APLIKASI METODE MAGNETIK DI TANA TORAJA Sernita Domapa*, Muh.Altin Massinai, Maria *) Geofisika Universitas Hasanuddin Geologi Daerah Penelitian Kecamatan Sangalla berada di bagian timur kota Makale yang mempunyai luas kurang lebih 112,76 km2 dengan batas-batas yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sanggalangi, di sebelah selatan dengan Kecamatan Mengkendek, di sebelah barat dengan Kecamatan Makale dan di sebelah timur dengan Kecamatan Buntao Rantebua. Daerah penelitian terletak di kecamatan Sangalla’ Selatan yang memiliki luas wilayah 47.80 Km2 dengan koordinat 03009’12” LS dan 119056’33” BT. Jika diamati dari morfologinya Kecamatan Sangalla dikelilingi oleh bukit-bukit kars (buntu dalam bahasa Toraja) dan yang terkenal ada 8 buah bukit yaitu Buntu Tongko, Buntu Kote, Buntu Batubakka, Buntu Burake, Buntu Tipodang, Buntu Kandora, Buntu Issong dan Buntu Kaero. Pada dasar bukit-bukit inilah muncul mata air yang mengalir kearah lembah Sangalla dan menjadi sumber air baik bagi kehidupan sehari-hari maupun untuk persawahan. Air yang bersumber dari kaki bukit tersebut mengalir secara gravitasi dari persawahan yang lebih tinggi ke persawahan di bawahnya melalui saluran yang dikelola secara sederhana oleh masyarakat setempat (Lantu.dkk, 2007). Sistem geothermal Sistem panasbumi dapat dijumpai pada daerah dengan gradien panasbumi relatif normal, terutama pada bagian tepi lempeng. Gradien panasbumi biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson & Fanelli, 2004). Keberadaan mataair panas pada suatu daerah, dapat terbentuk oleh dua sebab yaitu oleh aktivitas tektonik aktif dan vulkanisme (Nicholson, 1993): a. Mataair panas akibat vulkanik aktif, dicirikan oleh air panas temperatur tinggi dengan suhu di atas 100oC, suhunya tetap, dijumpai endapan sinter, sulfat dan sulfur, memiliki kandungan ion sulfat dan unsur sulfur yang tinggi akibat reaksi oksidasi H2S di atas permukaan tanah dan unsur volatil magma dari kegiatan vulkanik. b. Mataair panas akibat tektonik aktif, dicirikan oleh air panas temperatur rendah dengan suhu antara 20o – 100oC, dan unsur memiliki unsur sulfur yang relatif lebih rendah. Terdapat tiga (3) elemen penting yang berpengaruh dalam sistem panasbumi, terutama sistem panasbumi hidrothermal yang terdapat di sebagian besar Indonesia, yaitu (Agus, 2012): Sumber Panas Sumber panas pada lapangan panasbumi adalah magma dan aktifitas tektonik lainnya yang berasal dari kedalaman 50 -100 km, bergerak ke atas, mengintrusi lapisan-lapisan batuan dengan membawa temperatur yang tinggi. Reservoir Reservoir adalah suatu batuan yang mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik serta mengandung fluida panas akibat adanya panas bumi. Reservoir diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu : Entalpi rendah, mempunyai batas suhu <125oC dengan rapat daya spekulatif 10 MW/km2 Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu 125 – 225oC dengan rapat daya spekulatif 12,5 MW/km2 Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15 MW/km2 Fluida Fluida pada umumnya berupa air meteorik (berasal dari permukaan bumi), dan adanya air magmatik bersama volatil yang sangat mempengaruhi komposisi kimia. Pada reservoir tersebut air meteorik dapat mengganti fluida yang keluar dari reservoir secara alamiah (hot spring) atau fluida yang keluar ke permukaan. Manifestasi Panasbumi di Permukaan Manifestasi panasbumi yang muncul di atas permukaan bumi mengindikasikan adanya suatu sistem panasbumi yang terbentuk di bawah permukaan yang diakibatkan oleh adanya aktifitas geologi, seperti vulkanisme dan tektonisme yang mengakibatkan fluida di bawah permukaan bumi mengalami pemanasan, kemudian muncul di permukaan melalui rekahan-rekahan. Rekahan-rekahan tersebut dapat disebabkan oleh sesar, patahan dan aktifitas geologi lainnya. Manifestasi panasbumi yang muncul di permukaan berupa tanah hangat (warm