11 pengembangan bahan ajar matematika berbasis pemecahan

advertisement
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PEMECAHAN
MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN
KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP
1
Mukhlish Novandi
2
Firmansyah
1,2
Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah
email: [email protected]
Abstrak
Kemampuan pemecahan masalah matematis sampai saat ini masih menjadi salah satu tujuan
utama pada kurikulum pendidikan matematika di berbagai negara, termasuk di dalam kurikulum
pendidikan 2013 yang sedang diberlakukan di Indonesia. Untuk mencapai hal itu, siswa
seharusnya difasilitasi dengan seperangkat bahan ajar yang mendukung pengembangan
kemampuan tersebut. Salah satu komponen utama dalam kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan penalaran dan koneksi yang harus terlebih dahulu dimiliki siswa. Pada beberapa hasil
penelitian menemukan bahwa kemampuan penalaran terkait dengan aktivitas berfikir yang jika
dikombinasikan dengan kemampuan koneksi matematis dapat menjadikan siswa mahir dalam
memecahkan masalah yang dihadapi di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini,
peneliti akan mengembangkan suatu bahan ajar yang memfasilitasi atau melatih kemampuan
tersebut. Pengembangan bahan ajar yang peneliti lakukan dengan menggunakan model 4-D, yaitu
(1) tahap pendefinisian; (2) tahap perancangan; (3) tahap pengembangan; dan (4) tahap
pendiseminasian. Dari tahap pengembangan tersebut dihasilkan suatu bahan ajar berbasis
masalah yang diharapkan dapat digunakan oleh guru secara rutin untuk melatihkan siswa tentang
pemecahan masalah matematis.
Kata kunci : pemecahan masalah, penalaran, koneksi
Abstract
The ability of mathematical problem solving is the main objective of curriculum of mathematic
education in various countries including Indonesia which is now implementing 2013 curriculum. In
order to achieve this main objective of mathematic education, the students must be facilitated a
proper teaching materials. Then, the students are expected to have two abilities, namely; the ability
of reasoning and the ability of connection. Previous researches found that the ability of reasoning
refers to the activity of thingking which is more comprehensive while it is stimultaneously
combined with the ability of connection. So, the students will be more expert in problem solving
either in studying mathematic or in daily life. The objective of the research is to develop teaching
materials used to facilitate both ability of reasoning and connection. 4-D model was used to
achieve the objective of the research. there are four steps followed, namely; 1) defining 2)
designing 3) developing and 4) dissemination. The result of the reserach is problem solving-basedteaching materials which can be used by teachers to practice the students in mathematical problem
solving.
Keywords: problem solving, reasoning, connection
1. Pendahuluan
masyarakat
1.1. Latar Belakang
menyelesaikan masalah
Pendidikan adalah sarana dan alat
yang tepat dalam
dan
bangsa
yang
berbudaya
dan
dapat
kehidupan
yang
dihadapinya. Sebab hingga saat ini dunia
membentuk masyarakat
dicita-citakan,
yang
pendidikan dipandang sebagai sarana yang
yaitu
efektif dalam berusaha melestarikan dan
11
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
mewariskan nilai-nilai hidup. Salah satu
senang
pendidikan yang dapat dilakukan masyarakat
kemungkinan
adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI,
memahami mata pelajaran matematika.
SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala
terhadap
matematika
disebabkan
Kemampuan
berpikir
matematik
telah
strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang
peneliti maupun pendidik. Banyak perhatian
memadai dan sumber daya manusia yang
yang
profesional
saling
pemahaman siswa terhadap konsep dan juga
yang
pada keterampilan berpikir, penalaran, dan
berkaitan
untuk
aspek
mencapai
yang
tujuan
direncanakan.
mendapat
sulitnya
aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode,
adalah
banyak
oleh
yang
difokuskan
penyelesaian
Salah
satu
masalah
batasan
mereka
para
dalam
dalam
pengajaran
matematika (Henningsen dan Stein; 1997).
matematika di SMP/MTs adalah agar siswa
Gagasan aktivitas matematika yang berfokus
mempunyai
pada
kemampuan
digunakan. Dengan
matematika,
yang
dapat
memiliki kemampuan
siswa
menggunakan
tersebut
tujuan
pada
perhatian
dalam
diharapkan
kemampuan
tersebut
memandang
matematika sebagai proses aktif dinamik,
dapat
generatif, dan eksploratif. Proses matematika
kemampuan-kemampuan
itu dinamakan dengan istilah bernalar dan
menghadapi
masalah-
berpikir matematika tingkat tinggi (high-level
masalah dalam berbagai bidang kehidupan.
