bab iii tinjauan pustaka

advertisement
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. PENGERTIAN UMUM PROYEK
Soehendardjati,1987, mengemukakan :
1. Proyek adalah suatu kegiatan terorganisir yang menggunakan
sumber daya yang dijalankan selama jangka waktu yang terbatas
yang mempunyai titik awal dimulainya dan titik akhir saat
berakhirnya.
2. Proyek adalah usaha yang kompleks, biasanya kurang dari tiga
tahun dan merupakan kesatuan dari tugas yang berhubungan
dengan sasaran, jadwal, dan anggaran yang terumuskan dengan
baik.
Menurut Prijono, 1994, daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek
tampak dalam gambar 3.1 yang menyajikan langkah berkesinambungan dengan
tujuan untuk mencapai hasil baik.
PERENCANAAN
1. Tentukan Sasaran
2. Survey sumber daya
3. Menyusun Strategi
PENGENDALIAN
1. Membandingkan hasil
dengan rencana
2. Laporan
3. Pemecahan masalah
PELAKSANAAN
1. Alokasi sumber daya
2. Alokasi pelaksanaan
3. Motivasi staf
Gambar 3.1 Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek
16
17
3.2 HUBUNGAN BIAYA,WAKTU DAN KUALITAS
Ketentuan mengenai biaya, kualitas dan waktu penyelesaian konstruksi
sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi
dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses
pelaksanaan, maka harus segera dilakukan perbaiakan. Usaha perbaikan
penyimpangan tersebut bagaimanapun tidak dapat mengubah kesepakatan
pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan. Bahkan segala macam bentuk
penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu pekerjaan
biasanya mengandung resiko dan sanksi denda.
Dalam penyelenggaraan sebuah proyek, factor biaya merupakan bahan
pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang
harus ditananmkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan.
Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak lepas dari pengaruh
situasi ekonomi yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material, harga
peralatan, dan upah, tenaga kerja. Karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat
pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan pelaksaaan
kegiatan karena suatu keterlambatan. Di samping itu masih ada pengaruh yang
dating dari masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana
awal lokasi proyek, atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya.
Sedangkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan
konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan, seperti
keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama
berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal, masalah-masalah produktivitas,
peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai keamanan perencanaan dan metode
pelaksanaan lonstruksi, dampak lingkungan, kebijaksanaan di ketenagakerjaan
dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kualitas hasil
pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya
manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan teknis. Misalnya
dalam penyusunan criteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segifinansial
sebagai penunjang, tata cara penyediaan material, peralatan, dan pengawasan.
Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang
18
berpengaruh terhadap jadwal, waktu dan kualitas, yaitu upaya analisa ekonomi
biaya tinggi, program-program pelatihan tenaga kerja. Ringkasan uraian tersebut
dapat diberikan dalam bentuk bagan seperti pada gambar 3.2.
Ketiga faktor tersebut saling tarik-menarik. Artinya, jika ingin
meningkatkan kinerja yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus
diikuti dengan menaikkan kualitas yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya
melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus
berkompromi dengan mutu dan jadwal.
Inflasi
Penundaan
Sengketa hukum
Modal kerja
Bunga bank
Pembiayaan
Lokasi Proyek
Produktivitas
Jadwal Konstruksi
Ekonomi biaya tinggi
Rekayasa nilai
Jadwal Waktu
Perubahan pekerjaan
Peraturan
Waktu
Pemerintah
Konstruksi
Pengadaan alat
dan bahan
Pelatihan pekerjaan
Kualitas
Gambar 3.2 Ketergantungan biaya, waktu dan kualitas
Sumber : Ismawan Dippohusodo, 1996
Tenaga terampil
Kualitas bahan
dan alat
Pemerisaan
Pengawasan
Perencanaan dan
spesifikasi teknis
19
3.3. PERENCANAAN PROYEK
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat
penting, yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan
datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Hal ini berarti pertama-tama kita
harus menentukan sasaran yang hendak dicapai kemudian mencoba menyusun
urutan langkah-langkah kegiatan untuk mencapainya.
Dalam menyelenggarakan proyek, tahap dan kegunaan perencanaaan dapat
dibedakan menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian. Segera
setelah kegiatan proyek dimulai maka dipersiapkan perencanaan dasar yang
berupa penyusunan jadwal induk, anggaran, penetapan standar mutu, penetapan
organisasi pelaksana, dan urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan. Jadi
perencanaan tahap ini dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar berpijak bagi
suatu penyelenggara proyek, oleh karena itu disebut sebagai perencanaan dasar.
Pada tahap penyelenggaraan proyek, yaitu bila pelaksanaan fisik sudah berjalan,
data-data dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan datadata perencanaan dasar. Kegiatan ini berupa menganalisis dan membandingkan
hasil pelaksanaan fisik di lapangan terhadap perencanaan dasar kemudian
membuat pembetulan-pembetulan yang diperlukan, seringkali harus diikuti
dengan pembuatan perencanaan ulang. Pembuatan perencanaan ulang bertujuan
agar pelaksanaan pekerjaan selalu terbimbing menuju sasaran yang disebut
perencanaan untuk pengendalian.
