perbandingan pemahaman mahasiswa perguruan tinggi

advertisement
PERBANDINGAN PEMAHAMAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI JARAK
JAUH DENGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI TATAP MUKA
DALAM MEMAHAMI MATERI PENGANTAR STATISTIK SOSIAL
Bambang Prasetyo ([email protected])
Haryanto ([email protected])
Ari Juliana ([email protected])
Sutartono ([email protected])
Universitas Terbuka
ABSTRACT
Based on preliminary observation, there are some factors causing low-grade of a lecture.
Especially for Satistics, one important caused is that the material of statistics course is an
applied material/inlayed design material. University student will be more comfortable to learn
the material fully guided by a lecturer or teacher. Based on university student
comprehension, we can begin from the clarification about learning concept. Learning or
studying can be described as an alteration relatively permanent in a preference behavior as
a result of practicing. In learning process there is relation between an individual and other
factors such as environment, interaction, and motivation. Theoretically, we can say that there
are two main factors in learning process are: endogen and exogen. In this research only
exogen factor will bediscussed, as the implementation of endogen factor is more appropriate
for psychology research. Conditions that are categorized as exogen factor including: method
of lessons presentation, control in learning process of university student, interaction of
individuals with others, and interaction between learner and lecturer.
Key words: university student, comprehension, learning process
Matakuliah Pengantar Statistik Sosial adalah matakuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka (FISIP-UT). Hal ini berarti semua mahasiswa FISIP-UT
wajib menempuh dan lulus matakuliah ini. Selama ini mahasiswa mengalami kesulitan memperoleh
nilai memuaskan untuk matakuliah ini. Sebagai contoh, hasil Ujian Akhir Semester (UAS) mahasiswa
UT yang mengambil matakuliah Pengantar Statistik Sosial pada periode 2004.2 nilainya rata-rata
kurang baik: yang memperoleh nilai A = 20 mahasiswa (0,8 %), nilai B = 101 mahasiswa (4,06 %),
nilai C = 652 mahasiswa (26,22 %), nilai D = 1231 mahasiswa (49,50 %), dan nilai E = 483
mahasiswa (19,42 %). Menyadari akan kesulitan mahasiswa dalam mempelajari materi matakuliah
ini, maka untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi matakuliah Pengantar Statistika
Sosial, FISIP-UT memberikan bantuan belajar dalam bentuk tutorial melalui internet.
Sebagai gambaran, matakuliah Statistik Sosial pada umumnya merupakan matakuliah wajib
bagi mahasiswa bidang Ilmu Sosial, baik pada program pendidikan jenjang Sarjana Strata Satu (S1)
maupun jenjang Pascasarjana (S2 dan S3). Hal ini karena matakuliah Statistik Sosial dianggap
sebagai salah satu matakuliah yang sangat diperlukan bagi mahasiswa dalam melaksanakan
penelitian guna menyusun skripsi, tesis, disertasi atau makalah ilmiah lainnya.
Prasetyo, Perbandingan Pemahaman Mahasiswa Perguruan Tinggi Jarak Jauh
Berdasarkan hasil observasi awal, terdapat beberapa penyebab kurang baiknya nilai suatu
matakuliah, antara lain adalah: sulitnya mahasiswa memperoleh Buku Materi Pokok (BMP atau
modul), mahasiswa mempelajari modul dalam waktu singkat, mahasiswa tidak sempat belajar,
mahasiswa mengalami kesulitan mempelajari modul karena bahasanya dan atau materinya sulit
dipahami, mahasiswa berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) jurusan Ilmu Pasti Alam (IPA)
atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Khusus untuk matakuliah statistik, salah satu sebab yang
dianggap penting adalah bahwa materi statistik merupakan materi yang sifatnya terapan. Dalam
matakuliah ini, mahasiswa pada umumnya dituntut untuk mampu menerapkan materi yang sudah
dipelajari. Sebagai contoh, mahasiswa diminta menghitung nilai rata-rata dari sebuah distribusi.
Dengan tuntutan untuk menerapkan ini, maka beberapa kalangan berpendapat bahwa materi statistik
sulit dipahami apabila mahasiswa hanya belajar dengan cara membaca modul. Mahasiswa akan
lebih mudah mempelajari materi ini apabila dipandu secara langsung oleh seorang pengajar atau
dosen.
Permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa FISIP-UT dalam memahami materi yang ada
dalam BMP Pengantar Statistik Sosial (dengan kode matakuliah ISIP 4215) ini ternyata juga
dirasakan oleh mahasiswa yang mengambil matakuliah yang sama di perguruan tinggi tatap muka
atau perguruan tinggi konvensional. Pada satu sisi, adanya perbedaan cara belajar mengajar antara
perguruan tinggi konvensional dan perguruan tinggi jarak jauh ini ternyata memunculkan kondisi yang
sama. Pada sisi yang lain, tentu saja perbedaan tetap terjadi, di mana mahasiswa yang belajar
secara tatap muka memiliki kesempatan lebih baik karena dalam proses belajar mengajar bisa
melakukan latihan dengan bimbingan dosen secara langsung, di mana situasi seperti ini tidak dimiliki
oleh mahasiswa perguruan tinggi jarak jauh (PTJJ). Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa
mahasiswa tatap muka akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami materi yang
sama dibandingkan dengan mahasiswa PTJJ.
Dalam melihat pemahaman mahasiswa ini, kita dapat memulai dari penjelasan tentang
konsep belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar berbeda dengan
pertumbuhan kedewasaan, di mana perubahan yang terjadi dalam individu berasal dari genetik
bawaan. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek
seperti pengetahuan, pemahaman, persepsi, serta gabungan dari aspek-asek tersebut. Belajar
adalah proses yang aktif.
Dalam proses belajar ada beberapa keterkaitan antara individu dengan faktor lain, yaitu
lingkungan, interaksi, dan motivasi. Lingkungan adalah situasi dan kondisi yang ada di sekitar
individu. Lingkungan belajar dengan demikian bisa diartikan sebagai ruang kelas yang digunakan,
media yang digunakan, serta berbagai sarana dan prasarana. Interaksi bisa diartikan sebagai
hubungan yang terjadi antara individu yang belajar dengan individu lain yang juga sedang belajar,
dan antara individu yang belajar dengan individu lain sebagai orang yang memberi pelajaran. Dalam
konteks UT, interaksi antara individu-individu yang terlibat dalam proses pembelajaran menjadi
bersifat terbatas. Dikatakan terbatas karena tidak selalu mahasiswa dapat berinteraksi langsung
dengan pengajar, sekalipun tidak tertutup kemungkinan adanya interaksi tersebut dalam tutorial
elektronik atau tutorial tatap muka misalnya. Motivasi adalah keinginan yang dimiliki oleh individu
dalam melakukan suatu tindakan. Dengan adanya motivasi yang kuat, maka seorang individu akan
melakukan usaha belajar yang lebih baik.
135
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Voume. 7, Nomor 2, September 2006, 134-141
Dalam usaha melakukan proses belajar, individu memiliki berbagai masalah yang harus
dihadapi. Dari hasil penelitian yang dilakukan C.C. Wrenn and Reginald Bell (Sudjana, 1991)
terdapat tiga masalah utama yaitu:
1. kesukaran dalam mengatur pemakaian waktu belajar;
2. ketidaktahuan mengenai ukuran-ukuran baku yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan tugas;
3. kebiasaan membaca yang lambat.
Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa tingkat kesulitan yang dihadapi mahasiswa
secara umum adalah (Ahmadi, 1991) : tidak tahu cara belajar yang efektif dan tidak dapat
memusatkan perhatian dengan baik.
Secara teoritis kita dapat mengatakan bahwa terdapat dua faktor utama yang dapat
mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor indogen dan faktor eksogen. (Ahmadi, 1991) Dalam
penelitian ini yang akan dilihat hanyalah faktor eksogen saja, mengingat faktor indogen lebih tepat
dilakukan dalam penelitian psikologi. Kondisi yang bisa dikategorikan ke dalam faktor eksogen
adalah:
1. Cara penyajian pengajaran. Dalam perguruan tinggi konvensional, dalam proses pembelajaran
bisa saja terjadi pengajar yang tidak siap untuk mengajar, pemilihan metode pengajaran yang
kurang tepat, dan masih banyak lagi. Dalam konteks UT, penyajian materi ajar dalam bentuk
modul menjadi faktor utama dalam menunjang keberhasilan belajar mahasiswa. Karena sampai
saat ini, modul atau bahan ajar tercetak merupakan satu-satunya materi ajar yang dapat diakses
oleh seluruh mahasiswa UT dan bersifat tidak diskriminatif. Penyajian materi yang kurang baik
dalam modul (misalnya penggunaan bahasa yang tidak tepat) dapat berakibat pada kebingungan
mahasiswa dalam mempelajari materi yang disampaikan melalui modul.
