Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Gerak

advertisement
Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Gerak Tari Pada
Kelompok B Di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika
Evi Susilowati (09262292-ST PSKGJ)
Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini IKIP Veteran Semarang
ABSTRAK
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah kegiatan Gerak Tari di Satuan Pendidikan
Sejenis Mahardika Desa Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan. Karena
masih belum tercapainya target kegiatan gerak tari dengan kriteria ketuntasan 75 % hal ini
disebabkan karena sebelumnya tidak adanya kegiatan gerak tari pada Satuan Pendidikan
sejenis Mahardika desa Tanjungharjo kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan Tahun ajaran
2013 / 2014. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) melalui 2 siklus, masing-masing siklus memiliki 4 tahapan yang dilaksanakan 3
kali pertemuan berturut-turut. Empat tahapan atau langkah kegiatan yang di terapkan yaitu : (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Subjek penelitian dalam hal ini
adalah anak didik kelompok B di Satuan Pendidikan Sejenis ( SPS ) Mahardika desa
Tanjungharjo kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan dengan jumlah anak didik 21 orang
anak yang terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 11 Orang anak perempuan. Kegiatan gerak
tari ini difokuskan pada tema AKU dengan sub tema Diri Sendiri dan Anggota Tubuh. Dalam
pengumpulan data Penelitian Tindakan Kelas ini melalui (1) Wawancara, (2) Observasi dan, (3)
Dokumentasi. Analisa data menggunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara membandingkan
data hasil pengamatan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang kemudian diadakan
refleksi. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid. Penarikan
kesimpulan yaitu data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya.
Untuk mengetahui perubahan tentang kemampuan dalam proses kegiatan gerak tari adalah
diskripsi prosentase. Adapun perhitungan diperoleh melalui perbandingan kemampuan kegiatan
gerak tari. Apabila ada peningkatan kemampuan 80% dari kemampuan sebelumnya, yang
berarti ketuntasan dalam memberikan kegiatan gerak tari dapat tercapai. Hasil dari penelitian
dapat disimpulkan bahwa kegiatan gerak tari dapat memotivasi dan meningkatkan motorik
kasar anak kelompok B di Satuan Pendidikan Sejenis ( SPS ) Mahardika desa Tanjungharjo
kecamatan Ngaringan kabupaten Grobogan. Hal ini dapat dilihat dalam siklus I sarana dan
prasarana dalam kegiatan gerak tari, hasil yang dicapai anak dalam kategori mampu meningkat
dari kondisi awal 0% menjadi 14% pada siklus I, sedangkan kategori anak cukup mampu dari
kondisi awal 10% menjadi 14% pada siklus I, Kategori anak belum mampu dari kondisi awal
90% menjadi 72%. Dalam siklus II peneliti menggunakan lagu jawa yang membuat anak
senang dan meningkatkan antusiasme dalam mengikuti kegiatan gerak tari. Hal ini dapat dilihat
dari hasil kegiatan anak pada siklus I terhadap siklus II, kategori anak mampu 14% meningkat
menjadi 76%, kategori anak cukup mampu tidak ada perubahan dari siklus I 14% tetap 14%
pada siklus II, kategori anak belum mampu terjadi penurunan yang sangat signifikan dari
siklus I 72% turun menjadi 10% pada siklus II. Dilihat dari ketuntasan kegiatan gerak tari
pada kelompok B di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika, anak yang tuntas ( mampu +
cukup mampu ) dari siklus I 28% meningkat menjadi 90%, sedangkan anak yang tidak tuntas
terjadi penurunan dari siklus I 90% menjadi 10 % pada siklus II. Saran yang disampaikan
adalah : (1) guru diharapkan dapat memberikan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif
dalam memberikan materi gerak tari, sehingga dapat memotivasi serta menstimulasi terhadap
minat belajar anak, (2) guru harus mampu mengoptimalkan dalam kegiatan gerak tari sehingga
proses kegiatan dapat berlangsung dengan baik, (3) Guru harus mampu mengkondisikan anak
agar kegiatan gerak tari tercapai pada tujuan yang diharapkan, (4) Guru harus selalu menggali
potensi serta ide-ide baru dalam penerapan proses kegiatan yang sesuai dengan karakteristik
yang dimiliki anak, (5) orang tua / wali murid hendaknya memperhatikan hasil kegiatan anak
33
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
disekolah dan mendorong anak untuk selalu mengulang gerakan yang sudah diajarkan oleh
guru disekolah, (6) orang tua / wali diharapkan 34ember masukan pada guru atau pihak sekolah
tentang hambatan-hambatan anak dalam kegiatan gerak tari disekolah.
