analisis wewenang departemen pertahanan sebagai pelaksanaan

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR
REPUBLIK INDONESIA 1945
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Derajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
FITRIANTI
NIM.E0006130
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi )
ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Oleh:
FITRIANTI
NIM.E0006130
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta,
Oktober 2010
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Aminah S.H,M.H
NIP.19510531981032001
Isharyanto S.H, M. Hum
NIP.197805012003121002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI
ANALISIS WEWENANG DEPARTEMEN PERTAHANAN SEBAGAI
PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945
Penulisan Hukum (Skripsi)
Oleh
FITRIANTI
NIM.E0006130
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada
Hari
Tanggal
:
:
:
Juli 2011
DEWAN PENGUJI
1. Jadmiko Anom H, S.H., M.H.
Ketua
: .........................................................
2. Aminah, S.H., M.H.
Sekretaris
: ........................................................
3. Isharyanto, S.H.,M.Hum.
Anggota
: .........................................................
Mengetahui
Dekan,
Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum
NIP. 195702031985032001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
: FITRIANTI
Nim
: E0006130
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
ANALISIS
WEWENANG
PELAKSANAAN
FUNGSI
KEMENTERIAN
PERTAHANAN
PERTAHANAN
MENURUT
SEBAGAI
KETENTUAN
PASAL 30 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
adalah betul - betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya dalam
penulisan hukum (skripsi) diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar sarjana yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi ) ini.
Surakarta,
Oktober 2010
Yang membuat pernyataan
FITRIANTI
NIM. E0006130
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
FITRIANTI. E0006130. 2010. ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN
PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN
NEGARA MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG
DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah kebijakan Kementerian Pertahanan
dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara dalam melaksanakan fungsi
pertahanan negara, fakta hukum,arah kebijakan, dan realisasi pertahanan negara
sebagai amanah konstitusi negara republik indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bersifat preskriptif, untuk
menemukan hukum atau norma yang dilaksanakan dari amanah Undang - Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan fungsi pertahanan.
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data kepustakaan. Sumber
data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan intrepretasi
terhadap kebijakan - kebijakan yang dilaksanakan dalam bidang pertahanan untuk
mengetahui arah kebijakan dalam pelaksanaan fungsi pertahanan. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, pertama salah satu
kebijakan kementerian pertahanan adalah remunerasi yang mengarahkan
kebijakan tersebut untuk menigkatkan kinerja Tentara Nasional Indonesia sebagai
alat negara dalam bidang pertahanan dengan konsekuensi Tentara Nasional
Indonesia bekerja secara maksimal untuk meningkatkan pertahanan negara,
memberi motivasi kerja yang profesional. Arah kebijakan kedua, kebijakan
reformasi tentara yang mengarahkan profesionalisme tentara. Arah kebijakan
ketiga, kebijakan diplomasi yang mengarahkan diplomasi lunak. Arah kebijakan
keempat, kebijakan pasukan perdamaian sebagai konsekuensi anggota PBB, yang
mengarahkan pada pertahanan negara.Arah kebijakan kelima, arah kebijakan
persenjataan tentara sebagai alat utama pertahanan negara, untuk peningkatan
nasionalisme.
Kata Kunci: kebijakan, kementerian pertahanan, arah kebijakan, peningkatan
pertahanan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
FITRIANTI. E0006130. 2010. AN ANALYSIS ON AUTHORITY OF
DEFENSE MINISTRY AS THE IMPLEMENTATION OF STATE DEFENCE
FUNCTION ACCORDING TO THE PROVISION OF ARTICLE 30 OF
REPUBLIC OF INDONESIA’S 1945 CONSTITUTION. Law Faculty of Sebelas
Maret University.
This research aims to find out the purpose of Defence Department’s policy in
implementing defence of the realm function, the legal fact, policy direction, and
realization of state defence as the mandate of Republic of Indonesia.
This study belongs to a normative research that is prescriptif in nature, to find the
law or norm implemented from the mandate of Republic of Indonesia’s 1945
Constitution in performing the function of defence. The type of data used was
secondary data, namely library data. The secondary data source used included
primary, secondary, and tertiary law materials. Technique of collecting data used
was library study. Data analysis was done by interpreting the policies
implemented in defence area to find out the direction of policy in implementing
the function of defence. Based on the result of research and discussion, the
following conclusions can be drawn on: firstly, one of defence ministry’s policies
is remuneration directing the policy to improve the performance of Indonesian
Army as the state apparatus in defence area with the consequence that Indonesian
Army will work maximally to improve defence of the realm, to give professional
work motivation. The second purpose of policy is the army reformation policy
directing the army professionalism. The third purpose is the diplomatic policy
directing the soft diplomacy. The fourth one is the peace troop policy as the
consequence of UN membership, directing to defence of the realm. The fifth one
is the army weaponry policy as the main instrument of defence, to improve the
nationalism.
Keywords: policy, defence ministry, policy purpose, defence improvement.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Perjuangan harus dijalani, jika hari esuk ingin untuk meraih bahagia
Perlu kesabaran untuk meraih mimpi
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
Bahagia pada waktunya, nikmati derita dengan penuh percaya diri
Pengorbanan adalah kepuasaan tersendiri untuk mencapai impian
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan, hidup harus dijalani.
Carilah ilmu sampai kemanapun, tiada bekal sesungguhnya kecuali ilmu
Berjuanglah tanpa menghitung untung dan rugi
Keluarga adalah harta yang paling berharga
Lebih baik mandi keringat di medan latihan daripada mandi darah di medan
pertempuran
------Brajamusti-------
Berikan yang terbaik untuk masa depan.
Hidup akan mudah dijalani, apabila dengan kasih sayang.
Jangan jadikan kesalahan suatu penyesalan tapi jadikanlah suatu pelajaran yang
berharga untuk lebih menghargai hari yang akan datang esuk.
-----Penulis------
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tuhan pencipta seluruh alam, pencipta manusia, penciptaku, pencipta suamiku,
pencipta anak - anakku.Terima kasih ya Tuhan atas segala rahmadmu,sehingga
aku mampu menjalani semua. Berpisah dari suami tercinta, hamil tua, demi cita cita ku dari kecil.
Suamiku tercinta Sertu Periyanto, suami impianku, suami dambaanku, suami yang
penyayang, suami yang menerimaku apa adanya, suami yang selalu mendukung
cita - citaku.
Anak - anakku yang hari - hari menemaniku memberi kebahagiaan,
menghilangkan rasa capekku, beteku, memberi ketegaran dalam menjalani
rintangan demi rintangan.
Orangtuaku yang selalu memberi semangat dan membantu biaya untuk
mencapaicita - citaku. Meskipun Cuma petani tapi aku bangga dengan mereka.
Saudara - saudaraku yang selalu memberi semangat dalammeraih cita - cita
Teman - temanku fakultas hukum universitas sebelas maret yang menjadi
temanku selama kuliah
Teman - temanku angkatan 2007
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum
yang berjudul “ ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN
SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT
KETENTUAN
PASAL
30
UNDANGUNDANG
DASAR
REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945 ”. Penulisan hukum atau skripsi merupakan tugas
wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat
memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pertahanan adalah bentuk konsekuensi negara yang merdeka dalam
menjaga keutuhan wilayah kesatuan negara pada umumnya. Undang-Undang
Dasar merupakan konstitusi sebagai norma tertinggi yang mengamanahkan
pelaksanaan pertahanan negara sebagai negara kesatuan yang memiliki kesatuan
masyarakat dan wilayah sebagai unsur negara.
Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum
ini tidak
terlepas dari moril maupun materiil serta doa dan dukungan dari berbagai
pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hartiwiningsih, S.H,M.Hum.selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Aminah S.H,M.H. Selaku dosen pembimbing
Sripsi
I, yang telah
meluangkan waktu untuk memberkan bimbingan dan nasehat kepada penulis.
3. Bapak
Isharyanto S.H,M.Hum selaku pembimbing skripsi II yang telah
banyak membantu sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan Penulisan Hukum (Sripsi ) ini.
4. Bapak Jadmiko Anom, S.H.,M.H, Selaku penguji skripsi
5. Ibu M. Madalina, S.H.,M.Hum, Selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara
6. Bapak Yudo Taruno M.,S.H.,M.Hum selaku Pembimbing Akademik ,yang
selalu memberi nasehat dan bantuan selama penulis belajar di Fakultas Hukum
Univertas Sebelas Maret.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah
memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga dapat dijadikan bekal
dalam penulisan skripsi ini.
8. Ketua Bagian PPH, Bapak lego Karjoko S.H, M.Hum, dan mas Wawan
anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam skripsi ini.
9. Suami tercinta SERTU Periyanto, yang telah mendukung memberi
kepercayaan diri, nasehat, kasih sayang, sehingga penulisan skripsi dapat
terlaksana dengan baik.
10. Anakku tersayang Juang Panjiihsa dan Lingga, yang memberi kekuatan dalam
menjalani aktivitas, sehingga penulisan skripsi berjalan secara lancar.
11. Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan kerja kerasdalam
meraih cita - cita penulis, sehinnga dapat menjalani penulisan skripsi dengan
baik.
12. Adikku M.Syahrul Ibnu Hakam Pranika, yang senantiasa menjadi adik yang
baik dan memberi dukungan penulis.
13. Keluarga besar Pucung dan Keluarga besar soko seluruhnya yang merupakan
tempat kelahiran yang memberi kenangan dan ketenangan.
14. Pakde Joko Suranto S.H, yang memberi dukungan dalam meraih cita-cita
penulis.
15. Sahabat-Sahabatku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
16. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan hukum atau
skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum masih jauh dari sempurna baik
dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu sumbang saran dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi,
praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta,
Oktober 2010
Penulis
commit to user
x
FITRIANTI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
ABSTRACT .....................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian....................................................................
4
E. Metode Penelitian .....................................................................
5
F. Sistematika Penulisan Hukum..................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori .........................................................................
9
1. Tinjauan Tentang Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 ........................................................
9
2. Tinjauan Tentang Hierarki Perundang-undangan ..............
9
3. Tinjauan Umum Mengenai Kementerian Pertahanan ........
11
a. Wewenang dan tanggung jawab menteri partahanan 11
b. Peran dan Tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia 14
c. Wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional
commit to user
Indonesia ......................................................................
14
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Nilai-nilai demokrasi,HAM,dan lingkungan hidup ......
14
e. Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat ......................
15
f. Keterlibatan rakyat .......................................................
15
g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional
BAB III
Indonesia ......................................................................
17
h. Tinjauan umum mengenai Tentara Nasional Indonesia
19
i. Tugas kepolisian Negara Republik Indonesia ..............
21
j. Wewenang Kepolisian Republik Indonesia .................
22
4. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional ..............
22
5. Tinjauan Mengenai Kebijakan ..........................................
24
B. Kerangka Pemikiran .................................................................
26
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kementerian Pertahanan Negara Sebagai Pelaksanaan Fungsi
Pertahanan ................................................................................
28
1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan
Republik Indonesia .............................................................
28
2. Landasan Hukum Pelaksanaan Pertahanan Negara Republik
Indonesia ............................................................................
31
3. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Secara Umum Kementerian
Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan .............
33
B. Arah Kebijakan Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana
Fungsi Pertahanan ....................................................................
34
1. Arah Kebijakan Remunerasi Sebagai pelaksanaan Pertahanan
Negara ................................................................................
38
2. Arah Kebijakan Reformasi Tentara Sebagai Pelaksanaan
Pertahanan Negara..............................................................
39
3. Arah Kebijakan Diplomasi Dengan Malaysia Sebagai
Pelaksanaan Pertahanan Negara .........................................
4. Arah Kebijakan Pasukan Perdamaian Sebagai Pelaksanaan
commit
to user
Fungsi Pertahanan
..............................................................
xii
42
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Arah Kebijakan Persenjataan Militer Sebagai Pelaksanaan
Pertahanan Negara..............................................................
BAB IV
55
PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................
57
B. Saran ........................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia menerapkan negara kesatuan yang terdiri dari banyak pulau,
setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 dengan perjuangan para pahlawan
Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, seluruh rakyat
wajib mempertahankan bangsa Indonesia dari bahaya luar dan menjamin kesatuan
dan persatuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) yang bunyinya:
“ tiap - tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara ”. Pertahanan adalah suatu usaha untuk menjamin keutuhan dan
kedaulatan suatu bangsa. Untuk mempertahankan suatu bangsa diperlukan rakyatrakyat khusus yang di bentuk sesuai dengan perundang-undangan untuk
mempertahankan
negara.
Indonesia
telah
mengimplentasikannya
dengan
membentuk Pertahanan Tentara Nasional Indonesia dan Keamanan Kepolisian
Republik Indonesia.