mathematical
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam
Beberapa aspek berpikir matematika tingkat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas,
tinggi adalah pemecahan masalah matematik,
guru
komunikasi matematik, penalaran matematik
hendaknya
memilih
tugas-tugas
matematika, model, strategi dan pendekatan
memotivasi
meningkatkan
minat
siswa
keterampilan
and
reasoning).
dan koneksi matematik (NCTM. 2000).
pembelajaran matematika sedemikian hingga
dapat
thinking
Kemampuan
dan
tingkat
tinggi
berpikir
bersifat
matematik
kompleks
dan
siswa,
memerlukan prasyarat konsep dan proses dari
menciptakan suasana kelas yang mendorong
yang lebih rendah baik dari segi materi
dicapainya penemuan dan pengembangan ide
maupun cara mempelajari/mengajarkannya,
matematika,
sehingga
dan
membimbing
secara
dalam
pembelajarannya
perlu
individual, secara kelompok serta secara
dipertimbangkan tugas matematika serta
klasikal.
suasana belajar yang mendukung untuk
Matematika
peranan
mendorong kemampuan berpikir matematik
yang sangat penting dalam pengembangan
tingkat tinggi tersebut. Hal ini menyangkut
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun
pengambilan keputusan pembelajaran yang
kenyataannya bahwa matematika merupakan
digunakan di kelas.
salah
mempunyai
satu mata pelajaran yang sulit
Keterkaitan antara berpikir tingkat
dipahami siswa (Marzuki; 2006). Sehingga
tinggi
tidak heran kalau banyak siswa yang tidak
dijelaskan oleh Romberg (dalam NCTM,
12
dengan
pelajaran
matematika
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
2000) dengan menyatakan bahwa beberapa
mengin-terpretasikan
aspek berpikir tingkat tinggi yaitu pemecahan
permasalahan
masalah matematika, komunikasi matematik,
matematika dan menyelesaikannya untuk
penalaran matematik dan koneksi matematik.
masalah nyata dan menggunakan matematika
Branca
menyatakan
(dalam
pemecahan
2006)
secara
bermakna
sesuai
menyusun
model
(meaningful).
Sebagai
masalah
implikasinya maka kemampuan pemecahan
matematika merupakan hal yang sangat
masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak
penting sehingga menjadi tujuan umum
yang belajar matematika.
pengajaran
bahwa
Marzuki,
asal,
hasil
matematika
sebagai
Polya (1985) menyebutkan empat
jantungnya matematika, lebih mengutamakan
langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu:
proses daripada hasil (Ruseffendi, 1991), dan
1) memahami masalah; 2) merencanakan
sebagai fokus dari matematika sekolah dan
pemecahan; 3) melakukan perhitungan; dan
bertujuan
4) memeriksa kembali.
untuk
bahkan
membantu
dalam
mengembangkan berpikir secara matematis
Selain
(NCTM, 2000).
masalah
Proses berpikir dalam pemecahan
masalah
memerlukan
intelektual
tertentu
matematik,
hasil
penyelesaian
pembelajaran
matematika lain yang diharapkan adalah
kemampuan
yang
kemampuan
kemampuan siswa dalam melakukan koneksi
akan
matematik. Utari (2002) mengatakan bahwa
mengorganisasikan strategi. Hal itu akan
koneksi
melatih orang berpikir kritis, logis dan kreatif
indikator berikut: mencari hubungan berbagai
yang sangat diperlukan dalam menghadapi
representasi konsep dan prosedur; memahami
perkembangan masyarakat
hubungan
Lebih
lanjut,
Utari
(2002)
matematik
meliputi
antar
topik
indikator-
matematika;
menggunakan matematika dalam bidang
menjelaskan bahwa pemecahan masalah
studi
dalam pembelajaran matematika merupakan
memahami representasi ekuivalen konsep
pendekatan dan tujuan yang harus dicapai.
yang sama; mencari koneksi satu prosedur
Sebagai pendekatan, pemecahan masalah
ke prosedur lain dalam representasi yang
digunakan untuk menemukan dan memahami
ekuivalen; menggunakan koneksi antar topik
materi atau konsep matematika. Sedangkan
matematika
sebagai tujuan, diharapkan agar siswa dapat
matematika dengan topik lain.
