Keterkaitan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pijat Payudara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
2.1.1
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi
dari proses sensoris khususnya mata dan telinga
terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku terbuka (overt behavior) (Sunaryo, 2004).
Menurut
Notoatmodjo
2003
dalam
buku
Keperawatan Kesehatan Komunitas, pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap objek
tertentu.
manusia,
Pengindraan
yakni
indra
terjadi
melalui
penglihatan,
pancaindra
pendengaran,
penciuman, perasa dan peraba.
2.1.2
Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo
2003
dalam
buku
Keperawatan
Kesehatan Komunitas, membagi tingkat pengetahuan
menjadi 6 tingkatan yaitu:
11
12
A. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah
dipelajari
sebelumnya.
Termasuk
kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
B. Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi
tersebut
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
C. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada
13
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
disini
dapat
diartikan
sebagai
aplikasi
atau
pengguna hukum-hukum, rumus, metode prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
D. Analisis (Analysis)
Analisis
menjabarkan
adalah
suatu
materi
kemampuan
atau
objek
untuk
kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari
penggunaan
kata
kerja
seperti
dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompok-kan, dan sebagainya.
E. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
kemampuan
menunjukkan
untuk
kepada
suatu
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Contohnya
dapat
menyusun,
merencanakan
meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya
14
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
F. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi
atau
objek.
Penilaian-penilaian
itu
berdasarkan suatu kriteria- kriteria yang ada.
2.1.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Tingkat
pengetahuan
setiap
orang
bervariasi
karena di pengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain
(Notoatmodjo, 2003):
A. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan
seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal
agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di
pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi
dan
pada
akhirnya
makin
banyak
pula
pengetahuan yang di milikinya. Sebaliknya jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat
perkembangan
sikap
seseorang
15
terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
baru di perkenalkan.
B. Pekerjaan
Lingkungan
seseorang
pekerjaan
memperoleh
dapat
menjadikan
pengalaman
dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung.
C. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan
terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis
(mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis
besar ada 4 kategori yaitu pertama perubahan
ukuran, kedua perubahan proposi, ketiga hilangnya
ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada
aspek
psikologis
atau
mental
taraf
berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
D. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan
seseorang
untuk
mencoba
dan
menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
16
E. Pengalaman
Pengalaman
adalah
suatu
kejadian
yang
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Ada
kecenderungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha
untuk
pengalaman
melupakan,
terhadap
namun
objek
jika
tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul
kesan
yang
sangat
mendalam
dan
membekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya
dapat
pula
membentuk
sikap
positif
dalam
kehidupannya.
F. Kebudayaan Lingkungan Sekitar
Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu
wilayah
mempunyai
budaya
untuk
menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin
masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena
lingkungan
sangat
berpengaruh
dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
17
G. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat membantu mempercepat seseorang untuk
memperoleh
pengetahuan
yang
baru
(Notoatmodjo, 2003).
2.2
Pijat Payudara Untuk Produksi ASI
2.2.1
Anatomi dan Fisiologi Payudara Wanita
Payudara adalah kelenjar mamaria. Di bawah
pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin, payudara
Ibu
mampu mengeluarkan susu setelah kelahiran
bayi. Payudara terletak di bagian anterior atas dada
dan terdiri atas lobus-lobus jaringan kelenjar. Setiap
lobus mengalirkan isinya ke ductus lactiferus yang
bermuara ke ujung puting (Corwin, 2009).
Corwin
(2009)
menyatakan
bahwa
sebelum
pubertas, payudara anak perempuan berukuran kecil
dan belum berkembang. Puting susu terletak rata di
dada. Bersamaan dengan awitan pubertas, dan di
bawah pengaruh estrogen, ukuran, jumlah lemak, dan
struktur
duktus
payudara
membesar.
Selama
kehamilan, sistem duktus terus berkembang dan selsel kelenjar menjadi mampu membuat susu.
