BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan
publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud implementasi
good corporate governance (GCG). Salah satu implementasi GCG di perusahaan
adalah penerapan corporate social responsibility (CSR). Dalam era globalisasi
kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat terhadap produk (barang) yang ramah
lingkungan.
CSR menurut World Business Council on Sustainable Development
(WBCSD) adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis
(behavioral ethics) dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable economic development). Komitmen lainnya adalah
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta
masyarakat luas. Harmonisasi antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya
dapat tercapai apabila terdapat komitmen penuh dari top manajemen perusahaan
terhadap penerapan CSR sebagai akuntabilitas publik.
Salah
satu
prinsip
GCG
adalah
masalah
pertanggungjawaban
(responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat. Akhir-akhir ini terdapat tiga kepentingan publik yang oleh perusahaan
cenderung terabaikan.
Pertama, perusahaan hanya bertanggung jawab secara hukum terhadap
pemegang sahamnya (shareholder), sedangkan masyarakat tempat di mana
perusahaan tersebut berdomisili kurang diperhatikan. Kedua, dampak negatif yang
ditimbulkan oleh perusahaan semakin meningkat dan harus ditanggung oleh
masyarakat sekitar. Sementara itu sebagian besar keuntungan manfaat hanya
dinikmati oleh pemilik saham perusahaan saja. Ketiga, masyarakat sekitar
perusahaan yang menjadi korban sebagian besar mengalami kesulitan untuk
menuntut ganti rugi kepada perusahaan. Itu karena belum ada hukum (regulasi)
yang mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan kewajiban perusahaan
kepada publik.
Selain tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham tanggung
jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility) dan tanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup (sustainable
environtment responsibility).
Dalam era reformasi yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
keterbukaan, seharusnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungannya semakin
meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan lingkungan
sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala, misalnya sering didemo oleh
masyarakat, bahkan ada perusahaan yang terpaksa ditutup oleh pihak yang
berwenang.
Kita selama ini hanya mengenal audit keuangan (financial audit) saja,
namun suatu saat nanti bisa muncul suatu audit sosial (social audit). Yang mulai
berkembang saat ini adalah audit lingkungan (environtment audit). Paradigma
baru perusahaan yang dianggap tumbuh & berkelanjutan (growth & sustainable
company) saat ini tidak hanya diukur dari pencapaian laba (profit) saja, namun
juga diukur dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitarnya, baik terhadap
komunitas lokal, masyarakat luas maupun lingkungan hidup.
Berkenaan dengan hal tersebut, muncul triple bottom line model, yang
terdiri dari profit, people & planet (3P). Laporan suatu perusahaan yang
menggunakan model triple bottom line, selain melaporkan aspek keuangan juga
melaporkan aspek kepedulian sosial dan upaya pelestarian lingkungan hidup.
Beberapa waktu yang lalu telah diperkenalkan sustainable reporting, yaitu
suatu laporan yang bersifat non-finansial yang dapat dipakai sebagai acuan oleh
perusahaan untuk melihat pelaporan dari dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Global Reporting Initiative & Value Reporting telah mengeluarkan pedoman yang
disebut Sustainable Reporting Guidelines. New York Stock Exchange di Amerika
Serikat telah memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) sejak tahun 1999,
yang telah memasukkan nilai corporate sustainability untuk saham-saham
perusahaan dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Inggris melalui
London Stock Exchange (LSE) memiliki Socially Responsible Investment Index
(SRI Index). Hanseng Stock Exchange (HSE) dan Singapore Stock Exchange
(SSE) saat ini juga mulai berinisiatif untuk mengikuti trend di atas. Adanya
kecenderungan tersebut dapat mendorong para investor terutama pihak asing
untuk memilih menanamkan investasinya pada perusahaan yang telah menerapkan
CSR dengan baik.
Terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR,
yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan
(internal drivers). Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya
regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal).
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah
memberlakukan audit Proper (Program penilaian peningkatan kinerja perusahaan).
Pendorong dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku manajemen
dan pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian/tanggung
jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar (community development
responsibility).