Pada era glebalisasi ini banyak kasus-kasus kedaulatan wilayah Indonesia
yang mengakibatkan terpecah dan lepas dari bangsa Indonesia, hal tersebut tidak
lepas dari tanggung jawab fungsi pertahanan negara. Hal-hal yang berkaitan
dengan pertahanan negara telah tercantum dalam konstitusi bangsa Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai sumber hukum dari segala
hukum. Selain itu Indonesia juga memiliki landasan ideologi yang merupakan
pembeda dari bangsa satu dengan bangsa lainnya yaitu Pancasila, yang dalam
silanya sila ke 3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tidak lebih dari peran
pertahanan suatu negara untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan suatu negara.
Untuk menjamin pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan berbagai
kebijakan.
Remunerasi merupakan kebijakan yang akhir-akhir ini diperbincangkan
merupakan kebijakan dalam bidang pertahanan. Remunerasi adalah kebijakan
dalam memberi tunjanagan kinerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
commit
to user
kinerja pemerintah khususnya di
bidang
pertahanan yaitu Tentara Nasional
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
Indonesia. Menginggat isu-isu saat ini banyak kasus-kasus anggota militer dan
polisi menjual amunisi kepada teroris, hal ini menggambarkan kondisi ekonomi
dan sosial sangat mempengaruhi kinerja militer sebagai pertahanan negara. Hal ini
juga yang memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak
terjadi dalam kalangan anggota militer. Apalagi saat ini pola penyerangan teroris
berpindah dari mengebom sasaran aset asing berpindah menjadi serangan terhadap
aparat negara secara lansung, sehingga kebijakan yang langsung pada sasaran
anggota militer yang diperlukan.
Keutuhan suatu negara mencerminkan kekuatan bangsa tersebut sehingga
memiliki eksistensi yang tinggi dari negara-negara lain yang sudah terbentuk.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dalam bidang pertahanan yaitu
Kementerian Pertahanan sebagai kementerian yang memiliki wewenang dalam
bidang pertahanan. Undang-Undang Dasar 1945 mengatur upaya pembelaan
negara dan usaha pertahanan dan keamanan negara. Upaya pembelaan negara
ditinjau dari segi warga negara sedangkan usaha pertahanan dan keamanan negara
ditinjau dari segi negara yaitu Tentara Nasional Indonesia Republik Indonesia.
Upaya pembelaan tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi ”Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Usaha
pertahanan dan keamanan tercantum dalam bab XII tentang Pertahanan
Keamanan, yaitu Pasal 30. Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem Pertahanan Dan
Keamanan Rakyat Semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Sementara itu ayat (3) Pasal 30 tersebut menentukan Tentara
Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara. Sebelumya adanya Pasal 30 yang tercantum
dalam bab XII Undang - Undang Dasar Tahun 1945 yang berjudul partahanan dan
keamanan tersebut, ketentuan mengenai tentara ini hanya terdapat pada Pasal 10
UUD RI Tahun 1945. Pasal 10 berbunyi ”Presiden memegang kekuasaan yang
commit Laut,Angkatan
to user
tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Udara”. Angkatan Darat,
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Angkatan Laut, Angkatan Udara merupakan satu kesatuan organisasi Tentara
Nasional Indonesia, dalam konsep organisasi tentara itu, sebagaimana telah
menjadi kelaziman sejak masa masa pemerintahan sebelumnya, dianggap perlu
adanya panglima Tentara Nasional Indonesia yang tersendiri. Keberadaan
Panglima Tentara Nasional Indonesia ini merupakan kelanjutan dari jabatan
Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang ada pada masa
orde baru yang menggabungkan organisasi kepolisian sebagai angkatan ke-4
dalam ABRI. Sesudah reformasi nasional, diadakan pemisahan yang tegas antara
Tentara Nasional Indonesia dan POLRI, sehingga ABRI ditiadakan. Pemisahan
tersebut ditetapkan dengan ketetepan MPR No.VI/MPR/2000 tentang peran
Tentara Nasional Indonesia dan POLRI. Berdasarkan hal tersebut pada tahun
2002 diundangkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI
dan Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Selanjutnya
pada tahun 2004 dibentuk pula Undang-Undang khusus tentang Tentara Nasional
Indonesia yaitu Undang-Undang nomor 34 tahun 2004.
Dilihat dari pemaparan tersebut, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut
mengenai arah kebijakan Kementerian Pertahanan berdasarkan wewenang dan
fungsinya sesuai perkembangan, maka peneliti mengambil judul: ANALISIS
WEWENANG
KEMENTERIAN
PELAKSANAAN
FUNGSI
PERTAHANAN
PERTAHANAN
NEGARA
SEBAGAI
MENURUT
KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah digunakan untuk mengetahui dan menegaskan masalahmasalah apa yang hendak diteliti, sehingga memberikan kemudahan dalam
mencapai sasaran yang akan dicapai. Mengacu pada latar belakang yang telah
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Bagaimanakah arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk melaksanakan
commit to user
fungsi pertahanan ?
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai sebagai solusi atas
masalah yang dihadapi (tujuan obyektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan
perorangan (tujuan subyektif). Berangkat dari permasalahan di atas maka penulis
menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Obyektif
Untuk mengetahui bagaimana arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk
melaksanakan fungsi pertahanan.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis di bidang Hukum
Tata Negara pada umumnya, serta memperdalam pengetahuan penulis
mengenai pelaksanaan fungsi pertahanan negara menurut ketentuan Pasal
30 Undang-Undang Dasar 1945.
b. Untuk
memenuhi
persyaratan
akademis
guna
memperoleh
gelar
kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam penulisan
hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis maupaun pihak lain. Adapun manfaat
yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Tata
Negara pada khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur
dalam dunia kepustakaan tentang arah kebijakan Kementerian Pertahanan
dalam menjalankan wewenang dan fungsinya sesuai amanah UndangUndang Dasar Pasal 30 mengenai kewajiban pertahanan negara.
c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun
commit to user
penelitian sejenis.
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua
pihak yang berkepentingan dan menjawab permasalahan yang sedang
diteliti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis untuk
mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk
mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama proses belajar.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah jalan yang dilakukan berupa serangkaian kegiatan
ilmiah yang dilakukan
secara metodelogis, sistematis, dan konsisten untuk
memperoleh data yang lengkap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.
Penelitan hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi (Peter Mahmud, 2006:35).
1. Jenis penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah, penelitian dikategorikan
menjadi penelitian doktrinal atau juga disebut penelitian hukum normatif.
Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat peskriptif
bukan diskriptif (Peter Mahmud, 2006:33).
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang disusun secara
sistematis, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Soerjono Soekanto, 2006:15).
2. Sifat penelitian
Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat
peskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat peskriptif, ilmu hukum
mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud, 2006:22).
commit
to user kepentingan kedua kepentingan
Validitas aturan hukum adalah
menengahi
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
yang berbeda, sehingga tercipta keadilan. Tujuan adanya hukum merupakan
cita yang berkaitan dengan keadilan, menjunjung nilai - nilai keadilan. Konsep
hukum merupakan alam pikir yang dijadikan menjadi sebuah kenyataan,
diwujudkan secara substansial melalui konstruksi hukum. Norma-norma
hukum merupakan tubuhnya hukum yang saling berkaitan tidak dapat
dilepaskan dalam mempelajari ilmu hukum itu sendiri.
3. Pendekatan penelitian
Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan
yaitu
pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan historis (historical
approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan
konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud, 2006:93).
Dari keempat pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan
penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan
konseptual. Pendekataan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak
beranjak dari aturan hukum yang ada, beranjak dari Undang-Undang Dasar
1945 (Peter Mahmud, 2006:137).
4. Jenis dan sumber data penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder,
yaitu informasi hasil penelaahan dokumen, bahan kepustakaan seperti bukubuku, koran, majalah, jurnal-jurnal, kamus hukum, komentar-komentar, arsiparsip yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Data sekunder dibidang hukum ditinjau dari kekuatan mengikatnya
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Bahan hukum primer yang meliputi:
1) Undang-Undang Dasar 1945;
2) TAP MPR; dan
3) Peraturan Perundang-undangan.
b. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal
hukum yang terkait, dan media massa yang mengulas tentang kewenangan
dan fungsi Kementerian Pertahanan.
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, misalnya bahan dari internet, ensiklopedia, kamus
hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar (Soerjono Soekanto,
2001:13).
5. Teknik pengumpulan bahan hukum
Penelitian yang penulis angkat merupakan penelitian normatif, sehingga
pengumpulan datanya dilakukan dengan studi kepustakaan yaitu cara
pengumpulan
data
dengan
membaca,
mempelajari,
mengkaji,
dan
menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan perundangundangan, dokumen dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
6. Teknik analisis bahan hukum
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil
penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian
dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,1993:103).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif
yaitu dengan mengumpulkan data-data, mengkualifikasikan kemudian
menghubungkan dengan teori perundang-undangan Pasal 30 Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi pertahanan
dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yaitu arah kebijakan
Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan. Analisis bahan
hukum merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian
menjadi suatu laporan.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan Hukum
Dalam penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang masing - masing
terdiri dari sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.
Sistematika penulisan yang dimaksud sebagai berikut:
BAB I
adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II
mengguraikan Tinjauan Pustaka yang meliputi tinjauan tentang
lembaga negara sesuai UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang
wewenang dan fungsi Kementerian Pertahanan, tinjauan tentang Pasal
30 UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang Tentara Nasional Indonesia,
tinjauan tentang kepolisian RI, tinjauan tentang aturan-aturan yang
berkaitan, tinjauan tentang kebijakan.
BAB III berisi hasil dari penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan arah
kebijakan Kementerian Pertahanan sesuai fungsi dan wewenang
merupakan amanah Pasal 30 UUD RI Tahun 1945.
BAB IV berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan oleh penulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Mengenai pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi bangsa Indonesia yang
menjadi landasan hukum tertinggi dan sumber dari segala sumber hukum.
Dalam Pasal 30 tersirat amanah negara untuk seluruh rakyatnya dalam
mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Pasal 30 ayat (1):
Tiap - tiap warga Negara berhak dan wajib ikut dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara .
Pasal 30 ayat (2):
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian RI, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
Pasal 30 ayat (3):
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”.
Pasal 30 ayat (4):
Kepolisian RI sebagai alat negara menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum ”.
Pasal 30 ayat (5):
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Rebublik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian RI didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan
warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal
yang terkait .
2. Tinjauan mengenai hierarki perundang-undangan
Setelah runtuhnya pemerintahan orde baru yang dimulai dengan
berhentinya Presiden Soeharto tanggal 21 Juli 1998 yang menyerahkan
kekuasaanya kepada Presiden Habibie, kemudian dengan Sidang Istimewa
MPR pada tahun 1998 dan dilanjutkan
commit toSidang
user Umum tahun 1999 dilanjutkan
9
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
Sidang Tahunan tahun 2000 MPR menetapkan TAP MPR No. III /MPR/2000
tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan yaitu:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia;
b.
TAP MPR;
c. Undang-undang;
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);
e. Peraturan Pemerintah (PP);
f.
Keputusan Presiden (Keppres); dan
g. Peraturan Daerah (Perda) (Valina S.S,2007:95)
Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 mengenai jenis dan
hierarki Perundang-undangan sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
b.
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
c. Peraturan Pemerintah;
d. Peraturan Presiden; dan
e. Peraturan Daerah.
3. Tinjauan Umum Mengenai Lembaga Negara
Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara ada dua unsur
pokok yang saling berkaitan yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk
atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya, organ adalah status
bentuknya (Inggris = Form, Jerman= Vorm) sedangkan functie adalah gerakan
wadah itu sesuai dengan maksud pembentuknya (Jimmly Assidiqie, 2006: 99).
Pembedaan lembaga Negara dari segi hierarkinya:
1) Lapis Pertama yaitu sama dengan:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Dewan Perwakilan Rakyat;
c. Dewan Perwakilan Daerah;
d. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
e. Mahkamah Konstitusi; commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Mahkamah Agung; dan
g. Badan Pemeriksa Keuangan.
2) Lapis kedua yaitu :
a. Menteri Negara;
b. Tentara Nasional Indonesia;
c. Kepolisian Negara;
d. Komisi Yudisial;
e. Komisi Pemilihan Umum; dan
f. Bank Sentral.
4. Tinjauan Umum mengenai Kementerian Pertahanan
Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk
meraih masa depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat
Indonesia melakukan Gerakan Reformasi. Hakekat Reformasi Nasional adalah
suatu perubahan seluruh aspek kehidupan bangsa menuju kehidupan yang
lebih baik. Perubahan dimaksud berskala nasional dan dilaksanakan di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen
bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur bangsa
Indonesia dan nilai-nilai universal.
