Orthosiphon stamineus Benth

advertisement
KAJIAN KEAMANAN DAN AKTIVITAS
IMMUNOMODULATOR EKSTRAK
DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth)
DAN BUNGA KNOP (Gomphrena globosa L.)
TRI HARI AQUARINI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Keamanan dan Aktivitas
Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) adalah karya saya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2006
Tri Hari Aquarini
NIM P09500014
3
ABSTRAK
TRI HARI AQUARINI.
Kajian Keamanan dan Aktivitas
Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) Dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.). Di
bawah bimbingan FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA dan
MAGGY THENAWIJAYA SUHARTONO
Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan bunga knop
(Gomphrena globosa L.) telah lama digunakan secara tradisional untuk mencegah
atau mengobati berbagai macam penyakit. Daun kumis biasa digunakan untuk
mencegah infeksi kandung kemih, kencing batu, infeksi saluran kemih dan
mengobati diabetes melitus, rematik, dan asam urat. Bunga knop biasa digunakan
untuk mengobati sesak napas karena asma, batuk rejan, radang saluran napas,
disentri dan sakit panas. Walaupun demikian, belum ada informasi ilmiah
mengenai keamanan kedua produk ini untuk dikonsumsi. Tujuan dari penelitian
ini adalah menentukan metode pengeringan terbaik untuk membuat bubuk daun
kumis kucing dan bunga knop dan untuk menguji pengaruh ekstrak kedua produk
ini terhadap proliferasi sel limfosit manusia. Metode pengeringan terbaik untuk
kumis kucing adalah pengeringan dengan sinar matahari, ditunjukkan oleh nilai
rataan konsentrasi total fenol sebesar 123.434 + 12.159 mg fenolik/g berat kering
yang lebih tinggi dari pada nilai rataan total fenol pada pengeringan dengan oven
sebesar 16.918 + 0.174 mg fenolik/g berat kering dan oleh nilai rataan aktivitas
antioksidan yang dinyatakan sebagai Trolox Equivalent Antioxidant Capacity
(TEAC) sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat kering dan 470.441 + 61.670
mM/g berat kering. Metode pengeringan terbaik untuk bunga knop adalah
pengeringan dengan oven ditunjukkan oleh nilai rataan konsentrasi total fenolnya
3.069 + 0.168 mg fenolik/g berat kering yang lebih tinggi dari pada nilai rataan
total fenol pada pengeringan dengan sinar matahari sebesar 2.239+0.055 mg
fenolik/g berat kering dan oleh nilai rataan aktivitas antioksidannya berturut-turut
sebesar nilai TEAC 108.346+14.166 mM/g berat kering dan 56.070 + 7.085
mM/g berat kering. Pengujian keamanan ekstrak air daun kumis kucing dan
bunga knop dilakukan menggunakan sel limfosit manusia yang dikultur dengan
menambahkan ekstrak keduanya dan atau mitogen. Untuk ekstrak daun kumis
kucing peningkatan konsentrasi dari 1.203 mg/ml menjadi 2.406 mg/ml kemudian
menjadi 4.812 mg/ml meningkatkan rataan indeks stimulasi (IS) berturut-turut
sebesar 1.518 + 0.124 menjadi 1.819+0.031 kemudian menjadi 2.389+0.148.
Untuk bunga knop peningkatan konsentrasi dari 0.4115 mg/ml menjadi 0.823
mg/ml juga meningkatkan rataan IS berturut-turut sebesar 1.011+0.082 dan 1.071
+ 0.122. Sebaliknya, peningkatan konsentrasi menjadi 1.646 mg/ml kemudian
menjadi 3.292 mg/ml menghambat proliferasi sel limfosit sebesar 0.938 + 0.041
dan 0.780 + 0.142. Tampaknya bubuk daun kumis kucing tidak bersifat racun
terhadap sel limfosit, sebaliknya mempunyai aktivitas imunomodulator. Bubuk
bunga knop pada konsentrasi yang lebih tinggi tampaknya bersifat racun.
Kata kunci: daun kumis kucing, bunga knop, total fenol, aktivitas antioksidan,
proliferasi sel limfosit.
4
© Hak cipta milik Tri Hari Aquarini, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
5
KAJIAN KEAMANAN DAN AKTIVITAS
IMMUNOMODULATOR EKSTRAK
DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth)
DAN BUNGA KNOP (Gomphrena globosa L.)
TRI HARI AQUARINI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pangan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
6
Judul Tesis : Kajian Keamanan dan Aktivitas Immunomodulator Ekstrak Daun
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan Bunga Knop
(Gomphrena globosa L.)
Nama
: Tri Hari Aquarini
NIM
: P09500014
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria, M.Sc.
Ketua
Prof. Dr. Ir. Maggy T. Suhartono
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pangan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, M.S.
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Ujian : 12 Oktober 2005
Tanggal Lulus :
7
PRAKATA
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang dengan seizinnya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, yang berjudul Kajian keamanan
dan aktivitas immunomodulator ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus Benth) dan bunga knop (Gomphrena globosa L.).
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Fransiska R. Zakaria selaku ketua komisi pembimbing yang
selalu memberi semangat, motivasi dan bimbingan pada penulis dalam
melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Prof. Dr. Maggy T. Suhartono, selaku anggota komisi pembimbing yang
juga selalu memberi semangat dan bimbingan selama penelitian dan
penulisan tesis ini.
3. Ir. Didah Nur Faridah, MSi., atas segala bantuan dan bimbingannya
selama penelitian dan penulisan tesis ini.
4. Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi Jenie, MS, selaku ketua Program Studi Ilmu
Pangan.
5. Program Hibah B Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian IPB yang telah mensponsori penelitian ini.
6. Ibu Prof. Dr. Aisjah Girindra yang terus memberi semangat agar penulis
dapat menyelesaikan studinya.
7. Teman-teman di LPPOM-MUI atas segala dukungan dan doanya.
8. Laboran dan pegawai di Lab. PAU BIOTEK, Mbak Ika, Mbak Eni dan
Novi yang selalu memberi semangat dan bantuan bila ada kesulitan selama
penulis bekerja di laboratorium.
9. Teman-teman di Lab. Mikrobiologi PAU BIOTEK, Mbak Eko, Mbak
Yuyun, Emma, Dina, Siti, Agnes, Rudi, Bobby, Eni dan Darta yang selalu
berbagi ilmu dan saling mendukung.
10. Adik-adik satu penelitian Nora dan Inggrid yang selalu saling
menyemangati dan bekerja sama.
11. Teman-teman pada Program Studi Ilmu Pangan yang selalu bersedia
membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
penelitian.
12. Papa dan Mama juga Bapak (Soedibjo N.H) dan Ibu (Sumarti) atas segala
dukungan dan bantuannya.
13. Suamiku tercinta Mas Upi dan anak-anakku tersayang Mbak Ima, Mbak
Ifa, Mas Fawzan dan Adek Ira atas segala pengorbanan dan pengertiannya
selama Ibu kuliah.
14. Kakak-kakakku Mas Eko, Bu Nien, Mbak Yanti dan Aa Bagus serta adikadikku De Ida dan Joko, De Ika dan Gandjar, De Dewi, dan De Rudi dan
Fika atas segala doa dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis
ini, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bogor, Januari 2006
Tri Hari Aquarini
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 18 Februari 1969 sebagai anak
terakhir dari tiga bersaudara putra Bapak Prof. Dr. Harimurti Martojo dan Ibu
Rastini Rasjid, MSc. Penulis menempuh pendidikan SD sampai SMA di Bogor.
Tahun 1987 diterima di Institut Pertanian Bogor dan tahun 1988 diterima di
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fateta IPB. Penulis menyelesaikan studi
Sarjananya pada tahun 1992.
Sejak 1993 sampai sekarang penulis bekerja paruh waktu di Lembaga
Pengkajian Pangan dan Obat-obatan-MUI (LPPOM-MUI). Penulis telah
menikah dengan dr. Supriyadi Bektiwibowo SpA dan dikaruniai empat orang
anak, Fathimah Hanun Syifaul Jannah, Hanifah Sakinatun Khalidah, Muhammad
Khalid Fawzan ’Adziima dan Khadijah Zhafirah Nurul Ramadhani.
9
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. 11
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 13
PENDAHULUAN .............................................................................................. 14
Latar Belakang ........................................................................................... 14
Tujuan ....................................................................................................... 15
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 16
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) ........................................ 16
Bunga Knop (Gomphrena globosa L.) ....................................................... 18
Pengeringan ............................................................................................... 21
Senyawa Fenolik ........................................................................................ 23
Keamanan Pangan ..................................................................................... 25
Limfosit dan Proliferasi Sel Limfosit ......................................................... 26
Immunomodulator ...................................................................................... 29
Kultur Sel ................................................................................................... 30
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 32
Bahan dan Alat .......................................................................................... 32
Metode Penelitian ....................................................................................... 33
Pembuatan Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bubuk Bunga Knop ... 33
Metode Pengeringan Oven ....................................................... 33
Metode Pengeringan Sinar Matahari ...................................... 33
Pembuatan Ekstrak Air Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop
Segar dan Bubuk .............................................................................. 33
Analisa Total Fenol modifikasi metode Chandler dan Dodds (Shetty
et al. 1995)....................................................................................... 34
Analisa Aktivitas Antioksidan (Kubo et al. 2002) ......................... 34
Analisa Proksimat (Apriyantono et al. 1989).................................. 35
Analisa Proliferasi Limfosit ............................................................. 37
Persiapan Larutan Ekstrak Daun Kumis Kucing dan Bunga
Knop Serta Larutan Mitogen ……………………………....... 37
Persiapan Medium Kultur Sel Limfosit (Koesitoresmi 2002),
Isolasi Limfosit (Nurrahman 1999) dan Penghitungan Sel ..... 38
Kultur Limfosit ........................................................................ 40
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 42
Daun Kumis Kucing ................................................................................. 42
Metode Pengeringan ......................................................................... 42
Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan............................................. 44
Analisa Proksimat Bubuk Daun Kumis Kucing Hasil Pengeringan
Dengan Sinar Matahari ................................................................... 49
Pengujian Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap Proliferasi Sel
Limfosit Dengan Metode MTT.........................................................49
10
Bunga Knop................................................................................................ 53
Metode Pengeringan......................................................................... 53
Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan............................................ 55
Analisa Proksimat Bubuk Bunga Knop Hasil Pengeringan Dengan
Oven ................................................................................................ 59
Pengujian Ekstrak Bunga Knop Terhadap Proliferasi Sel Limfosit
Dengan Metode MTT........................................................................ 60
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 65
Simpulan ................................................................................................. 65
Saran ......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 66
LAMPIRAN ...................................................................................................... 72
11
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Mitogen-mitogen ”nonspecific” yang mengaktivasi sel limfosit manusia ... 28
2 Bahan-bahan yang ditanam ke dalam kultur sel............................................. 41
3 Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air
masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun kumis kucing segar ....... 45
4 Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam
antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air daun
kumis kucing segar ..................… .................................................................. 47
5 Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan dengan
sinar matahari .............................................................................................. 49
6 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak daun
kumis kucing dengan mitogen (Con A, LPS dan PK) dengan yang
ditambah ekstrak daun kumis kucing saja pada konsentrasi
C2 (1.203 mg/ml) ,C4 (2.406 mg/ml) dan C8 (4.812 mg/ml) ..................... 50
7 Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara ekstrak air
masing-masing perlakuan dengan ekstrak air bunga knop segar................. 54
8 Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam antara
ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air bunga knop
segar.......................................................................................................…… 57
9 Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan
oven ............................................................................................................... 59
10 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak bunga
knop dengan mitogen (Con A, LPS dan PK) dengan yang ditambah
ekstrak bunga knop saja pada konsentrasi C1 (0.4115 mg/ml),
C2 (0.8230 mg/ml), C4 (1.646 mg/ml) dan C8 (3.292 mg/ml)...................... 60
11 Perbandingan hasil penelitian ekstrak daun kumis kucing dengan bunga
knop .............................................................................................................. 64
12 Hasil analisa total fenol dan aktivitas antioksidan.......................................... 77
13 Hasil analisa MTT ekstrak bunga knop ......................................................... 77
14 Hasil analisa MTT ekstrak daun kumis kucing... .......................................... 78
15 Absorbansi untuk Trolox (mM)... ................................................................. 79
16 Absorbansi untuk asam tanat... ..................................................................... 80
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) .............................. 16
2 Tanaman bunga knop (Gomphrena globosa L.) ............................................ 19
3 Pengambilan darah secara aseptis................................................................. 39
4 Bubuk daun kumis kucing ............................................................................ 43
5 Ekstrak air bubuk daun kumis kucing........................................................... 43
6 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing perlakuan pada daun
kumis kucing ................................................................................................ 46
7
Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masing-masing perlakuan pada
daun kumis kucing ....................................................................................... 47
8 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak
daun kumis kucing saja dengan yang ditambah mitogen (Con A, LPS dan
PK ) saja dan dengan ekstrak daun kumis kucing ditambah mitogen ... 52
9 Bubuk bunga knop ........................................................................................ 54
10 Ekstrak air bubuk bunga knop.......... ........................................................... 54
11 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing perlakuan pada bunga
knop ............................................................................................................. 57
12 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masing-masing perlakuan pada
Bungaknop................................................................................................... 58
13 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah ekstrak
bunga knop saja dengan yang ditambah mitogen (Con A, LPS dan PK )
saja dan dengan ekstrak bunga knop ditambah mitogen .........................
61
14 Kurva standar Trolox .................................................................................. 79
15 Kurva standar Asam Tanat ......................................................................... 80
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Dosis dasar jumlah penggunaan daun segar dan bubuk daun kumis
kucing untuk membuat ekstrak air …..…………………………………….
72
2 Dosis dasar jumlah penggunaan bunga segar dan bubuk bunga knop
untuk membuat ekstrak air .........……………………………………………
73
3 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kumis Kucing .................. 74
4 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Bunga Knop ................................ 75
5 Penentuan konsentrasi larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed) ........... 76
6 Master tabel data penelitian ......................................................................... 77
7 Tabel absorbansi dan kurva standar trolox .................................................... 79
8 Tabel absorbansi dan kurva standar asam tanat............................................. 80
9 Daftar singkatan ............................................................................................ 81
10 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air daun kumis
Kucing ..................................................................................................….... . 82
11 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air daun kumis
Kucing .......................................................................................................... 84
12 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak daun kumis kucing .... 86
13 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air bunga knop .....… . 90
14 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air bunga knop.... 92
15 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak bunga knop ........….. 94
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan semboyan kembali ke alam, akhir-akhir ini minat
masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alami semakin meningkat. Hal ini
terbukti dengan semakin banyaknya industri-industri baik industri kecil maupun
besar yang menggunakan tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia.
Kenyataan ini mendorong dilakukannya penelitian-penelitian tentang tumbuhantumbuhan yang secara tradisional sering digunakan untuk mencegah atau
mengobati berbagai penyakit.
Di hutan tropik Indonesia terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan
berbunga. Dari jumlah tersebut, diperkirakan tidak kurang dari 9.606 spesies
diketahui berkhasiat obat (Mahendra dan Fauzi 2005), diantaranya kumis kucing
dan bunga knop (Dalimartha 2000). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat
biasa mengkonsumsi kumis kucing dan bunga knop dalam bentuk air rebusan.
Kumis kucing secara tradisional biasa digunakan untuk mencegah infeksi
kandung kemih, kencing batu, infeksi saluran kemih dan mengobati diabetes
melitus, rematik, batu kemih, batu ginjal dan asam urat (Mahendra dan Fauzi
2005). Bunga knop secara tradisional biasa digunakan untuk mengobati sesak
napas karena asma, batuk rejan (pertusis), radang saluran napas, radang mata,
sakit kepala, disentri dan sakit panas (Dalimartha 2000).
Daun kumis kucing dan bunga knop segar mempunyai kandungan air yang
tinggi, sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu dilakukan pengawetan terhadap kedua
komoditas ini yaitu dalam bentuk bubuk.
Penelitian perlu dilakukan untuk
membuat bubuk dengan metode terbaik, sehingga komponen-komponen penting
yang terkandung di dalam daun kumis kucing dan bunga knop tidak banyak yang
hilang.
Produk dalam bentuk bubuk ini dapat dikembangkan sebagai suatu produk
minuman seduhan, sehingga dapat memberi nilai tambah terhadap daun kumis
kucing dan bunga knop.
Mengingat berbagai fungsinya secara tradisional,
15
minuman seduhan kedua komoditas tersebut dapat dijadikan sebagai minuman
fungsional.
Sebelum dapat dikonsumsi secara aman, minuman seduhan daun kumis
kucing dan bunga knop terlebih dahulu harus diuji keamanannya ddan fungsi
biologis lainnya. Untuk itu perlu diketahui dosis yang aman untuk dikonsumsi
sehari-hari dengan cara pengujian secara in vitro terhadap proliferasi sel limfosit
manusia. Penggunaan sel limfosit manusia adalah karena limfosit merupakan sel
yang sangat rentan terhadap bahan kimia, sehingga pengujian dengan limfosit ini
dapat memberikan hasil yang akurat dan sensitif. Di samping itu, penggunaan sel
limfosit dapat menggambarkan adanya aktifitas immunomodulator, yaitu memacu
atau menekan respon imun (Pranoto 2003 ; Wahyuni 2004 ; Lin et al. 2005).
Penelitian-penelitian yang menggunakan sel limfosit untuk pengujian keamanan
pangan antara lain cincau hijau (Zakaria dan Prangdimurti 2001 ; Koesitoresmi
2002), jahe (Tejasari et al. 2000 ; Nurrahman 1998) dan makanan jajanan (Zakaria
et al. 1997).
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah 1) memilih metode pengeringan terbaik untuk
membuat bubuk seduhan daun kumis kucing dan bunga knop 2) menentukan
dosis yang aman dari kedua komoditas tersebut dengan pengujian secara in vitro
terhadap proliferasi sel limfosit manusia 3) Menunjukkan adanya aktivitas
immunomodulator dari kedua komoditas tersebut.
16
TINJAUAN PUSTAKA
Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) diduga berasal dari
daerah Afrika tropik, kemudian menyebar ke wilayah Georgia (Kaukasus), Kuba,
Asia dan Australia Tropik. Penyebarannya di Indonesia, yaitu di Jawa sejak 1928,
India, Malaysia, Vietnam dan Thailand (de Padua et al. 1999).
Gambar 1 Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)
Menurut Dalimartha (2000) kumis kucing tersebar di Sumatera dengan
nama daerah kumis kucing (bahasa Melayu), di Jawa dengan nama daerah kumis
kucing (bahasa Sunda) atau remujung (bahasa Jawa) dan soengoet koceng (bahasa
Madura). Sentra produksi kumis kucing yaitu Jawa Tengah (Ambarawa, Kopeng
dan Blora), Jawa Barat (Sukabumi dan Bogor), Jawa Timur, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Aceh dan Sulawesi Utara (Mahendra dan Fauzi 2005).
Berdasarkan ilmu taksonomi (Mahendra dan Fauzi 2005) tata nama kumis
kucing adalah sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Sympetalae
17
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Labitae (Laminaceae)
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon stamineus Benth
Tanaman kumis kucing berakar tunggang, termasuk tanaman tahunan,
tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 100-150 cm. Batang berbentuk persegi
empat agak beralur, bercabang-cabang, berambut pendek atau gundul, berwarna
hijau atau keunguan dan berdiameter sekitar 1.5 cm. Daun berbentuk bulat telur,
lonjong, lanset atau belah ketupat dengan permukaan berbintik-bintik dan licin
karena adanya kelenjar dalam jumlah banyak dan berwarna hijau keunguan.
Panjang daun sekitar 10 cm dan lebar 3-5 cm (Mahendra dan Fauzi 2000). Bunga
majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungu pucat
atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah berupa buah kotak,
bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat. Biji kecil,
masih muda berwarna hijau, setelah tua berwana hitam Kumis kucing biasa
tumbuh liar di sepanjang anak sungai dan selokan atau ditanam di pekarangan
sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 700 m diatas permukaan laut (Dalimartha 2000).
Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) serta Dalimartha (2000), kumis kucing
mengandung banyak komponen bioaktif seperti orthosiphon glikosida, tanin,
minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium (0.6-3.5%) ,
myoinositol dan sinensetin. Berdasarkan hasil penelitian Olah et al. (2003),
kumis kucing mengandung polifenol yaitu polymethoxylated flavonoid dan
turunan caffeic acid. Identifikasi lebih lanjut menunjukkan adanya kandungan
caffeic acid, cichoric acid, rosmarinic acid, sinensetin dan eupatorine. Loon et
al. (2005) melakukan penentuan tiga jenis flavonoid dari kumis kucing di dalam
plasma mencit dengan metode HPLC dan deteksi dengan sinar ultraviolet.
Ketiga jenis flavonoid tersebut adalah sinensetin, eupatorin dan 3’-hydroxy5,6,7,4’tetramethoxyflavone.
Kumis kucing rasanya manis sedikit pahit dan
sifatnya sejuk. Penelitian yang dilakukan terhadap efek yang ditimbulkan setelah
seorang responden yang sehat meminum teh kumis kucing adalah dapat mencegah
18
asam urat dan terbentuknya batu yang mengandung asam urat dalam kandung
kemih.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya alkalinitas urin (Nirdnoy dan
Muangman 1991).
Hasil penelitian Isparyanto (1999)
menunjukkan bahwa
pemberian infus daun kumis kucing berdosis 12.85 g/kg bobot badan selama 7
hari dapat menurunkan asam urat darah tikus dengan efek yang sama dengan
pemberian obat kimia Alopurinol 42.85 mg/kg bobot badan.
Efek diuretik dari ekstrak air kumis kucing pada mencit menunjukkan
adanya peningkatan pengeluaran urin (Casadebaig-Lafon et al. 1989; Beaux et al.
1999) .
Kandungan Natrium dalam urin mencit juga meningkat dengan
pemberian ekstrak air kumis kucing (Beaux et al. 1999). Berdasarkan penelitian
Sari (1985) efek maksimal terhadap sifat diuretikum dari rata-rata 1 ml infus
dengan kandungan 5%, 10% dan 20% daun kumis kucing berturut-turut adalah
275.22%, 376.64% dan 646.12%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kumis kucing mengandung Kalium yang berfungsi sebagai pelarut batu ginjal dan
batu saluran kemih. Dibandingkan dengan batangnya potensi diuretikum daun
kumis kucing lebih baik. Volume urin rata-rata kelinci yang diberi infus daun
kumis kucing sebesar 27.0 ml sedangkan volume urin rata-rata kelinci yang
diberi infus batang sebesar 22.4 ml (Garnadi 1998).
Daun kumis kucing juga dapat berfungsi sebagai anti bakteri.
Hasil
penelitian Sofiani (2003) menunjukkan adanya sifat anti bakteri dari ektrak daun
kumis kucing terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Eschericia coli
dengan daya penghambatan yang berbeda. Sinensetin yang terkandung di dalam
daun kumis kucing juga menghambat relatif besar
terhadap Staphylococcus
epidermidis. Tanaman ini yang biasa digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tanamannya, baik segar maupun sudah dikeringkan (Anonim 2005).
