Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana PENGEMBANGAN PAKET DAN STRATEGI PEMBELAJARAN IPA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK SISWA KELAS 3 SD DI DAERAH RAWAN BENCANA Studi Kasus di SD Puncak Manis, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi (DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING PACKAGE AND STRATEGY THROUGH TRADITIONAL GAME FOR THIRD GRADE STUDENTS IN DISASTER PRONE AREA Case Study at Puncak Manis Primary School, Kadudampit District, Sukabumi) Sri Tatminingsih dan Sudarwo Universitas Terbuka, Jl. Raya Pondok Cabe, Tangerang Selatan e-mail: [email protected] Diterima tanggal: 15/10/2012, Dikembalikan untuk revisi: 3/11/2012, Disetujui tanggal: 20/12/2012 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permainan tradisional, karakteristik, dan mengembangkan ujicoba paket dan strategi pembelajaran kelas 3 SD di wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat. Sampel penelitian terdiri atas siswa dan guru kelas 3 di SDN Puncak Manis dan Pemuka masyarakat di Kecamatan Kedungpi, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua siswa tidak mengenal permainan tradisional di wilayahnya, namun terdapat beberapa permainan tradisional yang masih dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Kadudampit, di antaranya Oray-orayan, Cing Ciripit, Pacici Putri, Sonda dan Egrang. Karakterisitik siswa SD di daerah rawan bencana umumnya pasif dan kurang kreatif, bergantung pada guru. Paket pembelajaran yang sesuai siswa kelas 3 SD di wilayah rawan bencana berupa bahan ajar cetak, buku bergambar, dan video. Hasil ujicoba menunjukkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPA untuk materi banjir sebesar 0,58 dan untuk materi gempa bumi sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan paket pembelajaran yang berupa booklet dan buku siswa tentang materi mitigasi dan sanitasi terkait dengan bencana banjir dan gempa bumi yang disampaikan melalui permainan tradisional membantu siswa dalam memahami materi tersebut. Kata kunci: paket dan strategi pembelajaran IPA, permainan tradisional, daerah rawan bencana, dan sekolah dasar Abstract: This research aims to identify traditional games and the characteristics of third grade elementary school students, as well as to develop packages and learning strategies that are appropriate for third grade elementary school students in the disaster-prone area in West Java Province. This study employed research and development as the research design by using third grade students and teachers in elementary school Puncak Manis as well as the community of district Kadudampit, Sukabumi in West Java as the samples. Interviews and observation were used as data collection techniques. The results showed that almost all students are not familiar with the games, but there are some traditional games that are still known by the community of district Kadudampit such as Oray-orayan, Cing Ciripit, Pacici Putri, Sonda and Egrang. The characteristics of elementary school students in the area of disaster-prone are generally passive, dependent on teachers and less creative. Learning packages in a form of printed or picture books and videos that are appropriate for the third grade elementary school students in disaster-prone areas were delivered through traditional games as the strategy. The try out results showed an increase in students’ understanding of science teaching materials especially for the topics of “flood” that is 0.58 and for “earthquake” that is 0.76. This suggests that the use of the learning package in the form of booklets and books students on material 427 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 related to disaster mitigation and sanitation floods and earthquakes which are delivered through traditional games (like Oray-orayan, Ciripit and Cing Pacici-cici Putri) assisted students in understanding the material about mitigation and sanitation related floods and earthquakes. Keywords: packages and learning strategies for science, traditional games, disaster-prone area, dan elementary school Pendahuluan kebutuhan mahluk hidup, penggolongan makhluk Pada saat ini, teknologi canggih sudah merambah hi dup, benda d an sifa tnya dan kesehat an hampir seluruh wilayah tanah air seperti televisi, lingkungan, gerak benda dan energi, penerapan komputer dan internet mulai masuk ke rumah- energi, permukaan bumi, cuaca dan sumber daya rumah dan semakin menyempitnya lahan untuk ala m da n li ngkungannya (Rositaw aty arena bermain anak membuat dan kegiatan bermain Muharam, 2008). Dalam materi sumber daya alam anak-anak semakin berkurang. Anak lebih suka dan lingkungan disi nggung sedik it t enta ng duduk diam di depan televisi untuk menonton bencana alam namun hanya jenis-jenisnya saja. ataupun bermain game atau permainan di dalam Padahal, bencana alam merupakan materi yang rumah lainnya yang bersifat individu. Hal ini sifatnya nyata dan kemungkinan terjadi di negara banyak terjadi di daerah perkotaan. Sekarang ini kita sangat besar. jarang sekali kita melihat anak-anak di daerah Indonesia merupakan negara yang rentan perkotaan yang bermain–main bersama dengan terhadap bencana alam, sehingga berada di teman–temannya, berlari-lari ataupun bersenang- urutan atas ranking bencana dunia. Bencana yang senang berkelompok. Mereka umumnya sudah sering terjadi di Negara Indonesia di antaranya terlalu sibuk dengan kegiatannya masing-masing adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, seperti sekolah, kursus piano, musik, les bahasa tsunami, badai, banjir, kekeringan, tanah longsor, Ing gris, le s ma tema tika , te nnis, be rena ng gel omba ng p anas dan penyaki t ep idem ik. ataupun kegiatan lainnya yang membuat anak Minimnya infrastruktur ditambah kepadatan tidak sempat menikmati indahnya dunia anak– berlebihan dalam suatu area dengan risiko tinggi anak melalui