Modul Penulisan Ilmiah - UMY Repository

advertisement
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalamu`alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memudahkan kami dalam menyusun Modul
Mata Kuliah Penulisan Ilmiah 2017. Kami berharap, semoga Allah Swt. melimpahkan
keberkahan pada aktivitas penyusunan dan pemanfaatan modul ini. Semoga Allah Swt.
juga senantiasa melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw., Keluarga,
Sahabat, serta seluruh pengikutnya yang mencintai dan meniti jejak langkah beliau. Amin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pelatihan Bahasa Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta khususnya kepada Bapak Tri Wahyono, M.Pd. dan Bapak
Toriq Pratama, M.Pd. atas kesediaan kerja sama dalam menyusun modul ini.
Modul (buku panduan) MK. Penulisan Ilmiah ini disusun untuk membantu
mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan penulisan ilmiah. Selain memuat
ringkasan teori, buku ini menampilkan contoh-contoh praktis sehingga mahasiswa
mempunyai gambaran konkret untuk menulis sebuah tulisan ilmiah. Besar harapan kami,
buku ini dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai bahan dalam mempersiapkan perkuliahan,
pegangan dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan di Program Studi Agribisnis, dan
acuan dalam menyusun karya tulis ilmiah, khususnya tugas akhir (skripsi).
Wassalamu`alaikum Wr. Wb.
Retno Wulandari, S.P., M.Sc.
Ketua Tim Penyusun
ii
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
DAFTAR ISI
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I SEKILAS TENTANG KARYA TULIS ILMIAH .................................................... 1
BAB II TATA PENULISAN ............................................................................................... 3
A. HURUF....................................................................................................................... 3
B. TANDA BACA .......................................................................................................... 8
C. ANGKA .................................................................................................................... 15
D. IMBUHAN ............................................................................................................... 15
E. KATA BAKU DAN SERAPAN .............................................................................. 17
F.
ILUSTRASI .............................................................................................................. 19
LATIHAN ........................................................................................................................ 23
BAB III KALIMAT EFEKTIF........................................................................................... 24
A. DEFINISI KALIMAT EFEKTIF ............................................................................. 24
B. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF ............................................................................ 24
C. MENATA KALIMAT EFEKTIF ............................................................................. 26
LATIHAN ........................................................................................................................ 27
BAB IV PARAGRAF ......................................................................................................... 28
A. SYARAT PARAGRAF ............................................................................................ 28
B. JENIS PARAGRAF ................................................................................................. 29
C. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF .......................................................... 29
D. MENYUSUN PARAGRAF YANG PADU ............................................................. 32
LATIHAN ........................................................................................................................ 34
BAB V KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 35
A. PENGUTIPAN ......................................................................................................... 35
B. PENGACUAN ......................................................................................................... 37
C. PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 40
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 41
iii
Bab I. Sekilas Tentang Karya Ilmiah
BAB I
SEKILAS TENTANG KARYA TULIS ILMIAH
Sejak sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA),
kita telah menemukan banyak jenis karya tulis: puisi, sajak, artikel koran,
laporan akhir mata pelajaran, dan lain-lain. Di antara karya tulis tersebut ada
yang bersifat ilmiah dan non ilmiah. Hari ini, kita dituntut untuk
menghasilkan karya tulis ilmiah: artikel (paper) seminar, skripsi, penelitian
mandiri, artikel jurnal, dan lain-lain.
Karya tulis ilmiah merupakan salah satu jenis karya tulis yang
disusun berdasarkan proses pengamatan dan analisis yang mendalam
terhadap suatu objek. Untuk dapat menyusun karya tulis yang baik, seorang
penulis harus mampu memenuhi komponen-komponen dalam penyusunan
karya tulis ilmiah. Penyusunan karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan
berbagai model: karya tulis ilmiah sederhana (makalah/paper) dan karya
tulis ilmiah lengkap yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dengan
penerapan metode penelitian baik untuk tujuan skripsi, tugas akhir, atau
penelitian mandiri.
Setidaknya, karya tulis ilmiah dapat diidentifikasi melalui tiga
aspek: sistematika, bahasa, dan isi. Dari aspek sistematika, struktur dan
komponen-komponen yang terdapat dalam karya tulis bersifat baku dan
dapat
diidentifikasi.
Misalnya
artikel
seminar
hasil
penelitian,
sistematikanya dimulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode
penelitian, hasil dan pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka. Dari aspek
bahasa, tata tulis karya tulis ilmiah baku, pengungkapan impersonal, dan
kata yang digunakan menggunakan makna sebenarnya. Coba bandingkan
antara artikel jurnal dengan artikel koran atau puisi. Kita akan menemukan
bahwa artikel jurnal memenuhi ketiga indikator bahasa tersebut. Aspek yang
terakhir adalah isi. Isi sebuah karya tulis ilmiah berupa fakta yang dibangun
dari data empiris.
Di antara ketiga aspek tersebut, aspek bahasa merupakan aspek yang
menjadi konsentrasi (fokus) mata kuliah ini. Melalui mata kuliah ini, kita
akan mengenali kaidah bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah. KaidahModul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|1
Bab I. Sekilas Tentang Karya Ilmiah
kaidah yang meliputi tata penulisan, penyusunan kalimat efektif,
pengembangan paragraf, dan kepustakaan. Pemahaman mengenai kaidahkaidah tersebut seharusnya dapat diterapkan oleh mahasiswa dalam
penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, terlebih penyelesaian tugas akhir
(skripsi). Output yang diharapkan dalam mata kuliah ini, mahasiswa mampu
menerapkan kaidah bahasa Indonesia dalam mulis ilmiah khususnya
Proposal Program Kreativitas Mahasiswa.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|2
Bab II. Tata Penulisan
BAB II
TATA PENULISAN
Karya tulis ilmiah ditulis menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dan
mengikuti kaidah penulisan yang telah disepakati bersama. Bahasa Indonesia ragam
ilmiah selalu menggunakan kata bermakna tunggal (tidak mendua), kalimat berbentuk
pasif dengan penataan paragraf yang efektif. Isi bab ini mengenai “kata” dari sisi ejaan
(huruf dan tanda baca), imbuhan, dan diksi (pilihan kata). Penyusunan kalimat efektif
dan penataan paragraf dijelaskan pada bab-bab selanjutnya.
Tata penulisan ejaan didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Berikut dipaparkan kaidah pemakaian huruf, tanda
baca, imbuhan, dan kata baku dalam bahasa Indonesia.
A. HURUF
1. Huruf Kapital
a. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat. Contoh:
Petani menanam melinjo di lahan pekarangan dan tegalan.
b. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh:
Mahasiswa berargumen, “Jika mulai sekarang pupuk organik digunakan mulai
oleh petani, keberlanjutan lahan dapat terjaga.”
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan. Contoh:
Ketika seorang hamba bersungguh-sungguh mempelajari agama Islam, Allah
akan senantiasa membimbingnya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh:
Nabi Muhammad Saw., Imam Malik, Kiai Haji Ahmad Dahlan
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|3
Bab II. Tata Penulisan
Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang. Contoh:
Bapaknya baru saja dilantik menjadi menteri.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu. Contoh:
Menteri Amran Sulaiman, Gubernur Jawa Tengah
Catatan:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Contoh:
Program subsidi benih tetap dilanjutkan oleh Kementerian
Pertanian.
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau
nama tempat tertentu. Contoh:
Sebagian besar menteri yang hadir menggunakan seragam batik.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
Gunawan Budiyanto, Sarjiyah, Eni Istiyanti, Innaka Ageng Rineksane
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van,
dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da
(dalam nama Portugal) Contoh: H. van der Vaart, Pedro da Silva.
2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan
huruf pertama kata bin atau binti. Contoh: Abdullah bin Abbas
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh: N (Newton)
4) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh: 5 volt, 10
ampere
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Contoh: bahasa Indonesia, suku Jawa
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|4
Bab II. Tata Penulisan
Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata
turunan. Contoh: pengindonesiaan kata asing, kejawa-jawaan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya. Contoh: tahun Hijriah, bulan Ramadan, hari Jumat
Catatan:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa
sejarah. Contoh: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Hari Tani
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak digunakan sebagai nama. Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Contoh: Yogyakarta, Asia, Timur Tengah
Catatan:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi
yang diikuti nama diri geografi. Contoh: Gunung Merapi, Selat Sunda
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan
budaya.