Cita-cita luhur Reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui
pembentukan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa.
Pemerintah yang diinginkan adalah pemerintahan yang mampu menata
kehidupan
demokratis
dan
mewujudkan
supremasi
hukum,
mampu
memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat
pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita
luhur tersebut bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia
merupakan realita adanya tantangan dan kendala yang menghadang antara lain
krisis ekonomi dan moneter, serta berbagai konflik yang belum teratasi secara
tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah menimbulkan dampak-dampak terhadap
commit
to useryang dihadapi makin kompleks,
aspek-aspek kehidupan lainnya.
Persoalan
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari kedewasaan
berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah
euforia demokrasi.
Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menuju
masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan
menghadapi tantangan yang berat. Meskipun demikian, diyakini bahwa
reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni sebagai
wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa
Indonesia menuju masyarakat
"civil"
yang dicita-citakan. Walaupun
menghadapi tantangan yang berat, namun keyakinan akan kebenaran arah
perjuangan Reformasi Nasional, telah mendorong semangat untuk terus
melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi
membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia.
Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama
secara sinergis agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap
berada pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan
yang menghambat dan menggagalkan reformasi harus dihindarkan agar tidak
dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya memaksakan kepentingan
kelompok atau golongan. Reformasi Nasional harus tetap dilanjutkan dan
dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar
(UUD) RI Tahun 1945 dan nilai falsafah Pancasila.
Sejalan dengan komitmen Reformasi Nasional, reformasi di bidang
pertahanan negara dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan
pada kostitusi UUD RI Tahun 1945 dan falsafah Pancasila.
Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang
dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur,
kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan
menyeluruh.
Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi
pertahanan negara yang menyentuh segi-segi substansial. Penataan tersebut
commit to tataran
user kewenangan, fungsi dan tugas
meliputi perubahan struktur organisasi,
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kementerian Pertahanan (Dephan), fungsi dan tugas Tentara Nasional
Indonesia. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan pertahanan
negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta
dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai,
perubahan diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan
negara untuk mampu memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya. Perubahan
dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan dan Tentara Nasional
Indonesia, mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah.((http://www.pertahanan
indo.go.id/september 2010 pukul 10:00 WIB)
Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan
(TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran
Tentara Nasional Indonesia dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah
Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982
tentang Ketentuan - ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah
tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun
2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung
kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional.
Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan
tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas Tentara Nasional
Indonesia, wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional
Indonesia,
nilai-nilai
demokratis,
Hak
Asasi
Manusia,
perlindungan
lingkungan hidup, peran DPR dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban
warga negara dalam bela negara. Secara ringkas, diatur sebagai berikut :
a. Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan
1) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan
pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan
Presiden.
2) Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan
commitregional
to user dan internasional di bidangnya.
kebijakan kerjasama bilateral,
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan,
perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan
teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh Tentara
Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lainnya.
b. Peran dan Tugas Tentara Nasional Indonesia
1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2) Tentara
Nasional
Indonesia
bertugas
melaksanakan
kebijakan
pertahanan negara untuk :
a) Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
b) Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
c) Melaksanakan Operasi Militer selain perang.
d) Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian
regional dan internasional.
c. Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia
1) Panglima Tentara Nasional Indonesia memimpin Tentara Nasional
Indonesia.
2) Panglima Tentara Nasional Indonesia menyelenggarakan perencanaan
strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer,
serta memelihara kesiagaan operasional.
3) Panglima Tentara Nasional Indonesia berwenang menggunakan
segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi
militer berdasarkan undang-undang.
4) Panglima Tentara Nasional Indonesia bertanggung jawab kepada
Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan
bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan kebutuhan
Tentara Nasional Indonesia.
d. Nilai - nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup
1) Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi
manusia (HAM), kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan
to userdan kebiasaan internasional, serta
hukum nasional, hukumcommit
internasional
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prinsip hidup berdampingan secara damai. Prisip demokrasi dalam hal
ini tidak lepas dari sistem pemerintahan saat ini adalah demokrasi
modern yang dibatasi dengan konstitusi,yang mana dalam hal ini
pelaksanaan demokrasi melalui pemilu dengan militer tidak ada dalam
hak suara, militer sebagai instrumen negara yang netral dalam bidang
pertahanan. Pertahanan negara juga menjunjung tinggi hak asasi
manusia yang diakui oleh hukum dunia. Selain kedua prinsip tersebut
juga berkaitan dengan lingkungan hidup, yang mana pertahanan
wilayah suatu negara juga tidak lepas dari kelestarian lingkungan.
2) Pendayagunaan
memperhatikan
segala
sumber
prinsip-prinsip
daya
alam
berkelanjutan,
dan
buatan
harus
keragaman,
dan
produktivitas lingkungan hidup. Penggunaan sumber daya alam juga
harus memperhatikan sisi kelangsungan hidup, hal ini sangat
mendukung dan berkaitan dengan pertahanan. Pertahanan tidak hanya
menjaga tetapi juga mengembangkan dan memberikan hal terbaik untuk
negara kesatuan.
e. Keterlibatan DPR
Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan
Tentara Nasional Indonesia. Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara
Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan
Presiden harus mendapat persetujuan DPR.
1) Presiden mengangkat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat
persetujuan DPR.
2) DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum
pertahanan negara.
f. Keterlibatan Rakyat
1) Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat
semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak
dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16
digilib.uns.ac.id
2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer
menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama
dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung.
3) Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat komponen utama.
4) Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara
langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan
kemampuan komponen utama dan komponen pendukung.
Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, Tentara
Nasional Indonesia melakukan reformasi internal. Reformasi internal
Tentara Nasional Indonesia pada hakekatnya merupakan tekad dan
komitmen Tentara Nasional Indonesia untuk melakukan pembaharuan
institusi Tentara Nasional Indonesia melalui langkah-langkah konstruktif
sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang
demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan Tentara Nasional Indonesia
secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang
diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal
merupakan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia untuk mewujudkan
institusi Tentara Nasional Indonesia yang profesional dan dilaksanakan
secara bertahap dan berlanjut. Dalam kaitan tersebut, Tentara Nasional
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada jati dirinya
sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan
melindungi keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa
Tentara Nasional Indonesia, maka Tentara Nasional Indonesia harus
senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan
andalan kekuatan pertahanan negara Indonesia.
Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam Tentara
commit
to userdan dinamika lingkungan yang
Nasional Indonesia sesuai
tantangan
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlaku. Komitmen tersebut telah dilakukan antara lain melalui kegiatan
mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan
mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan
seminar, diskusi dan pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di
lingkungan sendiri, maupun bersama-sama dengan kalangan lain. Dari
kegiatan-kegiatan tersebut Tentara Nasional Indonesia telah menyusun
suatu konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang
dikenal dengan "Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia".
Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia berisikan dokumen
tentang Redefinisi, Reposisi dan Reaktualisasi peran Tentara Nasional
Indonesia dalam Kehidupan Bangsa di masa depan. Dokumen tersebut
ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan atau Panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998.
Niat dan komitmen untuk mereformasi diri tersebut, kemudian diwadahi
secara formal oleh wakil-wakil rakyat melalui TAP MPR-RI Nomor :
VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Polri,
dan Tap MPR-RI Nomor : VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional
Indonesia dan Peran Polri.
g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional Indonesia meliputi
Tentara Nasional Indonesia tunduk pada otoritas politik pemerintah
yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan nilai - nilai demokrasi berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan tugasnya Tentara Nasional
Indonesia senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan
nasional.
1) Tugas Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan kebijakan
pertahanan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui keputusan politik
pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik Tentara Nasional
Indonesia ada pada pimpinan nasional.
2) Tentara
Nasional
Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan
commit
to user
pertahanan negara dengan
menyelenggarakan
perencanaan strategi dan
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta
memelihara kesiapsiagaan (Pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara).
3) Tentara Nasional Indonesia sebagai bagian dari sistem nasional, tidak
mengambil posisi eksklusif tetapi senantiasa memelihara keterkaitan
dengan komponen bangsa yang lain.
4) Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan
pelibatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
5) Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan
Tentara Nasional Indonesia yang semula bersama-sama tergabung
dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan jabatan
Kassospol Tentara Nasional Indonesia dan Kaster Tentara Nasional
Indonesia, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan
serta
sosial
politik
Tentara
Nasional
Indonesia,
penghapusan
keberadaan Fraksi Tentara Nasional Indonesia atau Polri di lembaga
legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan
organisasi Tentara Nasional Indonesia. Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan
Dephankam menjadi Dephan.
Komitmen
Tentara
Nasional
Indonesia
untuk
melaksanakan
reformasi adalah tekad dan kemauan politik Tentara Nasional Indonesia
yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, Tentara Nasional
Indonesia telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari
keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan
pemerintah yang dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis.
Harapan Tentara Nasional Indonesia sebagai tentara profesional
meliputi Tentara Nasional Indonesia yang tidak berpolitik, berada di bawah
kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara
demokratis dan konstitusional, Tentara Nasional Indonesia yang terdidik
dan terlatih baik, Tentara Nasional Indonesia yang terlengkapi kebutuhan
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alutsistanya secara memadai, serta prajurit Tentara Nasional Indonesia
yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatannya secara layak.
Sebagai tentara rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus selalu dekat
dengan rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus mengenal dan hidup
bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan Tentara
Nasional Indonesia dari rakyat merupakan pengikraran akan kodrat Tentara
Nasional Indonesia sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang
bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat
penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan Tentara Nasional
Indonesia untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan
teritorialnya (http:// www.TNI.go.id/articles indo)
5. Tinjauan Umum Mengenai Tentara Nasional Indonesia
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2004 Tentara Nasional Indonesia adalah :
a. Tentara Rakyat, yaitu Tentara yang anggotanya berasal dari warga Negara
Indonesia
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaiakan tugasnya.
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut
prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum
nasional, dan hukum yang telah diratifikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
Fungsi Tentara Nasional selaku alat pertahanan negara yaitu :
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa.
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman
c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
Tugas Tentara Nasional Indonesia dalam Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2004 yaitu:
a. Menegakkan kedaulatan Negara
b. Mempertahankan keutuhan wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentara Nasional
Indonesia dibagi menjadi 3 angkatan yang masing-masing memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Tugas angkatan darat:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat dibidang
pertahanan
2) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan kekuatan matra darat
3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam menjaga
keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain
4) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat
b. Tugas Angkatan Laut:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra laut di bidang
pertahanan.
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi
nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum
to user
internasional yang telahcommit
diratifikasi.
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung
kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah.
4) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan kekuatan matra laut
5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut
c. Tugas Angkatan Udara:
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra udara dibidang
pertahanan
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan diwilayah udara yurisdiksi
nasional sesuai ketentuan hukum nasional dan hukum internasional
yang telah diratifikasi.
3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan
dan pengembangan wilayah pertahanan udara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 2 ditentukan
bahwa kepolisian merupakan salah satu fungsi dari fungsi-fungsi
pemerintahan negara dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman,dan pelayanan
masyarakat.
a). Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia:
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli
terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan aturan perundang-undangan.
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk pengamanan swakarya.
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan lainnya.
8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian.
9) Melindungi keselamatan jiwa, raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi terkait.
11) Memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.
b) Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia :
1) Menerima laporan dan/atau pengaduan
2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang
dapat menggangu ketertiban umum.
3) Mencegah dan menaggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.
4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan negara.
5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan
administratif kepolisian.
6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan.
7) Melakukan tindakancommit
pertamatodiuser
tempat kejadian.
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
9) Mencari keterangan dan barang bukti
10) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional
11) Mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan masyarakat.
12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan
keputusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan
masyarakat.
13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
6. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional
Dewan Pertahanan merupakan lembaga khusus yang didirikan secara
independen sebagai penasehat presiden dalam pembuatan kebijakan.
Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan dalam menetapkan kebijakan
umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara.
Dewan Pertahanan Negara dipimpin oleh Presiden dengan keanggotaan terdiri
atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan kewajiban yang
sama. Anggota tetap terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri
Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Panglima (http://www.dephan.go.id).
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
Pasal 15 ayat (1); Dewan Pertahanan Negara berfungsi sebagai penasehat
Presiden dalam meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan
segenap komponen pertahanan negara.
Tugas Kementerian Pertahanan pasal 15 ayat (3) :
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara
agar
kementerian
pemerintah,
masyarakat
beserta
tentara
dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam mendukung
penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan
komponen pertahanan negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi
c. Menelaah dan menilai resiko dan kebijakan yang ditetapkan.
