program studi ners fakultas keperawatan dan kebidanan universitas

advertisement
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENERAPAN PERILAKU
KEBERSIHAN MULUT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI TK AR-RAHMAN MEDAN
TAHUN 2015
Oleh
SYAWSI SYAMSI
13 02 06 168
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENERAPAN PERILAKU
KEBERSIHAN MULUT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
DI TK AR-RAHMAN MEDAN
TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh
SYAWSI SYAMSI
13 02 06 168
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Panitia penguji skripsi
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Medan, April 2015
TIM PENGUJI
Ketua
(Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, SP.KepJ)
Penguji I
(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS)
Penguji II
(Ns. Bunga Theresia Purba, M.Kep)
Penguji III
(Ns. Marthalena Simamora, M.Kep)
Disetujui oleh
Program Studi Ners
Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Ketua
(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS)
ii
PERNYATAAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PENERAPAN PERILAKU
KEBERSIHAN MULUT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DI TK-ARAHMAN MEDAN
TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat pendapat atau karya
yang pernah ditulis dan pernah diterbitkan oleh oreng lain, kecuali yang ditulis,
dicantumkan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Apri 2015
Peneliti
(Syawsi Syamsi)
iii
DATA RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama
: SYAWSI SYAMSI
Umur
: 23 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir
: Sungai Piring, 22 April 1992
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Jln. Gunung daek, Gg Suka Damai No 10, Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir Riau
Nama Ayah
: Syamsuar (Alm)
Pekerjaan
:-
Nama ibu
: Siti Hajir
Pekerjaan
: PNS
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
Tahun 1998-2004
: SD Negeri 004 Sungai Piring
2.
Tahun 2004-2007
: SMP Negeri Sungai Piring
3.
Tahun 2007-2010
: SMA Negeri Tuah Gemilang Sungai Piring
4.
Tahun 2010-2013
: DIII Akademi Keperawatan Sehat Binjai
5.
Tahun 2013-2015
: SI Fakultas Keperawatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan
Email
: [email protected]
No. HP : 082365077689
iv
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
Skripsi, April 2015
Syawsi Syamsi
Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Perilaku Kebersihan Mulut Pada Anak Usia Prasekolah di
TK-Arahman Medan.
Xiii + 43 hal + 5 tabel + 1 skema + 10 lampiran
ABSTRAK
Karies pada anak usia prasekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah pengetahuan dan kesadaran pentingnya perawatan kebersihan mulut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut pada
anak usia prasekolah. Penelitian ini meggunakan desain deskriptif korelasi. Responden penelitian
berjumlah 47 anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan. pengambilan sampel yang digunakan adalah
total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan (p value:
0,000). Penelitian ini merekomendasikan institusi kesehatan, institusi pendidikan, dan orang tua untuk
meningkatkan muatan informasi terkait kebersihan mulut dan penerapan pada anak usia prasekolah
sehingga dapat mencegah terjadinya karies gigi.
Kata Kunci
Daftar Pustaka
: Karies, kebersihan mulut, pengetahuan, penerapan perilaku dan Usia prasekolah.
: 25 (2001-2013)
v
STUDY PROGRAM NERS
FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY
UNIVERSITY SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
Thesis, April 2015
Syawsi Syamsi
Relationship with the application knowledge of oral hygiene behavior in preschoolers in
TK-Arahman Medan.
Xiii + 43 page + 5 table + 1 scheme + 10 attachment
ABSTRACT
Caries in school-age children increases every year. One of the factors that affects the dental caries are
knowledge and awareness of the infortance dental health care. The aims of this study are to determine
the relationship between the levels of dental health knowledge with the behavior of doing dental care.
This study used descritive corelative design. Sample of this study are 47 school age children in TKArahman Medan. Total sampling is used as the sampling techniques. The results of this study showed that
there is a significant Relationship with the application knowledge of oral hygiene behavior in
preschoolers in TK-Arahman Medan (p value: 0,000). The study recommends to health care institution,
educational institutional, and parents to enhance the information content related to dental health and
dental care at school-age children children to prevent the occurence of dental caries.
Key words
Bibliography
: Caries, Oral hygiene, Knowledge, Aplication behavior and school-age.
: 25 (2001-2013).
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kapada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-nyas sehingga sampai saat ini diberikan kekuatan dan anugrah dalam
menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Hubungan Pegetahuan Dengan
Penerapan Perilaku Kebersihan Mulut Pada Anak Usia Prasekolah di TKArahman Medan Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai awal penulis dalam rangka
memenuhi pernyaratan pendidikan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan di
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Parlindungan Purba SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.
Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan.
3.
Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan &
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
4.
Ryoga Sarah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK-Arahman Medan.
5.
Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan sekaligus Penguji I yang telah banyak
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6.
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku ketua penguji, yang telah
membimbing dan meluangkan waktu dalam memberikan masukan maupun saran
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Ns. Bunga Theresia Purba, M.Kep, selaku Penguji II yang telah banyak
memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
8.
Ns. Marthalena Simamora, M.Kep, selaku Penguji III yang telah membimbing dan
meluangkan waktu dalam memberikan masukan maupun saran kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
vii
9.
Seluruh staf pendidikan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
10. Teristimewa peneliti ucapkan terimaKasih kepada kedua orang tua dan adik saya
yang telah memberikan dukungan dan doa selama mengikuti pendidikan di
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
11. Teman-taman Program Studi Ners (Jalur B) yang telah memberikan dukungan dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini
Peneliti berupaya dengan segenap kemampuan untuk menyelesaikan skripsi penelitian
ini. Oleh karena itu dengan rendah hati peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran
dan sifatnya membangun dari membaca untuk memperbaiki dan melengkapi data serta
menambah pengetahuan peneliti.
Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terimakasih dan semoga Tuhan memberkati
langkah kita dan semoga skripsi penelitian ini bermanfaat serta berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Medan, April 2015
Peneliti
(Syawasi Syamsi)
viii
DAFTAR ISI
COVER DALAM........................................................................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................
PERNYATAAN ..........................................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................................
ABSTRAK...................................................................................................................
ABSTRACT..................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................................
DAFTAR SKEMA......................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
BAB I
BAB II
Hal
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
xi
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Perumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
1. Tujuan Umum ..................................................................................
2. Tujuan Khusus .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
1
5
5
5
5
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ..........................................................................................
1. Tingkat Pengetahuan ........................................................................
2. Pengukuran Pengetahuan .................................................................
B. Anak Usia Prasekolah ...........................................................................
1. Karakteristik Anak Usia Prasekolah ................................................
2. Karakteristik Gigi Anak Usia Prasekolah ........................................
C. Perilaku .................................................................................................
1. Jenis-jenis Perilaku...........................................................................
2. Tahapan Pembentukan Perilaku .......................................................
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku .................................
D. Kesehatan Gigi......................................................................................
1. Penyakit Gigi....................................................................................
2. Penyebab Penyakit Gigi ...................................................................
3. Akibat Penyakit Gigi........................................................................
4. Perawatan Gigi .................................................................................
5. Faktor – Faktor yang Menjadi Perawatan Gigi ................................
E. Kerangka Konsep Penelitian.................................................................
F. Hipotesis Penelitian ..............................................................................
7
7
8
9
9
11
12
12
12
14
14
14
16
16
16
19
23
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 24
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................................... 24
ix
C. Populasi dan Sampel .............................................................................
1. Populasi ............................................................................................
2. Sampel..............................................................................................
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................
E. Defenisi Operasional.............................................................................
F. Aspek Pengukuran ................................................................................
1. Pengukuran Pengetahuan .................................................................
2. Pengukuran Penerapan .....................................................................
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data ..................................................
1. Alat Pengumpulan Data ...................................................................
H. Etika Penelitian .....................................................................................
1. Informed Consent .............................................................................
2. Anonomity ........................................................................................
3. Confidentiality..................................................................................
4. Justice...............................................................................................
I. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ..........................................
1. Pengolahan Data...............................................................................
2. Analisa Data .....................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian ......................................................................................
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................
2. Analisa Univariat Karakteristik Responden.....................................
3. Analisa Bivariat................................................................................
B. Pembahasan...........................................................................................
1. Karakteristik Responden ..................................................................
2. Pengetahuan Kebersihan Mulut .......................................................
3. Penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah....
4. Hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan
mulut Pada Anak Usia Prasekolah di TK-Arahman Medan ...........
C. Implikasi Terhadap Keperawatan .........................................................
1. Pelayanan Keperawatan ...................................................................
2. Pendidikan Keperawatan..................................................................
3. Penelitian Keperawatan....................................................................
D. Keterbatasan Penelitian.........................................................................
1. Keterbatasan Sampel penelitian .......................................................
2. Keterbatasan Kuesioner penelitian...................................................
BAB V
24
24
24
25
25
25
25
26
27
27
28
28
28
28
28
29
29
30
31
31
31
33
33
33
35
38
40
42
42
42
43
43
43
43
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 44
B. Saran ..................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Peneltian...............................................................
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur di TK-Arahman
Medan Tahun 2015 .................................................................................
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin di TKArahman Medan Tahun 2015 .................................................................
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Kelas di TK-Arahman
Medan Tahun 2015 .................................................................................
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Perilaku Kebersihan
Mulut Pada Anak Usia Prasekolah di TK-Arahman Medan Tahun
2015 ........................................................................................................
xi
Hal
25
31
32
32
33
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1
Kerangka Konsep .................................................................................... 23
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
: Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan.
: Surat keterangan dari kepala sekolah TK-Arahman Medan.
: Lembar permohonan menjadi responden.
: Lembar persetujuan menjadi responden.
: Lembar Kuesioner.
: Master tabel.
: Out Put SPSS.
: Lembar Konsul.
: Dokumentasi.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak usia prasekolah mereka yang berusia 3-6 tahun mereka bisa mengikuti
program prasekolah. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti
program tempat penitipan anak (3 bulan – 5 tahun) dan kelompok bermain atau
play group (usia 3 tahun) sedangkan pada anak usia 4-6 tahun biasanya mereka
mengikuti program taman kanak-kanak (Padmonodewo, 2008).
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tindakan mengabaikan
upaya penyembuhan dan pemeliharaan kebersihan mulut, termasuk pada anak usia
prasekolah agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Untuk menunjang upaya
kesehatan yang optimal tersebut, maka upaya dibidang kesehatan gigi dan mulut
perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).
Kesehatan gigi dan mulut pada manyarakat Indonesia perlu diperhatikan. Di
Indonesia penyakit gigi dan mulut berada pada sepuluh besar penyakit terbanyak
yang tersebar diwilayah Data Dinas Kesehatan Medan tahun 2009 menunjukan
231.227 (21,78%) dari total 2.122.804 penduduk kota Medan menderita penyakit
gigi dan mulut. Dari tahun ketahun terjadi kenaikan angka prevalensi kejadian
karies pada penduduk Indonesia pada tahun 2000 sebesar 63% menjadi 90% pada
tahun 2011 ( Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi, 2011). Untuk itu
masalah karies di Indonesia memerlukan penanganan yang serius dari berbagai
pihak.