18
Payudara mengandung glandular (parenchim) dan
jaringan duktal, jaringan fibrosa yang mengikat lobuslobus bersama dan jaringan lemak di dalam dan di
antara
lobus-lobus.
Kelenjar
mamaria
yang
berpasangan ini terletak di antara iga kedua dan
keenam di atas otot pectoralis mayor dari sternum ke
garis midaxillaris
meluas ke aksila, suatu area
jaringan payudara yang disebut tail of Spence.
Ligament
Cooper,
yang
merupakan
pita
fascia,
menyangga payudara pada dinding dada (Smeltzer &
Bare, 2002).
Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobus
yang berbentuk kerucut yang terbuat dari lobulus yang
mengandung cluster acini, suatu struktur kecil yang
berakhir pada duktus. Semua duktus pada setiap lobus
mengalirkan isinya ke dalam suatu ampula, yang
kemudian terbuka di puting setelah sebelumnya
menyempit. Sekitar 85% jaringan payudara adalah
lemak (Smeltzer & Bare, 2002).
Areola adalah daerah berpigmen disekeliling puting
susu. Kelenjar areolar (Montgomery) adalah kelenjar
sebaseus besar di dalam areola (Gibson, 2003).
19
A. Struktur
Payudara terdiri dari lobulus-lobulus jaringan
kelenjar, terbenam di dalam lemak. Lobulus
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa.
Payudara menonjol kearah puting susu, dan setiap
lobulus bermuara ke dalam sebuah saluran yang
bermuara pada Puting susu (Gibson, 2003).
B. Suplai Darah
Suplai darah oleh arteri dari arteria axillaris dan
oleh cabang perforantes arteria mamaria interna,
yang berjalan di bagian dalam dada dan di
belakang tulang rawan iga dan memberikan
cabang melalui ruang sela iga (Gibson, 2003).
C. Drainase Vena
Ke
dalam
payudara dan
vena
besar
pada
permukaan
kemudian ke dalam vena yang
berjalan bersama arteri (Gibson, 2003).
2.2.2
Proses Pembentukan ASI
Pada anak perempuan, payudara berkembang
saat pubertas di bawah pengaruh dua hormon,
estrogen
dan
perkembangan
progesteron.
lebih
lanjut
Pada
kehamilan,
dirangsang
oleh
20
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam
darah. Setelah melahirkan, kolostrum; suatu cairan
kuning yang mengandung lemak dan protein, disekresi
pada awal. keluarnya susu tidak dimulai sampai
beberapa hari kemudian. Hal ini merupakan akibat
stimulasi oleh prolaktin hipofisis anterior. Kadar
estrogen yang sangat tinggi menghambat sekresi
susu, dan estrogen artificial diberikan untuk mencegah
atau menghentikan laktasi. Oksitosin yang dihasilkan
oleh hipofisis lobus posterior mengeluarkan susu dari
duktus laktiferus (Gibson, 2003).
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk
perkembangan fisik payudara selama kehamilan,
pengaruh khusus dari kedua hormon ini adalah untuk
mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu.
Sebaliknya, hormon prolaktin mempunyai fungsi yang
berlawanan pada sekresi air susu yaitu prolaktin
meningkatkan
sekresi
air
susu.
Hormon
ini
disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu, dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat secara
tetap dari minggu ke lima kehamilan sampai kelahiran
bayi. Pada saat ini kadarnya meningkat 10 sampai 20
21
kali dari kadar normal saat tidak hamil (Guyton & Hall,
2008).
Selain itu, plasenta mengeluarkan sejumlah besar
human chorionic somatomammo-tropin, yang mungkin
mempunyai sifat laktogenik, jadi menyokong prolaktin
dari hipofisis ibu selama kehamilan. Walaupun begitu,
karena efek supresi dari estrogen dan progesterone,
hanya beberapa milliliter cairan saja yang disekresikan
setiap hari sampai bayi dilahirkan. Cairan yang
disekresi selama beberapa hari terakhir sebelum dan
beberapa hari pertama setelah kelahiran disebut
kolostrum; kolostrum ini terutama mengandung protein
laktosa dalam kosentrasi yang sama seperti air susu,
tetapi kolostrum tersebut hampir tidak mengandung
lemak, dan kecepatan maksimal pembentukkannya
adalah sekitar 1/100 kecepatan pembentukkan air
susu selanjutnya (Guyton & Hall, 2008).
