Konten Musik Dangdut Dalam Industri Televisi Indonesia Fajar Akbar Merian Dibuat oleh: Fajar Akbar Merian 1006710716 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 1 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 2 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 3 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 4 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Fajar Akbar Merian Program Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Musik dangdut merupakan salah satu jenis musik yang sangat akrab bagi telinga masyarakat di Indonesia. Atas dasar hal tersebut, musik ini pun menjadi sebuah komuditi yang sangat sering untuk diproduksi dan digunakan dalam industri hiburan Indonesia. Kini musik dangdut pun tak hanya sekedar dapat dinikmati dalam sebuah pertunjukan pagelaran musik saja, namun kini musik dangdut pun juga sudah mengisi konten-konten dalam acara-acara program televisi (industri televisi Abstrac Dangdut music is one type of music that is very familiar to the ears of the people in Indonesia. On the basis of this, the music becomes very often to be produced and used in the entertainment industry in Indonesia. Now dangdut music was not just can be enjoyed in a music performance course, but now dangdut music are also quite filling contents in events television program (television industry). Keyword: Musik ,Dangdut, Konten, Televisi. 5 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Latar Belakang Bagi sebagian orang, musik dangdut dianggap sebagai salah satu jenis musik yang bersifat pinggiran, musik rendahan, dan juga bahkan sering dianggap sebagai musik kampungan. Padahal pada kenyataanya musik inilah yang sangat populer dan paling mudah diterima oleh telinga masyarakat Indonesia. Sehingga atas dasar itulah musik dangdut pun kini dimanfaatkan sebagai mesin panghasil uang bagi pelaku bisnis industri kreatif, khususnya bagi pelaku industri pertelevisian di Indonesia. Maka dari itu, jurnal ilmiah ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan tentang penggunaan konten-konten musik dangdut dalam industri televisi di Indonesia. Eksistensi musik dangdut di industri pertelevisian Indonesia kini dapat kita lihat dengan kasat mata, dimana trend yang atau kecenderungan stasiun-stasiun televisi swasta nasional yang telah memasukkan konten-konten musik dangdut dalam program acara yang mereka miliki. Padahal dulu di era 90-an, kebanyakan dari stasiun televisi swasta nasional lebih memilih untuk menayangkan konten musik-musik yang beraliran pop dari pada menayangkan musik dangdut. Sebut saja seperti grup musik Dewa 19 dan Sheila On 7 yang genre musiknya sangat dipengaruhi oleh musik barat. Kedua grup musik tersebut pada era 90-an sangat sering mengisi acara-acara program televisi nasional. Hal ini dikarenakan dulu pengaruh budaya barat yang sangat digandrungi pada saat itu, sehingga musik-musik ini lebih mendapatkan porsi yang lebih besar untuk ditayangkan di stasiun televisi nasional dan musik dangdut pun sulit untuk tampil dalam layar kaca televisi. Namun yang terjadi pada saat ini justru sebaliknya, musik dangdut dijadikan sebagai primadona oleh beberapa stasuin televisi nasional. Konten-konten musik dangdut kini telah mengisi slot-slot prime time di banyak stasiun televisi nasional. Bukan hanya satu stasiun televisi nasional saja yang melakukan hal ini, namun beberapa diantaranya juga ikut mengandalkan konten dangdut sebagai alat penarik penonton acara televisi yang mereka buat. Stasiun televisi nasional tersebut diantaranya adalah Trans TV, Trans 7, ANTV, Global TV, MNC TV, dan SCTV. Acara televisi seperti Yuk Kita Sahur (Trans TV), Yuk Keep Smile (Trans TV), Opera Van Java (Trans 7), Facebukers (ANTV), Campur-Campur (ANTV), dan Eat Bulaga Indonesia (SCTV) merupakan contoh dimana musik dangdut dijadikan sebagai konten unggulan dalam acara televisi tersebut. Masyarakat pun ternyata menyambut positif dengan dijadikannya musik dangdut sebagai konten unggulan dalam beberapa program utama acara televisi nasional. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya rating dan share dari program-program yang menyuguhkan konten dangdut tersebut. Sebagai contoh, program acara Yuk Kita Sahur (Trans TV) yang menjadikan musik dangdut sebagai konten utama dalam programnya, pada bulan ramadahan lalu sempat mencapai share sebanyak 41 persen. Untuk sebuah program acara televisi dengan mendapatkan share sebanyaka 41 persen pada era ini merupakan suatu prestasi yang sangat besar. Hal ini berarti pada saat jam atau waktu acara tersebut ditayangkan, 41 persen dari jumlah populasi pesawat televisi yang ada di Indonesia menyaksikan program acara tersebut. Bahkan karena hal 6 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 tesebut, acara tersebut pun dilanjutkan hingga saat ini dengan nama lain, Yuk Keep Smile dan beberapa stasiun televisi lainnya juga mencoba untuk mengikuti konten dan format acara yang dimiliki oleh Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile. Dengan adanya kesuksesan ini, membuat para pengiklan pun tertarik untuk menempatkan iklan mereka pada acara tersebut dan juga sekaligus membuat stasiun televisi nasional lain mengikuti konsep acara mereka. Tinjauan Literatur Sebelumnya terdapat beberapa tulisan yang terkait dengan konteks penulisan jurnal ilmiah ini, salah satunya adalah seperti yang sudah dituliskan oleh Andrew N. Weintraub dalam bukunya yang berjudul Dangdut: Musik, Identitas, Dan Budaya Indonesia.(2012). Andrew secara khusus menuliskan tentang konten-konten musik dangdut di televisi Indonesia dalam sub bab 6 yang berjudul “Dangdut di TV.” Ia menjabarkan dengan cukup jelas bagaimana sejarah konten musik dangdut masuk kedalam industri televisi Indonesia sejak kemunculan stasiun televisi pertama di Indonesia, yaiutu TVRI. Ketika muncul stasiun televisi swasta komersial, dangdut menjadi komoditi berharga yang dapat dijual untuk jam tayang komersial. TVRI, yang dibiayai oleh pemerintah, tidak bersaing dengan stasiun televisi swasta, dan tetap tidak mau mempromosikan dangdut dengan cara apapun yang berarti. Program dangdut di TVRI dibatasi, dan isinya dikendalikan. Walaupun TVRI pada saat itu menayangkan lima acar musik di tingkat nasional, jumlah penayangan dangdut yang diperbolehkan dalam acara-acara itu dibatasi. Berbicara mengenai dua program, Hoediono Drajat, Kepala Seksi Perencanaan Musik dan Hiburan TVRI, menyatakan bahwa untuk acar Aneka Ria, porsi dangdut bisa sampai 50% dan untuk Album Minggu bisa sampai 40%. Setahun kemudian TVRI melampaui batasan yang dipatoknya, karena tumbuhnya popularitas dangdut.(Andrew N. Weintraub, 2012). Dalam tulisannya, Andrew mengatakan bahwa munculnya konten musik dangdut dipengaruhi juga oleh kepentingan politik yang berkuasa pada saat itu. TVRI yang merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia pada saat itu, menjadi corong kepentingan penguasa untuk mencari popularitas. Salah satunya dalah dengan menggunakan konten musik dangdut. Penyebab meningkatnya tayangan dangdut ada saat itu bukan murni soal melayani selera rakyat. Ketika rezim Soeharto sedang di puncak kejayaannya, para penjabat politik dijajaran tertinggi yang bekerja di bawah bendera Partai Golkar menciptakan jalinan antara media, politik dan budaya. Perlu dicatat pula bahwa perusahaan rekaman harus membayar agar penyanyi mereka dipromosikan di televisi. Penayangan penyanyi, dan kemudian popularitas mereka, bergantung pada siapa yang mampu membayar. Asalkan perusahaan rekaman mampu membeli jam tayang, mencetak lagu hit relatif mudah karena hanya ada satu stasiun televisi. Contohnya, pada masa itu, TVRI getol mempromosikan video lagu “Tidak Semua Laki-laki” yang dinyanyikan oleh Basofi Sudirman, Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Ketua DPD Golkar Jakarta. Produksi acara televisi bukan saja urusan suap, tapi juga politik. (Andrew N. Weintraub, 2012). 