Pendidikan karakter atau pendidikan yang berdasarkan

advertisement
MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH DASAR
Ika Nova Margariena ˡ, Ali Imron² , Burhanuddin³
Universitas Negeri Malang
([email protected])
Abstrak: Program pengembangan pendidikan karakter diharapkan sebagai solusi terhadap
persoalan degradasi moral peserta didik di era global. Pengembangan pendidikan karakter
memerlukan proses yang bertahap dan konsisten dengan cara mengintegrasikan pendidikan
karakter melalui pembelajaran di SD baik dalam konteks pembelajaran di dalam kelas maupun
luar kelas. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembangunan karakter peserta didik harus
paham mengenai berbagai macam karakteristik yang dimiliki peserta didik.
Kata kunci: karakter peserta didik, pendidikan karakter, pembelajaran di sekolah dasar
Abstract: The development of character education is expected as a solution to character issues
of students in the era of globalization . The development of character education requires
systematic efforts and consistensy the schools must integrate character education with learning
program as primary school level this concern with the context of learning in and outside.
Teachers need to develop the school environment to ensure of the success students character
development. Teachers have to be familiar unixs the diversity of learner characteristics.
Keywords: character of students , character education , learning in primary school.
Pendidikan karakter atau pendidikan yang
disi di masyarakat semakin resah, merupa
berdasarkan pembangunan karakter siswa
kan bukti nyata akan penurunan moral ge-
menjadi persoalan yang sangat urgent
nerasi bangsa ini.
dibicarakan pada masa sekarang. Pendi
Proses pendidikan karakter tidak
dikan karakter diharapkan dapat mengu-
dapat langsung instan, tetapi memerlukan
rangi penurunan moral yang terjadi pada
proses yang berkelanjutan dan konsisten.
generasi penerus bangsa di era globalisasi.
Pendidikan karakter berkaitan dengan
Budaya korupsi yang semakin merajalela
waktu yang panjang sehingga tidak dapat
pada setiap sendi kehidupan bangsa ini
dilakukan dengan satu kegiatan saja. Di
mulai dari tingkat dasar hingga kalangan
sinilah pentingnya pendidikan karakter.
atas yakni pejabat negara, maraknya kasus
Pendidikan karakter harus diimplementasi-
penyalahgunaan dan peredaran narkoba
kan kemudian di integrasikan dalam kehi-
yang semakin merajalela terutama di dunia
dupan sekolah, baik dalam konteks pem-
pendidikan, tawuran antar pelajar dan ber-
belajaran di dalam kelas maupun luar
bagai kejahatan yang telah membuat kon-
kelas.
1
Beberapa tahun terakhir pendidikan
Secara etimologis, kata karakter
kita telah mengalami perubahan kurikulum
(Inggris: character) berasal dari bahasa
seperti
Kurikulum
Yunani (Greek), yaitu charassein yang
Berbasis Kompetensi (KBK) yang disusul
berarti “to engrave” (Ryan & Bohlin,
dengan
Satuan
1999). Kata “to engrave” bisa diterje
Pendidikan (KTSP) lalu yang terbaru
mahkan mengukir, melukis, memahat-
Kurikulum K13. Di samping itu, juga telah
kan,
dilakukan berbagai inovasi dalam rangka
Shadily, 1995). Dalam Kamus Bahasa
pencapaian tujuan pendidikan nasional
Indonesia kata “karakter” diartikan dengan
seperti tertuang dalam Undang-Undang
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
budi pekerti yang membedakan seseorang
Pendidikan Nasional (bab 2 pasal 3). Salah
dengan yang lain, dan watak. Karakter
satu bentuk inovasi ini adalah dicanang-
juga bisa berarti huruf, angka, ruang,
kannya
pendidikan
bangsa
simbul khusus yang dapat dimunculkan
melalui
berbagai
pendidikan.
pada layar dengan papan ketik (Pusat
diberlakukannya
Kurikulum
Tingkat
karakter
proses
atau
menggoreskan
Pendidikan karakter seharusnya membawa
Bahasa
Depdiknas,
peserta didik ke pengenalan nilai secara
berkarakter
kognitif, penghayatan nilai secara afektif,
berkepribadian,
dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
bertabiat, atau berwatak.
(Echols
&
2008).
