Sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari SEPTEMBER 2011 Angela Merici Biblical Center © Sr. Emma G. osu [email protected] http://ambcosu.wordpress.com Nihil Obstat: P. Martin Harun, OFM, Jakarta 12 Mei 2004 Imprimatur: Rm. Yohanes Subagyo, Pr. Vikjen KAJ, Jakarta 25 Mei 2004 . 1. Kamis. Kol 1:9-14; Luk 5:1-11. Mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus. Meninggalkan satu hal saja yang kita sukai bisa terasa berat dan sulit, misalnya main badminton atau merokok. Apalagi meninggalkan segala sesuatu: rumah, keluarga, pekerjaan, dll. Tetapi para rasul rela meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus. Apa yang menarik mereka kepada-Nya? Ia tidak menjanjikan upah yang lebih besar atau jaminan hidup yang lebih baik. Tapi apa yang dijanjikan Yesus jauh melebihi semua yang bisa diperoleh di dunia: Hidup sejati dalam persatuan dengan Allah di dunia ini dan selamanya dalam kebahagiaan kekal di surga. Tetapi itu hanya bisa ditangkap dengan iman. 2. Jumat. Kol 1:15-20; Luk 5:33-39. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Menaati peraturan, sembahyang, berpuasa dan memberi sedekah merupakan praktek keagamaan yang lazim. Tapi Yesus mememberi pandangan yang baru dan segar mengenai semua hal itu. Misalnya berpuasa bukan demi puasa, tetapi sebagai sarana untuk bertobat, menyatakan duka, berbuat amal. Yesus selalu mengutamakan manusia. Peraturan dibuat demi manusia, bukan sebaliknya. Untuk mengikuti jalan pikiran Yesus dan melakukan ajaran-Nya perlu cara berpikir baru, seperti anggur baru dimasukkan ke dalam kantung baru. Kalau tidak, akan terus menjadi batu sandungan. 3. Sabtu. Pw S. Gregorius Agung. Kol 1:21-23; Luk 6:1-5. Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari yang dikuduskan bagi Tuhan. Hari untuk beristirahat dari kerja dan memuliakan sang Pencipta dengan ibadah bersama. Hari untuk merenungkan makna kehidupan. Sesungguhnya, manusia bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Tetapi begitu mudah kita menjadi budak kerja. Orang bekerja dan bekerja sampai mati berdiri untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan yang kian meningkat. Tidak ada waktu untuk menikmati hidup itu sendiri, berelasi dengan sesama dan saling memberi hidup serta mengucap syukur kepada Allah Pemberi kehidupan. Sayang! September 2011 4. Minggu Biasa XXIII. Hari Minggu Kitab Suci Nasional. Yeh 33:7-9; Rom 13:6-10; Mat 18:15-20. Di mana dua atau tiga orang berkumpul atas namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka. Tuhan tak perlu dicari jauhjauh. Ia berjanji akan menyertai kita sampai akhir zaman. Ia beridentifikasi dengan saudara-saudara-Nya yang paling hina. Apa pun yang kita lakukan untuk mereka, Ia akui sebagai dilakukan terhadap-Nya. Kehadiran-Nya nyata dalam kitab suci yang memuat firman-Nya yang hidup. Bahkan bila dua atau tiga di antara kita berkumpul atas nama-Nya, Ia ada di tengahtengah kita, dan apa pun yang kita sepakati untuk minta atas nama-Nya, Ia dengar dan kabulkan. Apakah saya cukup transparan sehingga orang bisa melihat Dia hadir dalam diriku? 5. Senin. Kol 1:24 – 2:3; Luk 6:6-11. Mereka mengamati Yesus supaya dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Manusia mempunyai dua kacamata. Yang satu adalah kacamata baik. Dengan kacamata itu ia melihat kebaikan di mana-mana sebagai pancaran kebesaran dan kasih Allah. Kalau ia melihat seorang penipu, ia berkata: belum ada kejujuran padanya. Berhadapan dengan orang jahat ia berkata: belum ada kebaikan padanya. Sebaliknya orang yang memakai kacamata yang jahat, melihat dan mencari kejahatan di mana-mana. Melihat orang hemat, ia berkata: Kikir benar dia! Melihat orang lembut, ia berkata: dia tidak punya nyali. Mereka terus iri dan cemburu. Begitulah orang-orang yang sedang mengamati Yesus. Kacamata apa yang biasa saya pakai?. 