7 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Selain itu, Andrew pun tak luput juga menuliskan tentang maraknya kemunculan kontenkonten musik dangdut di stasiun-stasiun televisi swasta Indonesia. Sejak awal 1990-an, dan khususnya semenjak lengsernya mantan presiden Soeharto pada 1998, televisi komersial berperan dominan melambungkan popularitas nasional dangdut. Tayangan dangdut, termasuk video musik, kuis, acara komedi, dan kontes, menjamur pada tahun 1990-an. Pasar untuk dangdut meluas di luar pementasan langsung ke pertunjukkan televisi yang ditonton kaum hawa di rumah. Dangdut memperpanjang jangkauannya ke ruang keluarga kelas menengah, dan genre musik ini mulai mengahapus citra “kampungan” yang tadinya melekat padanya. Tujuan yang dicanangkan stasiun-stasiun televisi swasta adalah untuk menggaet penonton dangdut dari kalangan kelas menengah keatas. Para produser mulai menyemaikan jajaran baru penyayi glamor era 1990-an, antara lain, Evie Tamala, Iis Dahlia, Ikke Nurnajanah dan Cici Paramida. Bintang-bintang in tergolong penyanyi kelas menengah nasional dan mewakili bentuk dangdut yang sudah ditinggalkan martabatnya. Stasiun-stasiun televisi swasta bekerja sama erat dengan pemerintah pusat untu memproduksi acara dangdut yang disiarakan televisi. Pada 1995, dalam rangka perayaan setengah abad kemerdekaan Republik Indonesia, TPI (dengan bantuan penyany Trantula, Camelia Malik, direktur komite hiburan) memperoleh dana dari pemerintah pusat untuk mensponsori konser besar, “Pagelaran Akbar Semarak 50 Tahun Indonesia Emas”. Konser berlangsung pada 5 Agustus 1995 di Ancol, di hadapan penonton yang konon sejumlah lebih dari 250.000 orang. Program-program televisi bereksperimen dengan aneka format yang berkisar di seputar dangdut. Selain video musik dangdut, produser televisi mengembangkan sinetron dangdut. Program ini mengangkat tema dari lagu-lagu dangdut, sebuah ide yang berasal dari film India (Balada Dangdut, 1997). Acara Salam Dangdut, produk MTV Asia yang pertama kali tayang pada 1999, menampilkan video musik, wawancara dengan para bintang, dan kiat-kiat bergoyang. (Andrew N. Weintraub, 2012). Identifikasi Masalah Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, konten musik dangdut masih bisa untuk bertahan dalam dunia bisnis industri kreatif, khususnya dalam industri pertelevisian di Indonesia. Pada saat ini, penulis beragapan bahwa era konten musik dangdut sedang berjaya dalam kancah bisnis hiburan, khususnya dalam industri pertelevisian di Indonesia. Namun di sisi lain industri pertelevisian di Indonesia merupakan salah satu industri yang sangat dinamis dimana trend dan selera pasar sangat berpengaruh. Selain itu perubahan konten dalam waktu singkat dapat berubah-ubah, sehingga banyak pelaku industri yang dalam kurun waktu yang relatif cepat tergeser dari arus utama industri televisi nasional. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tingkat persaingan yang tinggi dalam industri televisi Indonesia akan mempercepat titik penurunan (diminishing point) dalam karir pelaku industri pertelevisian, khususnya dalam hal ini adalah para musisi dangdut yang tampil di layar kaca. 8 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu masyarakat di Indonesia dialanda dengan demam musik Korean Pop atau dapat juaga disebut sebagai K-Pop. Dengan adanya hal ini, para pelaku industri televisi pun sangat responsif menanggapi selera pasar yang terjadi pada saat itu dengan menayangkan video-video