahli yang relevan.
3. Kurikulum STIKES RS Baptis Kediri kedalaman muatannya diatur oleh STIKES
RS Baptis Kediri.
4. Beban SKS efektif diatur oleh STIKES RS Baptis Kediri.
13
5. Kurikulum tingkat pendidikan untuk setiap program studi di STIKES RS Baptis
Kediri dikembangkan dan ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri dengan
mengacu Standar Nasional Pendidikan.
5.3 Pemenuhan Standar Isi/Kurikulum
5.3.1 Kegiatan Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri
Pemenuhan Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut:
1. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri menetapkan kebijakan yang berhubungan
dengan kurikulum di tingkat institusi yang sesuai dengan visi, misi dan nilai nilai
luhur STIKES RS Baptis Kediri serta mengacu pada substansi Standar Isi Standar
Nasional Pendidikan. Kebijakan tersebut antara lain memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, kedalaman muatan kurikulum, dan beban SKS efektif.
2. Pengelola Program Studi menetapkan kebijakan kurikulum di tingkat Program
Studi dengan mengacu pada kebijakan kurikulum tingkat institusi dan
mengakomodasikan visi dan misi Prodi.
3. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri dan Program Studi menetapkan tim tracer
study untuk melakukan studi pelacakan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders,
yang terdiri atas:
(1) Kebutuhan Instansi: persyaratan dari lapangan kerja terhadap tingkat
pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi dari lulusan.
(2) Kebutuhan Masyarakat :persyaratan tentang peran dan tangggungjawab lulusan,
serta dampak ilmu dan teknologi pembangunan masyarakat.
(3) Kebutuhan Profesional: persyaratan tentang kompetensi lulusan yang ditetapkan
organisasi profesi, dan kriteria program pendidikan menurut organisasi profesi.
Studi pelacakan ini dimaksudkan untuk melibatkan asosiasi profesi, instansi
pemerintah terkait maupun swasta, dan kelompok ahli yang relevan dalam
penyusunan kurikulum.
4. Program studi membentuk tim kurikulum untuk melaksanakan kegiatan
penyusunan kurikulum.
5. Tim atau satuan tugas melakukan pemetaan dan merumuskan substansi Standar Isi
minimum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dan yang melampaui
Standar Nasional Pendidikan.
6. Rumusan substansi didiskusikan tim kurikulum yang relevan dengan Standar Isi
atau dilakukan diskusi atau lokakarya.
7. Bila rumusan tersebut dirasakan sudah baik selanjutnya disampaikan kepada
Pengelola STIKES RS Baptis Kediri untuk mendapat persetujuan dan pelaksanaan.
8. Biro Penjaminan Mutu melakukan penyusunan dokumen mutu implementasi
Standar Isi (penyusunan manual mutu, manual prosedur, instruksi kerja, dan
bor ng).
9. Setelah persetujuan dan pengesahan Standar Isi oleh Pengelola STIKES RS Baptis
yang berlaku internal di STIKES RS Baptis Kediri. Dengan demikian, standar mutu
tersebut masuk pada tahap pelaksanaan atau implementasi.
10. Sosialisasi Standar Isi pada internal stakeholders.
11. Kegiatan implementasi Standar Isi dokumen mutu.
14
Tabel 1. Standar Isi yang Ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri Sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan dan melampaui Standar Nasional Pendidikan
Standar Isi Suatu Prodi
Standar Isi Suatu Prodi diluar Standar Nasional
sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan
Pendidikan
No
Sub Kriteria
No
Sub Kriteria
1 Struktur kurikulum
1 Kesesuaian kurikulum dengan visi dan misi
program studi.
2 Cakupan kurikulum
2 Ketersediaan peta kurikulum .
3 Relevansi kurikulum
3 Urutan (sequence) mata kuliah di dalam peta
kurikulum .
4 Deban kredit kurikulum
4 Urutan (sequence) pelaksanaan mata kuliah
di dalam kurikulum dibandingkan peta
kurikulum .
5 Integrasi kurikulum
5 Kesesuaian keahlian dosen dengan mata
kuliah yang diajarkan .
6 Fleksibilitas
6 Relevansi peninjauan kurikulum .
7 Fleksibilitas mata kuliah pilihan .
8 Kesesuaian keahlian dosen dengan
matakuliah yang diajarkan .
9 Kesesuaian praktikum .
10 Kecukupan modal praktikum .
5.3.2 Kriteria dan Indikator Standar Isi/Kurikulum STIKES RS Baptis Kediri
Standar mutu kurikulum yang dimaksud mencakup mutu kurikulum, mutu manajemen
kurikulum, mutu mahasiswa dan mutu proses pembelajaran. Standar mutu kurikulum terdiri
dari landasan ideal kurikulum STIKES RS. Baptis Kediri, spesifikasi program studi dan
komponen kurikulum. Standar mutu manajemen kurikulum terdiri dari perencanaan
kurikulum, pelaksanaan kurikulum, pengawasan mutu kurikulum dan peninjauan kurikulum.
Sedangkan standar mutu mahasiswa mencakup: mahasiswa sebagai input, penilaian
mahasiswa dan dukungan terhadap mahasiswa. Standar mutu proses pembelajaran mencakup:
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar dan proses pembelajaran.
5.4 Pengendalian Standar Isi/Kurikulum
Pengendalian Standar Isi/Kurikulum oleh STIKES RS Baptis Kediri sebagai rangkaian
kegiatan yang terdiri dari penyusunan, penyempurnaan, atau peninjauan kurikulum, sehingga
menghasilkan dokumen kurikulum dan rencana pelaksanaannya tertuang dalam kalender
akademik.
Dalam Statuta Bab VI tentang Kurikulum Pendidikan Akademik STIKES RS. Baptis
Kediri ditentukan bahwa:
1. Kurikulum harus mendorong pencapaian hasil belajar yang diinginkan berupa
pengetahuan dan pemahaman, keahlian kognitif, keahlian khusus (termasuk
keahlian praktis/profesional), keahlian yang dapat ditransfer, kebutuhan untuk
pekerjaan dan/atau studi lanjut, serta pengembangan kepribadian.
2. Kurikulum dievaluasi secara teratur dalam kurun waktu 3-5 tahun oleh Senat
Akademik STIKES RS. Baptis Kediri.
15
Diagram Alir Kegiatan Peninjauan Kurikulum
MÁSUKAN
Pernyataan Misi
Kebutuhan Industri
Kebutuhan Masyarakat
Kebutuhan Profesional
TAHAPAN PROSES
I
PENDEFINISIAN
MASALAH
Tujuan Pendidikan dan
Kompetensi Lulusan
Domain Ilmu
Pengetahuan
Karakteristik Mahasiswa
Badan Akreditasi
Sumberdaya
Cara Belajar Mengajar
II
PENSTRUKTURAN
DAN
PENGORGANISASIAN
KURIKULUM
Struktur Kurikulum pada
Tingkat Makro dan Rinci
Badan Penasehat
Penguji dari Luar
Umpan Balik Pengguna
Hasil Pencapaian
Mahasiswa (asessment)
III
IMPLEMENTASI
DAN
EVALUASI
Hasil Asessment
Hasil Survei
Evaluasi Diri
5.4.1 Implementasi Pengendalian Standar Isi/Kurikulum
Dalam implementasi dokumen Standar Isi/Kurikulum di STIKES RS Baptis Kediri
dapat dilakukan dalam dua kegiatan yaitu:
1. Pengendalian standar melalui evaluasi penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan
setiap akhir semester (arah panah evaluasi ke tahapan proses II).
2. Pengendalian standar melalui evaluasi peninjauan kurikulum yang dilakukan 4 atau 5
tahun sekali atau setelah dihasilkan lulusan (arah panah evaluasi ke tahapan proses I).
16
Manajemen Pengendalian Standar Isi
Kegiatan
Perumusan Standard Mutu
Prodi:
Misi dan Visi Prodi,Spesifikasi
Prodi dan Kompetensi Lulusan,
kurikulum.
Penanggung Jawab
Ka.Prodi dan disyahkan rapat Prodi. Bila
diperlukan dibentuk Tim perumus
Pemenuhan Standar
Kegiatan Akademik dan
Penunjang:
1. Kegiatan perkuliahan, Kerja
Praktek, Penelitian mahasiswa
dan Tugas Akhir.
2. Kegiatan kerjasama penelitian
dan pengabdian masyarakat.
3. Kegiatan co-kurikuler: success
skill
training,
personal
development programs, career
workshop dll.
Ka. Prodi/Sek. Prodi
Pengendalian Standar
Evaluasi Penyempurnaan
Kurikulum
Pengendalian Standar
Evaluasi Peninjauan
Kurikulum
Sek.Prodi/Bidang
Bidang
Bidang
Sek. Prodi/ Dosen/Mahasiswa
Badan penasehat, Penguji dari luar,
Alumni, Pengguna, Mahasiswa
5.4.2 Manajemen Pengendalian Standar Isi Melalui Evaluasi Penyempurnaan
Kurikulum
STIKES RS Baptis Kediri melakukan evaluasi penyempurnaan dokumen kurikulum
atau Standar Isi secara terus menerus selama kurun waktu penggunaan kurikulum tersebut.
Umumnya dilakukan pada setiap akhir semester, sehingga hasil penyempurnaan dokumen
kurikulum dapat diterapkan pada semester berikutnya. Evaluasi penyempurnaan dokumen
kurikulum dilakukan secara bersamaan dengan evaluasi mutu proses pebelajaran yang
dilakukan secara internal oleh pengurus program studi, dosen, dan mahasiswa. Untuk itu
evaluasi penyempurnaan dokumen kurikulum atau Standar Isi dilakukan melalui evaluasi
hasil pembelajaran dan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi hasil pembelajaran disebut
juga evaluasi substantif, tes, atau pengukuran hasil belajar. Adapun evaluasi proses
pembelajaran dikenal sebagai evaluasi manajerial. Evaluasi pembelajaran sebagai proses
sirkuler tidak hanya berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa, tetapi juga
berfungsi untuk senantiasa meningkatkan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian
Pendidikan.
5.4.3 Manajemen Pengendalian Standar Isi Melalui Evaluasi Peninjauan Kurikulum
Evaluasi peninjauan dokumen kurikulum atau Standar Isi dilakukan STIKES RS
Baptis Kediri pada waktu tertentu yaitu setiap 5 tahun, atau setelah dampak dari implementasi
kurikulum tersebut dapat diketahui, atau bila terjadi perubahan tuntutan stakeholders yang
17
mengharuskan program studi meninjau kurikulumnya. Dalam evaluasi peninjauan kurikulum
perlu dilibatkan stakeholders secara eksternal atau internal. Oleh karena itu dalam evaluasi ini
diperlukan kegiatan tracer study. Pada kegiatan ini program studi perlu menyiapkan atau
memiliki hal hal seperti:
1. Dokumen proses penilaian yang mampu memperlihatkan bagaimana tujuan pendidikan
dan kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dapat diukur dan dicapai.
2. Perangkat atau mekanisme yang mampu meyakinkan bahwa hasil penilaian yang
digabungkan dengan hasil survey, sungguh dapat digunakan/dioperasikan sebagai bukti
pada system perbaikan standar isi secara berkelanjutan. Hasil penilaian dan hasil survey
untuk peninjauan kurikulum antara lain evaluasi diri, komentar penguji dari luar, umpan
balik dari mahasiswa, okmentar alumni, kepuasan stakeholders dan hasil akreditasi.
5.5 Peningkatan Standar Isi/Kurikulum
Dalam Peningkatan standar Isi/kurikulum terus diupayakan oleh STIKES RS Baptis
Kediri agar substansi Standar Isi dapat melampaui SNP Salah satu cara sederhana dan praktis
dalam perumusan substansi Standar Isi yang melampaui SNP dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan dua aspek tersebut dan merujuk pada Standar Penjaminan Mutu Eksternal
(akreditasi atau sertifikasi). Tim yang ditunjuk melakukan pencermatan substansi yang sesuai
dengan visi misi STIKES RS Baptis Kediri dan kebutuhan stakeholders. Peningkatan Standar
Isi dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan STIKES RS Baptis Kediri
tersebut tetapi terprogram dengan baik.
Penjaminan mutu kurikulum adalah segala upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan mutu kurikulum yang dilakukan oleh institusi pendidikan secara terus menerus
dan berkesinambungan. Penjaminan mutu kurikulum ditandai dengan adanya kegiatan
evaluasi internal dan tindakan penyempurnaan dan pengembangan kurikulum, sedangkan
kegiatan evaluasi eksternal dimaksudkan untuk keperluan akreditasi (pengakuan terhadap
mutu perguruan tinggi sebagai wujud akuntabilitas pada para stakeholders). Kegiatan ini
harus dilakukan oleh institusi pendidikan secara terstruktur dan terencana dengan baik yang
terdiri atas Perencanaan (plan), Pelaksanaan/Implementasi (do), Evaluasi (check) serta
Penyempurnaan dan Pengembangan (action).
18
BAB 6
STANDAR PROSES PEMBELAJARAN
6.1 Pendahuluan
Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan
mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan
pengembangan yang baik terhadap materi kuliah. Dalam meningkatkan pelaksanaan proses
pembelajaran yang berbasis kompetensi, maka perlu standar dalam proses belajar mengajar,
sehingga pelaksanaan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target
yang diinginkan.
Standar proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri terdiri berbagai komponen
yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterrelasi. Komponen-komponen tersebut
adalah dosen, mahasiswa, tujuan pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran. Dosen
sebagai komponen yang sangat menentukan dalam implementasi strategi pembelajaran.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian dosen
dalam menggunakan metode atau strategi pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang ditetapkan pada STIKES RS Baptis Kediri sebagai
pengikat segala aktivitas dosen dan mahasiswa dimana standar dirumuskan dalam rancangan
program pembelajaran. Tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas
keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
mahasiswa dapat mencapai tujuan secara optimal sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan
serta dapat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh stakeholders. Tujuan pembelajaran
juga dapat membantu dosen untuk menentukan dan merancang alat evaluasi untuk mengukur
keberhasilan belajar mahasiswa.
6.2 Penetapan Standar Proses Pembelajaran
Standar proses pembelajaran adalah keseluruhan tolok ukur pencapaian minimal pada
suatu siklus penjaminan mutu tentang seluruh proses kegiatan pembelajaran pada program
studi yang diselenggarakan, serta pengembangannya secara berkelanjutan. Tujuan standar ini
adalah menjamin pemenuhan mutu seluruh proses pembelajaran di dalam lingkungan belajar
yang kondusif, inspiratif, kreatif yang mampu memotivasi dan meningkatkan kemampuan
aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan kooperatif secara utuh, menyeluruh dan
berkelanjutan.
Standar proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri disusun berdasarkan ketentuan
normatif peraturan pendangan, visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri, serta kebutuhan
stakeholders, terutama tentang kualitas lulusan agar memenuhi kompetensi yang diperlukan
oleh stakeholders. Identifikasi kebutuhan stakeholders tentang kualitas lulusan dilakukan
dengan survey atau studi pelacakan.
6.2.1 Standar Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri menetapkan dan
mengatur beberapa hal sebagai berikut:
1. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat tujuan pembelajaran,
kompetensi yang dicapai, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar.
2. Jadwal dan tempat perkuliahan.
3. Jadwal pembimbingan akademik.
4. Kalender akademik.
Demikian pula halnya dengan dosen, harus merencanakan proses pembelajaran sesuai
dengan perencanaan proses pembelajaran yang telah ditetapkan STIKES RS Baptis Kediri
19
sesuai program studi. Penetapan standar mutu perencanaan proses pembelajaran didasarkan
pada:
1. Visi program studi yang diturunkan dari visi STIKES RS Baptis Kediri.
2. Kompetensi relevan yang dibutuhkan stakeholders.
3. Substansi matakuliah, yang sesuai denagn visi dan misi program studi, kebutuhan
stakeholders, dan keungulan yang mencirikhaskan program studi.
4. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan tertentu, dengan demikian
penyusunan langkah pembelajaran, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
5. Metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dosen harus dapat menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien dalam proses
pembelajaran.
6.2.2 Kegiatan Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan - kegiatan yang harus dilakukan sebelum
masa perkuliahan dilakukan (kontrak perkuliahan). Kegiatan tersebut terdiri atas :
1. Menyajikan kompetensi yang akan dicapai.
2. Menyusun materi ajar berdasarkan sistem keilmuan atau skema proses keilmuan.
3. Menyusun jadwal sesusai pokok bahasan dan sub pokok bahasan, termasuk rencana
presentasi pengumpulan tugas.
4. Memilih sub pokok bahasan/topik yang dijadikan tugas
5. Membuat diskripsi tugas dan presentasi maupun ujian secara tajam agar kompetensinya
tercapai.
6.2.3 Jenis Perkuliahan
1. Praktikum
1) Praktikum adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk/penguasaan ilmu
yang dilaksanakan di dalam laboratorium dan mengacu pada materi kuliah atau pokok
bahasan yang telah diberikan. Praktikum merupakan salah satu komponen penilaian
pada mata kuliah yang bersangkutan.
2) Pedoman penyelenggaraan praktikum:
(1) Praktikum dilakukan pada jadwal yang telah ditentukan, yaitu sama atau di luar
waktu perkuliahan bagi mata kuliah yang membutuhkan praktikum.
(2) Untuk mata kuliah tertentu pelaksanaan praktikum dilakukan setelah pelaksanaan
Ujian Akhir Semester.
(3) Penjadwalan praktek diatur oleh kepala laboratorium dan telah berkoordinasi
dengan dosen mata kuliah dan diketahui oleh Ketua program studi.
(4) Dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, jumlah maksimal per kelompok 4
- 8 mahasiswa.
(5) Setiap kelompok berhak mendapatkan 1 unit modul praktikum dan petunjuk
pelaksanaan praktikum rinci.
(6) Buku petunjuk praktikum diberikan paling lambat 1 minggu sebelum praktek
dimulai.
(7) Penjelasan materi diberikan dengan media elektronik atau media lain yang
menarik, pada pertemuan minggu pertama oleh dosen pembimbing.
(8) Praktikum dilaksanakan dengan didampingi dosen pembimbing secara langsung.
3) Persyaratan bagi perserta laboratorium:
(1) Persyaratan bagi peserta praktikum mengikuti peraturan yang telah ditentukan.
(2) Untuk jenis-jenis praktikum tertentu, diperlukan syarat kelulusan mata kuliah
prasyarat.
(3) Telah memenuhi persyaratan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
20
4) Instruktur praktikum
Instruktur adalah dosen yang membimbing para mahasiswa untuk dapat memahami
dan mengikuti prosedur penggunaan berbagai peralatan yang diperlukan dalam
praktikum.
5) Evaluasi praktikum
Evaluasi diperlukan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan keterampilan
mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa atau
kelompok mahasiswa, dan sebagai tanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah
memenuhi persyaratan itu, maka kepadanya akan diberikan penilaian.
6) Materi praktikum
(1) Materi praktikum mengacu pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah
ditentukan.
(2) Materi praktikum dibuat oleh tim dosen dan berkoordinasi dengan Ketua program
studi.
2. Praktek
1) Praktek merupakan salah satu mata kuliah yang mempunyai bobot sks dan tercantum
dalam Kurikulum. Praktek adalah suatu kegiatan yang menghasilkan suatu produk
atau penguasaan ilmu yang dilaksanakan di lapangan maupun ruangan dan mengacu
pada materi kuliah atau pokok bahasan yang telah diberikan.
2) Pedoman penyelenggaraan
(1) Praktek dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
(2) Penjadwalan praktek diatur dosen pembimbing dengan mengetaui Ketua program
studi.
(3) Dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, jumlah maksimal per kelompok 4
8 mahasiswa.
(4) Setiap kelompok berhak mendapatkan 1 (Satu) unit modul praktek dan petunjuk
pelaksanaan praktek rinci.
(5) Buku petunjuk praktek diberikan paling lambat 1 minggu sebelum praktek
dimulai.
(6) Penjelasan materi diberikan dengan media elektronik atau media lain yang
menarik, pada pertemuan minggu pertama oleh dosen pembimbing.
(7) Praktek dilaksanakan dengan didampingi dosen pembimbing.
3) Persyaratan bagi peserta praktek
(1) Persyaratan bagi peserta praktek mengikuti peraturan yang telah ditentukan.
(2) Untuk jenis-jenis praktek tertentu, diperlukan syarat kelulusan mata kuliah
prasyarat.
(3) Telah memenuhi persyaratan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4) Clinical Instructor
Clinical Instructor adalah pembimbing yang membimbing para mahasiswa untuk
dapat memahami dan mengikuti prosedur penggunaan berbagai peralatan yang
diperlukan dalam praktek.
5) Evaluasi praktek
Evaluasi diperlukan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan keterampilan
mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa atau
kelompok mahasiswa, dan sebagai tanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah
memenuhi persyaratan itu, maka kepadanya akan diberikan penilaian.
6) Materi praktek
(1) Materi praktek mengacu pada Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah
ditentukan.
(2) Materi praktek dibuat oleh tim dosen dan berkoordinasi dengan Ketua program
studi.
21
3. Perkuliahan
Syarat : Telah memenuhi persyaratan akademik dan keuangan dengan sistem pelaksanaan
dilaksanakan diruang kelas dan metode pembelajaran sesuai dengan metode yang
disepakati (sesuai dengan metode pembelajaran KBK).
4. Tugas Mandiri
Tugas mandiri diberikan dan dibimbing oleh dosen kepada mahasiswa berupa
penyelesaian soal atau studi kasus lapangan.
5. Tugas Kelompok
Tugas kelompok diberikan dan dibimbing oleh dosen kepada beberapa mahasiswa berupa
studi kasus lapangan.
6.2.4 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah Student Centered Learning (SCL), atau
metode lain yang disesuaikan dengan kondisi mahasiswa, dengan catatan tidak bertentangan
dengan asas-asas proses pembelajaran SCL. Peran dosen dalam pelaksanaan pembelajaran
SCL antara lain :
1. Sebagai fasilitiator dalam proses pembelajaran.
2. Mengkaji kompetensi mata kuliah yang perlu dikuasi mahasiswa diakhir pembelajaran.
3. Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam
pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang
dituntut mata kuliah.
4. Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk
dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-hari.
5. Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan
dengan kompetensi yang diukur.
Sedangkan peran mahasiswa dalam pendekatan pembelajaran Student Centered
Learning (SCL), adalah :
1. Mengkaji kompetensi mata kuliah yang dipaparkan dosen.
2. Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen.
3. Membuat rencana pembelajaran untuk mata kuliah yang diikutinya
4. Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat
dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat
tinggi, seperti analisis, sintetis, dan evaluasi), baik secara individu maupun kelompok.
Berikut ini adalah contoh metode pembelajaran dalam Student Centered Learning
(SCL) antara lain:
1. Small Group Discussion
Mahasiswa peserta kuliah diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang)
untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh
anggota kelomok tersebut. Dengan aktivitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar :
1) Menjadi pendengar yang baik
2) Memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif
3) Menghormati perbedaan pendapat
4) Mendukung pendapat dengan bukti
5) Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain-lain).
2. Simulasi
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke
dalam kelas. Misalnya untuk mata kuliah aplikasi instrumentasi, mahasiswa diminta untuk
membuat rawat inap fiktif, kemudian mahaiswa diminta melakukan hal yang sebagaimana
dilakukan oleh perawat sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada kliennya, misalnya
melakukan penerimaan pasien baru, dan sebagainya. Simulasi dapat berbentuk :
1) Permainan peran (role play).
2) Simulation exercise and simulation games.
Simulasi dapat merubah cara pandang (mindset) mahasiswa, dengan jalan :
22
1) Mempraktekkan kemampuan umum (missal komunikasi verbal & non verbal).
2) Memperbaiki kemampuan khusus
3) Mempraktekkan kemampuan tim
4) Mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving)
5) Mengembangkan kemampuan empati
3. Discovery Learning (DL)
Adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia,
baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun
pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
4. Self Directed Learning (SDL)
Adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam
hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah
dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya
bertindak sebagai fasilitator, yang
memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan
individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan
memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan
kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua pikiran dan
tindakan yang dilakukannya.
Metode pembelajaran Self Direct Learning dapat diterapkan apabila asumsi berikut
sudah terpenuhi. Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa mestinya bergeser dari orang
yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
1) Pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat.
2) Kesiapan belajar tahap awal menjadi pembelajar mandiri.
3) Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari sisi mata kuliah.
4) Pengakuan, penghargaan dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu
diciptakan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan mahasiswa harus
memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan.
5. Cooperative Learning (CL)
Adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan
suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang
mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat
terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi
serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen.
Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada
dasarnya Cooperative Learning seperti ini merupakan perpaduan antara teacher centered dan
student centered learning. Metode ini bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan
mengasah :
1) Kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa
2) Rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa
3) Kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahassiwa
4) Ketrampilan social mahasiwa.
6. Collaborative Learning (CbL)
Adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang
didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus memang berasal dari tugas dan bersifat open ended, tetapi pembentukan
kelompok yang didasar pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, ingin dinilai
oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok.
7. Contextual Instruksi (CI)
Adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotifasi mahasiswa untuk membuat
keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai
23
anggota masyarakat, pelaku professional atau manajerial. Hasil, keterlibatan, pengamatan dan
pengkajiannya ini selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas dan menampung
saran dan masukan lain dari seluruh anggota kelas. Pada intinya dengan metode ini, dosen dan
mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi
yang dituntut oleh mata kuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat
dengan sangat hati-hati.
8. Project Based Learning(PjBL)
Adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar
pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan
terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan komplek serta tugas dan produk yang
dirancang dengan hati-hati.
9. Problem-Based Learning/inquiry (PBL/I)
Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan
pencarian /penggalian informasi inquiry untuk dapat memecahkan masalah. Pada umumnya,
terdapat empat hal yang perlu dilakukan mahasiswa dalam metode ini yaitu:
1) Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut
mata kuliah dari dosennya.
2) Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah.
3) Menata dan mengaitkan data dengan masalah.
4) Menganalisis strategis pemecahan masalah.
6.2.5 Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Standar mutu pelaksanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri mengatur
beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah mahasiswa maksismal per kelas.
2. Beban mengajar maksimal per dosen.
3. Rasio maksimal buku pelajaran per mahasiswa.
4. Rasio maksimal jumlah mahasiswa untuk setiap dosen.
5. Prasarana dan sarana perkulihan.
6.2.6 Kegiatan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1. Pelaksanaan Perkuliahan
1) Kuliah dilasanakan di kelas yang telah disiapkan oleh Program Studi.
2) Jumlah Mahasiswa maksimum dalam 1 (satu) kelas yang dapat diselenggarakan 40
mahasiswa.
3) Semua peralatan dalam perkuliahan disediakan oleh Program studi.
4) Proses belajar mengajar harus sesuai dengan jadwal yang telah disusun oleh program
studi.
5) Perubahan jadwal harus dikoordinasikan dengan program studi, kemudian program
studi akan menyusun jadwal baru dan diumumkan secara terbuka.
6) Dosen yang tidak hadir dalam perkuliahan, minimal sehari sebelum perkuliahan agar
memberitahukan kepada program studi, serta wajib mengganti jam perkuliahan yang
telah ditinggalkan di waktu yang lain.
7) Mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan diwajibkan ada pemberitahuan tertulis
yang disampaikan kepada dosen dan program studi.
8) Mahasiswa terlambat masuk kelas bisa mengikuti kuliah atas seijin dosen pengampu.
2. Tempat Perkuliahan
Konsekuensi dari penerapan proses pembelajaran KBK maka tempat pelaksanaan proses
pembelajar harus disesuaikan dengan keperluan, misalnya
Kelas
1) Ruangan minimal 2m2/mahasiswa.
2) Dilengkapi AC.
3) Dilengkapi Komputer dan LCD.
24
4) Pengeras suara
5) Ruangan bersih dan nyaman.
Laboratorium
1) Luas Ruang Laboratorium 30m2
2) Dilengkapi alat praktek.
3) Fasiltas tempat duduk dan meja yang cukup
4) Ruangan bersih dan nyaman
3. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perkuliahan tidak melebihi dari waktu yang telah ditentukan.
4. Media
1) Papan tulis
2) OHP dan LCD proyektor
3) Komputer
4) Internet, dll.
6.2.7 Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian merupakan salah satu aspek dalam proses belajar mengajar di perguruan
tinggi. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes. Jadi tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa,
tetapi lebih ditekankan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu
proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau tim. Penilaian yang dilaksanakan oleh dosen
terhadap mahasiswa menggunakan acuan pedoman. Pedoman ini disusun khususnya yang
berkaitan dengan pengolahan hasil tes, yaitu melalui pendekatan Penilaian Acuan Patokan.
1. Pedoman Penilaian Hasil Belajar
Dalam memberikan suatu penilaian terhadap mahasiswa, dilakukan tahapan sebagai
berikut :
1) Sistim penilaian yang digunakan untuk mengukur seorang mahasiswa dalam mengikuti
setiap mata kuliah diperhitungkan terhadap nilai tugas, UTS dan UAS.
2) Nilai lulus setiap mata ujian serendah-rendahnya adalah nilai BC, nilai untuk sepanjang
studi.
3) Perbaikan nilai dimungkinkan sepanjang batas masa studi (termasuk kewajiban
menempuh ujian karena nilai C, D dan E) dan nilai yang dipergunakan adalah nilai
tertinggi maksimal BC.
4) Nilai praktek dan tugas diberikan setelah mahasiswa menyelesaikan tugas/praktek .
Tabel: Konversi Nilai
No.
Nilai Lambang
Nilai Absolut
Nilai Mutu
1.
A
4
2.
AB
75 - < 80
3,5
3.
B
70 - < 75
3
4.
BC
65 - < 70
2,5
5.
C
55 - < 65
2
6.
D
50 - < 55
1
7.
E
< 50
0
2. Evaluasi Keberhasilan Studi
Evaluasi keberhasilan studi mahasiswa dilakukan pada :
1) Evaluasi keberhasilan studi semester dilakukan setiap akhir semester.
2) Evaluasi Praktik Belajar Lapangan.
3) Evaluasi Akhir Program.
25
6.2.8 Standar Pengawasan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, terutama oleh dosen, maka perlu
ada mekanisme untuk mengawasan. Mekanisme pengawasan proses pembelajaran STIKES
RS Baptis Kediri dapat berupa:
1. Pemantauan
2. Supervisi
3. Evaluasi
4. Pelaporan
5. Pengambilan tindak lanjut yang diperlukan dalam konteks pengawasan ini.
6.2.9 Pelaksanaan Pengawasan Proses Pembelajaran
Program studi adalah bagian yang terdapat pada struktur organisasi STIKES RS Baptis
kediri yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengatur, mengawasi,serta memberikan
pelayanan pada mahasiswa dan dosen atas terselenggaranya proses pembelajaran. Kegiatan
proses pembelajaran tersebut meliputi pembagian/ploting tugas mengajar dosen, sehingga
dosen dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai beban ekivalensi wajib mengajar penuh
(EWMP) pada masing-masing program studi serta kegiatan rapat akhir yudisium tiap semester
serta yudisium ujian tugas akhir/proyek akhir.
Adapun tugas jurusan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Menyusun kurikulum dan silabus yang sesuai dengan peraturan yang ada.
2. Menyediakan Dosen pengampu mata kuliah yang sesuai dengan kualifikasinya dan
keahlianya.
3. Menyusun jadwal kuliah teori dan praktek.
4. Menyediakan tempat perkuliahan.
5. Menyediakan alat/media pembelajaran.
6. Menyediakan presensi dosen dan mahasiswa.
7. Menerima presensi dosen dan mahasiswa setelah selesai perkuliahan.
8. Meyediakan soal ujian yang telah disusun oleh dosen pengampu mata kuliah.
9. Menyusun jadwal ujian akhir semester dan tugas akhir.
10. Menyelenggarakan ujian akhir semester dan tugas akhir.
11. Menerima daftar nilai ujian mahasiswa dari semua dosen penguji mata kuliah.
12. Melaporkan hasil ujian dalam bentuk Kartu Hasil Semester (KHS).
13. Meminta laporan hasil perkembangan proses pembelajaran kepada Dosen pengampu.
6.3 Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran
Pemenuhan standar STIKES RS Baptis Kediri pada prinsipnya menuntut setiap
program studi sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing berdasarkan struktur
organisasi perguruan tinggi secara konsisten memenuhi atau melaksanakan standar proses
pembelajaran yang ditetapkan. Pada tahap ini STIKES RS Baptis Kediri juga harus
memperhatikan semua ketentuan normatif yang relevan, agar upaya pemenuhan isi standar
tidak melanggar peraturan perundangan.
6.3.1 Pemenuhan Standar Perencanaan Proses Pembelajaran
Standar mutu pemenuhan proses pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri mengatur
beberapa hal sebagai berikut:
1. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang harus diisi oleh dosen
penaggungjawab mata kuliah dengan memperhatikan visi dan misi program studi.
2. Dosen menentukan metode pengajaran yang efektif dan efisiien sesuai dengan materi
pembelajaran.
3. Dosen menyiapkan penyusunan soal tes dan melakukan penilaian hasil belajar.
4. Dosen menentukan strategi pembelajaran yang sesuai.
Pemenuhan standar perencanaan proses pembelajaran STIKES RS Baptis Kediri,
termasuk juga administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran dilakukan secara
26
transparan dan akuntabel. Persiapan administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran
yang dapat dilakukan melalui:
1. Memahami kembali visi dan misi program studi.
2. Penetapan standar administrasi kegiatan pendukung proses pembelajaran.
3. Koordinasi materi perkuliahan, termasuk evaluasi SAP.
4. Pengembangan metode pengajaran.
5. Manajemen kelas.
6. Koordinasi metode evaluasi proses pembelajaran.
6.3.2 Pelaksanaan Pemenuhan Standar Proses Pembelajaran
1. Perencanaan Pemenuhan Standar Mutu meliputi:
1) STIKES RS Baptis Kediri telah mengembangkan sistem pembelajaran sesuai dengan
visi, misi dan tujuan institusi serta dipublikasikan didalam pedoman akademik serta
dijadikan acuan oleh semua unit pelaksana pembelajaran.
2) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki tim akademik yang mempunyai fungsi
mengkaji dan mengembangkan sistem mutu pembelajaran yang hasilnya dimanfaatkan
oleh institusi.
3) STIKES RS Baptis Kediri telah menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang
terpusat dan dapat diakses serta dimanfaatkan untuk mendukung interaksi akademik
antara mahasiswa , dosen, pakar, dan nara sumber lainnya dalam kegiatan-kegiatan
pembelajaran.
4) STIKES RS Baptis Kediri telah memperhatikan kondisi fisik dan layanan
perpustakaan di tingkat institusi memperhatikan aspek-aspek berikut: ukuran ruangan
yang memadai, kondisi ruangan yang memenuhi syarat keamanan (alat pemadam
kebakaran), kesehatan dan kenyamanan (suhu, pencahayaan, sirlkulasi udara),
peralatan bantu bagi pengunjung (mesin foto kopi, alat pencari katalog buku), jenis
dan bahan pustaka lengkap (buku teks bahasa Indonesia dan bahasa asing, jurnal luar
dan dalam negeri, e-journals, bahan audio video), layanan antar perpustakaan, layanan
e-library dengan perpustakaan, rasio buku dengan jumlah mahasiswa memadai (1 :10
sampai 1:20), rasio buku teks terbitan 5 tahun terakhir dibandingkan dengan total
jumlah buku, waktu layanan perpustakaan mencapai 8-10 jam sehari, program
pemeliharaan perpustakaan secara berkala dan ruang diskusi untuk kelompok belajar
mahasiswa.
5) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki ruang diskusi untuk kelompok belajar
mahasiswa.
6) STIKES RS Baptis Kediri telah mempunyai sistem pembelajaran yang menjamin
terselenggaranya proses pembelajaran yang objektif, adil dan akuntabel dicerminkan
dari adanya evaluasi mahasiswa terhadap proses pembelajaran secara berkala dan
hasilnya ditindaklanjuti.
2. Keberhasilan Kegiatan Pemenuhan Proses Pembelajaran
Keberhasilan kegiatan pemenuhan proses pembelajaran dapat diukur dari indikatorindikator sebagai berikut:
1) Relevansi, yakni kegiatan dengan kebutuhan masyarakat pengguna yang menjadi
target kegiatan.
2) Efisiensi, yakni kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk
produksi dan penyajian jasa pengabdian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengguna.
3) Efektivitas, yakni kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan
sistem, metode, dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang
direncanakan.
4) Akuntabilitas, yakni dapat tidaknya kinerja sumber daya manusia tersebut
dipertanggungjawabkan.
27
5) Kreativitas, yakni kemampuan lembaga mengadakan inovasi, pembaharuan, atau
menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan
evaluasi diri.
6) Empati, yakni kemampuan para pengelola sumber daya manusia memberikan
pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada Sekolah Tinggi semua khalayak sasaran.
7) Ketanggapan, yakni kemampuan para pengelola kegiatan pengembangan sumber daya
manusia memperhatikan dan memberikan respon terhadap keadaan serta kebutuhan
masyarakat pengguna dengan cepat dan tepat.
8) Produktivitas, yakni kemampuan lembaga dan seluruh staf pengelola untuk
menghasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna menurut
rencana yang telah ditetapkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Penentuan Kebijakan Pemenuhan Proses pembelajaran
Tahap penentuan kebijakan meliputi:
1) STIKES RS Baptis Kediri menentukan program proses pembelajaran jangka panjang
dan mensosialisasikan kepada sivitas akademika.
2) STIKES RS Baptis Kediri menjabarkan program jangka panjang dalam rencana
tahunan, program-program unggulan dan indikator kinerjanya.
3) STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki Pedoman Pelaksanaan pengembangan
sumber daya manusia meliputi rekrutasi, penilaian prestasi kerja, penghasilan dan
peghargaan, pendanaan, prosedur pelaksanaan, penjaminan mutu, supervisi dan
monitoring kegiatan serta sistem pelaporan.
4) STIKES RS Baptis Kediri telah membentuk tim akademik yang dapat melaksanakan
fungsi pengelolaan dalam proses pembelajaran.
Tahap implementasi kegiatan meliputi:
1) Tahap persiapan, meliputi; perencanaan penetapan program pembelajaran dan
penerapan IPTEKS yang akan dilakukan, penetapan tim dan tugas pokok, dan
persiapan kepustakaan terkait dengan IPTEKS yang akan dipakai dalam proses
pembelajaran.
2) Pelaksanaan Kegiatan Proses Pembelajaran, analisis hambatan-hambatan di lapangan
dan cara mengatasinya.
3) Evaluasi dan Pelaporan.
6.3.3 Pemenuhan Standar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Penyelenggaraan pembelajaran dapat terdiri dari kegiatan tatap muka yang
diselenggaraan selama 16 minggu (termasuk UTS dan UAS), alat bantu pemantauan berupa:
1. Satuan acara perkuliahan (SAP).
2. Berita acara tatap muka/perkuliahan.
3. Presensi (daftar kehadiran) mahasiswa dan dosen.
4. Pemberian tugas kepada mahasiswa.
5. Pemberian tes formatif.
6.3.4 Pemenuhan Standar Pengawasan Proses Pembelajaran
Standar mutu pemenuhan pengawasan proses pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri
mengatur beberapa hal sebagai berikut:
1. Program studi menyiapkan berita acara tata muka/kuliah yang berisi data dan informasi
tentang materi pembelajaran, tugas yang telah diberikan kepada mahasiswa.
2. Program studi meyiapkan presensi mahasiswa dan dosen untuk memantau standar
minimal kehadiran mahasiswa dan dosen.
6.4 Pengendalian Standar Proses Pembelajaran
Pengendalian standar proses pembelajaran tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan proses pembelajaran harus dilakukan oleh STIKES RS Baptis Kediri dalam hal
ini dilakukan oleh Ketua program studi. Tujuannya adalah untuk memantau penetapan standar
28
secara konsisten pada kondisi faktual. Pelaksanaan langkah-langkah (prosedur) yang telah
direncanakan agar terkendali dan taat prosedur, sehingga semua berlangsung sebagaimana
mestinya. Dalam kaitan dengan kegiatan manusia, maka setiap item kegiatan harus taat
prosedur dan perubahan item kegiatan dilakukan setelah evaluasi yang cermat. Dengan
demikian mutu kegiatan yang direncanakan tercapai dan terjamin. Apabila ditemukan ada
penyimpangan atau kesalahan segera ada tindakan korektif dan selalu melakukan pengecekan
untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi atau telah ditaati. Pengendalian standar
perencanaan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap dosen:
1. Ketua program studi mengecek SAP mata kuliah pada dosen koordinator mata kuliah
sebelum semester dimulai.
2. Ketua program studi mengecek pada dosen apakah sudah menyiapkan bahan ajar.
Pengendalian standar pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap
dosen:
1. Pengendalian oleh program studi dilakukan dengan pengisian daftar hadir dosen dan
mahasiswa, pengisian berita acara perkuliahan, penyiapan bahan ajar, peralatan up to date
yang siap digunakan.
2. Pengendalian oleh dosen:
(1) Dosen memperhatikan mutu pembelajaran dengan mengikutsertakan secara aktif
mahasiswa (student centered learning). Konsep pembelajaran berfungsi untuk
memfasilitasi pembelajaran berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
(2) Dosen menciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran kolaboratif.
(3) Dosen memenuhi standar kualitas pembelajaran meliputi mendorong mahasiswa
belajar mandiri, pengembangan kualiatas pribadi mahasiswa, menjamin bahwa
mahasiswa aktif selama proses pembelajaran.
7.4.1 Pengendalian Mutu Kegiatan
1. Pengendalian Standar Melalui Tahap Penyusunan Perencanaan Proses
Pembelajaran.
Pengendalian standar melalui tahap penyusunan perencanaan proses pembelajaran antara
lain dengan Kalender Pendidikan, Jadwal kegiatan, jadwal perkuliahan, dan lain-lain.
(1)Evaluasi selama berlangsungnya proses pembelajaran dan perbaikan langsung
dilakukan jika terjadi kesalahan.
(2)Tahap seleksi Penyusunan Kalender Akademik, jadwal kuliah dilakukan melalui
konsultasi dengan Pembantu Ketua I Bidang Akademik. Pada proses tersebut, berbagai
kelemahan dalam kegiatan proses pembelajaran diinventarisasi dan dianalisis, serta
dapat langsung dilakukan evaluasi.
2. Pengendalian Standar Melalui Hasil Akhir Proses Pembelajaran (Untuk Peningkatan
Mutu)
(1)Evaluasi pelaksanaan Proses Pembelajaran secara menyeluruh terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran dan hasil dari proses pembelajaran dengan menyebarkan angket
yang berisi daftar pertanyaan evaluasi kepuasan selama proses pembelajaran dan
dampak setelah kegiatan proses pembelajaran dilaksanakan .
(2)Inventarisasi terhadap kelemahan kegiatan, sebab dan faktor penghambat untuk
menemukan akar masalah.
(3)Menyusun rencana mengatasi hambatan dalam rangka peningkatan mutu.
6.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Proses Pembelajaran
Peningkatan mutu kegiatan proses pembelajaran meliputi evaluasi untuk menemukan
kelemahan dan permasalahan dari informasi sebelumnya, yakni perencanaan standar mutu,
pengendalian mutu, dan informasi tentang implementasi di lapangan. Dari hasil evaluasi,
kemudian direncanakan standar mutu dan metode pengendalian mutu yang baru. Standar
mutu pelaksanaan proses pembelajaran. STIKES RS Baptis Kediri telah meningkatkan secara
29
bertahap sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan ditetapkan dengan mengacu pada visi
dan misi STIKES RS Baptis Kediri dan kebutuhan masyarakat pengguna.
6.5.1 Evaluasi Internal Proses Pembelajaran
Evaluasi internal terhadap proses pembelajaran dilakukan di setiap akhir semester.
Evaluasi internal proses pembelajaran mencakup evaluasi terhadap input, proses dan output.
belajar dan evaluasi hasil belajar mahasiswa.
