Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP 1 Mukhlish Novandi 2 Firmansyah 1,2 Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al Washliyah email: [email protected] Abstrak Kemampuan pemecahan masalah matematis sampai saat ini masih menjadi salah satu tujuan utama pada kurikulum pendidikan matematika di berbagai negara, termasuk di dalam kurikulum pendidikan 2013 yang sedang diberlakukan di Indonesia. Untuk mencapai hal itu, siswa seharusnya difasilitasi dengan seperangkat bahan ajar yang mendukung pengembangan kemampuan tersebut. Salah satu komponen utama dalam kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan penalaran dan koneksi yang harus terlebih dahulu dimiliki siswa. Pada beberapa hasil penelitian menemukan bahwa kemampuan penalaran terkait dengan aktivitas berfikir yang jika dikombinasikan dengan kemampuan koneksi matematis dapat menjadikan siswa mahir dalam memecahkan masalah yang dihadapi di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti akan mengembangkan suatu bahan ajar yang memfasilitasi atau melatih kemampuan tersebut. Pengembangan bahan ajar yang peneliti lakukan dengan menggunakan model 4-D, yaitu (1) tahap pendefinisian; (2) tahap perancangan; (3) tahap pengembangan; dan (4) tahap pendiseminasian. Dari tahap pengembangan tersebut dihasilkan suatu bahan ajar berbasis masalah yang diharapkan dapat digunakan oleh guru secara rutin untuk melatihkan siswa tentang pemecahan masalah matematis. Kata kunci : pemecahan masalah, penalaran, koneksi Abstract The ability of mathematical problem solving is the main objective of curriculum of mathematic education in various countries including Indonesia which is now implementing 2013 curriculum. In order to achieve this main objective of mathematic education, the students must be facilitated a proper teaching materials. Then, the students are expected to have two abilities, namely; the ability of reasoning and the ability of connection. Previous researches found that the ability of reasoning refers to the activity of thingking which is more comprehensive while it is stimultaneously combined with the ability of connection. So, the students will be more expert in problem solving either in studying mathematic or in daily life. The objective of the research is to develop teaching materials used to facilitate both ability of reasoning and connection. 4-D model was used to achieve the objective of the research. there are four steps followed, namely; 1) defining 2) designing 3) developing and 4) dissemination. The result of the reserach is problem solving-basedteaching materials which can be used by teachers to practice the students in mathematical problem solving. Keywords: problem solving, reasoning, connection 1. Pendahuluan masyarakat 1.1. Latar Belakang menyelesaikan masalah Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam dan bangsa yang berbudaya dan dapat kehidupan yang dihadapinya. Sebab hingga saat ini dunia membentuk masyarakat dicita-citakan, yang pendidikan dipandang sebagai sarana yang yaitu efektif dalam berusaha melestarikan dan 11 Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 mewariskan nilai-nilai hidup. Salah satu senang pendidikan yang dapat dilakukan masyarakat kemungkinan adalah pendidikan di sekolah mulai SD/MI, memahami mata pelajaran matematika. SMP/MTs dan SMA/MA dengan segala terhadap matematika disebabkan Kemampuan berpikir matematik telah strategi dan model yang sesuai, fasilitas yang peneliti maupun pendidik. Banyak perhatian memadai dan sumber daya manusia yang yang profesional saling pemahaman siswa terhadap konsep dan juga yang pada keterampilan berpikir, penalaran, dan berkaitan untuk aspek mencapai yang tujuan direncanakan. mendapat sulitnya aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, adalah banyak oleh yang difokuskan penyelesaian Salah satu masalah batasan mereka para dalam dalam pengajaran matematika (Henningsen dan Stein; 1997). matematika di SMP/MTs adalah agar siswa Gagasan aktivitas matematika yang berfokus mempunyai pada kemampuan digunakan. Dengan matematika, yang dapat memiliki kemampuan siswa menggunakan tersebut tujuan pada perhatian dalam diharapkan kemampuan tersebut memandang matematika sebagai proses aktif