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 37 ayat (1)
mengatur organ lembaga kepolisian yang disebut Komisi Kepolisian Nasional
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Tugas Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (1) yaitu:
a. Membantu presiden dalam menetapkan arah kebijakan kepolisian
b. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian Kapolri.
Wewenang Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (2):
a. Mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian sarana
dan prasarana POLRI
b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam upaya
mewujudkan Polisi yang professional dan mandiri.
c. Menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja polisi dan
menyampaikan kepada Presiden.
7. Tinjauan Mengenai Kebijakan
Kajian ilmu kebijakan dan pengertian kebijakan:
a. Secara harfiah ilmu kebijakan adalah terjemaham langsung dari kata policy
science, dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintah yang
mempunyai wewenang kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum
b. Kebijakan dalam arti yang luas
Sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang
proses pengambilan kebijakan .
c. Kebijakan menurut Thomas Dye
Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
d. Kebijakan menurut H.hugh Heglo (Said Zainal, 2004:117).
Kebijakan sebagai a course of action intended to accomlist some end atau
sebagai tindakan yang dimaksud mencapai tujuan tertentu.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut William Dun yaitu;
a. Penyusunan agenda
Agenda setting adalah fase atau proses sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik.
b. Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas
oleh para pembuat kebijakan.
c. Adopsi atau legitimasi kebijakan
Memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan
d. Penilaian atau evaluasi kebijakan
Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
substansi, implementasi dan dampak ( Said Zainal Abidin,2004:112)
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Pasal 30 UUD 1945
Departemen Pertahanan
TNI
TAP MPR No.VI/2000
TAP MPR No.VII/2000
UU No.3/2002
UU No.6/2004
POLRI
Wewenang dan Fungsi
Kebijakan
Departemen Pertahanan
Peningkatan Pertahanan
Keutuhan dan kedaulatan suatu negara tidak lepas dari sistem pertahanan
dan keamanan suatu negara tersebut. Dalam mempertahankan keutuhan dan
kedaulatan
negara Indonesia, Indonesia memiliki institusi Kementerian
Pertahanan dan keamanan meliputi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 30 UUD RI Tahun 1945. Dalam
menjalankan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan tidak lepas dari
peraturan yang berlaku. Era globalisasi ini banyak peristiwa yang melemahkan
keutuhan dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia, oleh karena itu perlu
kebijakan dari Kementerian Pertahanan untuk memperbaiki sistem pertahanan
dari berbagai segi dengan amanah UUD RI Tahun 1945 khususnya Pasal 30
commitkeutuhan
to user dan kedaulatan suatu bangsa.
mengenai kewajiban mempertahankan
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan
mempunyai organisasi kesatuan Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari
Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara yang masing-masing memiliki
tugas mempertahankan kutuhan dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kementerian Pertahanan Negara sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan
1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan Negara Republik
Indonesia
Kementerian Pertahanan merupakan lembaga negara yang dipimpin
oleh menteri yang memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara
berdasar kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.
b. Menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan bilateral,
regional, dan internasional.
c. Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan,
perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional serta pembinaan teknologi
dan industri pertahanan yang diperlukan Tentara Nasional Indonesia dan
komponen pertahanan lain.
Penyusunan buku puti oleh Kementerian Pertahanan mempunyai fungsi
sebagai berikut: The government, through ministry of defence,has
published on 31 Maret 2003 a defence white paper. The white paper, as
some have argued, was a clear attemp to put the brakes on the ongoing
security reform within the indonesian military (TNI). The paper titled
defending the land and water at the start of the century was also a
welcome attemp by the ministry of defence to become more transparent
about its activity.
The mayor aims of the paper twofold. Nationally, the white paper is
crucial to inform the country about national defence and the need for its
integrated implementation. While, internasionally, it aims to inform the
internasional comunity abaut indonesia’s defence policy. The paper has
outlined the goverment’s perception of threat to indonesia and the
strtegies needed to deal with thess threat.
Pemerintah siap mempublikasikan buku putih pertahanan usaha kontrol
militer. Buku putih yang diterbitkan berjudul mempertahankan tanah air
memasuki abad ke-21. Dan juga Kementerian Pertahanan mengupayakan
transparansi aktivitas pertahanan. Tujuan utama lebih mengenai seluruh
negara Buku putih sangat penting memberitahu negara tentang pertahanan
nasional dan dibutuhkan untuk pelaksanaan kebijakan selanjutnya. Saat
dunia internasional, tujuannya untuk memberitahu komunitas internasional
commit to user
mengenai pertahanan Indonesia.
Buku garis besar pemerintahan
28
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meneruskan persepsi dan strategi dibutuhkan perjanjian untuk
meneruskannya (Anak Perwita, Journal of Security & Defence Law
no.3/2004(GRN-SSR, 2004)).
Dalam Kementerian Pertahanan dibentuk lembaga independen dan
mandiri yang mana dalam pelaksanaan tugasnya tidak diintervensi oleh
kekuasaan
lain
yang
berfungsi
sebagai
penasehat
presiden
dalam
meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan komponenen
pertahanan negara. Dalam hal ini lembaga yang dibentuk adalah Dewan
Pertahanan Negara (http://www.dephan.go.id).
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan
Negara mengatur mengenai tugas Dewan Pertahanan yaitu:
a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu Pertahanan Negara
agar
Kementerian
melaksanakan
tugas
Pemerintah,
dan
masyarakat
tanggung
beserta
jawab
tentara
dapat
masing-masing
dalam
mendukung penyelenggaraan pertahanan negara.
b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan
komponen Pertahanan Negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi.
c. Menelaah, dan menilai resiko dan kebijakan yang ditetapkan.
Dalam Kementerian Pertahanan memiliki komponen pertahanan yang
merupakan aparat negara dalam bidang pertahanan yaitu Tentara Nasional
Indonesia.
Tentara Nasional Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2004. Dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen
pertahanan mempunyai komponen lebih spesifik yaitu:
a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara
Indonesia.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan indonesia yang bertugas demi
kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi
secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin
kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut
prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum
nasional, dan hukum yang telah diratifikasi. (Jimly Assidiqie, 2006:212).
Komponen Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu
komponen pertahanan negara yang mempunyai tugas dan fungsi pertahanan
negara sesuai ketentuan yang mengaturnya.
Fungsi Tentara Nasional Indonesia selaku alat pertahanan negara yaitu:
a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata
dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan
keselamatan negara.
b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.
c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat
kekacauan keamanan.
Tentara Nasional dibagi menjadi tiga (3) angkatan yang masing-masing
memiliki tugas sesuai matra. Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
Pasal 8 masing-masing tugas tersebut adalah :
a. Tugas Angkatan Darat
1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat di bidang
pertahanan;
2) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan
matra darat;
3) Melaksanakan tugas dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan
darat dengan negara lain;
4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan didarat.
b. Tugas Angkatan Laut
commit
user pertahanan;
1) Melaksanakan tugas matra
lauttodibidang
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi
nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional sesuai dengan
ketentuan hukum internasional yang telah berlaku;
3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung
kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah;
4) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan
matra laut;
5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan.
c. Tugas Angkatan Udara
1) Melaksanakan tugas matra udara dibidang pertahanan;
2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara
yurisdiksi nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi;
dan
3) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan wilayah
pertahanan udara.
Secara umum Tentara Nasional Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menegakkan kedaulatan negara;
b. Mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
yang berdasar Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945; dan
c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dari
ancaman
dan
gangguan
terhadap
keutuhan
bangsa
dan
negara.
(http://www.tni/modules.php?name=news&file=article&sid)
2. Landasan Hukum Pelaksanaan Pertahanan Negara Republik Indonesia
Pertahanan Negara meliputi keutuhan wilayah dan kedaulatan negara
sebagai konsekuensi negara yang merdeka yang memiliki kadaulatan secara
utuh untuk dipertahankan demi keberlangsungan negara. Pertahanan
merupakan amanah yang turun temurun dan wajib dilaksanakan oleh seluruh
masyarakat Republik Indonesia seutuhnya. Mengenai hal tersebut landasan
hukum pertahanan negara sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32
digilib.uns.ac.id
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Pertahanan negara merupakan amanah konstitusi yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum atau hukum tertinggi, pertahanan diatur
dalam Pasal 30 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 yang ketentuannya
sebagai berikut:
Pasal 30 ayat (1):
Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara.
Pasal 30 ayat (2):
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian RI, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
Pasal 30 ayat (3):
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
Pasal 30 ayat (4):
Kepolisian RI sebagai alat Negara menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
Pasal 30 ayat (5):
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Rebublik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian RI didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait.
b. Undang-Undang yang berkaitan dengan pelaksanaan pertahanan negara
Republik Indonesia.
1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 mengenai pertahanan negara
menggantikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara.
Secara substansial Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 mengatur
wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas
Tentara Nasional Indonesia, wewenang dan tanggung jawab Panglima
Tentara Nasional Indonesia, nilai-nilai demokratis dan hak asasi
manusia (http:// id.wikipedia.ast/wiki/substansi Undang-Undang No.3
thn 02 - publik=end). commit to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional
Indonesia.
3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.
Dalam undang - undang ini mengatur mengenai asas kewarganegaraan
secara khusus yaitu asas kepentingan nasional yaitu asas yang
menentukan
bahwa
peraturan
kewarganegaraan
mengutamakan
kepentingan nasional, Indonesia yang bertekad mempertahankan
kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan
tujuan. Asas tersebut menegaskan bahwa sebagai warga negara
indonesia wajib mempertahankan kedaulatannya sebagai warga negara
seutuhnya milik negara Republik Indonesia (Dirangkum dari Komnas
HAM,2000:367)
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
1) TAP MPR RI NOMOR VI TAHUN 2002 tentang Pemisahan Tentara
Nasional Indonesia dengan Polisi Republik Indonesia.
2) TAP MPR RI NOMOR VII TAHUN 2000 tentang Peran Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.
3. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Secara Umum Kementerian Pertahanan sebagai
pelaksanaan fungsi pertahanan:
a. Penyusunan agenda
Melihat dari realita yang ada, menanggapi kasus-kasus yang berkaitan
dengan pertahanan negara yang meliputi keutuhan wilayah dan kedaulatan
negara, kemudian dibuat susunan agenda untuk langkah selanjutnya;
b. Formulasi kebijakan
Masalah-masalah atau isu-isu yang telah masuk dalam agenda kebijakan
kemudian dibahas oleh anggota pembuat kebijakan yang dalam hal ini
adalah anggota Dewan Pertahanan Negara sebagai lembaga independen
penasehat Presiden dan penyusun kebijakan dengan anggota Wakil
Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam
Negeri;
commit to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Legitimasi kebijakan
Memberikan otoritas pada proses dasar pemerintahan;
d) Penilaian atau evaluasi kebijakan
Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
substansi, implementasi dan dampak dari kebijakan yang telah disusun
bersama.
B. Arah Kebijakan Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana
Fungsi Pertahanan
Sesuai dengan ketentuan yang mengamanahkan pertahanan negara dalam
Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kementerian
Pertahanan mempunyai kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan
pertahanan negara baik pertahanan wilayah maupun kedaulatan negara kesatuan.
Pada era globalisasi ini banyak kasus-kasus kedaulatan wilayah indonesia
terpecah dan lepas dari bangsa Indonesia misalnya wilayah Timor-Timur yang
sekarang menjadi negara tetangga, hal tersebut tidak lepas dari tanggung jawab
fungsi pertahanan negara. Hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan negara telah
tercantum dalam konstitusi bangsa Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar sebagai
sumber hukum dari segala hukum atau hukum tertinggi bangsa Indonesia. Selain
itu Indonesia juga memiliki landasan ideologi yaitu Pancasila yang merupakan
pembeda dari bangsa satu dengan bangsa lainnya, yang dalam silanya sila ke-3
yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tidak lebih dari peran pertahanan suatu
negara untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan suatu negara.
Peran Pertahanan yang dilaksanakan oleh komponen utama pertahanan yaitu
Tentara Nasional Indonesia sangat dipengaruhi tunjangan kinerja. Isu terhanggat
dari kebijakan Kementerian Pertahanan yaitu remunerasi. Remunerasi merupakan
kebijakan yang akhir-akhir ini diperbincangkan merupakan kebijakan dalam
bidang pertahanan. Remunerasi adalah kebijakan dalam memberi tunjangan
kinerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah khususnya
dibidang pertahanan yaitu Tentara Nasional Indonesia. Menginggat isu-isu saat ini
commit
to user
banyak kasus-kasus anggota militer
dan polisi
menjual amonisi kepada teroris, hal
perpustakaan.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
ini menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial sangat mempengaruhi kinerja
militer sebagai pertahanan negara. Hal ini juga yang memicu terjadinya
pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak terjadi dalam kalangan anggota
militer. Apalagi saat ini pola penyerangan teroris berpindah dari mengebom
sasaran aset asing berpindah menjadi serangan terhadap aparat negara secara
lansung, sehingga kebijakan yang langsung pada asaran anggota militer yang
diperlukan (dok.Solopos Cucuk Danartono : 24 September 2010).
