ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK PERCETAKAN PADA CV. MIRANTI, BOGOR Oleh DEWI AMANDA METALLITA H24104097 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 2 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH PRODUK PERCETAKAN PADA CV. MIRANTI, BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajamen Institut Pertanian Bogor Oleh : DEWI AMANDA METALLITA H24104097 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 Judul Skripsi : Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Percetakan pada CV. Miranti, Bogor Nama : Dewi Amanda Metallita NIM : H24104097 Menyetujui, Dosen Pembimbing Drs. Edward H. Siregar, SE, MM. NIP. 19570622 198601 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc NIP. 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus : 4 RINGKASAN DEWI AMANDA METALLITA. H24104097. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Percetakan pada CV. Miranti, Bogor. Di bawah bimbingan EDWARD H. SIREGAR. Perhitungan harga pokok produksi pada UKM perlu dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produksi, stermasuk juga CV. Miranti. Perhitungan biaya ini pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen. Maka perhitungan harga pokok produksi suatu manufaktur adalah penting, sehingga rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu bagaimana perhitungan harga pokok produksi barang cetak dengan metode yang digunakan oleh CV. Miranti, bagaimana perhitungan harga pokok produksi barang cetak dengan metode full costing dan metode variable costing dan bagaimana hasil perbandingan antara metode perusahaan dengan metode full costing dan metode variable costing. Maka Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode CV. Miranti, menganalisis perhitungan harga pokok produksi CV. Miranti dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing, dan membandingkan dan merumuskan metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV. Miranti dengan metode full costing dan metode variable costing. Pembuatan 500 lembar leaflet menurut perhitungan CV. Miranti adalah sebesar Rp. 894.361,- dan untuk per lembar nya adalah sebesar Rp 1.789,-, sedangkan menggunakan metode perhitungan full costing sebesar Rp 988.443,- atau Rp 1.977,- per lembar leaflet dan dengan metode perhitungan variable costing sebesar RP 749.336,- atau Rp 1.499,- per lembar leaflet. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode full costing dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya karena metode ini membebankan dan memperhitungkan seluruh biaya yang terjadi ke harga pokok produksinya, sehingga perhitungannya lebih wajar dan akurat. 5 ABSTRACT DEWI AMANDA METALLITA. H24104097. Analysis of Cost of Goods Production Calculation for Home Industries Product at CV. Miranti, Bogor. Guided by EDWARD H. SIREGAR. The Cost of Goods Production calculation for home industries is really important to avoid lost profit and needed to monitor the actual of production cost. Furthermore, CV. Miranti is a maturate company who improve their market, so they need to concern about their product’s price and they need to improve the cost of goods production calculation method. The whole expenses will be charged to customer when the goods are ready to sold, therefor the points of this matter are how CV. Miranti calculate their cost of goods production, how to calculate the cost of goods production by full costing method and variable costing method, and how is the result of calculation comparartion between CV. Miranti method, full costing method, and variable costing method. Regarding of those matters, the goals of this research are to identify the cost of goods production calculation by CV. Miranti method, full costing method and variable costing method, and compared of those three mathods to decide which the exact method to be applied. CV. Miranti was received an order to produce 500 sheets of leaflets on May 2012. The cost of good production by CV. Miranti calculation method was Rp 894.361,- or Rp 1.789,- per sheet, whereas it calculated was Rp 988.443,- or Rp 1.977,- per sheet by varibale costing method and it was Rp 749.336,- or Rp 1.499,- per sheet by full costing calculaion method. There was difference between CV. Miranti method, variable costing method, and full costing method. The most expensive cost identified by full costing calculation method, this caused it calculated of all actual expense of the manufacturing process. It adviced to apply full costing method because the final cost was already calculate whole actual expense and the price was proper to be compete with others. 1 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Agustus 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Daud Akhyar dan Ibu Darsiatun, serta memiliki satu orang adik laki-laki bernama Luthfy Nurcahya Fakhrurozie. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Akbar pada tahun 1995, pendidikan dasar di SD Bina Insani Bogor pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 1 Bogor. Pendidikan Mengengah lanjutan atas di SMA Negeri 7 Bogor diselesaikan pada tahun 2007. Pada saat di bangku SMA, penulis mengikuti beberapa kegiatan ekstrakulikuler, salah satunya adalah paduan suara. Penulis diterima pada program Diploma Tiga Institut Pertanian Bogor (IPB) program keahlian Akuntansi melalui jalur Penelusuran Minat dan Keahlian (PMDK) pada tahun 2007 dan lulus di tahun 2010. Pada saat kuliah di D3 IPB, penulis juga dipercaya untuk menjadi panitia makrab. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis jurusan Manajemen di tahun 2010. Penulis melakukan penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012 dengan Judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Percetakan pada CV. Miranti, Bogor”. iii 2 KATA PENGANTAR Bismillahirohmannirrohim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Industri Usaha Kecil dan Menengah Produk Percetakan pada CV. Miranti, Bogor”, sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh gelar Sarjana di Program Alih Jenis Manajemen Instirut Pertanian Bogor, dengan waktu yang telah ditetapkan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penlis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen pembimbing, Drs. Edward H. Siregar, SE, MM. yang telah membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini. Penulis menyadari atas keterbatsan yang penulis miliki, sehingga laporan ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai saran maupun kritik dari para pembaca guna memperbaiki kualitas isi dari skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Bogor, Januari 2013 Penulis iv 3 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ini mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Bapak Daud dan Ibu Darsi, adik penulis, Luthfy, dan nenek penulis, Ibu Wati, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan dorongan lahir maupun batin selama ini. 2. Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sangat baik sehingga skripsi ini terselesaikan. 3. CV. Miranti beserta seluruh pimpinan dan karyawannya yang telah memperbolehkan penulis melakukan penelitian serta memberikan informasi kepada penulis yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staff sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor. 5. Seluruh teman dan sahabat yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Dewi Amanda M. v 4 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR………………………………………………………. iv UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………... v DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL….………………………………………………………... viii DAFTAR GAMBAR..………………………………………………………. ix DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… x I. PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………... 1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………... 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………... 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………. 1.5 Ruang Lingkup……………………………………………………….. 1 4 4 4 5 II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 6 2.1 Usaha Kecil………………………………………….……………........ 2.2 Usaha Mengengah………………………………..…………………… 2.3 Usaha Kecil dan Mengah (UKM) ……………………………………. 2.4 Akuntansi Biaya………………………………………………………. 2.5 Konsep dan Pengertian Biaya………………………………………… 2.6 Pengolonagn Biaya…………………………………………………… 2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi…………………………… 2.7.1 Metode Full Costing……………………………………………. 2.7.2 Metode Variable Costing……………………………………….. 2.8 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas……………………………. 2.8.1 Tingkatan Biaya dan Pemicu…………………………………… 2.9 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi………………………... 2.9.1 Metode Harga Pokok Pesanan………………………………….. 2.9.2 Metode Harga Pokok Produksi…………………………………. 2.10 Klasifikasi Biaya Manufaktur yang Umum Digunakan……………... 2.11 Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur…………….. 2.12 Hasil Penelitian Sebelumnya………………………………………... vi 6 6 7 8 9 10 14 15 16 17 18 18 18 19 20 20 21 5 III. METODE PENELITIAN………………………………………………… 23 3.1 Kerangka Penelitian...……………………………….……………........ 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………..…………………... 3.3 Jenis Sumber Data………………….…………………………………. 3.4 Metode Pengumpulan Data…………………………………………… 3.5 Pengolahan dan Analisis Data...……………………………………… 25 25 25 26 26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...…………………………………………... 28 4.1 Gambaran Umum Perusahaan……………………….……………........ 4.1.1 Sejarah Perusahaan……………………………………………... 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan………………………………… 4.1.3 Produk Percetakan CV. Miranti………………………………… 4.1.4 Proses Produksi Leaflet………………………………………… 4.1.5 Peralatan Produksi Leaflet……………………………………… 4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi……………..……………………. 4.2.1 Perhitungan Tradisional CV. Miranti………………………….. 4.2.2 Perhitungan Ful Costing……………………………………….. 4.2.3 Perhitungan Variable Costing………………………………….. 4.3 Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Perusahaan, Metode Full Costing, dan VariableCosting ……………………………………………………… 28 28 29 30 31 32 33 34 36 51 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 55 1. Kesimpulan………………………………………….…………….......... 2. Saran………………………………..………………………………….. 55 56 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 58 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 59 vii 52 6 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Harga Pokok Produksi dan Produk Menurut Metode Full Costing ……….. 2. Harga Pokok Produksi dan Produk Menurut Metode Variable Costing…… 3. Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur...…………………. 4. Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………………………………. 5. Struktur Organisasi CV. Miranti …………………………………………... 6. Proses Pembuatan leaflet ………………………………………………….. viii 16 17 21 24 29 32 7 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Peralatan Produksi Leaflet pada CV. Miranti ……………………………. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode CV. Miranti... Harga Pembelian Tinta...…………………………………………………. Biaya Bahan Baku Pembuatan Leaflet Metode Full Costing ……………. Biaya Bahan Penolong Bulan Mei 2012...................................................... Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Bulan Mei 2012……... Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Potong dan Mesin Roller pada Bulan Mei 2012…………............................................................................ 8. Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Potong dan Mesin Cetak GTO pada Bulan Mei 2012....................................…………..…………..……... 9. Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Potong dan Mesin Plat Maker pada Bulan Mei 2012…………………………….. 10. Perhitungan Biaya Overhead Menggunakan Metode Full Costing selama Bulan Mei 2012...................................…………………………………… 11. Perhitungan Biaya Overhead Menggunakan Metode Variabel Costing selama Bulan Mei 2012...................................………………………….... 11. Perbandingan Perhitungan HPP dengan Metode Perusahaan, Metode Full Costing, dan Variable Costing.........................………………………….... ix 33 34 35 37 40 41 44 46 48 50 52 53 8 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Data Statistik Jumlah UKM …………………………….............................. 