KAJIAN DAMPAK TUMPAHAN MINYAK DARI

advertisement
KAJIAN DAMPAK TUMPAHAN MINYAK DARI
KEGIATAN OPERASI KILANG MINYAK
TERHADAP KUALITAS AIR DAN TANAH (Studi
Kasus Kilang Minyak Pusdiklat Migas Cepu)
Sulistyono1, Suntoro2, M.Masykuri3
1.Pusdiklat Migas Cepu Jawa Tengah; 2.Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret;
3.Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret
Abstact
This study aims to determine the quality of water and soil due to oil spills from
oil reinery operations. The rationale of this study was due to oil reinery Pusdiklat Migas
Cepu has been operating long enough and when there is no regulation of the establishment of environmental management, especially the Environmental Impact Analysis.
Research conducted on several water quality parameters for the BOD, COD, Fe, fatty oils
and phenols, while for the soil quality is the parameter oil content. Water sampling carried out in 7 (seven) point locations are: on the outlet reinery waste water, 100 m of river
water before the waste, 100 m of river water after the waste, water wells within 200 m
from the outlet, water wells within 300 m from the outlet, water wells within 400 m from
the outlet, water wells within 1000 m from the outlet. While for the soil samples of land a
distance of 20,30,40 100 m from the outlet. Data analysis using correlation and regression
analysis techniques with SPSS program.
The results showed that the greater the distance from the outlet of waste oil
wells then the better the water quality as indicated by the value of pollution index (IP) is
getting smaller. Based on the calculation of IP, a distance of 20,30,40 100 m from the
outlet as consecutive location IP = 7.13; 7.41; 4.48; 1.34. The entry of oil waste into the
river tends to increase the IP value of river water before contact with the waste of IP =
5.26, becomes IP = 5.70. The results of correlation analysis between the IP with the well
spacing of -0948, this value indicates a very strong relationship between two variables.
The results obtained by regression analysis equation Y = -0.007x + 8.632 with a Y is the
value of IP and x denotes the distance from the outlet waste wells, with the index of determination R2 = 0.898. Regression equation shows that the greater the distance the well
is getting smaller IP value, so the better the water quality. As for the quality of the soil
the greater the distance the soil samples from the waste outlet, the better the soil quality.
The results of correlation analysis between soil samples with a range of -0974 waste outlet, this value indicates a very strong relationship between two variables. Obtained from
regression analysis equation Y = -0.013 x + 2.393 with a Y value of the oil content and
x denotes the distance from the outlet of waste land, with the index of determination R2
= 0.948. Regression equation shows that the greater the distance of land from the waste
outlet so small that the oil content the better the soil quality.
Key words: oil spills, waste oil reinery
Email: [email protected]
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
23
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
PENDAHULUAN
Kilang minyak Pusdiklat Migas
berada di daerah Cepu, kabupaten Blora,
provinsi Jawa Tengah, terletak pada areal
seluas + 34 Ha, adalah salah satu sarana
pendidikan dan pelatihan Pusdiklat Migas
Cepu yang sampai saat ini masih beroperasi mengolah minyak mentah (crude oil)
milik PT. Pertamina EP Region Jawa Field
Cepu dari lapangan Kawengan, Ledok
dan Nglobo. Kapasitas kilang yang dimiliki rata-rata sebesar 200 m3/hari, dengan
produknya berupa pertamina solvent (pertasol), minyak tanah (kerosene), solar dan
residu. Dari kegiatan pengolahan minyak
tersebut sudah barang tentu akan menghasilkan limbah minyak dan juga berpotensi untuk terjadinya tumpahan minyak
(oil spill) di sekitar kilang minyak.
