Bab II Landasan Teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Studi Kelayakan Bisnis
2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Kata “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “busy” yang artinya
“sibuk”, sedangkan “business” artinya “kesibukan”. Bisnis dalam arti
luas
sering
didefinisikan
sebagai
keseluruhan
kegiatan
yang
direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara
teratur dengan cara menciptakan, memasarkan barang maupun jasa,
baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan
mencari keuntungan.
Berdasarkan definisi tersebut, dilihat dari tujuannya bisnis dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented).
b. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan
untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan
atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika
6
ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua
pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Subagyo (2005) menyatakan bahwa studi kelayakan adalah
penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak
tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003:10), Studi kelayakan bisnis
adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang
kegiatan atau usaha atau bisnis yang dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan, baik pada bisnis
atau usaha yang besar, maupun pada bisnis atau usaha yang sederhana.
Sedangkan pengertian studi kelayakan bisnis menurut Wikipedia
(diakses, 2009) adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek,
baik itu aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, pasar dan
pemasaran, teknis dan teknologi, sampai dengan aspek manajemen dan
keuangan, yang digunakan sebagai dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek
atau bisnis dapat dikerjakan, ditunda atau bahkan tidak dijalankan.
Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis
seringkali membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis
maupun rencana bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu
aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi,
manajemen dan sumber daya manusia, maupun aspek keuangan. Selain
itu, keduanya mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan
bisnis.
7
Rencana bisnis (business plan) adalah dokumen tertulis yang
mendeskripsikan masa depan bisnis yang akan dimulai. Rencana ini
meliputi apa, bagaimana, siapa, kapan dan mengapa sebuah bisnis
dijalankan. Business plan pada umumnya terdiri dari :
1. Tujuan bisnis
2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya
3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan cara
mengatasinya.
4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung jawab)
5. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
6. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan dan
bagaimana mempertahankannya sampai mencapai Break Event
Point (BEP).
Perbedaan antara studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis
dapat dilihat pada tabel berikut.
8
Tabel 2.1 Perbedaan studi kelayakan dengan rencana bisnis
No
1
2
Faktor
Studi Kelayakan
Pembeda
Bisnis
Rencana Bisnis
Jenis data yang
Menggunakan data
Menggunakan data
digunakan
estimasi
empiris perusahaan
Sumber data
Data eksternal
Data internal
Pihak eksternal,
Pihak internal, yang
dengan tujuan agar
lebih mengetahui
lebih independen
kondisi perusahaan
Menilai kelayakan
Membuat rencana
sebuah ide bisnis
bisnis yang akan
yang digunakan
3
4
Penyusun
Tujuan
datang
5
Waktu
Memakan waktu
Memerlukan waktu
relative lama, karena
yang relative
harus menggali data
pendek, karena data
dari berbagai sumber
hanya bersumber
dari intern
perusahaan
6
Biaya
Memerlukan biaya
Memerlukan biaya
yang relative besar
yang tidak terlalu
besar
Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat
memulai usahanya meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda.
Intensitas pada penyusunan studi kelayakan bisnis tergantung pada
beberapa hal berikut :
a. Besar kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan.
9
Semakin besar dampak yang dapat ditimbulkan dari ide
bisnis yang akan dijalankan, semakin tinggi kecermatan yang
diperlukan dalam menyusun studi kelayakan bisnis. Sebaliknya,
semakin kecil dampak yang dapat ditimbulkan dari ide bisnis yang
akan dijalankan, semakin rendah tuntutan akan kecermatan dalam
menyusun studi kelayakan.
b. Besar kecilnya tingkat kepastian bisnis.
Semakin besar tingkat ketidakpastian suatu bisnis, semakin
tinggi intensitas dalam menyusun studi kelayakan bisnis.
Sebaliknya, semakin kecil tingkat ketidakpastian bisnis, semakin
rendah intensitas dalam menyusun studi kelayakan.
c. Banyak-sedikitnya investasi yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu bisnis.
Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan pada suatu
bisnis, semakin tinggi kecermatan yang diperlukan dalam
menyusun studi kelayakan bisnis. Sebaliknya, semakin kecil
investasi yang ditanamkan, semakin sederhana studi kelayakan
yang dilakukan.
2.1.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis
dijalankan, perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir Jakfar, 2003: 20),
yaitu :
10
1. Menghindari resiko kerugian
Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang
ada semacam kondisi yang dapat diramalkan akan terjadi atau
memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam
hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko
yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam
melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu
direncanakan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang telah disusun, akan
sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang
mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus
diikuti. Pedoman tersebut telah tersusun secara sistematis, sehingga
usaha yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan
rencana yang sudah disusun.
4. Memudahkan pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan
rencana yang sudah disusun, maka akan mempermudah dalam
melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini
11
perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah
disusun.
5. Memudahkan pengendalian
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan
pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah
dideteksi,
sehingga
dapat
dilakukan
pengendalian
atas
penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk
mengendalikan pelaksanaan agar tidak melenceng dari alur
sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan
tercapai.
2.1.3 Langkah-langkah Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan metode ilmiah. Salah satu
syarat metode ilmiah adalah sistematis. Penyusunan studi kelayakan
bisnis sebagai salah satu metode ilmiah pada umumnya meliputi
beberapa langkah kegiatan, antara lain :
a. Penemuan ide bisnis
b. Melakukan studi pendahuluan
c. Membuat desain studi kelayakan
d. Pengumpulan data
e. Analisa dan interpretasi data
f. Menarik kesimpulan dan rekomendasi
g. Penyusunan laporan studi kelayakan bisnis
12
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis tidak hanya
dilakukan pada saat ada ide untuk merintis bisnis yang benar-benar
baru, namun juga diperlukan ketika pelaku bisnis akan melakukan halhal berikut :
a. Merintis usaha baru.
b. Menembangkan usaha yang sudah ada.
c. Memilih
jenis
usaha
dan
investasi/proyek
yang
paling
menguntungkan.
2.1.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau
tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu
dilakukan pada beberapa aspek kelayakan bisnis, yaitu:
a. Aspek hukum
Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam
memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk
menjalankan bisnis di wilayah tertentu.
b. Aspek lingkungan
Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan
sekitar (baik lingkungan operasional, lingkungan dekat dan
lingkungan jauh), dengan ide bisnis yang akan dijalankan.
c. Aspek pasar dan pemasaran
Aspek
pasar
menganalisis
potensi
pasar,
intensitas
persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis
13
strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market
share yang diharapkan.
d. Aspek teknis dan teknologi
Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan
teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
e. Aspek manajemen dan sumber daya manusia
Aspek .manajemen dan sumber daya manusia menganalisis
tahap-tahap pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik
tenaga kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan
untuk menjalankan bisnis.
f. Aspek keuangan
Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan
modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang
akan dijalankan.
2.2 Aspek Keuangan
Aspek keuangan pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir
disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena
kajian dalam aspek keuangan memerlukan informasi yang berkaitan dengan
aspek-aspek sebelumnya. Bisnis yang berorientasi keuntungan maupun yang
tidak berorientasi keuntungan harus tetap memperhatikan aspek keuangan
sebelum menjalankan bisnis. Bisnis yang berorientasi keuntungan akan
memutuskan akan menjalankan sebuah ide bisnis jika bisnis tersebut
menguntungkan secara finansial, sedangkan bisnis yang tidak berorientasi
14
keuntungan memerlukan studi kelayakan pada aspek keuangan untuk
menjawab pertanyaan apakah ide bisnis yang akan dijalankan dapat terus
berjalan dalam upaya untuk menjalankan misi sosialnya dengan pendapatan
yang diterimanya.