klip musik yang dibawakan atau dinyanyikan oleh kelompok Korean Pop. Selain itu, para produsen musik Indonesia pun juga tak mau ikut ketinggalan, mereka berlomba-lomba untuk membuat grup musik yang sangat kental pengaruhnya dengan aliran musik Korean Pop dan dengan mudahnya untuk tampil dalam layar kaca. Namun dengan sifat pasar industri kreatif yang dinamis, secara perlahan demam musik Korean Pop pun mulai memudar, sehingga pelaku indsutri televisi di Indonesia pun mengurangi penayangan-penayangan video klip musik dan segala hal yang berhubungan dengan musik Korean Pop. Asumsi Masalah Berdasarkan pengamatan yang telah dipaparkan sebelumnya, muncul asumsi bahwa dominasi penggunaan konten musik dangdut dalam industri pertelevisian di Indonesia dikhawatirkan akan cepat pudar. Penulis mengkhawatirakan bahwa hal ini akan hanya menjadi sebuah fenomena sesaat yang akan dengan cepat digantikan oleh konten-konten mainstream lainnya dimasa yang akan mendatang nanti. Dengan adanya fakta tersebut, sehingga dengan demikian muncul pertanyaan mampukah konten-konten musik dangdut terus beratahan atau tetap digunakan dalam program-program acara industri televisi di Indonesia? Konteks Historis dan Kultural Sejarah Singkat Musik Dangdut Indonesia Dangdut adalah salah satu jenis musik yang berkembang di Indonesia. Jenis musik ini merupakan turunan dari jenis musik Melayu yang terlebih dahulu sudah dimainkan oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1940-an. Kata dangdut sendiri berasal dari bunyi alat musik gendang yang berbunyi “dang” dan “dut” yang sangat mendominasi musik-musik dangdut. Maka kata dangdut pun digunakan untuk menamai jenis musik ini. Dalam evolusinya menuju musik kontemporer, dangdut yang sekarang kita dengar banyak mendapatkan pengaruh dari unsur-unsur musik India terutama dalam penggunaan tabla dan juga musik Arab pada cengkok dan harmonisasinya. Sekitar 30% dari musik dangdut terpengaruh dari unsur musik India, dan 20% berasal dari unsur musik Arab. Sedangkan sisanya adalah campuran antara Melayu-Indonesia. Pada tahun 1970-an jenis musik ini pun mulai berkembang. Pada tahun inilah muncul beberapa musisi dangdut seperti Ellya Khadam, Ida Laila, A. Rafiq, M. Mashabi, Elvy Sukaesih, Muchsin Alatas, Mansyur S, dan tentu saja Rhoma Irama. Musik dangdut mulai menggunakan instrumen-instrumen musik yang terpengaruh dari budaya barat seperti misalnya gitar listrik. Rhoma Irama salah satu musisi 9 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 dangdut Indonesia pun mulai memasukan efek distrosi gitar pada beberapa lagu dangdut yang ia nyanyikan. Pada era 1970-an juga, Rhoma Irama mulai membentuk grup musk dangut yang bernama Soneta. Musik-musik dangdut yang dibawakan oleh grup musik dangdut ini lebih bernuansa dakwah Isalami. Hal ini dikarenakan untuk menghapus stigma musk dangdut yang sangat dekat dengan dunia maksiat (kriminal) yang melekat dengan kalangan menengah kebawah seperti mabuk dan judi. Pada era itu grup dangdut Soneta cukup membawa perubahan yang signifikan pada musik dangdut Indonesia. Dari segi instrumen, mereka memadupadankan gendang dengan saksofon, gitar listrik dan juga backing vocal wanita. Dari segi pertunjukkan, Soneta membuatnya lebih atraktif. Sedangkan dari segi lirik dan aransemen, jika biasanya lirik lagu melayu identik dengan kepedihan, mendayu-dayu dan ratapan, maka Rhoma menawarkan sesuatu yang lebih optimistis dan dinamis. Musik yang dibawakan oleh grup Soneta ternyata membawa kesuksesan yang besar, dan juga menobatkan Rhoma Irama sebagi “Raja Dangdut”. Pada tahun 1980-an musik dangdut pun mulai terpengaruh oleh jenis-jenis musik populer lainnya seperti mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop dan musik house. Pada awal tahun 1990-an pun muncul talenta-talenta