BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama bahasa bagi manusia adalah sebagai alat komunikasi. Manusia menggunakan bahasa untuk memberi dan menerima informasi melalui berbagai media baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, baik yang berbentuk audio maupun visual. Dalam tubuhnya, manusia dikaruniai media langsung yang berguna untuk menghasilkan dan menerima audio (bunyi) berupa seperangkat artikulator dan alat pendengaran. Melalui kedua media inilah, kegiatan berbahasa berawal. Pada tahap berikutnya, dengan ditemukannya media lain, kegiatan berbahasa berkembang menjadi tidak hanya yang bersifat audio, tetapi juga visual. Munculnya bentuk-bentuk visual untuk menggambarkan bunyi menciptakan bahasa tulis sebagai alat komunikasi. Bahkan kemudian, bahasa tulis inilah yang berkembang pesat sehingga sekarang ini kita dapat memanfaatkan berbagai media yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Perkembangan media tulis sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada awal kemunculannya media tulis hanya menggunakan teknologi sederhana seperti daun lontar, batu, kayu dan sebagainya. Kemudian berkembang dengan ditemukannya kertas sebagai media. Perkembangan mutakhir adalah pemanfaatan teknologi informasi sebagai media berbahasa. Perkembangan teknologi informasi pada beberapa dekade terakhir telah merasuki berbagai segi kehidupan manusia, termasuk dalam komunikasi, 1 2 khususnya dalam kegiatan berbahasa. Pengaruh teknologi informasi tidak hanya sebatas pada kecepatan dan kemudahan, tetapi sudah mempengaruhi pola pikir dan pola kehidupan manusia, termasuk juga dalam pola berbahasa. Beberapa dekade lalu, untuk menginformasikan sesuatu kepada seseorang yang berbeda tempat cukup jauh, kita harus menulis sebuah surat dan mengirimkannya melalui pos. Kalau informasi tersebut dirasa penting, kita dapat menggunakan telegram. Perkembangan selanjutnya, kita dapat menggunakan perangkat faksimili agar informasi tertulis dapat sampai lebih cepat. Era media tulis seperti itu, sekarang ini sudah berakhir. Sekarang ini semakin jarang orang mengirimkan surat atau sejenisnya. Ditemukannya telepon genggam (handphone) telah mengubah pola hidup masyarakat. Untuk memberikan informasi kepada orang yang berbeda tempat, dapat digunakan layanan pesan singkat atau SMS (short Message Service) yang lebih cepat, mudah dan murah dibandingkan media surat. Walaupun, SMS memiliki beberapa kekurangan dibandingkan dengan media surat, tetapi dengan kelebihannya, orang kini lebih suka menggunakan SMS daripada menulis surat. Perkembangan teknologi informasi yang lebih kini lagi adalah media internet. Teknologi ini sudah hampir menciptakan pola kehidupan baru bagi manusia. Dengan berbagai keunggulannya, internet mulai merambah seluruh sendi kehidupan manusia. Sebagai contoh, cara berbelanja atau bertransaksi bisnis lainnya sudah menjadi hal yang lazim dilakukan melalui internet. Para politikus juga semakin banyak mengunakan media internet yang dinilai lebih efektif dan efisien. Tidak ketinggalan pula, dalam segi kehidupan sosial. 3 Pola manusia dalam bersosialisasi kini tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika dahulu untuk bersosialisai dengan orang lain kita harus bertatap muka, kini semua orang di hampir seluruh belahan dunia bisa saling berkenalan dan menyapa layaknya teman melalui media internet. Hadirnya banyak layanan jejaring sosial menciptakan pola baru dalam bersosialisasi. Salah satu jejaring sosial yang banyak diminati para pengguna internet adalah jejaring Facebook atau dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi jejaring Fantasi Berteman (FB). Berdasarkan laporan, pengguna jejaring Facebook hingga Desember 2010 di Indonesia mencapai 33 juta orang . Termasuk dalam lima besar pengguna jejaring Facebook di dunia. (www. Facebook.com). Kondisi ini layak disyukuri sekaligus diwaspadai, karena dengan semakin banyaknya masyarakat yang terjalin dalam jejaring Facebook, selain berdampak positif tetapi juga sangat mungkin berdampak negatif. Seperti telah dikemukakan di atas, hadirnya teknologi informasi mengubah pola berbahasa manusia. Demikian juga hadirnya jejaring Facebook memunculkan pola bahasa yang unik. Dalam berkomunikasi melalui jejaring Facebook sering ditemui kata-kata baru yang tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) . Demikian juga, dalam tataran sintaksis dan semantiknya. Kajian terhadap tindak berbahasa dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang keilmuan. Psikolinguistik mengkaji bagaimana manusia memperoleh dan menggunakan bahasa. Pragmatik membahas bagaimana bahasa digunakan oleh seseorang agar sesuai dengan konteks dan tujuannya. 