Kata Kunci : kemampuan motorik kasar dan gerak tari
PENDAHULUAN
Proses penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini adalah suatu kesatuan proses
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai enam tahun melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut ( UU RI No.20 Tahun
2003, Bab I, Pasal 1,Ayat 1 ).
Sesuai dengan Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD, bahwa
perkembangan anak mencakup lima aspek yaitu : Nilai-nilai Agama, Fisik, Kognitif, Bahasa
dan Sosial-emosional Perkembangan sering diartikan sebagai perubahan
yang kontinyu dan
sistematis dalam diri seseorang sejak tahap konsepsi sampai dengan tahap meninggal dunia (
Hartono
: 2001 ), perkembangan berkaitan dengan kematangan secara biologis dan proses
belajar. Demikian pula dalam perkembangan anak, secara biologis anak harus berada dalam
kondisi sesuai umurnya terhadap pola kesamaan perkembangan diri seseorang dengan anak
lainnya pada tahap usia tertentu. Pola khas yang terjadi pada setiap tahap umur disebut
dengan norvative and indiographic development ( perkembangan norvativ dan perkembangan
pola pikir, Hartono : 2002 ).
Tahapan ini kemudian dikenal sebagai sumber development yang diasumsikan sebagai
pola universal tugas perkembangan yang harus dilalui seorang anak. Perkembangan norvative
dan development teks atau milestone menjadi karakteristik anak secara umum yang dapat
dijadikan acuan dalam memahami dan menetapkan dalam bentuk pendidikan yang sesuai
dalam setiap tahap usia. Pengetahuan guru dan orang tua tentang tugas perkembangan anak
ini dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun pencarian berbagai informasi.
Pemahaman mengenai tugas perkembangan anak sangat diperlukan oleh guru dan orang
tua dapat memberikan bantuan dan rangsangan yang tepat. Secara garis besar, karakteristik
anak PAUD adalah sebagai berikut : anak usia PAUD dalam rentang usia 4 – 6 tahun, berada
dalam masa usia emas atau biasa disebut dengan golden age. Segala sesuatu sangat berharga,
baik fisik, emosi, dan intelektualnya. Anak usia PAUD ini sangat besar energinya sehingga
diperlukan suatu pembelajaran yang sangat tepat sehingga berkembang kemampuan motorik
kasar maupun motorik halus ( hartono : 2002 ).
Pendidikan adalah “drawing out “ memunculkan potensi anak dan bukan suatu proses “
pouring in “ mengisi anak. Anak adalah makluk yang aktif yang memiliki empat macam
minat ; (1) berhubungan, bercakap-cakap, atau berkomunikasi, (2) menyelidiki atau mengetahui
34
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
sendiri, (3) berbuat atau mengkonstruksi serta, (4) berekspresi artistik atau keindahan. Dan
usia 4 – 6 Tahun digolongkan sebagai tahapan praoperasional.
Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
khususnya untuk anak usia dini. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya.
Periode kanak-kanak seharusnya dilihat dan dihadapi seperti apa adanya dalam arti harus
ada pemahaman dan kesadaran orang dewasa untuk memandangnya sebagai fase kehidupan,
dimana secara wajar seorang anak berpenampilan keras, rewel, nakal, dan menjengkelkan
tetapi sekaligus menyimpan potensi dan harapan untuk berkembang menjadi manusia yang
dinamis, kreatif, dan ulet dalam menghadapi lika-liku kehidupan yang keras. Untuk itulah
diperlukan
sebanyak
mungkin
informasi
berdasarkan
ilmuwan
tentang
sifat-sifat
dan
kecenderungan mereka baik aspek fisik maupun psikisnya.
