BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Yogi Krisna (2013) meneliti tentang karakteristik arester sebagai perlindungan pesawat telepon. Saat terjadi perbedaan muatan yang besar di awan, maka akan terjadi pula area listrik. Seperti awan, area listrik pada bagian bawah bermuatan negatif dan bagian atas bermuatan positif. Bersamaan dengan proses benturan dan pembekuan yang terjadi, perbedaan muatan pada bagian atas dan bawah terus meningkat. Area listrik ini semakin lama semakin menguat, sangat menguat sehingga elektron pada permukaan bumi terpukul lebih dalam ke bumi oleh muatan negatif pada bagian bawah awan. Proses ini menyebabkan permukaan bumi membutuhkan muatan positif yang sangat kuat. Semua yang dibutuhkan adalah jalur konduksi bagian bawah awan yang bermuatan negatif untuk kontak dengan bumi yang bermuatan postif, ini dapat menyebabkan pembentukan jalur sendiri. Devia Eka Yunida, T.Haryono (2014) meneliti tentang tegangan residu keping arester sebagai fungsi dari cacah keping arester. Pembagi tegangan berfungsi untuk memperkecil tegagan agar dapat diamati menggunakan alat ukur yang ada, dalam hal ini adalah osiloskop. Osiloskop memiliki kemampuan dalam membaca besar tegangan. Pengukuran dalam tegangan tinggi, level tegangan harus diturunkan agar osiloskop mampu untuk menunjukkan gelombang yang dihasilkan pada pengujian yang dilakukan. Diah Surwati (2015) meneliti tentang dampak pemberian tegangan impuls berulang terhadap tingkat perlindungan arester tegangan rendah. Arus bocor akan semakin besar dengan meningkatnya puncak impuls tegangan dan banyak cacah impuls yang diterpakan pada arester. Besar tegangan puncak dan banyaknya cacah impuls yang diterpakan pada arester mempengaruhi besar tegangan residu aresterdan tingkat perlindungan (margin) arester dalam melindungi peralatan listrik. 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Fenomena Petir Petir merupakan fenomena alam yang umumnya terjadi pada saat musim hujan, yang diawali dengan adanya kilatan cahaya. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Petir terjadi pada saat musim penghujan karena udara mengandung lebih banyak kadar air, yang mengakibatkan daya isolasi udara turun dan arus lebih gampang melewati. Petir merupakan suatu gejala pelepasan muatan listrik yang terjadi di udara, antara awan dengan awan, antara pusat muatan yang berbeda di dalam awan yang sama, atau antara awan dengan tanah. Pelepasan muatan lebih banyak terjadi di dalam awan yang sama atau antar awan yang berbeda. Pelepasan muatan listrik yang terjadi antara awan dengan tanah relatif lebih sedikit. Pelepasan tersebut walau relatif lebih jarang terjadi tetapi dapat menimbulkan kerusakan pada benda-benda yang terkena sambaran di permukaan tanah. Petir juga dapat dikatakan sebagai kapasitor raksasa yang menyimpan muatan, lempeng pertama berupa awan dan lempeng ke dua adalah bumi. Kapasitor memiliki sifat dapat menyimpan energi. Petir juga dapat terdiri dari awan yang muatannya berkebalikan (Krisna, 2013). Sambaran petir dapat mengakibatkan lumpuhnya perekonomian suatu negara, karena sebagian besar aktivitas yang dilakukan menggunakan listrik sebagai sumber kebutuhan primer. Maka dari itu kerusakan yang diakibatkan oleh sambaran petir harus dapat diminimalisir. Sambaran petir yang terjadi pada jaringan tengangan rendah, dapat merusak peralatan elektronik yang terdapat di rumah, misalnya televisi, radio, dan lain lain. Untuk