BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata “bisnis” berasal dari bahasa Inggris “busy” yang artinya “sibuk”, sedangkan “business” artinya “kesibukan”. Bisnis dalam arti luas sering didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan definisi tersebut, dilihat dari tujuannya bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : a. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented). b. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented). Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika 6 ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Subagyo (2005) menyatakan bahwa studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003:10), Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis yang dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan, baik pada bisnis atau usaha yang besar, maupun pada bisnis atau usaha yang sederhana. Sedangkan pengertian studi kelayakan bisnis menurut Wikipedia (diakses, 2009) adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek, baik itu aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, sampai dengan aspek manajemen dan keuangan, yang digunakan sebagai dasar penelitian studi kelayakan dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan, ditunda atau bahkan tidak dijalankan. Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis seringkali membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan sumber daya manusia, maupun aspek keuangan. Selain itu, keduanya mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis. 7 Rencana bisnis (business plan) adalah dokumen tertulis yang mendeskripsikan masa depan bisnis yang akan dimulai. Rencana ini meliputi apa, bagaimana, siapa, kapan dan mengapa sebuah bisnis dijalankan. Business plan pada umumnya terdiri dari : 1. Tujuan bisnis 2. Strategi yang digunakan untuk mencapainya 3. Masalah potensial yang kira-kira akan dihadapi dan cara mengatasinya. 4. Struktur organisasi (termasuk jabatan dan tanggung jawab) 5. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan 6. Modal yang diperlukan untuk membiayai perusahaan dan bagaimana mempertahankannya sampai mencapai Break Event Point (BEP). Perbedaan antara studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis dapat dilihat pada tabel berikut. 8 Tabel 2.1 Perbedaan studi kelayakan dengan rencana bisnis No 1 2 Faktor Studi Kelayakan Pembeda Bisnis Rencana Bisnis Jenis data yang Menggunakan data Menggunakan data digunakan estimasi empiris perusahaan Sumber data Data eksternal Data internal Pihak eksternal, Pihak internal, yang dengan tujuan agar lebih mengetahui lebih independen kondisi perusahaan Menilai kelayakan Membuat rencana sebuah ide bisnis bisnis yang akan yang digunakan 3 4 Penyusun Tujuan datang 5 Waktu Memakan waktu Memerlukan waktu relative lama, karena yang relative harus menggali data pendek, karena data dari berbagai sumber hanya bersumber dari intern perusahaan 6 Biaya Memerlukan biaya Memerlukan biaya yang relative besar yang tidak terlalu besar Setiap bisnis memerlukan adanya studi kelayakan pada saat memulai usahanya meskipun dengan intensitas yang berbeda-beda. Intensitas pada penyusunan studi kelayakan bisnis tergantung pada beberapa hal berikut : a. Besar kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan. 9 Semakin besar dampak yang dapat ditimbulkan dari ide bisnis yang akan dijalankan, semakin tinggi kecermatan yang diperlukan dalam menyusun studi kelayakan bisnis. Sebaliknya, semakin kecil dampak yang dapat ditimbulkan dari ide bisnis yang akan dijalankan, semakin rendah tuntutan akan kecermatan dalam menyusun studi kelayakan. b. Besar kecilnya tingkat kepastian bisnis. Semakin besar tingkat ketidakpastian suatu bisnis, semakin tinggi intensitas dalam menyusun studi kelayakan bisnis. Sebaliknya, semakin kecil tingkat ketidakpastian bisnis, semakin rendah intensitas dalam menyusun studi kelayakan. c. Banyak-sedikitnya investasi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu bisnis. Semakin besar nilai investasi yang ditanamkan pada suatu bisnis, semakin tinggi kecermatan yang diperlukan dalam menyusun studi kelayakan bisnis. Sebaliknya, semakin kecil investasi yang ditanamkan, semakin sederhana studi kelayakan yang dilakukan. 2.1.2 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis dijalankan, perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir Jakfar, 2003: 20), yaitu : 10 1. Menghindari resiko kerugian Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang ada semacam kondisi yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 2. Memudahkan perencanaan Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Dengan adanya berbagai rencana yang telah disusun, akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Pedoman tersebut telah tersusun secara sistematis, sehingga usaha yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. 4. Memudahkan pengawasan Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan mempermudah dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini 11 perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. 