BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. PENGERTIAN UMUM PROYEK Soehendardjati,1987, mengemukakan : 1. Proyek adalah suatu kegiatan terorganisir yang menggunakan sumber daya yang dijalankan selama jangka waktu yang terbatas yang mempunyai titik awal dimulainya dan titik akhir saat berakhirnya. 2. Proyek adalah usaha yang kompleks, biasanya kurang dari tiga tahun dan merupakan kesatuan dari tugas yang berhubungan dengan sasaran, jadwal, dan anggaran yang terumuskan dengan baik. Menurut Prijono, 1994, daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek tampak dalam gambar 3.1 yang menyajikan langkah berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai hasil baik. PERENCANAAN 1. Tentukan Sasaran 2. Survey sumber daya 3. Menyusun Strategi PENGENDALIAN 1. Membandingkan hasil dengan rencana 2. Laporan 3. Pemecahan masalah PELAKSANAAN 1. Alokasi sumber daya 2. Alokasi pelaksanaan 3. Motivasi staf Gambar 3.1 Daur kegiatan untuk mencapai tujuan proyek 16 17 3.2 HUBUNGAN BIAYA,WAKTU DAN KUALITAS Ketentuan mengenai biaya, kualitas dan waktu penyelesaian konstruksi sudah diikat di dalam kontrak dan ditetapkan sebelum pelaksanaan konstruksi dimulai. Apabila muncul hal-hal yang tidak diperhitungkan selama proses pelaksanaan, maka harus segera dilakukan perbaiakan. Usaha perbaikan penyimpangan tersebut bagaimanapun tidak dapat mengubah kesepakatan pembiayaan dan jangka waktu pelaksanaan. Bahkan segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan waktu pekerjaan biasanya mengandung resiko dan sanksi denda. Dalam penyelenggaraan sebuah proyek, factor biaya merupakan bahan pertimbangan utama karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus ditananmkan pemberi tugas yang rentan terhadap resiko kegagalan. Fluktuasi pembiayaan suatu konstruksi bangunan juga tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi yang mungkin dapat berupa kenaikan harga material, harga peralatan, dan upah, tenaga kerja. Karena inflasi, kenaikan biaya sebagai akibat pengembangan bunga bank, kesempitan modal kerja, atau penundaan pelaksaaan kegiatan karena suatu keterlambatan. Di samping itu masih ada pengaruh yang dating dari masalah produktivitas, kemudian ketersediaan sarana dan prasarana awal lokasi proyek, atau kejadian khusus seperti sengketa hukum dan sebagainya. Sedangkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan konstruksi lebih banyak disebabkan oleh mekanisme penyelenggaraan, seperti keterlambatan jadwal perencanaan, perubahan-perubahan pekerjaan selama berlangsungnya konstruksi, kelayakan jadwal, masalah-masalah produktivitas, peraturan-peraturan dari pemerintah mengenai keamanan perencanaan dan metode pelaksanaan lonstruksi, dampak lingkungan, kebijaksanaan di ketenagakerjaan dan sebagainya. Kemudian masalah-masalah yang mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan lebih banyak berawal dan didominasi oleh kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan teknis. Misalnya dalam penyusunan criteria perencanaan dan spesifikasi, pengelolaan segifinansial sebagai penunjang, tata cara penyediaan material, peralatan, dan pengawasan. Selanjutnya masih terdapat masalah-masalah tambahan yang cukup penting yang 18 berpengaruh terhadap jadwal, waktu dan kualitas, yaitu upaya analisa ekonomi biaya tinggi, program-program pelatihan tenaga kerja. Ringkasan uraian tersebut dapat diberikan dalam bentuk bagan seperti pada gambar 3.2. Ketiga faktor tersebut saling tarik-menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan kualitas yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Inflasi Penundaan Sengketa hukum Modal kerja Bunga bank Pembiayaan Lokasi Proyek Produktivitas Jadwal Konstruksi Ekonomi biaya tinggi Rekayasa nilai Jadwal Waktu Perubahan pekerjaan Peraturan Waktu Pemerintah Konstruksi Pengadaan alat dan bahan Pelatihan pekerjaan Kualitas Gambar 3.2 Ketergantungan biaya, waktu dan kualitas Sumber : Ismawan Dippohusodo, 1996 Tenaga terampil Kualitas bahan dan alat Pemerisaan Pengawasan Perencanaan dan spesifikasi teknis 19 3.3. PERENCANAAN PROYEK Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang sangat penting, yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Hal ini berarti pertama-tama kita harus menentukan sasaran yang hendak dicapai kemudian mencoba menyusun urutan langkah-langkah kegiatan untuk mencapainya. Dalam menyelenggarakan proyek, tahap dan kegunaan perencanaaan dapat dibedakan menjadi perencanaan dasar dan perencanaan pengendalian. Segera setelah kegiatan proyek dimulai maka dipersiapkan perencanaan dasar yang berupa penyusunan jadwal induk, anggaran, penetapan standar mutu, penetapan organisasi pelaksana, dan urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan. Jadi perencanaan tahap ini dimaksudkan untuk meletakan dasar-dasar berpijak bagi suatu penyelenggara