P. Martin Harun, OFM, Jakarta 12 Mei 2004

advertisement
Sabda Tuhan
dalam hidup sehari-hari
SEPTEMBER 2011
Angela Merici Biblical Center © Sr. Emma G. osu [email protected]
http://ambcosu.wordpress.com
Nihil Obstat: P. Martin Harun, OFM, Jakarta 12 Mei 2004
Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Pr. Vikjen KAJ, Jakarta 25 Mei 2004
.
1. Kamis. Kol 1:9-14; Luk 5:1-11. Mereka pun meninggalkan segala sesuatu
lalu mengikut Yesus. Meninggalkan satu hal saja yang kita sukai bisa
terasa berat dan sulit, misalnya main badminton atau merokok. Apalagi
meninggalkan segala sesuatu: rumah, keluarga, pekerjaan, dll. Tetapi para
rasul rela meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Apa yang
menarik mereka kepada-Nya? Ia tidak menjanjikan upah yang lebih besar
atau jaminan hidup yang lebih baik. Tapi apa yang dijanjikan Yesus jauh
melebihi semua yang bisa diperoleh di dunia: Hidup sejati dalam persatuan
dengan Allah di dunia ini dan selamanya dalam kebahagiaan kekal di
surga. Tetapi itu hanya bisa ditangkap dengan iman.
2. Jumat. Kol 1:15-20; Luk 5:33-39. Anggur yang baru harus disimpan dalam
kantong yang baru pula. Menaati peraturan, sembahyang, berpuasa dan
memberi sedekah merupakan praktek keagamaan yang lazim. Tapi Yesus
mememberi pandangan yang baru dan segar mengenai semua hal itu.
Misalnya berpuasa bukan demi puasa, tetapi sebagai sarana untuk
bertobat, menyatakan duka, berbuat amal. Yesus selalu mengutamakan
manusia. Peraturan dibuat demi manusia, bukan sebaliknya. Untuk
mengikuti jalan pikiran Yesus dan melakukan ajaran-Nya perlu cara
berpikir baru, seperti anggur baru dimasukkan ke dalam kantung baru.
Kalau tidak, akan terus menjadi batu sandungan.
3. Sabtu. Pw S. Gregorius Agung. Kol 1:21-23; Luk 6:1-5. Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari yang dikuduskan
bagi Tuhan. Hari untuk beristirahat dari kerja dan memuliakan sang
Pencipta dengan ibadah bersama. Hari untuk merenungkan makna
kehidupan. Sesungguhnya, manusia bekerja untuk hidup, bukan hidup
untuk bekerja. Tetapi begitu mudah kita menjadi budak kerja. Orang
bekerja dan bekerja sampai mati berdiri untuk meningkatkan produksi dan
memenuhi kebutuhan yang kian meningkat. Tidak ada waktu untuk
menikmati hidup itu sendiri, berelasi dengan sesama dan saling memberi
hidup serta mengucap syukur kepada Allah Pemberi kehidupan. Sayang!
September 2011
4. Minggu Biasa XXIII. Hari Minggu Kitab Suci Nasional. Yeh 33:7-9; Rom
13:6-10; Mat 18:15-20. Di mana dua atau tiga orang berkumpul atas namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. Tuhan tak perlu dicari jauhjauh. Ia berjanji akan menyertai kita sampai akhir zaman. Ia beridentifikasi
dengan saudara-saudara-Nya yang paling hina. Apa pun yang kita lakukan
untuk mereka, Ia akui sebagai dilakukan terhadap-Nya. Kehadiran-Nya
nyata dalam kitab suci yang memuat firman-Nya yang hidup. Bahkan bila
dua atau tiga di antara kita berkumpul atas nama-Nya, Ia ada di tengahtengah kita, dan apa pun yang kita sepakati untuk minta atas nama-Nya, Ia
dengar dan kabulkan. Apakah saya cukup transparan sehingga orang bisa
melihat Dia hadir dalam diriku?