Evaluasi internal proses pembelajaran dilakukan dengan cara melakukan:
1. Kajian terhadap Laporan Evaluasi Diri terkait dengan pelaksanaan proses Pembelajaran.
2. Kegiatan audit apabila diperlukan.
3. Penilaian (assessment) terhadap proses dan hasil pembelajaran.
4. Rekomendasi.
Hasil kegiatan evaluasi internal berupa laporan yang di dalamnya tercantum
rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Tindakan
yang dimaksud dapat berupa penyegaran di bidang ilmu, penugasan staf mengikuti
seminar/lokakarya, pelatihan keterampilan mengajar/sebagai fasilitator, rapat kerja untuk
memperbaiki silabus, dan lain lain.
Evaluasi Eksternal merupakan penilaian dari pihak luar untuk melihat apakah
kurikulum tersebut telah memenuhi standar yang telah disepakati. Bagi pendidikan profesi,
evaluasi eksternal dilakukan juga oleh pihak kolegium dari bidang yang bersangkutan.
6.5.3 Tindakan Penyempurnaan dan Pengembangan Proses Pembelajaran
Hasil evaluasi baik internal maupun eksternal menggambarkan kekuatan dan
kelemahan dari kurikulum yang sedang dijalankan. Kekuatan harus dipertahankan dan
dikembangkan. Kelemahan harus diperbaiki dan disempurnakan. Tindakan penyempurnaan
dan pengembangan dapat pula disebut tindakan koreksi yang dilakukan setiap perubahan
Tahun Akademik dan merupakan siklus awal berikutnya.
30
BAB 7
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
7.1 Pendahuluan
STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan Standar Mutu Kompetensi Lulusan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 Pasal 1 butir 4 yang
yang mencakup si
Kemudian Pasal 25 ayat 1 sampai 4
menyebutkan bahwa:
1. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi kompetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau
kelompok mata kuliah.
pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemandirian
dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni,
yang bermanfaat bagi kemanusi
kompetensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan oleh masingMenurut Keputusan Mendiknas No. 045/U/2002 Pasal 1 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan
studi terdiri atas: (1) kompetensi utama (2) kompetensi pendukung (3) kompetensi lain yang
kompetensi utama merupakan kompetensi yang harus dimiliki lulusan suatu program studi
sehingga dapat membedakan dari lulusan program studi lain. Selanjutnya ayat 2 disebutkan
bahwa elemen kompetensi terdiri atas:
1. Landasan kepribadian
2. Penguasaan ilmu dan ketrampilan
3. Kemampuan berkarya
4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
ketrampilan yang dikuasai
5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam
berkarya.
STIKES RS Baptis Kediri telah membekali peserta didik dengan kompetensi lulusan
yang disesuaikan dengan tingkat profesionalitas baik dari Program Studi Keperawatan S-1
dan Prodi Keperawatan Diploma III. Standar Kompetensi lulusan tercapai secara optimal
sesuai dengan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri serta standar kompetensi lulusan yang
dibutuhkan oleh stakeholders, sehingga keberhasilan dapat terevaluasi secara terus menerus
melalui hasil kesepakatan forum program studi yang melibatkan dunia profesi dan pemangku
kepentingan.
7.2 Penetapan Standar Kompetensi Lulusan
Berdasarkan Keputusan Mendiknas Tahun 2002 tentang Kurikulum lnti Pendidikan
Tinggi, sebagaimana dikutip di atas, dapatlah dikatakan bahwa STIKES RS Baptis Kediri
telah mengidentifikasi jenis atau ragam kompetensi lulusan yang telah sesuai dengan 3 (tiga)
kategori kompetensi yang disebut di dalam Keputusan Mendiknas dalam menyusun atau
merumuskan isi dari Standar Kompetensi Lulusan hal tersebut telah sesuai atau sejalan
dengan :
31
1. Visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan
2. Visi, misi, dan tujuan dari Program Studi Keperawatan S-1 dan
3. Visi, misi, dan tujuan dari Program Studi Keperawatan Diploma III.
Pengembangan kurikulum pendidikan Program Studi Keperawatan S-1 dan Program
Studi Keperawatan Diploma III meliputi Kurikulum Akademik yang terdiri dari kurikulum
institusi dan memuat kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya yang
ditetapkan oleh Ketua Program Studi Keperawatan S-1 maupun Diploma III yang telah
dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan program pendidikan sarjana keperawatan dan
ahli madya keperawatan di STIKES RS Baptis Kediri. Komposisi pengembangan Kurikulum
Institusi yang memuat kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya
yang telah ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri.
7.3 Penetapan Standar Kompetensi Lulusan
7.3.1 Pendidikan Sarjana Keperawatan
Ketua Program Studi Keperawatan S-1 telah membuat kualifikasi kompetensi lulusan
Program Studi Keperawatan S-1 dengan melibatkan dosen dan stakeholders yang relevan dan
hasil kualifikasi kompetensi lulusan dari Progam Studi Keperawatan S-1 STIKES RS Baptis
Kediri adalah:
1. Rumusan Kelompok Kompetensi
1) Kompetensi Utama
Kompetensi utama merupakan kemampuan untuk menampilkan unjuk kerja yang
memuaskan sesuai dengan penciri progam studi. Untuk mencapai kompetensi utama
pendidikan tahap Akademik/Sarjana Keperawatan diimplementasikan dalam komposisi
pengembangan kurikulum institusi pendidikan sarjana keperawatan sebesar 146 SKS.
2) Kompetensi Pendukung
Kemampuan yang gayut dan dapat mendukung kompetensi utama serta merupakan ciri
khas STIKES RS Baptis Kediri (± 20%).
3) Kompetensi lainnya
Kemampuan yang ditambahkan agar dapat membantu meningkatkan kualitas hidup
lulusan, dan ditetapkan berdasarkan keadaan serta kebutuhan lingkungan hidup STIKES
RS Baptis Kediri (± 20%, sesuai isu global).
2. Kompetensi Utama Tahap Akademik Pendidikan Ners
Kompetensi tahap akademik adalah serangkaian kompetensi yang harus dimiliki oleh
lulusan. Pendidikan tahap akademik dan bergelar sarjana keperawatan. Sebagai dasar untuk
menjamin agar kualitas lulusan ners dapat berkompetensi secara global kelak maka di
perlukan patokan dalam penentuan kompetensi utama yang harus dikuasai oleh sarjana
keperawatan di berbagai institusi penyelenggara pendidikan di seluruh Indonesia. Kompetensi
utama ini dijabarkan kedalam unit kompetensi.
1) Kompetensi Utama
(1) Mampu melakukan komunikasi secara efektif dengan memperhatikan unsur lintas
budaya.
(2) Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan.
(3) Mampu menerapkan aspek etik, legal dan perilaku profesional dalam praktek
keperawatan.
(4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional di tatanan klinik dan
komunitas.
(5) Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
(6) Mampu menjalin hubungan interpersonal.
(7) Mampu melakukan penelitian sederhana.
(8) Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau belajar
sepanjang hayat.
2) Kompetensi Pendukung
(1) Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing.
32
(2) Mampu menerapkan teknologi informasi dalam praktek keperawatan.
(3) Mampu menghasilkan insan yang berbudi pekerti dan berkepribadian yang baik.
3) Kompetensi Lainnya
Mampu mengembangkan jiwa kewirausahaan dalam pelayanan keperawatan.
4) Unit Kompetensi Keperawatan
(1) Mampu melakukan komunikasi yang efektif dalam memberi asuhan.
(2) Mampu menerapkan pengetahuan, kerangka etik dan legal dalam sistem kesehatan
yang berhubungan dengan keperawatan.
(3) Mampu membuat keputusan etik.
(4) Mampu memberikan asuhan peka budaya dengan menghargai etnik, agama atau
faktor lain dari setiap klien yang unik*).
(5) Mampu menjamin kualitas asuhan holistik secara kontinyu dan konsisten*).
(6) Mampu menggunakan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif.
(7) Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah klien*).
(8) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada klien sebagai upaya pencegahan
primer, sekunder, dan tertier.
(9) Mampu berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan sejawat.
(10) Mampu menjalankan fungsi advokasi untuk mempertahan kan hak klien agar
dapat mengambil keputusan untuk dirinya*).
(11) Mampu menggunakan prinsip-prinsip peningkatan kualitas berkesinambungan
dalam praktik.
(12) Mampu mendemonstrasikan ketrampilan teknis keperawatan sesuai standar yang
berlaku atau secara kreatif dan inovatif sehingga pelayanan yang di berikan efisien
dan efektif*).
(13) Mampu mengkolaborasikan berbagai aspek dalam pemenuhan kebutuhan
kesehatan klien*).
(14) Mampu melaksanakan terapi modalitas sesuai dengan kebutuhan*).
(15) Mampu mewujudkan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan
strategi menjamin kualitas dan manajemen resiko.
(16) Mampu melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan yang berlaku
dalam bidang kesehatan*).
(17) Mampu mengkolaborasikan pelayanan keperawatan*).
(18) Mampu memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahan kan
akuntabilitas asuhan keperawatan yang di berikan*).
(19) Mampu menggunakan ketrampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim dan
pemberian asuhan keperawatan dengan mempertahan kan hubungan kolaboratif*).
(20) Mampu merancang, melaksanakan proses penelitian sederhana dalam upaya
peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
(21) Mampu memanfaatkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan kualitas asuhan
keperawatan*)
(22) Mampu mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis dalam mengembangkan
asuhan keperawatan.
(23) Mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dan
kesehatan.
(24) Mampu mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan
professional.
(25) Mampu berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
Keterangan:
*) belum memiliki kewenangan untuk melakukan. Kewenangan akan dapat dimiliki
setelah lulus sarjana keperawatan menyelesaikan tahap profesinya dan diberikan sebutan
profesi Ners.
33
7.3.2 Pendidikan Ahli Madya
Ketua Program Studi Keperawatan Diploma III STIKES RS Baptis Kediri telah telah
membuat kualifikasi kompetensi lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III dengan
melibatkan dosen dan stakeholders yang relevan. Hasilnya, kualifikasi kompetensi lulusan
Program Studi Keperawatan Diploma III adalah:
1) Kompetensi utama lulusan
Kompetensi utama lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah :
(1) Mampu menerapkan konsep dan prinsip etika keperawatan, komunikasi dalam
praktik keperawatan profesional.
(2) Mampu menerapkan pendekatan proses keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan berpikir kritis
(3) Mampu Mengkonsultasikan penanganan pasien terhadap tim kesehatan lain dan
melaksanakan tindakan pengobatan sebagai hasil kolaborasi
(4) Mampu berperan serta dalam penelitian dan pengembangan keperawatan.
(5) Mampu Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen dalam keperawatan.
(6) Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada kelompok khusus.
(7) Mampu Melaksanakan pendidikan kesehatan.
2) Kompetensi pendukung lulusan
Kompetesi pendukung lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah :
(1) Mampu berkomunikasi dengan bahasa asing (Bahasa Inggris, Bahasa Jepang,
Bahasa Mandarin).
(2) Mampu menerapkan tehnologi informasi dalam praktik keperawatan.
3) Komponen Lain/Pilihan lulusan
Kompetensi lain/pilihan lulusan Program Studi Keperawatan Diploma III adalah
mampu melaksanakan tindakan kegawatdaruratan pada pasien kritis.
7.4 Pengendalian Standar Kompetensi Lulusan
Mekanisme pengendalian Standar Kompetensi Lulusan mensyaratkan agar setiap
Program Studi keperawatan didalam lingkungan STIKES RS Baptis Kediri harus mampu
mengontrol dan memantau penerapan standar secara konsisten di lapangan atau pada kondisi
faktual. Kemudian, bilamana perlu Ketua Program Studi Keperawatan tersebut segera
mengambil tindakan korektif apa bila ditemukan adanya penyimpangan atau kesalahan.
Dengan kata lain, pesan utama dalam mekanisme ini adalah agar Program Studi Keperawatan
yang bersangkutan selalu melakukan pengecekan untuk memastikan bahwa standar telah
terpenuhi atau telah ditaati.
Sebagai pedoman, mekanisme pengendalian standar ini harus mengacu pada aturan
normatif yang berlaku, visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dan Program Studi
Keperawatan, serta keterkaitannya dengan isi standar lain yang relevan di dalam Standar
Penjaminan Mutu Internal pada STIKES RS Baptis Kediri. Untuk kepentingan pengembangan
isi standar pada siklus penjaminan mutu berikutnya, maka pengelola Standar Kompetensi
Lulusan membuat catatan tertulis yang memuat semua data dan informasi tentang pencapaian
substansi standar, penyebab terjadinya ketidaksesuaian antara tingkat pencapaian dengan
substansi standar, dan tindakan korektif yang diambil.
7.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan
Pada akhirnya, mekanisme pengendalian Standar Kompetensi Lulusan kemudian akan
diikuti dengan mekanisme pengembangan Standar Kompetensi Lulusan setelah terlewatinya
jangka waktu tertentu yaitu 5 tahun. Tujuan dari mekanisme pengembangan standar ini adalah
untuk mengevaluasi sejauhmana pencapaian isi standar oleh para pengelola standar
kompetensi lulusan baik Program Studi Keperawatan S-1 maupun Diploma III, dan menjajagi
kemungkinan untuk meningkatkan isi standar agar terjadi peningkatan mutu secara bertahap
dan berkelanjutan. Tahap inilah yang disebut sebagai langkah akhir dari satu siklus
penjaminan mutu secara utuh, dan sekaligus menjadi langkah awal dari siklus berikutnya.
34
BAB 8
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
8.1 Pendahuluan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagai bagian dari Sistem Penjamin
Mutu Internal Perguruan Tinggi (SPMI-PT) telah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas),
menyebutkan bahwa Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, sedangkan Pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi. Pada pasal 39 disebutkan bahwa Tenaga
Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Sedangkan Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sementara itu, pada pasal 1 UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dengan
tegas menggunakan istilah Dosen untuk merujuk pada pengertian Pendidik pada jenjang
pendidikan tinggi, yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dan tenaga
Kependidikan meliputi pula laboran, pustakawan, teknisi, pegawai administrasi, sopir, hingga
pekarya.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada STIKES RS Baptis Kediri
ditetapkan, dilaksanakan, dikendalikan dan terus ditingkatkan. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan relevan serta mewujudkan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri.
8.2 Penetapan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Penetapan standar pendidik dan tenaga kependidikan di STIKES RS Baptis Kediri
telah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
8.2.1 Studi Pendahuluan terhadap Ketentuan Normatif
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui apakah pemerintah melalui perundangundangan telah menetapkan standar minimum nasional tentang Pendidik dan Tenaga
kependidikan. STIKES RS Baptis Kediri telah memenuhi standar minimum nasional, dengan
demikian STIKES RS Baptis Kediri telah taat asas dan patuh pada aturan normatif yang
berlaku. Berikut ini uraian tentang perundangan tersebut:
1. Hak-Hak Normatif Pendidik dan Tenaga Kependidikan
STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan standar mutu dosen dan tenaga
kependidikan telah menjamin terpenuhinya semua hak mereka sebagaimana diatur dalam
pasal 40 UU Sisdiknas dan pasal 51 UU Guru dan Dosen, yaitu:
1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual.
5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
6) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar,
informasi, sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
35
7) Memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan.
8) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta
didik.
9) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi / organisasi profesi
keilmuan.
2. Kewajiban Normatif Pendidik dan Tenaga Kependidikan
STIKES RS Baptis Kediri dalam menetapkan standar mutu bagi dosen dan tenaga
kependidikan telah memperhatikan kewajiban normatif sebagaimana secara minimum diatur
oleh pasal 40 UU Sisdiknas dan pasal 51 UU Guru dan Dosen, sebagai berikut:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan
dialogis.
2) Mempunyai komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
4) Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
5) Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran.
6) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, rasa, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
8) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dank ode etik, serta nilai-nilai
agama dan etika.
9) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Kualifikasi Akademik Dosen
Kualifikasi Akademik Dosen yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri merujuk
pada pasal 28 Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Hal tersebut
menyatakan bahwa pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pada STIKES RS Baptis Kediri yang diberlakukan dengan
kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan peundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi pendidikan minimum tersebut
adalah:
1) Lulusan Diploma IV atau S1 untuk Program Studi Keperawatan Diploma III.
2) Lulusan Program Magister (S2) untuk Program Studi Keperawatan S1 .
3) Lulusan program Doktor (S3) untuk Program Studi Keperawatan S1.
Dosen yang bertugas di Program Studi Keperawatan baik S1 dan D III atau Program
Profesi selain mempunyai ijasah, juga harus mempunyai sertifikasi kompetensi yang sesuai
dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan atau dihasilkan oleh STIKES RS Baptis
Kediri. Ditambah dengan Pasal 45 dan 46 UU tentang Guru dan Dosen, menetapkan bahwa
dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani an
rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat
bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik dosen tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program
pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. Standar minimum kualifikasi
akademik dosen menutur UU ini adalah Lulusan program magister untuk Program Studi
Diploma atau Program Sarjana.
Dengan demikian, jumlah dan kualifikasi dosen tetap untuk setiap program studi
jenjang sarjana sekarang minimal adalah 6 dosen tetap bergelar magister (bukan lagi 2
magister dan 4 sarjana seperti diatur dalam Keputusan Mendiknas No. 234/U/2000 tentang
Pedoman Pendidikan Perguruan Tinggi).
36
4. Sertifikasi Dosen
Pasal 3 UU tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa Dosen mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional tersebut
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Sertifikasi kompetensi yang dimiliki oleh dosen yang
bertugas di program vokasi atau program profesi adalah sertifikat yang diperoleh dari
program sertifikasi dosen yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Penyelenggara
Sertifikasi Dosen. STIKES RS Baptis Kediri memberikan dukungan secara penuh bagi dosen
dalam pengurusan sertifikasi dosen.
5. Kompetensi Dosen
Kompetensi, menurut pasal 1 UU tentang Guru dan Dosen, adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi dosen yang ditetapkan pada STIKES RS
Baptis Kediri meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Keempat ranah kompetensi ini dapat saja diterapkan pada
dosen, namun dengan penyesuaian kompetensi pedagogik yang perlu diubah menjadi
kompetensi andragogik karena yang mengalami proses pembelajaran adalah manusia dewasa
(mahasiswa).
6. Jabatan Akademik Dosen
Tentang jabatan akademik dosen diatur dalam pasal 48 ayat 2 UU tentang Guru dan
Dosen yang menyebutkan bahwa jenjang jabatan akademik dosen tetap terdiri atas asisten
ahli, lektor, lektor kepala, dan professor. Kemudian, ayat 4 menyebutkan bahwa Perguruan
Tinggi dapat mengatur kewenangan jenjang jabatan akademik dan dosen tetap serta dosen
tidak tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana ditetapkan di dalam
pasal 71 UU tentang Guru dan Dosen, kualifikasi akademik dan kompetensi dosen perlu
dibina dan dikembangkan baik oleh pemerintah dan Perguruan Tinggi.
STIKES RS Baptis Kediri memberikan dukungan secara penuh bagi dosen dalam
pengurusan Jabatan akademik dosen dan melakukan pembinaan dan pengembangan akademik
dan profesionalisme dosen tetap dan dosen tidak tetap dengan baik dengan membuat peta
distribusi dosen di STIKES RS Baptis Kediri maupun di tingkat program studi.
7. Beban Tugas Dosen
Beban tugas dosen yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri telah sesuai ketentuan
pasal 72 UU tentang Guru dan Dosen, beban kerja dosen mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi
pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan,
serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Keseluruhan kegiatan dosen tersebut dapat
dirangkum menjadi kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dan kegiatan penunjangnya.
Beban kerja tersebut sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 SKS dan sebanyakbanyaknya 16 SKS, yang besarnya diatur oleh setiap satuan pendidikan tinggi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Komposisi penugasan dosen di dalam masing-masing
kegiatan diatur sesuai visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dengan menitikberatkan pada
Tri dharma perguruan tinggi. Kegiatan dapat melengkapi formulir penugasan dosen (sesuai
lampiran).
8. Rasio Dosen Tetap: Mahasiswa
Agar seluruh proses pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dapat terlaksana dengan
baik, rasio dosen tetap dengan mahasiswa harus memadai. Indikator yang biasa digunakan
adalah rasio antara jumlah dosen tetap dan jumlah mahasiswa yang ditetapkan pada STIKES
RS Baptis Kediri berdasarkan Instrument Akreditasi Institusi BAN-PT sebesar 1:15. Hal ini
telah disesuai dengan kebutuhan stakeholder dan disesuai visi dan misi STIKES RS Baptis
Kediri, dan tetap memerhatikan pola pembelajaran yang dilaksanakannya.
9. Rekrutasi Dosen
Rekrutasi dosen menurut UU tentang Guru dan Dosen, pasal 50 mengamanatkan bahwa
Perguruan Tinggi harus melakukan proses rekrutasi dosen dengan prinsip tanpa diskriminasi.
37
Artinya suku, agama, ras, jenis kelamin, dan golongan tidak dapat digunakan sebagai dasar di
dalam rekrutasi dosen.
STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan rekrutasi dosen menggunakan
kualifikasi akademik, kompetensi, pengalaman dan sebagai dasar rekrutasi dosen
menyesuaikan kebutuhan institusi.
10.Tenaga Kependidikan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 36 menetapkan
bahwa tenaga kependidikan pada pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi, kompetensi,
dan sertifikasi sesuai dengan bidangnya. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi tersebut
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
Ketentuan yang ada di dalam keputusan Mendiknas tentang Pedoman pendirian
Perguruan Tinggi dapat digunakan sebagai standar minimum. STIKES RS Baptis Kediri
menetapkan persyaratan minimal jumlah dan kualifikasi tenaga kependidikan untuk sekolah
tinggi yang berlaku sesuai perundang-undangan yang relevan yaitu:
Tabel 1: Persyaratan Minimal Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kependidikan.