Karies istilah yang lebih dikenal dengan gigi berlubang. Dalam ilmu kedokteran
gigi, karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi
antara (produk – produk) mikroorganisme, saliva, bagian-bagian yang berasal dari
1
2
makanan, dan email ( Houwink, 2009). Sundoro (2011) menyebutkan bahwa karies
gigi merupakan hasil komulatif antara kelarutan email pada PH (Asam) rendan dan
presipitasi mineral kembali pada PH (Basa) tinggi. Menurut Schuurs (2010), karies
adalah suatu proses kronis regresi yang dimulai dengan larutnya mineral email
sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat yang pada akhirnya
terjadi kavitasi (pembentukan lubang). Untuk itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
karies gigi adalah gangguan keseimbangan disekitar email yang disebabkan oleh
berbagai faktor dan mengakibatkan gigi menjadi berlubang.
Faktor-faktor yang menyebabkan gigi berlubang antara lain karena struktur gigi,
mikroorganisme mulut, lingkungan subtrat (makanan) dan lamanya waktu makanan
menempel didalam mulut (schuurs, 2010). Faktor lain adalah jenis usia, jenis
kelamin, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, lingkungan, kesadaran dan perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 2009). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Indonesia Basic Health Research) pada tahun 2013 prevalensi
penduduk di Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut sebesar 25,9%
perilaku manyarakat terhadap kesehatan gigi, salah satunya diukur dengan
kebiasaan menyikat gigi. Anak usia prasekolah perlu mendapat perhatian lebih
karena rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut. Sering kita jumpai,
kondisi seseorang yang mengeluh sakit gigi kemudian datang berobat kedokter gigi
dalam keadaan terlambat. Kunjungan penderita kepuskesmas rata-rata sudah dalam
keadaan lanjut untuk berobat, sehingga dapat diartikan bahwa tingkat kesadaran
masyarakat pada umumnya untuk berobat sedini mungkin masih belum dapat
dilaksanakan (Suwelo, 2009) Di Indonesia kesadaran orang dewasa untuk datang
kedokter gigi kurang dari 7% pada anak-anak hanya sekitar 4% kunjungan
(Lukihardianti, 2011)
Kesadaran seseorang akan pentingnya kesehatan gigi terlihat dari pengetahuan yang
ia miliki. Fankari (2004 dalam kawuryan (2008) menjelaskan bahwa penyebab
salah satu timbulnya masalah kesehatn gigi dan mulut pada masyarakat adalah
3
faktor perilaku atau sikap mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut
dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan
mulut. Ketika seseorang berada pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal itu
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh kawuryan (2008) yang meneliti
hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan terjadinya karies
pada anak TK-Kleco di Laweyan Surakarta. Hasil penelitian yang diperoleh
menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
anak-anak di TK-Kleco Kecamatan Laweyan Surakarta sebagian besar dalam
kategori sedang. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan
kejadian karies gigi anak TK-Kleco Kecamatan Laweyan Surakarta.
Karies gigi dapat dialami oleh semua kelompok usia. Hasil kesehatan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008 disebutkan bawha prevalensi karies
gigi aktif pada umur 6 tahun keatas sebesar 52% dan akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya umur sehingga mencapai 63% pada golongan umur 45-54
tahun. Sementara itu pada kelompok umur anak usia prasekolah sebesar 66,8%69,9% (Depkes RI, 2010). Rihardjo, (2007 dalam kawuryan 2008) juga
membuktikan dalam kesehatan rumah tangga tahun 2010 bahwa terdapat 76,2%
anak Indonesia pada kelompok usia prasekolah (kira-kira 8-10 anak) mengalami
gigi berlubang (kawuryan, 2008). Sedangkan di Sumatra Utara penyakit gigi
berlubang pada anak usia prasekolah mencapai 85% (Lukihardianti, 2011). Dari
data diatas, disimpulkan bahwa karies gigi pada anak usia prasekolah
membutuhkan penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Pemerintah bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) telah
berupaya menangani masalah kesehatan gigi melalui program pemeriksaan gigi
gratis enam bulan sekali. Pemerintah juga telah membuat program kegiatan Usaha
Kesehan Gigi Sekolah (UKGS) Di setiap taman kanak-kanak (Hutabarat, 2009).
Harapan dengan adanya program-program tersebut masalah kasehatan gigi dapat
teratasi.
4
Karies gigi pada anak apabila dibiarkan begitu saja akan mengakibatkan masalah
kesehatan lain. Akibat dari karies gigi pada anak prasekolah antara lain akan
menimbulkan masalah Nyeri, Kelainan Jantung, Infeksi Ginjal, Infeksi Lambung
dan kematian (Minata, 2011). Anak yang mengalami kerusakan gigi akan malas
beraktivitas karena harus menahan rasa sakit gigi dan mulutnya. Rasa sakit itu juga
dapat menyebabkan anak mengalami penurunan selera makan. Hal ini berdampak
pada kekurangan asupan gizi pada anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan
membusuk maka gigi berlubang harus dicabut. Pencabutan gigi pada anak
prasekolah mengakibatkan ada ruang kosong yang menyulitkan anak dalam
mengunyah makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan anak jika
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Menggosok gigi yang salah dapat
meninggalkan sisa-sisa makanan bahkan menumpukan sisa makanan yang dapat
membentuk asam Microbial sehingga lama kelamaan akan menimbulkan destruksi
komponen organik gigi dan mengakibatkan gigi berlubang (Schuurs, 2010).
Berbagai sarana informasi telah diberikan mengenai kesehatan mulut dan cara
perawatannya. Namun angka prevalensi kerusakan gigi pada anak di Indonesia
masih tinggi.
TK-Arahman adalah salah satu taman kanak-kanak yang ada di medan.
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan dengan pihak TKArahman dalam hal ini adalah guru yang mengajar di TK-Arahman. Jumlah siswa
kelas A, B Dan C berjumlah 47 0rang. Guru tersebut juga menjelaskan bahwa
setiap 6 bulan sekali gigi anak diperiksa oleh dokter gigi yang datang ke TKArahman untuk memeriksa kebersihan mulut anak dan ada program dari
pemerintah seperti Usaha Kehatan Gigi Sekolah (UKGI) DI TK-Arahman.
Nyatanya masih banyak anak yang mengeluh sakit gigi dan bahkan giginya
berlubang. Hasil data awal yang penulis dapatkan dari wawancara dan observasi
kepada 10 anak di TK-Arahman yang sering mengeluh rasa sakit pada gigi, dan gigi
anak yang berlubang, terdapat 5 diantaranya anak tersebut tidak menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya. Karena kurang perhatian dari orang tuanya
dikarenakan sibuk mencari nafkah, dan memberikan kebebasan kepada anaknya
5
untuk melakukan apa yang mereka inginkan seperti makan makanan yang manismanis permen dan coklat setiap hari, ternyata orang tua sebagian tahu bagaimana
cara merawat kebersihan gigi dan mulut dan orang tua tidak menerapkan perilaku
kebersihan gigi dan mulut pada anak.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada anak usia prasekolah masih
kurang dalam perawatan kebersihan gigi dan mulut. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan penerapan
perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan tahun
2015.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan
mulut pada anak usia prasekolah di TK AR-Rahman Kelurahan Tanjung Gusta
Kecamatan Helvetia Medan Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan
dengan penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak prasekolah di TK ARRahman Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Helvetia Medan tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a.
Mengetahui pengetahuan anak usia prasekolah tentang kebersihan mulut di
TK-Arahman Medan tahun 2015.
b.
Mengetahui penerapan perilaku kebersihan mulut yang benar di TKArahman Medan tahun 2015.
6
D. Manfaat penelitian
1.
Pendidikan
Penelitian ini sebagai informasi dalam pembuatan program pemeliharaan
kebersihan mulut di TK-Arahman Medan
yang lebih aplikatif sesuai
kurikulum yang ada.
2.
Dinas Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan program pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik dan memaksimalkan fungsi Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) diseluruh sekolah dan taman kanak-kanak.
3.
Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi perhatian penting bagi masyarakat atau orang tua
dalam memberikan informasi yang sesuai tentang kebersihan mulut dan
memperhatikan perawatan gigi yang benar.
4.
Peneliti
Penelitian ini menjadi sumber data dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya,
sehingga makin memperkaya ilmu pengetahuan dengan penerapan perilaku
kebersihan mulut pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan dan sikap positif, akan berlangsung langgeng (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (Mata, Hidung, Telinga, dan Sebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran
(Telinga), dan indra penglihatan (Mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoadmodjo, 2010)
1.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang
dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu
mengenal, menjelaskan, dan menganalisa suatu keadaan Notoadmodjo (2007)
menjelaskan bahwa pengetahuan dalam kognitif memiliki enam tingkatan,
antara lain:
a.
Tahu (know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Seseorang dapat dikatakan
tahu ketika dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari, termasuk
mengingat kembali sesuatu yang lebih spesifik dari bahan materi yang
telah diterima. Contohnya anak dapat menyebutkan manfaat kebersihan
gigi dan mulut.
7
8
b.
Memahami (comprehension)
Seseorang dikatakan telah memahami jika ia mampu menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menarik kesimpulan materi
tersebut secara benar. Misalnya anak dapat menjelaskan pentingnya
menggosok gigi setiap hari.
c.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya seorang
anak akan melakukan gosok gigi setiap hari ketika ia memahami materi
kesehatan gigi dan mulut.
d.
Analisis (Analysis)
Seseorang dikatakan tingkat analisis ketika ia mampu menjabarkan materi
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam stuktur yang sama dan
berkaitan satu dengan yang lain. Ia mampu membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan lai sebagainya.
e.
Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seseorang
mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya anak dapat
menyusun, merencanakan, menyesuaikan terhadap suatu teori dan
rumusan yang telah ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupajkan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi. Misalnya membandingkan antara anak
yang rajin menggosok gigi dengan yang tidak.
2.
Pengukuran Pengetahuan
Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2007)
mengemukakan pengukuran
pengetahuan dapat diketahui dengan cara menanyakan kepada seseorang agar
ia mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban
lisan maupun tulisan. Bukti atau jawaban tersebut yang merupakan reaksi atau
9
stimulus yang diberikan baik dalam bentuk pertanyaan langsung atau pun
tertulis. Pengukuran pengetahuan dapat berupa kuesioner atau wawancara.
B. Anak usia prasekolah
1.
Karekteristik anak usia prasekolah
Anak usia prasekolah merupakan anak dengan usia 3-5 tahun. Periode usia
pertengahan ini dimulai masuknya anak dalam lingkungan prasekolah
(santrock, 2008). Periode anak usia prasekolah terbagi menjadi tiga tahapan
usia yaitu: tahap awal 1-3 tahun, tahap pertengahan 3-4 tahun, dan tahap anakanak 4-6 tahun (Delaune & ladner, 2002; potter & perry, 2005). Prasekolah
dapat memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari kehidupan yang
secara relatif bebas bermain. Anak pada usia prasekolah menuntut kebutuhan
dan kehidupan yang menantang. Kemampuan Kognitif, Fisik, Psokososial,
dan moral dikembangkan, diperluas, disaring dan disinkronisasi, sehingga
individu dapat menjadi anggota masyarakat yang di terima dan menjadi
seorang yang produktif (potter & perry, 2005). Lingkungan pada anak usia
prasekolah memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan
anak dengan orang lain. Anak usia prasekolah identik dengan hubungan
perkelompokan atau senang bermain dalam kelompok (Wong, 2009).
Perawatan kesehatan mulut anak secara dini sangat berguna bagi kesehatan
mulut anak yang masih dalam tarap tumbuh kembang (Anggriani &
Musyirifah, 2012).