2. Pengawasan dalam proses belajar mahasiswa. Dalam perguruan tinggi konvensional,
pengawasan lebih mudah dilakukan karena mahasiswa dan pengajar langsung bertemu secara
tatap muka, namun dalam perguruan tinggi jarak jauh (PTJJ), maka kemandirian mahasiswa
dituntut lebih banyak. Bagaimana mahasiswa PTJJ dapat membuat jadwal belajar secara baik,
dapat menentukan keberhasilan proses belajar.
3. Interaksi antara individu yang belajar dengan sesamanya dan antara individu yang belajar
dengan individu yang memberi pelajaran. Dalam sistem perkuliahan di UT, proses interaksi
antara individu dengan sesamanya (mahasiswa) dapat terjadi di dalam kelompok-kelompok
belajar yang mereka bentuk sendiri. Ada kelompok belajar yang memang dikelola oleh
sekelompok belajar, sehingga mahasiswa bisa masuk menjadi anggotanya, namun ada juga
inisiatif pembentukan kelompok belajar datang dari mahasiswa yang bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap
tiga kelompok mahasiswa, yaitu mahasiswa FISIP UT, mahasiswa FISIP UI reguler, serta mahasiswa
FISIP UI ekstensi, untuk membandingkan bagaimana pemahaman mereka terhadap materi
pengantar statistik sosial. Kelompok mahasiswa ini dipilih dengan pertimbangan berikut:
1. Materi pengantar statistik sosial yang diberikan di FISIP UI dan FISIP UT sama, sehingga
secara teoritis ilmu yang dimiliki baik oleh mahasiswa FISIP UI dan UT sama.
2. Terdapat perbedaan pola belajar mengajar antara mahasiswa FISIP UI dan FISIP UT, dimana di
FISIP UI pola pengajaran dilakukan secara tatap muka antara dosen dengan mahasiswa,
sedangkan di FISIP UT pola pengajaran dilakukan secara jarak jauh, dimana mahasiswa harus
belajar secara mandiri.
3. Mahasiswa FISIP UI dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa ekstensi dan
mahasiswa reguler. Mahasiswa ekstensi memiliki karakteristik yang serupa dengan karakteristik
136
Prasetyo, Perbandingan Pemahaman Mahasiswa Perguruan Tinggi Jarak Jauh
yang dimiliki mahasiswa UT, yaitu sebagian besar mahasiswa bekerja, sehingga konsentrasi
mereka terpecah antara belajar dan bekerja. Waktu yang dimiliki oleh mereka untuk belajar pun
terbatas, jika dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh mahasiswa reguler.
Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah tingkat pemahaman mahasiswa dan
efektivitas pembelajaran. Indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel-variabel tersebut
adalah sebagaimana yang terangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Variabel dan Indikator yang Digunakan dalam Penelitian
Variabel
Tingkat pemahaman
Efektivitas pembelajaran
•
•
•
•
•
•
Indikator
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan kasus
Kemampuan memahami materi
Kemampuan mengerjakan tugas
Sarana yang digunakan
Pola interaksi
Penggunaan latihan
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini berupa kuesioner,
wawancara, dan observasi. Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa yang terpilih sebagai sampel
yang sudah dikelompokkan ke dalam mahasiswa UT, mahasiswa UI reguler, serta mahasiswa UI
ekstensi.