Mengatur kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dan memiliki arah yang
tepat. Dari berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan pemerintah tidak lepas dari
hukum yang keutuhan suatu negara mencerminkan kekuatan bangsa tersebut
sehingga memiliki eksistensi yang tinggi dari negara-negara lain yang sudah
terbentuk. Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dalam bidang pertahanan
yaitu Kementerian Pertahanan sebagai kementerian yang memiliki wewenang
dalam bidang pertahanan. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 mengatur upaya
pembelaan negara dan usaha pertahanan dan keamanan negara. Upaya pembelaan
negara ditinjau dari segi warga negara sedangkan usaha pertahanan dan keamanan
negara ditinjau dari segi negara yaitu Tentara Nasional Indonesia Republik
Indonesia. Upaya pembelaan tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi
”Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”. Usaha pertahanan dan keamanan tercantum dalam bab XII tentang
pertahanan keamanan, yaitu pasal 30. Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa
usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Sementara itu ayat (3) Pasal 30 tersebut menentukan Tentara
Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara. Sebelumya adanya Pasal 30 yang tercantum
dalam bab XII Undang-Udang Dasar RI Tahun 1945 yang berjudul pertahanan
dan keamanan tersebut, ketentuan mengenai Tentara Nasional Indonesia hanya
commit
to user
terdapat pada Pasal 10 UUD RI
Tahun
1945. Pasal 10 berbunyi ”Presiden
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara ”. Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara merupakan
satu kesatuan organisasi Tentara Nasional Indonesia, dalam konsep organisasi
tentara itu, sebagaimana telah menjadi kelaziman sejak masa-masa pemerintahan
sebelumnya, dianggap perlu adanya Panglima Tentara Nasional Indonesia yang
tersendiri. Keberadaan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini merupakan
kelanjutan dari jabatan Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia) yang ada pada masa orde baru yang menggabungkan organisasi
kepolisian sebagai angkatan ke-4 dalam ABRI. Sesudah Reformasi Nasional,
diadakan pemisahan yang tegas antara Tentara Nasional Indonesia dan POLRI,
sehingga ABRI ditiadakan. Pemisahan tersebut ditetapkan dengan Ketetapan
MPR No.VI/MPR/2000 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan POLRI.
Selanjutnya pada tahun 2004 dibentuk pula Undang-Undang khusus tentang
Tentara Nasional Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004
(http://www.dephan.go.id).
Dewasa ini banyak isu-isu politik yang membahayakan pertahanan negara
yang harus diperhatikan secara khusus oleh Kementerian Pertahanan sebagai
pelaksana fungsi pertahanan. Kebijakan-kebijakan yang saat ini masih mengalami
perjalanan dan dapat dilihat dianalisa arah kebijakannya meliputi kebijakan
remunerasi, kebijakan reformasi tentara, perbatasan wilayah dengan Malaysia
yang melahirkan kebijakan diplomasi lunak, pengiriman pasukan perdamaian
persenjataan militer.
Dalam sejarah perjalan negara Indonesia tidak lepas dari konflik-konflik
yang genting yang membahayakan keutuhan negara Republik Indonesia. Sejarah
tersebut terjadi pada saat berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara Tahun
1950. Keadaan ini terjadi setelah Indonesia Merdeka, hal ini dapat disimpulkan
sebagai keadaan yang membahayakan yang mana kemerdekaan telah diperoleh
namun dasar negara masih berubah-ubah, padahal dasar terbentuknya negara yang
terpenting adalah konstitusi sebagai simbul negara mempunyai kedaulatan yang
utuh dan mengikat sehingga ditakuti oleh penjajah yang berkepentingan merebut
commit to user
wilayah kesatuan Republik Indonesia.
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konflik politik yang membahayakan keutuhan negara di era UUD’S 1950
sebagai berikut:
1. 10 Oktober 1950
Pemberontakan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan.
2. 17 Agustus 1951
Pemberontakan DI/TII Oleh Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
3. Desember 1951
Pemberontakan Batayon 426 di Jawa Tengah menggabungkan iri dengan
DI/TII
4. 17 Oktober 1952
KSAD Kol.A.H Nasution mengerahkan pasukan tank dan mengarahkan
moncong meriam kearah istana menuntut pembubaran parlemen.
5. 20 September 1953
Daud Beureuh di Aceh menyatakan Aceh sebagai wilayah yang bergabung
dengan NII di bawah Kartosuwiryo di Jawa Barat.
6. 27 Juni 1955
Militer atau Perwira-Perwira Angkatan Udara pemboikotan pelantikan Kol.
Bambang Utoyo sebagai KSAD.
7. 20 Desember 1956
Sumatra Barat oleh Dewan Banteng pimpinan Letkol Ahmad Husain.
8. 21 Februari 1957
Lahir
konsepsi
Presiden
oleh
Presiden
Soekarno
tentang
gagasan
meninggalkan sistem demokrasi liberal.
9. 2 Maret 1957
Letkol Sumual Panglima Wilayah Indonesia Timur menyatakan hukum
darurat diwilayah kekuasaanya.
10. 30 November 1957
Percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno (Peristiwa Cikini)
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. 15 Februari 1958
Pemberontakan PRRI di Sumatra Barat dan PERMESTA di Sulawesi Utara
dan Tengah masing-masing di bawah pimpinan Letkol Ahmad Husein dan
Letkol D.J Sumba (Hendarmin Ranadireksa, 2007:33).
Dari peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan bahwa sebuah negara yang
merdeka mempunyai kewajiban untuk mempertahankan wilayah dan kedaulatan
negara untuk kelangsungan negara tersebut. Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang besar yang merdeka dengan kekuatan para pahlawannya, sehingga amananah
kostitusi kita dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini
Kementerian Pertahanan khususnya dan seluruh masyarakat Republik Indonesia
pada umumnya.
1. Arah Kebijakan Remunerasi sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara
Remunerasi adalah kebijakan pemerintah dalam bidang tunjangan
kinerja dalam hal pertahanan membahas mengenai tunjangan kinerja Tentara
Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan yang berpengaruh langsung
terhadap pertahanan negara sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia sebagai konstitusi bangsa Indonesia yang merdeka
memiliki kedaulatan yang utuh untuk menjalankan pemerintahan. Negara
Indonesia merupakan
negara
yang memiliki
lembaga-lembaga
yang
mempunyai tugas masing-masing dalam menjalankan pemerintahan sesuai
dengan konstitusi bangsa Indonesia. Dalam hal ini khusus membahas
Kementerian Pertahanan yang memiliki tugas pokok mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia. Tentara Nasional Indonesia adalah alat
pertahanan yang bekerja sesuai dengan kebijakan yang telah dibentuk
pertahanan yang berwenang yaitu Kementerian Pertahanan. Tentara Nasional
Indonesia mempunyai panglima tinggi yaitu Presiden yang dalam menentukan
kebijakan mempunyai dewan khusus yaitu Dewan Pertahanan Nasional
sebagai penasehat Presiden dalam menentukan kebijakan dalam bidang
pertahanan.
Remunerasi merupakan perubahan kearah yang lebih baik, remunerasi
commit
to user
dalam hal ini berkaitan dengan
adanya
reformasi birokrasi inevitable yang
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
dilakukan pemerintah maupun negara. Remunerasi merupakan syarat perlu
(necessary condition) dari reformasi birokrasi, sedangkan syarat cukupnya
(sufficient condition) dapat dipenuhi dari terjadinya perbaikan-perbaikan aspek
lain yaitu tercukupinya kualifikasi sumber daya manusia artinya reformasi
demokrasi tidak akan tercapai apabila tidak didahului dengan remunerasi
(http://antikorupsi.org/indo(jawa pos,30 jan 2009))
2. Arah Kebijakan Reformasi Tentara (Tentara Profesional) sebagai Pelaksanaan
Pertahanan Negara
Pengembangan postur Tentara Nasional Indonesia diarahkan pada
kekuatan minimal esensial (minimum esencial force). Agenda reformasi
internal yaitu:
1. Netralitas Tentara Nasional Indonesia dalam politik.
2. Penghentian Tentara Nasional Indonesia dari bisnis.
3. Peradilan militer
4. Kesejahteraan prajurit dan profesionalisme.
Keberhasilan reformasi Tentara Nasional Indonesia adalah keberhasilan
normative. Pelaksanaan norma-norma reformasi itu baru seperempat
perjalanan, penyebabnya adalah reformasi Tentara Nasional Indonesia masih
terbebani dengan paradigma orde baru yang berkaitan dengan pertarungan
politik domestik dan ancaman komunisme dalam konteks perang dingin. Hal
itu tercermin dalam berbagai dokumen dan fakta termasuk buku putih
pertahanan. Persepsi yang dominan masih memandang ancaman dari dalam
negeri dan menghambat arah transformasi organisasi Tentara Nasional
Indonesia kearah yang lebih professional. Lebih dari itu, segala kemajuan
reformasi Tentara Nasional Indonesia belum biasa sepenuhnya terlaksana.
Pertama, ukuran keberhasilan menghapuskan peran politik Tentara
Nasional Indonesia tidak berhenti pada hilangnya jumlah kursi Tentara
Nasional Indonesia di DPR. Melainkan harus berlanjut pada hilangnya
dominasi militer dalam perumusan kebijakan politik negara. Meski
keberadaan Tentara Nasional Indonesia di parlemen berakhir pada tahun 2004,
commit toseperti
user UU TNI dan UU KKR
rumusan undang-undang tertentu
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memperlihatkan kuatnya pengaruh Tentara Nasional Indonesia. Dalam UU
TNI, beberapa posisi lama Tentara Nasional Indonesia seperti keberadaan
koter dan fungsi kekaryaan masih dibenarkan. Sedangkan UU KKR yang
semula diharapkan sebagai medium penyelesaian kasus kejahatan masa lalu
dalam kerangka reformasi institusional Tentara Nasional Indonesia terbukti
menjadi contoh produk politik yang bermasalah, sehingga dibatalkan MK.
Beban
paradigma
ini
membuat
Tentara
Nasional
Indonesia
mempertahankan struktur komando teritorial AD - seperti Kodam, Korem,
Kodim, Babinsa. Padahal, reformasi 1998 menuntut pencabutan dwifungsi
ABRI; penghapusan peran sosial politik dan penghapusan struktur Koter.
Fraksi ABRI di parlemen telah ditinggalkan pada tahun 2004, namun Koter
terus dipertahankan. Keputusan ini menjauhkan Tentara Nasional Indonesia
dari kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan strategis global
yang mensyaratkan postur pertahanan ideal yang sesuai tantangan Abad ke-21,
yakni tidak bertumpu pada pertahanan darat, melainkan teknologi dan sistem
pertahanan yang terpadu antara matra darat, udara dan laut. Dalam hal ini
agenda mendesak reformasi Tentara Nasional Indonesia harus diarahkan pada
agenda besar reformasi sistem keamanan, dengan terlebih dahulu membentuk
Dewan Pertahanan Nasional (DPN) yang entah kenapa belum terbentuk. DPN
dibutuhkan untuk mensinergikan seluruh kerangka kebijakan keamanan
dengan kebijakan di sektor lainnya dalam rangka menciptakan kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat. Badan inilah yang seharusnya menjadi medium
semua aktor untuk secara bersama merumuskan arah kebijakan pertahanan.
Kedua, regulasi politik berhasil merumuskan larangan bagi Tentara
Nasional Indonesia untuk berbisnis. Namun pelaksanaanya menunjukkan
negara lamban dalam mengambilalih aset bisnis Tentara Nasional Indonesia.
Di tengah kelambanan itu, negara membiarkan praktek - praktek bisnis tetap
berjalan, bahkan tak menghentikan pengalihan aset bisnis Tentara Nasional
Indonesia ke tangan swasta. Banyak aset negara yang dipakai Tentara
Nasional Indonesia terindikasi telah disalahgunakan untuk tujuan yang
commit to user
melawan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
Ketiga, penundaan revisi UU Peradilan Militer membuat akuntabilitas
publik Tentara Nasional Indonesia di muka hukum tetap rendah. Anggota
Tentara Nasional Indonesia dan para purnawirawan masih
mendapat
perlakuan istimewa saat berhadapan dengan proses hukum. Berbagai bentuk
penyangkalan dilakukan dengan menggunakan klaim politik sejarah, celah
hukum, dan kekuatan. Hal ini merupakan budaya kebal hukum yang sulit
dihapuskan, salah satunya karena UU Peradilan Militer tak kunjung direvisi.