6. Selasa. Kol 2:6-15; Luk 6:12-19. Orang banyak itu berusaha menjamah Dia karena ada kuasa yang keluar daripada-Nya. Allah adalah kasih. Maka kuasa yang ada pada Yesus adalah kuasa kasih. Kasih membangkitkan: Orang lesu jadi bersemangat, orang sakit jadi sembuh, orang egois belajar memperhatikan dan melayani sesama. Kasih membangkitkan harga diri, sehingga orang tidak lagi tertunduk malu dan tertekan, tetapi menatap masa depan dengan kepala tegak penuh harapan. Kasih mengangkat orang dari lumpur dosa untuk menempuh hidup baru. Kasih membuat orang mampu mengasihi pula. Terciptalah relasi-relasi baru antara suami istri, orangtua anak, orang yang saling memusuhi. Terciptalah dunia baru, yaitu Kerajaan Allah yang kita bangun bersama dengan dan dalam kasih. 7. Rabu. Kor 3:1-11; Luk 6:20-26. Berbahagialah kamu jika karena Anak Manusia orang membenci kamu. Ketika Bernadette Soubirous ditanya siapa yang dimaksud dengan ‘orang berdosa’, ia menjawab, “Orang yang mencintai kejahatan.” Aneh tapi nyata bahwa ada orang yang mencintai kejahatan. Tidak heran kalau mereka membenci orang yang mencintai kebaikan. Di sepanjang sejarah, orang kristiani yang mengamalkan kebaikan dan mengejar kekudusan menjadi sasaran kebencian serta penganiayaan orang yang mencintai kejahatan. Tuhan tidak mencegahnya. Malah Ia menyebut kita berbahagia bila karena Dia kita dibenci dan dianiaya demi Dia, sebab penderitaan itu hanya sementara. September 2011 8. Kamis. Pesta kelahiran SP Maria. Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30; Mat 1:116,18-23 (Mat 1:18-23). Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Hari ini kita merayakan HUT Bunda kita. Apakah Bunda Maria lahir pada tanggal 8 September? Tidak ada catatan tentang hal itu dan tak ada yang tahu. Gereja menetapkan hari ini dan 8 Desember, pesta Maria dikandung tanpa noda, supaya ada genap sembilan bulan di antaranya. Pantaslah kita menghormati Bunda Yesus, yang dihadiahkan kepada kita menjadi Bunda kita juga. Manakah cara terbaik menghormati Bunda Maria? Dengan ikut petunjuk yang ia berikan dalam pernikahan di Kana: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” Ya, dengan melakukan apa yang dikatakan Yesus, kita menyenangkan hati Bunda-Nya. 9. Jumat. 1Tim 1:1-2,12-14; Luk 6:39-42. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bayangkan, selumbar dibandingkan dengan balok, keciiiil dan besaaar... seberapa bagiannya? Mata bisa kemasukan selumbar. Sakit sekali. Tapi balok tidak bisa masuk, hanya menghalangi pandangan. Kesalahan orang sekecil selumbar, tapi aku merasa terganggu dan ingin mencabutnya. Padahal aku pun punya kesalahan, sebesar balok, lagi. Dan balok itu tidak kulihat karena melekat pada diriku. Kita sering buta terhadap kesalahan sendiri, sementara kesalahan orang lain, biar kecil, nampak begitu jelas. Yesus mengajak kita menyingkirkan balok yang merintangi mata iman supaya bisa melihat kebenaran. 10. Sabtu. 1Tim 1:15-17; Luk 6:43-49. Setiap pohon dikenal pada buahnya. Seorang raja ingin menguji kejujuran ketiga putranya. Ia memberi mereka masing-masing sebuah biji untuk ditanam, dan minta mereka membawa hasilnya dalam waktu setahun. Sesudah lewat satu tahun, datanglah ketiga putra menghadap. Putra pertama dan kedua membawa pot dengan pohon yang sudah tumbuh. Putra bungsu membawa pot kosong. “Maaf, ayah, saya sudah menyirami dan memupukinya, tapi biji itu tidak mau tumbuh.” Kata raja, “Hanya kau yang jujur. Memang aku telah memberi benih yang mati, yang tak mungkin tumbuh.” Pribadi kita bisa dikenal dari perbuatanperbuatan kita, lepas dari kegagalan atau sukses. 