Ada
empat
manfaat
yang
diperoleh
bagi
perusahaan
dengan
mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan
berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari
masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap
kapital (modal). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia
(human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan
pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan
mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management).
Pada saat ini CSR dapat dianggap sebagai investasi masa depan bagi
perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di perusahaan
yang telah menerapkan CSR lebih besar, dibandingkan dengan yang tidak
menerapkan CSR. Melalui program CSR dapat dibangun komunikasi yang efektif
dan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat.
Dalam penelitian ini, pengaruh penerapan corporate social rersponsibility
mengenai implementasi good corporate governance menjadi isu yang menarik
untuk dibahas lebih lanjut mengingat tanggung jawab sosial mampu
meningkatkan Brand Image dari perusahaan serta membantu terciptanya
corporate citizenship dalam arti lain good corporate governce. Dengan adanya
penerapan corporate social responsibility maka untuk mengetahui keefektifannya,
maka penulis mencoba melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan
corporate social responsibility terhadap implementasi good corporate governance
yang mendalam.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diberi judul :
“Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap
Implementasi Good corporate Governance ”
1.2
Identifikasi Masalah
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
mencoba mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.
Berapakah besar tingkat hubungan antara penerapan corporate social
responsibility dengan tingkat implementasi good corporate governance
pada perusahaan.
2.
Berapakah
besar
tingkat
pengaruh
penerapan
corporate
social
responsibility terhadap tingkat implementasi good corporate governance
pada perusahaan.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui tingkat hubungan penerapan corporate social
responsibility terhadap implementasi good corporate governance.
2.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan corporate social
responsibility terhadap implementasi good corporate governance.
1.4
Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan agar hasilnya dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain :
1.
Bagi penulis
Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai
penerapan corporate social responsibility dan implementasi good
corporate governance. Dan menambah pengetahuan penulis mengenai
suatu kekhususan dalam ilmu akuntansi, yaitu akuntansi sosial.
2.
Bagi PT. Semen Padang
Penelitian ini memberikan gambaran akan pentingnya pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunannya. Dikarenakan
PT Semen Padang yang sebagian besar operasionalnya bergantung pada
lingkungan sekitarnya. Lebih jauh lagi akan terciptanya good corporate
governance pada PT Semen Padang.
3.
Bagi pihak lain
Menambah wawasan dan referensi bagi yang tertarik dengan konsep
corporate social responsibility.
1.5
Kerangka Pemikiran
Seiring
dengan
berkembangnya
paradigma
pembangunan
yang
berkembang di dunia, muncul alternatif paradigma pembangunan yang lain. Salah
satunya
pembangunan
paradigma
berkelanjutan
yang
berupaya
untuk
mensinergikan kebutuhan akan keberlanjutan lingkungan, ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan sosial. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu
gagasan paradigma yang berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengurangi kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pernyataan ini seakan-akan diperkuat oleh Sita Supomo (2004) yang
menyatakan bahwa keberlanjutan suatu perusahaan hanya akan terjamin apabila
perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Semua ini
dikarenakan kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Dan sudah menjadi fakta bagaimana
resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang
dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup, seperti kasus lumpur panas PT.
Lapindo Brantas di Jawa Timur.
Dengan bermunculannya permasalahan sosial lingkungan hidup maka
dianggap perlunya suatu ilmu yang membahas permasalahan tersebut. Kemudian
kita mengenal adanya akuntansi sosial sebagai cabang dari ilmu akuntansi yang
cukup mengakomodir permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi di
masyarakat. Ramanathan (1976) dalam The Accounting Review menyatakan
bahwa tujuan dari akuntansi sosial adalah membantu mengevaluasi apakah
perusahaan telah memenuhi kontrak sosialnya. Lebih jelasnya Ramanathan
mengartikan akuntansi sosial sebagai berikut :
“The process of selecting firm-level social performance variables,
measures and measurement procedures; systemacally developing
information useful for evaluating the firm’s social performance; and
communicating such information to concerned social groups, both
within and outside the firm.”