5. Senin. Kol 1:24 – 2:3; Luk 6:6-11. Mereka mengamati Yesus supaya dapat
alasan untuk mempersalahkan Dia. Manusia mempunyai dua kacamata.
Yang satu adalah kacamata baik. Dengan kacamata itu ia melihat kebaikan
di mana-mana sebagai pancaran kebesaran dan kasih Allah. Kalau ia
melihat seorang penipu, ia berkata: belum ada kejujuran padanya.
Berhadapan dengan orang jahat ia berkata: belum ada kebaikan padanya.
Sebaliknya orang yang memakai kacamata yang jahat, melihat dan
mencari kejahatan di mana-mana. Melihat orang hemat, ia berkata: Kikir
benar dia! Melihat orang lembut, ia berkata: dia tidak punya nyali. Mereka
terus iri dan cemburu. Begitulah orang-orang yang sedang mengamati
Yesus. Kacamata apa yang biasa saya pakai?.
6. Selasa. Kol 2:6-15; Luk 6:12-19. Orang banyak itu berusaha menjamah Dia
karena ada kuasa yang keluar daripada-Nya. Allah adalah kasih. Maka
kuasa yang ada pada Yesus adalah kuasa kasih. Kasih membangkitkan:
Orang lesu jadi bersemangat, orang sakit jadi sembuh, orang egois belajar
memperhatikan dan melayani sesama. Kasih membangkitkan harga diri,
sehingga orang tidak lagi tertunduk malu dan tertekan, tetapi menatap
masa depan dengan kepala tegak penuh harapan. Kasih mengangkat
orang dari lumpur dosa untuk menempuh hidup baru. Kasih membuat
orang mampu mengasihi pula. Terciptalah relasi-relasi baru antara suami
istri, orangtua anak, orang yang saling memusuhi. Terciptalah dunia baru,
yaitu Kerajaan Allah yang kita bangun bersama dengan dan dalam kasih.
7. Rabu. Kor 3:1-11; Luk 6:20-26. Berbahagialah kamu jika karena Anak
Manusia orang membenci kamu. Ketika Bernadette Soubirous ditanya
siapa yang dimaksud dengan ‘orang berdosa’, ia menjawab, “Orang yang
mencintai kejahatan.” Aneh tapi nyata bahwa ada orang yang mencintai
kejahatan. Tidak heran kalau mereka membenci orang yang mencintai
kebaikan. Di sepanjang sejarah, orang kristiani yang mengamalkan
kebaikan dan mengejar kekudusan menjadi sasaran kebencian serta
penganiayaan orang yang mencintai kejahatan. Tuhan tidak mencegahnya.
Malah Ia menyebut kita berbahagia bila karena Dia kita dibenci dan
dianiaya demi Dia, sebab penderitaan itu hanya sementara.
September 2011
8. Kamis. Pesta kelahiran SP Maria. Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30; Mat 1:116,18-23 (Mat 1:18-23). Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan
seorang anak laki-laki. Hari ini kita merayakan HUT Bunda kita. Apakah
Bunda Maria lahir pada tanggal 8 September? Tidak ada catatan tentang
hal itu dan tak ada yang tahu. Gereja menetapkan hari ini dan 8 Desember,
pesta Maria dikandung tanpa noda, supaya ada genap sembilan bulan di
antaranya. Pantaslah kita menghormati Bunda Yesus, yang dihadiahkan
kepada kita menjadi Bunda kita juga. Manakah cara terbaik menghormati
Bunda Maria? Dengan ikut petunjuk yang ia berikan dalam pernikahan di
Kana: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” Ya, dengan melakukan
apa yang dikatakan Yesus, kita menyenangkan hati Bunda-Nya.