Perkembangan biologis anak usia prasekolah terjadi lebih lambat tetapi pasti
jika dibandinhkan masa sebelumnya. Dari segi nutrisi, pada anak usia
prasekolah terjadi sedikit defesiensi nutrisi. Anak memiliki nafsu makan yang
yang besar setelah pulang prasekolah dan memerlukan makanan kecil untuk
menunjukan aktifitasnya seperti buah dan roti untuk menghindari makanan
berkalori seperti keripik dan permen (Wong, 2009). Karakteristik usia anak
prasekolah yang sedang dalam pertumbuhan biasanya akan mengkonsumsi
segala jenis makanan agar asupan energi yang dibutuhkan sesuai dengan energi
10
yang dikeluarkan. Hal tersebut baik, namun harus sangat perlu diperhatikan
perawatan kesehatan gigi pada anak setelah ia mengkonsumsi berbagai
makanan tersebut.
Perkembangan kognitif anak usia prasekolah terlihat dari kemampuan untuk
berfikir dengan cara yang logis bukan sesuatu yang abstrak ( Potter & OPerry,
2005). Pada usia 5 tahun anak memasuki tahap pieget
ketiga yakni
perkembangan kokrit (Santrock, 2008; Wong, 2009). Mereka mampu
menggunakan simbol secara operasional dalam pemikirannya. Mereka mampu
menyesesaikan masalah secara nyata dan turut dari apa yang ia rasakan.
Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis (Muascari, 2011)
Perkembangan psikososial anak usia prasekolah dilihat dari perjuangan anak
mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang penting bagi mereka untuk
dapat sejajar dengan orang remaja. Anak usia prasekolah menurut Erikson
dalam Wong (2009) berada dalam fase industri. Anak mulai mengarahkan
energi untuk menngkatkan pengetahuan dari kemampuan yang ada (santrock,
2008). Anak belajar berkompetisi dan bekerjasama dari aturan yang diberikan
(Wong, 2009). Anak mulai ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan
mengembangkan kreativitas, keterampilan dan keterlibatan dalam pekerjaan
yang berguna secara sosial (Santrock, 2008). Anak usia prasekolah sanagat
rentan dengan perasaan, ia akan merasa adanya penghargaan jika mendapat
keberhasilan positif, namun jika endapatkan kegagalan anak akan menarik diri
dalam lingkungannya (Potter & Perry, 2005). Untuk itu pemberian
penghargaan yang positif dapat membuat anak dapat dihargai.
Perkembangan
anak
usia
prasekolah
terlihat
dari
cara
anak
menginterprestasikan secara ketat dan patuh terhadap aturan. Mereka
menganggap aturan sebagai prinsip dasar kehidupan mereka, bukan hanya
perintah dari orang lain yang memiliki otoritas. Hubungan dengan tenman
sebaya juga terlihat pada anak prasekolah. Ia lebih banyak menghabiskan
11
waktu dengan teman-temannya yang
sejenis. Biasanya mereka memiliki
perkumpulan pertemanan sendiri. Perkembangan moral usia anak prasekolah
kohlberg berada ditahap konfensional (Muascari, 2011). Perkembangan moral
sejalan dengn cara berfikir anak usia prasokah yang lebih logis (Hockenberry
& Wilson, 2007). Anak usia prasekolah dapat lebih memahami standar perilaku
yang seharusnya mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Anak dalam
tahap konvensional, mulai memahami bagaimana harus memperlakukan orang
lain sesuai apa yang ingin diterima oleh mereka dari orang lain (Muscari,
2011). Anak mulai melihat berbagai cara pandang untuk menilai sesuatu
tindakan benar atau salah (Hockenberry & wilson, 2012).
Perkembangan anak yang berkembang seirng bertambahnya usia tentunya
memiliki resiko terhadap terjadi masalah kesehatan pada anak. Begitu pula
yang dialami anak usia prasekolah, masalah kesehatan yang sering muncul
pada periode ini adalah masalah gigi (Wong, 2009). Masalah lain yang muncul
adalah kecelakaan dan cidera yang berkaitan dengan aktivitas anak, masalah
nutrisi, seksualitas, hingga penggunaan rokok, alkohol dan obat (Potter &
Perry, 2005).
2.
Karakteristik gigi anak usia prasekolah
Secara fisiologis anak usia prasekolah di mulai dengan tanggalnya gigi susu
yang pertama. Gigi permanen yang tumbuh pada anak usia prasekolah harus di
perhatikan kebersihan mulutnya karena perpindahan dari gigi susu ke gigi
permanen memiliki resiko tinggi terkena karies gigi (Potter & Perry, 2005).
Pada usia 3-5 tahun gigi yang tumbuh antara gigi seri tengan dan gigi seri
lateral. Usia 5-7 tahun tumbuh gigi taring bagian mandibula, usia 7 sampai 9
tahun gigi geraham kecil pertama, gigi taring bagian maksimal, dan gigi
geraham kecil kedua (Hockenberry & Wilson 2012).
12
Anak usia prasekolah memiliki motifasi yang kurang dalam melakukan
perawatan gigi apabila sejak awal anak dibiasakan melakukan kebiasaan
menggosok gigi secara teratur, makan akan mudah mempertahankan kebiasaan
tersebut hingga usia dewasa (wilson, 2011).
C. Perilaku
Perilaku merupakan respon seseorang
(Departemen
terhadap stimulus atau rangsangan
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2009). Perilaku merupakan segala
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Perilaku mempunyai peranan yang
sangat besar terhadap status kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat
(Kartono, 2007). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku
merupakan suatu respon atau tanggapan seseorang setelah ada pemicu baik dari
dalam diri ataupun dari lingkungan.
1.
Jenis – Jenis Perilaku
Skinner dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa perilaku terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme
tersebut memberikan
respon tehadap stimulus-stimulus yang mungkin muncul antara lain:
a.
Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Perilaku tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk perilaku tertutup (Tidak terlihat atau tidak tampak). Reaksi ini
terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan atau kesadaran dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus.
b.
Perilaku Tebuka (Over behavior)
Perilaku terbuka merupaka respon terhadap
stimulus
dalam bentuk
tindakan nyata atau terlihat. Perilaku ini dapat diamati oleh orang lain
dengan mudah.
2.
Tahapan pembentukan perilaku
Perilaku merupakan proses yang dilakukan berulang kali. Perilaku tidak dapat
muncul secara tiba-tiba. Rogers dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan
13
bahwa seseorang memiliki perilaku baru, maka orang itu melalui beberapa
tahapan. Proses tersebut antara lain awareness, intereat, evaluation, trial, dan
adoption.
a.
Awareness (kesadaran)
Awarenes merupsksn tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku.
Karena dengan kesadaran ini akan memicu seseorang akan berfikir lebih
lanjut dengan apa yang ia terima.
b.
Intereat (ketertarikan)
Intereat merupakan tahap kedua setelah seseorang sadar setelah sesuatu
stimulus. Seseorang pada tahap ini sudah mulai melakukan suatu tindakan
dari stimulus yang diterimanya.
c.
Evaluation (Menimbang)
Evaluation merupakan sikap seseorang dalam memikirkan baik buruk
stimulus yang ia terima setelah adanya sikap keterkaitan. Apabila stimulus
yang dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau acuh.
Sebaiknya apabila stimulus yang di terima dianggap baik, ia akan
membuat seseorang melakukan suatu tindakan.
d.
Trial (Mencoba)
Trial merupakan tahap lanjutan pada seseorang yang telah mampu
memikirkan stimulus yang diperoleh baik atau buruk. Sehingga
menimbulkan keinginan untuk mencoba.
e.
Adoption (Mengadopsi)
Adoption merupakan tahap akhir setehah melewati tahapa-tahapan
sebelumnya perilaku ini akan muncul sesuai kesadaran, pengetahuan, dan
sikap yang dimiliki seseorang. Sehingga ian mampu melakukan suatu
tindakan yang dianggap baik atau salah sesuai stimulus yang ia terima.
Perilaku akan terbentuk berdasarkan proses, begitu pula pada perilaku
kesehatan. Perilaku akan ditujukan pada keyakinan yang dimiliki. Keyakinan
itu di pilih oleh latar belakang intelektual dan pengetahuan yang dimiliki
(Potter & Harry, 2005) .
14
3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Green dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor
penguat, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Faktor Predisposisi ( predispotion factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi dasar melakukan suatu
tindakan. Faktor predisposisi diantaranya sikap, keyakinan, nilai-nilai,
persepsi, usia, status sosial ekonomi, jenis kelamin yang memicu orang
melakukan tindakan.
b.
Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan motivasi atau
keinginan untuk dapat terlaksana. Contoh faktor pemungkin adalah
kemampuan, sumber daya, ketersediaan informasi, dan ketersediaan
fasilitas.
c.
Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor Penguat merupakan faktor yang muncul setelah tindakan itu
dilakukan. Factor-factor ini dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini yang
mempengaruhi perilaku seseorang dari stimulus yang diterimanya. Contoh
faktor penguat adalah adanya manfaat atau ganjaran yag diterima oleh
seseorang.
D. Kesehatan Gigi
Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit gigi
lainnya (Tan Dalam Howink, 2008). Menurut Schuurs (2010) gigi yang sehat
adalah gigi yang tidak terlihat bercak hitam apabila diberikan sinar.
1.
Penyakit Gigi
Perawatan gigi yang kurang baik dan tidak adekuat dapat menyebabkan
masalah kesehatan gigi. Masalah yang bisa muncul pada anak-anak adalah gigi
berlubang (karies), maloklusi, dan penyakit periodontol.
15
a.
Karies Gigi (Kavitis)
Karies gigi atau yang lebih dikenal dengan gigi berlubang merupakan
salah satu penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi individu.
Karies gigi pada anak usia anak prasekolah memiliki prevalensi yang
cukup tinggi dari tahun ketahun. Karies
merupakan
penyakit
multifaktoral yang melibatkan kerentanan gigi, mikroflora kariogenik, dan
lingkungan oral yang sesuai. Karies gigi dimulai dengan larutnya mineral
email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
disekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobia dari
makanan yang tersisa di gigi dan menimbulkan destruksi komponen
organik yang akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang gigi
(Schuurs, 2010).
b. Maloklusi
Maloklusi terjadi jika gigi rahang atas dan rahang bawah tidak dapat
berhubungan atau bertemu dengan tepat. Hal ini menyebabkan proses
mengunyah makanan menjadi kurang efektif dan menimbulkan efek yang
kurang menyenangkan. Maloklusi gigi atau kelainan kontak pada gigi
rahang atas dan bawah yang tidak diperbaiki dengan tetap dan sejak dini
akan menyebabkan kelainan pada fungsi-fungsi lain. Jaringan penunjang
gigi seperti gusi pun dapat rusak. Kondisi lebih berat akibat maloklusi
adalah kerusakan pada sendi temporo mandibula (sendi antara tulang
rahang dan tulang wajah) yang bisa menimbulkan sakit kepala yang terus
menerus atau masalah pencernaan (Potter & Perry, 2005)
c.
Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan kondisi peradangan dan regeneratif yang
mengenai gusi dan jaringan penyokong gigi. Penyakit ini disebabkan oleh
respon imun, penyakit lain seperti diabetes, stress dan mengkonsumsi obat
(Carstensen, 2006). Masalah yang sering
muncul terkain periodontal.