Limbah minyak akibat tumpahan
minyak (oil spill) pada operasi kilang minyak Pusdiklat Migas berasal dari buangan
air yang bercampur minyak saat penurasan
(drain) tangki timbun. Penurasan tangki timbun dilakukan setiap hari yang
fungsinya untuk memisahkan air yang bercampur dengan minyak. Selain itu limbah
minyak akibat tumpahan minyak dapat
terjadi pada saat loading dan unloading di
tangki timbun (storage tank), pembersihan
tangki timbun (tank cleaning), pada proses
di separator dan pada pompa feed maupun
pompa produk. Minyak yang tumpah bisa
berupa minyak mentah (crude oil) maupun produk.. Sehingga berdasarkan neraca
massa arus minyak kilang Pusdiklat Migas,
minyak yang hilang (losses) karena menguap, tumpah maupun tercecer selama
proses produksi rata-rata 0,4% atau 108,38
barrel per bulan atau 17.232,42 liter per bulan (Pusdiklat Migas, 2011).
Dari jumlah kehilangan (losses)
minyak tersebut, jika diasumsikan jumlah minyak yang menguap sebanyak 70%,
maka jumlah minyak yang tumpah dan tercecer di sekitar kilang sebanyak 5.169,73
liter per bulan, atau rata-rata sebanyak
24
62.036 liter per tahun.
Pada saat berdirinya kilang minyak
Cepu pada tahun 1928, belum ada kewajiban mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), sehingga
perhatian terhadap pengelolaan lingkungan belum begitu serius. Pengelolaan lingkungan terutama pengelolaan limbah baru
mendapat perhatian serius mulai tahun
1985 menjelang diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan). Pengelolaan limbah tersebut
dilakukan dengan melengkapi sarana dan
fasilitas pengolahan limbah minyak dengan menggunakan metode perangkap minyak (oil catcher).
Berdasarkan PP no 18 tahun 1999
jo. PP no. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), tumpahan minyak di area kilang
termasuk dalam katagori limbah B3 kode
D 221, karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Sedangkan karakteristik
yang termasuk limbah B3 adalah mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, koroif
dan bersifat karsinogenik (menyebabkan
kanker).
Tumpahan minyak pada permukaan tanah berpotensi mencemari lingkungan terutama tanah dan air. Ketika suatu
tumpahan minyak telah mencemari permukaan tanah, maka tumpahan tersebut dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk
ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk
ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah, yang dapat berdampak langsung kepada manusia
ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air permukaan maupun air tanah. Selain
itu tumpahan minyak dapat menurunkan
kestabilan tanah dan mendegradasi fungsi
tanah hingga dapat menyebabkan lahan
kritis. Berdasarkan latar belakang di atas
beberapa masalah yang timbul adalah ba-
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
gaimana kualitas air tanah dan tanah di
lokasi area kilang minyak akibat tumpahan
minyak dari kegiatan operasi kilang minyak.
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen Minyak Bumi
Minyak bumi atau minyak mentah
(crude oil) menurut Muhtar (2001) merupakan campuran yang komplek dari senyawaan kimia, yang terdiri dari unsur –
unsur karbon (C), hidrogen (H), sulfur (S),
oksigen (O), nitrogen (N) dan logam (Cu,
Fe, Ni dan lain-lain). Senyawaan yang
hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dikelompokkan sebagai senyawaan
hidrokarbon. Senyawaan hidrokarbon
diklasiikasikan atas hidrokarbon parain,
olein, naften dan aromat. Sedangkan senyawaan campuran antara unsur karbon,
hidrogen dan salah satu unsur atau lebih
dari sulfur, oksigen, nitrogen dan logam
dikelompokkan sebagai senyawaan non
hidrokarbon.
Karakteristik Minyak Bumi
Menurut Risayekti (2004), minyak
bumi merupakan bahan tambang yang
terdapat di dalam perut bumi, komposisinya berupa senyawaan kimia terdiri dari
komponen hidrokarbon dan non hidrokarbon. Minyak bumi berwarna dari coklat
kehitam–hitaman sampai hitam pekat dalam bentuk cair dan terdapat gas–gas yang
melarut didalamnya, dengan speciic gravity berkisar antara 0,8000 – 1,0000.
Pada berbagai industri kimia, kilang
minyak bumi telah diidentiikasi sebagai
emitter besar dari berbagai polutan. Benzene, toluene, ethylbenzene, dan xylene
(BTEX) membentuk sebuah kelompok senyawa aromatik penting dari senyawa organik volatil (volatile organic compounds)
karena perannya dalam kimia troposfer dan
resiko yang ditimbulkan bagi kesehatan
manusia (Baltrenas et al, 2011).