baru dalam dunia dangdut. Musisimusisi tersebut diantaranya adalah Evie Tamala, Iis Dahlia, Ikke Nurjanah dan Cici Paramida. Dan pada saat ini di era 2000-an, musik dangdut pun tetap bertahan dengan segala macam jenis-jenis turunan musik yang digunakan sebagai pengiringnya. Sejarah Musik Dangdut di Televisi Nasional Indonesia Sebelum stasiun televisi swasta nasional bermunculan, Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan satu-satunya stasiun televisi yang mengudara di Indonesia. Ketika itu pada tahun 80-an, stasiun televisi yang seluruh pembiayaannya berasal dari pemerintah ini sudah mulai memasukan konten-konten musik dangdut ke dalam beberapa program acara hiburan yang mereka miliki seperti Aneka Ria Safari, Aneka Ria Nusantara, Irama Masa Kini, Kamera Ria dan Album Minggu. Namun ternyata porsi penanyangan musik dangdut pada kelima program acara hiburan TVRI tersebut masih dibatasi. Seiring dengan berjalannya waktu, stasiun televisi swasta pun mulai diizinkan untuk mengudara. Dengan adanya hal ini, popularitas konten musik dangdut di televisi nasional mulai bermunculan pada tahun 1990-an. Salah satu faktor yang menyebabkan musik dangdut mulai dilirik oleh industri televisi nasional adalah tak lain karena musik ini sangat dekat dengan rakyat Indonesia. Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional yang mempelopori masuknya konten-konten dangdut dalam program acara yang mereka miliki. TPI pada saat itu mencoba untuk mengangkat pamor yang dimliki oleh musik dangdut agar memiliki daya tarik komersil. Target pasar yang diburu oleh TPI 10 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 untuk musik dangdut bukan lagu kaum-kaum buruh kelas sosial bawah, namun melainkan juga menargetkan kaum-kaum menengah keatas untuk ikut menyukai musik ini. Sejak awal 1990-an, stasiun televisi swasta nasional memiliki peran yang sangat besar dalam melambungkan popularitas musik dangdut. Stasiun televisi pun semakin kreatif dalam memasukkan konten musik dangdut kedalam program acara yang mereka miliki. Misalnya, konten dangdut dapat kita temui dalam sebuah program acara kuis dan acara komedi. Pasar untuk musik dangdut pun mulai meluas, yang tadinya hanya dapat dinikmati atau hanya dapat disaksikan melalui pementasan secara langsung, pada saat itu pun berubah kepertunjukkan televisi yang dapat ditonton oleh masyarakat secara banyak melalui pesawat televisi yang mereka miliki. Dengan kemunculan di layar kaca, secara tidak langsung dangdut juga mulai mencoba menarik penonton kelas menengah dan sekaligus menghapus stigma sebagai musik kampungan yang sangat melekat bagi jenis musik ini. Hingga kini musik dangdut pun tetap menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu musik yang diminati oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan tetap bertahannya program acara televisi yang masih mengandalkan dangdut sebagai konten utama dalam program acara mereka. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk meneliti berbagai macam program acara di industri televisi Indonesia yang menggunakan konten-konten musik dangdut. Namun dalam hal ini peneliti lebih menitik beratkan kepada program acara “Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile” yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta nasional pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan kesusksesanya yang dapat meraih share dan rating yang tinggi, dan juga ketersedian bahan-bahan referensi yang cukup memadai bagi penulis. Yuk Kita Sahur (Trans TV, 2013) Sumber gambar: http://www.transtv.co.id/index.php/programs/view/7/446#.Utc2l7T_mq1 Yuk Kita Sahur merupakan salah satu acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans TV dalam rangka bulan ramadhan. Sesuai dengan namanya acara ini ditayangkan pada saat