MENGINTEGRASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Ika Nova Margariena ˡ, Ali Imron² , Burhanuddin³ Universitas Negeri Malang ([email protected]) Abstrak: Program pengembangan pendidikan karakter diharapkan sebagai solusi terhadap persoalan degradasi moral peserta didik di era global. Pengembangan pendidikan karakter memerlukan proses yang bertahap dan konsisten dengan cara mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pembelajaran di SD baik dalam konteks pembelajaran di dalam kelas maupun luar kelas. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembangunan karakter peserta didik harus paham mengenai berbagai macam karakteristik yang dimiliki peserta didik. Kata kunci: karakter peserta didik, pendidikan karakter, pembelajaran di sekolah dasar Abstract: The development of character education is expected as a solution to character issues of students in the era of globalization . The development of character education requires systematic efforts and consistensy the schools must integrate character education with learning program as primary school level this concern with the context of learning in and outside. Teachers need to develop the school environment to ensure of the success students character development. Teachers have to be familiar unixs the diversity of learner characteristics. Keywords: character of students , character education , learning in primary school. Pendidikan karakter atau pendidikan yang disi di masyarakat semakin resah, merupa berdasarkan pembangunan karakter siswa kan bukti nyata akan penurunan moral ge- menjadi persoalan yang sangat urgent nerasi bangsa ini. dibicarakan pada masa sekarang. Pendi Proses pendidikan karakter tidak dikan karakter diharapkan dapat mengu- dapat langsung instan, tetapi memerlukan rangi penurunan moral yang terjadi pada proses yang berkelanjutan dan konsisten. generasi penerus bangsa di era globalisasi. Pendidikan karakter berkaitan dengan Budaya korupsi yang semakin merajalela waktu yang panjang sehingga tidak dapat pada setiap sendi kehidupan bangsa ini dilakukan dengan satu kegiatan saja. Di mulai dari tingkat dasar hingga kalangan sinilah pentingnya pendidikan karakter. atas yakni pejabat negara, maraknya kasus Pendidikan karakter harus diimplementasi- penyalahgunaan dan peredaran narkoba kan kemudian di integrasikan dalam kehi- yang semakin merajalela terutama di dunia dupan sekolah, baik dalam konteks pem- pendidikan, tawuran antar pelajar dan ber- belajaran di dalam kelas maupun luar bagai kejahatan yang telah membuat kon- kelas. 1 Beberapa tahun terakhir pendidikan Secara etimologis, kata karakter kita telah mengalami perubahan kurikulum (Inggris: character) berasal dari bahasa seperti Kurikulum Yunani (Greek), yaitu charassein yang Berbasis Kompetensi (KBK) yang disusul berarti “to engrave” (Ryan & Bohlin, dengan Satuan 1999). Kata “to engrave” bisa diterje Pendidikan (KTSP) lalu yang terbaru mahkan mengukir, melukis, memahat- Kurikulum K13. Di samping itu, juga telah kan, dilakukan berbagai inovasi dalam rangka Shadily, 1995). Dalam Kamus Bahasa pencapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia kata “karakter” diartikan dengan seperti tertuang dalam Undang-Undang tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau No. 20 tahun 2003 tentang Sistem budi pekerti yang membedakan seseorang Pendidikan Nasional (bab 2 pasal 3). Salah dengan yang lain, dan watak. Karakter satu bentuk inovasi ini adalah dicanang- juga bisa berarti huruf, angka, ruang, kannya pendidikan bangsa simbul khusus yang dapat dimunculkan melalui berbagai pendidikan. pada layar dengan papan ketik (Pusat diberlakukannya Kurikulum Tingkat karakter proses atau menggoreskan Pendidikan karakter seharusnya membawa Bahasa Depdiknas, peserta didik ke pengenalan nilai secara berkarakter kognitif, penghayatan nilai secara afektif, berkepribadian, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara bertabiat, atau berwatak. (Echols & 2008). Orang orang yang berarti