9. Jumat. 1Tim 1:1-2,12-14; Luk 6:39-42. Mengapakah engkau melihat
selumbar di dalam mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu
sendiri tidak engkau ketahui? Bayangkan, selumbar dibandingkan dengan
balok, keciiiil dan besaaar... seberapa bagiannya? Mata bisa kemasukan
selumbar. Sakit sekali. Tapi balok tidak bisa masuk, hanya menghalangi
pandangan. Kesalahan orang sekecil selumbar, tapi aku merasa terganggu
dan ingin mencabutnya. Padahal aku pun punya kesalahan, sebesar balok,
lagi. Dan balok itu tidak kulihat karena melekat pada diriku. Kita sering buta
terhadap kesalahan sendiri, sementara kesalahan orang lain, biar kecil,
nampak begitu jelas. Yesus mengajak kita menyingkirkan balok yang
merintangi mata iman supaya bisa melihat kebenaran.
10. Sabtu. 1Tim 1:15-17; Luk 6:43-49. Setiap pohon dikenal pada buahnya.
Seorang raja ingin menguji kejujuran ketiga putranya. Ia memberi mereka
masing-masing sebuah biji untuk ditanam, dan minta mereka membawa
hasilnya dalam waktu setahun. Sesudah lewat satu tahun, datanglah ketiga
putra menghadap. Putra pertama dan kedua membawa pot dengan pohon
yang sudah tumbuh. Putra bungsu membawa pot kosong. “Maaf, ayah,
saya sudah menyirami dan memupukinya, tapi biji itu tidak mau tumbuh.”
Kata raja, “Hanya kau yang jujur. Memang aku telah memberi benih yang
mati, yang tak mungkin tumbuh.” Pribadi kita bisa dikenal dari perbuatanperbuatan kita, lepas dari kegagalan atau sukses.
11. Minggu Biasa XXIV. Sir 27:30 – 28:9; Rm 14:7-9; Mat 18:21-35. Bukankah
engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani
engkau? Kisah yang menyedihkan. Hamba yang pertama dihapuskan
utangnya 10.000 talenta, tapi ia tidak mau menghapuskan utang sesama
hamba 100 dinar. Satu talenta sama dengan 6 ribu dinar. Jadi utang
hamba pertama 60 juta dinar, sedangkan utang temannya hanya 100
dinar. Hamba pertama tidak tahu terima kasih dan tidak menghargai raja:
“Bodoh sekali raja menghapuskan utangku. Kalau aku, tak akan!” Ia tidak
sehati dan sepikir dengan raja, tak layak mendapat belaskasihnya. Kita
semua membutuhkan belaskasih Allah. Satu-satunya cara memperolehnya
ialah dengan menunjukkan belas kasih kepada sesama.
September 2011
12. Senin. 1Tim 2:1-8; Luk 7:1-10. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku
itu akan sembuh. Perwira itu orang Roma, bangsa penjajah. Ia sangat
peduli akan hambanya yang sakit dan hampir mati, sehingga bersusah
payah mencari kesembuhan baginya. Ia sudah banyak mendengar tentang
Yesus sang Juruselamat. Maka dikirimnya kabar tentang si sakit. Yesus
segera menuju ke rumah perwira itu. Tetapi ia mencegahnya. “Jangan
repot-repot... katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh.” Ia
merasa tak layak Yesus datang ke rumahnya. Tapi ia percaya betul akan
kuasa perkataan Yesus. Iman perwira itu membuat Yesus heran dan
kagum. Saat itu juga hamba itu sembuh. Seberapa besar kepercayaanku
akan kuasa firman?
13. Selasa. Pw S. Yohanes Krisostomus. 1Tim 3:1-13; Luk 7:11-17. Allah telah
melawati umat-Nya. Dekat gerbang kota Nain, Yesus melihat perarakan
orang-orang yang mengusung jenazah seorang muda, anak tunggal
seorang janda. Dengan kematian pemuda itu, si janda kehilangan segala
harapan hidup dan masa depannya. Yesus pun menyelami perasaan
wanita itu dan hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. “Ibu, jangan
menangis.” Bukan kata-kata kosong, sebab Yesus akan menghentikan
tangisnya dengan mengembalikan pemuda itu kepadanya. Yesus sang
kehidupan dihadapkan dengan maut. “Hai anak muda, Aku berkata
bangunlah!” Ia pun bangun. Dengan tindakan itu Kerajaan surga menjadi
nyata: di sana tak ada lagi kematian, tak ada dukacita.