waktu untuk sahur bagi umat muslim tiba pada pukul 02.30 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Namun acara ini sesungguhnya sangat jauh dari kesan Isalami yang mencerminkan nuansa 11 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 ramadhan. Konten acara ini didominasi oleh adegan-adegan komedi yang berjenis slapstick. Komedi slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan aniaya. Contohnya, ketika seorang komedian yang terjatuh dari kursi, Saling dorong ke properti yang terbuat dari stereoform, Memasukkan benda asing ke dalam mulut, Melempar kue pie ke wajah seseorang. Konten musik dangdut juga sangat kental dalam acara Yuk Kita Sahur. Dalam acara ini jenis lagu-lagu dangdut sering dimainkan dan dijadikan sebagai lagu pengiring joget-joget khas yang program acara ini ciptakan, yaitu “Goyang Cesar”. Lagu dangdut yang berjudul “Buka Siti Joss” yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Juwita Bahar, sangat melekat dengan goyangan ini. Goyangan ini pun menjelma menjadi sebuah goyangan yang fenomenal dan juga merupakan salah satu faktor mengapa program ini mendapatkan share yang tinggi dari penonton televisi di Indonesia. Pengisi acara Yuk Kita Sahur: • Olga Syahputra • Raffi Ahmad • Wendy Cagur • Denny Cagur • Caesar Saputra (penari Goyang Cesar) • Kiwil • Soimah Pancawati 12 Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Yuk Keep Smile (Trans TV, 2013) Sumber gambar: http://hiburan.plasa.msn.com/film/tabloidbintang/ditegur-kpi-yuk-kita-sahur-program-sahurpaling-banyak-ditonton-berkat-gimmick-cinlok-raffi-cinta-laura-1 Yuk Keep Smile adalah acara televisi sketsa komedi, kuis interaktif, dan game show yang ditayangkan oleh stasiun televisi Trans TV. Acara ini mengudara pertama kali pada tanggal 31 Agustus 2013, dan merupakan kelanjutan acara Yuk Kita Sahur, yang sebelumnya ditayangkan sebagai acara sahur pada Ramadhan 2013. Para pengisi acaranya pun tidak jauh berbeda dengan acara Yuk Kita sahur yang sebelumnya ditayangkan terlebih dahulu. Format acara ini adalah pertunjukan musik langsung, komedi situasi, kuis interaktif, talkshow, dan game show, yang dipandu dan diisi oleh beragam artis, dengan menghadirkan bintang tamu berbeda setiap harinya. Tayang setiap hari pada pukul 19.30 sampai 22.30, acara ini terkenal dengan tarian yang dikenal dengan "Joget Caesar" yang diiringi lagu Asik Asik Joss dan Kereta Malam. Selain itu, kini beberapa tarian pun ditambah seperti Joget Bang Jali (Denny Cagur), Goyang Oplosan, dan Goyang Simalakama. Dari seluruh tarian yang terdapat dalam program acara ini, hampir seluruhnya diiringi dengan musik yang berirama musik dangdut. Baik pada program acara Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile, pasti selalu menampilkan seorang biduan penyanyi dangut wanita untuk menyanyikan lagu-lagu dangut pengiring tarian yang mereka ciptakan tersebut. Daftar penyanyi dangdut yang sering tampil dalam program acara Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile: - Zaskia Gotik - Siti Badriah - Juwita Bahar - Jenita Janet - Boyen - Fitri Karlina Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Daftar lagu yang sering dimainkan dalam program acara Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile: - Kereta malam yang dipopulerkan oleh Elvi Sukaesih - Boneka India yang dipopulerkan oleh Elya Kadam - Buka Siti Joss yang dipopulerkan oleh Juwita Bahar - Di Reject yang dipopulerkan oleh Jenita Janjet - Satu Jam Saja dipopulerkan oleh Zaskia Gotik - Cinta Ku Low Batt dipopulerkan oleh Boyen - Analisa Penulis mencoba menganalisa program-program acara televisi Indonesia yang menggukan atau memasukan konten musik dangdut. Dari proses analisa tersebut dapat dibuat sebuah tabel yang berisi beberapa nama program acara yang menggunakan konten