ground), permukaan tanah beruap (steaming ground), kolam air panas (hot pools), mata air hangat atau panas (hot or warm spring), fumarol, geyser, kubangan lumpur panas (mud pools), batuan alterasi, rembesan (seepage), letusan hidrotermal (hydrothermal eruptions). Unsur-unsur Kimia dalam Fluida Panasbumi Unsur terlarut biasanya lebih banyak berada di larutan dibanding dalam mineral, dan tidak mudah bereaksi (unsur konservatif). Contohnya: Cl, B, Li dan Br. Komposisi kimia unsur – unsur yang terlarut dalam air tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu mayor elemen dan minor elemen. Kelompok mayor elemen terdiri dari kation Ca2+, Mg2+, Na+ dan K+ serta anion HCO3-, CO3-, SO42-, Cl- dan NO3-, sementara kelompok minor elemen umumnya terdiri dari Fe, Al, Cu, Hg, PO4, NO2 dan lain-lain (Kurniawan, 2013). Giggenbach (1991) membagi zat-zat terlarut dalam dua kategori yaitu tracer dan geoindikator. Tracer secara geokimia bersifat inert (misalnya Li, Rb, Cs, Cl dan B) yang bila ditambahkan ke dalam fluida akan bersifat tetap dan dapat dilacak asal usulnya. Geoindikator adalah zat terlarut yang bersifat reaktif dan mencerminkan lingkungan ekuilibrium/ kesetimbangan, misalnya Na dan K. Ion-ion dalam fluida reservoir dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan kation (ion-ion positif) dan anion (ion-ion negatif) dan berdasarkan kandungan air dan impurities. Kation (ion-ion positif) terdiri dari sodium dan potasium (Na/ K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferrum (Fe), barium (Ba), strontium (Sr). Anion (ion-ion negatif) terdiri dari klorida (Cl), karbonat dan bikarbonat, Sulfat (SO4-) (Agus, 2012). Asal Fluida Panasbumi dan Geoindikator Fluida-fluida panasbumi cenderung memiliki kandungan senyawa yang hampir sama, dengan konsentrasi yang bervariasi.mVariasi tersebut disebabkan oleh beberapa hal antara lain temperatur, komposisi magma pada heat source, jenis batuan/litologi yang dilewati fluida, kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan proses boiling dan mixing. Zat terlarut dalam fluida panasbumi berasal dari interaksi antara batuan dan fluida. Untuk sistem bersuhu tinggi, kemungkinan juga berasal dari proses magmatik (Ariwibowo, 2011). Data kimia yang diperlukan dalam penentuan asal fluida panas bumi adalah kandungan klorida (Cl), litium (Li), dan boron (B). Kemudian dari data kandungan kimia tersebut untuk setiap mata air panas yang terdapat pada daerah penelitian diplot kedalam diagram ternary. Diagram ternary Cl-Li-B merupakan diagram yang dibuat oleh Giggenbach (1991) yang digunakan untuk membedakan sumber yang berbeda dari fluida dengan mengungkapkan asosiasi fraksi fluida tersebut baik dari zona boiling, mixing maupun dari berbagai sumber high temperature steam. Giggenbach (1991) mengutarakan beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai tracer dan geoindikator sebagaimana dari masing-masing zat tersebut, dapat mencerminkan asal usul fluida dan lingkungan ekuilibrium atau kesetimbangannya. 1. Silika Konsentrasi silika dikontrol oleh kelarutan berbagai mineral silikat dalam batuan. Konsentrasi pada umumnya 100-300 ppm 2. Amonia Dijumpai sebagai gas NH3 atau zat terlarut NH4. NH3 kadar tinggi dapat dihasilkan dari kondensasi gas dan dapat juga terbentuk pada fluida permukaan pada sistem panasbumi yg berasosiasi dengan batuan sedimen. 3. Boron Air klorida dari mataair atau sumur biasanya mengandung 10-50 ppm B. Kandungan B yang sangat tinggi (hingga ratusan ppm) biasanya mencirikan asosiasi sistem panasbumi dengan batuan sedimen yang kaya zat organik atau evaporit. 4. Natrium dan Kalium Konsentrasi Na dan K dikontrol interaksi fluida batuan yang tergantung temperatur. Konsentrasi K biasanya 1/10 [Na]. Rasio Na/K semakin kecil, biasanya menunjukkan temperatur semakin tinggi. 