Tumpahan Minyak (Oil Spill)
Menurut Nuryatini dan Edi (2010),
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
pencemaran minyak didalam air dapat
terjadi karena adanya kegiatan eksplorasi
minyak bumi, pengilangan minyak bumi
kecelakaan transportasi atau kebocoran
pipa. Cemaran minyak ini dapat bermuara
di sungai, danau atau air tanah yang berakibat buruk pada kesehatan manusia karena
penurunan kualitas air baku air minum.
Minyak bumi yang mencemari tanah dapat
mencapai lokasi air tanah, danau atau sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga
menjadi masalah serius bagi daerah yang
mengandalkan air tanah sebagai sumber
utama kebutuhan air bersih atau air minum. Sedangkan Culbertson et al (2008)
menjelaskan bahwa pencemaran minyak
bumi meskipun dengan konsentrasi
hidrokarbon yang sangat rendah sangat
mempengaruhi bau dan rasa air tanah. Sisa-sisa dari tumpahan minyak bumi dapat
bertahan selama puluhan tahun dalam sedimen pantai yang dapat mempengaruhi lora
dan fauna lokal, selain itu beberapa studi
telah meneliti dampak jangka panjang dari
sisa tumpahan minyak juga mempengaruhi
ekosistem pesisir.
Proses pengolahan minyak dan
petrokimia di kilang (reinery) menurut
Carmen Marti et al (2009) menghasilkan
lumpur minyak kilang (oil sludge), yang
berpotensi mencemari lingkungan. Lumpur minyak merupakan kotoran minyak
yang terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak
yang terdiri atas kontaminan yang memang
sudah ada di dalam minyak maupun kontaminan yang terkumpul dan terbentuk dalam penanganan suatu proses. Secara isik
lumpur minyak mempunyai berat jenis
antara : 0,93 – 1,05, berwarna dari coklat
tua sampai hitam, berbau hidrokarbon dan
kelarutan dalam air sangat rendah.
Menurut Aguilera et al (2010)
dampak dari tumpahan minyak berpengaruh pada kesehatan isik dan mental pada
populasi yang terkena, terutama mengacu
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
25
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
pada gejala klinis dan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup. Populasi
atau individu dengan derajat paparan yang
lebih tinggi atau tinggal di daerah yang
paling dekat dengan tumpahan minyak
menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan mental dibandingkan dengan mereka
dengan derajat paparan yang rendah atau
tinggal di daerah yang jauh dari tumpahan minyak. Soesanto (1973) menjelaskan
akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak dilaporkan.
Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi
dapat merusak membran sel yang berakibat
pada keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan
yang hidup di lingkungan yang tercemar
oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan
mengalami berbagai gangguan struktur dan
fungsi tubuh. Secara langsung minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal
ini disebabkan oleh kekurangan oksigen,
keracunan karbondioksida dan keracunan
langsung oleh bahan beracun yang terdapat
dalam minyak. Sedangkan akibat jangka
panjang menurut Sumadhilaga (1973),
pencemaran minyak ternyata dapat pula
menimbulkan beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda.
Mengingat dampak pencemaran minyak
bumi baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi cukup serius, maka manusia
terus berusaha untuk mencari teknologi
yang paling mudah, murah dan tidak
menimbulkan dampak lanjutan.
Kualitas Tanah
Kualitas tanah adalah kapasitas
dari suatu tanah dalam suatu lahan untuk
menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan manusia atau ekosistem alami dalam
waktu yang lama. Fungsi tersebut adalah
kemampuannya untuk mempertahankan
pertumbuhan dan produktivitas tumbuhan
serta hewan atau produktivitas biologis,
mempertahankan kualitas udara dan air
atau mempertahankan kualitas lingkungan,
serta mendukung kesehatan tanaman, he26
wan dan manusia. Sedangkan degradasi tanah adalah penurunan kualitas tanah (Plaster, 2003 dalam Waluyaningsih, 2008).