Pengertian dari periode kanak-kanak adalah fase kehidupan saat seorang anak manusia
telah lepas dari sebutan sebagai “bayi” dan berakhir ketika yang bersangkutan memasuki
sekolah tingkat dasar atau kira-kira berada dalam rentang 2 – 6 Tahun ( Haranto : 2003 ). Di
Indonesia anak seumur ini biasanya sudah dapat berjalan, berlari-lari, dan bergaul dengan
teman-teman sebaya dalam lingkungannya, bahkan pada usia 4 – 6 tahun, dan sebagian lebih
dimasukan ke Pendidikan Anak Usia Dini yang erat kaitannya dengan kemungkinan seorang
anak dapat dididik dalam lembaga pendidikan yang disebut “ Pendidikan Anaka Usia Dini “.
Kegiatan fisik adalah merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan
motorik kasar seperti berlari, melompat, bergantung, melempar bola atau menendang. Selain itu
juga menjaga keseimbangan motorik halus seperti menggunakan jari-jari untuk menyusun
puzzle, memilih balok dan menyusunnya menjadi bangunan tertentu ( Hartono : 2002 ).
Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas anak
pada masa ini. Hal ini disebabkan oleh energi yang dimiliki anak dalam jumlah yang besar
tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang
berkaitan dengan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.
Sasaran
utama
dalam
kerangka
sistem
dan
aktivitas
prasekolah
diantaranya
mempersatukan pendidikan dan kreativitas anak didik. Tujuannya adalah untuk menumbuh
kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk potensi memberikan respon
kreatif terhadap hal-hal sekitar kehidupannya. Menurut malik fajar ( 2008 ), apabila daya fisik
motorik peserta didik rendah, maka secara pedagogik guru harus dapat meningkatkan fisik
motorik anak yang tingkat kemampuan dalam hal fisik motorik kasar terutama dalam gerak tari
karena melalui gerak tari anak dapat melakukan dengan senang dengan adanya iringan musik
sehingga motorik kasar anak akan berkembang dengan baik guna mencapai kemampuan dan
keterampilan, sikap dan apresiatif. Dengan mengadakan gerak tari pada pembelajaran kegiatan
35
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
motorik
kasar
dikarenakan
ada
yang
kurang
dalam
kerangka
sistem
dan
aktivitas
persekolahan.
Lebih lanjut malik fajar ( 2008 ) berpendapat, bahwa selama ini proses belajar mengajar
terasa rutin dan statis, kalaupun ada perubahan atau perbaikan sifatnya masih sepotongsepotong dan parsial. Pendapat tersebut secara realitas mungkin banyak ditemui di beberapa
institusi pendidikan khususnya taman kanak-kanak atau usia PAUD yang biasa disebut usia
prasekolah.
Padahal
dalam
penerapan
pembelajaran
yang
dapat
dilakukan
oleh
guru,
pembaharuan dan perubahan tidak hanya menyangkut didaktik metodik saja melainkan
menyangkut pula aspek-aspek pedagogik, filosofis, in put, proses dan out put.
Pendidikan atau pengajaran yang diberikan pada Anak Usia Dini pada dasarnya tidak
dapat diberikan dengan apa adanya atau asal-asalan tanpa konsep, strategi, teknis dan berbagai
macam langkah dalam pembelajaran lainnya yang dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan yang dimiliki anak didik sebagai suatu bentuk hasil belajar dari anak didik yang
bersangkutan. Namun peningkatan kemampuan anak didik juga harus ditunjang dengan
berbagai
langkah,
pembelajaran,
salah
sehingga
satunya
adalah
kemampuan
anak
penerapan
didik
metode
yang
benar-benar dapat
tepat
dalam
berkembang
proses
dengan
maksimal.