melindungi dan mencegah kerusakan peralatan elektronik dari sambaran petir diperlukan alat yang biasa digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari surja petir yang sangat besar tersebut adalah arester (surge diverter). Untuk melindungi peralatan elektronik yang terdapat dalam rumah tangga, digunakan arester tegangan rendah atau biasanya disebut piranti pelindung surja (Surge Protective Device). Piranti pelindung surja banyak dijual dipasaran, sehingga memudahkan pembelian. Tetapi kelayakan piranti pelindung surja tersebut masih perlu dilakukan pengujian dengan tegangan impuls petir. Pengujian tersebut bertujuan untuk pembuktian apakah piranti pelindung surja tersebut dapat melindungi peralatan rumah tangga dengan baik. Terdapat berbagai merek piranti pelindung surja yang dijual di pasaran. Tingkat proteksi piranti pelindung surja yang terdapat di pasaran dapat diketahui dengan menguji tegangan residu piranti pelindung surja, sehingga apakah piranti pelindung surja yang dipilih benar-benar dapat melindumgi peralatan listrik. Dilihat dari sambarannya, terdapat dua jenis tegangan lebih yang disebabkan oleh petir, yaitu: 1. Sambaran Langsung Petir menyambar langsung gedung atau obyek misal sambaran ke instalasi industri atau pipa metal. Pada jenis sambaran ini, obyek tersebut akan dialiri seluruh arus petir. 2. Sambaran Tidak Langsung Petir tidak menyambar objek langsung, namun menyambar daerah disekitar, sehingga timbul gelombang berjalan yang menuju ke peralatan elektronik. Sistem proteksi akan dialiri oleh sebagian kecil arus petir. 2.2.2 Mekanisme Terjadinya Petir Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan pengumpulan uap air di dalam awan. Karena perbedaan temperatur yang besar antara bagian bawah awan dengan bagian di atas nya, butiran air bagian bawah yang temperaturnya lebih hangat berusaha berpindah ke bagian atas sehingga mengalami pendinginan dan membentuk kristal es. Kristal es yang lebih berat dari pada butiran air berpindah ke bagian bawah. Kristal es yang turun dan butir air yang naik saling mendesak sehingga timbul gesekan yang menimbulkan pemisahan muatan. Butir air yang bergerak naik membawa muatan positif sedangkan kristal es membawa muatan negatif sehingga terbentuk awan yang mirip dengan dipole listrik. Pada saat tegangan antara ujung awan sudah cukup besar terjadilah pelepasan muatan listrik. Untuk lebih jelasnya, dalam proses terjadinya petir lebih jelasnya dibagi menjadi 5 tahap, yaitu : 1. Evaporasi Evaporasi merupakan proses air akan menyerap panas dan selanjutnya akan memuai dalam bentuk uap. Saat molekul air terbebas maka pemuaian akn terjadi dan menuju atmosfer. 2. Kondensasi Kondensasi merupakan proses saat gas memuai dan kehilangan panas kemudian berubah bentuk menjadi cair. Pemuaian gas naik ketempat yang lebih tinggi, suhu udara di lingkungan sekitar akan semakin menurun dan menyebabkan proses kondensasi kembali ke bentuk cair. Dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.1. Proses Kondensasi dan Evaporasi Sumber: https://meisyputriananda.wordpress.com/author/meisyputriananda/ 3. Badai Listrik Pada proses siklus air, kelembaban terakumulasi di atmosfer. Akumulasi tersebut biasanya dinamakan sebagai awan. Dalam proses evaporasi dan kondensasi berlangsung, butiran air berbenturan dengan awan lain yang sedang dalam proses kondensasi yang menuju ke atas. Pada saat benturan terdapat elektron jatuh. Elektron baru yang jatuh