MAKALAH KIMIA FARMASI II OBAT

advertisement
MAKALAH KIMIA FARMASI II
OBAT-OBAT SALURAN PENCERNAAN
DISUSUN OLEH :
DIAN SAPUTRI
FEBRIWANTO
MEIZA NURLAILA
REZA LESMITASARI
WICITA MEIBHIYANTI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai berikut :
1. menerima makanan
2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi ( suatu proses yang disebut pencernaan )
3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
Sedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain ada Antasida,
H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton pompa
inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif.
Namun, secara garis besar obat sistem pencernaan dibagi menjadi empat kategori yaitu
sebagai berikut :
1. ANTASIDA DAN ANTIULSERASI
a. Antiulserasi digunakan untuk mengobati ulkus / luka / tukak.
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan
saluran cerna telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan, seperti :
 Ulkus duodenalis / ulkus duodenum
Merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi
pada duodenum ( usus dua belas jari ), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus
halus, tepat di bawah lambung.
 Ulkus gastrikum
Lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung.
 Esofagitis ( peradangan ) dan ulkus esofagealis
Terjadi karena regurgitasi ( aliran balik ) berulang dari asam lambung ke dalam
kerongkongan bagian bawah.
 Hiperasiditas
Keasaman berlebih dan kondisi hipersekresi asam lambung oleh penyakit ( sindroma
Zolinger Ellison, mastositosis sistemik ).
b. Antasida digunakan untuk mengobati gastritis / maag.
Gastritis atau maag terbagi menjadi beberapa golongan antara lain :
 Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori ( bakteri yang tumbuh di
dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung ). Obat yang diberikan mengandung
bismuth atau antibiotik ( amoxicillin dan claritromycin ) dan obat anti-tukak (
omeprazole ).
 Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma ( cedera ).
Obat uang digunakan adalah jenis antasida ( untuk menetralkan asam lambung ) dan
anti-ulkus yang kuat ( untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam
lambung ).
Jika terjadi pendarahan hebat, maka dapat dilakukan penutupan sumber perdarahan
pada tindakan endoskopi.
 Gastritis erosif kronis, bisa merupakan akibat dari bahan iritan seperti obat-obatan,
terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit Crohn ,
alkoholik, dan lain-lain diobati dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2
misal Cimetidin dan Ranitidian.
 Gastritis eosinofilik, bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi
cacing gelang. Pengobatannya dapat diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid
atau dilakukan pembedahan.
 Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Obat
yang digunakan yaitu jenis anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.
2. OBAT ANTIDIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar (
Perubahan frekuensi dan konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja
mengandung 60-90% air, sedangkan pada diare, airnya bisa mencapai lebih dari 90%.
Diare merupakan suatu gejala, dimana pengobatannya tergantung pada penyebabnya.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik
( opium tinctur ) atau loperamide. Sedangkan untuk membantu mengeraskan tinja bisa
diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Untuk diare yang berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan
diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual,
bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam. Anti diare yang ideal harus
bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi,
tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan tidak menyebabkan
ketergantungan.
Contoh obat antidiare antara lain :
Racecordil : memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan keseimbangan
sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.
Loperamide : golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna
Nifuroxazide : bakterisidal terhadap E. coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan P. aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Dioctahedral smectite : melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri,
serta rotavirus.
3. KOLAGOGUM, KOLELITOLITIK DAN HEPATIK PROTEKTOR
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran cerna tetapi
lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah. Obat yang menstimulasi aliran
empedu ke duodenum disebut Kolagogum. Hingga kini, belum ada pengobatan efektif
pilihan untuk penyakit hepatitis yang kronis karena virus.
Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini, yaitu :
Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung dan efek pada siklus
enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek imunomodulate.
AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial yang terdiri
dari asam amino Valin, Leusin, dan Isoleusin. Pada penderita penyakit hati kronis atau
sirosis hati kadar AARC ini akan menurun.
Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik utama yang
diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasinya adalah untuk batu
empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk pembedahan,
tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali atau yang menolak kolesistektomi
( membuang kandung empedu yang sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan ).
Zat aktif lainnya, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak rimpangrimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian bermanfaat untuk kesehatan
hati.
4. OBAT DIGESTAN
Obat ini membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya, berguna
memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang
berfungsi mencerna makanan. Sediaan digestan ini antara lain :
Enzim pankreas
Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin
(protease) & lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif
lebih tinggi dari pankreatin.
Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas.
Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu kolesterol
kandung empedu.
BAB II
ISI
2.1 SENYAWA ASAM
Dilambung setiap hari dibentuk ± 2-3 liter getah lambung yang terdiri dari lendir
lambung, HCl dan pepsin yang bereaksi asam kuat ( pH 0,8-1,5 ). Pada kekurangan asam,
sebagai penggantian asam dapat dipergunakan HCl dan berbagai senyawa asam, yaitu
seperti :
1. Betain hidroklorida
Sebuah senyawa alami yang telah menarik bagi perannya dalam osmoregulasi. Sebagai
obat, hidroklorida betaine telah digunakan sebagai sumber asam klorida dalam
pengobatan hypochlorhydria. Betaine juga telah digunakan dalam pengobatan
gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk homocystinuria, dan gangguan pencernaan.
