KAJIAN DAMPAK TUMPAHAN MINYAK DARI KEGIATAN OPERASI KILANG MINYAK TERHADAP KUALITAS AIR DAN TANAH (Studi Kasus Kilang Minyak Pusdiklat Migas Cepu) Sulistyono1, Suntoro2, M.Masykuri3 1.Pusdiklat Migas Cepu Jawa Tengah; 2.Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret; 3.Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Abstact This study aims to determine the quality of water and soil due to oil spills from oil reinery operations. The rationale of this study was due to oil reinery Pusdiklat Migas Cepu has been operating long enough and when there is no regulation of the establishment of environmental management, especially the Environmental Impact Analysis. Research conducted on several water quality parameters for the BOD, COD, Fe, fatty oils and phenols, while for the soil quality is the parameter oil content. Water sampling carried out in 7 (seven) point locations are: on the outlet reinery waste water, 100 m of river water before the waste, 100 m of river water after the waste, water wells within 200 m from the outlet, water wells within 300 m from the outlet, water wells within 400 m from the outlet, water wells within 1000 m from the outlet. While for the soil samples of land a distance of 20,30,40 100 m from the outlet. Data analysis using correlation and regression analysis techniques with SPSS program. The results showed that the greater the distance from the outlet of waste oil wells then the better the water quality as indicated by the value of pollution index (IP) is getting smaller. Based on the calculation of IP, a distance of 20,30,40 100 m from the outlet as consecutive location IP = 7.13; 7.41; 4.48; 1.34. The entry of oil waste into the river tends to increase the IP value of river water before contact with the waste of IP = 5.26, becomes IP = 5.70. The results of correlation analysis between the IP with the well spacing of -0948, this value indicates a very strong relationship between two variables. The results obtained by regression analysis equation Y = -0.007x + 8.632 with a Y is the value of IP and x denotes the distance from the outlet waste wells, with the index of determination R2 = 0.898. Regression equation shows that the greater the distance the well is getting smaller IP value, so the better the water quality. As for the quality of the soil the greater the distance the soil samples from the waste outlet, the better the soil quality. The results of correlation analysis between soil samples with a range of -0974 waste outlet, this value indicates a very strong relationship between two variables. Obtained from regression analysis equation Y = -0.013 x + 2.393 with a Y value of the oil content and x denotes the distance from the outlet of waste land, with the index of determination R2 = 0.948. Regression equation shows that the greater the distance of land from the waste outlet so small that the oil content the better the soil quality. Key words: oil spills, waste oil reinery Email: [email protected] Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 23 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri PENDAHULUAN Kilang minyak Pusdiklat Migas berada di daerah Cepu, kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah, terletak pada areal seluas + 34 Ha, adalah salah satu sarana pendidikan dan pelatihan Pusdiklat Migas Cepu yang sampai saat ini masih beroperasi mengolah minyak mentah (crude oil) milik PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu dari lapangan Kawengan, Ledok dan Nglobo. Kapasitas kilang yang dimiliki rata-rata sebesar 200 m3/hari, dengan produknya berupa pertamina solvent (pertasol), minyak tanah (kerosene), solar dan residu. Dari kegiatan pengolahan minyak tersebut sudah barang tentu akan menghasilkan limbah minyak dan juga berpotensi untuk terjadinya tumpahan minyak (oil spill) di sekitar kilang minyak. Limbah minyak akibat tumpahan minyak (oil spill) pada operasi kilang minyak Pusdiklat Migas berasal dari buangan air yang bercampur