terkumpul pada bagian bawah, memberikan muatan negatif. Awan yang kehilangan elektron dan menuju ke atas membawa muatan positif. Perbedaan muatan yang besar di awan menimbulkan area listrik. Area listrik pada bagian bawah bermuatan negatif dan pada bagian atas akan bermuatan positif. Area listrik ini akan terus menguat hingga elektron pada permukaan bumi terpukul lebih dalam ke bumi oleh muatan negatif pada bagian bawah awan. Hal ini menyebabkan permukaan bumi membutuhkan muatan positif yang yang sangat kuat. Jalur konduksi akan terbentuk pada bagian awan yang bermuatan negatif menuju bumi yang bermuatan positif (Krisna,2013). Gambar 2.2. Badai Listrik Sumber: http://ramliyana-fisika.blogspot.co.id/2013/04/proses-terjadinyapetir.html 4. Ionisasi Udara Ionisasi terjadi saat elektron dan ion positif terpisah sangat jauh dibanding bentuk struktur atomiknya. Intinya elektron-elektron telah terbongkar dari struktur molekuler dari udara yang tidak terionisasi. Area listrik yang sangat kuat saat terjadinya petir menyebabkan udara di sekitar awan mengalami dadal isolasinya, sehingga akan membentuk jalur-jalur pendek dari awan ke bumi seolah ada jalur logam yang panjang yang menghubungkan awan dan bumi. Gambar 2.3 menunjukan proses ionisasi di awan. Gambar 2.3. Proses ionisasi di awan Sumber: http://tikarestipratiwi.blogspot.co.id/2013/02/bagaimana-terjadi-petirfenomena-fisika.html 5. Stepp Leader Pattern Stepped leader merupakan urutan pelepasan listrik,yang bercahaya. Kecepatan penyebaran cahaya stepped leader sekitar 15% sampai 20% kecepatan cahaya dan berlangsung sekitar 50 mikrosekon. Stepped leader akan mencapai permukaan bumi dan mengenai objek di permukaan bumi. Stepped leader terdiri dari 2 bagian, yaitu downward streamer dan upward streamer. Downward streamer merupakan suatu proses pelepasan muatan dari atas ke bawah. Upward streamer merupakan suatu proses pelepasan muatan menuju ke atas. Ketika downward streamer sudah mencapai jarak sambaran (striking distance) maka terbentuk koneksi ke objek yang tersambar dan juga menghubungkan ujung stepped leader. Setelahnya akan terjadi sambaran balik dari bawah (bumi) ke objek yang ada di atas (awan) dan melepas muatan. Sambaran yang menuju ke atas disebut upward streamer (Rezansyah, 2014). 2.2.3 Bentuk Gelombang Petir Jika kita mencermati petir secara sekilas, sambaran petir tidak berlangsung lama, hanya terjadi beberapa detik bahkan milidetik saja. Ini menandakan bahwa keadaan sambaran petir pada puncaknya terjadi dalam waktu yang singkat. Tegangan petir dapat mencapai 100 kV dengan arus yang dihasilkan sampai sekitar 100 kA untuk waktu kurang dari satu sampai beberapa puluh mikrodetik. Menurut standar Jepang (1994) titik nol sebuah tegangan impuls adalah perpotongan antara sumbu waktu dengan garis lurus yang menghubungkan titik-titik 10% dan 90% dari tegangan puncak. Bentuk umum gelombang surja petir dapat dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut : V s : tegangan puncak T t : ekor gelombang T f : muka gelombang 0.9 Vs 0,5 0,3 Tf Tt Gambar 2.4. Bentuk umum gelombang surja petir (Arismunandar, 2001) Muka gelombang didefinisikan sebagai bagian dari gelombang yang dimulai dari titik nol (nominal) sampai titik puncak sedangkan sisanya disebut ekor gelombang. Setengah puncak gelombang adalah titik-titik pada muka dan ekor, tegangannya adalah setengah titik puncak (titik 0,5). Menurut standar Jepang lamanya muka gelombang didefinisikan sebagai hasil bagi antara lamanya tegangan naik 10% sampai 90% dari puncak (Arismunandar, 2001). 