Unsur-unsur perencanan yang berkaitan dengan manajemen proyek adalah
jadwal, prakiraan, sasaran, prosedur, dan anggaran. Tidak semua perencanaan
mengandung semua unsur tersebut. Suatu perencanaan yang baik memerlukan
keterangan yang jelas mengenai unsur-unsur yang menjadi bagian dari
perencanaan, sehingga seluruh bagian organisasi dan personil yang terlibat
mengetahui arah tindakan yang dituju. Penjelasan lebih lanjut dari unsur tersebut
adalah sebagai berikut :
20
1. Jadwal
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkahlangkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran. Pendekatan
yang sering dipakai untk penyusunan jadwala adalah pembentukan
jaringan kerja, yang menggambarkan suatu grafik hubungan urutan
pekerjaan proyek.
2. Prakiraan
Prakiraan adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk melihat
keadaan masa depan dengan data-data yang tersedia. Tujuan prakiraan
adalah memberikan informasi untuk dipakai sebagai salah satu dasar
perencanaan dan pengendalian.
3. Sasaran
Sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan
diusahakan untuk mencapainya. Terdapat tiga sasaran proyek yaitu jadwal,
anggaran , mutu.
4. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan
dan
prosedur
memegang
peranan
penting
dalam
penyelenggaraan suatu kegiatan besar. Sebab kebijakan dan prosedur
merupakan
alat
komunikasi
yang
diharapkan
dapat
mengatur,
mengkoordinasi, dan menyatukan arah gerak bagian-bagian kegiatan yang
dilakukan. Kebijakan dapat diartikan sebagai petunjuk dalam pengambilan
keputusan. Bila kebijakan memberikan petunjuk apa yang perlu dan dapat
dilakukan, maka prosedur menjelaskan bagaimana cara melakukan.
Prosedur dapat digunakan untuk :
•
Mengurangi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurang
adanya komunikasi.
•
Mengurangi adanya tumpang tindih dan pengulangan.
•
Mengurangi tugas-tugas pengambilan keputusan, karena prosedur
itu sendiri merupakan keputusan-keputusan mengenai bagaimana
pekerjaan dilakukan.
21
5. Anggaran
Anggaran
menunjukkan
melaksanakan
pekerjaan
perancangan
dalam
penggunaan
kurun
waktu
dana
untuk
tertentu.
Dalam
penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun rapi yaitu anggaran
yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, akan
merupakan patokan dasar atau pembanding dalam kegiatan pengendalian.
Anggaran dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila perbedaan
anggaran sudah terlalu besar maka penggunaanya sebagai alat perencanaan
dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran
perlu disesuaikan, bila hal ini memang diperlukan dari segi pengendalian
dan perencanaan. Jadi penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran
tetap terhadap situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan
realisistik dari suatu anggaran tetap terjaga.
3.4. PELAKSANAAN PROYEK
Tahap pelaksanaan di lapangan dimulai sejak ditetapkanya pemenang
lelang, dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja serta penyerahan
lapangan dengan segala keadanya kepada kontraktor. Kontraktor mengawali
kegiatanya dengan mengeluarkan surat pembertitahuan saat mulai bekerja yang
sekaligus memuat informasi mengenai organisasi dan petugas lapanganya.
Kemudian dimulailah pekerjaan-pekerjaan persiapan, pengujian material, survey
pengukuran dan persiapan pula tata cara dan prosedur penanganan masalahmasalah administratif.
Selanjutnya perlu mengembangkan jadwal rencana kerja menjadi jadwal
terinci. Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi
kemungkinan
munculnya
permasalahan
dan
hambatan,
termasuk
memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal rencana detail berlaku sebagai
kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi dalam bentuk jadwal, pengadaan
material, alat-alat dan tenaga kerja, penagihan, pembayaran prestasi,dan
penyusunan arus kas, Kemudian perlu ditetapkan pedoman praktis mekanisme
22
dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan, koordinasi, pengendalian dan
pemerikasan pekerjaan kontraktor sampai sedetail mungkin.
Selama proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan selalu
mengikuti laporan dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal rencana kerja yang
dipersiapkan secara teratur dalam waktu periodik harian, mingguan, bulanan.
Biasanya setiap laporan dilengkapi foto-foto keadaan dan perkembangan lapangan
yang disertai pula catatan-catatan penting seperlunya. Penerapan pelaksanaan
pekerjaan yang didasarkan pada rencana kerja dan waktu ke waktu harus selalu
dimonotoring, termasuk mengevaluasi segala kendala dan hambatan yang
dihadapi agar segera dapat diberikan cara penyelesaian. Untuk itu perlu diadakan
rapat-rapat koordinasi secara periodik.
Setiap proses pelaksanaan konstruksi memerlukan program pengendalian
mutu hasil pekerjaan berdasarkan pada sistem pengendalian yang menyeluruh.