Bunga Knop (Gomphrena globosa L.)
Bunga knop (Gomphrena globosa L.) berasal dari Amerika (Dalimartha
2000 ; Anonim 2005) dan Asia (Anonim 2005).
Tanaman ini tumbuh liar di
ladang yang cukup mendapat sinar matahari dan dapat ditemukan pada ketinggian
1- 1.300 m di atas permukaan laut (Dalimartha 2000).
19
Gambar 2 Tanaman bunga knop (Gomphrena globosa L.)
Di Indonesia, bunga knop tersebar di Sumatera dengan nama daerah bunga
knop, kembang puter dan ratnapakaja. Nama daerahnya di Jawa adalah adasadasan, kembang gundul dan bunga kancing
Selain itu dikenal pula di Bali
dengan nama daerah ratna serta di Gorontalo dengan nama daerah taimantulu
(Dalimartha 2000).
Berdasarkan ilmu taksonomi (Anonim 2000), tata nama bunga knop adalah
sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Caryophyllales
Suku
: Amaranthaceae
Marga
: Gomphrena
Jenis
: Gomphrena globosa L.
Tanaman ini berupa perdu dengan batang hijau kemerahan, berambut dan
bercabang-cabang serta tinggi mencapai 60 cm (Anonim 2005). Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang. Helaian daun bentuknya bulat
20
telur sungsang sampai memanjang, ujung meruncing, tepi rata, berwarna hijau,
berambut kasar berwarna putih di permukaan atas dan berambut halus di
permukaan bawah.
(Dalimartha 2000).
Bunga bentuk bonggol seperti bola,
berwarna merah tua keunguan, putih (Anonim 2005) atau merah muda
(Dalimartha 2000). Bijinya banyak dengan ukuran kecil-kecil panjang (Anonim
2005), sedang buahnya buah kotak berbentuk segi tiga terbungkus oleh lapisan
tipis berwarna putih, berbiji satu (Dalimartha 2000).
Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) serta Dalimartha (2000), bunga knop
mengandung gomphrenin I, II, III, V dan VI, amaranthin, minyak atsiri, saponin
dan flavon.
Menurut Cai et al (2001), bunga knop banyak mengandung
komponen pigmen alami yaitu dari kelompok betasianin sebesar 1.3 mg/g sampel
segar.
Betasianin ini terdiri dari komponen gomphrenin I (betanidin 6-0-â-
glukosida) sebesar 16.9%,
isogomphrenin I (isobetanidin 6-0-â-glukosida)
sebesar 8.8%, gomphrenin II (betanidin 6-0-(6’ -0-E-4-coumarooyl)-â-glukosida)
sebesar 11.1%, isogomphrenin II (isobetanidin 6-0-(6’ -0-E-4-coumarooyl)-âglukosida) sebesar 3.5%, gomphrenin III (betanidin 6-0-(6’ -0-E-4-feruroyl)-âglukosida) sebesar 40.8% dan isogomphrenin III (isobetanidin 6-0-(6’ -0-E-4feruroyl)-â-glukosida).
Menurut Cai et al (2001), betasianin merah yang terdiri
dari betanin dan amaranthin bersifat tahan terhadap panas dalam sistem buffer,
tetapi bersifat tidak stabil pada suhu di atas 40oC dan bersifat lebih stabil pada
suhu 40oC tanpa adanya udara dan sinar.
Penelitian yang dilakukan terhadap Amaranthus spinosus L., yaitu tanaman
yang biasa digunakan sebagai obat di Afrika menunjukkan adanya kandungan
betalain utama yang diidentifikasi sebagai amaranthin dan isoamaranthin. Selain
itu tanaman ini juga mengandung hidroksisinamat, quersetin dan kaempferol
glikosida yang semuanya merupakan senyawa fenolik (Stintzing et al. 2004).
Warna bunga dan buah tanaman dari famili Caryophyllales berasal dari betalain
yang berwarna merah-ungu untuk betasianin dan kuning untuk betaxanthin,
keduanya menggantikan anthosianin. Betalain biasa digunakan sebagai pewarna
makanan dan mempunyai sifat antioksidan yang dapat mencegah stress oksidatif
(Strack et al. 2003).
Pengujian terhadap kandungan polifenol Amaranthus sp.
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Amaranthus sp. dengan konsentrasi
21
polifenol sampai dengan 0.2 µg/ml dapat meningkatkan perlindungan terhadap
stress oksidatif oleh H2O2 yang menginduksi kerusakan DNA dari limfosit
(Kapiszewska et al. 2005).
Aurone I (E) -3’ –O - ß- D- glucopyranosy l-4,5, 6,4’ - tetrahydroxy -7,2’ dimethoxyaurone dan dua senyawa lain yaitu aurantiamide acetate dan tiliroside
diisolasi dari ekstrak etanol Gomphrena agretis.
Evaluasi terhadap aktivitas
biologis ekstrak etanol Gomphrena agretis dan ketiga senyawa di atas
menunjukkan adanya penghambatan terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa (Ferreira et al.
2004).
Ekstrak petroleum eter dari Gomphrena martiana dan Gompohrena
boliviana yang kemudian difraksinasi menghasilkan lima jenis 5,6,7-trisubstituted
flavon.
Pengujian secara terpisah terhadap hasil fraksinasi ini menunjukkan
aktivitas antimikrobial yang tinggi terhadap M. Phlei dengan minimum inhibitory
concentration (MIC) 15, 20 dan 75 µ/ml, mendekati hasil yang didapat dengan
bakterisida komersial (Pomilio et al. 1992).
Kultur sel dari sel endotel tali pusat manusia (HUVEC) yang diberi ekstrak
Amaranthus sp. menunjukkan tidak dihasilkannya IL-1 sebagai proinflamatory
sitokin yang menginduksi aktivasi AP-1. Mekanisme aktivitas penghambatan ini
belum jelas, tetapi kemungkinan kandungan polifenol dari tanaman merupakan
salah satu mediatornya (Stalinska et al. 2005).
Bunga knop rasanya manis, sifatnya netral dan biasa digunakan sebagai obat
batuk, obat sesak, obat astma, obat bronkhitis kronis, peluruh dahak, panas pada
anak, disentri dan penambah nafsu makan. Tanaman ini yang biasa digunakan
adalah bunga atau seluruh bagian tanamannya
baik segar maupun sudah
dikeringkan (Anonim 2005).
Pengeringan
Pengeringan bahan-bahan pertanian seperti sayuran dan buah-buahan adalah
suatu cara untuk mengawetkan bahan-bahan pertanian (Imre 1995).
Produk
pertanian yang sudah dikeringkan berkurang kadar air dan kelembabannya,
sehingga tidak memberi kesempatan pada mikroorganisme seperti bakteri dan
22
kapang untuk hidup (Sokhansanj dan Jayas 1999; Jayaraman dan Das Gupta
1995).
Menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pengeringan adalah bentuk dari bahan mentah dan sifatsifatnya, karakteristik dan bentuk fisik yang diinginkan untuk produk akhirnya
dan biaya operasional. Tiga cara yang biasa digunakan untuk mengeringkan
buah-buahan dan sayur-sayuran adalah pengeringan dengan sinar matahari,
pengeringan atmosfirik baik secara batch (tower atau cabinet dryers) atau
kontinyu (tunnel, belt, Spray atau pemanasan dengan microwave) serta dehidrasi
subatmosfir (vacuum shelf belt dan freeze dryer).
Perubahan warna, aroma dan penampakan terjadi pada produk yang
dikeringkan. Pengeringan dapat pula meningkatkan kualitas dan nilai nutrisi suatu
produk pangan dan pakan, seperti rasa yang lebih enak dan daya cerna serta
perubahan metabolik yang meningkat (Sokhansanj dan Jayas 1995).
Selama
pengeringan terjadi degradasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun
seperti klorofil yang memberi warna hijau pada daun.
Degradasi klorofil
tergantung pada ph, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya (Jayaraman dan Das
Gupta 1995).
Pengeringan dengan sinar matahari adalah suatu metode pengeringan
tradisional yang telah berabad-abad dilakukan. Pengeringan ini dilakukan pada
waktu matahari bersinar dengan suhu produk sewaktu dikeringkan berkisar antara
5-15oC di atas suhu ambient (Sokhansanj dan Jayas 1999).
Masalah yang
mungkin timbul pada pengeringan dengan sinar matahari antara lain adalah
terjadinya hujan atau mendung, kontaminasi oleh debu, serangga, burung dan
binatang lainnya, kurangnya pengawasan sehinga terjadi pengeringan melewati
batas dan kemungkinan terjadi pembusukan baik secara kimiawi, enzimatis atau
mikrobiologis karena waktu pengeringan yang lama (Jayaraman dan Das Gupta
1995).
Selain itu dapat terjadi penurunan mutu selama penyimpanan karena
terjadi ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995). Menurut Mahendra dan Fauzi
(2005) pengeringan daun kumis kucing dengan sinar matahari dilakukan selama
2-3 hari (bila matahari bersinar penuh) dan dapat pula dilakukan dengan
menggunakan oven yang dapat diatur suhunya sebesar 60oC selama 3 – 6 jam.
23
Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik dalam bahan pangan meliputi asam-asam fenolik, polimer
fenolik yang dikenal sebagai tanin dan flavonoid. Asam-asam fenolik terdiri dari
kelompok asam hidroksibenzoat dan asam hidroksisinamat. Senyawa polimer
fenolik adalah senyawa dengan berat molekul tinggi seperti tanin.
Flavonoid
adalah kelompok fenolik terbanyak yang terkandung dalam tanaman dan biasanya
ditemukan dalam bentuk glikosida.
Fenol adalah antioksidan terbanyak dalam tumbuhan yang berperan sebagai
antioksidan pemutus rantai. Hal ini disebabkan oleh adanya gugus –OH yang
menghalangi senyawa radikal yang reaktif seperti radikal peroksil (RO2’)
-OH + RO2’
R-O’ + ROOH
Hasil reaksi di atas menghasilkan radikal fenoksil yaitu R-O’ yang cenderung
mempunyai sifat kurang reaktif karena terjadi delokalisasi elektron ke cincin
aromatik. Hal ini menyebabkan radikal reaktif RO2’ berkurang kereaktifannya.
Fenol kadangkala mempunyai mekanisme reaksi antioksidan tambahan seperti
reaksi mengkelat ion logam transisi (Halliwell 2002). Penelitian yang dilakukan
Cai et al. (2004) terhadap 112 tanaman yang biasa digunakan dalam pengobatan
kanker secara tradisional di Cina menunjukkan adanya hubungan yang positif dan
berbanding lurus antara aktivitas antioksidan dengan kandungan total fenolik
dalam tanaman-tanaman tersebut. Nilai TEAC tanaman-tanaman tersebut berkisar
antara 46.7 sampai 17,323 µM dan GAE sebesar 0.22 sampai 50.3 g GAE/100g
berat kering. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa- senyawa fenolik merupakan
senyawa antioksidan yang dominan dalam tanaman-tanaman tersebut. Senyawasenyawa fenolik utama yang terkandung di dalam tanaman-tanaman tersebut
yang telah diidentifikasi dan dianalisa adalah asam-asam fenolik, flavonoid, tanin,
coumarin, lignan, quinon, stilbene dan curcuminoid. Tanaman-tanaman tersebut
dengan demikian kemungkinan merupakan sumber potensial antioksidan alami
dan kemopreventif untuk mencegah kanker.
Penelitian yang dilakukan terhadap aktivitas antioksidan pigmen betalain
dari
beberapa
tanaman
yang
termasuk
famili
Amaranthaceae
dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryhydrazyl) yang dimodifikasi
menunjukkan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi untuk semua tanaman yang
24
diteliti. Betasianin tipe gomphrenin (rata-rata = 3.7 µM) dan betaxanthin (ratarata = 4.2 µM) menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi, 3-4 kali lebih tinggi
dari asam askorbat (13.9 µM) dan lebih tinggi dari rutin (6.1 ì M) dan catechin
(7.2 µM).
Penelitian ini juga mempelajari hubungan antara struktur kimia
dengan aktivitas antioksidan betalain.
Aktivitas antioksidan dari betalain
biasanya meningkat dengan meningkatnya jumlah gugus hidroksil/imino dan juga
tergantung dari posisi gugus hidroksil dan glikosilasi dari aglikon dalam
molekulnya (Cai et al. 2003). Aktivitas radical scavenging beberapa senyawa
terhadap DPPH memberikan hasil sebagai berikut aktivitas asam kafeat > asam
sinapat > asam ferulat > ester asam ferulat > asam p-kumarat (Kwon et al. 2003).
Aktivitas antioksidan biasanya meningkat dengan adanya peningkatan jumlah
gugus hidroksil dan menurun dengan adanya glikosilasi (Fukumoto dan Mazza
2000). Penelitian yang dilakukan dengan membandingkan tiga metode yaitu
metode DPPH, static headspace gas chromatography (HS-GC) dan beta-carotene
bleaching test (BCBT)
untuk menentukan aktivitas antioksidan menunjukkan
bahwa metode DPPH paling cocok digunakan uintuk menentukan aktivitas
antioksidan karena dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan tidak tergantung
pada kepolaran sampel (Koleva et al. 2002).
Flavonoid bukan hanya dapat dianggap sebagai antioksidan, karena pada
kondisi reaksi tertentu dapat pula menunjukkan aktivitas prooksidan. Sifat yang
tidak diinginkan ini dapat dijadikan penjelasan terhadap toksisitas dari beberapa
flavonoid secara in-vivo (Kessler et al. 2003). Penelitian Kang et al. (2003)
terhadap ekstrak heksan, etilasetat, n-butanol dan air dari 10 herbal yang biasa
digunakan sebagai obat di Korea menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
ekstrak dengan pelarut yang bersifat lebih polar (n-butanol dan air) relatif lebih
tinggi dari aktivitas antioksidan ekstrak dengan pelarut bersifat non-polar (heksan
dan etil asetat).
Penggunaan asam tanat sebagai standar untuk memenentukan total fenol
menggunakan metode Folin-Ciocalteau berdasarkan reaksi reduksi asam
fosfomolibdat oleh fenol dalam larutan alkali. Metode ini menentukan total
gugus fenolik bebas dengan demikian juga menentukan total fenolik terlarut.
Kelemahan metode ini adalah tidak dapat membedakan antara tanin dan fenolik
25
lain yang bukan tanin. Senyawa seperti asam askorbat, tirosin dan mungkin juga
glukosa ikut terukur (Waterman dan Mole 1994).
Keamanan Pangan
Keamanan
pangan adalah suatu kebijakan yang menentukan keamanan
suatu bahan pangan untuk dapat dikonsumsi. Suatu bahan pangan diminimalkan
resikonya yang dapat menyebabkan sesuatu yang mambahayakan bagi kesehatan,
karena tidak ada bahan pangan yang 100% bebas dari kontaminan (Finley dan
Robinson 1992).
Untuk mengevaluasi resiko atau keamanan dari suatu bahan pangan atau
bahan yang digunakan sebagai komposisi dalam bahan pangan yang baru, maka
perlu dilakukan penentuan tipe bahaya potensial yang dapat ditimbulkan oleh
bahan tersebut.
Sebagai contoh, untuk suatu bahan yang merupakan komposisi
dalam suatu bahan pangan harus ditentukan bahaya potensial baik yang bersifat
kimiawi maupun biologis yang berhubungan dengan bahan tersebut. Bila ada
bahaya yang dikandung suatu bahan, perlu ditentukan konsentrasi dimana bahan
tersebut dapat bersifat toksik.
Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah
pengaruh bahan tersebut terhadap nilai nutrisi bahan pangan dan pengaruhnya
terhadap penyerapan nutrien-nutrien lainnya (Finley dan Robinson 1992).
Bahan pangan yang aman tidak dapat mengesampingkan adanya toksikan
alami baik yang terkandung secara alami dalam bahan maupun yang diinduksi
karena adanya bahan-bahan lainnya.
Makrokomponen di dalam suatu bahan
pangan terutama lemak dan protein serta komponen-komponen anti kanker dan
penghambat kanker yang banyak terdapat dalam bahan pangan tampaknya
berinteraksi dengan komponen-komponen bahan pangan lainnya yang dapat
memodulasi resiko kanker. Komponen-komponen yang secara alami terkandung
dalam bahan pangan pada konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas anti kanker,
tetapi pada konsentrasi yang lebih tinggi menjadi bersifat toksik dan seringkali
batas antara konsentrasi yang menguntungkan dan yang toksik sangat kecil
(Shank dan Carson 1992).
Penentuan dosis merupakan suatu hal yang kritis untuk menguji senyawasenyawa yang bersifat immunomodulator. Dosis tinggi yang dapat menyebabkan
26
toksisitas atau menurunnya berat badan harus dicegah, sebaliknya dosis terlalu
rendah yang menyebabkan stress dan malnutrisi sehingga memodulasi fungsi
imun tertentu juga harus dicegah (Dean et al. 1989).
Penelitian untuk mengetahui efek immunomodulator suatu komponen
dapat dilakukan dengan menggunakan limfosit darah tepi manusia. Limfosit ini
diisolasi kemudian diinkubasikan secara in vitro dalam kultur yang telah banyak
digunakan untuk menguji fungsi immun.
Komponen yang akan diuji efek
immunomodulatornya kemudian ditambahkan ke dalam kultur ini (Dean et al.
1989).
Hasil penelitian Duthil et al. (2003) menunjukkan bahwa beberapa
polifenol dapat bersifat toksik dan mutagenik di dalam suatu sistem kultur sel
tertentu.
Limfosit dan Proliferasi Sel Limfosit
Sistem yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari unsur-unsur patogen
disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari komponen genetik, molekuler dan
seluler yang berinteraksi secara luas dalam merespon antigen endogenus dan
eksogenus. Salah satu jenis sel yang berfungsi dalam merespon antigen adalah sel
darah putih (Baratawidjaja 2000).
Leukosit atau sel darah putih merupakan salah
satu bagian dalam sistem imun yang ukurannya lebih besar dari eritrosit dan bebas
bergerak (Roitt 1991). Menurut Baratawidjaja (2000) leukosit terdiri dari 75% sel
granulosit dan 25% sel agranulosit yang terbentuk di dalam sumsum tulang.
Granulosit terdiri dari sel limfosit dan monosit sedang agranulosit terdiri dari
basofil, neutrofil dan eusinofil (Roitt 1991).
Limfosit adalah kunci pengatur sistem imun dan merupakan 20% dari semua
leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa. Sel limfosit dibentuk dalam kelenjar
timus dan sumsum tulang, merupakan sel nongranulosit berukuran kecil,
berbentuk bulat dengan diameter 7 – 15 µm. Sel limfosit selain dalam darah
terdapat pula paada organ limfoid seperti limpa, kelenjar limfe dan
timus
(Baratawidjaja 2000).
Sel limfosit terdiri atas sel T dan sel B. Sel T yang dibentuk di dalam
sumsum tulang, tetapi berproliferasi dan berdiferensiasi di dalam kelenjar timus
berperan dalam sistem imun spesifik seluler untuk pertahanan terhadap bakteri
27
yang hidup intraseluler, virus, jamur parasit dan kanker (Baratawidjaja 2000).
Sel T merupakan 65-80% dari jumlah sel limfosit yang ada di dalam sirkulasi
darah (Kresno 1991). Sel T terdiri dari tiga populasi utama yaitu sel Thelper (Th),
sel Tsupressor (Ts) dan Tcytotoxic (Tc). Masing-masing populasi sel T
mengekspresikan pertanda permukaan atau Cluster Determinant (CD) berupa
molekul glikoprotein yang berbeda-beda. Subset Th ditandai oleh glikoprotein
CD4, sel Tc oleh glikoprotein CD8, sedangkan semua subset sel T ditandai oleh
molekul CD3. Sel Th membantu sel B dalam memproduksi antibodi, sel Ts
menekan pembentukan antibodi dan sel Tc berfungsi menghancurkan sasaran
(Roitt 1991). Sel T berproliferasi menjadi sel T memori dan berbagai sel efektor
yang mensekresi berbagai limfokin. Limfokin ini dapat mengaktivasi sel B, sel
Tc, sel NK (Natural Killer) dan sel lain yang terlibat dalam respon imun (Roitt
1991).
Sel B yang berasal dari sel asal multipoten berperan dalam sistem imun
spesifik humoral. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, maka sel tesebut akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat menghasilkan
antibodi.
Antibodi inilah yang mempunyai fungsi utama
melawan infeksi
ektraseluler virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Baratawidjaja 2000).
Sel B merupakan 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi darah (Kresno 1991).
Proliferasi sel limfosit dapat distimulasi oleh bahan-bahan alamiah yang
disebut mitogen. Glikoprotein (lectin) asal tanaman yaitu concanavalin A (Con A)
dan phytohemaglutinin (PHA) merupakan mitogen poten untuk sel T dan berguna
untuk identifikasi dan mempelajari fungsi sel tersebut. Lipopolisakarida (LPS)
yang diperoleh dari dinding sel bakteri gram-negatif mempunyai efek mitogen
terhadap sel B sedangkan pokeweed merupakan mitogen baik untuk sel B maupun
sel T (Baratawidjaja 2000). Macam-macam mitogen yang biasa digunakan untuk
menentukan fungsi limfosit manusia dapat dilihat pada Tabel 1.
Sebanyak 50-60% limfosit T mampu memberikan respon terhadap stimulasi
dengan mitogen misalnya Phytohemaglutinin (PHA) dan concanavalin A (Con A).
Respon terhadap mitogen dianggap menyerupai respon terhadap antigen, sehingga
uji
transformasi limfosit
dengan
rangsangan
mitogen
banyak
dipakai
28
untuk menguji fungsi limfosit. Stimulasi limfosit dengan antigen atau mitogen
menimbulkan berbagai reaksi biokimia di dalam sel, diantaranya fosforilasi
nukleoprotein, pembentukan DNA dan RNA serta peningkatan metabolisme
Tabel 1. Mitogen-mitogen ”nonspecific” yang mengaktivasi sel limfosit manusia
Mitogen
Singkatan
Phytohemaglutinin
Concanavalin A
PHA
Sumber biologis
Phaseolus vulgaris
Con A
Canavalia ensiformis
Antilympcyte globulin
ALG
Heterologous antisera
Staphylococcus protein A
SpA
S aureus
PWM
Phytolacca americana
Pokeweed mitogen
Stites (1991)
Spesifisitas relatif
sel T
sel T (subset yang
berbeda dengan PHA)
sel T dan sel B
sel B
sel T-independent
sel B
sel T-independent
lemak dan lain-lain. Secara morfologik perubahan tersebut tampak menyerupai
sel blast yaitu sel bersitoplasma biru dengan zone perinuklear yang terang, berinti
besar dan beranak inti. Sel ini pada umumnya dapat dibedakan dengan limfosit
yang tidak terangsang, namun kadang-kadang sulit membedakan sel yang
terangsang dengan limfosit besar, sehingga penilaian morfologik kadang-kadang
meragukan.