2.2.4 Tegangan Lebih Pada Sistem Tenaga Listrik Tegangan tinggi yang dialami oleh sistem tenaga listrik dapat berupa tegangan tinggi normal dan tegangan tinggi lebih. Tegangan tinggi normal adalah tegangan yang dapat ditahan oleh sistem dalam waktu yang tak terhingga. Sedangkan tegangan lebih (over voltage) merupakan tegangan yang hanya dapat ditahan sistem dalam waktu yang terbatas. Tegangan lebih berdasarkan sebabnya digolongkan menjadi dua, yaitu tegangan lebih dalam dan tegangan lebih luar. Tegangan lebih dalam disebabkan oleh operasi switching dan gangguan tidak simetris terutama pada sistem yang netralnya tidak ditanahkan. Sedangkan tegangan lebih luar biasanya berasal dari gangguan yang terjadi di atmosfer, contoh utamanya adalah sambaran petir. Dalam perancangan sebuah sistem kelistrikan selalu terdapat sistem proteksi untuk melindungi dari tegangan lebih, salah satunya yaitu arester. Arester dirancang untuk melindungi sistem dari tegangan lebih yang biasanya datang dari luar, yaitu sambaran petir. 2.2.4.1 Tegangan Lebih Surja Hubung Tegangan lebih surja hubung (switching over voltage) adalah peristiwa munculnya tegangan lebih yang diakibatkan karena proses pensaklaran (switching) dalam keadaan bertegangan. Tegangan ini merupakan tegangan lebih transien. 2.2.4.2 Tegangan Lebih Sementara EEE Standard 1.313,1-1996 mendefinisikan tegangan lebih sementara sebagai osilasi tegangan fase ke tanah atau tegangan fase ke fase yang berosilasi pada lokasi tertentu dari durasi yang relatif lama (detik, bahkan menit), tidak teredam (undamped) atau teredam lemah. Tegangan lebih sementara biasanya diakibatkan oleh pensaklaran (switching) atau penghilang gangguan (fault clearing) misalnya pada pelepasan beban (load rejection), efek harmonik, gangguan fase tunggal, gangguan pada sistem pentanahan dan tahanan tinggi maupun sistem yang tidak ditanahkan. 2.2.4.3 Tegangan Lebih Petir Tegangan lebih petir (lightning overvoltage) atau yang biasanya disebut surja petir merupakan tegangan yang amplitudonya naik dalam waktu sangat singkat (hanya beberapa puluh atau beberapa ratus mikrodetik) dan turun secara perlahan. Surja petir memiliki amplitudo tertinggi dibandingkan dengan tegangan lebih lainnya. Arus yang dihasilkan sampai sekitar 100 kA untuk waktu muka kurang dari satu sampai dengan beberapa puluh mikrodetik. Surja petir dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tegangan rendah dan peralatan elektronik tegangan rendah. 2.2.4.4 Tegangan Lebih Transien Definisi tegangan lebih sementara menurut Kyle G. King (2004) yang mengacu juga pada standar IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers) No. 1313.1-1996 adalah tegangan transien teredam yang mengalami osilasi maupun tidak berosilasi serta memiliki durasi yang sangat singkat, sekitar beberapa milidetik atau bahkan kurang. Durasi tegangan lebih transien dapat dibagi menjadi 2, yaitu tegangan lebih transien dengan durasi yang lebih singkat dan lebih lama. Tegangan transien yang berdurasi lebih singkat mensimulasikan efek surja petir. Jenis tegangan pengujian ini besarnya menuju nilai pucak selama 1,2 mikrodetik dan berkurang menjadi sekitar setengahnya (50%) dari nilai pucak selama 50 mikrodetik, sehingga dapat disebut sebagai gelombang 1,2/50 mikro detik. Tingkat ketahanan tegangan terhadap bentuk gelombang uji ini disebut sebagai Basic Lightning Impuls Insulation Level (BIL). (King, 2004) Sedangkan untuk tegangan lebih transien dengan durasi waktu yang lebih lama mensimulasikan efek surja hubung (switching). Tegangan pengujian ini naik menuju nilai puncak dalam 250 mikrodetik dan berkurang menjadi sekitar setegahnya (50%) dari nilai puncak selama 2500 mikrodetik. Tingkat ketahanan tegangan terhadap bentuk gelombang uji ini disebut sebagai Basic Switching Impuls Insulation Level (BSL). (King, 2004). 