bermain dengan teman sebayanya. seperti dataran rawan banjir, muara sungai, lereng (Tatminingsih, 2009). terjal dan tanah reklamasi menjadi penyebab Pesatnya perkembangan teknologi informasi tertinggi terjadinya bencana. Selain itu, tingkat (TI) ini secara langsung maupun tidak langsung kesadaran penduduk terhadap kondisi lingkungan me njad i sa lah satu pe nyeb ab t ergusurnya se kita r juga m endukung se baga i pe nyeb ab berbagai permainan tradisional yang dimiliki oleh terjadinya bencana alam. Indonesia sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Negara yang rentan dengan bencana alam, setiap banyaknya anak-anak yang lebih banyak, bahkan warganegaranya seharusnya memiliki penge- cenderung lebih menyukai permainan berbasis TI. tahuan yang memadai tentang bencana alam ini, Permainan tradisional pun kini sudah ditinggalkan, termasuk anak-anak. bahkan hampir dilupakan. Kenyataan ini dapat Untuk wilayah Jawa Barat, pada saat terjadi dib uktika n dengan ja waban anak- anak saat ge mpa besa r ya ng t erj adi pada tanggal 2 ditanyakan apakah mereka mengetahui aneka September 2009 dengan pusat sumber gempa di permainan tradisional. Banyak anak yang tidak Tasikmalaya, berdasarkan data Satkorlak Jawa tahu beragam permainan tradisional yang dulu Bar at, tercatat jum lah sekolah yang rusak diwariskan turun temurun. sebanyak 1.314 sekolah. Dari jumlah tersebut, 32 Pembelajaran IPA merupakan salah satu sekolah di antaranya hancur, 674 sekolah lainnya mata pelajaran yang sudah mulai dikenalkan sejak rusak berat, dan 608 bangunan sekolah rusak anak duduk di kelas 3 sekolah dasar (SD). Mata ringan dan sedang (Kompas, 12 September 2009 pelajaran ini diberikan dengan bobot 2 jam per (dalam Rahayu, dkk. 2010a). Dengan kondisi yang minggu. Materi yang diajarkan meliputi beberapa demikian, maka tidak dapat dihindari bahwa hal di antaranya adalah tentang ciri-ciri dan terpaksa kegiatan belajar menjadi terhambat. 428 Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana Tid ak m enut up k emungkinan sekol ah a tau Kajian Literatur ke giat an Bencana Alam (Gempa Bumi dan Banjir) p embe laja ran ter paksa be rhenti sementara (Rahayu, dkk. 2010a). Be rdasarka n la tar bela kang Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi ter sebut, dalam kehidupan masyarakat. Tergantung pada te rdap at b eber apa masa lah yang dap at d i- cakupannya, bencana ini bisa mengubah pola identifikasi terkait dengan pembelajaran di daerah kehidupan dari kondisi kehidupan masyarakat ra wan bencana, per mainan t radi sional d an yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta strategi pembelajaran pada anak-anak SD yang benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial sekolah atau wilayahnya terkena bencana alam. masyara kat, Permasalahan yang muncul dirumuskan sebagai kebutuhan dasar (Yayasan IDEP, 2007a). Bencana berikut. alam di antaranya adalah gempa bumi dan banjir. ser ta m enim bulk an l onja kan Per masa laha n ya ng d irum uska n da lam Gemp a bumi terjadi karena pergesekan penelitian ini, yaitu: 1) Apa saja permainan antara lempeng-lempeng tektonik yang berada tradisional yang terdapat di Propinsi Jawa Barat?; jauh di bawah permukaan bumi. Pergesekan ini 2) Bagaimana karakteristik siswa SD kelas 3 di me ngel uark an e nerg i y ang luar bia sa d an wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat?; menimbulkan goncangan di permukaan. Indonesia 3) Bagaimana paket pembelajaran IPA yang sangat rawa n ge mpa kare na b erad a de kat sesuai untuk siswa SD kelas 3 di wilayah rawan dengan lempeng-lempeng yang aktif dan saling bencana di Propinsi Jawa Barat?; 4) Bagaimana berhubungan satu sama lain, serta karena adanya st rate gi p embe laja ran berb asis per mainan gunung-gunung berapi yang juga aktif. Gempa tradisional bagi siswa SD kelas 3 di wilayah rawan bumi dapat menyebabkan kerusakan sarana bencana di Propinsi Jawa Barat?; dan 5) Bagai- seperti bangunan dan jalan-jalan yang hebat dan mana hasil ujicoba strategi pembelajaran berbasis luas. Gempa juga dapat diikuti bencana alam permainan tradisional terhadap siswa SD kelas 3 berbahaya seperti tanah longsor dan tsunami. di wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat? Korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk: bagian-bagian bangunan yang roboh atau objek 1) mengidentifikasi permainan trasisional yang berat yang lain seperti pohon dan tiang listrik. ter dapa t di Propinsi Ja wa Barat ; 2) meng- Or ang identifikasi karakteristik siswa SD kelas 3 di bangunan yang runtuh. Gempa bumi sering diikuti wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat; oleh gempa susulan dalam beberapa jam atau hari 3) mengidentifikasi paket pembelajaran yang atau bahkan minggu setelah yang pertama, sesuai untuk siswa SD kelas 3 di wilayah rawan walaupun sering tidak sekuat yang pertama. bencana di Propinsi Jawa Barat; 4) mengem- Bahaya gempa susulan adalah penghancuran bangkan banguna n ya ng t elah goy ah a kiba t ge mpa str ateg i pe mbel ajar an b erba sis permainan tradisional bagi siswa SD kelas 3 di bany ak y ang terp erangkap dal am pertama (Yayasan IDEP, 2007a). wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat; Banjir merupakan bencana alam yang paling da n 5) menguji coba str ateg i pe mbel ajar an sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik berbasis permainan tradisional bagi siswa SD kelas dalam segi kemanusiaan maupun ekonomi. Sekitar 3 di wilayah rawan bencana di Propinsi Jawa Barat. 