Puncak respon limfosit normal terjadi pada hari ketiga setelah
rangsangan. Limfosit B juga dapat memberi respon terhadap rangsangan mitogen,
tetapi puncak respon limfosit B biasanya terjadi lebih lambat yaitu pada hari
kelima atau keenam
(Kresno 1991).
Fungsi sel imun ditentukan oleh
keseimbangan oksidan-antioksidan terutama untuk memelihara integritas dan
fungsi lipida
membran, protein selular dan asam-asam nukleat serta untuk
pengaturan signal transduksi dan ekspresi gen di dalam sel-sel imun (Wu dan
Meydani 1998).
Tejasari (2000) melakukan pengujian efek komponen oleoresin jahe
terhadap respon proliferatif limfosit (sel B dan T). Pada kondisi tanpa stress
oksidatif penambahan senyawa oleoresin dengan konsentrasi 50 µg/ml
meningkatkan proliferasi sel B tertingi sebesar 456%, sedangkan penambahan
senyawa gingerol dengan konsentrasi 150 µg/ml secara nyata meningkatkan
proliferasi sel T sebesar 39%.
29
Pengaruh aktivitas ekstrak tanaman cincau hijau terhadap proliferasi sel
limfosit manusia menunjukkan adanya proliferasi sel limfosit yang ditunjukkan
oleh nilai indeks stimulasi.
Penambahan ekstrak air akar heksan daun kultur
dengan konsentrasi 0.13655 mg/ml memberikan nilai indeks stimulasi sebesar
1.03, sedangkan penambahan ekstrak heksan akar dengan konsentrasi 0.08683
mg/ml dan sebesar 0.34732 mg/ml memberikan indeks stimulasi berturut-turut
sebesar 1.31 dan 1.06 (Pandoyo 2000).
Immunomodulator
Immunonodulator adalah senyawa-senyawa yang secara langsung merubah
fungsi imun spesifik atau memberikan efek baik positif maupun negatif terhadap
aktivitas sistem imun (Jaffe dan Sherwin 1991). Menurut Baratawidjaja (2000)
Immunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui
immunostimulasi dan immunosupresi.
immunorestorasi,
Immunorestorasi dan immunostimulasi
disebut immunopotensiasi atau up regulation, sedangkan immunosupresi disebut
juga down regulation.
Penggunaan immunomodulator yang memberikan efek positif (stimulasi)
terhadap aktivitas sistem imun diantaranya adalah untuk mengobati defisiensi
imun seperti pada pengobatan penderita AIDS, sedangkan yang memberikan efek
negatif (menekan) terhadap fungsi imun yang normal atau berlebihan seperti pada
pengobatan penyakit autoimun (Jaffe dan Sherwin 1991).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
suatu
komponen
bersifat
immunomodulator antara lain adalah dosis, cara dan waktu pemberian. Bentuk
dan lokasi terjadinya mekanisme immunomodulasi juga berperan terhadap sifat
immunomodulator suatu komponen (Tzianabos 2000).
Pengujian ekstrak air dari Amaranthus sp. terhadap sel splenosit dari mencit
BALB/c menunjukkan kemampuan ekstrak ini untuk menstimulasi proliferasi sel
splenosit. Sel B yang diisolasi dapat distimulasi juga oleh ekstrak ini. Pemurnian
ekstrak air dari Amaranthus sp menghasilkan protein (GF1) dengan berat molekul
313kDa. GF1 mempunyai aktivitas immunomodulator 309 kali ekstrak air yang
belum dimurnikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air
Amaranthus sp. mempunyai aktivitas immunomodulator dengan secara langsung
30
menstimulasi aktivitas proliferasi sel B dan proliferasi subset sel T secara in vitro
(Lin et al. 2005).
Penelitian terhadap aktivitas immunomodulator dari suatu
polisakarida tertentu menunjukkan adanya pengaruh terhadap respon imun selama
proses penyembuhan penyakit infeksi. Polimer-polimer ini dapat mempengaruhi
imunitas spesifik dan non spesifik melalui interaksinya dengan sel T, monosit,
makrofag dan limfosit polimorfonuklear (Tzianabos 2000).
Penelitian mengenai aktivitas immunomodulator dari ekstrak akar Echinacea
spp. menunjukkan bahwa ekstrak Echinacea spp. dapat menstimulasi proliferasi
sel mononuklear darah tepi manusia, tetapi aktivitas immunomodulator ini dapat
berubah bila sebelumnya Echinacea spp. ini disimpan pada 40C selama 4 hari.
(Senchina et al. 2005).
Kultur Sel
Kultur sel adalah suatu teknik untuk memelihara atau mengembangbiakkan
sel di luar tubuh (in vitro). Tujuan dari pemeliharaan sel atau jaringan ini adalah
untuk mempelajari sifat-sifat sel di luar tubuh. Kultur sel mempunyai beberapa
keuntungan antara lain dapat dikontrolnya lingkungan tempat hidup sel, seperti
pH, tekanan osmosis, tekanan CO2 dan O2 yang menjadikan kondisi fiologis
kultur relatif konstan. Selain itu kultur sel juga mempunyai kelemahan, seperti
hilanganya spesifisitas sel, karena sel di luar tubuh bekerja sendiri-sendiri sedang
di dalam tubuh (in vivo) bekerja secara terintegrasi di dalam satu jaringan
(Freshney, 1995).
Kondisi kultur harus disesuaikan dengan kondisi
di dalam tubuh untuk
menunjang pertumbuhan sel yang optimal. Kultur sebaiknya berada pada pH
sekitar 7.4 dan tidak di bawah 7.0, karena pH di bawah 6.8 akan menghambat
pertumbuhan sel. Sistem buffer dalam kultur biasanya menggunakan sistem CO2bikarbonat yang analog dengan sistem dalam darah. Sistem ini masih berada di
bawah kondisi optimum fisiologis sehingga masih diperlukan tambahan CO2 5%
pada bagian headspace kultur untuk menjaga stabilitas pH. Stabilitas pH juga
dapat dijaga dengan menggunakan buffer yang bersifat zwitterion seperti buffer
bikarbonat dan HEPES (N-2-hidroksimetil-piperazin-N-2-etan-sulphonic acid)
(Freshney 1995).
31
Medium standar yang biasa digunakan untuk kultur sel adalah Dulbecco’s
modified Eagle’s (DME) dan RPMI 1640. Medium ini diperkaya dengan 10%
Fetal Bovine Serum (FBS). FBS digunakan karena mengandung molekul IgG
dengan konsentrasi yang sangat rendah. Suplemen pertumbuhan lainnya tidak
diperlukan kecuali bila jumlah sel yang tumbuh sangat rendah (kira-kira di bawah
103 sel/ml).
Antibiotik yang biasa ditambahkan ke dalam medium adalah
penisilin dan streptomisin. Penisilin efektif untuk membunuh bakteri gram positif
sedang streptomisin efektif membunuh bakteri gram negatif (Harlow dan Lane
1988).
32
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan adalah daun kumis kucing
dari kebun di Kampus IPB Darmaga, bunga knop kebun Tanaman Obat Karyasari,
Leuwiliang Bogor dan darah manusia dari responden terpilih. Bahan-bahan
kimia yang digunakan adalah K2SO4 (Kanto Chemical, Jepang), HgO (Merck,
Jerman), H2SO4 pekat (Kanto Chemical, Jepang), batu didih, H3BO3 (Kanto
Chemical, Jepang), metilen merah (Kanto Chemical, Jepang) metilen biru (Kanto
Chemical, Jepang), NaOH-Na2S2O3, (Merck, Jerman), HCl (Merck, Jerman), dietil
eter (Merck, Jerman), air bebas ion, buffer asetat (Merck, Jerman), akuades, air
bebas pirogen, standar asam tanat (Merck, Jerman), Na2CO3 (Merck, Jerman),
folin-ciocalteau 50% (Sigma, USA), etanol 95% (Merck, Jerman), metanol p.a.
(Merck, Jerman), DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) (Sigma, USA), trolox®
(Sigma, USA), tryphan blue (Wako, Jepang), larutan Ficoll-histopaque (Sigma,
USA), phosphat buffer saline (PBS) (Sigma, USA), medium RPMI-1640 (Gibco,
USA), NaHCO3 (Merck, Jerman),
fetal bovine serum (FBS) (Sigma, USA),
penicillin-streptomycin (Sigma, USA), concanavalin A (Sigma, USA), pokeweed
(Sigma,USA), lipopolisakarida S. typhosa
(Sigma, USA), MTT (3(4,5-
dimethylthiazol-2-5-diphenyl-tetrazolium bromide)) (Sigma, USA) dan HClisopropanol (Merck, Jerman).
Alat-alat yang digunakan adalah wadah seng, oven, timbangan, neraca
analitik, hot plate, cawan alumunium, desikator, alat destilasi, labu kjeldahl, labu
lemak, alat ekstraksi soxhlet, kondensor, cawan porselen, tanur, blender, vortek,
pH-meter, alat-alat gelas, , saringan vakum, kertas saring Whatman no. 41, stopwatch, mortar, freeze drier, alumunium foil, sentrifuse, pipet mikro, tip,
hemasitometer, mikroskop Zeiss Germany ID 03, spektrofotometer, vacutainer,
filter 0.2 µm, pipet pasteur, micro plate, laminar flow, inkubator (5% CO2, RH
95%, suhu 37oC) dan microplate reader.
33
Metode Penelitian
Pembuatan Bubuk Daun Kumis Kucing dan Bubuk Bunga Knop
Metode Pengeringan Oven
Daun kumis kucing segar dicuci bersih kemudian dikeringanginkan,
sedangkan untuk bunga knop segar tidak perlu dicuci. Setelah itu dikeringkan
dengan oven pada suhu 50oC sampai kadar airnya mencapai 7%. Produk yang
telah dikeringkan kemudian diblender selama 2 menit untuk menghasilkan bubuk.
Bubuk ini kemudian dianalisa proksimat.
Metode Pengeringan Sinar Matahari
Daun kumis kucing segar dicuci bersih kemudian dikeringanginkan,
sedangkan untuk bunga knop segar tidak perlu dicuci. Setelah itu dikeringkan di
bawah sinar matahari tetapi tidak secara langsung sampai kadar airnya mencapai
7%. Produk yang telah dikeringkan kemudian diblender selama 2 menit untuk
menghasilkan bubuk. Bubuk ini kemudian di analisa proksimat.
Pembuatan Ekstrak Air Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop
Segar dan Bubuk
Daun kumis kucing segar dan bunga knop segar dihaluskan dengan mortar
kemudian diekstraksi dengan akuades mendidih dengan perbandingan berturutturut sebesar (1.1835 g : 220 ml) dan (3.6720 g : 80 ml) dan didiamkan selama 5
menit. Hasil ekstraksi diaduk kemudian disaring menggunakan saringan vakum
dengan kertas saring Whatman no. 41.
Dasar penggunaan perbandingan antara
daun kumis kucing segar dengan akuades dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk
bunga knop segar pada Lampiran 2.
Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga
knop dianalisa total fenol dan aktivitas antioksidannya.
Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop diekstraksi dengan
menggunakan akuades mendidih dengan perbandingan sebesar (1 g : 257 ml) dan
(0.8667 g : 80 ml) dan didiamkan selama 5 menit. Pembuatan ekstrak air ini
dilakukan dengan perbandingan yang sama, baik untuk bubuk hasil pengeringan
oven maupun bubuk hasil pengeringan sinar matahari. Hasil ekstraksi diaduk
kemudian disaring menggunakan saringan vakum dengan kertas saring Whatman
no. 41.
Dasar penggunaan perbandingan antara bubuk daun kumis kucing
34
dengan akuades dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk bubuk bunga knop pada
Lampiran 2. Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop dianalisa total fenol
dan aktivitas antioksidannya.
Analisa Total Fenol modifikasi metode Chandler dan Dodds
(Shetty et al. 1995)
Ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop baik segar maupun bubuk
sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 1 ml etanol
95%. Setelah itu 5 ml air bebas ion ditambahkan ke dalam 50%, divortek dan
didiamkan selama 5 menit. Kemudian 1ml Na2CO3 5% ditambahkan ke dalam
tabung reaksi tersebut, divortek dan disimpan delam ruang gelap selama 60 menit.
Selanjutnya sampel divortek kembali dan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 725 nm. Kurva standar dipersiapkan dengan menggunakan asam tanat
standar yang dilarutkan dengan etanol 95%. Sebagian ektrak air sampel disimpan
dalam ruang gelap pada suhu kamar untuk dianalisa lagi kandungan total fenol
sampel setelah penyimpanan 24 jam.
Analisa Aktivitas Antioksidan (Kubo et al. 2002)
Buffer asetat 0.1M (pH 5.5) sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 1.87 ml etanol p.a. dan 0.15 ml senyawa radikal
bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) 3mM dalam metanol. Campuran ini
divortek. Sebanyak 0.03 ml ekstrak air daun kumis kucing dan bunga knop baik
segar maupun bubuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut kemudian di
vortek dan disimpan dalam ruang gelap pada suhu kamar (25oC) selama 20 menit.
Setelah 20 menit absorbansi yang dihasilkan dibaca pada 517 nm. Untuk blanko
digunakan akuades sebagai pengganti sampel, sedangkan untuk kontrol DPPH
diganti dengan metanol dan sampel diganti akuades.
Penurunan absorbansi
menunjukkan adanya aktivitas scavenging atau aktivitas antioksidan.
Untuk
pembuatan kurva standar digunakan Trolox®, dengan satuan TEAC (Trolox
Equivalent Antioxidant Capacity). Sebagian ekstrak air sampel disimpan dalam
ruang gelap pada suhu kamar untuk dianalisa lagi aktivitas antioksidan sampel
setelah penyimpanan 24 jam.
35
Analisa Proksimat (Apriyantono et al. 1989)
Analisa kadar air yang dilakukan dengan metode oven adalah sebagai
berikut. Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan
didinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang. Bubuk daun
kumis kucing dan bubuk bunga knop ditimbang kurang lebih 5 gram dalam
cawan. Selanjutnya cawan beserta isinya ditempatkan dalam oven selama 6 jam.
Kemudian cawan dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan.
Setelah dingin
ditimbang kembali dan proses pengeringan dalam oven diulang sampai diperoleh
berat yang tetap. Perhitungan :
Berat sampel (g)
= W1
Berat sampel setelah dikeringkan (g)
= W2
Kehilangan berat (g)
= W3
Kadar air (basis kering) (%)
= W3 x 100%
W2
Kadar air (basis basah) (%)
= W3 x 100%
W1
Pengukuran Kadar Protein dilakukan dengan cara menimbang sejumlah
bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga knop dan dimasukkan ke dalam labu
Kjeldahl lalu ditambahkan 2 g K2SO4, 50 mg HgO, 2 ml H2SO4 pekat dan batu
didih. Sampel didekstruksi selama 1-1.5 jam hingga jernih, lalu didinginkan.
Secara perlahan ditambahkan 2ml air dan didinginkan kembali. Cairan hasil
dekstruksi (cairan X) dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas dengan
air. Erlenmeyer berisi 5 ml H3BO3 dan 2 tetes indikator (metilen merah : metilen
biru = 2:1) diletakkan di ujung kondensor alat destilasi. Cairan X ditambah
dengan 10 ml NaOH-Na2S2O3 dan didestilasi sampai larutan dalam erlenmeyer ±
5 ml.
Kemudian larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan HCl 0.02 N.
Perhitungan :
Volume HCl untuk titrasi sampel (ml) = Vs
Volume HCl untuk titrasi blanko (ml) = Vb
Konsentrasi HCl (N)
Berat sampel (mg)
=C
=W
36
Kadar N (%) = (Vs-Vb)x N x 14.007 x 100%
W
Kadar protein (%) = % N x 6.25
Pengukuran Kadar Lemak dilakukan dengan cara sebagai berikut. Labu
lemak yang telah bebas lemak dikeringkan di dalam oven. Setelah kering labu
didinginkan kemudian ditimbang. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk bunga
knop dibungkus dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi
soxhlet, kemudian kondensor dan labu lemak dipasang pada ujung-ujungnya.
Pelarut dietil eter dimasukkan ke dalam alat lalu sampel direfluks selama 5 jam.
Setelah itu pelarut didestilasi dan ditampung di dalam wadah lain. Lemak dan
labu lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC. Labu lemak kemudian
dipindahkan ke desikator, lalu didinginkan. Setelah dingin labu lemak ditimbang
kembali dan diulang proses pengeringan dalam oven sampai diperoleh berat yang
tetap. Perhitungan :
Berat sampel (g)
= W1
Berat lemak (g)
= W2
Kadar lemak (%)
= W2 x 100%
W1
Pengukuran Kadar Abu dilakukan dengan cara sebagai berikut. Cawan
porselin dibakar dalam tanur selama 15 menit kemudian didinginkan di dalam
desikator. Setelah dingin cawan ditimbang. Bubuk daun kumis kucing dan bubuk
bunga knop sebanyak 5 g ditimbang di dalam cawan lalu diabukan di dalam tanur
sampai didapatkan abu berwarna abu-abu dan beratnya tetap.
Pengabuan
dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : tahap pertama suhu 400oC lalu dilanjutkan pada
suhu 550oC. Cawan kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang.
Perhitungan :
Berat sampel (g)
= W1
Berat abu
= W2
(g)
Kadar abu (%)
= W2 x 100%
W1
37
Analisa Proliferasi Limfosit
Persiapan Larutan Ekstrak Daun Kumis Kucing dan
Bunga Knop Serta Larutan Mitogen
Persiapan ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop dilakukan dengan cara
terlebih dahulu membuat stock ekstrak Pembuatan stock ekstrak adalah dengan
cara membuat ekstrak air bubuk hasil pengeringan terbaik yang dibuat sesuai
dengan perbandingan pada Lampiran 1 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 2
untuk bunga knop.
Hasil ekstraksi disaring menggunakan saringan vakum
dengan kertas saring Whatman no. 41. Setelah itu hasil ektraksi dikeringbekukan
dengan freeze drier.
Tabung freeze drier ditimbang (X1), setelah itu hasil
ekstrak air dimasukkan ke dalam tabung dan dikeringbekukan menggunakan
freeze drier selama 48 jam. Selama dikeringbekukan tabung freeze drier ditutup
dengan alumunium foil untuk menghindari terjadinya oksidasi. Hasil freeze dry
(X2) ditimbang untuk menentukan rendemen.
Rendemen didapatkan dari
perhitungan :
Berat bubuk sampel awal (g)
= W1
Berat hasil freeze dry (g)
= X2 - X1 = W2
Rendemen sampel (basis basah) (%)
= W2 x 100%
W1
Rendemen yang didapat merupakan dasar untuk menghitung konsentrasi
ekstrak yang akan dimasukkan ke dalam kultur sel. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 4 untuk
bunga knop. Rendemen ini adalah stock ekstrak yang digunakan untuk membuat
larutan stock ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop
Pembuatan Larutan Stock Ekstrak (Daun Kumis Kucing dan Bunga Knop)
dan Larutan Stock Mitogen (LPS, ConA dan pokeweed) dilakukan dengan cara :
1. Pembuatan larutan stock ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop)
Sebanyak 0.2 g hasil freeze dry dilarutkan dengan sedikit medium
RPMI-1640
takar
(medium pencuci), kemudian
dimasukkan ke dalam
labu
5 ml. Medium RPMI-1640 (medium pencuci) ditambahkan sampai
tanda tera, sehingga didapatkan larutan stock dengan konsentrasi 40 mg/ml.
38
2. Pembuatan larutan stock LPS dan Con A
Sebanyak 1 mg bubuk mitogen dilarutkan dengan sedikit medium RPMI1640, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 5 ml. Medium RPMI-1640
ditambahkan sampai tanda tera, sehingga didapatkan larutan stock dengan
konsentrasi 200 µg/ml.
3. Pembuatan larutan stock Pokeweed
Sebanyak 0.005 g bubuk pokeweed dimasukkan ke dalam tabung
eppendorf dan
eppendorf 1 ml,
dilarutkan dengan medium RPMI-1640 sampai volume
sehingga didapatkan larutan stock dengan konsentrasi
5000 µg/ml.
Larutan-larutan stock ini kemudian diencerkan sesuai dengan konsentrasi larutan
ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop) serta larutan mitogen yang
diinginkan.
Pembuatan larutan ekstrak (daun kumis kucing dan bunga knop) yang akan
diuji serta larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed) dari larutan Stock
dilakukan dengan cara mengencerkan larutan stock dengan medium RPMI-1640
sesuai dengan konsentrasi ekstrak yang diujikan dan konsentrasi larutan mitogen
yang diinginkan. Misal untuk membuat 5 ml (V2) ekstrak kumis kucing
dengan konsentrasi 0.6015 mg/ml (M2), maka larutan stock dengan konsentrasi
40 mg/ml (M1) yang harus diambil (V1) adalah :
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 40 mg/ml = 5 ml x 0.6015 mg/ml
V1 = 0.075 ml = 75 µl
Jadi sebanyak 75 µl larutan stock diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 5
ml dan ditambah dengan medium RPMI-1640 sampai tanda tera.
Persiapan Medium Kultur Sel Limfosit (Koesitoresmi 2002), Isolasi Limfosit
(Nurrahman 1999) dan Penghitungan Sel
Medium yang digunakan untuk kultur dan pemeliharaan sel limfosit adalah
16.2 g RPMI-1640 bubuk yang telah mengandung L-glutamin dan 0.25 mM
HEPES. Bubuk ini dilarutkan dengan air bebas pirogen sehingga diperoleh 1 liter
larutan medium RPMI-1640. Kemudian ditambahkan 2 g NaHCO3 dan 1%
39
penicillin-streptomycin. Medium yang telah diperkaya ini kemudian disterilisasi
kering dengan membran filter 0.2 µm dan digunakan sebagai medium pencuci.
Untuk medium kultur sel limfosit digunakan medium RPMI-1640 di atas dengan
penambahan fetal bovine serum (FBS) 10% steril. Pembuatan medium dan tahaptahap selanjutnya dalam isolasi limfosit dilakukan di dalam laminar flow yang
steril dengan sistem pengaliran udara laminar. Sebelum digunakan, laminar flow
ini disinari dahulu dengan sinar UV selama 15 menit.
Gambar 3 Pengambilan darah secara aseptis
Darah seorang wanita sehat berusia 22 tahun diambil secara aseptis
sebanyak 50 ml dengan menggunakan needle dan vacutainer yang telah
mengandung heparin. Darah dari dalam vacutainer dipindahkan ke dalam tabung
sentrifuse steril, kemudian di sentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 10
menit. Bagian tengah (lapisan buffycoat) yang berisi sel-sel limfosit diambil
perlahan-lahan dengan pipet pasteur steril kemudian ditambah dengan 5 ml
medium RPMI-1640.
Larutan Ficoll-histopaque dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse,
kemudian dimasukkan perlahan-lahan campuran lapisan buffycoat dan medium
RPMI di atasnya dengan perbandingan 1: 1. Selanjutnya disentrifuse dengan
kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Hasil sentrifuse didapatkan lapisan putih
seperti cincin antara larutan ficoll-histopaque dan RPMI-1640.