Orang
orang
yang
berarti
berperilaku,
bersifat,
nyata. Inilah rancangan pendidikan karak-
Dengan makna seperti itu berarti
ter (moral) yang oleh Thomas Lickona
karakter identik dengan kepribadian atau
disebut moral knowing, moral feeling, dan
akhlak.
moral action (Lickona, 1991). Karena
karakteristik, atau sifat khas diri seseorang
itulah, semua mapel yang dipelajari oleh
yang bersumber dari bentukan-bentukan
peserta didik harus bermuatan pendidikan
yang diterima dari lingkungan, misalnya
karakter yang bisa membawanya menjadi
keluarga pada masa kecil dan bawaan
manusia yang berkarakter seperti yang
sejak lahir (Koesoema, 2007).
ditegaskan oleh Lickona tersebut.
Kepribadian
Secara
karakter
merupakan
terminologis,
dikemukakan
oleh
ciri,
makna
Thomas
Lickona yang mendefinisikan karakter
sebagai “A reliable inner disposition to
PENTINGNYA PENDIDIKAN
respond to situations in a morally good
KARAKTER
way.”
Selanjutnya,
Lickona
menambahkan, “Character so conceived
2
has
three
parts:
moral
emphasis on universal values that we all
and
moral
share”. Jadi, pendidikan karakter harus
behavior” (Lickona, 1991: 51). Karakter
menjadi gerakan nasional yang menjadikan
mulia (good character), dalam pandangan
sekolah (institusi pendidikan) sebagai agen
Lickona, meliputi pengetahuan tentang
untuk membangun karakter peserta didik
kebaikan
lalu
melalui pembelajaran dan pemodelan.
menimbulkan komitmen (niat) terhadap
Melalui pendidikan karakter sekolah harus
kebaikan (moral feeling), dan akhirnya
berpretensi untuk membawa peserta didik
benar-benar melakukan kebaikan (moral
memiliki nilai-nilai karakter mulia seperti
behavior). Dengan kata lain, karakter
hormat dan peduli pada orang lain,
mengacu kepada serangkaian pengetahuan
tanggung jawab, jujur, memiliki integritas,
(cognitives),
dan
dan disiplin. Di sisi lain pendidikan
perilaku
karakter juga harus mampu menjauhkan
knowing,
motivasi
interrelated
moral
feeling,
(moral
khowing),
sikap
(attitudes),
(motivations),
serta
(behaviors) dan keterampilan (skills).
peserta didik dari sikap dan perilaku yang
Terminologi pendidikan karakter
tercela dan dilarang. Pendidikan karakter
dikenalkan
1900-
tidak hanya mengajarkan mana yang benar
an. Thomas Lickona dianggap sebagai
dan mana yang salah kepada anak, tetapi
pengusungnya, terutama ketika ia menulis
lebih
buku yang berjudul The Return of
menanamkan
Character Education dan kemudian disusul
tentang yang baik sehingga peserta didik
bukunya, Educating for Character: How
paham, mampu merasakan, dan mau
Our School Can Teach Respect and
melakukan yang baik.
mulai
Responsibility.
menurutnya,
pokok,
sejak
tahun
Pendidikan
mengandung
yaitu
mengetahui
the
good),
dan
tiga
kebiasaan
karakter
(habituation)
PENDIDIKAN KARAKTER
kebaikan
MELALUI PEMBELAJARAN DI SD
Ada banyak nilai karakter yang
melakukan
dapat dikembangkan dan diintegrasikan
dalam pembelajaran. Menanamkan semua
51). Di pihak lain, Frye (2002: 2)
pendidikan
pendidikan
MENGINTEGRASIKAN
unsur
kebaikan (doing the good) (Lickona, 1991:
mendefinisikan
itu
karakter,
(knowing the good), mencintai kebaikan
(desiring
dari
butir nilai tersebut merupakan tugas yang
karakter
sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih
sebagai, “A national movement creating
nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan
schools that foster ethical, responsible,
penanamannya pada peserta didik. Nilai-
and caring young people by modeling and
nilai utama yang disarikan dari butir-butir
teaching good character through an
3
standar kompetensi yang harus dicapai
merespons sejumlah kelemahan dalam
dalam pembelajaran di sekolah (institusi
pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi
pendidikan) di antaranya (1) kereligiusan,
pekerti,
(2)
pelajaran (MK) Pendidikan Agama dan
kejujuran,
(3)
kecerdasan,
(4)
terutama
melalui
dua
ketangguhan, (5) Kedemokratisan, yakni
Pendidikan
cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
diupayakan inovasi pendidikan karakter.