11. Minggu Biasa XXIV. Sir 27:30 – 28:9; Rm 14:7-9; Mat 18:21-35. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Kisah yang menyedihkan. Hamba yang pertama dihapuskan utangnya 10.000 talenta, tapi ia tidak mau menghapuskan utang sesama hamba 100 dinar. Satu talenta sama dengan 6 ribu dinar. Jadi utang hamba pertama 60 juta dinar, sedangkan utang temannya hanya 100 dinar. Hamba pertama tidak tahu terima kasih dan tidak menghargai raja: “Bodoh sekali raja menghapuskan utangku. Kalau aku, tak akan!” Ia tidak sehati dan sepikir dengan raja, tak layak mendapat belaskasihnya. Kita semua membutuhkan belaskasih Allah. Satu-satunya cara memperolehnya ialah dengan menunjukkan belas kasih kepada sesama. September 2011 12. Senin. 1Tim 2:1-8; Luk 7:1-10. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Perwira itu orang Roma, bangsa penjajah. Ia sangat peduli akan hambanya yang sakit dan hampir mati, sehingga bersusah payah mencari kesembuhan baginya. Ia sudah banyak mendengar tentang Yesus sang Juruselamat. Maka dikirimnya kabar tentang si sakit. Yesus segera menuju ke rumah perwira itu. Tetapi ia mencegahnya. “Jangan repot-repot... katakan saja sepatah kata, maka hambaku akan sembuh.” Ia merasa tak layak Yesus datang ke rumahnya. Tapi ia percaya betul akan kuasa perkataan Yesus. Iman perwira itu membuat Yesus heran dan kagum. Saat itu juga hamba itu sembuh. Seberapa besar kepercayaanku akan kuasa firman? 13. Selasa. Pw S. Yohanes Krisostomus. 1Tim 3:1-13; Luk 7:11-17. Allah telah melawati umat-Nya. Dekat gerbang kota Nain, Yesus melihat perarakan orang-orang yang mengusung jenazah seorang muda, anak tunggal seorang janda. Dengan kematian pemuda itu, si janda kehilangan segala harapan hidup dan masa depannya. Yesus pun menyelami perasaan wanita itu dan hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. “Ibu, jangan menangis.” Bukan kata-kata kosong, sebab Yesus akan menghentikan tangisnya dengan mengembalikan pemuda itu kepadanya. Yesus sang kehidupan dihadapkan dengan maut. “Hai anak muda, Aku berkata bangunlah!” Ia pun bangun. Dengan tindakan itu Kerajaan surga menjadi nyata: di sana tak ada lagi kematian, tak ada dukacita. 14. Rabu. Pesta Salib Suci. Bil 21:4-9 atau Fil 2:6-11; Yoh 3:13-17. Seperti Musa mendirikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan. Di padang gurun orang Israel berdosa terhadap Allah, lalu mereka dipagut ular. Atas perintah Tuhan, Musa membuat ular tembaga di atas tiang. Bila memandang ular itu, orang yang dipagut tidak mati tapi hidup. Ular tembaga itu lambang Kristus yang tergantung di salib. Umat manusia berdosa dan kena tulah. Tapi dengan memandang Kristus yang tersalib dengan iman dan tobat, ia beroleh hidup dan terhindar dari kematian kekal. Hari ini kita bersyukur kepada Kristus sang Penebus yang mengasihi kita sehabis-habisnya sampai mati di salib yang hina supaya kita selamat dan hidup. 15. Kamis. Pw SP Maria berdukacita. 1Kor 12:31 – 13:13; atau Ibr 5:7-9; Luk7:31-35 atau Yoh 19:25-27. Ibu, inilah anakmu... Inilah ibumu. Sebagai bunda Yesus, Maria mengalami banyak momen penuh kebahagiaan bersama Putra-Nya. Tetapi dukanya pun tidak sedikit. Duka karena ia tidak selalu mengerti Putranya. Ia menghadapi banyak misteri dan hanya bisa menyimpan semua itu di dalam hati. Duka karena banyak orang tidak mengerti bahkan membenci dan menolak Putranya, padahal Ia hanya melakukan kebaikan dan datang untuk menyelamatkan. Akhirnya kejahatan orang berdosa membawa Putranya kepada kematian di salib. Dan itulah puncak dukanya. Di situ juga ia dijadikan Ibu semua orang. September 2011 16. Jumat. Pw S. Kornelius dan S. Siprianus. 