14. Rabu. Pesta Salib Suci. Bil 21:4-9 atau Fil 2:6-11; Yoh 3:13-17. Seperti
Musa mendirikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan. Di padang gurun orang Israel berdosa terhadap Allah, lalu
mereka dipagut ular. Atas perintah Tuhan, Musa membuat ular tembaga di
atas tiang. Bila memandang ular itu, orang yang dipagut tidak mati tapi
hidup. Ular tembaga itu lambang Kristus yang tergantung di salib. Umat
manusia berdosa dan kena tulah. Tapi dengan memandang Kristus yang
tersalib dengan iman dan tobat, ia beroleh hidup dan terhindar dari
kematian kekal. Hari ini kita bersyukur kepada Kristus sang Penebus yang
mengasihi kita sehabis-habisnya sampai mati di salib yang hina supaya
kita selamat dan hidup.
15. Kamis. Pw SP Maria berdukacita. 1Kor 12:31 – 13:13; atau Ibr 5:7-9;
Luk7:31-35 atau Yoh 19:25-27. Ibu, inilah anakmu... Inilah ibumu. Sebagai
bunda Yesus, Maria mengalami banyak momen penuh kebahagiaan
bersama Putra-Nya. Tetapi dukanya pun tidak sedikit. Duka karena ia tidak
selalu mengerti Putranya. Ia menghadapi banyak misteri dan hanya bisa
menyimpan semua itu di dalam hati. Duka karena banyak orang tidak
mengerti bahkan membenci dan menolak Putranya, padahal Ia hanya
melakukan kebaikan dan datang untuk menyelamatkan. Akhirnya
kejahatan orang berdosa membawa Putranya kepada kematian di salib.
Dan itulah puncak dukanya. Di situ juga ia dijadikan Ibu semua orang.
September 2011
16. Jumat. Pw S. Kornelius dan S. Siprianus. 1Tim 6:2c-12; Luk 8:1-3.
Perempuan-perempuan itu melayani rombongan itu dengan kekayaan
mereka. Yesus dan kedua belas rasul keliling dari kota ke kota mewartakan
Injil. Pelayanan itu mereka beri secara gratis. Jadi siapa yang menanggung
sandang pangan mereka? Untunglah Tuhan telah menciptakan ibu-ibu
yang selalu ingat untuk mengurus hal itu. Bukan saja di zaman kita, tetapi
di zaman Yesus pun sudah ada kelompok ibu, walaupun namanya belum
“Wanita Katolik”. Kekayaan yang mereka terima, mereka manfaatkan demi
perluasan Kerajaan Allah di dunia. Kita bersyukur kepada ibu-ibu di tiap
paroki dan lingkungan yang melayani di balik layar, sering tersembunyi.
Bapa melihat yang tersembunyi dan memberkati.
17. Sabtu. 1Tim 6:13-16; Luk 8:4-15. Siapa mempunyai telinga untuk
mendengar, hendaklah ia mendengar. Betapa sering kitab suci mengimbau
kita supaya mendengar. Keselamatan datang kepada kita melalui kabar
yang diwartakan. Kabar itu tentang Kerajaan Allah, sebuah misteri yang tak
bisa ditangkap dan dicerna dengan otak, tapi perlu diterima dengan iman.
Kepada orang yang mau mendengar, Tuhan memberi karunia untuk
mengetahui misteri itu. Yesus menjelaskannya dengan perumpamaan. Di
sini sabda diumpamakan dengan benih. Apakah ladang hati kita sudah
siap untuk menerima benih sabda agar tumbuh subur dan menghasilkan
banyak buah? Ladang yang subur perlu dibersihkan dari batu-batu dan
semak, dipupuk dengan doa, pengurbanan dan perbuatan baik.
