BURSA f2 Bisnis Indonesia, Senin, 15 November 2010 ULASAN PASAR Negosiasi harga akuisisi Encore alot Komoditas jadi penopang indeks Realisasi investasi di Area 47 Libia diperkirakan US$60 juta OLEH INDRA Analis Bisnis Indonesia Intelligence Unit JAKARTA: Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang pekan kemarin berhasil mencetak rekor tertingginya kembali. Pada awal pekan perdagangan indeks sempat berada dalam teritori negatif, tetapi sebelum penutupan berakhir, indeks berhasil kembali ke teritori positif. Membaiknya fundamental perekonomian Indonesia dan adanya kepastian pemulihan global membuat saham-saham yang terkoreksi pada pekan sebelumnya kembali rebound. Saham-saham berbasis komoditas menjadi penopang kenaikan indeks. Kenaikan harga emas di pasar internasional, serta penurunan nilai dolar menjadi daya tarik pelaku pasar memilih saham-saham berbasis komoditas. Indeks pada awal pekan berhasil menguat 1,20% ke level 3.669,26, sementara indeks sektoral pertambangan berhasil menguat 2,42%. Indeks kembali berhasil meraih rekor tertingginya pada perdagangan Rabu. Penguatan tersebut ditenggarai oleh listing perdana saham PT Krakatau Steel Tbk. IPO terhadap emiten dengan kode KRAS tersebut dilakukan untuk mendapatkan dana sebesar Rp2,68 triliun yang akan dipergunakan sebagai tambahah Capital Expenditure/capex perusahaan pada 2011 mendatang. Selama sepekan kemarin, IHSG berhasil menguat 0,29% ke level 3.665,85 dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya. Sementara itu, indeks BISNIS-27 hanya terangkat 0,19% ke level 328,57. OLEH RUDI ARIFFIANTO & FIRMAN HIDRANTO Bisnis Indonesia JAKARTA: Proses negosiasi antara PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk untuk akuisisi 27,9% saham Encore Energy Pte Ltd masih berlangsung alot dengan rentang harga negosiasi pada kisaran Rp2.500— Rp4.500 per lembar saham. Sumber Bisnis yang mengetahui proses negosiasi itu mengemukakan Pertamina telah menetapkan beberapa kriteria untuk menuntaskan akuisisi itu. Pertama, harga yang ditetapkan harus memperhatikan investasi yang harus dikeluarkan setelah akuisisi tuntas. Kedua, faktor liabilities dari aset Medco, dan ketiga masalah SDM dari perusahaan milik keluarga Arifin Panigoro tersebut. “Dari sekian faktor itu, masalah harga yang paling krusial. Kisaran harga bawah dan atas saham Medco pada level Rp2.5004.500. Namun, Pertamina meminta harga per lembar saham pada kisaran Rp2.500,” ujarnya akhir pekan lalu. Alasan meminta diskon dengan harga itu, lanjutnya, karena Pergerakan saham Medco Rp4.225 4000 18/10/10 Rp2.500 Rp3.675 25/05/10 3500 3000 Sumber: Bloomberg 2500 31 Mei 30 Jun 30 Jul 31 Ags 30 Sep 29 Okt 15 Nov BISNIS/T. PURNAMA Kinerja keuangan Medco per September Laba bersih Penjualan 2010 2009 US$17,98 juta US$632,77 juta US$15,18 juta US$482,23 juta Sumber: Medco BUMN migas itu harus melakukan investasi lanjutan terhadap aset yang akan dikuasai selain tentunya factor liabilities dari aset yang diserahkan. “Soal SDM tentu masih bisa dinegosiasikan. Apalagi Medco sebagai perusahaan terbuka harus melaporkannya ke otoritas bursa.” Pertamina dan Encore Energy Pte Ltd, pemilik 50,7% saham PT Medco Energi Internasional Tbk, sebelumnya telah menandatangani perjanjian pokok penuntasan pembelian 27,9% saham Encore Energy Pte Ltd. Perjanjian itu juga menyebutkan Kedua belah pihak telah sepakat untuk melanjutkan evaluasi ke tingkat periode eksklusivitas, sehubungan dengan proses transaksi saham tersebut. Transaksi ini tidak akan mem- buat bagian lain dari pemegang saham terdilusi atau terpengaruh, meski diyakini bakal memperkuat strategi pengembangan bisnis perusahaan melalui sinergi antara Pertamina dan Medco Energi. Para pihak mengakui transaksi itu tidak membuat perlunya tender offer kepada pemegang saham lainnya. Periode eksklusif akan berakhir pada 30 November. Tuntas akhir tahun Berkaitan dengan negosiasi kedua perusahaan itu, Presiden Komisaris Medco Hilmi Panigoro pernah mengungkapkan finalisasi akuisisi itu diharapkan bisa tuntas pada akhir tahun ini. “Kami harapkan penjualan kepemilikan saham itu tuntas pada akhir tahun ini,” ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg. Vice President Communication Pertamina Mohammad Harun, ketika dikonfirmasi mengenai alotnya negosiasi antara kedua perusahaan, menolak berkomentar lebih jauh. “Semuanya masih berlangsung,” ujarnya singkat. Sementara itu, analis JP Morgan Stevanus Juanda kepada Bloomberg mengemukakan nilai yang wajar terhadap harga saham Medco untuk akuisisi itu pada kisaran Rp4.500. Dalam kesempatan terpisah, Direktur Proyek