Populasi dalam pelitian ini adalah mahasiswa FISIP-UT di Unit Program Belajar Jarak Jauh
Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) Jakarta, dan Bogor yang telah lulus serta mahasiswa FISIP-UI di
Depok yang sudah pernah menempuh matakuliah Pengantar Statistik Sosial. Mahasiswa UI dibagi
dalam 2 kelompok yaitu kelompok reguler dan kelompok ekstensi. Dari masing-masing populasi
dipilih sampel sejumlah 25 orang dengan kriteria mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) antara 1,5 sampai dengan 2,5.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode survei. Mahasiswa dari FISIP-UT dan FISIP-UI dikelompokkan secara
terpisah. Masing-masing kelompok diberi kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran program studi dari responden terlihat pada Tabel 2..
Tabel 2. Jurusan Responden Berdasar Asal Universitas
Jurusan
Komunikasi
Administrasi
Politik
Sosiologi
Total
Universitas
UI reguler
5
16
2
2
25
UI Ekstensi
20
3
2
25
UT
13
12
25
Dari responden yang dijadikan sampel, rata-rata IPK tertinggi berada pada responden yang
berasal dari UI reguler yaitu 2,54, demikian pula dengan modus dimana sebagian besar responden
yang berasal dari UI memiliki IPK 2,5. Kondisi ini tergambar pada Tabel 3.
137
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Voume. 7, Nomor 2, September 2006, 134-141
Rendahnya IPK mahasiswa UT bisa saja berkaitan dengan bacaan selain modul yang
digunakan untuk belajar statistik karena dari sampel mahasiswa UT, 76% mahasiswa tidak
membaca bacaan lain selain modul, sedang yang paling banyak membaca bacaan selain modul
adalah kelompok UI reguler. Cara lain yang sering dilakukan mahasiswa UI untuk belajar statistik
adalah latihan dan juga membaca catatan. Demikian pula kegiatan diskusi dengan teman dilakukan
oleh semua mahasiswa UI reguler dan sebagian besar mahasiswa UI ekstensi, sedangkan
mahasiswa UT tidak melakukan diskusi dengan teman untuk belajar statistik. Kondisi ini berkaitan
dengan ciri khas UT yang menerapkan SPJJ yang tidak menuntut kehadiran mahasiswa dalam
proses belajarnya sehingga tidak saling kenal antara sesama mahasiswa. Hal serupa terjadi pada
kegiatan diskusi dengan dosen untuk belajar statistik. Bahkan ada mahasiswa UT yang tidak tahu
kalau mahasiswa UT dapat melakukan diskusi dengan dosen melalui media bantuan belajar.
Tabel 3. IPK Responden
IPK
Modus
Rata-rata
Asal Universitas
UI reguler
2,5
2,54
UI ekstensi
2,25
2,46
UT
2
2,23
Uniknya, frekuensi mahasiswa membaca modul justru didominasi oleh mahasiswa UI
reguler dibanding mahasiswa UT, padahal mahasiswa UT bergantung penuh pada modul. Kondisi ini
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Frekuensi Mahasiswa Membaca Modul
Asal Mahasiswa
Mahasiswa UT
Mahasiswa UI Reguler
Mahasiswa UI Ekstensi
Tidak pernah
8%
4%
28 %
Frekuensi membaca modul
1 kali
2 kali
8%
32 %
12 %
28 %
12 %
20 %
> 2 kali
52 %
56 %
40 %
Selain membaca, mahasiswa juga mengkritisi keseuaian modul dengan kompetensinya.
Materi statistik di dalam modul yang tidak sesuai dengan kompetensinya paling banyak disampaikan
oleh mahasiswa UI ekstensi. Sedangkan mahasiswa UI reguler dan mahasiswa UT beranggapan
hanya sebagian kecil materi statistik di dalam modul yang tidak sesuai dengan kompetensinya .
Lebih jauh materi statistik seharusnya diberikan dalam bentuk pemberian contoh yang cukup
representatif untuk setiap materinya. Selain contoh, maka latihan yang banyak pun dituntut oleh
mahasiswa, sehingga mereka menjadi terbiasa dalam menganalisa kasus yang diberikan saat ujian.
Dari data penelitian juga dapat dilihat bahwa hampir semua mahasiswa setuju jika sebagian besar
materi statistik mudah dipahami dengan membaca modul.