Pelaksanaan tugas kegiatan pengendalian mutu hakikatnya adalah pemantauan
langkah demilangkah terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Jadi bukan hanya
memberikan penilaian terhadap hasil suatu proyek. Proses pemantauan mencakup
penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material,
pengadaan peralatan, pengadaan tenaga kerja, termasuk keselamatan dan
keamanan kerja.
3.5 PENJADWALAN PROYEK
Adapun metode penjadwalan diantaranya adalah metode Analisis
Jaringan Kerja CPM, PERT, dan PDM. Adapun penjelasanya adalah sebagai
berikut :
™ CPM (Critical Path Method)
Adalah suatu metode dengan menggunakan diagram anak panah
untuk menentukan lintasan kritis, sehingga disebut juga metode
lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi
kegiatan yang tertentu (deterministik). Berikut bentuk CPM :
23
even (node) terdahlu
kegiatan
even(node)
durasi
berikut
keterangan :
Simbol peristiwa/kejadian/event
- menunjukan titik waktu mulainya/selesainya suatu kegiatan
dan tidak mempunyai jangka waktu.
Simbol kegiatan (activity)
- kegiatan membutuhkan jangka waktu (durasi) dan sumber
daya
Simbol kegiatan semu (dummy)
- kegiatan berdurasi nol,tidak membutuhkan sumber daya
Dalam CPM(Critical Path Method) dikenal EET(Earliest Event
Time) dan LET (Latest Event Time), Total Float, Free Float dan
Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau
waktu tercepat dari event. LET adalah Peristiwa paling akhir atau
waktu paling lambat dari event.
i
EETi
LETi
Kegiatan
Durasi
j
EETj
LETi
Gambar. EET dan LET suatu kegiatan.
¾ EET (Earliest Event Time )
Perhitungan maju untuk menghitung EET (Earliest Event Time )
EET = (EET +d) max
Prosedur menghitung EET :
• Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari
peristiwa nomor 1 berturut-turut sampai nomor maksimal.
• Tentukan nilai EET untuk peristiwa nomor satu (paling kiri) sama
dengan nol.
24
• Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas.
¾ LET (Latest Event Time)
Perhitungan
Waktu
mundur
untuk
menghitung
LET(Latest
EventTtime).
LET = (LET +d) min
Prosedur Perhitungan LET :
• Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan
nilai EET kegiatan terakhir.
• Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas.
• Bila terdapat lebih dari satu kegiatan (termasuk dummy) maka
sipilih LET yang minimum.
¾ Total Float (TF)
Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan
boleh
ditunda
atau
terlambat,
tanpa
mempengaruhi
jadwal
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF)
adalah
TF = LET -d - EET
Contoh :
5
D
6
2
3
8
G
9
3
5
12
7
12
Float total kegiatan D : TF = LET-d-EET = 9-2-5 =2
Nilai TF = 2, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaanya
maksimum 2 minggu tanpa menyebabkan keterlambatan pada waktu
total penyelesaian proyek.
¾ Free Float (FF)
Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan
boleh
ditunda
atau
terlambat,
tanpa
mempengaruhi
atau
25
menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free
Float (FF) dapat dihitung :
FF = EETberikut(j) -d - EET awal(i)
Contoh :
5
D
6
G
8
3
12
7
5
9
2
12
3
FF = EETj –d-EETi = 8-2-5 = 1
Nilai FF = 1, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaanya
maksimum 1 minggu tanpa mempengaruhi waktu pelaksanaan atau
menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya (kegiatan G).
¾ Inferent Float (IF)
Adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang
merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF),
sedkipun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara
keseluruhan.
IF = TF-FF
Contoh :
5
D
G
5
3
6
8
2
12
7
9
3
12
IF = TF-FF=2-1 =1
Nilai IF = 1, Berarti kegiatan D boleh mengalami penundaan lagi
sebesar maksimum 1 minggu lagi (sampai nilai IF = 0).
Dalam metode CPM kita juga akan mendapatkan lintasan kritis yaitu
lintasan yang menghubungkan kegiatan–kegiatan kritis yaitu
kegiatan yang tidak boleh terlambat atau ditunda pelaksanaanya,
26
karena
keterlambatan
kegiatan
kritis
akan
menyebakan
keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. Cara
menentukan Lintasan kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja
adalah sebagai berikut :
•
Lintasan kritis dapat ditentukan dengan menghubungkan
kegiatan-kegiatan kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai nilai
Free Float dan Total Float sama dengan nol.
•
Lintasan kritis dapat pula ditentukan dengan mencari lintasan
durasi total terpanjang.
™ Presedence Digram Method (PDM)
Kegiatan dalam Presedence Digram Method (PDM)digambarkan dengan
lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga disebut
juga Activity On Node (AON) dalam Presedence Digram Method (PDM)
ini tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan
menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat
tanpa menambah jumlah kegiatan.
ES
LS
No.Keg
Jenis
Kegiatan
EF
LF
Durasi
Gambar 3.3 Bentuk Presedence Digram Method (PDM)
Perhitungan Presedence Digram Method (PDM) menggunakan hitungan
maju yaitu Earliest start (ES) dan Earliest finish (EF).
Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut :
• Earliest Start (ES) = Latest Start (LS).
• Earliest finish (EF) = Latest finish (LF).
• Latest finish (LF) - Earliest Start (ES) = Durasi kegiatan.
Sedangkan Float pada Presedence Digram Method (PDM) dibedakan
menjadi dua jenis yaitu Total Float (TF), dan Free Float (FF).
27
Total Float (TF) = Min (LS –EF)
Free Float (FF) = Min (ES –EF)
™
Program Evaluation Review Tecnique (PERT)
Metode PERT digunakan untuk memperkirakan durasi suatu proyek dan
memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas dari suatu
kegiatan
atau
proyek
secara
keseluruhan.
Metode
PERT
juga
menggunakan teknik digram Activity On Arrow (AOA) seperti halnya
metode CPM san PDM. Dalam metode PERT diketahui tiga estimasi
durasi setiap kegiatan, yaitu:
•
Optimistic Estimate (to) adalah durasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan baik.
•
Pesimistic Estimate (tp) adalah durasi untuk menyelesaikan suatu
kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk (tidak
mendukung).
•
Most Likely Estimate (tm) adalah durasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan di antara Optimistic Estimate dan
Pesimistic Estimate.
Untuk mendapatkan durasi efektif PERT dirumuskan :
Te=(to+ 4 tm + tp )/6
Standar deviasi kegiatan dirumuskan :
d = (tp – to) / 6
Varian Kejadian dirumuskan :
v = d2
Varian kejadian (Event) merupakan jumlah varian kegiatan yang
mendahului kejadian, dirumuskan :
28
V =Σ vcp
Vcp = task variance dari kegiatan kritis yang mendahului kejadian.
Devisiasi Kejadian (Event) untuk melakukan perhitungan dari deviasi
kejadian adalah untuk menghitung probabilitas kejadian nyata terhadap
suatu angka tertentu,dirumuskan
D=
V
PERT ini menggunakan jenis pendistribusian data dengan distribusi
normal. Berbentuk kurva lonceng setangkup, frekuensi relatifnya
mengambil nilai antara 2 titik adalah luas di bawah kurva antara dua titik
pada sumbu datar.
3.6. PENGENDALIAN PROYEK
3.6.1. Proses Pengendalian
Proses pengendalian proyek terdiri dari beberapa kegaiatan yang
dilakukan secara sistematis dan berurutan. Dalam hal ini, Imam
Soeharto,1995, memberikan definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang
sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan standar dengan
pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan yang diperlukan
agar sumber daya digunakan secara dfektif dan efisien dalam rangka
mencapai sasaran.
Proses pengendalaian proyek dapat diuraikan menjadi langkahlangkah sebagai berikut :
1. Menentukan sasaran.
Sasatan proyek adalah menghasilkan produk dengan batasan mutu yang
ditentukan, jadwal, dan biaya. Sasaran merupakan tonggak dari kegiatan
pengndalian.
29
2. Definisi lingkup kerja
Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih
lanjut yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaan apa yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan.
3. Menentukan standar dan kriteria patokan
Dalam rangka mencapai sasaran secara defektif dan efisien perlu disusun
standar, kriteria, dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolak ukur untuk
membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan. Standar, kriteria, dan
patokan yang dipilih dan ditentukan bersifat kuantitatif, demikian pula
dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan
indikasi terhadap pencapaian sasaran.
4. Memantau dan melaporkan
Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran,
pengumpulan data, dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek.
5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan
Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir
4. Disini diadakan analis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba
membandingkan dengan kriteria dan standar yang ditetapkan.
6. Mengadakan tindakan pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukan adanya indikasi penyimpangan yang
cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan.
Jadi pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi, dan
pembetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang
selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan dibandingkan dengan
kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap rencana anggaran, dan mutu
hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian
dasar dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnya terdiri dari tiga
langkah pokok yaitu :
•
Menetapkan standar kinerja
•
Mengukur kinerja terhadap standar
30
•
Membetulkan penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan, bila
terjadi penyimpangan.
Pada
gambar 3.3 diberikan langkah-langkah operasional proses
pengendalian yang dimaksud.
Pemeriksaan kegiatan untuk
menghindarkan
penyimpangan.
Perencanaan dan
pengorganisasian
proyek
Pelaksanaan
proyek
Tindakan
korektif
Pengendalian :
• Pengukuran
• Evaluasi
• Pembandingan
kinerja
Analisa penyimpangan
Gambar 3.3. Langkah-langkah opersioanal proses pengendalian
Sumber : Ismawan Dipohusodo,1996
Pencapaian
jadwal kerja
Proyek
berhasil
32
3.6.2. PENGENDALIAN WAKTU
Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu
pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah ditetapakan. Rencana
waktu pelaksanaan harus telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini
dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai
tolak ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan.
3.6.2.a.Jadwal waktu pelaksanaan
Jadwal waktu sangat penting sekali artinya bagi pimpinan
proyek di didalam melaksanakan pekerjaanya. Dengan adanya
jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas
rencana kerja yang akan dilaksanakanya, sehingga kontinuitas
pekerjaan dapat dipelihara.
Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah :
•
Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek.
•
Sebagai pedoman bagi pelaksana untuk memudahkan di dalam
pekerjaanya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar
dan mencapai sasaran.
•
Untuk memperhatikan alokasi sumber daya yang harus
disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar.
•
Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada
keterlambatan di dalam pelaksanaan dapat diketahui segera dan
diambil langkah-langkah penanggulanganya.
•
Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan dimaa hasil evaluasi dapat
dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis.
3.6.2.b. Laporan kemajuan pekerjaan
Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masingmasing
pekerjaan,
untuk
mengetahui
kemeungkinan
adanya
penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada
33
pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan
proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan,
termasuk di dalamnya :
•
Tabulasi prosentase penyelesaian pekerjaan utama.
•
Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk.
•
Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahanya.
•
Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar
terhadap pencapaian sasaran proyek.
Sistem
informasi
(laporan)
sebaiknya
memberikan
keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi
kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan,
pengadaan dan peleksanaan yang telah dicapai sampai saat
pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan seperti yang
diperlihatkan pada tabel 3.1. Untuk maksud tersebut, masing-masing
kegiatan harus dihitung bobotnya.
Tabel 3.1. Ringkasan Kemajuan Pekerjan Utama.
PENYELESAIAN (%)
Pekerjaan
Bobot
Bulan lalu
(%)
kenyataan
Bulan ini
Kemajuan
Komulatif
Kenyataan
Rencana
Kenyataan
Enginering
-
-
-
-
-
-
Pengadaan
-
-
-
-
-
-
Konstruksi
-
-
-
Total
100
Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “,1995
Untuk membantu mempermudah penengkapan masalah yang
dikemukakan, laporan kemjuan pekerjaan sebaiknya dilengkapi
dengan suatu grafik, hal ini dapat dicontohkan pada gambar 3.4.
34
Kurva Reverensi
Kemajuan Proyek
Saat pelaporan
Kurva Pelaksanaan
Pekerjaan
Gambar 3.4. Prestasi Kemajuan Pekerjaan
Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995
3.6.3. PENGENDALIAN BIAYA
Posisi biaya proyek pada saat monitoring tidak terlepas dari status
(kemajuan) pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada saat
monitoring diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran biaya
(berdasarkan laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada tingkat
kemajuan tercapai pada saat yang sama (berdasarkan laporan progress)
tersebut lebih besar, sama, atau lebih kecil dari proyeksi anggaran biaya
yang direncanakan.
3.6.3.a. Anggaran Biaya Proyek
Acuan yang digunakan sebagai tolak ukur di dalam
pengendalian proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya
merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item
pekerjaan, yang ditrisbusikan sesuai dengan time schedule yang telah
ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan di dalam penyusunan
rencana anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana,
35
spesifikasi teknis, analisa sumber daya, dan analisa harga
satuan.Contoh rencana anggaran biaya dan pendistribusianya dapat
disajikan dalam tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.2. Rencana Anggaran Biaya Proyek
No
Uraian Pekerjaan
Satuan
Volume
Harga Satuan
Harga
Total Harga =
Sumber : Purnomo Soekirno, ”Pengantar Manajemen Konstruksi”, 1995
Tabel 3.3. Rencana Alokasi Anggaran Biaya Proyek
No
Uraian
Pekerjaan
Harga
Alokasi Anggaran Biaya
Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agst
Sumber : Purnomo Soekirno, ”Pengantar Manajemen Konstruksi”, 1995
Unsur biaya pelaksanaan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :
•
Biaya Langsung (Direct Cost)
Adalah biaya yang harus dikeluarkan, yang berhubungan
langsung dengan pekerjaan-pekerjaan di lapangan. Diantara yang
termasuk dalam kategori biaya langsung adalah biaya tenaga
kerja, biaya material dan biaya peralatan.
•
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Adalah biaya yang harus dikeluarkan yang tidak berhubungan
langsung dengan kebutuhan di lapangan. Diantara yang termasuk
dalam kategori biaya tidak langsung adalah gaji personil, biaya
transportasi, dana overhead kantor pusat, sewa alat dan bunga
bank.
36
3.6.3.b. Anggaran Kas Proyek
Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya
berdasarkan time schedule dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat
anggaran kas proyek (Project Cashflow), Project Cashflow
merupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau
sedang dikerjakan.
Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal :
•
Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan
datang.
•
Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas,
serta kapan akan terjadi kelebihan kas.
•
Menetapkan
jumlah
pinjaman
yang
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan suatu proyek.
•
Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja.
•
Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek.
Penyusunan Project Cashflow pada saat dimulainya suatu
proyek sampai dengan proyek selesai (termasuk masa pemeliharaan).
Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah bulanan dan setiap
bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat realisasi
umumnya tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan dapat
mengikuti penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarnya. Setiap
kali dilakukan penyesuaian sekaligus dilakukan perkiraan rencana
anggaran dari sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan.
Sama halnya dengan laporan kemajuan pekerjaan, maka
laporan biaya proyek dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti
pada gambar 3.5.