berperilaku, bersifat, nyata. Inilah rancangan pendidikan karak- Dengan makna seperti itu berarti ter (moral) yang oleh Thomas Lickona karakter identik dengan kepribadian atau disebut moral knowing, moral feeling, dan akhlak. moral action (Lickona, 1991). Karena karakteristik, atau sifat khas diri seseorang itulah, semua mapel yang dipelajari oleh yang bersumber dari bentukan-bentukan peserta didik harus bermuatan pendidikan yang diterima dari lingkungan, misalnya karakter yang bisa membawanya menjadi keluarga pada masa kecil dan bawaan manusia yang berkarakter seperti yang sejak lahir (Koesoema, 2007). ditegaskan oleh Lickona tersebut. Kepribadian Secara karakter merupakan terminologis, dikemukakan oleh ciri, makna Thomas Lickona yang mendefinisikan karakter sebagai “A reliable inner disposition to PENTINGNYA PENDIDIKAN respond to situations in a morally good KARAKTER way.” Selanjutnya, Lickona menambahkan, “Character so conceived 2 has three parts: moral emphasis on universal values that we all and moral share”. Jadi, pendidikan karakter harus behavior” (Lickona, 1991: 51). Karakter menjadi gerakan nasional yang menjadikan mulia (good character), dalam pandangan sekolah (institusi pendidikan) sebagai agen Lickona, meliputi pengetahuan tentang untuk membangun karakter peserta didik kebaikan lalu melalui pembelajaran dan pemodelan. menimbulkan komitmen (niat) terhadap Melalui pendidikan karakter sekolah harus kebaikan (moral feeling), dan akhirnya berpretensi untuk membawa peserta didik benar-benar melakukan kebaikan (moral memiliki nilai-nilai karakter mulia seperti behavior). Dengan kata lain, karakter hormat dan peduli pada orang lain, mengacu kepada serangkaian pengetahuan tanggung jawab, jujur, memiliki integritas, (cognitives), dan dan disiplin. Di sisi lain pendidikan perilaku karakter juga harus mampu menjauhkan knowing, motivasi interrelated moral feeling, (moral khowing), sikap (attitudes), (motivations), serta (behaviors) dan keterampilan (skills). peserta didik dari sikap dan perilaku yang Terminologi pendidikan karakter tercela dan dilarang. Pendidikan karakter dikenalkan 1900- tidak hanya mengajarkan mana yang benar an. Thomas Lickona dianggap sebagai dan mana yang salah kepada anak, tetapi pengusungnya, terutama ketika ia menulis lebih buku yang berjudul The Return of menanamkan Character Education dan kemudian disusul tentang yang baik sehingga peserta didik bukunya, Educating for Character: How paham, mampu merasakan, dan mau Our School Can Teach Respect and melakukan yang baik. mulai Responsibility. menurutnya, pokok, sejak tahun Pendidikan mengandung yaitu mengetahui the good), dan tiga kebiasaan karakter (habituation) PENDIDIKAN KARAKTER kebaikan MELALUI PEMBELAJARAN DI SD Ada banyak nilai karakter yang melakukan dapat dikembangkan dan diintegrasikan dalam pembelajaran. Menanamkan semua 51). Di pihak lain, Frye (2002: 2) pendidikan pendidikan MENGINTEGRASIKAN unsur kebaikan (doing the good) (Lickona, 1991: mendefinisikan itu karakter, (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring dari butir nilai tersebut merupakan tugas yang karakter sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih sebagai, “A national movement creating nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan schools that foster ethical, responsible, penanamannya pada peserta didik. Nilai- and caring young people by modeling and nilai utama yang disarikan dari butir-butir teaching good character through an 3 standar kompetensi yang harus dicapai merespons sejumlah kelemahan dalam dalam pembelajaran di sekolah (institusi pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pendidikan) di antaranya (1) kereligiusan, pekerti, (2) pelajaran (MK) Pendidikan Agama dan kejujuran, (3) kecerdasan, (4) terutama melalui dua ketangguhan, (5) Kedemokratisan, yakni Pendidikan cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang diupayakan inovasi pendidikan karakter. menilai sama hak dan kewajiban dirinya Inovasi tersebut yaitu, (1) pendidikan