Setiap dimensi yang ada pada anak tidak berdiri sendiri, tetapi satu sama lain saling
mempengaruhi. Ketika anak didik pada masa Anak Usia Dini diharapkan anak didik mampu
mencapai tugas-tugas perkembangan kemampuan termasuk kemampuan fisik motorik yang
seharusnya sesuai dengan masa perkembangannya. Ketidak tercapainya salah satu tugas tersebut
dapat menimbulkan kesulitan atau hambatan pada kemampuan motorik kasar untuk melakukan
aktivitas pada masa selanjutnya.
Sebagai salah satu tujuan mendasar, rangka untuk mencapai hasil belajar seperti tersebut
di atas, berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode media,
peralatan dan perlengkapan yang disediakan oleh sekolah. Akan tetapi berdasarkan pengamatan
terhadap observasi lapangan, ditemukan adanya masalah yaitu rendahnya kemampuan motorik
kasar pada anak didik kelompok B di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika desa tanjungharjo
kecamatan ngaringan kabupaten grobogan tahun ajaran 2013 / 2014 yang ditandai dengan
beberapa realita pada kegiatan yang dilakukan sebagian dalam pemamparan berikut.
Ketika
guru
menyampaikan
persepsi dan
memberikan
tugas
kepada
anak
untuk
menirukan gerakan yang di contohkan oleh guru yang berhubungan dengan diri sendiri / aku
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, ternyata anak belum dapat menirukan
gerakan dengan baik. Hanya ada beberapa anak saja yang dapat melakukan kegiatan menari
dari 26 orang siswa pada kelompok B.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis bermaksud untuk meneliti melakukan
penelitian dengan judul : “ Upaya meningkatkan motorik kasar Anak Usia Dini melalui gerak
36
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
tari pada kelompok B di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika desa tanjungharjo, kecamatan
Ngaringan, kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2013 / 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Gerak Tari
Gerakan Tari atau menari merupakan
motorik
kasar
anak
guna
mencapai
kegiatan untuk melatih motorik anak khusunya
kemampuan
keterampilan,
sikap
dan
apresiatif.
Keterampilan didapatkan dari bagaimana anak dapat menggerakan anggota tubuhnya baik
tangan, kepala, kaki, pundak dan jari-jemari. Dari kemampuan-kemampuan ini maka anak akan
mendapatkan kemampuan keterampilan.
Sikap anak didapatkan melalui suka atau tidak suka dengan kegiatan yang telah ia
lakukan. Setelah anak melihat gerakan yang sudah dicontohkan oleh guru maka anak akan
mencoba menirukan gerakan tersebut, baik itu benar atau salah. Dasar dari kegiatan ini adalah
suka dengan kegiatan tari menari, karena dengan anak suka kegiatan tersebut maka anak akan
dengan senang hati melakukan kegiatan tersebut. Dan dari beberapa hal yang dilakukan anak
akan melatih sikap anak terhadap apa yang akan dilakukan di kemudian hari dengan tata cara
yang harus dijalankan.
Kemampuan Motorik Kasar
Perkembangan motorik ( Motor development ) adalah perubahan secara progresif pada
kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara
faktor kematangan ( maturation ) dan latihan/pengalaman ( experiences ) selama kehidupan yang
dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan.
Meningkatkan kemampuan motorik anak saat mereka di usia AUD membuat aktifitas
fisik atau motorik mereka juga semakin banyak. Tak heran jika anak-anak Usia Dini gemar
sekali bermain tanpa mengenal lelah. Segala kegiatan anak selalu dilakukan dengan bermain.
Bermain akan meningkatkan aktifitas anak. Maxim ( 1993 ) menyatakan bahwa aktivitas fisik
akan meningkatkan pula rasa keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan
benda-benda untuk dapat menangkapnya, mencoba melemparkannya atau menjatuhkannya,
mengambil, menggosok-gosok, dan meletakan kembali benda-benda kedalam tempatnya.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas ( PTK ) dengan rencana
tindakan minimal dua siklus yaitu : proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I
bertujuan untuk peranan media tari. Sedangkan hasil penelitian proses diadakan pada siklus II
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep gerak tari anak setelah dilakukan
37
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar anak yang didasarkan pada refleksi I. Penelitian ini
dilakukan minimal dua siklus yang pada setiap siklus dilakukan empat tahapan yaitu : tahap
perencanaan ( Planning ) tindakan ( acting ), pengamatan ( observing ), dan refleksi ( reflecting ).