2. Asam glutamate hidroklorida
Sintesis asam glutamate hidroklorida terjadi ketika asam L Glutamat diperoleh dengan
menggunakan corynebacterium glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa
(sumber C) dan ureum (sumber N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap
glukose, terjadi asam α- ketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk asam glutamat.
HCl getah lambung menyebabkan perubahan pepsinogen. Pada kekurangan asam,
tidak terjadi pengaktifan pepsinogen sehingga penguraian protein tidak berlangsung.
Stimulasi sekresi getah lambung mungkin disebabkan oleh sediaan pahit, apetitif, dan
kofein.
Penggunaan senyawa asam saja kurang memadai karena jumlah senyawa yang
bereaksi asam dalam sediaan sangat sedikit dan dinetralisasikan oleh makanan, sehingga
untuk maksud tersebut perlu penambahan enzim pencernaan seperti :
Ekstrak lambung
Pankreatin ( ekstrak pankreas yang terdiri dari proteinase, lipase, dan amylase )
2.2 ANTASIDA
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat yang
ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung. Secara alami lambung
memproduksi suatu asam yang disebut asam klorida yang berfungsi untuk membantu
proses pencernaan protein. Asam ini secara alami mengakibatkan kondisi isi perut
menjadi asam, yakni antara kisaran PH 2-3. Lambung, usus dan esophagus sendiri ( yang
juga terdiri dari protein ) dilindungi dari kerja asam melalui beberapa mekanisme. Apabila
kadar asam yang dihasilkan oleh lambung terlalu banyak maka mekanisme perlindungan
ini tidak terlalu kuat / kurang kuat dalam melindungi lambung, usus dan esophagus
terhadap kerja asam lambung mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut dan
menghasilkan gejala seperti rasa sakit pada perut dan ulu hati terasa terbakar.
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang
mengandung alumunium hidroksida / karbonat, magnesium hidroksida / karbonat, dan
kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat
mengurangi kelebihan gas.
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam. Selain itu,
antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja
pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan
pada organ saluran pencernaan manusia.
Beberapa jenis antasida tersebut memiliki perbedaan terutama dalam efek
menetralkan asam lambung. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah
ANC ( antacid neutralizing capacity ). ANC disajikan dalam bentuk perbandingan mEq,
dan FDA mengklasifikasikan per dosis antasida harus punya efek menetralkan asam
sebesar ≥ 5 mEq per dosisnya. Antasida yang baik harus punya kemampuan penetralan
yang baik dan juga cepat. Natrium bikarbonat dan kalsium karbonat memiliki kemampuan
menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari karena
efek samping yang mungkin dapat terjadi.
Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium
bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat dan
menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium hidroksida dan
kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut yang agak lambat.
Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya ( berapa lama antasida
menghasilkan efek menetralkan asam lambung ). Natrium bikarbonat dan magnesium
oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium
karbonat memiliki lama kerja yang lebih panjang. Kombinasi antara aluminium dan
magnesium memiliki kemampuan penetralan dalam skala menengah. Antasida yang
mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung sekaligus sebagai
suplementasi kalsium.
Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu yang memiliki efek sistemik dan non sistemik.
a. Antasida Sistemik
Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus
sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat
terjadi alkalosis. Jenis antasida yang termasuk golongan ini adalah Na-Bikarbonat.
Obat ini merupakan salah satu obat anti tukak. Unsur aktif dalam soda pengembang
kue, sangat larut dan bereaksi hampir seketika dengan asam hidroklorida :
NaHCO3 + HCl
NaCl + H2O + CO2
Tetapi, senyawa ini sangat larut dan diabsorpsi cepat dari usus. Jadi, ia bisa
meningkatkan alkalosis sistemik dan retensi cairan serta direkomendasikan untuk
penggunaan jangka lama. Efek samping yang dapat terjadi yaitu kelebihan natrium
menyebabkan hipernatremia dan retensi air, alkalosis metabolik karena kelebihan
bikarbonat dan kelebihan sekresi asam ( asam rebound ), sehingga obat ini jarang
dipakai untuk mengobati anti tukak peptik.
b. Antasida Nonsistemik
Antasida nonsistemik adalah antasida yang kationnya membentuk senyawa yang tidak
larut dalam usus, dan tidak diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan
asam basa dalam tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu :
 Aluminium hidroksida, bereaksi dengan asam hidroklorida dalam bentuk yang
serupa : Al(OH)3 + 3HCl
AlCl3 + 3H2O
Umumnya aluminium klorida yang terbentuk tak larut dan sering menyebabkan
konstipasi. Ia juga mengikat obat tertentu ( misalnya tetrasiklin ) dan fosfat, yang
mencegah absorpsinya. Efek atas absorpsi fosfat ini dimanfaatkan untuk terapi pada
pasien gagal ginjal kronik dan penyakit tulang.
 Kalsium karbonat bereaksi lebih lambat daripada natrium bikarbonat, tetapi sangat
efektif dalam menetralisasi asam lambung :
CaCO3 + 2HCl
CaCl + H2O + CO2
Tetapi, sekitar 10% kalsium klorida yang dihasilkan akan diabsorpsi dengan
kemungkinan efek samping hiperkalsemia, sindroma susu-alkali dan „rebound‟
asam. Sehingga, antasida ini tidak direkomendasikan untuk pemakaian jangka lama.