Contoh: kerajinan Manding, asinan Bogor, tari Aceh, sarung Mandar
3) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang
tidak diikuti oleh nama diri geografi. Contoh: menerjang laut, berenang
di teluk
4) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi
yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Contoh: apel malang, garam
madura
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmu
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Contoh:
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|5
Bab II. Tata Penulisan
Catatan:
1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi. Contoh:
Kerjasama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik.
2. Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan
huruf kapital.
Contoh: Penenggelaman kapal di perbatasan sudah disetujui Menteri.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Contoh:
Rancangan Undang-Undang Kelautan, Dasar-Dasar Ilmu Pertanian
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan
makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal. Contoh:
Saya telah membaca buku Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Pertanian.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Contoh:
S.P. (sarjana pertanian), Sdr. (saudara)
Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk
singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
Nomor
036/U/1993.
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Contoh:
Kakak bertanya, "Nilai ulanganmu berapa, Dik?"
Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan dan
penyapaan. Contoh: Kita harus saling menghargai kakak dan adik kita.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|6
Bab II. Tata Penulisan
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
dalam penyapaan. Contoh: Siapa nama Anda?
p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan,
catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti
oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh:
surat kabar Kedaulatan Rakyat.
b. Huruf
miring
dalam
cetakan
dipakai
untuk
menegaskan
atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata. Contoh:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan
dicetak miring digarisbawahi.
3. Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian
bab, daftar isi,
daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan
lampiran. Contoh:
Judul
: LINGUISTIK UMUM
Bab
: BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab
: 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS
LAMPIRAN
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|7
Bab II. Tata Penulisan
B. TANDA BACA
1. Pemakaian Tanda Titik (.)
a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh:
Ayahku tinggal di Solo.
b. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, iktisar, atau daftar.
Contoh:
III. Kementerian Pertanian
A. Direkorat Jenderal Tanaman Pangan
B. Direktorat Jenderal Peternakan
c. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan
waktu. Contoh: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan
jangka waktu. Contoh: 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
e. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Contoh:
Rianse, U. dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung:
Alfabeta.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Desa Citandui berpenduduk 24.200 jiwa.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh: Lihat halaman 47564
dan seterusnya.
h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. Contoh: BAB I. PENDAHULUAN
i. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat/
nama dan alamat penerima surat. Contoh:
Yth. Senja Ratnasari
Jalan Kenari 143
Surabaya
2. Pemakaian Tanda Koma (,)
a. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|8
Bab II. Tata Penulisan
b. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh:
Saya ingin datang, tetapi hari ini hujan.
c. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contohnya:
Kalau hari ini hujan, saya tidak akan datang.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari ini hujan.
e. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Contoh:
Oleh karena itu, ... Jadi, ... Lagi pula, ... Meskipun begitu, ... Akan tetapi, ...
f. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata
yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh: O, begitu?
g. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
h. Dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan
tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
i. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka. Contoh:
Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
j. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
W.J.S Poerwadrminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang (Yogyakarta:
UP Indonesia.1967), hlm. 4
k. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh:
Rohandi Aziz, S.P.
l. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka. Contoh: 12,5 m
m. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contoh: Hindun, sahabatku, tinggal di Palembang.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|9
Bab II. Tata Penulisan
n. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: “Di mana Saudara tinggal?” tanya
Karim.
3. Pemakaian Tanda Titik Koma (;)
a. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. Contoh: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Dapat dipakai sebagai kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk. Contoh:
Ayah mengurus tanaman di kebunnya; Ibu sibuk memasak di dapur.
4. Pemakaian Tanda Titik Dua (:)
a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian. Contoh:
Sebagian mahasiswa lupa membawa alat tulis: kertas, pensil, dan penghapus.
b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh:
Sebagian mahasiswa lupa membawa kertas, pensil, dan penghapus.
c. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Tempat
: Gedung Pascasarjana UMY, Lantai 3
Pengantar Acara
: Oki Wijaya
Hari, Tanggal
: Kamis, 17 Agustus 2017
Waktu
: 09.30 WIB
d. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan. Contoh:
Ibu
: (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
Amir
: “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|10
Bab II. Tata Penulisan
e. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat
dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh: Tempo, I (1971), 8: 17 Surat Yasin: 11
5. Pemakaian Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris. Contoh:
Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
a. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh:
Kini ada cara yang lebih mudah untuk mengukur panas.
b. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh:
anak-anak, kehitam-hitaman, dll.
c. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Contoh: p-a-n-i-t-i-a, 17-8-2016
d. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok kata. Contoh: berevolusi
e. Dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, singkatan
berbentuk huruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap. Contoh:
se-Indonesia, hadiah ke-2, era 2000-an, ber-KTP
f.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing. Contoh: di-smash, men-support
6. Pemakaian Tanda Pisah (—)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat. Contoh:
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|11
Bab II. Tata Penulisan
Kemerdekaan itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
b. Tanda pisah ini menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Contoh:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan juga pembelahan atom—
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai.
Contoh: 1990—2000
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda
hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
7. Pemakaian Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh:
Kalau begitu…ya, marilah kita bergegas.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan. Contoh:
Bahasa merupakan sistem tanda yang … dan konvensional.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks, dan satu
untuk menandai akhir kalimat. Contoh:
Bahasa merupakan sistem tanda yang arbitrer dan ….
8. Pemakaian Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh: Kapan kamu
berangkat?
b. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1786 (?).
9. Pemakaian Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat. Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|12
Bab II. Tata Penulisan
10. Pemakaian Tanda Kurung ( (…) )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:
Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan)
kantor.
c. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan. Contoh:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
d. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan. Contoh: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
e. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, (c) modal.
11. Pemakaian Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli. Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung. Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini).
12. Pemakaian Tanda petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain. Contoh:
“Saya belum siap,” kata Wati, “tunggu sebentar!”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau ban buku yang dipakai
dalam kalimat. Contoh:
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|13
Bab II. Tata Penulisan
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
d. Tanda petik penutup mengakhiri tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh: Kata Markum, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik pembuka dan tanda petik
penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah
atas baris.
13. Pemakaian Tanda Petik Tunggal (‘…’)
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing. Contoh: Ada trouble ‘kerusakan’ yang parah pada mesin itu.
14. Pemakaian Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh:
125/PANSEL/OSIS/VIII/2016
Jalan Kramat II/10 Jakarta
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, tiap. Contoh:
mahasiswa/mahasiswi, harganya Rp150.000/meter
15. Pemakaian Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun. Contoh: 1 Januari ’89 (’89= 1989)
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|14
Bab II. Tata Penulisan
C. ANGKA
Angka Arab lebih banyak digunakan dalam teks, dibandingkan angka
Romawi. Angka Romawi digunakan untuk menunjukkan urutan yang tidak diawali
dengan ke-, seperti Kongres Wanita X atau penomeran bab utama. Sementara itu,
angka Arab digunakan untuk hal-hal berikut.
1. Menyatakan jumlah yang mendahului satuan (24 g, 19 m, 13 jam, 300 ha, 37C)
2. Menyatakan nilai uang, tanggal, waktu, halaman, penunjukan urutan yang
diawali ke-, persentase (Rp500,00; 13 Januari; pukul 11.15; halaman 209; abad
ke-21; 80%)
3. Menunjukkan satuan pada bilangan kisaran ( 5–10 cm, 36–41 C)
Selain keadaan di atas, kata selalu dipakai untuk menunjukkan bilangan satu
sampai sembilan yang disebut dalam teks, bilangan yang ditulis di awal kalimat,
dan untuk menyatakan bilangan yang besar (3.200.000 ditulis 3,2 juta). Bilangan
yang lebih dari sembilan atau bilangan yang tersusun dalam suatu deret, misalnya
penelitian melibatkan 3 orang teknisi, 5 orang asisten dan 2 orang peneliti, selalu
ditulis dengan angka.