Lapisan putih tersebut diambil dengan pipet pasteur ke dalam tabung
sentrifuse dan ditambah dengan 5 ml RPMI-1640 (medium pencuci), kemudian
40
disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil
dan ditambahkan RPMI-1640 (medium pencuci), disentrifuse pada 2000 rpm
selama 10 menit. Pencucian limfosit ini dilakukan 2 kali sehingga diperoleh
kemurnian suspensi sel limfosit yang tinggi.
Sebelum
dilakukan
kultur
sel
limfosit,
terlebih
dahulu
dilakukan
penghitungan sel limfosit dengan menggunakan pewarna tryphan blue. Sejumlah
sel ditempatkan ke dalam sumur microplate dan ditambah dengan tryphan blue.
Penghitungan
sel limfosit dilakukan dengan menggunakan hemasitometer di
bawah mikroskop cahaya Zeiss Germany ID 03 dengan perbesaran 10 kali.
Untuk dapat dikultur, jumlah sel limfosit yang dapat dihitung harus lebih
besar dari 95% berupa sel limfosit hidup yang berwarna terang. Limfosit yang
diperoleh akan digunakan untuk pengujian proliferasi sel B dan sel T.
Penghitungan sel limfosit dengan hemasitometer dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
N = A x FP x 104 sel/ml
Keterangan :
N
= jumlah sel limfosit/ ml
A
= jumlah sel hidup rata-rata per bidang pandang
FP = faktor pengenceran
104 = jumlah sel per luas bidang pandang (1.0 mm x 1.0 mm x 0.1
mm)
Kultur Limfosit
Jumlah sel limfosit dari responden ditepatkan menjadi 2 x 106 sel/ml dengan
medium RPMI-1640.
Untuk microplate 96 sumur, agar volume total masing-
masing sumur menjadi 100 µl, maka bahan-bahan yang dipersiapkan untuk
ditanam ke dalam kultur dapat dilihat pada pada Tabel 2.
Setiap perlakuan
dilakukan tiga kali ulangan. Penentuan konsentrasi mitogen dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Kultur diinkubasi selama 72 jam dalam inkubator bersuhu 37oC
dengan atmosfer yang mengandung 5% CO2 dan RH 95%.
41
Pengujian proliferasi sel limfosit dilakukan dengan menggunakan metode
MTT.
Enam jam sebelum masa inkubasi berakhir, ke dalam masing-masing
sumur ditambahkan 10 ì l pewarna MT T 0.5% dan diinkubasi kembali pada
Tabel 2. Bahan-bahan yang ditanam ke dalam kultur sel
Perlakuan
Kontrol
limfosit
Kontrol
mitogen*
Kontrol
ekstrak**
Ekstrak**+
mitogen*
RPMI
(µl)
Suspensi
limfosit
dalam
RPMI
(µl)
Mitogen*
(µl)
Ekstrak
(µl)
FBS
(µl)
20
70
-
-
10
-
70
20
-
10
-
70
-
20
10
-
70
10
10
10
*Mitogen : Lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (conA) dan pokeweed (PK)
** Ekstrak : Ekstrak daun kumis kucing dan bunga knop dengan konsentrasi
Sesuai dengan Lampiran 3 untuk daun kumis kucing dan Lampiran 4
untuk bunga knop
kondisi yang sama selama 6 jam. Pada akhir masa inkubasi, ditambahkan 80 ì l
HCl-isopropanol 0.04 N, setelah itu dilakukan pembacaan sel dengan alat
microplate reader pada panjang gelombang 570 nm.
-
Nilai indeks stimulasi (IS) untuk semua perlakuan penambahan ekstrak
daun kumis kucing, bunga knop maupun mitogen :
IS = OD perlakuan
OD kontrol
Pengujian ekstrak kumis kucing dan bunga knop dalam kultur sel limfosit
ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil pengujian dianalisis
dengan Analisis Sidik Ragam Satu Arah (ANOVA) dengan menggunakan
program SPSS versi 12.
42
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daun Kumis Kucing
Metode Pengeringan
Daun kumis kucing setelah dikeringkan dengan dua macam metode
pengeringan, maka didapatkan hasil yang terbaik.
Hasil terbaik ini dinilai
berdasarkan analisa total fenol dan analisa aktivitas antioksidan bubuk hasil
pengeringan kedua metode. Bunga knop bila dilihat dari warna bubuk dan
warna ekstrak airnya,
kumis kucing,
Bila dilihat dari warna bubuk dan warna ekstrak air daun
hasil metode pengeringan dengan sinar matahari memberikan
warna yang lebih baik dibandingkan hasil metode pengeringan dengan oven.
Bubuk terlihat masih berwarna hijau, sedangkan warna ekstrak airnya coklat
pekat. Pada metode pengeringan dengan sinar matahari, sebelum dikeringkan di
bawah sinar matahari daun terlebih dahulu dikeringanginkan untuk memberi
kesempatan daun menutup stomatanya.
Menurut Mahendra dan Fauzi (2005) menutupnya stomata pada daun
merupakan suatu sistem yang alami pada tumbuhan untuk mencegah penguapan
zat-zat yang terkandung dalam daun. Selain itu, pada metode pengeringan dengan
sinar matahari daun tidak langsung terkena matahari, sehingga lebih sedikit panas
yang menyebabkan terdegradasinya klorofil.
Warna hijau ini menunjukkan
bahwa dengan pengeringan matahari sampai kadar air 7% zat-zat hijau daun yang
terkandung dalam daun kumis kucing masih banyak (Jayaraman dan Das Gupta
1995). Senyawa fenol yang terkandung di dalam daun kumis kucing adalah
orthosiphon glikosida, tanin, saponin, sapofonin, myoinositol dan sinensetin
(Mahendra dan Fauzi 2005; Dalimartha 2000), polifenol yaitu polymethoxylated
flavonoid dan turunan caffeic acid. (Olah et al. 2003). Identifikasi lebih lanjut
menunjukkan adanya kandungan caffeic acid, cichoric acid, rosmarinic acid,
sinensetin dan eupatorine. Selain itu menurut Loon et al. (2005) kumis kucing
juga mengandung tiga jenis flavonoid yaitu sinensetin, eupatorin dan 3’ -hydroxy5,6,7,4’ tetramethoxyflavone. Warna ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang
berwarna coklat pekat kemungkinan karena adanya proses oksidasi selama
43
Sinar matahari
Oven
Gambar 4 Bubuk daun kumis kucing
Sinar matahari
(1 g bubuk : 257 ml air)
Oven
(1 g bubuk : 257 ml air)
Gambar 5 Ekstrak air bubuk daun kumis kucing
44
pengeringan, seperti halnya pada teh hitam menurut Rijken et al (2002) perubahan
oksidatif yang terjadi selama produksi teh hitam menyebabkan perubahan
catechin monomerik yang tidak berwarna menjadi flavonoid oligomerik yang
berwarna oranye kekuningan dan merah kecoklatan.
Pada pengeringan dengan
sinar matahari kemungkinan terjadi proses oksidasi yang lebih lama sehingga
memberi warna ekstrak yang berwarna merah kecoklatan.
Hasil yang didapat
pada metode pengeringan dengan oven terlihat warna bubuk kecoklatan dan
warna ekstrak airnya coklat terang. Warna bubuk yang kecoklatan kemungkinan
karena terdegradasinya klorofil karena pengeringan dengan oven. Warna ekstrak
air daun kumis kucing yang dihasilkan dengan pengeringan dengan oven
warnanya coklat terang. Hal ini kemungkinan karena dengan pengeringan oven
selain suhunya yang relatif stabil juga tinggi yaitu 50oC, sehingga daun kumis
kucing lebih cepat mencapai kadar air 7%, sehingga proses oksidasi senyawasenyawa fenol yang terjadi lebih sedikit dibanding dengan daun yang dikeringkan
dengan sinar matahari.
Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan
Analisa total fenol dilakukan untuk mengukur kandungan fenol dalam
ekstrak air daun kumis kucing. Penggunaan asam tanat sebagai standar untuk
menentukan total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau berdasarkan reaksi
reduksi asam fosfomolibdat
oleh fenol dalam larutan alkali.
Metode ini
menentukan total gugus fenolik bebas dengan demikian juga menentukan total
fenolik terlarut (Waterman dan Mole 1994).
Berdasarkan analisa kadar total fenol dan analisa aktivitas antioksidan
dalam ekstrak air bubuk daun kumis kucing, terbukti bahwa kadar rataan total
fenol dan aktivitas
antioksidan ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang
dikeringkan dengan sinar matahari lebih tinggi yaitu 123.434 + 12.159 mg
fenolik/g berat kering sampel dan TEAC sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat
kering sampel bila dibandingkan dengan yang dikeringkan dengan oven 16.918 +
0.123 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC sebesar 470.441 + 61.699
mM/g berat kering sampel (Tabel 3 dan 4).
45
Bila dibandingkan dengan kadar rataan total fenol ekstrak air daun kumis
kucing segar pada saat perlakuan 0 jam dan 24 (48.566 + 11.481 dan 42.514 +
12.901 mg fenolik/g berat kering sampel), maka kadar rataan total fenol pada
ekstrak air bubuk daun kumis kucing yang dikeringkan dengan sinar matahari
terlihat lebih tinggi yaitu 123.434 + 12.159 dan 87.624 + 6.785 mg fenolik/g berat
kering sampel (secara statistik bermakna p 0.001 dan p 0.018), sedangkan ekstrak
air bubuk hasil pengeringan oven terlihat lebih rendah yaitu sebesar 16.918 +
0.174 dan 14.086 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel (tidak bermakna
secara statistik p 0.085 dan p 0.125). Hal ini kemungkinan menurut Sokhansanj
dan Jayas (1995), terjadi karena pengeringan dapat meningkatkan kualitas suatu
produk pangan dan pakan di antaranya adalah perubahan metabolik yang
meningkat.
Pengeringan dengan sinar matahari dapat meningkatkan kualitas
ekstrak air daun kumis kucing.
Kadar total fenol yang tinggi pada ekstrak air bubuk daun kumis kucing
yang dikeringkan dengan sinar matahari menunjukkan kandungan fenol yang
tinggi. Senyawa fenolik adalah senyawa antioksidan. Kandungan senyawa ini di
dalam daun kumis kucing tinggi, dengan demikian kandungan antioksidan di
dalam daun kumis kucingpun tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air
bubuk kumis kucing merupakan sumber potensial antioksidan alami.
`
Tabel 3. Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara
ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak air
daun kumis kucing segar
Perlakuan
KKS1
KKS2
KKM1
KKM2
KKO1
KKO2
Total fenol
Mean
p
SD
0
jam
24
jam
0
jam
24
Jam
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
56.685
40.448
132.031
114.836
17.041
16.796
51.636
33.391
92.422
82.826
14.262
13.909
48.566
42.514
11.481
12.901
123.434
87.624
12.159
6.785
0.001*
0.018*
16.918
14.086
0.123
0.250
0.085
0.125
Penelitian lainnya terhadap aktivitas antioksidan beberpa jenis buah-buahan
dan sayuran memberikan hasil sebagai berikut. Buah berry TEAC 3700, sayursayuran TEAC 450-1400 serta buah-buahan TEAC 600-1700 (Miller et al. 2000).
46
Bila dibandingkan dengan nilai TEAC terutama untuk sayuran, maka nilai TEAC
ekstrak air bubuk daun kumis kucing cukup tinggi, terutama yang pengeringannya
dilakukan dengan sinar matahari (1354 .756 + 1.515).
*p 0.01
130.000
120.000
Lama Penyimpanan
0 Jam
24 Jam
110.000
Total Fenol
(mg fenolik/g berat kering
sampel)
100.000
*p 0.018
90.000
80.000
70.000
KKS : Kumis Kucing segar
KKM : Pengeringan dengan sinar
matahari
KKO : Pengeringan dengan oven
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.00
KKS
KKM
KKO
Gambar 6 Perbandingan total fenol ekstrak air masing-masing
Perlakuan pada daun kumis kucing.
Penyimpanan ekstrak air daun kumis kucing selama 24 jam mempengaruhi
kadar total fenol. Setelah 24 jam, kadar rataan total fenol ekstrak air daun segar
mengalami penurunan dari 48.566 + 11.481 mg fenolik/g berat kering sampel
menjadi 42.514 + 12.9 mg fenolik/g berat kering sampel. Kadar
rataan
total
fenol untuk ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan matahari
mengalami penurunan yaitu dari 123.434 + 12.159 mg fenolik/g berat kering
sampel menjadi 87.624 + 6.785 mg fenolik/g berat kering sampel, sedangkan
ekstrak air bubuk kumis kucing hasil pengeringan oven juga mengalami
penurunan kadar rataan total fenol yaitu dari 16.918 + 0.174 mg fenolik/g berat
kering sampel menjadi 14.086 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel, seperti
terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 6. Penurunan ini disebabkan oleh adanya reaksi
oksidasi selama penyimpanan dan kemungkinan juga terjadi perubahan pH
47
ekstrak air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jayaraman dan Das Gupta (1995)
yang menyatakan bahwa degradasi klorofil tergantung pada pH, waktu, kerja
enzim, oksigen dan cahaya.
Tabel 4. Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24
jam antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan
ekstrak air daun kumis kucing segar
Perlakuan
KKS1
KKS2
KKM1
KKM2
KKO1
KKO2
mM trolox
Mean
p
SD
0
Jam
24
jam
0
jam
24
Jam
0
jam
24
jam
2474.837
1922.311
1353.685
1355.827
514.069
426.813
2491.622
2188.022
1348
1344
429.715
375.275
2198.574
2339.822
390.695
214.678
1354.756
1346
1.515
470.441
402.495
61.699
2500.000
0
jam
24 jam
2.828
0.027*
0.012*
38.495
0.001*
0.000*
Lama Penyimpanan
2400.000
0 Jam
2300.000
24 Jam
2200.000
2000.000
1900.000
KKS : Kumis Kucing segar
KKM : Pengeringan dengan sinar
matahari
KKO : Pengeringan dengan oven
1800.000
1700.000
*p 0.027
*p 0.012
1600.000
1500.000
1400.000
1300.000
1200.000
1100.000
1000.000
900.000
*p 0.001
800.000
*p 0.000
mM/g berat kering sampel (TEAC)
2100.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
KKS
KKM
KKO
Gambar 7 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan masingmasing perlakuan pada daun kumis kucing.
48
Pada Tabel 4 dan Gambar 7 terlihat kadar rataan aktivitas antioksidan pada
perlakuan 0 dan 24 jam dalam ekstrak air daun kumis kucing segar yaitu TEAC
sebesar 2198.574 + 390.695 dan 2339.822 + 214.678 mM/g berat kering
sampel lebih tinggi dari pada kadar rataan aktivitas antioksidan dalam ekstrak
air bubuk hasil pengeringan sinar matahari (1354.756 + 1.515 dan 1346 +
2.828 mM/g berat kering sampel) maupun ekstrak air bubuk hasil pengeringan
oven (470.441 + 61.699 dan 402.495 + 38.495 mM/g berat kering sampel),
dengan uji statistik perbedaan rataan aktivitas antioksidan yang diperlihatkan
oleh ekstrak air daun kumis kucing segar dengan rataan aktivitas antioksidan
ekstrak air bubuk hasil pengeringan sinar matahari maupun seduhan bubuk hasil
pengeringan oven menunjukkan hasil yang bermakna (p < 0.05).
Hal ini
kemungkinan karena fenol yang terkandung dalam daun segar walaupun lebih
sedikit tetapi mempunyai sifat antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan
kandungan fenol yang terdapat dalam bubuk hasil kedua metode pengeringan.
Penyimpanan ekstrak air daun kumis kucing selama 24 jam mempengaruhi
aktivitas antioksidan. Setelah 24 jam, aktivitas rataan antioksidan ekstrak air
bubuk kumis kucing hasil pengeringan matahari mengalami penurunan yaitu dari
TEAC
sebesar 1354.756 + 1.515 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC
sebesar 1346 + 2.828 mM/g berat kering sampel, sedangkan ekstrak air bubuk
kumis kucing hasil pengeringan oven juga mengalami penurunan aktivitas rataan
antioksidan yaitu dari TEAC sebesar 470.441+ 61.699 mM/g berat kering sampel
menjadi TEAC sebesar 402.495 + 38.495 mM/g berat kering sampel. Penurunan
ini disebabkan adanya degradasi klorofil, reaksi oksidasi selama penyimpanan dan
kemungkinan juga terjadi perubahan pH seduhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Jayaraman dan Das Gupta (1995) yang menyatakan bahwa degradasi klorofil
tergantung pada pH, waktu, kerja enzim, oksigen dan cahaya.
antioksidan ekstrak air
Aktivitas rataan
daun segar setelah penyimpanan selama 24 jam
mengalami kenaikan dari TEAC sebesar 2198.574 + 390.695 mM/g berat kering
sampel menjadi TEAC sebesar 2339.822 + 214.678 mM/g berat kering
sampel. Hal ini seseuai dengan penelitian Kwon et al. (2003) yang menunjukkan
bahwa ekstrak batang dan akar Hibiscus syriacus yang dipanaskan pada 100oC
49
selama 24 jam lebih efektif mereduksi senyawa radikal bebas DPPH dibandingkan
yang tidak diberi perlakuan pemanasan, dengan demikian menunjukkan aktivitas
antioksidan yang lebih baik.
Analisa Proksimat Bubuk Daun Kumis Kucing Hasil Pengeringan Dengan
Sinar Matahari
Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan dengan
sinar matahari dapat dilihat pada Tabel 5. Hal ini dilakukan karena kadar air
daun kumis kucing segar cukup tinggi yaitu sebesar 81.42%, sehingga agar dapat
disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama diperlukan pengurangan kadar air
sampai 7%. Penentuan ini berdasarkan SNI produksi teh dalam kemasan yang
kadar airnya maksimum 8% (SNI 01-3836-2000).
Tabel 5. Hasil analisa proksimat bubuk daun kumis kucing hasil pengeringan
dengan sinar matahari
Analisa
Hasil (%)
Kadar air
7.00
Kadar abu
7.89
Kadar lemak
5.09
Kadar protein
17.41
Pengujian Ekstrak Daun Kumis Kucing Terhadap Proliferasi Sel Limfosit
Dengan Metode MTT
Pengujian ekstrak daun kumis kucing
terhadap proliferasi sel limfosit
memberikan hasil seperti terlihat pada Gambar 8. Pengujian proliferasi sel ini
dilakukan dengan metode pewarnaan MTT (3-[4,5-dimethylthiazol-2yl]-2,5diphenyl-tetrazolium), dimana MTT dirubah oleh aktivitas enzim suksinat
dehidrogenase mitokondrial dalam sel hidup menjadi formazan, yang kemudian
diukur absorbansinya dengan Spectrophotometer Microplate Reader. Kandungan
suksinat dehidrogenase ini relatif konstan di antara berbagai sel dengan tipe
spesifik, sehingga menurut Wilson (1995) jumlah formazan yang terbentuk
proporsional terhadap jumlah sel hidup. Pemberian ekstrak daun kumis kucing
50
dengan konsentrasi 1.203 mg/ml meningkatkan proliferasi sel limfosit 1.518 +
0.124. Untuk kumis kucing, semakin tinggi konsentrasi ekstrak (sampai 4.812
mg/ml) yang ditambahkan, semakin meningkat pula proliferasi sel limfosit
berturut-turut sebesar 1.819 + 0.031 (2.406 mg/ml) dan 2.389 + 0.148 (4.812
mg/ml).
Pemberian mitogen saja menunjukkan IS yang lebih kecil dari pada
penambahan ekstrak saja maupun dibandingkan dengan perlakuan kombinasi
antara penambahan ekstrak dengan mitogen. Hal ini kemungkinan karena pada
waktu dilakukan pengambilan darah responden, keadaan sistem imun dalam tubuh
responden sedang menurun.
Tabel 6. Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah
ekstrak daun kumis kucing dengan mitogen (Con A, LPS
dan PK ) dengan yang ditambah ekstrak daun kumis kucing
saja pada konsentrasi C2 (1.203 mg/ml), C4 (2.406 mg/ml),
C8 (4.812 mg/ml)
Perlakuan
C2
C2+ConA
C2+LPS
C2+PK
C4
C4+ConA
C4+LPS
C4+PK
C8
C8+ConA
C8+LPS
C8+PK
Indeks stimulasi
1
2
3
1.540
1.438
1.789
1.340
1.853
1.811
2.242
1.977
2.457
2.702
2.174
2.574
1.385
1.675
1.770
1.328
1.792
1.955
1.872
1.977
2.491
2.523
1.808
2.377
1.630
1.396
1.796
1.585
1.811
1.815
1.596
2.075
2.219
2.253
2.913
2.853
Mean
SD
1.518
1.503
1.785
1.418
1.819
1.860
1.903
2.001
2.389
2.493
2.298
2.601
0.124
0.150
0.013
0.145
0.031
0.082
0.324
0.057
0.148
0.226
0.563
0.239
Mean
Diff
p
0.015
0.267
0.101
1
0.944
1
0.042
0.085
0.191
1
1
0.995
0.104
0.091
0.212
1
1
0.989
Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, nilai % IS sel
limfosit ekstrak air kayu secang (Caesalpina sappan Linn) sebesar sampai 150%
(Puspaningrum 2003). Nilai % IS sel limfosit mencit sampel teh daun cincau
(Cyclea) sebesar 141% dan bubuk gel cincau (Cyclea) sebesar 122% (Setiawati
2003). Nilai % IS filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC dan
diinkubasikan pada substrat kitosan DD 85% selama 1 jam sebesar 288.06%
(Wahyuni et al 2004; Wahyuni et al 2005) dan nilai IS kitinase 0.1 IU/mg kitin
yang direaksikan selama 3 jam untuk pembuatan oligomer kitosan dengan
konsentrasi 85 ì g/ml sampel sebesar 1.35 (Agustine 2005), makanilai I S tertinggi
51
2.389 (238.9%) untuk penambahan ekstrak daun kumis kucing dengan konsentrasi
4.812 mg/ml menunjukkan bahwa ektrak daun kumis kucing tidak bersifat toksik,
bahkan mampu menstimulasi proliferasi sel limfosit. Dengan demikian
peningkatan konsentrasi ekstrak daun kumis kucing dapat menstimulasi proliferasi
sel limfosit, dengan kata lain mempunyai fungsi sebagai immunomodulator.
Mekanisme
yang
mungkin
terjadi
adalah
karena
adanya
efek
immunomodulator dari antioksidan yang cukup besar yang terkandung dalam
ekstrak daun kumis kucing terutama dari senyawa-senyawa fenol yang
dikandungnya.
Menurut Wu dan Meydani (1998) antioksidan dapat
mempengaruhi produksi molekul-molekul seperti IL-2 yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan sel limfosit dan sangat penting untuk mengaktivasi sel limfosit.
Senyawa-senyawa fenol spesifik yang terkandung di dalam ekstrak daun kumis
kucing yang dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit belum diketahui.