Banyak perusahaan yang menutup usahanya karena salah dalam
melakukan analisa keuangan. Kesalahan dalam analisa keuangan dapat
disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi,
maupun kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena
itu, analisa aspek keuangan tidak dapat dipisahkan dari analisis pada aspek
yang lain sebelumnya, seperti (1) analisa aspek hukum, berkaitan dengan
biaya untuk mengurus perizinan; (2) analisis aspek lingkungan, berkaitan
dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan dalam rangka menjalin hubungan
antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya; (3) analisis aspek pasar dan
pemasaran, berkaitan dengan proyeksi penjualan/pendapatan; (4) analisis
aspek teknis dan teknologi, berkaitan dengan biaya pembangunan, pengadaan
mesin dan peralatan serta biaya penggunaan teknologi; (5) analisis aspek
manajemen dan sumber daya manusia, berkaitan dengan biaya perencanaan
dan pembangunan bisnis serta biaya operasional untuk membayar tenaga
kerja yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.
2.2.1 Tujuan Analisis Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaan
“Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk
menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat
15
memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?”. Suatu ide
bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana
untuk membiayai ide bisnis tersebut tersedia serta bisnis tersebut
mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan
dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang logis.
Secara spesifik kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan
bertujuan untuk:
a. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan usaha
b. Menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi yang diperlukan
c. Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan
d. Memproyeksikan rugi laba usaha yang akan dijalankan
e. Memproyeksikan arus kas dari usaha yang akan dijalankan
f. Memproyeksikan neraca dari usaha yang akan dijalankan
g. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan bisnis
h. Menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan
berdasarkan beberapa analisis kelayakan investasi, seperti Payback
Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI),
Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR).
2.2.2 Jenis-jenis Biaya Usaha
Pemahaman tentang jenis-jenis biaya usaha dalam studi
kelayakan bisnis digunakan untuk memisahkan jenis-jenis biaya dalam
perhitungan kelayakan finansial. Untuk menjalankan suatu usaha,
diperlukan dua jenis biaya sebagai berikut:
16
1. Biaya investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.
Contoh biaya investasi adalah biaya persiapan penyusunan
kelayakan bisnis, biaya pembelian/sewa tanah dan gedung, biaya
pembelian mesin dan peralatan, biaya pembelian furniture dan
biaya pembelian kendaraan.
2. Biaya operasional
Biaya
operasional
adalah
semua
biaya
yang
harus
dikeluarkan agar kegiatan bisnis dapat dapat beroperasi secara
normal. Contoh biaya operasional adalah biaya bahan baku, biaya
bahan bakar, biaya personal, dan biaya lain-lain.
2.2.3 Jenis-jenis Modal
Pengetahuan akan jenis-jenis permodalan untuk menjalankan
bisnis dalam studi kelayakan diperlukan untuk mengetahui sumbersumber permodalan yang dapat digunakan untuk menjalankan ide
bisnis. Modal yang digunakan untuk menjalankan bisnis dapat berasal
dari dua sumber berikut:
a. Modal asing
Modal asing merupakan modal yang berasal dari luar
perusahaan, yang sifatnya sementara bekerja dalam suatu
perjalanan. Bagi perusahaan, modal asing merupakan utang yang
17
harus dibayar kembali. Berdasarkan jangka waktunya, modal asing
atau utang dapat dibagi menjadi 3, yaitu utang jangka pendek,
utang jangka menengah dan utang jangka panjang.
b. Modal sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik
perusahaan, yang tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu
yang tidak tertentu. Modal sendiri dapat dibagi dalam bentuk :
modal saham, cadangan dan laba ditahan.
2.2.4 Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang digunakan akan mengalami pengurangan fungsi
karena faktor dipakai, umur dan kerusakan. Oleh karena itu, besarnya
pengurangan fungsi aktiva harus diperhitungkan sebagai biaya.
Penyusutan diartikan sebagai sebagian harga perolehan aktiva tetap
yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode
akuntansi. Beberapa informasi yang diperlukan untuk melakukan
perhitungan biaya penyusutan per periode akuntansi, yaitu : (1) harga
perolehan (cost); (2) nilai sisa (residu); (3) umur ekonomis.
Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan
adalah sebagai berikut:
a. Metode garis lurus (straight-line method)
Metode ini mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap
periode adalah sama. Metode ini menggunakan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
18
• Kegunaan ekonomis aktiva menurun secara proporsional setiap
periode akuntansi
• Biaya reparasi setiap periode akuntansi relatif tetap
• Kegunaan ekonomis berkurang karena waktu
• Penggunaan aktiva tiap periode akuntansi relatif sama
b. Metode jam jasa (service-hour method)
Metode ini mengasumsikan bahwa suatu aktiva akan lebih
cepat rusak jika digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan
penggunaan yang tidak sepenuhnya. Metoda ini cocok untuk aktiva
yang mudah aus sebagai akibat pemakaian, seperti mobil dan
kendaraan.
c. Metode hasil produksi (productive-output method)
Metode ini mengasumsikan bahwa aktiva ditujukan untuk
menghasilkan produk sehingga metode penyusutan juga harus
didasarkan pada produk yang dapat dihasilkan.
d. Metode beban berkurang (reducing-charge method)
Metode ini mengasumsikan bahwa biaya penyusutan pada
tahun-tahun pertama lebih kecil dibandingkan dengan beban
penyusutan pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini karena aktiva
pada awal tahun akan bekerja lebih efisien dibandingkan dengan
aktiva yang sudah tua.
19
2.2.5 Aliran Kas Bersih (Net Cash Flow)
Penilaian kelayakan investasi didasarkan pada aliran kas (cash
flow) dan bukan pada keuntungan. Hal ini disebabkan untuk
menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas
untuk ditanamkan kembali. Keuntungan selalu dalam bentuk kas, tetapi
dalam keuntungan tersebut ada kas yang akan diinvestasikan kembali
dan ada kas yang akan diambil sebagai prive. Oleh karena itu, besarnya
kas bersih tidak sama dengan keuntungan.
Aliran kas adalah usulan pengeluaran modal, yang terdiri dari dua
macam aliran kas (cash flow), yaitu:
a. Aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu aliran kas yang
diperlukan untuk investasi baru.
b. Aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash), yaitu
aliran kas sebagai hasil dari investasi baru tersebut.
2.2.6 Analisa Kelayakan Investasi
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan
investasi, yaitu : Payback Period (PP), Net Present Value (NPV),
Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average
Rate of Return (ARR). Dasar perhitungan metode PP, NPV, PI, IRR
adalah aliran kas (cash flow), sedangkan dasar perhitungan dalam
metode ARR adalah keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan
dalam buku (reported accounting income).
20
1. Metode Payback Period (PP)
Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan
uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds)
tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila
proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka Payback Period
dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah
investasi (outlays) dengan proceeds tahunan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period
adalah sebagai berikut:
Payback Period (PP) =
Investasi kas bersih
Aliran kas masuk bersih tahunan
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan
Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan
layak jika Payback Period lebih pendek dibandingkan periode
payback maximum. Sebaliknya, jika Payback Period (PP) suatu
investasi lebih panjang daripada periode payback maximum, maka
investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat
beberapa alternatif investasi maka untuk menentukan alternatif
terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback
Period yang paling pendek.
21
Metode Payback Period (PP) sebagai alat analisis untuk
menentukan tingkat pengambalian investasi mempunyai kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Payback Period
Kelebihan
1. Mudah dihitung, tidak
Kekurangan
1.
Tidak mampu memberikan
memerlukan data yang
informasi tentang tingkat
banyak
profitabilitas investasi
2. Berdasarkan pada cash
2.
basis, bukan actual basis
3. Cukup akurat untuk
Tidak memperhitungkan
nilai waktu uang
3.
Sulit membuat kesimpulan
mengukur nilai investasi
jika terdapat dua peluang
yang diperbandingkan
investasi atau lebih yang
untuk beberapa kasus dan
memiliki umur ekonomis
bagi pembuat keputusan
yang tidak sama
4. Dapat digunakan untuk
4.
Tidak memperhitungkan
melihat hasil-hasil yang
pengembalian investasi
dapat diperbandingkan dan
setelah melewati waktu
mengabaikan alternatif-
Payback Period
alternatif investasi yang
buruk (tidak
menguntungkan)
5. Menekankan pada
alternatif-alternatif
investasi yang memiliki
periode pengembalian
lebih cepat
22
Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode
Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika
dalam kondisi:
a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi
sangat penting
b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting
c. Risiko di masa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi.