proyek, oleh karena itu disebut sebagai perencanaan dasar. Pada tahap penyelenggaraan proyek, yaitu bila pelaksanaan fisik sudah berjalan, data-data dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan datadata perencanaan dasar. Kegiatan ini berupa menganalisis dan membandingkan hasil pelaksanaan fisik di lapangan terhadap perencanaan dasar kemudian membuat pembetulan-pembetulan yang diperlukan, seringkali harus diikuti dengan pembuatan perencanaan ulang. Pembuatan perencanaan ulang bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan selalu terbimbing menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian. Unsur-unsur perencanan yang berkaitan dengan manajemen proyek adalah jadwal, prakiraan, sasaran, prosedur, dan anggaran. Tidak semua perencanaan mengandung semua unsur tersebut. Suatu perencanaan yang baik memerlukan keterangan yang jelas mengenai unsur-unsur yang menjadi bagian dari perencanaan, sehingga seluruh bagian organisasi dan personil yang terlibat mengetahui arah tindakan yang dituju. Penjelasan lebih lanjut dari unsur tersebut adalah sebagai berikut : 20 1. Jadwal Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkahlangkah kegiatan yang sistematis untuk mencapai sasaran. Pendekatan yang sering dipakai untk penyusunan jadwala adalah pembentukan jaringan kerja, yang menggambarkan suatu grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. 2. Prakiraan Prakiraan adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk melihat keadaan masa depan dengan data-data yang tersedia. Tujuan prakiraan adalah memberikan informasi untuk dipakai sebagai salah satu dasar perencanaan dan pengendalian. 3. Sasaran Sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Terdapat tiga sasaran proyek yaitu jadwal, anggaran , mutu. 4. Kebijakan dan Prosedur Kebijakan dan prosedur memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu kegiatan besar. Sebab kebijakan dan prosedur merupakan alat komunikasi yang diharapkan dapat mengatur, mengkoordinasi, dan menyatukan arah gerak bagian-bagian kegiatan yang dilakukan. Kebijakan dapat diartikan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan. Bila kebijakan memberikan petunjuk apa yang perlu dan dapat dilakukan, maka prosedur menjelaskan bagaimana cara melakukan. Prosedur dapat digunakan untuk : • Mengurangi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurang adanya komunikasi. • Mengurangi adanya tumpang tindih dan pengulangan. • Mengurangi tugas-tugas pengambilan keputusan, karena prosedur itu sendiri merupakan keputusan-keputusan mengenai bagaimana pekerjaan dilakukan. 21 5. Anggaran Anggaran menunjukkan melaksanakan pekerjaan perancangan dalam penggunaan kurun waktu dana untuk tertentu. Dalam penyelenggaraan proyek, suatu anggaran yang disusun rapi yaitu anggaran yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, akan merupakan patokan dasar atau pembanding dalam kegiatan pengendalian. Anggaran dapat menjadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bila perbedaan anggaran sudah terlalu besar maka penggunaanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian menjadi tidak ampuh lagi. Oleh karenanya anggaran perlu disesuaikan, bila hal ini memang diperlukan dari segi pengendalian dan perencanaan. Jadi penyesuaian disini adalah untuk membuat anggaran tetap terhadap situasi akhir. Dengan demikian sifat-sifat ketat dan realisistik dari suatu anggaran tetap terjaga. 3.4. PELAKSANAAN PROYEK Tahap pelaksanaan di lapangan dimulai sejak ditetapkanya pemenang lelang, dan diawali dengan menerbitkan Surat Perintah Kerja serta penyerahan lapangan dengan segala keadanya kepada kontraktor. Kontraktor mengawali kegiatanya dengan mengeluarkan surat pembertitahuan saat mulai bekerja yang sekaligus memuat informasi mengenai organisasi dan petugas lapanganya. Kemudian dimulailah pekerjaan-pekerjaan persiapan, pengujian material, survey pengukuran dan persiapan pula tata cara dan prosedur penanganan masalahmasalah administratif. Selanjutnya perlu mengembangkan jadwal rencana kerja menjadi jadwal terinci. Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya permasalahan dan hambatan, termasuk memperhitungkan jalan keluarnya. Jadwal rencana detail berlaku sebagai kerangka induk untuk dijabarkan lebih rinci lagi dalam bentuk jadwal, pengadaan material, alat-alat dan tenaga kerja, penagihan, pembayaran prestasi,dan penyusunan arus kas, Kemudian perlu ditetapkan pedoman praktis mekanisme 22 dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan, koordinasi, pengendalian dan pemerikasan pekerjaan kontraktor sampai sedetail mungkin. Selama proses konstruksi berjalan dilakukan pengendalian dengan selalu mengikuti laporan dan evaluasi pekerjaan, termasuk jadwal rencana kerja yang dipersiapkan secara teratur dalam waktu periodik harian, mingguan, bulanan. Biasanya setiap laporan