Sekolah Tinggi
Administrasi:
Kualifikasi D III
3
Kualifikasi S 1
1
Teknisi/Laboran:
Kualifikasi D III
6
Pustakawan:
Kualifikasi D III
2
Kualifikasi D IV/ S1
1
Untuk peningakatan kompetensi tenaga kependidikan, STIKES RS Baptis Kediri
melakukan pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan dengan mengikuti pelatihanpelatihan atau bahkan peningkatkan kependidikan tertentu untuk mencapaian serfikasi yang
sesuai dengan bidang bidang tugas tenaga kependidikan merupakan amanat Peraturan
Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan serta kondisi ideal sebagaimana disebutkan
di dalam instrument akreditasi institusi BAN-PT, adalah lebih dari 70% tenaga kependidikan
(khusus laboran, teknisi, pustakawan, dan analis) mempunyai sertifikat kompetensi.
8.2.2 Evaluasi Diri menggunakan SWOT Analysis
Perumusan standar mutu di dalam SPMI STIKES RS Baptis Kediri menetapkan
substansi atau butir-butir standar mutu apa saja yang masuk ke dalam lingkup Standar Dosen
dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan seperti Kualifikasi,
Kompetensi, Rekrutasi, Beban kerja dan sebagainya, maka mulailah melakukan analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, dan Threats) dengan dukungan data. Untuk
merumuskan isi Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan dengan menggunakan analisis
SWOT dibutuhkan adanya kerjasama antara STIKES RS Baptis Kediri dengan para
pemangku kepentingan (Stakeholders) internal maupun eksternal.
8.3 Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dosen pada umumnya bekerja di unit akademik (program studi) sedangkan tenaga
kependidikan ada yang bekerja di unit akademik dan ada pula yang bekerja di unit penunjang
(biro, unit pelaksana teknis). Keseluruhan unit tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing di dalam struktur organisasi Perguruan Tinggi. STIKES RS Baptis Kediri
telah melakukan langkah-langkah untuk pemenuhan Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
antara lain dengan melakukan persiapan administratif dan keuangan, sosialisasi substansi
standar, serta upaya pencapaian/pemenuhan standar secara konsisten.
Seperti ditunjukan pada Tabel 2 tentang formulir/dokumen yang diperlukan untuk
mengukur pemenuhan Standar Dosen di STIKES RS Baptis Kediri.
38
Tabel 2: Formulir pada Standar Dosen di STIKES RS Baptis Kediri
Standar
Formulir / dokumen yang dibutuhkan
Kualifikasi akademik dosen
Ijasah, Transkrip akademik setiap dosen.
Kompetensi dosen
Formulir rekam jejak kompetensi dosen.
Sertifikasi dosen
Daftar dosen yang sudah dan belum mempunyai
sertifikasi dosen.
Jabatan akademik dosen
Formulir pengusulan jabatan akademik dosen,
Keputusan pihak berwenang tentang jabatan
akademik setiap dosen.
Beban kerja dosen
Formulir penugasan dosen.
Rasio dosen tetap: mahasiswa
Peta komposisi dosen berdasarkan gelar akademik
dan jabatan akademik di tingkat program studi dan
di tingkat institusi. Peta komposisi mahasiswa di
setiap program studi.
Rekrutasi dosen
Formulir penilaian wawancara dosen, Soal seleksi
dosen, misalnya Tes Potensi Akademik dan
Bahasa Inggris.
8.4 Pengendalian dan Peningkatan Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
Maksud dari pengendalian Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan di STIKES RS
Baptis Kediri adalah setiap program studi atau unit pelaksana mampu memonitor dan
mengevaluasi pemenuhan standar secara konsisten dan optimal pada kondisi faktual, untuk
selanjutnya mengambil tindakan korektif apabila ditemukan adanya penyimpangan atau
kesalahan. Hal terpenting adalah setiap unit, sesuai dengan tugas dan fungsinya masingmasing dalam struktur organisasi di STIKES RS Baptis Kediri selalu melakukan pengecekan
untuk memastikan bahwa standar telah terpenuhi atau lebih ditaati. Bila sebuah standar belum
terpenuhi, perlu dicari apa penyebabnya dan dapat segera diketahui upaya untuk memenuhi
standar tersebut.
Sebagai contoh, misalkan Standar Kualifikasi Akademik Dosen menetapkan bahwa
Dosen yang mengajar di suatu program sarjana, minimal bergelar akademik magister. Apabila
setelah dilakukan pemantauan, ternyata ada dosen yang belum bergelar magister, maka perlu
dicari penyebabnya. Apabila penyebabnya adalah tidak ada dosen tetap yang mempunyai
bidang keahlian sama dengan dosen tersebut, maka beberapa alternatif upaya pemenuhan
standar tersebut adalah:
1. Mencari dosen tidak tetap yang mempunyai bidang keahlian sesuai dan bergelar magister,
2. Melakukan pengembangan, misalnya rekrutasi dosen tetap baru bergelar minimal
magister dengan mempunyai bidang keahlian sesuai, atau
3. Memagangkan dosen tetap yang telah bergelar magister ke dosen tidak tetap dengan
bidang keahlian tersebut.
Alternatif mana yang dipilih, tergantung pada tingkat urgensi pemenuhan standar
tersebut. Apabila setelah dievaluasi ternyata seluruh program sarjana telah memenuhi standar
Kualifikasi Dosen sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat meningkatkan standarnya.
Peningkatan Kualifikasi Dosen di STIKES RS Baptis Kediri secara berkelanjutan seperti ini
dikenal dengan continuous improvement dalam sistem penjaminan mutu secara bertahap
disesuaikan dengan rencana strategis dari STIKES RS Baptis Kediri.
Pencatatan atau pendokumentasian adalah bagian penting di dalam pengendalian
standar. STIKES RS Baptis Kediri merancang formulir untuk pemenuhan standar dan
pengendalian standar. Cara lain adalah dengan menggunakan formulir yang sekaligus dapat
dipakai untuk kedua langkah tersebut. Sebagai contoh, di dalam formulir penugasan dosen di
suatu semester dapat dilengkapi dengan kolom atau bagian yang menunjukkan proses monitor
dan evaluasi atas pelaksanaan tugas dosen tersebut.
39
Untuk Tenaga Kependidikan, yang mencakup administrasi, teknisi, laboran, dan
pustakawan, formulir / dokumen yang dibutuhkan untuk pemenuhan standar dan pengendalian
standar dapat berbeda-beda untuk masing-masing bidang tugas tersebut.
40
BAB 9
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
9.1 Pendahuluan
Sarana dan Prasarana menjadi salah satu standar mutu sebagai tolok ukur untuk
menilai tingkat mutu penyediaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengembangan perguruan
tinggi. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat atau media dalam
mencapai maksud atau tujuan. Prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau
usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Pembangunan maupun pengembangan
Sarana dan Prasarana yang ditujukan untuk kegiatan penyelenggaraan Pendidikan di STIKES
RS Baptis Kediri ini mengacu pada master plan kampus, sehingga visi dan misi, dan suasana
akademik yang diharapkan dapat tercapai. Sarana dan Prasarana pada STIKES RS Baptis
Kediri adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan
sebagai alat teknis dalam mencapai maksud, tujuan, dan sasaran. Keberadaan dan pilihan
jenis, jumlah, mutu dari Sarana dan Prasarana ini tergantung dari kebutuhan dan kondisi
Program Studi Keperawatan serta arah kebijakan mutu institusi. Pengelolaan Sarana dan
Prasarana dilakukan secara terintegrasi, sehingga dapat digunakan oleh seluruh Program Studi
Keperawatan yang membutuhkan.
Paradigma baru dalam pendidikan keperawatan menghendaki lulusannya mampu
bersaing di dunia internasional, dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan IPTEK dan seni serta kebutuhan dunia kerja. Untuk itu diperlukan
perencanaan kebutuhan Sarana dan Prasarana yang sesuai dengan perencanaan kurikulum,
penelitian, pengabdian dan pelayanan pada masyarakat serta kegiatan lain yang menunjang
seluruh Tri Dharma perguruan tinggi dalam penyelenggaraannya. Pengaturan Sarana dan
Prasarana dimanfaatkan secara lebih efektif dan efisien. Adanya penjaminan mutu Sarana dan
Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri akan lebih memperjelas langkah menuju visi dan misi
yang telah dtetapkan. STIKES RS Baptis Kediri telah membuat standar mutu Sarana dan
Prasarana yang sesuai dengan substansi atau isi standar minimum yang berlaku secara
nasional. Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri yang telah
berkaitan dengan kriteria minimum meliputi lahan, bangunan ruang kuliah, ruang
perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang dosen, ruang tata usaha, tempat ibadah,
olah raga, ruang lain yang menunjang proses pembelajaran, peralatan ruang kuliah, peralatan
laboratorium, peralatan pendidikan, dan termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri adalah persyaratan
minimal yang ditetapkan oleh institusi terhadap Program Studi Keperawatan. Substansi atau
isi Sarana dan Prasarana telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
relevan sesuai bidang Sarana dan Prasarana untuk STIKES RS Baptis Kediri, Substansi
standar telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan sedapat
mungkin selaras dengan masukan dan saran dari stakeholders. Terkait dengan pemanfaatan
dan pemeliharaannya, maka standar mutu Sarana dan Prasarana di bagi dalam 3 butir standar
yaitu:
9.2 Penetapan Standar Mutu Sarana dan Prasarana
Standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri adalah persyaratan
minimal yang ditetapkan oleh institusi terhadap Program Studi Keperawatan. Substansi atau
isi Sarana dan Prasarana telah disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
relevan sesuai bidang Sarana dan Prasarana untuk STIKES RS Baptis Kediri, Substansi
standar telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri, dan sedapat
mungkin selaras dengan masukan dan saran dari stakeholders. Dalam menetapkan Standar
Mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri telah memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
41
9.2.1 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Bangunan, Kesehatan, serta Ketenangan
Lingkungan
Substansi standar ini mencakup infrastuktur, telah memenuhi persyaratan teknis dan
peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku dengan memperhatikan
pertumbuhan kegiatan akademik. Standar Sarana dan Prasarana fasilitas pembelajaran
mencakup ruang kuliah lengkap dengan sarana untuk melaksanakan kurikulum. Standar
Sarana dan Prasarana laboratorium mencakup peralatan sesuai program studi. Jumlah butir
standar dalam jenis standar ditetapkan oleh pengelola, sesuai dengan visi, misi, kebutuhan
stakeholders, serta urgensi dan kemampuan Program Studi terhadap Standar Mutu Sarana dan
Prasarana yang terdiri atas peralatan, bahan, dan teknologi informatika.
9.2.2 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Sumber Belajar
Substansi ini terdiri dari buku-buku teks, laboratorium, jurnal, majalah, lembar
informasi, internet. Sumber belajar telah diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran
Program Studi Keperawatan yang ditetapkan di STIKES RS Baptis Kediri.
9.2.3 Standar Mutu Sarana dan Prasarana Pengadaan, Pengoperasian, Perawatan, dan
Perbaikan Alat.
Standar mutu ini sangat diperlukan agar peralatan dapat beroperasi dengan baik dan
sesuai fungsinya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan dan perawatan. Apabila terjadi kerusakan
dapat diperbaiki dengan cepat sehingga mengurangi waktu mati (down time) atau kerusakan
dari peralatan tersebut.
9.2.4 Standar Mutu Sarana dan Prasarana
Standar mutu tentang penyediaan dan ketersediaan air, listrik, dan telepon adalah bagian
penting dalam kegiatan perguruan tinggi, karena itu perlu dikelola dengan baik. Untuk itu
diperlukan tatakelola yang jelas dan pasti sehingga penyediaan Sarana dan Prasarana umum
terselenggara secara baik dengan keandalan tinggi.
9.3 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana
Dalam usaha pemenuhan Stadar Mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis
Kediri yang telah ditetapkan, langkah pertama adalah sosialisasi Standar Mutu Sarana dan
Prasarana pada seluruh sivitas akademika dengan pemenuhan butir standar yang terdiri dari:
9.3.1 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Bangunan dan Kesehatan
Lingkungan
Infrastruktur telah memenuhi infrastuktur perguruan tinggi, telah memenuhi persyaratan
teknis dan peraturan bangunan, serta kesehatan lingkungan yang berlaku. Pengembangan
infrastruktur fasilitas telah dituangkan dalam rencana induk yang mencakup semua aset
STIKES RS Baptis Kediri seperti lahan, gedung, air, listrik, telepon yang semuanya sudah
dimiliki dapat dikelola secara optimal dalam mendukung pelaksanaan proses pembelajaran.
9.3.2 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Sumber Belajar
Pemenuhan sumber belajar di STIKES RS Baptis Kediri telah terseleksi dan sinkron
dengan tujuan pembelajaran. Perpustakaan telah diadakan sesuai dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi. Pusat komputer telah menyediakan layanan komputer yang
aksesibel dengan jaringan infrastruktur yang memungkinkan masyarakat kampus
memanfaatkan secara penuh teknologi informasi, untuk kegiatan pembelajaran, penelitian,
pengabdian, dan administrasi.
9.3.3 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana pengadaan, Pengoperasian,
Perawatan, dan Perbaikan Alat
Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana meliputi pengadaan, pengoperasian,
perawatan, dan perbaikan alat. Pengadaan alat yang dimaksud adalah alat untuk proses
42
perkuliahan dan praktikum. Pengoperasian alat adalah peningkatan pemanfaatan alat-alat
laboratorium. Perawatan dan perbaikan alat dimaksudkan untuk mencegah atau menunda
kerusakan alat, untuk meningkatkan pemakaian peralatan maka perlu peningkatan
ketrampilan para pekerja sehingga penggunaan dapat secara efektif dan efisien.
9.3.4 Pemenuhan Standar Mutu Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan Prasarana air, listrik, dan telepon merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan kegiatan di STIKES RS Baptis Kediri. Oleh karena itu, pemenuhan standar ini
telah dikelola dengan baik dan tersedia tatakelola yang jelas dan pasti, sehingga beban yang
harus dibayar untuk pemakaian secara merata sesuai dengan frekuensi pemakaian. Dengan
tatkelola yang baik, maka kendala sistem distribusi air, listrik, serta kontinuitas layanan
telepon dapat diharapkan oleh seluruh pengguna di kampus.
9.4 Pengendalian Standar Mutu Sarana dan Prasarana
Manajemen pengendalian standar mutu Sarana dan Prasarana di STIKES RS Baptis
Kediri diarahkan untuk mengoptimalkan berlangsungnya proses peningkatan kualitas secara
berkelanjutan. Dalam hal ini telah diatur satu siklus tertentu dengan keyakinan terjadi
peningkatan pada setiap rentang waktu tertentu dapat dijamin. Manajemen Sarana dan
Prasarana yang profesional telah menjadi suatu keharusan, dimulai dengan adanya rencana
strategi, rencana tahunan, rencana operasional yang diterjemahkan dalam rencana kerja
anggaran tahunan yang disepakati bersama. Kemudian didukung oleh unit pengelola Sarana
dan Prasarana yang handal yang memiliki program perencanaan, pengadaan Sarana dan
Prasarana, pemanfaatan, pemeliharaan serta pengendaliannya. Program yang diciptakan telah
memperhatikan konsep integrasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan aset yang ada.
Program pengendalian mencakup kegiatan monitoring, evaluasi serta perbaikan mutu Sarana
dan Prasarana di STIKES RS Baptis Kediri.
9.5 Peningkatan dan Pengembangan Standar Mutu Sarana dan Prasarana
Peningkatan dan pengembangan standar mutu Sarana dan Prasarana tidak terlepas dari
mekanisme pengendalian, kemudian akan diikuti dengan mekanisme pengembangan standar
mutu Sarana dan Prasarana setelah terlewatinya jangka waktu tertentu yaitu 5 tahun. Tujuan
dari mekanisme pengembangan standar ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana
pencapaian isi dari standar Sarana dan Prasarana oleh para pengelola standar, dan menjajagi
kemungkinan untuk meningkatkan isi standar agar terjadi peningkatan mutu secara bertahap
dan berkelanjutan. Dapat Sarana dan Prasarana, misalnya memasukkan unsur-unsur lain yang
tetap berkaitan erat dengan pengelolaan dan pengadaan prasarana dan sarana.
Adapun peningkatan dan pengmbangan standar mutu Sarana dan Prasarana ini
mencakup: Jenis, jumlah dan kondisi Sarana dan Prasarana; Pemanfaatan Sarana dan
Prasarana dan pemeliharaan; Kepuasan pelanggan terhadap Sarana dan Prasarana;
Perencanaan, pengadaan, monitoring dan evaluasi serta perbaikan.
Sedangkan perbaikan standar mutu Sarana dan Prasarana STIKES RS Baptis Kediri
ditujukan pada:
9.5.1 Rencana Perbaikan Mutu Sarana dan Prasarana
Program perbaikan mutu disusun mengacu pada rekomendasi dari hasil evaluai
peraturan yang ada, kondisi keuangan dan sumber daya yang tersedia. Rencana perbaikan
mutu ini memuat informasi tentang sasaran, target, tahapan, waktu pelaksanaan dan
mekanisme kerja.
9.5.2 Pelaksanaan Perbaikan Mutu Sarana dan Prasarana
Perbaikan mutu Sarana dan Prasarana dilaksakan sesuai rencana yang ditetapkan dan
terukur. Tahap inilah yang disebut sebagai langkah akhir dari satu siklus penjaminan mutu
secara utuh, dan sekaligus menjadi langkah awal dari siklus berikutnya.
43
BAB 10
STANDAR PENGELOLAAN
10.1 Pendahuluan
STIKES RS Baptis Kediri merupakan lembaga yang memiliki fungsi dan kompetensi
dalam menjalankan proses pendidikan tinggi dalam bidang keperawatan, disamping
melaksanakan fungsi tersebut, STIKES RS Baptis Kediri juga menjadi salah satu pilar dalam
upaya menegakkan demokrasi, menjaga nilai-nilai moral dan kemanusiaan, serta menjunjung
tinggi rasa keadilan bagi masyarakat. Peran yang demikian penting tersebut harus didukung
dengan upaya-upaya untuk selalu meningkatkan mutu, relevansi, daya saing, tata kelola baik,
akuntabilitas, pencitraan publik, serta menjaga pemerataan dan perluasan akses atas layanan
pendidikan tinggi di STIKES RS Baptis Kediri bagi masyarakat.
Layanan akademik STIKES RS Baptis Kediri dicakup dalam istilah Tridharma
perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat. Untuk
melaksanakan tridharma perguruan tinggi diperlukan serangkaian input yang mencakup
kurikulum, mahasiswa, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, fasilitas fisik, informasi,
dan keuangan. Output kegiatan tridharma adalah lulusan, karya penelitian, dan karya
pengabdian kepada masyarakat. Untuk mengelola seluruh proses dan berbagai faktor input
dan output STIKES RS Baptis Kediri diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang tepat.
Manajemen pengelolaan merupakan langkah dinamis dan sistematis menuju
pencapaian tujuan dengan menggunakan dukungan sumber daya yang tersedia (sumber daya
manusia, bahan, peralatan, metode kerja, modal, dan potensi pasar). Kegiatan manajemen
pengelolaan mencakup perencanaan, pengorganisasian, pemantauan, dan evaluasi. Tujuan
dalam manajemen STIKES RS Baptis Kediri memiliki target yang bergerak yang ditetapkan
dengan melihat tuntutan kebutuhan internal dan eksternal serta kesiapan sumber daya yang
dimiliki. Sehubungan dengan hal itu, pengembangan manajemen perlu disertai dengan upaya
penguatan terus-menerus sumber daya yang dimiliki sehingga dapat mendukung pencapaian
tujuan secara berkelanjutan.
Manajemen pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri telah menghasilkan layanan
tridharma perguruan tinggi yang terwadahi oleh organisasi formal yang memiliki kekuatan
hukum. Dengan cara demikian diharapkan masyarakat dapat memperoleh layanan pendidikan
tinggi secara berkelanjutan dengan rasa aman dan kepercayaan tinggi terhadap STIKES RS
Baptis Kediri. Selanjutnya dalam kerangka hukum formal berbagai bentuk kesepakatan antar
pihak dituangkan dalam perjanjian yang bersifat tertulis berupa MoU (Memorandum of
Understanding), prinsip manajemen kelembagaan pendidikan tinggi diatur dalam UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
44
MANAJEMEN
KELEMBAGAAN
INPUT
BISNIS PROSES
KURIKULUM
PROSES
PENDIDIKAN
OUTPUT
ALUMNI
PUBLIK
PRODUK
PENELITIAN
MAHASISWA
INFORMASI
PROSES
PENELITIAN
FASILITAS
TENAGA
PENDIDIK DAN
KEPENDIDIKAN
PUBLIK
PROSES
PENGABDIAN
KEPADA
MASYARAKAT
PRODUK
PENGABDIAN
KEPADA
MASYARAKAT
KURIKULUM
Gambar 1: Proses Utama Perguruan Tinggi
10.2 Penetapan Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri ini disusun dengan memperhatikan proses
utama pendidikan tinggi, prinsip-prinsip manajemen pengelolaan dan peraturan-peraturan
yang berlaku serta kebijakan manajemen perguruan tinggi.
10.2.1 Penetapan Visi, Misi, Strategi, dan Program yang Jelas
Perumusan alasan dan maksud perguruan tinggi telah dituangkan ke dalam visi, misi,
nilai-nilai dan strategi pengembangan STIKES RS Baptis Kediri. Dokumen-dokumen yang
memuat pokok-pokok pikiran dasar manajemen pengelolaan adalah Statuta STIKES RS
Baptis Kediri. Konsep dasar pendirian STIKES RS Baptis Kediri selanjutnya dijabarkan ke
dalam dokumen rencana strategis (Renstra) dan dijabarkan lebih lanjut pada tataran
operasional ke dalam dokumen rencana operasional (Renop) yang memuat sasaran-sasaran
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kedua dokumen itu menjadi dasar
pelaksanaan program kerja oleh para pengelola STIKES RS Baptis Kediri dan seluruh
stakeholders yang dimiliki STIKES RS Baptis Kediri.