2. Daftar Pertanyaan ………………………………………………………….. 3. Peralatan Cetak CV. Miranti ………………………………………………. 4. Bahan Baku CV. Miranti …………….......................................................... 5. Bahan Penolong CV. Miranti ……………................................................... 6. Tabel Perhitungan Penyusutan Bangunan Sampai dengan Bulan Mei 2012……………............................................................................................ x 60 62 63 65 66 67 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil di sektor tradisional maupun modern. UKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Data statistik menunjukkan jumlah unit usaha kecil mikro dan menengah (UKM) mendekati 99,98 % terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Menurut Syarif Hasan, Menteri Koperasi dan UKM, jumlah UKM pada tahun 2010 berkisar 52,8 juta unit usaha dan pada tahun 2011 bertambah menjadi 55,2 juta unit. Setiap UKM rata-rata menyerap 35 tenaga kerja. Maka dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit sehingga tenaga kerja yang terserap bertambah 15 juta orang. Pengangguran diharapkan menurun dari 6,8% menjadi 5 % dengan pertumbuhan UKM tersebut. Hal ini mencerminkan peran serta UKM terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dari tahun 2006 ke tahun 2010, jumlah UKM mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan Tabel yang berisikan jumlah unit usaha UKM di Indonesia yang didapat dari Badan Pusat Statistik. Tabel kenaikan jumlah UKM dari tahun 2006 hingga 2010 ini terdapat dalam lampiran 1. Tahun 2011 yang lalu Indonesia sempat menjadi perhatian negara-negara di seluruh dunia karena Indonesia adalah salah satu negara yang mampu bertahan di saat negara-negara lain mengalami resesi dan krisis ekonomi. Keberhasilan Indonesia dalam mencapai peringkat investasi tersebut menjadi daya tarik yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan angka pertumbuhan ekonomi sekitar 6,5 %, serta pendapatan nasional (PDB) sekitar 820 Milyar Dolar merupakan prestasi membanggakan bagi perekonomian nasional. Dan dari angka pertumbuhan ekonomi nasional 6,5 %, dominasi 60 % perekonomian negara ini 2 dari kontribusi UKM. Ini salah satu bukti bukti bahwa UKM cukup berperan besar pada perekonomian Indonesia. Apabila dilihat dari segi peningkatan PDB, tentu saja prospek UKM pada tahun 2012 cukup cerah. Selain itu, pada saat sekarang, pemerintah mulai memperhatikan UKM dan berusaha memberdayakannya, maka prospek UKM akan sangat bagus dan memiliki daya saing tinggi. UKM yang bergerak dalam usaha manufaktur juga semakin banyak dan berkembang. Salah satunya adalah manufaktur dalam bisnis percetakan. Bisnis ini berpotensi untuk berkembang mengingat pentingnya kebutuhan promosi suatu perusahaan ditunjang dengan adanya iklan-iklan yang digunakan dengan produk percetakan. Selain itu, produk percetakan juga dibutuhkan dalam dunia perkantoran dan pendukung pekerjaan. Barang cetakan bermedia kertas (dan media lainnya) akan selalu hadir dan terus dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha manusia itu sendiri. Selama masih menjalankan suatu bisnis, kehadiran barang cetakan sebagai bentuk form atau alat dokumentasi. Pemakaiannya sebagai media promosi usaha ataupun sebagai sarana mempererat hubungan antar personal (sebagian orang menganggap kartu nama, kartu undangan, dan lain-lain sebagai simbol status dan eksistensinya), maka disitulah bisnis percetakan berperan besar menggiring dan menciptakan daya tarik simbolik sang penggunanya. Bisnis desain grafis dan percetakan tidak hanya menerima dan mencetak segala sesuatu yang dipesan oleh konsumen. Usaha ini tidak bisa lepas bahkan berkaitan erat dengan dimulainya tahapan perencanaan dan pembuatan desainnya yang kualitatif dan akurat. Teknologi komputer juga mutlak diperlukan sebagai alat penerjemah ide-ide cemerlang dan kreatif untuk kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah bentuk desain (artwork). Pekerjaan desain grafis yang handal, akurat dan bercita rasa seakan menghasilkan suatu karya cetak yang baik dan bermutu tinggi. Hasil akhir yang berkualitas baik dan tepat waktu pada gilirannya akan memberikan tingkat kepuasan yang tinggi bagi konsumen. Pada perkembangannya dewasa ini, bidang desain grafis dan percetakan adalah bak daun dan ranting pada suatu pohon alias tidak dapat dipisahkan. Kedua bidang ini akan bermuara pada satu bentuk karya cetak atau adi karya lainnya, apapun medianya. 3 Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan dan percetakan mengalami pertumbuhan yang pesat sampai tahun 2006, hal ini terjadi karena menurut BPS, usaha perkantoran yang membutuhkan produk percetakan juga kian meningkat. Namun lambat laun mengalami penurunan di tahun berikutnya karena mulai tahun 2007 beredar isu tentang global warming (pemanasan global) yang terjadi karena pepohonan di dunia semakin berkurang jumlahnya dan menyebabkan lapisan ozon semakin menipis. Eco industry juga menjadi alasan berbagai perusahaan melakukan paper less. Tetapi menurunnya jumlah perusahaan percetakan mengakibatkan peluang dalam menjalankan bisnis ini semakin besar karena berkurangnya pesaing. Pada tahun 2009, perusahaan percetakan yang tidak terlalu banyak jumlahnya mendapatkan proyek yang cukup besar saat pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Omzet penjualan dan produksi perusahaan percetakan sangat besar di tahun itu. Menurut data BPS, dari tahun 2011 ke tahun 2012, industri percetakan naik 2,93%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha percetakan memiliki potensi untuk berkembang. Hal ini terjadi pada CV. Miranti ini yang berdiri sejak tahun 2001 dan masih mempertahankan eksistensinya sampai saat ini. Bisnis percetakan ini akan semakin berkembang apabila bisnis ditopang dengan sumber daya yang unggul. Menurut hasil wawancara dengan penanggung jawab CV. Miranti, pada pertengahan tahun 2010 perusahaan ini pernah mengalami kerugian di mana perusahaan tidak memiliki uang untuk menggaji full para karyawannnya. Hal ini bisa dihindari dengan me-maintain laba yang dihasikan per bulan nya, dengan demikian perusahaan memiliki uang sekali pun mereka tidak berproduksi di bulan itu. Dalam setiap bisnis tentu perlu adanya pehitungan biaya produksi agar didapatkan harga yang optimal dan perusahaan tidak mengalami kerugian seperti kejadian di pertengahan tahun 2010 tersebut. Oleh karena itu, dalam bisnis percetakan ini perlu adanya perhitungan biaya produksi agar dapat diketahui dengan jelas perhitungam biaya produksi yang sebenarnya digunakan, maka perusahaan dapat menghitung laba yang diinginkan secara akurat. Perhitungan harga pokok produksi ini perlu dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produksi. 4 1.2 Rumusan Masalah Perhitungan dan pengklasifikasian biaya produksi haruslah akurat. Perhitungan biaya ini pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen. Maka perhitungan harga pokok produksi suatu manufaktur adalah penting, sehingga rumusan masalah untuk penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi barang cetak dengan metode yang digunakan oleh CV. Miranti? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi barang cetak dengan metode full costing dan metode variable costing? 3. Bagaimana hasil perbandingan antara metode perusahaan dengan metode full costing dan metode variable costing? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan dalam sub bab 1.2, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode CV. Miranti. 2. Menganalisis perhitungan harga pokok produksi CV. Miranti dengan menggunakan metode full costing dan metode variable costing. 3. Membandingkan dan merumuskan metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV. Miranti dengan metode full costing dan metode variable costing. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi berbagai pihak, antara lain : 1. CV. Miranti, dapat membandingkan keakuratan dan keuntungan perhitungan harga pokok produksi antara metode yang digunakan dengan metode full costing atau dengan metode variable costing. 2. Masyarakat umum, memberikan informasi dan wawasan mengenai perhitungan persediaan bahan baku dengan menggunakan metode full costing dan variable costing yang dapat mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan. 5 3. Penulis, dapat memberikan masukan dan pengalaman sebagai pedoman apabila penulis melakukan bisnis yang serupa. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 di CV. Miranti yang beralamat di Jl. Raden Kanan No. 3 Tanah Baru, Bogor. Data yang diambil untuk penelitian adalah data bulan Juni 2012 pada saat CV. Miranti mendapat order dan melakukan proses produksi pembuatan 500 lembar leaflet. Penelitian ini difokuskan terhadap aktivitas produksi CV. Miranti untuk produk leaflet terutama elemen-elemen produksi yang mana akan dibebankan ke dalam harga pokok produksi produk leaflet CV. Miranti. 6 II. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Usaha Kecil Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Menurut Undang-undang No.9 Tahun 1995, ciri-ciri usaha kecil : 1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah 2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah 3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana. Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha 4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP 5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha 6. Sebagian sudah memiliki akses ke perbankan dalam hal keperluan modal 7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. 2.2 Usaha Menengah Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). 7 Menurut Inpres No.10 tahun 1998, ciri-ciri usaha menengah adalah : 1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern. Selain itu terdapata pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi 2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi baku dan teratur, sehingga memudahkan untuk penilaian atau pemeriksaan oleh pihak perbankan atau auditor. 3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan 4. Telah ada Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), pemeliharaan kesehatan dan lain-lain 5. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain 6. Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan 7. Secara umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik 2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang berdiri sendiri dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Sedangkan menurut Departemen Perindustrian (1993) UKM didefinisikan sebagai perusahaan yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), memiliki total aset tidak lebih dari Rp 600.000.000,- (di luar area perumahan dan perkebunan). Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 8 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 2.4 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi, 2005). Sedangkan menurut Hongren (2006) akuntansi biaya adalah mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta penafsiran informasi biaya tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan ataupun manajemen perusahaan (Mulyadi, 2005). Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus (Mulyadi, 2005). Tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penentuan harga pokok produk. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya bertugas untuk mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa yang lalu atau biaya historis. Akuntansi untuk penentuan harga pokok produk ini selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan. Di samping itu, juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen. 9 2. Pengendalian biaya. Pengendalian biaya harus didului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang dianggarkan. 3. Pengambilan keputusan oleh Manajemen. Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu, informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi di masa yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya di masa yang akan datang (future cost). 