Dampak negatif dari ketidakmampuan tanah untuk memenuhi fungsinya
adalah terganggunya kualitas tanah sehingga menimbulkan bertambah luasnya lahan kritis, menurunnya produktivitas tanah
dan pencemaran lingkungan. Penurunan
kualitas tanah akan memberikan kontribusi
yang besar akan bertambah buruknya kualitas lingkungan secara umum (Suriadi dan
Nazam, 2005).
Kualitas Air
Menurut Ismoyo (1994) kualitas
air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat isik, kimia dan biologi suatu perairan
yang dibandingkan dengan persyaratan
untuk keperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum, pertanian dan
perikanan, rumah sakit, industri dan lain
sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai
dengan peruntukannya. Abdelwahab et al
(2010) menjelaskan bahwa fenol pada limbah kilang minyak dapat dikurangi secara
elektrokoagulasi dengan menggunakan sel
dengan katoda aluminium. Pengurangan
fenol diselidiki pada berbagai parameter
yaitu: pH, waktu operasi, rapat arus, konsentrasi fenol awal dan penambahan NaCl.
Pengurangan fenol dengan metode elektrokoagulasi adalah merupakan kombinasi
dari koagulasi dan adsorpsi dan dengan
metode ini pengurangan fenol dapat mencapai 97%.
Minyak di air dapat berupa minyak
terapung dipermukaan, terdispersi secara
mekanik, teremulsi, terlarut (ukuran droplet < 5 mm), dan minyak yang melekat pada
permukaan partikel (Benito J.M, 1998 dalam Nuryatini dan Edi, 2010). Sementara
Plebon M.J (2008) mendeinisikan free-oil
sebagai droplet minyak yang berukuran 150
mm yang akan segera terapung dipermukaan karena ukurannya yang besar, sedangkan emulsi minyak adalah droplet minyak
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
yang terdispersi di air dengan cukup stabil
karena ukurannya yang lebih kecil.
Status mutu air adalah tingkat
kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu
sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air
yang ditetapkan. Salah satu metode dalam
penentuan status mutu air adalah dengan
menggunakan metode Indeks Pencemaran
(IP) mengacu pada Kepmen LH No 115
tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Metode ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan
agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air jika
terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran
senyawa pencemar
Rumusan Pernyataan Indeks (PI)
untuk suatu peruntukan (j) adalah:
Keterangan :
Ci: nilai hasil analisis laboratorium
Lij: nilai baku mutu air
M: nilai maksimal
R : nilai rata-rata
di daerah Cepu, kabupaten Blora, provinsi
Jawa Tengah.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan di
area kilang Pusdiklat Migas ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian observasional analitic environmental. Penelitian melalui observasi lapangan dengan mengambil
sampel kemudian dilakukan analisis di
laboratorium dan hasilnya dianalisis secara
deskriptif kuantitatif.
Populasi dan Sampel
1. Polulasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
air di lokasi area kilang pada jarak sampai
dengan radius 1000 m dari outlet limbah
kilang minyak, Selain itu juga tanah pada
jarak sampai radius 100 m dari outlet limbah kilang minyak.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
air tanah dengan jumlah sampel sebanyak
7 (tujuh) sampel yang terdiri dari 1 (satu)
sampel limbah kilang minyak, 2 (dua)
sampel air sungai dan 4 (empat) sampel
air sumur penduduk sekitar kilang minyak.
Sedangkan untuk sampel tanah sebanyak
4 (empat) sampel disekitar outlet limbah
Tabel. Evaluasi Terhadap Nilai Pernyataan Indeks
Nilai PI
0 < PIj < 1
1 < PIj < 5
5 < PIj < 10
PIj > 10
Status Mutu Air
Memenuhi baku mutu (kondisi baik
Cemar ringan
Cemar sedang
Cemar berat
Sumber : Kepmen LH No. 115 tahun 2003
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat lokasi penelitian adalah di
area kilang minyak Pusdiklat Migas Cepu
seluas + 34 Ha. Lokasi penelitian terletak
minyak.