mengidentifikasi
yang
atau
dan
kehidupan
koneksi
sehari-hari;
antar
topik
diketahui,
Melalui koneksi matematik maka
ditanyakan serta kecukupan unsur yang
konsep pemikiran dan wawasan siswa akan
diperlukan, merumuskan masalah dari situasi
semakin terbuka terhadap matematika, tidak
sehari-hari dalam matematika, menerapkan
hanya terfokus pada topik tertentu yang
strategi
sedang
untuk
unsur
lain
menyelesaikan
berbagai
dipelajari,
positif
akan
masalah (sejenis dan masalah baru) dalam
menimbulkan
atau di luar matematika, menjelaskan atau
matematika itu sendiri. Membuat koneksi
13
sifat
sehingga
terhadap
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
merupakan
standar
yang
jelas
dalam
penelitian ini, bahan ajar yang dihasilkan
pendidikan matematika yang juga menjadi
adalah bahan ajar matematika berbasis
salah satu standar utama
pemecahan
yang disarankan
NCTM (Sawada, 1996).
masalah
kemampuan
Untuk mencapai hal tersebut, maka
untuk
penalaran
mengukur
dan
koneksi
matematis siswa SMP.
diperlukan adanya bahan ajar yang relevan.
Langkah-langkah
Akan tetapi di lapangan, ketersediaan bahan
menyusun bahan ajar tersebut adalah sebagai
ajar yang berfokus pada aspek pemecahan
berikut.
masalah masih kurang. Oleh karena itu,
1. Analisis Kebutuhan (Need Assessment).
peneliti ingin mengembangkan suatu bahan
Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara
ajar matematika berbasis pemecahan masalah
sebagai berikut. Melakukan refleksi terhadap
yang mendukung implementasi kurikulum
bahan ajar yang digunakan saat KBM.
pendidikan 2013.
Menelaah kurikulum yang sedang digunakan
maka
yang
dilakukan
untuk
Berdasarkan latar belakang masalah,
pada saat ini yaitu kurikulum pendidikan
peneliti
2013. Mengikuti perkembangan teknologi.
sebagai
merumuskan
berikut
:
(1)
masalahnya
Bagaimanakah
2. Analisis Ujung Depan
pengembangan dan hasil pengembangan
Analisis
ini
bertujuan
untuk
bahan ajar berbasis masalah yang baik untuk
memunculkan dan menetapkan masalah dasar
mengukur
yang
kemampuan
penalaran
dan
dihadapi
dalam
pembelajaran
koneksi matematis siswa SMP? Dan (2)
matematika di SMP sehingga dibutuhkan
Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan
pengembangan bahan ajar. Pada tahap ini
ajar yang dikembangkan untuk mengukur
juga harus dipertimbangkan beberapa hal
kemampuan
sebagai alternatif pengembangan bahan ajar,
penalaran
dan
koneksi
matematis siswa SMP?
teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa
2. Metode
depan.
Jenis dan Prosedur Penelitian.
3. Analisis Siswa
Penelitian
untuk
Analisis siswa merupakan kajian
menghasilkan suatu bahan ajar yang valid.
tentang karakteristik siswa yang sesuai
Bahan ajar yang dikembangkan tersebut
dengan
berguna
kemampuan
Karakteristik ini meliputi kemampuan, latar
penalaran dan koneksi matematis siswa SMP.
belakang, pengalaman, sikap terhadap materi
Untuk itu, jenis penelitian yang digunakan
ajar,
pada
interaksi sosial, bahasa yang digunakan, dan
untuk
penelitian
ini
bertujuan
mengukur
ini
adalah
penelitian
rancangan
pemilihan
desain
media,
pemilihan
pengembangan (research and development).
perkembangan kognitif siswa.
Jenis penelitian ini sesuai untuk kegiatan
4. Analisis Materi
penelitian
menghasilkan
yang
suatu
bertujuan
bahan
ajar.
untuk
Untuk
Pada
memilih,
pembelajaran.
pola
menetapkan,
merinci, dan menyusun secara sistematis
14
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
materi pada bahan ajar yang dikembangkan
pemecahan
sehingga sesuai dengan materi diberikan
digunakan. Untuk itu, beberapa tahapan kerja
berdasarkan analisis ujung depan maka
yang dilakukan dalam menghasilkan produk
dilakukanlah analisis materi.
penelitian ini
5. Analisis Tugas
adalah sebagai berikut.
