0 KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI

advertisement
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BANYAK ANAK
YANG KURANG MAMPU DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI ANAK
(Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor/ Kelurahan Kwala Bekala Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara)
JURNAL
Oleh :
Dara Mayang Manik
100904088
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
0
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BANYAK
ANAK YANG KURANG MAMPU DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI
ANAK
(Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor/ Kelurahan Kwala Bekala
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)
DARA MAYANG MANIK
100904088
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri
Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Membentuk Konsep Diri Anak.
Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif dan pendekatan induktif yakni
metode analisis data kualitatif pada kasus-kasus tertentu yang terjadi pada objek
analisis. Subjek penelitian adalah pasangan suami istri banyak anak yang masih
terkait dalam status pernikahan.Tempat penelitian yang dilaksanakan di Jl. Pintu
Air 4 Lingga Raya Ujung Gg. Pegagan Lingkungan XX Kecamatan Medan Johor
/ Kelurahan Kwala Bekala pada tanggal 3 April 2014. Penelitian ini telah
melakukan pra penelitian terlebih dahulu pada tanggal 6 Desember 2013 dimana
penulis dibantu oleh seorang responden untuk mencari responden lainnya sesuai
data yang di perlukan. Dalam pengambilan jumlah responden tidak ditentukan
jumlahnya, namun diakhiri bila data yang diperoleh sudah jenuh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses komunikasi antarpribadi dapat terjalin dengan baik
dan efektif diantara kedua pasangan suami istri banyak anak. Mengetahui
hambatan apa saja yang dihadapi dalam membangun rumah tangga. Hal ini
menjadi hal yang berpengaruh bagi personil komunikasi ketika membahas suatu
hal yang ataupun mengatasi permasalahan.
Kata Kunci :Studi Deskriptif, Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi Pasangan
Suami Istri, Konsep Diri Anak
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Komunikasi antarpribadi pasangan suami istri memegang peranan penting
bagi keberlangsungan hubungan itu sendiri. Keahlian berkomunikasi antarpribadi
menjadi suatu yang mutlak dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, survei
terhadap seratus ribu orang berumur 18 tahun yang dilakukan di Amerika, dalam
survei tersebut 53% responden mengatakan bahwa ketidakmampuan
berkomunikasi secara efektif merupakan penyebab utama perceraian
(http://inherent.barawijaya.ac.id). Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa hubungan antarpribadi membuat kehidupan menjadi lebih berarti.
Sebaliknya, hubungan yang buruk bahkan dapat membawa efek negatif bagi
kesehatan. Hubungan antarpribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh
stress dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk hipertensi. Sebaliknya,
pasangan suami istri yang saling mencintai dan mereka yang memiliki jaringan
teman yang menyenangkan cenderung terhindar dari hipertensi.
1
Di dalam keluarga yang banyak anak ini ada beberapa keluarga yang
mungkin beranggapan tidak mau menerapkan menggunakan program KB.
Alasannya mungkin mereka tidak memiliki dana untuk membayar, sedangkan
zaman sekarang ini tidak sedikitnya bidan-bidan yang bisa melayani suntik KB.
Mereka juga beranggapan bahwa memiliki banyak anak dapat mengangkat derajat
mereka, karena yang mereka anggap bila mana anak mereka kelak dapat
membantu mereka mencari uang untuk makan mereka. Dalam komunikasi
pasangan suami istri ini, seharusnya bisa membentuk konsep diri anak mereka
dalam hal yang positif. Tingkat kemiskinan yang tinggi di Indonesia
menyebabkan anak menjadi tenaga kerja produktif serta merebaknya fenomena
anak jalanan dan pekerja seks usia anak. Angka perkembangan anak-anak yang
bekerja di sektor perkotaan selama tahun 1986-1994 mencapai dua kali lipat dari
angka 2.3 juta sampai 2,9 juta jiwa. Kenaikan itu di samping disebabkan oleh
kemiskinan ekonomi, sisanya akibat kekerasan dan tekanan orang tua. Anak-anak
yang mengalami kondisi seperti ini tidak bisa melewatkan masa kanak-kanak
dengan baik.
Perumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah di uraikan, maka fokus masalah
adalah “Bagaimanakah Proses Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri
Banyak Anak Dalam Membentuk Konsep Diri Anak di Daerah Simalingkar
Medan?”
Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi pasangan
suami istri banyak anak dalam membentuk konsep diri anak.
2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam membangun
rumah tangga.
3. Untuk mencari tahu apa tujuan memiliki anak banyak di dalam rumah
tangga.
URAIAN TEORITIS
Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun
kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut masalah penelitian akan disoroti ( Nawawi, 1995:39).
Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah
bagian dari kehidupan itu sendiri. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio,dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud sama makna (Effendy,
2005:9). Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang
2
kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, serta
perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media. (Effendy,
2005:50).
Komunikasi Antarpribadi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam
keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja dan sebagainya. Didalam
pergaulan manusia melakukan interaksi dengan orang lain dan diantara mereka
saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi merupakan suatu proses
bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan
terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan
tanda adanya proses sosial. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses
sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Josep A. Devito ( Liliweri, 1991 : 12 )
bahwa komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan
balik yang langsung.
Pasangan Suami Istri
Memilih pasangan, berarti memilih seseorang yang diharapkan dapat menjadi
teman hidup, seseorang yang dapat menjadi rekan untuk menjadi orang tua dari
anak–anak kelak (Lyken dan Tellegen, 1993). Pemilihan pasangan yang dilakukan
oleh individu, biasanya didasari dengan memilih calon yang dapat melengkapi apa
yang dibutuhkan dari individu tersebut dan berdasarkan suatu pemikiran bahwa
seorang individu akan memilih pasangan yang dapat melengkapi kebutuhan yang
diperlukan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan
pasangan adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menjadi teman
hidupnya melalui proses pemilihan dari seseorang yang dianggap tidak tepat
sampai akhirnya terpilih calon pasangan hidup yang tepat menurut individu
tersebut.
Anak
Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau
belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana
kata”anak” merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari
orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak
adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima
atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah,
kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar.
Teori Atribusi
Teori atribusi mengupas bagaimana manusia bisa menjelaskan peristiwaperistiwa sosial. Atribusi sebab akibat yang paling umum menjelaskan perilaku
intern dan ekstern seseorang, stabil atau tidak stabil, dan dapat dikendalikan atau
tidak (O.Sears, 1985;134). Teori atribusi adalah bagaimana kita membuat
keputusan tentang seseorang. Kita membuat sebuah atribusi ketika kita merasa
3
dan mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba menggali pengetahuan
mengapa mereka berperilaku seperti itu. Heider (1958) berpendapat bahwa,
“dalam kehidupan sehari-hari kita membentuk ide tentang orang lain dan tentang
situasi sosial. Kita menginterpretasikan perilaku orang lain dan memprediksikan
apa yang akan mereka lakukan apabila menghadapi sebuah situasi tertentu
Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi
tentang diri boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Kita membayangkan
munculnya pertanyaan-pertanyaan untuk diri kita sendiri seperti:
1. Bagaimana watak saya sebenarnya? Apa yang membuat saya bahagia atau
sedih? Apa yang sangat mencemaskan saya?
2. Bagaimana orang lain memandang saya? Apakah mereka menghargai atau
merendahkan saya? Apakah mereka membenci atau menyukai saya?
3. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya? Apakah saya orang
yang cantik atau jelek ? apakah tubuh saya kuat atau lemah?
Model Teoritis
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
PASANGAN SUAMI ISTRI
BANYAK ANAK
PROSES MEMBENTUK
KONSEP DIRI ANAK
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi kualitatif melalui
pendekatan deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
(Nawawi, 1995 : 63).