5. Memudahkan pengendalian Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah dideteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan agar tidak melenceng dari alur sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. 2.1.3 Langkah-langkah Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan metode ilmiah. Salah satu syarat metode ilmiah adalah sistematis. Penyusunan studi kelayakan bisnis sebagai salah satu metode ilmiah pada umumnya meliputi beberapa langkah kegiatan, antara lain : a. Penemuan ide bisnis b. Melakukan studi pendahuluan c. Membuat desain studi kelayakan d. Pengumpulan data e. Analisa dan interpretasi data f. Menarik kesimpulan dan rekomendasi g. Penyusunan laporan studi kelayakan bisnis 12 Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis tidak hanya dilakukan pada saat ada ide untuk merintis bisnis yang benar-benar baru, namun juga diperlukan ketika pelaku bisnis akan melakukan halhal berikut : a. Merintis usaha baru. b. Menembangkan usaha yang sudah ada. c. Memilih jenis usaha dan investasi/proyek yang paling menguntungkan. 2.1.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu dilakukan pada beberapa aspek kelayakan bisnis, yaitu: a. Aspek hukum Aspek hukum menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis di wilayah tertentu. b. Aspek lingkungan Aspek lingkungan menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar (baik lingkungan operasional, lingkungan dekat dan lingkungan jauh), dengan ide bisnis yang akan dijalankan. c. Aspek pasar dan pemasaran Aspek pasar menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai, serta menganalisis 13 strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. d. Aspek teknis dan teknologi Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis dan ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. e. Aspek manajemen dan sumber daya manusia Aspek .manajemen dan sumber daya manusia menganalisis tahap-tahap pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. f. Aspek keuangan Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi dan modal kerja serta tingkat pengembalian investasi dari bisnis yang akan dijalankan. 2.2 Aspek Keuangan Aspek keuangan pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam aspek keuangan memerlukan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek sebelumnya. Bisnis yang berorientasi keuntungan maupun yang tidak berorientasi keuntungan harus tetap memperhatikan aspek keuangan sebelum menjalankan bisnis. Bisnis yang berorientasi keuntungan akan memutuskan akan menjalankan sebuah ide bisnis jika bisnis tersebut menguntungkan secara finansial, sedangkan bisnis yang tidak berorientasi 14 keuntungan memerlukan studi kelayakan pada aspek keuangan untuk menjawab pertanyaan apakah ide bisnis yang akan dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya untuk menjalankan misi sosialnya dengan pendapatan yang diterimanya. Banyak perusahaan yang menutup usahanya karena salah dalam melakukan analisa keuangan. Kesalahan dalam analisa keuangan dapat disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi, maupun kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu, analisa aspek keuangan tidak dapat dipisahkan dari analisis pada aspek yang lain sebelumnya, seperti (1) analisa aspek hukum, berkaitan dengan biaya untuk mengurus perizinan; (2) analisis aspek lingkungan, berkaitan dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan dalam rangka menjalin hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya; (3) analisis aspek pasar dan pemasaran, berkaitan dengan proyeksi penjualan/pendapatan; (4) analisis aspek teknis dan teknologi, berkaitan dengan biaya pembangunan, pengadaan mesin dan peralatan serta biaya penggunaan teknologi; (5) analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia, berkaitan dengan biaya perencanaan dan pembangunan bisnis serta biaya operasional untuk membayar tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. 2.2.1 Tujuan Analisis Aspek Keuangan Analisis aspek keuangan dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat 15 memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan?”. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber dana untuk membiayai ide bisnis tersebut tersedia serta bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang logis. Secara spesifik kajian aspek keuangan dalam studi kelayakan bertujuan untuk: a. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan usaha b. Menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi yang diperlukan c. Menganalisis besarnya kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan d. Memproyeksikan rugi laba usaha yang akan dijalankan e. Memproyeksikan arus kas dari usaha yang akan dijalankan f. Memproyeksikan neraca dari usaha yang akan dijalankan g. Menganalisis sumber dana untuk menjalankan bisnis h. Menganalisis tingkat pengembalian investasi yang ditanamkan berdasarkan beberapa analisis kelayakan investasi, seperti Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). 