37
Biaya
Perkiraan pengeluaran sampai akhir proyek
Saat pelaporan
A
Anggaran proyek
B
ACWP
Vc
Vs
BCWS
BCWP
Waktu (bulan)
Gambar 3.5. Perkiraan Biaya Akhir Proyek
Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995
Keterangan :
Vc
= varian biaya
Vs
= varian jadwal
A – B = kenaikan biaya diatas anggran
3.6.3.c. Laporan Biaya Proyek
Untuk mengetahui status biaya pada saat pengukuran
kemajuan pekerjaan, dilakukan dengan cara membandingkan rencana
anggaran biaya pada saat kemajuan tercapai dengan laporan
pengeluaran biaya sampai dengan saat monotoring.
Adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan harian,
mingguan maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek
beserta personil inti lainya secara terus-menerus mengendalikan
segala macam sumber daya (material, tenaga kerja, dan peralatan)
serta faktor penunjang lain yang akan mempengaruhi besar kecilnya
biaya proyek. Isi laporan bulanan pembiayaan proyek meliputi :
•
Biaya Umum (overhead).
•
Biaya konstruksi dilapangan. Biaya ini dikelompokan menjadi
biaya langsung dan tidak langsung.
38
•
Pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja dan
pembelian atau sewa peralatan.
•
Laporan penggunaan dana, meliputi rencana penggunaaan dana
bulan yang akan datang dan rencana arus kas (CashFlow).
•
Analisis perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek.
3.7. METODE PENGENDALIAN PROYEK
Suatu sisitem pengawasan dan pengendalian proyek disamping memerlukan
perencanaan yang realistis juga harus dilengkapi dengan pemantauan yang segera
dapat memberikan petunjuk dan mengungkapkan adanya penyimpangan. Untuk
masalah biaya identifikasi dilakukan dengan membandingkan uang yang
sesunguhnya dikeluarkan dengan anggran yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk
jadwal, dianalisis kurun waktu yang telah dicapai dibandingkan dengan
perencanaan. Dengan demikian akan terlihat apabila terjadi penyimpangan antara
perencnaan dengan kenyataan dan mendorong untuk mencari penyebabnya. Salah
satu metode yang dipakai untuk meningkatkan efektivitas dalam mementau dan
mengendalikan kegiatan proyek adalah konsep nilai hasil.
Adapun manfaat dari metode dengan menggunakan konsep nilai hasil adalah
sebagai berikut :
•
Menghitung besar perkiraan biaya untuk pekerjaan yang tersisa.
•
Memperlihatkan perbedaan biaya pelaksanaan dan anggaran.
•
Menghitung besar perkiraan biaya untuk penyelesaian proyek.
•
Meperlihatkan perbedaan waktu pelaksanaan dengan jadwal.
•
Memperkirakan lama waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang tersisa.
•
Memperkirakan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek bila
masih seperti pelaporan.
Keterangan yang memberitahukan proyeksi masa depan penyelenggaraan
proyek merupakan masukan yang sangat berguna bagi pengelola proyek untuk
memikirkan cara-cara mengatasi segala persoalan di masa yang akan datang.
39
3.7.1. Biaya Pekerjaan Berdasarkan Anggaran
Metode kosep nilai hasil merupakan suatu konsep untuk menghitung
besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan (Budgeted Cost of
Work Performed). Bila ditinjau dari pekerjaan yang telah diselesaikan,
konsep ini mengukur besarnya anggaran yang telah dikeluarkan pada unit
pekerjaan yang telah diselesaikan. Dengan perhitungan ini diketahui
hubungan antara apa yang sesungguhnya dicapai secara fisik terhadap
jumlah anggaran yang dikeluarkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada salah satu contoh untuk
pekerjaan pondasi pada gambar 3.6. sebagai berikut :
300 m3beton
a. Jumlah anggaran
Rp.80 juta
Anggaran
75 m3 beton = 25%
b. Pekerjaan yang terselesaikan
?