minyak saat penurasan (drain) tangki timbun. Penurasan tangki timbun dilakukan setiap hari yang fungsinya untuk memisahkan air yang bercampur dengan minyak. Selain itu limbah minyak akibat tumpahan minyak dapat terjadi pada saat loading dan unloading di tangki timbun (storage tank), pembersihan tangki timbun (tank cleaning), pada proses di separator dan pada pompa feed maupun pompa produk. Minyak yang tumpah bisa berupa minyak mentah (crude oil) maupun produk.. Sehingga berdasarkan neraca massa arus minyak kilang Pusdiklat Migas, minyak yang hilang (losses) karena menguap, tumpah maupun tercecer selama proses produksi rata-rata 0,4% atau 108,38 barrel per bulan atau 17.232,42 liter per bulan (Pusdiklat Migas, 2011). Dari jumlah kehilangan (losses) minyak tersebut, jika diasumsikan jumlah minyak yang menguap sebanyak 70%, maka jumlah minyak yang tumpah dan tercecer di sekitar kilang sebanyak 5.169,73 liter per bulan, atau rata-rata sebanyak 24 62.036 liter per tahun. Pada saat berdirinya kilang minyak Cepu pada tahun 1928, belum ada kewajiban mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), sehingga perhatian terhadap pengelolaan lingkungan belum begitu serius. Pengelolaan lingkungan terutama pengelolaan limbah baru mendapat perhatian serius mulai tahun 1985 menjelang diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Pengelolaan limbah tersebut dilakukan dengan melengkapi sarana dan fasilitas pengolahan limbah minyak dengan menggunakan metode perangkap minyak (oil catcher). Berdasarkan PP no 18 tahun 1999 jo. PP no. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tumpahan minyak di area kilang termasuk dalam katagori limbah B3 kode D 221, karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Sedangkan karakteristik yang termasuk limbah B3 adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, koroif dan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Tumpahan minyak pada permukaan tanah berpotensi mencemari lingkungan terutama tanah dan air. Ketika suatu tumpahan minyak telah mencemari permukaan tanah, maka tumpahan tersebut dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah, yang dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air permukaan maupun air tanah. Selain itu tumpahan minyak dapat menurunkan kestabilan tanah dan mendegradasi fungsi tanah hingga dapat menyebabkan lahan kritis. Berdasarkan latar belakang di atas beberapa masalah yang timbul adalah ba- Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 Kajian Dampak Tumpahan Minyak gaimana kualitas air tanah dan tanah di lokasi area kilang minyak akibat tumpahan minyak dari kegiatan operasi kilang minyak. TINJAUAN PUSTAKA Komponen Minyak Bumi Minyak bumi atau minyak mentah (crude oil) menurut Muhtar (2001) merupakan campuran yang komplek dari senyawaan kimia, yang terdiri dari unsur – unsur karbon (C), hidrogen (H), sulfur (S), oksigen (O), nitrogen (N) dan logam (Cu, Fe, Ni dan lain-lain). Senyawaan yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokkan sebagai senyawaan hidrokarbon. Senyawaan hidrokarbon diklasiikasikan atas hidrokarbon parain, olein, naften dan aromat. Sedangkan senyawaan campuran antara unsur karbon, hidrogen dan salah satu unsur atau lebih dari sulfur, oksigen, nitrogen dan logam dikelompokkan sebagai senyawaan non hidrokarbon. Karakteristik Minyak Bumi Menurut Risayekti (2004), minyak bumi merupakan bahan tambang yang terdapat di dalam perut bumi, komposisinya berupa senyawaan kimia terdiri dari komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Minyak bumi berwarna dari coklat kehitam–hitaman sampai hitam pekat dalam bentuk cair dan terdapat gas–gas yang melarut didalamnya, dengan speciic gravity berkisar antara 0,8000 – 1,0000. Pada berbagai industri kimia, kilang minyak bumi telah diidentiikasi sebagai emitter besar dari berbagai polutan. Benzene, toluene, ethylbenzene, dan xylene (BTEX) membentuk sebuah kelompok senyawa aromatik penting dari senyawa organik volatil (volatile