90% dari kejadian bencana alam (tidak termasuk Artikel ilmiah ini merupakan bagian dari laporan be ncana ke keri ngan), berhubungan deng an penelitian Strategis Nasional yang dilakukan oleh banjir. Banjir dapat disebabkan antara lain Ucu Rahayu, Sri Tat mini ngsi h, oleh M esti ka hujan dalam jangka waktu yang panjang atau Sekarwinahyu dan Amalia Sapriati dengan judul hujan deras selama berhari-hari, erosi tanah atau Pengembangan Paket Pembelajaran untuk Siswa buruknya penanganan sampah yang menyebab- Sekolah Dasar di Daerah Rawan Bencana tahun kan air dari sungai dan saluran-saluran meluap 2010. dan membanjiri daerah sekitarnya, pembangunan dan perkembangan tempat permukiman, di mana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap 429 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 air hujan, bendungan dan saluran air yang rusak, bent uk per mainannya sendiri ya ng ber beda tertutupnya tanah oleh semen, paving atau aspal dengan daerah lainnya. Walaupun sehingga sama sekali tidak menyerap air (Yayasan ada beberapa permainan tradisional suatu daerah IDEP, 2007b). mempunyai kemiripan dengan permainan daerah mungkin saja Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002) yang lainnya. Misalnya Sonda (Betawi), Engklek secara umum penyebab terjadinya banjir dapat (Jawa Tengah), Ultop (Sumatra Utara) dan Dor diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu banjir yang Pletok (Jawa Tengah). disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir Permainan tradisional/rakyat merupakan yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Hal-hal salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia, yang termasuk sebab-sebab alami di antaranya maka tugas kitala h untuk melest arikannya. curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedi- Mengingat saat ini berbagai macam permainan mentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase tradisional tampaknya banyak yang mulai tergusur yang tid ak me madai , pe ngaruh air pasa ng. dengan hadirnya permainan-permainan impor Sementara itu, yang termasuk sebab-sebab banjir yang lebih modern serta semakin menyempitnya karena tindakan manusia adalah perubahan lahan untuk berm ain dita mbah lagi dengan Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan kumuh, enggannya orangtua jika melihat anaknya bermain sampah, drainase lahan, bendung dan bangunan dengan sesuatu yang kotor dan tampak ‘jorok’. air, kerusakan bangunan pengendali banjir, dan Permainan tradisonal merupakan simbolisasi perencanaan sistem pengendalian banjir yang da ri p enge tahuan y ang tur un t emur un d an tidak tepat. mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan Di daerah yang gersang di dunia, tanahnya di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan mempunyai daya serapan air yang buruk, atau anak tetap merupakan permainan anak. Dengan jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah demikian bentuk atau wujudnya tetap menye- untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang nangkan dan menggem birakan anak karena kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas diakibatkan terisinya saluran air kering dengan permainan yang dapat mengembangkan aspek- air. Banjir semacam ini disebut banjir bandang. aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana Banjir tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun belajar sebagai persiapan menuju dunia orang masyarakat dapat mengurangi kemungkinan dewasa (Tatminingsih, 2009). terjadinya banjir dan mengurangi dampaknya dengan melakukan tindakan-tindakan gahan atau pence- mitigasi. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak- Mitigasi yaitu mengurangi kerugian yang akan kanak akhir yang berlangsung dari usia enam ditimbulkan oleh bencana. Usaha mitigasi adalah tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan dua belas tahun. Karakteristik utama siswa masyarakat dalam menghadapi bencana alam se kola h da sar adal ah mere ka m enam pilk an sehingga resiko bencana alam dapat dikurangi. perbedaan-perbedaan individual dalam banyak Kearifan lokal sangat membantu kesuksesan segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam mit igasi (Ri dwan, 2 008) . K egi atan mi tiga si intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bencana hendaknya merupakan kegiatan yang bahasa, perkembangan kepribadian dan per- bersifat rutin dan berkelanjutan. kembangan fisik anak. Permainan Tradisional perkembangan kognitif seseorang, yaitu 1) ke- Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan matangan, sebagai hasil perkembangan susunan pulau, budaya dan berbagai suku bangsa yang syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal berbeda antara satu dengan lainnya memiliki balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) inte- ba nyak sek ali perm aina n tr adisiona l at au raksi sosial, yaitu p engaruh-pengar uh yang permainan rakyat. Kekayaan ini dimungkinkan diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan karena setiap daerah biasanya memiliki ciri dan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemam- Menurut Piaget, ada empat aspek dalam 430 Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana puan atau sistem mengatur dalam diri organisme teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, aga r di a se lalu mem pau memp erta hank an pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap yai tu: lingkungannya (dalam Utomo, 2011). berorientasi atau berpusat pada siswa (student 1) p ende kata n pe mbel ajar an y ang Piaget (dalam Utomo, 2011) mengiden- centered approach) dan 2) pendekatan pem- tifikasikan tahapan perkembangan intelektual belajaran yang berorientasi atau berpusat pada yang dilalui anak, yaitu: a) tahap sensorik motor guru (teacher centered approach) (Samsyudin, 2003 usia 0-2 tahun; b) tahap operasional usia 2-6 dalam Rahayu, dkk.2010a). Dari pendekatan tahun; c) tahap operasional kongkrit usia 7-11 pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya atau 12 tahun; d) tahap operasional formal usia diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. 