Gingivitis diakibatkan oleh peradangan reversibel yang dimulai pada
16
sebagian anak usia dini yang berkaitan dengan pembentukan plak gigi.
Pembentukan plak gigi menyebabkan pelepasan eksotoksin desruktif dan
enzim. Enzim inilah yang mengakibatkan gusi menjadi merah, bengkak,
nyeri tekan dan mudah iritasi (Houwink, 2008).
2.
Penyebab Penyakit Gigi
Penyebab penyakit gigi antara lain mikroorganisme mulut, substrat makanan
dan waktu. Faktor lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi, tingkat
pendidikan, lingkungan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan gigi (Suwelo, 2009).
3.
Akibat Penyakit Gigi
Masalah kesehatan gigi dapat mengakibatkan kematian bila infeksinya sudah
parah karena akan mempengaruhi jaringan tubuh lain seperti tenggorokan,
jantung hingga otak (Minata, 2011). Menurut tanpubolon (2006) dampak yang
akan dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain keterbatasan fungsi
gigi, disabilitas fisik, Rasa sakit saat mengunyah, ketidak nyamanan fisikis.
4.
Perawatan Gigi
Perawatan gigi merupakan usaha penjagaan untuk mencegah kerusakan gigi
dan penyakit gusi (Schuurs, 2010). Perawatan gigi sangat penting dilakukan
karena dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, infeksi bahkan malnutrisi.
Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa ada lubang atau penyakit gigi
lainnya. Tan dalam Houwink (2008) mengataka kebersihan mulut yang dapat
dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan mulut antara lain:
a.
Menggosok Gigi (Brushing)
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menggosok gigi, yaitu:
1) Cara Mengosok Gigi Yang Benar
Masalah yang sering ditemui pada manyarakat Indonesia adalah cara
menggosok gigi yang salah. Pada prinsip menggosok gigi yang benar
harus dapat membersihkan semua sisa-sisa makanan terutama pada
17
ruang Intradental. Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan
mengabrasi lapisan gigi dengan tidak menekan secara berlebihan.
Fitriani (2006) mengatakan dalam menggosok gigi sikatlah gigi pada
permukaan luar dan permukaan dalam gigi, lakukan gerakan vertikal
dan searah dari bagian gusi kearah permukaan gigi. Untuk rahang atas
gerakan sikat dari atas kebawah untuk rahang bawah dari bawah keatas.
Sedangkan bagian permukaan kunyahbaik gigi atas maupun gigi bawah,
tekhnik penyikatannya adalah gigi disikat horizontal dari gigi belakang
ke arah gigi depan . selain itu permukaan lidah juga perlu disikat pelanpelan, karena permukaan lidah tidak rata sehingga mudah terselip sisasisamakanan.
Teknik menggosok gigi antara lain gosoklah seluruh permukaan gigi
yang menghadap ke pipi dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah
tergosok. Untuk gigi atas gerakan dariatas kebawah dan sebaliknya,
gosoklah permukaan gusi dengan lembut dan lidah. Posisi sikat gigi
kurang lebih 45 derajat didaerah perbatasan antara gigi dan gusi
sehingga gusi tidak terluka.
2) Pemilihan Sikat Gigi
Sikat gigi menjadi salah satu faktor dalam menjaga kesehatan gigi.
Apabila kita salah memilih dan menggunakan sikat gigi maka sisa-sisa
makanan yang ada di sela gigi tidak dapat terjangkau. Untuk anak usia
prasekolah sikat gigi yang baik adalah sikat gigi dengan bulu halus
yang terbuat dari nilon dengan panjang sekitar 21 cm. Pilih sikat gigi
yang kecil baik tangkat maupun kepala sikatnya sehingga mudah di
pegang dan tidak merusak gusi. Ujung kepala sikat menyempit agar
mudah menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil (Fitriani,
2006).
18
3) Frekuensi menggosok gigi
Menggosok gigi sedikitnya empat kali sehari
(setelah makan dan
sebelum tidur) hal itu merupakan dasar untuk program oral hygiene
yang efektif. Menggosok gigi sebelum tidur sangat penting karena saat
tidur terjadi interaksi antara bakteri mulut dengn sisa-sisa makanan
pada gigi (Hockenberry & Wilson 2012).
b.
Pemeriksaan Kedokter Gigi
Persatuan dokter gigi Indonesia (2012) mengatakan pemeriksaan gigi
kedokter gigi masih sangat minim dilakukan pada masyarakat Indonesia.
Padahal apabila sejak dini anak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan gigi secara rutin, maka angka kejadian karies gigi akan
berkurang. Pemeriksaan secara ruti 6 bulan sekali setelah dicanangkan
oleh pemerintah. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan pada anak usia
prasekolah, karena pada anak usia prasekolah mengalami pergantian dari
gigi susu menjadi gigi permanen. Usaha yang lain dilakukan pemerintah
dalam menangani masalah kesehatan adalah Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS). UKGS ini merupakan bagian integral dari usaha
kesehatan sekolah (UKS) yang melakukan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut secara terencana.
c.
Mengatur Makanan
Anak pada usia prasekolah sering mengkonsumsi makanan manis seperti
coklat, permen, kue, dan lain sebagainya. Maanan manis mengandung
larutan gula yang memiliki konsetrasi tinggi. Larutan tersebut dapat
menembus plak gigi dan metabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum
dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak
dikontrol dengan perawatan gigi yang benar akan beresiko terkena karies
gigi. Oleh karena itu pada anak usia prasekolah dianjurkan diet rendah
gula dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan gigi lainnya (Poterr
& Perry, 2005).
19
Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni makanan
yang mengandung tinggi kalsium, fospor, vitamin C, dan vitamin D dapat
menguatkan gigi. Vitamin C dan D baik untuk pembentukan gigi. Kalsium
dan fitamin D adalah fondasi penting untuk membuat tulang dan gigi yang
kuat. Kalsium mendukung stuktur tulang an gigi, sedangkan Vitamin D
meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang seperti susu,
keju, telur, sayur mayur buah-buahan dan lain sebagainya ( Gupte, 2007)
d.
Penggunaan Flauride
Flauride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan, namun
kadarnya harus perlu diperhatikan. Flauride dapat menurunka produksi
asam dan meningkatkan pembentukan mineral. Pasta gigi yang sekarang
yang beredar mengandung 0,15% Flauride yang sebelumnya mengandung
0,10%. Flauride dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Flauride berasal
dari air minum dengan konsentrasi 1 ppm. Di Indonesia beredar Flauride
dalam bentuk pasta gigi yang kadar Flauride-nya sudah diatur berdasarkan
standar SNI. Pasta gigi anak mengandung kadar Flour 500-1000 ppm.
Penggunaan Flauride yang berlebih akan mengakibatakan perubahan
warna pada email gigi (Anderson, 2010).
e.
Flossing
Flossing membantu pencegahan karies gigi dengan menyingkirkan plak
dan sisa makanan pada sela gigi. Waktu yang tepat untuk melakukan
dental
flossing yang dilakukan setelah menggosok gigi akan membantu
menyebarkan pasta gigi kesela-sela gigi (Colombia University Of Dental
Medicine, 2006).
5.
Faktor – faktor yang menjadi perawatan gigi
Perawatan gigi pada anak dipengaruhi oleh faktor interna maupun eksterna
faktor-faktor yang berasal dari interna anak seperti usia, pengalamn individu,
dan motivasi anak. Faktor-faktor yang berasal dari eksterna antara lain orang
20
tua, tingkat pendidikan, fasilitas penghasilah, dan sosial budaya (Notoatmodjo,
2010).
Faktor interna merupakan fakto-faktor yang mempengaruhi dalam diri
seseorang seperti usia, pengalaman, dan motivasi anak. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a.
Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan
kebersihan mulut pada anak. Usia erat hubungannya dengan tindakan
kedewasaan tekhnik maupun psikologis. Semakin bertambah usia
seseorang
maka berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.
Penelitian yang telah diakukan menunjukan bahwa prevalensi karien gigi
meningkat sesuai bertambahnya usia pada usia 5 tahun prevalensi karies
gigi sebesar 20%, kemudian mengalami peningkatan pada usia 7 tahun
mencapai 97% (Cahyadi, 2007).
b.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin memiliki faktor
yang mempengaruhi terhadap kejadian
kerusakan gigi. Terdapat perdaan yang bermakna pada anak laki-laki dan
perempuan dengan prevalensi karies gigi. Anak perempuan memiliki
prevalensi lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki hal ini
disebabkan pertumbuhan gigi anak perempuan lebih awal dari pada anak
laki-laki. Sebingga masa gigi lebih lama dalam mulut (Cahyadi, 2007).
c.
Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dalam diri sendiri maupun orang lain.
Pengalamn yang dialami menjadikan seseorang dapat mengambil pelajaran
dari kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga mengantisifasi hal negatif
terulang kembali dikemudian hari. Anak usai prasekolah tidak akan
mengkonsumsi permen tanpa menggosok gigi setelahya apabila ia belum
memiliki atau melihat pengalaman orang lain ia dapat mengantisipasi hal
yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
21
d.
Motivasi
Anak usia praseolah memiliki tanggung jawab dalam melaukan sesuatu,
namun anak prasekolah memiliki motivasi rendah dalam memperhatikan
penampilan dan mau mulut sampai mereka usia remaja (Hockenberry dan
Wilson, 2012).
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri
seseorang. Faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seperti orang tua ,
tingkat pendidikan, fasilitas kesehatan, penghasilan dan sosial budaya
(Notoadmodjo, 2010). Hal ini dapat dijelskan sebagai berikut :
a.
Orang tua
Orang tua merupakan faktor penting pada perawatan kesehatan gigi dan
mulut anak. Orang tua menjadi contoh dalam melakukan promosi
kesehatan gigi. Keberhasilan mulut pada anak dipengaruhi oleh peran
orang tua dalam melakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut. Orang
tua akan menjadi teladan yang lebih efisien dibansingkan anak yang
menggosok gigi tanpa contoh yang baik dari orang tua. Beberapa hal yang
dapat didukung oleh orang tua dalam perawatan gigi antara lain membantu
anak dalam menggosok gigi terutama anak yang berusia 5 tahun karena
anak belum memiliki kemampuan motorik yang baik untuk menggosok
gigi terutama bagian gigi belakang (Hockenberry & wilson, 2012).
b.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang
dikatakan
kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak
mampu mengenal, dan menganalisa suatu keadaan. Ketika seseorang
berada dalam tingkat engetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian akan
kesehatan gigi akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, ketika anak
memiliki pengetahuan yang kurang maka perawatan pada giginya juga
rendah (Notoatmodjo,(2010).
22
c.
Fasilita
Fasilitas sebagai sarana informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Misalnya anak yang memiliki komputer dengan akses internet
yang memadai akan memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kebersihan
mulut dengan yang dibandingkan dengan anak yang memiliki televisi
saja.
Ia aka lebih update terhadap informasi-informasi
yang tidak
bergantung siaran televisi (Notoadmodjo, 2010).
d.