dilengkapi foto-foto keadaan dan perkembangan lapangan yang disertai pula catatan-catatan penting seperlunya. Penerapan pelaksanaan pekerjaan yang didasarkan pada rencana kerja dan waktu ke waktu harus selalu dimonotoring, termasuk mengevaluasi segala kendala dan hambatan yang dihadapi agar segera dapat diberikan cara penyelesaian. Untuk itu perlu diadakan rapat-rapat koordinasi secara periodik. Setiap proses pelaksanaan konstruksi memerlukan program pengendalian mutu hasil pekerjaan berdasarkan pada sistem pengendalian yang menyeluruh. Pelaksanaan tugas kegiatan pengendalian mutu hakikatnya adalah pemantauan langkah demilangkah terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Jadi bukan hanya memberikan penilaian terhadap hasil suatu proyek. Proses pemantauan mencakup penilaian terhadap metode kerja, keterampilan kerja, pengadaan material, pengadaan peralatan, pengadaan tenaga kerja, termasuk keselamatan dan keamanan kerja. 3.5 PENJADWALAN PROYEK Adapun metode penjadwalan diantaranya adalah metode Analisis Jaringan Kerja CPM, PERT, dan PDM. Adapun penjelasanya adalah sebagai berikut : CPM (Critical Path Method) Adalah suatu metode dengan menggunakan diagram anak panah untuk menentukan lintasan kritis, sehingga disebut juga metode lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan yang tertentu (deterministik). Berikut bentuk CPM : 23 even (node) terdahlu kegiatan even(node) durasi berikut keterangan : Simbol peristiwa/kejadian/event - menunjukan titik waktu mulainya/selesainya suatu kegiatan dan tidak mempunyai jangka waktu. Simbol kegiatan (activity) - kegiatan membutuhkan jangka waktu (durasi) dan sumber daya Simbol kegiatan semu (dummy) - kegiatan berdurasi nol,tidak membutuhkan sumber daya Dalam CPM(Critical Path Method) dikenal EET(Earliest Event Time) dan LET (Latest Event Time), Total Float, Free Float dan Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah Peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event. i EETi LETi Kegiatan Durasi j EETj LETi Gambar. EET dan LET suatu kegiatan. ¾ EET (Earliest Event Time ) Perhitungan maju untuk menghitung EET (Earliest Event Time ) EET = (EET +d) max Prosedur menghitung EET : • Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor 1 berturut-turut sampai nomor maksimal. • Tentukan nilai EET untuk peristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol. 24 • Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas. ¾ LET (Latest Event Time) Perhitungan Waktu mundur untuk menghitung LET(Latest EventTtime). LET = (LET +d) min Prosedur Perhitungan LET : • Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan terakhir. • Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas. • Bila terdapat lebih dari satu kegiatan (termasuk dummy) maka sipilih LET yang minimum. ¾ Total Float (TF) Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF) adalah TF = LET -d - EET Contoh : 5 D 6 2 3 8 G 9 3 5 12 7 12 Float total kegiatan D : TF = LET-d-EET = 9-2-5 =2 Nilai TF = 2, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaanya maksimum 2 minggu tanpa menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. ¾ Free Float (FF) Adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi atau 25 menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free Float (FF) dapat dihitung : FF = EETberikut(j) -d - EET awal(i) Contoh : 5 D 6 G 8 3 12 7 5 9 2 12 3 FF = EETj –d-EETi = 8-2-5 = 1 Nilai FF = 1, Berarti kegiatan D boleh ditunda pelaksanaanya maksimum 1 minggu tanpa mempengaruhi waktu pelaksanaan atau menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya (kegiatan G). ¾ Inferent Float (IF) Adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), sedkipun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan. IF = TF-FF Contoh : 5 D G 5 3 6 8 2 12 7 9 3 12 IF = TF-FF=2-1 =1 Nilai IF = 1, Berarti kegiatan D boleh mengalami penundaan lagi sebesar maksimum 1 minggu lagi (sampai nilai IF = 0). Dalam metode CPM kita juga akan mendapatkan lintasan kritis yaitu lintasan yang menghubungkan kegiatan–kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh terlambat atau ditunda pelaksanaanya, 26 karena keterlambatan kegiatan kritis akan menyebakan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. Cara menentukan Lintasan kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai berikut : • Lintasan kritis dapat ditentukan dengan menghubungkan kegiatan-kegiatan kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai nilai Free Float dan Total Float sama dengan nol. • Lintasan kritis dapat pula ditentukan dengan mencari lintasan durasi total terpanjang. Presedence Digram Method (PDM) Kegiatan dalam Presedence Digram Method (PDM)digambarkan dengan lambang segi empat, karena letak kegiatan di bagian node sehingga disebut juga Activity On Node (AON) dalam Presedence Digram Method (PDM) ini tidak diperlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan. ES LS No.Keg Jenis Kegiatan EF LF Durasi Gambar 3.3 Bentuk Presedence Digram Method (PDM) Perhitungan Presedence Digram Method (PDM) menggunakan hitungan maju yaitu Earliest start (ES) dan Earliest finish (EF). Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut : • Earliest Start (ES) = Latest Start (LS). • Earliest finish (EF) = Latest finish (LF). • Latest finish (LF) - Earliest Start (ES) = Durasi kegiatan. Sedangkan Float pada Presedence Digram Method (PDM) dibedakan menjadi dua jenis yaitu Total Float (TF), dan Free Float (FF). 27 Total Float (TF) = Min (LS –EF) Free Float (FF) = Min (ES –EF) Program Evaluation Review Tecnique (PERT) Metode PERT digunakan untuk memperkirakan durasi suatu proyek dan memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas dari suatu kegiatan atau proyek secara keseluruhan. Metode PERT juga menggunakan teknik digram Activity On Arrow (AOA) seperti halnya metode CPM san PDM. Dalam metode PERT diketahui tiga estimasi durasi setiap kegiatan, yaitu: • Optimistic Estimate (to) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan baik. • Pesimistic Estimate (tp) adalah durasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk (tidak mendukung). • Most Likely Estimate (tm) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan di antara Optimistic Estimate dan Pesimistic Estimate. Untuk mendapatkan durasi efektif PERT dirumuskan : Te=(to+ 4 tm + tp )/6 Standar deviasi kegiatan dirumuskan : d = (tp – to) / 6 Varian Kejadian dirumuskan : v = d2 Varian kejadian (Event) merupakan jumlah varian kegiatan yang mendahului kejadian, dirumuskan : 28 V =Σ vcp Vcp = task variance dari kegiatan kritis yang mendahului kejadian. Devisiasi Kejadian (Event) untuk melakukan perhitungan dari deviasi kejadian adalah untuk menghitung probabilitas kejadian nyata terhadap suatu angka tertentu,dirumuskan D= V PERT ini menggunakan jenis pendistribusian data dengan distribusi normal. Berbentuk kurva lonceng setangkup, frekuensi relatifnya mengambil nilai antara 2 titik adalah luas di bawah kurva antara dua titik pada sumbu datar. 3.6. PENGENDALIAN PROYEK 3.6.1. Proses Pengendalian Proses pengendalian proyek terdiri dari beberapa kegaiatan yang dilakukan secara sistematis dan berurutan. Dalam hal ini, Imam Soeharto,1995, memberikan definisi bahwa pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan standar dengan pelaksanaan, kemudian mengadakan tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara dfektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Proses pengendalaian proyek dapat diuraikan menjadi langkahlangkah sebagai berikut : 1. Menentukan sasaran. Sasatan proyek adalah menghasilkan produk dengan batasan mutu yang ditentukan, jadwal, dan biaya. Sasaran merupakan tonggak dari kegiatan pengndalian. 29 2. Definisi lingkup kerja Untuk memperjelas sasaran maka lingkup proyek didefinisikan lebih lanjut yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek secara keseluruhan. 3. Menentukan standar dan kriteria patokan Dalam rangka mencapai sasaran secara defektif dan efisien perlu disusun standar, kriteria, dan spesifikasi yang dipakai sebagai tolak ukur untuk membandingkan dan menganalisa hasil pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan ditentukan bersifat kuantitatif, demikian pula dengan metode pengukuran dan perhitungan harus dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran. 4. Memantau dan melaporkan Pada kurun waktu tertentu diadakan pemeriksaan, pengukuran, pengumpulan data, dan informasi hasil pelaksanaan kegiatan proyek. 5. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan Langkah ini berarti mengkaji segala sesuatu yang dihasilkan pada butir 4. Disini diadakan analis terhadap indikator yang diperoleh dan mencoba membandingkan dengan kriteria dan standar yang ditetapkan. 6. Mengadakan tindakan pembetulan Apabila hasil analisis menunjukan adanya indikasi penyimpangan yang cukup berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Jadi pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi, dan pembetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang selalu dikendalikan dan diukur yaitu kemajuan dibandingkan dengan kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap rencana anggaran, dan mutu hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknik. Sehingga proses pengendalian dasar dalam setiap kegiatan konstruksi pada umumnya terdiri dari tiga langkah pokok yaitu : • Menetapkan standar kinerja • Mengukur kinerja terhadap standar 30 • Membetulkan penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan, bila terjadi penyimpangan. Pada gambar 3.3 diberikan langkah-langkah operasional proses pengendalian yang dimaksud. Pemeriksaan kegiatan untuk menghindarkan penyimpangan. Perencanaan