11 atau 12 tahun ke atas. Berdasarkan hal Newman dan Logan (dalam Rahayu, 2010a) tersebut, siswa sekolah dasar berada pada tahap merumuskan: 1) Menetapkan spesifikasi dan ope rasi onal kongkri t, p ada taha p ini anak kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan mengembangkan pemikiran logis, masih sangat profil peri laku dan pri badi peserta did ik; terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak 2) Memp erti mbangkan dan mem ilih sistem mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada pendekatan pembelajaran yang dipandang paling objek-objek kongkrit, dan mampu melakukan efektif; 3) Mempertimbangkan dan menetapkan konservasi langkah-langkah atau prosedur, metode dan Menurut Darmodjo (dalam Rahayu, dkk. teknik pembelajaran; dan 4) Menetapkan norma- 2010a) anak usia sekolah dasar adalah anak yang norma dan batas minimum ukuran keberhasilan sed ang meng alam i pe rtum buha n ba ik p er- atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. tum buha n maupun Sementara itu, Kemp (dalam Senjaya, 2008) pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan intele ktua l, e mosi onal mengemukakan bahwa strategi pembelajaran pertumbuhan anak pada masing-masing aspek adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pem- variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek belajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran David adanya perbedaan individual pada anak-anak (dalam Senjaya, 2008) menyebutkan bahwa sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang dalam strategi pembelajaran terkandung makna sama. Dengan karakteristik siswa tersebut, guru per enca naan. Ar tiny a, b ahwa str ateg i pa da dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan dasarnya masih bersifat konseptual tentang pengalaman belajar yang akan diberikan kepada keputusan-keputusan yang akan diambil dalam siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari- strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1) exposition- tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. discovery learning dan 2) group-individual learning Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan (Rowntree dalam Senjaya, 2008). Ditinjau dari untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi langsung baik secara individual maupun dalam pembelajaran dapat dibedakan antara strategi kelompok. pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi Pembelajaran Pe ndek atan pem bela jar an d apat dia rtik an Metodologi Penelitian sebagai titik tolak atau sudut pandang kita Desain penelitian yang digunakan termasuk terhadap proses pembelajaran, yang merujuk Penelitian dan Pengembangan (R&D). Menurut De pada pandangan tentang terjadinya suatu proses Villiers (dalam Rahayu, dkk. 2010a) penelitian ini yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya memfokuskan pada: 1) pengembangan cara-cara mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan pra ktis melatari metode pembelajaran dengan cakupan permasalahan nyata dan inovati f untuk meme cahk an dan 2) pengajuan prinsip- 431 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 prinsip rancangan umum untuk menginformasikan karakteristik siswa, dan bahan kepustakaan keputusan di masa yang akan datang. Dalam hal lainnya; 3) Kuesioner, untuk mengetahui kondisi ini, peneliti mencoba mengembangkan cara-cara sebelum dan setelah dilaksanakannya uji coba. praktis dan inovatif dalam memecahkan masalah Kuesioner diberikan kepada guru dan siswa kelas yang terjadi dalam kegiatan belajar pada anak- 3 yang menjadi sampel dalam penelitian; 4) Pre- anak SD di daerah rawan bencana. Penelitian tes dan postes, dilakukan untuk mengetahui ada dilakukan dalam periode waktu dari April 2010 atau tidak adanya peningkatan kemampuan sa mpai dengan Dese mbe r 20 10. Pene liti an belajar siswa; dan 5) Observasi, dilakukan untuk dilakukan di SD Puncak Manis, Desa Puncak Manis, mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi menggunakan permainan tradisional. Tahapan dengan siswa dan guru kelas 3 SD Puncak Manis, Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Desa Puncak Manis, Kecamatan Kadudampit, Sukabumi Jawa Barat sebagai responden. Populasi Teknik Pengolahan Data penelitian ini mencakup siswa dan guru kelas 3 Data mengenai penggunaan buku siswa dan dan kelas 5 di wilayah Jawa Barat. Sampel petunjuk guru yang terkumpul dianalisis secara penelitian terdiri atas siswa dan guru SD kelas 3 kualitatif dan kelas 5 di Cirebon (SDN Kebon Baru 4) yang dan data hasil belajar siswa yang berupa pretes mewakili wilayah rawan bencana tsunami dan dan postes dianalisis secara kuantitatif dengan banjir, lalu di Sukabumi (SDN Puncak Manis dan menggunakan t-tes untuk mengetahui ada tidak SDN Cibunar 2) yang mewakili wilayah rawan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap gunung meletus dan tanah longsor serta di materi yang disampaikan (Rahayu, dkk. 2010a). Studi Pendahuluan: Identifikasi kearifan lokal dan karakteristik siswa. Pengembangan Paket dan strategi Pembelajaran untuk siswa SD di wilayah rawan bencana Berbasis permainan tradisional. Uji Coba penerapan strategi pembelajaran dengan menggunaka n permainan tradisional. prosentase dengan analisis deskriptif, Uji Coba Penerapan Paket dan strategi Pembelajaran untuk siswa SD di wilayah rawan bencana Berbasis permainan tradisional. Analisis dan Interpretasi Data. Penyusunan Laporan Gambar 1. Tahapan Penelitian (Rahayu, dkk.2010a) Pengalengan (SDN Pengalengan 4 dan 8) yang Hasil Penelitian dan Pembahasan mewakili wilayah rawan longsor, gempa bumi dan Identifikasi Permainan Tradisional banjir. Mengenai permainan tradisional, melalui salah satu pertanyaan dalam kuesioner terhadap siswa, Teknik Pengumpulan Data menunjukkan bahwa sebag ian besa r si swa Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menjawab tidak tahu dan tidak mengenal budaya berbagai macam teknik, yaitu: 1) Wawancara, di daerahnya. Sedangkan berdasarkan hasil dilakukan untuk mend apatkan data tentang wawancara dengan pemuka masyarakat, 4 orang