menilai sama hak dan kewajiban dirinya
Inovasi tersebut yaitu, (1) pendidikan
dan orang lain, (6) kepedulian,
karakter dilakukan secara terintegrasi ke
(7) kemandirian, (8) berpikir logis, kritis,
dalam
kreatif,
Integrasi
dan
inovatif,
(9)
keberanian
Kewarganegaraan,
mata
semua
mata
yang
telah
pelajaran
dimaksud
(MK).
meliputi
mengambil risiko, (10) berorientasi pada
pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi
tindakan, (11) berjiwa kepemimpinan,
pada semua mata pelajaran (MK) dan
(12) kerja keras, (13) tanggung jawab, (14)
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
gaya hidup sehat, (15) kedisiplinan, (16)
memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai
percaya diri, (17) keingintahuan, (18) cinta
dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar
ilmu, (19) kesadaran akan hak dan
kelas untuk semua mata pelajaran. (2)
kewajiban diri dan orang lain (20)
pendidikan karakter juga diintegrasikan ke
kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial,
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan
(21) menghargai karya dan prestasi orang
peserta didik, dan (3) pendidikan karakter
lain, (22) kesantunan, (23) nasionalisme,
dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan
(24) menghargai keberagaman, (Kemdik-
semua urusan di sekolah yang melibatkan
nas, 2010).
semua warga sekolah (Kemdiknas, 2010).
Dari 24 nilai karakter di atas, guru
(pendidik)
dapat
memilih
Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang
nilai-nilai
paling penting dan langsung bersentuhan
karakter tertentu untuk diterapkan pada
dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari
peserta didik disesuaikan dengan muatan
adalah pengintegrasian pendidikan karak-
materi dari setiap mata pelajaran (MK)
ter dalam proses pembelajaran. Integrasi
yang ada. Kementerian Pendidikan dan
pendidikan karakter di dalam proses pem-
Kebudayaan mencanangkan empat nilai
belajaran dilaksanakan mulai dari tahap
karakter utama yang menjadi ujung tom-
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
bak penerapan karakter di kalangan peserta
pembelajaran pada semua mata pelajaran
didik, yakni kejujuran, ketangguhan, ke-
(MK).
pedulian, dan kecerdasan. Pengintegrasian
Pada
pendidikan karakter dalam pembelajaran
mula-mula
4
tahap
perencanaan
dilakukan
adalah
yang
analisis
SK/KD, pengembangan silabus, penyu-
pembelajaran
sunan RPP, dan penyiapan bahan ajar.
merevisi RPP yang telah ada.
Analisis
SK/KD
dilakukan
untuk
dilakukan
Kegiatan
dengan
pelaksanaan
cara
pembela-
mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang
jaran dari tahapan kegiatan pendahuluan,
secara substansi dapat diintegrasikan pada
inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan
SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat
agar peserta didik mempraktikkan nilai-
bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini
nilai karakter yang ditargetkan. Sebagai-
tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-
mana disebutkan di depan, prinsip-prinsip
nilai yang dapat dikembangkan pada
Contextual
pembelajaran SK/KD yang bersangkutan.
disarankan
Pengembangan
silabus
dapat
tahapan
Teaching
and
diaplikasikan
pembelajaran
Learning
pada
semua
karena
prinsip-
dilakukan dengan merevisi silabus yang
prinsip pembelajaran tersebut sekaligus
telah dikembangkan dengan menambah
dapat
komponen (kolom) karakter tepat di
nilai-nilai karakter pada peserta didik.
sebelah
(kolom)
Selain itu, perilaku guru sepanjang proses
Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut
pembelajaran harus merupakan model
diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak
pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-
Dalam
nilai yang diisikan tidak hanya terbatas
merancang langkah-langkah pembelajaran
pada nilai-nilai yang telah ditentukan
yang memfasilitasi peserta didik aktif
melalui analisis SK/KD, tetapi dapat
dalam proses mulai dari pendahuluan, inti,
ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang
hingga penutup. Guru dituntut untuk
dapat dikembangkan melalui kegiatan
menguasai berbagai model atau strategi
pembelajaran
kanan
komponen
(bukan
memfasilitasi
pembelajaran
lewat
substansi
pembelajaran
itu,
kegiatan
langkah
pembelajaran).