Variabel Penelitian dan Deinisi
Operasional
1. Variabel bebas, yaitu variabel
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
27
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
yang mempunyai pengaruh pada variabel
terikat. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah jarak sumur dari
outlet limbah kilang minyak yang akan
diteliti. Selain itu juga jarak sampel tanah
dari outlet limbah kilang minyak yang
akan diteliti.
2. Variabel terikat, yaitu variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat adalah parameter kualitas air yang
akan diteliti dan juga parameter kualitas
tanah yang akan diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam analisis kualitas air limbah
kilang minyak akan dikaitkan dengan baku
mutu air limbah menurut Permen LH no. 19
tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Minyak
dan Gas Serta Panas Bumi. Sedangkan untuk kualitas air sungai dan air sumur akan
dikaitkan dengan baku mutu pengelolaan
kualitas air menurut PP No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Adapun parameter yang diamati yaitu BOD, COD, Fe,
fenol, kadar minyak dan lemak. Dengan
membandingkan kualitas air limbah kilang
minyak dari hasil pengujian laboratorium
dengan syarat baku mutu air limbah bagi
usaha dan atau kegiatan pengolahan minyak bumi dan gas serta panas bumi, maka
akan dapat ditentukan kesesuaian setiap
parameter kualitas air limbah didaerah
penelitian. Begitu pula dengan membandingkan kualitas air sumur hasil pengujian
laboratorium dengan persyaratan baku
mutu pengelolaan kualitas air, maka akan
dapat diketahui seberapa jauh kadar pencemaran air sumur tersebut. Membandingkan
hasil laboratorium kualitas air sumur dengan kualitas air limbah kilang minyak sehingga dapat diketahui apakah ada dampak
air limbah kilang minyak terhadap kualitas
air sumur di sekitarnya.
1. Hasil Pengujian Air Limbah Kilang Minyak
Tabel. Hasil Pengujian Air Limbah Outlet Kilang Minyak
Parameter
BOD5
COD
Minyak dan Lemak
Fenol
Besi (Fe)
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Baku Mutu
80
160
20
0,8
-
Hasil Analisis (A1)
49,33
77,8
1,3
0,015
1,03
Keterangan:
Baku mutu dari Lampiran 3, Permen LH No. 19 tahun 2010
28
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
2. Hasil Pengujian Air Sungai Bengawan Solo
Tabel. Hasil Pengujian Air Sungai Bengawan Solo
Parameter
Hasil Analisis
Baku Mutu Air
Sebelum
Sesudah TerkeKelas II
Terkena Limbah na Limbah (A3)
(A2)
mg/L
3
22,58
44,08
mg/L
25
36,9
75,8
mg/L
0,95
0,46
µg/L
1000
< 100
< 100
µg/L
1
13
14
Satuan
BOD5
COD
Besi (Fe)
Minyak dan Lemak
Senyawa Fenol sebagai
Fenol
Keterangan : Baku mutu diambil dari PP No. 82 tahun 2001
3. Hasil Pengujian Air Sumur
Tabel. Hasil Pengujian Air Sumur
Parameter
BOD5
COD
Besi (Fe)
Minyak dan Lemak
Senyawa Fenol
sebagai Fenol
Hasil Analisis Sesuai Jarak
Sumur Sumur Sumur Sumur
A4
A7
A6
A5
200 m 300 m 400 m 1000 m
Satuan
Baku Mutu
Air Kelas I
mg/L
mg/L
mg/L
µg/L
2
10
0,3
1000
13,76
23,6
7,33
600
11,83
21,5
10,71
<100
6,01
10,2
0,67
<100
2,91
< 4,2
< 0,062
< 100
µg/L
1
35
13
9
<1
Keterangan: Baku mutu diambil dari PP No. 82 tahun 2001
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
29
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
4. Hasil Pengujian Tanah
Tabel. Hasil Pengujian Tanah
Parameter
Satuan
T1
Kadar Minyak
Kadar Air
Kadar Padatan
Cacing Tanah
% vol
% vol
% vol
%w
2
46
52
0
Hasil Analisis
T2
T3
2
40
58
0
Penentuan status mutu air dengan
metode Indeks Pencemaran (IP) mengacu
pada Kepmen LH No 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
a. Sungai Bengawan Solo sebelum
limbah
2
36
62
0
T4
Metode
1
59
40
0
ISO 10414-12: 2002
b. Sungai Bengawan Solo setelah
limbah
Dari perhitungan yang sama didapat IP air sungai Bengawan Solo setelah
limbah adalah IP = 5,70 yang artinya sta-
Tabel. Perhitungan IP Air Sungai Sebelum Limbah
Parameter
BOD
COD
Minyak dan Lemak
Senyawa fenol
Rataan Ci/Lix baru
Ci
22.58
36.9
100
13
Lix
3
25
1000
1
Keterangan :
Ci
: hasil analisis laboratorium
Lix
: Baku mutu air kelas II, PP No.