Analisis
mengenali
tugas
bertujuan
untuk
masalah
yang
valid
untuk
1. Perancangan Bahan Ajar Matematika
keterampilan-keterampilan
Berbasis Pemecahan Masalah
penting yang diperlukan pada pembelajaran
Kegiatan
yang
dilakukan
dalam
dan menelaah apa saja subketerampilan
perancangan bahan ajar matematika berbasis
akademis yang akan dikembangkan dalam
pemecahan masalah adalah memilih format
KBM
bahan ajar, gambaran bahan ajar yang
6. Spesifikasi Kompetensi
kontekstual , menetapkan garis-garis besar
Spesifikasi
untuk
kompetensi
mengkonversikan
bertujuan
deskripsi dan komponen-komponen bahan
kemampuan-
ajar.
kemampuan yang akan dicapai dari analisis
2. Perancangan Instrumen Penelitian
materi dan analisis tugas menjadi sub-sub
Kegiatan
yang
dilakukan
dalam
kemampuan yang akan dicapai.
perancangan instrumen penelitian adalah
7. Penelahaan Teori.
menetapkan
format
instrumen
yang
Setelah dilakukan analisis kebutuhan,
digunakan untuk menvalidasi bahan ajar
maka dilakukan kajian beberapa teori yang
matematika berbasis pemecahan masalah.
berkaitan dengan kebutuhan tersebut.
Selanjutnya,
8. Pembuatan Bahan Ajar.
digunakan untuk menvalidasi bahan ajar
Setelah
dilaksanakan
beberapa
menetapkan indikator yang
tersebut.
langkah di atas, maka disusun bahan ajar
3. Penvalidasian Bahan Ajar oleh Tim Ahli
matematika yang sesuai dengan kebutuhan.
Pada
tahap
ini,
validasi
Pada tahapan ini disusun garis-garis besar
dititikberatkan kepada pengujian kesesuaian
komponen bahan ajar, garis-garis besar teori
konten dan susunan dengan materi pelajaran,
pendukung,
ajar,
yang lebih dikenal dengan validitas konten
menetapkan perangkat-perangkat perkuliahan
(content validity) dan validitas susunan
dengan
(construct validity)
merancang
format
yang
instrumen-instrumen
bahan
jelas.
yang
Memilih
dibutuhkan,
4. Perealisasian Bahan Ajar
mengorganisasikan materi yang disesuaikan
dengan
pengorganiasasian
Pada tahap ini dihasilkan bahan ajar
perangkat
sebagai realisasi hasil perancangan bahan
perkuliahan.
Pada
ajar matematika. Bahan ajar yang telah
penelitian
ini,
dilakukan
dihasilkan
ditelaah
kembali
apakah
beberapa proses sehingga diperoleh suatu
kecukupan teori-teori pendukung tentang
bahan
bahan ajar telah dipenuhi dan diterapkan
ajar
matematika
SMP
berbasis
15
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
dengan baik, sehingga bahan ajar siap diuji
ditafsir dengan kalimat bersifat kualitatif
kevalidannya oleh para ahli dari sudut
yang tercantum dalam tabel berikut ini:
rasional
Tabel 2. Kriteria Persentase Indikator Bahan
Ajar
teoritis
dan
kekonsistenan
kontennya.
5. Penelaahan Kembali dan Perbaikan Bahan
Ajar.
Berdasarkan hasil validasi dari Tim
ahli, bahan ajar matematika yang telah dibuat
ditelaah kembali sesuai dengan masukan/
saran dari Tim Ahli. Saran dari Tim ahli
tersebut
digunakan
penyempurnaan
atau
sebagai
revisi
landasan
bahan
Bahan
ajar
digunakan
matematika. Setelah itu, bahan ajar tersebut
baik
dan
layak
jika dinyatakan valid oleh
“Cukup Valid”.
yang valid untuk digunakan.