2.2.5 Tegangan Impuls Tegangan impuls merupakan tegangan aperiodik dimana amplitudo tegangan naik dalam waktu yang sangat singkat dan penurunan yang lambat menuju nilai nol. Karakteristik yang demikian menyerupai sifat tegangan lebih petir. Berikut ini adalah karakteristik gelombang impuls yang disertakan juga dengan gambar gelombang petir yang diperlihatkan pada Gambar 2.4 : 1. Puncak gelombang yaitu amplitudo maksimum gelombang. 2. Muka gelombang, Tf (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. 3. Ekor gelombang, yaitu bagian di belakang puncak. Gambar 2.5. Rangkaian Pembangkit Tegangan Impuls 2.2.5.1. Pembangkitan Tegangan Impuls Pembangkitan Tegangan Impuls diperlukan dalam pengujian tegangan tinggi untuk mensimulasikan tegangan lebih, baik itu internal maupun eksternal. Pada pengujian yang dilakukan, tegangan tinggi impuls dikenai ke catu daya pengisi baterai handphone yang termasuk sebagai sebagai salah satu peralatan listrik yang berada di rumah, jenis sambaran di setting pada tegangan impuls yang tidak terlalu tinggi, yaitu berkisar pada tegangan puncak impuls sebesar 500 V sampai 4kV, ini disesuaikan dengan pemakaian arester yang difungsikan untuk melindungi peralatan elektronik yang ada di rumah, sambaran petir yang lebih tinggi sudah di proteksi oleh lightning arester pada jaringan yang mempunyai rating arester yang lebih tinggi untuk menahan sambaran petir. 2.2.5.2. Elemen Pembangkit Tegangan Impuls Petir Secara garis besar, elemen-elemen pembangkit tegangan impuls petir terdiri dari tiga bagian yaitu sumber tegangan searah, resistor tegangan tinggi dan kapasitor tegangan rendah. 1. Sumber Tegangan Searah Pembangkit tegangan impuls petir memerlukan tegangan input berupa tegangan DC. Tegangan DC ini didapat dari tegangan keluaran elemen sumber tegangan searah yang merupakan hasil penyearah tegangan tinggi transformator step-up tegangan tinggi melalui rangkaian penyearah. 2. Resistor Tegangan Tinggi Resistor tegangan tinggi digunakan sebagai resistor pemuat, resistor pembentuk gelombang dan resistor ukur. Salah satu jenis resistor tegangan tinggi yang cocok untuk beberapa penggunaan, dibentuk dengan menghubungkan beberapa resistor tegangan rendah secara seri. 3. Kapasitor Tegangan Tinggi Kapasitor tegangan tinggi digunakan pada rangkaian penyearah dan pembangkit sebagai penyimpan energi. Kapasitor digunakan karena dapat dibuat untuk tegangan tinggi dengan rugi-rugi daya yang rendah. 4. Sela Bola Sela bola berfungsi sebagai tempat lewatnya muatan saat terjadi pelepasan muatan kapasitor sumber. Sela bola terbuat dari bahan campuran kuningan. Pada kontruksi sela bola, kontruksi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mudah diatur jarak antara masingmasing bola untuk memudahkan pengoperasian pembangkitan. 