18. Minggu Biasa XXV. Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24,27a; Mat 20:1-16a. Iri hatikah
engkau karena aku murah hati? Kita hidup di dunia yang tidak adil. Di
mana-mana timbul gerakan yang memperjuangkan keadilan. Apa yang
dimaksud dengan keadilan? Adilkah bila kita memberi sama rata kepada
semua? Misalnya, bapak berumur 30 tahun diberi jatah makanan yang
sama dengan anaknya yang berumur 2 tahun? Atau memberi kepada
masing-masing menurut haknya atau kebutuhannya? Apa pun yang
dianggap benar, Bapa di surga mengajak kita berbuat lebih dari sekedar
adil. Bapa mengajak kita bermurah hati. Dasarnya bukan hak dan
kewajiban, melainkan kasih. Kasih itu murah hati. Kasih tidak iri hati. Indah
benar kebersamaan kita bila ada kasih dan kemurahan hati.
19. Senin. Ezr 1:1-6; Luk 8:16-18. Perhatikanlah cara kamu mendengar.
Ternyata mendengar saja tidak cukup. Masih perlu memperhatikan kualitas
mendengar. Ada yang mendengar sepintas. Sementara imam berkhotbah
menjelaskan firman, umat sibuk dengan HP membaca dan menulis SMS.
Yang masuk melalui telinga mungkin hanya 2% dan yang masuk ke hati
0%. Ada juga yang duduk manis, seperti mendengarkan firman yang
dibacakan. Tapi pikirannya berwisata jauh, bahkan sampai ke Peking. Cara
mendengar yang baik membutuhkan usaha untuk memberi perhatian
penuh. Dalam kata perhatian ada hati. Ya, perlu mendengar dengan hati
untuk mendarah dagingkan firman yang didengar.
September 2011
20. Selasa. Pw S. Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Hasang. Ezr 6:78.12b,14-20; Luk 8:19-21. Ibuku dan saudara-saudara-Ku adalah mereka
yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Dengan ucapan itu
Yesus memaklumkan keluarga baru-Nya: Tidak berdasar hubungan darah,
melainkan hubungan dengan sabda Allah. Adalah sabda Allah yang
menjadi pengikat antara Yesus dan umat-Nya, dan setiap anggota umat
satu sama lain. Dengan itu pula Yesus mengangkat martabat ibu-Nya.
Maria adalah Ibu-Nya bukan karena Yesus lahir dari rahimnya, tetapi
terutama karena ia mendengarkan dan melakukan firman Tuhan. Ingat
jawaban Maria atas kabar malaikat: “Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku
menurut perkataanmu.”.
21. Rabu. Pesta S. Matius. Ef 4:1-7,11-13; Mat 9:9-13. “Ikutlah Aku”. Maka
berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Matius itu seorang pemungut cukai.
Tugasnya mengumpulkan pajak dari bangsanya sendiri untuk diserahkan
kepada pejabat Roma yang menjajah bangsanya. Pekerjaan itu membawa
banyak untung untuk kantongnya, tapi merugikan kehormatannya sebagai
warga. Ia dicap orang berdosa, dijauhi dan dibenci sebagai kaki tangan
musuh. Tetapi Yesus melihat dan mengenal segi lain dari pribadinya. Ia
melihat kemungkinan yang ada pada Matius untuk berkembang sebagai
rasul yang loyal, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Yesus memanggil
dia. Matius yang pekerjaannya menghitung-hitung uang, segera ikut Yesus
tanpa menghitung-hitung untung ruginya. Yesus cukup baginya.
22. Kamis. Hag 1:1-8; Luk 9:7-9. Ia berusaha untuk bisa bertemu dengan
Yesus. Ada macam-macam alasan orang ingin bertemu dengan Yesus.