2. Analisis Efektivitas Bahan Ajar
Analisis Data
Validasi
dikatakan
validator dengan rata rata kriteria minimal
diperbaiki, sehingga diperoleh bahan ajar
1. Hasil
ajar
Ahli
terhadap
Pengembangan Bahan Ajar
Analisis
efektivitas
bertujuan
untuk
mengambil
keputusan
apakah
perlu
dilakukan uji coba selanjutnya dalam tahap
Hasil validasi bahan ajar menggunakan
pengembangan bahan ajar. Keefektifan bahan
kriteria skala penilaian yaitu: 1 (tidak baik), 2
ajar yang digunakan dalam pembelajaran
(kurang baik), 3 (cukup baik), dan 4 (sangat
ditentukan
baik).
berdasarkan
ketuntasan
Tabel 1. Kriteria Jawaban Item Instrumen
belajar
indikator,
Validasi Beserta Skornya
pencapaian
siswa,
kemampuan
ketercapaian
guru
mengelola
pembelajaran, dan aktivitas siswa.
a. Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan Lampiran IV Permendikbud
Nomor
81A
tahun
2013
tentang
implementasi kurikulum, ketuntasan belajar
Kemudian data dianalisis secara deskriptif
ditentukan sebagai berikut: 1) Untuk
kuantitatif, yaitu menghitung persentase skor
pada
bahan ajar yang dikembangkan.
π‘ƒπ‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘ π‘’ π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ
KI-3
KD
dan
KI-4,
seorang
peserta
didik dinyatakan
sudah
tuntas
belajar
untuk menguasai KD yang dipelajarinya
π½π‘™β„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘π‘’π‘Ÿ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ
=
× 100%
π½π‘™β„Ž π‘ π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ . π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘˜π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ
apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus
(B-) dari hasil tes formatif, 2) Untuk KD
di atas, dihasilkan angka dalam bentuk
pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang
persen. Klasifikasi skor tersebut kemudian
peserta
16
didik
dilakukan
dengan
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan
Untuk
KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni
dalam pembelajaran digunakan rumus :
jika
profil
sikap
umum berada
menurut
peserta
pada
standar
didik
kategori
mengetahui
secara
baik
𝑇=
(B)
pencapaian
𝑆𝐼
π‘†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ 
indikator
× 100%
Keterangan :
yang ditetapkan satuan
pendidikan yang bersangkutan. Selanjutnya
T = persentase pencapaian indikator
suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya
Si = jumlah skor siswa untuk butir
(ketuntasan
klasikal)
jika
dalam
soal ke - i
kelas
Smaks =jumlah maksimum untuk
tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah
tuntas
belajarnya.
ketuntasan
Namun,
dalam
butir soal ke - i
penentuan
penelitian
ini
c. Kemampuan
hanya
Kemampuan guru mengelola pembelajaran
Untuk menentukan ketuntasan belajar
individual
pengetahuan
untuk
dapat
diamati dan dianalisis berdasarkan lembar
kompetensi
dihitung
observasi
dengan
yang
telah
tersedia.
Lembar
observasi kemampuan guru dalam mengelola
menggunakan rumus :
𝑁𝐾 =
Mengelola
Pembelajaran
menggunakan hasil penilaian pengetahuan.
siswa
Guru
pembelajaran menggunakan angket skala
𝑆
× 4,00
𝑆𝑑
empat.
Keterangan:
Data olahan selanjutnya dianalisis secara
NK
= Nilai Kompetensi
deskriptif persentase dengan menggunakan
S
= jumlah skor yang diperoleh siswa
rumus:
St
= jumlah skor total
π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ =
π‘—π‘™β„Ž π‘—π‘Žπ‘€π‘Žπ‘π‘Žπ‘› × π‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘ π‘π‘–π‘™π‘–β„Žπ‘Žπ‘›
π‘—π‘™β„Ž π‘œπ‘π‘—π‘’π‘˜×π‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘ π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘›π‘”π‘”π‘–
× 100%
Sedangkan untuk menghitung ketuntasan
Untuk
belajar klasikal dapat digunakan rumus :
keputusan digunakan kriteria sebagai berikut:
𝐾𝐾 =
𝑇
× 100%
𝑇𝑑
dapat
memberikan
makna
dan
Tabel 3. Kriteria Persentase Indikator Bahan
Ajar
Keterangan :
KK = Ketuntasan Klasikal
T
= jumlah siswa yang telah tuntas
belajar
Tt = jumlah seluruh siswa
b. Ketercapaian Indikator
Ketercapaian indikator merupakan kriteria
selanjutnya dalam menganalisis efektivitas
bahan ajar. Indikator pembelajaran tercapai
d. Aktivitas Siswa
jika paling sedikit 75% indikator yang
Bahan ajar dikatakan efektif jika siswa
dirumuskan dapat dicapai oleh 65% siswa.