82 tahun 2001
Dari perhitungan didapat IP air sungai Bengawan Solo sebelum limbah adalah
IP = 5,26 yang artinya status mutu air sungai tersebut adalah cemar sedang.
30
Ci/Lix
7.526
1.4760
0.1
13
Ci/Lix baru
5.38
1.85
0.1
6.57
3.47
tus mutu air sungai tersebut adalah cemar
sedang.
Dari perhitungan didapat IP air
sumur A4 adalah IP = 7,13 yang artinya
status mutu air sumur A4 tersebut adalah
cemar sedang. Dengan perhitungan yang
sama didapat nilai sumur A5 IP=7,41,
sumur A6 IP=4,48 dan sumur A7 IP=1,34.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
Tabel. Rekapitulasi Status Mutu Air
Lokasi sampel
Bengawan Solo sebelum limbah (A2)
Bengawan Solo setelah limbah (A3)
Sumur A4
Sumur A5
Sumur A6
Sumur A7
Berdasarkan jarak bahwa semakin
jauh jarak sumur dari outlet limbah nilai
IP semakin kecil sehingga status mutu air
semakin baik.
Analisis statistik menggunakan program SPSS.16 for windows, selengkapnya
pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil uji korelasi antara jarak sumur dengan parameter
uji BOD, COD, Fe, Fenol dan kadar minyak lemak menghasilkan nilai koeisien
korelasi r negatif (-), ini menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur maka kadar
parameter uji semakin kecil.
Nilai IP
5.26
5.70
7.13
7.41
4.48
1.34
Status mutu air
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Cemar Sedang
Cemar Ringan
Cemar Ringan
+ 8,632 dengan Y adalah nilai IP dan x
menunjukkan jarak sumur dari outlet limbah, dengan indek determinasinya R2 =
0,898. Persamaan regresi menunjukkan
bahwa semakin jauh jarak sumur maka
nilai IP semakin kecil, sehingga kualitas
air semakin baik. Status mutu air kategori
kondisi baik atau memenuhi baku mutu
pada nilai IP=1, setelah dimasukkan ke
persamaan regresi maka, 1= -0,007x +
8,632, diperoleh nilai x = 1090, sehingga
jarak sumur yang aman adalah lebih dari
Tabel. Rekapitulasi hasil uji korelasi dan uji regresi
Parameter Uji
Koeisien Korelasi (r)
Persamaan Regresi
Indeks Determinasi (R2)
BOD
-0.717
Y= -0,012x + 14,48
0,773
COD
-0.741
Y= -0,022x + 25,67
0,783
Fe
-0.350
Y= -0,010x + 9,483
0,487
Fenol
-0.645
Y= -0,031x + 29,27
0,590
-0.686
Y= -0,354 + 393,5
0,260
Minyak dan Lemak
Berdasarkan hasil uji korelasi antara
jarak sumur dengan nilai IP (Indeks Pencemaran.) diperoleh angka koeisien korelasi
r sebesar -0.948. Nilai ini menunjukkan
hubungan yang sangat kuat antara kedua
variabel, nilai r negatif (-) menunjukkan
bahwa semakin jauh jarak sumur dari outlet limbah nilai IP semakin rendah, sehingga status mutu air semakin baik.