dinamik, dapat generatif, dan eksploratif. Proses matematika kemampuan-kemampuan itu dinamakan dengan istilah bernalar dan menghadapi masalah- berpikir matematika tingkat tinggi (high-level masalah dalam berbagai bidang kehidupan. mathematical Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam Beberapa aspek berpikir matematika tingkat pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas, tinggi adalah pemecahan masalah matematik, guru komunikasi matematik, penalaran matematik hendaknya memilih tugas-tugas matematika, model, strategi dan pendekatan memotivasi meningkatkan minat siswa keterampilan and reasoning). dan koneksi matematik (NCTM. 2000). pembelajaran matematika sedemikian hingga dapat thinking Kemampuan dan tingkat tinggi berpikir bersifat matematik kompleks dan siswa, memerlukan prasyarat konsep dan proses dari menciptakan suasana kelas yang mendorong yang lebih rendah baik dari segi materi dicapainya penemuan dan pengembangan ide maupun cara mempelajari/mengajarkannya, matematika, sehingga dan membimbing secara dalam pembelajarannya perlu individual, secara kelompok serta secara dipertimbangkan tugas matematika serta klasikal. suasana belajar yang mendukung untuk Matematika peranan mendorong kemampuan berpikir matematik yang sangat penting dalam pengembangan tingkat tinggi tersebut. Hal ini menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun pengambilan keputusan pembelajaran yang kenyataannya bahwa matematika merupakan digunakan di kelas. salah mempunyai satu mata pelajaran yang sulit Keterkaitan antara berpikir tingkat dipahami siswa (Marzuki; 2006). Sehingga tinggi tidak heran kalau banyak siswa yang tidak dijelaskan oleh Romberg (dalam NCTM, 12 dengan pelajaran matematika Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 2000) dengan menyatakan bahwa beberapa mengin-terpretasikan aspek berpikir tingkat tinggi yaitu pemecahan permasalahan masalah matematika, komunikasi matematik, matematika dan menyelesaikannya untuk penalaran matematik dan koneksi matematik. masalah nyata dan menggunakan matematika Branca menyatakan (dalam pemecahan 2006) secara bermakna sesuai menyusun model (meaningful). Sebagai masalah implikasinya maka kemampuan pemecahan matematika merupakan hal yang sangat masalah hendaknya dimiliki oleh semua anak penting sehingga menjadi tujuan umum yang belajar matematika. pengajaran bahwa Marzuki, asal, hasil matematika sebagai Polya (1985) menyebutkan empat jantungnya matematika, lebih mengutamakan langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: proses daripada hasil (Ruseffendi, 1991), dan 1) memahami masalah; 2) merencanakan sebagai fokus dari matematika sekolah dan pemecahan; 3) melakukan perhitungan; dan bertujuan 4) memeriksa kembali. untuk bahkan membantu dalam mengembangkan berpikir secara matematis Selain (NCTM, 2000). masalah Proses berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan intelektual tertentu matematik, hasil penyelesaian pembelajaran matematika lain yang diharapkan adalah kemampuan yang kemampuan kemampuan siswa dalam melakukan koneksi akan matematik. Utari (2002) mengatakan bahwa mengorganisasikan strategi. Hal itu akan koneksi melatih orang berpikir kritis, logis dan kreatif indikator berikut: mencari hubungan berbagai yang sangat diperlukan dalam menghadapi representasi konsep dan prosedur; memahami perkembangan masyarakat hubungan Lebih lanjut, Utari (2002) matematik meliputi antar topik indikator- matematika; menggunakan matematika dalam bidang menjelaskan bahwa pemecahan masalah studi dalam pembelajaran matematika merupakan memahami representasi ekuivalen konsep pendekatan dan tujuan yang harus dicapai. yang sama; mencari koneksi satu prosedur Sebagai pendekatan, pemecahan masalah ke prosedur lain dalam representasi yang digunakan untuk menemukan dan memahami ekuivalen; menggunakan koneksi antar topik materi atau konsep matematika. Sedangkan matematika sebagai tujuan, diharapkan agar siswa dapat matematika dengan topik lain. mengidentifikasi yang atau dan kehidupan koneksi sehari-hari; antar topik diketahui, Melalui koneksi matematik maka ditanyakan serta kecukupan unsur yang konsep pemikiran dan wawasan siswa akan diperlukan, merumuskan masalah dari situasi semakin