2. Metode Net Present Value (NPV)
Metode
Net Present Value (NPV)
digunakan
untuk
mengurangi kekurangan yang terdapat pada metode Payback
Period. Metode Net Present Value merupakan metode yang
dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran
kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya
pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk
melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV
diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran
kas masuk bersih di masa yang akan datang (future net cash
inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan.
Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan
memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of
return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif
berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah
dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka
investasi harus ditolak.
23
Rumus untuk menghitung Net Present Value adalah:
n
At
t
t=0 (1+ i)
Net Present Value (NPV) = !
Keterangan :
i = Discount rate yang digunakan
At = Cash flow pada periode t
n = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan.
Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang
sama besarnya, maka Net Present Value (NPV) dapat dihitung
dengan menggunakan bantuan tabel Present Value (PV) annuity.
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan
metode Net Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang
diusulkan dinyatakan layak, jika Net Present Value (NPV) lebih
besar dari 0 atau bernilai positif. Sebaliknya, jika Net Present Value
(NPV) suatu investasi lebih kecil dari 0 atau bernilai negatif maka
investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat
beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang
terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang
mempunyai Net Present Value (NPV) yang paling besar.
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Net
Present Value (NPV):
24
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Net Present Value
Kelebihan
1.
Kekurangan
Memperhitungkan tingkat
1.
bunga yang sebenarnya
2.
Sulitnya menentukan rate
minimum yang diinginkan
Mudah diterapkan karena
2.
tidak menggunakan
Tidak menunjukkan rate of
return sebenarnya
pendekatan trial and error
3.
Mudah menyesuaikan
3.
Adanya asumsi bahwa
dengan risiko, yaitu
semua aliran kas masuk
dengan menggunakan
bersih segera dapat
tingkat bunga yang
diinvestasikan kembali
berbeda untuk tahun-tahun
pada rate yang dipilih
berikutnya
4.
Metode ini tidak
sesederhana metode ARR
maupun metode PP
3. Metode Profitabilitas Indeks (PI)
Metode Profitabilitas Indeks (PI) atau sering disebut dengan
Desirabilty Index (DI) merupakan metode yang menghitung
perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa
yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi
(outlays).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas
Indeks (PI) adalah sebagai berikut:
Profitability Index (PI) =
Proceeds
Outlays
25
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari
tahun ke tahun, maka seperti halnya dalam metode Net Present
Value (NPV) untuk menghitung dengan Profitabilitas Indeks (PI),
harus menghitung Present Value dari Proceeds setiap tahunnya
terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah
Present Value dari keseluruhan Proceeds yang diharapkan dari
investasi.
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan
metode Profitabilitas Indeks (PI) adalah suatu investasi yang
diusulkan dinyatakan layak jika Profitabilitas Indeks (PI) lebih
besar dari 1. Sebaliknya, jika Profitabilitas Indeks (PI) suatu
investasi lebih kecil dari 1 maka investasi tersebut dinyatakan tidak
layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif
investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif
investasi yang mempunyai Profitabilitas Indeks (PI) yang paling
besar.
Karena Profitabilitas Indeks (PI) merupakan bentuk lain dari
pendekatan Net Present Value (NPV) maka kelebihan dan
kekurangan metode ini relative sama dengan kelebihan dan
kekurangan metode Net Present Value (NPV), seperti pada tabel
berikut ini.
26
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Profitability Index
Kelebihan
1.
Memperhitungkan tingkat
Kekurangan
1.
bunga yang sebenarnya
2.
Mudah diterapkan karena
Sulit menentukan rate
minimum yang diinginkan
2.
tidak menggunakan
Tidak menunjukkan rate of
return sebenarnya
pendekatan trial and error
3.
Mudah menyesuaikan
3.