musk dangdut. Tabel Program acara televisi Indonesisa yang memasukan konten musik dangdut Program Acara Stasiun Televisi Keterangan Aneka Ria (1980-1990) TVRI Program acara pertunjukan berbagai jenis musik, salah satunya musik. Kuis Dangdut (1995-2005) TPI Kuis menebak lagu dangdut. Digoda (2002) Trans TV Program acara pertunjukan musik dangdut. MTV Salam Dangdut (1999- Global TV Program acara video klip 2002) musik dangdut wawancara dan dengan musisi Program acara kontes pencarian bakat penyayi Program acara kontes pencarian bakat penyayi dangdut. Kontes Dangdut Indonesia MNC TV (2006) dangdut. Tarung Dangdut (2011) MNC TV dangdut. Yuk Kita Sahur (2013) Trans TV Program acara sahur pada bulan ramadahan. Memasukkan lagu dangdut dalam Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 pengiring “Goyang Cesar” dan goyangan- goyangan lainnya. Acara ini juga mengutamakan dangdut artis sebagai bintang acara komedi tamu. Yuk Keep Smile (2013) Trans TV Program (lawak. Memasukkan dangdut dalam “Goyang pengiring Cesar” dan goyangan-goyangan Acara lagu lainnya. ini juga mengutamakan artis dangdut sebagai bintang tamu. Fesbukers (2011-sekarang) ANTV Program acara komedi lawak. Memasukkan lagu dangdut dalam setiap Acara segmennya. ini juga mengutamakan artis dangdut sebagai bintang tamu. Opera Van Java (2008- Trans 7 sekarang) Program acara komedi lawak. Memasukkan lagu dangdut dalam setiap Acara segmennya. ini juga mengutamakan artis dangdut sebagai bintang tamu. Eat Bulaga Indonesia (2012- SCTV Program Variety show yang sekarang) berisikan perlombaan (kuis). Dalam teradapat dalam acara lomba segmen ini juga karaoke “Jagoan Karaoke” yang menyanyikan lagu-lagu dangdut. *Tabel ini dibuat berdasarkan pengamatan dan masukan-masukan dari materi referensi yang didapatkan oleh penulis. Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Berdasarkan analis program acara televisi yang menggunakan konten musik dangdut yang disajikan dalam pada tabel diatas. Penulis dapat menyimpulkan bahwa program televisi dengan konten-konten musik dangdut akan terus bertahan, walaupun tidak selalu menjadi sebuah trend yang bersifat mainstream seperti halnya yang terjadi pada program acara televisi Yuk Kita Sahur dan Yuk Keep Smile. Hal ini dikarenakan bahwa ternyata konten musik dangdut telah lama eksis di industri televisi Indoenesia. Kesimpulan Bisa dilihat pada tabel diatas konten dangdut telah masuk industri televisi sejak tahun 1980 pada program acara Aneka Ria yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI). Berdasarkan tabel itu pula, konten-konten musik dangdut dalam industri televisi Indonesia tidak pernah hilang dimakan zaman, seperti apa yan terjadi pada fenomena boomingnya musik Korean Pop atau K-Pop ditelevisi pada beberapa waktu yang lalu. Hal tersebut sesuai dengan teori pakar industri seni Theodore Adorno, yang menyebutkan bahwa sesuatu yang berlawanan dengan arus utama (mainstream) akan tersingkir dengan sendirinya. Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014 Daftar Referensi: Buku Weintraub, Andrew N. 2012. Dangdut: Musik, Identitas, dan budaya Indonesia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Jurnal Online http://allaboutduniatv.blogspot.com/2013/07/rating-report-ini-dia-tayangan-sahur.html (diakses pada 24 Desember 2013, pukul 01.30 WIB) http://www.anneahira.com/tpi-tv.htm (diakses pada 24 Desember 2013, pukul 02.00 WIB) http://www.gaptekupdate.com/2013/02/acara-tv-terlama-dan-tertua-di-indonesia/ (diakses pada 24 Desember 2013, pukul 02.00 WIB) http://id.wikipedia.org/wiki/Yuk_Keep_Smile (diakses pada 24 Desember 2013, pukul 02.00 WIB) http://salmanaditya.com/2013/02/komedi-dan-berbagai-jenisnya/ (diakses pada 24 Desember 2013, pukul 02.00 WIB) Konten musik ..., Fajar Akbar Merian, FISIP UI, 2014