dan orang lain, (6) kepedulian, karakter dilakukan secara terintegrasi ke (7) kemandirian, (8) berpikir logis, kritis, dalam kreatif, Integrasi dan inovatif, (9) keberanian Kewarganegaraan, mata semua mata yang telah pelajaran dimaksud (MK). meliputi mengambil risiko, (10) berorientasi pada pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi tindakan, (11) berjiwa kepemimpinan, pada semua mata pelajaran (MK) dan (12) kerja keras, (13) tanggung jawab, (14) pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang gaya hidup sehat, (15) kedisiplinan, (16) memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai percaya diri, (17) keingintahuan, (18) cinta dalam setiap aktivitas di dalam dan di luar ilmu, (19) kesadaran akan hak dan kelas untuk semua mata pelajaran. (2) kewajiban diri dan orang lain (20) pendidikan karakter juga diintegrasikan ke kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan (21) menghargai karya dan prestasi orang peserta didik, dan (3) pendidikan karakter lain, (22) kesantunan, (23) nasionalisme, dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan (24) menghargai keberagaman, (Kemdik- semua urusan di sekolah yang melibatkan nas, 2010). semua warga sekolah (Kemdiknas, 2010). Dari 24 nilai karakter di atas, guru (pendidik) dapat memilih Dari ketiga bentuk inovasi di atas yang nilai-nilai paling penting dan langsung bersentuhan karakter tertentu untuk diterapkan pada dengan aktivitas pembelajaran sehari-hari peserta didik disesuaikan dengan muatan adalah pengintegrasian pendidikan karak- materi dari setiap mata pelajaran (MK) ter dalam proses pembelajaran. Integrasi yang ada. Kementerian Pendidikan dan pendidikan karakter di dalam proses pem- Kebudayaan mencanangkan empat nilai belajaran dilaksanakan mulai dari tahap karakter utama yang menjadi ujung tom- perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi bak penerapan karakter di kalangan peserta pembelajaran pada semua mata pelajaran didik, yakni kejujuran, ketangguhan, ke- (MK). pedulian, dan kecerdasan. Pengintegrasian Pada pendidikan karakter dalam pembelajaran mula-mula 4 tahap perencanaan dilakukan adalah yang analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyu- pembelajaran sunan RPP, dan penyiapan bahan ajar. merevisi RPP yang telah ada. Analisis SK/KD dilakukan untuk dilakukan Kegiatan dengan pelaksanaan cara pembela- mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang jaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, secara substansi dapat diintegrasikan pada inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat agar peserta didik mempraktikkan nilai- bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini nilai karakter yang ditargetkan. Sebagai- tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai- mana disebutkan di depan, prinsip-prinsip nilai yang dapat dikembangkan pada Contextual pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. disarankan Pengembangan silabus dapat tahapan Teaching and diaplikasikan pembelajaran Learning pada semua karena prinsip- dilakukan dengan merevisi silabus yang prinsip pembelajaran tersebut sekaligus telah dikembangkan dengan menambah dapat komponen (kolom) karakter tepat di nilai-nilai karakter pada peserta didik. sebelah (kolom) Selain itu, perilaku guru sepanjang proses Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut pembelajaran harus merupakan model diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai- Dalam nilai yang diisikan tidak hanya terbatas merancang langkah-langkah pembelajaran pada nilai-nilai yang telah ditentukan yang memfasilitasi peserta didik aktif melalui analisis SK/KD, tetapi dapat dalam proses mulai dari pendahuluan, inti, ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang hingga penutup. Guru dituntut untuk dapat dikembangkan melalui kegiatan menguasai berbagai model atau strategi pembelajaran kanan komponen (bukan memfasilitasi pembelajaran lewat substansi pembelajaran itu, kegiatan langkah pembelajaran). Setelah