Penghasilan
Penghasilan memang tidak memiliki pengaruh langsung terhadap
pengetahuan,
namun
penghasilan
ini
erat
hubungannya
dengan
ketersediaan dengan fasilitas. Orang tua yang berpenghasilan tinggi akan
menyediakan
fasilitas
kesehatan
kesehatanyang
lebih
lengkap
dibandingkan orang tua yang berpenghasilan rendah. Misalnya anak yang
orang tuanya yang berpenghasilan tinggi akan dibawa kedokter gigi
pribadi untuk merawat kesehatan giginya. Sebaliknya dengan orang tuanya
berpenghasilan rendah, tentunya akan melakukan perawatan sederhana
yang dapat meminimalisasi pengeluaran (Notoatmodjo, 2010).
e.
Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Apabila
dalam keluarga jarang melakukan kebiasaan gigi sebelum tidur, maka
itu dapat berdampak pada kebiasaan dan perilaku anak yang mengikuti
orang tuanya (Notoatmodjo, 2010).
23
E. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah sesuatu yang
abstrak, logika yang dapat membantu
peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan
body
of
knowletge
(Nursalam, 2008). Maka peneliti membuat kerangka konsep yang digambarkan
dalam skema, yaitu sebagai berikut :
Skema 2.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pengetahuan anak usia prasekolah
tentang kebersihan mulut: Perawatan
kebersihan gigi dan
mulut
variabel dependen
Penerapan perilaku kebersihan
mulut
F. Hipotesis penelitian
Ha
: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan penerapan perilaku kebersihan
mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan tahun 2015.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional karena peneliti ingin melihat hubungan pengetahuan dengan
penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman
Medan tahun 2015.
B. Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di TK-Arahman Kelurahan Tanjung Gusta
Kecamatan Helvetia Medan
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015
C. Populasi Dan Sampel
1.
Populasi
Pada penelitian ini, populasinya adalah seluruh anak di TK-Arahman
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Helvetia Medan dimana jumlah
keseluruhan anak ada sejumlah 47 orang anak yang terdiri atas tiga kelas yaitu
kelas A, B Dan C (kelas A: 15 orang, kelas B: 15 orang dan kelas C: 17 orang).
2.
Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan metode total Sampling
yaitu semua populasi di jadikan sampel pengambilan keseluruhan populasi
yang ada yaitu 47 anak di TK-Arahman Medan.
24
25
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diperoleh dari anak prasekolah di TK-Arahman Medan
yang akan diteliti. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
memberikan kuisioner yang sudah baku atau yang sudah di uji validitas dan
reabilitasnya oleh Jayanti (2012), yaitu dengan nilai cronbach’s alpa (0.77),
pengumpulan data dengan mengedarkan daftar pernyataan dan diajukan secara
tertulis kepada sejumlah responden untuk mendapat informasi, tanggapan dan serta
jawaban.
E. Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Penelitian
No.
Variabel
Defenisi Operasional
Alat Ukur
Hasil
Skala
1.
Pengetahuan
tentang
kebersihan
mulut.
Segala informasi yang diketahui
dan dimengerti oleh anak usia
prasekolah tentang kebersihan
mulut.
Kuesioner
- Pengetahuan
kebersihan
mulut
- Baik
- Cukup
- Kurang
Ordinal
2.
Penerapan
Perilaku
kebersihan
mulut.
Respon atau tindakan anak usia di
TK Ar-Rahman dalam melakukan
perawatan kebersihan mulut.
Kuesioner
- Penerapan
perilaku
kebersihan
mulut
- Baik
- Cukup
- Kurang
Ordinal
F. Aspek pengukuran
1.
Pengukuran pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut
alat ukur yang digunakan skala guttman peneliti membuat 15 pertanyaan
dengan pilihan jawaban “benar dan salah” jika responden menjawab benar
skornya 2 (dua) dan responden menjawab salah skornya 1 (satu). Makan skor
yang tertinggi adalah 15 dan skor terendah adalah 0, dengan menggunakan
rumus interval (Sudjana, 2005)
26
Keterangan:
P
= nilai yang dicari
Rentang
= nilai jawaban yang tertinggi dikurang jawaban terendah
BK
= banyak kelas
P=5
Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka variabel penerapan perilaku dini
kebersihan mulut anak usia prasekolah dibagi atas 3 kategori :
2.
Baik
= 11-15
Cukup
= 6-10
Kurang
= 0-5
Pengukuran penerapan perilaku kebersihan mulut anak usia prasekolah
Untuk mengukur penerapan perilaku dini kebersihan mulut alat ukur yang
digunakan skala likert penelitian membuat 15 pertanyaan dengan pilihan
jawaban “selalu, sering, kadang-kadan dan tidak pernah” jika responden
menjawab selalu skornya 4 (Empat), responden yang menjawab sering skornya
3 (Tiga), responden kadang-kadang skornya 2 (Dua), dan responden menjawab
tidak pernah skornya 1 (Satu). Maka skor yang tertinggi adalah 60 dan skor
terenah adalah 15, dengan menggunakan rumus interval (Sudjana,2005)
Keterangan:
P
= panjang kelas
Rentang
= nilai jawaban tertinggi kurang jawaban terendah
BK
= banyak kelas
27
P = 15
Berdasarkan jumlah yang diperoleh maka variabel penerapan perilaku dini
kebersihan mulut anak usia prasekolah dibagi atas 3 kategori :
Baik
= 46-60
Cukup
= 31-45
Kurang
= 15-30
G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu :
a. Data primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menjelaskan prosedur penelitian
kepada setiap responden dan meminta persetujuan kesedian menjadi
responden penelitian. Selanjutnya memberikan kuesioner kepada responden
dan diminta untuk diisi sesuai petunjuk kuesioner untuk mendapatkan
jawaban hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku pada anak usia
prasekolah. Kuesioner yang telah diisi secara lengkap oleh responden
dikumpulkan kembali untuk dicek kelengkapannya.
b. Data sekunder
Data skunder yaitu data yang di peroleh dari hasil studi bahan-bahan
kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data primer. Data
penelitian ini data skunder di peroleh di TK-Arahman hubungan
pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut usia anak
prasekolah prasekolah.
c. Prosedur pengumpulan data
Dalam pengumpulan data pertama sekali peneliti meminta izin kepada
pihak Universitas Sari Mutiara Indonesia, setelah meminta izin peneliti
mengantarkan
kepada
TK-Arahman
Medan,
selanjutnya
peneliti
mengenalkan diri dan menjelaskan tujuan dalam penelitian yang
28
dilakukan. Setelah perkenalan selesai memberikan lembaran kuesioner dan
membaca acuan yang digunakan peneliti. Setelah peneliti selasai
melakukan penelitian, peneliti meminta surat selesai penelitian dari kepala
sekolah TK-Arahman Medan. Setelah itu penelitian kembali mengolah data
hasil yang didapat dalam kuesioner penelitian.
H. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 4 macam yaitu:
1.
Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan
sebelum penelitian kepada responden yang akan diteliti. Lembar ini dilengkapi
dengan judul penelitian dan manfaat penelitian, sehingaa subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh
memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak anak.
2.
Anonomity
Anonomity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode
pengganti nama responden.
3.
Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, dan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.
4.
Justice
Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan responden dengan
menghargai hak-hak dalam memberikan informasi, dan hak menjaga privasi
responden.
29
I.
Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data atau menejemen data meliputi (Notoatmodjo, 2010) :
a. Proses Editing
Editing Dilakukan setelah peneliti memperoleh data yang mencakup
pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, memeriksa nama dan
kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa
semua jawaban telah berisi sesuai petunjuk. Bila terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam melakukan pengisian ulang dalam lembar kuesioner.
b. Proses Coding
Memberi kode pada setiap jawaban di lembar kuesioner, pemberian kode
dalam bentuk angka pada karakteristik responden yaitu pada umur 4 tahun
diberi kode 1, umur 5 tahun diberi kode 2 dan umur 6 tahun diberi kode 3.
pada karekteristik jenis kelamin diberi kode 1 untuk perempuan dan 1
untuk laki-laki. Pada karakteristik kelas A diberi kode 1, kelas B diberi
kode 2 dan kelas C diberi kode 3.
c. Proses scoring
Menentukan skoring pengetahuan kebersihan mulut menjadi 3 kategori
yaitu baik (11-15) diberi kode 1, cukup (6-10) diberi kode 2 dan Kurang (05) diberi kode 3. Penerapan perilaku kebersihan mulut menjadi 3 kategori
yaitu baik (46-60) diberi kode 1, cukup (31-45) diberi kode 2 dan kurang
(15-30) diberi kode 3.
d. Proses Tabulating
Data-data penelitian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
tabulasi silang data demograsi, distribusi frekuensi berdasarkan umur,
distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin, distribusi frekuensi
berdasarkan kelas dan tabulasi silang pengetahuan dengan penerapan
perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman
Medan.
30
2.
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi
yang meliputi, umur frequency dan percent, jenis kelamin frequency dan
percent dan kelas frequency dan percent. Hubungan pengetahuan dan
penerapkan perilaku anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut
pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan. Sebelum dilakukan
analisa bivariat data dilakukan uji chi-square dengan nilai p=0,000
(p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna
antara kedua variabel pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan
mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data di TK-Arahman tahun 2015 dapat dikatakan bahwa TKArahman merupakan salah satu taman kanak-kanak yang terletak dikelurahan
tanjung gusta kecamatan Helvetia Medan yang terdiri dari 47 orang anak usia
prasekolah di TK-Arahman dengan batas-batas wilayah sebelah barat berbatasa
dengan kecamatan Medan Sunggal, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan
Medan Petisah, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal,
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.
2. Analisa Univariat Karakteristik Responden
Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah anak usia prasekolah di TKArahman kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Helvetia Medan. Karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.
a. Karekteristik Respoden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Kelas
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Kelas
Di TK-Arahman Medan Tahun 2015
n=47
Karakteristik Responden
Umur
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
Kelas
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Jumlah
Frekuensi
31
Persentase (%)
15
16
16
47
32
34
34
100
21
26
47
55.3
47.7
100
15
15
17
47
31.9
31.9
36.2
100
32
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas usia responden dalam
penelitian ini adalah usia 5-6 tahun sebanyak sebanyak 16 responden (34%)
pada usia 5 tahun dan 16 responden (34%) pada usia 6 tahun. Berdasarkan jenis
kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 26 responden
(55.3%) dan berdasarkan kelas, bahwa mayoritas responden adalah berasal dari
kelas C sebnyak 17 responden (36.2%).
b. Karakteristik Respoden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kebersihan
Mulut
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Pengetahuan Kebersihan
Mulut Di TK-Arahman Medan Tahun 2015
n=47
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
16
20
11
47
Presentase (%)
34%
43%
23%
100%
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas pengetahuan tentang
kebersihan mulut anak usia pra sekolah di TK Arahman adalah cukup yaitu 20
responden (43%).
c. Karakteristik responden Berdasarkan Penerapan Perilaku Kebersihan
Mulut
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Respoden Berdasarkan Penerapan Perilaku
Kebersihan Mulut Di TK-Arahman Medan Tahun 2015
n=47
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekuensi
15
21
11
47
Presentase (%)
31,9%
44,7%
23,4%
100%
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas penerpan perilaku
kebersihan mulut anak usia pra sekolah di TK Arahman adalah cukup yaitu 21
responden (44,7%).
33
3. Analisa Bivariat
a.
Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Perilaku Kebersihan Mulut
Pada Anak Usia Prasekolah di TK-Arahman Medan Tahun 2015
Tabel 4.4
Tabulasi silang Pengetahuan dengan Penerapan Perilaku Kebersihan
Mulut pada Anak Usia Prasekolah tahun 2015
n=47
Pengetahuan
kebersihan
mulut
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Penerapan perilaku kebersihan
mulut
Baik
Cukup
Kurang
F
%
F
%
F
%
15 31,9
1
2,1
0
0
0
0
20
43
0
0
0
0
0
0
11 23,4
15 31,9 21 44,7 11 23,4
Total
F
16
20
11
47
%
34
43
23
100
P
0,000
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 47 responden terdapat 16
responden (34%) dengan tingkat pengetahuan baik
penerapan perilaku
kebersihan mulut baik sebanyak 15 responden (31.9) dan cukup sebanyak 1
responden (2.1%). Dari 20 responden (43%) responden dengan pengetahuan
cukup, penerapan perilaku kebersihan mulut adalah cukup sebanyak 20
responden (43), sedangkan pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11
responden (23%) penerapan perilaku kebersihan mulut juga kurang sebanyak
11 responden (23%). Hasil tabulasi pengetahuan terhadap penerapan perilaku
kebersihan mulut diperoleh nilai p=0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan kebersihan mulut dengan penerapan perilaku
kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan.
B. Pembahasan
1.
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi karakteristik responden dalam penelitian
ini adalah (tabel 4.1) berusia 5-6 tahun sebanyak 16 responden (34%) pada
usia 5 tahun dan 16 responden (34%) pada usia 6 tahun. Pada penelitian ini
34
peneliti melibatkan anak usia prasekolah karena berdasarkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 disebutkan bahwa prevalensi
karies gigi aktif pada umur 6 tahun keatas sebesar 52% dan akan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya umur hingga mencapai 63% pada
golongan umur 45-54 tahun, khusus pada kelompok umur anak usia prasekolah
sebesar 66,8%-69,9% (Depkes RI, 2010). Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Rahardjo (2007 dalam Kawuryan 2008) bahwa terdapat 76,2%
anak Indonesia pada kelompok usia 4 tahun (kira-kira 4 dari 6 anak)
mengalami gigi berlubang, sedangkan di Sumatra Utara penyakit gigi
berlubang pada anak usia prasekolah mencapai 85%.
Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner yang dilakukan peneliti saat penelitian
bahwa anak usia 5 – 6 tahun keatas lebih dominan terkena karies gigi dan gigi
berlubang. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor perilaku anak yang
kurang menyadari pentingnya melakukan perawatan gigi untuk mencegah
terjadinya karies gigi.
Berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan sebanyak
26 responden (55.3%). Hal ini disebabkan karena di TK-Arahman Medan
mayoritas siswanya adalah berjenis kelamin perempuan. Penelitian yang
dilakukan oleh Finn (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pada anak perempuan degan prevalensi karies gigi. Anak perempuan
memiliki prevalensi lebih tinggi di banding dengan anak laki-laki. Hal ini
disebabkan pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih awal dari pada anak
laki-laki sehingga masa gigi lebih lama (Cahyadi, 2007). Perbedaan ini tidak
cukup hanya diterangkan dengan alasan gigi anak gigi perempuan lebih cepat
mengalami erupsi dari pada anak laki-laki, akan tetapi dijelaskan bahwa gigi
perempuan yang cepat erupsi mungkin dapat menyebabkan derajat karies gigi
antara perempuan dan laki-laki berbeda (Rowe, 2012). Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pakpahan (2002) yang
35
menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
tingkat keparahan karies dengan nilai p=0,574.
2.
Pengetahuan Kebersihan Mulut
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi Pengetahuan kebersihan mulut anak pra
sekolah TK-Arahman Medan diperoleh hasil bahwa mayoritas pengetahuan
anak tentang kebersihan mulut adalah cukup sebanyak 20 responden (43%).
Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang
didapatkan anak tentang cara merawat kebersihan mulut. Hal ini didukung oleh
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di TK- Arahman bahwa
di Sekolah anak sudah diberikan informasi tentang cara mennjaga kebersihan
mulut namun kurang dukungan di keluarga yang mengingatkan anak agar
disiplin dalam menjaga kebersihan mulut menjadi salah satu penyebab
kurangnya pengetahuan anak usia pra sekolah.
Pengetahuan tentang kebersihan mulut dalam penelitian ini dinilai berdasarkan
5 komponen penilaian diantaranya pengetahuan tentang cara perawatan gigi
dan mulut yang benar.
Dari hasil penelitian melalui kuesioner tentang
perawatan gigi dan mulut yang benar diketahui bahwa responden telah
megetahui cara perawatan gigi yang benar (44,7%) responden telah mengetahui
bahwa menggosok gigi sebaiknya dilakukan dengan lembut, saat menggosok
gigi permukaan gusi dan lidah tidak perlu disikat, menggosok seluruh bagian
gigi (depan, belakang, sela-sela gigi). Pada prinsipnya menggosok gigi yang
benar harus dapat membersihkan semua sisa-sisa makanan terutama pada ruang
intradental. Penekanan yang terlalu keras dapat merusak dental gigi bagian
dalam dan sementum. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan semacam
traumatis pada gusi sensitif yang menyebabkan iritasi. Gerakan sikat gigi tidak
merusak jaringan gusi dan mengabrasi jaringan lapisan gigi dengan tidak
menekan secara berlebihan (Fitriana, 2006).
36
Hasil wawancara dengan anak usia prasekolah diperoleh hasil bahwa anakanak telah mengetahui frekuensi menggosak gigi yang baik adalah minimal 2
kali sehari setelah makan dan sebelum tidur dan tidak cukup jika dilakukan saat
mandi pagi dan sore hari. Menggosok gigi sebelum tidur sangat penting karena
saat tidur terjadi interaksi antara bakteri mulut dengan sisa-sisa makanan pada
gigi (Hockenberry & Wilson, 2012). Menggosok gigi sedikitnya 4 kali sehari
(setelah makan dan sebelum tidur). Hal ini merupakan dasar untuk program
oral hygiene yang efektif (Potter & Perry, 2005). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Balibengkes (2007) bahwa pada waktu sikat
gigi dapat menunjukan hubungan yang sangat bemakna dalam menurunkan
angka karies gigi. Waktu yang dianjurkan untuk menggosok gigi adalah pada
pagi hari setelah makan dan sebelum tidur. Semakin lama makanan menempel
di gigi akan semakin besar peluang terjadinya karies gigi.
Komponen pertanyaan kedua untuk mengetahui pengetahuan anak adalah
melalui cara pemilihan sikat gigi yang benar. Diperoleh hasil bahwa Mayoritas
responden megetahui pemilihan sikat gigi yang benar adalah yang ujung
sikatnya kecil dan pipih sehingga dapat menjangkau bagian belakang gigi.
Menerut Fitriana (2006) pilih sikat gigi yang kecil baik tangkai maupun kepala
sikatnya sehingga mudah dipegang dan tidak merusak gigi. Ujung kepala sikat
menyempit agar mudah menjangkau seluruh bagian mulut yang relatif kecil.
Untuk anak usia prasekolah sikat gigi yang baik adalah sikat gigi dengan bulu
halus yang terbuat dari nilon denga panjang sekitar 21cm (Potter & Perry,
2005).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan orang tua di TK-Arahman
Medan, masih sedikit responden yang mengganti sikat gigi secara rutin dan
memakai sendiri sikat giginya, terlihat bahwa 23,4% responden masih
menggunakan sikat gigi secara bersama-sama. Sikat gigi perlu diganti secara
rutin karena sikat gigi yang telah rusak akan mempengaruhi dalam proses
penyikatan. Hal ini dapat merusak gigi anak sehingga gusi dapat berdarah.
Sikat gigi juga dapat menjadi tempat berkembangnya kuman yang
37
mengakibatkan gangguan pada mulut dan tenggorokan. Untuk itu perlu diganti
secara rutin. Sikat gigi hanya boleh digunakan oleh seorang diri, karena kuman
yang ada disikat gigi akan berpindah dari satu orang ke orang lainnya.
Komponen selanjutnya untuk menilai pengetahuan responden tentang
kesehatan mulut adalah penggunaan Flouride. Hanya sedikit responden yang
menggunakan flouride saat menggosok gigi. flouride merupakan salah satu
bahan yang terkandung didalam pasta gigi. flouride dibutuhkan oleh gigi untuk
menjaga gigi dari kerusakan, namun kadarnya harus diperhatikan (Anderson,
1989). flouride dapat menurunkan produksi dan meningkatkan pembentukan
mineral pada dasar email.
Komponen keempat untuk mengetahui pengetahuan responden tentang
kesehatan mulut adalah dengan memberikan pertanyaan tentang pemeriksaan
gigi ke dokter Gigi. Mayoritas responden megetahui bahwa melakukan
pemeriksaan gigi kedokter gigi tidak hanya jika gigi sakit. Mayoritas
responden mengetahui pemeriksaan gigi sebanyak 6 bulan sekali. Pemeriksaan
secara rutin 6 bulan sekali telah dicanangkan oleh pemerintah. Pemeriksaan ini
sangat dianjurkan pada anak usia prasekolah, karena pada anak usia prasekolah
mengalami pergantian pada gigi susu menjadi gigi permanen. Usaha lain yang
dilakukan pemerintah dalam menangani masalah kesehatan gigi adalah Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS ini merupakan bagian dari integral
dari usaha kesehatan sekolah (UKS) yang melakukan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut secara terencana. Jadi, penting melakukan pemeriksaan gigi
walaupun gigi tidak sedikit, hal ini baik untuk mencegah terjadinya karies gigi.
Menurut kepala sekolah TK-Arahman Medan, UKS yang ada tidak berjalan
secara tidak maksimal karena keterbatasan obat-obatan dan tenaga medis.
Penanggung jawab UKS adalah salah seorang guru yang mengajar di TKarahman medan. Pendidikan terkait kesehatan gigi juga sangat sedikit diberikan
disekolah. Guru haya tau memberikan pengetahuan dasar tentang kebersihan
mulut pada silabus pembelajaran tentang menjaga kebersihan dan pada saat
38
membahas tentang gigi karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah.
Usia prasekolah merupakan masa seorang anak memperoleh dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan berikutnya. Lingkungan
pada anak usia prasekolah memiliki dampak signifikan dalam perkembangan
dan hubungna anak dengan orang lain. Sehingga ia akan belajar dari lingkugan
yang ada disekelilingnya. Anak usia prasekolah identik dengan hubungan
perkelompokan atau senang bermain dengan kelompok (Wong, 2009). Apa
yang dilakukan teman-teman dalam kelompoknya, maka ia akan mengikuti.
Perkembangan kogitif anak usia prasekolah terlihat dari kemampuan berfikir
dengan cara yang logis bukan sesuatu yang abstrak (Potter & Perry, 2005). Hal
ini berkaitan dengan bagai mana seorang anak menerima informasi dari
lingkungan sekitar dan mengaplikasikan pengetahuan yang ia miliki di
kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian ini didukung oleh Kawuryan (2008), hasil penelitian yang ia
dapatkan menunjukan bahwa hubungan pengetahuan tentang kebersihan mulut
di TK Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta sebagian besar dalam kategori
sedang. Hasil penelitian ini di dukung oleh Hutabarat (2009) yang melakukan
penelitian tentang peran petugas kesehatan, guru dan orang tua dalam
melakukan UKGS dengan penerapan prilaku pemeliharaan kebersihan mulut
murid sekolah di kota Medan tahun 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukan
pengetauan anak tentang pemeliharaan kebersihan mulut masih rendah. Faktor
yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan antara lain karena sumber
informasi dan muatan pengetahuan yang kurang mendalam tentang kebersihan
mulut.