 Magnesium hidroksida ( susu magnesia ) bereaksi dengan asam hampir secepat
natrium hidroksida :
Mg(OH)2 + 2HCl
Berbeda
dari
MgCl2 + 3H2O
natrium
hidroksida,
magnesium
hidroksida
memperlambat
pengosongan dari lambung, sehingga memperpanjang efek netralisasinya. Garam
magnesium yang dihasilkan sukar diabsorpsi dan bersifat laksatif sehingga
menimbulkan diare. Sejumlah kecil magnesium diabsorpsi, tetapi bila terdapat
insufisiensi ginjal akan mengganggu ekskresinya ke urin sehingga menyebabkan
hipermagnesemia.
2.2.1 Struktur Kimia
Alumunium Hidroksida
Aluminium hidroksida merupakan obat antasida yang paling lemah daya kerjanya.
Efek samping yang tidak dikehendaki ialah konstipasi, tetapi tidak mempengaruhi
keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Nama Obat
Aluminium Hidroksida ( Al(OH)3 )
Golongan
Antasida
Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
Kontra-Indikasi
Hipersensitif terhadap garam aluminium
Interaksi
↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid,
digoksin, klorpromazin
↓ sekresi amphetamin dan kina
↑ sekresi salisilat
Dosis
0,6 g ( 1 g à 25 meq asam )
Dewasa : PO Antacid sampai 1 g / hari. Hiperposfatemia
pada gagal ginjal kronik sampai 10 g / hari dalam dosis
terbagi.
Dosis Anak
Kehamilan & Laktasi
Kategori C
Farmakologi
Netralisasi
asam
lambung,
menghasilkan
garam
aluminium klorida dan air.
Efek Samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat
Sediaan
Liquid : 120 ml ( 200 mg / 5 ml dikombinasikan dengan
obat GI lain )
Tablet : 200 mg dikombinasikan dengan obat GI lain
Merek dagang
Acitral, Aludonna
Resep Dokter
Ya
Natrium Bikarbonat
Jika dipergunakan sekali-kali, natrium bikarbonat bekerja efektif dan cepat. Untuk
penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan, mengingat pengaruhnya terhadap
keseimbangan asam-basa dalam tubuh yang dapat menyebabkan alkalosis. Natrium
bikarbonat menyebabkan terbentuknya gas CO2, sehingga perut menjadi kembung.
Nama Obat
Natrium bikarbonat ( NaHCO3 )
Golongan
Elektrolit
Indikasi
Untuk alkalinisasi urin, dispepsia
Kontra-Indikasi
Alkalosis metabolik atau respiratorik, hipernatremia, edema
paru berat, hipokalsemia, hipoklorida
Interaksi
↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid,
digoksin, klorpromazin
↓ sekresi amphetamin dan kina
↑ sekresi salisilat
Dosis
1 - 4 gr ( 1 g à 12 meq asam )
Dewasa : Per oral alkalinisasi urine sampai 10 g / hari dosis
terbagi dengan asupan cairan yang baik. Chronic metabolic
acidosis ≥ 4,8 g / hari sebanyak yang diperlukan. Dyspepsia
1-5 g sebanyak yang diperlukan. IV Severe metabolic
acidosis By slow inj of a hypertonic soln ≤ 8,4 % or by
continuous infusion of a weaker soln, usually 1,26 % .
Dosis Anak
Kehamilan & Laktasi Kategori C
Farmakologi
Menetralkan asam lambung
Efek Samping
Alkalosis sistemik, perforasi
Sediaan
Merek dagang
Resep Dokter
Magnesium Hidroksida
Nama Obat
Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)
Golongan
Antasida
Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
Kontra-Indikasi
Interaksi
↓ absorpsi obat; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid,
digoksin, klorpromazin
↓ sekresi amphetamin dan kina
↑ sekresi salisilat
Dosis
325 mg ( 1 g à 31 meq asam )
Dosis Anak
Kehamilan & Laktasi Kategori C
Farmakologi
Netralisasi asam lambung
Efek Samping
Diare
Sediaan
Liquid : 120 ml ( 200 mg / 5 ml dikombinasikan dengan
obat GI lain )
Tablet : 200 mg dikombinasikan dengan obat GI lain
Merek dagang
Acitral, Aludonna
Resep Dokter
Ya
Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat merupakan obat antasida yang kuat, cepat, dan bekerja dalam
jangka waktu yang panjang. Efek sistemik kecil jika dibandingkan dengan natrium
karbonat. Kalsium karbonat lebih efektif dibandingkan dengan garam aluminium
atau magnesium, dan efek samping yang dapat timbul pada penggunaan obat ini
ialah konstipasi.
Nama Obat
Kalsium karbonat
Golongan
Antasida
Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI.
Kontra Indikasi
Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI,
ileus paralitik, penyakit jantung berat
Interaksi
↓ absorpsi obat ; penisilin, tetrasiklin, INH, sulfonamid,
digoksin, klorpromazin
↓ sekresi amphetamin dan kina
↑ sekresi salisilat
Dosis
1-2 g ( 1 g à 21 meq asam )
Tab 1-2 tab 15-30 menit setelah makan. Susp 1-2 sendok teh
30 menit setelah makan dan sebelum tidur
Dosis Anak
Kehamilan & Laktasi Kategori C
Farmakologi
Netralisasi asam lambung
Efek Samping
Konstipasi, hiperkalsemi, rebound phenomena
Sediaan
Suspensi : 150 ml
Tablet : 800 mg ( biasanya dikombinasikan dengan obat GI
lain )
Merek dagang
Aludonna
Resep Dokter
2.2.2 Pengaruh Lingkungan
Antasida diberikan secara oral ( diminum ) untuk mengurangi rasa perih
akibat suasana lambung yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung.