Dalam banyak kasus, mekanisme peradilan militer menjadi alat peredam
gejolak publik, tanpa bisa memastikan adanya penghukuman. Proses promosi
jabatan strategis Tentara Nasional Indonesia kurang memperhatikan reputasi
seseorang dari sudut pandang HAM. Akibatnya terjadi situasi impunitas atas
kekerasan militer yang berlanjut dan ini membuktikan masih kuatnya
pengaruh Tentara Nasional Indonesia dalam panggung politik nasional.
Keempat, kesejahteraan prajurit hanya menjadi komoditas politik untuk
meminta kenaikan anggaran pertahanan bahkan meligitimasi praktek-praktek
yang menyimpang. Kesejahteraan prajurit tak kunjung berhasil diwujudkan
karena memang sejak awal tidak pernah ada upaya yang serius dari
pemerintahan saat itu yang mengajukan RUU TNI tanpa rumusan Pasal
kesejahteraan prajurit. Padahal, kesejahteraan adalah masalah krusial karena
menyangkut profesionalisme Tentara Nasional Indonesia sebagai alat
pertahanan negara. Dalih keuntungan bisnis Tentara Nasional Indonesia demi
meningkatkan kesejahteraan dan kapasitas prajurit, hanya dinikmati oleh
segelintir elite Tentara Nasional Indonesia. Di sisi lain kasus penyimpangan
anggaran dalam bisnis Tentara Nasional Indonesia tampak pada hasil audit
BPK terhadap Yayasan Kartika Eka Paksi, kasus penyimpangan dana
ASABRI, bahkan baru-baru ini BPK menemukan penyalahgunaan aset-aset
negara yang dikelola Tentara Nasional Indonesia.
Kelima, profesionalitas Tentara Nasional Indonesia memang bisa
dibangun lewat modernisasi alutsista. Tapi pengembangan kebijakan
pertahanan negara model ini berujung pada kebutuhan anggaran yang tinggi.
commit
user
Pengembangan profesionalisme
bisato dilakukan
lewat efisiensi organisasi
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa penghapusan Koter atau setidaknya ada upaya merestrukturisasi Koter
sebatas wilayah perbatasan dan pulau terluar. Pengembangan arah
profesionalisme juga harus berfokus pada tugas pokok dan fungsi Tentara
Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara. Keterlibatan Tentara
Nasional Indonesia dalam politik, bisnis dan berbagai hal yang tidak masuk
dalam kompetensi inti, hanya menghabiskan sumber daya Tentara Nasional
Indonesia dan menjauhkannya dari tugas pokoknya. Salah satu prasyarat
penting tentara profesional adalah penghormatan terhadap kaidah-kaidah
demokrasi dan hak asasi manusia.
Sebagai penutup, perlu disampaikan apresiasi atas segala pencapaian
selama dasawarsa reformasi Tentara Nasional Indonesia. Tapi untuk terus
meningkatkan keberhasilan reformasi Tentara Nasional Indonesia sampai
tuntas maka Pemerintah dan DPR beserta semua kalangan, perlu
memperhatikan beberapa masalah di atas. Masalah yang paling utama adalah
perubahan paradigmatik dalam merumuskan kebijakan pertahanan negara.
Tantangan ke depan adalah seberapajauh paradigma tentara rakyat dalam
konteks perang gerilya dan tentara politik ala Orde Baru berubah menuju
tentara
profesional
dalam
melaksanakan
fungsi
pertahanan
sesuai
perkembangan lingkungan strategis global Abad ke-21 (http://lam=naskah
evaluasi refr Tentara Nasional Indonesia (98-08)).
3. Arah Kebijakan Diplomasi dalam Kasus
dengan Malaysia sebagai
Pelaksanaan Pertahanan Negara
Kasus dengan Malasyia tidak hanya menyangkut satu hal dua hal,
namun menyangkut banyak hal mulai tahun 2007 banyak budaya-budaya asli
Indonesia yang diklaim oleh Malasyia yaitu kesenian reog Ponorogo, tari
pendet, tari bali, alat musik angklung. Selain kasus pengklaiman juga
berkaitan dengan masalah perbatasan negara yang sampai saat ini masih
menjadi ketegangan. Pendudukan wilayah Ambalat oleh pemerintahan
Malasyia juga menjadi konflik perbatasan wilayah dan status kepemilikan
commit to user
wilayah.
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertahanan
mempertahankan.
suatu
Dalam
wilayah
sebuah
adalah
hak
fenomena
sebuah
pertahanan
negara
untuk
menggunakan
Diplomasi sebagai upaya negara. Diplomasi yang digunakan bergantung
dengan kebijakan pemerintah sebagai unsur sebuah negara. Unsur
pemerintahan yang berdaulat, wilayah dan rakyat, dari ketiganya merupakan
satu kesatuan untuk dipertahankan. (Anak Agung, Jurnal nasional vol.4 hal.2)
Status Perbatasan Laut Indonesia Malasyia:
a. Segmen di wilayah Selat Malaka bagian utara
1) garis batas landas kontinen telah selesai (perjanjian tahun 1969)
2) garis batas laut teritorial telah selesai (perjanjian 17 Maret 1970
ratifikasi UU Nomor 2 Tahun 1971)
3) masih ada “overlapping claim area” antara RI dan Malaysia tentang
garis batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
b. Segmen di wilayah Selat Malaka bagian selatan
Masih ada segmen garis batas laut teritorial yang belum disepakati.
Insiden 13 Agustus 2010, penangkapan tiga petugas Kementrian Kelautan
dan Perikanan terjadi disini.
c. Segmen di wilayah laut Cina Selatan
1) Garis batas landas kontinen telah selesai (perjanjian tahun 1969)
2) Garis batas ZEE masih belum disepakati dan harus dirundingkan
d. Segmen di wilayah laut Sulawesi
1) Garis batas teritorial, garis batas landas kontinen, dan garis ZEE masih
dalam proses perundingan.
2) Pembahasan mendahulukan delimitasi pada segmen laut teritorial.
3) Penetapan segmen laut teritorial merupakan syarat utama untuk
merundingkan segmen lainnya (landas kontinen dan ZEE).
Posisi Indonesia:
1) Berada pada posisi untuk merundingkan semua segmen batas maritim,
yaitu di Selat Malaka (laut teritorial dan ZEE), laut Cina Selatan
(ZEE), dan laut Sulawesi (laut teritorial, landas kontinen, Zona
Ekonomi Eksklusif) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
2) Menolak peta Malaysia tahun 1979 yang menunjukkan klaim sepihak
negara itu.
3) Menolak bila perundingan hanya membahas blok Ambalat karena blok
tersebut hanya bagian kecil dari segmen batas laut yang harus
dirundingkan kedua negara.
4) Menggunakan The United Nations Convention on The Llaw of The Sea
(UNCLOS) 1982 sebagai dasar dalam perundingan
5) Berdasarkan United Nations Convention on The Law of The Sea
terdapat dua rezim hukum yang berbeda untuk batas Zona Eklusif
Ekonomi dan landas kontinen
6) Khusus untuk disegmen laut Sulawesi Indonesia menggunakan karang
unarang untuk penarikan garis batas maritim
7) Indonesia mengajukan argumen keberadaan konsesi minyak sebagai
keadaan khusus yang perlu diperhitungkan dalam penarikan garis
bebas maritim di laut Sulawesi oleh kedua negara (sumber : Penjelasan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan ”wilayah
perbatasan berbasis maritim” 31 Agustus 2010).
Diplomasi merupakan kebijakan dalam pertahanan negara yang dapat
dilakukan dengan diplomasi lunak dengan perundingan kedua belah pihak,
dan diplomasi keras berupa perang. Dalam permasalahan dengan Malaysia
Indonesia melakukan diplomasi lunak dengan perundingan-perundingan yang
dilaksanakan seperti dipaparkan diatas. Hal tersebut karena belum ada
kepastian hukum mengenai perbatasan laut Zona Ekonomi Eksklusif, yang
sampai saat ini belum mencapai titik kesepakatan. Apabila terjadi keadaan
genting yang mengancam pertahanan negara, hukum internasional mengatur
pemberlakuan keadaan darurat. Dalam hukum internasional, instrumen yang
dianggap utama yang mengatur pemberlakuan keadaan darurat:
a. Europan Convention Human Right (ECHR) 1950.
b. Inter American Convention on Human Right (IACHR).
c. Inter Convenant on Civil and Political Right (ICCPR).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
Ketiga instrumen pokok ini pada pokoknya mengandung tujuh materi
ketentuan prosedural dan lima ketentuan material.
Kontrol yang bersifat prosedural sebagai berikut:
a. Persyaratan bahwa setiap keadaan darurat harus dideklarasikan secara
resmi oleh pemerintah yang memberlakukannya.
b. Persyaratan lebih lanjut adalah bahwa rincian pengaturan mengenai
keadaan darurat itu.
Kontrol yang bersifat substantif atas ketentuan pemberlakuan keadaan
darurat:
a. The exsistence of exceptional threat to the security of the state or of its
people “adanya keadaan pengecualian yang bersifat mengancam keamanan
negara atau rakyat negara yang bersangkutan”.
b. A proportionality between the emergency measures contemplated and the
threat”adanya ketimpalan antara derajat ancaman yang timbul dengan
bentuk upaya yang dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat”.
c. The absence of any discriminatory feature in theemergency measures and
prosedures” tidak adanya bentuk perlakuan diskriminatif dalamupaya yang
dilakukan dalam keadaan darurat tersebut ”.
d. The compatibility of all derogation measures with the state’s other
internasional obligations”kesesuaian antara semua tindakan pengecualian
atau penundaan keberlakuannorma yang dilakukan dengan kewajiban
internasional lain yang harus dipenuhi oleh negara.
e. The complete insulation of certain ”core” right ,such as the right to life
from derogation (A.W.Braddley & K.D Ewing,constitusionsl and
administration law 13 th edition, (longman,2003)hal:602).
4. Arah Kebijakan Pengiriman Pasukan Perdamaian sebagai Pelaksanaan
Pertahanan Negara
Terakhir ini tersebar kabar pasukan perdamaian yang dikirim indonesia
melarikan diri ketika bertugas, hal ini tentu sangat mendapat perhatian dunia
khususnya bidang pertahanan negara, apalagi pasukan perdaiman merupakan
program dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mana Indonesia
merupakan salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa. Hal ini
menjadi perhatian sesuai dengan pelaksanaan pertahanan negara, sehingga
dapat ditelusuri arah kebijakan
kementerian
commit
to user pertahanan sebagai pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
fungsi pertahanan negara yang merupakanamanah konstitusi bangsa indonesia
sebagai negara yang merdeka dan memiliki kesatuan wilayah dan kedaulatan
yang melekat secara utuh. Setiap negara mempunyai kebijakan atau politik
luar negeri. Politik luar negeri Indonesia berbeda dengan politik luar negeri
negara lain. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Hal itu sesuai
dengan yang diamanatkan oleh UUD 1945 dan Pancasila.
Perang Dunia II berakhir, keadaan dunia dikuasai oleh dua kekuatan
yang berideologi berbeda, yaitu blok Barat dan blok Timur. Blok Barat
dipimpin oleh Amerika Serikat yang berideologi liberal. Sebaliknya, blok
Timur dipimpin oleh Uni Soviet yang berideologi komunis. Negara-negara
dunia pun terpecah dalam kebijakan luar negerinya. Ada negara yang
melaksanakan kebijakan luar negerinya beraliran liberal dan tidak sedikit pula
yang melaksanakan kebijakan komunis. Walaupun demikian, muncul pula
negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan yang ada. Mereka bersifat
netral, seperti yang dilakukan Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia
melaksanakan politik luar negerinya yang bersifat bebas aktif.
a. Pengertian Politik Luar Negeri
Politik luar negeri adalah arah kebijakan suatu negara untuk
mengatur hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan
bagian dari kebijakan nasional yang diabdikan bagi kepentingan nasional
dalam lingkup dunia internasional. Setiap negara mempunyai kebijakan
politik luar negeri yang berbeda-beda. Demikian Karena politik luar negeri
suatu negara tergantung pada tujuan nasional yang akan dicapai.
Kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh faktor luar negeri dan
faktor dalam negeri yaitu:
1) Faktor Luar Negeri
Faktor luar negeri, misalnya akibat globalisasi. Dengan globalisasi
seakanakan dunia ini sangat kecil dan begitu dekat. Maksudnya dunia
ini seperti tidak ada batasnya. Hubungan satu negara dengan negara
lainnya sangat mudah dan cepat. Apalagi dengan adanya kemajuan
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknologi komunikasi seperti sekarang ini. Peristiwa-peristiwa yang
terjadi di negara lain dengan mudah diketahui oleh negara lain.
