bab iv hasil dan pembahasan

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengukuran Parameter Konservasi Air & Tanah
Parameter konservasi air dan tanah yang diukur dalam penelitian ini,
meliputi curah hujan, aliran batang, curahan tajuk, infiltrasi, aliran permukaan,
dan erosi. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap model arsitektur pohon Rauh
pada dua jenis tumbuhan yang berbeda, yaitu Altingia excelsa Noronha dan
Schima wallichii (DC.) Korth, menunjukkan adanya perbedaan hasil pengukuran
untuk setiap parameter konservasi tanah dan air. Tabel 1 berikut menyajikan
ringkasan hasil pengukuran dari setiap parameter.
Tabel 1 Pengukuran parameter konservasi air & tanah pada tumbuhan A. excelsa
dan S. wallichii di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Curah hujan
(mm)
Jenis Tumbuhan
Curahan
Aliran Batang
Tajuk
(mm)
Infiltrasi
2
ml/mm /det
(mm)
Aliran
Permukaan
(mm)
Erosi
(Kg/m2)
T
M
T
M
T
M
T
M
T
M
T
M
290,11
9,67
1,02
0,03
162,79
5,43
15,16
0, 51
103,63
3,45
169,91
5,66
290,11
9,67
1,26
0.04
120,60
4,02
14,81
0,49
245,25
8,18
381,27
12,71
Altingia excelsa
(Rasamala)
Schima wallichii
(Puspa)
Keterangan: T = Total; M = Rata-rata harian
Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Januari – Maret 2011), sebanyak 30
kali pengamatan pada dua tumbuhan
yang berbeda, yaitu A. excelsa dan
S. wallichii dengan kemiringan lahan 70%. Pada masing-masing plot percobaan
dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Hasil pengukuran seluruh parameter
konservasi air dan tanah pada plot percobaan tegakan A. excels dan S. wallichii
(Lampiran 1 dan 2) dapat disimpulkan dalam Tabel 1.
4.2
Pembahasan dari Hasil Pengukuran Parameter Konservasi Air dan
Tanah.
4.2.1 Curah Hujan
Pengamatan Curah hujan dilakukan sebanyak 30 kali kejadian hujan, yaitu
dimulai dari tanggal 6 bulan Januari 2011 hingga 5 Maret 2011. Pengamatan ini di
lakukan tiga kali pengulangan pada tempat terbuka, yang berdekatan dengan plot
sampel penelitian. Hasil pengukuran di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Curah
hujan memiliki nilai yang bervariasi, dengan rata-rata curah hujan harian sebesar
9,67 mm dengan nilai tertinggi yaitu 41.4 mm dan terendah 4.3 mm. Total nilai
curah hujan selama 30 kali pengamatan yaitu 290.11 mm.
4.2.2 Aliran Batang
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pengukuran aliran batang pada dua
sampel tumbuhan, yaitu A. excelsa dan S. wallichii, terdapat perbedaan. Nilai
rata-rata aliran batang pada tumbuhan A. excelsa jauh lebih rendah dibandingkan
tumbuhan S. wallichii. Nilai rata-rata aliran batang pada A. excelsa yaitu 0.03 mm,
untuk 30 pengamatan dengan total 1.02 mm, sedangkan nilai rata-rata aliran
batang pada tumbuhan S. wallichii yaitu 0.04, dengan total 1.26 mm. Tingginya
aliran batang pada arsitektur pohon model Rauh berhubungan dengan pola
percabangannya. Percabangan
pada arsitektur pohon model Rauh berbentuk
orthotropik, dan bentuk ini akan meningkatkan aliran batang, karena cabangcabang yang tumbuh vertikal berfungsi sebagai penampungan air hujan, yang
selanjutnya dialirkan ke batang. Berdasarkan hasil pengukuran terdapat perbedaan
yang singnifikan terhadap besarnya aliran batang A. excelsa dengan S.wallichii.