10.2.2 Penetapan Mekanisme Kepemimpinan yang Efektif
STIKES RS Baptis Kediri telah memiliki mekanisme kepemimpinan untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen Statuta, Renstra, dan
Renop tersebut. Pengelola STIKES RS Baptis Kediri telah dipilih melalui suatu mekanisme
yang ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Mekanisme kepemimpinan telah
diselenggarakan secara transparan dengan melibatkan sivitas akademika STIKES RS Baptis
Kediri dan penetapan Ketua STIKES RS Baptis Kediri akan diikuti dengan penetapan Ketua,
Pembantu Ketua, Kaprodi , Ka.Biro di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri. Mekanisme
penetapan tersebut menjadi dasar legitimasi seorang pemimpin dalam mengarahkan dan
mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh STIKES RS Baptis Kediri dalam
menjalankan strategi dan program untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran.
45
10.2.3 Pembentukan Manajemen Pengelolaan yang Efektif dan Efisien
Untuk melaksanakan pembentukan manajemen pengelolaan yang efektif dan efisien
sesuai dengan Statuta, Renstra, dan Renop pada STIKES RS Baptis Kediri telah dibentuk biro
dengan tugas pokok dan fungsi yang saling mendukung dan melengkapi. Besar atau kecilnya
biro disesuaikan dengan tugas dan fungsi pokok dan pertimbangan efisiensi serta efektifitas
kinerja biro tersebut. Bentuk tersebut telah mempertimbangkan hubungan kerja vertikal ke
atas dan ke bawah dan hubungan horizontal dengan unit di sampingnya untuk menjadi fungsi
koordinasi dan komunikasi antar unit di dalam maupun di luar organisasi.
Manajemen pengelolaan STIKES RS Baptis Kediri telah didasarkan pada suatu bentuk
keputusan yang berkelanjutan dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang
berada diatasnya yaitu, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan lain
lain.Pengelola di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri mengatur penggunaan sumber daya
dalam menunjang proses utama untuk menghasilkan output yaitu alumni dan karya-karya
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
1. Manajemen Akademik
Unsur utama manajemen akademik pada STIKES RS Baptis Kediri yaitu perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, layanan sarana penunjang proses
pembelajaran, dan penjaminan mutu proses pembelajaran. Proses utama manajemen akademik
meliputi, pendaftaran, seleksi calon mahasiswa baru, pembayaran administrasi pendidikan dan
pembelajaran di kelas dan di luar kelas (laboratorium, perpustakaan dan tempat praktek) serta
berbagai kegiatan penunjang kemahasiswaan seperti: kegiatan minat dan bakat, penalaran dan
kesejahteraan mahasiswa. Keseluruhan proses ini disusun dan dievaluasi dalam kerangka
acuan sistem penjaminan mutu di STIKES RS Baptis Kediri. Pengembangan manajemen
akademik tersebut akan semakin kompleks dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang
tercatat dalam perguruan tinggi, sehingga administrasi perlu dilaksanakan dengan rapih dan
didukung dengan sistem informasi yang memadai.
Kebijakan manajemen akademik ditetapkan oleh Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan
operasionalisasinya dilaksanakan oleh beberapa lembaga/unit yang relevan seperti: biro
administrasi akademik dan kemahasiswaan (BAAK), kepala bagian akademik, biro
penjaminan mutu, dan berbagai unit pelaksanaan teknis (UPT) untuk menunjang kegiatan
akademik misalnya: multi media, perpustakaan, komputer, penerbitan, dan lain lain.
2. Manajemen Kemahasiswaan
STIKES RS Baptis Kediri telah mengembangkan berbagai layanan yang melengkapi
kegiatan mahasiswa selain proses pembelajaran di kelas dan laboratorium. Kegiatan
kemahasiswaan antara lain terdiri atas: pengembangan minat dan bakat, pengembangan
kegiatan penalaran dan pengembangan fasilitas kesejahteraan untuk mahasiswa. Kegiatankegiatan tersebut telah didukung dengan berbagai fasilitas penunjang dan organisasi yang
mengelolanya. Fasilitas tersebut dapat berupa: asrama mahasiswa, fasilitas olah raga, kantin,
dan toko yang menyediakan kebutuhan mahasiswa, sarana kesehatan, dan lain lain. Organisasi
pengelola fasilitas tersebut telah dibentuk khusus dan dalam melaksanakan tugasnya telah
berupaya untuk dapat menampung berbagai aspirasi mahasiswa yang sangat beragam.
Manajemen kemahasiswaan STIKES RS Baptis Kediri secara kebijakan di bawah
Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga
yang relevan seperti: biro administrasi akademik dan kemahasiswaan (BAAK), kepala bagian
kemahasiswaan, dan berbagai unit pelaksana teknis (UPT) untuk menunjang kegiatan
kemahasiswaan seperti: asrama, fasilitas olah raga, dan lain-lain
3. Manajemen Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Salah satu keluaran dari STIKES RS Baptis Kediri adalah karya penelitian dan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Karya tersebut merupakan hasil dari proses
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik dan
46
kependidikan beserta mahasiswa, sebagai respon atas kebutuhan yang berkembang di
masyarakat dan tuntutan untuk selalu mengembangkan IPTEK. Kegiatan tersebut telah
mendapat dukungan sumber daya dari STIKES RS Baptis Kediri dan telah dikelola secara
profesional.
Manajemen penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tersebut secara kebijakan
dibawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksankan oleh beberapa
lembaga yang relevan seperti: lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan
berbagai unit untuk penunjang kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat seperti:
UPT laboratorium terpadu.
4. Manajemen Fasilitas dan Infrastruktur
STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi telah
tersedia sejumlah fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang meliputi: ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan, ruang dosen dan administrasi, dan berbagai penunjang lainnya
seperti asrama, fasilitas olahraga, kantin, dll. Fasilitas dan infrastruktur tersebut telah dikelola
dengan baik, dengan beberapa tahap pelaksanaan seperti proses pengadaan, inventarisasi,
operasi dan pemeliharaan, perbaikan, penghapusan (bila telah rusak berat) serta administrasi
pembukuan yang rapih agar dapat diketahuui nilai aset yang dimiliki pada setiap saat.
Manajemen fasilitas dan infrastruktur dibawah Ketua STIKES RS Baptis Kediri dan
secara operasional dikelola oleh biro administrasi umum (BAU) dan Kepegawaian, dan di
tingkat program studi di bawah kepala bagian tata usaha dan di tingkat unit dibantu oleh
pelaksana (UPT) pemeliharaan, UPT asrama, dan lain-lain.
5. Manajemen Sumber Daya Manusia
STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka
sumber daya manusia yang meliputi tenaga pendidik dan kependidikan merupakan faktor
yang penting. Manajemen sumber daya manusia meliputi tahapan: rekruitmen tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan baru, penempatan pada tugas dan jabatan yang sesuai, penyusunan
jenjang karir, pelatihan dan penguatan kapasitas diri, penegakan disiplin dan penghargaan
serta persiapan pensiun. Pengembangan sumber daya manusia tersebut telah didukung oleh
sistem administrasi yang rapi yang memungkinkan semua pihak untuk memperoleh akses
informasi yang terkait dengan rencana pengembangan karir masing-masing.
Manajemen sumber daya manusia tersebut secara kebijakan di bawah Ketua STIKES
RS Baptis Kediri dan secara operasional dilaksanakan oleh beberapa lembaga yang relevan
seperti: biro administrasi umum (BAU) dan Kepegawaian , kepala bagian tata usaha, serta
berbagai unit pelaksana teknis (UPT) untuk penunjang kegiatan sumber daya manusia seperti
koperasi pegawai, dan lain lain.
6. Manajemen Keuangan
STIKES RS Baptis Kediri dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi, maka
pembiayaan menjadi faktor kunci yang sangat menentukan keberhasilan program dan layanan
kepada masyarakat. Kemampuan untuk merencanakan potensi penerimaan dan rencana
pengeluaran yang berimbang dapat mendorong dinamika lembaga dan pertumbuhan menuju
pencapaian visi dan misi perguruan tinggi. Manajemen keuangan tersebut telah didukung oleh
kerapihan administrasi khususnya terkait dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
perundangan yang berlaku serta akuntabilitas publik yang dituntut masyarakat.
Manajemen keuangan tersebut dibawah tanggungjawab Ketua STIKES RS Baptis
Kediri dan secara operasional dikelola oleh biro admministrasi umum (BAU) dan Keuangan,
dan unsur pelaksana di tingkat masyarakat.
7. Manajemen Sistem Informasi
Sebagai konsekuensi STIKES RS Baptis Kediri sebagai suatu lembaga pendidikan
tinggi yang memberikan layanan kepada mahasiswa, jumlah tenaga pendidik dan tenaga
47
kependidikan yang tidak sedikit, banyaknya fasilitas dan infrastruktur serta jumlah uang yang
beredar cukup besar, maka manajemen sistem informasi menjadi suatu keharusan.
Manajemen sistem informasi ini meliputi: penyediaan sarana dan prasarana sistem informasi
dan dukungan jaringan telekomunikasi yang memungkinkan informasi proses utama
pendidikan tinggi tersebut dapat diakses dengan cepat, akurat, dan terpercaya. Model sistem
informasi pada STIKES RS Baptis Kediri telah memberikan jaminan bahwa layanan
informasi kepada masyarakat tidak terhenti walaupun ada kerusakan jaringan telekomunikasi
ataupun kesalahan dalam perangkat lunak sistem informasi.
Manajemen sistem informasi secara kebijakan dibawah Ketua STIKES RS Baptis
Kediri dan secara opeasional dilaksanakan oleh UPT Pusat Informasi. Tiap-tiap unit
pelaksana akademik telah memiliki unsur pelaksana sistem informasi.
8. Penempatan Sumber Daya Manusia yang Tepat
STIKES RS Baptis Kediri dengan telah mampu menjabarkan visi, misi, strategi dalam
tataran rencana strategi dan operasional, sehingga tahap selanjutnya adalah perlunya untuk
mencari Sumber Daya Manusia dengan kualifikasi yang tepat pada setiap posisi jabatan untuk
menjalankan roda organisasi. Pemilihan Sumber Daya Manusia tersebut dapat dilakukan
melalui serangkaian tahap seleksi yang terdiri atas:
1) Seleksi administrasi berupa rekam jejak kualifikasi pendidikan dan pengalaman.
2) Seleksi kompetensi dan kesesuaian teknis dengan jabatan yang ditawarkan.
3) Seleksi sikap dan attitude dalam bentuk model wawancara dan psikotes untuk
kepatutan dan kepantasan.
10.3 Pemenuhan Standar Pengelolaan
STIKES RS Baptis Kediri melaksanakan manajemen pengelolaan tersebut diatas telah
melalui beberapa langkah utama sebagai berikut:
10.3.1 Pemenuhan Visi, Misi, Strategi dan Program
Untuk mencapai manajemen kelembagaan yang baik, pada tahap awal diperlukan
kejelasan visi dan misi dengan memperhatikan aspirasi seluruh staheholders yang dimiliki
STIKES RS Baptis Kediri. Visi dan misi tersebut menjadi tujuan dan sasaran pengembangan
ke depan dan memberikan gambaran atas bagaimana bentuk ideal STIKES RS Baptis Kediri
di masa yang akan datang.
10.3.2 Pemenuhan Mekanisme Kepemimpinan
Peran kepemimpinan STIKES RS Baptis Kediri menjadi sangat penting dalam
menerjemahkan visi dan misi tersebut dalam bentuk suatu program kerja yang konkrit,
realistis, dan mampu dicapai oleh perangkat kelembagaan yang ada di STIKES RS Baptis
Kediri. Melalui kepemimpinan di STIKES RS Baptis Kediri telah mampu membangun
motivasi kerja dan lingkungan kerja yang dinamis agar pelaksanaan program kerja dapat
berjalan dengan suasana kerja yang kondusif.
10.3.3 Penguatan kelembagaan
Setelah suatu lembaga dibentuk sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dan visi misi
STIKES RS Baptis Kediri, perangkat kelembagaan tersebut telah dilengkapi dengan beberapa
instrumen organisasi seperti:
1. Penetapan dasar hukum/aturan dan perundangan yang ditetapkan pemerintah dan
dokumen-dokumen acuan kerja yang sah seperti Statuta, Renstra, dan Renop.
2. Penetapan deskripsi jabatan dan spesifikasi/kualifikasi jabatan yang dapat
melaksanakan tugas dan fungsi pokok tersebut. Penetapan ini dapat dirangkum dalam
ketentuan organisasi dan tata kerja.
3. Penetapan standar operasional dan prosedur baik internal kelembagaan maupun antar
lembaga dengan sasaran utama memberikan layanan yang efisien dan efektif.
4. Pembakuan mekanisme kerja kelembagaan dan mengupayakan suatu proses sertifikasi
eksternal yang dapat memberikan pengakuan bahwa lembaga tersebut telah mampu
bekerja dan berkinerja yang optimal.
48
10.3. 4 Pelatihan dan Sosialisasi
STIKES RS Baptis Kediri dalam membangun suatu manajemen kelembagaan yang
kuat, maka program pelatihan dan sosialisasi yang dilaksanakan secara terus menerus mutlak
diperlukan. Sasaran program ini antara lain untuk membangun kesadaran stakeholders
internal untuk mencapai visi misi STIKES RS Baptis Kediri, membangun kesadaran untuk
mengikuti sistem dan mekanisme yang telah ditetapkan, membangun kesadaran atas peran
masing-masing jabatan dalam organisasi, serta membangun kesadaran atas perlunya team
work dan komitmen bersama untuk mencapai visi dan misi tersebut.
Program pelatihan dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan secara berjenjang, sebagai
berikut:
1. Tahap rekruitment tenaga pendidik dan kependidikan baru, yang merupakan tahap
pengenalan organisasi dan pendekatan terhadap suasana kerja baru dan sistem dalam
organisasi.
2. Tahap sebelum menduduki jabatan baru, yang merupakan tahap pembekalan pada
setiap pejabat yang akan mulai bertugas terkait dengan tugas dan fungsi poko masingmasing jabatan tersebut.
3. Tahap pembentukan dan penguatan lembaga baru, merupakan tahap pembekalan
kepada pejabat lama/baru terhadap perubahan/perluasan/penguatan tugas dan fungsi
pokok suatu jabatan tertentu terkait dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan
masyrakat.
10.3.5 Penguatan Suasana Kerja
Pada tahap implementasi, pelaksanaan manajemen kelembagaan STIKES RS Baptis
Kediri telah dapat menghasilkan suasana kerja yang kondusif yang melibatkan seluruh
stakeholders yang terkait dengan pelaksanaan tugas kelembagaan, serta secara dinamis
mengikuti perkembangan dan tuntutan masyarakat sebagai pengguna layanan. Keterlibatan
setiap anggota organisasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program dapat menghasilkan rasa ikut memiliki dan bertanggungjawab atas keberhasilan
pelaksanaan program kerja.
STIKES RS Baptis Kediri memiliki tanggungjawab terhadap masyarakat secara luas
dan pemerintah. Membangun kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang menjadi
dasar hukum dalam proses pendidikan tinggi merupakan suatu keharusan. Manajemen
kelembagaan yang baik tetap mempunyai tanggungjawab terhadap peraturan perundangan
yang berlaku dengan mendorong perilaku kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk kesadaran
internal yang mengakar pada setiap individu dan organisasi.
10.4 Pengendalian Standar Pengelolaan
Proses pengawasan dalam pelaksanaan program kerja di STIKES RS Baptis Kediri
terbagi menjadi 3 proses utama yaitu: pengawasan secara internal, pengawasan secara
eksternal, dan akuntabilitas publik.
10.4.1 Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh suatu unit independen di bawah Ketua STIKES
RS Baptis Kediri yang sering disebut sebagai internal audit. Fungsi utama unit ini adalah
uintuk mendampingi semua unit di lingkungan STIKES RS Baptis Kediri dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan visi dan misi STIKES RS Baptis
Kediri serta ketentuan yang berlaku.
Ruang lingkup tugas unit audit internal dimulai pada saat penyusunan rencana kerja
tahunan, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan hasil capaian program dalam satu kurun waktu
tertentu dengan butir-butir pengawasan sebagai berikut:
1. Hasil capaian kinerja suatu unit relatif terhadap perencanaan yang telah disusun
2. Kepatuhan terhadap peraturan perundanganyang berlaku
3. Kerapihan manajemen dalam proses pengadaan barang dan jasa
4. Kerapihan manajemen dalam pengelolaan keuangan
49
Keempat kerangka acuan tersebut dituangkan dalam suatu borang pemeriksaan yang
berisi keseluruhan informasi yang terkait dengan dokumen perencanaan, proses pelaksanaan,
dan hasil capaian pada kurun waktu tertentu. Dokumen tersebut dikirimkan secara rutin
kepada setiap unit untuk diisi dan menjadi dasar dalam pemeriksaan lapangan. Hasil
pemeriksaan audit internal tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan Ketua STIKES RS
Baptis Kediri dalam menentukan kebijakan perbaikan dan pengembangan program pada
kurun waktu berikutnya.
10.4 2 Pengawasan Eksternal
Pada STIKES RS Baptis Kediri dilaksanakan pengawasan eksternal yang dilakukan
oleh lembaga pengawas baik dari pemerintah maupun dari yayasan. Program pemeriksaan
yang dilakukan oleh lembaga tersebut merupakan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja
organisasi, kepatuhan, dan ketaatan terhadap peraturan dan perundangan serta sebagai upaya
pencegahan terhadap setiap penyimpangan baik yang dilakukan di STIKES RS Baptis Kediri
secara prosedural maupun perseorangan yang berindikasi pada tindak pidana korupsi.
Mekanisme kerja satuan pengawasan eksternal ditetapkan oleh STIKES RS Baptis Kediri
berdasarkan peraturan perundangan yang terkait.
10.4.3 Akuntabilitas Publik
STIKES RS Baptis Kediri telah dilakukan tata kelola dan akuntabilitas publik, maka
pengguna layanan diletakkan pada tempat tertinggi dalam memahami apa kebutuhan atas
layanan pendidikan yang telah diberikan di STIKES RS Baptis Kediri. Tingkat kepuasan
pelanggan menjadi factor utama dalam menentukan keberhasilan sebuah program.
Pengembangan manajemen kelembagaan di STIKES RS Baptis Kediri telah dapat
menghasilkan suatu capaian kinerja optimal yaitu:
1. Mampu memilih standar yang tepat dalam menyusun kerangka acuan kerja maupun
menggunakan standar tersebut sebagai tolok ukur evaluasi pelaksanaan program kerja.
2. Mampu mengembangkan karakter dan budaya lokal sebagai unggulan dalam
membangun manajemen kelembagaan yang kuat.
3. Mampu membangun model pengawasan mandiri yang mengacu kepada standar
pengawasan internal dan eksternal sebagai upaya untuk melaksanakan akuntabilitas
publik.
10.5 Peningkatan Standar Pengelolaan
STIKES RS Baptis Kediri dalam meningkatkan standar mutu pengelolaan
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu dengan menyesuaikan pencapaian visi misi STIKES
RS Baptis Kediri dan selanjutnya dijabarkan ke dalam Statuta, Restra dan Renop sebagai
suatu siklus standar pengelolaan.
Peningkatan manajemen pengelolaan yang ada di STIKES RS Baptis Kediri akan
selalu ditingkatkan baik manajemen akademik, manajemen kemahasiswaan, manajemen
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, manajemen fasilitas dan infrastuktur,
manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan dan manajemen sistem informasi
sesuai dengan prioritas pengembangan STIKES RS Baptis Kediri.
50
BAB 11
STANDAR PEMBIAYAAN
11.1 Pendahuluan
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan tinggi, tidak dapat berjalan apabila tidak
didukung oleh unsur pembiayaan yang sesuai dengan standar. Unsur pembiayaan merupakan
salah satu unsur utama demi kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh satuan pendidikan tinggi tersebut. Pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan tinggi pada setiap satuan pendidikan tinggi yakni perguruan tinggi yang
membutuhkan tolok ukur minimum atau standar agar pembiayaan penyelenggaraan kegiatan
tersebut dapat berjalan sesuai dengan hukum yang berlaku, sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan perguruan tinggi, transparan, akuntabel dan bermutu.
Pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri tidak hanya diperuntukkan bagi kegiatan
pembelajaran saja, melainkan juga untuk kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam Tridharma Perguruan Tinggi, serta untuk kesejahteraan Dosen, Tenaga
Kependidikan, dan Mahasiswa juga. Oleh karena itu, standar mutu pembiayaan sebagai salah
satu komponen dalam SPMI-PT, bertujuan untuk meningkatkan mutu pembiayaan, dan
meningkatkan relevansi kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dengan rencana pembiayaan
yang telah ditetapkan. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 1 butir no 10, menyebutkan bahwa Standar Pembiayaan adalah standar
yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun.
Pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri khususnya tentang aspek pengelolaan,
disesuaikan dengan standar keuangan yang berlaku. Mutu yang diharapkan sesuai dengan
harapan pelanggan pada saat melakukan penyelenggaraan atau pengelolaan. Selanjutnya mutu
tersebut ditunjukan bahwa setiap program di STIKES SRS Baptis Kediri telah didahului
dengan suatu perencanaan yang disebut Rencana kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT).
Ini menjadi indikator keberhasilan pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri dengan
memperhatikan outcome dan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilaksanakan.
11.2 Penetapan Standar Pembiayaan
Dalam menetapkan standar pembiayaan STIKES RS Baptis Kediri membuat langkahlangkah sebagai berikut: (a) meneliti terlebih dahulu peraturan perundang undangan yang
mengatur tentang persoalan pembiayaan pada STIKES RS Baptis Kediri, dan (b) merumuskan
substansi atau isi standar mutu sedemikian rupa agar tetap konsisten atau selaras dengan visi,
misi dan tujuan STIKES RS Baptis Kediri.