2) Faktor Dalam Negeri
Faktor dalam negeri juga akan mempengaruhi kebijakan luar negeri
suatu negara. Misalnya sering terjadinya pergantian pemimpin
pemerintahan. Setiap pemimpin pemerintahan mempunyai kebijakan
sendiri terhadap politik luar negeri.
b. Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif. Bebas, artinya
bahwa Indonesia tidak akan memihak salah satu blok kekuatan-kekuatan
yang ada di dunia ini. Aktif, artinya Indonesia dalam menjalankan politik
luar
negerinya
selalu
aktif
ikut
menyelesaikan
masalah-masalah
internasional. Misalnya, aktif memperjuangkan dan menghapuskan
penjajahan serta menciptakan perdamaian dunia. Berdasarkan politik luar
negeri bebas dan aktif, Indonesia mempunyai hak untuk menentukan arah,
sikap, dan keinginannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Oleh
karena itu, Indonesia tidak dapat dipengaruhi kebijakan politik luar negeri
negara lain.
c. Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia
Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada
tujuan nasional negara itu sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat yang
menyatakan :
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Menurut Moh. Hatta, tujuan politik luar negeri Indonesia, antara
lain sebagai berikut:
a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan
negara;
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk
memperbesar kemakmuran rakyat;
c. Meningkatkan perdamaian internasional;
d. Meningkatkan persaudaraan dengan semua bangsa.
Tujuan politik luar negeri tidak terlepas dari hubungan luar negeri.
Hubungan luar negeri merupakan hubungan antarbangsa, baik regional
maupun internasional, melalui kerja sama bilateral ataupun multilateral
yang ditujukan untuk kepentingan nasional.
Politik luar negeri Indonesia oleh pemerintah dirumuskan dalam
kebijakan luar negeri yang diarahkan untuk mencapai kepentingan dan
tujuan nasional. Kebijakan luar negeri oleh pemerintah dilaksanakan
dengan kegiatan diplomasi yang dilaksakan oleh para diplomat. Dalam
menjalankan tugasnya para diplomat dikoordinasikan oleh Kementerian
Luar Negeri yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri. Tugas diplomat
adalah menjembatani kepentingan nasional negaranya dengan dunia
internasional (Http://www//.Article. Politik Luar Negeri.History.pcf.)
d. Landasan Politik Luar Negeri Indonesia
Politik luar negeri Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD
1945. Pancasila sebagai landasan ideal dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional.
a. Pancasila sebagai Landasan Ideal
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila harus dijadikan sebagai pedoman dan pijakan dalam
melaksanakan politik luar negeri Indonesia.
b. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea pertama dan Alinea keempat, serta pada
batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13.
1) Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
2) Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945
“Ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
3) UUD 1945 Pasal 11
”Presiden
dengan
persetujuan
Dewan
Perwakilan
Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan
negara lain”.
4) UUD 1945 Pasal 13
Ayat 1
: ”Presiden mengangkat duta dan konsul”
Ayat 2
: ”Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”
Ayat 3
: ”Presiden menerima penempatan duta negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat”
Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah di bidang politik dan
hubungan luar negeri. Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Luar
Negeri dibantu oleh badan-badan di bawahnya yang berada di luar negeri di
negara-negara penerima atau pada organisasi-organisasi internasional, seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri,
antara lain sebagai berikut.
a. Perwakilan Diplomatik
Setiap negara yang menjalin hubungan dengan negara lain ditandai
dengan dilakukannya pertukaran perwakilan diplomatik. Pertukaran
perwakilan
diplomatik,
yaitu
pertukaran
perwakilan
diplomatik
antarnegara yang dilakukan dengan cara menempatkan pejabat di negara
penerima. Pejabat perwakilan diplomatik disebut diplomat. Perwakilan
to user
diplomatik Indonesia di commit
luar negeri
merupakan perwakilan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
Indonesia yang kegiatannya meliputi semua kepentingan negara Indonesia
dan wilayah kerjanya meliputi seluruh negara penerima. Seorang diplomat
memiliki kekebalan diplomatik, antara lain sebagai berikut:
1) Kekebalan terhadap alat kekuasaan negara penerima
Kekebalan seperti ini dibutuhkan dalam rangka melindungi
seluruh peralatan yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan tugas.
Contoh seorang pejabat diplomatik Singapura di Indonesia bepergian
menggunakan kendaraan dinas kedutaan. Di tengah perjalanan, ia
menabrak mobil lain yang diparkir. Dengan kejadian itu, polisi
Indonesia tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penilangan
atau menahan Surat Ijin Mengemudi, kendaraan, atau menahan
orangnya. Polisi hanya boleh mencatat kejadian tersebut kemudian
melaporkannya ke Kementerian Luar Negeri. Segala urusan dengan
diplomat negara lain hanya Kementerian Luar Negeri yang akan
menyelesaikannya.
2) Berhak mendapat perlindungan
Seorang diplomat dalam menjalankan tugasnya berhak mendapat
perlindungan dari gangguan atau serangan atas kebebasan dan
kehormatannya. Yang dilindungi tidak hanya diplomatnya, tetapi juga
keluarga dan harta bendanya.
3) Memiliki wewenang untuk menolak bersaksi di pengadilan
Pejabat diplomatik mempunyai hak untuk menolak bersaksi di
pengadilan, meskipun tidak mutlak. Dalam hal-hal tertentu, ia dapat
menjadi saksi demi menjaga hubungan baik kedua negara.
4) Rumah tinggal dan gedung kedutaan bebas dari penggeledahan
Seorang duta besar bertempat tinggal di gedung kedutaan tempat
melaksanakan tugasnya. Menurut perjanjian internasional rumah
tinggal dan gedung kedutaan, halaman, tempat terpancang bendera dan
lambang negara.
Pengirim disebut ekstrateritorial. Artinya, meskipun tempat
commitlain
to user
tersebut berada di negara
dianggap sebagai wilayah negara
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengirimnya. Siapa pun yang masuk wilayah tersebut harus izin pada
perwakilan diplomatik.
5) Kekebalan Surat - Menyurat Diplomatik
Kekebalan ini diberikan untuk melindungi segala dokumen atau
arsip yang dimiliki dan untuk menjaga kerahasiaan surat-menyurat
yang dikirim ataupun yang diterima. Kekebalan ini termasuk tas yang
dibawa
bepergian,
baik
melalui
darat,
laut,
maupun
udara.
Seorang diplomat selain mempunyai kekebalan juga mempunyai
keistimewaan diplomatik, seperti berikut ini:
a) Bebas dari kewajiban membayar pajak, misalnya pajak kendaraan
bermotor, pajak penghasilan, pajak orang asing, pajak bumi dan
bangunan, dan sebagainya.
b) Bebas dari kewajiban pabean atau bea masuk, bea keluar, cukai
terhadap barang-barang yang masuk atau yang keluar untuk
kepentingan dinas pejabat dilpomatik.
Perwakilan diplomatik Indonesia di luar negeri dapat berupa
kedutaan besar yang ditempatkan pada suatu negara dan perutusan tetap
yang ditempatkan pada suatu organisasi internasional.
1) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
Kedutaan Besar Republik Indonesia dipimpin oleh seorang duta
besar luar biasa dan berkuasa penuh. Duta besar diangkat oleh
Presiden. Duta besar Indonesia ditempatkan pada negara yang menjalin
hubungan dengan Indonesia. Kantor kedutaan pada umumnya terletak
di ibu kota negara penerima.
2) Perutusan Tetap Republik Indonesia
Perutusan tetap Republik Indonesia ditempatkan pada suatu
organisasi
internasional.
Perutusan
tetap
Republik
Indonesia
kedudukannya sama dengan duta besar luar biasa dan berkuasa penuh.
Contohnya Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Selain duta besar dan perutusan tetap juga dikenal adanya
user
kuasa usaha sementaracommit
yang to
merupakan
Pejabat Dinas Luar Negeri
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang ditunjuk oleh Menteri Luar Negeri. Mereka menjadi perwakilan
diplomatik untuk sementara waktu karena mewakili duta besar yang
tidak di wilayah kerjanya atau sama sekali berhalangan melaksanakan
tugasnya. Dalam menjalankan tugasnya, duta besar dibantu oleh
beberapa pejabat yang disebut atase dan terdiri atas berikut ini.
a) Atase Pertahanan
Atase Pertahanan dijabat oleh seorang perwira Tentara Nasional
Indonesia dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan yang
ditugaskan pada Kementerian Luar Negeri. Atase Pertahanan
ditempatkan di perwakilan diplomatik dengan status diplomatik
untuk
melaksanakan tugas-tugas perwakilan
dalam bidang
pertahanan dan keamanan.
b) Atase Teknik
Atase Teknik adalah pegawai negeri Kementerian Luar Negeri dan
Kementerian
Pertahanan
dan
Keamanan
atau
lembaga
nondepartemen yang diperbantukan pada Kementerian Luar Negeri
untuk melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan tugas
kementerian atau lembaga pemerintah nondepartemen. Contohnya,
Atase Perdagangan dan Atase Kebudayaan.
Tugas seorang diplomat, antara lain sebagai berikut:
1) Wakil negara Indonesia di negara penerima atau organisasi
internasional dalam menjalin hubungan antardua negara
2) Melindungi warga negara Indonesia di negara tempat ia ditugaskan
3) Meningkatkan hubungan dengan negara lain
4) Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan membuat laporan
5) memberi bimbingan dan pengawasan terhadap warga negara
Indonesia yang berada di negara tempat ia ditugaskan;
6) menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler,
protokol, komunikasi, dan persandian
7) melaksanakan urusan rumah tangga perwakilan diplomatik.
commit to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Perwakilan Konsuler
Perwakilan Konsuler tugas pokoknya tidak jauh berbeda dengan
tugas pokok Perwakilan Diplomatik. Perwakilan Konsuler merupakan
wakil negara pengirim yang melaksanakan tugas dalam bidang-bidang
tertentu sesuai dengan kebutuhan negara pengirim. Misalnya, mengurus
bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan, kebudayan, dan
sebagainya. Perwakilan Konsuler di negara lain, seperti berikut ini.
1) Konsulat Kenderal yang dipimpin oleh seorang Konsul Jenderal.
2) Konsulat yang dipimpin oleh seorang konsul. (http://www. pasukan
perdamaian.ind.pol=article%.&said country. 12 okt 2010.16:00)
Negara Indonesia menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif
sehingga
mempunyai
peran
penting
dalam
percaturan
internasional.
Perkembangan dunia selalu berubah dengan cepat, permasalahan yang dihadapi
juga makin kompleks. Hubungan luar negeri pemerintah Indonesia tidak hanya
dengan pemerintah negara-negara lainnya, tetapi juga menyangkut berbagai
organisasi internasional, seperti berikut ini.
1. Konferensi Asia Afrika
Sebagai negara merdeka, bangsa Indonesia prihatin terhadap negaranegara di Asia dan Afrika yang masih mengalami penjajahan. Untuk itu,
Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamijoyo pada kesempatan menghadiri
Konferensi Kolombo di Sri Lanka berpendapat pentingnya menggalang kerja
sama di antara negara-negara di Asia dan Afrika.
Keberhasilan Konferensi Asia Afrika membawa banyak manfaat,
diantaranya banyak negara di Asia dan Afrika yang dahulunya terjajah
menjadi negara yang merdeka. Tidak hanya itu, ketegangan dunia mulai
mereda dan perbedaan warna kulit mulai dihapuskan.
2. Gerakan Nonblok
Perang Dunia II selesai, di dunia ini muncul dua blok kekuatan di dunia,
yaitu blok Barat dan blok Timur. Tujuan dari Gerakan Nonblok ada yang
merupakan tujuan ke dalam organisasi dan adapula tujuan keluar dari
to user
organisasi. Tujuan ke dalamcommit
Gerakan
Nonblok adalah mengusahakan dan
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan kehidupan masyarakat angotanya dalam bidang politik,
ekonomi, dan sosial yang tertinggal dari negara maju. Adapun tujuan ke luar
Gerakan Nonblok adalah meredakan ketegangan dunia akibat pertentangan
dua negara Adidaya sehingga tercipta perdamaian dunia. Untuk melaksanakan
tujuan tersebut maka negara anggota Gerakan Nonblok mengadakan
pertemuan tingkat kepala negara dan pemerintahan (KTT).