2.5 Konsep dan Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2005), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu : 1. Biaya merupakan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjad atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu Biasanya para akuntan mendefinisikan biaya sebagai sumberdaya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu. Untuk sekarang, anggap saja biaya itu seperti yang diukur dengan cara akuntansi tradisional, seperti unit moneter (misalnya, rupiah) yang harus dibayarkan atas barang atau jasa yang diperoleh (Hongren, 1994). Untuk mengarahkan keputusan, para manajer membutuhkan berbagai data untuk berbagai tujuan. Mereka membutuhkan biaya untuk keperluan sesuatu. Sesuatu ini bisa berupa produk, jasa, jam mesin, proyek kesejahteraan sosial, atau kegiatan yang dapat dilakukan. Sesuatu ini disebut tujuan atau sasaran biaya dan 10 didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang untuknya diperlukan pengukuran biaya secara terpisah. Sinonimnya adalah objek biaya (Hongren, 1994). 2.6 Penggolongan biaya Biaya dapat digolongkan menurut (Mulyadi, 2005) : 1. Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya dalam perusahaan manufaktur ada biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk (biaya produksi), jika digolongkan atas dasar objek pengeluaran dapat dibagi menjadi tiga golongan : (1) biaya bahan baku, (2) biaya tenaga kerja, (3) biaya overhead pabrik. 2. Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu, dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : (1) biaya produksi, (2) biaya pemasaran, (3) biaya administrasi dan umum. 3. Hubungan Biaya dengan yang dibiayai Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiyai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu : Biaya langsung, yaitu biaya yang terjadi, penyebab satu-satu-nya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Dengan kata lain, biaya langsung dapat diartikan sebagai biaya-biaya yang melekat secara langsung kepada sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4. Perilaku Biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi : 11 Biaya peubah (variable), yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi peubah (semivariable), yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi tetap (semifixed), yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. 5. Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua : Pengeluaran modal, yaitu biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran pendapatan, yaitu biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Sedangkan menurut Usry (2004) ada beberapa cara pengolongan atau klasifikasi biaya yang pokok, yaitu : A. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan 1. Biaya produksi atau biaya manufaktur Biaya produksi adalah jumlah dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Ketiga elemen tersebut mengandung pengertian sebagai berikut : a. Biaya bahan langsung Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang mebentuk bagian dari produk jadi dan dimasukkan ke dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin. 12 b. Biaya tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. c. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan menjadi tujuh bagian, yaitu : 1. Biaya bahan penolong 2. Biaya tenaga kerja tidak langsung 3. Penyustuan dan amortisasi aktiva tetap pabrik 4. Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik 5. Biaya listrik dan air 6. Biaya asuransi pabrik 7. Biaya overhead lain-lain 2. Biaya komersial Biaya komersial digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : a. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dimulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir yaitu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan kegiatan pemasaran atau kegiatan menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli seperti biaya promosi, biaya penjualan dan pengiriman. b. Biaya administrasi umum Biaya administrasi dan umum adalah semua biaya yang berhubungan dengan administrasi dan umum seperti biaya perencanaan, penetuan strategi dan kebijakan, pengarahan dan pengewasan kegiatan perusahaan secara menyeluruh. 13 c. Biaya keuangan Biaya keuangan adalah semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan seperti biaya buanga, biaya penerbitan atau emisi obligasi, dan biaya financial lainnya. B. Penggolongan baya sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan a. Pengeluaran model (Capital Expenditures) Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada perioe yang akan datang dan dilaporkan sebagai aktiva. b. Pengeluara penghasilan adalah pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi dan dilaporkan sebagai beban. C. Pengolongan biaya berdasarkan pola perilaku biaya Berdasarkan pola perilaku, biaya dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : a. Biaya tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saa aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding tebalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan semakin rendah volume kegiatan. b. Biaya variable Biaya variable didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proposional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proposional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variable termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alatalat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. c. Biaya semi variable Biaya semi vaiable didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik dari karateristik biaya tetap maupun biaya variable. Biaya ini adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume 14 kegiatan, akan tetapi sifak perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding. D. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian a. Biaya terkendali Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya tidak terkendali Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasar wewnang yang dimilik atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalam jangja waktu tertentu. E. Penggolongan biaya berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai a. Biaya langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu secara langsung atau biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke satu unit output. b. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasi pada objek biaya atau pusat biaya tertentu, atau biaya manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek. F. Penggolongan biaya sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan a. Biaya relevan Biaya relevan adalah biaya yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Oleh karena itu biaya tersebut akan diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. b. Biaya tidak relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya ini tidak perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. 15 2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2005) metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu : a. Metode Full costing b. Metode Variable costing 2.7.1 Metode Full costing Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga produksi. Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variable maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead variable pabrik xx Biaya overhead tetap pabrik xx Harga pokok produksi xx Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variable pabrik, dan biaya overhead tetap pabrik) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). Gambar 1 berikut ini menyajikan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan metode full costing : 16 Biaya bahan baku Biaya Adm & umum Prime Cost Harga Pokok Produksi Biaya Tenaga kerja Biaya konversi Biaya komersial Biaya pemasaran Biaya Overhead tetap Total Harga Pokok Produk Biaya Overhead variable Gambar 1. Harga Pokok Produksi dan Produk Menurut Metode Full Costing Sumber : Akuntansi Biaya, Mulyadi (2005) 2.7.2 Metode Variable Costing Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi. Biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable pabrik. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini : Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead variable pabrik xx Harga pokok produksi xx Gambar 2 berikut ini menyajikan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan pendekatan variable costing : 17 Biaya bahan baku Biaya Tenaga kerja Harga Pokok Produksi variable Biaya adm & umum var. Biaya pemasaran var. Total Harga Pokok Produk Biaya Overhead variable Gambar 2. Harga Pokok Produksi dan Produk Menurut Variable Costing Sumber : Akuntansi Biaya, Mulyadi (2005) Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variable pabrik) ditambah dengan biaya nonproduksi variable (biaya pemasaran variable dan biaya administrasi dan umum variable) (Mulyadi, 2005). 2.8 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Costing) Menurut Hongren (2006) salah satu cara terbaik untuk memperbaiki sistem kalkulasi biaya adalah dengan menerapkan sistem kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing = ABC). Sistem ABC memperbaiki sistem kalkulasi biaya dengan mengidentifikasi aktivitas individual sebagai objek biaya pokok (fundamental). Aktivitas biasa berupa kejadian, tugas, atau unit kerja dengan tujuan khusus. Activity Based Costing (ABC) adalah sebuah sistem informasi yang mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan suatu organisasi dan mengumpulkan biaya berdasarkan sifat dari aktivitas. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat ke produk berdasarkan aktivitas yang dikerjakan untuk memproduksi dan mendistribusikan produk yang bersangkutan (Sulasitiningsih, 1999). 18 2.8.1 Tingkatan Biaya dan Pemicu Dalam ABC, dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead disebut sebagai penggerak atau pemicu (driver). Pemicu sumber daya adalah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda yang menggunakan sumber daya tersebut (Carter, 2006). Pemicu aktivitas adalah suatu dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dari suatu aktivitas ke produk. ABC mengakui aktivitas, biaya aktivitas, dan pemicu aktivitas pada tingkatan agregasi (levels of aggregation) yang berbeda dalam satu lingkungan produksi. Empat tingkatan yang umumnya diidentifikasikan adalah unit, batch, produk dan pabrik. Suatu batch adalah jumlah, atau agregasi, dari unit-unit identik yang menyusunnya. Suatu produk adalah agregasi dari banyak batch. Suatu pabrik dapat dianggap suatu agregasi dari semua produknya (Carter, 2006). 2.9 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Akumulasi biaya produksi dapat dilakukan dengan perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing), dengan perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing), atau dengan metode akumulasi biaya lainnya (Carter, 2002). Menurut Mulyadi (2005) metode pengumpulan harga pokok produksi tergantung sifat pengolahan produk. Pada dasarnya sifat pengolahan produk dapat dibedakan ke dalam dua golongan yaitu pengolahan produk yang didasarkan atas pesanan dan pengolahan produk yang merupakan produksi massal. Oleh karena itu, metode pengumpulan harga pokok produksi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) b. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) 2.9.1 Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) Metode harga pokok pesanan adalah cara penentuan harga pokok produk di mana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk 19 tertentu, atau suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya, dan yang perlu ditentukan harga pokoknya secara individual. Dalam perusahaan yang menggunakan metode ini, produksi tergantung dari pesanan yang diterima yang bervariasi dari pesanan yang satu dengan yang lain. Pesanan yang satu dapat dipisahkan identitasnya dari pesanan yang lain dan manajemen membutuhkan informasi harga pokok tiap-tiap pesanan secara individual (Mulyadi, 2005). Menurut Carter (2002) dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya yang diakumulasikan untuk setiap batch, lot, atau pesanan pelanggan. Metode ini digunakan apabila produk yang diproduksi dalam suatu departemen atau cost center bersifat heterogen. 