terbuka terhadap matematika, tidak sehari-hari dalam matematika, menerapkan hanya terfokus pada topik tertentu yang strategi sedang untuk unsur lain menyelesaikan berbagai dipelajari, positif akan masalah (sejenis dan masalah baru) dalam menimbulkan atau di luar matematika, menjelaskan atau matematika itu sendiri. Membuat koneksi 13 sifat sehingga terhadap Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 merupakan standar yang jelas dalam penelitian ini, bahan ajar yang dihasilkan pendidikan matematika yang juga menjadi adalah bahan ajar matematika berbasis salah satu standar utama pemecahan yang disarankan NCTM (Sawada, 1996). masalah kemampuan Untuk mencapai hal tersebut, maka untuk penalaran mengukur dan koneksi matematis siswa SMP. diperlukan adanya bahan ajar yang relevan. Langkah-langkah Akan tetapi di lapangan, ketersediaan bahan menyusun bahan ajar tersebut adalah sebagai ajar yang berfokus pada aspek pemecahan berikut. masalah masih kurang. Oleh karena itu, 1. Analisis Kebutuhan (Need Assessment). peneliti ingin mengembangkan suatu bahan Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara ajar matematika berbasis pemecahan masalah sebagai berikut. Melakukan refleksi terhadap yang mendukung implementasi kurikulum bahan ajar yang digunakan saat KBM. pendidikan 2013. Menelaah kurikulum yang sedang digunakan maka yang dilakukan untuk Berdasarkan latar belakang masalah, pada saat ini yaitu kurikulum pendidikan peneliti 2013. Mengikuti perkembangan teknologi. sebagai merumuskan berikut : (1) masalahnya Bagaimanakah 2. Analisis Ujung Depan pengembangan dan hasil pengembangan Analisis ini bertujuan untuk bahan ajar berbasis masalah yang baik untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar mengukur yang kemampuan penalaran dan dihadapi dalam pembelajaran koneksi matematis siswa SMP? Dan (2) matematika di SMP sehingga dibutuhkan Bagaimanakah respon siswa terhadap bahan pengembangan bahan ajar. Pada tahap ini ajar yang dikembangkan untuk mengukur juga harus dipertimbangkan beberapa hal kemampuan sebagai alternatif pengembangan bahan ajar, penalaran dan koneksi matematis siswa SMP? teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa 2. Metode depan. Jenis dan Prosedur Penelitian. 3. Analisis Siswa Penelitian untuk Analisis siswa merupakan kajian menghasilkan suatu bahan ajar yang valid. tentang karakteristik siswa yang sesuai Bahan ajar yang dikembangkan tersebut dengan berguna kemampuan Karakteristik ini meliputi kemampuan, latar penalaran dan koneksi matematis siswa SMP. belakang, pengalaman, sikap terhadap materi Untuk itu, jenis penelitian yang digunakan ajar, pada interaksi sosial, bahasa yang digunakan, dan untuk penelitian ini bertujuan mengukur ini adalah penelitian rancangan pemilihan desain media, pemilihan pengembangan (research and development). perkembangan kognitif siswa. Jenis penelitian ini sesuai untuk kegiatan 4. Analisis Materi penelitian menghasilkan yang suatu bertujuan bahan ajar. untuk Untuk Pada memilih, pembelajaran. pola menetapkan, merinci, dan menyusun secara sistematis 14 Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 materi pada bahan ajar yang dikembangkan pemecahan sehingga sesuai dengan materi diberikan digunakan. Untuk itu, beberapa tahapan kerja berdasarkan analisis ujung depan maka yang dilakukan dalam menghasilkan produk dilakukanlah analisis materi. penelitian ini 5. Analisis Tugas adalah sebagai berikut. Analisis mengenali tugas bertujuan untuk masalah yang valid untuk 1. Perancangan Bahan Ajar Matematika keterampilan-keterampilan Berbasis Pemecahan Masalah penting yang diperlukan pada pembelajaran Kegiatan yang dilakukan dalam dan menelaah apa saja subketerampilan perancangan bahan ajar matematika berbasis akademis yang akan dikembangkan dalam pemecahan masalah adalah memilih format KBM bahan ajar, gambaran bahan ajar yang 6. Spesifikasi Kompetensi kontekstual , menetapkan garis-garis besar Spesifikasi untuk kompetensi mengkonversikan bertujuan deskripsi dan komponen-komponen bahan kemampuan- ajar. kemampuan yang akan dicapai dari analisis 2. Perancangan Instrumen Penelitian materi dan analisis tugas menjadi sub-sub Kegiatan yang dilakukan dalam kemampuan yang akan dicapai. perancangan instrumen