2.2.2 Jenis-jenis Biaya Usaha Pemahaman tentang jenis-jenis biaya usaha dalam studi kelayakan bisnis digunakan untuk memisahkan jenis-jenis biaya dalam perhitungan kelayakan finansial. Untuk menjalankan suatu usaha, diperlukan dua jenis biaya sebagai berikut: 16 1. Biaya investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Contoh biaya investasi adalah biaya persiapan penyusunan kelayakan bisnis, biaya pembelian/sewa tanah dan gedung, biaya pembelian mesin dan peralatan, biaya pembelian furniture dan biaya pembelian kendaraan. 2. Biaya operasional Biaya operasional adalah semua biaya yang harus dikeluarkan agar kegiatan bisnis dapat dapat beroperasi secara normal. Contoh biaya operasional adalah biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya personal, dan biaya lain-lain. 2.2.3 Jenis-jenis Modal Pengetahuan akan jenis-jenis permodalan untuk menjalankan bisnis dalam studi kelayakan diperlukan untuk mengetahui sumbersumber permodalan yang dapat digunakan untuk menjalankan ide bisnis. Modal yang digunakan untuk menjalankan bisnis dapat berasal dari dua sumber berikut: a. Modal asing Modal asing merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan, yang sifatnya sementara bekerja dalam suatu perjalanan. Bagi perusahaan, modal asing merupakan utang yang 17 harus dibayar kembali. Berdasarkan jangka waktunya, modal asing atau utang dapat dibagi menjadi 3, yaitu utang jangka pendek, utang jangka menengah dan utang jangka panjang. b. Modal sendiri Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan, yang tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu. Modal sendiri dapat dibagi dalam bentuk : modal saham, cadangan dan laba ditahan. 2.2.4 Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang digunakan akan mengalami pengurangan fungsi karena faktor dipakai, umur dan kerusakan. Oleh karena itu, besarnya pengurangan fungsi aktiva harus diperhitungkan sebagai biaya. Penyusutan diartikan sebagai sebagian harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Beberapa informasi yang diperlukan untuk melakukan perhitungan biaya penyusutan per periode akuntansi, yaitu : (1) harga perolehan (cost); (2) nilai sisa (residu); (3) umur ekonomis. Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah sebagai berikut: a. Metode garis lurus (straight-line method) Metode ini mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap periode adalah sama. Metode ini menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 18 • Kegunaan ekonomis aktiva menurun secara proporsional setiap periode akuntansi • Biaya reparasi setiap periode akuntansi relatif tetap • Kegunaan ekonomis berkurang karena waktu • Penggunaan aktiva tiap periode akuntansi relatif sama b. Metode jam jasa (service-hour method) Metode ini mengasumsikan bahwa suatu aktiva akan lebih cepat rusak jika digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya. Metoda ini cocok untuk aktiva yang mudah aus sebagai akibat pemakaian, seperti mobil dan kendaraan. c. Metode hasil produksi (productive-output method) Metode ini mengasumsikan bahwa aktiva ditujukan untuk menghasilkan produk sehingga metode penyusutan juga harus didasarkan pada produk yang dapat dihasilkan. d. Metode beban berkurang (reducing-charge method) Metode ini mengasumsikan bahwa biaya penyusutan pada tahun-tahun pertama lebih kecil dibandingkan dengan beban penyusutan pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini karena aktiva pada awal tahun akan bekerja lebih efisien dibandingkan dengan aktiva yang sudah tua. 19 2.2.5 Aliran Kas Bersih (Net Cash Flow) Penilaian kelayakan investasi didasarkan pada aliran kas (cash flow) dan bukan pada keuntungan. Hal ini disebabkan untuk menghasilkan keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Keuntungan selalu dalam bentuk kas, tetapi dalam keuntungan tersebut ada kas yang akan diinvestasikan kembali dan ada kas yang akan diambil sebagai prive. Oleh karena itu, besarnya kas bersih tidak sama dengan keuntungan. Aliran kas adalah usulan pengeluaran modal, yang terdiri dari dua macam aliran kas (cash flow), yaitu: a. Aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu aliran kas yang diperlukan untuk investasi baru. b. Aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash), yaitu aliran kas sebagai hasil dari investasi baru tersebut. 2.2.6 Analisa Kelayakan Investasi Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan investasi, yaitu : Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitabilitas Indeks (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan Average Rate of Return (ARR). Dasar perhitungan metode PP, NPV, PI, IRR adalah aliran kas (cash flow), sedangkan dasar perhitungan dalam metode ARR adalah keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income). 