Akuntansi sosial merupakan sub-disiplin dari ilmu akuntansi yang
menginternalisasi dampak sosial kegiatan perusahaan. Internalisasi artinya
memasukkan dampak sosial ke dalam struktur biaya dan reward perusahaan.
Permasalahan sosial dan lingkungan yang selama ini terjadi pada suatu
perusahaan mampu dievaluasi oleh akuntansi sosial. Mengenai dampak yang
ditimbulkan oleh operasional perusahaan baik berupa manfaat sosial maupun
biaya sosial. Manfaat sosial ini kemudian mampu dikuantifikasi sebagai biaya
gaji, tunjangan maupun donasi perusahaan pada pihak-pihak tertentu. Begitu pula
dengan biaya sosial yang mungkin dikeluarkan oleh perusahaan yang biasanya
berupa biaya kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan atas
operasinya. Dibalik itu semua dampak apapun yang terjadi mewajibkan
perusahaan untuk membuat pertanggungjawaban terhadap lingkungannya.
Pertanggungjawaban ini kemudian kita kenal sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Corporate social responsibility diartikan sebagai :
"The process of communicating the social and environmental effects of
organizations economic actions to particular interest groups within
society and to society at large." (Gray, Owen dan Adams, 1996, p. 3).
Lebih spesifik lagi Guthrie dan Mathews (1985), dalam Hackston dan
Milne (1996, p. 78) menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial
adalah:
"Provision of financial and non-financial information relating to an
organisation's interaction with its physical and social environment, as
stated in corporate annual reports or separate social reports."
Beberapa teori yang menggambarkan munculnya CSR diantaranya
dijelaskan oleh Mathews (1997) yang menyatakan bahwa teori pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan terdiri atas tiga paradigma, yaitu the
funcsionalist, interpretative, dan radical paradigms. The funcsionalist paradigm
merupakan teori yang berdasarkan pada teori ekonomi neo-klasik dan berlaku
hanya pada para pengguna yang terbatas seperti investor (Hooper dan Powell,
1985 dalam Tilt, 1999). Penelitian ini pun dilakukan oleh Bowman dan Haire
(1975) dalam Mathews (1997) yang menyimpulkan bahwa perusahaanperusahaan yang mengungkapkan tanggung jawab sosial memiliki median return
on equity yang lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak mengungkapkannya.
Karena alasan inilah perusahaan membuat pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaannya.
The interpretative paradigm menyatakan bahwa human nature merupakan
faktor yang sangat penting dimana terdapat keragaman didalamnya dan tidak
hanya terbatas pada investor tapi masyarakat (Mathews, 1997). The radical
paradigm memiliki area yang lebih luas lagi, meskipun begitu kontras dengan the
interpretative paradigm, dimana mulai muncul berbagai konflik antara users dan
institutionals. Dari ketiga paradigma inilah mulai adanya kesadaran perusahaan
untuk membuat suatu pertanggungjawaban sosial.
Selain itu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bisa dilihat
dari stakeholder theory yang menyatakan bahwa :
“Corporate social disclosure as a way of communicating with
stakeholders, and has two branches; the ethical/normative branch and
the positive/managerial branch (Deegan, 2000). The positive branch
explains corporate social disclosure as a way of managing the
organisation's relationship with different stakeholder groups. The more
important the stakeholders are to the organisation, the more effort will
be made to manage the relationship (Deegan, 2000). The ethical branch
argues that "all stakeholders have the right to be treated fairly by an
organisation, and that issues of stakeholder power are not directly
relevant" (Deegan, 2000, p. 268).”
Political economy theory menjelaskan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan lebih luas lagi. Teori ini menyatakan bahwa ekonomi, politik,
dan lingkungan (society) merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
penelitian akuntansi. Gray et. al. (1996, p. 46) menyatakan :
“Political economy theory takes a wider view in explaining corporate
social disclosure, incorporating the social, political and economic
framework within which human life takes place.”