D. IMBUHAN
Imbuhan merupakan salah satu aspek penting pembentukan kata dalam
Bahasa Indonesia, selain kata dasar dan kata serapan. Proses pengimbuhan dalam
pembentukan kata juga dipengaruhi oleh jenis imbuhan yang sudah sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
imbuhan asli, imbuhan asing, dan imbuhan daerah.
1. Imbuhan Asli
Imbuhan asli merupakan imbuhan yang berasal dari imbuhan yang
terikat, yang biasa disebut afiks. Afiks memiliki beberapa jenis yang didasarkan
pada letak penempatan imbuhan tersebut, di antaranya prefiks (awalan), sufiks
(akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (awalan dan akhiran).
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|15
Bab II. Tata Penulisan
Macam-macam imbuhan terikat tersebut masing-masing di antaranya
sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis dan contoh imbuhan asli
Prefiks
Infiks
meN-elber-emdi-erpeN-inpeseperterdll...
Sufiks
-kan
-an
-i
-nya
-wan
-wati
-is
-man
Dalam pembentukan kata, jenis imbuhan akan sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya sebuah kata. Salah satu jenis imbuhan yang sangat
memengaruhi proses pembentukan kata adalah imbuhan meN- dan peN-.
Mengapa demikian? Hal tersebut disebabkan oleh proses pembentukan kata
yang mendapat imbuhan meN- dan peN- akan mengalami proses peluluhan.
Proses peluluhan tersebut terjadi ketika imbuhan meN- dan peN- bertemu
dengan kata dasar yang huruf awalnya (K, T, S, dan P). Contoh:
meN- + konsumsi
meN- + telaah
meN- + survei
meN- + pelihara
: mengonsumsi
: menelaah
: menyurvei
: memelihara
(peN- + konsumsi
(peN- + telaah
(peN- + survei
(peN- + pelihara
: pengonsumsi)
: penelaah)
: penyurvei)
: pemelihara)
Berdasarkan penjelasan tersebut, pembentukan kata yang dipengaruhi
imbuhan dan melalui proses peluluhan hanya dimiliki oleh kata dasar yang
berawalan huruf (K, T, S, dan P). Oleh sebab itu, selain kata dasar yang diawal
oleh keempat huruf tersebut tidak mengalami proses peluluhan, kecuali imbuhan
meN- dan peN- bertemu dengan keempat huruf tersebut, tetapi terdapat dua
huruf konsonan berurutan sehingga keempat huruf awal tersebut tidak
luluh/hilang. Contoh:
meN- + kritik
: mengkritik
meN- + transfer
: mentransfer
meN- + sponsor + -i : mensponsori
meN- + protes
: memprotes
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
(peN- + kritik
: pengkritik)
(peN- + transfer : pentransfer)
(peN- + sponsoran : pensponsoran)
(peN- + protes
: pemrotes*
|16
Bab II. Tata Penulisan
2. Imbuhan Asing
Jenis ini merupakan jenis imbuhan yang berasal dari imbuhan asing yang
diserap menjadi imbuhan dalam bahasa Indonesia. Macam imbuhan asing
tersebut antara lain multi-, semi-, non-, pra-, infra-, ultra-, bi-, ekstra-, dan intra-.
3. Imbuhan Daerah
Jenis ini merupakan jenis imbuhan yang berasal dari bahasa daerah yang
diserap menjadi imbuhan dalam bahasa Indonesia. Macam imbuhan daerah
tersebut antara lain tuna-, nara-, pasca-, swa-, anti-, antar-, panca-, dasa-, saptadan catur-.
Catatan: Penulisan imbuhan asing dan daerah disambung (tanpa spasi) dengan
kata dasarnya. Contoh:
nonaktif
pascasarjana
ekstrakurikuler
pancasila
subsektor
caturdharma
E. KATA BAKU DAN SERAPAN
Kata baku merupakan jenis kata yang sesuai dengan kaidah penggunaan
bahasa Indonesia. Kata baku dapat berupa kata dasar yang penulisannya (pemakaian
hurufnya) tepat. Selain itu, kata baku juga dapat berupa kata berimbuhan yang
penulisannya sesuai dengan kaidah penulisan imbuhan dalam bahasa Indonesia.
Selain kata baku, bahasa Indonesia juga memiliki kata serapan yang
didapatkan dari bahasa asing yang kemudian diadopsi dan diadaptasi menjadi
kosakata bahasa Indonesia. Kata serapan bisa didapatkan dari bahasa Inggris, Arab,
dan Belanda. Pembakuan kata asing tersebut telah melewati proses adaptasi
sehingga penetapan penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Berikut
beberapa contoh kata baku dan kata serapan yang sudah sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.
Tabel 2. Contoh kata baku dan tidak baku
Kata Baku
aktif
aktivitas
asas
besok
cendekia
Kata Tidak Baku
aktiv
aktifitas
azas
besuk, esok
cendikia
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
Kata Baku
Nasihat
November
Objek
Paham
Provinsi
Kata Tidak Baku
nasehat
Nopember
obyek
faham
propinsi
|17
Bab II. Tata Penulisan
Kata Baku
devaluasi
deviasi
dividen
ekspor
frasa
hierarki
hipotesis
ijazah
jadwal
kaidah
komoditas
konkret
lokakarya
miliar
Kata Tidak Baku
defaluasi
defiasi
deviden
eksport
frase
hirarki
hipotesa
ijasah
jadual
kaedah
komoditi
kongkrit
loka karya
milyar
Kata Baku
Risiko
Saksama
Sistem
Teknik
Telantar
Terampil
Ubah
Valid
Varietas
Wakaf
Walikota
Yogyakarta
Zaman
Zikir
Kata Tidak Baku
resiko
seksama
sistim
tehnik
terlantar
trampil
rubah
falid
varitas
waqaf
wali kota
Jogjakarta
jaman
dzikir
Informasi ke-baku-an sebuah kata dapat diperiksa pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). Saat ini, KBBI dapat ditemukan pada aplikasi-aplikasi
smartphone. Hal ini tentu memudahkan kita dalam mengenali kata baku. Namun,
terkait kata serapan, beberapa penulisan kata serapan berikut ini perlu mendapat
perhatian.
a. Berhati-hatilah dalam memakai huruf f dan v yang kadangkala dipertukarkan
atau diganti dengan huruf p, seperti pada kata negatif, aktivitas, provinsi.
b. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya konsonan rangkap. Perhatikan
ejaan kata-kata berikut : klasifikasi, efektif, massa, masa.
c. Huruf y yang dibaca i diganti dengan huruf i, seperti pada : hipotesis, analisis,
sistem.
d. Huruf x hanya dipakai diawal kata ditempat lain diganti dengan ks seperti pada
: xilem, ekspor, kompleks.
e. Beberapa kata sulit yang sering ditulis secara salah, antara lain metode, jadwal,
kualitas, automatis, mikrob, atmosfer, varietas, standardisasi, standar.
f. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran –ika, seperti matematika, statistika,
sistematika; nama-nama bukan ilmu dibakukan tanpa akhiran –a, seperti
kosmetik, antibiotik, tropik.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|18
Bab II. Tata Penulisan
F. ILUSTRASI
Selain kelima hal di atas, tata penulisan karya tulis ilmiah biasanya
dilengkapi dengan tata penulisan ilustrasi: tabel, grafik, diagram alir, dan gambar.
Berbeda dengan kelima hal sebelumnya yang sifatnya baku, tata penulisan ilustrasi
(tabel, grafik) dan daftar pustaka (Bab VI) tidak tertutup kemungkinan terjadi
perbedaan tata penulisan antar lembaga. Dalam kasus demikian, perlu diperhatikan
tata penulisan yang dianut oleh lembaga yang dituju untuk digunakan secara
konsisten. Berikut ini penjelasan tata penulisan ilustrasi di Program Studi
Agribisnis UMY.