Kedua tumbuhan ini memiliki pola percabangan batang yang sedikit berbeda,
walaupun bentuk percabangan pada kedua tumbuhan ini orthotropik, tetapi arah
percabangan pohon A. excelsa lebih sedikit datar daripada pohon S.wallichii,
sehingga hal mempengaruhi kemampuan penyerapan air pada batang. Air hujan
yang jatuh pada percabangan pohon A. excelsa akan lebih cepat jatuh ke
permukaan tanah tanpa melalui batang dibandingkan dengan air hujan yang jatuh
pada percabangan pohon S.wallichii, karena arah percabangan S.wallichii
lebih
condong ke atas daripada A. excelsa. Menurut Penman (1963), aliran batang akan
lebih besar pada tumbuhan yang memiliki percabangan tegak dan batang berkulit
licin. Percabangan tumbuhan S. wallichii lebih tegak dan lebih tinggi daripada
tumbuhan A. excelsa, selain itu diameter batang tumbuhan S. wallichii berukuran
1,5 m, lebih besar daripada tumbuhan A. excelsa yang hanya 0,8 m. Menurut
Dabral dan Rao (1968) dalam Aththorick semakin besar diameter pohon yang
diteliti, semakin besar aliran batang yang terjadi. Tekstur batang A. excelsa kulit
batang beralur ke samping, sedangkan pada batang S. wallichii kulit batang
beralur lurus ke bawah membentuk kanal. Dengan demikian, air yang mengalir
pada batang S. wallichii akan lebih besar dan cepat jatuh ke tanah. sehingga
sesuai dengan hasil pengamatan bahwa aliran batang tumbuhan S.wallichii lebih
besar dari pada tumbuhan A. excelsa. Selain daripada itu, diameter batang
tumbuhan S.wallichii lebih besar daripada tumbuhan A. excelsa, serta morfologi
kulit batang S.wallichii berbeda dengan A. excelsa. Pada kulit batang S.wallichii
terbentuk kanal-kanal kecil, morfologi seperti ini akan mempermudah air turun ke
permukaan tanah melalui batang, dengan demikian aliran batang pada S.wallichii
lebih besar daripada A. excelsa.
Peristiwa hujan merupakan salah satu rangkaian yang berperan dalam
peredaran unsur hara. Unsur hara yang ada di daun akan tercuci oleh air hujan.
Peredaran unsur hara dari atmosfer akan terbawa oleh air hujan melalui aliran
batang dan curahan tajuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra
Fermanto di DAS Cipeureu Hutan Gunung Walat Sukabumi tumbuhan S.wallichii
menyumbangkan 0,014-1,327 kg/ha/th, dengan urutan terbesar hingga terkecil
yaitu unsur nitrogen, kalium, pospor, kalsium, dan magnesium.
4.2.3 Curahan Tajuk
Berdasarkan hasil pengukuran selama 30 kali pengamatan diketahui bahwa
rata-rata curahan tajuk untuk tumbuhan A. excelsa yaitu 5,43 mm dengan total
162,79 mm, sedangkan rata-rata curahan tajuk pada tumbuhan S. wallichii yaitu
4,02 mm, dengan total 120,60 mm (Tabel 1). Tingginya curahan tajuk pada
tumbuhan berhubungan erat dengan tebal tipisnya lapisan tajuk (strata) yang
membentuk tegakan, suhu, dan kecepatan angin (Zinke, 1967). Tumbuhan
A. excelsa memiliki tajuk yang lebih lebar daripada S. wallichii (A. excelsa ratarata 4,22 meter dan S. wallichii 3,67 meter). Sedangkan tajuk S. wallichii (ratarata 5,97 meter) lebih tebal dibandingkan dengan tajuk A. excelsa (rata-rata 4,77
meter), selain daripada itu, susunan daun A. excelsa kurang rapat dibandingkan
dengan susunan daun S. wallichii. Tata letak daun pada tumbuhan A. excelsa dan
S. wallichii berbentuk spiral, walaupun keduanya memiliki tata letak daun yang
spiral, tetapi
memiliki deret fibonasi yang berbeda. Tumbuhan
A. excelsa
memiliki deret fibonasi 1/3, sedangkan S. wallichii 2/5. Besar sudut divergensi
untuk tumbuhan A. excelsa adalah 1200 dan tumbuhan S. wallichii 900. Semakin
rapat tatak letak daun dari suatu tumbuhan maka semakin kecil nilai deret
fibonasinya. Terdapat hubungan yang positif anatara tata letak daun dengan
besarnya curahan tajuk dari suatu tumbuhan. Ditinjau dari tata letak daun dan
sudut divergensinya, tumbuhan S. wallichii memiliki tata letak daun yang lebih
rapat daripada A. excelsa. Dengan demikian tumbuhan S. wallichii memiliki
curahan tajuk yang lebih kecil daripada tumbuhan A. excelsa.