Tempat dan Waktu Penelitian
Sehubungan dengan pertimbangan secara empiris, bahwa objek dan subjek yang diteliti
terfokus pada proses yang diteliti yaitu pada proses kegiatan motorik kasar melalui gerak tari
atau menari pada Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika desa Tanjungharjo, kecamatan
Ngaringan, kabupaten Grobogan-Purwodadi tahun ajaran 2013 / 2014.
Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di tempat peneliti mengajar
dengan uraian sebagai berikut :
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika desa Tanjungharjo,
kecamatan Ngaringan, kabupaten Grobogan
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan tindakan kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 bulan yaitu bulan
Juli dan Agustus 2013.
Bidang Pengembangan
Bidang pengembangan yang menjadi objek adalah bidang pengembangan motorik kasar
anak.
Tema Penelitian
Tema yang peneliti ambil dalam penelitian ini adalah tema : Motorik Kasar, Indikator :
Gerak Tari atau Menari
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelompok B di Satuan pendidikan Sejenis Mahardika desa
Tanjungharjo, kecamatan Ngaringan, kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa 21 orang anak
yang terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan berdasarkan pada hasil observasi dan evaluasi perkembangan
anak didik melalui teknik-teknik yang berlaku di Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika.
Adapun pengumpulan data dalam kegiatan motorik kasar melalui gerak tari menggunakan
teknik sebagai berikut:
1. Observasi Sistematik
Data ini diperoleh dari lembar / instrument observasi terstruktur dengan melihat aspek
interaksi anak dengan guru, keaktifan anak dalam proses tindakan, serta keantusiasan anak
dalam mengikuti kegiatan gerak tari atau menari. Observer membubuhkan tanda ceklis ( √ )
pada kolom yang telah disediakan.
38
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
2. Wawancara
Data diperoleh dari hasil tanya jawab dengan guru wali kelas dan guru lain yang ada
dikelompok B Satuan Pendidikan Sejenis (SPS) Mahardika desa Tanjungharjo, kecamatan
Ngaringan, kabupaten Grobogan-Purwodadi tahun ajaran 2013 / 2014.
3. Dokumentasi
Data ini diperoleh dari hasil dokumen belajar dan foto saat proses tindakan
berlangsung.
HASIL PENELITIAN
Kegiatan motorik kasar anak kelompok B Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika desa
Tanjungharjo,
kecamatan
Ngaringan,
kabupaten
Grobogan
melalui
gerak
tari
dapat
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, sebelum dan sesudah penelitian dua siklus
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Observasi Kinerja guru Pada siklus II
Kemampuan Anak Sebelum dan Sesudah Penelitian Melalui 2 Siklus
Hasil Kegiatan Anak
Indikator Keberhasilan
Kondisi Siklus Siklus
Awal
I
II
1. Anak mampu melakukan 0 %
14 %
76 %
kegiatan gerak tari sendiri
tanpa bantuan ( Mampu )
Keterangan
Kemampuan anak dalam
melakukan gerak tari dari
kondisi awal ke siklus I
terjadi
peningkatan