Apabila melihat pada Pasal 62 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), diketahui bahwa substansi Standar Pembiayaan pada setiap
perguruan tinggi mengatur atau menetapkan butir butir mutu tentang:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya per-sonal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja
tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
3) Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
51
Luas lingkup ketiga jenis biaya yang masuk sebagai substansi atau standar isi dari
Standar Pembiayaan dapat dilihat dari definisi dalam Pasal 62 Peraturan Pemerintah tentang
Standar Nasional Pendidikan. Tentang luas lingkup dari biaya investasi dan biaya operasi,
misalnya dalam praktik penyelenggaraan perguruan tinggi disebut sebagai pengelolaan
keuangan perguruan tinggi, yang umumnya terdiri atas komponen sebagai berikut:
1. Proposal Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan (RKAT);
2. Pembahasan RKAT;
3. Pengajuan Persekot Kerja (PK);
4. Realisasi Dana;
5. Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan Laporan Keuangan;
6. Evaluasi terhadap kesesuaian antara RKAT, Persekot Kerja, dan SPJ;
7. Auditing atau Penilaian.
Dengan demikian, STIKES RS Baptis Kediri telah membuat beberapa penetapan
standar yaitu: Standar arah kebijakan pengelolaan keuangan; Standar proses pengelolaan
keuangan; dan Standar pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Standar mutu kegiatan
pengelolaan keuangan disusun berdasarkan Rencana Anggaran Tahunan, dengan mengacu
kepada sasaran yang ingin dicapai oleh setiap kegiatan itu. Standar ditetapkan dengan
mengacu pada visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri dalam setiap satuan kegiatan dalam
Tridharma Perguruan Tinggi yang secara singkat dapat digambarkan melalui analisis
lingkungan strategis (Renstra dan Renop) sebagai bahan untuk penyusunan Rencana anggaran
Tahunan (RAT) setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.
11.2.1 Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan
Dalam pengelolaan keuangan pada STIKES RS Baptis Kediri terdapat berbagai
karakteristik utama yaitu partisipatif, taat hukum, transparan, efisien dan efektif, dan
akuntabel. Penetapan standar arah kebijakan pengelolaan keuangan yang berlaku di STIKES
RS Baptis Kediri telah mengacu pada unsur unsur utama tersebut.
1. Partisipatif
Artinya bahwa seluruh stokeholders bertanggungjawab terhadap mutu pendidikan
dengan turut serta memikirkan partisipasi masing-masing, khususnya dalam hal
penggalian dana untuk menunjang kegiatan pendidikan untuk mencapai standar mutu
yang telah ditetapkan.
2. Taat hukum
Artinya seluruh aktivitas yang berkenaan dengan pengelolaan keuangan dilakukan
dengan mematuhi semua aturan yang disepakati dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Aktivitas yang bersifat srategis sebagai sumber pendapatan (revenue)
diciptakan dan dijalankan mengikuti rambbu-rambu hukum maupun peraturan
internal. Penggunaan dana diarahkan pada pembiayaan kegiatan dalam rangka
pencapaian mutu akademik yang dicita-citakan.
3. Transparansi
Artinya dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Semua informasi tentang
pengelolaan keuangan harus secara langsung dapat diterima oleh siapapun yang
memerlukan. Informasi harus dapat dipahami dan dipantau.
4. Efisien dan Efektif
Artinya penggunaan dana atau penganggaran yang efisien dapat dilakukan melalui
tahapan perencanaan yang baik. Perencanaan harus dikoordinasikan dengan seluruh
unit di perguruan tinggi agar duplikasi kegiatan maupun anggaran tidak terjadi.
Efektifitas penggunaan dana dicapai dengan perencanaan yang didasarkan atas
rencana strategi dan rencana operasional yang disusun dalam rangka mencapai visi,
misi dan tujuan yang ditetapkan.
5. Akuntabilitas
Artinya pembuat keputusan yang berhubungan dengan masalah keuangan tidak hanya
bertanggungjawab secara internal, melainkan juga bertanggungjawab kepada publik
maupun seluruh stakeholders.
52
11.2.2 Standar Proses Pengelolaan Keuangan
Setelah Rencana Anggaran Tahunan (RAT) STIKES RS Baptis Kediri disusun,
diperoleh jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai seluruh kegiatan yang
direncanakan tersebut dan sejauh mana ketersediaan dana yang dapat dianggarkan untuk
melaksanakan RAT. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi sumber-sumber pemasukan
keuangan beserta besaran dananya. Sumber-sumber pemasukan keuangan tersebut antara lain
dapat berupa donatur, SPP mahasiswa, Sumbangan wajib dan sumbangan pengembangan
mahasiswa baru, kontrak penelitian, kegiatan usaha, dana rutin, dan lain-lain.
11.2.3 Standar Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Pertangggungjawaban pengelolaan keuangan pada STIKES RS Baptis Kediri oleh
Pembantu Ketua II yang ditetapkan berdasarkan standar atau sistem akuntansi yang berlaku
agar dapat memperlancar audit atau penilaian, baik secara internal atau eksternal, dapat pula
menjamin ketercapaian mutu dalam pengelolaan keuangan. Kesesuaian antara perencanaan
dengan pelaksanaan dapat menjamin mutu ketercapaian program kegiatan, sedangkan ketidak
sesuaian atau perubahan diperlukan penjelasan, agar dapat diketahui kendala pelaksanaan
sebagai pengalaman (project experiences) dalam penyusunan perencanaan keuangan periode
berikutnya.
11.2.4 Pernyataan Isi standar STIKES RS Baptis Kediri
Pernyataan Isi standar STIKES RS Baptis Kediri adalah sebagai berikut:
1. Ketua, Pembantu Ketua, Ketua Program Studi, Ketua Biro atau unit-unit lainnya sebagai
pejabat pengguna anggaran dalam kebijakan pengelolaan keuangan berdasarkan
karakteristik: partisipatif, taat hukum, transparan, efisien dan efektif, dan akuntabel.
2. Untuk menjamin kebijakan pengelolaan keuangan agar berjalan sesuai dengan yang
direncanakan, maka Ketua STIKES RS Baptis Kediri membentuk badan pengawas
internal STIKES RS Baptis Kediri bidang keuangan atau disebut dengan Satuan
Pengawas Internal (SPI).
3. Ketua, Pembantu Ketua, Ketua Program Studi, Ketua Biro atau unit lain dalam proses
pengelolaan keuangan berdasarkan: Rencana Strategi (Renstra/SAP), Rencana
Operasional (Renop), Rencana Anggaran Tahunan (RAT), Rencana Kinerja Tahunan
(RKT), dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi ke Yayasan Baptis Indonesia (YBI).
4. Sumber dan jumlah dana yang dikelola oleh STIKES RS Baptis Kediri disosialisasikan
kepada sivitas akademika STIKES RS Baptis Kediri untuk menjamin adanya pengelolaan
dana yang akuntabel.
5. Penentuan alokasi anggaran untuk masing-masing unit kerja mengacu pada programprogram yang telah ditentukan pada Rapat Kerja Tahunan (RAKERTA) STIKES RS
Baptis Kediri.
6. STIKES RS Baptis Kediri mempunyai prosedur dalam penyusunan anggaran yang
memperhatikan masukan dari tingkat program studi sehingga memungkinkan adanya
subsidi silang dalam pengembangan program studi di lingkungan STIKES RS Baptis
Kediri.
7. STIKES RS Baptis Kediri mempunyai prosedur pencairan anggaran yang mampu
mendukung kelancaran pelaksanaan setiap kegiatan yang telah direncanakan secara baik
dan berkualitas.
8. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya investasi dari total anggaran
tahunan.
9. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya operasional dari total anggaran
tahunan.
10. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan alokasi biaya personal dari total anggaran
tahunan.
53
11.3 Pemenuhan Standar Pembiayaan
11.3.1 Standar Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan
STIKES RS Baptis Kediri dalam upaya untuk menjamin arah pengelolaan keuangan
agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan, membentuk Satuan Pengawas Internal (SPI)
yang mencakup ranah keuangan. Komitmen terhadap perencanaan anggaran keuangan juga
dipegang teguh oleh penentu kebijakan pada STIKES RS Baptis Kediri, dalam
mengalokasikan dana untuk setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.
11.3.2 Standar Proses Pengelolaan Keuangan.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan pada hakekatnya adalah panduan bagi
semua pihak dalam setiap pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan
Rencana Anggaran Tahunan (RAT) diharapkan setiap kegiatan dapat diikuti dan dilacak
kesesuaiannya dengan perencanaan, dengan kata lain, setiap kegiatan yang didasarkan atas
RAT dapat dijamin akuntabilitasnya. Setiap kegiatan sebagai pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi dalam jenjang dan unit manapun harus dilaksanakan berdasarkan RAT.
Dengan demikian, setiap kegiatan dapat dipertanggungjawabkan sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
Tahapan penyusunan Rencana Anggaran Tahunan STIKES RS Baptis Kediri dapat
diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan visi dan misi, Rencana Strategi atau Strategic Action
Plan (SAP) disusun berupa tindakan, langkah atau cara untuk mencapainya. Rencana strategik
tersebut dinyatakan dalam kebijakan-kebijakan yang meliputi bidang pendidikan, penelitian,
kerjasama, dan pengabdian kepada masyarakat serta bidang kemahasiswaan, dan bidangbidang lain sesuai dengan kebutuhan STIKES RS Baptis Kediri sesuai dengan Diagram yang
tercermin dibawah ini.
HUBUNGAN RENSTRA (SAP)
RAT
RENCANA
STRATEGI (SAP)
PENAJAMAN
RENCANA
STRATEGIK (SAP)
Arah dan Kebijakan
Umum STIKES RS
Baptis Kediri
Strategi dan Prioritas
Kondisi Ekonomi dan
Keuangan
PERUMUSAN
PROGRAM
KERJA
PENJABARAN
PROGRAM
KERJA
SUB
PROGRAM
KERJA
RENCANA
KINERJA
KEGIATAN
RENCANA
KEUANGA
RAT
Gambar 1. Diagram Hubungan antara Renstra dan RAT
1. Indikator kinerja mempunyai karakteristik antara lain:
1) Terkait pada tujuan dan program, serta menggambarkan pencapaian hasil;
2) Dibatasi pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan;
3) Diutamakan pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas;
4) Terkait dengan system pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil dari kegiatan.
2. Indikator kinerja mempunyai fungsi:
54
1) Memperjelas apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan;
2) Menciptakan konsensus untuk menghindari kesalahan interpretasi;
3) Sebagai dasar pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja.
11.3.3 Realisasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan
Salah satu aktivitas paling penting dalam setiap kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi
di STIKES RS Baptis Kediri adalah sistem dan mekanisme realisasi anggaran. Oleh karena itu
agar kegiatan tidak terhambat oleh penetapan sistem yang berlaku, diperlukan panduan
pelaksanaan pencairan dana atau realisasi anggaian dalam bentuk bagan alir yang sederhana,
mudah dipahami diketahui semua pihak, dan diiaati oleh semua yang terlibat didalamnya.
11.4 Pengendalian Standar Pembiayaan
11.4.1 Evaluasi Kegiatan dan Anggaran Tahunan
Tahap akhir dalam pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi pada STIKES
RS Baptis Kediri berdasarkan Rencana Anggaran Tahunan (RAT) adalah evaluasi kegiatan.
Evaluasi dilakukan terhadap kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran yang mendukung kegiatan itu. Perubahan jenis kegiatan dimungkinkan sesuai
dengan kondisi setempat, tanpa mempengaruhi jumlah nominal anggaran yang ditetapkan
dalam RAT.
11.4.2 Standar Pelaporan Keuangan
Pada tingkat program studi dan institusi, Pengendalian standar dilakukan melalui
evaluasi yang dilakukan sesuai dengan siklus penjamin mutu di masing-masing program studi
tiap semester. Beberapa aspek penting dalam pengelolaan keuangan termasuk indikator
kinerja yang dievaluasi sebagai berikut:
1. Laporan pertanggungjawaban keuangan tentang evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
laporan akuntabilitasnya;
2. Evaluasi pelaksanaan anggaran biaya dalam setiap kegiatan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dalam RAT.
Sedangkan Pengendalian standar yang dilakukan pada STIKES RS Baptis Kediri
melalui auditing keuangan antara lain sebagai berikut:
1. Evaluasi kualitas kinerja keuangan oleh tim pendamping keuangan;
2. Jumlah dan kualitas pencapaian anggaran sesuai dengan RAT berdasarkan indicator yang
telah ditetapkan.
11.4.3 Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan dan Ketaatan Pada Hukum
1. Evaluasi atas Akuntabilitas Keuangan
Evaluasi akuntabilitas keuangan dilakukan pada tahapan-tahapan yang dilalui, mulai
dari perumusan perencanaan keuangan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi atas kinerja keuangan
dan pelaksanaan pelaporannya.
2. Evaluasi atas proses penganggaran.
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan pada prinsip bahwa:
1) Anggaran didasarkan pada rencana SAP.
2) Anggaran dibuat realistik dengan memperhatikan tingkat capaian kinerja yang
diinginkan pada tahun yang bersangkutan;
3) Anggaran menyediakan informasi mengenai standar kinerja keuangan;
Berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, maka langkah-langkah yang dilakukan
dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Meneliti kesesuaian anggaran dibuat dengan prinsip-prinsip di atas;
2) Meneliti apakah semua kegiatan yang direncanakan telah diakomodasi
pembiayaannya dalam anggaran keuangan yang diajukan.
3) Meneliti kelengkapan anggaran yang diajukan mencakup sumber pembiayaan dan
jenisnya, penerimaan dari Negara, rencana investasi, rencana pinjaman, dan lain-lain;
4) Meneliti apakah dari jumlah anggaran yang disetujui telah dilakukan penyesuaian
yang diperlukan dalam tingkatan kinerja yang diinginkan;
55
5) Meneliti kewajaran standar kinerja keuangan yang dibuat apakah telah
mencantumkan rasio kehematan, efisiensi, efektivitas pelaksanaan kegiatan.
3. Evaluasi atas pelaksanaan pembiayaan kegiatan
Pelaksanaan pembiayaan kegiatan perlu dipahami peraturan yang mengatur tentang
pelaksanaan penerimaan, penyimpangan, penyetoran, dan pengeluaran uang untuk
pembiayaan kegiatan. Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan adalah:
1) Meneliti hambatan dalam pelaksanaan pembiayaan kegiatan;
2) Meneliti sebab terjadi hambatan tersebut;
3) Meneliti hal-hal seperti masalah ekonomi makro atau masalah ekonomi pada
umumnya, yang menimbulkan masalah dalam pencapaian tingkat kinerja keuangan;
4) Melakukan analisis atas hasil evaluasi di atas.
4. Evaluasi atas kinerja keuangan
Dalam melakukan evaluasi atas capaian kinerja keuangan perlu dilakukan langkahlangkah berikut:
1) Meneliti kewajaran perhitungan capaian kinerja keuangan, termasuk tingkat akurasi
data yang dihasilkan, data pembanding, dan data lain yang berkaitan;
2) Meneliti kemungkinan terdapat data lain yang dapat digunakan untuk menilai tingkat
capaian yang belum dimanfaatkan;
3) Melakukan analisis evaluasi pencapaian kinerja yang dilakukan, menggunakan
standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu atau standar lain yang mungkin dapat
digunakan;
4) Meneliti hasil evaluasi atas capaian kinerja, apakah telah mencakup seluruh masalah
yang berkaitan dan memiliki alasan yang dapat diterima kewajarannya.
5. Evaluasi atas pelaporan keuangan
Pelaporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akuntabilitas
keuangan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi mengenai pelaksanaan pelaporan
keuangan yang mencakup:
1) Meneliti mengenai pelaksanaan pelaporan keuangan dilaksanakan semestinya dan
tidak ditemukan hambatan dalam pelaksanaannya;
2) Meneliti telah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan pelaporan yang dilakukan;
3) Melakukan analisis yang mencakup kewajaran frekuensi pelaporan, kebenaran isi
laporan, dan lain-lain.
11.4.4 Evaluasi atas ketaatan pada hukum
Pelaksanaan evaluasi atas ketaatan pada peraturan perundang-undangan mencakup
langkah sebagai berikut:
1. Meneliti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
perguruan tinggi, termasuk ketentuan mengenai pengelolaan keuangan dan sumberdaya
lainnya;
2. Meneliti apakah laporan akuntabilitas yang ada telah mengungkapkan dengan jelas dan
cukup, semua hal yang menyangkut ketaatan dan ketidaktaatan terhadap peratuaran
perundang-undangan yang ada;
3. Melakukan analisis mengenai sebab dan alas an yang dikemukakan apabila terdapat
pengungkapan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan tertentu.
11.5 Pengembangan dan Peningkatan Standar Pembiayaan
Standar mutu pembiayaan sebagai salah satu komponen dalam SPMI-PT, bertujuan
untuk meningkatkan mutu pembiayaan, dan meningkatkan relevansi kegiatan Tridharma
Perguruan Tinggi dengan rencana pembiayaan yang telah ditetapkan. Standar ini harus
ditingkatkan secara terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga dapat berkembang dan
berkelanjutan. Dengan demikian dengan standar ini diharapkan ada kenaikan hasil dari semua
kegiatan yang dilaksanakan.
Standar mutu pembiayaan STIKES RS Baptis Kediri akan selalu ditingkatkan secara
berkelanjutan dengan dilakukan laporan pertanggungan jawab atas kesesuaian capaian
56
anggaran dan dilakukan evaluasi guna meningkatkan kenaikan hasil d i semua kegiatan yang
dilaksanakan.
57
BAB 12
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
12.1 Pendahuluhan
Proses pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan Kurikulum yang dipergunakan
dalam Perguruan Tinggi. Salah satu rangkaian pelaksanaan pembelajaran adalah penilaian
pendidikan. STIKES RS Baptis Kediri dalam penyelenggaraan penilaian pendidikan mengacu
pada Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, proses penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik
(dosen) dan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik (dosen) dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan
perbaikan hasil dalam berbagai bentuk tugas/tes/ujian. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
semua mata kuliah.
Lebih lanjut, Peraturan Pemerintah tersebut juga menetapkan bahwa sistem penilaian
dan penjaminan standar mutu ditetapkan oleh masing masing perguruan tinggi dengan tetap
berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, STIKES
RS Baptis Kediri memiliki otonomi dalam menetapkan sistem dan standar mutu dalam
penilaian pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan Standar Penilaian Pendidikan adalah
standar yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik (mahasiswa).
12.2 Penetapan Standar Penilaian Pendidikan
Sebagaimana disebutkan diatas, Standar Penilaian Pendidikan pada intinya terdiri dari
2 (dua) standar turunan, yaitu standar penilaian pendidikan oleh Dosen, dan standar penilaian
pendidikan oleh perguruan tinggi atau Institusi. Kedua standar turunan di dalam kelompok
Standar Penilaian Pendidikan ini bertujuan untuk menetapkan tolok ukur minimum penilaian
atas hasil dari proses pembelajaran terhadap mahasiswa.
12.2.1 Beberapa hal penting yang diperhatikan dalam menetapkan Standar Penilaian
Pendidikan
Pertama, memahami terlebih dahulu seluruh peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang sistem penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.Peraturan
perundang-undangan tersebut dapat berupa Undang Undang, Peraturan Pemerintah, ataupun
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Kedua, memastikan bahwa standar benar-benar
selaras dengan visi, misi dan tujuan dari STIKES RS Baptis Kediri. Ketiga, mencari dan
memperhatikan masukan/kontribusi pemikiran dari para stakeholders termasuk alumni,
dan/atau dari asosiasi profesi. Keempat, dalam proses penetapan Standar Penilaian Pendidikan
terdapat empat aspek yang mendapatkan perhatian, yaitu:
1. Validitas isi dan konsep penilaian pendidikan yang sesuai dengan tujuan penilaian.
2. Reliabilitas informasi dan konsistensi hasil.
3. Kepraktisan prosedur dalam melakukan penilaian.
4. Memberikan efek terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan, khususnya pada
improving quality of education system.
12.2.2 Beberapa hal penting yang diperhatikan dalam menetapkan standar turunan
yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh Dosen.
Dalam menetapkan standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan oleh Dosen
adalah dengan mengutamakan terlebih dahulu 3 (tiga) aspek yang perlu ditetapkan standar
mutu, yaitu:
1. Metode dan mekanisme penilaian
2. Prosedur penilaian
3. Instrumen penilaian
58
Sejalan dengan perubahan paradigma dalam sistem pembelajaran di perguruan tinggi
yang mengacu pada pengembangan dan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
method of delivery
pembelajaran. Perubahan pendekatan dari
membawa
konsekuensi pada perlunya perbaikan sistem penilaian pendidikan yang dapat mencerminkan
mutu kompetensi lulusan sesuai dengan tuntutan pengguna (market demand) Dalam arti
pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa (learning objectives). Berikutnya, dimana letak
-kadang kita sulit membedakan
dan sering mencampuradukkan ketiga istilah tersebut. Evaluasi Hasil Belajar antara lain
mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai
seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan
atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran
diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun
non-test. Penilian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar. Tes,
pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial,
umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program
pendidikan serta pengembangan ilmu.
Tujuan penilaian hasil pembelajaran mahasiswa, yaitu antara lain;
1. Mengetahui tingkat kemajuaun yang telah dicapai oleh mahasiswa dalam suatu kurun
waktu proses belajar tertentu.
2. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok.
3. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan mahasiswa dalam belajar.
4. Mengetahui hingga sejauh mana mahasiswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif,
afektif dan psikomotorik (ranah kompetensi)
5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode yang telah digunakan dosen
dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kegunaan lebih lanjut dari hasil penilaian tersebut dapat mendukung proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan:
1. Proses dan hasil pembelajaran,
2. Diagnosis dan usaha-usaha perbaikan yang berkelanjutan,
3. Placement test dan seleksi,
4. Bimbingan dan konseling,
5. Kurikulum dan
6. Penilaian kelembagaan.
Di dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi, ada tiga ranah penyusunan
kompetensi yaitu:
1. Kognitif (kemampuan berfikir intelektual)
2. Psikomotor (kemamapuan motorik yang berhubungan dengan anggota badan)dan
3. Afektif (kemampuan bersikap/menggunakan perasaan, emosi, system nilai dan sikap)
Dengan mendasarkan hal tersebut, model penilaian yang digunakan harus dapat
memberikan keputusan yang menggambarkan tingkat kemampuan/kompetensi secara utuh
(integrasi 3 ranah) dari mahasiswa. Model penilaian komprehensif menggabungkan beberapa
metode penilaian (assessment), antar lain; tugas, presentasi, seminar, pemodelan dengan
tujuan dapat menilai tiga ranah kompetensi secara terintegrasi dalam proses pembelajaran,
dan sebagai kesimpulannya adalah mahasiswa berkompeten atau tidak. Untuk mendapatkan
penilaian yang lebih berkualitas dari hasil pembelajaran, sering digunakan kombinasi dua
model yaitu model individual subyek dan model komprehensif. Metode penilaian yang
digunakan antara lain; tes tertulis pada ujian tengah semester atau ujian akhir, jumlah
59
kehadiran, pre-post praktikum, quiz atau assignment, keaktifan dalam mengikuti perkuliahan
di kelas, dan lain-lain.