ker akte rist ik b elaj ar siswa dan per mainan guru SD di Kecamatan Kadudampit (SD Cibunar 2 tradisional anak yang dilakukan terhadap guru, dan SD Puncak Manis), diidentifikasikan bahwa siswa dan pemuka adat setempat; 2) Studi kaulinan barudak (permainan anak) tradisional di dokumentasi, dilakukan untuk mengumpulkan Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi da ta t enta ng p erma inan tra disi onal ana k, Jawa Barat, yaitu Bancakan, Perepet Jengkol, Oray- 432 Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana orayan, Loncat Tinggi, Sonda, Egrang, Cing Ciripit para guru yang akan menerapkan permainan ini dan Pacici Putri. Setelah dianalisis lebih lanjut maka menyatakan bahwa mereka mengenal dan tahu pe rmai nan trad isional yang mungkin unt uk tentang diterapkan yaitu Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici demikian, para guru akan dapat mengajarkan Putri. permainan ini pada anak-anak didiknya. Dari permainan yang teridentifikasi tersebut, dipilih permainan Oray-orayan, Cing Ciripit dan memainkan permainan ini. Dengan Ketiga permainan tersebut dijabarkan pada Tabel 1. Pacici Putri. Ketiga permainan ini dipilih, karena Tabel 1. Jenis Permainan Tradisional Oray-orayan Cara bermain (asli) Permainan ini seperti permainan ular naga, anak yang berada paling akhir kemudian ditangkap dan ditanya mau pilih bulan atau bintang (2 pilihan yang lain juga bisa) kalau anak yang ditangkap tersebut pilih bintang misalnya, maka anak tersebut harus ikut di belakang orang yang punya pilihan bintang. Lagu pengiring (Bahasa Sunda) Oray-orayan luar leor mapay sawah Entong ka sawah parena keur sedeng beukah Oray-orayan luar leor mapay sawah, Entong ka sawah parena keur sedeng beukah, Mending ge teuleum, Di leuwi loba nu mandi, Saha nu mandi, Anu mandina pandeuri………. Kok…kok…kok…. Pacici-cici Putri Cing Ciripit Permainan ini melibatkan 3 anak atau lebih. Satu orang berperan sebagai pemimpin. Anak-anak yang lain menelungkupkan kedua telapak tangannya, dan anak yang jadi pemimpin menekan punggung tangan anak buahnya memakai telunjuk sambil “kawih” ketika di akhir lagu “ kalau mau kembang apa” anak yang tangannya terakhir ditunjuk harus menjawab… setelah menjawab tangan yang ditunjuk harus disimpan di pundaknya (kalau tangan kanan disimpan di pundak kiri, kalau tangan kiri disimpan di pundak kanan) Permainan ini melibatkan 3 anak atau lebih. Satu orang menelentangkan telapak tangan kirinya, anak-anak yang lain menekan telapak tangan anak tersebut dengan telunjuk mereka sambil menyanyika lagu. Ketika di akhir lagu : “mawa wayang jrekjreknong” telapak tangan tersebut mencoba untuk menangkap telunjuk yang menempel di tangannya “Pacici-cici putri térélék kembang celempung ada nona ada tuan kalau mau kembang apa........?" "Hayang kembang naon?" cék Inah nanya ka Titi bari nyekel kana leungeun katuhu Titi. "Hayang kembang sebé........!" témbal Titi. "Heeh........kabogohna ka anak Mang Lebé ... !" Cingciripit tulang bajing kacapit Kacapit ku bulu pare Bulu pare seuseukeutna Jol Pa Dalang Mawa wayang, jrekjreknong! 433 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 Cara bermain (dalam penerapan pembelajaran) Sebelum permainan ini dimulai, Sebelum permainan ini Sebelum permainan ini tentukan dua anak yang akan dimulai, tentukan satu anak dimulai, tentukan satu menjadi penjaga. Permainan yang akan menjadi pemimpin anak yang akan menjadi dilakukan seperti permainan permainan. Di akhir lagu, anak pemimpin permainan. Di aslinya. yang tangannya ditunjuk akhir lagu, pemimpin harus menjawab pertanyaan permainan akan menangkap Anak yang berada di paling dari kartu pertanyaan yang telunjuk salah satu peserta belakang akan ditangkap oleh dua dipilih. Bila anak menjawab permainan, dan anak penjaga. Anak yang tertangkap benar, maka dia akan masuk tersebut harus menjawab tersebut akan diberikan pertanyaan kelompok “Pemenang”, bila pertanyaan dari kartu sesuai dengan kartu yang anak tersebut menjawab salah pertanyaan yang dipilih. dipilihnya yang dipegang oleh salah maka dia akan masuk Bila anak menjawab benar, satu dari anak yang menjadi kelompok “Kalah”. Permainan maka dia akan masuk penjaga. Bila anak yang tertangkap ini berakhir jika semua anak kelompok “Pemenang”. Bila menjawab benar, maka dia akan sudah masuk menjadi anggota anak tersebut menjawab masuk kelompok “Pemenang”, bila kelompok. salah, maka dia akan masuk anak tersebut menjawab salah kelompok “Kalah”. maka dia akan masuk kelompok Bagi anak-anak yang masuk Permainan ini berakhir jika “Kalah”. kelompok “kalah” maka ia semua anak sudah masuk akan mendapat hukuman, menjadi anggota kelompok. Permainan ini berakhir jika semua yaitu menirukan salah satu anak sudah tertangkap dan masuk gerakan penyelamatan diri Bagi anak-anak yang masuk menjadi anggota kelompok. Bagi saat terjadi bencana gempa kelompok “kalah” maka ia anak-anak yang masuk kelompok bumi dan banjir. akan mendapat hukuman, “kalah” maka ia akan mendapat yaitu menirukan salah satu hukuman, yaitu menirukan salah gerakan penyelamatan diri satu gerakan penyelamatan diri saat terjadi bencana gempa saat terjadi bencana gempa bumi bumi dan banjir. dan banjir. Setelah kegiatan permainan selesai, guru akan mengulas kembali jawaban-jawaban siswa dalam kegiatan permainan tersebut. Sumber: Rahayu, dkk. 2010b) Identifikasi Karateristik dan Gaya Belajar maksud dari pertanyaan tersebut. Pada saat Siswa SD Kelas 3 menjawab, guru dan peneliti tidak melakukan Untuk mengidentifikasi karakteristik dan gaya intervensi sama sekali terhadap jawaban yang belajar siswa SD kelas 3, digunakan kuesioner dituliskan siswa. yang sifatntya terbuka dan tertutup. Terbuka Be rdasarka n kuesioner yang me ngga li arinya pertanyaan yang diajukan dapat dijawab pendapat siswa tentang karakteristik dan gaya siswa secar a be bas sesuai d enga n pe ma- belajar mereka, yang disebar kepada 28 siswa