1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Pembangunan melalui pendidikan dapat disalurkan pada pengembangan potensi peserta didik. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya menghadapi setiap perubahan yang timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu bentuk upaya pengembangan manusia, pendidikan tidak bersifat statis tetapi berkembang seiring perkembangan manusia. Fokus dari pendidikan adalah bagaimana memberikan inspirasi, teladan dan rangsangan kepada peserta didik sehingga dari proses pendidikan tersebut dapat dihasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Joyce dan Weil dalam Sugiyanto (2009: 3) Hakikat mengajar adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif dimasa datang. Pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik, tetapi merupakan upaya untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitas berpikir peserta didik sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik hendaknya lebih mengarah pada peningkatan aktivitas dan partisipasi peserta didik. Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Sekolah sebagai pendidikan formal terdapat kegiatan belajar mengajar dimana terjadi interaksi antara guru dan peserta didik. Seorang guru yang secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran, memegang peranan penting dalam menentukan hasil belajar yang dicapai peserta didiknya sehingga guru harus dapat memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, dengan pemilihan 1 2 model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar maka materi yang disampaikan oleh guru akan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta didik sehingga peserta didik merasa senang dan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Moelyarto Tjokrowinoto dalam Suryosubroto (2002:278) partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Tanggung jawab dalam partisipasi melalui kesediaan siswa dalam memberikan perhatian selama proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok dan kelas. Dalam penelitian ini peneliti membawa permasalahan dari luar kelas berupa partisipasi dan hasil belajar geografi. Peneliti mengukur tingkat partisipasi dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan beberapa model yang belum pernah digunakan oleh guru. Peneliti melakukan perubahan dalam pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas. Salah satunya partisipasi peserta didik yang mencakup keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan model lain dalam pembelajaran dapat melibatkan peserta didik secara aktif dengan memaksimalkan sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah serta membantu peserta didik untuk terbiasa dalam berpartisipasi pada pembelajaran geografi. Peneliti melaksanaan penelitian di SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar karena berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar, pembelajaran Geografi dilakukan guru sebenarnya sudah menggunakan model yang menggunakan diskusi, hanya peneliti ingin mencoba model baru yang bisa menginovasi dan memberikan dorongan terhadap peserta didik untuk memacu partisipasi dan melatih peserta didik untuk terbiasa mencari jawaban sendiri melalui diskusi kelompokn dan tidak menganggap guru sebagai sumber utama ilmu pengetahuan. 3 Berdasarkan nilai peserta didik pada ulangan kompetensi dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi semester gasal tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh dari guru Geografi kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar menunjukkan bahwa nilai rata-rata tiap kelas X berbeda. Kelas X1 : 78,3; X2 : 76,8; X3 : 73,5; X4 : 69,9; X5 : 69,9; X6 : 74; X7 : 67 ; X8 : 68,1; X9 : 71,4; X10 : 68,6; X11 : 70,3; X12 : 65; X13 : 72,5; dan X14 : 69,4. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X. Karena kelas X memiliki jumlah kelas lebih banyak sejumlah 14 kelas, namun diampu oleh setiap orang guru Geografi ada 6 sampai 8 kelas sedangkan kelas XI IPS hanya 6 kelas, dan kelas XII IPS tidak diijinkan digunakan sebagai penelitian karena mempersiapkan UN. Jadi peneliti memilih untuk pelaksanaan penelitian di kelas X, karena peneliti membutuhkan 4 kelas untuk penelitian dan materi pembelajaran geografi dengan kompetensi dasar menjelaskan sejarah pembentukan bumi berada pada kelas X SMA. Satu kelas untuk kelas uji coba instrument soal sebelum dilaksanakan penelitian dan tiga kelas digunakan untuk kelas penelitian. Kelas yang dipilih adalah X3, X4, X9 sebagai kelas eksperimen dan kontrol serta kelas XI 4 IPS sebagai kelas uji coba soal instrument. Ketiga kelas dipilih karena sudah melalui metode cluster random sampling, materi yang digunakan berada pada kelas tersebut dan ketiga kelas dianggap bisa melakukan model yang akan diterapkan. Model pembelajaran digunakan untuk penelitian ini Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dan Model Problem Based Learning (PBL), dan Ekspositori. SMA Muhammadiyah 01 Karangnyar belum pernah diadakan penelitian dengan menggunakan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dan Model Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan metode yang sering digunakan oleh guru di SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar yaitu pembelajaran Ekspositori. Dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi. Berdasarkan informasi dari guru, peserta didik menganggap bahwa materi pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi merupakan 4 materi yang sulit untuk dipahami. Guru juga merasa kesulitan dalam menyampaikan materi karena keterbatasan waktu dan banyaknya materi yang tercakup dalam KD tersebut yang meliputi Sejarah pembentukan bumi, Karakteristik perlapisan bumi, Perkembangan muka bumi, dan teori lempeng tektonik beserta persebaran gempa bumi. Luasnya cakupan materi tersebut dengan hanya diterapkan dengan Ekspositori menjadikan peserta didik sangat sulit memahami materi tersebut. Selain peneliti ingin mencoba penggunaan model pembelajaran yang baru yang dimungkinkan bisa mengarah pada partisipasi peserta didik, permasalahan lain yang ditemukan bahwa guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran Geografi karena guru sudah terbiasa dengan metode Ekspositori yang dirasa paling mudah dilaksanakan apalagi fasilitas sekolah kurang lengkap dalam menyediakan sarana untuk guru mengajar, misal terbatasnya LCD. Dari hasil observasi di SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar LCD hanya ada 3. Sejumlah 1 LCD untuk ruangan TU dan 2 LCD untuk ruangan guru sedangkan dikelas 1 dan kelas 2 belum terpasang LCD. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan penerapan model pembelajaran baru yang bisa meningkatkan hasil belajar sekaligus membuat peserta didik untuk aktif dalam berpartisiapsi pada pembelajaran pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi, yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang berdasarkan pada konstruktivisme. Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu dari banyak model pembelajaran yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan Konstruktivisme mengarah ke pembentukan sikap dan ilmu pada peserta didik yang bersifat membangun sehingga selain bisa tercapainya hasil belajar juga tercapainya kemampuan peserta didik dalam berpartisipasi pada pembelajaran. Pada persoalan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran Geografi tidak terlepas dari berbagai 5 persoalan terutama dalam proses belajar mengajar terutama disekolah yang akan diteliti yaitu SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar. Diantaranya adalah : 1. Penggunaan Model pembelajaran yang sudah berdiskusi tetapi masih berorientasi pada guru. 2. Menekankan kemampuan kognitif terutama dalam hafalan yang bisa mengurangi intensitas partisipasi peserta didik. 3. Kurangnya penekanan pada partisipasi peserta didik terutama dalam diskusi kelompok. 4. Perlu adanya inovasi model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi peserta didik. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan dan perbandingan konsep kedua model pembelajaran di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk membandingkan penggunaan model CORE, PBL dan Ekspositorisehingga dari perbandingan penggunaan ketigamodel tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengadakan PENGGUNAAN MODEL penelitian yang berjudul: PEMBELAJARAN ”EFEKTIVITAS CORE, PBL DAN EKSPOSITORI TERHADAP PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS KARANGANYAR TAHUN X SMA MUHAMMADIYAH AJARAN 2015/2016 (Kompetensi 01 Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada perbedaan penggunaan antara model Organizing, Reflecting, Extending (CORE), Problem Based Learning (PBL) dan Ekspositori terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016? 6 2. Apakah Penggunaan model Organizing, Reflecting, Extending (CORE) lebih efektif dibandingkan model Ekspositori terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Peserta didik Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016? 3. Apakah penggunaan model Problem Based Learning (PBL) lebih efektif dibandingkan model Ekspositori terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016? 4. Apakah penggunaan model Organizing, Reflecting, Extending (CORE) lebih efektif dibandingkan model Problem Based Learning (PBL) terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan penggunaan model Organizing, Reflecting, Extending (CORE), Problem Based Learning (PBL) dan Ekspositori terhadap patrisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016 2. Mengetahui efektivitas antara penggunaan model Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dengan model Ekspositori terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016. 3. Mengetahui efektivitas antara penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dengan model Ekspositori terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta 7 didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016. 4. Mengetahui efektivitas antara penggunaan model Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dengan model Problem Based Learning (PBL) terhadap partisipasi dan hasil belajar peserta didik Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada Kelas X SMA Muhammadiyah 01 Karanganyar tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan untuk menambah pustaka tentang Pembelajaran Geografi Materi Sejarah Pembentukan Bumi di tingkat Program Studi Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan maupun Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Sebagai acuan pembelajaran Geografi kompetensi dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi yang inovatif dan mendukung teori pembelajaran konstruktivisme. c. Menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi peneliti di masa yang akan datang di bidang Geografi terutama pada materi Pembentukan Bumi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik 1) Memberikan kemudahan dalam belajar dan lebih mudah memahami kompetensi dasar perkembangan muka bumi pada pembalajaran Geografi yang disampaikan oleh guru. 2) Meningkatkan keberanian bertanya, berpendapat, dan berargumen pada diskusi peserta didik dalam pembelajaran. 8 3) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Memberikan masukan kepada peserta didik bahwa pencapaian hasil belajar yang baik dan bermakna memerlukan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar tetutama melalui diskusi. 2) Mengetahui strategi pembelajaran yang berfariasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran pengetahuan sosial. 3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 4) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran Geografi. c. Bagi Sekolah 1) Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan hasil belajar peserta didik. 2) Tumbuhnya motivasi guru dan peserta didik dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu. 3) Meningkatkan ketrampilan penggunaan model pembelajaran bagi guru terutama dalam mengembangkan proses pembelajaran Geografi. d. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan Model pembelajaran CORE, PBL dan Ekspositori dalam hal perkembangan Partisipasi dan Hasil belajar Kompetensi Dasar Menjelaskan Sejarah Pembentukan Bumi pada peserta didik Kelas X SMA Muhammadiyah 01 karanganyar Tahun ajaran 2015/2016. 2) Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru Geografi sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.