Lokasi pelaksanaan penelitian ini Jl. Pintu Air 4 Lingga Raya Ujung Gg.
Pegagan Lingkungan XX Kecamatan Medan Johor/Kelurahan Kwala Bekala
Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan
kurang lebih 1 minggu dari tanggal 3 April 2014.
Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Proses Komunikasi
Antarpribadi yang berlangsung pada pasangan suami istri banyak anak.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri banyak
anak sebagai informan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Pasangan suami istri banyak anak yang masih terkait dalam status
pernikahan.
4
2. Pasangan suami istri berpenghasilan rendah ( perhari 75ribu, perbulan
1juta-an).
3. Pasangan suami istri banyak anak maksimal 6 orang anak dan minimal 4
orang anak.
Kerangka Analisa
Kerangka analisis berarti melakukan kajian untuk memahami struktur suatu
fenomena-fenomena yang berlaku dilapangan. Analisis dilaksanakan dengan
melakukan telah terhadap fenomena atau peristiwa secara keseluruhan, maupun
terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-fenomena tersebut serta
hubungan keterkaitannya. Analisis dimulai dengan cara menganalisis komunikasi
antarpribadi pasangan suami istri banyak anak yang kurang mampu dalam
membentuk konsep diri anak.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan empat
cara, yaitu;
1. Wawancara Mendalam ( in – depth interview )
Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara
lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan
dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada
umumnya. Wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan
jumlah pertemuan tidak ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan informasi
(Bungin, 2008: 108)
2. Observasi Partisipan
Metode Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan. Dimana pengamatan tersebut dikategorikan dan memiliki
kriteria yang telah ditentukan oleh si peneliti khususnya yang berkaitan
dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Bungin, 2008 : 115).
3. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu penelitian dengan cara mempelajari dan
menelaah buku-buku, artikel dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan masalah penelitian sehingga terkumpul data yang relevan dan
mendukung dalam penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Tahapan analisis data secara umum (Moleong, 2006 : 281 - 287) adalah
sebagai berikut:
1. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja. Sejak menganalisis
data di lapangan, peneliti sudah mulai menentukan tema dan hipotesis
kerja. Pada analisis yang dilakukan secara lebih intensif, tema dan
hipotesis kerja lebih diperkaya, diperdalam, dan lebih ditelaah lagi dengan
menggabungkan data dari sumber-sumber lain.
2. Menganalisis berdasarkan hipotesis kerja. Sesudah memformulasikan
hipotesis kerja, peneliti mengalihkan pekerjaan analisisnya dengan
5
mencari dan menemukan apakah hipotesis kerja itu didukung oleh data
dan apakah hal itu benar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses penelitian komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak anak
yang kurang mampu dalam membentuk konsep diri anak ini, menjadikan
pasangan suami istri di Jl. Pintu Air 4 Lingga Raya Ujung Gg. Pegagan
Lingkungan XX Kecamatan Medan Johor /Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai subjek penelitian. Penelitian
dilakukan melalui wawancara mendalam kepada masing-masing informan secara
berkala hingga mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Peneliti memilih 5 pasangan suami istri dari 15 pasangan suami istri yang ada
pada lingkungan XX tersebut sebagai informan dikarenakan telah memenuhi
kebutuhan peneliti.
Perkawinan merupakan sebuah proses bersatunya seorang pria dan wanita
sebagai suami istri untuk membentuk rumah tangga. Pada umumnya, masingmasing pihak telah mempunyai pribadi yang telah terbentuk, karena itu untuk
menyatukan satu dengan yang lain perlu adanya saling penyesuaian, saling
pengorbanan, saling pengertian dan hal tersebut harus didasari benar-benar oleh
kedua belah pihak yaitu oleh suami istri. Dalam kaitannya dengan hal itu maka
peranan komunikasi dalam rumah tangga adalah sangat penting. Antara suami
istri harus saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan satu
dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan.