Setelah
pembelajaran,
indikator
terinternalisasinya
aktif
ini
guru
sehingga
pembelajaran
harus
langkah-
dengan
mudah
pencapaian,
disusun dan dapat dipraktikkan dengan
dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau
baik dan benar. Dengan proses seperti ini
dirumuskan ulang dengan penyesuaian
guru juga bisa melakukan pengamatan
terhadap
karakter
dikembangkan.
yang
hendak
sekaligus melakukan evaluasi (penilaian)
Sebagaimana
langkah-
terhadap proses yang terjadi, terutama
langkah pengembangan silabus, penyu-
terhadap karakter peserta didiknya.
sunan RPP dalam rangka pendidikan
karakter
yang
terintegrasi
Menurut
dalam
Fitri
(2011),
strategi
pembelajaran pendidikan karakter dapat
dilihat dalam empat bentuk intregrasi,
5
yaitu (1) Integrasi dalam mata pelajaran.
yang ditetapkan dengan Permendiknas RI
Pelaksanaan
Nomor 20 Tahun 2007). Dalam penilaian
pendidikan
karakter
dilakukan secara terintegrasi ke dalam
karakter,
penyusunan silabus dan indikator yang
instrumen
merujuk pada standar kompetensi dan
dengan rubrik penilaian untuk menghindari
kompetensi dasar yang terdapat dalam
penilaian yang subjektif, baik dalam
Kurikulum 2013, (2) Integrasi
melalui
bentuk instrumen penilaian pengamatan
Pembelajaran
(lembar pengamatan) maupun instrumen
pembelajaran
tematis
tematis.
adalah
pembelajaran
pendekatan
yang
dalam
secara
dasar dan
hendaknya
penilaian
membuat
yang
dilengkapi
penilaian skala sikap (misalnya skala
sengaja
Likert).
mengaitkan atau memadukan beberapa
kompetensi
guru
Berdasarkan
indikator dari
pembentukan
kajian
karakter
di
atas,
diri
anak
beberapa mata pelajaran untuk dikemas
memerlukan suatu tahapan yang dirancang
dalam satu kesatuan, (3) Integrasi melalui
secara
pembiasaan dan (4) Intergrasi melalui
Berikut hasil penelitian terdahulu yang
kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka,
membahas tentang pendidikan karakter
olahraga, karya wisata, dn outbound.
dalam
Evaluasi atau penilaian merupakan
sistematis
dan
pembelajaran.
dilakukan
oleh
berkelanjutan.
Penelitian
Novitri
yang
(2013)
yang
“Efektivitas
Pengelolaan
Karakter”,
menunjukkan
bagian yang sangat penting dalam proses
berjudul
pendidikan. Dalam pendidikan karakter,
Pendidikan
penilaian harus dilakukan dengan baik dan
bahwa pengelolaan pendidikan karakter
benar. Penilaian tidak hanya menyangkut
SDIT
pencapaian kognitif peserta didik, tetapi
dikategorikan sangat efektif dan efektif.
juga
Aspek
pencapaian
afektif
dan
IQRA
1
yang
Kota
Bengkulu
dikategorikan
efektif
psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih
dikarenakan masih ada aspek yang belum
mementingkan pencapaian afektif dan
sesuai dengan standar yang ada. Pihak
psikomotorik peserta didik dibandingkan
sekolah
pencapaian
meningkatkan
kognitifnya.
Agar
hasil
selalu
berusaha
pengelolaan
untuk
pendidikan
penilian yang dilakukan guru bisa benar
karakter yang masih dalam kategori efektif
dan
menjadi sangat efektif, demi tercapainya
objektif,
guru
harus
memahami
prinsip-prinsip penilaian yang benar sesuai
tujuan pendidikan karakter di sekolah.
dengan standar penilaian yang sudah
ditetapkan
oleh
para
ahli
Hasil penelitian dari Alfajar (2009)
yang berjudul “ Upaya Pengembangan
penilaian
(misalnya Standar Penilaian Pendidikan
Pendidikan
6
Karakter
di
SD
Negeri
Sosrowijayan Yogyakarta”, menunjukkan
(buruk), akan dihasilkan di kemudian hari
upaya pengembangan pendidikan karakter
hal-hal yang destruktif.
yang
dilakukan
program
Anak (peserta didik) apabila akan
Negeri
melakukan sesuatu (baik atau buruk) selalu
Sosrowijayan mengangkat nilai religius,
diawali dengan proses melihat, mengamati,
jujur, toleransi, disiplin, dan tanggung
meniru, mengingat, menyimpan kemudian
jawab. Upaya pengembangan di dalam
mengeluarkan kembali menjadi perilaku
pembelajaran dicantumkan dalam RPP dan
sesuai dengan ingatan yang tersimpan di
proses pembelajarannya.
otaknya.