sebesar 14% dan dari
siklus I 14% ke Siklus II
76 % terjadi peningkatan
kembali sebesar 62 %
2. Anak Mampu melakukan 10 %
Gerakan
tari
dengan
sedikit bantuan ( Cukup )
14 %
14 %
Kemampuan anak dalam
kategori cukup melalui
kondisi awal 10% ke
Siklus I 14% terjadi
peningkatan sebesar 4 %
dan dari siklus I = 14% ke
Siklus II = 14% tidak ada
peningkatan sama sekali
3. Dalam
melakukan 90 %
kegiatan gerak tari anak
selalu diam tidak mau
menggerakan
tubuhnya
atau selalu dibantu oleh
guru ( Belum Mampu )
72 %
10 %
Kemampuan anak dalam
kategori Belum Mampu,
dari kondisi awal sebesar
90% ke Siklus I sebesar
72 % terjadi penurunan
sebesar 18 %, dan dari
siklus I sebesar 72% ke
39
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Siklus II sebesar 10%
terjadi penurunan sebesar
62 %
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Anak
Satuan Pendidikan Sejenis Mahardika Desa Tanjungharjo
No
Nama Anak
Kondisi Awal
●
○
√
Siklus I
Siklus II
●
√
○
●
○
1
Abim
-
-
○
-
√
-
●
√
-
2
3
4
5
Aril
Amar
Abel
Eva
-
-
○
●
√
-
○
○
-
●
●
●
-
○
-
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Ines
Jeni
Lisa
Nisa
Olive
Rosyid
Rio
Riski a
Riski b
Sania
Saskia
Sanir
Tria
-
√
-
○
○
○
○
○
○
○
●
-
√
-
○
○
○
○
○
○
○
●
●
●
●
●
●
●
●
-
-
-
-
-
○
○
○
○
●
-
√
-
○
○
●
●
-
Ulfa
Wahyu
Wulan
jumlah
-
-
○
○
-
√
-
○
●
●
√
-
0
2
○
19
3
3
○
15
16
√
3
15
16
17
18
19
20
21
√
-
○
○
○
√
-
Ket
-
○
2
Keterangan :
●
Anak Mampu melakukan gerakan tari sendiri tanpa bantuan (Mampu)
√
Anak Mampu melakukan Gerakan tari dengan sedikit bantuan (Cukup)
○
Dalam melakukan kegiatan gerak tari anak selalu diam
tubuhnya atau selalu dibantu oleh guru (Belum Mampu)
40
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
tidak mau menggerakan
Grafik 1. Grafik Rekapitulasi Hasil Kegiatan Gerak Tari
SPS Mahardika Desa Tanjungharjo
20
18
16
14
12
Kondisi Awal
10
8
Siklus I
6
Siklus II
4
2
0
● Mampu
√ Cukup
○ Belum
Mampu
1. Kondisi Awal
Pada kondisi awal peneliti melihat bahwa kegiatan Motorik Kasar pada Satuan Pendidikan
Sejenis Mahardika Desa Tanjunharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan Tahun
Pelajaran 2013 / 2014 masih sangat rendah terutama pada kegiatan gerak tari, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kegiatan gerak tari pada anak sebelumnya, sehingga peniliti
dalam upaya meningkatkan motorik kasar kasar anak memberikan kegiatan gerak tari agar
fisik motorik anak meningkat. Dalam kegiatan gerak tari ini selain untuk meningkatkan
motorik kasar anak juga untuk menumbuhkan meningkatkan kreatifitas anak pada suatu
gerakan terutama pada gerakan kasar. Dengan diterapkan kegiatan gerak tari peneliti
berharap untuk dapat meningkatkan fisik motorik anak terutama motorik kasar. Dalam
kondisi awal anak belum dapat melakukan giatan gerak tari karena anak sebelumnya belum
pernah melakukannya, selama ini fisik motorik kasar anak kurang dikarenakan anak belum
tertarik dengan kegiatan fisik motorik yang di contohkan guru karena tidak adanya media
yang menarik untuk ditiru anak.