1Tim 6:2c-12; Luk 8:1-3. Perempuan-perempuan itu melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. Yesus dan kedua belas rasul keliling dari kota ke kota mewartakan Injil. Pelayanan itu mereka beri secara gratis. Jadi siapa yang menanggung sandang pangan mereka? Untunglah Tuhan telah menciptakan ibu-ibu yang selalu ingat untuk mengurus hal itu. Bukan saja di zaman kita, tetapi di zaman Yesus pun sudah ada kelompok ibu, walaupun namanya belum “Wanita Katolik”. Kekayaan yang mereka terima, mereka manfaatkan demi perluasan Kerajaan Allah di dunia. Kita bersyukur kepada ibu-ibu di tiap paroki dan lingkungan yang melayani di balik layar, sering tersembunyi. Bapa melihat yang tersembunyi dan memberkati. 17. Sabtu. 1Tim 6:13-16; Luk 8:4-15. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar. Betapa sering kitab suci mengimbau kita supaya mendengar. Keselamatan datang kepada kita melalui kabar yang diwartakan. Kabar itu tentang Kerajaan Allah, sebuah misteri yang tak bisa ditangkap dan dicerna dengan otak, tapi perlu diterima dengan iman. Kepada orang yang mau mendengar, Tuhan memberi karunia untuk mengetahui misteri itu. Yesus menjelaskannya dengan perumpamaan. Di sini sabda diumpamakan dengan benih. Apakah ladang hati kita sudah siap untuk menerima benih sabda agar tumbuh subur dan menghasilkan banyak buah? Ladang yang subur perlu dibersihkan dari batu-batu dan semak, dipupuk dengan doa, pengurbanan dan perbuatan baik. 18. Minggu Biasa XXV. Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24,27a; Mat 20:1-16a. Iri hatikah engkau karena aku murah hati? Kita hidup di dunia yang tidak adil. Di mana-mana timbul gerakan yang memperjuangkan keadilan. Apa yang dimaksud dengan keadilan? Adilkah bila kita memberi sama rata kepada semua? Misalnya, bapak berumur 30 tahun diberi jatah makanan yang sama dengan anaknya yang berumur 2 tahun? Atau memberi kepada masing-masing menurut haknya atau kebutuhannya? Apa pun yang dianggap benar, Bapa di surga mengajak kita berbuat lebih dari sekedar adil. Bapa mengajak kita bermurah hati. Dasarnya bukan hak dan kewajiban, melainkan kasih. Kasih itu murah hati. Kasih tidak iri hati. Indah benar kebersamaan kita bila ada kasih dan kemurahan hati. 19. Senin. Ezr 1:1-6; Luk 8:16-18. Perhatikanlah cara kamu mendengar. Ternyata mendengar saja tidak cukup. Masih perlu memperhatikan kualitas mendengar. Ada yang mendengar sepintas. Sementara imam berkhotbah menjelaskan firman, umat sibuk dengan HP membaca dan menulis SMS. Yang masuk melalui telinga mungkin hanya 2% dan yang masuk ke hati 0%. Ada juga yang duduk manis, seperti mendengarkan firman yang dibacakan. Tapi pikirannya berwisata jauh, bahkan sampai ke Peking. Cara mendengar yang baik membutuhkan usaha untuk memberi perhatian penuh. Dalam kata perhatian ada hati. Ya, perlu mendengar dengan hati untuk mendarah dagingkan firman yang didengar. September 2011 20. Selasa. Pw S. Andreas Kim Taegon dan Paulus Chong Hasang. Ezr 6:78.12b,14-20; Luk 8:19-21. Ibuku dan saudara-saudara-Ku adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Dengan ucapan itu Yesus memaklumkan keluarga baru-Nya: Tidak berdasar hubungan darah, melainkan hubungan dengan sabda Allah. Adalah sabda Allah yang menjadi pengikat antara Yesus dan umat-Nya, dan setiap anggota umat satu sama lain. Dengan itu pula Yesus mengangkat martabat ibu-Nya. Maria adalah Ibu-Nya bukan karena Yesus lahir dari rahimnya, tetapi terutama karena ia mendengarkan dan melakukan firman Tuhan. Ingat jawaban Maria atas kabar malaikat: “Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu.”. 21. Rabu. Pesta S. Matius. Ef 4:1-7,11-13; Mat 9:9-13. “Ikutlah Aku”. Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Matius itu seorang pemungut cukai. Tugasnya mengumpulkan pajak dari bangsanya sendiri untuk diserahkan kepada pejabat Roma yang menjajah bangsanya. Pekerjaan itu membawa banyak untung untuk kantongnya, tapi merugikan kehormatannya sebagai warga. Ia dicap orang berdosa, dijauhi dan dibenci sebagai kaki tangan musuh. Tetapi Yesus melihat dan mengenal segi lain dari pribadinya. Ia melihat kemungkinan yang ada pada Matius untuk berkembang sebagai rasul yang loyal, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Yesus memanggil dia. Matius yang pekerjaannya menghitung-hitung uang, segera ikut Yesus tanpa menghitung-hitung untung ruginya. Yesus cukup baginya. 22. Kamis. Hag 1:1-8; Luk 9:7-9. Ia berusaha untuk bisa bertemu dengan Yesus. Ada macam-macam alasan orang ingin bertemu dengan Yesus. Pada Zakheus ada suatu kehausan, dan ia mengorbankan gengsinya dengan lari-lari di jalan dan naik pohon untuk mencapai tujuannya. Pada Herodes ada rasa cemas. Ia orang yang kejam, haus akan kuasa dan nikmat dan tidak tahan kritik. Yohanes Pembaptis yang berani buka mulut terhadapnya dibungkam untuk selamanya. Jadi apa maksud Herodes ingin bertemu dengan Yesus? Sekedar memuaskan rasa ingin tahu? Kelak dia akan bertemu dengan Yesus. Dan apa pesan Yesus kepadanya? Tidak ada. Diamnya Yesus yang terhukum mati berbicara lebih dari seribu kata. Tapi hati Herodes tetap keras dan dingin. 23. Jumat. Pw S. Padre Pio dr Pietrelcina. Hag 2:1b-10; Luk 9:19-22. Menurut kamu, siapakah Aku ini? Yesus bukan orang yang mencari identitas diri dari apa yang dikatakan orang mengenai dirinya. Tetapi penting bagi setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya untuk menjawab pertanyaan: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawaban itu menentukan relasi kita dengan Dia. Kalau saya mengakui Dia sebagai Penebus dan Penyelamat, maka saya pun hidup sebagai orang yang sudah ditebus dari dosa dengan tidak berdosa lagi. Saya berterima kasih dan berusaha membalas kasihNya. Saya megikuti jalan yang ditunjukkan-Nya supaya selamat, sebab Dia satu-satunya yang mampu menyelamatkan. September 2011 24. Sabtu. Za 2:1-5,10-11a; Luk 9:43b-45. Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya. Manusia diciptakan untuk kebahagiaan. Segala tawaran yang membuat hati kita senang, kita sambut dengan gembira. Tapi kalau ditawarkan sesuatu yang tidak enak, bahkan membuat kita menderita, tunggu dulu. Kalau bisa ditolak, kita tolak. Yesus sedang naik daun. Di mana-mana Ia disambut dan dielu-elukan. Perkataan tentang sengsara dan kematian-Nya seperti petir di siang bolong. Mereka tidak bisa mengerti dan sulit menerimanya, tapi mereka enggan bertanya. Jeritan hati manusia sepanjang masa: Mengapa dia harus menderita? Mengapa aku harus menderita? Tak ada jawaban yang masuk akal. Hanya satu hal yang kita tahu: Penderitaan bukanlah kata terakhir. Ada kebangkitan! 25. Minggu Biasa XXVI. Yeh 18:25-28; Flp2:1-11 (2:1-5); Mat 21:28-32. Meskipun kamu melihatnya, kamu tidak menyesal dan tidak juga percaya kepadanya. Yohanes Pembaptis berseru-seru di padang gurun supaya orang bertobat. Banyak orang, bahkan perempuan sundal dan pemungut cukai yang dicap pendosa, bertobat dan memberi diri dibaptis sebagai tanda pertobatan. Tetapi ada sekelompok orang Farisi dan ahli Taurat yang tidak percaya pada Yohanes Pembaptis. Mereka menganggap diri sudah benar dan tidak perlu bertobat. Mereka itulah orang-orang yang terus bersoal jawab dengan Yesus dan akhirnya mencari-cari alasan untuk membunuh Dia. Orang yang terus menerus membenarkan diri membangun tembok yang tak bisa ditembus, bahkan tidak oleh kerahiman Allah. 