Segera setelah bayi dilahirkan, hilangnya sekresi
estrogen dan progesterone dari plasenta yang tiba-tiba
memungkinkan efek laktogenik prolaktin dari kelenjar
hipofisis
ibu
untuk
mengambil
peran
dalam
memproduksi air susu, dan dalam 1 sampai 7 hari
kemudian, kelenjar payudara mulai mensekresikan air
22
susu
dalam
jumlah
besar
sebagai
pengganti
kolostrum. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi
pendahuluan yang adekuat dari sebagian besar
hormon-hormon ibu lainnya, tetapi yang penting dari
semuanya adalah hormon pertumbuhan, kortisol,
hormon paratiroid, dan insulin. Hormon-hormon ini
diperlukan untuk menyediakan asam amino, asam
lemak, glukosa, dan kalsium yang diperlukan untuk
pembentukan air susu (Hamilton, 1995).
Setelah
kelahiran
bayi,
kadar
basal
sekresi
prolaktin kembali ke kadar sewaktu tidak hamil. Akan
tetapi, setiap kali ibu menyusui bayinya, sinyal saraf
dari puting susu ke hipotalamus akan menyebabkan
lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali
lipat yang berlangsung kira-kira 1 jam. Prolaktin ini
bekerja pada payudara ibu untuk mempertahankan
kelenjar mammaria agar menyekresikan air susu ke
dalam alveoli untuk periode laktasi berikutnya. Bila
lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena
kerusakkan hipotalamus atau hipofisis, atau bila laktasi
tidak
dilakukan
terus-menerus,
payudara
akan
kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air
susu dalam waktu 1 minggu atau lebih. Akan tetapi,
23
produksi air susu dapat berlangsung terus selama
beberapa tahun bila anak terus menghisap, walaupun
kecepatan
pembentukkan
air
susu
normalnya
berkurang sangat banyak setelah 7 sampai 9 bulan
(Hamilton, 1995).
Air susu secara kontinu diseksresikan ke dalam
alveoli payudara, tetapi air susu tidak dapat mengalir
dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus dan
tidak menetes secara kontinu dari puting susu.
Sebaliknya air susu harus dialirkan dari alveoli ke
dalam duktus sebelum bayi dapat memperolehnya.
Proses
ini
disebabkan
oleh
gabungan
refleks
neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon
hipofisis posterior oksitosin (Guyton & Hall, 2008).
Ketika bayi menghisap, bayi sebenarnya tidak
menerima
kemudian.
susu
untuk
Impuls
setengah
sensorik
menit
pertama
pertama
harus
ditransmisikan melalui saraf somatik dari puting susu
ke medula spinalis ibu dan kemudian ke hipotalamus
ibu, yang menyebabkan sinyal saraf yang membantu
sekresi oksitosin pada saat yang bersamaan ketika
hipotalamus menyekresi prolaktin. Oksitosin kemudian
dibawa dalam darah ke kelenjar payudara, tempat
24
oksitosin
menyebabkan
sel-sel
mioepitel
(yang
mengelilingi dinding luar alveoli) berkontraksi, dan
mengalirkan air susu dari alveoli ke dalam duktus pada
tekanan ± 10 sampai 20 mmHg. Kemudian isapan bayi
menjadi efektif dalam mengalirkan air susu. Jadi,
dalam waktu 30 detik sampai satu menit setelah bayi
mengisap payudara, air susu mulai mengalir. Proses
ini disebut pengaliran air susu (let-down) (Guyton &
Hall, 2008).