1. Jenis Ilustrasi
Tabel. Tabel digunakan untuk menginformasikan hasil penelitian, bila
peubah yang digunakan cukup banyak dengan satuan berbeda. Penyajian tabel
yang terlalu rumit dengan data terlalu banyak perlu dihindari karena akan
mengganggu pembahasan. Data yang akan disajikan dalam tabel hanya data
yang dapat memperjelas pembahasan, data lain dapat dimasukkan dalam
lampiran. Semua data yang tercantum dalam tabel harus jelas satuannya. Satuan
ditempatkan pada kepala tabel.
Grafik. Grafik terdiri atas tiga bentuk, yakni histogram, diagram lingkar
dan grafik garis. Histogram biasanya digunakan untuk membandingkan hasil
atau nilai. Diagram lingkar digunakan jika besaran komponen tidak perlu
dipentingkan. Sementara grafik garis digunakan untuk memperlihatkan
hubungan antara dua peubah.
Diagram alir. Ilustrasi ini digunakan untuk menunjukkan tahapan
kegiatan atau hubungan sebab akibat suatu aktivitas atau keterkaitan antara suatu
kegiatan atau proses dengan proses lainnya (analisis sistem).
Foto atau gambar. Ilustrasi digunakan untuk memberi gambaran yang
konkret kepada pembaca tentang proses yang berlangsung. Yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan ilustrasi, pilihlah foto atau gambar yang
memang perlu untuk ditonjolkan. Dalam pembuatan foto hal yang perlu
diperhatikan ialah penyajian informasi skala karena foto yang ditampilkan
umumnya sudah tidak mempunyai skala yang sama dengan obyek aslinya.
Caranya ialah dengan meletakkan penggaris ataupun petunjuk lainnya yang
ukurannya sudah umum diketahui di dekat contoh atau obyek foto.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|19
Bab II. Tata Penulisan
2. Judul dan Keterangan
Judul diletakkan diatas tabel dengan diawali huruf kapital tanpa diakhiri
tanda titik, sedangkan judul gambar (ilustrasi selain tabel) diletakkan dibawah
gambar diakhiri tanda titik.
Judul yang kurang dari satu baris diletakkan
simetris, sedangkan judul yang lebih dari satu baris diketik mulai dari tepi kiri,
baris selanjutnya diketik sejajar dengan awal judul (bukan awal nomor). Baik
gambar maupun tabel diberi nomor untuk keseluruhan bab dengan angka Arab
(1,2,3, dst.).
Pada umumnya, tabel memerlukan 3 garis horizontal, yakni garis
pembatas atas yang diketik dibawah judul, garis pembatas kepala tabel, dan garis
pembatas bawah. Antara garis dengan teks diberi jarak satu spasi. Garis vertikal
sebaiknya tidak digunakan, tetapi data antar kolom terpisah secara jelas. Selain
3 garis pembatas, garis lain hanya digunakan jika benar-benar diperlukan untuk
memperjelas tabel. Adapun gambar tidak perlu disajikan dalam kotak pembatas.
Keterangan perlu dicantumkan untuk menginformasikan keterbatasan
data, tingkat signifikansi, singkatan atau lambang yang digunakan atau sumber
data sekunder.
Tidak perlu ditulis keterangan, catatan atau sumber dalam
menginformasikan keterangan. Keterangan tabel ditulis 1 spasi dibawah garis
pembatas bawah, dimungkinkan untuk menggunakan font yang lebih kecil, tetapi
tidak kurang dari font 8 pt. Keterangan gambar ditulis dalam satu kesatuan
dengan judul, sedangkan sumber ditulis di belakang judul setelah titik atau
Proporsi luas tanam (%)
diantara tanda kurung (Gambar 1).
70
60
50
40
30
20
10
0
2000
'01
'02
'03
'04
Tahun
Gambar 1. Perkembangan luas tanam komoditas tembakau (--■--) dan
hortikultura
(--♦--) tahun 2000-2004 di Desa
Tuksari, Kecamatan Temanggung. Diolah dari Soekirno (2005)
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|20
Bab II. Tata Penulisan
Petunjuk keterangan tabel biasanya menggunakan simbol non numerik
seperti *, †, ‡, §, € dan lain-lain. Petunjuk keterangan diletakkan pada bagian
tabel yang memerlukan tambahan. Petunjuk yang diletakkan pada judul tabel
berlaku untuk seluruh data, sedangkan petunjuk yang diletakkan pada bagian
tertentu hanya berlaku untuk bagian yang bersangkutan.
Keterangan tentang sumber data dituliskan seperti pengacuan pustaka.
Jika data yang disajikan sudah dimodifikasi atau diolah, maka digunakan kata:
Menurut… atau Diolah dari… diikuti nama penulis dan tahun penulisan. Data
yang bersumber dari hasil analisis data primer tidak perlu dicantumkan
sumbernya.
3. Perujukan dan Interpretasi
Setiap tabel atau gambar yang ada dalam karya ilmiah harus dirujuk dalam
teks yang ditulis sebelum tabel atau gambar dan diletakkan pada halaman yang
sama. Jika tidak memungkinkan tabel dan gambar dapat muncul pada halaman
berikutnya. Upayakan tidak ada bagian halaman yang kosong dan tidak ada
pemenggalan tabel. Perujukan yang tidak disertai keterangan sedapat mungkin
dihindari. Perbedaan kinerja petani nasabah BMT dan non nasabah dapat dilihat
pada Tabel 6, bukan perujukan yang baik.
Walaupun sudah ada tabel atau gambar, teks yang menjelaskan apa yang
diinformasikan tabel atau gambar harus tetap ada. Prinsipnya, tabel harus dapat
dibaca tanpa teks dan teks harus dapat dibaca tanpa tabel. Akan tetapi hati-hati
jangan sampai mengulang informasi yang ditampilkan tabel dalam arti menyebut
kembali semua angka yang ada dalam tabel. Perlu diingat bahwa tidak semua
angka dalam tabel penting. Dalam hal ini, teks berfungsi menguatkan aspek
penting dari tabel yang dibahas. Sebagai contoh, dalam menjelaskan perbedaan
produktivitas sebagaimana ditampilkan Tabel 6, tidak perlu diungkap bahwa:
Produktivitas modal sendiri (53%) lebih tinggi dari produktivitas petani nasabah BMT
(45%), tetapi produktivitas modal nasabah BMT (89%) lebih tinggi dari produktivitas
modal nasabah lembaga keuangan lain (92%).
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|21
Bab II. Tata Penulisan
Dalam teks lebih baik dikemukakan pernyataan sebagai berikut:
Walaupun tidak berbeda secara signifikan, produktivitas modal sendiri lebih tinggi
dari produktivitas modal nasabah BMT, tetapi produktivitas modal nasabah BMT
cenderung lebih tinggi dari produktivitas modal nasabah lembaga keuangan lain.
Penafsirkan tabel dilakukan melalui tiga langkah, yaitu mendeskripsikan
angka atau pola pada gambar, menginterpretasikan data dengan memahami
kecenderungan atau pola data, dan menarik kesimpulan. Dengan ilustrasi Tabel 6,
proses penafsiran dimulai dari mencemati data yang ditampilkan satu per satu.
Nilai signifikansi tidak ada yang kurang dari 5% atau 10%, berarti tidak terdapat
perbedaan signifikan dalam kinerja usahatani antar kelompok. Selanjutnya, amati
satu persatu angka pendapatan, keuntungan dan produktifitas, lakukan
perbandingan antar kelompok. Akan nampak kecenderungan yang sama, yaitu
angka-angka pada non nasabah modal sendiri lebih besar dari nasabah BMT
(Kelompok I) dan angka-angka pada nasabah BMT lebih besar dari nasabah
lembaga keuangan lain (Kelompok II).
Dari proses tersebut akan dihasilkan
kesimpulan yang menjadi bahan uraian interpretasi tabel.
Dengan demikian,
Tabel 6 dapat diinterpretasikan dalam pernyataan berikut.
Walaupun tidak berbeda secara signifikan, kinerja usahatani petani yang
menggunakan modal sendiri cenderung lebih baik dari petani nasabah BMT,
tetapi kinerja petani nasabah BMT lebih baik dari kinerja petani nasabah
lembaga keuangan non- BMT.