Pada Zakheus ada suatu kehausan, dan ia mengorbankan gengsinya
dengan lari-lari di jalan dan naik pohon untuk mencapai tujuannya. Pada
Herodes ada rasa cemas. Ia orang yang kejam, haus akan kuasa dan
nikmat dan tidak tahan kritik. Yohanes Pembaptis yang berani buka mulut
terhadapnya dibungkam untuk selamanya. Jadi apa maksud Herodes ingin
bertemu dengan Yesus? Sekedar memuaskan rasa ingin tahu? Kelak dia
akan bertemu dengan Yesus. Dan apa pesan Yesus kepadanya? Tidak
ada. Diamnya Yesus yang terhukum mati berbicara lebih dari seribu kata.
Tapi hati Herodes tetap keras dan dingin.
23. Jumat. Pw S. Padre Pio dr Pietrelcina. Hag 2:1b-10; Luk 9:19-22. Menurut
kamu, siapakah Aku ini? Yesus bukan orang yang mencari identitas diri
dari apa yang dikatakan orang mengenai dirinya. Tetapi penting bagi setiap
orang yang mengaku beriman kepada-Nya untuk menjawab pertanyaan:
“Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawaban itu menentukan relasi kita
dengan Dia. Kalau saya mengakui Dia sebagai Penebus dan Penyelamat,
maka saya pun hidup sebagai orang yang sudah ditebus dari dosa dengan
tidak berdosa lagi. Saya berterima kasih dan berusaha membalas kasihNya. Saya megikuti jalan yang ditunjukkan-Nya supaya selamat, sebab Dia
satu-satunya yang mampu menyelamatkan.
September 2011
24. Sabtu. Za 2:1-5,10-11a; Luk 9:43b-45. Mereka tidak berani menanyakan
arti perkataan itu kepada-Nya. Manusia diciptakan untuk kebahagiaan.
Segala tawaran yang membuat hati kita senang, kita sambut dengan
gembira. Tapi kalau ditawarkan sesuatu yang tidak enak, bahkan membuat
kita menderita, tunggu dulu. Kalau bisa ditolak, kita tolak. Yesus sedang
naik daun. Di mana-mana Ia disambut dan dielu-elukan. Perkataan tentang
sengsara dan kematian-Nya seperti petir di siang bolong. Mereka tidak bisa
mengerti dan sulit menerimanya, tapi mereka enggan bertanya. Jeritan hati
manusia sepanjang masa: Mengapa dia harus menderita? Mengapa aku
harus menderita? Tak ada jawaban yang masuk akal. Hanya satu hal yang
kita tahu: Penderitaan bukanlah kata terakhir. Ada kebangkitan!
25. Minggu Biasa XXVI. Yeh 18:25-28; Flp2:1-11 (2:1-5); Mat 21:28-32.
Meskipun kamu melihatnya, kamu tidak menyesal dan tidak juga percaya
kepadanya. Yohanes Pembaptis berseru-seru di padang gurun supaya
orang bertobat. Banyak orang, bahkan perempuan sundal dan pemungut
cukai yang dicap pendosa, bertobat dan memberi diri dibaptis sebagai
tanda pertobatan. Tetapi ada sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang
tidak percaya pada Yohanes Pembaptis. Mereka menganggap diri sudah
benar dan tidak perlu bertobat. Mereka itulah orang-orang yang terus
bersoal jawab dengan Yesus dan akhirnya mencari-cari alasan untuk
membunuh Dia. Orang yang terus menerus membenarkan diri membangun
tembok yang tak bisa ditembus, bahkan tidak oleh kerahiman Allah.
26. Senin. Za 8:1-8; Luk 9:46-50. Yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah
yang terbesar. Sudah berbulan-bulan para rasul hidup bersama Yesus dan
merupakan satu komunitas dengan Dia. Tetapi dalam banyak hal mereka
belum sehati dengan Dia. Buktinya adalah pertengkaran di antara mereka
mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Mungkin Yesus gelenggeleng kepala menanggapi pertengkaran itu. Seperti biasa sang guru tidak
memberi khotbah panjang tetapi mengajar dengan menggunakan alat
peraga, di sini seorang anak kecil. Mereka semua melihatnya. Anak yang
kecil, tulus, sederhana apa adanya, tidak memikirkan yang bukan-bukan.