Curahan tajuk tidak hanya sekedar peristiwa turunnya air hujan melalui
tajuk semata, tetapi air yang mengalir tersebut akan mencuci unsur hara yang ada
di permukaan daun, sehingga peristiwa curahan tajuk ini berperan dalam
peredaran unsur hara. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fermanto (2000) di
DAS Cipeureu Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi terhadap tumbuhan S.
Wallichii menunjukkan peristiwa curahan tajuk menyumbangkan unsur hara
cukup tinggi, yaitu berkisar antara 0 - 7,728 kg/ha/tahun, dengan urutan terbesar
hingga terkecil yaitu, N, K, P, Ca, dan Mg.
4.2.4 Intersepsi
Berdasarkan hasil pengukuran intersepsi menunjukkan bahwa intersepsi
curah hujan dari tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii cukup besar yaitu 30,38 %
dan 57,95 % (Tabel 2). Perbedaan besaran intersepsi pada kedua tumbuhan
tersebut di pengaruhi oleh indeks luas daun (LAI, leaf area index). Indeks luas
daun pada tumbuhan S. wallichii jauh lebih lebar daripada daun A.excelsa, dengan
demikian pada tumbuhan S. wallichii
daripada A. excelsa.
akan memiliki intersepsi lebih besar
Tabel 2 Jumlah air hujan, aliran batang, curahan tajuk dam intersepsi pada tumbuhan
A. excelsa dan S. wallichi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Curah
Jenis Tumbuhan
hujan
(Rainfall)
Aliran batang
Curahan tajuk
Intersepsi
(Stemflow)
(Throughfall)
(Interception)
(mm)
(mm)
(%)
(mm)
(%)
(mm)
(%)
290,11
1,02
0,35
200,95
69,27
88.14
30,38
290,11
1,26
0,43
120,72
60,33
168,13
57,95
Altingia excelsa
(Rasamala)
Schima wallichii
(Puspa)
.
4.2.5 Infiltrasi
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai infiltrasi harian untuk tanah di bawah
tegakan A. excelsa selama 30 kali pengukuran yaitu rata-rata 0,51 ml/mm2/detik,
dengan nilai total sebesar 15,16 ml/mm2/detik, sedangkan pada tanah di bawah
tegakan S. wallichii yaitu rata-rata 0,49 ml/mm2/detik dengan total selama 30 kali
pengamatan 14,81 ml/mm2/detik. Infiltrasi dipengaruhi oleh sifat tanah,
diantaranya struktur tanah, tekstur tanah, serta kandungan air tanah pada saat
infiltrasi terjadi (Arsyad 2006). Berdasarkan hasil analisis contoh tanah yang
dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, diketahui bahwa tekstur tanah
pada area penelitian ini 49% bersifat liat, 39% debu, dan 12% pasir. Data ini
menunjukkan bahwa kemampuan tanah untuk menyerap air sangat rendah, karena
tanah yang mengandung liat dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh
tumbukan butir-butir hujan yang menimpanya tersuspensi tersebut, air akan lebih
banyak mengalir pada permukaan, daripada meresap ke dalam tanah. sehingga
menyebabkan terjadinya aliran permukaan dan erosi yang tinggi.
4.2.6 Aliran Permukaan dan Erosi
Berdasarkan hasil pengukuran, pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya
aliran permukaan yang terukur berkaitan erat dengan besarnya erosi yang terjadi.