5. Untai Trigger Untuk melepaskan muatan kapasitor sumber dalam bentuk percikan pada sela bola, untuk menghantarkan tegangan impuls. Diperlukan untai trigger untuk mengendalikan pelepasan muatan tersebut. Untai trigger terdapat pada sela pertama pada rangkaian pembangkit atau bisa juga disebut starting gap. 2.2.6 Arester Arester adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pelindung sistem tenaga listrik dari tegangan lebih yang sering terjadi. Arester di desain untuk dapat menahan tegangan lebih untuk waktu yang tak terbatas dan harus melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan sendiri. Perlindungan arester dimaksudkan untuk melindungi jaringan dari tegangan lebih, baik yang berasal dari eksternal yaitu misalnya petir, maupun internal yaitu misalnya surja hubung yang disebabkan oleh lepas beban dan fluktuasi beban, secara umum, cara bekerja arester adalah dengan cara membatasi tegangan yang lewat dan menyalurkanya ke tanah. Pemasangan arester ini di lakukan di sekitar bahan isolator dari sebuah jaringan listrik, dapat diartikan bahwa arester merupakan jalur pintas yang mudah untuk dilalui tegangan lebih agar mengalir ke tanah. Arester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arester. Gambar 2.6. Piranti pelindung surja hubung OBO V20-C atau arester 2.2.6.1. Sejarah Arester Berikut ini beberapa jenis arester sesuai dengan perkembangan zaman : 1. Arester Sela Batang Arester jenis ini mulai diproduksi untuk kepentingan komersial sekitar tahun 1890 oleh Perusahaan Listrik Stanly di Massachusetts. Rating arester ini 1,2 kV dan terdiri atas suatu desain sela batang sederhana. Kelemahan arester jenis ini yaitu tidak mempunyai kapabilitas untuk memutus sistem arus, sehingga pemutusan dilakukan pada gardu. 2. Arester dengan Resistans Linier Arester jenis ini mulai diperkenalkan pada awal tahun 1900. Arester ini menggunakan bahan dasar non-arcing, seperti tembaga dan kuningan. Pada arester dengan resistans linier masih menggunakan multigap untuk memisahkan kondisi surja dan kondisi normal. 3. Arester Non-Linier Arester ini bekerja secara otomatis dalam naik dan turunnya resistens. Terdapat 2 bagian pokok pada arester ini, yaitu multigap dan elemen katup yang berupa resistans non-linier. 4. Arester Bahan Silikon Karbida Pada tahun 1930, yaitu awal dimulai nya era modern bagi perkembangan arester, yaitu mulai dikenalnya Silicon-Carbide (SiC). Pengenalan arester dengan menggunakan bahan utama ini pertamakali oleh Ohio Brass pada tahun 1957 dengan tipe Ohio Brass tipe GP seri III yang dibuat dari tahun 1957 sampai 1984, selain itu juga ada Ohio Brass tipe MP dan tipe MPR eri V. 5. Arester Oksida Logam Pada tahun 1970 bahan arester yang diperkenalkan adalah Zinc-Oxide (ZnO), arester ini terdiri dari piringan-piringan elemen ZnO yang tersusun seri, sehingga kontruksi lebih sederhana. Bahan dasar arester jenis ini terdiri dari 90% adalah ZnO dan sisanya adalah unsur-unsur oksida lainya seperti CaO dan Bi203. ZnO mempunyai sifat ketidak linieran dalam jangkauan arus yang besar. Karakteristik ketidak linieran elemen ZnO menghasilkan arester tanpa celah-celah percik sehingga mampu melindungi peralatan dari tegangan yang paling tinggi. 