Medco Energi Lukman Mahfoedz mengemukakan realisasi investasi perusahaan dengan kode emiten MEDC itu dan mitra di Area 47 Libia— tiga sumur eksplorasi, dua sumur uji dan dua sumur appraisal— tahun ini diperkirakan lebih rendah menjadi sekitar US$60 juta dibandingkan dengan proyeksi awal US$78. “Seluruh kegiatan yang kami rencanakan sangat on schedule bahkan bisa lebih cepat. Investasi kita juga akhirnya under budget dari semula US$78 juta menjadi hanya sekitar US$60 jutaan,” katanya pekan lalu. Tahun depan, tuturnya, perusahaan dan mitra terbarunya, Libyan Investment Authority, akan melakukan pengeboran appraisal dan eksplorasi. Selain itu, katanya, Medco berharap persetujuan komersialisasi Area 47 bisa diberikan pada akhir tahun sehingga pengembangannya bisa dilakukan tahun depan. “Kami bisa mulai pengembangan Area 47 mulai tahun depan de- ngan harapan komersialisasi disetujui akhir tahun ini. Sejauh ini, hasil eksplorasi yang kami lakukan di Area 47 sangat bagus,” ujarnya. Selama periode 2006 hingga Agustus 2010, dana Medco Energi yang sudah disalurkan untuk Area 47 telah mencapai US$180 juta. Secara keseluruhan Medco Energi dan mitra sudah melakukan pengeboran 22 sumur terdiri dari 18 sumur eksplorasi dan 4 sumur appraisal. Jika komersialisasi disetujui akhir tahun ini, diperkirakan dalam jangka waktu 3 tahun Area 47 sudah bisa menghasilkan produksi. Produksi awal dari blok tersebut diperkirakan mencapai sekitar 50.000 barel per hari. Khusus belanja modal, Hilmi Panigoro pernah mengungkapkan perseroan akan mengalokasikan dana US$1,6 miliar untuk belanja modal bagi pengembangan sejumlah blok. Hingga akhir September, Medco berhasil membukukan laba bersih US$17,98 juta per akhir September 2010, naik 18,44% dibandingkan US$15,18 juta pada periode yang sama tahun lalu. Menurut laporan keuangan perseroan itu, penjualan Medco naik 31,21% menjadi US$632,77 juta dibandingkan dengan sebelumnya US$482,23 juta. Pendapatan terbesar diperoleh dari penjualan minyak dan gas, yang selama 9 bulan pertama tahun ini mencapai US$411,42 juta. ([email protected]/firman.hi [email protected]) Revitalisasi lantai bursa molor OLEH IRVIN AVRIANO A. Bisnis Indonesia JAKARTA: Proses revitalisasi lantai bursa oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) belum terealisasi hingga saat ini, dari rencana awal pada September. Padahal, bursa telah mensterilkan lantai bursa dari pialang saham sejak akhir Agustus. Direktur Perdagangan dan Pengawasan Anggota Bursa BEI Wan Wei Yiong membantah program sterilisasi lantai bursa mundur dari jadwal awal karena program itu masih terus berlanjut dan kini masih tahap persiapan. "Optimalisasi bekas lantai perdagangan bursa masih sedang dalam persiapan," ujarnya tanpa memerinci penyebab mundurnya jadual revitalisasi tersebut, kepada pers akhir pekan lalu. Menurut dia, otoritas saat ini sedang mempersiapkan sistem perdagangan cadangan yang posisinya ada di bawah bekas lantai bursa yang masih ada saat ini, tetapi jumlahnya tidak akan sebanyak sekarang, 44 meja, hanya sekitar 20 meja. Penutupan bursa merupakan salah satu program dari bursa seiring dengan penggantian sistem perdagangan saham dan obligasi yang ditargetkan dapat berjalan tahun depan dengan mekanisme tanpa lantai perdagangan. Sebelumnya, BEI bersikeras program revitalisasi bursa harus dilakukan pada awal September sehingga pialang sekuritas yang memasukkan transaksi ke sistem perdagangan secara langsung yang selama ini di lantai bursa harus pergi. “Itu tidak mungkin karena dua alasan, yang pertama efisiensi ruang, dan kedua memang sistem perdagangan yang akan diberlakukan nanti tidak dapat memasukkan pemesanan melalui floor,” ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito pada akhir Agustus. Realisasi program Ketua Umum Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) Saidu Solihin mempertanyakan belum terealisasinya program revitalisasi lantai bursa tersebut. "Dulu BEI minta pialang lantai bursa pindah pada akhir Agustus dan perombakan akan dilakukan pada September. Namun, hingga kini belum terealisasi.” Wei Yiong juga menjelaskan program tersebut tidak terkait sama sekali dengan program pembuatan pusat penanggulangan bencana (disaster recovery center/DRC) bagi sistem perdagangan anggota bursa (AB). Proyek DRC disebutsebut merupakan program BEI untuk membuat cadangan jika ada kerusakan di sistem perdagangan utama di gedung otoritas bursa. Berkaitan dengan rencana itu, seorang pelaku pasar modal yang tidak bersedia disebut namanya menilai ‘gonta-ganti’ program merupakan bentuk perencanaan yang tidak matang dari BEI.