Pada Gambar 8 dapat dilihat
Indeks Stimulasi (IS) untuk perlakuan
kombinasi antara penambahan ekstrak daun kumis kucing dan
mitogen
lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (con A) dan pokeweed (PK) dibandingkan
dengan penambahan ekstrak saja. Ekstrak daun kumis kucing yang ditambah
dengan mitogen rata-rata meningkatkan proliferasi sel limfosit baik limfosit B
maupun limfosit T walaupun tidak bermakna peningkatannya (p>0.05).
Peningkatan
IS ini menurut Paraskevas and Foerster (1999) karena mitogen
merupakan substansi yang dapat menginduksi proliferasi sel limfosit.
Pada perlakuan penambahan ekstrak daun kumis kucing konsentrasi 1.203
mg/ml ditambah con A (1.503 + 0.150) dan pokeweed (1.418 + 0.145) memang
terlihat rataan IS lebih kecil dari pada rataan IS untuk penambahan ekstrak daun
kumis kucing saja dengan konsentrasi yang sama (1.518 + 0.124), tetapi
tampaknya juga tidak nyata perbedaannya (Tabel 6). Hal ini kemungkinan terjadi
karena kondisi sistem imun dalam tubuh responden yang sedang kurang baik,
sehingga mempengaruhi pula terhadap proliferasi limfositnya, selain itu setiap
mitogenpun mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap proliferasi sel limfosit.
Menurut Paraskevas dan Foerster (1999) aktivasi oleh mitogen memerlukan
reseptor yang cocok, yang merupakan tahap awal dari aktivasi limfosit. Untuk
52
3.000
2.800
2.600
2.400
2.000
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
Ekstrak
+
PK
PK
Ekstrak
+
LPS
LPS
Ekstrak
+
Con A
Con A
0.00
Ekstrak
Indeks Stimulasi
2.200
Gambar 8 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah
ekstrak daun kumis kucing saja dengan yang ditambah mitogen
(con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak daun kumis
kucing ditambah mitogen
Konsentrasi ekstrak
Kumis Kucing
1.203 mg/ml
2.406 mg/ml
4.812 mg/ml
konsentrasi ekstrak daun kumis kucing 4.812 mg/ml ditambah LPS nilai rataan IS
2.298 + 0.563 yang lebih kecil dibanding rataan IS penambahan ekstrak daun
kumis kucing saja (2.389 + 0.418), tetapi tidak bermakna perbedaannya (p>0.05)
(Tabel 6). Hal ini kemungkinan karena pada konsentrasi ini ekstrak daun kumis
kucing bila ditambah dengan LPS dapat menyebabkan reaksi yang menurunkan
proliferasi sel limfosit seperti penurunan kepekaan reseptor membran sel terhadap
mitogen atau tidak meningkatkan aktivitas/reaksi biokimiawi dalam proses
53
proliferasi, misalnya aktivitas enzim protein kinase C yang berperan dalam
transduksi sinyal faktor pertumbuhan.
Pada masing-masing perlakuan dengan penambahan mitogen baik
lipopolisakarida (LPS), concanavalin A (Con A) maupun pokeweed (PK) bila
dilakukan penambahan ekstrak kumis kucing, peningkatan konsentrasi dari 1.203
mg/ml ke 2.406 mg/ml sampai 4.812 mg/ml meningkatkan pula rataan IS (Tabel 6
dan Gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing dan
mitogen bersifat sinergis untuk meningkatkan proliferasi sel limfosit.
Jika dilihat dari penambahan mitogen yang berbeda terhadap konsentrasi
ekstrak kumis kucing yang sama, pada konsentrasi ekstrak 1.203 mg/ml
penambahan LPS memiliki rataan IS tertinggi (1.785 + 0.013)
Pada konsentrasi
2.406 mg/ml dan 4.812 mg/ml penambahan Pokeweed memiliki rataan IS
tertinggi berturut-turut sebesar 2.001 + 0.05 dan 2.601 + 0.239 walaupun
perbandingan nilainya juga tidak bermakna (p>0.05).
Hal ini menunjukkan
bahwa pada konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang rendah hanya sel B yang
distimulasi proliferasinya, sedang pada konsentrasi ekstrak daun kumis kucing
yang lebih tinggi dapat menstimulasi proliferasi baik sel T maupun sel B.
Bunga Knop
Metode Pengeringan
Bunga knop setelah dikeringkan dengan dua macam metode pengeringan,
maka didapatkan hasil yang terbaik. Hasil terbaik ini dinilai berdasarkan analisa
total fenol dan analisa aktivitas antioksidan bubuk hasil pengeringan kedua
metode. Bunga knop bila dilihat dari warna bubuk dan warna ekstrak airnya,
hasil metode pengeringan oven memberikan warna yang lebih baik dibandingkan
hasil metode pengeringan dengan sinar matahari. Bubuk terlihat lebih terang,
sedangkan warna ekstrak airnya merah terang. Pada pengeringan dengan sinar
matahari terlihat warna bubuk lebih kusam dan warna ekstrak airnya merah
kusam.
Metode pengeringan terbaik untuk mempertahankan kadar senyawasenyawa yang terkandung di dalam bunga knop adalah pengeringan dengan oven.
54
Sinar matahari
Oven
Gambar 9 Bubuk bunga knop
Sinar matahari
(0,8667 g bubuk : 80 ml air)
Oven
(0,8667 g bubuk : 80 ml air)
Gambar 10 Ekstrak air bubuk bunga knop
55
Bunga knop tampaknya tahan terhadap panas oven 50oC karena bentuknya yang
mempunyai bonggol di bagian tengah.
Menurut Jayaraman dan Das Gupta
(1999), salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengeringan
adalah bentuk dari bahan mentah dan sifat-sifatnya.
Pada metode pengeringan
dengan oven bunga knop lebih cepat mencapai kadar air 7% dibandingkan dengan
metode pengeringan dengan sinar matahari.
Kecepatan pengeringan juga
berpengaruh terhadap degradasi zat-zat yang terkandung dalam suatu bahan hasil
pertanian (Jayaraman dan Das Gupta 1995).
Pada pengeringan dengan sinar
matahari karena bentuknya yang mempunyai bonggol, bunga knop memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai kadar air 7%. Hal ini menyebabkan
semakin lama waktu yang diperlukan pada pengeringan dengan sinar matahari,
padahal menurut Jayaraman dan Das Gupta (1995) kemungkinan dapat terjadi
pembusukan baik secara kimiawi, enzimatis atau mikrobiologis karena waktu
pengeringan yang lama. Selain itu dapat terjadi penurunan mutu selama
penyimpanan karena terjadi ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995).
Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan
Berdasarkan analisa kadar total fenol dan aktivitas antioksidan dalam
ekstrak air bubuk bunga knop, terlihat bahwa kadar total fenol dan aktivitas
antioksidan dalam ekstrak air bubuk bunga knop yaitu 3.069 + 0.168 mg fenolik/g
berat kering sampel dan TEAC 108.345 + 14.166 mM/g berat kering sampel yang
dikeringkan dengan oven lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeringkan
dengan sinar matahari 2.239 + 0.055 mg fenolik/g berat kering sampel dan TEAC
56.070 + 7.085 mM/g berat kering sampel (Tabel 7 dan 8, Gambar 11 dan 12).
Kandungan senyawa fenolik dalam bunga knop belum banyak diteliti tetapi
senyawa yang utama adalah gomphrenin I, II, III, V dan VI, amaranthin, minyak
atsiri, saponin dan flavon (Mahendra dan Fauzi 2005; Dalimartha 2000). Menurut
Cai et al. (2001), bunga knop banyak mengandung komponen pigmen alami yaitu
dari kelompok betasianin sebesar 1.3 mg/g sampel segar. Selain itu menurut
Stintzing et al (2004) famili bunga knop (Amaranthus spinosus L.) mengandung
senyawa hidroksisinamat, quersetin dan kaempferol glikosida dan senyawa
Aurone I (E) -3’ -O –ß –D –glucopyranosyl -4,5,6,4’
-tetrahydroxy -7,2’ -
56
dimethoxyaurone dan dua senyawa lain yaitu aurantiamide acetate dan tiliroside
yang diisolasi dari ekstrak Gomphrena agretis (Ferreira et al. 2004).
Besarnya kadar total fenol ekstrak air juga dipengaruhi oleh proses
pengeringan sebelumnya. Kadar total fenol ekstrak air bubuk hasil pengeringan
dengan oven lebih tinggi daripada ekstrak air bubuk hasil pengeringan matahari
kemungkinan karena
pada pengeringan dengan oven, bunga knop lebih cepat
Tabel 7. Perbandingan total fenol pada 0 jam dan 24 jam antara
ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak bunga
knop segar
BKS1
BKS2
BKM1
BKM2
BKO1
BKO2
Mean
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
3.446
3.536
2.277
2.200
2.950
3.187
1.874
2.117
2.035
1.781
2.735
3.088
3.491
1.996
0.064
0.172
2.239
1.908
0.055
3.069
2.911
0.168
3.600
3.400
*p 0.002
3.200
Total Fenol
(mg fenolik/g berat kering sample)
p
SD
3.000
2.800
2.600
2.400
*p 0.010
Perlakuan
Total fenol
0
jam
24
jam
0.179
0.002*
0.992
0.250
0.231
0.010*
Lama Penyimpanan
2.000
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
BKM
24 Jam
BKS : Bunga knop segar
BKM : Pengeringan dengan sinar
matahari
BKO : Pengeringan dengan oven
2.200
BKS
0 Jam
BKO
Gambar 11 Perbandingan total fenol masing-masing
perlakuan pada bunga knop.
57
mencapai kadar air 7%, sehingga hanya sedikit zat-zat yang terkandung dalam
bunga knop yang terdegradasi. Kadar total fenol bunga knop segar paling tinggi
(3.491 + 0.064 mg fenolik/g berat sampel kering) dibandingkan dengan ekstrak air
bubuk hasil pengeringan baik dengan oven maupun matahari, hal ini mungkin
karena bunga knop segar tidak mengalami pengeringan sehingga senyawasenyawa yang terkandung di dalamnya tidak terdegradasi. Walaupun kadar total
fenol ekstrak air bunga knop segar paling tinggi, tetapi tidak dipilih untuk
penelitian selanjutnya karena salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bubuk hasil pengeringan bunga knop.
Tabel 8. Perbandingan aktivitas antioksidan pada 0 jam dan 24 jam
antara ekstrak air masing-masing perlakuan dengan ekstrak
bunga knop segar
Perlakuan
BKS1
BKS2
BKM1
BKM2
BKO1
BKO2
mM trolox
Mean
p
SD
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
0
jam
24
jam
19.803
28.664
61.080
51.060
118.363
98.329
39.836
40.990
39.750
46.450
88.036
89.575
24.234
40.413
6.266
0.816
56.070
43.100
7.085
4.738
0.032*
0.999
108.345
88.806
14.166
1.088
0.000*
0.004*
Setelah penyimpanan ekstrak air selama 24 jam terjadi penurunan rataan
kadar total fenol. Pada seduhan bubuk hasil pengeringan sinar matahari terlihat
penurunan rataan kadar total fenol dari 2.239 + 0.055 mg fenolik/g berat kering
sampel menjadi 1.908 + 0.179 mg fenolik/g berat kering sampel. Penurunan ini
lebih besar dibandingkan dengan penurunan kadar total fenol ekstrak air bubuk
hasil pengeringan oven dari 3.069 + 0.168 mg fenolik/g berat kering sampel
menjadi 2.911 + 0.250 mg fenolik/g berat kering sampel (Gambar 11). Hal ini
kemungkinan terjadi karena pengeringan bunga knop dengan sinar matahari
memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kadar air 7%, sehingga menurut
Jayaraman dan Das Gupta (1995) terjadi pembusukan baik secara kimiawi,
enzimatis atau mikrobiologis karena waktu pengeringan yang lama. Selain itu
dapat
terjadi
penurunan
mutu
selama
penyimpanan
karena
terjadi
ketidakseragaman pengeringan (Imre 1995). Ekstrak air bunga knop segar juga
58
mengalami penurunan total fenol setelah penyimpanan yaitu dari 3.491 + 0.064
mg fenolik/g berat kering sampel menjadi 1.996 + 0.172 mg fenolik/g berat kering
sampel.
Aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bunga knop segar rataannya lebih
rendah dari pada rataan aktivitas antioksidan dalam ekstrak air bubuk hasil
pengeringan sinar matahari maupun ektrak air bubuk hasil pengeringan oven,
yaitu TEAC sebesar 24.234 + 6.266 mM/g berat kering sampel (Tabel 8). Hal ini
kemungkinan terjadi karena ada senyawa-senyawa fenol tertentu
yang
mempunyai sifat antioksidan lebih baik yang terbentuk karena adanya proses
pemanasan.
Penelitian lainnya terhadap aktivitas antioksidan beberapa jenis buah-buahan
dan sayuran memberikan hasil sebagai berikut. Buah berry TEAC 3700, sayursayuran TEAC 450-1400 serta buah-buahan TEAC 600-1700 (Miller et al. 2000).
Bila dibandingkan dengan nilai TEAC terutama untuk sayuran, maka nilai TEAC
ekstrak air bubuk daun kumis kucing cukup tinggi, terutama yang pengeringannya
*p 0.000
dilakukan dengan sinar matahari (1354 .756 + 1.515).
120.000
115.000
*p 0.004
110.000
105.000
100.000
90.000
85.000
80.000
*p 0.032
mM/g berat kering sampel (TEAC)
95.000
75.000
70.000
65.000
60.000
Lama Penyimpanan
0 Jam
24 Jam
BKS : Bunga knop segar
BKM : Pengeringan dengan sinar
matahari
BKO : Pengeringan dengan oven
55.000
50.000
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0.000
BKS
BKM
BKO
Gambar 12 Perbandingan analisa aktivitas antioksidan
masing-masing perlakuan pada bunga knop
59
Penyimpanan ekstrak air selama 24 jam mempengaruhi aktivitas antioksidan.
Setelah 24 jam, rataan aktivitas antioksidan untuk ekstrak air bubuk bunga knop
hasil pengeringan matahari mengalami penurunan yaitu dari TEAC sebesar 56.070
+ 7.085 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 43.100 + 4.738 mM/g
berat kering sampel, sedangkan ekstrak air bubuk bunga knop hasil pengeringan
oven juga mengalami penurunan rataan aktivitas antioksidan yaitu dari TEAC
sebesar 108.345 + 14.166 mM/g berat kering sampel menjadi TEAC sebesar
88.806 + 1.088 mM/g berat kering sampel. Penurunan ini disebabkan adanya
reaksi oksidasi selama penyimpanan dan kemungkinan juga terjadi perubahan pH
seduhan. Rataan aktivitas antioksidan seduhan daun segar setelah penyimpanan
selama 24 jam mengalami kenaikan dari TEAC sebesar 24.234 + 6.266 mM/g
berat kering sampel menjadi TEAC sebesar 40.413 + 0.816 mM/g berat kering
sampel, tetapi kenaikannya tidak bermakna (p>0.05).
Analisa Proksimat Bubuk Bunga Knop Hasil Pengeringan Dengan Oven
Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan oven
dapat dilihat pada Tabel 9. Dari hasil analisa bunga knop segar didapatkan kadar
air yang cukup tinggi yaitu sebesar 73.13%, sehingga agar dapat disimpan dalam
jangka waktu yang relatif lama diperlukan pengurangan kadar air sampai 7%.
Penentuan ini berdasarkan SNI produksi teh dalam kemasan yang kadar airnya
maksimum 8% (SNI 01-3836-2000).
Tabel 9. Hasil analisa proksimat bubuk bunga knop hasil pengeringan dengan
oven
Analisa
Hasil (%)
Kadar air
7.00
Kadar abu
7.18
Kadar lemak
0.83
Kadar protein
7.16
60
Pengujian Ekstrak Bunga Knop Terhadap Proliferasi Sel Limfosit dengan
Metode MTT
Pengujian ekstrak bunga knop terhadap proliferasi sel limfosit memberikan
hasil seperti terlihat pada Tabel 10 dan Gambar 13. Pemberian ekstrak bunga
knop dengan konsentrasi 0.4115 mg/ml menaikkan rataan IS sel limfosit sebesar
1.011 + 0.082. Untuk bunga knop sampai 0.8230 mg/ml proliferasi sel limfosit
masih meningkat 1.071 + 0.122 setelah itu peningkatan konsentrasi ekstrak bunga
knop 1.646 mg/ml dan 3.292 mg/ml menghambat proliferasi sel limfosit berturutturut sebesar 0.938 + 0.041 dan 0.789 + 0.142.
Tabel 10. Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah
ekstrak bunga knop dengan mitogen (Con A, LPS dan PK )
dengan ekstrak bunga knop saja pada konsentrasi C1 (0.412
mg/ml), C2 (0.823 g/ml), C4 (1.646 mg/ml) dan C8 (3.292 g/ml)
Perlakuan
C1
C1+ConA
C1+LPS
C1+PK
C2
C2+ConA
C2+LPS
C2+PK
C4
C4+ConA
C4+LPS
C4+PK
C8
C8+ConA
C8+LPS
C8+PK
Indeks stimulasi
1
2
3
1.095
0.781
0.945
0.976
1.201
0.718
0.992
0.842
0.974
0.728
0.900
0.868
0.940
0.562
0.813
0.749
1.008
0.757
0.974
0.976
1.053
0.794
0.995
0.931
0.894
0.654
0.884
0.934
0.670
0.562
0.847
0.778
0.931
0.760
0.815
1.016
0.958
0.691
1.005
0.905
0.945
0.702
0.873
0.887
0.731
0.633
0.760
0.620
Mean
SD
1.011
0.766
0.911
0.989
1.071
0.734
0.997
0.893
0.938
0.695
0.886
0.896
0.780
0.586
0.807
0.716
0.082
0.013
0.085
0.023
0.122
0.053
0.007
0.046
0.041
0.038
0.014
0.034
0.142
0.041
0.044
0.084
Mean
Diff
p
0.245
0.1
0.022
0.006*
0.877
1
0.336
0.073
0.178
0.000*
0.989
0.123
0.243
0.052
0.041
0.007*
1
1
0.195
0.026
0.065
0.063
1
0.997
Bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, nilai % IS sel
limfosit ekstrak air kayu secang (Caesalpina sappan Linn) sebesar sampai 150%
(Puspaningrum 2003). Nilai % IS sel limfosit mencit sampel teh daun cincau
(Cyclea) sebesar 141% dan bubuk gel cincau (Cyclea) sebesar 122% (Setiawati
2003). Nilai % IS filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60oC dan
diinkubasikan pada substrat kitosan DD 85% selama 1 jam sebesar 288.06%
(Wahyuni et al 2004; Wahyuni et al 2005) dan nilai IS kitinase 0.1 IU/mg kitin
61
yang direaksikan selama 3 jam untuk pembuatan oligomer kitosan dengan
konsentrasi 85 ì g/ml sampel sebesar 1.35 (Agustine 2005), maka nilai rataan I S
tertinggi 1.071 + 0.122 (107.1% + 0.122) untuk penambahan ekstrak bunga knop
dengan konsentrasi 0.8230 mg/ml menunjukkan bahwa ektrak bunga knop
walaupun nilai rataan IS nya lebih kecil dari pada hasil-hasil penelitian lainnya
tetapi mempunyai kemampuan menstimulasi proliferasi sel limfosit.
1.200
1.100
*p 0.006
*p 0.000
*p 0.007
1.000
0.900
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
Ekstrak + ConA
Ekstrak + LPS
PK
Ekstrak
LPS
0.00
Con A
Indeks Stimulasi
0.800
Gambar 13 Perbandingan indeks stimulasi antara kultur yang ditambah
Ekstrak bunga knop saja dengan penambahan mitogen
(Con A, LPS dan PK ) saja dan dengan ekstrak bunga
knop ditambah mitogen
Konsentrasi Ekstrak
Bunga Knop
0.412 mg/ml
1.646 mg/ml
0.823 mg/ml
3.292 mg/ml
Pengujian ekstrak air dari Amaranthus sp. (famili bunga knop) terhadap sel
splenosit dari mencit BALB/c menunjukkan kemampuan ekstrak ini untuk
menstimulasi proliferasi sel splenosit. Sel B yang diisolasi dapat distimulasi juga
oleh ekstrak ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air Amaranthus
sp. mempunyai aktivitas immunomodulator dengan secara langsung menstimulasi
Ekstrak + PK
62
aktivitas proliferasi sel B dan proliferasi subset sel T secara in vitro (Lin et al
2005). Dengan demikian peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop sampai
0.8230 mg/ml dapat menstimulasi proliferasi sel limfosit, dengan kata lain
mempunyai fungsi sebagai immunomodulator.
Mekanisme
yang
mungkin
terjadi
adalah
karena
adanya
efek
immunomodulator dari antioksidan yang terkandung dalam ekstrak bunga knop
terutama dari senyawa-senyawa fenol yang dikandungnya.
Menurut Wu dan
Meydani (1998) antioksidan dapat mempengaruhi produksi molekul-molekul
seperti IL-2 yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sel limfosit dan sangat
penting untuk mengaktivasi sel limfosit. Senyawa-senyawa fenol spesifik yang
dapat meningkatkan proliferasi sel limfosit belum diketahui.
Peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop lebih besar dari 0.8230 mg/ml
menurunkan proliferasi sel limfosit atau bersifat toksik terhadap sel limfosit. Hal
ini kemungkinan terjadi karena pada konsentrasi tersebut senyawa-senyawa fenol
dalam bunga knop menunjukkan aktivitas prooksidan.
Sifat yang tidak
diinginkan ini menurut Kessler et al. (2003) dapat dijadikan penjelasan terhadap
toksisitas dari beberapa flavonoid secara in-vivo. Senyawa-senyawa fenol spesifik
yang menyebabkan terjadinya toksisitas ekstrak bunga knop terhadap limfosit
belum diketahui. Salem et al. (2004) melakukan penelitian terhadap daun bunga
knop yang diinokulasi dengan virus Prunus Necrotic Ringspot Virus (PNRSV).
Hasil inokulasi ini menunjukkan ketahanan daun bunga knop terhadap virus
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa daun bunga knop mengandung anti virus
atau bersifat toksik terhadap virus.
Senyawa ini kemungkinan terdapat juga
dalam bunganya yang kemungkinan dengan konsentrasi tertentu dapat
menghambat proliferasi sel limfosit.
Pada Gambar 13 dapat dilihat rataan IS untuk perlakuan kombinasi antara
penambahan ekstrak bunga knop dan
mitogen lipopolisakarida (LPS),
concanavalin A (Con A) dan pokeweed (PK). Ekstrak bunga knop yang ditambah
dengan mitogen semua menghambat proliferasi sel limfosit bila dibandingkan
dengan perlakuan penambahan ekstrak bunga knop saja, tetapi yang berbeda
bermakna menghambat proliferasi hanya penambahan concanavalin A (p<0.05)
Hal ini kemungkinan terjadi karena kondisi sistem imun dalam tubuh responden
63
yang sedang kurang baik, sehingga mempengaruhi pula terhadap proliferasi
limfositnya, selain itu kemungkinan karena adanya reaksi yang menyebabkan
ketidakcocokan mitogen untuk berpasangan dengan reseptor, karena menurut
Paraskevas dan Foerster (1999) aktivasi oleh mitogen memerlukan reseptor yang
cocok, yang merupakan tahap awal dari aktivasi limfosit.