Asam lambung dilepas untuk membantu memecah protein. Lambung, usus, dan
esophagus dilindungi dari asam dengan berbagai mekanisme. Ketika kondisi
lambung semakin asam ataupun mekanisme perlindungan kurang memadai,
lambung, usus dan esophagus rusak oleh asam memberikan gejala bervariasi seperti
nyeri lambung, rasa terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.
Obat antasida menetralkan asam yang berlebih dalam cairan lambung.
Lingkungan isi lambung bersifat asam. Akan tetapi, jika tingkat keasaman
dilampaui, maka perlu dinaikkan PH-nya atau didapar hingga PH-nya antara 3,5-5.
Efek antasida yang terjadi yaitu sebagai berikut :
Sodium
Calcium
Mg
Aluminium
bicarbonate
carbonate
hydroxide
hydroxide
Cepat
Lambat
Lambat
Lambat
NaCl dan CO2
CaCl2 dan
MgCl2 dan
AlCl2

Distensi
CO2
H2O
H2O
dan
distensi
menyebabkan
Tidak
Tidak
alkalosis jika dosis tinggi atau
serap
gangguan fungsi ginjal
diare
Reaksi
dengan HCl
Produk reaksi
lambung
tekanan
darah
dan
lambung
meningkat
Efek
reaksi
non
Diserap


diserap

konstipasi
osmotik
Obat-obatan antasida harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
dari cahaya, dan pada suhu kamar atau dibawah suhu 30 derajat celcius untuk
menjaga stabilitas obatnya.
2.2.3 Sifat Obat
Antasida mengandung basa, karena hanya basa yang dapat menetralkan
pengaruh asam. Umumnya zat-zat dengan sifat yang berlawanan, seperti asam dan
basa cenderung bereaksi satu sama lain. Reaksi asam dan basa merupakan pusat
kimiawi sistem kehidupan, lingkungan, dan proses-proses industri yang penting.
Bila larutan asam direaksikan dengan larutan basa, maka sebagian dari ion H3O+
asam akan bereaksi dengan sebagian ion OH- basa membentuk air.
Reaksi pada lambung : H3O+ (aq) + OH- (aq)
2H2O
Obat ini mampu menetralkan asam lambung yang berlebihan sekaligus
meredakan rasa nyeri pada lambung. Antasida mengandung campuran garam
alumunium, magnesium, dan simetikon.
Cara kerjanya, garam alumunium dan magnesium akan mengikat asam
lambung sehingga jumlahnya berkurang. Sedangkan kandungan simetikon berfungsi
untuk membantu gas yang timbul karena asam lambung keluar dari saluran
pencernaan. Tingkat keasaman ( pH ) di lambung lalu jadi normal kembali di
kisaran 3-4, saat kadar asam lambung tinggi, ukuran pH di lambung bisa melorot ke
angka 1-2.
Saat mengonsumsi antasida ini tidak dibarengi dengan obat-obatan yang
lain. Karena bisa saja mengakibatkan reaksi yang berbeda sehingga malah akan
membuat parah. Obat ini juga tidak dianjurkan dikonsumsi dalam jangka waktu
panjang.
Karena sifat dari antasida yang hanya mengurangi asam setelah nyeri hilang,
maka dianjurkan untuk mengkonsumsi obat lain guna mengurangi produksi asam
lambung yang berlebihan. Obat jenis proton pump inhibitor bisa menjadi rujukan.
Obat ini dapat mengontrol produksi asam yang berlebihan di lambung.
2.2.4 Cara Pembuatan
Antasida mengandung kombinasi antara aluminium hidroksida dan magnesium
hidroksida. Reaksi antara suatu asam dari asam lambung dan suatu basa dari
antasida menghasilkan suasana netral. Magnesium hidroksida yang terkandung
dalam antasida merupakan senyawa anorganik dari golongan alkali tanah.
Obat antasida umumnya diproduksi dalam bentuk kombinasi dengan maksud untuk
saling mengimbangi efek sampingnya, misalnya aluminum hidroksida dengan efek
samping konstipasi dikombinasi dengan magnesium hidroksida yang memiliki efek
laksatif. Jika terjadi banyak gas sebaiknya menggunakan obat antasida yang
mengandung simetikon yaitu metilpolisiloksan yang diaktifkan. Obat antasida yang
berbentuk tablet kurang efektif jika dibandingkan dengan yang berbentuk bubuk
atau suspensi. Dengan demikian dianjurkan untuk mengunyah obat antasida yang
berbentuk tablet terlebih dahulu sebelum ditelan.
2.3 KOLERETIKA
Koleretik disebut juga senyawa untuk meningkatkan sekresi empedu. Empedu
mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk manusia
ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk
penyerapan lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin
A, D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung
yang masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam empedu
atau 700 - 1000 ml cairan empedu / hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus
kecil bagian bawah ( sirkulasi enterohepatik ), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang
harus disintesis per harinya.