Pernyataan tersebut barulah interpretasi hasil. Pembahasan lebih lanjut
didukung dengan informasi lain --mungkin hasil pengamatan atau data yang sudah
diungkapkan lebih awal--, perlu diberikan khususnya untuk menjelaskan
sejauhmana hasil analisis menjawab tujuan dan mengapa hal tersebut terjadi.
Tabel 6. Kinerja usaha tani padi petani nasabah dan non nasabah BMT
Kelompok I
Kelompok II
Kinerja
N
MS
Sign
N
LK
Sign
Pendapatan *)
Keuntungan *)
Produktivitas modal (%)
3,8
2,0
45
4,2
2,1
53
0,17
0,69
0,24
5,1
3,7
98
5,0
3,5
92
0,85
0,71
0,75
*) dalam juataan rupiah per ha
N : nasabah BMT
MS: nonnasabah modal sendiri
LK : nasabah lembaga keuangan non- BMTlain
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|22
Bab II. Tata Penulisan
LATIHAN
Hitunglah berapa jumlah kesalahan tata penulisan pada paragraf di bawah ini!
Kabupaten Gunungkidul dengan kondisi alam yang ekstrim dan masuk dalam
kategori lahan marjinal, menyebabkan beberapa wilayah masuk dalam kategori rawan
pangan. Salah satu Kecamatan yang masuk kategori rawan pangan pada tahun 2013
adalah Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan: untuk
mengetahui tingkat kerawanan pangan; dan hubungan luas lahan, pendapatan dan
tingkat pendidikan terhadap tingkat kerawanan pangan. Metode penelitian dilakukan
menggunakan tekhnik deskriptif dengan memberikan penjelasan dari statistik data
(percentage, mean, data range, frequency distribution, cross tabulation) dan untuk
mengukur tingkat kerawanan pangan dengan menggunakan rumus perbandingan antara
jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan dengan angka kecukupan gizi
sebesar 2.000 kalori. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata konsumsi kalori
harian individu adalah sebesar 1274.25 kalori, dan termasuk dalam kategori penduduk
sangat rawan pangan. Kalori tersebut sebagian besar diperoleh dari konsumsi beras,
jagung dan tempe, sehingga hal tersebut menjadi pola konsumsi harian. tingkat
pendapatan petani, luas lahan pertanian dan tingkat pendidikan tidak memiliki
hubungan dengan tingkat kerawanan pangan.
Tuliskan perbaikan tata penulisan pada paragraf di atas!
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|23
Bab III. Kalimat Efektif
BAB III
KALIMAT EFEKTIF
A. DEFINISI KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif
ialah
kalimat
yang
memiliki
kemampuan
untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca,
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif juga
merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan
informasi secara tepat. Jelas berarti mudah dipahami, singkat artinya hemat dalam
pemakaian kata, dan tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
Sebuah kalimat juga dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian
dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Dengan kata lain, kalimat efektif
adalah kalimat yang benar, baik dari segi tata bahasa maupun makna.
B. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Berikut beberapa hal yang dapat memengaruhi suatu kalimat dapat
dikatakan efektif.
1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur
subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Contoh:
Bagi semua mahasiswa UMY harus membayar uang kuliah. (Tidak Efektif)
Ahmad (S) pulang (P) bekerja (O) ke daerah asalnya (KT). (Efektif)
Catatan: Kehadiran kata “yang” di depan predikat akan membuat kalimat
menjadi tidak efektif. Contoh:
Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Merdeka. (Tidak Efektif)
2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Kalimat efektif tidak boleh ambigu (menimbulkan makna atau tafsiran
ganda). Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah undian mobil
dari salah satu bank swasta nasional. (Tidak Efektif)
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|24
Bab III. Kalimat Efektif
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
undian mobil dari salah satu bank swasta nasional. (Efektif)
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi
tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini disebabkan penggunaan kata yang
berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan, yaitu menghilangkan pengulangan subjek dan
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Contoh:
Karena dia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (Tidak Efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (Efektif)
4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami lanjutkan acara ini. (Tidak Efektif)
Untuk menghemat waktu, kami lanjutkan acara ini. (Efektif)
5. Keparalelan atau Kesajajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,
kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-. Contoh:
Pak Guru menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (Tidak Efektif)
Pak Guru menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (Efektif)
6. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada
beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
a. Meletakkan Kata yang Ditonjolkan di Awal Kalimat. Contoh:
1) Harapan kami adalah agar persoalan ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain. (Tidak Tegas)
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|25
Bab III. Kalimat Efektif
2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi persoalan
ini. (Tegas)
b. Membuat Urutan Kata yang Bertahap. Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, melainkan berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak telantar. (Tidak Tegas)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, melainkan berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak telantar. (Tegas)
c. Melakukan Pengulangan Kata (Repetisi). Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan Pertentangan Terhadap Ide yang Ditonjolkan. Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi baik hati.
e. Mempergunakan Partikel Penegasan (-lah, -pun, dan –kah). Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
C. MENATA KALIMAT EFEKTIF
Penataan kalimat dimulai dari pemilihan kata dan istilah yang tepat.
Menemukan kata yang tepat sebagai kendala utama dalam menulis dapat diatasi
dengan memperbanyak penguasaan kosakata. Oleh karena itu, seorang peneliti
seyogyanya menguasai kosakata umum dan istilah yang biasa digunakan di bidang
yang ditekuninya. Pengembangan penguasaan kosakata dan istilah dapat dilakukan
dengan banyak membaca, dan merujuk pada kamus umum maupun kamus istilah
ketika menghadapi keragu-raguan.
Dalam memilih kata, juga perlu diperhatikan dalam konteks apa kata
tersebut
digunakan. Sebagai
contoh,
pemaparan,
perincian,
pembahasan
mengandung pengertian proses, sedangkan paparan, rincian, bahasan mengandung
arti hasil.
Ingat! Kalimat dalam bahasa Indonesia mempunyai ciri pendek, sederhana,
dan pasif. Kalimat yang baik adalah kalimat yang koheren dan mudah dipahami
maksudnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keefektifan sebuah kalimat, yakni: i) menempatkan kata pada posisi yang tepat, ii)
melakukan pengulangan, iii) mempertentangkan, dan iv) menggabungkan beberapa
kalimat pendek.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|26
Bab III. Kalimat Efektif
Berdasarkan ciri-ciri kalimat efektif di atas, cermati beberapa hal berikut
dalam menyusun kalimat.
a. Perhatikan kelengkapan subjek-predikat.
b. Hindari kalimat yang rancu atau tidak logis.
c. Hindari kalimat yang terlalu panjang, terlalu pendek atau mengandung emosi.
d. Gunakan kata penghubung yang tepat dan bervariasi.
e. Hindari penggunaan dialek, variasi bahasa Indonesia dan bahasa asing yang
belum dibakukan sebagai unsur bahasa Indonesia.
f. Hindari penggunaan bentuk dimana, dalam mana, di dalam mana, darimana, dan
yang mana sebagai kata penghubung.
g. Jika tidak ada perbandingan jangan gunakan kata depan daripada.
Kalimat rancu dan boros kata sering ditemui dalam penulisan karya
ilmiah. Kerancuan terjadi akibat dari penambahan kata yang tidak perlu atau
penggunaan dua kata dalam sebuah kalimat secara bersama-sama (Tabel 3). Di
samping itu boros kata sering dijumpai dalam kasus penggunaan dua kata yang
mempunyai makna hampir sama. Sebagai contoh: sebab karena, oleh sebab karena,
agar supaya, adalah merupakan, lalu kemudian, mulai sejak, karena… maka,
meskipun… namun.
Tabel 3. Contoh kalimat rancu dan pembenarannya
Rancu
Dengan
penelitian
meningkatkan …
Berdasarkan
uraian
menunjukkan …
ini
di
dapat
atas
Menurut Saleh (2002) menyatakan …
Seharusnya
Penelitian ini dapat meningkatkan …
Berdasarkan uraian di atas …
Uraian di atas menunjukkan …
Menurut Saleh (2002) …
Saleh (2002) menyatakan bahwa ….
LATIHAN
Efektifkan kalimat-kalimat berikut ini!
1. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
2. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
3. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
4. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
5. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
6. Kantor dimana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
7. Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|27
Bab IV. Paragraf
BAB IV
PARAGRAF
A. SYARAT PARAGRAF
Paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Paragraf
terdiri dari sebuah kalimat topik dan satu atau lebih kalimat pendukung. Kalimat
topik adalah kalimat yang mengandung ide pengontrol. Dalam sebuah paragraf, ide
pengontrol merupakan pusat ide yang berfungsi meringkas semua informasi yang
terkandung dalam paragraf. Di samping itu, ide pengontrol berfungsi sebagai
pembatas ide-ide pendukung yang masuk dalam suatu paragraf. Dengan kata lain,
kalimat pendukung merupakan kalimat yang mengandung ide-ide lain yang
mendukung ide pengontrol.
Untuk menjadi satu bagian yang utuh, sebuah paragraf harus memenuhi tiga
persyaratan, yaitu kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan.
1. Kepaduan Paragraf
Kepaduan adalah kekompakan hubungan antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain dalam membentuk paragraf itu (setiap kalimat dalam
paragraf itu berhubungan). Kepaduan dapat dibentuk dengan unsur-unsur
berikut.
a. repetisi kata kunci
b. penggunaan kata ganti
c. pengggunaan kata transisi
d. urutan isi paragraf
2. Kesatuan Paragraf
Semua kalimat yang ada dalam paragraf itu mendukung satu pikiran
utama atau bisa dikatakan memiliki satu pikiran utama yang menjiwai isi seluruh
paragraf.
3. Kelengkapan Paragraf
Kelengkapan yang dimaksud di sini adalah ketuntasan pembicaraan
dalam suatu paragraf. Hal ini bisa dilakukan dengan menghadirkan kalimatkalimat penjelas yang cukup menunjang kalimat topik (memiliki beberapa
pikiran penjelas yang mendukung pikiran utama).
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|28
Bab IV. Paragraf
B. JENIS PARAGRAF
Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf diklasifikasikan menjadi lima
jenis paragraf.
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif merupakan jenis paragraf yang letak kalimat
utamanya di awal paragraf. Kalimat utama yang terletak di awal paragraf
cenderung berupa kalimat yang memiliki makna umum sehingga makna yang
terkandung dalam kalimat tersebut menyeluruh pada paragraf tersebut.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif merupakan jenis paragraf yang letak kalimat utamanya
di akhir paragraf. Kalimat utama yang terletak di akhir paragraf cenderung
berupa kalimat simpulan yang maknanya mencakup seluruh isi paragraf.
Kalimat simpulan pada akhir paragraf biasa menggunakan kata kunci seperti
jadi, dengan demikian, oleh sebab itu, hal itulah, dan kata kunci yang
menyatakan simpulan yang lain.
3. Paragraf Ineratif
Jenis paragraf ini meletakkan kalimat utama di tengah paragraf. Kalimat
utama tersebut menjelaskan secara umum isi paragraf setelah diawali dan
diakhiri dengan kalimat penjelas.
4. Paragraf Variatif/Campuran
Jenis paragraf ini memiliki kalimat utama di awal dan di akhir paragraf
sehingga paragraf ini dimulai dengan kalimat umum yang diakhiri dengan
simpulan.
5. Paragraf Deskriptif
Jenis paragraf ini tidak memiliki kalimat utama karena seluruh kalimat
dalam paragraf ini berupa kalimat inti (yang memiliki makna dan isi kalimat)
yang penting dalam paragraf.
C. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
Paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai cara yaitu umum-khusus,
khusus-umum, generalisasi, definisi, sebab-akibat, akibat-sebab, sebab-akibat 1akibat 2, analogi, kronologi, perbandingan, dan contoh. Penjelasan dan contoh dari
masing-masing teknik pengembangan paragraf sebagai berikut.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|29
Bab IV. Paragraf
1. Umum-Khusus
Paragraf umum-khusus dimulai dengan pikiran utama (pernyataan
umum) kemudian diikuti pikiran-pikiran penjelas (pernyataan khusus). Contoh:
Di lapisan stratosfer, ozon sangat bermanfaat bagi bumi. Ozon diibaratkan sebagai
benteng bagi kehidupan di bumi. Penutupan ozon di lapisan stratosfer
mengakibatkan intensitas sinar ultraviolet matahari yang sampai di permukaan
bumi meningkat. Hal ini berarti mengancam kehidupan di bumi beserta
ekosistemnya. Padahal, berdasarkan penelitian dan pengamatan saat ini lapisan
ozon di atas Antartika telah berlubang. Bahkan, setiap tahun lubang itu semakin
besar.
2. Khusus-Umum
Paragraf dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas (pernyataan khusus)
kemudian diikuti pikiran utama (pernyataan umum). Contoh:
Biasanya pelajar bahasa mampu menulis setelah menguasai tiga keterampilan
yang lain. Dibandingkan tiga keterampilan bahasa yang lain, keterampilan menulis
lebih sulit dikuasai. Hal ini disebabkan keterampilan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan seperti grafologi, struktur bahasa,
penguasaan kosakata, dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
dari karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur di luar bahasa harus terjalin
sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Oleh
karena itu, keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling
sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa.
3. Generalisasi
Paragraf yang diawali dengan sejumlah fakta atau fenomena khusus yang
memiliki kemiripan menuju ke sebuah kesimpulan. Contoh:
Tembaga jika dipanaskan akan memuai. Besi jika terkena panas juga akan
memuai. Perak jika dipanaskan pun akan memuai. Dengan demikian, logam jika
dipanaskan akan memuai.
4. Definisi
Paragraf yang memberikan batasan tentang sesuatu yang menguraikan
dengan beberapa kalimat. Contoh:
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik bisa dikelompokan menjadi dua yaitu limbah
organik dan anorganik. Limbah organik adalah limbah yang gampang busuk.
Limbah anorganik adalah limbah yang tidak mudah busuk.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|30
Bab IV. Paragraf
5. Sebab-Akibat
Paragraf yang diawali dengan perstiwa-peristiwa yang menjadi sebab
dan diakhiri dengan peristiwa yang menjadi akibatnya. Contoh:
Indonesia memiliki potensi lahan yang cukup luas untuk pertanian. Akan tetapi,
untuk mengubah sumber daya potensial menjadi sumber daya nyata memerlukan
dana yang besar, teknologi yang cocok, petani yang cakap, dan kesiapan
kelembagaan. Pembukaan lahan gambut satu juta hektar di Kalimantan ternyata
gagal karena teknologi yang digunakan tidak tepat, petani tak siap apalagi soal
kelembagaannya. Hanya komoditi kelapa sawit yang diminati oleh investor, tetapi
kita belum siap mengatur masalah kelembagaannya. Hal itu tercermin dari
lemahnya pengaturan tata ruang dan dampak lingkungan, sehingga menimbulkan
banjir di mana-mana, sengketa tanah dengan penduduk setempat dan
sebagainya.
6. Akibat-Sebab
Paragraf yang diawali dengan perstiwa-peristiwa yang menjadi akibat
kemudian diutarakan peristiwa-peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contoh:
Bonbon tidak naik kelas. Hal ini terjadi karena kesalahannya sendiri. Dia malas
belajar. Sekolah juga sering membolos. Jika ada waktu senggang, dia
menggunakannya untuk hal-hal yang tidak penting seperti bermain dan jalan-jalan.
7. Analogi
Paragraf yang menjelaskan sesuatu yang belum dikenal dengan
membandingkannya dengan sesuatu yang sudah dikenal. Contoh:
Merawat tanaman hias sama halnya dengan merawat anak. Merawat anak
memerlukan cinta, kasih sayang, dan asupan makanan yang bergizi. Demikian
pula halnya dengan merawat tanaman hias, untuk mendapatkan tanaman yang
bagus perlu perawatan dengan cinta, kasih sayang, pupuk, dan air.