2. Siklus I
Pada Siklus I peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang
sesuai dengan tema untuk memotivasi anak dalam mengikuti fisik motorik kasar melalui
gerak tari. Pada kegiatan gerak tari, peneliti menggunakan beberapa metode dalam kegiatan
gerak tari. Diakhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil dari
kegiatan gerak tari tersebut. Namun melalui siklus I ini hasil yang ada tidak seperti yang
peneliti harapkan. Berdasarkan kegiatan yang sudah peneliti terapkan melalui siklus I
41
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
tersebut peneliti kembali melakukan Refleksi dan mengevaluasi kegiatan pada siklus I
dengan menerima saran dan masukan dari observer yang telah mengawasi kegiatan gerak
tari pada siklus I. Dikarenakan hasil yang dirapkan tidak tercapai maka oleh peneliti
kembali meyusun rencana perbaikan kegiatan gerak tari untuk dilakukan kembali pada
siklus II
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Pada Siklus I
No
1
A
B
C
No
1
42
Aspek Yang Dinilai
2
Persiapan
1. Kompetensi guru dalam menyiapkan RKH sesuai
dengan Tema
2. Kompetensi guru dalam mempersiapkan anak
( berbaris, salam, dan berdoa )
3. Kompetensi guru dalam menyiapkan kondisi psikologis
dan gerak anak untuk mengikuti poses kegiatan gerak
tari
4. Kompetensi guru dalam menyiapkan apersepsi pada
anak
5. Kemampuan guru dalam menyiapkan alat, sarana dan
prasarana dalam kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan
1. Kemampuan guru dalam memberikan contoh gerakan
pada anak
2. Kemampuan guru dalam menggunakan sarana dan
prasarana yang ada
3. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi pada
anak pada kegiatan gerak tari
4. Kemampuan
guru
dalam
berkomunikasi
dan
berinteraksi dengan anak
Penutup
1. Kemampuan guru dalam memberikan kegiatan gerak
tari
2. Keterampilan guru dalam memberikan penilaian pada
anak saat kegiatan berlangsung
3. Intonasi guru dalam memberikan pengarahan pada anak
saat kegiatan gerak tari berlangsung
Aspek Yang Dinilai
2
4. Penggunaan bahasa yang sederhana hingga dapat
dimengerti oleh anak
5. Keserasian dan kesopanan guru dalam berbusana /
berpakaian
6. Sikap guru terhadap anak didik
7. Penampilan guru saat kegiatan gerak tari berlangsung
JUMLAH
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Skor
3
Ket
4
4
Baik
4
Baik
4
Baik
4
Baik
4
Baik
4
4
4
4
4
4
4
Skor
3
4
4
4
4
64
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Ket
4
Baik
Baik
Baik
Baik
Keterangan :
1 = sangat tidak baik 3 = Kurang baik
2 = Tidak Baik
3.
5 = Sangat Baik
4 = Baik
Siklus II
Melalui siklus II setelah melakukan apersepsi sesuai dengan tema kegiatan gerak tari
dilakukan dengan dengan metode menirukan gerakan tari pada kaset CD yang telah dilihat
anak sebelum kegiatan dilakukan. Mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana kegiatan
gerak tari dan mengusaakan agar anak tertarik dan berkonsentrasi pada kegiatan gerak tari
melalui tayangan di CD atau Televisi. Guru terlibat secara aktif selama kegiatan gerak tari
berlangsung.
Dengan bantuan media kegiatan gerak tari tersebut dengan metode menirukan gerakan
tari pada tayangan di CD melalui Televisi diharapkan motorik kasar anak melalui gerak
tari dapat meningkat dengan baik sesuai harapan peneliti. Ketika peneliti mengadakan
percobaan gerak tari pada anak tanpa melihat tayangan hanya menggunakan musik ternyata
membuat anak senang dan selalu ingin mencobanya sendiri dan terdapat peningkatan gerak
tari anak secara signifikan. Pada siklus II ini hasil gerak tari yang diperoleh sangat
maksimal, dan sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan.
Namun demikian ada beberapa hambatan yang terjadi pada kegiatan gerak teri
tersebut diantaranya :
1. Sulitnya anak dalam menyamakan gerakan antar anak satu dengan anak yang lain
karena ada yang lebih dulu melakukan dan ada yang tertinggal. Hal ini dikarenakan
sebelumnya pada SPS Mahardika belum pernah diajarkan gerak tari pada anak didik
karena tidak adanya kaset CD tentang tari untuk anak.