Koleretik merupakan obat-obat yang bekerja pada hati, kemudian disekresikan ke
dalam empedu yang dapat menaikkan kadar air empedu secara osmosis sehingga
meningkatkan sekresi empedu. Di antara obat-obat ini yang paling penting adalah garam
dan asam empedu. Hidrokoleretik adalah obat yang merangsang produksi empedu dengan
gravitasi spesifik yang rendah, yang diperlukan pada penyakit saluran empedu yang tidak
diserta dengan gangguan hepar.
Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu ( koleretik ) tetapi garam
empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat merupakan suatu
kolat semisintetik yang aktif untuk merangsang empedu dengan BM ( Berat molekul )
rendah, karena itulah dinamakan zat hidrokoleretik.
Asam empedu telah lama dikenal sangat penting dalam penyerapan lemak makanan
dan katabolisme kolesterol. Artinya, produk akhir dari pemanfaatan kolesterol adalah
asam empedu yang disintesis dalam hati.
Pada mamalia, asam empedu yang paling umum adalah C24 steroid dengan gugus
karboksil di C-24 dan sampai tiga kelompok hidroksil pada inti steroid yang berada di C3.
Asam empedu yang paling melimpah dalam empedu manusia adalah asam
chenodeoxycholic ( 45% ) dan asam kolat ( 31% ) yang disebut sebagai asam empedu
primer. Dalam usus asam empedu primer diubah oleh bakteri menjadi asam empedu
sekunder yang diidentifikasi sebagai deoxycholate ( dari kolat ) dan lithocholate ( dari
chenodeoxycholate ). Senyawa ini diserap oleh usus dan dikirimkan kembali ke hati
melalui sirkulasi portal. Dalam hati gugus karboksil dari asam empedu primer dan
sekunder adalah terkonjugasi melalui ikatan amida baik untuk glisin atau taurin sebelum
sekresi mereka ke dalam empedu.
Reaksi-reaksi konjugasi menghasilkan glycoconjugates dan tauroconjugates
masing-masing. Mereka di hydrolized dalam usus. Glycoconjugates hadir antara eukariota
yang hanya ada di mamalia, tapi mereka juga terdeteksi ( dengan asam deoxycholic )
dalam bakteri laut, Myroides sp.
2.3.1 Struktur Kimia
Asam empedu ( bile acid )
2.3.2 Pengaruh Lingkungan
Wadah penyimpanan untuk obat-obatan koleretik adalah pada wadah yang tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya.
2.3.3 Sifat Obat
1. Koleretik ( asam empedu ), terutama desoksikolat dengan asam lemak dan
berbagai lipid ( kolesterol, karotin ) dapat berbentuk ikatan / senyawa molekul
atau senyawa dalam.
2. Senyawa dalam berbentuk saluran yang terdiri 8 molekul asam desoksikolat dan
1 molekul asam palmitat dinyatakan sebagai asam koleinat.
3. Asam kolat dapat diesterifikasi selektif pada gugus 3 α hidroksil
4. Gugus 7α dan 12α sebaliknya mudah dioksidasi, reaksi lebih dulu terjadi pada
atom C-7 karen atom H pada C-12 dilindungi secara keruangan oleh gugus metil
yang berdampingan.
2.3.4 Cara pembuatan
Senyawa yang dapat meningkatkan pengosongan empedu yang bekerja
kolikinetik terdapat pada ekstrak daging, kuning telur, lemak, sorbit, MgSO4,
minyak atsiri. Prosedur sederhana dan cepat untuk isolasi fraksi asam empedu
menggunakan ekstraksi fase padat.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam empedu mampu berfungsi
sebagai molekul sinyal gizi terutama selama siklus pakan / cepat karena ada fluks
molekul-molekul kembali dari usus ke hati setelah makan menginduksi. Mereka
mengatur peningkatan pengeluaran energi dalam jaringan adiposa coklat, mencegah
obesitas dan resistensi terhadap insulin.
Konjugasi dari asam lemak dengan asam empedu adalah kelas baru dari
molekul disintesis dengan tujuan mengurangi kristalisasi kolesterol dalam empedu.
Di antara mereka, arachidyl amido kolat asam ( Aramchol ) terbukti menjadi yang
paling aktif untuk menghambat proses itu dan mungkin potensi untuk digunakan
dalam penyakit batu empedu kolesterol pada manusia.
1.4 OBSTIPANSIA
Obstipansia merupakan salah satu golongan obat diare. Obstipansia digunakan
untuk terapi simtomatis ( mengobati gejala ) sehingga dapat menghentikan diare. Obatobat obstipansia melalui mekanisme kerja dalam tubuh terbagi lagi menjadi beberapa
golongan sebagai berikut :
1. Zat penekan peristaltik ( antimotilitas )
Secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang
dan memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa
usus, seperti :
candu dan turunannya
 CANDU : Opium, pulvis opii
 Struktur Kimia :
Morphine
 Pengaruh Lingkungan
Untuk opium ( minyak mentah ), harus terlindung dari cahaya sehingga
penyimpanannya dalam wadah tertutup baik. Sedangkan untuk opii pulvis (
serbuk opium ), harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
dari cahaya.