8. Kronologi
Paragraf yang disusun berdasarkan urutan waktu kejadian. Contoh:
Dini hari Bu Ratna sudah bangun. Dia mempersiapkan dagangannya. Kemudian ia
bersiap-siap ke pasar. Sesampainya di pasar, dia langsung membuka lapak dan
menata sayuran yang dibawanya.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|31
Bab IV. Paragraf
9. Perbandingan
Paragraf yang mengungkapkan persamaan dan perbedaan dua objek atau
lebih. Contoh:
Mangga, pepaya, pisang, durian, dan sebagainya merupakan jenis tumbuhtumbuhan. Sebagaimana jenis tumbuhan yang lain, tumbuh-tumbuhan tersebut
sangat memerlukan air. Begitu pula dengan sapi, kuda, anjing, kucing dan
sebagainya. Binatang-binatang tersebut dan binatang-binatang lainnya sangat
membutuhkan air.
10. Contoh
Paragraf yang mengungkapkan suatu pernyataan yang diikuti rincian
berupa contoh-contoh. Contoh:
Koleksi seni Museum Sonobudoyo sangat beragam dan jumlahnya mencapai
40.000 buah. Semua koleksi meliputi berbagai bidang ilmu, misalnya arkeologi,
etnografi, dan berbagai jenis koleksi lain.
D. MENYUSUN PARAGRAF YANG PADU
Dalam menyusun sebuah paragraf yang padu, perlu diperhatikan
beberapa hal berikut ini.
1. Pemilihan bentuk organisasi paragraf yang tepat.
Pengorganisasian
paragraf
dapat
mengacu
pada
‘teknik
pengembangan paragraf’: apakah urutan, pertentangan, sebab akibat, daftar,
rincian umum ke khusus, pengelolaan atau susunan definisi.
2. Penggunaan kata penghubung yang tepat sesuai dengan organisasi
paragraf yang dipilih.
Penggunaan kata penghubung yang tidak tepat merupakan kesalahan
yang sering dilakukan dalam menyusun paragraf.
Kata “dan”, “tetapi”,
“sedangkan”, “sehingga”, “kemudian”, “maka” acap kali digunakan sebagai
awal kalimat, padahal kata-kata tersebut merupakan kata penghubung dalam
kalimat majemuk. Pada umumnya kata penghubung dalam kalimat didahului
tanda baca koma, sedangkan kata penghubung antarkalimat diikuti koma.
Kata penghubung antarkalimat semestinya disesuaikan dengan jenis
teknik pengembangan paragraf yang dipilih. Tabel 4 merinci kata hubung
antarkalimat yang dapat digunakan dalam menyusun paragraf yang padu.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|32
Bab IV. Paragraf
Tabel 4. Kata hubung antarkalimat (hubungan transisi)
Hubungan
Transisi
Contoh Kata Hubung
Tambahan
selanjutnya, lebih lagi, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula,
begitu juga, lagi pula
Pertentangan
akan tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya
Perbandingan
sama dengan itu, dalam hal yang demikian, sehubungan dengan hal itu
Akibat
oleh sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu
Tujuan
untuk itu, untuk maksud itu
Singkatan
singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan
Waktu
sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat kemudian,
Tempat
berdekatan dengan itu
Kata penghubung antarkalimat di atas dapat juga digunakan untuk
memulai pembicaraan pada paragraf selanjutnya.
3. Pengulangan kata kunci.
Maksud dari point ketiga ini yaitu memberikan kata kunci yang
diulang-ulang dalam sebuah paragraf. Perhatikan contoh paragraf berikut.
Semua isi alam ini adalah makhluk, artinya ciptaan Tuhan. Ciptaan Tuhan
yang paling sempurna dan paling mulia adalah manusia. Manusia diizinkan
oleh Tuhan memanfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan hidupnya. Akan
tetapi, tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan menyia-nyiakan.
4. Paragraf tidak terlalu panjang
Paragraf yang terlalu panjang akan mengaburkan ide pokok sebuah paragraf.
Sebuah paragaraf mempunyai minimal 3 kalimat efektif (bukan kalimat
tunggal) atau maksimum terdiri atas 200 kata.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|33
Bab IV. Paragraf
LATIHAN
Sebutkan ide pokok dari kedua paragraf berikut.
Hal ini adalah pelajaran yang mesti diketahui setiap orang tua. Doa mereka
sungguh ajaib, jika ditujukan pada anak-anak mereka. Jika orang tua ingin anaknya
menjadi saleh, orang tua harus selalu mendoakan mereka. Sebab, doa orang tua adalah
doa yang mudah dikabulkan. Meskipun orang tua mendoakan kejelekan pada anaknya,
doa itu pun akan terkabulkan. Jadi, orang tua mesti hati-hati dalam mendoakan anaknya.
Kecanduan pada pornografi bisa merusak otak. Otak pecandu pornografi akan
terangsang untuk memproduksi dopamin dan endorfin, yaitu suatu bahan kimia otak
yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. Dalam kondisi normal, zat-zat ini
akan bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik.
Namun dengan pornografi, otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang
berlebihan), sehingga bisa membuat otak mengecil dan rusak.
Buatlah dua buah paragraf dengan topik “pertanian berkelanjutan”!
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|34
Bab V. Kepustakaan
BAB V
KEPUSTAKAAN
Penyusunan karya ilmiah tidak terlepas dari penelusuran kepustakaan. Pustaka
yang digunakan, sebaiknya pustaka primer, yaitu pustaka yang mengandung keterangan
khas dan terbit untuk pertama kali. Contohnya: terbitan berkala (tulisan dalam majalah
dan surat kabar), laporan penelitian, makalah konferensi, pustaka niaga, rincian paten,
rincian standar, tesis, disertasi dan terbitan pemerintah. Terkait dengan penggunaan
pustaka terdapat 3 permasalahan yang perlu mendapat perhatian, yaitu cara pengutipan,
cara pengacuan dan cara penyusunan daftar pustaka.
A. PENGUTIPAN
Banyak pihak, khususnya mahasiswa, menganggap bahwa jika mengutip
persis dengan aslinya (kutipan langsung) maka penulisannya perlu dilengkapi
dengan sumber acuan. Akan tetapi, jika yang dikutip idenya saja kemudian ditulis
dalam kalimat sendiri (kutipan tidak langsung), tidak perlu menyertakan sumber
acuan. Sebenarnya, bagaimanapun cara mengutip apakah persis atau hanya idenya
saja, pustaka yang diacu tetap harus dituliskan. Hanya saja, dalam penulisannya
sedikit berbeda.
Kutipan dibedakan menjadi dua, yaitu kutipan langsung dan tidak langsung.
1. Kutipan Langsung
‘Kutipan langsung’ dilakukan dengan menulis penjelasan atau ide orang
lain dengan tulisan yang sama persis seperti sumber aslinya. Kutipan langsung
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengutip dengan tulisan yang pendek
atau panjang.
Cara pertama adalah pengutipan pendek, yaitu kutipan kurang dari 4
baris (50 kata). Penulisan kutipannya disisipkan dalam teks di antara tanda kutip
dua. Pengutipan langsung ini disebut juga pengutipan pendek.
Contoh:
Terkait dengan keindahan bahasa verbal, Tarigan (1986: 81) menyatakan bahwa
“Bagaimanapun juga kemampuan pembicara dalam mengeksploitasi kelenturan bahasa
akan menimbulkan kekuatan dan keindahan bahasa.”
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|35
Bab V. Kepustakaan
Cara kedua adalah pengutipan panjang, yaitu kutipan lebih dari 4 baris
(50 kata). Penulisan kutipannya diketik dengan spasi rapat dibuat blok tersendiri
(5 ketukan dari kanan dan dari kiri) dapat digunakan font yang lebih kecil.
Contoh:
Model pembelajaran adalah sebuah perangkat yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam proses
pencapaian target pembelajaran. Ada beberapa definisi model pembelajaran, salah
satunya sebagai berikut.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, setiap model pembelajaran
mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai (Joyce dan Weil, 2000:3).