2.2.6.2. Prinsip Kerja Arester Arester terdiri dari dua bagian yaitu sela api (spark gap) dan tahanan non-linier atau tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri, batas atas dan batas bawah tegangan percikan ditentukan oleh tegangan maksimum dan tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Sela api (spark gap) pada arester bekerja sama dengan tahanan non-linier untuk memotong tegangan lebih surja petir. Pada awalnya busur api muncul ketika tegangan surja petir melebihi tegangan yang dapat ditahan oleh sela api. Busur api akan tetap muncul sampai pemutus beban di buka (disconnect). Arester sangat dibutuhkan pada sistem distribusi. Jika desain arester hanya terdiri dari sela api saja, maka setiap muncul busur api maka sistem akan di disconnect. Sistem disconnect berarti aliran listrik akan terputus, sehingga pelayanan pun menjadi terganggu. Pada sistem distribusi desain arester dipasang tahanan non-linier secara seri dengan sela api. Pada kondisi normal, tahanan ini nilainya sangat besar sehingga aliran distribusi listrik tidak akan mengalir ke arester melalui terminal penghantarnya. Ketika arester terkena tegangan surja petir yang nilainya membahayakan sistem, tahanan non-linier akan mengecil secara drastis sehingga arus yang sangat besar akibat tegangan surja petir tersebut akan mengalir ke arester melalui terminal penghantar, untuk selanjutnya disalurkan ke tanah. Tahanan non-linier berfungsi untuk mempertahankan tegangan pada tegangan sisa arester tersebut. Hal ini sesuai dengan sifat tahanan non-linier, yaitu mengecil sangat drastis ketika tegangan surja petir muncul, maka jatuh tegangan pada terminal arester akan menjadi minimal, sehingga sistem tidak diterpa kelebihan tegangan yang melebihi tegangan maksimalnya. Koordinasi antara sela api dan tahanan non-linier terjadi ketika tegangan lebih sudah habis. Saat tegangan lebih habis, tahanan non-linier akan naik kembali. Sehingga arus susulan yang muncul harus dibatasi kira-kira sampai 50 ampere. Pembatasan arus hingga mencapai titik nol dilakukan oleh sela api dengan cara menutup arus susulan. Setelah arus mencapai titik nol, tegangan sisa juga mencapai titik nol sehingga sistem kembali berjalan normal. Karena itu, sebuah arester haruslah memunyai sifat-sifat berikut : 1. Dapat memutus arus susulan setelah tegangan lebih habis. 2. Mampu menjadikan tegangan percik sela dan pelepasan / sisa yang seminimal mungkin. 3. Tidak mengalirkan arus sama sekali saat keadaan normal. 4. Harus secepatnya dadal ketika tegangan mencapai tegangan dadalnya. 2.2.6.3. Rating Arester Rating arester adalah batas nilai ketahanan arester oleh arus dan tegangan. Rating arus dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Tegangan nominal Tegangan nominal atau tegangan pengenal ini merupakan nilai tegangan arester yang masih memungkinkan untuk dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Tegangan pengenal arester harus lebih tinggi dari tegangan fasa ke tanah agar arester dapat mengalirkan arus sistem yang besar. Dengan demikian kerusakan pada arester akibat beban termis dapat diantisipasi. 2. Tegangan sisa/ residu Tegangan sisa merupakan tegangan yang timbul diantara terminal arester ketika arus petir mengalir ke tanah atau tegangan hasil dari pemotongan tegangan impuls oleh arester. 3. Tegangan percikan impuls maksimum Tegangan percikan impuls maksimum (maximum impulse spark voltage) merupakan nilai tegangan impuls petir sebelum mengenai arester. 4. Arus pelepasan nominal Arus pelepasan nominal adalah arus dengan nilai dan bentuk gelombang tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas arester sesuai dengan kemampuan melewatkan arus dan karakteristik pelindungnya. Bentuk gelombang arus pelepasan, yaitu standar IEC (8/20 μs). 