Aliran permukaan tumbuhan S. wallichii lebih besar daripada tumbuhan A.
excelsa. Rata-rata harian aliran permukaan tumbuhan A. excelsa selama 30 kali
pengamatan yaitu 3,45 mm, dengan total 103,63 mm, sedangkan pada tumbuhan
S. wallichii rata-rata aliran permukaannya yaitu 8,18 mm, dengan total
245,25 mm. Besarnya aliran permukaan akan sangat mempengaruhi besarnya
erosi yang terbentuk. Besarnya erosi pada plot tegakan tumbuhan A. excelsa yaitu
rata-rata 5,66 kg/m2/hari dengan total 169,91 kg/m2/bulan atau 1,23 ton/ha/tahun,
sedangkan pada plot tegakan tumbuhan S. wallichii yaitu rata-rata 12,71
kg/m2/hari dengan total 381,27 kg/ m2/bulan atau 2,76 ton/ha/tahun. Berdasarkan
hasil pengukuran aliran permukaan erosi dari kedua tumbuhan tersebut, maka
dapat diketahui bahwa erosi yang terjadi pada plot tegakan S. wallichii jauh lebih
besar dari pada plot tegakan tumbuhan A. excelsa. Hal ini menunjukkan bahwa
tumbuhan A. excelsa mampu mengkonservasi tanah dan air
dengan baik,
sehingga tumbuhan ini dapat menahan tanah untuk tidak terbawa air lebih banyak
yang menyebabkan tingginya erosi.
Peristiwa aliran permukaan tidak hanya membawa air dari permukaan tanah
saja, tetapi air yang mengalir tersebut akan mencuci unsur hara pada lapisan top
soil, sehingga unsur hara tersebut akan berkurang. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hanafi (2002) di DAS Cipeureu Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi, dihasilkan bahwa unsur hara di bawah tegakan tumbuhan S.
wallichii yang tercuci melalui aliran permukaan berkisar antara 1,57-8,84
gr/ha/bln, dengan urutan unsur dari terbesar hingga terkecil, yaitu N, Ca, K, Mg,
dan P. Peristiwa pencucian ini akan berpengaruh cukup besar terhadap jumlah
unsur hara yang ada dalam tanah, dengan demikian peranan tumbuhan untuk
menyerap air berkorelasi positif dengan pencucian unsur hara. Semakin kuat akar
tumbuhan menyerap air, maka semakin sedikit tanah kehilangan unsur hara
melalui peristiwa aliran permukaan tersebut
4.3 Hubungan Curah Hujan, Aliran Batang, Curahan Tajuk, dan Aliran
Permukaan terhadap Erosi.
Hasil pengukuran untuk setiap perameter konservasi air dan tanah,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU),
dengan tujuan untuk mereduksi data, sehingga dapat diketahui parameter yang
paling berpengaruh terhadap besarnya erosi yang terjadi pada plot percobaan,
ditinjau dari besarnya sudut yang terbentuk (Gambar 9). Selain itu, untuk
mengetahui nilai korelasi antar parameter dilakukan pengujian korelasi dengan
menggunakan rumus product moment. Berikut ini gambar hasil analisis parameter
utama pada tumbuhan A. excelsa.
0.4
Sfi
0.2
Komponen Kedua
0.0
E
Ap
CH
-0.2
Tfi
-0.4
-0.6
-0.8
If
-1.0
-0.1
0.0
0.1
0.2
Komponen Pertama
0.3
0.4
0.5
Gambar 9 Interaksi antar parameter curah hujan (CH), tinggi aliran batang (Sfi),
tinggi curahan tajuk (Tfi), aliran permukaan (Ap), infiltrasi (If)
dengan erosi (E) pada tumbuhan A. excelsa, pada kemiringan lahan
70% dengan model arsitektur pohon Rauh di hutan Taman Nasional
Gunung Gede pangrango.