4 Di dalam kedua sudut pandang itulah muncul istilah implikatur. Implikatur merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Grice untuk memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik biasa. Jika hanya mengandalkan teori atau pemahamn semantik saja, makna suatu tuturan atau ujaran tidak bisa dipahami dan dimengerti dengan tepat. Ketidaktepatan pemahaman makna ujaran sangat berimbas pada tercapainya tujuan komunikasi. Kajian implikatur terhadap penggunaan bahasa penting dilakukan agar dalam berkomunikasi, kedua belah pihak (komunikan dan komunike) mencapai maksud yang sama atau tidak terjadi miskomunikasi antara keduanya. Banyak kasus yang terjadi baik yang kadarnya sederhana sampai rumit yang diakibatkan oleh miskomunikasi. Kajian implikatur semakin penting apabila dikaitkan dengan penggunaan bahasa oleh siswa. Dengan karakteristik psikhis sebagai remaja, siswa SMA memiliki tingkat emosioal yang masih labil sehingga dapat melakukan hal-hal yang di luar kontrol emosinya. Kasus-kasus tawuran antarpelajar sering dipicu oleh beberapa kata atau bahasa isyarat yang sering disalahartikan oleh penerimanya. Demikian juga pertengkaran-pertangkaran disekolah sesama teman sering disebabkan oleh hal-hal kecil seperti kata-kata julukan, sindiran dan sebagainya. Demikian juga dalam pemakaian bahasa pada jejaring sosial Facebook. Berdasarkan pengamatan sekilas, diperoleh gambaran tentang penggunaan bahasa pada jejaring sosial Facebook yang mengarah pada hal-hal yang kurang positif. 5 Kata-kata kasar yang kurang sedap didengar sering tertulis pada berbagai menu di jejaring Facebook. Gambaran ini semakin diperkuat oleh beberapa fakta yang dimuat di beberapa surat kabar on line. Komnas Perlindungan Anak (PA) mencatat, dari 100 laporan pengaduan dampak Facebook, 60 kasus berkaitan dengan penggunaan bahasa yang tidak baik oleh anak (Kompas.com, 17 Februari 2010). Empat siswa SMAN 4 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, dikeluarkan dari sekolah. Mereka dituduh menghina salah seorang guru wanita di sekolah itu melalui jejaring sosial facebook (Kompas.com, 15 Februari 2010). Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. menyayangkan penggunaan bahasa kasar dalam komunikasi di situs jejaring sosial (news.okezone.com). Kasus-kasus di atas dapat menjadi gambaran bahwa penelitian tentang penggunaan bahasa memiliki arti penting bukan hanya dalam kaitannya dengan proses komunikasi, tetapi dala skala yang lebih luas yaitu proses pendidikan. Pepatah “bahasa menunjukkan bangsa” menjadi landasan untuk menilai output proses pendidikan melalui penggunaan bahasa. Penilaian ranah afektif tidak dapat dilakukan hanya dengan mengadakan tes di kelas, tetapi harus menilai tingkah laku siswa sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian penggunaan bahasa oleh siswa pada jejaring Facebook juga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pendidikan. Salah satu elemen yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan adalah penyusunan bahan ajar. Penyusunan bahan ajar yang sesuai dengan kriteria dapat menjadi alat yang efektif dan efisien dalam menjapai tujuan pembelajaran. Oleh 6 karena itu, hasil penelitian tentang penggunaan bahasa oleh siswa dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar. Beberapa penelitian terhadap dampak Facebook pernah dilakukan, baik yang sifatnya akademis sebagai syarat memperoleh gelar akademik maupun penelitian mandiri oleh para pakar. Muhammad Effendi meneliti fenomena penggunaan Facebook di Indonesia (fend-skripsifendighozali.blogspot.com). Gustitia Putri P dari UNS Surakarta meneliti dampak budaya dalam skripsi berjudul “Analisis Positif Negatif Facebook di Indonesia”. Kedua penelitian ini memfokuskan pada dampak sosial yang ditimbulkan oleh jejaring Facebook. Penelitian tentang penggunaan bahasa sudah banyak dilakukan. Chusni Hadiati dari UNDIP Semarang pernah meneliti tindak tutur dan implikatur percakapan tokoh wanita dan tokoh laki-laki dalam film The Sound of Music. Zuraidah Nasution meneliti implikatur percakapan dalam acara debat kandidat calon kepala daerah DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pelanggaran terhadap prinsip kerjasama Grice seperti yang disyaratkan dalam sebuah implikatur. Penelitian tentang penggunaan bahasa oleh para remaja pernah dilakukan oleh Euis Siti Setiasih