BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak – hak sipil setiap Negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang – Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di indonesia. (UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang di selenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak di berikan kepada setiap orang yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.(UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN). Kedua badan tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur tingkat mutu pelayanan BPJS tersebut secara baik. Hasil studi awal yang peneliti lakukan melalui metode wawancara kepada Direktur BPJS Kesehatan Kota Kupang, Bapak Fransiscus Pareira, S.Sos, MM didapatkan hasil sekitar 600 jiwa pengguna BPJS setiap harinya dari pasien rawat jalan dan sekitar 10 jiwa pengguna BPJS setiap harinya dari pasien rawat inap. Bagi para pasien BPJS memiliki kewajiban untuk melaporkan perubahan data pasien, baik karena pernikahan, perceraian, kematian, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I, serta menjaga kartu pasien agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang tidak berhak, dan mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan. Di dalam BPJS kota Kupang juga terdapat prosedur pelayanan dimana pasien yang sakit mendapatkan pelayanan dimana pasien terdaftar dengan membawa kartu BPJS Kesehatan. Selama kartu BPJS Kesehatan belum diterima oleh pasien, maka dapat digunakan kartu identitas kartu kesehatan atau Kartu Tanda Anggota dan Kartu Keluarga. Selain itu, untuk program JKN dengan sistem pembiayaan subsidi silang, menurut Frans Pareira sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Untuk itu ia mengharapkan agar masyarakat tidak segan-segan ikut berpatisipasi dalam pembiayaan kesehatan secara nasional yang mulai dilaksanakan sejak 1 Januari 2014. Frans Pareira juga menyatakan, pelaksanaan BPJS Kesehatan di Kupang sampai saat ini berjalan secara baik. Namun demikian dia juga mengakui perlu ada pembenahan – pembenahan ke depan untuk kesuksesan pelaksanaan Program JKN secara baik. Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti pada kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang ditemukan beberapa masalah dalam proses pemberian pelayanan publik seperti; minimnya pemahaman masyarakat terhadap system rujukan BPJS Kesehatan. Sistem rujukan adalah suatu system penyelenggaraan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab yang timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit – unit yang setingkat kemampuannya. Lain halnya dengan keluhan PNS dimana jika rujukan harus melalui Puskesmas sementara mereka harus bekerja, lamanya proses pengurusan tersebut menghabiskan jam kerja PNS. Sistem rujukan seharusnya tidak membuat PNS kesulitan. Idealnya rujukan tidak hanya berasal dari puskesmas, namun juga layanan primer lain, misalnya klinik tempat pekerja tersebut. Kasus lain yang menuai protes program JKN adalah mutasi peserta JAMSOSTEK ke BPJS. Selain masalah tersebut diatas, masalah lain yang sering dihadapi adalah tarif program JKN yang masih dikeluhkan yakni besaran tarif pelayanan kesehatan yang diberikan BPJS kesehatan kepada fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kepada peserta JKN. Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka variabel yang merupakan prinsip – prinsip pelayanan publik, antara lain kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, keamanan, tanggung jawab, akurasi dan kemudahan akses serta kedisiplinan. Dari berbagai masalah dan prinsip mutu pelayanan yang diuraikan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa untuk mengatasi masalah – masalah tersebut perlu dilakukan motivasi dan pengawasan yang mendalam berdasarkan prinsip – prinsip pelayanan publik yang ada untuk mecapai tingkat mutu pelayanan publik yang diharapkan, dengan melihat hubungan motivasi dan pengawasan dengan peningkatan mutu pelayanan publik. Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. (Sardiman, 1986:750) menjelaskan motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Sedangkan pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki (Sarwoto, 10991:94). Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka penulis ingin meneliti hubungan antara motivasi dan pengawasan terhadap mutu pelayanan, dengan mengangkat sebuah judul penelitian yaitu; “HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGAWASAN DENGAN MUTU PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR BADAN PENYELENGGARA JAMIAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana mutu pelayanan publik, pengawasan dan motivasi pada kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang? 2. Apakah ada hubungan antara motivasi dan pengawasan dengan mutu pelayanan publik pada kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui mutu pelayanan publik, pengawasan dan motivasi pada Kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengawasan dan motivasi dengan mutu pelayanan publik pada Kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Kegunaan a. Sebagai bahan bagi para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan permasalahan yang sama. b. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi instansi terkait, khususnya pada Kantor BPJS Kesehatan Kota Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. c. Syarat kelulusan Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.