Penambahan LPS saja mempunyai indeks stimulasi yang lebih tinggi dari
pada untuk penambahan concanavalin A (Con A), dan pokeweed (PK)
saja
(Gambar 13). Pada penambahan LPS peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop
dari 0.4115 mg/ml ke 0.8230 mg/ml meningkatkan IS.
Hal ini menunjukkan
bahwa dalam kultur tersebut ekstrak bunga knop yang berperan meningkatkan IS.
Setelah itu peningkatan konsentrasi ekstrak bunga knop dengan penambahan LPS,
Con A maupun pokeweed dengan konsentrasi yang sama menurunkan IS. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan bunga knop bersifat
menghambat proliferasi sel limfosit dan bersama-sama dengan LPS, Con A dan
pokeweed sinergis menghambat proliferasi sel limfosit. Selain itu, Con A sendiri
menurut Stites (1991) dapat mengaktifkan sel Ts yang dengan demikian dapat
menghambat proliferasi sel limfosit di dalam kultur tertentu.
64
Tabel 11. Perbandingan hasil penelitian ekstrak daun kumis kucing dengan
bunga knop
Daun Kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth)
Metode pengeringan
Terbaik
Bunga knop
(Gomphrena globosa L.)
sinar matahari
Senyawa kimia yang orthosiphon glikosida(1), tanin(2)
dikandung
minyak atsiri(3) ,minyak lemak(4) ,
saponin(5), sapofonin(6),
garam kalium (0.6-3.5%)(7),
myoinositol(8), sinensetin(9).
Eupatorin(10),
Polymethoxylated flavonoid (11)
turunan caffeic acid(12),
hydroxy-5,6,7,4’ tetramethoxyflavone.(13),
Flavonoid aglikon(14)
oven
Gomphrenin I,II,III,V,VI(15),
amaranthin(16), saponin(17)
minyak atsiri(18), flavon(19)
Aktivitas biologis mencegah dan mengobati asam urat(20)
mencegah batu yang mengandung asam urat(21)
pelarut batu ginjal dan batu kandung kemih(22)
efek diuretikum(23), anti bakteri(24)
anti bakteri(25)
anti inflamasi(26),
obatbatuk(27),
obat sesak(28),
penurun panas(29),
disentri(30)
Kadar total fenol
Tertinggi
(mg fenolik/g bk)
123.220
3.068
Aktivitas antioksidan
tertinggi
(mM/gr bk (TEAC))
2339.822
108.343
Konsentrasi ekstrak
yang diuji mg/ml
1.203, 2.406 dan 4.812
Konsentrasi ekstrak (mg/ml)
dengan Indeks Stimulasi (IS)
tertinggi
4.812
2.4
0.412, 0.823, 1.646 dan
3.292
0.823
1.071
(1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8), (9), (15), (16), (17), (18) dan (19) Mahendra dan Fauzi (2005)
(10), (11), (12) Olah et al. (2003)
(13), (14) Loon et al. (2005)
(25) Ferreira et al. (2004)
(26) Stalinska et al. 2005)
(27),(28), (29) dan (30) Anonim (2005)
65
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan :
1. Metode pengeringan terbaik untuk daun kumis kucing adalah pengeringan
dengan sinar matahari sedang untuk bunga knop adalah pengeringan dengan
oven
2. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang ditambahkan
berturut-turut dari 1.203 mg/ml, 2.406 sampai 4.812 mg/ml meningkatkan IS.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kumis kucing sampai konsentrasi
setara 4.812 mg/ml masih aman untuk dikonsumsi karena masih bersifat
meningkatkan proliferasi sel limfosit.
3. Peningkatan konsentrasi bunga knop yang ditambahkan berturut turut dari
0.4115 mg/ml sampai 0.8230 mg/ml meningkatkan
konsentrasi selanjutnya sebesar 1.646
IS.
Peningkatan
mg/ml sampai 3.292
mg/ml
menghambat proliferasi sel limfosit. Konsentrasi ekstrak bunga knop yang
aman untuk dikonsumsi adalah sampai konsentrasi 0.8230 mg/ml, karena
masih bersifat meningkatkan proliferasi sel limfosit.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peningkatan sel NK,
CD4 (penanda permukaan untuk Th) dan Tc.
Peningkatan ketiganya
menunjukkan adanya peningkatan proliferasi sel limfosit yang menunjukkan pula
keamanan terhadap sel limfosit, baik sel B maupun sel T dalam sistem imun
dengan adanya penambahan ekstrak daun kumis kucing.
Mekanisme
imunomodulator dengan adanya penambahan ekstrak daun kumis kucing ke
dalam kultur sel juga perlu diteliti lebih lanjut.
Untuk bunga knop, terjadi penghambatan proliferasi sel limfosit dengan
adanya penambahan ekstrak bunga knop ke dalam kultur sel.
Hal ini
menunjukkan adanya sifat sitotoksik dari ekstrak bunga knop tersebut. Untuk
mengetahui mekanisme penghambatan proliferasi sel limfosit atau adanya
aktivitas anti inflamasi dengan penambahan ekstrak bunga knop ke dalam kultur
sel perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional
Tanaman Obat 2). 2005. Edisi Baru. Jakarta : Yayasan Pengembangan
Tanaman Obat Karyasari Mengabdi Bagi Pengembangan Tanaman Obat
Indonesia.
Anonim. 2000. GomphrenaglobosaL.
http://kambing.ui.edu/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku3/3041.pdf#search=’bunga%20knop’ [8 Februari 2005].
Agustine H. 2005. Pengujian aktivitas immunoenhancing oligomer kitin
yang diproduksi secara enzimatik [skripsi]. Bogor : Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Yasni S, Budiyanto S. 1989.
Analisis Pangan. Bogor : PT Penerbit IPB (IPB Press).
Baratawidjaja KG. 2000. Imunologi Dasar.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta : Balai Penerbit
Beaux D, Fleurentin J, Mortier F. 1999. Effects of extract of Orthosiphon
stamineus Benth, Hieracium pilosella L. Sambucus nigra L. and
Arctostaphylos uva-ursi (L.) Spreng in rats. Phytother Res 13(3):222-5.
Cai Y, Sun M, Schliemann W, Corke H. 2001. Chemical stability and
colorant properties of betaxanthin pigments from Celosia argentea. J
Agric Food Chem 49(9):4429-35.
Cai Y, Sun M, Corke H. 2001. Identification and distribution of simple and
acylated betacyanins in the Amaranthaceae. J Agric Food Chem
49(4):1971-8.
Cai Y, Sun M, Corke H. 2003. Antioxidant activity of betalains from plants
of the Amaranthaceae. J Agric Food Chem 51(8):2288-94.
.
Cai Y, Luo Q, Sun M, Corke H. 2004. Antioxidant activity and phenolic
compounds of 112 traditional Chinese medicinal plant associated with
anticancer. Life Sci 74(17):2157-84.
Casadebaig-Lafon J, Jacob M, Cassanas G, Marion C, Puech A. 1989. Adsorbed
plant extract, use of extracts of dried seeds of Orthosiphon stamineus
Benth. Pharm Acta Helv 64(8):2204.
Dalimartha S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta:
Trubus Agriwidya.
67
Dean JH, Cornacoff JB, Rosenthal GJ, Luster MI. 1989. Immune system :
evaluation of injury. Di dalam : Hayes AW, editor. Principles and Methods
of Toxicology. New York : Raven Press Ltd. Hlm 741-760.
De Padua LS,Bunyaprahatsara N, Lemmens RHMJ, editor. 1999. Medicinal and
poisonous plants 1. plant Resources of South-East Asia 12(1):368-371.
Duthil GG, Gardner PT, Kyle JA. 2003. Plant polyphenols : are they the new
magic bullet ?. Proc Nutr Soc 62: 599-603.
Ferreira EO, Salvador MJ, P ral EM, Alfieri SC, Ito IY, Dias DA. 2004.
A new heptasubstituted (E) - aurone glucoside and other aromatic
compounds of Gomphrena agrestis with biological activity. Z Naturforsch
[C] 59(7-8):499-505.
Finley JW, Robinson SF. 1992. Food safety assessment : introduction. Di dalam
Finley JW, Robinson SF, Amstrong DJ, editor. Food Safety Assessment.
Washington DC : Library of Congress Cataloging –in -Publication Data.
Hlm 2-7.
Frehsney RI . 1995. Introduction to basic principles. Di dalam : Freshney RI,
editor. Animal Cell Culture : A Practical Approach. Ed ke-2. Oxford :
Oxford University Press. hlm 1-14.
Fukumoto LR, Mazza G. 2000. Assessing antioxidant and prooxidant
activities of phenolic compounds. J Agric Food Chem 48(8):3597-604.
Garnadi Y. 1998. Perbandingan potensi diuretic antara infusa daun dan
batang tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.) pada
kelinci secara oral [skripsi]. Bandung : Fakultas Kedokteran, Universitas
Padjadjaran.
Halliwell B. 2002. Food –derived antioxidant : how to evaluate their importance
In food and in vivo. Di dalam : Cadenas E, editor. Handbook of
Antioxidants. New York : Marcel Dekker Inc. hlm 1-33.
Harlow E, Lane D. 1988. Antibodies A Laboratory Manual. Cold Spring
Harbor : Cold Spring Harbor Laboratory.
Imre L. 1995. Solar drying. Di dalam : Mujundar AS, editor. Handbook
of Industrial Drying. Volume ke-1. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker,
Inc. hlm 373-451.
Isparyanto W. 1999. Pengaruh infusa daun kumis kucing (Orthosiphon
Aristatus BI. Mig.) terhadap asam urat darah tikus putih [skripsi].
Yogyakarta : Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.
68
Jaffe HS, Sherwin SA. 1991. Immunomodulators. Di dalam : Stites DP, Terr
AI, editor. Basic and Clinical Immunology. Edisi ke-7. New Jersey :
Prentice-Hall International Inc. hlm 780-785.
Jayaraman KS, Das Gupta DK. 1999. Drying of fruits and vegetables. Di
dalam: Mujundar AS, editor. Handbook of Industrial Drying.
Volume ke-1. Ed ke-2. New York: Marcel Dekker, Inc. hlm 643-690.
Kang DG, Yun C, Lee HS. 2003. Screening and comparison of antioxidant
activity of Solvent extracts of herbal medicines used in Korea. J
Ethnopharmacol 87(2) : 231-6.
Kapiszewska M, Soltys E, Visioli F, Cierniak A, Zajac G. 2005. The protective
ability of the Mediterranean plant extracts against the oxidative DNA
damage. The role of the radical oxygen species and the polyphenol content.
J Physiol Pharmacol 56 Suppl 1:183-97.
Kessler M, Ubeaud G, Jung L. 2003. Anti- and pro- oxidant activity of
rutin and quercetin derivatives. J Pharm Pharmacol 55(1):131-42.
Koesitoresmi A. 2002. Kapasitas antioksidan ekstrak batang dan daun cincau
hijau (Cyclea barbata L. Miers) pada sel limfosit manusia secara in vitro
[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Koleva II, van Beek TA, Linssen JP, de Groot A, Evstatieva LN. 2002.
Screening of Plant extracts for antioxidant activity : a comparative study
on three testing methods. Phytochem Anal 13(1):8-17.
Kresno SB. 1991. Imunologi. Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta :
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kubo IN, Masuoka P, Haraguchi H. 2002. Antioxidant activity of dodecyl
gallate. J Agric Food Chem 50:3533-3539.
Lin BF, Chiang BL, Lin JY. 2005. Amaranthus spinosus water extract
Directly stimulates proliferation of B lymphocytes in vitro.
Int
Immunopharmacol 5(4):711-22.
Loon YH, Wong JW, Yap SP, Yuen KH. 2005. Determination of flavonoids
from Orthosiphon stamineus in plasma using a simple HPLC method
with ultraviolet detection. J Chromatogr B Analyt Technol Biomed Life Sci
816 (1-2):161-6.
Mahendra B, Fauzi RH. 2005. Kumis Kucing, Pembudidayaan dan Pemanfaatan
Untuk Penghancur Batu Ginjal. Jakarta: Penebar Swadaya.
69
Miller HE, Rigelhorf F, Marquat L, Prakash A, Kanter M. 2000. Antioxidant
Content of whole grain breakfast cereal, fruits and vegetables. J Am Coll
Nut 90003(19):3128-3198.
Nirdnoy M, Muangman V. 1991. Effects of Folia orthosipohonis on urinary
stone promoters and inhibitors. J Med Assoc Thai 74(6):318-21.
Nurrahman. 1998. Pengaruh konsumsi sari jahe terhadap perlindungan limfosit
dari stres oksidatif pada mahasiswa pondok pesantren Ulil Albaab di
Bogor [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Olah NK, Radu L, Mogosan C, Hanganu, D, Gocan S. 2003. Phytochemical
and pharmacological studies on Orthosiphon stamineus Benth.
(Lamiaceae) hydroalcoholic extracts. J Pharm Biomed Anal 33(1):117-23.
Pandoyo AS. 2000. Pengaruh aktivitas ekstrak tanaman cincau hijau (Cyclea
barbata L. Miers) terhadap proliferasi sel limfosit darah tepi manusia secara
in vitro [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Paraskevas F, Foerster J. 1999. The lymphatic system. Di dalam : Lee GR,
Foerster J, Lukens J, Paraskevas F, Greer JP, Rodgers GM, editor.
Wintrobe’s Clinical Hematology. Ed ke - 10. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins. hlm 430-465.
Pomilio AB, Buschi CA, Tomes CN, Viale AA. 1992. Antimicrobial
constituents of Gomphrena martiana and Gomphrena boliviana. J
Ethnopharmacol 36(2):155-61.
Pranoto BA. 2003. Aktivitas antitumor dan immunomodulator dari produk
cincau hijau Cyclea barbata L. Miers dan Premna oblongifolia Merr.
terhadap pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H [tesis]. Bogor :
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Puspaningrum R. 2003. Pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan
Linn) terhadap proliferasi sel limfosit limpa tikus dan sel kanker K562 (Chronic Myelogenous Leukimia) secara in vitro [skripsi]. Bogor :
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Roitt IM. 1991. Essential Immunology. Edisi ke - 7.
Scientific Publication.
Oxford : Blackwell
Sari PW. 1985. Efek penyuntikan campuran infus daun Meniran (Phyllanthus
niruri Linn) dan daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.)
terhadap jumlah tetes urine kelinci terbius. Laporan penelitian. Yogyakarta
: Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada.
70
Senchina DS, McCann DA, Asp JM, Johnson JA, Cunnick JE, Kaiser MS, Khut
ML. 2005. Changes in immunomodulatory properties of Echinacea spp.
root infusions and tintures stored at 4 degrees C for four days. Clin Chiom
Acta 355(1-2):67-82.
Setiawati R. 2003. Pengaruh produk daun cincau hijau Cyclea barbata L.Miers
dan Premna oblongifolia Merr, terhadap kapasitas antioksidan limfosit
mencit C3H bertumor kelenjar susu [skripsi]. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Shank FR, Carson KL. 1992. What is safe food?. Di dalam : Finley JW,
Robinson SF, Amstrong DJ, editor.
Food Safety Assessment.
Washington DC : Library of Congress Cataloging –in -Publication Data.
hlm 26-34.
Shetty K, Curtis OR, Levin RE, Witkowsky R, Ang W. 1995. Prevention of
vitrication associated with in vitro shoot culture of oregano (Origanum
vulgare) by Pseudomonas spp. J Plant Physiol 147: 447-451.
SNI 01- 3836- 2000. Teh kering dalam kemasan. Jakarta : Badan Standardisasi
Nasional.
Sofiani YS. 2003. Isolasi, pemurnian dan uji aktivitas antibakteri senyawa
Sinensetin dari daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Mig.)
[skripsi]. Bogor : Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Sokhansaj S, Jayas DS. 1995. Drying of foodstuffs. Di dalam : Mujundar AS,
editor. Handbook of Industrial Drying. Volume ke -1. Edisi ke -2.
New York : Marcel Dekker, Inc. hlm 589-625.
Stalinska K, Guzdek A, Rokicki M, Koj A. 2005. Transcription factors as targets
of the anti-inflammatory treatment. A cell culture study with extracts from
some Mediterranean diet plants. Physiol Pharmacol 56 Suppl 1:157-69.
Stintzing FC, Kammerer D, Schieber A, Adama H, Nacoulma OG, Carle R.
2004. Betacyanins and phenolic compounds from Amaranthus spinosus L.
and Boerhavia erecta L. Z Naturforsch [C] 59(1-2):1-8.
Stites DP. 1987. Clinical laboratory methods for detection of cellular immunity.
Di dalam : Stites DP dan Terr AI, editor. Basic and Clinical Immunology.
Edisi ke-7. New Jersey : Prentice-Hall International Inc. hlm 263-283
Strack D,Vogt T, Schliemann W. 2003. Recent advances in betalain research.
Phytochemistry 62(3):247-69.
71
Tejasari. 2000. Efek proteksi komponen bioaktif oleoresin rimpang jahe
(Zingiber officinale Roscoe) terhadap fungsi limfosit secara in vitro.
[disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Tejasari, Zakaria FR, Sayuthi D. 2002. Aktivitas stimulasi komponen rimpang
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada sel limfosit B manusia secara
in vitro. J Teknologi dan Industri Pangan 13(1):47-53.
Tzianabos AO. 2000. Polysaccharides immunomodulators as therapeutic agents :
structural aspects and biological function. Clin Microb Rev. 13(4):523-33.
Wahyuni S, Zakaria FR, Witarto AB, Syah D, Suhartono MT. 2004. Aktivitas
oligomer kitosan sebagai immunoenhancer. Seminar Nasional PATPI.
Jakarta, Desember 2004.
Wahyuni S, Zakaria FR, Witarto AB, Syah D, Suhartono MT. 2005. Aplikasi
oligomer kitosan sebagai anti kanker. Seminar Nasional PERSADA
(Persatuan Alumni Jepang). Agustus 2005.
Waterman PG, Mole S. 1994.
Analysis of phenolic plant metabolites.
Oxford : Blackwell Scientific Publications.
Wilson AP. 1995. Cytotoxicity and viability assays. Di dalam : Freshney RI,
editor. Animal Cell Culture : A Practical Approach. Ed ke-2. Oxford :
Oxford University Press. hlm 263-304.
Zakaria FR, Meilasanti MA, Sanjaya, Pramudya SM, Richards AL. 1997.
Aktivitas proliferasi limfosit darah tepi konsumen makanan jajanan di
Bogor, Jawa Barat. Bul. Teknologi dan Industri Pangan. 8(2):57-65.
Zakaria FR, Prangdimurti E. 2001. Kajian aktivitas biologis dari pengkayaan gel
cincau hijau (Cyclea barbata L. Miers). Laporan Penelitian. Bogor:
Proyek QUE FTSP.
72
Lampiran 1 Dosis dasar jumlah penggunaan daun segar dan bubuk daun kumis
kucing untuk membuat ekstrak air
* Untuk ekstrak air daun segar :
Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis daun segar yang
digunakan untuk mengobati infeksi kandung kemih dan batu dalam kandung
kemih.
5-10 helai daun kumis kucing segar diekstraksi
dengan ½ gelas air mendidih (110ml)
Dikonversikan untuk dosis pencegahan 5 helai daun dalam 220 ml air
(berat 5 helai daun = 1.1835 gr)
Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatanekstrak air adalah :
1.1835 gr daun segar : 220 ml air
* Untuk ekstrak air bubuk :
Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis bubuk daun
kumis kucing untuk pencegahan infeksi kandung kemih, kencing batu, dan
infeksi saluran kemih, yaitu :
1-3 sendok takar (3-10 gr) per hari diekstraksi
dengan 3.5 gelas air mendidih (770 ml)
Diambil takaran 3 gr dalam 770 ml air, karena terlalu pekat maka diencerkan
dengan mengurangi takaran menjadi 1 gr dalam 257 ml air.
Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ekstrak air adalah
1 gr bubuk : 275 ml air
73
Lampiran 2 Dosis dasar jumlah penggunaan bunga segar dan bubuk bunga knop
untuk membuat ekstrak air
* Untuk ekstrak air bunga segar :
Dosis yang digunakan berdasarkan Anonim (2005) yaitu dosis bunga segar
yang digunakan untuk menambah nafsu makan, yaitu :
20 gr bunga segar (33 kuntum) diekstraksi dengan 3 gelas air mendidih direbus
Sampai tersisa 2 gelas (440 ml). Karena terlalu pekat, maka diambil dosis
untuk pengobatan asthma broncial sebanyak 10 kuntum
Dikonversikan untuk dosis pencegahan 5 kuntum bunga dalam 80 ml air
(berat 5 helai daun = 3.6720 gr)
Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ekstrak air adalah :
3.6720 gr bunga segar : 80 ml air
* Untuksekstrak air bubuk :
Dosis yang digunakan berdasarkan Anoni m (2005) yaitu dosis bunga segar
yang digunakan untuk menambah nafsu makan (sama dengan untuk ektrak air
bunga segar). Berdasarkan ektrak air b unga segar (kadar air bunga segar
73.13%), maka didapatkan bubuk (kadar air 7%) sebesar :
N x 93 = 3 gr x 26.87
N = 0.8667 gr bubuk
Jadi perbandingan yang didapatkan untuk pembuatan ektrak air adalah :
0.8667 gr bubuk : 80 ml air
74
Lampiran 3 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun Kumis Kucing
Contoh : Konsentrasi ekstrak bubuk daun kumis kucing yang dikonsumsi seharihari
-
Asumsi konsumsi seduhan bubuk daun kumis kucing per hari = 770 ml
-
Dari 0.6226 gr bubuk daun kumis kucing yang diekstraksi dengan 80 ml air
mendidih didapatkan 0.15 gr hasil freeze dry.
-
Untuk konsumsi sehari-hari bubuk yang digunakan untuk pembuatan ekstrak
air adalah :
0.6225 gr x 770 ml
80 ml
- Rendemen = 24% (berat basah)
= 5.9925 gr
- Sehingga jumlah ekstrak daun kumis kucing yang setara dengan 5.9925 gr
bubuk adalah :
5.9925 gr x 24% = 1.4436 gr
- Volume darah manusia dalam tubuh = 6 liter = 6000 ml
-
Konsentrasri teoritis ekstrak di dalam darah bila semua ektrak bubuk
diserap adalah
1.4436 gr
= 2.406x 10-4 gr/ml = 0.2406 mg/ml
6000 ml darah
-
Bila volume ekstrak dalam kultur (0.1 ml) adalah 20 µl maka konsentrasi
ekstrak yang harus dipersiapkan adalah :
V1 x M 1
=
V2 x M2
0.1 ml x 0.2406 mg/ml = 0.02 ml x M2
M2
= 1.203 mg/ml (2 x dosis awal)
di C1 (dosis awal) adalah = 0.6015 mg/ml
-
C1 adalah konsentrasi ekstrak untuk dosis referensi yang dikonsumsi seharihari
Penentuan dosis ekstrak daun kumis kucing pada taraf yang lainnya adalah
dengan menmgalikan C1 dengan kelipatan yang diinginkan.