penelitian adalah 7. Penelahaan Teori. menetapkan format instrumen yang Setelah dilakukan analisis kebutuhan, digunakan untuk menvalidasi bahan ajar maka dilakukan kajian beberapa teori yang matematika berbasis pemecahan masalah. berkaitan dengan kebutuhan tersebut. Selanjutnya, 8. Pembuatan Bahan Ajar. digunakan untuk menvalidasi bahan ajar Setelah dilaksanakan beberapa menetapkan indikator yang tersebut. langkah di atas, maka disusun bahan ajar 3. Penvalidasian Bahan Ajar oleh Tim Ahli matematika yang sesuai dengan kebutuhan. Pada tahap ini, validasi Pada tahapan ini disusun garis-garis besar dititikberatkan kepada pengujian kesesuaian komponen bahan ajar, garis-garis besar teori konten dan susunan dengan materi pelajaran, pendukung, ajar, yang lebih dikenal dengan validitas konten menetapkan perangkat-perangkat perkuliahan (content validity) dan validitas susunan dengan (construct validity) merancang format yang instrumen-instrumen bahan jelas. yang Memilih dibutuhkan, 4. Perealisasian Bahan Ajar mengorganisasikan materi yang disesuaikan dengan pengorganiasasian Pada tahap ini dihasilkan bahan ajar perangkat sebagai realisasi hasil perancangan bahan perkuliahan. Pada ajar matematika. Bahan ajar yang telah penelitian ini, dilakukan dihasilkan ditelaah kembali apakah beberapa proses sehingga diperoleh suatu kecukupan teori-teori pendukung tentang bahan bahan ajar telah dipenuhi dan diterapkan ajar matematika SMP berbasis 15 Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 dengan baik, sehingga bahan ajar siap diuji ditafsir dengan kalimat bersifat kualitatif kevalidannya oleh para ahli dari sudut yang tercantum dalam tabel berikut ini: rasional Tabel 2. Kriteria Persentase Indikator Bahan Ajar teoritis dan kekonsistenan kontennya. 5. Penelaahan Kembali dan Perbaikan Bahan Ajar. Berdasarkan hasil validasi dari Tim ahli, bahan ajar matematika yang telah dibuat ditelaah kembali sesuai dengan masukan/ saran dari Tim Ahli. Saran dari Tim ahli tersebut digunakan penyempurnaan atau sebagai revisi landasan bahan Bahan ajar digunakan matematika. Setelah itu, bahan ajar tersebut baik dan layak jika dinyatakan valid oleh “Cukup Valid”. yang valid untuk digunakan. 2. Analisis Efektivitas Bahan Ajar Analisis Data Validasi dikatakan validator dengan rata rata kriteria minimal diperbaiki, sehingga diperoleh bahan ajar 1. Hasil ajar Ahli terhadap Pengembangan Bahan Ajar Analisis efektivitas bertujuan untuk mengambil keputusan apakah perlu dilakukan uji coba selanjutnya dalam tahap Hasil validasi bahan ajar menggunakan pengembangan bahan ajar. Keefektifan bahan kriteria skala penilaian yaitu: 1 (tidak baik), 2 ajar yang digunakan dalam pembelajaran (kurang baik), 3 (cukup baik), dan 4 (sangat ditentukan baik). berdasarkan ketuntasan Tabel 1. Kriteria Jawaban Item Instrumen belajar indikator, Validasi Beserta Skornya pencapaian siswa, kemampuan ketercapaian guru mengelola pembelajaran, dan aktivitas siswa. a. Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan Lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, ketuntasan belajar Kemudian data dianalisis secara deskriptif ditentukan sebagai berikut: 1) Untuk kuantitatif, yaitu menghitung persentase skor pada bahan ajar yang dikembangkan. ππππ πππ‘ππ π π πππ KI-3 KD dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya π½πβ π πππ πππ πππππππ‘ππ = × 100% π½πβ π πππ ππππ . πππππππ‘ππ apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 Dari hasil perhitungan menggunakan rumus (B-) dari hasil tes formatif, 2) Untuk KD di atas, dihasilkan angka dalam bentuk pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang persen. Klasifikasi skor tersebut kemudian peserta 16 didik dilakukan dengan Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan Untuk KI-2 untuk seluruh mata pelajaran, yakni dalam pembelajaran digunakan rumus : jika profil sikap umum berada menurut peserta pada standar didik kategori mengetahui secara baik π= (B) pencapaian ππΌ πππππ indikator × 100% Keterangan : yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. Selanjutnya T = persentase pencapaian indikator suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya Si = jumlah skor siswa untuk butir (ketuntasan klasikal) jika dalam soal ke - i kelas Smaks =jumlah maksimum untuk tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. ketuntasan Namun, dalam butir soal ke - i penentuan penelitian ini c. Kemampuan hanya Kemampuan guru mengelola pembelajaran Untuk menentukan ketuntasan belajar individual pengetahuan untuk dapat diamati dan dianalisis berdasarkan lembar kompetensi dihitung observasi dengan yang telah tersedia. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola menggunakan rumus : ππΎ = Mengelola Pembelajaran menggunakan hasil penilaian pengetahuan. siswa Guru pembelajaran menggunakan angket skala π × 4,00 ππ‘ empat. Keterangan: Data olahan selanjutnya dianalisis secara NK = Nilai Kompetensi deskriptif persentase dengan menggunakan S = jumlah skor yang diperoleh siswa rumus: St = jumlah skor total ππππ = ππβ πππ€ππππ × πππππ‘ ππππβππ ππβ πππππ×πππππ‘ π‘πππ‘πππππ × 100% Sedangkan untuk menghitung ketuntasan Untuk belajar klasikal dapat digunakan rumus : keputusan digunakan kriteria sebagai berikut: πΎπΎ = π × 100% ππ‘ dapat memberikan makna dan Tabel 3. Kriteria Persentase Indikator Bahan Ajar Keterangan : KK = Ketuntasan Klasikal T = jumlah siswa yang telah tuntas belajar Tt = jumlah seluruh siswa b. Ketercapaian Indikator Ketercapaian indikator merupakan kriteria selanjutnya dalam menganalisis efektivitas bahan ajar. Indikator pembelajaran tercapai d. Aktivitas Siswa jika paling sedikit 75% indikator yang Bahan ajar dikatakan efektif jika siswa dirumuskan dapat dicapai oleh 65% siswa. aktif dalam pembelajaran, dan berdasarkan 17 Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 lembar observasi aktivitas siswa jika minimal tercapai). Dengan demikian ketercapaian 80% siswa menghasilkan nilai rata-rata indikator pada uji coba I tidak mencapai minimal “cukup kategori/aktivitas baik” yang untuk tiap kriteria efektif. Selanjutnya, berdasarkan uji positif dan coba II diperoleh persentase ketercapaian mendukung pembelajaran. untuk indikator soal nomor 1 adalah 80% 3. Hasil dan Pembahasan (tercapai), persentase ketercapaian untuk Efektivitas Bahan Kemampuan Ajar Penalaran indikator terhadap dan soal nomor 2 adalah 85% (tercapai), persentase ketercapaian untuk Koneksi Matematis indikator a. Pencapaian ketuntasan belajar siswa. (tercapai), dan persentase ketercapaian untuk Berdasarkan hasil penelitian pada uji indikator soal soal nomor nomor 3 4 adalah adalah 65% 75% coba I, dari 26 orang siswa yang mengikuti (tercapai). Indikator pembelajaran tercapai tes terdapat 9 orang siswa (34,6%) yang jika paling sedikit 75% indikator yang mencapai tingkat ketuntasan belajar siswa dirumuskan dapat dicapai oleh 65% siswa. secara klasikal dan 17 orang siswa (65,4%) Dengan demikian, ketercapaian indikator belum tuntas. Pengambilan keputusan tuntas pada uji coba II telah mencapai kriteria atau tidak tuntas didasarkan pada penilaian efektif. terhadap dengan c. Kemampuan menggunakan tes kemampuan penalaran dan pembelajaran aspek pengetahuan guru mengelola koneksi matematis. Kemudian berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian pada uji hasil penelitian pada uji coba II diperoleh coba I, skor kemampuan guru mengelola bahwa telah pembelajaran adalah 84,6% berada pada mencapai ketuntasan belajar dan hanya 5 rentang kategori cukup baik. Kemampuan orang siswa (19,3%) yang tidak tuntas guru mengelola pembelajaran mengalami belajar. Berdasarkan persentase ketuntasan peningkatan dari pertemuan ke pertemuan klasikal diperoleh bahwa ada peningkatan selanjutnya terlihat dari skor kemampuan ketuntasan belajar sebesar 61,4% guru mengelola pembelajaran pada uji coba b. Ketercapaian Indikator II yaitu sebesar 90,76% yang berada pada 21 orang siswa (80,7%) Berdasarkan hasil penelitian pada uji kategori sangat baik. coba I diperoleh bahwa ketercapaian untuk d. Aktivitas siswa indikator soal nomor 1 adalah 60% (tidak tercapai), persentase indikator soal ketercapaian Berdasarkan hasil penelitian pada uji untuk coba I, dari sepuluh orang siswa yang diamati 78% hanya ada enam orang yang menunjukkan (tercapai), persentase ketercapaian untuk persentase aktivitas positif yang efektif yaitu indikator soal nomor 3 adalah 10% (tidak di atas 74. Aktivitas siswa mencapai kriteria tercapai), dan persentase