organic compounds) karena perannya dalam kimia troposfer dan resiko yang ditimbulkan bagi kesehatan manusia (Baltrenas et al, 2011). Tumpahan Minyak (Oil Spill) Menurut Nuryatini dan Edi (2010), Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri pencemaran minyak didalam air dapat terjadi karena adanya kegiatan eksplorasi minyak bumi, pengilangan minyak bumi kecelakaan transportasi atau kebocoran pipa. Cemaran minyak ini dapat bermuara di sungai, danau atau air tanah yang berakibat buruk pada kesehatan manusia karena penurunan kualitas air baku air minum. Minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga menjadi masalah serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air bersih atau air minum. Sedangkan Culbertson et al (2008) menjelaskan bahwa pencemaran minyak bumi meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon yang sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah. Sisa-sisa dari tumpahan minyak bumi dapat bertahan selama puluhan tahun dalam sedimen pantai yang dapat mempengaruhi lora dan fauna lokal, selain itu beberapa studi telah meneliti dampak jangka panjang dari sisa tumpahan minyak juga mempengaruhi ekosistem pesisir. Proses pengolahan minyak dan petrokimia di kilang (reinery) menurut Carmen Marti et al (2009) menghasilkan lumpur minyak kilang (oil sludge), yang berpotensi mencemari lingkungan. Lumpur minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak yang terdiri atas kontaminan yang memang sudah ada di dalam minyak maupun kontaminan yang terkumpul dan terbentuk dalam penanganan suatu proses. Secara isik lumpur minyak mempunyai berat jenis antara : 0,93 – 1,05, berwarna dari coklat tua sampai hitam, berbau hidrokarbon dan kelarutan dalam air sangat rendah. Menurut Aguilera et al (2010) dampak dari tumpahan minyak berpengaruh pada kesehatan isik dan mental pada populasi yang terkena, terutama mengacu Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 25 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri pada gejala klinis dan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup. Populasi atau individu dengan derajat paparan yang lebih tinggi atau tinggal di daerah yang paling dekat dengan tumpahan minyak menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan mental dibandingkan dengan mereka dengan derajat paparan yang rendah atau tinggal di daerah yang jauh dari tumpahan minyak. Soesanto (1973) menjelaskan akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak dilaporkan. Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai gangguan struktur dan fungsi tubuh. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang terdapat dalam minyak. Sedangkan akibat jangka panjang menurut Sumadhilaga (1973), pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda. Mengingat dampak pencemaran minyak bumi baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi cukup serius, maka manusia terus berusaha untuk mencari teknologi yang paling mudah, murah dan tidak menimbulkan dampak lanjutan. Kualitas Tanah Kualitas tanah adalah kapasitas dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam waktu yang lama. Fungsi tersebut adalah kemampuannya untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan serta hewan atau produktivitas biologis, mempertahankan kualitas udara dan air atau mempertahankan kualitas lingkungan, serta mendukung kesehatan tanaman, he26 wan dan manusia. Sedangkan degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah (Plaster, 2003 dalam Waluyaningsih, 2008). Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi fungsinya adalah terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan bertambah luasnya lahan kritis, menurunnya produktivitas tanah dan pencemaran lingkungan. Penurunan kualitas tanah akan memberikan kontribusi yang besar akan bertambah buruknya kualitas lingkungan secara umum (Suriadi dan Nazam, 2005). Kualitas Air Menurut Ismoyo (1994) kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat isik, kimia dan biologi suatu perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Abdelwahab et al (2010) menjelaskan bahwa fenol pada limbah kilang minyak dapat dikurangi secara elektrokoagulasi dengan menggunakan sel dengan katoda aluminium. Pengurangan fenol diselidiki pada berbagai parameter yaitu: pH, waktu operasi, rapat arus, konsentrasi fenol awal dan penambahan NaCl. Pengurangan fenol dengan metode elektrokoagulasi adalah merupakan kombinasi dari koagulasi dan adsorpsi dan dengan metode ini pengurangan fenol dapat mencapai 97%. Minyak di air dapat berupa minyak terapung dipermukaan, terdispersi secara mekanik, teremulsi, terlarut (ukuran droplet < 5 mm), dan minyak yang melekat pada permukaan partikel (Benito J.M, 1998 dalam Nuryatini dan Edi, 2010). Sementara Plebon M.J (2008) mendeinisikan free-oil sebagai droplet minyak yang berukuran 150 mm yang akan segera terapung dipermukaan karena ukurannya yang besar, sedangkan emulsi minyak adalah droplet minyak Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri yang terdispersi di air dengan cukup stabil karena ukurannya yang lebih kecil. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Salah satu metode dalam penentuan status mutu air adalah dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) mengacu pada Kepmen LH No 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Metode ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar Rumusan Pernyataan Indeks (PI) untuk suatu peruntukan (j) adalah: Keterangan : Ci: nilai hasil analisis laboratorium Lij: nilai baku mutu air M: nilai maksimal R : nilai rata-rata di daerah Cepu, kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan di area kilang Pusdiklat Migas ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian observasional analitic environmental. Penelitian melalui observasi lapangan dengan mengambil sampel kemudian dilakukan analisis di laboratorium dan hasilnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Populasi dan Sampel 1. Polulasi Populasi dalam penelitian ini adalah air di lokasi area kilang pada jarak sampai dengan radius 1000 m dari outlet limbah kilang minyak, Selain itu juga tanah pada jarak sampai radius 100 m dari outlet limbah kilang minyak. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah air tanah dengan jumlah sampel sebanyak 7 (tujuh) sampel yang terdiri dari 1 (satu) sampel limbah kilang minyak, 2 (dua) sampel air sungai dan 4 (empat) sampel air sumur penduduk sekitar kilang minyak. Sedangkan untuk sampel tanah sebanyak 4 (empat) sampel disekitar outlet limbah Tabel. Evaluasi Terhadap Nilai Pernyataan Indeks Nilai PI 0 < PIj < 1 1 < PIj < 5 5 < PIj < 10 PIj > 10 Status Mutu Air Memenuhi baku mutu (kondisi baik Cemar ringan Cemar sedang Cemar berat Sumber : Kepmen LH No. 115 tahun 2003 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat lokasi penelitian adalah di area kilang minyak Pusdiklat Migas Cepu seluas + 34 Ha. Lokasi penelitian terletak minyak. Variabel Penelitian dan Deinisi Operasional 1. Variabel bebas, yaitu variabel Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 27 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri yang mempunyai pengaruh pada variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah jarak sumur dari outlet limbah kilang minyak yang akan diteliti. Selain itu juga jarak sampel tanah dari outlet limbah kilang minyak yang akan diteliti. 2. Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah parameter kualitas air yang akan diteliti dan juga parameter kualitas tanah yang akan diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam analisis kualitas air limbah kilang minyak akan dikaitkan dengan baku mutu air limbah menurut Permen LH no. 19 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Sedangkan untuk kualitas air sungai dan air sumur akan dikaitkan dengan baku mutu pengelolaan kualitas air menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Adapun parameter yang diamati yaitu BOD, COD, Fe, fenol, kadar minyak dan lemak. Dengan membandingkan kualitas air limbah kilang minyak dari hasil pengujian laboratorium dengan syarat baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pengolahan minyak bumi dan gas serta panas bumi, maka akan dapat ditentukan kesesuaian setiap parameter kualitas air limbah didaerah penelitian. Begitu pula dengan membandingkan kualitas air sumur hasil pengujian laboratorium dengan persyaratan baku mutu pengelolaan kualitas air, maka akan dapat diketahui seberapa jauh kadar pencemaran air sumur tersebut. Membandingkan hasil laboratorium kualitas air sumur dengan kualitas air limbah kilang minyak sehingga dapat diketahui apakah ada dampak air limbah kilang minyak terhadap kualitas air sumur di sekitarnya. 1. Hasil Pengujian Air Limbah Kilang Minyak Tabel. Hasil Pengujian Air Limbah Outlet Kilang Minyak Parameter BOD5 COD Minyak dan Lemak Fenol Besi (Fe) Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Baku Mutu 80 160 20 0,8 - Hasil Analisis (A1) 49,33 77,8 1,3 0,015 1,03 Keterangan: Baku mutu dari Lampiran 3, Permen LH No. 19 tahun 2010 28 Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri 2. Hasil Pengujian Air Sungai Bengawan Solo Tabel. Hasil Pengujian Air Sungai Bengawan Solo Parameter Hasil Analisis Baku Mutu Air Sebelum Sesudah TerkeKelas II Terkena Limbah na Limbah (A3) (A2) mg/L 3 22,58 44,08 mg/L 25 36,9 75,8 mg/L 0,95 0,46 µg/L 1000 < 100 < 100 µg/L 1 13 14 Satuan BOD5 COD Besi (Fe) Minyak dan Lemak Senyawa Fenol sebagai Fenol Keterangan : Baku mutu diambil dari PP No. 82 tahun 2001 3. Hasil Pengujian Air Sumur Tabel. Hasil Pengujian Air Sumur Parameter BOD5 COD Besi (Fe) Minyak dan Lemak Senyawa Fenol sebagai Fenol Hasil Analisis Sesuai Jarak Sumur Sumur Sumur Sumur A4 A7 A6 A5 200 m 300 m 400 m 1000 m Satuan Baku Mutu Air Kelas I mg/L mg/L mg/L µg/L 2 10 0,3 1000 13,76 23,6 7,33 600 11,83 21,5 10,71 <100 6,01 10,2 0,67 <100 2,91 < 4,2 < 0,062 < 100 µg/L 1 35 13 9 <1 Keterangan: Baku mutu diambil dari PP No. 82 tahun 2001 Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 29 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri 4. Hasil Pengujian Tanah Tabel. Hasil Pengujian Tanah Parameter Satuan T1 Kadar Minyak Kadar Air Kadar Padatan Cacing Tanah % vol % vol % vol %w 2 46 52 0 Hasil Analisis T2 T3 2 40 58 0 Penentuan status mutu air dengan metode Indeks Pencemaran (IP) mengacu pada Kepmen LH No 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. a. Sungai Bengawan Solo sebelum limbah 2 36 62 0 T4 Metode 1 59 40 0 ISO 10414-12: 2002 b. Sungai Bengawan Solo setelah limbah Dari perhitungan yang sama didapat IP air sungai Bengawan Solo setelah limbah adalah IP = 5,70 yang artinya sta- Tabel. Perhitungan IP Air Sungai Sebelum Limbah Parameter BOD COD Minyak dan Lemak Senyawa fenol Rataan Ci/Lix baru Ci 22.58 36.9 100 13 Lix 3 25 1000 1 Keterangan : Ci : hasil analisis laboratorium Lix : Baku mutu air kelas II, PP No. 82 tahun 2001 Dari perhitungan didapat IP air sungai Bengawan Solo sebelum limbah adalah IP = 5,26 yang artinya status mutu air sungai tersebut adalah cemar sedang. 30 Ci/Lix 7.526 1.4760 0.1 13 Ci/Lix baru 5.38 1.85 0.1 6.57 3.47 tus mutu air sungai tersebut adalah cemar sedang. Dari perhitungan didapat IP air sumur A4 adalah IP = 7,13 yang artinya status mutu air sumur A4 tersebut adalah cemar sedang. Dengan perhitungan yang sama didapat nilai sumur A5 IP=7,41, sumur A6 IP=4,48 dan sumur A7 IP=1,34. Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri Tabel. Rekapitulasi Status Mutu Air Lokasi sampel Bengawan Solo sebelum limbah (A2) Bengawan Solo setelah limbah (A3) Sumur A4 Sumur A5 Sumur A6 Sumur A7 Berdasarkan jarak bahwa semakin jauh jarak sumur dari outlet limbah nilai IP semakin kecil sehingga status mutu air semakin baik. Analisis statistik menggunakan program SPSS.16 for windows, selengkapnya pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil uji korelasi antara jarak sumur dengan parameter uji BOD, COD, Fe, Fenol dan kadar minyak lemak menghasilkan nilai koeisien korelasi r negatif (-), ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur maka kadar parameter uji semakin kecil. Nilai IP 5.26 5.70 7.13 7.41 4.48 1.34 Status mutu air Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Sedang Cemar Ringan Cemar Ringan + 8,632 dengan Y adalah nilai IP dan x menunjukkan jarak sumur dari outlet limbah, dengan indek determinasinya R2 = 0,898. Persamaan regresi menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur maka nilai IP semakin kecil, sehingga kualitas air semakin baik. Status mutu air kategori kondisi baik atau memenuhi baku mutu pada nilai IP=1, setelah dimasukkan ke persamaan regresi maka, 1= -0,007x + 8,632, diperoleh nilai x = 1090, sehingga jarak sumur yang aman adalah lebih dari Tabel. Rekapitulasi hasil uji korelasi dan uji regresi Parameter Uji Koeisien Korelasi (r) Persamaan Regresi Indeks Determinasi (R2) BOD -0.717 Y= -0,012x + 14,48 0,773 COD -0.741 Y= -0,022x + 25,67 0,783 Fe -0.350 Y= -0,010x + 9,483 0,487 Fenol -0.645 Y= -0,031x + 29,27 0,590 -0.686 Y= -0,354 + 393,5 0,260 Minyak dan Lemak Berdasarkan hasil uji korelasi antara jarak sumur dengan nilai IP (Indeks Pencemaran.) diperoleh angka koeisien korelasi r sebesar -0.948. Nilai ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara kedua variabel, nilai r negatif (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur dari outlet limbah nilai IP semakin rendah, sehingga status mutu air semakin baik. Hasil uji regresi diperoleh persamaan garis Y = ax + b adalah Y = -0,007x 1090 m dari outlet limbah. Berdasarkan hasil uji korelasi antara jarak sampel tanah dengan kadar minyak diperoleh angka koeisien korelasi sebesar -0.974. Nilai ini menunjukkan hubungan yang sangat kuat antar kedua variable, nilai korelasi r negatif (-) menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sampel tanah dari outlet limbah maka nilai kadar minyak semakin kecil. Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 31 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri Gambar. Graik Regresi IP Terhadap Jarak Sumur Gambar . Graik Regresi Kadar Minyak dalam Tanah Hasil uji regresi diperoleh persamaan garis Y = ax + b adalah Y = -0,013x + 2,393 dengan Y adalah nilai kadar minyak dan x menunjukkan jarak tanah dari outlet limbah, dengan indek determinasinya R2 = 0,948. Persamaan regresi menunjukkan bahwa semakin jauh jarak tanah maka nilai kadar minyak semakin kecil. Kualitas tanah kategori kondisi baik jika nilai kadar minyak = 0, setelah dimasukkan ke persamaan regresi maka, 0 = -0,013x + 2,393, diperoleh nilai x = 184, sehingga jarak tanah yang aman adalah lebih dari 184 m dari outlet limbah. 32 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur dari outlet limbah minyak maka kualitas air semakin bagus yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Pencemaran (IP) semakin kecil. Sehingga kualitas air yang aman adalah sumur pada jarak lebih dari 1090 m dari outlet limbah. Sementara untuk kualitas tanah semakin jauh jarak sampel tanah dari outlet limbah maka kualitas tanah semakin baik yang ditunjukkan dengan kadar minyak yang semakin kecil. Sehingga kualitas tanah yang aman adalah tanah pada jarak lebih dari 184 m dari outlet limbah. Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 Kajian Dampak Tumpahan Minyak DAFTAR PUSTAKA Abdelwahab, O., Amin N.K., El-Ashtoukhy, 2010, Electrochemical Removal of Phenol from Oil Reinery Wastewater, Journal of Hazardous Materials, Vol 163, Issues 2-3, 30 April 2010, p711-716 Aguilera, F., Mendez, J., Pasaro, E., and Laffon, B., 2010, Review on the Effects of Exposure to Spilled Oils on Human Health. Journal of Applied Toxicology 10.1002/jat.1521 Anderson, K dan Scoot, R, 1982,Fundamental of Industrial Toxicology, Michigan: Ann Arbor Science Publisher. Atlas, R and Bartha, R., 1985, p 11-13, Microbial Ecology, The Benjamin/ Cummings Publishing, London Baltrenas P., Baltrenaile E., Sereviciene V., Pereira P., 2011, Atmospheric