5. Li+, Rb+, Cs+ Sering disebut rare alkalies dan merupakan unsur yang mudah larut dari batuan. Mudah bergabung dengan mineral sekunder di mana bila jarak migrasi fluida ke permukaan semakin jauh, konsentrasinya semakin berkurang. 6. Kalsium Pada temperatur tinggi konsentrasi Ca biasanya rendah/<50 ppm, semakin naik dengan bertambahnya tingkat keasaman dan salinitas. Rasio Na/Ca dapat digunakan sama dengan Na/K untuk indikasi zona upflow, di mana makin dekat reservoar, nilai rasio Na/Ca makin tinggi 7. Mg 2+ Pada fluida hidrotermal bersuhu tinggi konsentrasinya rendah. Konsentrasi Mg tinggi mengindikasikan leaching/pelarutan batuan di dekat permukaan atau pengenceran oleh air meteorik kaya Mg. 8. Br Merupakan indikator percampuran air laut. 9. Al3+ Pada fluida permukaan konsentrasinya sangat rendah sehingga sering tak terdeteksi. Pada fluida reservoar konsentrasinya < 2ppm. Air asam sulfat dapat mengandung Al ratusan ppm karena penambahan dari proses leaching. 10. Besi / Fe3+ /Fe2+ Konsentrasi pada air klorida sangat rendah. Konsentrasi besi yang tinggi juga menunjukkan leaching atau mixing dengan fluida asam. Metode Spektrofotometri Serapan Atom Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al.,2000 dalam Anshori,2005). Sember cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya megukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel. Atomdari suatu unsur pada keadaan dasar akan terkena radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994). Skema umum dari alat SSA adalah sebagai berikut: Gambar Skema Umum Komponen pada Alat SSA (Haswel, 1991 dalam Anshori, 2005) Hubungan kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur yang ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau asetilen-N2O, tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur analit menjadi uap atom bebas pada tingkat energi dasar. Metoda Geomagnet Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi. Bumi merupakan sebuah benda magnet raksasa, letak kutub utara dan selatan magnet bumi tidak berimpit dengan kutub geografis. Pengaruh kutub utara dan selatan magnet bumi dipisahkan oleh khatulistiwa magnet. Intensitas magnet akan bernilai maksimum di kutub dan minimum di khatulistiwa. Menurut Telford (1976), Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi : Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian (Telford,1917): a. Medan magnet utama (main field) Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2. b. Medan magnet luar (external field) Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. c. Medan magnet anomali Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (Fe3O4), titanomagnetite (Fe2TiO4)dan lainlain yang berada di kerak bumi. Survei metode geomagnet digunakan untuk mengukur variasi harian yaitu efek medan magnetik dari luar bumi pada lintasan/stasiun yang digunakan. Sedangkan medan magnet utama bumi diperoleh melalui IGRF. Pengukurannya dilakukan dengan menentukan posisi pengukuran, selanjutnya diperoleh posisi lintang, bujur, ketinggian menggunakan GPS, dan melakukan pengukuran menggunakan magnetometer. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah looping, yang berarti titik awal pengukuran digunakan sebagai titik akhir. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan dengan cara koreksi IGRF, koreksi Harian (Diurnal Correction), koreksi Topografi, dan membuat kontur peta anomali magnetik dengan menggunakan surfer. Dari peta kontur anomali magnetik dapat ditukan penampang kontur untuk melakukan pemodelan struktur bawah permukaan. Data Penampang yang kita buat kemudian digunakan sebagai input software pemodelan magnetik. Pemodelan magnetik yang dilakukan menggunakan bantuan software Mag2DC. Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Pola anomali magnetik yang dihasilkan diinterpretasi berdasarkan informasi geologi lokal dalam bentuk distribusi magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya. Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.