ketercapaian untuk efektif jika 80% dari siswa menghasilkan indikator soal nomor 4 adalah 45% (tidak nilai nomor 2 adalah 18 “cukup baik” untuk tiap Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 kategori/aktivitas positif dan mendukung matematis siswa pada uji coba kedua di pembelajaran maka aktivitas siswa pada uji SMP Nurul Hasanah Medan; coba I dinyatakan tidak efektif. Selanjutnya b. Respon siswa terhadap bahan ajar positif berdasarkan uji coba II, dari sembilan orang untuk hampir seluruh aspek pada kegiatan yang diamati ada delapan orang yang pembelajaran yang dilakukan. menunjukkan persentase aktivitas positif Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yang efektif. Dengan demikian aktivitas saran-saran siswa pada uji coba II dinyatakan efektif. sebagai berikut. Analisis Data Respon Siswa terhadap 1. Guru perlu mengembangkan bahan ajar dan Bahan Ajar yang dikemukakan menyelenggarakan adalah kegiatan Data respon siswa yang diperoleh pembelajaran dengan berbasis masalah melalui angket dengan skala empat dianalisis karena dapat memberikan dorongan pada berdasarkan tiap siswa untuk lebih senang dan semangat respon dihitung dengan cara membagi jumlah dalam belajar yang pada akhirnya dapat respon siswa pada tiap aspek dengan jumlah meningkatkan kemampuan penalaran dan seluruh siswa dikalikan 100%. Respon siswa koneksi matematis siswa. persentase. Persentase dikatakan positif jika minimal 80% siswa merespon 2. Bahan ajar ini melalui dua kali tahap uji positif. Dari hasil angket yang coba tanpa melalui tahap simulasi, dan diperoleh, sebanyak 23 siswa (88,5%) yang dikembangkan hanya sampai pada tahap merespon positif, sementara 3 siswa (11,5%) ke-3 merespon negatif. Hal ini menunjukkan (Develop), bahwa secara keseluruhan adanya bahan ajar penyebaran (Disseminate). Oleh karena dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu bahan ajar yang dihasilkan pada memberikan dorongan pada siswa untuk penelitian ini masih memerlukan uji coba lebih senang dan semangat dalam belajar di sekolah-sekolah lain dengan berbagai yang pada akhirnya dapat meningkatkan kondisi agar diperoleh bahan ajar yang kemampuan benar-benar penalaran dan koneksi yaitu tahap tanpa pengembangan melalui berkualitas dan tahap dapat matematis siswa. dijadikan sebagai bahan ajar alternatif 4. Kesimpulan oleh guru di kelas VIII SMP untuk Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengajarkan topik persamaan garis lurus. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai 3. Penelitian ini dilakukan di saat Kurikulum berikut. a. Bahan 2013 masih mengalami penyesuaian dan ajar berbasis yang banyak perubahan, sehingga jika peneliti dikembangkan dengan model 4-D yang lanjutan ingin mengembangkan bahan ajar telah dimodifikasi masalah efektif terhadap yang berbasis Kurikulum 2013 perlu kemampuan penalaran dan koneksi diperhatikan sumber-sumber aktual dan terkini 19 mengenai Kurikulum 2013 Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016 khususnya mengenai implementasi, buku Ruseffendi, H.E.T.(1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Sawada, D. (1996). Mathematics as Connection Making in Japanese Elementary School. School Science and Mathematics. Vol 96 Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Seminar Nasional FMIPA UPI Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY Trianto.(2011). Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Jakarta : Kencana siswa dan guru, serta silabus Kurikulum 2013. Daftar Pustaka Gelar, Dwirahayu. (2005). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Analogi terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Bandung : UPI Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997) Mathematical Task and Student Cognition : Classroom based factors that Support and inhibit High-level Thinking and Reasoning, JRME,28,524-549 Hudoyo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Marzuki, Ahmad. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Tesis UPI Bandung.Tidak diterbitkan National Council of Teacher of Mathematics (2000), Principles and Standarts for School Mathematics, Reaston , VA: NCTM Polya, G (1985). How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey : Princeton University Press 20