3.
Penerapan Perilaku Kebersihan Mulut pada Anak Usia Prasekolah
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi perilaku kebersihan mulut anak usia pra
sekolah diperoleh hasil bahwa mayoritas perilaku kebersihan mulut pada anak
39
usia prasekolah di TK Arahman Medan adalah cukup sebanyak 20 responden
(43%).
Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena kurangnya
informasi yang didapatkan anak tentang cara merawat kebersihan mulut. Hal
ini didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di TKArahman bahwa di Sekolah anak sudah diberikan informasi tentang cara
mennjaga kebersihan mulut namun kurang dukungan di keluarga yang
mengingatkan anak agar disiplin dalam menjaga kebersihan mulut menjadi
salah satu penyebab kurangnya pengetahuan anak usia pra sekolah.
Hasil analisis data menujukan bahwa lebih besar responden yang memiliki
perilaku perawatan gigi cukup (44,7%) dibanding dengan responden yang
memiliki perilaku perawatan gigi baik (31,9%) dan kurang (23,4%). Hasil ini
diperoleh oleh proses analisi setiap komponen perilaku perawatan gigi. Dari
tiga komponen perawatan gigidihasilkan bahwa 43% responden menggosok
gigi dengan benar, sebanyak 34% responden yang dapat mengatur makanan
(memilih makanan yang baik untuk menguatkan gigi dan melakukan
menggosok gigi setelah makan), dan sebanyak 23% responden melakukan
pemeriksaan gigi kedokter gigi secara rutin.
Perawatan gigi sangat penting dilakukan agar anak terhindar dari penyakit gigi.
Perawatan gigi merupakan usaha penjagaan gigi utuk mencegah kerusakan gigi
dan penyakit gusi (Schuurs, 2010). Gigi yang sehat dilihatdari bagaimana
seseorang melakukan perawatan gigi perawatan gigi yang dilakukan antara lain
meggosok gigi (cara menggosok gigi yang benar, pemilihan sikat gigi yang
benar, dan menggosok gigi yang benar), mengatur makanan (memilih makanan
yang baik untuk meguatkan gigi dan melakukan pengosokan gigi setelah
makan), penggunaan Fluoride, dan melakukan pemeriksaan rutin kedokter
gigi.
Skiner dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku terjadi melalui
proses adanya stimulasi terhadap organisme, kemudian organisme tersebut
40
memberikan respon atau stimulus yang diperoleh. Perilaku terbagi menjadi dua
jenis, perilaku tertutup (Covert behavior) dan perilaku terbuka (over behavior).
Dikatakan memiliki perilaku tertutup apabila seseorang telah menerima
stimulus namun perilakunya tertutup atau tidak terlihat. Reaksi terbatas atas
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus. Sedangka perilaku terbuka merupan respon
terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terlihat. Perilaku ini dapat
diamati oleh orang blain dengan mudah. Ketika seorang anak memperoleh
stimulus berupa pengetahuan mengenai kesehatan gigi maka idealnya anak itu
akan mengaplikasikan dalam perilaku sehari-hari.
Hampir semua anak-anak dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan manis
seperti coklat, permen, dan eskrim. Namun mayoritas responden belum
menerapkan perilaku kebersihan gigi dan mulut setelah makan-makanan manis
seperti coklat, permen dan es krim. Sehingga glukosa yang terdapat pada
makan tersebut melekakat di email gigi dan beresiko terjadi karies gigi.
Larutnya mineral di email gigi sebagai akibat terganggunya keseimbangan
antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam
mikrobial dari makan yang tersisa di gigi dan menimbulkan destruksi
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan lubang
gigi (Schuurs, 2010). Perilaku menggosok gigi berpengaruh terhadap terjadinya
karies, hal ini berhubungan sisa makanan yang lama tertinggal dalam mulut
dan tidak segera dibersihkan akan segera dibersihkan akan menyebabkan
terjadinya karies (Budisuaria, Oktarina, & Mikrajab, 2010).
4.
Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Perilaku Kebersihan Mulut
Pada Anak Usia Prasekolah di TK-Arahman Medan
Hasil analisa statistik hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku
kebersihan mulut diperoleh nilai P value : 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan tentang kesehatan mulut dengan penerapan
perilaku kebersihan mulut pada anak usia pra sekolah di TK_ Arahman Medan.
41
Hasil yang signifikan dalam penelitian menurut peneliti disebabkan karena
dengan diberikan pengetahuan makan akan memperngaruhi perilaku seseorang
dalam melakukan tindakan. Hasil penelitian ini sesuai teori yang dipaparkan
oleh Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku seseorang.
Hasil penelitian lain yang mendukung pendapat diatas dilakukan oleh
Kawuryan (2008) tentang hubungan pengetahuan tenang kebersihan gigi dan
mulut dengan kejadian karies anak TK kleco Laweyan Surakarta. Berdasarkan
hasil uji hipotesis diperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan penerapan perilaku kebersihan mulut anak usia prasekolah dengan nilai
p<0.05. Apa bila seorang anak memiliki pengetahuan yang baik maka
perilakunya akan berbanding lurus dengan pengetahuannya. Anak yang
memiliki pengetahuan baik akan meunjukan perilaku yang baik pula dalam
melakukan kebersihan mulut.
Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1994, dalam Notoatmodjo (2007)
bahwa sebelum memiliki perilaku maka harus memiliki tahapan-tahapan antara
lain awarenes, interest, evaluation, trial, dan adoption. Ketika anak diberikan
informasi maka efek yang ditimbulkan adalah kesadaran. Kesadaran
merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku. Dengan kesadaran
ini aka memicu seseorang untuk berfikir lebih lanjut tentang apa yang ia
terima. Dalam hal ini nak usia prasekolah mengetahui tentang kebersihan gigi
dan mulut tersebut termasuk masalah gigi dan cara perawatannya.
Setelah anak sadar pentingnya perawatan kebersihan gigi dan mulut maka
tahapan selanjutnya adalah ketertarikan. Pada tahap ini nak sadar terhadap
suatu stimulus berupa pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut
kemudian tahap awal ini pula anak sudah mulai melakukan tindakan. Dalam
penelitian ini anak telah melakukan tekhnik menggosok gigi yang benar.
Kemudian anak melewati tahap evaluasi yakni memikirkan baik burukya
42
stimulus yang ia terima setelah adanya sikap keterkaitan. Apabila stimulut
yang dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau tak acuh.
Sebaliknya apabila stimulus yang ia terima dianggap baik, ia akan membuat
seseorang melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2007). Dari hasil
penelitian mayoritas responden belum memahami pentingnya pemerisaan
kesehatn gigi kedokter gigi, menggosok gigi setelah makan makanan manis,
dan melakukan pergantian sikat gigi secara rutin. Hal ini dapat dbuktikan
bahwa masih sedikit responden yang melakukan hal tersebut (Alamsyah,2010).
C. Implikasi Terhadap Keperawatan
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi terkait hubungan pengetahaun
dengna perilaku kebersihan mulut anak usia prasekolah yang masih minim
dilakukan bahwa anak usia prasekolah membutuhkan perhatian penting terkait
kebersihan mulut. Sehingga pelayanan keperawatan khususnya pelayanan gigi di
puskesmas dapat ditigkatkan, karena masih banyak manyarakat yang memeriksa
gigi mereka ke puskesmas. Diharapkan peran pelayanan gigi dipuskesmas dapat
menurukan prevalensi kejadian karies gigi. Pelayanan keperawatan yang dapat
dilakukan antara lain melakukan penyuluhan kesehatan tentang kebersihan gigi
dan mulut dan pentingnya perawatan gigi serta praktek cara menggosok gigi
yang benar pada warga sekitar. Memaksimalkan peran UKGS (Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah) dalam menjaga kesehatan gigi anak dengan menjadi sumber
informasi terkait kesehatan gigi.
2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pentingnya anak-anak
mengetahui lebih mendalam tentang pengetahuan kebersihan gigi dan mulut atau
dapat dijadikan bahan pembelajaran di sekolah Taman kanak-kanak. Misalnya
mewajibkan anak membawa perlengkapan menggosok gigi, sehingga setelah
anak istirahat sekolah dapat mengimplikasikan pengetahuan yang diperolehnya
dengan baik. Memeksimalkan peran mahasiswa keperawatan yang berada
43
dikomunitas dengan memberikan penyuluhan rutin kepada manyarakat tentang
kebersihan gigi dan mulut yang benar.
3. Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi dunia keperawatan melalui
penyedian data dasar bagi keperluan penelitian selanjutnya. Menjadi motivasi
bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan
lebih luas terkait kesehatan gigi penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
pengayaan literatur tentang praktek keperawatan.
D. Keterbatasan Penelitian
1.
Keterbatasan Sampel penelitian
Keterbatasan pengambilan sampel dilihat dari variasi responden penelitian.
Sejak awal penelitian peneliti menargetkan responden yang berasal dari kelas
A sampai kelas C. Namun waktu pegambilan data berdekatan dengan ujian
naik kelas. Pihak kepala sekolah baru mengizinkan anak didiknya setelah ujian
naik kelas berpartisipasi dalam penelitian ini.
2.
Keterbatasan Kuesioner penelitian
Selama pengisian kuesioner terdapat keterbatasan pengetahuan responden. Hal
ini terjadi karena terdapat istilah yang kurang dipahami dan dijelaskan kepada
responden. Sehingga dengan pemahaman yang terbatas itu, anak mencoba
untuk melihat hasil kerja responden lainnya. Peneliti telah memberitahukan
sebelumnya bahwa pengisian kuesioner hanya dilakukan oleh anak dan di
dampingi oleh orang tua. Selain itu peneliti telah memberikan jarak tempat
duduk bagi setiap responden pada saat mengiki kuesioner, namun responde
tetap melihat hasil kerja responden lainnya, sehingga kemungkinan
mempegaruhi hasil yang diperoleh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang berkaitan tujuan penelitian. Selain
itu dipaparkan saran dan rekomendasi untuk memperbaiki penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan tujuan penelitian ini maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Karakteristik responden anak usia prasekolah dalam penelitian ini berada pada
umur 4-6 tahun dan yang palig banyak adalah jenis kelamin perempuan 26
responden (55,3%).
2. Sebagian besar anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan memiliki
pengetahuan tentang kebersihan mulut yang Baik 16 responden (34%).
3. Sebagian besar anak usia prasekolah di TK-Arahman Medan memiliki
penerapan perilaku kebersihan mulut yang cukup 21 responden (44,7%).
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan pengetahuan dengan
penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia prasekolah di TK-Arahman
Medan (P value : 0,000).
B. Saran
Agar tujuan jangka panjang tercapai yakni prevalensi karies gigi menurun dan
peningkatan pengetahuan anak tentang kebersihan mulut maka peneliti memberikan
saran kepada beberapa pihak diantaranya :
1. Pendidikan
Meningkatkan program pendidikan kebersihan gigi dan mulut di TK-Arahman
yang lebih aplikatif sesuai kurikulum yang ada. Meningkatkan muatan tentang
pengetahuan kebersihan mulut dan perawatan gigi yang benear. Sehingga
pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut dapat meningkat dan
berkualitas.