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam membangun rumah tangga pada
pasangan suami istri banyak anak yang kurang mampu adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan kerangka berfikir serta sifat yang dimiliki masing-masing
personil komunikasi. Hal ini menjadi hal yang berpengaruh bagi
personil komunikasi ketika membahas suatu hal yang ataupun
mengatasi permasalahan. Seperti sifat para istri yang terlalu emosian
terhadap anak membuat pasangannya menjadikan komunikasi
antarpribadi dengan para suami tidak harmonis.
2. Pekerjaan yang seadanya dan faktor ekonomi yang serba kekurangan,
membuat setiap pasangan kesusahan dalam membahagiakan anakanaknya dan memenuhi kebutuhan hidup.
3. Tidak memiliki keturunan laki-laki yang menjadi penerus marga.
4. Tidak memiliki keinginan untuk melakukan program KB (Keluarga
Berencana) didalam rumah tangga, disebabkan sangat kurangnya
pemahaman mengenai pentingnya pelaksanaan program KB terutama
bagi pasangan yang kurang mampu.
Ada 2 (dua) tujuan pasangan suami istri memiliki anak banyak, yaitu sebagai
berikut :
1. Konsep pemikiran lama bahwa banyak anak banyak rejeki. Pemikiran ini
sudah ada sejak jaman dahulu kala, dan akhirnya tetap menjadi konsep
berfikir bagi keluarga kurang mampu. Disebabkan juga oleh kurangnya
pendidikan dan pengetahuan. Dengan banyak anak maka akan banyak pula
rejeki yang diberikan Tuhan tehadap keluarga tersebut. Suatu konsep
6
pemikiran yang menurut saya adalah salah dan harus dibenahi untuk
memperoleh sistem kehidupan yang seimbang.
2. Mencari keturunan laki-laki untuk penerus marga. Lingkungan yang
menjadi objek penelitian didominasi oleh suku batak toba yang masih
kental dengan sistem marga yang hanya bisa diteruskan oleh anak lakilaki. Ketika pasangan suami istri belum mendapatkan keturunan laki-laki
maka dengan segala cara tanpa memikirkan kondisi ekonomi berusaha
tetap untuk mendapatkan keturunan laki-laki. Konsep ini juga salah dan
harus dibenahi melalui pemahaman tentang kemampuan ekonomi dan
masa depan anak.
Di dalam teori ini juga terdapat sebuah analogi yang menggambarkan
bagaimana teori ini dapat diaplikasikan. Analogi bawang merupakan analogi yang
dapat menjelaskan bagaimana proses penetrasi sosial dalam sebuah hubungan itu
dapat terjadi. Pada analogi bawang ini, terdapat pembagian-pembagian tingkat
penetrasi sosial berdasarkan lapisan-lapisan yang ada di bawang tersebut.
Lapisan-lapisan itu diibaratkan sebagai suatu proses kedalaman interaksi yang
terjadi. Mulai dari lapisan dalam, dimana memiliki proses yang masing-masing
berbeda.
Dalam komunikasi antarpribadi kelima pasangan suami istri banyak anak yang
kurang mampu ini faktor-faktor pendukungnya, yaitu:
1. Pernikahan yang mereka jalani didasarkan saling mencintai tanpa ada
paksaan. Hal ini membuat mereka tidak terpaksa dalam menjalani
komitmen pernikahan.
2. Banyaknya anak membuat mereka tidak mempersulit dalam komunikasi
antarpribadi. Kondisi anak yang banyak serta kondisi keuangan yang
kurang menjadikan mereka jauh lebih peka terhadap pentingnya arti
bersyukur.
3. Kepercayaan yang diberikan kepada pasangan, membuat komunikasi
antarpribadi mereka berjalan efektif. Tidak adanya rasa curiga membuat
personil komunikasi mereka nyaman dalam berkomunikasi.