hamannya sendiri. Tartutup artinya pertanyaan kelas 3 SD Puncak Manis Kabupaten Sukabumi dalam kuesioner dapat dijawab siswa dengan diperoleh hasil sebagai berikut. Sebanyak memilih salah satu atau lebih jawaban yang sudah siswa dapat menerima pembelajaran dengan disediakan dalam kuesioner tersebut. Kuesioner cepat dan 10% menerima pembelajaran dengan tentang karakteristik dan gaya belajar siswa lambat dan 70% menyatakan antara cepat dan diberikan kepada siswa kelas 3 SD. lambat. Untuk mengisi kuesioner tersebut, siswa Ketika ditanyakan 20% apakah mereka pernah dibantu oleh guru. Caranya, yaitu dengan mem- meminta bantuan guru untuk menje lasakan bacakan tiap pertanyaan lalu guru menjelaskan materi pembelajaran yang disampaikan, sebagian 434 Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana besar 70% menyatakan tidak pernah bertanya alat peraga, dan 36% siswa menyatakan bahawa at au m eminta b antuan guru. Al asan siswa guru tidak pernah menggunakan alat peraga. bertanya atau meminta bantuan kepada guru 92% siswa menyatakan bahwa mereka mem- adalah 48% siswa menginginkan pengulangan perhatikan penjelasan yang disampaikan guru penjelasan, 26% siswa mengharapkan klarifikasi pada saat guru menggunakan alat peraga dan dari yang dijelaskan guru, dan 20% meng- 8% lainnya tidak memperhatikannya. harapkan diberikan contoh atau pendalaman atau pengayaan. Media yang paling disukai untuk digunakan dalam pembelajaran oleh 26% siswa adalah Data tentang lamanya siswa dapat ber- gambar, 21% siswa menyukai buku, 17% siswa konsentrasi pada pelajaran menunjukan bahwa menyukai benda sebenarnya, 13% siswa menyu- 50% siswa menyatakan dapat berkonsentrasi kai film, 8% siswa menyukai benda tiruan (model), sampai dengan pelajaran selesai. Selama guru 8% siswa menyukai benda yang mengandung menjelaskan pelajaran di kelas 100% siswa unsur seni, dan 7% siswa menyukai media audio/ memperhatikan penjelasan guru dan mencatat. radio. Berdasarkan data tersebut, maka paket Selain itu, 90% siswa menyatakan bahwa orang pe mbel ajar an y ang dap at d igunakan dal am tuanya membiasakan mereka untuk belajar pada penelitian ini antara lain berupa bahan ajar cetak jam tertentu. Tindakan orang tua apabila anak (buku yang dilengkapi gambar), audio (kaset atau tidak belajar setiap hari: 30% menasehati dan compact disk) dan video menemani 30% memarahi dengan kata-kata, 20% mendiamka n saj a, dan sisinya (2 0%) ti dak Pengembangan Paket dan Strategi me njaw ab. Wakt u ya ng disukai anak unt uk Pembelajaran belajar: 70% pada malam hari. Alasannya adalah Da lam pene liti an i ni, dike mbangkan pak et karena pada malam hari waktunya lebih panjang, pembelajaran adalah materi yang terkait dengan tidak panas dan bisa belajar sambil bertanya pada materi pelajaran IPA SD yang dikaitkan dengan orang tua/orang lain. Lama belajar pada waktu bencana ala m. Paket pem bela jara n da lam yang disukai adalah 30% siswa belajar selama penelitian yang dikembangkan dijabarkan sebagai 30 menit - 1 jam, 50% siswa belajar selama 1-2 berikut: 1) Buku petunjuk guru yang di dalamnya jam dan 30% siswa belajar lebih dari 3 jam. Hasil me muat tersebut menunjukkan bahwa siswa SD di daerah Pembelajaran (strategi) dengan model PAKEM; 2) tersebut memiliki karakteristik antara cepat dan Buku siswa yang memuat materi dan petunjuk lambat dan dapat berkonsetrasi dalam menerima kerja bagi siswa yang dikaitkan dengan permainan pel ajar an y ang d isam paik an. Adapun untuk anak dengan lagu pengiring berbahasa Sunda; belajar di rumah, mereka hanya akan belajar jika 3) Booklet seri bencana yang terdiri atas 5 booklet. ada PR atau tugas dari sekolah. Mereka juga lebih yaitu Bencana Gempa Bumi, Bencana Banjir, nyaman belajar pada malam hari antara 30 menit Bencana Longsor, Bencana Gunung Meletus, dan hingga 2 jam. Orang tua tidak memaksa anaknya Bencana Tsunami. Booklet ini dirancang bergambar untuk belajar, namun hanya mengarahkan saja. dan berwarna, serta menggunakan bahasa yang Selain itu, bila anak mereka tidak belajar orang komunikatif. Dalam artikel ini booklet yang tua akan menasehati dan menemani hingga digunakan hanya booklet yang diterapkan di SDN memarahi anak mereka. Puncak Manis, yaitu tentang Rancang an Pelak sana an booklet tentang Bencana Gempa Bumi, Bencana Banjir; 4) Program video Identifikasi Paket Pembelajaran yang Sesuai yang menggambarkan/mencontohkan permainan untuk Siswa SD Kelas 3 anak yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran Identifikasi paket pembelajaran yang sesuai untuk yang aktif kreatif dan menyenangkan terkait siswa SD kelas 3 didapat dari hasil kuesioner yang dengan topik bencana; 5) Perangkat kartu soal diberikan kepada siswa SD kelas 3 dengan sampel untuk materi bencana: gempa bumi dan banjir. yang sama. 26% siswa menyatakan bahwa guru Pertanyaan yang ada sering menggunakan alat peraga, 38% siswa materi bencana itu sendiri, mitigasi dan sanitasi. menyatakan bahawa guru jarang menggunakan Kartu soal memuat pertanyaan dan jawaban. pada kartu soal meliputi 435 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 Kartu soal dibuat dengan menggunakan kertas memahami materi. Untuk materi mitigasi dan warna agar menarik bagi siswa (Rahayu, dkk. sanitasi terkait bencana banjir, penguasaan dan 2010a). pemahaman siswa kelas 3 SDN Puncak Manis Selain Paket Pembelajaran, dikembangkan mengalami peningkatan sebesar 0,58%. Hal ini pula strat egi dala m me mbel ajar kan mate ri menunjukkan bahwa isi materi booklet mitigasi dan tersebut dengan mengintegrasikan permainan sanitasi terkait bencana banjir sesuai untuk siswa tradisional anak. Strategi pembelajaran digam- kelas 3 SD dan penggunaan permainan tradisional barkan pada Gambar 2. (Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici-cici Putri) dapat membantu siswa memahami materi tersebut. Pretest Kuesioner siswa awal Menjelaskan Tujuan Topik Manfaat Membagi