BTEX Concentrations in the Vicinity of the Crude Oil Reinery of the Baltic Region, Environmental Monitoring and Assessment, Journal, Vol 182, November, p (1-4) Baker, C and Herson, D, 1994, Bioremediation, Mc. Graw Hill, Inc, USA. Brady, N.C, 1974, The Nature and Properties of Soils, 8th Edition, Macmilan, New York Carmen Marti, M., Daymi Camejo, Nieves Fernandez Garcia, 2009, Effect of Oil Reinery Sludges on the Growthand Antioxidant System, Journal of Hazardous Materials, 171 p 879-885 Chaid Fandelli, 1993, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Kursus Dasar-dasar AMDAL, PPLH UGM,-BAPEDAL, Yogyakarta. Chator dan Somerville, 1978, The Oil Industry and Microbial Ecosystems, Heyden & Son Ltd. London Culbertson, J.B., Valiela, I., Pickart, M., Peacock, E.E., and Reddy, C.M., Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri 2008, Long-term Consequences of Residual Petroleum on Salt Marsh Grass. Journal of Applied Ecology 45(4): 1284-1292. Hariwijaya, M., Triton P.B., 2007, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, Yogyakarta : Oryza Kardjono, S.A., 2007, Pengetahuan Industri Migas Usaha Hilir, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi, Cepu Kementerian KLH, 2006, Panduan Penghitungan Ganti Kerugian Akibat Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan, Jakarta. Kepmen LH No. 115 tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air Lagrega MD et all, 1994, Hazardous Waste Management, Mc. Graw Hill, New York Martono, A.W., 2002, Studi Valuasi Ekonomi Batubara Studi Kasus Ombilin, Majalah Manusia dan Lingkungan Vol X No. 2, Juli 2002, hal 89-100, Pusat Studi Lingkungan Hidup, UGM. Maynard, J.B. and Sanders W.N., 1969, Determination of the Detailed Hydrocarbon Composition and Potential Reactivity of Full range Motor Gasoline, Air Pollution, Control Assoc Mukono, H.J., 2005, Toksikologi Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya. Marsaoli, M., 2004, p 116-122, Kandungan Bahan Organik n-Alkana, Aromatik dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha kab, Muna, Sulawesi Tenggara, Jurnal Makara Saints, vol 8 no.3, Desember, Ternate. Mudjirahardjo, M., 2001, Produk Migas III, Akademi Minyak dan Gas Bumi, Cepu Muhtar, I., 2001, Proses Pengolahan Mi- Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012 33 Kajian Dampak Tumpahan Minyak Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri gas, Akademi Minyak dan Gas Bumi, Cepu Neckers, D.C and Doyle,M.P, 1997, Organic Chemistry, John Willey & Sons Inc., New York Nugroho, A, 2006, Biodegradasi Sludge Minyak Bumi dalam Skala Mikrokosmos, Jurnal Makara Teknologi, Vol. 1 No. 2, Nopember 2006, Jakarta. Nuryatini dan Edi Iswanto Wiloso, 2010, Uji Metode Analisis Minyak Terdispersi dalam Air, Jurnal Teknologi Indonesia, No. 262/AU/ P2MBI/05/2010. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun ) Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi Plebon M.J., 2008, TORR The Next Generation at Hidrocarbon Extraction from Water, Journal of Canadian Petroleum Tecnology 43,9, 1-4. 34 Pusdiklat Migas, 2011, Laporan Arus Minyak Pusdiklat Migas Cepu tahun 2011, Cepu PPT Migas, 1991, Laporan Penyajian Evaluasi Lingkungan PPT Migas Cepu, Cepu Risayekti, 2004, Bahan Bakar Minyak dan Pelumas, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi, Cepu Sugiyono, 2007, Statistik untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung Sumanto, I., 1998, Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet), Vol. I, Puslitbang Kimia Terapan, LIPI, Bandung Sumadhilaga, K, 1995, p-376, Lingkungan dan Pembangunan, Jakarta Susanto, V, 1973, Water Pollution, Corespondence-Course-Cetral, Jakarta. Undang Undang No. 22 tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi Undang Undang No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Viesman W.JR., 1985, Water Supplay and Pollution Control, Four Edition,m Harper Ror Publisher, New York Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012