Adanya asumsi bahwa
dengan risiko, yaitu
semua aliran kas masuk
dengan menggunakan
bersih segera dapat
tingkat bunga yang
diinvestasikan kembali
berbeda untuk tahun-tahun
pada rate yang dipilih
berikutnya
4.
Metode ini tidak
sesederhana metode ARR
maupun metode PP
5.
Pada umumnya hasil
analisis metode NPV dan
PI selalu konsisten.
Dengan kata lain, jika
NPV menyimpulkan layak
maka PI juga akan
menyimpulkan layak.
Demikian juga sebaliknya.
Namun, untuk menghitung
PI, NPV harus dihitung
terlebih dahulu sehingga
jika NPV telah dihitung
maka perhitungan PI
kurang bermanfaat.
27
4. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya
merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat
menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk
dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Maka pada
prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate
of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return
harus dicari dengan cara trial and error.
Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah
sebagai berikut:
n
! A $
t
&=0
'# (1+r)
1
%
t=0 "
Keterngan :
R = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds
sama dengan PV, dari capital outlays
At = Cashflow untuk periode t
N = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan
Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka
persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
A0 =
A1
A2
An
+
+ ......... +
2
(1+ r) (1+ r)
(1+ r) n
28
Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat
bunga yang dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti
cara tersebut di atas.
Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkahlangkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah
sebagai berikut:
a. Menghitung present value dari proceeds suatu investasi
dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih secara
apriori.
b. Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds
dengan jumlah present value dari investasi (outlays).
c. Jika present value dari proceeds lebih tinggi dibandingkan
jumlah present value dari investasi (outlays) maka tingkat
bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika
present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari
investasi outlays-nya maka tingkat bunga yang lebih rendah
harus digunakan.
d. Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang
dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya
dengan present value dari outlays-nya.
e. Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari
proceeds sama besarnya dengan present value dari outlay-nya,
NPV dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau
29
mendekati
nol.
Besarnya
tingkat
bunga
tersebut
menggambarkan besarnya IRR dari usul investasi tersebut.
Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan
metode IRR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan
layak jika IRR lebih besar dari tingkat keuntungan yang
dikehendaki. Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari
tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut
dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif
investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih
alternatif investasi yang mempunyai IRR yang paling besar.
Metode IRR sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat
pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Internal Rate of Return
Kelebihan
1.
2.
Menghindari pemilihan rate
Lebih rumit, terutama
jika aliran kas bersih
diinginkan
tidak sama setiap periode
Memperoleh rate of return
Berdasarkan preferensi rate
of return yang sebenarnya
bukan sekedar selisih NPV
4.
1.
of return minimum yang
yang sebenarnya
3.
Kekurangan
Tidak memiliki beban untuk
menginvestasikan kembali
seperti yang digambarkan
pada metode NPV
2.
Harus menggunakan
analisis sensitivitas
30
2.3 Analisa Data
Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek
keuangan
adalah
analisis
kuantitatif,
dengan
menggunakan
analisis
kemampuan pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan
investasi, seperti Payback Period (PP), Net Present Value (NPV),
Profitability Indeks (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).
Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan
membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan
untuk menyediakan permodalan.
Suatu
menyediakan
ide
bisnis
dinyatakan
permodalan
jika
layak
pelaku
berdasarkan
bisnis
mampu
kemampuan
menyediakan
permodalan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan permodalan.
Secara sederhana, kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing
rasio kelayakan investasi adalah sebagai berikut:
1. Payback Period (PP).
PP < payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak.
PP ≥ payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
2. Net Present Value (NPV).
NPV > 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak.
NPV ≤ 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
3. Profitability Indeks (PI).
PI > 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak.
PI ≤ 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak.
4. Internal Rate of Return (IRR).
31
IRR > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan
layak.
IRR
≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis
dinyatakan tidak layak.
Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai
bunga simpanan tertinggi yang dapat diperoleh. Suatu ide bisnis yang
memiliki nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat
keuntungan yang dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai
tidak efisien karena masih lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang
semestinya diperoleh jika biaya tersebut disimpan di bank.
Download