Hasil uji regresi diperoleh persamaan garis Y = ax + b adalah Y = -0,007x
1090 m dari outlet limbah.
Berdasarkan hasil uji korelasi antara
jarak sampel tanah dengan kadar minyak
diperoleh angka koeisien korelasi sebesar
-0.974. Nilai ini menunjukkan hubungan
yang sangat kuat antar kedua variable, nilai
korelasi r negatif (-) menunjukkan bahwa
semakin jauh jarak sampel tanah dari outlet
limbah maka nilai kadar minyak semakin
kecil.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
31
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
Gambar. Graik Regresi IP Terhadap Jarak Sumur
Gambar . Graik Regresi Kadar Minyak dalam Tanah
Hasil uji regresi diperoleh persamaan garis Y = ax + b adalah Y = -0,013x +
2,393 dengan Y adalah nilai kadar minyak
dan x menunjukkan jarak tanah dari outlet
limbah, dengan indek determinasinya R2
= 0,948. Persamaan regresi menunjukkan
bahwa semakin jauh jarak tanah maka nilai
kadar minyak semakin kecil. Kualitas tanah kategori kondisi baik jika nilai kadar
minyak = 0, setelah dimasukkan ke persamaan regresi maka, 0 = -0,013x + 2,393,
diperoleh nilai x = 184, sehingga jarak tanah yang aman adalah lebih dari 184 m
dari outlet limbah.
32
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin jauh jarak sumur dari outlet
limbah minyak maka kualitas air semakin
bagus yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Pencemaran (IP) semakin kecil. Sehingga kualitas air yang aman adalah sumur
pada jarak lebih dari 1090 m dari outlet
limbah. Sementara untuk kualitas tanah semakin jauh jarak sampel tanah dari outlet
limbah maka kualitas tanah semakin baik
yang ditunjukkan dengan kadar minyak
yang semakin kecil. Sehingga kualitas tanah yang aman adalah tanah pada jarak
lebih dari 184 m dari outlet limbah.
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
DAFTAR PUSTAKA
Abdelwahab, O., Amin N.K., El-Ashtoukhy, 2010, Electrochemical Removal of Phenol from Oil Reinery
Wastewater, Journal of Hazardous
Materials, Vol 163, Issues 2-3, 30
April 2010, p711-716
Aguilera, F., Mendez, J., Pasaro, E., and
Laffon, B., 2010, Review on the
Effects of Exposure to Spilled Oils
on Human Health. Journal of Applied Toxicology 10.1002/jat.1521
Anderson,
K
dan
Scoot,
R,
1982,Fundamental of Industrial
Toxicology, Michigan: Ann Arbor
Science Publisher.
Atlas, R and Bartha, R., 1985, p 11-13,
Microbial Ecology, The Benjamin/
Cummings Publishing, London
Baltrenas P., Baltrenaile E., Sereviciene
V., Pereira P., 2011, Atmospheric
BTEX Concentrations in the Vicinity of the Crude Oil Reinery of
the Baltic Region, Environmental
Monitoring and Assessment, Journal, Vol 182, November, p (1-4)
Baker, C and Herson, D, 1994, Bioremediation, Mc. Graw Hill, Inc, USA.
Brady, N.C, 1974, The Nature and Properties of Soils, 8th Edition, Macmilan,
New York
Carmen Marti, M., Daymi Camejo, Nieves
Fernandez Garcia, 2009, Effect
of Oil Reinery Sludges on the
Growthand Antioxidant System,
Journal of Hazardous Materials,
171 p 879-885
Chaid Fandelli, 1993, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Kursus
Dasar-dasar AMDAL, PPLH
UGM,-BAPEDAL, Yogyakarta.
Chator dan Somerville, 1978, The Oil
Industry and Microbial Ecosystems, Heyden & Son Ltd.
London
Culbertson, J.B., Valiela, I., Pickart, M.,
Peacock, E.E., and Reddy, C.M.,
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
2008, Long-term Consequences of
Residual Petroleum on Salt Marsh
Grass. Journal of Applied Ecology
45(4): 1284-1292.