4. Di dalam pernikahan, memiliki keturunan akan membuat kebahagiaan
yang luar biasa terhadap setiap pasangan suami istri dalam membangun
rumah tangga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan Proses komunikasi antarpribadi pasangan suami istri banyak
anak dalam membentuk konsep diri anak :
1. Proses Komunikasi pasangan suami isrti Luhut dan Sonta, proses
komunikasi yang terjadi didalam keluarga pasangan ini dapat dikatakan
berjalan dengan cukup baik, meskipun memiliki anak banyak namun
pasangan ini terutama sang ibu yang menjadi ibu rumah tangga memiliki
banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Pasangan
suami istri ini hidup bersama dengan 7 (tujuh) orang anak mereka.
2. Proses Komunikasi Pasangan suami istri Daud dan Mei, proses
komunikasi dalam keluarga pasangan ini juga berjalan cukup baik, adanya
7
pengertian yang baik diantara pasangan suami istri ini. Pasangan suami
istri ini hidup bersama dengan 5 (lima) orang anak mereka.
3. Proses Komunikasi Pasangan suami istri Jekson dan Leni, proses
komunikasi dalam keluarga pasangan ini cukup baik, namun sang istri
masih mau memukul anak-anaknya, namun memang tetap diingatkan oleh
suaminya untuk lebih sabar, dan sang istri tetap berusaha mendengarkan
semua nasehat sang suami. Pasangan suami istri ini hidup bersama dengan
5 (lima) orang anak mereka.
4. Proses Komunikasi Pasangan suami istri Binsar dan Hotma, proses
komunikasi antar pasangan ini dalam keluarganya dikatakan cukup baik
dan lancar meskipun komunikasi Hotma dengan pihak keluarga suami
tidak lancar (pihak eksternal). Pasangan suami istri ini hidup bersama
dengan 6 (enam) orang anak perempuan mereka.
5. Proses Komunikasi Pasangan suami istri Halomongan dan Yunita, proses
komunikasi pasangan suami istri ini dengan anak-anak nya kurang baik,
pasangan ini kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada anak-anak
mereka, sehingga sampai saat ini mereka tidak belum berhasil membujuk
kedua anak mereka untuk bersekolah meskipun seharusnya anak-anak
tersebut sudah harus memasuki usia sekolah dasar.
Diantara kelima pasangan suami istri tersebut diatas, ada satu pasangan suami
istri yang proses komunikasi dalam keluarga berjalan kurang baik, yaitu pasangan
suami istri Halomongan dan Yunita.
Kesimpulan Hambatan yang dihadapi dalam membangun rumah tangga.
1. Hambatan yang dihadapi pasangan suami istri Luhut dan Sonta, didalam
keluarga pasangan ini untuk mencukupi kebutuhan utama mereka seharihari disulitkan oleh faktor ekonomi dimana pendapatan suami yang hanya
sebagai buruh bangunan, dan istri tidak berpenghasilan. Sehingga
pasangan suami istri ini selalu kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
anak-anak mereka.
2. Hambatan yang dihadapi pasangan suami istri Daud dan Mei, didalam
keluarga pasangan ini untuk mencukupi kebutuhan utama mereka seharihari disulitkan oleh faktor ekonomi dimana pendapatan suami yang hanya
bekerja sebagai pemecah kemiri, dan istri tidak berpenghasilan. Sehingga
pasangan suami istri ini kerap kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
anak-anak mereka.
3. Hambatan yang dihadapi pasangan suami istri Jekson dan Leni, didalam
keluarga pasangan ini untuk mencukupi kebutuhan utama mereka seharihari disulitkan oleh faktor ekonomi dimana pendapatan suami hanya
bekerja sebagai supir angkot (sewaan), dan istri tidak berpenghasilan.
Sehingga pasangan suami istri ini kerap kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka.