Pengisapan pada satu kelenjar payudara tidak
hanya menyebabkan aliran air susu pada kelenjar
payudara itu tetapi juga pada kelenjar payudara lain.
Pengisapan
oleh
bayi
tidak
saja
mencetuskan
pelepasan oksitosin dan pengeluaran susu. Tindakan
ini juga mempertahankan dan meningkatkan sekresi
susu karena adanya stimulasi sekresi prolaktin yang
terjadi akibat pengisapan puting susu oleh bayi
(Ganong, 2008).
2.2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira
550-1000 ml setiap hari. Jumlah ASI tersebut dapat
25
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut
(Kristiyanasari, 2009):
A. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan
yang dimakan oleh ibu, apabila makan ibu teratur
dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan
mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja sempurna tanpa
makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi
ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi
jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari.
B. Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, Ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume
ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
C. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan
alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena
pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat
26
mempengaruhi
produksi
ASI,
misalnya
penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen
dan progestin, suntik, dan implan berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Andrews,
2010).
Estrogen juga dapat digunakan untuk menekan
laktasi
karena
estrogen
menghambat
kerja
prolaktin (Heffner dan Schust, 2008).
D. Fisiologi
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon
terutama hormon prolaktin. Prolaktin merupakan
hormon laktogenik yang menentukan dalam hal
pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu
(Guyton&Hall, 2008).
E. Anatomis Payudara
Bila jumlah lobus dalam payudara berkurang,
maka lobulus pun berkurang. Dengan demikian
produksi ASI pun juga berkurang karena sel-sel
asini yang berfungsi menarik zat-zat makanan dari
pembuluh darah akan berkurang (Ganong, 2008).
F. Perawatan Payudara
Perawatan payudara (breast care) merupakan
perawatan pada payudara ibu yang dilakukan
27
mulai dari masa kehamilan sampai pada masa
laktasi. Perawatan payudara pada masa kehamilan
berbeda dengan perawatan payudara pada masa
laktasi. Pada masa kehamilan perawatan payudara
yang
dilakukan
payudara
dan
berupa
menjaga
kebersihan
puting
sedangkan
perawatan
perawatan payudara pada waktu menjelang hingga
masa
laktasi
yaitu
berupa
pemijatan
pada
payudara (Farrer, 2001).
Perawatan fisik payudara menjelang masa
laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan memijat
payudara. Bila terdapat penyumbatan pada duktus
laktiferus dapat ditangani sehingga pada waktunya
ASI
akan keluar
perawatan
payudara
dengan
payudara
lancar.
bermanfaat
mempengaruhi
Selain
itu
merangsang
hipofisis
untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin
(Farrer, 2001).
Perawatan
payudara
penting
diperhatikan
untuk mencegah terjadinya luka pada daerah
puting susu, yaitu dengan memberikan ASI dengan
posisi
yang
baik
dan
tepat
saat
menyusui
(Suririnah.2009). Dengan merangsang payudara
28
akan mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin.
2.2.4
Masalah Dalam Menyusui
Di bawah ini merupakan beberapa masalah yang
sering dijumpai pada ibu menyusui, diantaranya
sebagai berikut:
A. Duktus Tertutup
Benjolan
berkembang
yang
nyeri
secara
dan
bengkak
berangsur-angsur
yang
pada
payudara, tanpa disertai demam biasanya adalah
duktus yang tertutup. Duktus semacam ini akan
terasa
nyeri
dan
menonjol
atau
berwarna
kemerahan (Simkin, Whalley dan Keppler, 2010).
B. Puting Inverted
Masalah yang paling sering ditemukan dalam
menyusui yaitu puting susu yang inverted atau
puting yang tidak menonjol, sehingga Ibu kesulitan
dalam menyusui bayinya (Bobak, 2005).
C. Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2 – 4
payudara
disebabkan
sering
terasa
bertambahnya
penuh
aliran
dan
darah
jam),
nyeri
ke
29
payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi
dalam jumlah yang banyak (Gayton & Hall, 2008).
D. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala
diikuti
rasa
nyeri
dan
panas,
suhu
tubuh
meningkat. Di dalam payudara terasa ada masa
padat, dan di luarnya kulit menjadi merah. Kejadian
ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu
yang berlanjut (Corwin, 2009).
E. Penghambatan Pengaliran Air Susu
Masalah khusus dalam menyusui bayi datang
dari kenyataan bahwa banyak faktor psikogenik
atau perangsangan sistem saraf simpatis umum di
seluruh tubuh ibu dapat menghambat sekresi
oksitosin dan akibatnya menekan pengaliran air
susu (Guyton & Hall, 2008).
2.2.5
Pijat Payudara (Breast Care)
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan para Ibu
dianjurkan untuk memijat lembut payudara, terutama di
30
daerah yang berwarna gelap (aerola), untuk membuka
saluran susu (Nadia Indivara, 2009).
Pada saat ASI mulai diproduksi, payudara akan
mulai terasa kencang, bengkak, dan tidak nyaman,
karena itu segera susui bayi sesegera dan sesering
mungkin. Namun agar tidak mengalami kesulitan
selama periode menyusui, Ibu perlu melakukan
perawatan payudara. Perawatan payudara setelah
melahirkan
pemijatan.
dapat
Pijat
dengan
melakukan
payudara
(breast
beberapa
care)
adalah
perawatan payudara yang dialakukan dalam bentuk
pemijatan pada payudara ibu yang di lakukan mulai
dari masa kehamilan sampai pada masa laktasi (Nadia
Indivara, 2009).
Untuk membuat ASI mengalir lancar, Ibu dapat
melakukan pengeluaran ASI secara manual dengan
tangan
atau
dengan
pompa
ASI.
Namun
mengeluarkan ASI dengan bantuan alat pompa
mekanis biasanya menyebabkan ketidaknyamanan
dan tidak efektif sementara memijat payudara dengan
tangan lebih alami. Selain itu kontak kulit dengan kulit
merangsang refleks pengeluaran ASI
kontak
dengan
permukaan
plastik
ketimbang
pompa
ASI.
31
Keuntungan lainnya yaitu gratis dan dapat dilakukan di
ruang khusus menyusui atau kamar kecil (Nuryasini,
2008).
A. Tujuan
Perawatan payudara (pijat payudara) antara
lain bertujuan untuk (Kristiyanasari, 2009):
1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar
dari infeksi.
2. Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang
kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.
3. Mencegah bendungan ASI atau pembengkakkan
payudara.
4. Melenturkan dan menguatkan puting susu.
5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan
melakukan usaha untuk mengatasinya.
6. Persiapan psikis Ibu.
Indikasi perawaatan payudara ini dilakukan
pada payudara yang tidak mengalami kelainan dan
yang mengalami kelainan seperti bengkak, lecet
dan puting inverted.
32
B. Manfaat
Perawatan payudara atau pijat payudara perlu
dilakukan beberapa hari menjelang persalinan,
atau sekitar usia kehamilan 32 minggu. Perawatan
dilakukan
Manfaat
sampai
pijat
setelah
payudara
masa
untuk
ibu
melahirkan.
hamil
di
antaranya (Roesli, 2009):
1. Mempersiapkan mental Ibu untuk menyusui
setelah melahirkan.
2. Mempersiapkan payudara sebelum menyusui.
3. Menguatkan dan melenturkan puting susu untuk
memudahkan bayi saat menyusu.
4. Merangsang kelenjar ASI sehingga produksi
lebih banyak dan lancar atau tidak terjadi
"pembendungan" ASI.
5. Mengurangi resiko luka saat menyusui sehingga
Ibu pun merasa nyaman ketika menyusui.