aktif dalam pembelajaran, dan berdasarkan
17
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
lembar observasi aktivitas siswa jika minimal
tercapai). Dengan demikian ketercapaian
80% siswa menghasilkan nilai rata-rata
indikator pada uji coba I tidak mencapai
minimal
“cukup
kategori/aktivitas
baik”
yang
untuk
tiap
kriteria efektif. Selanjutnya, berdasarkan uji
positif
dan
coba II diperoleh persentase ketercapaian
mendukung pembelajaran.
untuk indikator soal nomor 1 adalah 80%
3. Hasil dan Pembahasan
(tercapai), persentase ketercapaian untuk
Efektivitas
Bahan
Kemampuan
Ajar
Penalaran
indikator
terhadap
dan
soal
nomor
2
adalah
85%
(tercapai), persentase ketercapaian untuk
Koneksi
Matematis
indikator
a. Pencapaian ketuntasan belajar siswa.
(tercapai), dan persentase ketercapaian untuk
Berdasarkan hasil penelitian pada uji
indikator
soal
soal
nomor
nomor
3
4
adalah
adalah
65%
75%
coba I, dari 26 orang siswa yang mengikuti
(tercapai). Indikator pembelajaran tercapai
tes terdapat 9 orang siswa (34,6%) yang
jika paling sedikit 75% indikator yang
mencapai tingkat ketuntasan belajar siswa
dirumuskan dapat dicapai oleh 65% siswa.
secara klasikal dan 17 orang siswa (65,4%)
Dengan demikian, ketercapaian indikator
belum tuntas. Pengambilan keputusan tuntas
pada uji coba II telah mencapai kriteria
atau tidak tuntas didasarkan pada penilaian
efektif.
terhadap
dengan
c. Kemampuan
menggunakan tes kemampuan penalaran dan
pembelajaran
aspek
pengetahuan
guru
mengelola
koneksi matematis. Kemudian berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian pada uji
hasil penelitian pada uji coba II diperoleh
coba I, skor kemampuan guru mengelola
bahwa
telah
pembelajaran adalah 84,6% berada pada
mencapai ketuntasan belajar dan hanya 5
rentang kategori cukup baik. Kemampuan
orang siswa (19,3%) yang tidak tuntas
guru mengelola pembelajaran mengalami
belajar. Berdasarkan persentase ketuntasan
peningkatan dari pertemuan ke pertemuan
klasikal diperoleh bahwa ada peningkatan
selanjutnya terlihat dari skor kemampuan
ketuntasan belajar sebesar 61,4%
guru mengelola pembelajaran pada uji coba
b. Ketercapaian Indikator
II yaitu sebesar 90,76% yang berada pada
21
orang
siswa
(80,7%)
Berdasarkan hasil penelitian pada uji
kategori sangat baik.
coba I diperoleh bahwa ketercapaian untuk
d. Aktivitas siswa
indikator soal nomor 1 adalah 60% (tidak
tercapai),
persentase
indikator
soal
ketercapaian
Berdasarkan hasil penelitian pada uji
untuk
coba I, dari sepuluh orang siswa yang diamati
78%
hanya ada enam orang yang menunjukkan
(tercapai), persentase ketercapaian untuk
persentase aktivitas positif yang efektif yaitu
indikator soal nomor 3 adalah 10% (tidak
di atas 74. Aktivitas siswa mencapai kriteria
tercapai), dan persentase ketercapaian untuk
efektif jika 80% dari siswa menghasilkan
indikator soal nomor 4 adalah 45% (tidak
nilai
nomor
2
adalah
18
“cukup
baik”
untuk
tiap
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
kategori/aktivitas positif dan mendukung
matematis siswa pada uji coba kedua di
pembelajaran maka aktivitas siswa pada uji
SMP Nurul Hasanah Medan;
coba I dinyatakan tidak efektif. Selanjutnya
b. Respon siswa terhadap bahan ajar positif
berdasarkan uji coba II, dari sembilan orang
untuk hampir seluruh aspek pada kegiatan
yang diamati ada delapan orang yang
pembelajaran yang dilakukan.
menunjukkan persentase aktivitas positif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
yang efektif. Dengan demikian aktivitas
saran-saran
siswa pada uji coba II dinyatakan efektif.
sebagai berikut.