20 1. Metode Payback Period (PP) Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama, maka Payback Period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Payback Period adalah sebagai berikut: Payback Period (PP) = Investasi kas bersih Aliran kas masuk bersih tahunan Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Payback Period lebih pendek dibandingkan periode payback maximum. Sebaliknya, jika Payback Period (PP) suatu investasi lebih panjang daripada periode payback maximum, maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk menentukan alternatif terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback Period yang paling pendek. 21 Metode Payback Period (PP) sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengambalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Payback Period Kelebihan 1. Mudah dihitung, tidak Kekurangan 1. Tidak mampu memberikan memerlukan data yang informasi tentang tingkat banyak profitabilitas investasi 2. Berdasarkan pada cash 2. basis, bukan actual basis 3. Cukup akurat untuk Tidak memperhitungkan nilai waktu uang 3. Sulit membuat kesimpulan mengukur nilai investasi jika terdapat dua peluang yang diperbandingkan investasi atau lebih yang untuk beberapa kasus dan memiliki umur ekonomis bagi pembuat keputusan yang tidak sama 4. Dapat digunakan untuk 4. Tidak memperhitungkan melihat hasil-hasil yang pengembalian investasi dapat diperbandingkan dan setelah melewati waktu mengabaikan alternatif- Payback Period alternatif investasi yang buruk (tidak menguntungkan) 5. Menekankan pada alternatif-alternatif investasi yang memiliki periode pengembalian lebih cepat 22 Dengan melihat kelebihan dan kekurangan pada metode Payback Period, maka metode tersebut cocok digunakan jika dalam kondisi: a. Kecepatan informasi atau estimasi nilai pengembalian investasi sangat penting b. Ketepatan penghitungan tidak begitu penting c. Risiko di masa yang akan datang diperkirakan cukup tinggi. 2. Metode Net Present Value (NPV) Metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengurangi kekurangan yang terdapat pada metode Payback Period. Metode Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan. Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi harus ditolak. 23 Rumus untuk menghitung Net Present Value adalah: n At t t=0 (1+ i) Net Present Value (NPV) = ! Keterangan : i = Discount rate yang digunakan At = Cash flow pada periode t n = Periode yang terakhir dimana cash flow diharapkan. Apabila setiap tahun investasi menghasilkan proceeds yang sama besarnya, maka Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan menggunakan bantuan tabel Present Value (PV) annuity. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak, jika Net Present Value (NPV) lebih besar dari 0 atau bernilai positif. Sebaliknya, jika Net Present Value (NPV) suatu investasi lebih kecil dari 0 atau bernilai negatif maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang mempunyai Net Present Value (NPV) yang paling besar. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value (NPV): 24 Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Net Present Value Kelebihan 1. Kekurangan Memperhitungkan tingkat 1. bunga yang sebenarnya 2. Sulitnya menentukan rate minimum yang diinginkan Mudah diterapkan karena 2. tidak menggunakan Tidak menunjukkan rate of return sebenarnya pendekatan trial and error 3. Mudah menyesuaikan 3. Adanya asumsi bahwa dengan risiko, yaitu semua aliran kas masuk dengan menggunakan bersih segera dapat tingkat bunga yang diinvestasikan kembali berbeda untuk tahun-tahun pada rate yang dipilih berikutnya 4. Metode ini tidak sesederhana metode ARR maupun metode PP 3. Metode Profitabilitas Indeks (PI) Metode Profitabilitas Indeks (PI) atau sering disebut dengan Desirabilty Index (DI) merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays). Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitabilitas Indeks (PI) adalah sebagai berikut: Profitability Index (PI) = Proceeds Outlays 25 Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, maka seperti halnya dalam metode Net Present Value (NPV) untuk menghitung dengan Profitabilitas Indeks (PI), harus menghitung Present Value dari Proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Present Value dari keseluruhan Proceeds yang diharapkan dari investasi. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Profitabilitas Indeks (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Profitabilitas Indeks (PI) lebih besar dari 1. Sebaliknya, jika Profitabilitas Indeks (PI) suatu investasi lebih kecil dari 1 maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi terbaik ditentukan dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai Profitabilitas Indeks (PI) yang paling besar. Karena Profitabilitas Indeks (PI) merupakan bentuk lain dari pendekatan Net Present Value (NPV) maka kelebihan dan kekurangan metode ini relative sama dengan kelebihan dan kekurangan metode Net Present Value (NPV), seperti pada tabel berikut ini. 26 Tabel 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Profitability Index Kelebihan 1. Memperhitungkan tingkat Kekurangan 1. bunga yang sebenarnya 2. Mudah diterapkan karena Sulit menentukan rate minimum yang diinginkan 2. tidak menggunakan Tidak menunjukkan rate of return sebenarnya pendekatan trial and error 3. Mudah menyesuaikan 3. Adanya asumsi bahwa dengan risiko, yaitu semua aliran kas masuk dengan menggunakan bersih segera dapat tingkat bunga yang diinvestasikan kembali berbeda untuk tahun-tahun pada rate yang dipilih berikutnya 4. Metode ini tidak sesederhana metode ARR maupun metode PP 5. Pada umumnya hasil analisis metode NPV dan PI selalu konsisten. Dengan kata lain, jika NPV menyimpulkan layak maka PI juga akan menyimpulkan layak. Demikian juga sebaliknya. Namun, untuk menghitung PI, NPV harus dihitung terlebih dahulu sehingga jika NPV telah dihitung maka perhitungan PI kurang bermanfaat. 