Sedangkan istilah good corporate governance secara umum merupakan
sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari
mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard
definition), maupun ditinjau dari "nilai-nilai" yang terkandung dari mekanisme
pengelolaan itu sendiri (soft defnition). Sedangkan Sir Adrian Cadbury (1999)
dalam Corporate Governance : A Framework for Implementation menyatakan
bahwa :
"Corporate governance is holding the balance between economic and
social goals and between individual and communal goals. The
governance framework is there to encourage the efficient use of
resources and equally to require accountability for the stewardship of
those resources. The aim is to align as nearly as possible the interests of
individuals, corporations and society. The incentive to corporations is to
achieve their corporate aims and to attract investment. The incentive for
states is to strengthen their economics and discourage fraud and
mismanagement."
Kita mengenal bahwa prinsip GCG terdiri atas fairness, transparency, dan
accountability serta responsibility. Apabila kita melihat prinsip-prinsip tersebut
terutama untuk prinsip yang terakhir maka kita akan mengetahui bahwa CSR
merupakan salah satu unsur yang menunjang GCG. Sistem governance di
Indonesia menyatakan bahwa Dewan Komisaris dan Direksi dalam mengelola
perusahaan harus mengutamakan kepentingan perusahaan, yang berimplikasi
bahwa tidak hanya kepentingan pemegang saham yang perlu diperhatikan, tetapi
juga kepentingan stakeholders lainnya (konsisten dengan konsep CSR).
Undang-undang
perseroan
mewajibkan
semua
perseroan
untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan di laporan
tahunan. Kewajiban atas pelaporan tanggung jawab sosial ini terkait dengan
program CSR yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi Pasal
74 Undang-undang Perseroan Terbatas tahun 2007, yaitu:
1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Dengan diberlakukannya regulasi ini diharapkan perusahaan akan menerapkan
CSR dalam upaya mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik dalam arti lain
terwujudnya good corporate governance.
1.6
Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
deskriptif-analisis, sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah :
1.
Studi Kepustakaan ( Library Reaserch)
Pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari bukti-bukti, atau
literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang
diteliti, sebagai landasan teori dalam penelitian.
2.
Studi lapangan (Field Reaserch)
Mengumpulkan data secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diperlukan dengan
cara sebagai berikut :
a.
Wawancara, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab dengan pihak yang berwenang atau bagian lain yang terkait.
b.
Kuisioner, yaitu lembar isian yang di dalamnya berisi pertanyaan dan
pernyataan.
1.7
Review Penelitian
1.7.1 Penelitian Anton Sanjaya
Penelitian terhadap corporate social responsibility sebelumnya juga
pernah dilakukan oleh Sanjaya mahasiswa Universitas Widyatama pada tahun
2007 mengenai “Analisis Tingkat Profitabilitas Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Pelaksanaan Sustainability Report” pada PT Astra International. Tbk. Penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pelaksanaan Sustainability
Report terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Sementara letak perbedaan
dengan peneliti sekarang, yaitu pemahaman mengenai CSR pada penelitian
sekarang diulas lebih mendalam dibanding dengan penelitian sebelumnya yang
lebih kepada pengaruh tingkat laba perusahaan sebelum dan sesudah pelaksanaan
Sustainability Report. Serta peneliti sekarang melakukan penelitian pada objek
yang berbeda dengan objek penelitian sebelumnya.
1.7.2 Penelitian Zulkarnain Firmansyah
Untuk melengkapi review penelitian ini, peneliti juga mencantumkan
penelitian yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Firmansyah mahasiswa
Universitas Padjajaran Bandung pada Tahun 2006 mengenai “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial“
(Studi perbandingan pada laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya company size,
size of board of commissioners, dan institutional ownership secara bersama-sama
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sedangkan letak perbedaannya dengan peneliti sekarang adalah pengembangan
dari salah satu variabel yang akan diteliti yaitu good corporate governance, serta
pada objek penelitian yang akan dilakukan sekarang, yaitu pada PT Semen
Padang.
1.8
Lokasi Penelitian
Sebagai objek penelitian adalah PT Semen Padang, yang berlokasi di
Indarung Padang Sumatera Barat. Sedangkan penelitian dimulai pada bulan Juli
sampai dengan November 2008.
Download