dan pengorganisasian proyek Pelaksanaan proyek Tindakan korektif Pengendalian : • Pengukuran • Evaluasi • Pembandingan kinerja Analisa penyimpangan Gambar 3.3. Langkah-langkah opersioanal proses pengendalian Sumber : Ismawan Dipohusodo,1996 Pencapaian jadwal kerja Proyek berhasil 32 3.6.2. PENGENDALIAN WAKTU Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah ditetapakan. Rencana waktu pelaksanaan harus telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolak ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan. 3.6.2.a.Jadwal waktu pelaksanaan Jadwal waktu sangat penting sekali artinya bagi pimpinan proyek di didalam melaksanakan pekerjaanya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rencana kerja yang akan dilaksanakanya, sehingga kontinuitas pekerjaan dapat dipelihara. Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah : • Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek. • Sebagai pedoman bagi pelaksana untuk memudahkan di dalam pekerjaanya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran. • Untuk memperhatikan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar. • Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan dapat diketahui segera dan diambil langkah-langkah penanggulanganya. • Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan dimaa hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis. 3.6.2.b. Laporan kemajuan pekerjaan Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masingmasing pekerjaan, untuk mengetahui kemeungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada 33 pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk di dalamnya : • Tabulasi prosentase penyelesaian pekerjaan utama. • Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk. • Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahanya. • Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek. Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pengadaan dan peleksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan seperti yang diperlihatkan pada tabel 3.1. Untuk maksud tersebut, masing-masing kegiatan harus dihitung bobotnya. Tabel 3.1. Ringkasan Kemajuan Pekerjan Utama. PENYELESAIAN (%) Pekerjaan Bobot Bulan lalu (%) kenyataan Bulan ini Kemajuan Komulatif Kenyataan Rencana Kenyataan Enginering - - - - - - Pengadaan - - - - - - Konstruksi - - - Total 100 Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “,1995 Untuk membantu mempermudah penengkapan masalah yang dikemukakan, laporan kemjuan pekerjaan sebaiknya dilengkapi dengan suatu grafik, hal ini dapat dicontohkan pada gambar 3.4. 34 Kurva Reverensi Kemajuan Proyek Saat pelaporan Kurva Pelaksanaan Pekerjaan Gambar 3.4. Prestasi Kemajuan Pekerjaan Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995 3.6.3. PENGENDALIAN BIAYA Posisi biaya proyek pada saat monitoring tidak terlepas dari status (kemajuan) pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada saat monitoring diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran biaya (berdasarkan laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada tingkat kemajuan tercapai pada saat yang sama (berdasarkan laporan progress) tersebut lebih besar, sama, atau lebih kecil dari proyeksi anggaran biaya yang direncanakan. 3.6.3.a. Anggaran Biaya Proyek Acuan yang digunakan sebagai tolak ukur di dalam pengendalian proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item pekerjaan, yang ditrisbusikan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan di dalam penyusunan rencana anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, 35 spesifikasi teknis, analisa sumber daya, dan analisa harga satuan.Contoh rencana anggaran biaya dan pendistribusianya dapat disajikan dalam tabel 3.2 dan tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.2. Rencana Anggaran Biaya Proyek No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Harga Total Harga = Sumber : Purnomo Soekirno, ”Pengantar Manajemen Konstruksi”, 1995 Tabel 3.3. Rencana Alokasi Anggaran Biaya Proyek No Uraian Pekerjaan Harga Alokasi Anggaran Biaya Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sumber : Purnomo Soekirno, ”Pengantar Manajemen Konstruksi”, 1995 Unsur biaya pelaksanaan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu : • Biaya Langsung (Direct Cost) Adalah biaya yang harus dikeluarkan, yang berhubungan langsung dengan pekerjaan-pekerjaan di lapangan. Diantara yang termasuk dalam kategori biaya langsung adalah biaya tenaga kerja, biaya material dan biaya peralatan. • Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Adalah biaya yang harus dikeluarkan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan di lapangan. Diantara yang termasuk dalam kategori biaya tidak langsung adalah gaji personil, biaya transportasi, dana overhead kantor pusat, sewa alat dan bunga bank. 36 3.6.3.b. Anggaran Kas Proyek Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya berdasarkan time schedule dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat anggaran kas proyek (Project Cashflow), Project Cashflow merupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang dikerjakan. Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal : • Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan datang. • Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas, serta kapan akan terjadi kelebihan kas. • Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. • Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja. • Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek. Penyusunan Project Cashflow pada saat dimulainya suatu proyek sampai dengan proyek selesai (termasuk masa pemeliharaan). Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah bulanan dan setiap bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat realisasi umumnya tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan dapat mengikuti penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarnya. Setiap kali dilakukan penyesuaian sekaligus dilakukan perkiraan rencana anggaran dari sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan. Sama halnya dengan laporan kemajuan pekerjaan, maka laporan biaya proyek dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 3.5. 37 Biaya Perkiraan pengeluaran sampai akhir proyek Saat pelaporan A Anggaran proyek B ACWP Vc Vs BCWS BCWP Waktu (bulan) Gambar 3.5. Perkiraan Biaya Akhir Proyek Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995 Keterangan : Vc = varian biaya Vs = varian jadwal A – B = kenaikan biaya diatas anggran 3.6.3.c. Laporan Biaya Proyek Untuk mengetahui status biaya pada saat pengukuran kemajuan pekerjaan, dilakukan dengan cara membandingkan rencana anggaran biaya pada saat kemajuan tercapai dengan laporan pengeluaran biaya sampai dengan saat monotoring. Adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan harian, mingguan maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek beserta personil inti lainya secara terus-menerus mengendalikan segala macam sumber daya (material, tenaga kerja, dan peralatan) serta faktor penunjang lain yang akan mempengaruhi besar kecilnya biaya proyek. Isi laporan bulanan pembiayaan proyek meliputi : • Biaya Umum (overhead). • Biaya konstruksi dilapangan. Biaya ini dikelompokan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. 38 • Pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja dan pembelian atau sewa peralatan. • Laporan penggunaan dana, meliputi rencana penggunaaan dana bulan yang akan datang dan rencana arus kas (CashFlow). • Analisis perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek. 3.7. METODE PENGENDALIAN PROYEK Suatu sisitem pengawasan dan pengendalian proyek disamping memerlukan perencanaan yang realistis juga harus dilengkapi dengan pemantauan yang segera dapat memberikan petunjuk dan mengungkapkan adanya penyimpangan. Untuk masalah biaya identifikasi dilakukan dengan membandingkan uang yang sesunguhnya dikeluarkan dengan anggran yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk jadwal, dianalisis kurun waktu yang telah dicapai dibandingkan dengan perencanaan. Dengan demikian akan terlihat apabila terjadi penyimpangan antara perencnaan dengan kenyataan dan mendorong untuk mencari penyebabnya. Salah satu metode yang dipakai untuk meningkatkan efektivitas dalam mementau dan mengendalikan kegiatan proyek adalah konsep nilai hasil. Adapun manfaat dari metode dengan menggunakan konsep nilai hasil adalah sebagai berikut : • Menghitung besar perkiraan biaya untuk pekerjaan yang tersisa. • Memperlihatkan perbedaan biaya pelaksanaan dan anggaran. • Menghitung besar perkiraan biaya untuk penyelesaian proyek. • Meperlihatkan perbedaan waktu pelaksanaan dengan jadwal. • Memperkirakan lama waktu pelaksanaan dari pekerjaan yang tersisa. • Memperkirakan besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek bila masih seperti pelaporan. Keterangan yang memberitahukan proyeksi masa depan penyelenggaraan proyek merupakan masukan yang sangat berguna bagi pengelola proyek untuk memikirkan cara-cara mengatasi segala persoalan di masa yang akan datang. 