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antarparameter curah hujan dengan parameter lainnya, seperti curah
hujan dengan aliran permukaan. Pertambahan tinggi curah hujan mengakibatkan
naiknya aliran permukaan dari suatu plot percobaan. Hal ini terbukti dengan nilai
korelasi yang terdapat pada Tabel 3; nilai korelasi antara curah hujan dengan
aliran permukaan adalah 0.78. Nilai ini cukup signifikan untuk menjelaskan
hubungan yang sangat kuat dari kedua kompoenen tersebut. Aliran permukaan
merupakan parameter konservasi air dan tanah yang paling berpengaruh terhadap
erosi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya sudut yang terbentuk dari kedua
parameter tersebut. Semakin kecil (lancip) sudut yang terbentuk, maka akan
semakin besar pengaruhnya (diperoleh hasil yang berbeda). Pada tumbuhan A.
excelsa, aliran permukaan memiliki hubungan sangat erat dengan erosi, hal ini
terlihat dari sudut yang terbentuk pada Gambar 9.
Selain ditinjau dari besarnya sudut yang terbentuk, berdasarkan Tabel 3,
diketahui bahwa nilai korelasi aliran permukaan terhadap erosi pada tumbuhan
A. excelsa yaitu 0,98 dengan α = 5 %. Nilai korelasi ini berdasarkan kriteria dari
koefisien korelasi, maka signifikan untuk menjelaskan bahwa kedua parameter
tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Semakin tinggi aliran permukaan,
maka akan semakin tinggi pula besarnya erosi yang terjadi. Besarnya aliran
permukaan sangat berhubungan erat dengan parameter konservasi air dan tanah
lainnya, diantaranya curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, kemampuan tanah
untuk meyerap air (infiltrasi). Apabila air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
baik melalui batang maupun tajuk cukup besar, maka aliran air pada permukaan
tanahpun akan besar, terkecuali pada tanah yang memiliki infiltrasi tinggi, maka
air akan lebih banyak terserap kedalam tanah. Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa
nilai korelasi aliran permukaan dengan curah hujan, curahan tajuk, aliran batang,
dam infiltrasi, secara berurutan yaitu 0,78, 0,81, 0,60, -0,15.
Tabel 3
Matrik korelasi antarparameter konservasi air dan tanah pada tumbuhan
A. excelsa di hutan PPKAB Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Curah
hujan
Aliran
batang
Curahan
tajuk
Infiltrasi
Aliran batang
0,50
Curahan tajuk
0,87
0,40
Infiltrasi
Aliran
permukaan
Erosi
-0,16
-0,26
-0,03
0,78
0,60
0,81
-0,15
0,71
0,59
0,73
-0,17
Aliran
permukaan
0,98
Dari seluruh parameter yang diukur, hanya satu parameter yang memiliki
nilai korelasi rendah terhadap erosi, yaitu infiltrasi. Hal ini menunjukkan bahwa
infiltrasi memiliki hubungan terbalik dengan erosi. Semakin besar nilai infiltrasi
maka semakin kecil erosi yang terjadi. Besarnya nilai infiltrasi menunjukkan
bahwa tanah pada plot A. excelsa memiliki kemampuan untuk menyerap air
sangat rendah. Dengan demikian air hujan akan lebih banyak mengalir di
permukaan daripada terserap ke dalam tanah. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya erosi. Untuk mengurangi besarnya air yang mengalir pada permukaan,
maka kehadiran tumbuhan sangat dibutuhkan, karena akar tumbuhan memiliki
kemampuan untuk menyerap air, sehingga bahaya erosi dapat diminimalisir.
0.4
Tfi
Komponen Kedua
0.2
Sfi
E
0.0
Ap
-0.2
-0.4
CH
-0.6
-0.8
If
0.0
0.1
0.2
0.3
Komponen Pertama
0.4
0.5
Gambar 10 Interaksi antar parameter curah hujan (CH), tinggi aliran batang
(Sfi), tinggi curahan tajuk (Tfi), aliran permukaan (Ap), infiltrasi
(If) dengan erosi (E) pada tumbuhan S. wallichii, pada kemiringan
lahan 70% dengan model arsitektur pohon Rauh di hutan Taman
Nasional Gunung Gede pangrango.