Lebih dari separuh mahasiswa UI reguler mengalami kesulitan dalam belajar pengantar
statistik. Dari data yang ada, sebagian besar mahasiswa kesulitan dalam memahami logika soal,
kemudian disusul dengan kesulitan berkonsentrasi, kurang latihan dan kurang teliti, terlalu cepat
pengajarannya dan terlalu banyak rumus. Adapun langkah yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
mengatasi kesulitan belajar tersebut adalah dengan banyak melakukan latihan, diskusi dengan
teman dan lebih teliti.
138
Prasetyo, Perbandingan Pemahaman Mahasiswa Perguruan Tinggi Jarak Jauh
Kondisi yang hampir serupa dialami oleh sebagian besar mahasiswa UT dimana mereka
juga mengalami kesulitan dalam belajar pengantar statistik. Kesulitan terbanyak yang dialami
mahasiswa pada umumnya adalah sulitnya memahami logika soal, kemudian disusul dengan
kesulitan karena pembahasan dalam modul kurang jelas, terlalu cepat pengajarannya dan terlalu
banyak rumus, sulit konsentrasi dan sering lupa serta kurang waktu untuk belajar. Yang dilakukan
oleh mahasiswa UT untuk mengatasi kesulitan belajar adalah diskusi dengan teman, banyak latihan,
baca modul berulangkali, pasrah dan berdoa, lebih teliti dan cari buku lain.
Demikian pula mahasiswa UI ekstensi mengalami kesulitan dalam belajar pengantar
statistik. Kesulitan terbanyak dialami mahasiswa adalah memahami logika soal, kemudian disusul
kesulitan kurang latihan, sulit konsentrasi dan terlalu cepat pengajarannya serta terlalu banyak
rumus, tidak punya modul dan sering lupa serta kurang teliti. Yang dilakukan mahasiswa UI ekstensi
untuk mengatasi kesulitan belajar sebagian besar adalah dengan diskusi bersama teman, pasrah
dan berdoa serta rajin kuliah dan lebih teliti. Sementara itu bentuk ujian yang diminati mahasiswa UT
adalah obyektif tes, sedang mahasiswa UI baik yang reguler maupun ekstensi lebih berminat ujian
dengan tipe essay test. Kondisi kesulitan yang dihadapi mahasiswa tergambar dalam Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Kesulitan yang Dihadapi Mahasiswa
Kesulitan yang dihadapi
Sulit berkonsentrasi
Kurang latihan
Sulit memahami logika soal
Kurang teliti
Pengajaran terlalu cepat
Terlalu banyak rumus
sering lupa
Modul kurang jelas
kurang waktu belajar
tidak punya modul
Mahasiswa UI
reguler
%
17,6
11,8
47,1
11,8
5,9
5,9
0
0
0
0
Mahasiswa UI
ekstensi
%
11,8
17,6
29,4
5,9
11,8
11,8
5,9
0
0
5,9
Mahasiswa UT
%
6,3
0
37,5
0
12,5
12,5
6,3
18,8
6,3
0
Dari keseluruhan data yang ada, dapat dirangkum ke dalam dua variabel utama, yaitu tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap materi pengantar statistik sosial, dan efektivitas pembelajaran
yang dilakukan.
Dari hasil uji tabel silang yang dilakukan, ternyata Efektivitas pembelajaran yang maksimal
dilakukan oleh mahasiswa UI reguler (100%). Mahasiswa ekstensi UI memiliki tingkat efektivitas
sebesar 76 %, serta mahasiswa UT sebesar 64%. Kondisi ini tergambar dalam Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Efektivitas Pembelajaran diantara Responden
Asal Universitas
Ekstensi UI
Reguler UI
UT
Efektivitas Pembelajaran
Rendah
Tinggi
24
76
100
36
64
Kondisi maksimal yang dimiliki oleh mahasiswa UI reguler merupakan suatu hal yang
memang seharusnya, karena mereka memiliki kesempatan belajar yang lebih baik dibanding
139
Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Voume. 7, Nomor 2, September 2006, 134-141
mahasiswa ekstensi UI dan mahasiswa UT. Mahasiswa reguler memiliki karakteristik umum yaitu
mahasiswa yang mayoritas tidak bekerja, kuliah di siang hari, bertemu dengan dosen setiap hari,
serta cenderung hanya beraktivitas yang berkaitan dengan perkuliahan. Kondisi ini berbeda dengan
mahasiswa ekstensi UI yang sebagian besar sudah bekerja, kuliah di malam hari selepas kerja, yang
seringkali membuat mereka sudah merasa lelah saat kuliah, serta kuliah di malam hari. Kondisi ini
juga relatif dialami oleh mahasiswa UT yang sebagian besar sudah bekerja, dan tidak pernah
(jarang) bertatap muka dengan dosen.