12.2.3 Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ketika hendak menetapkan
standar turunan yaitu Standar Penilaian Pendidikan Oleh Perguruan Tinggi
(Institusi)
Standar mutu penilaian pendidikan oleh institusi atau Perguruan tinggi diartikan
sebagai tolok ukur minimum yang ditetapkan oleh Pwrguruan tinggi untuk mengukur hasil
belajar mahasiswa, berupa hasil belajar setiap matakuliah, setiap semester, dan setiap tahap
studi hingga tahap studi terakhir yaitu kelulusan mahasiswa dari program studi yang
bersangkutan. Standar ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap lulusan dari masingmasing program studi memperoleh nilai akhir sesuai dengan standar institusi yang satu atau
seragam. Dengan kata lain, tidak dimungkinkan terjadinya perbedaan ukuran penilaian dari
setiap program studi, setiap matakuliah, ataupun dari setiap dosen.
12.3 Pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan
Setelah substansi Standar Penilaian Pendidikan selesai ditetapkan dan dinyatakan
berlaku, maka para pihak yang berwenang di STIKES RS Baptis Kediri yaitu Ketua, Kepala
Program Studi, hingga Dosen, dan bahkan juga pegawai administrasi sebagai tenaga
administratif penunjang pendidikan hárus menerapkan / melaksanakan demi terpenuhinya
atau tercapainya substansi standar tersebut. Berikut ini pedoman Standar Penilaian
Pendidikan, khususnya oleh Dosen antara lain:
12.3.1 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi pembelajaran pada tahap akademik Pendidikan Sarjana Keperawatan
merupakan penilaian yang menunjukkan keadaan atau kondisi akhir saat ini. Materi evaluasi
disusun berdasarkan tujuan belajar dan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
1. Tujuan Evaluasi
Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan dengan tujuan :
1) Sebagai umpan balik peserta didik dalam meningkatkan usaha belajarnya.
2) Sebagai umpan balik bagi dosen akan perkuliahan yang dilakukannya.
3) Untuk menjamin akuntabilitas proses pembelajaran.
4) Untuk memotivasi peserta didik.
5) Untuk mendiagnosis kekuatan dan kekurangan peserta didik.
2. Metode Penilaian
1) Evaluasi Kompetensi:
Beberapa metode evaluasi kompetensi yang dapat dilakukan, salah satunya dengan
Skor 1 Mengetahui dan menjelaskan.
(Pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini, baik konsep, teori, prinsip
maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya)
Skor 2 Pernah melihat atau pernah mendemonstrasikan.
(Memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan dan pernah melihat
demonstrasinya).
Skor 3 Pernah melakukan atau pernah menerapkan dibawah supervisi
(memiliki pengatahuan teoritis mengenai ketrampilan dan pernah menerapkan
ketrampilan ini beberapa kali dibawah supervisi)
Skor 4 Mampu melakukan secara mandiri
(memiliki pengetahuan teoritis mengenai ketrampilan ini dan memiliki
pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan ketrampilan ini secara
mandiri)
2) Strategi Evaluasi penilaian
Metode evaluasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi:
(1) OSCE (Objective Structured Clinical Examination)
(2) Tes tertulis (Essay, MCQS, Short Anwer Question)
60
(3) Permasalahan (case study)
(4) Reflective Learning
(5) Observasi
(6) Oral Test
(7) Presentasi
(8) Projek
(9) Laporan
(10) Log Book
(11) Direct Observational of Procedure Skill
(12) Case test/ uji kasus (SOCA-Student Oral Case Analysis)
(13) Critical Incidence Report
(14) Problem Solving Skill
(15) Kasus Lengkap, kasus singkat
(16) Portfolio
3) Evaluasi Proses
(1) Evaluasi Pelaksanaan
(2) Evaluasi dosen oleh Mahasiswa
(3) Evaluasi dosen oleh Dosen
3. Ujian
1) Tujuan dan Maksud penyelenggaraan ujian adalah :
(1) Untuk menilai apakah mahasiswa telah menguasai kompetensi yang menjadi
tujuan dari suatu mata kuliah.
(2) Untuk mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa golongan berdasarkan
kemampuan, yaitu golongan terbaik, golongan baik, golongan cukup, golongan
kurang dan golongan gagal.
2) Sistem ujian dan pelaksanaannya
(1) Bentuk ujian adalah ujian tulis, ujian pratikum/ujian lisan
(2) Ujian resmi yang dilaksanakan pada tiap semester yaitu:
a) Ujian Tengah Semester
b) Ujian Akhir Semester
c) Ujian Perbaikan (Remedial) Akhir Semester
d) Ujian lain sesuai dengan program tiap mata ajar.
(3) Ujian dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik dengan ketentuan bahwa
mahasiswa diperkenankan mengikuti ujian apabila menghadiri paling sedikit 80%
dari jumlah tatap muka setiap matakuliah yang diikuti dalam semester. Mahasiswa
yang jumlah kehadirannya kurang dari 80% diperkenankan untuk mengikuti ujian
utama dan ujian perbaikan, jika menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
PJMK matakuliah tersebut sebelum pelaksanaan UAS.
(4) Ujian perbaikan diadakan selambat-lambatnya 3 minggu setelah ujian utama,
tidak dapat mengurangi nilai ujian utama.
(5) Ujian perbaikan harus diikuti mahasiswa yang mendapat nilai C, D dan E.
(6) Nilai ujian perbaikan setinggi-tingginya BC.
(7) Bila mahasiswa berhalangan mengikuti ujian utama karena alasan yang sah, maka
ujian perbaikan yang diikuti dinilai sebagai ujian utama dengan nilai setinggitingginya A.
(8) Bila ujian utama maupun perbaikan tidak dapat ditempuh karena alasan-alasan
yang sah, maka dengan surat ijin Kaprodi, kepada mahasiswa yang bersangkutan
dapat diberikan kesempatan satu kali mengikuti ujian susulan yang dinilai sebagai
ujian utama.
3) Sistem Penilaian
Cara penilaian yang digunakan adalah PAP ( Penilaian Acuan Patokan ) dan nilai
hasil belajar: nilai absolute/nilai angka.
61
Nilai absolut, adalah nilai angka untuk masing-masing mata kuliah hasil dari
beberapa evaluasi mata kuliah yang bersangkutan.Nilai absolut ditentukan dengan
rumus:
- xi
Keterangan :
NA = Nilai akhir
ke i
Nilai absolut / nilai angka dari suatu mata kuliah ini dikonversi ke skala nilai,
kemudian ke nilai mutu (AM) dan selanjutnya diberi huruf mutu (HM) dengan
peringkat sebagai berikut:
Tabel 1: Konversi Nilai
No.
Nilai Lambang
1
2
3
4
5
6
7
A
AB
B
BC
C
D
E
No.
1
2
3
4
Nilai Absolut
Nilai Mutu
75 - < 80
70 - < 75
65 - < 70
55 - < 65
50 - < 55
< 50
4
3,5
3,0
2,5
2,0
1,0
0
Tabel 2: Predikat Kelulusan Program Profesi
Nilai Absolut
Nilai Mutu
Nilai Lambang
3,51 4,00
4
A
3,00 3,50
3
B
2,75 2,99
2
C
< 2,75
1
D
4) Pencapaian Prestasi semester
Indek prestasi atau IP semester pada sistwm SKS adalah nilai dari gabungan mata
kuliah yang dicapai oleh mahasiswa pada semester yang bersangkutan, dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
IPs =
Keterangan :
IPs
: Indek Prestasi Semester
: Jumlah sks mata kuliah pada semester tersebut x angka mutu
: Jumlah sks pada semester tersebut
Untuk menghitung IP, nilai huruf dikonversi menjadi nilai angka.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dihitung dengan cara yang sama dan meliputi seluruh
mata kuliah yang telah ditempuh.
5) Predikat Kelulusan
Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat, yaitu memuaskan, sangat memuaskan dan
dengan pujian yang dinyatakan pada transkrip akademik.
IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan adalah:
(1) IPK 2,00 2,75 memuaskan
(2) IPK 2,76 3,50 sangat memuaskan
(3) IPK 3,51 4,00 dengan pujian (Cum Laude)
62
studi maksimum, yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun.
6) Persyaratan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi
Karya tulis ilmiah dan skripsi dilaksanakan pada semester akhir. Jadwal pelaksanaan
ujian Karya tulis ilmiah dan skripsi diatur oleh Program Studi masing-masing. Hal-hal
teknis pelaksanaan Karya tulis ilmiah, prosedur penyusunan laporan akhir dan format
laporan ditentukan dan diatur oleh masing-masing Prodi.
Ketentuan pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi adalah sebagai berikut:
(1) Tidak memiliki nilai mata kuliah C, D, dan E pada semester sebelumnya
(2) Memenuhi kelengkapan administrasi
(3) Mahasiswa boleh secara resmi menyususn karya tulis ilmiah (karya tulis akhir)
apabila sekurang-kurangnya telah menyelesaikan 85% beban studi kumulatif
(4) Memiliki kartu mahasiswa pada semester yang bersangkutan
(5) Apabila laporan tugas akhir (Karya Tulis Ilmiah/ Skripsi) tidak dapat diselesaikan
dalam semester yang bersangkutan maka diperkenankan untuk meneyelesaikan
pada semester berikutnya dengan mencantumkan kembali pada KRS. Apabila
Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi tidak dapat diselesaikan dalam dua semester
berturut-turut maka mahasiswa diharuskan menempuh kembali kegiatan
penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Skripsi dengan topic yang
berbeda
7) Karya Tulis Ilmiah
(1) Pengertian Karya tulis ilmiah adalah karya ilmiah atau laporan akhir dari hasil
penelitian yang dapat berupa penelitian di laboratorium, klinik dan atau lapangan,
jarang merupakan penelusuran pustaka.
(2) Sifat dan kedudukan
Suatu karya tulis ilmiah ini di STIKES RS Baptis Kediri sifatnya wajib dikerjakan
oleh setiap mahasiswa semester VI, dan kedudukannya sama dengan mata kuliah
teori maupun praktek.
(3) Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah atau laporan akhir ini adalah agar mahasiswa
dapat mengembangkan pola pikir ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan yang
didapatkan secara aplikatif terhadap suatu permasalahan di lapangan.
8) Skripsi
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya
tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu
permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidahkaidah yang berlaku.
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah,
sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap
mampu memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami,
menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan
bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan
status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing
oleh dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat
mahasiswa kuliah. Kedua pembimbing tersebut disebut dengan istilah Pembimbing I
dan Pembimbing II.
Karakteristik skripsi
(1) Merupakan karya ilmiah sehingga harus dihasilkan melalui metode ilmiah.
63
(2) Merupakan laporan tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan
masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini dikaji dengan
merujuk pada suatu fenomena, teori atau hasil-hasil penelitian yang relevan yang
pernah dilaksanakan sebelumnya.
9) Yudisium
(1) Kelulusan mahasiswa setiap kenaikan Program diumumkan dalam Yudisium
dengan tata cara sebagai berikut :
a. Bagi mahasiswa yang tidak ada nilainya karena belum pernah mengikuti
ujian, maka hasil mahasiswa tersebut tidak dibacakan dalam yudisium.
b. Yudisium hanya dapat dilakukan jika nilai dari seluruh mata kuliah yang
ditempuh mahasiswa yang bersangkutan telah masuk ke bagian akademik
(2) Pelaksanaan Yudisium
Yudium mahasiswa Program Studi Keperawatan Diploma III dan Program Studi
Keperawatan S-1 dilaksanakan pada semester genap.
(3) Pakaian
Pakaian yang dikenakan pada saat Yudisium adalah seragam almamater lengkap.
(4) Tujuan Yudisium
Tujuan Yudisium adalah menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah
menyelesaikan program pembelajaran di STIKES RS Baptis Kediri.
(5) Sasaran
Sasaran Yudisium adalah semua mahasiswa yang telah menyelesaikan program
pembelajaran dalam tingkat tertentu.
10) Wisuda
(1) Tujuan
Tujuan Wisuda adalah pengukuhan lulusan dari intitusi pendidikan menjadi
tenaga kesehatan.
(2) Pelaksanaan
Wisuda dilaksanakan pada akhir program pembelajaran. Syarat mengikuti
Wisuda:
a. Telah mengikuti Yudisium
b. Mengumpulkan revisi beserta berita acara skripsi/KTI
c. Melunasi biaya Wisuda
d. Surat Keterangan bebas tanggungan perpustakaan
e. Memberikan kenang- kenangan berupa buku, dengan tahun terbitan
maksimal lima tahun terakhir
f. Melakukan registrasi
(3) Pakaian Wisuda
(1) Wisudawan: Pakaian Nasional (jas) dengan toga
(2) Wisudawati: Pakaian Nasional (jas) dengan toga
11) Pelantikan Ners
(1) Tujuan Pelantikan Ners adalah pengukuhan lulusan dari institusi pendidikan
menjadi tenaga professional kesehatan
(2) Pelaksanaan Pelantikan Ners dilaksanakan pada akhir program pendidikan Ners.
(3) Syarat mengikuti Pelantikan Ners
(1) Telah mengikuti yudisium
(2) Membayar biaya Pelantikan Ners
(3) Surat Keterangan bebas tanggungan perpustakaan
(4) Melakukan registrasi
(4) Pakaian pelantikan Ners
(1) Mahasiswa peserta Pelantikan Ners: Pakaian Nasional (jas)
(2) Mahasiswi peserta Pelantikan Ners: Pakaian Nasional
64
12.4 Pengendalian Standar Penilaian Pendidikan
Mekanisme pengendalian standar dapat dijabarkan sebagai usaha untuk melakukan
proses monitoring dan evaluasi sistem secara periodik dan menjaga keberlanjutan kualitas.
Mekanisme pengendalian Standar Penilaian Pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan
secara kontinyu proses monitoring dan evaluasi sistem pembelajaran.
STIKES RS Baptis Kediri melakukan pengendalian standar penilaian pendidikan
secara periodik di setiap akhir semester secara kontinyu. Pada setiap akhir semester diberikan
hasil penilaian yang berupa KHS kepada mahasiswa. Hasil penilaian di monitor terus menerus
guna peningkatan dan pengembangan prestasi mahasiswa. Dalam melakukan pengendalian
standar penilaian pendidikan STIKES RS Baptis Kediri melakukan dalam berbagai tingkatan
yaitu:
13.4.1 Lingkup Matakuliah
1. Evaluasi mata kuliah
2.
class time spent
active learning)
3.
perkuliahan.
13.4.2 Lingkup program studi
1. Informasi jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah
2.
market signal
3. Survei persepsi mahasiswa
13.4.3 Lingkup institusi (institusi level)
1. Laporan hasil pembelajaran
2. Laporan tahunan institusi (institutional benchmarking dan laju kelulusan)
12.5 Pengembangan Standar Penilaian Pendidikan
Untuk bisa mengukur keberhasilan proses belajar mengajar diperlukan evaluasi berupa
penilaian oleh dosen untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi
perkuliahan serta tingkatkompetensi mahasiswa yang telah dilakukan oleh dosen melalui
proses perkuliahan pada satu semester yang telah berjalan. Dengan evaluasi itu akan
didapatkan ukuran prestasi akademik mahasiswa yang berupa nilai ujian. Dengan adanya
penilaian oleh dosen terhadap mahasiswa, dosen pengampu maupun mahasiswa akan bisa
memanfaatkan hasil penilaiantersebut sebagai evaluasi pelaksanaan proses belajar mengajar
sebagai langkah penyampaian materi mata kuliah. Langkah penyampaian materi mata kuliah.
Dosen pengampu akan bisa memanfaatkan hasil prestasi mahasiswa tersebut sebagai indikator
kinerjanya sebagai pihak yang menyampaikanmateri kuliah dan mahasiswa bisa mengukur
tingkat kemampuannya dalam memahami materi dan mencapai kompetensi mata kuliah yang
diberikan. Dalam proses penilaian oleh dosen untuk mengukur kompetensi mahasiswa atas
suatu mata kuliah perlu diberikan acuan yang baku agar terindar dari subjektivitas pribadi
masing - masing dosen serta sejauh mungkin bisa didapatkan objektivitas untuk itulah perlu
ditetapkan standart oleh dosen di STIKES RS Baptis Kediri.
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi.
Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan
dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi
pemebelajaran itu sendiri. Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya
merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan
evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang
digunakan meliputi tujuan, proses dan instrument evaluasi hasil belajar.
65
BAB 13
STANDAR PENELITIAN ILMIAH
13.1 Pendahuluan
Penelitian ilmiah, selanjutnya disebut sebagai penelitian, adalah kegiatan yang
dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan penelitian
berfokus pada ilmu dan praktik keperawatan baik pada institusi pendidikan keperawatan,
institusi rumah sakit dan pelayanan kesehatan, komunitas dan masyarakat.
Pada STIKES RS Baptis Kediri, penelitian merupakan salah satu dharma perguruan
tinggi yang tak kalah pentingnya dari dharma pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam UU
N m 18 Tahun 2002, perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga yang berfungsi
membentuk sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bertanggung jawab
kemampuan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian pada
masyarakat sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. STIKES RS Baptis
Kediri melalui penjabaran visi dan misinya adalah menghasilkan, melestarikan dan
menyebarkan ilmu pengetahuan, dan pada saat yang sama menghasilkan sumber daya
manusia yang berilmu pengetahuan, yang pada gilirannya berkontribusi pada kesejahteraan
masyarakat. STIKES RS Baptis Kediri memandu, mengelola dan memfasilitasi agar dharma
pendidikan dan penelitian dapat dilaksanakan oleh setiap dosen dan mahasiswa dengan
seimbang, baik secara individual maupun kelompok.
13.2 Penetapan Standar Penelitian
Penetapan standar penelitian pada STIKES RS Baptis Kediri melalui visi, misi, dan
rencana induk pengembangannya. Dalam bidang akademik, mengemban misi Tridharma
dengan mempunyai agenda yang mencakup penelitian. Untuk melaksanakan dharma
penelitian, STIKES RS Baptis Kediri memiliki UPT Penelitian yang mengelola,
mengkoordinasikan, memfasilitasi, dan memantau kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
para dosen dan mahasiswa. Selain itu, STIKES RS Baptis Kediri juga menyediakan pendanan
serta sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung penelitian.
13.2.1 Agenda Penelitian
Agenda penelitian berisi antara lain area yang akan digarap, tujuan/sasaran, dan dapat
pula disertai dengan roadmap dan/atau target capaiannya, yang menjadi pemandu bagi unitunit akademik yang melaksanakan penelitian, yakni program studi dan para dosen dan
mahasiswa yang bersangkutan. STIKES RS Baptis Kediri menetapkan agenda penelitian pada
ilmu dan praktik keperawatan serta penelitian yang berkaitan langsung dengan pengembangan
penyelenggaraan pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri.
13.2.2 Pelaksanaan dan Manajemen Penelitian
Penelitian di STIKES RS Baptis Kediri secara umum dilaksanakan oleh dosen dan
mahasiswa berdasarkan agenda penelitiannya. Manajemen penelitian yang dilaksanakan
dengan cara mengelola, mengkoordinasikan, memfasilitasi, memantau dan mengevaluasi
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosen. Penelitian yang dapat dimasukkan dalam
standar mutu tentang misalnya jumlah minimal penelitian yang harus dilakukan oleh dosen
dan mahasiswa dalam suatu kurun waktu tertentu, jenis penelitian seperti penelitian individual
atau kelompok, serta penelitian yang mono-disipliner atau yang multi-disipliner.
13.2.3 Kode Etik dan Metode Penelitian
STIKES RS Baptis Kediri dalam penyelenggaraan penelitian yang dilakukan oleh
dosen dan/atau mahasiswa benar-benar berjalan sesuai dengan kode etik dan metode
66
penelitian. Ketaatan peneliti terhadap kode etik penelitian sangat penting oleh karena hal ini
wujud dari integritas ilmiah peneliti dan institusi tempat peneliti tersebut melakukan
kegiatannya. Kemudian, agar setiap penelitian terjamin validitasnya maka harus dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian sesuai dengan kaidah masing-masing disiplin ilmu.
STIKES RS Baptis Kediri telah membuat standar mutu yang berisi tentang kode etik
penelitian dan keharusan bagi setiap peneliti untuk menggunakan metode penelitian yang
sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti.
13.2.4 Pendanaan Penelitian
Sebagian dana penelitian dapat diperoleh melalui hibah kompetisi Pendidikan Tinggi,
institusi sendiri, atau sumber dana lainnya. STIKES RS Baptis Kediri dalam melaksanakan
dharma penelitian dengan mengalokasikan anggaran disesuaikan jenis dan jumlah kegiatan
penelitian. Tentang pendanaan menyesuaikan aturan, prosedur pengajuan dana atau anggaran
penelitian, pencairan dana, penggunaan serta laporan penggunaan dana penelitian. Hal ini
berlaku baik dana penelitian berasal dari sumber internal maupun sumber eksternal.
13.2.5 Sarana dan Prasarana Pendukung Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, STIKES RS Baptis Kediri mendukung dengan
melengkapi sarana dan prasarana yang memadai baik buku sumber/referensi di perpustakaan
dan laboratorium untuk praktikum (termasuk laboratorium computer dan akses ke internet)
serta sarana dan prasarana lain selama pelaksanaan penelitian.