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa pada tumbuhan S. wallichii
sedikit berbeda dengan tumbuhan A. excelsa. Pada tumbuhan S. wallichii aliran
permukaan dan aliran batang lebih besar pengaruhnya terhadap erosi. Hal ini
terlihat dari besarnya sudut yang terbentuk pada Gambar 10. Ditinjau dari nilai
korelasinya (Tabel 4), diketahui bahwa aliran permukaan memiliki hubungan
paling erat dengan erosi, dengan nilai korelasi 0,96 dengan α = 5 %. dan aliran
batang 0,74. Hal ini disebabkan, S. wallichii memiliki diameter batang lebih besar,
dan morfologi kulit batang yang berkanal, sehingga air hujan yang mengalir
melalui batang akan lebih besar, sehingga menyebabkan air yang mengalir pada
permukaan menjadi besar. Pada tumbuhan S. wallichii curahan tajuk memiliki
hubungan
lebih rendah dengan erosi daripada tumbuhan A. excelsa. Hal ini
diakibatkan pola percabangan tumbuhan A. excelsa yang berbeda dengan
tumbuhan S. wallichii. Tumbuhan A. excelsa memiliki pola percabangan yang
jauh lebih banyak, dengan demikian air hujan yang tertampung pada tumbuhan A.
excelsa lebih banyak daripada tumbuhan S. wallichii. Seperti halnya tumbuhan A.
excelsa, pada plot tumbuhan S. wallichii juga memiliki infiltrasi yang rendah,
dengan demikian nilai erosinya
ditunjukkan dari nilai korelasi antar kedua
parameter yang sangat kecil, yaitu -0,02 (α = 5 %). Kemampuan tanah menyerap
air di bawah tegakan S. wallichii sangat rendah, sehingga menyebabkan air lebih
banyak mengalir pada permukaan. Dengan demikian peranan tumbuhan sangat
dibutuhkan untuk mengurangi erosi, dengan adanya tumbuhan, air yang mengalir
pada permukaan, akan sedikit terserap oleh akar tumbuhan, sehingga bahaya erosi
akan menurun.
Tabel 4 Matrik Korelasi antara parameter konservasi air dan tanah terhadap erosi
pada tumbuhan S. wallichii
Curah
hujan
Aliran
batang
Curahan
tajuk
Infiltrasi
Aliran
permukaan
Erosi
Aliran
batang
Curahan
tajuk
Infiltrasi
Aliran
permukaan
0,43
0,23
0,65
0,24
-0,13
-0,13
0,51
0,61
0,57
0,07
0,50
0,74
0,61
-0,02
0,96
Berdasarkan data perhitungan di lapangan untuk setiap parameter konservasi
air dan tanah, maka dapat diketahui bahwa walaupun kedua tumbuhan tersebut
memiliki model arsitektur pohon yang sama yaitu model Rauh, tetapi memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan mengkonservasi air dan tanah.
Tumbuhan A. excelsa memiliki kemampuan yang lebih baik daripada tumbuhan S.
wallichii dalam mengkonservasi air dan tanah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
morfologi batang dari kedua tumbuhan, diantaranya tekstur batang A. excelsa
berserat ke samping dan tekstur kulit batang agak kasar, sehingga menyebabkan
air pada batang akan lebih banyak terserap, sedangkan pada batang S. wallichii
berserat lurus ke bawah membentuk kanal serta diameter batang S. wallichii yang
lebih besar daripada A. excelsa, sehingga air yang mengalir pada batang S.
wallichii akan lebih besar dan cepat jatuh ke tanah. Ditinjau dari kemampuan
untuk mengkonservasi air dan tanah,, maka tumbuhan A. excelsa sangat baik
untuk direkomendasikan sebagai tumbuhan restorasi, karena tanah di bawah
tegakan A. excelsa akan lebih banyak menyimpan cadangan air, daripada
tumbuhan S. wallichii.
Download