Dilihat dari tingkat pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap materi pengantar
statistik sosial, maka mahasiswa UI memiliki tingkat pemahaman yang maksimal (100%) dibanding
kelompok yang lain. Mahasiswa ekstensi UI memiliki tingkat pemahaman 92%, sedangkan
mahasiswa UT memiliki tingkat pemahaman 76%. Kondisi ini dapat dijelaskan seperti halnya
mengenai efektivitas pembelajaran yang ada, dimana memang kondisi perkuliahan yang dimiliki oleh
mahasiswa UI memang lebih baik dibanding mahasiswa ekstensi UI dan mahasiswa UT. Kondisi ini
terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Tingkat Pemahaman Diantara Responden
Asal Universitas
Ekstensi UI
Reguler UI
UT
Tingkat Pemahaman terhadap Materi
Rendah
Tinggi
8
92
100
24
76
KESIMPULAN
Dari data dan temuan serta uraian analisa tersebut di atas dapat diambil diambil enam
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebaran mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini berasal dari jurusan komunikasi,
administrasi, sosiolodi dan politik, baik untuk mahasiswa UI reguler, UI ekstensi, serta UT.
2. rata-rata IPK tertinggi berasal dari mahasiswa UI reguler, dan terendah dari UT, demikian pula
dengan nilai modus.
3. Rendahnya IPK mahasiswa UT disebabkan oleh kurangnya membaca literatur selain modul,
kurangnya latihan, serta kurangnya diskusi.
4. Sebagian besar mahasiswa yang dijadikan sampel memiliki kesulitandalam belajar statistik
seperti sulitnya memahami logika soal, sulirt berkonsentrasi, kurangnya latihan dan kurang teliti.
5. Tingkat efektivitas pembelajaran yang tertinggi berasal dari mahasiswa UI reguler, dan yang
terendah berasal dari mahasiswa UT
6. Tingkat pemahaman yang tertinggi berasal dari mahasiswa UI reguler, dan yang terendah
berasal dari mahasiswa UT
SARAN
Dari data, temuan, uraian, analisa, dan kesimpulan tersebut di atas disarankan kepada UT
untuk melakukan:
1. perbaikan proses mengerjakan soal statistik dengan memanfaatkan berbagai bantuan belajar
dan berbagai media
140
Prasetyo, Perbandingan Pemahaman Mahasiswa Perguruan Tinggi Jarak Jauh
2. memperbaiki IPK rata-rata mahasiswa melalui berbagai bantuan belajar dan berbagai media
agar kurva IPK rata-rata mahasiswa UT nampak normal karena IPK responden terbanyak adalah
2.00.
3. Memacu, merangsang, dan membina mahasiswa agar tetap berulang kali membaca modul dan
bacaan lain selain modul
4. Merangsang mahasiswa melakukan latihan sebagai cara lain untuk belajar statistik.
5. Menganjurkan mahasiswa untuk tetap selalu mengerjakan TM, belajar sendiri, dan mengikuti
kegiatan tutorial
6. Menganjurkan, merangsang, dan memfasilitasi mahasiswa UT untuk selalu melakukan diskusi
dengan teman dan dosen dengan berbagai media bantuan belajar.
7. Memfasilitasi sebagian besar mahasiswa yang menemui kesulitan belajar pengantar statistik
dengan menyediakan berbagai bantuan belajar agar mahasiswa cepat dapat mengatasi kesulitan
belajarnya
REFERENSI.
Holstein, H. (1986). Murid belajar mandiri. Bandung: Remadja Karya.
Ahmadi, A.H. (1991). Teknik belajar yang efektif. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. (1991). Teori-teori belajar untuk pengajaran. Jakarta: LP-FEUI.
141
Download