Nama : Endang Kurniadi NPM : 14.06.1.0184 Kelas : Akuntansi E Semester VI Tugas Akuntansi Topik Khusus Kronologi Kasus PT Great River International PT Great River International merupakan perusahaan pakaian jadi berkualitas tinggi dan terkemuka di Indonesia. PT Great River International Didirikan oleh Sukanta Tanudjaja dan Sunjoto Tanudjaja pada tahun 1976 dengan nama PT Great River International Garments Industries. Kemudian pada tahun 1996 Berganti nama menjadi PT Great River International. Pada awalnya, PT Great River International mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini ditandai dengan diperolehnya beberapa kali penghargaan dari majalah Asiamoney dan berhasil lulus sertifikasi ISO 9002 untuk quality management. Namun mulai tahun 2002, PT Great River International mulai mengalami kesulitan keuangan dengan mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga. Permohonan PKPU tersebut diajukan sehubungan dengan permohonan pailit yang diajukan oleh Citibank atas utang senilai US $10 juta yang berasal dari US $ 2 juta dari Revolving Credit Agreement pada 16 Februari 1994 dan US $ 8 juta dari Revolving Credit Agreement-Domestic Trade Payable Onshore tanggal 16 November 1995. PT Great River International memperkirakan jumlah kewajibannya yang telah dan akan jatuh tempo, di luar utangnya kepada Citibank, adalah sebesar US $179.291.292. Sedangkan total aset yang dimiliki diperkirakan sebesar Rp1.674.716.315.355. Perusahaan garmen PT Great River International membukukan laba bersih sebesar Rp 1,023 trilyun per September 2002, melonjak dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih membukukan rugi bersih Rp 11,298 milyar. Dimana Akuntan publik Justinus Aditya Sidharta terindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT Great River International. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari BAPEPAM yang menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan pada PT Great River International yaitu overstatement atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam Laporan Keuangan GRIV per 31 Desember 2003 dan Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Tidak menutup kemungkinan, Akuntan Publik yang menyajikan laporan keuangan PT Great River International itu ikut menjadi tersangka. Menteri Keuangan (Menkeu) RI terhitung sejak tanggal 28 Nopember 2006 telah membekukan izin Akuntan Publik (AP) Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun. Sanksi tersebut diberikan karena Justinus terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River International tahun 2003. Selama izinnya dibekukan, Justinus dilarang memberikan jasa atestasi (pernyataan pendapat atau pertimbangan akuntan publik) termasuk audit umum, review, audit kerja dan audit khusus. Dia juga dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin Cabang Kantor Akuntan Publik (KAP). Namun yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas jasa-jasa yang telah diberikan serta wajib memenuhi ketentuan untuk mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL). Seperti diketahui, sejak Agustus lalu, Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan PT Great River International tahun buku 2003. Menurut Fuad Rahmany, Ketua Bapepam-LK menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian laporan keuangan PT Great River International. Fuad juga menjelaskan tugas akuntan adalah hanya memberikan opini atas laporan perusahaan. Akuntan, menurutnya, tidak boleh melakukan segala macam rekayasa dalam tugasnya. “Dia bisa dikenakan sanksi berat untuk rekayasa itu,” katanya untuk menghindari sanksi pajak. Menanggapi tudingan itu, Kantor Akuntan Publik Johan Malonda & Rekan membantah telah melakukan konspirasi dalam mengaudit laporan keuangan tahunan PT Great River International. Deputy Managing Director Johan Malonda, Justinus A. Sidharta menyatakan, selama mengaudit buku PT Great River International, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan PT Great River International berbeda dengan ketentuan yang ada. Menurut Justinus, PT Great River International banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi PT Great River International hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan sanksi perpajakan. Sebab, katanya saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima perusahaan. Dia menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga diinterpretasikan sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja. Analisis Kasus PT Great River International Berdasarkan uraian permasalahan pada kronologi kasus PT Great River International, kasus tersebut sepertinya timbul akibat adanya pengendalian internal yang kurang ketat oleh pihak manajemen. Jika perusahaan terjadi defisit pada anggaran tentu saja kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya menjadi berkurang sehinggga perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar hutang-hutangnya. Serta PT Great River International dalam hal ini jelas tidak menjalankan Good Corporate Governance (GCG) dimana seharusnya perusahaan mampu menerapkan sistem atau peraturan yang mampu mengatur mengelola dan mengawasi antara pengelola perusahaan dengan stakeholders. Tata kelola perusahan PT Great River International tidak baik dapat dilihat dari kondisi perusahaan yang melanggar prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), Yaitu: 1. Transparansi, prinsip dimana seharusnya Perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders.. Dalam kasus perusahaan PT Great River International, transparansi terlihat dilanggar pada menggelembungkan akun penjualan atau penyimpanan dana obligasi sehingga kenyataan isi laporan keuangan perusahaan PT Great River International tidak sesuai dengan kondisi kenyataan sebenarnyaa. 2. Akuntabilitas, prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam kasus PT Great River International ini pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya. Perhitungan pajak untuk menghindari sanksi pajak metode pencatataan akuntansi yang diterapkan PT Great River International berbeda dengan ketentuan yang ada. 3. Responsibilitas, prinsip dimana Perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. Dalam kasus ini PT Great River International menghindari sanksi pajak untuk mengurangi biaya pembayaran pajak dimana jika cost di masukkan biaya bahan bakunya maka cost akan lebih tinggi dan gross profitnya menurun sehingga biaya untuk membayar pajaknya rendah. 4. Independensi, prinsip dimana Perusahaan dikelola secara independent, perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan tekanan pihak manapun. Pelanggaran prinsip ini terjadi dimana empat orang direksi perusahaan itu ditetapkan menjadi tersangka, termasuk pemiliknya Sunjoto Tanudjaja. Dimana menyebabkan hilangnya obyektifitas Justinus A Sidharta.