27 4. Metode Internal Rate of Return (IRR) Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang sebenarnya. Pada dasarnya internal rate of return harus dicari dengan cara trial and error. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: n ! A $ t &=0 '# (1+r) 1 % t=0 " Keterngan : R = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan PV, dari capital outlays At = Cashflow untuk periode t N = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut: A0 = A1 A2 An + + ......... + 2 (1+ r) (1+ r) (1+ r) n 28 Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang dipilih secara coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut di atas. Dengan rumus IRR seperti tersebut di atas maka langkahlangkah yang harus dilakukan untuk menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut: a. Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih secara apriori. b. Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan jumlah present value dari investasi (outlays). c. Jika present value dari proceeds lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari investasi (outlays) maka tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya, jika present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari investasi outlays-nya maka tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan. d. Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlays-nya. e. Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlay-nya, NPV dari usul investasi tersebut adalah Rp 0 (nol) atau 29 mendekati nol. Besarnya tingkat bunga tersebut menggambarkan besarnya IRR dari usul investasi tersebut. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode IRR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki. Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif investasi yang mempunyai IRR yang paling besar. Metode IRR sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Internal Rate of Return Kelebihan 1. 2. Menghindari pemilihan rate Lebih rumit, terutama jika aliran kas bersih diinginkan tidak sama setiap periode Memperoleh rate of return Berdasarkan preferensi rate of return yang sebenarnya bukan sekedar selisih NPV 4. 1. of return minimum yang yang sebenarnya 3. Kekurangan Tidak memiliki beban untuk menginvestasikan kembali seperti yang digambarkan pada metode NPV 2. Harus menggunakan analisis sensitivitas 30 2.3 Analisa Data Analisa data yang digunakan untuk melakukan analisis pada aspek keuangan adalah analisis kuantitatif, dengan menggunakan analisis kemampuan pemenuhan kebutuhan permodalan dan analisis kelayakan investasi, seperti Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Indeks (PI), dan Internal Rate of Return (IRR). Kriteria kelayakan kemampuan kebutuhan permodalan adalah dengan membandingkan antara besarnya kebutuhan permodalan dengan kemampuan untuk menyediakan permodalan. Suatu menyediakan ide bisnis dinyatakan permodalan jika layak pelaku berdasarkan bisnis mampu kemampuan menyediakan permodalan yang lebih besar atau sama dengan kebutuhan permodalan. Secara sederhana, kriteria penerimaan investasi untuk masing-masing rasio kelayakan investasi adalah sebagai berikut: 1. Payback Period (PP). PP < payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan layak. PP ≥ payback minimum, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. 2. Net Present Value (NPV). NPV > 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan layak. NPV ≤ 0 (nol), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. 3. Profitability Indeks (PI). PI > 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan layak. PI ≤ 1 (satu), maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. 4. Internal Rate of Return (IRR). 31 IRR > tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan layak. IRR ≤ tingkat keuntungan yang dikehendaki, maka ide bisnis dinyatakan tidak layak. Tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat digunakan sebagai bunga simpanan tertinggi yang dapat diperoleh. Suatu ide bisnis yang memiliki nilai Internal Rate of Return (IRR) lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki berarti bahwa pendapatan tersebut dinilai tidak efisien karena masih lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang semestinya diperoleh jika biaya tersebut disimpan di bank.