Anggaran yang terpakai
Rp 15 juta Rp 35 juta
Pengeluaran aktual
Sumber : Iman Soeharto, “Manajemen Proyek”, 1995
Dalam hal ini dapat kita contohkan misalkan suatu pekerjaan
mengecor pondasi beton dengan volume 300 m3. Anggaran untuk pekerjaan
ini sebesar Rp 80 juta. Pada minggu pertama dilaporkan sebanyak 75 m3
pengecoran telah diselesaikan. Nilai hasil adalah biaya yang dianggarkan
dari pekerjaan yang telah diselesaikan. Jumlah yang telah diselesaikan
adalah (75/300) x (100%) = 25% atau 75m3, dengan demikian menurut
anggaran pengeluaran sebesar (25%) x (80 juta) = Rp 20 juta. Jadi nilai hasil
adalah Rp 20 juta. Dalam hal ini pengeluaran aktual dapat lebih kecil (Rp 15
juta), lebih besar (Rp 35 juta) atau sama dengan nilai hasil, tergantung dari
efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
40
Bila Pekerjaan dilakukan dengan amat efisien dari yang diperkirakan
dalam anggaran sehingga pengeluaran misalnya 15 juta, maka dikatakan
nilai hasil 20 juta lebih besar dari pengeluaran. Dan bila yang terjadi adalah
sebaliknya maka nilai hasil lebih kecil dari pengeluaran. Rumus nilai hasil
adalah :
NILAI HASIL = (% PENYELESAIAN) X (ANGGARAN)
3.7.2 Indikator-Indikator Metode Konsep Nilai Hasil (Earned Value
Concepth Method)
Metode konsep nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis
kinerja dan membuat perkiraan pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan 3
indikator, yaitu ACWP (Actual Cost of Work Peformed ) yaitu Jumlah biaya
aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, BCWP (Budgeted Cost Work
Performed)
yaitu Anggaran senilai dengan
pekerjaan yang telah
dilaksanakan, BCWS (Budgeted Cost Work Schedule) yaitu Jumlah
anggaran untuk pekerjaan yang direncanakan.Untuk penjelasan lebih lanjut
dapat dilihat dibawah ini :
1. ACWP (Actual Cost of Work Peformed )
Yaitu Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Biaya
ini diperoleh dari data-data bidang keuangan proyek pada masa
pelaporan (misal akhir bulan). Segala pengeluaran biaya sesungguhnya
dikumpulkan dan dicatat untuk dibebankan ke masing-masing elemen
kerja, termasuk perhitungan overhead. Sehingga ACWP merupakan
jumlah nyata dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk
pelaksanaan pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
2. BCWP (Budgeted Cost Work Performed)
yaitu Anggaran senilai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Indikator menunjukan nilai hasil dari sudut pandang pekerjaan yang
telah
diselesaikan
terhadap
anggaran
yang
disediakan
untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka ACWP dibandingkan
dengan BCWP maka akan terlihat perbandingan antara biaya yang
41
dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya
sesungguhnya dikeluarakan untuk maksud tersebut. Angka BCWP
didapat dengan mengkalikan anggaran dengan persentase penyelesaian
pekerjaan.
3. BCWS (Budgeted Cost Work Schedule)
Yaitu Jumlah anggaran untuk pekerjaan yang direncanakan. BCWS
merupakan jumlah anggaran untuk pekerjaan yang dikaitkan dengan
jadwal pelaksanaa. Di sini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal, dan
lingkup pekerjaan dimana masing-masing elemen pekerjaan diberi
alokasi biaya dan jadwal yang kemudian akan menjadi tolak ukur dalam
penyelesaian pekerjaan.
Dengan menggunakan ketiga indikator ini, dapat dihitung berbagai
faktor yang menunjukan kemajuan pelaksanaan proyek seperti CV (Cost
Variant) yaitu Varian biaya terpadu, SV (Schedule Variant) yaitu Varian
jadwal terpadu, CPI (Cost Performed Index) yaitu indek prestasi biaya, SPI
(Schedule Performed Index) yaitu Indek prestasi waktu, dan analisa
kemajuan proyek.
1 Analisa varian biaya dan waktu terpadu
Mengalisis penyelesaian proyek memakai metode varian sederhana
dianggap kurang mencukupi, karena analisis varian tidak dapat
mengintegrasikan aspek biaya dan jadwal. Untuk mengatasinya
digunakan konsep nilai hasil.
42
Tabel 3.4. Varian biaya dan jadwal
Jan
Febr
Mar
Aprl
Mei
Jun
Juli
Agst
Anggaran
60
140
280
480
660
870
1020
1080
Pengeluaran
90
210
410
640
840
Nilai hasil
40
100
210
380
530
Varian biaya
-50
-110
-210
-260
-310
Varian Waktu
-20
-40
-80
-100
-130
Sumber : Imam Soeharto “Manajemen Proyek”, 1995
Ketiga indikator ini digambarakan dalam bentuk grafik dengan biaya
sebagai sumbu vertikal dan jadwal sebagai sumbu horizontal.
Rp
1080
840
Batas Anggaran
660
ACWP
BCWS
Varians jadwal
Varians biaya
530
BCWP
BCWS
ACWP
BCWP
Jan
60
90
40
Feb
140
120
100
Mar
280
410
210
Saat pelaporan
Apr
480
640
380
Mei
660
840
530
Jun
1020
Jul
870
Ags
1080
Gambar 3.6. Analisis Varians Terpadu disajikan dengan grafik “ S ”
Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995.
Rumus varian biaya dan jadwal adalah sebagai berikut :
CV = BCWP – ACWP
SV = BCWP – BCWP
Angka negatif untuk variasi biaya menunjukan situasi dimana biaya yang
diperlihatkan lebih tinggi dari anggaran disebut overrun, angka nol
43
menunjukan pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang dari anggaran
disebut cost underrun. Demikian juga halnya dengan jadwal, angka negatif
berarti terlambat, angka nol berarti tepat, dan angka positif berarti lebih
cepat dari rencana.