26. Senin. Za 8:1-8; Luk 9:46-50. Yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. Sudah berbulan-bulan para rasul hidup bersama Yesus dan merupakan satu komunitas dengan Dia. Tetapi dalam banyak hal mereka belum sehati dengan Dia. Buktinya adalah pertengkaran di antara mereka mengenai siapa yang terbesar di antara mereka. Mungkin Yesus gelenggeleng kepala menanggapi pertengkaran itu. Seperti biasa sang guru tidak memberi khotbah panjang tetapi mengajar dengan menggunakan alat peraga, di sini seorang anak kecil. Mereka semua melihatnya. Anak yang kecil, tulus, sederhana apa adanya, tidak memikirkan yang bukan-bukan. Ingin menjadi besar? Yang terbesar? Jadilah kecil, bahkan yang terkecil seperti anak ini. 27. Selasa. Pw. S. Vinsensius de Paul. Za 8:20-23; Luk 9:51-56. Yesus berpaling dan menegur mereka. Orang Samaria dan orang Yahudi saling bermusuhan. Salah satu sebabnya ialah, ketika orang Samaria mau membantu orang Yahudi membangun kembali Bait Allah di Yerusalem sesudah pembuangan, mereka ditolak. Sakit hati itu diwariskan turun temurun. Perjalanan Yesus dan rombongan menuju Yerusalem. Maka orang Samaria tidak mau menerima mereka. Yakobus dan Yohanes mau main hantam saja. Tapi bukan begitu cara Yesus, sang Guru: ‘Jangan memaksa, jangan memakai kekerasan. Lakukan segalanya dengan kelembutan. Belajarlah pada-Ku, Aku lemah lembut dan rendah hati.’ September 2011 28. Rabu. Neh 2:1-8; Luk 9:57-62. Aku akan ikut Engkau ke mana saja Engkau pergi. Bagus, itu keinginan luhur dan terpuji. Tapi sudahkah menyadari konsekuensinya? Ikut Yesus seperti itu berarti rela meninggalkan segalanya. Menjadi guru keliling mewartakan kabar baik, tidak punya tempat tinggal tetap, tidak punya apa-apa, bahkan batu pun tidak untuk meletakkan kepala. Apa yang didapati atau diberikan, itu yang diterima dengan syukur. Masih ada syarat lain. Kalau mau menerima kondisi seperti itu, jangan pikir panjang. Menyampaikan kabar baik Kerajaan Allah adalah tugas urgen, sangat mendesak. Jangan tunggu sampai ayah sudah meninggal dan dimakamkan. Jangan menoleh ke belakang. Panenan banyak, padi sudah menguning. Pekerja hanya sedikit. Mari bergegas, sekarang juga. 29. Kamis. Pesta S. Mikael. Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung. Dan 7:910,13-14 atau Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51. Engkau akan melihat malaikatmalaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia. Yakub melihat sebuah tangga terbentang dari bumi ke langit dan malaikat-malaikat turun naik di atasnya. Dalam kitab Kejadian khususnya, Malaikat merupakan tanda komunikasi Allah dengan manusia. Dalam kehidupan Yesus, terlebih dalam pelayanan dan tanda-tanda yang Ia lakukan, perjumpaan antara Allah dengan manusia itu menjadi nyata. Itulah hal-hal lebih besar yang akan disaksikan oleh Natanael. Bagaimana saya mengalami kehadiran malaikat-malaikat dalam hidupku? 30. Jumat. Pw S. Hieronimus. Bar 1:15-22; Luk 10:13-16. Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku. Karya Yesus tidak terputus dengan wafat-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Ia mengutus murid-muridNya ke seluruh dunia untuk mengajarkan apa yang Ia ajarkan dan melakukan apa yang Ia lakukan. Mereka pun mengangkat penggantipengganti mereka, dan mata rantai itu tidak terputus sampai di zaman kita. Memang, mereka adalah manusia biasa, sebagai pribadi mempunyai kelemahan dan bisa keliru. Tetapi bila Gereja dengan wewenang mengajarnya secara resmi memberi suatu pernyataan, kita boleh percaya, itulah keputusan Roh Kudus. Begitu juga diyakini para rasul dalam sidang pertama mereka di Yerusalem. Maka kita boleh yakin bahwa kita mendengarkan Kristus sendiri bila kita mendengarkan suara resmi Gereja. Apakah dalam kesibukan keseharianku, saya masih meluangkan waktu untuk mendengarkan suara Yesus melalui Gereja-Nya? ---o0o--- September 2011 September 2011