39 3.7.1. Biaya Pekerjaan Berdasarkan Anggaran Metode kosep nilai hasil merupakan suatu konsep untuk menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan (Budgeted Cost of Work Performed). Bila ditinjau dari pekerjaan yang telah diselesaikan, konsep ini mengukur besarnya anggaran yang telah dikeluarkan pada unit pekerjaan yang telah diselesaikan. Dengan perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang dikeluarkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada salah satu contoh untuk pekerjaan pondasi pada gambar 3.6. sebagai berikut : 300 m3beton a. Jumlah anggaran Rp.80 juta Anggaran 75 m3 beton = 25% b. Pekerjaan yang terselesaikan ? Anggaran yang terpakai Rp 15 juta Rp 35 juta Pengeluaran aktual Sumber : Iman Soeharto, “Manajemen Proyek”, 1995 Dalam hal ini dapat kita contohkan misalkan suatu pekerjaan mengecor pondasi beton dengan volume 300 m3. Anggaran untuk pekerjaan ini sebesar Rp 80 juta. Pada minggu pertama dilaporkan sebanyak 75 m3 pengecoran telah diselesaikan. Nilai hasil adalah biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang telah diselesaikan. Jumlah yang telah diselesaikan adalah (75/300) x (100%) = 25% atau 75m3, dengan demikian menurut anggaran pengeluaran sebesar (25%) x (80 juta) = Rp 20 juta. Jadi nilai hasil adalah Rp 20 juta. Dalam hal ini pengeluaran aktual dapat lebih kecil (Rp 15 juta), lebih besar (Rp 35 juta) atau sama dengan nilai hasil, tergantung dari efisiensi pelaksanaan pekerjaan. 40 Bila Pekerjaan dilakukan dengan amat efisien dari yang diperkirakan dalam anggaran sehingga pengeluaran misalnya 15 juta, maka dikatakan nilai hasil 20 juta lebih besar dari pengeluaran. Dan bila yang terjadi adalah sebaliknya maka nilai hasil lebih kecil dari pengeluaran. Rumus nilai hasil adalah : NILAI HASIL = (% PENYELESAIAN) X (ANGGARAN) 3.7.2 Indikator-Indikator Metode Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concepth Method) Metode konsep nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja dan membuat perkiraan pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan 3 indikator, yaitu ACWP (Actual Cost of Work Peformed ) yaitu Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, BCWP (Budgeted Cost Work Performed) yaitu Anggaran senilai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan, BCWS (Budgeted Cost Work Schedule) yaitu Jumlah anggaran untuk pekerjaan yang direncanakan.Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dibawah ini : 1. ACWP (Actual Cost of Work Peformed ) Yaitu Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Biaya ini diperoleh dari data-data bidang keuangan proyek pada masa pelaporan (misal akhir bulan). Segala pengeluaran biaya sesungguhnya dikumpulkan dan dicatat untuk dibebankan ke masing-masing elemen kerja, termasuk perhitungan overhead. Sehingga ACWP merupakan jumlah nyata dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pada kurun waktu tertentu. 2. BCWP (Budgeted Cost Work Performed) yaitu Anggaran senilai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Indikator menunjukan nilai hasil dari sudut pandang pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka ACWP dibandingkan dengan BCWP maka akan terlihat perbandingan antara biaya yang 41 dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya sesungguhnya dikeluarakan untuk maksud tersebut. Angka BCWP didapat dengan mengkalikan anggaran dengan persentase penyelesaian pekerjaan. 3. BCWS (Budgeted Cost Work Schedule) Yaitu Jumlah anggaran untuk pekerjaan yang direncanakan. BCWS merupakan jumlah anggaran untuk pekerjaan yang dikaitkan dengan jadwal pelaksanaa. Di sini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal, dan lingkup pekerjaan dimana masing-masing elemen pekerjaan diberi alokasi biaya dan jadwal yang kemudian akan menjadi tolak ukur dalam penyelesaian pekerjaan. Dengan menggunakan ketiga indikator ini, dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukan kemajuan pelaksanaan proyek seperti CV (Cost Variant) yaitu Varian biaya terpadu, SV (Schedule Variant) yaitu Varian jadwal terpadu, CPI (Cost Performed Index) yaitu indek prestasi biaya, SPI (Schedule Performed Index) yaitu Indek prestasi waktu, dan analisa kemajuan proyek. 1 Analisa varian biaya dan waktu terpadu Mengalisis penyelesaian proyek memakai metode varian sederhana dianggap kurang mencukupi, karena analisis varian tidak dapat mengintegrasikan aspek biaya dan jadwal. Untuk mengatasinya digunakan konsep nilai hasil. 42 Tabel 3.4. Varian biaya dan jadwal Jan Febr Mar Aprl Mei Jun Juli Agst Anggaran 60 140 280 480 660 870 1020 1080 Pengeluaran 90 210 410 640 840 Nilai hasil 40 100 210 380 530 Varian biaya -50 -110 -210 -260 -310 Varian Waktu -20 -40 -80 -100 -130 Sumber : Imam Soeharto “Manajemen Proyek”, 1995 Ketiga indikator ini digambarakan dalam bentuk grafik dengan biaya sebagai sumbu vertikal dan jadwal sebagai sumbu horizontal. Rp 1080 840 Batas Anggaran 660 ACWP BCWS Varians jadwal Varians biaya 530 BCWP BCWS ACWP BCWP Jan 60 90 40 Feb 140 120 100 Mar 280 410 210 Saat pelaporan Apr 480 640 380 Mei 660 840 530 Jun 1020 Jul 870 Ags 1080 Gambar 3.6. Analisis Varians Terpadu disajikan dengan grafik “ S ” Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek “, 1995. Rumus varian biaya dan jadwal adalah sebagai berikut : CV = BCWP – ACWP SV = BCWP – BCWP Angka negatif untuk variasi biaya menunjukan situasi dimana biaya yang diperlihatkan lebih tinggi dari anggaran disebut