pembelajaran, indikator terinternalisasinya aktif ini guru sehingga pembelajaran harus langkah- dengan mudah pencapaian, disusun dan dapat dipraktikkan dengan dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau baik dan benar. Dengan proses seperti ini dirumuskan ulang dengan penyesuaian guru juga bisa melakukan pengamatan terhadap karakter dikembangkan. yang hendak sekaligus melakukan evaluasi (penilaian) Sebagaimana langkah- terhadap proses yang terjadi, terutama langkah pengembangan silabus, penyu- terhadap karakter peserta didiknya. sunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi Menurut dalam Fitri (2011), strategi pembelajaran pendidikan karakter dapat dilihat dalam empat bentuk intregrasi, 5 yaitu (1) Integrasi dalam mata pelajaran. yang ditetapkan dengan Permendiknas RI Pelaksanaan Nomor 20 Tahun 2007). Dalam penilaian pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam karakter, penyusunan silabus dan indikator yang instrumen merujuk pada standar kompetensi dan dengan rubrik penilaian untuk menghindari kompetensi dasar yang terdapat dalam penilaian yang subjektif, baik dalam Kurikulum 2013, (2) Integrasi melalui bentuk instrumen penilaian pengamatan Pembelajaran (lembar pengamatan) maupun instrumen pembelajaran tematis tematis. adalah pembelajaran pendekatan yang dalam secara dasar dan hendaknya penilaian membuat yang dilengkapi penilaian skala sikap (misalnya skala sengaja Likert). mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi guru Berdasarkan indikator dari pembentukan kajian karakter di atas, diri anak beberapa mata pelajaran untuk dikemas memerlukan suatu tahapan yang dirancang dalam satu kesatuan, (3) Integrasi melalui secara pembiasaan dan (4) Intergrasi melalui Berikut hasil penelitian terdahulu yang kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, membahas tentang pendidikan karakter olahraga, karya wisata, dn outbound. dalam Evaluasi atau penilaian merupakan sistematis dan pembelajaran. dilakukan oleh berkelanjutan. Penelitian Novitri yang (2013) yang “Efektivitas Pengelolaan Karakter”, menunjukkan bagian yang sangat penting dalam proses berjudul pendidikan. Dalam pendidikan karakter, Pendidikan penilaian harus dilakukan dengan baik dan bahwa pengelolaan pendidikan karakter benar. Penilaian tidak hanya menyangkut SDIT pencapaian kognitif peserta didik, tetapi dikategorikan sangat efektif dan efektif. juga Aspek pencapaian afektif dan IQRA 1 yang Kota Bengkulu dikategorikan efektif psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih dikarenakan masih ada aspek yang belum mementingkan pencapaian afektif dan sesuai dengan standar yang ada. Pihak psikomotorik peserta didik dibandingkan sekolah pencapaian meningkatkan kognitifnya. Agar hasil selalu berusaha pengelolaan untuk pendidikan penilian yang dilakukan guru bisa benar karakter yang masih dalam kategori efektif dan menjadi sangat efektif, demi tercapainya objektif, guru harus memahami prinsip-prinsip penilaian yang benar sesuai tujuan pendidikan karakter di sekolah. dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan oleh para ahli Hasil penelitian dari Alfajar (2009) yang berjudul “ Upaya Pengembangan penilaian (misalnya Standar Penilaian Pendidikan Pendidikan 6 Karakter di SD Negeri Sosrowijayan Yogyakarta”, menunjukkan (buruk), akan dihasilkan di kemudian hari upaya pengembangan pendidikan karakter hal-hal yang destruktif. yang dilakukan program Anak (peserta didik) apabila akan Negeri melakukan sesuatu (baik atau buruk) selalu Sosrowijayan mengangkat nilai religius, diawali dengan proses melihat, mengamati, jujur, toleransi, disiplin, dan tanggung meniru, mengingat, menyimpan kemudian jawab. Upaya pengembangan di dalam mengeluarkan kembali menjadi perilaku pembelajaran dicantumkan dalam RPP dan sesuai dengan ingatan yang tersimpan di proses pembelajarannya. otaknya. pengembangan Sebagai dalam diri di individu SD yang Oleh karena itu, untuk sedang membentuk karakter pada anak, harus berkembang, anak memiliki sifat suka dirancang