2.2.7 Ketahanan Listrik Terhadap Surja BIL (Basic Ligthing Impulse Insulation Level) adalah sebutan bagi nilai ketahanan dari sebuah peralatan sistem tenaga bila dilalui oleh impuls petir. Berdasarkan SNI (SNI) 047021.2.1-2004, tentang Peralatan dan Sistem Telekontrol, yang dispesifikasikan oleh IEC 60 dan IEC 664-1, syarat minimum tegangan tahanan isolasi untuk peralatan dengan uji ketahanan frekuensi daya 50 Hz dan uji impuls yang sesuai dengan Tabel 2.1. (Widyastuti, 2011). Tabel 2.1. Kelas ketahanan peralatan listrik Klas 1,2/50 μs tegangan impulse (kV puncak) VW1 1 VW2 2 VW3 5 VWx Khusus Catatan: 1. KlasVW1 dan VW2 adalah untuk peralatan yang beroperasi pada tegangan DC dibawah 60 V. Klas VW2 dan VW3 adalah untuk pasokan tegangan sampai dengan 250 V. 2. Nilai di atas disesuaikan dengan kondisi atmosfer standar. Faktor koreksi yang tepat mengacu pada IEC 60 yang diperoleh dari hasil pengujian pada kondisi yang berbedabeda Pada terminal yang dilindungi oleh kapasitor yang dibumikan, uji catu daya frekuensi dapat diganti dengan DC pada tegangan yang sama dengan tegangan puncak dari tegangan AC. 2.2.8 Varistor Varistor adalah piranti semikonduktor non-linear yang resistansnya menurun jika tegangannya meningkat. Varistor modern dibuat dari oksida logam (metal-oxida), dengan oksida seng sebagai bahan utama. Pada tegangan normal terdapat kebocoran arus yang besarnya kurang dari 0,1 mA dan varistor bersifat seperti resistor dengan nilai resistansi yang tinggi. Pada saat terdapat tegangan lebih, arus yang melalui varistor meningkat dan tegangan akan dipotong mendekati tegangan normal. Karakteristik varistor didominasi oleh nilai resistan yang rendah. Biasanya, varistor dibuat dalam bentuk piringan. Varistor adalah perangkat yang bertindak cepat dengan tanggapan waktu kurang dari 0,5 μs. Kinerja varistor dipengaruhi oleh suhu, kebocoran arus yang berlebihan yang dapat menaikkan suhu varistor tersebut, karena varistor memiliki koefisien suhu negatif, arus akan meningkat jika varistor bertambah panas, sehingga akhirnya timbul panas yang berlebihan (Widyastuti, 2011). 2.2.9 Sistem Catu Daya Pengisi Baterai Handphone Catu daya pengisi baterai handphone adalah peralatan listrik yang konsumsi tegangan nya rendah, yaitu 220V AC, dan mengeluarkan tegangan sekitar 5,7V DC, tegangan keluaran 5,7V DC adalah yang tertera pada name plate yang ada di catu daya pengisi baterai, tetapi sebenarnya nilai keluaran tegangan ini tidak selalu seragam, tergantung dari produsen peralatan yang dapat mempengaruhi kualitas barang. Pada catu daya pengisi baterai handphone Lenovo A6000, terdiri dari komponenkomponen aktif dan pasif, komponen yang digunakan adalah resistor, transistor, kapasitor, dioda, dan transformator. Tegangan masukan adalah 220V AC yang merupakan suplai untuk sistem jaringan listrik tegangan rendah yang berada di rumah, tegangan masukan ke sistem disearahkan menggunakan dioda menjadi tegangan DC, penyearah gelombang yang digunakan adalah penyearah jembatan. Empat dioda yang disusun sedemikian rupa sehingga arus listrik hanya mengalir kesatu arah saja melalui beban. Tegangan keluaran dari penyearah jembatan (bridge), masuk ke trafo yang dikontrol oleh transistor sebagai saklar (switching) untuk mengatur tegangan keluaran dari rangkaian. Berikut adalah diagram alir bagaimana kerja catu daya pengisi baterai Handphone : Input Tegangan AC 220 V Penyearah (rectifier) Bridge Transformator Keluaran catu daya pengisi baterai (VDC) Pengontrol Switching Gambar 2.7. Alur kerja catu daya pengisi baterai Lenovo