Ingin menjadi besar? Yang terbesar? Jadilah kecil, bahkan yang terkecil
seperti anak ini.
27. Selasa. Pw. S. Vinsensius de Paul. Za 8:20-23; Luk 9:51-56. Yesus
berpaling dan menegur mereka. Orang Samaria dan orang Yahudi saling
bermusuhan. Salah satu sebabnya ialah, ketika orang Samaria mau
membantu orang Yahudi membangun kembali Bait Allah di Yerusalem
sesudah pembuangan, mereka ditolak. Sakit hati itu diwariskan turun
temurun. Perjalanan Yesus dan rombongan menuju Yerusalem. Maka
orang Samaria tidak mau menerima mereka. Yakobus dan Yohanes mau
main hantam saja. Tapi bukan begitu cara Yesus, sang Guru: ‘Jangan
memaksa, jangan memakai kekerasan. Lakukan segalanya dengan
kelembutan. Belajarlah pada-Ku, Aku lemah lembut dan rendah hati.’
September 2011
28. Rabu. Neh 2:1-8; Luk 9:57-62. Aku akan ikut Engkau ke mana saja Engkau
pergi. Bagus, itu keinginan luhur dan terpuji. Tapi sudahkah menyadari
konsekuensinya? Ikut Yesus seperti itu berarti rela meninggalkan
segalanya. Menjadi guru keliling mewartakan kabar baik, tidak punya
tempat tinggal tetap, tidak punya apa-apa, bahkan batu pun tidak untuk
meletakkan kepala. Apa yang didapati atau diberikan, itu yang diterima
dengan syukur. Masih ada syarat lain. Kalau mau menerima kondisi seperti
itu, jangan pikir panjang. Menyampaikan kabar baik Kerajaan Allah adalah
tugas urgen, sangat mendesak. Jangan tunggu sampai ayah sudah
meninggal dan dimakamkan. Jangan menoleh ke belakang. Panenan
banyak, padi sudah menguning. Pekerja hanya sedikit. Mari bergegas,
sekarang juga.
29. Kamis. Pesta S. Mikael. Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung. Dan 7:910,13-14 atau Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51. Engkau akan melihat malaikatmalaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia. Yakub melihat sebuah
tangga terbentang dari bumi ke langit dan malaikat-malaikat turun naik di
atasnya. Dalam kitab Kejadian khususnya, Malaikat merupakan tanda
komunikasi Allah dengan manusia. Dalam kehidupan Yesus, terlebih
dalam pelayanan dan tanda-tanda yang Ia lakukan, perjumpaan antara
Allah dengan manusia itu menjadi nyata. Itulah hal-hal lebih besar yang
akan disaksikan oleh Natanael. Bagaimana saya mengalami kehadiran
malaikat-malaikat dalam hidupku?
30. Jumat. Pw S. Hieronimus. Bar 1:15-22; Luk 10:13-16. Barangsiapa
mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku. Karya Yesus tidak terputus
dengan wafat-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Ia mengutus murid-muridNya ke seluruh dunia untuk mengajarkan apa yang Ia ajarkan dan
melakukan apa yang Ia lakukan. Mereka pun mengangkat penggantipengganti mereka, dan mata rantai itu tidak terputus sampai di zaman kita.
Memang, mereka adalah manusia biasa, sebagai pribadi mempunyai
kelemahan dan bisa keliru. Tetapi bila Gereja dengan wewenang
mengajarnya secara resmi memberi suatu pernyataan, kita boleh percaya,
itulah keputusan Roh Kudus. Begitu juga diyakini para rasul dalam sidang
pertama mereka di Yerusalem. Maka kita boleh yakin bahwa kita
mendengarkan Kristus sendiri bila kita mendengarkan suara resmi Gereja.
Apakah dalam kesibukan keseharianku, saya masih meluangkan waktu
untuk mendengarkan suara Yesus melalui Gereja-Nya?
---o0o---
September 2011
September 2011
Download