2. Kutipan Tidak Langsung
Pengutipan tidak dilakukan dengan membuat parafrase. Artinya,
penulisan pengutipan dilakukan dengan mengambil gagasan/ide dari sumber
tertentu, tetapi diungkapkan dengan bahasa pengutipnya. Cara tersebut sama
halnya dengan menyitir (sitiran). Berikut beberapa syarat pengutipan tidak
langsung.
a. Pengutipan hanya ide pokoknya saja, bahasa kutipan dengan bahasa
sendiri.
b. Kutipan diintegrasikan dalam badan naskah/teks.
c. Jarak bagian kutipan sama dengan jarak badan teks lainnya.
d. Kutipan tidak menggunakan tanda kutip.
Contoh:
Peserta didik memiliki keberagaman kemampuan dalam aspek
berbahasa. Diskusi memberikan tempat untuk berekspresi baik secara verbal
maupun tulis. Beberapa penulis buku seperti King (1995:1) mendefinisikan
diskusi sebagai sebuah kebiasaan berbicara di depan khalayak dan mengikuti
sebuah aturan serta mampu menjadi anggota yang baik. King mengibaratkan
diskusi seperti bermain golf dan menyetir mobil yang berarti semakin sering
dilakukan semakin mahir.
Catatan: Penting untuk diperhatikan, baik kutipan langsung maupun tidak
langsung harus menyertakan sumber acuan. Pengutipan juga harus
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|36
Bab V. Kepustakaan
dilakukan meskipun pustaka yang diperoleh merupakan sumber kedua.
Contoh:
Peserta didik memiliki keberagaman kemampuan dalam aspek
berbahasa. Diskusi memberikan tempat untuk berekspresi baik secara verbal
maupun tulis. Beberapa penulis buku seperti King (dalam Pratama, 2013:29)
mendefinisikan diskusi sebagai sebuah kebiasaan berbicara di depan khalayak
dan mengikuti sebuah aturan serta mampu menjadi anggota yang baik. King
mengibaratkan diskusi seperti bermain golf dan menyetir mobil yang berarti
semakin sering dilakukan semakin mahir.
B. PENGACUAN
Di samping mengikuti etika kejujuran, pengacuan pustaka berguna agar
pembaca dapat menelusuri masalah yang dicarinya dari sumber pustaka yang diacu.
Sistem pengacuan nama dan tahun merupakan sistem yang paling mudah untuk
digunakan. Nama pengarang yang disebutkan dalam teks hanya nama keluarga atau
nama akhirnya saja. Pada acuan yang tidak memiliki nama pengarang, jangan
digunakan kata anonim, tetapi tuliskan nama institusi yang menerbitkan pustaka
tersebut.
Pada dasarnya nama penulis dapat disebut di permulaan, di tengah, ataupun
di akhir kalimat. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan nama dan tahun
dalam kurung, tetapi digunakan untuk memisahkan sumber acuan yang lebih dari
satu. Tanda ampersen (&) digunakan untuk mengganti kata dan pada penulisan dua
nama penulis, sedangkan et al digunakan di belakang nama penulis pertama pada
kasus nama penulis lebih dari dua orang. Berikut ini beberapa contoh cara
perujukan sumber pustaka dalam teks.
a. Nama penulis pada awal kalimat
Babie (1991) menegaskan bahwa…
b. Nama penulis pada akhir kalimat
…menunjukkan loyalitas nasabah yang rendah (Jannah, 2004).
c. Nama penulis pada akhir alinea
.... Hal ini menunjukkan usahatani lahan pantai mulai menarik bagi pemuda tani.
(Wahyudi, 2005)
d. Penulis 2 orang
Saragih dan Tampubolon (2000) mengungkapkan bahwa …
… merosotnya kinerja pertanian (Saragih & Tampubolon, 2002).
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|37
Bab V. Kepustakaan
e. Penulis lebih dari 2 orang
Fananis et al. (2000) mengungkapkan…
f. Sumber lebih dari satu
Fauziah (2000 & 2001) mengungkapkan…
… disebabkan sektor agribisnis berisiko tinggi (Syafii, 2001; Candra, 2004; Wirawan,
2005).
C. PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA
Pustaka yang disusun dalam daftar, hanyalah pustaka yang diacu dalam
teks. Pada kasus sebuah pustaka ditulis oleh lebih dari dua orang penulis, semua
penulis harus dicantumkan dalam daftar pustaka.
Titik (.) digunakan untuk mengakhiri singkatan, nama pengarang, tahun,
judul pustaka, nama jurnal dan kota.
Koma (,) digunakan untuk memisahkan nama akhir pengarang dengan
nama depan yang disingkat; judul dan halaman, dalam buku yang terdiri dari
sejumlah karangan; penerbit dan kota.
Titik dua (:) digunakan untuk memisahkan judul buku dengan sub
judulnya, atau nomor volume jurnal dan nomor halaman.
Berikut ini beberapa contoh penulisan daftar pustaka (di Program Studi
Agribisnis UMY) untuk berbagai jenis pustaka yang sering digunakan.
Artikel Jurnal
Susanawati, Jamhari, Masyhuri, & Darwanto, D. H. 2016. Integrasi pasar bawang merah di
Kabupaten Nganjuk (pendekatan kointegrasi Engle-Granger). AGRARIS: Journal of
Agribusiness and Rural Development Research 1(1): 43-51.
Artikel Prosiding
Widodo, A. S. 2015. Analisis pengaruh wind barrier dan sumur renteng terhadap produksi dan risiko
usahatani konservasi lahan pantai di Kabupaten Bantul. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Optimalisasi Sumberdaya Lokal Menghadapi MEA 2015. Rusimah, S. Y., Indardi, Fauzan,
M., & Fachruddin, A., (Ed). Yogyakarta, 23 Mei.
Working Paper
Hock, H., & Isenberg, E. (2012). Methods for Accounting for Co-Teaching in Value-Added Models.
Working Paper. Mathematica Policy Research, Inc.
Disertasi (Tesis/Skripsi)
Nasution, A. 2015. Peran Modal Sosial Terhadap Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga
Perdesaan di Indonesia. Disertasi, Institut Pertanian Bogor.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|38
Bab V. Kepustakaan
Makalah yang tidak dipublikasikan
Suharto, U. 2005. Fondasi epistimologi untuk disiplin ekonomi Islam: suatu kajian awal. Makalah
dalam Workshop Pondasi Epistimologis untuk Ilmu Ekonomi, 23 Mei 2005, Fakultas
Ekonomi UMY, Yogyakarta.
Buku
Rogers, E. M. 1995. Diffusion of Innovation: Third Edition. The Free Press, New York.
Cresswell, J. W. 2008. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches: Third Edition. Sage Publication, California. Terjemahan A. Fawaid. 2010.
Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed: Cetakan 1. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Publikasi Lembaga atau Perusahaan
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Ekonomi. BPS, Jakarta.
Artikel Koran
Kusumartono, T. 2005. Reorientasi kebijakan pembangunan kelautan nasional. Republika, 24 Mei,
6-8.
Sumber Online (Lembaga)
Kementrian Riset dan Teknologi. 2012. Startup entrepreneurship (Online). Diakses 05 Desember
2015. http://www.ristek.go.id
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|39
Bab V. Kepustakaan
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat, R. 1991. Paragraf, hlm. 68-74. Dalam Proceding Teknik Penulisan Ilmiah.
Dirjen Dikti, Jakarta.
Kuntarto, Niknik M. 2007. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Margono. 2004. Sumber bahan penulisan artikel ilmiah. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Nasional Penulisan Artikel pada Jurnal Nasional dan
Internasional, 22-25 Juli 2004. Universitas Negeri Malang, Malang (tidak
dipublikasikan).
Oemar Jati, B.S. & F.N. Untorodewo. 1991. Bahasa Indonesia untuk penulisan ilmiah,
hlm. 40-45. Dalam Proceding Teknik Penulisan Ilmiah. Dirjen Dikti,
Jakarta.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ramlam. 2012. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono
Rifai, MA. 2001. Pegangan Gaya Penulisan, Penyutingan dan Penerbitan: Karya
Ilmiah Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sujana, J.G. 1991. Penelusuran sumber buku ajar, hlm 144-150. Dalam Proceding
Teknik Penulisan Ilmiah. Dirjen Dikti, Jakarta.
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|40
Bab V. Kepustakaan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bab 1 Pendahuluan Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2016
Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017
|41
Download