C. Pijat Payudara Pada Umumnya
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk
melakukan pijat payudara, yaitu (Nadia Indivara,
2009):
1. Membasahi kedua tangan Ibu dengan baby oil.
33
2. Meletakkan kedua telapak tangan di antara
kedua belah payudara. Lalu urut dari atas,
samping, bawah dan menuju ke puting susu
dengan mengangkat payudara perlahan-lahan,
lalu lepaskan dengan perlahan. Ulangi gerakan
ini sebanyak 30 kali.
3. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri.
Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga
jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara
dan berakhir dengan gerakan spiral pada
daerah
puting
susu,
selanjutnya
buatlah
gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu di
seluruh bagian payudara. Melakukan gerakan
seperti ini juga pada payudara kanan.
4. Gerakan selanjutnya meletakkan kedua telapak
tangan diantara dua payudara. Mengurut dari
tengah ke atas sambil mengangkat ke dua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan.
Melakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri
dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan
empat jari lainnya dibawah. Memeras dengan
34
lembut payudara sambil meluncurkan kedua
tangan ke
depan ke arah
puting
susu.
Melakukan hal yang sama pada payudara
kanan.
5. Lalu
melakukan
posisi
tangan
pararel.
Menyangga payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah pangkal
payudara kearah puting susu. Melakukan
gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu,
meletakkan satu tangan di sebelah atas dan
satu lagi dibawah payudara. Meluncurkan
kedua tangan secara bersamaan kearah puting
susu
dengan
cara
memutar
tangan.
Mengulangi gerakan ini sampai semua bagian
payudara terkena urutan.
6. Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri,
tiga jari tangan kanan membuat gerakan
memutar dan menekan lembut, mulai dari
pangkal payudara dan berakhir di puting susu.
Melakukan hal yang sama untuk payudara
sebelah kanan. Untuk setiap payudara dua kali
gerakan.
35
7. Mengompres kedua payudara dengan washlap
hangat berganti-ganti dengan washlap dingin
selama 5 menit. Ini juga berfungsi untuk
membersihkan payudara dengan baby oil.
D. Pijat Payudara Yang Sering Dilakukan Di Klinik/
RS
Adapun cara lain dalam perawatan payudara
yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan di
klinik yaitu (Kristiyanasari, 2009):
1. Memasang handuk pada bagian perut bawah
dan bahu sambil melepaskan pakaian atas.
2. Mengompres kedua puting susu dengan kapas
yang dibasahi minyak kelapa atau baby oil
selama 2-3 menit.
3. Mengangkat
kapas
sambil
membersihkan
puting dengan melakukan gerakan memutar
dari dalam keluar.
4. Dengan kapas yang baru, bersihkan bagian
tengah puting dari sentral keluar, apabila
didapat puting inverted (puting tidak menonjol)
lakukan penarikan.
5. Membasahi kedua telapak tangan dengan
minyak
atau
baby
oil
dan
melakukan
36
pengurutan dengan telapak tangan berada
diantara kedua payudara dengan gerakan ke
atas, ke samping, ke bawah dan kedepan
sambil menghentakkan payudara. Lakukan
pengurutan ini sebanyak 20-30 kali.
6. Tangan kiri menopang payudara kiri dan
tangan kanan melakukan pengurutan dengan
menggunakan sisi jari kelingking. Lakukan
gerakan ini sebanyak 20-30 kali dan lakukan
pada ke dua payudara.
7. Langkah selanjutnya dengan menggunakan
sendi-sendi
jari
dengan
posisi
tangan
mengepal, tangan kiri menopang payudara dan
tangan kanan melakukan pengurutan dari
pangkal kearah puting. Lakukan sebanyak 2030 kali pada tiap payudara.
8. Meletakkan baskom dibawah payudara dan
menggunakan washlap dibasahi air hangat.
9. Mengguyur payudara kurang lebih 5 kali
kemudian di lap dengan washlap bergantian
dengan air dingin, masing-masing 5 kali
guyuran kemudian diakhiri dengan air hangat.
37
10. Mengeringkan payudara dengan handuk yang
dipasang di bahu.
11. Menggunakan bra yang dapat menopang
payudara.
Download