4. Hambatan yang dihadapi pasangan suami istri Binsar dan Hotma, didalam
keluarga pasangan ini untuk mencukupi kebutuhan utama mereka seharihari disulitkan oleh faktor ekonomi dimana pendapatan suami yang hanya
sebagai pekerja ladang berukuran sepetak, dan istri tidak berpenghasilan.
8
Sehingga pasangan suami istri ini kerap kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka.
5. Hambatan yang dihadapi pasangan suami istri Halomongan dan Yunita,
didalam keluarga pasangan ini untuk mencukupi kebutuhan utama mereka
sehari-hari disulitkan oleh faktor ekonomi dimana pendapatan suami yang
hanya sebagai penarik becak (sewaan), dan istri tidak berpenghasilan.
Sehingga pasangan suami istri ini kerap kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka.
Dari kelima pasangan suami istri tersebut diatas ternyata kelimanya memiliki
hambatan yang sama yaitu faktor ekonomi dengan pendapatan rendah.
Kesimpulan Tujuan anak banyak di dalam rumah tangga.
1. Tujuan memiliki anak banyak pasangan suami isrti Luhut dan Sonta,
pasangan suami istri ini memegang prinsip adat batak toba yaitu bahwa
anak laki-laki adalah lebih penting karena untuk meneruskan silsilah
marga keturunan dari sang bapak.
2. Tujuan memiliki anak banyak Pasangan suami istri Daud dan Mei,
pasangan suami istri ini memegang prinsip adat batak toba yaitu bahwa
anak laki-laki adalah lebih penting karena untuk meneruskan silsilah
marga keturunan dari sang bapak.
3. Tujuan memiliki anak banyak Pasangan suami istri Jekson dan Leni,
pasangan suami istri ini juga berpendapat bahwa banyak anak banyak
rejeki dimana tujuan pasangan suami istri ini anak-anak nantinya bisa
membantu orang tua mereka apabila sang bapak tidak dapat bekerja lagi.
4. Tujuan memiliki anak banyak pasangan suami istri Binsar dan Hotma,
pasangan suami istri ini terus berusaha menambah keturunan untuk
mendapatkan anak laki-laki untuk meneruskan marga sang bapak.
Meskipun mereka sudah memiliki 6 (enam) orang anak perempuan.
5. Tujuan memiliki anak banyak Pasangan suami istri Halomongan dan
Yunita, pasangan suami istri ini memiliki anak banyak karena mereka
memegang prinsip kuno yaitu bahwa banyak anak banyak rejeki, namun
kenyataannya sebaliknya.
Diantara pasangan suami istri diatas, yang memiliki tujuan yang sama
dengan prinsip banyak anak banyak rejeki adalah pasangan suami istri
Jekson dan Leni dan pasangan suami istri Halomongan dan Yunita.
Sedangkan yang bertujuan untuk meneruskan marga sang bapak adalah
pasangan suami istri Luhut dan Sonta, pasangan suami istri Daud dan Mei,
serta pasangan suami istri Binsar dan Hotma.
V.2 Saran
1. Bagi masing-masing pasangan lain ( diluar objek penelitian ) dapat
menjadikan contoh bagaimana pasangan banyak anak mampu
mempertahankan komitmen pernikahan di tengah kemampuan ekonomi
mereka yang lemah. Dan lebih memahami pentingnya program keluarga
berencana tersebut.
9
2. Bagi pembaca dapat terinspirasi tentang kondisi nyata proses komunikasi
antarpribadi pasangan suami istri banyak anak dalam membentuk konsep
diri anak beserta tujuan dan hambatan yang dihadapi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai objek pasangan suami istri banyak anak, penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya.
DAFTAR REFERENSI
Bungin,Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Prenada Media.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari.1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
O.Sears, David, Freedman, Jonathan, dan Peplau, L. Anne. 1985. Psikologi Sosial
Edisi Kelia Jilid I. Jakarta : Erlangga
Sumber Internet :
http://inherent.brawijaya.ac.id/vim/login/index.php/ ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
10
Download