Perincian analisis varian terpadu dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut :
SV
CV
Keterangan
Positif
Positif
Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari pada jadwal
dengan biaya lebih kecil daripada anggaran
Nol
Postif
Pekerjaan Terlaksana sesuai jadwal dengan biaya
rendah dari anggaran
Positif
Nol
Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari jadwal
dengan biaya sesuai anggaran.
Nol
Nol
Negatif
Negatif
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan anggaran
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya
lebih tinggi daripada anggaran
Nol
Negatif
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dengan biaya
lebih tinggi daripada anggaran
Negatif
Nol
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya
sesuai anggaran
Positif
Negatif
Pekerjaan selesai lebih cepat daripada jadwal
dengan biaya lebih tinggi daripada anggaran
Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek”, 1995.
2
Analisa Indeks Prestasi
Dalam hubunganya dengan kegiatan proyek, efisiensi penggunaan sumber
daya, tenaga kerja dan waktu dinyatakan dalam bentuk prestasi. Prestasi
pada umumnya dikaitkan dengan dana dan waktu.
Rumus untuk analisa indeks prestasi ini adalah sebagai berikut :
CPI = BCWP / ACWP
SPI = BCWP / BCWS
44
Bila indeks prestasi ditinjau lebih lanjut, didapat hal-hal sebagi berikut :
•
Angka indeks prestai kurang dari satu berarti pengeluaran lebih
besar dari anggaran atau lebih lama dari jadwal yang direncanakan.
Bila perencanaan anggaran dan jadwal sudah dibuat secara realistis
maka terdapat sesuatu yang tidak benar dalam pelaksanaan proyek.
•
Angka
indeks
prestasi
lebih
dari
satu
berarti
prestasi
penyelenggaraan proyek lebih baik dari perencanaan, dalam arti
pengeluaran atau jadwal lebih cepat dari rencana.
•
Makin besar perbedaan dari angka satu maka makin besar
penyimpangan dari perncanaan dasar atau anggaran justru realisitis.
3. Analisa Kemajuan Proyek
Pada saat pelaksanaan misalnya di dalam laporan bulanan data yang
terkumpul mengenai kemajuan pekerjaan dan pengeluaran biaya dianalisa
untuk tiap paket kerja yang meliputi :
•
Kemajuan fisik aktual dihitung berdasarkan anggaran yang
dialoksikan.
•
Pengeluaran tercatat pada laporan keuangan.
•
Perencanaan dasar dan anggaran yang mengakibatkan jadwal dan
biaya.
Ketiga indikator diatas setelah dianalisa akan memberikan gambaran yang
tepat dan lengkap perihal kinerja tiap paket pekerjaan yaitu mengenai
pencapaian jadwal dan anggaran. Berdasarkan kinerja pada saat pelaporan
diperkirakan biaya dan jadwal akhir proyek.
4. Perkiraaan Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek
Didalam membuat perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek yang
didasarkan atas hasil analisis yang diperoleh pada saat pelaporan, akan
memberikan petunjuk Analisa Perkiraan Biaya Total Proyek atau EAC
(Estimation All Cost) yaitu perkiraan biaya untuk penyelesain proyek, dan
Analisa Jadwal keterlambatan atau ECD (Estimated Completion Date )
45
yaitu perkiraan waktu/durasi proyek berdasarkan pengamatan saat ini /
waktu penyelesain proyek berdasarkan pengamatan saat ini. Perkiraan
tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat karena
didasarkan pada asumsi pada berbagai asumsi. Jadi tergantung pada
akurasi asumsi yang dipakai. Meskipun demikian, pembuatan perkiraan
biaya atau jadwal amat bermanfaat karena memberikan peringatan dini
mengenai hal–hal yang akan terjadi mengenai masa depan yang akan
datang, bila kecerendungan yang ada pada saat pelaporan tidak
mengalami
perubahan.
Dengan
demikan
maka
masih
tersedia
kesempatan untuk mengadakan pembetulan. Dalam membuat proyeksi
diatas digunakan rumus-rumus perkiraan biaya penyelesaian sebagai
berikut :
Anggaran proyek keseluruhan
= Ang
Anggaran untuk pekerjaan tersisa = Ang – BCWP
CPI = BCWP / ACWP
ETC = (Ang – BCWP / CPI)
EAC = ACWP + ETC
Keterangan :
Ang
: Anggaran
BCWP
: Anggaran yang senilai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
ACWP
: Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan.
CPI
: Indeks prestasi biaya
ETC
: Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa.
EAC
: Perkiraan total biaya akhir proyek.
Sedangkan rumus-rumus waktu penyelesaian proyek adalah sebagai
berikut :
Total Waktu
= TTotal
Waktu pekerjaan tersisa = TTotal – TWP
46
SPI = TWP / Tact
ETS = (TTotal – TWP) / SPI
ECD = Tact + ETS
Keterangan :
TTotal
: Rencana waktu pelaksanaan.
Tact
: Rencana waktu sampai dengan saat monotoring.
TWP
: Waktu yang seharusnya dicapai sesuai kemajuan.
SPI
: Indeks kinerja waktu yang diperoleh saat monotoring.
ETS
: Waktu sisa pekerjaan.
ECD
: Waktu penyelesaian proyek.
Download