dan belajar booklet Nonton DVD Mengondisikan kelas Posttest Kuesioner siswa akhir Bermain: Orayorayan Pacici Putri Cing caripit Mengulas kembali materi Melengkapi buku siswa Menegaskan cara bermain Membagi siswa menjadi 3 kelompok Mengisi buku siswa Gambar 2. Alur Strategi Pembelajaran Uji Coba Penerapan Pembelajaran Melalui Kegiatan Permainan Tradisional bagi Siswa Kelas 3 SD Hasil Pretest dan posttest Nilai Materi Gempa Bumi Pretes 3,15 Rata-Rata Peningkatan dalam% Materi Banjir Postes Pretes Postes 3,95 2,89 3,47 0,79 Dari data tersebut tampak bahwa untuk Keterangan 0.58 Hasil kuesioner siswa sebelum ujicoba materi mitigasi dan sanitasi terkait bencana gempa penerapan pembelajaran melalui permainan bumi, rata-rata pemahaman siswa kelas 3 SDN tradisional Puncak Manis Sukabumi mengalami peningkatan Sebelum strategi pembelajaran diterapkan, siswa sebesar 0,79%. Hal ini menunjukkan bahwa diberikan kuesioner dengan pertanyaan terbuka. penggunaan paket pembelajaran yang berupa Be rikut ad alah rangkuman jawa ban sisw a. booklet dan buku siswa tentang materi mitigasi Sebagian besar siswa menyatakan menyukai dan sanitasi terkait bencana gempa bumi yang pelajaran IPA, dengan alasan pelajaran IPA disampa ikan pe rmai nan sangat menarik, menyenangkan, asyik dan tidak tradisional seperti Oray-orayan, Cing Ciripit dan membosankan. Hanya 10% siswa yang tidak Pacici-cici Putri, dapat lebih membatu siswa menyukai pelajaran IPA dengan alasan pelajaran 436 mel alui keg iata n Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana IPA sulit dipelajari. Sebagian besar siswa (95%) Menurut pendapat guru, penerapan pem- juga menyatakan kesulitan dalam mempelajari belajaran IPA dengan fokus materi Banjir dan IPA, karena mata pelajaran tersebut memang sulit Gempa bumi untuk siswa kelas 3 SD adalah sangat dan tidak mudah dimengerti. baik dan sangat membantu guru dalam menyampai kan mate ri p embe laja ran. Str ateg i ya ng Hasil kuesioner siswa dan guru setelah di kemb angk an ujicoba penerapan paket pembelajaran diterapkan dan tidak membutuhkan pelatihan j uga sang at m udah unt uk melalui permainan tradisional yang panjang. Namun, untuk menerapkannya Setelah selesai penerapan pembelajaran melalui diperlukan perangkat multi media, seperti video permainan tradisional, siswa diberikan kuesioner pl ayer aga r ke seluruha n ma teri dan pak et untuk mengetahui pendapat mereka terhadap pembelajaran yang disediakan dapat diman- pelaksanaan pembelajaran melalui permainan faatkan lebih optimal. Namun, dengan bahan ajar tradisional. Berikut adalah rangkuman jawaban cetak yang tersedia ( booklet, buku siswa dan buku siswa. Sebanyak 26% siswa menyatakan tidak petunjuk guru serta kartu soal) materi tersebut menyukai pelajaran IPA melalui permainan, da pat tersampa ikan de ngan bai k. Apala gi karena menurut mereka, belajar IPA seharusnya diterapkannya melalui permainan tradisional yang tidak sambil bermain karena akan mengganggu membuat kegiatan pembelajaran menjadi menarik konsentrasi dan 74% siswa yang menyatakan dan menyenangkan. Dengan cara ini juga, anak- senang atau suka jika pelajaran IPA dilakukan anak dapat lebih kreatif dan semangat mengikuti melalui permainan dengan bernyanyi dan bermain pembelajaran. karena akan semakin menyenangkan. Selain itu, sebanyak 65% siswa menyatakan mer eka tida k Kondisi Sekolah me ngal ami kesulita n da lam Puncak Manis t erle tak di D esa Suka Manis mempelajari pelajaran IPA dengan alasan ada Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. buku bergambar yang membantu mereka belajar, Lokasi sekolah ini terletak di puncak bukit di kaki dilakukan dengan permainan sehingga perasaan Gunung Gede. Kelas-kelas terdapat dalam dua mereka senang dan gembira, serta belajarnya di lokasi yang berbeda. Kelas 1, 2, 3, 6 dalam d an di luar kel as. Ketika dit anyakan bagian atas dan terlihat bagus dengan bangunan tentang pe rasaan mereka saat p elaksanaan tembok yang permanen. Meskipun di beberapa pembelajaran melalui permainan, sebagian besar tempat terdapat retakan yang menurut guru dan siswa (85%) menyatakan sangat menyukai dan siswa adalah akibat gempa yang terjadi padqa menyenanginya karena pelajaran IPA menjadi tanggal 2 September 2009 (yang berpusat di tidak sulit, tidak menegangkan, menyenangkan, Tasikmalaya). Dua kelas lainnya terletak di bagian gembira dan bisa lebih bebas bermain. Ada 15% bawah. Antara kelas bagian atas dan kelas bagian siswa yang tetap menyatakan bosan, alasan bawah di hubungkan dengan anak tangga yang me reka ada lah deng an b elaj ar I PA m elal ui terbuat dari adukan semen. Kemiringan letak permainan tradisional, menjadi tidak serius, tidak antara kelas di atas dan di bawah adalah sekitar bi sa k onse ntra si d an k egia tannya m enja di 90 membosankan dan membuat mereka berpikir ruang kelas yang terdapat pada bagian bawah terus. merupakan dua ruangan yang terpisah. Salah Hasil satunya berukuran kurang lebih 6X6 meter dan menggunakan permainan tradisional dengan cara yang satunya lagi berukuran 4 X 5 meter. Dinding yang menyenangkan dalam pembelajaran IPA di di kedua ruangan itu cukup memprihatinkan. SD Bagian temboknya sudah berlubang dan ditutupi me mbua t b ahwa dan berjarak kurang lebih 50 meter. Kondisi dengan aka n i ni m enunjukk an 0 terletak di se bagi an b esar siswa menyukai pelajaran IPA ini. Selain itu, penggunaan papan triplek. Di antara kelas yang terletak di paket berupa booklet berupa buku bergambar atas dan kelas yang di bawah, pada bagian akan membuat siswa semakin tertarik untuk tengah terdapat kamar mandi yang terdiri dari 2 mempelajari dan memahami materi pelajaran IPA. kamar mandi. Meski kondisinya kurang bagus, namun kamar mandi ini tampak bersih dengan 437 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012 sumber air yang jernih dan mengalir lancar. SD N hasil belajar siswa. Menurut guru, strategi ini Puncak