overrun, angka nol 43 menunjukan pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang dari anggaran disebut cost underrun. Demikian juga halnya dengan jadwal, angka negatif berarti terlambat, angka nol berarti tepat, dan angka positif berarti lebih cepat dari rencana. Perincian analisis varian terpadu dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut : SV CV Keterangan Positif Positif Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari pada jadwal dengan biaya lebih kecil daripada anggaran Nol Postif Pekerjaan Terlaksana sesuai jadwal dengan biaya rendah dari anggaran Positif Nol Pekerjaan terlaksana lebih cepat dari jadwal dengan biaya sesuai anggaran. Nol Nol Negatif Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan anggaran Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya lebih tinggi daripada anggaran Nol Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dengan biaya lebih tinggi daripada anggaran Negatif Nol Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya sesuai anggaran Positif Negatif Pekerjaan selesai lebih cepat daripada jadwal dengan biaya lebih tinggi daripada anggaran Sumber : Imam Soeharto “ Manajemen Proyek”, 1995. 2 Analisa Indeks Prestasi Dalam hubunganya dengan kegiatan proyek, efisiensi penggunaan sumber daya, tenaga kerja dan waktu dinyatakan dalam bentuk prestasi. Prestasi pada umumnya dikaitkan dengan dana dan waktu. Rumus untuk analisa indeks prestasi ini adalah sebagai berikut : CPI = BCWP / ACWP SPI = BCWP / BCWS 44 Bila indeks prestasi ditinjau lebih lanjut, didapat hal-hal sebagi berikut : • Angka indeks prestai kurang dari satu berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran atau lebih lama dari jadwal yang direncanakan. Bila perencanaan anggaran dan jadwal sudah dibuat secara realistis maka terdapat sesuatu yang tidak benar dalam pelaksanaan proyek. • Angka indeks prestasi lebih dari satu berarti prestasi penyelenggaraan proyek lebih baik dari perencanaan, dalam arti pengeluaran atau jadwal lebih cepat dari rencana. • Makin besar perbedaan dari angka satu maka makin besar penyimpangan dari perncanaan dasar atau anggaran justru realisitis. 3. Analisa Kemajuan Proyek Pada saat pelaksanaan misalnya di dalam laporan bulanan data yang terkumpul mengenai kemajuan pekerjaan dan pengeluaran biaya dianalisa untuk tiap paket kerja yang meliputi : • Kemajuan fisik aktual dihitung berdasarkan anggaran yang dialoksikan. • Pengeluaran tercatat pada laporan keuangan. • Perencanaan dasar dan anggaran yang mengakibatkan jadwal dan biaya. Ketiga indikator diatas setelah dianalisa akan memberikan gambaran yang tepat dan lengkap perihal kinerja tiap paket pekerjaan yaitu mengenai pencapaian jadwal dan anggaran. Berdasarkan kinerja pada saat pelaporan diperkirakan biaya dan jadwal akhir proyek. 4. Perkiraaan Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek Didalam membuat perkiraan biaya dan jadwal penyelesaian proyek yang didasarkan atas hasil analisis yang diperoleh pada saat pelaporan, akan memberikan petunjuk Analisa Perkiraan Biaya Total Proyek atau EAC (Estimation All Cost) yaitu perkiraan biaya untuk penyelesain proyek, dan Analisa Jadwal keterlambatan atau ECD (Estimated Completion Date ) 45 yaitu perkiraan waktu/durasi proyek berdasarkan pengamatan saat ini / waktu penyelesain proyek berdasarkan pengamatan saat ini. Perkiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat karena didasarkan pada asumsi pada berbagai asumsi. Jadi tergantung pada akurasi asumsi yang dipakai. Meskipun demikian, pembuatan perkiraan biaya atau jadwal amat bermanfaat karena memberikan peringatan dini mengenai hal–hal yang akan terjadi mengenai masa depan yang akan datang, bila kecerendungan yang ada pada saat pelaporan tidak mengalami perubahan. Dengan demikan maka masih tersedia kesempatan untuk mengadakan pembetulan. Dalam membuat proyeksi diatas digunakan rumus-rumus perkiraan biaya penyelesaian sebagai berikut : Anggaran proyek keseluruhan = Ang Anggaran untuk pekerjaan tersisa = Ang – BCWP CPI = BCWP / ACWP ETC = (Ang – BCWP / CPI) EAC = ACWP + ETC Keterangan : Ang : Anggaran BCWP : Anggaran yang senilai dengan pekerjaan yang dilaksanakan. ACWP : Jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. CPI : Indeks prestasi biaya ETC : Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa. EAC : Perkiraan total biaya akhir proyek. Sedangkan rumus-rumus waktu penyelesaian proyek adalah sebagai berikut : Total Waktu = TTotal Waktu pekerjaan tersisa = TTotal – TWP 46 SPI = TWP / Tact ETS = (TTotal – TWP) / SPI ECD = Tact + ETS Keterangan : TTotal : Rencana waktu pelaksanaan. Tact : Rencana waktu sampai dengan saat monotoring. TWP : Waktu yang seharusnya dicapai sesuai kemajuan. SPI : Indeks kinerja waktu yang diperoleh saat monotoring. ETS : Waktu sisa pekerjaan. ECD : Waktu penyelesaian proyek.