 Sifat Obat
Termasuk golongan narkotik
Memiliki bau khas dan kuat
Serbuk coklat muda mengandung partikel coklat kekuningan atau merah
kecoklatan
Menekan peristaltik otot polos usus
 Cara Pembuatan
Opium : getah yang diperoleh dengan menoreh buah Papaver somniferum
Linne ( Familia Papaveraceae ) yang belum masak, yang dikeringkan atau
dikeringkan sebagian dengan pemanasan atau penguapan langsung, menjadi
massa berbentuk tidak beraturan. Mengandung tidak kurang dari 9,5 %
morfin, C17H19NO3, dihitung sebagai morfin anhidrat.
Opii pulvis : keringkan opium pada suhu tidak lebih dari 60 , serbukkan
hingga derajat halus ( 85/150 ). Tetapkan kadar. Atur kadar hingga memenuhi
syarat, jika perlu tambahkan Serbuk Opium yang cocok, laktosa atau Pati
Beras.
derivat petidin ( difenoksilat dan loperamida )
 DIFENOKSILAT : Reasec, Lomotil
 Struktur Kimia
 Sifat Obat
- Turunan petidin sehingga menimbulkan efek narkosis
- Menstimulasi aktivitas reseptor μ pada neuron mienterikus dan
menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktasi kaliumnya.
Hal tersebut menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus
dan menurunkan motilitas usus.
- Tidak diabsorpsi di usus pada pemberian oral
- Efektif untuk diare dengan penyebab tidak jelas
- Untuk mencegah penyalahgunaan dikombinasi dengan atropin
- Efek samping : ngantuk, pusing, mulut kering
- Dosis : akut : 3-4 kali sehari 1-2 tab
 LOPERAMIDA : Imodium, lodia, imomed
 Struktur Kimia
 Pengaruh Lingkungan
Disimpan dalam wadah tertutup baik.
 Sifat Obat
- Derivat difenoksilat dan haloperidol ( neuroleptikum )
- Melebur pada suhu lebih kurang 225 disertai peruraian
- Mudah larut dalam metanol, dalam isopropil alkohol dan dalam kloroform
; sukar larut dalam air dan dalam asam encer.
- Loperamide adalah peripheral acting opiate yang tidak berpotensi untuk
disalahgunakan
- Obat ini mengandung narkotika tetapi tidak menimbulkan adiksi
- Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus.
- Efek obstipansia 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP
- Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus
karena tidak menembus ke dalam sawar otak. Oleh karena itu loperamid
tidak dapat menyebabkan ketergantungan.
- Khasiatnya : menekan gerakan usus yang berlebihan dan memulihkan
keseimbangan yang terganggu antara penyerapan dan pengeluaran air serta
sel-sel dinding usus.
- Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel
mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi
ke keadaan resorpsi normal kembali.
- Mula kerja cepat, masa kerja panjang
- Dosis:
Akut : Awal 2 tablet 2 mg, selanjutnya setiap 2 jam 1 tablet. Maksimum 8
tab sehari.
Anak 2 -8 tahun : 2-3 kali sehari 0,1 mg tiap kg bobot badan
Anak 8-12 tahun : awal 2 mg, maksimal 8-12 mg sehari
- Pada anak di bawah 2 tahun tidak boleh diberikan karena penekanan
peristaltik usus yg kuat sehingga timbul konstipasi.
- Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut.
- Bila diminum menurut takaran yang tepat, pada umumnya diare mereda
dalam 2 - 3 hari.
- Akan lebih baik kalau ditambah oralit.
- Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen ( luka dibagian
perut ), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
 Cara Pembuatan
Dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, loperamide mengandung tidak
kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0 % C29H33CIN2O2.
antikolinergik ( atropine, ekstrak belladonna )
 Struktur Kimia
Atropin
2
 Pengaruh Lingkungan
Atropin : penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya.
Ekstrak belladone : simpan dalam wadah berisi zat pengering.
 Sifat Obat
Atropin :
Tidak berbau; sangat pahit; sangat beracun; mengembang di udara kering;
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol, terlebih dalam
etanol mendidih; mudah larut dalam gliserin.
 Cara Pembuatan
Atropin : Atropin perlu penanganan khusus karena sangat beracun. Dihitung
terhadap zat anhidrat, atropin mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak
lebih dari 101,0 % ( C17H23NO3 )2.
Ekstrak belladone : perkolasi 100 bagian Serbuk Beladon ( 85 ) dengan
campuran Etanol encer dan Asam Asetat 2 % v/v volume sama sehingga
alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara berikut : kocok kuatkuat campuran 3 ml eter P, 5 tetes amonia encer P dan 2 ml perkolat. Uapkan
2 ml lapisan eter, larutka sisa dalam 1 tetes asam sulfat encer P, kemudian
tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium tetraiodohidrargirat ( II ) P :
tidak terjadi kekeruhan. Suling etanol dari perkolat, biarkan di tempat sejuk
selama 24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air.
Uaokan filtrat menurut cara yang tertera pada Extracta hingga diperoleh
ekstrak kental.