2.9.2 Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) Metode harga pokok proses adalah cara penentuan harga pokok produk yang membebankan biaya produksi selama periode tertentu kepada proses atau kegiatan produksi dan membagikannya sama rata kepada poduk yang dihasilkan dalam periode tersebut. Proses produksi dengan menggunakan metode ini merupakan produksi massal, yang menggunakan satuan biaya (cost unit) yang sama dari periode ke periode. Oleh karena itu, adalah wajar apabila satuan biaya yang sama tertentu mempunyai harga pokok per satuan yang sama dalam periode tertentu. Penentuan harga pokok per satuan produk dilakukan dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam jangka waktu yang sama (Mulyadi, 2005). Menurut Carter (2002) perhitungan biaya berdasarkan proses mengamulasikan biaya berdasarkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan bila semua unit yang dikerjakan dalam suatu departemen atau area kerja lain bersifat homogen, atau bila tidak ada kebutuhan untuk membedakan antar unit, atau apabila tidak praktis untuk membedakan antar unit. 20 2.10 Klasifikasi Biaya Manufaktur yang Umum Digunakan Menurut Hornnger (2006), ada tiga istilah yang umum digunakan dalam menggambarkan biaya manufaktur adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja manufaktur langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung. 1. Biaya Bahan Langsung (direct material cost) adalah biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut (pengiriman masuk), pajak penjualan, serta bea masuk. Contoh biaya bahan langsung adalah alumunium yang digunakan untuk membuat kaleng Pepsi atau kertas yang digunakan mencetak sports illustrated. 2. Biaya Tenaga Kerja Manufaktur Langsung (direct manufacturing labor cost) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada operator mesin serta pekerja lini perakitan yang mengkonverai bahan langsung yang dibeli menjadi barang jadi. 3. Biaya Manufaktur Tidak Langsung (indirect manufacturing cost) adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Contohnya adalah perlengkapan, bahan tidak langsung seperti minyak pelumas, biaya tenaga kerja manufaktur tidak langusng seperti pekerja bagian perawatan mesin dan kebersihan, sewa pabrik, asuransi pabrik, pajak atas kepemilikan pabrik, penyusutan pabrik serta kompensasi bagi manajer pabrik. Kategori biaya ini juga disebut sebagai biaya overhead manufaktur atau biaya overhead pabrik. 2.11 Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Menurut Mulyadi (2005) dalam melakukan proses pembuatan produk di sebuah perusahaan manufaktur, memerlukan tahapan-tahapan yang harus dijalankan dengan baik. Produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan 21 dilakukan perhitungan harganya sesuai prosedur perhitungan yang berlaku. Adapun siklus akuntansi biaya perusahaan manufaktur dapat dilihat dalam gambar 3 di bawah ini : Siklus Pembuatan Produk Siklus Akuntansi Biaya Pembelian dan penyimpanan bahan baku Penentuan harga pokok yang dibeli Pengolahan bahan baku menjadi produk jadi Biaya tenaga kerja langsung Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai Biaya overhead pabrik Pengumpulan biaya produksi Penyimpanan produk jadi dalam gudang Penentuan harga pokok produksi Gambar 3. Siklus Akuntansi Biaya dalam Perusahaan Manufaktur Sumber : Akuntansi Biaya, Mulyadi (2005) 2.12 Hasil Penelitian Sebelumnya Berikut adalah beberapa penelitian yang menjadikan perhitungan metode full costing sebagai alat analisis penelitiannya. Metode ini akan dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan. 1. Dewi (2011) dengan skripsinya yang berjudul ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu dengan Metode Full costing (Studi Kasus UKM Galaksi Kampung Kabandungan Ciapus, Bogor)’ menganalisis antara perhitungan harga produksi perusahaan dengan menggunakan metode full costing. Penelitian ini mengambil 3 contoh sepatu, yaitu model BM01, BM02, dan BM03. Elemen biaya yang digunakan dalam perhitungan perusahaan adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sedangkan elemen biaya yang digunakan dengan metode full costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variable pabrik, dan biaya overhead tetap pabrik. Hasil penelitian Dewi menyatakan terdapat perbedaan perhitungan harga produksi. Menurut perusahaan, sepatu model BM01 adalah Rp 16.029,106, BM02 sebesar Rp 22 15.185,936 dan untuk BM03 Rp 15.429,106. Sedangkan dengan metode perhitungan full costing adalah Rp 18.191,439 untuk sepatu model BM01, Rp 17.233,269 untuk BM02 dan Rp 17.476,439 untuk model BM03. 2. Widyastuti (2007) dengan judul skripsinya ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus UKM Lifera Hand Bag Collection) menyimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan masih sangat sederhana dimana biaya overhead pabrik tidak dialokasikan ke masingmasing produk secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain. Hal ini mengakibatkan biaya harga produksi diperoleh tidak sesuai dengan cara perhitungan metode Activity Based Costing (ABC). Dari hasil penelitiannya ini, perhitungan harga pokok produksi yang digunakan perusahaan berbeda dengan metode ABC. Perhitungan dengan metode ABC untuk model tas 876 A lebih besar 32,47% dan 2,5 % untuk model tas 858. 3. Silvania (2011) dengan skripsinya yang berjudul ‘Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode Full costing pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa Mandiri). Hasil analisis data diperoleh bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh CV Laksa Mandiri untuk tahu putih adalah Rp 203,50 dan tahu kuning adalah Rp 229,94. Hasil analisa perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing untuk tahu putih adalah Rp 207,84 dan tahu kuning adalah Rp 227,57. Selisih antara metode full costing dengan metode yang dilakukan oleh perusahaan adalah tahu putih sebesar Rp 4,34 dan tahu kuning sebesar Rp 4,63. Jadi metode yang paling tepat adalah metode full costing karena metode ini memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Berdasarkan hasil penelitian terdulu dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing lebih akurat dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini terjadi karena perhitungan biaya dengan menggunakan metode full costing juga membebankan biaya overhead dan penyusutan, sehingga perhitungannya harganya lebih akurat. 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses perhitungan harga pokok produksi memerlukan informasi-informasi yang berkaitan dengan proses produksi, mulai dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja, hingga biaya overhead pabrik. Biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi harus dihitung secara keseluruhan agar hasil perhitungan harganya didapat hasil yang wajar. Untuk mendapatkan harga yang wajar, dalam perhitungannya perlu mengidentifikasi proses produksi yang dilakukan oleh CV. Miranti itu sendiri dan memoerhitungkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variable pabrik, dan biaya overhead tetap pabrik. Pengklasifikasian dan pengidentifikasian biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi nantinya akan diperhitungan dalam metode full costing dan variable costing. Meskipun CV. Miranti sudah melakukan produksi cukup lama, tetapi selama ini ia masih menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi secara tradisional dan perusahaan belum merinci biaya overhead pabrik secara akurat. Penelitian ini akan melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing di mana perhitungan ini akan memperhitungkan seluruh biaya termasuk overhead pabrik yang tidak dilakukan oleh CV. Miranti. Pada akhir penelitian akan diidentifikasi mana metode yang paling akurat, apakah metode perusahaan, full costing atau variable costing. Hasil dari perhitungan dari ketiga metode tersebut akan dianalisis untuk melihat perbedaan yang terjadi. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi nilai jual barang-barang cetak CV. Miranti dan akan berpengaruh juga terhadap pendapatan yang akan diterima oleh CV. Miranti kelak. Sehingga dapat ditentukan metode mana yang lebih efektif dan akurat dalam proses perhitungan harga pokok produksinya serta akan menciptakan harga jual yang wajar dan dapat bersaing di pasar percetakan. Alur penelitian ini disusun secara sistematis dalam gambar 4. 24 CV. Miranti Identifikasi proses produksi CV. Miranti (Job Order Costing) Identifikasi Biaya Produksi Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik Analisis Perbandingan Klasifikasi dan Biaya Produksi Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode perusahaan Metode full Metode variable costing costing Perbandingan harga pokok produksi Penetapan harga pokok produksi yang optimal Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian 25 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Miranti yang berlokasi di Jl. Raden Kanan No. 3 Tanah Baru, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena CV. Miranti ini bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi dan memasarkan barang-barang hasil percetakan. Masalah yang terjadi karena kekurangannya uang untuk menggaji para karyawan menjadi alasan utama bagi penulis untuk mengidentifikasi perhitungan harga pokok produksinya. Sehingga CV. Miranti cocok sebagai tempat penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi serta adanya kesediaan dari pemilik untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juli 2012. 3.3 Jenis Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, yaitu data produksi dan data produk-produk yang dijual di bulan Mei 2012. Salah satu produk yang dipesan oleh konsumen adalah 500 lembar leaflet. Selain itu, data yang diambil adalah data yang diperoleh melalui literatur-literatur yang terkait sesuai dengan topik dari penelitian serta hasil penelitian terdulu mengenai perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan metode variable costing serta data-data yang sudah ada pada CV. Miranti juga data-data dari Badan Pusat Statistik. 3.4 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi perusahaan secara langsung dan mengambil data-data yang dibutuhkan pada pihak-pihak yang terkait, yaitu bagian produksi dan pimpinan perusahaan. Adapun metode pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : 1. Wawancara langsung, yaitu peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan beberapa narasumber atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, antara lain adalah dengan pemilik CV. Miranti. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan profil perusahaan secara umum, dari pihak pimpinan perusahaan guna mengetahui metode perhitungan tradisional yang digunakan oleh perusahaan yang nantinya akan dibandingkan dengan metode 26 full costing dan variable costing, serta bagian produksi guna mengetahui proses produksi. 2. Pengamatan (observasi) secara langsung terhadap aktivitas produksi barangbarang cetak pada CV. Miranti ini. Peneliti akan mengamati bagaimana proses produksinya dan mengidentifikasi biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi. 3.5 Pengolahan dan Analisis Data Selain penelitian ini dilakukan dengan metode full costing, penelitian ini juga menggunakan metode variable costing. Metode ini dipilih karena metode ini membebankan seluruh biaya overhead pabrik ke dalam harga pokok produksi sehingga meningkatkan akurasi analisis biaya. Analisis data dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1. Analisis Deskriptif, yaitu peneliti akan mengamati, mempelajari lalu menulis dan mendeskripsikan proses produksi barang cetak pada CV. Miranti. 2. Analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung harga pokok produksi dengan metode yang digunakan perusahaan yaitu dengan metode tradisional dan dengan metode full costing di mana seluruh biaya akan dibebankan kepada produk serta metode variable costing di mana seluruh biaya akan dibebankan kepada produk kecuali biaya variable tetap pabrik. Adapun unsur biaya produksi yang digunakan dalam perhitungan metode full costing dapat dilihat dalam sub bab 2.7.1. Sedangkan perhitungan harga dengan menggunakan metode variable costing adalah sebagai berikut : Biaya bahan baku xx Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead variable pabrik xx Biaya overhead tetap pabrik xx Harga pokok produksi xx 3. Analisis kualitatif. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan hasil perhitungan yang diperoleh antara metode perhitungan harga pokok produksi secara tradidional yang digunakan perusahaan dengan metode perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing yang peneliti 27 lakukan dan perhitungkan. komparatif. Analisis ini menggunakan analisis deskriptif 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Miranti merupakan usaha keluarga dalam bidang percetakan yang didirikan tahun 2001. Mulanya CV. Miranti merupakan usaha kecil rumahan. Namun seiring berkembangnya kebutuhan akan percertakan dan meningkatnya permintaan dari para pelanggan, kini CV. Miranti telah memiliki bangunan untuk produksi sendiri di Jl. Raden Kanan No. 3 Tanah Baru, Bogor. Proses produksi dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Sabtu. Jam kerja untuk hari Senin adalah pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dan untuk hari Sabtu adalah pukul 08.00 -13.00 WIB. Sedangkan penjualan CV. Miranti tidak tetap setiap bulannya. Produk yang dibuat juga berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis dan jumlah pesanan yang diterima. Maka dari itu, metode pengumpulan harga pokok produksi nya disebut job order costing, yaitu pengumpulan harga pokok produksi berdasarkan pesanan yang diterima. Sejauh ini produk-produk yang dihasilkan CV. Miranti cukup banyak dan beragam, antara lain adalah brosur (leaflet), flyer, buku (pendidikan, majalah, tulis), continous foam, kertas struk dan lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu dan usaha pemasaran yang cukup baik, usaha CV. Miranti semakin berkembang. Banyak pelanggan yang melakukan pesanan. Namun tak jarang, terkadang CV. Miranti tidak mendapatkan pesanan. Hal ini tidak membuat pemilik perusahaan menyerah tetapi meningkatkan target untuk terus mencari pelanggan. Pemilik CV. Miranti memiliki working network yang sangat baik, maka pemasaran yang dilakukan sampai saat ini tidak terlalu besar-besaran, cukup dari mulut ke mulut (mouth to mouth). Hal ini menyebabkan perusahaan keluarga ini terus berkembang dan meningkatkan kualitas produknya. Tuntutan kualitas mendorong CV. Miranti menggunakan bahan baku dan mesin berkualitas baik. Adapun mesin yang pertama kali dibeli yang 29 menjadi aset perusahaan adalah mesin cetak KORS senilai Rp 150.000.000,-, mesin potong seharga Rp 30.000.000,- dan mesin pembuat film seharga Rp 12.000.000,-. Seiring dengan meningkatknya produksi dan jenis dari produk yang dihasilkan, CV. Miranti menambah jenis mesinnya, yaitu mesin potong yang kedua seharga Rp 80.000.000,- yang dibeli pada tahun 2010. Pembelian mesin potong ini juga dikarenakan mesin potong yang lama sudah tidak berfungsi secara optimal. Di tahun yang sama juga membeli mesin roller (untuk membuat kertas struk) senilai Rp 80.000.000,-. Sedangkan di tahun 2011, pesanan semakin meningkat dan kualitas cetak pada mesin KORS semakin berkurang, maka dari itu pemilik perusahaan memutuskan untuk membeli mesin cetak (mesin GTO) seharga Rp 180.000.000,- dan mesin pencetak film (plat maker) senilai Rp 12.000.000,-. 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan CV. Miranti memiliki struktur organisasi yang sederhana, dimana pemilik perusahaan menjadi penanam modal tunggal di perusahaan, kemudian ia merekrut satu orang kerpercayaan untuk dijadikan pengangung jawab sekaligus menjadi pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan tersebut membawahi delapan orang karyawan. Berikut adalah strukur organisasinya pada gambar 5 : Pimpinan Perusahaan (penganggung Jawab) Bagian produksi I (operator mesin) Bagian Produksi II (asisten operator) Bagian Administrasi Gambar 5. Struktur Organisasi CV. Miranti CV. Miranti memiliki total 9 orang karyawan, yaitu terdiri dari satu pemimpin perusahaan, empat orang di bagian produksi I atau disebut dengan 30 operator mesin, dua orang di bagian produksi II yang bertugas membantu dan menjalankan proses finishing atau melakukan proses pemotongan kertas dan lain sebagainya, dan dua orang di bagian administrasi. Berikut adalah uraian pekerjaan dari masing-masing karyawan. 1. Pemimpin Perusahaan Pemimpin perusahaan bertugas untuk bertangung jawab atas semua aktivitas di CV. Miranti, baik aktivitas produksi ataupun non produksi. Selain itu, pemimpin perusahaan juga bertugas untuk melaksanaan fungsi manajemen serta membina bawahan atau karyawan-karyawannya. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan karyawan dan perusahaan. 2. Bagian Produksi I Bagian produksi I terdiri dari empat operator mesin. Bagian ini merupakan bagian utama dari proses produksi, di mana para operator mesin menjalankan mesin dan melakukan proses produksi utama, yaitu proses pencetakan. 3. Bagian Produksi II Bagian produksi II terdiri dari dua orang. Bagian ini disebut sebagai production supporting. Bagian produksi II ini tidak melakukan proses produksi utama, di bagian ini hanya melakukan aktivitas produksi yang mendukung produksi utama, seperti melakukan pemotongan, melipat, ataupun merekatkan produk-produk yang akan maupun sudah dilakukan pada proses produksi utama. 4. Bagian Administrasi Bagian administrasi terdiri dari dua orang, bagian ini merupakan bagian yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi. Pekerjaan yang dilakukan oleh bagian adminstrasi antara lain menghitung atau memberikan perhitungan gaji kepada karyawan, melakukan pembelian ke vendor yang bersangkutan untuk membeli atau memesan bahan baku produksi dan alat-alat keperluan kantor perusahaan. 4.1.3 Produk Percetakan CV. Miranti Produk yang dihasilkan oleh CV. Miranti beraneka ragam sesuai dengan pesanan, antara lain buku, leaflet, map, kertas struk, dan lain 31 sebagainya. produk yang dihasilkan biasanya berjumlah banyak, karena CV. Miranti selalu menerima pesanan dalam jumlah yang banyak dan melakukan produksinya secara masal. Jasa yang ditawarkan bagi pelanggannya hingga tahun 2012 ini adalah hanya jasa percetakan. CV. Miranti tidak melayani pembuatan desain untuk produk-produk yang dihasilkannya, biasanya para pelanggan selalu memberikan desain yang harus dibuat oleh CV. Miranti. Tahun 2012 ini, CV. Miranti menerima beberapa pesanan, salah satunya adalah 500 lembar leaflet dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor, maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian perhitungan HPP pada produk leaflet tersebut. 4.1.4 Proses Produksi Leaflet Proses pembuatan 500 leaflet ini dimulai dari proses penentuan jenis kertas yang akan dipakai dan membeli bahan baku. Bahan baku utama pembuatan leaflet adalah kertas dan tinta. Kertas yang digunakan dalam pembuatan leaflet ini adalah kertas jenis plano ukuran 65 cm x 100 cm, leaflet yang akan diproduksi sendiri berukuran A4 yaitu 32 cm x 25 cm. Maka optimalnya, dengan 1 kertas plano dapat digunakan untuk 8 (delapan) leaflet berukuran A4. Setelah menentukan jenis kertas yang digunakan, selanjutanya menentukan mesin cetak mana yang akan digunakan. CV. Miranti memiliki 2 (dua) jenis mesin cetak, yaitu mesin cetak GTO dan KORS. Mesin cetak GTO memiliki kapasitas ukuran kertasnya sebesar 50 cm x 35 cm. Sedangkan untuk mesin cetak KORS kapasitas kertasnya berukuran 65 cm x 90 cm. Jika dilihat dari daya listriknya, mesin cetak GTO lebih kecil kapaitas ukuran kertasnya, maka mesin GTO memiliki daya listrik lebih kecil dari mesin cetak KORS. Jadi, untuk mencetak 500 lembar leaflet, CV. Miranti memilih untuk menggunakan mesin cetak GTO. Dilihat dari ukurannya pun, ukuran kertas A4 bisa menggunakan mesin cetak GTO. Proses selanjutnya adalah pemotongan kertas. Sebelum melakukan proses cetak pada mesin GTO, kertas plano tersebut dipotong terlebih dulu agar bisa masuk ke mesin cetak GTO tersebut. Setelah proses pemotongan, 32 selanjutnya adalah proses pembuatan film. Setelah pembuatan film selesai, barulah kertas-kertas tersebut baru bisa dilakukan pencetakan pada mesin cetak GTO. Adapun proses produksi pembuatan leaflet dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini : CV. Miranti mendapat pesanan (500 lembar leaflet) Menentukan jenis kertas yang akan digunakan (kertas plano) Menentukan mesin yang akan digunakan (mesin cetak GTO) Pemotongan kertas Pembuatan film Proses pencetakkan di mesin yang telah ditentukan output (leaflet 500 lembar) Gambar 6. Proses Pembuatan leaflet 4.1.5 Peralatan Produksi Leaflet Proses produksi dalam pembuatan leaflet memerlukan beberapa peralatan. Peralatan yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda dalam pembuatan leaflet ini. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan 500 lembar leaflet dapat dilihat pada Tabel 1. 33 Tabel 1. Peralatan Produksi Leaflet pada CV. Miranti Harga Jenis Peralatan Jumlah Unit (Rp/Unit) Mesin GTO 1 180.000.000 Mesin Pencetak film 1 12.000.000 Mesin Pemotong 1 80.000.000 TOTAL BIAYA PERALATAN PRODUKSI Total (Rp) 180.000.000 12.000.000 80.000.000 272.000.000 Sumber : CV. Miranti, 2012 Peralatan produksi CV. Miranti dalam pembuatan leaflet terdiri dari 3 mesin, yaitu cetak GTO, mesin pencetak film, dan mesin pemotong. Mesin cetak GTO itu sendiri adalah mesin yang berfungsi untuk melakukan pencetakan yang terdiri dari empat plat, yaitu plat untuk warna cyan, kuning, magenta, dan hitam. Plat cetak ini sendiri berfungsi untuk memberikan alas pada masing-masing warna pada saat proses pencetakan yang dilakukan pada mesin cetak GTO. Mesin pencetak film berfungsi untuk mencetak gambar dari desain pada komputer ke kertas yang digunakan untuk bahan cetak leaflet. pencetak film ini terdiri dari spargum, dan gum. Mesin beberapa chemical yaitu pontan, pastafur, Fungsi dari chemical pontan adalah untuk mencuci lembaran plat secara otomatis agar pada saat pencetakan selalu bersih. Fungsi dari chemical pastafur adalah cairan yang terdapat mesin pencetak film agar cairan tinta tidak menempel pada kertas dan menghasilkan hasil cetak yang tidak basah. Chemical spargum adalah untuk pembersih blanket yang ada pada setiap lembar plat, sedangkan chemical gum adalah untuk melapisi lembar plat itu sendiri agar mendapatkan hasil cetak yang bersih. Mesin pemotong ini sendiri digunakan sesuai kebutuhan. Pembuatan leaflet ini menggunakan kertas plano yang dipotong menjadi ukuran A4 atau menjadi delapan bagian, maka sebelum dilakukan proses cetak, kertas plano tersebut dipotong terlebih dulu. 4.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Perhitungan harga pokok produksi pembuatan 500 lembar leaflet akan dilakukan tiga metode perhitungan, yaitu perhitungan dengan metode CV. Miranti, dengan metode full costing, dan metode variable costing. 34 4.2.1 Perhitungan Tradisional CV. Miranti CV. Miranti melakukan perhitungan produknya secara sederhana. CV. Miranti tidak mengklasifikasikan biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat menghitung harga pokok produksi. Rincian perhitungan yang CV. Miranti lakukan pada produk leaflet terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode CV. Miranti Biaya Satuan Kertas Plano lembar Tinta cyan gram Tinta yellow gram Tinta magenta gram Tinta black gram Plat cyan plat Plat yellow plat Plat magenta plat Plat black plat Pembuatan film lembar Biaya Potong lembar tenaga kerja (operator mesin) orang Total Harga Pokok Porduksi Total Produk (Lembar) Total Harga Pokok Produksi / unit Sumber : CV. Miranti, 2012 Kebutuhan 63 100 100 100 100 1 1 1 1 500 500 4 Harga Jumlah (Rp) (Rp/Satuan) 2.250 141.750 150 15.000 125 12.500 135 13.500 125 12.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 9.500 200 100.000 20 10.000 137.778 551.111 894.361 500 1.789 CV. Miranti telah melakukan perhitungan biaya-biaya produksi dalam memproduksi produk leaflet, berikut adalah penjelasannya : 1. Kertas Plano Kertas plano adalah kertas yang memiliki ukuran besar yang merupakan bahan dasar untuk percetakan yang siap dipotong menjadi ukuran kertas yang diinginkan. proses pembuatan leaflet menggunakan kertas plano berukuran 65 cm x 100 cm. Leaflet yang akan diproduksi berukuran A4 yaitu 32 cm x 25 cm. Jadi optimalnya, satu lembar kertas plano akan dipotong menjadi delapan bagian berukuran A4. Maka kertas plano yang dibutuhkan adalah sekitar 63 lembar kertas plano (500 lembar leaflet / 8 potongan), karena pembelian kertas plano pada vendor harus kelipatan 10, maka CV. Miranti membeli kertas plano sebanyak 63 lembar. 