pengembangan
Sebagai
dalam
diri
di
individu
SD
yang
Oleh
karena
itu,
untuk
sedang
membentuk karakter pada anak, harus
berkembang, anak memiliki sifat suka
dirancang dan diupayakan penciptaan
meniru tanpa mempertimbangkan baik
lingkungan kelas dan sekolah yang betul-
atau buruk. Hal ini didorong oleh rasa
betul mendukung program pendidikan
ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang
karakter
diminati, yang kadangkala muncul secara
tentang karakteristik anak akan bermanfaat
spontan. Sikap jujur yang menunjukkan
dalam upaya menciptakan lingkungan
kepolosan seorang anak tanpa beban
belajar yang mendukung perkembangan
menyebabkan anak selalu ingin tampil
anak. Anak pada usia sekolah umumnya
riang dan dapat bergerak dan beraktivitas
telah terampil dalam berbahasa. Sebagian
secara bebas. Dalam aktivitas ini anak
besar dari mereka senang berbicara,
cenderung menunjukkan sifat ke-aku-
khususnya
annya. Akhirnya, sifat unik menunjukkan
karena
bahwa anak merupakan sosok individu
kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari
yang kompleks yang memiliki perbedaan
mereka juga perlu dilatih untuk menjadi
dengan individu lainnya.
pendengar yang baik. Kompetensi anak
tersebut.
dalam
itu,
Pemahaman
kelompoknya.
sebaliknya
anak
guru
Oleh
diberi
Anak akan melihat dan meniru apa
perlu dikembangkan melalui interaksi,
yang ada disekitarnya, bahkan apabila hal
minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih
itu sangat melekat pada diri anak akan
sayang.
tersimpan dalam memori jangka panjang
menjelaskan
(Long Term Memory). Apabila yang
berkembang menjadi kompeten dengan
tersimpan adalah hal yang positif (baik),
cara interaksi sesering mungkin dan
maka akan menghasilkan perilaku yang
bervariasi dengan anak. Orangtua sering
konstruktif.
yang
menunjukkan minat minat terhadap apa
tersimpan adalah sesuatu yang negatif
yang dilakukan dan dikatakan anak. Beri
Namun,
apabila
7
Shite
dan
cara
Wittig
agar
anak
(1973)
dapat
kesempatan
kepada
anak
untuk
pembudayaan.
Dimana
strategi
mengamati, mengenal, dan mendapatkan
implementasi pendidikan karakter meliputi
pengalaman dalam banyak hal. Berikan
pengintegrasian nilai dan etika pada mata
kesempatan dan doronglah anak untuk
pelajaran, internalisasi nilai positif yang di
melakukan
tanamkan oleh semua warga, pembiasaan
berbagai
kegiatan
secara
mandiri.
dan latihan, pemberian contoh dan teladan,
penciptaan suasana berkarakter di sekolah
dan pembudayaan. Sebagai calon guru SD
PENUTUP
dan
yang akan menjadi pendidik professional
pembahasan artikel ini, dapat disimpulkan
yang mempunyai tugas utama mendidik,
bahwa
mengajar,
Berdasarkan
kajian
dalam
pendidikan
mengintegrasikan
karakter
haruslah
membimbing,
mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
melalui
berbagai proses diataranya melalui strategi
didik
implementasi
karakter,
pencapaian tujuan pendidikan karakter,
karakter,
guru menjadi ujung tombak keberhasilan
karakter,
tersebut.
pendidikan
langkah-langkah
tahap-tahap
pembentukan
pendidikan
pembentukan
karakter
atau
siswa.
Dalam
konteks
melalui
DAFTAR RUJUKAN
Alfajar, L, H. 2009. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter Di SD Negeri Sosrowijayan
Yogyakarta.(http://eprints.uny.ac.id/13480/1/TESIS_LUKMAN%20HAKIM%20AL
FAJAR_PGSD_09108241083.pdf), diakses 19 Oktober 2016
Echols, M. John & Shadily, H. 1995. Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesian
Dictionary. Jakarta: PT Gramedia. Cet. XXI.
Fitri, A. Z. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan
Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Frye, Mike at all. (Ed.) 2002. Character Education: Informational Handbook and Guide for
Support and Implementation of the Student Citizent Act of 2001. North Carolina:
Public Schools of North Carolina.
Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP.
Koesoema, D. A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo. Cet. I.
8
Lickona, T. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.
Novitri. 2013. Efektivitas Pengelolaan Pendidikan Karakter. (http://repository.unib.ac.id/
8432/1/I,II,III,2-13-nov.FI.pdf), diakses tanggal 19 Oktober 2016
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang
Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa. Cet. I.
Ryan, K & Bohlin, K. E. 1999. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring
Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
.
9
Download