2. Adstringensia
Menciutkan selaput lendir usus, misalnya :
asam samak ( tannin ) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
 TANIN : asam penyamak
 Struktur Kimia
 Sifat Obat
- Mengendapkan zat putih telur yang bekerja sebagai adstringensia dalam
mengeringkan diare dengan menciutkan selaput lendir usus
- Tanin merangsang lambung sehingga digunakan zat yang tidak dapat larut
( tanalbumin )
- Tanalbumin ikatan antara tanin dan albumin, berangsur-angsur melepaskan
tanin ke dalam usus,
- Dosis : Anak-anak : 3 kali sehari 0,5-1 g
- Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
 Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan
akan memiliki rasa asam dan sepat.
 Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk
endapan.
 Tanin tidak dapat mengkristal.
 Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim
protiolitik.
- Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :
 Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran
polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.
 Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi
 Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia,
antiseptic dan pemberi warna.
- Sifat sebagai pengkhelat logam.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai khelat
logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai dengan
pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi
pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi
pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya khelat yang kuat
dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih stabil dan aman di dalam
tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya,
karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan memberikan
efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi) dapat
mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat
oleh senyawa tanin tersebut.
3. Adsorbensia
Pada permukaannya dapat menyerap ( adsorpsi ) zat-zat beracun ( toksin ) yang
dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan ( udang, ikan ),
misalnya :
karbo adsorben
 KARBO ADSORBENS : Arang aktif, Norit
 Pengaruh Lingkungan
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.
 Sifat Obat
- Arang halus yang telah diaktifkan
- Memiliki daya ikat pada permukaan ( adsorpsi ) kuat terutama terhadap zat
yang molekulnya besar, toksin bakteri atau racun makanan
- Bebas butiran; tidak berbau; tidak berasa.
- Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
- Dosis : oral 3-4 kali sehari 0,5-1 g
 Cara Pembuatan
Carbo adsorbens ( arang jerap ) adalah sisa destilasi destruktif dari beberapa
bahan organik yang telah diberi perlakuan untuk mempertinggi daya jerap.
Termasuk disini juga musilago yaitu zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung, seperti :
kaolin, pektin ( suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel ) dan
garam-garam bismuth serta alumunium.
 KAOLIN : Bolus alba, Argilla
 Struktur Kimia
 Pengaruh Lingkungan
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
 Sifat Obat
- Yaitu aluminium silikat yang mengandung air sebagai adsorbens terhadap
toksin penyebab diare
- Bebas dari butiran kasar; tidak berbau; tidak mempunyai rasa; licin
- dikombinasi dengan karbo adsorbens atau pektin
- Dosis : Oral 3 kali sehari 50-100 g sebagai suspensi air
 Cara Pembuatan
Kaolin adalah aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan dengan
pencucian dan telah dikeringkan. Serta mengandung bahan pendispersi.
 BISMUT SUBNITRAT
 Struktur Kimia
 Pengaruh Lingkungan
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
 Sifat Obat
Agak higroskopis
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam asam
klorida dan dalam asam nitrat
Obstipansia dan membentuk lapisan pelindung
Untuk menutupi luka dinding usus.
 Cara Pembuatan
Dihitung terhadap zat yang yang telah dikeringkan, bismut subnitrat adalah
garam basa mengandung setara tidak kurang dari 79,0 % Bi2O3.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan materi-materi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Senyawa Asam
Pada kekurangan asam, sebagai penggantian asam dapat dipergunakan HCl dan berbagai
senyawa asam, yaitu seperti :
Betain hidroklorida
Digunakan sebagai sumber asam klorida dalam pengobatan hypochlorhydria dan dalam
pengobatan gangguan hati, karena hiperkalemia, untuk homocystinuria, dan gangguan
pencernaan.
Asam glutamate hidroklorida
Asam
L
Glutamat
diperoleh
dengan
menggunakan
corynebacterium
glutamicum,dengan tangki anaerob yang berisi glukosa (sumber C) dan ureum (sumber
N). Dengan oksidasi yang tidak sempurna terhadap glukose, terjadi asam αketoglutarat setelah aminasi reduktif terbentuk asam glutamat.
2. Antasida
Antasida adalah golongan obat yang digunakan dalam terapi terhadap akibat
yang ditimbulkan oleh asam yang diproduksi oleh lambung.
Umumnya antasida merupakan basa lemah, biasanya bisa terdiri dari zat aktif yang
mengandung alumunium hidroksida / karbonat, magnesium hidroksida / karbonat, dan
kalsium. Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat
mengurangi kelebihan gas.
Antasida bekerja dengan cara menetralkan kondisi “terlalu” asam. Selain itu,
antasida juga bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim pepsin yang aktif bekerja
pada kondisi asam. Enzim ini diketahui juga berperan dalam menimbulkan kerusakan pada
organ saluran pencernaan manusia.
Kemampuan melarut antasida dalam asam lambung berbeda-beda. Natrium
bikarbonat dan magnesium oksida mempunyai kemampuan melarut yang cepat dan
menghasilkan efek buffer yang relative cepat, sedangkan aluminium hidroksida dan
kalsium karbonat memiliki kemampuan melarut yang agak lambat. Natrium bikarbonat dan
kalsium karbonat memiliki kemampuan menetralkan yang terbesar tapi penggunaan jangka
panjang sebaiknya dihindari karena efek samping yang mungkin dapat terjadi.
Perbedaan lain di antara antasida adalah lama kerjanya ( berapa lama antasida
menghasilkan efek menetralkan asam lambung ). Natrium bikarbonat dan magnesium
oksida memiliki lama kerja yang pendek, sedangkan aluminium hidroksida dan kalsium
karbonat memiliki lama kerja yang lebih panjang.