35 2. Plat Cetak Plat cetakterdiri dari 4 warna, yaitu cyan, magenta, yellow dan black. Satu lembar plat cetak tersebut bernilai Rp 9.500,-, Satu warna diperlukan satu lembar plat cetak, karena dalam proses pencetakan produksi leaflet terdiri dari empat warna, maka dibutuhkan empat lembar plat cetak. Satu lembar plat cetak dapat digunakan untuk 1.000 kali proses pencetakan kertas berukuran A4. Maka untuk memproduksi 500 lembar leaflet hanya diperlukan empat lembar plat cetak untuk masing-masing warna. 3. Tinta Bahan baku tinta terdiri dari empat warna tinta yaitu cyan, magenta, yellow, dan black. Pembelian tinta pada vendor dilakukan per kilogram. Untuk melakukan proses cetak 500 lembar leaflet hanya memerlukan 100 gram dari masing-masing tinta tersebut. Harga untuk masing-masing warna terdapat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Harga Pembelian Tinta Warna Tinta Harga (Rp/Kg) Harga (Rp/100 gr) cyan 150.000 15.000 magenta 125.000 12.500 yellow 135.000 13.500 black 125.000 12.500 Sumber : CV. Miranti, 2012 4. Pembuatan Film Pembuatan film atau pencetak film berfungsi untuk mencetak gambar desain pada komputer ke kertas yang digunakan untuk bahan cetak leaflet. Biaya di mesin pencetak film ini sebesar Rp 200,- per lembar, maka untuk 500 lembar leaflet diperlukan biaya sebesar Rp 100.000,-. 5. Biaya Potong Pembuatan leaflet ini menggunakan kertas plano yang dipotong menjadi ukuran A4 atau menjadi delapan bagian. Sebelum dilakukan proses cetak, kertas plano dipotong terlebih dulu. Proses pemotongan kertas di mesin potong berbiaya Rp 20,- per potong. Jadi untuk memotong kertas plano menjadi sebanyak 500 lembar, diperlukan biaya Rp 10.000,-. 36 6. Tenaga Kerja Pembuatan 500 leaflet ini dikerjakan oleh empat orang operator mesin. Masing-masing tenaga kerja memiliki upah Rp 1.550.000,- per bulan. Dalam satu bulan, ia bekerja selama 180 jam, apabila mereka lembur tidak mendapatkan uang lembur. Dalam mengerjakan proses produksi 500 leaflet ini diperlukan waktu dua hari atau setara dengan 16 jam kerja. Berikut adalah perhitungan upah hariannya : Rp 1.550.000 X 16 jam = Rp 137.778 per orang 180 jam/bulan Jadi, biaya untuk dua orang tenaga kerja adalah sebesar Rp 551.111,- (Rp 137.778,- x 4 orang). Harga pokok produksi dengan metode yang digunakan perusahaan untuk pembuatan 500 lembar leaflet terdiri dari biaya untuk pembelian bahan baku yaitu 50 lembar kertas plano berukuran 65 cm x 100 cm dan empat macam warna tinta cetak. Selain itu CV. Miranti mengklasifikasikan biaya untuk plat cetak sebagai biaya bahan penolongnya, plat cetak terdiri dari empat warna juga. Biaya pembuatan film, pemotongan kertsa, dan biaya tenaga kerja (operator mesin) diklasifikasikan sebagai biaya produksi utamanya. Berdasarkan Tabel 2, harga pokok porduksi untuk 500 lembar leaflet berukuran A4 yang terdiri dari dua muka yaitu depan dan belakang, menurut perhitungan CV. Miranti adalah sebesar Rp 894.361,- dan untuk per lembar nya sebesar Rp 1.789,-. 4.2.2 Perhitungan Full costing CV. Miranti mendapatkan order pembuatan 500 leaflet dari dinas pendapatan suatu daerah untuk diproduksi di pertengahan bulan Mei 2012. Proses produksi pembuatan leaflet ini cukup singkat, yaitu dua hari. Masa waktu dua hari ini adalah waktu di mana CV. Miranti benar-benar mengerjakan proses produksi, tidak termasuk dengan pembuatan design atau pembelian bahan baku. 37 4.2.2.1 Biaya Bahan Baku Bahan baku utama dalam proses pembuatan leaflet adalah kertas dan tinta. Kertas yang digunakan dalam pembuatan leaflet ini adalah kertas jenis plano ukuran 65 cm x 100 cm. Sedangkan tinta yang digunakan untuk proses pembuatan leaflet ini terdiri dari empat warna yaitu cyan, yellow, magenta dan black. Perhitungan harga dan kebutuhan bahan baku untuk pembuatan 500 lembar leaflet menurut metode full costing terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Bahan Baku Pembuatan Leaflet Metode Full costing Biaya Harga (Rp/ Jumlah Satuan Kebutuhan Bahan Baku Satuan) (Rp) Kertas Plano lembar 63 2.250 141.750 Tinta cyan gram 100 150 15.000 Tinta yellow gram 100 125 12.500 Tinta magenta gram 100 135 13.500 Tinta black gram 100 125 12.500 TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 195.250 JUMLAH PRODUK (LEMBAR) 500 TOTAL BIAYA BAHAN BAKU / UNIT 391 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berdasarkan Tabel 4, kertas plano yang digunakan untuk pembuatan leaflet ini diperlukan kertas plano yang berukuran 65 cm x 100 cm. Sedangkan ukuran leaflet itu sendiri adalah ukuran A4 yaitu 32 cm x 25 cm. Maka optimalnya, dengan satu kertas plano dapat digunakan untuk 8 (delapan) leaflet berukuran A4. Harga satu kertas plano itu sendiri adalah Rp 2.250,-, jadi untuk untuk membuat 500 lembar leaflet diperlukan 63 lembar kertas plano (pembulatan dai 62,5 lembar) dengan total biaya pembelian kertas plano sebesar Rp 141.750,-. Jadi total biaya bahan baku kertas plano untuk 1 lembar leaflet adalah Rp 284,- (Rp 141.750,- / 500 lembar leaflet). Proses pembuatan leaflet ini diperlukan empat jenis warna tinta, yaitu tinta berwarna cyan, yellow, magenta dan black, dan untuk memproduksi 500 lembar leaflet memerlukan 100 gram tinta dari masing-masing jenis warna tinta tersebut, sedangkan jumlah pembelian 38 tinta pada vendor hanya diperbolehkan dalam satuan kilogram. Perhitungan harga pembelian tinta dapat dilihat pada Tabel 3. Jadi, total biaya bahan baku pembuatan leaflet terdiri dari biaya pembelian 63 lembar kertas plano ditambah dengan biaya pembelian empat jenis warna tinta, yaitu Rp 157.500,- + Rp 15.000,- + Rp 12.500,- + Rp 13.500,- + Rp 12.500,- = Rp 211.000,-. Sedangkan biaya bahan baku per unit nya adalah Rp 391 (Rp 195.250,- / 500 lembar leaflet). 4.2.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Proses pembuatan 500 lembar leaflet memerlukan waktu dua hari atau setara dengan 16 jam kerja. Tenaga kerja langsung di CV. Miranti terdiri dari empat orang. Upah atau gaji operator mesin tersebut Rp 1.550.000,- per bulan. Dalam satu minggu mereka bekerja 5 hari selama 8 jam dan 1 hari selama 4 jam. Untuk satu bulan kerja sama dengan 180 jam kerja untuk satu bulan, maka upah satu orang operator mesin per jam nya adalah Rp 8.611,- Berikut adalah perhitungannya : Rp 1.550.000 = Rp 8.611, − per jam 180 jam/bulan Maka, total biaya tenaga kerja langsung untuk pembuatan 500 lembar leaflet ini adalah Rp 551,111,- (Rp 8.611 x 4 orang x 16 jam), sedangkan biaya tenaga kerja langsung per satu lembar leaflet adalah Rp 1.102,- (Rp 551.000 / 500 lembar leaflet). 4.2.2.3 Biaya Overhead Pabrik Proses perhitungan dengan menggunakan metode full costing pendekatan job order costing, memerlukan waktu satu bulan untuk mengetahui biaya overhead sesungguhnya yang dikeluarkan guna mengetahui dasar perhitungan tarifnya. Maka dari itu, penulis perlu mengidentifikasi jenis produk apa saja yang diproduksi selama satu bulan di bulan Mei 2012 tersebut. Hasil wawancara dan pengamatan, CV. Miranti mendapatkan beberapa pesanan yang diproduksi di bulan Mei 2012, yaitu 4.150 39 lembar leaflet, 5.000 lembar kertas ber-letter head nama dan logo suatu perusahaan, dan 200 eksemplar buku. Biaya overhead pabrik terdiri dari dari biaya overhead variable dan biaya overhead tetap. Biaya overhead variable terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya listrik, sedangkan biaya overhead tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya penyusutan peralatan. a. Biaya Overhead Variable Biaya-biaya yang diklasifikasikan sebagai biaya variable adalah biaya bahan penolong dan biaya listrik. Biaya-biaya ini diklasifikasikan sebagai biaya variable karena biaya-biaya tersebut dikeluarkan atau diperhitungkan dengan jumlah yang berbeda pada setiap bulannya sesuai dengan kebutuhan, jumlah unit produksi, dan jam kerja mesin selama bulan tersebut. 1. Bahan Penolong Bahan penolong dalam pembuatan 4.150 lembar leaflet, 5.000 lembar kertas ber-letter head nama dan logo perusahaan, dan 300 eksemplar buku diperlukan 4 plat cetak dengan 4 macam warna yaitu cyan, magenta, yellow dan black. Satu lembar plat cetak tersebut bernilai Rp 9.500,-, Satu warna diperlukan satu lembar plat cetak. Satu lembar plat cetak dapat digunakan untuk 1.000 kali proses pencetakan kertas berukuran A4. Maka kebutuhan plat cetak untuk produksi selama bulan Mei 2012 terdapat pada tabel 5. 40 Tabel 5. Biaya Bahan Penolong Bulan Mei 2012 Harga Jenis Biaya Satuan Kebutuhan (Rp/Satuan 4.150 lembar leaflet Plat cyan plat 4,15 9.500 Plat yellow plat 4,15 9.500 Plat magenta plat 4,15 9.500 Plat black plat 4,15 9.500 5.000 lemar kertas ber-letter head Plat cyan plat 5 9.500 Plat yellow plat 5 9.500 Plat magenta plat 5 9.500 Plat black plat 5 9.500 200 copy eksemplar buku Plat cyan plat 0,2 9.500 Plat yellow plat 0,2 9.500 Plat magenta plat 0,2 9.500 Plat black plat 20,8 9.500 Total Biaya Bahan Penolong Mei 2012 Jumlah (Rp) 39.425 39.425 39.425 39.425 47.500 47.500 47.500 47.500 1.900 1.900 1.900 197.600 551.000 Sumber : CV. Miranti, 2012 Pembuatan 4,150 lembar leaflet dibuthkan 4,15 plat cetak. Sedangkan untuk memproduksi 5.000 lembar kertas ber-leter head dan berlogo perusahaan diperlukan sebanyak 5 plat. Untuk pembuatan 200 copy eksemplar buku yang terdiri dari 412 halaman memerlukan plat masing-masing 0,2 plat cyan, yellow, magenta, dan 20,8 plat black. Biaya bahan penolong diklasifikasikan sebagai biaya overhead variable karena pemakaian atau pengeluaran per bulan nya berbeda tergantung dari jumlah pesanan atau unit yang diproduksi. 2. Biaya Listrik Biaya listrik CV. Miranti dikerahui sebesar Rp 1.100.000 untuk bulan Mei 2012. Biaya listrik juga diklasifikasikan sebagai biaya variable karena pemakaian setiap bulan nya berbeda dari bulan ke bulan. Semakin banyak mesin yang digunakan, maka semakin banyak listrik yang dikeluarkan, sehingga biaya listrik yang dibebankan kepada produk juga semakin besar. 41 b. Biaya Overhead Tetap Biaya-biaya yang diklasifikasikan sebagai biaya overhead tetap adalah biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya penyusutan. Biaya-biaya tersebut diklasifikasikan sebagai biaya overhead tetap karena ada ataupun tidak ada produksi di bulan tersebut, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya penyusutan tetap diperhitungkan selama bulan tersebut. 1. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung di CV. Miranti terdiri dari tiga jenis, yaitu pemimpin perusahaan atau penanggung jawab yang terdiri dari satu orang yang bertugas untuk bertangung jawab atas semua aktivitas di CV. Miranti, bagian production supporting yang terdiri dari dua orang di mana bagian ini bertugas melakukan aktivitas produksi yang mendukung produksi utama dan bagian administrasi yang terdiri dari dua orang. Adapun gaji yang diberikan kepada masing-masing bagian terdapat dalam tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Bulan Mei 2012 Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Asisten Operator Satuan orang Kebutuhan 2 Harga (Rp/Satuan) 1.000.000 Jumlah (Rp) 2.000.000 2. Staff Administrasi orang 2 1.200.000 2.400.000 3. Penanggung Jawab orang 1 2.200.000 2.200.000 Total Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Mei 2012 6.600.000 Sumber : CV. Miranti, 2012 Total jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung yang dibebankan untuk bulan Mei 2012 adalah sebesar Rp 6.600.000,- yang terdiri dari Rp 2.000.000,- untuk biaya dua tenaga kerja tidak langsung asisten operator mesin, dua orang tenaga kerja tidak langsung bagian administrasi sebesar Rp 2.400.000,- dan Rp 2.200.000,- untuk satu orang penanggung jawab CV. Miranti. 42 2. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan yang terjadi setiap bulannya harus diperhitungakan, baik ada atau tidak, baik besar atau kecil produk yang dihasilkan oleh CV. Miranti tersebut. Biaya penyusutan yang diperhitungkan di CV. Miranti ada 2 jenis biaya. Biaya penyusutan peralatan dan biaya penyusutan bangunan. Mesin-mesin cetak yang digunakan oleh CV. Miranti memiliki nilai buku selama 10 tahun, dan memiliki nilai sisa 20% dari harga perolehan. Pertimbangan dan asumsi ini didapat dari informasi pada saat wawancara dengan penanggung jawab CV. Miranti, CV. Miranti pernah menjual asetnya yaitu mesin potong dan mesin plat maker yang dibeli pada tahun 2001 dan dijual pada tahun 2012 awal, mesin tersebut dikategorikan sudah tidak optimal dan proses produksi, maka CV. Miranti melakukan penjualan aset tersebut dengan harga kurang lebih 20% dari harga perolehan pada saat pembelian di tahun 2001. Maka, penyusutan yang diperhitungkan pada bulan Mei 2012 ini adalah mesin GTO, mesin plat maker, mesin roller, dan mesin potong. Mesin GTO dan plat maker dibeli pada bulan Januari tahun 2011, maka perhitungan penyusutan mulai dilakukan pada bulan Februari tahun 2011, sedangka mesin roller dan mesin potong dibeli bulan Januari tahun 2010, maka perhitungan penyusutan mulai dilakukan di bulan Februari 2010. Penelitian dilakukan untuk menghitung harga pokok produksi satu bulan di bulan Mei 2012, maka perhitungan penyusutan juga dilakukan per bulan, jadi untuk nilai penyusutannya dihitung sebanyak 120 bulan (10 tahun x 12 bulan). Metode perhitungan penyusutan setiap bulannya dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun. Berikut rumus perhitungan tarif nya : Tarif = 1 − ( i i i i sis h ) / 43 Mesin Potong =1−( = 0,013 Mesin Roller =1−( = 0,013 . . . . . . . Mesin Plat Maker = 1 − ( 2.4 = 0,013 . . = 0,013 2. / 2 ) . =1−( Mesin GTO / 2 ) . . . . ) ) / 2 / 2 Mesin potong dan mesin roller ini memiliki nilai perolehan dan nilai sisa yang sama. Mesin ini dibeli bulan Januari tahun 2010, maka perhitungan penyusutan mulai dilakukan pada bulan Februari tahun 2010. Perhitungan penyusutan untuk per bulan nya sampai dengan bulan Mei 2012 dapat dilihat pada tabel 7. 44 Tabel 7. Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Potong dan Mesin Roller pada Bulan Mei 2012 Bulan Biaya Penyusutan Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 1.065.795 1.051.596 1.037.587 1.023.763 1.010.124 996.667 983.389 970.288 957.361 944.607 932.022 919.606 907.354 895.266 883.339 871.571 859.959 848.502 837.198 826.045 815.040 804.182 793.468 782.897 772.467 762.176 752.022 742.003 Akumulasi Penyusutan 1.065.795 2.117.392 3.154.978 4.178.742 5.188.866 6.185.533 7.168.922 8.139.210 9.096.571 10.041.178 10.973.201 11.892.806 12.800.160 13.695.426 14.578.765 15.450.336 16.310.295 17.158.798 17.995.996 18.822.041 19.637.081 20.441.262 21.234.730 22.017.627 22.790.094 23.552.269 24.304.291 25.046.294 Nilai Buku 80.000.000 78.934.205 77.882.608 76.845.022 75.821.258 74.811.134 73.814.467 72.831.078 71.860.790 70.903.429 69.958.822 69.026.799 68.107.194 67.199.840 66.304.574 65.421.235 64.549.664 63.689.705 62.841.202 62.004.004 61.177.959 60.362.919 59.558.738 58.765.270 57.982.373 57.209.906 56.447.731 55.695.709 54.953.706 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berikut adalah rumus pehitungan biaya penyusutan untuk bulan Mei tahun 2012 : Biaya Penyusutan = Tarif x Nilai Buku April 2012 = 0,013 x Rp 55.695.709,= Rp 742.003,- 45 Akumulasi Penyusutan = Akumulai Penyusutan April 2012 + Biaya Penyusutan Mei 2012 = Rp24.304.291,- + Rp742.003,= Rp 1.046.442,Nilai Buku = Nilai Buku April 2012 – Biaya Penyusutan Mei 2012 = Rp 55.695.709,- - Rp742.003,= Rp 54.953.706,Maka, biaya penyusutan untuk mesin potong dan mesin roller yang diperhitungan di bulan Mei 2012 adalah masing-masing sebesar Rp 742.003-. Sedangkan mesin cetak GTO memiliki nilai perolehan sebesar Rp 180.000.000,- dan memiliki nilai sisa sebesar Rp 36.000.000,- dan tarif per perhitungan biaya penyusutannya adalah 0,013. Perhitungan penyusutan untuk per bulan nya sampai dengan bulan Mei 2012 dapat dilihat pada tabel 8. 46 Tabel 8. Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Cetak GTO pada Bulan Mei 2012 Bulan Biaya Penyusutan Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 2.398.040 2.366.092 2.334.570 2.303.468 2.272.780 2.242.501 2.212.625 2.183.148 2.154.063 2.125.365 2.097.050 2.069.113 2.041.547 2.014.349 1.987.512 1.961.034 1.934.908 1.909.131 1.883.696 1.858.601 1.833.840 1.809.408 1.785.303 1.761.518 1.738.050 1.714.895 1.692.049 1.669.507 Akumulasi Penyusutan 2.398.040 4.764.132 7.098.701 9.402.169 11.674.949 13.917.450 16.130.075 18.313.223 20.467.286 22.592.651 24.689.701 26.758.814 28.800.361 30.814.709 32.802.222 34.763.256 36.698.164 38.607.295 40.490.991 42.349.592 44.183.431 45.992.840 47.778.142 49.539.661 51.277.711 52.992.606 54.684.655 56.354.161 Nilai Buku 180.000.000 177.601.960 175.235.868 172.901.299 170.597.831 168.325.051 166.082.550 163.869.925 161.686.777 159.532.714 157.407.349 155.310.299 153.241.186 151.199.639 149.185.291 147.197.778 145.236.744 143.301.836 141.392.705 139.509.009 137.650.408 135.816.569 134.007.160 132.221.858 130.460.339 128.722.289 127.007.394 125.315.345 123.645.839 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berikut adalah rumus pehitungan biaya penyusutan untuk bulan Mei tahun 2012 : Biaya Penyusutan = Tarif x Nilai Buku April 2012 = 0,013 x Rp 125.315.345,= Rp 1.669.507,- 47 Akumulasi Penyusutan = Akumulai Penyusutan April 2012 + Biaya Penyusutan Mei 2012 = Rp 54.684.655,- + Rp 1.669.507,= Rp 56.354.161,Nilai Buku = Nilai Buku April 2012 - Biaya Penyusutan Mei 2012 = Rp 125.315.345,- - Rp 56.354.161 ,= Rp 123.645.839,Maka, biaya penyusutan untuk mesin cetak GTO yang diperhitungan di bulan Mei 2012 adalah Rp 1.669.507,-. Mesin plat maker memiliki nilai perolehan sebesar Rp 12.000.000,- dan memiliki nilai sisa sebesar Rp 2.400.000,- dan tarif per perhitungan biaya penyusutannya adalah 0,013. Perhitungan penyusutan untuk per bulan nya sampai dengan bulan Mei 2012 dapat dilihat pada tabel 9. 48 Tabel 9. Perhitungan Biaya Penyusutan Mesin Plat Maker pada Bulan Mei 2012 Bulan Biaya Penyusutan Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10 Agust-10 Sep-10 Okt-10 Nop-10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 Okt-11 Nop-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Akumulasi Penyusutan 159.869 157.739 155.638 153.565 151.519 149.500 147.508 145.543 143.604 141.691 139.803 137.941 136.103 134.290 132.501 130.736 128.994 127.275 125.580 123.907 122.256 120.627 119.020 117.435 115.870 114.326 112.803 111.300 159.869 317.609 473.247 626.811 778.330 927.830 1.075.338 1.220.882 1.364.486 1.506.177 1.645.980 1.783.921 1.920.024 2.054.314 2.186.815 2.317.550 2.446.544 2.573.820 2.699.399 2.823.306 2.945.562 3.066.189 3.185.209 3.302.644 3.418.514 3.532.840 3.645.644 3.756.944 Nilai Buku 12.000.000 11.840.131 11.682.391 11.526.753 11.373.189 11.221.670 11.072.170 10.924.662 10.779.118 10.635.514 10.493.823 10.354.020 10.216.079 10.079.976 9.945.686 9.813.185 9.682.450 9.553.456 9.426.180 9.300.601 9.176.694 9.054.438 8.933.811 8.814.791 8.697.356 8.581.486 8.467.160 8.354.356 8.243.056 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berikut adalah rumus pehitungan biaya penyusutan untuk bulan Mei tahun 2012 : Biaya Penyusutan = Tarif x Nilai Buku Bulan April 2012 = 0,013 x Rp 58.354.356,= Rp 111.300,Akumulasi Penyusutan = Akumulai Penyusutan April 2012 + Biaya Penyusutan Mei 2012 49 = Rp 3.645.644,- + Rp 111.300,= Rp 3.756.944,Nilai Buku = Nilai Buku April 2012 - Biaya Penyusutan Mei 2012 = Rp 8.354.356,- - Rp 3.756.944,= Rp 8.243.056,Maka, biaya penyusutan untuk mesin plat maker yang diperhitungan di bulan Mei 2012 adalah Rp 111.300-. Bangunan yang digunakan oleh CV. Miranti saat ini dibeli seharga Rp 250.000.000,- dan diasumsikan oleh pemilik CV. Miranti akan memperoleh nilai sisa di 25 tahun yang akan datang sebesar 20% dari harga perolehan, yaitu sebesar Rp 50.000.000,-. Bangunan ini dibeli pada bulan Januari tahun 2001, di mana CV. Miranti baru didirikan. Tabel perhitungan untuk penyusutan bangunan terdapat pada Lampiran 5. Diketahui dari perhitungan tersebut, biaya penyusutan yang dibebankan di bulan Mei 2012 adalah sebesar Rp 648.310,-. Perhitungan penyusutan bangunan juga dilakukan per bulan, jadi untuk nilai penyusutannya dihitung sebanyak 300 bulan (25 tahun x 12 bulan). Perhitungan rincinya sama dengan perhitungan penyusutan peralatan. Berikut adalah jumlah biaya dan pengklasifikasian antara biaya overhead variable dan overhead tetap CV. Miranti selama bulan Mei 2012. Perinciannya terdapat pada tabel 10 berikut ini. 50 Tabel 10. Perhitungan Biaya Overhead Menggunakan Metode Full Costing selama Bulan Mei 2012 Jenis Biaya Satuan Kebutuhan Harga Klasifikasi Jumlah (Rp) Biaya (Rp/Satuan) Bahan Penolong Plat cyan plat Plat yellow plat Plat magenta plat Plat black plat Biaya listrik kwh Tenaga Kerja Tidak Langsung 1. Asisten Operator orang 2. Staff Administrasi orang 3. Penanggung Jawab orang 9,35 9,35 9,35 29,95 1 9.500 9.500 9.500 9.500 1.100.000 88.825 88.825 88.825 284.525 1.100.000 variabel variabel variabel variabel variabel 2 2 1 1.000.000 1.200.000 2.250.000 2.000.000 2.400.000 2.250.000 tetap tetap tetap 742.003 742.003 1.669.507 111.300 648.310 TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK MEI 2012 Sumber : CV. Miranti, 2012 742.003 742.003 1.669.507 111.300 648.310 12.214.122 tetap tetap tetap tetap tetap Beban Penyusutan Mesin Potong Mesin Roller Mesin GTO Mesin Plat Maker Bangunan bulan bulan bulan bulan bulan 1 1 1 1 1 Biaya overhead yang diidentifikasi dalam satu periode produksi adalah Rp 12.214.122,- yaitu terdiri dari biaya bahan penolong sebesar Rp 551.000-, biaya listrik sebesar Rp 1.100.000,-, biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 6.650.000,-, dan biaya penyusutan sebesar Rp 3.913.122,-. Biaya overhead pabrik dari bulan ke bulan bervariasi tergantung dari waktu penggunaan mesin. Hal ini dapat diidentifikasi dari biaya overhead variable nya. Pertama adalah biaya listrik, semakin besar daya untuk menjalankan mesin, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik. Kedua adalah biaya bahan penolong, semakin banyak produk yang diproduksi, maka semakin banyak plat yang digunakan, pemakain jam mesin nya pun semakin lama. Sehingga, dasar yang digunakan untuk membebankan biaya overhead nya adalah dengan dasar tarif. Berikut adalah perhitungan tarif berdasarkan jam mesin untuk bulan Mei 2012 : 51 Tarif = ( Bi y Ov =( J K h 2.2 4. 22 dP M si ) ik ) = Rp 22.007,- per jam Waktu (jam mesin) yang dibutuhkan untuk memproduksi 500 lembar leaflet adalah 11 jam mesin, yaitu sembilan jam untuk waktu pencetakkan pada mesin GTO dan dua jam untuk melakukan pemotongan kertas di mesin potong. Maka, biaya overhead untuk pembuatan 500 lembar leaflet adalah Rp 242.082,- (Rp 22.082,- x 11 jam). Sedangkan perhitungan harga pokok produksinya menggunakan metode full costing adalah sebagai berikut : Biaya pokok produksi = Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead = Rp 195.250,- + Rp 551.111,- + Rp 242.082,= Rp 988.443,= Rp 1.977 / lembar leaflet Total biaya pokok produksi untuk pembuatan 500 lembar leaflet adalah Rp 988.443,- dan biaya pokok produksi per lembar leaflet nya adalah Rp 1.977,-. 4.2.3 Perhitungan Variable Costing Perhitungan harga pokok produksi menggunakan varibel costing hampir sama dengan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perhitungan full costing, selain memperhitungkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, perhitungan menggunakan variable costing juga memperhitungkan biaya overhead perusahaan, tetapi hanya biaya overhead variable saja, tidak memperhitungkan biaya overhead tetapnya akan diperhitungan di laporan laba rugi. Rincian perhitungan harga pokok produksi 500 lembar leaflet pada CV. Miranti menggunakan metode variable costing terdapat pada Tabel 11. 52 Tabel 11. Perhitungan Biaya Overhead Menggunakan Metode Variable Costing selama Bulan Mei 2012 Satuan Jenis Biaya Kebutuhan Harga (Rp/Satuan) Jumlah (Rp) Bahan Penolong Plat cyan plat Plat yellow plat Plat magenta plat Plat black plat Biaya listrik bulan TOTAL BIAYA OVERHEAD 9,35 9.500 9,35 9.500 9,35 9.500 29,95 9.500 1 1.100.000 PABRIK MEI 2012 88.825 88.825 88.825 284.525 1.100.000 1.651.000 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berikut adalah perhitungan tarif berdasarkan jam mesin untuk bulan Mei 2012 : Tarif = ( =( Bi y Ov J . K . h dP ik M si ) ) = Rp 2.975,- per jam Jadi, biaya overhead untuk pembuatan 500 lembar leaflet adalah Rp 34.705,(Rp 3.155 x 11 jam). Sedangkan perhitungan harga pokok produksinya menggunakan metode variable costing adalah sebagai berikut : Biaya pokok produksi = Biaya bahan baku + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead variabe = Rp 195.250,- + Rp 551.111,- + Rp 2.975,= Rp 749.336,= Rp 1.498 / lembar leaflet Total biaya pokok produksi untuk pembuatan 500 lembar leaflet adalah Rp 749.336,- dan biaya pokok produksi per lembar nya adalah Rp 1.498,-. 