dan diupayakan penciptaan meniru tanpa mempertimbangkan baik lingkungan kelas dan sekolah yang betul- atau buruk. Hal ini didorong oleh rasa betul mendukung program pendidikan ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang karakter diminati, yang kadangkala muncul secara tentang karakteristik anak akan bermanfaat spontan. Sikap jujur yang menunjukkan dalam upaya menciptakan lingkungan kepolosan seorang anak tanpa beban belajar yang mendukung perkembangan menyebabkan anak selalu ingin tampil anak. Anak pada usia sekolah umumnya riang dan dapat bergerak dan beraktivitas telah terampil dalam berbahasa. Sebagian secara bebas. Dalam aktivitas ini anak besar dari mereka senang berbicara, cenderung menunjukkan sifat ke-aku- khususnya annya. Akhirnya, sifat unik menunjukkan karena bahwa anak merupakan sosok individu kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari yang kompleks yang memiliki perbedaan mereka juga perlu dilatih untuk menjadi dengan individu lainnya. pendengar yang baik. Kompetensi anak tersebut. dalam itu, Pemahaman kelompoknya. sebaliknya anak guru Oleh diberi Anak akan melihat dan meniru apa perlu dikembangkan melalui interaksi, yang ada disekitarnya, bahkan apabila hal minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih itu sangat melekat pada diri anak akan sayang. tersimpan dalam memori jangka panjang menjelaskan (Long Term Memory). Apabila yang berkembang menjadi kompeten dengan tersimpan adalah hal yang positif (baik), cara interaksi sesering mungkin dan maka akan menghasilkan perilaku yang bervariasi dengan anak. Orangtua sering konstruktif. yang menunjukkan minat minat terhadap apa tersimpan adalah sesuatu yang negatif yang dilakukan dan dikatakan anak. Beri Namun, apabila 7 Shite dan cara Wittig agar anak (1973) dapat kesempatan kepada anak untuk pembudayaan. Dimana strategi mengamati, mengenal, dan mendapatkan implementasi pendidikan karakter meliputi pengalaman dalam banyak hal. Berikan pengintegrasian nilai dan etika pada mata kesempatan dan doronglah anak untuk pelajaran, internalisasi nilai positif yang di melakukan tanamkan oleh semua warga, pembiasaan berbagai kegiatan secara mandiri. dan latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di sekolah dan pembudayaan. Sebagai calon guru SD PENUTUP dan yang akan menjadi pendidik professional pembahasan artikel ini, dapat disimpulkan yang mempunyai tugas utama mendidik, bahwa mengajar, Berdasarkan kajian dalam pendidikan mengintegrasikan karakter haruslah membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta melalui berbagai proses diataranya melalui strategi didik implementasi karakter, pencapaian tujuan pendidikan karakter, karakter, guru menjadi ujung tombak keberhasilan karakter, tersebut. pendidikan langkah-langkah tahap-tahap pembentukan pendidikan pembentukan karakter atau siswa. Dalam konteks melalui DAFTAR RUJUKAN Alfajar, L, H. 2009. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter Di SD Negeri Sosrowijayan Yogyakarta.(http://eprints.uny.ac.id/13480/1/TESIS_LUKMAN%20HAKIM%20AL FAJAR_PGSD_09108241083.pdf), diakses 19 Oktober 2016 Echols, M. John & Shadily, H. 1995. Kamus Inggris Indonesia: An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia. Cet. XXI. Fitri, A. Z. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Frye, Mike at all. (Ed.) 2002. Character Education: Informational Handbook and Guide for Support and Implementation of the Student Citizent Act of 2001. North Carolina: Public Schools of North Carolina. Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP. Koesoema, D. A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I. 8 Lickona, T. 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books. Novitri. 2013. Efektivitas Pengelolaan Pendidikan Karakter. (http://repository.unib.ac.id/ 8432/1/I,II,III,2-13-nov.FI.pdf), diakses tanggal 19 Oktober 2016 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I. Ryan, K & Bohlin, K. E. 1999. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. . 9