Antasida ini terdiri dari dua tipe yaitu :
a.
Antasida Sistemik
Antasida sistemik adalah antasida yang ion-ionnya dapat diserap oleh usus halus
sehingga mengubah keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh dan dapat
terjadi alkalosis. Jenis antasida yang termasuk golongan ini adalah Na-Bikarbonat.
Obat ini merupakan salah satu obat anti tukak. Ia bisa meningkatkan alkalosis sistemik
dan retensi cairan serta direkomendasikan untuk penggunaan jangka lama.
b.
Antasida Nonsistemik
Antasida nonsistemik adalah antasida yang kationnya membentuk senyawa yang tidak
larut dalam usus, dan tidak diabsorpsi sehingga tidak mempengaruhi keseimbangan
asam basa dalam tubuh. Yang termasuk golongan ini yaitu Aluminium Hidroksida,
Kalsium Karbonat, dan Magnesium Hidroksida.
Obat-obatan antasida harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, dan pada suhu kamar atau dibawah suhu 30 derajat celcius untuk menjaga stabilitas
obatnya.
Saat mengonsumsi antasida ini tidak dibarengi dengan obat-obatan yang lain.
Karena bisa saja mengakibatkan reaksi yang berbeda sehingga malah akan membuat parah.
Obat ini juga tidak dianjurkan dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
Karena sifat dari antasida yang hanya mengurangi asam setelah nyeri hilang, maka
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat lain guna mengurangi produksi asam lambung yang
berlebihan. Obat jenis proton pump inhibitor bisa menjadi rujukan. Obat ini dapat
mengontrol produksi asam yang berlebihan di lambung.
3. Koleretika
Koleretik merupakan obat-obat yang bekerja pada hati, kemudian disekresikan ke
dalam empedu yang dapat menaikkan kadar air empedu secara osmosis sehingga
meningkatkan sekresi empedu.
Di antara obat-obat ini yang paling penting adalah garam dan asam empedu. Zat
empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam
kenodeoksikolat.
Wadah penyimpanan untuk obat-obatan koleretik adalah pada wadah yang tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya.
4. Obstipansia
Obstipansia digunakan untuk terapi simtomatis ( mengobati gejala ) sehingga dapat
menghentikan diare. Obat-obat obstipansia melalui mekanisme kerja dalam tubuh terbagi
lagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
a. Zat penekan peristaltik ( antimotilitas )
Secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang
dan memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus,
seperti :
candu dan turunannya ( Opium, Opii Pulvis ) : disimpan dalam wadah tertutup rapat /
baik dan terlindung dari cahaya. Digunakan untuk menekan peristaltik otot polos
usus.
derivat petidin ( difenoksilat dan loperamida ) : Tidak diabsorpsi di usus pada
pemberian oral ( difenoksilat ), disimpan dalam wadah tertutup baik, pada anak di
bawah 2 tahun tidak boleh diberikan karena penekanan peristaltik usus yg kuat
sehingga timbul konstipasi, akan lebih baik kalau ditambah oralit ( loperamida ).
antikolinergik ( atropine, ekstrak belladonna ) : penyimpanan dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya, serta perlu penanganan khusus karena sangat
beracun ( atropin ). Atau simpan dalam wadah berisi zat pengering ( ekstrak
belladonna ).
b. Adstringensia
Menciutkan selaput lendir usus, misalnya :
asam samak ( tannin ) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
c. Adsorbensia
Pada permukaannya dapat menyerap ( adsorpsi ) zat-zat beracun ( toksin ) yang
dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan ( udang, ikan ),
misalnya :
karbo adsorben ( Arang aktif, Norit ) : Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.
Termasuk disini juga musilago yaitu zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus
dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung, seperti :
kaolin, pektin ( suatu karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel ) dan
garam-garam bismuth serta alumunium.
 Kaolin ( Bolus alba, Argilla ) : Penyimpanan dalam wadah tertutup baik,
dikombinasi dengan karbo adsorbens atau pektin
 Bismut Subnitrat : Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya, obstipansia dan membentuk lapisan pelindung, serta untuk menutupi luka
dinding usus.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Freshlifegreen, 2011, antasida, http://freshlifegreen.blogspot.com/2011/02/antasida.html,
diakses tanggal 7 Maret 2013.
Koranindonesiasehat, 2009, Atasi-diare-pada-orang-dewasa-perlukah-obat,
http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/11/29/atasi-diare-pada-orangdewasa-perlukah-obat.html, diakses tanggal 7 Maret 2013.
Muhammad, 1998, Senyawa asam dilambung, http://www.senyawa asam dilambung.com,
diakses tanggal 8 Maret 2013.
Nizar, 2009, Obat-antidiare, http://nizar-ppal-furqon.blogspot.com/2009/11/obat
antidiare.html, diakses tanggal 7 Maret 2013.
Siswandono, dan Soekardjo Bambang, 2000, Kimia Medisinal Edisi Kedua, Airlangga
University Press, Surabaya.
Studifarmasi, 2012, Pengobatan-diare,
http://studifarmasi.blogspot.com/2012/02/pengobatan-diare.html, diakses tanggal 7
Maret 2013.
Download