2. Dengan sangat antusiasnya anak, maka anak saling berebut dalam berbaris di barisan
yang paling depan hingga menjadikan banyak anak yang menangis karena berebut
barisan depan hingga peneliti harus menyiasati dengan membuat dua barisan dan
diantara kedua barisan tersebut guru pembimbing berdiri agar semua anak dapat dekat
dengan guru pembimbing tari.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Pada Siklus II
No
1
A
43
Aspek Yang Dinilai
2
Persiapan
1. Kompetensi guru dalam menyiapkan RKH sesuai
dengan Tema
2. Kompetensi guru dalam mempersiapkan anak
( berbaris, salam, dan berdoa )
3. Kompetensi guru dalam menyiapkan kondisi psikologis
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Skor
3
Ket
4
4
Baik
5
SB
4
Baik
dan gerak anak untuk mengikuti poses kegiatan gerak
tari
4. Kompetensi guru dalam menyiapkan apersepsi pada
anak
5. Kemampuan guru dalam menyiapkan alat, sarana dan
prasarana dalam kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan
1. Kemampuan guru dalam memberikan contoh gerakan
pada anak
2. Kemampuan guru dalam menggunakan sarana dan
prasarana yang ada
3. Kemampuan guru dalam memberikan motivasi pada
anak pada kegiatan gerak tari
4. Kemampuan
guru
dalam
berkomunikasi
dan
berinteraksi dengan anak
Penutup
1. Kemampuan guru dalam memberikan kegiatan gerak
tari
2. Keterampilan guru dalam memberikan penilaian pada
anak saat kegiatan berlangsung
3. Intonasi guru dalam memberikan pengarahan pada anak
saat kegiatan gerak tari berlangsung
4. Penggunaan bahasa yang sederhana hingga dapat
dimengerti oleh anak
5. Keserasian dan kesopanan guru dalam berbusana /
berpakaian
6. Sikap guru terhadap anak didik
7. Penampilan guru saat kegiatan gerak tari berlangsung
JUMLAH
B
C
4
Baik
5
SB
5
SB
5
SB
5
SB
5
SB
5
SB
4
Baik
5
SB
4
Baik
5
SB
4
5
74
Baik
SB
Keterangan :
1 = sangat tidak baik 3 = Kurang Baik
2 = Tidak Baik
5 = Sangat Baik
4 = Baik
KESIMPULAN
Berdasarkan data pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif
antara peningkatan kemampuan motorik kasar melalui gerak tari siswa Satuan Pendidikan
Sejenis
Mahardika
desa
anjungharjo,
kecamatan
Ngaringan,
kabupaten
Grobogan
pada
kelompok B tahun pelajaran 2013 / 2014, hal ini dapat ditunjukan dengan perolehan hasil
penelitian yang menggunakan metode
observasi :
1. Penelitian menggunakan metode observasi langsung pada anak dengan konsep motorik kasar
melalui kegiatan gerak tari.
44
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
2. Melalui gerak tari dengan menggerakan anggota badan tangan, kaki, dan kepala dapat
merangsang perkembangan motorik kasar anak yang di landasi dengan rasa suka atau
senang dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Dengan demikain bahwa peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui gerak tari
sangat berfungsi pada perkembangan kognitif juga perkembangan motorik anak untuk menuju
ke jenjang pendidikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nugraha dan Yeni Rakmawati. 2004. Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Drs. Alu Nugroho, dkk. Metode Pengembangan Sosial Emosional, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2004.
Hagan, J. 2005. Mendidik Anak Memasuki Usia Prasekolah, Jakarta : Pt. Prestasi Pustaka
Karya.
Moeslichatoen, 2004, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Prof.Dr. Sutama, M.Pd. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan
PTBK, Banyumanik Semarang.
Tedjasaputra,M. 2001, Bermain, main, dan Permainan. Jakarta : PT. Gramedia.
Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Anonimouse. 2003. UU Nomor : 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : PT. Gramedia.
Ali Nugroho dan Yeni Rachmawati, 2004. Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Arikunto Suharsini, 2002. Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Drs. Alu Nugroho, dkk. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta Universitas
Terbuka, 2004.
Moeleong.I.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
I.G.K Wardhani,
Kuswoyo Wihardi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008.
Suyadi, 2009. Bimbingan Konseling Untuk PAUD. Yogjakarta : Diva Press.
45
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Download