4.3 Perbandingan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Perusahaan, Metode Full costing, dan Variable costing. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode perusahaan, metode full costing, dan metode variable costing terdapat perbedaan jumlah harga pokok produksi. Berikut perbedaan antara metode perusahaan, metode full costing, dan metode variable costing yang terdapat pada Tabel 12. 53 Tabel 12. Perbandingan Perhitungan HPP dengan Metode Perusahaan, Metode Full costing, dan Metode Variable costing HPP 500 Lembar HPP / Lembar Metode Leaflet (Rp) Leaflet (Rp) CV. Miranti 894.361 1.789 Full Costing 988.443 1.977 Variable Costing 749.336 1.499 Sumber : CV. Miranti, 2012 Berdasarkan Tabel 12, terlihat perbedaan atau selisih antara perhitungan yang perusahaan lakukan dengan perhitungan metode full costing dan variable costing, yaitu sebesar Rp 188,- lebih murah dibanding perhitungan full costing. Selisih ini terjadi dikarenakan perhitungan dengan metode full costing memperhitungkan seluruh biaya yang terjadi dari perusahaan melakukan pembelian bahan baku sampai dengan overhead pabrik variable maupun overhead tetapnya, maka biaya per lembar leaflet nya lebih mahal. Sedangkan selisih dengan metode variable costing, metode perusahaan menetapkan harga lebih Rp 290,- lebih mahal dibandingknan dengan metode variable costing. Hal ini disebabkan metode perusahaan sudah mengklasifikasikan biaya overhead variable nya, tetapi perhitungannya belum tepat, karena CV. Miranti melakukan proses produksi sesuai pesanan, maka tarif biaya overhead pabriknya harus atas dasar tarif. Setelah perhitungan dengan menggunakan tarif, ternyata biaya overhead variable yang CV. Miranti bebankan lebih besar dari pada biaya overhead variable sesungguhnya. Maka, dengan perhitungan perusahaan biaya per lembar leaflet nya lebih mahal dibandingkan perhitungan dengan variable costing. Terdapat perbedaan hasil perhitungan dari metode full costing dengan variable costing, yaitu sebesar Rp 478,- lebih mahal perhitungan full costing. Perbedaan antara perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dengan variable costing terletak pada pengklasifikasian biaya overhead nya. Metode full costing memperhitungkan seluruh biaya overhead perusahaannya, baik variable maupun tetap, sedangkan pada perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing, hanya merinci perhitungan biaya overhead variable nya saja, tanpa memperhitungkan biaya overhead tetap perusahaannya, 54 karena dengan metode variable costing, biaya tetapnya akan diperhitungkan di laporan laba rugi sebagai pengurang laba kontribusi. 55 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis ambil antara lain : a. Harga pokok produksi dengan metode yang digunakan perusahaan untuk pembuatan 500 lembar leaflet terdiri dari biaya untuk pembelian bahan baku yaitu kertas plano dan empat macam warna tinta cetak. Selain itu, Biaya untuk plat cetak, biaya pembuatan film, pemotongan kertas, dan biaya tenaga kerja (operator mesin) diklasifikasikan sebagai biaya produksi utamanya. Berdasarkan perhitungan harga pokok porduksi untuk 500 lembar leaflet berukuran A4 yang terdiri dari dua muka yaitu depan dan belakang, menurut perhitungan CV. Miranti adalah sebesar Rp. 894.361,- dan untuk per lembar nya adalah sebesar Rp 1.789,-. b. Total harga pokok produksi pembuatan 500 lembar leaflet menggunakan metode perhitungan full costing sebesar Rp Rp 988.443,- atau Rp 1.977,per lembar leaflet. Biaya tersebut terdiri dari biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variable dan biaya tetap perusahaan. Sedangkan total harga pokok produksi pembuatan 500 lembar leaflet menggunakan metode perhitungan variable costing sebesar Rp 749.336,atau Rp 1.499,- per lembar leaflet. Biaya tersebut terdiri dari biaya pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variable c. Terdapat selisih perhitungan harga pokok produksi antara perhitungan yang perusahaan lakukan dengan perhitungan metode full costing dan variable costing, yaitu perhitungan perusahaan Rp 188,- lebih murah dibandingkan perhitungan full costing, hal ini dikarenakan perhitungan dengan metode full costing memperhitungkan seluruh biaya yang terjadi dari perusahaan melakukan pembelian bahan baku sampai dengan overhead pabrik variable maupun overhead tetapnya, maka biaya per lembar leaflet nya lebih mahal. 56 Sedangkan selisih dengan metode variable costing adalah Rp 290,- lebih mahal dibandingknan dengan metode variable costing. Hal ini disebabkan metode perusahaan sudah mengklasifikasikan biaya overhead varaibel nya, tetapi perhitungannya belum tepat, karena CV. Miranti melakukan produksi sesuai pesanan, maka tarif biaya overhead pabriknya harus atas dasar tarif. Setelah perhitungan dengan menggunakan tarif, ternyata biaya overhead variable yang CV. Miranti bebankan lebih besar dari pada biaya overhead variable sesungguhnya. Maka, dengan perhitungan perusahaan biaya per lembar leaflet nya lebih mahal dibandingkan perhitungan dengan variable costing. 2. Saran Saran yang dapat penulis berikan kepada CV. Miranti antara lain adalah : a. Proses perhitungan harga pokok produksi ini adalah dasar perhitungan harga pokok penjualan nantinya. Maka perhitungannya harus dilakukan secara akurat, karena hal ini dapat berpengaruh pada pendapatan penjualan dan laba yang akan diterima oleh perusahaan. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode full costing dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya karena metode full costing membebankan dan memperhitungkan seluruh biaya yang terjadi ke harga pokok produksinya, perhitungan overhead nya juga memperhitungkan biaya overhead variable dan overhead tetap, sehingga perhitungannya lebih optimal. b. Sebaiknya CV. Miranti melakukan pengecekkan secara berkala terhadap nilai buku pada seluruh peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan membebankan biaya pemeliharaan kepada setiap produk. Apabila peralatan atau mesin tersebut sudah tidak layak pakai atau nilai bukunya sudah habis, sebaiknya CV. Miranti memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan, apakah memperbaikinya atau mengganti dengan yang baru, karena memperbaiki secara terus menerus akan menimbulkan biaya yang besar. c. Sebaiknya CV. Miranti membuat kartu harga pokok produksi dan kartu pembantu guna mencatat pesanan yang diterima oleh CV. Miranti, sedangkan kartu pembantu berguna untuk mencatat pemakaian bahan 57 baku, jam kerja mesin, serta bahan penolong. Hal ini dapat membantu CV. Miranti mengidentifikasi biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan selama masa produksi. d. Sebelum menerima pesanan, ada baiknya CV. Miranti memilah mana yang seharusnya diterimadan mana yang seharusnya ditolak. Karena ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di pasar, hal ini diperlukan karena dapat berguna bagi perusahaan agar tidak mengalami kerugian. 58 DAFTAR PUSTAKA Carter, W.K. 2002. Akuntansi Biaya, Edisi 13. Salemba Empat, Jakarta. Hongren, C.T. 2006. Akuntansi Biaya Penekanan Manajerial, Edisi 12. Erlangga, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sulastiningsih. 1999. Akuntansi Biaya. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Weygandt, JJ. 2008. Pengantar Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta. Usry, C. 2002. Akuntansi Biaya. Salemba Empat, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Industri Mikro dan Kecil 2011. Bogor. Silvana E. 2011. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu dengan Metode Full costing pada Industri Kecil (Studi Kasus : CV. Laksa Mandiri). Bogor. 59 LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Data Perkembangan UMKM Tahun 2006-2010 61 62 Lampiran 2. Daftar Pertanyaan 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Perusahaan b. Struktur Organisasi c. Lingkup dan Jenis Usaha d. Proses Produksi 2. Output yang dihasilkan (quantity dan amount) 3. Perhitungan biaya produksi menurut perusahaan 4. Perhitungan biaya produksi dengan metode full costing dan variable costing (data yang digunakan adalah data produksi untuk 1 jenis produk) a. Biaya pengeluaran bahan baku b. Biaya tenaga kerja langsung c. Biaya overhead pabrik Biaya Bahan Penolong Biaya Listrik dan Air Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin Biaya Penyusutan Mesin, Peralatan, dan Bangunan 63 Lampiran 3. Peralatan Cetak CV. Miranti Mesin Cetak GTO Mesin Potong 64 Mesin Pencetak Film 65 Lampiran 4. Bahan Baku CV. Miranti Tinta Stock Kertas Plano 66 Lampiran 5. Bahan Penolong CV. Miranti Plat Cetak 67 Lampiran 6. Tabel Perhitungan Penyusutan Bangunan Sampai dengan Bulan Mei 2012 Bulan Besar Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Feb-01 1.337.500 1.337.500 248.662.500 Mar-01 1.330.344 2.667.844 247.332.156 Apr-01 1.323.227 3.991.071 246.008.929 Mei-01 1.316.148 5.307.219 244.692.781 Jun-01 1.309.106 6.616.326 243.383.674 Jul-01 1.302.103 7.918.428 242.081.572 Agust-01 1.295.136 9.213.565 240.786.435 Sep-01 1.288.207 10.501.772 239.498.228 Okt-01 1.281.316 11.783.088 238.216.912 Nop-01 1.274.460 13.057.548 236.942.452 Des-01 1.267.642 14.325.190 235.674.810 Jan-02 1.260.860 15.586.050 234.413.950 Feb-02 1.254.115 16.840.165 233.159.835 Mar-02 1.247.405 18.087.570 231.912.430 Apr-02 1.240.731 19.328.302 230.671.698 Mei-02 1.234.094 20.562.395 229.437.605 Jun-02 1.227.491 21.789.886 228.210.114 Jul-02 1.220.924 23.010.811 226.989.189 Agust-02 1.214.392 24.225.203 225.774.797 Sep-02 1.207.895 25.433.098 224.566.902 Okt-02 1.201.433 26.634.531 223.365.469 68 Bulan Besar Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Des-02 1.188.612 29.018.148 220.981.852 Jan-03 1.182.253 30.200.401 219.799.599 Feb-03 1.175.928 31.376.329 218.623.671 Mar-03 1.169.637 32.545.965 217.454.035 Apr-03 1.163.379 33.709.345 216.290.655 Mei-03 1.157.155 34.866.500 215.133.500 Jun-03 1.150.964 36.017.464 213.982.536 Jul-03 1.144.807 37.162.270 212.837.730 Agust-03 1.138.682 38.300.952 211.699.048 Sep-03 1.132.590 39.433.542 210.566.458 Okt-03 1.126.531 40.560.073 209.439.927 Nop-03 1.120.504 41.680.576 208.319.424 Des-03 1.114.509 42.795.085 207.204.915 Jan-04 1.108.546 43.903.631 206.096.369 Feb-04 1.102.616 45.006.247 204.993.753 Mar-04 1.096.717 46.102.964 203.897.036 Apr-04 1.090.849 47.193.813 202.806.187 Mei-04 1.085.013 48.278.826 201.721.174 Jun-04 1.079.208 49.358.034 200.641.966 Jul-04 1.073.435 50.431.469 199.568.531 Agust-04 1.067.692 51.499.160 198.500.840 Sep-04 1.061.979 52.561.140 197.438.860 69 Bulan Besar Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Des-04 1.045.026 55.713.110 194.286.890 Jan-05 1.039.435 56.752.545 193.247.455 Feb-05 1.033.874 57.786.419 192.213.581 Mar-05 1.028.343 58.814.762 191.185.238 Apr-05 1.022.841 59.837.603 190.162.397 Mei-05 1.017.369 60.854.971 189.145.029 Jun-05 1.011.926 61.866.897 188.133.103 Jul-05 1.006.512 62.873.409 187.126.591 Agust-05 1.001.127 63.874.537 186.125.463 Sep-05 995.771 64.870.308 185.129.692 Okt-05 990.444 65.860.752 184.139.248 Nop-05 985.145 66.845.897 183.154.103 Des-05 979.874 67.825.771 182.174.229 Jan-06 974.632 68.800.403 181.199.597 Feb-06 969.418 69.769.821 180.230.179 Mar-06 964.231 70.734.053 179.265.947 Apr-06 959.073 71.693.125 178.306.875 Mei-06 953.942 72.647.067 177.352.933 Jun-06 948.838 73.595.905 176.404.095 Jul-06 943.762 74.539.667 175.460.333 Agust-06 938.713 75.478.380 174.521.620 Sep-06 933.691 76.412.071 173.587.929 70 Bulan Besar Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Des-06 918.785 79.183.278 170.816.722 Jan-07 913.869 80.097.147 169.902.853 Feb-07 908.980 81.006.128 168.993.872 Mar-07 904.117 81.910.245 168.089.755 Apr-07 899.280 82.809.525 167.190.475 Mei-07 894.469 83.703.994 166.296.006 Jun-07 889.684 84.593.678 165.406.322 Jul-07 884.924 85.478.602 164.521.398 Agust-07 880.189 86.358.791 163.641.209 Sep-07 875.480 87.234.272 162.765.728 Okt-07 870.797 88.105.068 161.894.932 Nop-07 866.138 88.971.206 161.028.794 Des-07 861.504 89.832.710 160.167.290 Jan-08 856.895 90.689.605 159.310.395 Feb-08 852.311 91.541.916 158.458.084 Mar-08 847.751 92.389.667 157.610.333 Apr-08 843.215 93.232.882 156.767.118 Mei-08 838.704 94.071.586 155.928.414