Widuriani dari program studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2007. Penelitian ini memfokuskan ada kajian perubahan morfologis, fonologis dan Kosakata bahasa gaul di kalangan remaja. Walaupun fokusnya pada aspek linguistik, 7 penelitian ini membuktikan adanya karakteristik khusus yang terdapat pada bahasa para remaja. Penelitian yang sejenis dilakukan oleh Husni Thamrin dari program studi Linguistik SPs UPI. Penelitian ini membahas penyingkatan yang terdapat pada bahasa SMS. Bahasa SMS mempunyai kemiripan dengan penggunaan bahasa pada jejaring Facebook. Dari beberapa penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa masih perlu dilakukan baik dari sudut pandang ilmu bahasa maupun ilmu pendidikan. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Terdapat perubahan pola perilaku manusia termasuk pola berbahasa sebagai akibat perkembangan media berbahasa dari media lisan dan media tulis sederhana menjadi media berteknologi tinggi. 2. Jejaring sosial Facebook selain berdampak positif juga sangat dimungkinkan berdampak negatif. 3. Kondisi psikhis siswa yang masih dalam masa remaja memungkinkan terjadi dampak sosial akibat penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kerja sama Grice dan Prinsip Kesantunan Leech. 4. Penggunaan bahasa oleh siswa merupakan bentuk output pendidikan yang dapat dijadikan umpan balik terhadap proses pendidikan terutama dalam penyusunan bahan ajar. 8 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dalam penelitian ini akan dibatasi hal-hal sebagai berikut : 1. Penggunaan bahasa Indonesia yang diteliti adalah penggunaan bahasa Indonesia pada jejaring Facebook yang meliputi menu : Beranda, Dinding dan Foto. Pada menu-menu tersebut dimungkinkan penggunaan bahasa Indonesia yang mengandung implikatur. 2. Penggunaan bahasa Indonesia pada jejaring Facebook yang diteliti adalah penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta yang berisi topik beragam. 3. Implikatur yang diteliti adalah implikatur yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia berdasarkan teori tindak tutur Searle, prinsip kerja sama dari Grice dan prinsip kesantunan Leech. 4. Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan berupa lembar kerja Siswa (LKS). LKS dapat menjadi bahan ajar yang bersifat melengkapi bahan ajar yang sudah tersedia. 5. Keterampilan berbahasa yang menjadi fokus utama sebagai dasar pengembangan bahan ajar adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis paling relevan untuk dikembangkan karena penelitian ini mengakaji pemakain bahasa tulis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, dalam penelitian ini akan dijawab masalah-masalah sebagai berikut : 9 1. Bagaimanakah implikatur yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada jejaring Facebook dan penggolongannya berdasarkan teori tindak tutur Searle ? 2. Bagaimanakah bentuk pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta berdasarkan prinsip kerja sama Grice ? 3. Bagaimanakah bentuk pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta berdasarkan prinsip kesantunan Leech ? 4. Bagaimanakah perancangan hasil kajian implikatur ini menjadi bahan ajar keterampilan menulis di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta ? E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan : 1. Mendeskripsikan implikatur yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada jejaring Facebook berdasarkan teori tindak tutur Searle. 2. Mendeskripsikan pelanggaran yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada jejaring Facebook terhadap prinsip kerja sama Grice. 3. Mendeskripsikan pelanggaran yang terdapat pada penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 Jakarta pada jejaring Facebook terhadap kesantunan Leech. 10 4. Merancang hasil kajian implikatur tersebut menjadi bahan ajar keterampilan menulis di SMA Muhammadiyah 4 Jakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah linguistik secara umum dan psikolinguistik serta pragmatik secara khusus. Perkembangan teknologi yang selalu diiukuti oleh perubahan tingkah laku manusia, termasuk dalam perilaku berbahasa, membutuhkan penelitian agar teori kebahasaan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. 2. Manfaat Praktis Para ahli bahasa dan guru, khususnya bahasa Indonesia diharapkan dapat mengambil manfaat penelitian ini sebagai pertimbangan merumuskan berbagai hal yang berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa harus selalu dibimbing agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.