Analisis Data Respon Siswa terhadap
1. Guru perlu mengembangkan bahan ajar
dan
Bahan Ajar
yang
dikemukakan
menyelenggarakan
adalah
kegiatan
Data respon siswa yang diperoleh
pembelajaran dengan berbasis masalah
melalui angket dengan skala empat dianalisis
karena dapat memberikan dorongan pada
berdasarkan
tiap
siswa untuk lebih senang dan semangat
respon dihitung dengan cara membagi jumlah
dalam belajar yang pada akhirnya dapat
respon siswa pada tiap aspek dengan jumlah
meningkatkan kemampuan penalaran dan
seluruh siswa dikalikan 100%. Respon siswa
koneksi matematis siswa.
persentase.
Persentase
dikatakan positif jika minimal 80% siswa
merespon
2. Bahan ajar ini melalui dua kali tahap uji
positif. Dari hasil angket yang
coba tanpa melalui tahap simulasi, dan
diperoleh, sebanyak 23 siswa (88,5%) yang
dikembangkan hanya sampai pada tahap
merespon positif, sementara 3 siswa (11,5%)
ke-3
merespon negatif. Hal ini menunjukkan
(Develop),
bahwa secara keseluruhan adanya bahan ajar
penyebaran (Disseminate). Oleh karena
dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
itu bahan ajar yang dihasilkan pada
memberikan dorongan pada siswa untuk
penelitian ini masih memerlukan uji coba
lebih senang dan semangat dalam belajar
di sekolah-sekolah lain dengan berbagai
yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kondisi agar diperoleh bahan ajar yang
kemampuan
benar-benar
penalaran
dan
koneksi
yaitu
tahap
tanpa
pengembangan
melalui
berkualitas
dan
tahap
dapat
matematis siswa.
dijadikan sebagai bahan ajar alternatif
4. Kesimpulan
oleh guru di kelas VIII SMP untuk
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
mengajarkan topik persamaan garis lurus.
diperoleh
beberapa
kesimpulan
sebagai
3. Penelitian ini dilakukan di saat Kurikulum
berikut.
a. Bahan
2013 masih mengalami penyesuaian dan
ajar
berbasis
yang
banyak perubahan, sehingga jika peneliti
dikembangkan dengan model 4-D yang
lanjutan ingin mengembangkan bahan ajar
telah
dimodifikasi
masalah
efektif
terhadap
yang berbasis Kurikulum 2013 perlu
kemampuan penalaran dan
koneksi
diperhatikan sumber-sumber aktual dan
terkini
19
mengenai
Kurikulum
2013
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
khususnya mengenai implementasi, buku
Ruseffendi, H.E.T.(1991). Pengantar Kepada
Membantu
Guru
Mengembangkan
Kompetensinya dalam Mengajar
Matematika
untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung :
Tarsito
Sawada, D. (1996). Mathematics as
Connection Making in Japanese
Elementary School. School
Science and Mathematics. Vol
96
Sumarmo,
U.
(2002).
Alternatif
Pembelajaran
Matematika
dalam Menerapkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makalah
pada Seminar Nasional FMIPA
UPI
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan
Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP
UNY
Trianto.(2011).
Mendesain
Model
Pembelajaran
InovatifProgresif. Jakarta : Kencana
siswa dan guru, serta silabus Kurikulum
2013.
Daftar Pustaka
Gelar, Dwirahayu. (2005). Pengaruh
Pembelajaran
Matematika
dengan
Menggunakan
Pendekatan Analogi terhadap
Peningkatan
Kemampuan
Penalaran Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama.
Bandung : UPI
Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997)
Mathematical Task and Student
Cognition : Classroom based
factors that Support and inhibit
High-level
Thinking
and
Reasoning, JRME,28,524-549
Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar
Matematika.
Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Marzuki, Ahmad. (2006). Implementasi
Pembelajaran Kooperatif dalam
Upaya
Meningkatkan
Kemampuan
Koneksi
dan
Pemecahan Masalah Matematik
Siswa.
Tesis
UPI
Bandung.Tidak diterbitkan
National Council of Teacher of Mathematics
(2000), Principles and Standarts
for
School
Mathematics,
Reaston , VA: NCTM
Polya, G (1985). How to Solve it. A New
Aspect of Mathematical Method.
New
Jersey
:
Princeton
University Press
20
Download