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Pemerintah Indonesia pertama kali menjadi anggota Perserikatan
Bangsa Bangsa pada tanggal 27 Maret Tahun 1950. Selanjutnya pada tanggal
7 Januari Tahun 1965 pemerintah Indonesia menyatakan keluar dari
keanggotaan Perserikatan Bangsa Bangsa. Hal itu berkaitan dengan sikap
Perserikatan Bangsa Bangsa yang menerima Federasi Malaysia yang kala itu
sedang bermusuhan dengan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan
Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa. Pada tanggal 28 September Tahun
1966 pemerintah Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa
Bangsa. Sebagai anggota Perserikatan Bangsa Bangsa, Indonesia berusaha
menciptakan dan menjaga perdamaian dunia. Salah satu caranya dengan aktif
mengirimkan pasukan perdamaian di bawah komando Perserikatan Bangsa
Bangsa. Pasukan penjaga perdamaian Indonesia disebut pasukan Garuda.
Pasukan Garuda pernah bertugas menjaga perdamaian ke Mesir, Kongo,
Vietnam, Bosnia, dan Libanon.
Peran Indonesia di dunia internasional tidak hanya dalam bidang politik
saja, tetapi juga dalam bidang lain, misalnya bidang ekonomi. Di bidang
ekonomi Indonesia aktif dalam Persetujuan Umum tentang Tarif dan
Perdagangan (General Agreement on Tariffs and Trade/GATT). Selain itu,
Indonesia
juga
ikut
organisasi
perdagangan
dunia
(World
Trade
Organization/WTO) (Majalah Gatra. 2009. currently 4.12/5 rating:4.2/5(140
votes cast))
4. Arah Kebijakan Persenjataan Militer Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara
Dalam
pelaksanaan
tugas pertahanan negara, aparatur negara
commityang
to user
dipersenjatai dengan senjata militer
diatur dalam peraturan yang berlaku.
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Akhir-akhir ini banyak peristiwa penggunaan senjata oleh aparat yang tidak
pada prosedurnya, misalnya menembak mayarakat sipil, penjualan amunisi
oleh aparat negara terhadap teroris, sehingga hal ini perlu diperhatikan dan
kita telusuri kembali arah kebijakan Kementerian Pertahanan dalam
persenjataan militer sebagai kebijakan dalam pelaksanaan pertahanan negara.
Teroris menggunakan senjata jenis amunisi seperti yang digunakan
Tentara Nasional Indonesia atau POLRI. Hal ini dapat mengancam pertahanan
dan keamanan negara. Diduga amunisi yang digunakan hasil penjualan
anggota Tentara Nasional Indonesia terhadap teroris, hal tersebut sangat
memprihatinkan perlu perhatian khusus dan kebijakan yang terarah mengingat
sangat mempengaruhi pertahanan negara (Solo Pos, 24 sep 2010).
Arah kebijakan pertahanan menuju kepada sistem pertahanan yang pro
kesejahteraan sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan perhatian kepada perumusan dan implementasi berbagai
regulasi dan kebijakan pertahanan negara yang diamanatkan oleh UndangUndang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
2. Mengintensifkan peran industri pertahanan sebagai bagian kekuatan
ekonomi nasional untuk mendukung Tentara Nasional Indonesia dan
instansi lain serta mampu memasok pasar luar negeri.
3. Memantapkan solidaritas dan kerjasama antara kementrian pertahanan
dengan Tentara Nasional Indonesia dan mengembangkan jaringan
kerjasama lintas kementrian dan simpul eksternal untuk tercapainya misi
pertahanan negara.
4. Mengembangkan pola pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau
terluar.
Melalui Rapim Kemhan 2010 dimaksudkan untuk menguraikan arah
kebijakan
menteri
pertahanan
dalam
menyelenggarakan
managemen
pertahanan negara dihadapkan pada situasi yang masih diwarnai dengan
berbagai keterbatasan, sedangkan tujuannya adalah agar penyelenggaraan
commit to
user
pertahanan negara dapat mencapai
sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Renja, salah satunya
adalah terwujudnya penggelolaan industri pertahanan yang solid dan
mendukung kebutuhan Tentara Nasional Indonesia dan instansi lainnya.
Tahun 2009 terlaksananya penggadaan beberapa alutsista untuk Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut yang
dapat menambah kemampuan dan kesiapan Tentara Nasional Indonesia dalam
menghadapi setiap ancaman. Dihadapkan pada perkembangan lingkungan
strategis dan tantangan tugas yang semakin berat, Tentara Nasional Indonesia
telah menyusun program pembangunan kekuatan (probangkuat) yang
diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan kebijakan
Menteri pertahanan 2010.
Prioritas yang ingin dicapai:
1. Melanjutkan
probangkuat
Tentara
Nasional
Indonesia
berupa
pembentukan satuan baru dan peningkatan status satuan untuk mencapai
kekuatan pokok minimum
2. Modernisasi alutsista untuk memantapkan dan mengembangkan kekuatan
matra darat, laut dan udara
3. Meningkatkan profesionalisme personel.
Berkaitan dengan modernisasi alutsista Tentara Nasional Indonesia
kementrian pertahanan pertahanan menggunakan produksi industri pertahanan
dalam negeri. Kebijakan tersebut amat srategis, disatu sisi akan dapat
mengurangi bahkan bila mungkin meniadakan ketergantungan dengan industri
pertahanan negara lain. Sedangkan pada sisilain akan terbuka peluang untuk
melakukan proses percepatan dan peningkatan alih dan penguasaan teknologi
sekaligus profesionalisme prajurit (dsofandi.Dephan RI.DMC.5:PM)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan wewenang Kementerian Pertahanan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai arah kebijakan Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana
fungsi pertahanan mencakup permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
pertahanan sesuai dengan latar belakang permasalahan yaitu: Arah kebijakan
remunerasi, remunerasi merupakan tunjangan kinerja untuk meningkatkan kinerja
khususnya militer dalam peningkatan pertahanan negara. Dalam kebijakan
tersebut salah satumya adalah peningkatan gaji terhadap anggota militer yaitu gaji
pokok, tunjangan jabatan, uang makan dan lauk pauk. Namun untuk tahun 2010
hal ini belum terlaksana terkait kasus pajak dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang belum jelas dan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden
belum terlaksana secara formil. Arah kebijakan reformasi tentara, dalam kebijakan
ini terkait dengan menarik bisnis tentara agar tentara terfokus dalam menjalankan
tugas utama pertahanan agar penigkatan pertahanan tercapai. Menghapus peran
tentara dalam politik, tidak berhenti pada hilangnya jumlah kursi tentara di Dewan
Perwakilan Rakyat melainkan harus berlanjut pada hilangnya dominasi militer
dalam perumusan kebijakan politik Negara, namun keberadaan koter dan fungsi
kekaryaan masih dibenarkan dalam undang-undang khusus tentara. Paradigma
membuat tentara masih mempertahankan struktur komando Angkatan Darat
padahal reformasi mencabut dwifungsi tentara yaitu peran sosial politik tentara
dan struktur koter. Arah kebijakan diplomasi dengan negara Malaysia, yang
dijalankan adalah demokrasi lunak yaitu tidak menggunakan demokrasi keras, hal
ini dipertimbangkan dengan hukum positif yang belum jelas dalam batas laut
dengan Malaysia. Arah kebijakan mengenai pasukan perdamaian sebagai
konsekuensi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menjamin perdamaian
dunia dan khususnya pertahanan negara sendiri dari bahaya dunia. Dalam hal ini
committapi
to user
tidak hanya pelaksanaan politik negara
juga berkaitan denga ekonomi negara
57
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang juga mempengaruhi pertahanan negara. Arah kebijakan alat utama sistem
senjata, hal ini berkaitan juga dengan profesionalisme tentara dalam menjalankan
pertahanan. Kebijakan pemerintah dalam hal ini Indonesia memakai produk dalam
negeri dan prosedur pemakaian yang diperbaiki agar tidak terjadi penyalahgunaan
dari senjata tersebut, menggingat banyaknya kasus penjualan amunisi pada teroris
dari anggota militer. Dari kebijakan Kementerian Pertahanan tersebut tidak lepas
dari strategi peningkatan pertahanan sesuai amanah Undang – Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 mengenai tugas negara untuk
mempertahankan kedaulatan,
dengan
alat
pertahanan melalui
kebijakan
pemerintah dalam bidang pertahanan. Untuk menjalankan peningkatan pertahanan
harus sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan unsur normatif
tertinggi yaitu konstitusi dan peraturan – pertaturan dibawahnya yang melahirkan
suatu kebijakan yang dijalankan secara empiris demi peningkatan pertahanan
sesuai amanah Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
khususnya Pasal 30 sebagai amanah pertahanan negara.
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. SARAN
Berbagai permasalahan sebagai latar belakang penulisan dan pembahasan
arah kebijakan Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan
seharusnya pelaksanaan kebijakan tentara sebagai pelaksana pertahanan
dilaksanakan secara serius seperti pelaksanaan remunerasi, hal ini menyangkut
kesejahteraan anggota militer yang menjalankan secara langsung fungsi
partahanan. Kebijakan - kebijakan lain di luar pertahanan memang penting, tapi
pertahanan adalah hal yang paling penting sebagai konsekuensi negara yang
merdeka untuk mempertahankan kedaulatannya. Sangat membutuhkan senjata
yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan negara baik ancaman dari
dalam maupun luar negara. Dan juga sistem senjata agar digalakkan mengingat
era globalisasi banyak ancaman kedaulatan yang sangat membutuhkan senjata
yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan negara baik ancaman dari
dalam maupun luar negeri. Dan juga mengenai pengiriman pasukan perdamaian
agar ditransparansikan apa yang dilakukan pasukan dalam pertahanan negara,
sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas serta masyarakat bias mengontrol
pelaksanaanya sesuai dengan amanah konstitusi nasional. Selain dalam bidang
pertahanan juga dengan pemeliharaan lingkungan hidup sangat mempengaruhi
petahanan yaitu pemanasan global yang berakibat pada pertahanan wilayah, pulau
dan laut yang harus diseimbangkan secara universal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Anak Agung. 2004. “Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Pembinaan
Teritorial”. Jurnal Komisi Nasional. Vol. 4 Hal. 2. Denpasar.
Anak Perwita. 2004. Journal of Security and Defence (GRN-SSR).
A.W. Bradley & K.D Ewing. 2003. ”Constitucional and Administration Law”
13th Edition.
Cucuk Danartono. “Antisipasi Serangan”. Solo Pos 24 September 2010
Dirangkum Dari Komnas HAM. 2000. Referensi Fundamental Diskursus Hukum
Kewarganegaraan. Komnas HAM. Jakarta
Defandi. 2009. DEPHAN RI.DMC.5:PM
Hendarmin Ranadireksa. 2007. Dinamika Konstitusi Indonesia. Bandung : Fokus
Media.
Gunawan. Media Indonesia. 31 Agustus 2010
Jimly Assidiqie. 2006. Kelembagaan dan Konsolidasi Lembaga Negara Paska
Reformasi. Jakarta : Setjen dan Kepaniteraan MK-RI.
_____________. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Konstitusi
Press.
Joko Santoso. Kewenangan Pengelolaan Potensi Nasional Menjadi Agenda
Departemen Pertahanan. http:// www.dephan.go.id/modules.php?name=
news&file=article&sid=713 [30 Agustus 2010 Pukul 11.00 WIB].
Lampiran Naskah Evaluasi Reformasi Tentara Nasional Indonesia (1998-2008)
Lexy J. Moleong. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Lili Romli. Jurnal Nasional. Universitas Diponegoro Fakultas Hukum.
Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Persada Media Group.
Rahmanto. “Gudang Senjata TNI/POLRI Diawasi Ketat Pola Penyerangan
Bergeser”. Solo Pos, 24 September 2010.
Reza Rahman. TNI Era Reformasi. http:// TNI.Go.Id/Articles September 2010
Rizal Ramli. Remunerasi Tetap Berlanjud. http://www.pro3rri.com/indeks.php?
option=com-content&view=artcle&id=9437&catid=42&remid=109
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rini Utami. Keselarasan Dalam Kebijakan Remunerasi. http://www.informasitraining.com
Said. Pasukan Perdamaian. http://www.pol.artcle% said& content
Soerjono Soekanto. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta : UI Press.
_______________. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.
Sofyan Efendi. Makalah Kebijakan. Http://Www.Dephan.Go.Id/Buku-Putih/BabIi.Htm
Said Zainal Abidin. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.
Yusuf Karim. Likuidasi Kebijakan Remunerasi. http://www.inilah.com/ news/read
/galeri-opini/2010/03/30/427402
Yusuf Kosim. ”Diplomasi”. Solopos, 23 September 2010
Zainal Abidin. http:// id.wikipedia.org/wiki/kebijakan-publik=9252.
Z. Http://www//.Article. Politik Luar Negeri.History.pcf
Z. http://antikorupsi.org/indo(jawa pos,30 jan 2009(pukul 09.00 WIB 12
September 2010)
commit to user
Download