Manis memiliki 177 murid yang terdiri dari mudah diterapkan, hanya kendalanya adalah kelas 1 hingga kelas 6 masing-masing yang tidak adanya perangkat untuk memutar video tergabung dalam yang terdapat dalam paket pembelajaran ini. satu rombongan belajar. Kelima, hasil uji coba penerapan pembelajaran Simpulan dan Saran melalui permainan tradisional ini menunjukkan Simpulan adanya peningkatan pemahaman siswa kelas 3 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan SDN Puncak manis terhadap materi yang di- dengan populasi siswa SD kelas 3 SDN Puncak sampaikan, yaitu untuk materi gempa bumi terjadi Ma nis Suk abum i, peningkatan sebesar 0,79 dan untuk materi banjir diperoleh hasil yang disimpulkan sebagai berikut. Keca mata n Ka duda mpit terjadi peningkatan sebesar 0,58 dengan rentang Pertama, permainan tradisional anak-anak nilai 0-10. Skor tertinggi yang diperoleh siswa ( Kaulinan Barudak) termasuk budaya yang hampir adalah 8 (dari sepuluh soal yang diberikan) dilupakan oleh sebagian masyarakat Jawa Barat, khususnya anak-anak sebagai generasi penerus Saran bangsa. Hampir seluruh siswa kelas 3 di SDN Ber dasar kan simpul an ya ng te lah d iurai kan Puncak Manis t idak me nget ahui per mainan tersebut, rekomendasi yang dapat disampaikan tra disi onal yang ad a di dae rahnya. Kedua, adalah sebagai berikut. karakteristik siswa di SDN Puncak Manis Keca- Pertama, sebaiknya kearifan lokal diinte- matan Kadudampit-Sukabumi yang dapat ter- grasikan dalam kegiatan pembelajaran, khusus- identifikasi adalah bahwa sebagian besar siswa nya permainan trasisional anak. Selain untuk merasakan trauma terhadap bencana, khususnya melestarikan kearifan masing-masing daerah juga gempa bumi dan banjir. Selain itu, siswa di daerah unt uk m engenalka n dan menanamk an p ada sampel memiliki ketergantungan yang cukup tinggi si swa tent ang buda ya l okal yang di mili ki dengan guru, kurang kreatif, kurang memiliki daerahnya masing-masing. Pengintegraian ini juga keb eranian untuk ber tany a da n me njaw ab da pat digunaka n untuk mem buat pel ajar an pertanyaan. Selain itu, kemampuan membacanya menjadi lebih bervariasi, menarik dan menye- masih belum mahir dan kemampuan memahami nangkan. Kedua, karakteristik siswa di tiap wilayah materi masih cukup terbatas sehingga materi yang berbeda-beda. Sebaiknya dalam menyampaikan akan disampaikan harus jelas dan rinci serta pelajaran, mengembangkan suatu model atau menarik. Ketiga, berdasarkan hasil identifikasi paket pembelajaran pengembang perlu mem- karakteristik siswa dan permainan tradisional di perhatikan karakteristik yang dimiliki oleh siswa wilayah sampel, maka paket pembelajaran yang yang akan menggunakannya. Ketiga, sebaiknya paling sesuai untuk siswa kelas 3 SDN Puncak dikembangkan paket pembelajaran yang bisa Manis adalah paket dengan multi media, yaitu mengoptimalkan belajar anak yang meliputi berupa bahan ajar cetak yang juga dilengkapi bahan ajar cetak, video dan audio sehingga dengan media video. Paket pembelajaran yang kemampuan belajar siswa yang berupa auditif, dikembangkan meliputi materi pembelajaran IPA visual dan audio visual dan reading, writing dapat dengan fokus pada bencana gempa bumi dan terakomodasi dengan baik. Keempat, meskipun banjir yang dirancang dalam bentuk buku siswa strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan dan buku petunjuk guru serta booklet bergambar kreativitas, keaktifan dan hasil belajar siswa yang diintegrasikan dengan permainan trasisional namun peran guru/pendamping tetap tidak dapat anak (Oray-orayan, Cing Ciripit dan Pacici Putri) yang dig anti kan deng an m edia . Ke lima , St rate gi dikemas dalam bentuk video sehingga menarik pembelajaran ini masih jauh dari sempurna, dan menyenangkan. Keempat, hasil penerapan semoga ada pihak lain yang merasa berkepen- st rate gi p embe laja ran berb asis per mainan tingan yang akan melakukan penelitian dan tradisional ini cukup memuaskan. Hal ini dapat pengemb anga n la njuta n se hing ga hasil ny a dilihat dari hasil kuseioner untuk siswa dan guru semakin sempurna dan apat diterapkan pada diperoleh hasil bahwa paket pembelajaran ini siswa SD kelas 3. dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas dan 438 Sri Tatminingsih dan Sudarwo, Pengembangan Paket dan Strategi Pembelajaran IPA melalui Permainan Tradisional untuk Siswa Kelas 3 SD di Daerah Rawan Bencana Pustaka Acuan Kodoatie Robert J. dan Sugiyanto. 2002. Banjir Berberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Rahayu. U, Sekarwinahyu, M., Tatminingsih, S. 2010a. Pengembangan Paket Pembelajaran untuk Siswa Sekolah Dasar di Daerah Rawan Bencana, Laporan Penelitian Strategis Nasional, Jakarta: Kemendiknas. Rahayu. U, Sekarwinahyu, M., Tatminingsih, S. 2010b. Paket Pembelajaran di Daerah Rawan Bencana (Petunjuk Guru). Bagian dari Laporan Penelitian Strategis Nasional, Jakarta: Kemendiknas. Ridwan N. A. 2008. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal, Diambil 9 Pebruari 2009 dari http:// ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf Rositawaty dan Muharam, Anis. 2008. Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 3 (untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KelasIII). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tatminingsih, Sri. 2009. Membisikan Pesan-Permainan Sederhana Berguna Luar Biasa: Modifikasi Permainan Tradisional Sebagai Sarana Pengembangan Kemampuan Anak. Jurnal Online Jendela. Jakarta: Pusat Studi Psikologi dan Pendidikan Anak. Utomo, Pristiadi. 2011. Ilmuwan Muda, Piaget dan Teorinya. Diunduh pada 15 Desember, 2011 pkl 15.33. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya. Yayasan IDEP. 2007a. Gempa Bumi! Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat Menghadapi Bencana Gempa. Bali: Yayasan IDEP. Yayasan IDEP. 2007b. Banjir! Cerita tentang Peran Masyarakat Saat Terjadi Banjir. Bali: Yayasan IDEP. 439