44
45
2. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan dapat memaksimalkan fungsi Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) diseluruh TK (taman kanak-kanak) dan membuat program penyuluhan
kebersihan gigi dan mulut bagi manyarakat yang ada di sekitar TK (taman
kanak-kanak) secara berkala.
3. Masyarakat
Masyarakat atau orang tua dapat lebih memperhatikan keadaan kesehatan gigi
pada anak-anaknya sangat penting memberikan informasi yang sesuai tentang
kebersihan gigi dan mulut memberikan contoh yang baik dalam melakukan
penerapan kesahatan gigi dan mulut seperti membiasakan menggosok gigi
setelah makan dan sebelum tidur secara rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi.
4. Peneliti
Penelitian selanjutya dapat dilakukan langsung melalui kuesioner untuk melihat
perilaku anak sehingga hasilnya dapat lebih valid. Peneliti juga harus
memperhatikan waktu pengambila data dengan kegiatan-kegiatan penting di TKArahman seperti lomba menggambar, membaca dan menulis dan lain-lain
sebagainya. Penting juga menggunakan pengukuran karies gigi yang benar
sesuai prosedur penggunaan untuk melihat keadaan gigi responden. Selain itu,
peneliti juga perlu memberikan penjelasan secara intensif terkait kuesioner yang
diguanakan, terutama pada anak usia prasekolah (4-6 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, R.M (2010). NeedPemeriksaan dan Perawatan Gigi Pada Ibu-ibu di
Kelurahan Sarirejo Kecamatan Medan Polonia Kota Madya Medan Tahun
2009. Medan: Universitas Sumatra Utara
Anderson, J.J.T., Hunsberger, M.M, & Foster, R.L.R. (2010). Family centered nursing
care of children. Philadelphia: W.B Saunders Co.
Anggriani, D., & Musyifah. (2005). Stimulating factor of parents’ motivation to take
their children’s dental health for treatment in the Faculty of Dentistry
Airlangga University. Journal of dental health, 12-15.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Budisuari,
M. A., Oktarina., & Mikrajab, M. A. (2010). Hubungan pola makan dan
kebiasaan menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di
Indonesia. Jurnal kesehatan, vol.13 No.1, 83-91.
Cahyadi, N. S. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Status Karies Gigi
Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Chadwick, B.L., & Honey, M.T. (2003). Child taming: how to manage children in
dental practice. London: Quintenssence Publishing Co.Ltd.
Colombia University Callege Of Dental Medicine, Cleaning Your’s Child Mounth and
Terth. November 24, 2011.
Dahlan, M. S., (2010). Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Saguung Seto.
Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Delaune , S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamental of nursing: Standars & practice
(2nd ed). Delma: Thamson leraning, Inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2008). Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pusat Bahasa.
Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. (2011). Profil kesehatan gigi dan
mulut di Indonesia pada pelita, Jakarta: Depkes RI.
Dirjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi. (2011). Pedoman pelayanan
UKGS. Jakarta: Depkes RI.
Feldman, R. S. (2003). Essentials of understanding psychology. New York: McGrawHill.
Fitriani, R. (2006). Perawatan kesehatan gigi anak. Desember 23, 2011.
Ginandjar, A.M. (2011) cara menggosok gigi yang benar. Desember 23, 2011.
Green, L.W. (2008). Health education olaning diagnostik approach. California:
mayfield Publishing Company.
Gupte, S. (2007). Panduan perawatan anak, edisi 1, hal 166. (Pustaka Populer Obor,
Penerjemah). Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hastono, S. P & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers
Hastono, S. P. (2006). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hockenberi, M. J., & Wilson, D. (2012). Wong’s nursing care infants and children. St.
Louis: Mosby Elsevier.
Houwink, B. (2008). Ilmu kodokteran gigi pencegahan, hal.125. (Sutatmi Suryo,
Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (5th ed). Yogyakarta: Erlangga.
Husein, U. (2004). Metode penelitian untuk skripsi den tesis bisnis.
Hutabarat, N. (2009). Peran petugas kesehatan, guru dan orang tua dalam
melaksanakan UKGS dengan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut murid sekolah taman kanak-kanak di Kota Medan tahun
2000.Universitas Sumatra Utara.
Kartono, K. (2000). Haygiene mental. Cetakan ke-7. Bandung: PT. Mandar Maju. H,
36-40.
Kawuryan, U. (2008). Hubungan pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut
dengan kejadian karies pada anak TK-Kleko Laweryan Surakarta.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Lubis, P., & Nugrahaini, M. (2009, September). Sudahkah anda menyikat gigi dengan
benar. Oktober. 2011.
Lukihardianti, A. (2011). Sekitar 84 persen anak usia sekolah menderita karies gigi.
http://www.republika.co.id.
McDonald, R.E., & Avery, D.R. (2007). Dentistry for the child and adolescent, ed 6. St.
Louis: Mosby.
Muacari, M. E. (2005). Panduan Belajar:Keperawtan pediatrik (3 ed). Jakarta: Penerbit
EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Polit, D, F., & Beck, C, T. (2008). Nursing research: Generating and assesing evidence
for nursing practice. Philadelphia: Lippincott William & Willkins, Wolter
Kluwers Business.
Potter, P. A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing: conncept, proses, and
practice (6th ed).St. Louis: Mosby Year Book.
Ron. (2011). Penyakit gigi mulut menduduki urutan 5 besar di kota Medan.
http://Bataviase.co.id.
Sandstrom, A., cressey, J., & Bilcks, C.S. (2010). Tooth-brushing behaviour in 6-12
year olds. Internasional Jurnal of Pediatric Dentistry, 21, 43-49.
Santrock, J. W. (2008). Life spandefelopment (12th ed). Newyork: McGraw Hill.
Schuurs, A. H. B. (2010). Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan keras gigi.
Hlm 135. (Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada
University.
Smyth, E., & Caama, F. (2005). Factors related to dental helath in 12-year-old
children:a cross-sectional study in pupil.
Sudjana. (2005). Desain dan Analisa Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Sukardi. (2007). Metodologi Penelitain Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sundoro, E, H. (2005). Serba-serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Suwelo, I. S. (2009) karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor Etiologi. Jakarta:
IGC.
Suwelo, I. S. (2009). Peranan Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Dalam Menunjang
Kualitas Sumberdaya Manusia Indonesia Dimasa Mendatang. Disertasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Wong, D, L., et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. (A. Hartono S.
Kurnianingsih, & Setiawan). Jakarta: EGC.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth : Responden
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Syawsi Syamsi
Nim
: 13 02 06 168
Saya mahasiswa Jurusan Program sudi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul“
Hubungan Pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia
prasekolah di TK-Arahman Medan Tahun 2015”.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dengna kerendahan hati saya mohon kesediaan
adik-adik didampingi orang tua untuk mejadi responden dalam penelitian ini. Semua
data maupun informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bersedia menjadi responden. Mohon adikadik di dampingi oreang tua mendatangani pernyataan kesediaan menjadi responden.
Atas perhatian dan kesedian adik-adik Saya ucapkan terima kasih.
Responden
Medan,
April 2015
peneliti
(
)
(Syawsi Syamsi)
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Adik-adik calon responden
Di TK-Araman
Medan
Saya mahasiswa Jurusan Program Studi Ners Faultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari mutiara Indonesia yang akan mengadakan penelitian dengan judul.”
Hubungan pengetahuan dengan penerapan perilaku kebersihan mulut pada anak usia
prasekolah di TK-Arahman Medan Tahun 2015”. Hasil penelitian ini akan dijadikan
masukan masukan ilmiah kepada guru dan anak-anak di TK-Arahman Medan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kepada anak-anak didampingi orang tua dapat
bekerjasama dengan baik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti akan menghargai dengan
cara menjamin kerahasian identitas dan data saudara yang diperoleh baik dalam
pengumpulan data, pengolahan, maupun penyajian laporan nantinya.
Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi adik-adik
dalam penelitian ini, atas kesediaan dan kerjasamanya peneliti mengucapkan terima
kasih.
Responden
Medan,
April 2015
Peneliti
(
)
(Syawsi Syamsi)
Lampiran 5
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Pertanyaan
Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih dan tidak berlubang
Sakit gigi di sebabkan karena malas menggosok gigi
Makan coklat dan permen yang berlebihan dapat
menyebabkan sakit gigi
Sakit gigi dapat menyebabkan sakit kepala,bau mulut, dan
sulit untuk tidur
Gigi berlubang merupakan salah satu masalah kesehatan gigi
Menggosok gigi minimal 2 kali sehari setelah ,akan dan
sebelum tidur
Menggosok gigi cukup dilakukan saat mandi pagi dan sore
hari
Sikat gigi yang benar adalah ujung yang sikatnya kecil dan
pipih sehingga dapat menjangkau bagian belakang gigi
Sikat gigi tidak perlu diganti secara rutin
1 sikat gigi boleh dipakai oleh banyak oramg (ayah, ibu,
kakak dan adik).
Menggosok gigi sebaiknya dilakukan dengan lembut
Saat menggosok gigi permukaan gusi dan lidah tidak perlu
disikat
Menggosok gigi yang benar adalah menggosok seluruh
bagian gigi (depan, belakang, dan sela-sela gigi
Setelah menggosok gigi tidak harus berkumur tidak harus
berkumur dengan air yang bersih
Menggosok gigi tidak perlu menggunakan pasta gigi (odol)
ber-flouride (odol) yang rasanya mint dan terasa dingin
setelah menggunakannya
Benar
Salah
Lampiran 6
Lampiran 6
Lampiran 7
Frequencies
Statistics
UMUR
N
JKL
Valid
Missing
47
0
KELAS
47
0
47
0
UMUR
Frequency
Valid
4 Tahun
5 Tahun
6 Tahun
Total
Percent
15
16
16
47
31,9
34,0
34,0
100,0
Valid Percent
31,9
34,0
34,0
100,0
Cumulative
Percent
31,9
66,0
100,0
JKL
Frequency
Valid
Perempuan
Laki-laki
Total
Percent
26
21
47
55,3
44,7
100,0
Valid Percent
55,3
44,7
100,0
Cumulative
Percent
55,3
100,0
KELAS
Frequency
Valid
kelas A
Kelas B
Kelas C
Total
Percent
15
15
17
47
31,9
31,9
36,2
100,0
Valid Percent
31,9
31,9
36,2
100,0
Cumulative
Percent
31,9
63,8
100,0
Lampiran 7
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Skor Pengetahuan *
Skor Perilaku
Percent
47
Missing
N
Percent
100,0%
0
Total
N
,0%
Percent
47
100,0%
Skor Pengetahuan * Skor Perilaku Crosstabulation
Baik
46-60
Skor
Pengetahuan
Baik 11-15
Cukup 6-10
Kurang 0-5
Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Skor Perilaku
Cukup 3145
Total
Kurang
15-30
15
1
0
16
31,9%
0
,0%
0
,0%
15
31,9%
2,1%
20
42,6%
0
,0%
21
44,7%
,0%
0
,0%
11
23,4%
11
23,4%
34,0%
20
42,6%
11
23,4%
47
100,0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
219,681(a)
129,395
39,299
Asymp. Sig. (2-sided)
168
168
1
47
a 198 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,02.
b computed only for a 2x2 table
,005
,988
,000
Lampiran 8
Lampiran 9
DOKUMENTASI
Lampiran 9
Download