Hariwijaya, M., Triton P.B., 2007, Teknik
Penulisan Skripsi dan Tesis, Yogyakarta : Oryza
Kardjono, S.A., 2007, Pengetahuan Industri Migas Usaha Hilir, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan
Gas Bumi, Cepu
Kementerian KLH, 2006, Panduan Penghitungan Ganti Kerugian Akibat
Pencemaran dan atau Perusakan
Lingkungan, Jakarta.
Kepmen LH No. 115 tahun 2003, tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu
Air
Lagrega MD et all, 1994, Hazardous Waste
Management, Mc. Graw Hill, New
York
Martono, A.W., 2002, Studi Valuasi Ekonomi Batubara Studi Kasus Ombilin,
Majalah Manusia dan Lingkungan
Vol X No. 2, Juli 2002, hal 89-100,
Pusat Studi Lingkungan Hidup,
UGM.
Maynard, J.B. and Sanders W.N., 1969,
Determination of the Detailed
Hydrocarbon Composition and
Potential Reactivity of Full range
Motor Gasoline, Air Pollution,
Control Assoc
Mukono, H.J., 2005, Toksikologi Lingkungan, Airlangga University Press,
Surabaya.
Marsaoli, M., 2004, p 116-122, Kandungan Bahan Organik n-Alkana,
Aromatik dan Total Hidrokarbon
dalam Sedimen di Perairan Raha
kab, Muna, Sulawesi Tenggara,
Jurnal Makara Saints, vol 8 no.3,
Desember, Ternate.
Mudjirahardjo, M., 2001, Produk Migas
III, Akademi Minyak dan Gas
Bumi, Cepu
Muhtar, I., 2001, Proses Pengolahan Mi-
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
33
Kajian Dampak Tumpahan Minyak
Sulistyono, Suntoro, M.Masykuri
gas, Akademi Minyak dan Gas
Bumi, Cepu
Neckers, D.C and Doyle,M.P, 1997, Organic Chemistry, John Willey &
Sons Inc., New York
Nugroho, A, 2006, Biodegradasi Sludge
Minyak Bumi dalam Skala Mikrokosmos, Jurnal Makara Teknologi, Vol. 1 No. 2, Nopember 2006,
Jakarta.
Nuryatini dan Edi Iswanto Wiloso, 2010,
Uji Metode Analisis Minyak
Terdispersi dalam Air, Jurnal
Teknologi Indonesia, No. 262/AU/
P2MBI/05/2010.
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999
jo PP No. 85 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun )
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 19 tahun 2010 tentang
Baku Mutu Limbah Bagi Usaha
dan/ atau Kegiatan Minyak dan
Gas serta Panas Bumi
Plebon M.J., 2008, TORR The Next Generation at Hidrocarbon Extraction
from Water, Journal of Canadian
Petroleum Tecnology 43,9, 1-4.
34
Pusdiklat Migas, 2011, Laporan Arus Minyak Pusdiklat Migas Cepu tahun
2011, Cepu
PPT Migas, 1991, Laporan Penyajian
Evaluasi Lingkungan PPT Migas
Cepu, Cepu
Risayekti, 2004, Bahan Bakar Minyak dan
Pelumas, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Minyak dan Gas Bumi,
Cepu
Sugiyono, 2007, Statistik untuk Penelitian,
Penerbit Alfabeta, Bandung
Sumanto, I., 1998, Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet), Vol. I, Puslitbang
Kimia Terapan, LIPI, Bandung
Sumadhilaga, K, 1995, p-376, Lingkungan
dan Pembangunan, Jakarta
Susanto, V, 1973, Water Pollution, Corespondence-Course-Cetral, Jakarta.
Undang Undang No. 22 tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang Undang No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Viesman W.JR., 1985, Water Supplay and
Pollution Control, Four Edition,m
Harper Ror Publisher, New York
Jurnal EKOSAINS | Vol. IV | No. 2 | Juli 2012
Download