Pada penelitian ini digunakan C2, C4 dan C8.
C2 = 1.203 mg/ml
C4 = 2.406 mg/ml
C8 = 4.812 mg/ml
75
Lampiran 4 Contoh Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Bunga Knop
Contoh : Konsentrasi ekstrak bubuk bunga knop yang dikonsumsi sehari-hari
-
Asumsi konsumsi seduhan bubuk bunga knop per hari = 440 ml
-
Dari 2.3834 gr bubuk bunga knop yang diektraksi dengan 110 ml air
mendidih didapatkan 0.247 gr hasil freeze dry.
-
Untuk konsumsi sehari-hari bubuk yang digunakan untuk pembuatan ekstrak
air adalah
2.3834 gr x 440 ml
110 ml
- Rendemen = 10.36% (berat basah)
= 9.5336 gr
- Sehingga jumlah ekstrak bunga knop yang setara dengan 5.9925 gr bubuk
adalah :
9.5336 gr x 24% = 0.9876 gr
- Volume darah manusia dalam tubuh = 6 liter = 6000 ml
-
Konsentrasri teoritis ekstrak di dalam darah bila semua ekstrak bubuk diserap
adalah
0.9876 gr
= 1.646 x 10-4 gr/ml = 0.1646 mg/ml
6000 ml darah
-
Bila volume ekstrak dalam kultur (0.1 ml) adalah 20 µl maka konsentrasi
ekstrak yang harus dipersiapkan adalah :
V1 x M1 = V2 x M2
0.1 ml x 0.1646 mg/ml = 0.02 ml x M2
M2
= 0.8230 mg/ml (2 x dosis awal)
di C1 (dosis awal) adalah = 0.4115 mg/ml
-
C1 adalah konsentrasi ekstrak untuk dosis referensi yang dikonsumsi seharihari
Penentuan dosis ekstrak bunga knop pada taraf yang lainnya adalah dengan
menmgalikan C1 dengan kelipatan yang diinginkan.
Pada penelitian ini digunakan C1, C2, C4 dan C8.
C1 = 0.4115 mg/ml
C2 = 0.823 mg/ml
C4 = 1.646 mg/ml
C8 = 3.292 mg/ml
76
Lampiran 5 Penentuan konsentrasi larutan mitogen (LPS, Con A dan Pokeweed)
1. Bila mitogen yang ditanam ke dalam kultur sebanyak 10 µl
Dalam sumur dengan volume 100µl (V1) untuk mendapatkan konsentrasi
mitogen (M1) sebesar 10 µg/ml, maka konsentrasi mitogen sebanyak 10 µl
(V2) yang ditanam ke dalam kultur adalah :
V1 x M1 = V2 x M2
100 µl x 10 µg/ml = 10 µl x M2
M2 = 100 µg/ml
2. Bila mitogen yang ditanam ke dalam kultur sebanyak 20 µl
Dalam sumur dengan volume 100µl (V1) untuk mendapatkan konsentrasi
mitogen (M1) sebesar 10 µg/ml, maka konsentrasi mitogen sebanyak 20 µl
(V2) yang ditanam ke dalam kultur adalah :
V1 x M1 = V2 x M2
100 µl x 10 µg/ml = 20 µl x M2
M2 = 50 µg/ml
77
Lampiran 6 Master tabel data penelitian
Tabel 12. Hasil analisa total fenol dan aktivitas antioksidan
PERLAKUAN
KKS
KKM
KKO
BKS
BKM
BKO
TOTAL FENOL
mg fenolik/g berat
kering sampel
0 JAM
24 JAM
47.202
41.319
123.220
87.620
16.918
14.319
3.491
1.995
2.238
1.907
3.068
2.911
ANALISA ANTIOKSIDAN
mM/g berat kering sampel
0 JAM
24 JAM
2198.533
2339.822
1354.763
1346.528
470.448
406.350
24.231
40.413
56.072
43.204
108.343
88.825
Tabel 13. Hasil analisa MTT ekstrak bunga knop
OD
PERLAKUAN
C1
C1+LPS
C1+Con A
C1+PK
C2
C2+LPS
C2+Con A
C2+PK
C4
C4+LPS
C4+Con A
C4+PK
C8
C8+LPS
C8+Con A
C8+PK
KONTROL
LPS
Con A
PK
I
0.415
0.358
0.296
0.370
0.455
0.376
0.272
0.319
0.369
0.341
0.276
0.329
0.356
0.308
0.213
0.284
0.400
0.372
0.272
0.363
II
0.382
0.369
0.287
0.370
0.399
0.377
0.301
0.353
0.339
0.335
0.248
0.354
0.254
0.321
0.213
0.295
0.362
0.356
0.270
0.361
III
0.353
0.309
0.288
0.385
0.363
0.381
0.262
0.343
0.358
0.331
0.266
0.336
0.277
0.288
0.240
0.235
0.375
0.373
0.269
0.376
x
0.383
0.345
0.290
0.375
0.406
0.378
0.278
0.338
0.355
0.336
0.263
0.340
0.296
0.306
0.222
0.271
0.379
0.367
0.270
0.367
IS
1.011
0.910
0.765
0.989
1.071
0.997
0.734
0.892
0.937
0.887
0.694
0.897
0.781
0.807
0.586
0.715
0.968
0.712
0.968
78
Tabel 14. Hasil analisa MTT ekstrak daun kumis kucing
OD
PERLAKUAN
C2
C2+LPS
C2+Con A
C2+PK
C4
C4+LPS
C4+Con A
C4+PK
C8
C8+LPS
C8+Con A
C8+PK
KONTROL
LPS
Con A
PK
I
0.408
0.474
0.381
0.355
0.491
0.594
0.480
0.524
0.651
0.576
0.716
0.682
0.266
0.245
0.267
0.284
II
0.367
0.469
0.444
0.352
0.475
0.496
0.518
0.524
0.669
0.479
0.669
0.630
0.265
0.267
0.273
0.265
III
0.432
0.476
0.370
0.420
0.480
0.423
0.481
0.550
0.588
0.772
0.597
0.756
0.266
0.282
0.269
0.280
x
0.402
0.473
0.398
0.376
0.482
0.504
0.493
0.533
0.636
0.609
0.661
0.689
0.265
0.265
0.270
0.276
IS
1.517
1.785
1.502
1.419
1.819
1.902
1.860
2.011
2.400
2.298
2.494
2.600
1.000
1.019
1.042
79
Lampiran 7 Tabel absorbansi dan kurva standar trolox
Tabel 15. Absorbansi untuk Trolox (mM)
No
Trolox (mM)
Absorbansi
1
2
0.0
1.25
0.0000
0.0315
3
4
2.5
5.0
0.2025
0.4575
0.5000
Y= 0.097 X – 0.038
R2 = 0.968
absorbansi
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.0000
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
trolox
Gambar 14 Kurva standar Trolox
5.0000
80
Lampiran 8 Tabel absorbansi dan kurva standar asam tanat
Tabel 16. Absorbansi untuk Asam Tanat
No
Asam Tanat (ug/ml)
Absorbansi
1
2
5
10
0.0580
0.0745
3
4
25
50
0.1775
0.4185
5
6
100
150
0.9430
1.4445
7
200
1.7785
2.0000
Y= 0.009 X – 0.015
R2 = 0.996
absorbansi
1.5000
1.0000
0.5000
0.0000
0.0000
50.0000
100.0000
150.0000
200.0000
AsamTanat
Gambar 15 Kurva standar Asam Tanat
81
Lampiran 9 Daftar singkatan
DPPH = 1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl
TEAC = Trolox Equivalent Antioxidant Capacity
GAE = Gallic Acid Equivalent
HEPES = N-2-hidroksimetil-piperazin-N-2-etan-sulphonic acid
FBS
= Fetal Bovine Serum
MTT = (3-[4,5-dimethythiazol-2-yl]-2,5-diphenyltetrazolium bromide)
Con A = Concanavalin A
LPS
= Lipopolisakarida
PK
= Pokeweed
82
Lampiran 10 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air daun
kumis kucing.
Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
95% Confidence Interval for
Mean
Std. Error
Minimum
Maximum
1
2
48.56640
11.481151
8.118400
Lower Bound
-54.58765
2
2
123.43380
12.158560
8.597400
14.19348
3
2
16.91840
.173665
.122800
15.35808
18.47872
16.796
17.041
12
2
42.51355
12.900951
9.122350
-73.39690
158.42400
33.391
51.636
22
32
2
2
87.62410
14.08585
6.784972
.249679
4.797700
.176550
26.66354
11.84257
148.58466
16.32913
82.826
13.909
92.422
14.262
12
55.52368
41.150401
11.879097
29.37797
81.66940
13.909
132.031
Total
Upper Bound
151.72045
40.448
56.685
232.67412
114.836
132.031
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
1
2
3
2
3
12
22
32
Mean
Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
-74.867400(*)
31.648000
9.057320
9.057320
.001
.085
Lower Bound
-110.91415
-4.39875
Upper Bound
-38.82065
67.69475
12
6.052850
9.057320
.979
-29.99390
42.09960
22
-39.057700(*)
9.057320
.035
-75.10445
-3.01095
32
34.480550
9.057320
.060
-1.56620
70.52730
1
74.867400(*)
9.057320
.001
38.82065
110.91415
3
12
22
106.515400(*)
80.920250(*)
35.809700
9.057320
9.057320
9.057320
.000
.001
.051
70.46865
44.87350
-.23705
142.56215
116.96700
71.85645
32
109.347950(*)
9.057320
.000
73.30120
145.39470
1
-31.648000
9.057320
.085
-67.69475
4.39875
2
-106.515400(*)
9.057320
.000
-142.56215
-70.46865
12
-25.595150
9.057320
.178
-61.64190
10.45160
22
32
1
-70.705700(*)
2.832550
-6.052850
9.057320
9.057320
9.057320
.002
.999
.979
-106.75245
-33.21420
-42.09960
-34.65895
38.87930
29.99390
2
3
-80.920250(*)
25.595150
9.057320
9.057320
.001
.178
-116.96700
-10.45160
-44.87350
61.64190
22
-45.110550(*)
9.057320
.018
-81.15730
-9.06380
32
28.427700
9.057320
.125
-7.61905
64.47445
1
2
3
39.057700(*)
-35.809700
70.705700(*)
9.057320
9.057320
9.057320
.035
.051
.002
3.01095
-71.85645
34.65895
75.10445
.23705
106.75245
12
45.110550(*)
9.057320
.018
9.06380
81.15730
32
73.538250(*)
9.057320
.001
37.49150
109.58500
1
-34.480550
9.057320
.060
-70.52730
1.56620
2
-109.347950(*)
9.057320
.000
-145.39470
-73.30120
3
12
22
-2.832550
-28.427700
-73.538250(*)
9.057320
9.057320
9.057320
.999
.125
.001
-38.87930
-64.47445
-109.58500
33.21420
7.61905
-37.49150
83
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan :
1
2
3
12
22
32
Kumis kucing segar 0 jam
Kumis kucing matahari 0 jam
Kumis kucing oven 0 jam
Kumis kucing segar 24 jam
Kumis kucing matahari 24 jam
Kumis kucing oven 24 jam
84
Lampiran 11 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air daun
kumis kucing.
Descriptives
N
Std.
Deviation
Mean
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound
Minimum
Maximum
Upper Bound
1
2
2198.57400
390.694881
276.263000
-1311.68024
5708.82824
1922.311
2474.837
2
2
1354.75600
1.514623
1.071000
1341.14765
1368.36435
1353.685
1355.827
3
2
470.44100
61.699309
43.628000
-83.90530
1024.78730
426.813
514.069
12
2
2339.82200
214.677619
151.800000
411.02012
4268.62388
2188.022
2491.622
22
2
1346.00000
2.828427
2.000000
1320.58759
1371.41241
1344.000
1348.000
32
2
402.49500
38.494893
27.220000
56.63211
748.35789
375.275
429.715
12
1352.01467
794.668989
229.401177
847.10608
1856.92325
375.275
2491.622
Total
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
1
2
3
12
2
12
22
32
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
109.92029
994.23529
-875.14571
Upper Bound
1577.71571
2462.03071
592.64971
.026
118.67629
1586.47171
.001
1062.18129
2529.97671
184.403510
.027
-1577.71571
-109.92029
184.403510
184.403510
184.403510
.022
.013
1.000
150.41729
-1718.96371
-725.14171
1618.21271
-251.16829
742.65371
843.818000(*)
1728.133000(*)
-141.248000
184.403510
184.403510
184.403510
.027
.001
.964
22
852.574000(*)
184.403510
32
1796.079000(*)
184.403510
1
-843.818000(*)
3
12
22
884.315000(*)
-985.066000(*)
8.756000
32
3
Mean Difference
(I-J)
952.261000(*)
184.403510
.015
218.36329
1686.15871
1
-1728.133000(*)
184.403510
.001
-2462.03071
-994.23529
2
12
-884.315000(*)
-1869.381000(*)
184.403510
184.403510
.022
.000
-1618.21271
-2603.27871
-150.41729
-1135.48329
22
32
1
-875.559000(*)
67.946000
141.248000
184.403510
184.403510
184.403510
.023
.999
.964
-1609.45671
-665.95171
-592.64971
-141.66129
801.84371
875.14571
2
985.066000(*)
184.403510
.013
251.16829
1718.96371
3
22
1869.381000(*)
993.822000(*)
184.403510
184.403510
.000
.012
1135.48329
259.92429
2603.27871
1727.71971
32
1937.327000(*)
184.403510
.000
1203.42929
2671.22471
1
2
3
-852.574000(*)
-8.756000
875.559000(*)
184.403510
184.403510
184.403510
.026
1.000
.023
-1586.47171
-742.65371
141.66129
-118.67629
725.14171
1609.45671
12
-993.822000(*)
184.403510
.012
-1727.71971
-259.92429
32
943.505000(*)
184.403510
.016
209.60729
1677.40271
1
-1796.079000(*)
184.403510
.001
-2529.97671
-1062.18129
2
-952.261000(*)
184.403510
.015
-1686.15871
-218.36329
3
12
22
-67.946000
-1937.327000(*)
-943.505000(*)
184.403510
184.403510
184.403510
.999
.000
.016
-801.84371
-2671.22471
-1677.40271
665.95171
-1203.42929
-209.60729
85
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan :
4
5
6
13
22
32
Kumis kucing segar 0 jam
Kumis kucing matahari 0 jam
Kumis kucing oven 0 jam
Kumis kucing segar 24 jam
Kumis kucing matahari 24 jam
Kumis kucing oven 24 jam
86
Lampiran 12 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak daun kumis
kucing.
Descriptives
N
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound
Upper Bound
1.21048
1.82619
Minimum
Maximum
C2
3
1.51833
.123929
.071550
1.385
1.630
C4
3
1.81867
.031214
.018022
1.74113
1.89621
1.792
1.853
C8
3
2.38900
.148203
.085565
2.02084
2.75716
2.219
2.491
C2+ConA
3
1.50300
.150429
.086850
1.12931
1.87669
1.396
1.675
C4+ConA
3
1.86033
.082008
.047347
1.65661
2.06405
1.811
1.955
C8+ConA
3
2.49267
.226032
.130499
1.93117
3.05416
2.253
2.702
C2+LPS
3
1.78500
.013454
.007767
1.75158
1.81842
1.770
1.796
C4+LPS
C8+LPS
3
3
1.90333
2.29833
.324138
.562895
.187141
.324987
1.09813
.90003
2.70854
3.69664
1.596
1.808
2.242
2.913
C2+PK
3
1.41767
.145039
.083738
1.05737
1.77796
1.328
1.585
C4+PK
3
2.00967
.056580
.032667
1.86911
2.15022
1.977
2.075
3
2.60133
.239174
.138087
2.00719
3.19548
2.377
2.853
36
1.96644
.431492
.071915
1.82045
2.11244
1.328
2.913
C8+PK
Total
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
11
12
13
21
12
Mean
Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
-.300333
-.870667(*)
.015333
.185933
.185933
.185933
.887
.004
1.000
-.97074
-1.54107
-.65507
.37007
-.20026
.68574
22
-.342000
.185933
.782
-1.01241
.32841
23
-.974333(*)
.185933
.001
-1.64474
-.30393
31
32
-.266667
-.385000
.185933
.185933
.944
.646
-.93707
-1.05541
.40374
.28541
33
-.780000(*)
.185933
.013
-1.45041
-.10959
41
.100667
.185933
1.000
-.56974
.77107
42
-.491333
.185933
.311
-1.16174
.17907
43
-1.083000(*)
.185933
.000
-1.75341
-.41259
11
.300333
.185933
.887
-.37007
.97074
13
21
22
-.570333
.315667
-.041667
.185933
.185933
.185933
.149
.853
1.000
-1.24074
-.35474
-.71207
.10007
.98607
.62874
23
-.674000(*)
.185933
.048
-1.34441
-.00359
31
.033667
.185933
1.000
-.63674
.70407
32
-.084667
.185933
1.000
-.75507
.58574
33
-.479667
.185933
.342
-1.15007
.19074
41
42
.401000
-.191000
.185933
.185933
.592
.995
-.26941
-.86141
1.07141
.47941
43
-.782667(*)
.185933
.013
-1.45307
-.11226
87
13
21
22
23
31
11
.870667(*)
.185933
.004
.20026
1.54107
12
.570333
.185933
.149
-.10007
1.24074
21
.886000(*)
.185933
.003
.21559
1.55641
22
23
31
.528667
-.103667
.604000
.185933
.185933
.185933
.223
1.000
.105
-.14174
-.77407
-.06641
1.19907
.56674
1.27441
32
.485667
.185933
.326
-.18474
1.15607
33
41
.090667
.971333(*)
.185933
.185933
1.000
.001
-.57974
.30093
.76107
1.64174
42
.379333
.185933
.665
-.29107
1.04974
43
-.212333
.185933
.989
-.88274
.45807
11
-.015333
.185933
1.000
-.68574
.65507
12
-.315667
.185933
.853
-.98607
.35474
13
-.886000(*)
.185933
.003
-1.55641
-.21559
22
-.357333
.185933
.736
-1.02774
.31307
23
31
32
33
-.989667(*)
-.282000
-.400333
-.795333(*)
.185933
.185933
.185933
.185933
.001
.921
.594
.011
-1.66007
-.95241
-1.07074
-1.46574
-.31926
.38841
.27007
-.12493
41
.085333
.185933
1.000
-.58507
.75574
42
-.506667
.185933
.273
-1.17707
.16374
43
11
-1.098333(*)
.342000
.185933
.185933
.000
.782
-1.76874
-.32841
-.42793
1.01241
12
.041667
.185933
1.000
-.62874
.71207
13
-.528667
.185933
.223
-1.19907
.14174
21
.357333
.185933
.736
-.31307
1.02774
23
-.632333
.185933
.077
-1.30274
.03807
31
.075333
.185933
1.000
-.59507
.74574
32
-.043000
.185933
1.000
-.71341
.62741
33
41
42
43
-.438000
.442667
-.149333
-.741000(*)
.185933
.185933
.185933
.185933
.468
.453
.999
.022
-1.10841
-.22774
-.81974
-1.41141
.23241
1.11307
.52107
-.07059
11
.974333(*)
.185933
.001
.30393
1.64474
12
.674000(*)
.185933
.048
.00359
1.34441
13
.103667
.185933
1.000
-.56674
.77407
21
.989667(*)
.185933
.001
.31926
1.66007
22
.632333
.185933
.077
-.03807
1.30274
31
.707667(*)
.185933
.032
.03726
1.37807
32
33
.589333
.194333
.185933
.185933
.123
.995
-.08107
-.47607
1.25974
.86474
41
1.075000(*)
.185933
.000
.40459
1.74541
42
43
11
.483000
-.108667
.266667
.185933
.185933
.185933
.333
1.000
.944
-.18741
-.77907
-.40374
1.15341
.56174
.93707
12
13
-.033667
-.604000
.185933
.185933
1.000
.105
-.70407
-1.27441
.63674
.06641
21
.282000
.185933
.921
-.38841
.95241
22
-.075333
.185933
1.000
-.74574
.59507
23
-.707667(*)
.185933
.032
-1.37807
-.03726
88
32
33
41
42
43
32
-.118333
.185933
1.000
-.78874
33
-.513333
.185933
.257
-1.18374
.55207
.15707
41
.367333
.185933
.704
-.30307
1.03774
42
-.224667
.185933
.983
-.89507
.44574
43
-.816333(*)
.185933
.008
-1.48674
-.14593
11
12
13
21
.385000
.084667
-.485667
.400333
.185933
.185933
.185933
.185933
.646
1.000
.326
.594
-.28541
-.58574
-1.15607
-.27007
1.05541
.75507
.18474
1.07074
22
.043000
.185933
1.000
-.62741
.71341
23
-.589333
.185933
.123
-1.25974
.08107
31
.118333
.185933
1.000
-.55207
.78874
33
-.395000
.185933
.612
-1.06541
.27541
41
.485667
.185933
.326
-.18474
1.15607
42
-.106333
.185933
1.000
-.77674
.56407
43
11
-.698000(*)
.780000(*)
.185933
.185933
.036
.013
-1.36841
.10959
-.02759
1.45041
12
.479667
.185933
.342
-.19074
1.15007
13
21
22
-.090667
.795333(*)
.438000
.185933
.185933
.185933
1.000
.011
.468
-.76107
.12493
-.23241
.57974
1.46574
1.10841
23
31
-.194333
.513333
.185933
.185933
.995
.257
-.86474
-.15707
.47607
1.18374
32
.395000
.185933
.612
-.27541
1.06541
41
.880667(*)
.185933
.004
.21026
1.55107
42
.288667
.185933
.910
-.38174
.95907
43
-.303000
.185933
.881
-.97341
.36741
11
-.100667
.185933
1.000
-.77107
.56974
12
-.401000
.185933
.592
-1.07141
.26941
13
21
-.971333(*)
-.085333
.185933
.185933
.001
1.000
-1.64174
-.75574
-.30093
.58507
22
23
31
-.442667
-1.075000(*)
-.367333
.185933
.185933
.185933
.453
.000
.704
-1.11307
-1.74541
-1.03774
.22774
-.40459
.30307
32
-.485667
.185933
.326
-1.15607
.18474
33
-.880667(*)
.185933
.004
-1.55107
-.21026
42
-.592000
.185933
.119
-1.26241
.07841
43
-1.183667(*)
.185933
.000
-1.85407
-.51326
11
.491333
.185933
.311
-.17907
1.16174
12
13
.191000
-.379333
.185933
.185933
.995
.665
-.47941
-1.04974
.86141
.29107
21
.506667
.185933
.273
-.16374
1.17707
22
.149333
.185933
.999
-.52107
.81974
23
-.483000
.185933
.333
-1.15341
.18741
31
32
33
.224667
.106333
-.288667
.185933
.185933
.185933
.983
1.000
.910
-.44574
-.56407
-.95907
.89507
.77674
.38174
41
.592000
.185933
.119
-.07841
1.26241
43
-.591667
.185933
.120
-1.26207
.07874
11
1.083000(*)
.185933
.000
.41259
1.75341
89
12
.782667(*)
.185933
.013
.11226
13
.212333
.185933
.989
-.45807
.88274
21
1.098333(*)
.185933
.000
.42793
1.76874
22
.741000(*)
.185933
.022
.07059
1.41141
23
.108667
.185933
1.000
-.56174
.77907
31
32
.816333(*)
.698000(*)
.185933
.185933
.008
.036
.14593
.02759
1.48674
1.36841
33
41
42
.303000
1.183667(*)
.591667
.185933
.185933
.185933
.881
.000
.120
-.36741
.51326
-.07874
.97341
1.85407
1.26207
Keterangan :
11
12
13
21
22
23
31
32
33
41
42
43
C2
C4
C8
C2+ConA
C4+ConA
C8+ConA
C2+LPS
C4+LPS
C8+LPS
C2+PK
C4+PK
C8+PK
1.45307
90
Lampiran 13 Hasil uji statistik (ANOVA) kadar total fenol ekstrak air bunga
knop
Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound
Minimum
Maximum
Upper Bound
1
2
3.49095
.063710
.045050
2.91854
4.06336
3.446
3.536
2
2
2.23870
.054589
.038600
1.74824
2.72916
2.200
2.277
3
12
2
2
3.06855
1.99550
.167655
.171968
.118550
.121600
1.56223
.45043
4.57487
3.54057
2.950
1.874
3.187
2.117
22
2
1.90785
.179393
.126850
.29607
3.51963
1.781
2.035
32
2
2.91135
.249538
.176450
.66934
5.15336
2.735
3.088
12
2.60215
.627384
.181110
2.20353
3.00077
1.781
3.536
Total
Multiple Comparisons
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Tukey HSD
1
2
3
12
22
32
Upper Bound
2
3
1.252250(*)
.422400
.162876
.162876
.002
.231
.60403
-.22582
1.90047
1.07062
12
1.495450(*)
.162876
.001
.84723
2.14367
22
32
1.583100(*)
.579600
.162876
.162876
.001
.079
.93488
-.06862
2.23132
1.22782
1
-1.252250(*)
.162876
.002
-1.90047
-.60403
3
12
22
-.829850(*)
.243200
.330850
.162876
.162876
.162876
.016
.681
.421
-1.47807
-.40502
-.31737
-.18163
.89142
.97907
32
1
-.672650(*)
-.422400
.162876
.162876
.043
.231
-1.32087
-1.07062
-.02443
.22582
2
.829850(*)
.162876
.016
.18163
1.47807
12
1.073050(*)
.162876
.005
.42483
1.72127
22
32
1
1.160700(*)
.157200
-1.495450(*)
.162876
.162876
.162876
.003
.914
.001
.51248
-.49102
-2.14367
1.80892
.80542
-.84723
2
-.243200
.162876
.681
-.89142
.40502
3
-1.073050(*)
.162876
.005
-1.72127
-.42483
22
.087650
.162876
.992
-.56057
.73587
32
1
2
3
-.915850(*)
-1.583100(*)
-.330850
-1.160700(*)
.162876
.162876
.162876
.162876
.010
.001
.421
.003
-1.56407
-2.23132
-.97907
-1.80892
-.26763
-.93488
.31737
-.51248
12
-.087650
.162876
.992
-.73587
.56057
32
-1.003500(*)
.162876
.006
-1.65172
-.35528
-.579600
.672650(*)
.162876
.162876
.079
.043
-1.22782
.02443
.06862
1.32087
1
2
91
3
-.157200
12
.915850(*)
22
1.003500(*)
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan :
7
8
9
14
22
32
Bunga knop segar 0 jam
Bunga knop matahari 0 jam
Bunga knop oven 0 jam
Bunga knop segar 24 jam
Bunga knop matahari 24 jam
Bunga knop oven 24 jam
.162876
.162876
.162876
.914
.010
.006
-.80542
.26763
.35528
.49102
1.56407
1.65172
92
Lampiran 14 Hasil uji statistik (ANOVA) aktivitas antioksidan ekstrak air bunga
knop.
Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound
1
2
2
2
56.07000
7.085210
3
2
108.34600
14.166177
12
22
2
2
40.41300
43.10000
.816001
4.737615
32
2
88.80550
12
60.16133
Total
24.23350
6.265673
4.430500
Minimum
Maximum
Upper Bound
-32.06134
80.52834
19.803
28.664
5.010000
-7.58809
119.72809
51.060
61.080
10.017000
-18.93205
235.62405
98.329
118.363
.577000
3.350000
33.08152
.53421
47.74448
85.66579
39.836
39.750
40.990
46.450
1.088237
.769500
79.02808
98.58292
88.036
89.575
31.007629
8.951131
40.46003
79.86264
19.803
118.363
Multiple Comparisons
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
1
2
3
Mean Difference
(I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Tukey HSD
2
3
12
22
32
Upper Bound
-31.836500(*)
-84.112500(*)
7.239182
7.239182
.032
.000
-60.64734
-112.92334
-3.02566
-55.30166
12
-16.179500
7.239182
.341
-44.99034
12.63134
22
32
-18.866500
-64.572000(*)
7.239182
7.239182
.228
.001
-47.67734
-93.38284
9.94434
-35.76116
1
31.836500(*)
7.239182
.032
3.02566
60.64734
3
12
22
-52.276000(*)
15.657000
12.970000
7.239182
7.239182
7.239182
.003
.368
.530
-81.08684
-13.15384
-15.84084
-23.46516
44.46784
41.78084
32
1
-32.735500(*)
84.112500(*)
7.239182
7.239182
.029
.000
-61.54634
55.30166
-3.92466
112.92334
2
52.276000(*)
7.239182
.003
23.46516
81.08684
12
67.933000(*)
7.239182
.001
39.12216
96.74384
22
32
1
65.246000(*)
19.540500
16.179500
7.239182
7.239182
7.239182
.001
.205
.341
36.43516
-9.27034
-12.63134
94.05684
48.35134
44.99034
2
-15.657000
7.239182
.368
-44.46784
13.15384
3
-67.933000(*)
7.239182
.001
-96.74384
-39.12216
22
-2.687000
7.239182
.999
-31.49784
26.12384
32
1
2
3
-48.392500(*)
18.866500
-12.970000
-65.246000(*)
7.239182
7.239182
7.239182
7.239182
.004
.228
.530
.001
-77.20334
-9.94434
-41.78084
-94.05684
-19.58166
47.67734
15.84084
-36.43516
12
2.687000
7.239182
.999
-26.12384
31.49784
32
-45.705500(*)
7.239182
.006
-74.51634
-16.89466
1
2
64.572000(*)
32.735500(*)
7.239182
7.239182
.001
.029
35.76116
3.92466
93.38284
61.54634
3
-19.540500
7.239182
.205
-48.35134
9.27034
93
12
48.392500(*)
22
45.705500(*)
* The mean difference is significant at the .05 level.
Keterangan :
10
11
12
15
22
32
Bunga knop segar 0 jam
Bunga knop matahari 0 jam
Bunga knop oven 0 jam
Bunga knop segar 24 jam
Bunga knop matahari 24 jam
Bunga knop oven 24 jam
7.239182
7.239182
.004
.006
19.58166
16.89466
77.20334
74.51634
94
Lampiran 15 Hasil uji statistik (ANOVA) indeks stimulasi ekstrak bunga knop.
Descriptives
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Minimum
95% Confidence Interval for Mean
Maximum
C1
3
1.01133
.082051
.047372
Lower Bound
.80751
C2
3
1.07067
.122460
.070702
.76646
1.37487
.958
1.201
C4
3
.93767
.040501
.023383
.83706
1.03828
.894
.974
C8
3
.78033
.141599
.081752
.42858
1.13209
.670
.940
C1ConA
3
.76600
.013077
.007550
.73352
.79848
.757
.781
C2ConA
3
.73433
.053407
.030835
.60166
.86700
.691
.794
C4ConA
3
.69467
.037541
.021674
.60141
.78792
.654
.728
C8ConA
3
.58567
.040992
.023667
.48384
.68750
.562
.633
C1LPS
3
.91133
.084678
.048889
.70098
1.12168
.815
.974
C2LPS
3
.99733
.006807
.003930
.98042
1.01424
.992
1.005
C4LPS
3
.88567
.013577
.007839
.85194
.91939
.873
.900
C8LPS
3
.80667
.043844
.025314
.69775
.91558
.760
.847
C1PK
3
.98933
.023094
.013333
.93196
1.04670
.976
1.016
C2PK
3
.89267
.045764
.026422
.77898
1.00635
.842
.931
C4PK
3
.89633
.033975
.019616
.81193
.98073
.868
.934
C8PK
3
4
8
.71567
.084109
.048560
.50673
.92461
.620
.778
.85473
.142439
.020559
.81337
.89609
.562
1.201
Total
Upper Bound
1.21516
.931
1.095
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(I)
perlakuan
(J)
perlakuan
11
12
13
-.059333
.073667
.053895
.053895
.999
.989
-.25918
-.12618
.14051
.27351
14
.231000(*)
.053895
.012
.03115
.43085
21
.245333(*)
.053895
.006
.04549
.44518
22
.277000(*)
.053895
.001
.07715
.47685
23
.316667(*)
.053895
.000
.11682
.51651
24
31
.425667(*)
.100000
.053895
.053895
.000
.877
.22582
-.09985
.62551
.29985
32
.014000
.053895
1.000
-.18585
.21385
33
.125667
.053895
.605
-.07418
.32551
34
41
.204667(*)
.022000
.053895
.053895
.040
1.000
.00482
-.17785
.40451
.22185
42
.118667
.053895
.690
-.08118
.31851
43
.115000
.053895
.732
-.08485
.31485
44
11
.295667(*)
.059333
.053895
.053895
.000
.999
.09582
-.14051
.49551
.25918
13
14
21
.133000
.290333(*)
.304667(*)
.053895
.053895
.053895
.516
.001
.000
-.06685
.09049
.10482
.33285
.49018
.50451
22
.336333(*)
.053895
.000
.13649
.53618
12
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
95
13
14
21
23
.376000(*)
.053895
.000
.17615
.57585
24
.485000(*)
.053895
.000
.28515
.68485
31
.159333
.053895
.243
-.04051
.35918
32
.073333
.053895
.989
-.12651
.27318
33
.185000
.053895
.094
-.01485
.38485
34
41
.264000(*)
.081333
.053895
.053895
.002
.973
.06415
-.11851
.46385
.28118
42
.178000
.053895
.123
-.02185
.37785
43
.174333
.053895
.142
-.02551
.37418
44
.355000(*)
.053895
.000
.15515
.55485
11
-.073667
.053895
.989
-.27351
.12618
12
-.133000
.053895
.516
-.33285
.06685
14
.157333
.053895
.259
-.04251
.35718
21
22
23
24
.171667
.203333(*)
.243000(*)
.352000(*)
.053895
.053895
.053895
.053895
.157
.043
.007
.000
-.02818
.00349
.04315
.15215
.37151
.40318
.44285
.55185
31
.026333
.053895
1.000
-.17351
.22618
32
-.059667
.053895
.999
-.25951
.14018
33
.052000
.053895
1.000
-.14785
.25185
34
.131000
.053895
.540
-.06885
.33085
41
-.051667
.053895
1.000
-.25151
.14818
42
.045000
.053895
1.000
-.15485
.24485
43
44
.041333
.222000(*)
.053895
.053895
1.000
.018
-.15851
.02215
.24118
.42185
11
-.231000(*)
.053895
.012
-.43085
-.03115
12
-.290333(*)
.053895
.001
-.49018
-.09049
13
-.157333
.053895
.259
-.35718
.04251
21
.014333
.053895
1.000
-.18551
.21418
22
.046000
.053895
1.000
-.15385
.24585
23
24
31
.085667
.194667
-.131000
.053895
.053895
.053895
.959
.063
.540
-.11418
-.00518
-.33085
.28551
.39451
.06885
32
33
-.217000(*)
-.105333
.053895
.053895
.023
.832
-.41685
-.30518
-.01715
.09451
34
-.026333
.053895
1.000
-.22618
.17351
41
-.209000(*)
.053895
.033
-.40885
-.00915
42
43
-.112333
-.116000
.053895
.053895
.761
.721
-.31218
-.31585
.08751
.08385
44
.064667
.053895
.997
-.13518
.26451
11
-.245333(*)
.053895
.006
-.44518
-.04549
12
13
-.304667(*)
-.171667
.053895
.053895
.000
.157
-.50451
-.37151
-.10482
.02818
14
-.014333
.053895
1.000
-.21418
.18551
22
.031667
.053895
1.000
-.16818
.23151
23
.071333
.053895
.992
-.12851
.27118
24
.180333
.053895
.113
-.01951
.38018
31
32
-.145333
-.231333(*)
.053895
.053895
.375
.012
-.34518
-.43118
.05451
-.03149
96
22
23
24
33
-.119667
.053895
.678
-.31951
34
-.040667
.053895
1.000
-.24051
.08018
.15918
41
-.223333(*)
.053895
.017
-.42318
-.02349
42
-.126667
.053895
.593
-.32651
.07318
43
-.130333
.053895
.548
-.33018
.06951
44
11
.050333
-.277000(*)
.053895
.053895
1.000
.001
-.14951
-.47685
.25018
-.07715
12
-.336333(*)
.053895
.000
-.53618
-.13649
13
-.203333(*)
.053895
.043
-.40318
-.00349
14
-.046000
.053895
1.000
-.24585
.15385
21
-.031667
.053895
1.000
-.23151
.16818
23
.039667
.053895
1.000
-.16018
.23951
24
.148667
.053895
.340
-.05118
.34851
31
32
-.177000
-.263000(*)
.053895
.053895
.128
.002
-.37685
-.46285
.02285
-.06315
33
34
41
-.151333
-.072333
-.255000(*)
.053895
.053895
.053895
.314
.991
.004
-.35118
-.27218
-.45485
.04851
.12751
-.05515
42
-.158333
.053895
.251
-.35818
.04151
43
-.162000
.053895
.222
-.36185
.03785
44
.018667
.053895
1.000
-.18118
.21851
11
-.316667(*)
.053895
.000
-.51651
-.11682
12
-.376000(*)
.053895
.000
-.57585
-.17615
13
14
-.243000(*)
-.085667
.053895
.053895
.007
.959
-.44285
-.28551
-.04315
.11418
21
-.071333
.053895
.992
-.27118
.12851
22
-.039667
.053895
1.000
-.23951
.16018
24
.109000
.053895
.796
-.09085
.30885
31
-.216667(*)
.053895
.023
-.41651
-.01682
32
-.302667(*)
.053895
.000
-.50251
-.10282
33
-.191000
.053895
.073
-.39085
.00885
34
41
42
43
-.112000
-.294667(*)
-.198000
-.201667(*)
.053895
.053895
.053895
.053895
.765
.000
.054
.046
-.31185
-.49451
-.39785
-.40151
.08785
-.09482
.00185
-.00182
44
-.021000
.053895
1.000
-.22085
.17885
11
-.425667(*)
.053895
.000
-.62551
-.22582
12
13
-.485000(*)
-.352000(*)
.053895
.053895
.000
.000
-.68485
-.55185
-.28515
-.15215
14
-.194667
.053895
.063
-.39451
.00518
21
-.180333
.053895
.113
-.38018
.01951
22
23
-.148667
-.109000
.053895
.053895
.340
.796
-.34851
-.30885
.05118
.09085
31
-.325667(*)
.053895
.000
-.52551
-.12582
32
-.411667(*)
.053895
.000
-.61151
-.21182
33
-.300000(*)
.053895
.000
-.49985
-.10015
34
-.221000(*)
.053895
.019
-.42085
-.02115
41
-.403667(*)
.053895
.000
-.60351
-.20382
42
-.307000(*)
.053895
.000
-.50685
-.10715
97
31
32
33
34
43
44
11
-.310667(*)
-.130000
-.100000
.053895
.053895
.053895
.000
.552
.877
-.51051
-.32985
-.29985
-.11082
.06985
.09985
12
13
-.159333
-.026333
.053895
.053895
.243
1.000
-.35918
-.22618
.04051
.17351
14
.131000
.053895
.540
-.06885
.33085
21
.145333
.053895
.375
-.05451
.34518
22
23
.177000
.216667(*)
.053895
.053895
.128
.023
-.02285
.01682
.37685
.41651
24
.325667(*)
.053895
.000
.12582
.52551
32
-.086000
.053895
.958
-.28585
.11385
33
.025667
.053895
1.000
-.17418
.22551
34
.104667
.053895
.838
-.09518
.30451
41
-.078000
.053895
.981
-.27785
.12185
42
.018667
.053895
1.000
-.18118
.21851
43
44
.015000
.195667
.053895
.053895
1.000
.060
-.18485
-.00418
.21485
.39551
11
12
13
-.014000
-.073333
.059667
.053895
.053895
.053895
1.000
.989
.999
-.21385
-.27318
-.14018
.18585
.12651
.25951
14
.217000(*)
.053895
.023
.01715
.41685
21
22
.231333(*)
.263000(*)
.053895
.053895
.012
.002
.03149
.06315
.43118
.46285
23
.302667(*)
.053895
.000
.10282
.50251
24
.411667(*)
.053895
.000
.21182
.61151
31
.086000
.053895
.958
-.11385
.28585
33
.111667
.053895
.768
-.08818
.31151
34
.190667
.053895
.074
-.00918
.39051
41
.008000
.053895
1.000
-.19185
.20785
42
43
.104667
.101000
.053895
.053895
.838
.869
-.09518
-.09885
.30451
.30085
44
.281667(*)
.053895
.001
.08182
.48151
11
-.125667
.053895
.605
-.32551
.07418
12
13
14
21
-.185000
-.052000
.105333
.119667
.053895
.053895
.053895
.053895
.094
1.000
.832
.678
-.38485
-.25185
-.09451
-.08018
.01485
.14785
.30518
.31951
22
.151333
.053895
.314
-.04851
.35118
23
.191000
.053895
.073
-.00885
.39085
24
31
.300000(*)
-.025667
.053895
.053895
.000
1.000
.10015
-.22551
.49985
.17418
32
-.111667
.053895
.768
-.31151
.08818
34
.079000
.053895
.979
-.12085
.27885
41
-.103667
.053895
.847
-.30351
.09618
42
-.007000
.053895
1.000
-.20685
.19285
43
-.010667
.053895
1.000
-.21051
.18918
44
.170000
.053895
.167
-.02985
.36985
11
12
-.204667(*)
-.264000(*)
.053895
.053895
.040
.002
-.40451
-.46385
-.00482
-.06415
98
41
42
43
13
-.131000
.053895
.540
-.33085
.06885
14
.026333
.053895
1.000
-.17351
.22618
21
22
23
.040667
.072333
.112000
.053895
.053895
.053895
1.000
.991
.765
-.15918
-.12751
-.08785
.24051
.27218
.31185
24
.221000(*)
.053895
.019
.02115
.42085
31
-.104667
.053895
.838
-.30451
.09518
32
33
-.190667
-.079000
.053895
.053895
.074
.979
-.39051
-.27885
.00918
.12085
41
-.182667
.053895
.103
-.38251
.01718
42
-.086000
.053895
.958
-.28585
.11385
43
-.089667
.053895
.942
-.28951
.11018
44
.091000
.053895
.935
-.10885
.29085
11
-.022000
.053895
1.000
-.22185
.17785
12
-.081333
.053895
.973
-.28118
.11851
13
14
.051667
.209000(*)
.053895
.053895
1.000
.033
-.14818
.00915
.25151
.40885
21
.223333(*)
.053895
.017
.02349
.42318
22
.255000(*)
.053895
.004
.05515
.45485
23
24
31
32
.294667(*)
.403667(*)
.078000
-.008000
.053895
.053895
.053895
.053895
.000
.000
.981
1.000
.09482
.20382
-.12185
-.20785
.49451
.60351
.27785
.19185
33
.103667
.053895
.847
-.09618
.30351
34
.182667
.053895
.103
-.01718
.38251
42
.096667
.053895
.901
-.10318
.29651
43
.093000
.053895
.924
-.10685
.29285
44
.273667(*)
.053895
.001
.07382
.47351
11
-.118667
.053895
.690
-.31851
.08118
12
13
-.178000
-.045000
.053895
.053895
.123
1.000
-.37785
-.24485
.02185
.15485
14
.112333
.053895
.761
-.08751
.31218
21
.126667
.053895
.593
-.07318
.32651
22
23
.158333
.198000
.053895
.053895
.251
.054
-.04151
-.00185
.35818
.39785
24
.307000(*)
.053895
.000
.10715
.50685
31
32
33
-.018667
-.104667
.007000
.053895
.053895
.053895
1.000
.838
1.000
-.21851
-.30451
-.19285
.18118
.09518
.20685
34
41
.086000
-.096667
.053895
.053895
.958
.901
-.11385
-.29651
.28585
.10318
43
-.003667
.053895
1.000
-.20351
.19618
44
.177000
.053895
.128
-.02285
.37685
11
-.115000
.053895
.732
-.31485
.08485
12
-.174333
.053895
.142
-.37418
.02551
13
-.041333
.053895
1.000
-.24118
.15851
14
.116000
.053895
.721
-.08385
.31585
21
22
.130333
.162000
.053895
.053895
.548
.222
-.06951
-.03785
.33018
.36185
99
23
.201667(*)
.053895
.046
.00182
.40151
24
.310667(*)
.053895
.000
.11082
.51051
31
-.015000
.053895
1.000
-.21485
.18485
32
-.101000
.053895
.869
-.30085
.09885
33
34
41
.010667
.089667
-.093000
.053895
.053895
.053895
1.000
.942
.924
-.18918
-.11018
-.29285
.21051
.28951
.10685
42
44
.003667
.180667
.053895
.053895
1.000
.111
-.19618
-.01918
.20351
.38051
11
-.295667(*)
.053895
.000
-.49551
-.09582
12
-.355000(*)
.053895
.000
-.55485
-.15515
13
-.222000(*)
.053895
.018
-.42185
-.02215
14
-.064667
.053895
.997
-.26451
.13518
21
-.050333
.053895
1.000
-.25018
.14951
22
-.018667
.053895
1.000
-.21851
.18118
23
24
.021000
.130000
.053895
.053895
1.000
.552
-.17885
-.06985
.22085
.32985
31
-.195667
.053895
.060
-.39551
.00418
32
-.281667(*)
.053895
.001
-.48151
-.08182
33
-.170000
.053895
.167
-.36985
.02985
34
-.091000
.053895
.935
-.29085
.10885
41
-.273667(*)
42
-.177000
43
-.180667
* The mean difference is significant at the .05 level.
.053895
.053895
.053895
.001
.128
.111
-.47351
-.37685
-.38051
-.07382
.02285
.01918
44
Keterangan :
11
12
13
21
22
23
31
32
33
41
42
43
C2
C4
C8
C2+ConA
C4+ConA
C8+ConA
C2+LPS
C4+LPS
C8+LPS
C2+PK
C4+PK
C8+PK
Download