13.2.6 Output dan Outcome Penelitian
Output penelitian dapat berupa publikasi hasil penelitian yang dipatenkan, sedangkan
outcome dapat berupa penghargaan atau implikasi kebijakan yang dapat mendukung
pengembangan perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri melalui standar penelitian dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Mutu output dan outcome penelitian yang diharapkan dari
para dosen dan mahasiswa perlu ditetapkan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu.
13.3 Pemenuhan Standar Penelitian
Pemenuhan Standar Penelitian berarti standar atau kerangka acuan kerja yang telah
ditetapkan atau disepakati, dalam bentuk agenda penelitian, dijadikan acuan. Dalam
pelaksanaannya, langkah-langkah untuk merealisasikan agenda tersebut perlu dibuat lebih
rinci lagi dan perlu dipikirkan tindakan tambahan, termasuk tindakan koreksi bila perlu.
Agenda penelitian dapat dikatakan terwujud, memenuhi atau sesuai standar, apabila tujuan
tercapai sesuai dengan tata waktu dan tata anggaran yang direncanakan dengan tidak
meninggalkan prinsip dasar penelitian. STIKES RS Baptis Kediri dalam pemenuhan standar
dicapai, dapat diukur dengan mengevaluasi target capaian penelitian yang telah ditetapkan.
Pemenuhan standar merupakan implementasi nyata agar penjaminan mutu penelitian dapat
terpenuhi.
1. Pada tingkat institusi, pemenuhan standar penelitian diawali dengan menyusun agenda
penelitian, yang menetapkan area penelitian garapan untuk beberapa tahun ke depan.
STIKES RS Baptis Kediri menetapkan agenda penelitian melalui suatu keputusan
rapat pengelola. Dalam agenda, Ketua STIKES RS Baptis Kediri menetapkan
sejumlah bidang prioritas untuk beberapa tahun ke depan, beserta program, sasaran
dan indikator keberhasilan dengan memberikan kewenangan UPT Penelitian dibawah
pembinaan PUKET III Bidang Kemahasiswaan.
2. Untuk melaksanakan penelitian, STIKES RS Baptis Kediri membentuk unit pelaksana
penelitian dalam pengelolaan penelitian. Selain itu, dibentuk kelompok-kelompok
penelitian atau kelompok bidang keahlian, untuk mewadahi para dosen dan mahasiswa
yang mempunyai minat pada area penelitian yang serumpun. Selanjutnya, keberadaan
UPT Penelitian yang mengelola, mengkoordinasikan, memfasilitasi, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan penelitian para dosen. Pelaporan UPT Penelitian di
STIKES RS Baptis Kediri kepada PUKET III Bidang Kemahasiswaan. Sedangkan
fungsi dan tugas dari UPT Penelitian termasuk membuat mekanisme pendistribusian
67
3.
4.
5.
6.
dana penelitian kepada dosen atau kelompok dosen. Ini mencakup pembuatan
pedoman penyusunan proposal dan seleksi proposal penelitian, pemantau pelaksanaan
penelitian, pengumpulan laporan hasil penelitian, serta pemeliharaan data penelitian.
Penelitian yang baik bukan semata untuk memperoleh hasil yang baik, namun juga
memperhatikan kode etik. STIKES RS Baptis Kediri membuat kode etik, sebagai
rambu-rambu bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan menetapkan kode
etik penelitian melalui sebuah Surat Keputusan. Dalam melaksanakan penelitian,
setiap peneliti tentunya harus menjaga validitas hasil penelitiannya. Ini dilakukan
sejak awal, yakni ketika menyusun proposal, dengan menguraikan metode penelitian
yang akan dilakukan. Demikian pula ketika peneliti melaporkan atau
mempublikasikan hasil penelitiannya, biasanya disertai dengan menjelaskan metode
penelitian yang digunakan.
Pelaksanaan penelitian yang bermutu memerlukan pendanaan yang memadai.
Sebagian dana dapat diperoleh melalui hibah kompetisi dari Dikti, institusi, atau
sumber dana lainnya. Sebagian dana tersebut dialokasikan untuk insentif bagi dosen
yang melaksanakan penelitian.
Mutu sarana dan prasarana pendukung penelitian tentunya harus diperhatikan pula.
Tanpa sarana dan prasarana yang baik, penelitian yang bermutu sangat sulit terlaksana.
Selain menggunakan anggaran perguruan tinggi sendiri, dana untuk meningkatkan
mutu sarana dan prasarana dapat pula diperoleh dari hibah kompetisi Dikti.
Mutu output dan outcome perlu ditetapkan dan dipantau pencapaiannya. output
penelitian dapat berupa publikasi, sedangkan outcome dapat berupa penghargaan dan
implikasi kebijakan. Dalam hal ini STIKES RS Baptis Kediri menetapkan standar
bahwa output dan outcome penelitian antara lain berhasil dipublikasikan di jurnal
bertaraf nasional dan internasional.
13.4 Pengendalian Standar Penelitian
Pengendalian standar merupakan tindakan manajemen agar standar yang telah
ditetapkan dapat dicapai. Langkah berikutnya ialah meningkatkan standar menjadi standar
baru yang lebih tinggi. Dengan demikian, mutu penelitian dari waktu ke waktu akan menjadi
lebih baik. Untuk itu perlu adanya tindakan pengendalian standar. Beberapa hal yang
dilakukan di STIKES RS Baptis Kediri dalam mengendalikan standar antara lain:
1. Serangkaian kegiatan yang menilai secara objektif pelaksanaan penelitian.
2. Kegiatan membandingkan hal-hal yang telah dilakukan dalam penelitian dengan halhal yang belum dilakukan (kemajuan penelitian).
3. Kegiatan mencari kesesuaian antara tujuan dan hasil penelitian yang dicapai.
Dalam implementasi tindakan pengendalian (controlling) dilakukan dengan kegiatan
pemantauan (monitoring) dan evaluasi serta audit internal yang semuanya sangat membantu
pelaksanaan pengendalian standar penelitian. Biro penjaminan mutu dan unit pelaksana
penelitian melakukan monitoring dan evaluasi sesuai dengan jangka waktu penelitian yang
dilakukan, waktu dan periode pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi. Dengan
demikian, tata waktu tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian.
13.5 Peningkatan Standar Penelitian
STIKES RS Baptis Kediri dalam meningkatkan standar penelitian melalui hasil
monitoring dan evaluasi yang telah didokumentasikan. Rekaman perjalanan pelaksanaan
penelitian kelak menjadi bahan berharga dalam rangka memenuhi dan meningkatkan mutu
penelitian maupun melakukan pengembangan agenda dan tujuan penelitian di STIES RS
Baptis Kediri.
Prinsip perbaikan terus-menerus, pelaksanaan penelitian dapat diperbaiki sesuai
dengan standar yang ditetapkan atau jika kendala terlalu besar perlu diadakan peninjauan
kembali agenda, tujuan, target capaian yang ada. Bila perlu maka dilakukan perbaikan atau
bahkan perubahan agenda penelitian untuk periode yang akan datang.
68
BAB 14
STANDAR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
14.1 Pendahuluan
Kehidupan dan perkembangan akademik di perguruan tinggi tidak lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), serta tuntutan masyarakat,
seirama dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Di dalam Pasal 24, Butir 2, UU. No. 20
Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah dinyatakan bahwa perguruan tinggi
memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan
pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat. Program penelitian
yang dilakukan di PT dituntut untuk menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas dan
bermanfaat. Sedangkan program pengabdian kepada masyarakat lebih diarahakan pada
pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian maupun hasil pendidikan di perguruan tinggi,
untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. ketiga aspek tersebut terangkum dalam
kurikulum yang padu. Demikian pula Keputusan Mendiknas No. 234/U/2000 tentang
Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi dalam Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa Pengabdian
kepada masyarakat merupakan unsur pelaksanan di lingkungan perguruan tinggi untuk
menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan ikut mengusahakan sumber
daya yang diperlukan masyarakat serta pengendalian administrasi sumber daya yang
diperlukan.
STIKES RS Baptis Kediri dalm melaksanakan dharma Pengabdian kepada Masyarakat
sebagai pengamalan IPTEK yang dilakukan secara melembaga melalui metode lmiah
langsung kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam upaya menyukseskan pembangunan
dan mengembangkan manusia pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat di PSTIKES RS
Baptis Kediri dapat diartikan sebagai program pelayanan, dikembangkan antara lain dalam
bentuk Pendidikan kepada Masyarakat dan Pelayanan kepada Masyarakat.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu bagian dari jasa perguruan
tinggi yang dilaksanakan dengan menganut asas kelembagaan, asas keilmuan, asas kerjasama,
asas kesinambungan, serta asas edukatif dan pengembangan. Dalam pelaksanaannya di
lapangan, yang dapat menjadi stakeholders baik perorangan, kelompok, komunitas, dan
lembaga.
14.2 Penetapan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Sebagai langkah awal dalam menetapkan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat,
STIKES RS Baptis Kediri mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan visi dan misi STIKES RS Baptis Kediri
dengan seluruh substansi standar mutu di dalam SPMI yang merupakan penjabaran dari visi
dan misi dari Standar pengabdian kepada masyarakat.
Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat telah disesuaikan dengan visi dan misi
STIKES RS Baptis Kediri yang kemudian dijabarkan oleh UPT Pengabdian kepada
masyarakat. Karena itu, unit ini membuat langkah-langkah yang diperlukan untuk
menetapkan visi dan misi serta arah pengembangannya, adalah dengan cara meningkatkan
kemampuan mengidentifikasi potensi khas/unggul yang dimiliki STIKES RS Baptis Kediri.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan kategori peningkatan relevansi dan
kualitas perguruan tinggi. STIKES RS Baptis Kediri mewujudkan dengan berbagai program,
di antaranya: peningkatan kerjasama STIKES RS Baptis Kediri untuk mendukung masyarakat
sekitar dalam pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan kerjasama dengan institusi/lembaga
untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan dan pelatihan dalam bidang kesehatan
dan keperawatan.
14.2.1 Prinsip Dasar Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
1. Keterpaduan Aspek Tridharma Perguruan Tinggi
Aspek Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian
69
2.
3.
4.
5.
kepada masyarakat. ketiga aspek tersebut dilaksanakan dengan proporsi yang
seimbang, harmonis, dan terpadu dengan harapan agar kelak insan-insan kampus
(dosen/mahasiswa) dapat menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, memadai
dalam bidang masing-masing, mampu melakukan penelitian, dan bersedia
mengabdikan diri pada masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu dan hasil penelitian.
Dengan demikian, aspek pendidikan dan pengajaran serta pengabdian kepada
masyarakat yang berbasis penelitian menjadi landasan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan tolok ukur evaluasi.
Empati-Partisipasif
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan untuk menggerakkan masyarakat dalam
pembangunan melalui berbagai kegiatan yang dapat melibatkan, mengikutsertakan,
dan menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap pembangunan. Pengabdian
seharusnya dilaksanakan secara interaktif dan sinergis antara dosen/mahasiswa dan
masyarakat. Keterlibatan itu dimulai sejak perencanaan program kegiatan,
pelaksanaan, dan pengusahaan pendanaan. Untuk itu, para pengelola kegiatan
pengabdian kepada masyarakat harus mampu mengadakan pendekatan sosio cultural
terhadap masyarakat sehingga lebih kooperatif dan partisipasif.
Interdisipliner
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan oleh dosen/mahasiswa yang berasal dari
berbagai disiplin ilmu dan pelasanaannya dikoordinasikan oleh Unit Pengabdian
kepada Masyarakat. Dalam pelaksanaan operasionalnya dosen/mahasiswa
mengembangkan mekanisme pola pikir kerja interdisipliner untuk memecahkan
permasalahan yang ada di masyarakat.
Realistis-Pragmatis
Program-program kegiatan yang direncanakan pada dasarnya betumpu pada
permasalahannya dan kebutuhan nyata di lapangan, dapat dilaksanakan sesuai dengan
daya dukung sumber daya yang tersedia di lapangan dan memberikan manfaat bagi
masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Environmental Development
Pengabdian kepada mayarakat dilaksankan untuk melestarikan dan mengembangkan
lingkungan fisik dan sosial untuk kepentingan bersama.
14.2.2 Atribut Mutu Jasa Pengabdian Kepada Masyarakat
Dengan
prinsip-prinsip
tersebut
diharapkan
dosen/mahasiswa
mampu
mengidentifikasi permasalan yang ada di masyarakat dan mencari solusi penyelesaiannya
sesuai dengan sumber daya yang dimiliki sehingga masyarakat mampu berswadaya,
berswakelola, berswadana. Keberagaman kebutuhan masyarakat perlu dikenali sifat-sifat
umum dari kebutuhan itu. Sifat-sifat ditemukan dengan mengadakan identifikasi dan analisis
kebutuhan yang obyektif dan cermat. Sifat-sifat umum itulah yang dijadikan dasar untuk
menyusun mutu jasa serta standar mutu sistem dan proses. Sedangkan atribut mutu yang
menjadi dasar standar mutu dalam jasa pengabdian kepada masyarakat, di antaranya adalah:
1. Relevansi (kesesuaian program dengan kebutuhan stakeholders sasaran);
2. Efisiensi (kehematan penggunaan sumber daya dana, tenaga, waktu, untuk produksi
dan penyajian jasa pengabdian yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders);
3. Efektifitas (kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau ketepatan system,
metode, dan/atau prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jasa yang
direncanakan);
4. Akuntabilitas (dapat tidaknya kinerja dan jasa pengabdian tersebut dipertanggungjawabkan); kreatifitas (kemampuan lembaga mengadakan inovasi, pembaharuan, atau
menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk kemampuan
evaluasi diri);
5. Empati (kemampuan para pengelola pengabdian memberikan pelayanan sepenuh dan
setulus hati kepada semua stakeholders);
70
6. Ketanggapan (kemampuan para pengelola pengabdian memperhatikan dan
memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan stakeholders dengan cepat dan
tepat);
7. Produktifitas (kemampuan lembaga dan seluruh staf pengelola untuk menhasilkan jasa
yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders menurut rencana yang telah ditetapkan,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif).
14.3 Pemenuhan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Mekanisme pemenuhan standar pengabdian kepada masyarakat yang memilik prinsip
keterpaduan aspek Tridharma perguruan tinggi, empati-partisipasif, interdisipliner, realistispragmatis, dan environmental development dilaksanakan secara terpadu. Agar kegiatan
tersebut berjalan baik maka pelaksanaan perlu memperhatikan sebagao berikut.
1. Co-creation
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan
program yang merupakan gagasan bersama antara PT dengan pihak pemerintah, mitra
kerja, dan masyarakat setempat.
2. Co-financing
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan pendanaan bersamam antara PT,
pemerintah daerah, mitra, dan masyarakat setempat disesuaikan dengan tema dan
program yang telah disepakati.
3. Flexibility
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan berdasarkan pada suatu tema dan
program yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan pemerintah daerah, mitra kerja, dan
masyarakat setempat dalam proses pembangunan daerah.
4. Sustainability
Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan suatu
tempat dan target tertentu.
Untuk pelaksanaan tersebut perlu disusun tahapan-tahapan kerja sebagai berikut.:
Tahap Kegiatan
Rincian Kegiatan
Persiapan
1. Penetapan Judul Kegiatan
2. Pengabdian Penerapan Ipteks yang akan dilakukan
3. Penetapan Tim dan Tugas Pokok
4. Penetapan Kelompok Sasaran
5. Review Kepustakaan Terkait Ipteks yang Akan Diabdikan
Survei Awal ke
1. Pengumpulan Data dari Aparatur dan Masyarakat menyangkut
Lapangan/Analisis
kondisi dan potensi wilayah (fisik, social, ekonomi, lingkungan
Situasi
yang relevan dengan kegiatan)
2. Pengumpulan data dari Kelompok Sasaran Menyangkut
kebutuhan khalayak sasaran serta potret, profil dan kondisinya.
Analisis Data
1. Identifikasi Perumusan Masalah
2. Perumusan Tujuan dan Manfaat
3. Kegiatan
4. Penetapan Kerangka Pemecahan
5. Masalah
6. Penetapan Waktu dan Metode Kegiatan
7. Penetapan Rancangan Evaluasi
8. Penyusunan Rencana Biaya
Penetapan
1. Penyusunan Proposal
2. Diskusi Perbaikan Proses
3. Pengabdian dalam Proposal
4. Penyusunan Tindakan Perbaikan
Implementasi
1. Prosedur Implementasi
2. Evaluasi
71
14.4 Pengendalian Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
14.4.1 Pengendalian Standar Tahap Proposal
Evaluasi untuk pengendalian mutu pelaksanan pengabdian kepada masyarakat di
STIKES RS Baptis Kediri dilakukan oleh UPT Pengabdian kepada masyarakat selama
berlangsungnya proses penyusunan proposal. Perbaikan langsung dilakukan jika terjadi
kesalahan, sehingga mutu terjamin. Dengan demikian, semua proses terkendali dengan baik.
Tahapan seleksi proposal yang berjenjang, dapat sampai tiga tahap utama: tahap seleksi I (pra
proposal), tahap seleksi II (proposal lengkap), dan tahap III (site visit), misalnya, adalah
bagian dari evaluasi untuk pengendalian mutu. Pada proses tersebut, berbagai kelemahan
rancangan pengabdian kepada masyarakat yang dibuat diinventarisasi dan dianalisis, serta
dapat langsung dilakukan perbaikan. Dengan demikian, hanya pengusul yang mampu melalui
ketiga tahap seleksi tersebut dengan baik, yang pelaksanaan programnya akan disetujui.
14.4.2 Pengendalian Standar Melalui Tahap Pelaksanaan (Monitoring) Pengabdian
Kepada Masyarakat
Evaluasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada dasrnya tidak berdiri sendiri
tetapi membutuhkan kegiatan lain, yaitu monitoring. Monitoring dan evaluasi merupakan dua
kegiatan yang saling melengkapi. Dengan monitoring dan evaluasi dapt diketahui berbagai hal
yang menyangkut perencanaan, proses pelaksanaan, dan hasil yang dicapai maupun dampak
yang timbul. Hasil monitoring menginformasikan program yang belum berjalan secara
optimal dan program yang sudah berjalan secara optimal. Dengan demikian, pengelola
kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan segera menindak lanjuti temuan-temuan
ketidaksesuaian di atas sehingga hasil akhir diperoleh sesuai dengan target dan sasaran.
14.4.3 Pengendalian Standar Melalui Hasil Akhir Pengabdian
Untuk peningkatan mutu, evaluasi pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat di
STIKES RS Baptis Kediri dilakukan secara menyeluruh terhadap proses, penyajian dan hasil
pengabdian kepada masyarakat. Kelemahan-kelamahan diinventarisasi dan dianalisis untuk
menemukan sebab, faktor penghambat, terutama akar masalah. Kelemahan yang ditemukan
melalui evaluasi pengendalian mutu, kemudian disusun rencana mengatasinya dalam rangka
peningkatan mutu. Rencana itu merupakan rencana peningkatan mutu berupa solusi
masalah/kelemahan, yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Evaluasi kegiatan di
lapangan dengan menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan evaluasi kepuasan
stakeholders, sebelum dan setelah kegiatan dilaksanakan (pre test dan post test) kepada
stakeholders sasaran dan evaluasi akhir laporan dan hasil pengabdian, merupakan bagian dari
evaluasi ini.
14.4.4 Pengandalian Standar Keberlanjutan
Sebagai suatu program bagian dari Tridharma perguruan tinggi, kegiatan pengabdian
kepada masyarakat yang melibatkan secara sinergis unsur perguruan tinggi
(dosen/mahasiswa), masyarakat dan kelembagaan diharapkan dapat menimbulkan dampak
positf. Fungsi evaluasi ini adalah untuk menjaga agar dampak positif dari pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat dapat terus dikembangkan dan dilestarikan serta
meminimalkan dampak negatif. Masyarakat tempat dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat diharapkan dapat meneruskan dan mengambangkan program yang telah dirintis
dan dibina bersama dosen/mahasiswa. Selain itu, setiap kegiatan pengabdian kepada
masyarakat diupayakan adanya jalinan kerjasama yang sinergis dengan instansi dan pihak
terkait lainnya, agar dapat memberdayakan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Kerjasama sinergis yang telah terjalin itu diharapkan terus berkembang sehingga akan
terbentuk jaringan kerjasama antara masyarakat, pemerintah daerah, dan instansi terkait.
14.5 Peningkatan Standar Pengabdian Kepada Masyarakat
Untuk meraih mutu dalam berbagai kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sistem
dan proses harus mendapat perhatian utama sejak awal. Mutu yang diperoleh dapat melalui
keterpaduan semua sistem dan proses yang sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi harus dapat dijadikan dasar untuk peningkatan mutu selanjutnya.
72
Pengukuran keberhasilan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat pada
stakeholders sasaran, dilakukan melalui evaluasi secara terus menrus, dengan tujuan utama
untuk pengendalian dan peningkatan mutu. Standar mutu itu harus ditingkatkan terus menerus
dari waktu ke waktu, sehingga standar tersebut berkembang secara berkelanjutan (continuous
improvement atau kaizen). Semakin tinggi standar yang digunakan, semakin bermutu proses
dan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di STIKES RS Baptis
Kediri.
73
DAFTAR ACUAN
1.
_______ 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun Tentang
Pendidikan Tinggi
2.
_______ 2000. Permendiknas Nomor 232 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
3.
_______ 2002. Pedoman Evaluasi Diri Program Studi, Depdiknas, BAN-PT
4.
_______ 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
5.
_______ 2003. Undang-undang RI Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
6.
_______ 2003. Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
7.
_______ 20005. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tentang Guru dan
Dosen
8.
_______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
9.
_______ 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tentang Standard
Nasional Pendidikan
10. _______ 2005. Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan
11. _______ 2005. Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. Buku V: Matriks Penilaian
Portofolio, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional
12. _______ 2005. Buku Pedoman Evaluasi Diri. Badan Akreditasi Nasional
13. _______ 2007. Naskah Akademik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional, BAN PT, Jakarta
14. _______ 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tentang Dosen
15. _______ 2009. Permendiknas Nomor 63 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
16. _______ 2009. Permendiknas Nomor 73 Tentang Perangkat Akreditasi Program Studi
Sarjana (S1)
17. _______ 2010. Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT). Kementrian
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
74
Download