ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSETS DAN FINANCIAL LEVERAGETERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA: BURSA EFEK INDONESIA PERIODE JANUARI 2009- DESEMBER 2011 Arini Faranisa Rt. Thresna Biyanti [email protected] Abstract. The purpose of this study was to analyze the effect of Earning, This research was conducted using quantitative data. Sampling the financial statements of each company complete 2009-2011. The analytical method used was multiple linear regression analysis. By using a significant positive effect on stock prices. Earning per Share has a positive effect on stock price, Return on Assets have significant positive effect on stock prices. Financial Leverage significant positive effect on stock prices. From this research, it could be concluded that the stock price was affected by the Earning per Share Return on Assets and Financial Leverage. And this research result is also showed that Earning per Share, Return on Assets, and Financial Leverage and simultaneously affected the stock price of the Consumer Goods company which was registered in Index Stock Exchange Syariah Indonesia. Keywords: Stock Prices, Earnings per Share, Return on Assets and Financial Levearge Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Earning, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif. Sampling laporan keuangan masing-masing perusahaan 2009-2011. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dengan menggunakan pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham. Earning per Share memiliki efek positif pada harga saham, Return on Assets berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Financial Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh Earning per Share Return on Assets dan Financial Leverage. Dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Earning per Share, Return on Assets, dan Financial Leverage dan sekaligus mempengaruhi harga saham perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indeks Syariah Indonesia. Kata kunci: Harga Saham, Laba per Saham, Return on Asset dan Keuangan Levearge Untuk memperoleh pendapatan (earning) yang diinginkan, seorang investor perlu melakukan analisis penilaian terhadap kinerja perusahaan sebelum membuat keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Analisis penilaian saham yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi meliputi analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis mengenai penilaian saham yang akan dibahas pada penelitian ini adalah analisis fundamental. Salah satu cara yang digunakan dalam analisis ini adalah laporan keuangan dalam bentuk rasiorasio keuangan. Terdapat banyak rasio keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, diantaranya adalah Earning per Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan Financial Leverage (FL). Dengan menganalisis laporan keuangan para investor dapat melihat hubungan antara risiko dan hasil yang diharapkan dari modal yang ditanamkan. Earning per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih dengan jumlah lembar saham yang beredar. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Apabila Earnings per Share perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Dwiatma, 2011). Tetapi pada kenyataannya ada perusahaan yang EPS nya menurun harga sahamnya meningkat. Return on Assets (ROA) mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan. Analisis ROA merupakan 151 teknik analisis yang lazim digunakan oleh investor untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA ini sendiri adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh perusahaan (laba bersih) dengan jumlah asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan perusahaan. Semakin tinggi ROA berarti kinerja keuangan semakin baik dan keuntungan juga semakin tinggi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan biasanya harga saham juga akan meningkat. Financial Leverage (FL) adalah perbandingan antara utang yang dimiliki perusahaan dan total asset yang dimiliki perusahaan FL mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang, Rasio Leverage yang cukup tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk, karena tingkat ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar semakin besar. Dengan demikian apabila FL perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi deviden. Namun pada kenyataannya ada beberapa perushaan yang harga sahamnya meningkat, tetapi nilai FL juga meningkat. Secara teori apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan tersebut optimal. Sehingga apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai positif, seharusnya investor berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat. Fakta teori ini tidak selalu sejalan dengan fenomena praktek di lapangan hal ini terlihat dari hasil penelitian beberapa peneliti yang pernah mengkonfirmasi pengaruh rasio-rasio 152 keuangan terhadap harga saham di antaranya: Hasil penelitian yang dilakukan oleh Angrawit (2010) dengan judul “Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR dan ROA pada harga Saham dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009”. Menunjukkan hanya variabel EPS, PER, ROE, DER,dan ROA yang memiliki pengaruh pada harga saham. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ester (2009) “Analisis faktor Fundamental terhadap Harga saham dengan menggunakan rasio Probabilitas (EPS, ROA, ROE, dan BEP) pada industri Properti di Burtsa Efek Indonesia”. Menunjukkan hanya variable EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis tertarik untuk menguji kembali pengaruh Earning per Share (EPS), Return on assets (ROA) dan Financial Levarage (FL) terhadap harga saham. Dalam penelitian ini, data penelitian pada saham perusahaan Consumer Goods. Hal ini dikarenakan perusahaan Consumer Goods dapat bertahan pada krisis global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008. Perusahaan Consumer Goods dapat bertahan karena pada umumnya kurang berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, artinya perubahan ekonomi tidak memengaruhi konsumen atas kebutuhannya terhadap produk perusahaan Consumer Goods. Dengan tidak terpengaruhnya perusahaan Consumer Goods terhadap krisis global yang terjadi maka saham pada kelompok perusahaan Consumer Goods ini lebih banyak menarik minat investor karena tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin tinggi. Dengan banyaknya penelitian yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, membuat peneliti tertarik untuk meneliti dalam bidang saham syariah. Karena dengan berkembangnya waktu yang semakin pesat saham syariah saat ini semakin berkembang dengan baik dengan ini peneliti semakin tertarik untuk melakukan penelitian pada Consumer good yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Rumusan Masalah Dalam menentukan pemilihan saham, investor dapat melakukan analisis menggunakan analisis fundamental dengan melihat rasio keuangan. Analisis fundamental selalu dijadikan acuan investor dalam membuat keputusan investasi di pasar modal. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, harga saham yang tinggi akan mencerminkan faktor fundamental yang baik dimata investor. Namun pada kenyataannya apakah benar naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada harga saham dengan menggunakan analisis fundamental. Maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: (1) Apakah Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Consumer Goods di Indeks saham Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI?; (2) Apakah Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI? (3) Apakah Financial Leverage (FL) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)yang tercatat di BEI?; (4) Apakah Earning per Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan Financial Laverage (FL) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Consumer Goods di Indeks saham Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI ? Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Menguji dan menganalisis Earning per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di BEI; (2) Menguji dan menganalisisis Return on Assets (ROA) terhadap harga saham perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di BEI; (3) Menguji dan menganalisis Financial Leverage (FL) terhadap harga saham perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di BEI; (4) Menguji dan menganalisis EPS, ROA, dan FL secara simultan terhadap harga saham perusahaan Consumer Goods di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) di BEI Saham Syariah Sejarah Pasal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasi dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Pada 18 April 2011, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/SN-MUI/IV.2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT.Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudrabah. Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulaii dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN_MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia. Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri yang ada pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya diingatkan menjadi unit setingkat eselon III. 153 Pada 23 November 2006, Bapepem-Lk menerbitkan paket Peraturan Bapepem dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam dan Lk pada 12 September 2007. Selama ini, pasar modal syariah di indonesia bukan hanya 30 saham syariah yang menjadi konstituen JII saja tetapi tersendiri dari berbagai macam jenis Efek. Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 7 Mei 2008. Undang-Undang ini diperlukan sebagai landasan hukum penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara pada 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR001 dan IFR002. Pada 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan Bapepem-LK Nomoe IX.A.13 tentang penerbitan Efek Syariah dan II.K.I tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks yang telah diluncurkan oleh BEI pada 12 Mei 2011. Konstitusi ISSI adalah seluruh saham yang tergabung dalam Daftar Efek Syariah dan tercatat di BEI di mana pada saat ini jumlah konstitusi ISSI adalah lebih dari 200 saham, Dengan telah diluncurkan ISSI maka BEI memiliki 2 indeks Yng berbasis saham Syariah yaitu ISSI dan JII. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) PT Bursa Efek Indonesia bersama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia meluncurkan Fatwa Mekanisme Syariah Perdagangan Saham sekaligus Indeks Saham Syariah Indonesia di Jakarta. Fatwa itu adalah Fatwa Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di pasar Reguler Bursa Efek. Fatwa itu disahkan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 8 Maret 2011. 154 Dengan pengesahan fatwa itu maka penyelenggaraan perdagangan efek di BEI memiliki dasar dan atau hukum fikih yang kuat bahwa mekanisme lelang berkelanjutan (continuous auction) yang digunakan di BEI dalam transaksi efek bersifat ekuitas di pasar reguler telah sesuai dengan prinsip syariah. Momen ini menjadi tonggak sejarah perkembangan ekonomi syariah di indonesia sistem syariah diminati pengusaha di dunia karena sistem ini dirasa lebih aman dari penipuan dan manipulais, tak hanya bagi pengusaha muslim semata tetapi secara umum menurut Ketua badan Pelaksanaan Harian (BPH) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) , KH Maruf Amin. Menurut Direktur Utama BEI Warsito, penerbitan fatwa ini tidak instan tapi melalui proses panjang oleh otoritas BEI dan MUI. Indeks Saham Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) akan menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi di saham. Khususnya saham syariah, ISSI sekaligus menjadi acuan utama yang menggambarkan kinerja seluruh saham syariah yang tercatat di bei, yang membantu, menghilangkan kesalahpahaman masyarakat yang menganggap saham syariah hanya terdiri 30 saham yang masuk dalam Jakarta islamic Index (JII) saja. Metode perhitungan ISSI sama dengan metode perhitungan indeks lainnya di BEI, yakni menggunakan market capitalization weighted average. Komponen penghitungannya adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan setiap enam bulan. Hari Dasar penghitungan ISSI adalah Desember 2007 dengan nilai indeks 100. Saat ini terdapat 214 Saham Syariah dengan kapitalisasi pasar sekitar 43,6 persen dari total nilai kapitalisasi BEI. Di JII hanya dipilih 30 perusahaan, jumlah yang dianggap idel saat itu, tapi masyarakat kemudian hanya menganggap hanya 30 perusahaan itu saja yang sistem dan mekanismenya secara syariah, maka peluncuran fatwa dan ISSI kali ini diharapkan membuka pandangan masyarakat umum, melengkapi JII yang sudah ada lebih dulu Harga Saham Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Kebanyakan harga saham berbeda dengan nilai saham, makin sedikit informasi yang bisa diperoleh untuk menghitung nilai saham, makin jauh perbedaan tersebut (Jogiyanto, 2005). Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Pengertian Laporan Keuangan Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang memungkinkan analisis untuk menelaah kondisi dan hasil dari suatu usaha. Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti dari laporan keuangan adalah sebagai berikut, menurut prinsip–prinsip Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa: (1) “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”; (2) “ Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah ringkasan dari transaksi – transaksi yang terjadi dalam proses akuntansi yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi serta laporan keuangan lainnya yang merupakan alat komunikasi antara data keuangan dengan pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Terkait dengan pengertian di atas, terdapat analisis laporan keuangan (Neraca dan Rugi laba), untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan keuangan perusahaan, dari berbagai perspektif keuangan bisnis hasil dari analisis dari laporan keuangan biasanya disebut juga dengan analisis rasio, yang biasanya digunakan sebagai parameter dalam menilai kinerja perusahaan. Pengertian Rasio Keuangan Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relati onship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000: 54). Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001: 329). Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan. Sedangkan studi yang berfungsi untuk mempelajari rasio keuangan tersebut disebut analisis rasio keuangan (financial ratios analysis). Financial ratio analysis ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisis (Robert Ang, 1997:18.23), yaitu: (1) Unvariate Ratio Analysis. Unvariate ratio analysis merupakan analisis rasio keuangan yang menggunakan satu variate di dalam melakukan analisis (profit margin ratio, Return on Assets, return on equity, dan sebagainya); (2) Multivariate Ratio Analysis. Multivariate ratio analysis merupakan rasio keuangan yang menggunakan lebih dari satu variate di dalam melakukan analisis (alman’s z-score, zeta score, dan sebagainya). Penganalisis finansial dalam mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam pembanding (Bambang Riyanto, 2001:329), yaitu: (1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktuwaktu yang akan datang dari perusahaan yang sama; (2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan atau company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama. 155 Penggolongan Rasio Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut diperlukan suatu alat analisis yaitu rasio keuangan. Menurut Munawir (2000:68), angka rasio dapat dibedakan menjadi tiga menurut sumber datanya, antara lain: (1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio) adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca (misalnya: current ratio, acid test ratio); (2) Rasio-rasio Laporan laba rugi (income statement ratio), yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari Laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan sebagainya); (3) Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio) Ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi (misalnya: inventory turnover, account receivable turnover, sales to fixed assets, dan sebagainya) Sedangkan menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios). Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan net working capital. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (fred weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiabnya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir, 2008:110); (2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios). Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari: total asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, average collection period (day’s sales inaccounts receivable) dan day’s sales in inventory. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan 156 lainya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset yang dimilikinya (Kasmir, 2008:114); (3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios). Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, operating Return on Assets, Return on Assets, return on equity, dan operating ratio. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 114). Rasio pfrofitabilitas sekelompok rasio yang menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditasi, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi; (4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios, karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, longterm debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales. Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar beban utang yang di tanggung perusahaan yang dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur suatu kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) Kasmir, 2008:151); (5) Rasio Pasar (Market Ratios). Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share, Earning per Share, dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value. Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi: Earning per Share (EPS) Dalam lingkungan keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajeman keuangan perusahaan tersebut. Earning per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Earnings per Share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Menurut Sawidji Widoatmodjo (2005:102) Earning per Share merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Dengan demikian bila seorang investor ingin meraih keuntungan berupa Earning per Share, maka perlu memahami kondisi keuangan suatu perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima pemegang saham per lembar sahamnya. Hubungan Harga Saham dengan Earning per Share (EPS) Earning per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang paling sering digunakan mengukur kondisi dan pertumbuhan perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya maka semakin profitabel dan menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan efek positif pada harga saham (Susilo, 2005). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan (Dwiatma,2011). Jumlah EPS tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong inevstor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Makin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. Return on Asset (ROA) “ROA merupakan suatu indikator keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas total asset yang dimiliki perusahaan” (Hendy m Fakhruddin, 2008:170). “ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berasal dari aktivitas investor” (Mardiyanto,2009:196). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ROA adalah alat ukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan sumber daya (asset). Hubungan Harga Saham dengan Return on Assets (ROA) ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mempereloeh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif memenfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demekian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut 157 dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Almas, 2007). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di pasar modal. Dengan kata kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Financial Leverage (FL) “Financial Leverage merupakan tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan” (Brigham ,2009: 299). Semakin banyak perusahaan melakukan pembiayaan dengan utang, akan menambah risiko pada saham biasanya. Penggunaan utang tersebut akan menciptakan leverage keuangan. Hubungan Harga Saham dengan Financial Leverage (FL) Financial Levarage menurut Sartono (2008:263) adalah Penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Pengertian di atas menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan melalui Financial Leverage bertujuan untuk meningkatkan return bagi pemegang saham, tetapi Financial Leverage juga berpotensi terhadap besarnya risiko yang dihadapi oleh investor jika beban tetap yang harus dibayar perusahaan atas utang– utangnya lebih besar dari para laba yang diperolehnya. Sehingga financial Leverage perusahaan yang tinggi cendrung membuat harga saham turun sedangkan Financial Leverage yang rendah akan membuat harga saham cenderung naik (Iswandi,2006) (lihat Tabel 1). Metode Penelitian Data Objek penelitian adalah saham-saham yang tergabung dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI selama 2009 sampai dengan 2011. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Earning per Share (EPS), Return on Assets (ROA) dan Financial 158 Leverage (FL) Terhadap Perusahaan Consumer Goods Syariah Indonesia (ISSI) yang Efek Indonesia (BEI)” data dalam penelitian ini: (Tabel 2) Harga Saham di Index saham tercatat di Bursa yang digunakan Operasional Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham. Menghitung harga saham yang digunakan adalah harga saham perbulan. Operasioanl Variabel Independen Variabel - variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio keuangan berupa data Earning per Share (EPS), Retrun On Assets (ROA), Finanncial Leverage (FL), pada perusahaaan Consumer Goods yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang tercatat di BEI. variabel-variabel independen pada penelitian ini berdasarkan data bulanan dan triwulanan yang diterbitkan oleh Indonesia Stock Exchange pada periode Desember 2009 hingga Desember 2011. Berikut ini dijelaskan definisi dari masingmasing variabel penelitian disertai cara pengukurannya: Earning per Share (EPS) Perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut: EPS = πΏπππ π΅πππ πβ π½π’πππβ ππβππ π΅ππππππ Return on Asset (ROA) Perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba Bersih *100% Total Aset Financial Leverage (FL) Perhitungan FL dapat Rumuskan sebagai berikut: FL = Total Utang Total Aset No 1. Peneliti Tabel 1. Penelitian Terdahulu Tahun Hasil Penelitian Pengaruh Earning per Share (EPS), Deviden Per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) terhadap Harga saham pada perusahaan LQ-45 di Bura Efek Jakarta 2006 Uji t = Hanya variabel Financial leverage dan Tingkat Inflasi yang memiliki pengaruh signifikan pada harga saham secara parsial. Uji F = Secara simultan Laba Ajuntansi, Financial leverage dan Tingkat inflasi berpengaruh terhadap harga saham. (dalam penelitian Madichah) 2 3 4 Pengaruh Earning per Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan Finanncial Leverage (FL) terhadap harga saham pada Perusahaan Rokok di Bursa Efek Indonesia. (dalam Penelitian Ester Farida Irawaty) Analisis Pengaruh EPS, PER,ROE, FL, DER, CR, dan ROA pada Harga Saham dan Dampaknya terhadap KInerja Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI periode 2005-2009. (dalam penelitian Angrawit Kusumawardani) Analisis Pengaruh EPS, ROE, dan DER terhadap harga saham pada perusahaan Wholesale an Retail Trade yang terdaftar di BEI periode 2006-2008 (dalam penelitian Dwiatma) 2009 2003 2011 Uji t = Hanya variabel EPS yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. ROA,ROE,EPS, dan BEP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan property secara bersama-sama. Menguji adanya anomali winner-loser Uji t = Hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, dan ROA yag memiliki pengaruh pada harga saham, serta memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja. Uji F = Secara serentak EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Uji t = EPS secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham, ROE secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan DER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uji F = Secara serentak EPS, ROE, dan DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 159 Tabel 2. Daftar Nama Perusahaan Consumer Goods yang Terdafar di ISSI yang Menjadi Penelitian Tahun 2009 - 2011 Kode Nama Perusahaan ADES PT. Aksha Wira International Tbk. AISA PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. CEKA PT.Cahaya Kalbar Tbk. DVLA PT.Darya-Varia Labotaria Tbk. INAF PT.Indofarma Tbk. INDF PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. KAEF PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. KDSI PT.Kedawung Setia Industrial Tbk. KICI PT.Kedaung Indah Can Tbk. KLBF PT.Kalbe Farma Tbk. LMPI PT.Langgeng Makmur Industry Tbk. MERK PT.Merck Tbk. MRAT PT.Mustika Ratu Tbk. MYOR PT.Mayora Indah Tbk. PSDN PT.Prasidha Aneka Niaga Tbk. PYFA PT.Pyridam Farma Tbk. SKLT PT.Sekar Laut Tbk. STTP PT.Siantar Top Tbk. TCID PT.Mandom Indonesia Tbk. TSPC PT.Tempo Scan Pasific Tbk. ULTJ PT.Ultra Jaya Milk Indus Tbk. UNVR PT.Unilever Indonesia Tbk Sumber : Bursa Efek Indonesia Tahapan Penelitian Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan perhitungan statistik. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah regresi linear berganda, uji asumsi klasik statistik (deskriptif, normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi), uji t, uji f dan regresi berganda, R2 (koefesien determinasi) yang akhirnya untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variable independent yang mempengaruhi harga saham. 160 Data tersebut kemudian diolah menggunakan software SPSS 20. Metode Analisis Data Melihat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai dasar pemilihan pengujian maka sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas data dengan menggunakan uji asumsi klasik. Pengujian Asumsi Klasik Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interprestasi. Hasil pengolahan data kemudian digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic dengan perangkat lunak (aplikasi) SPSS 20 untuk mengetahui pengaruh EPS, ROA, dan FL terhadap harga saham. Dengan metode analisis data yang digunakan sebagai berikut : Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), Standar deviasi, maksimum, minimum, dan jumlah sampel dari masingmasing variabel penelitian. Analisis Regresi Berganda Uji Persamaan Regresi Linear Berganda Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menyatakan hubungan fungsional antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun bentuk model regresi yang digunakan sebagai dasar penentuan harga saham adalah bentuk linear yakni : Y = α + β1X1 + β2X2 +β3X3 + e dimana : Y = harga saham X1 = EPS X2 = ROA X3 = FL β1 β2 β3 = koefisien regresi e = kesalahan pengganggu Koefisien Determinasi (R ² ) Menurut Imam Ghozali (2009:87) menyatakan Uji koefisien determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam membuat estimasi. Semakin besar angka R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya. Untuk memberikan interpretasi terhadap kuatnya suatu hubungan, dapat digunakan pedoman seperti yang terdapat dalam tabel berikut: (lihat Tabel 3). Uji Hipotesis Uji Signifikan Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Imam Ghozali, 2009:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5 %, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 5%), maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara varibel independen terhadap variabel dependen. Uji Signifikan Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen (Imam Ghozali, 2006:88). Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap 161 Tabel 3. Korelasi No 1 2 3 4 5 Interval Koefisien 0.00 – 0.199 0.20 – 0.399 0.40 – 0.599 0.60 – 0.799 0.80 – 1.000 Tingkat Korelasi Atau Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber: Ghozali (2009) variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5 %, jika nilai t hitung > ttabel maka secara satu per satu variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel depenhden. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Ho : β = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen; (2) Ha: β ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesa Penelitian Hipotesa 1 Ho1 : tidak ada pengaruh EPS terhadap harga saham. Ha1 : ada pengaruh EPS terhadap harga saham. Hipotesa 2 Ho2 : tidak ada pengaruh ROA terhadap harga saham. Ha2 : ada pengaruh ROA terhadap harga saham. Hipotesis 3 Ho3 : tidak ada pengaruh FL terhadap harga saham. Ha3 : ada pengaruh FL terhadap harga saham. Hipotesis 4 Ho4: tidak ada pengaruh EPS, ROA, FL, secara simultan terhadap harga saham Ha4 : ada pengaruh EPS, ROA, FL secara simultan terhadap harga saham 162 Formula hipotesa yang digunakan untuk hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) H01 : µ0= µ1 = 0, Ha1 : µ0 ≠ µ1 ≠ 0: (2) H02 : µ0 = µ2 = 0, Ha2 : µ0 ≠ µ2 ≠ 0; (3) Ha3 : µ0 = µ3 = 0, Ha3 ; µ0 ≠ µ3 ≠ 0; (4) Ha4 ; µ0 = µ1= µ2 = µ3= 0, Ha4 ; µ0 ≠ µ1 ≠ µ2 ≠ µ3 ≠ 0 ANALISIS HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Statistik deskripsi menjelaskan karakteristik dari masing-masing variable yang terdapat dalam penelitian, baik variable dependen maupun independen selama periode 2009-2011 yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi.(tabel 4) Nilai minimum variabel EPS adalah 3,91 yang berarti nilai minimum perusahaan Consumer Goods dalam menghasilkan laba bersih atas setiap lembar saham biasa adalah sebesar Rp3,91. Sedangkan nilai maksimumnya adalah 13,78 yang berarti nilai maksimum perusahaan Consumer Goods dalam menghasilkan laba untuk setiap lembar saham biasa adalah sebesar Rp13,78. Rata-rata variabel EPS adalah 6,7828 dengan standar deviasi 1,71126 . Hal ini menunjukkan bahwa nilai ratarata keberhasilan perusahaan Consumer Goods dalam menghasilkan laba untuk setiap lembar saham biasa adalah Rp6,78.. Nilai minimum variabel ROA adalah -21,80 % yang berarti setiap Rp1,00 dari nilai asset perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp0.-21 sedangkan nilai maksimumnya adalah 45,80 % yang berarti setiap Rp1,00 dari nilai asset perusahaan menghasilkan laba sebesar Rp0.45. Rata-rata variabel ROA adalah 8,7494 % dengan standar deviasi 11,10339 %. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap Rp1,00 dari nilai asset perusahaan Consumer Goods menghasilkan laba sebesar Rp0,08. Tabel 4. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Harga 792 Eps 792 Roa 792 Fl 792 Valid N (listwise) 792 Minimum 3,91 -123,00 -21,80 1,32 Maximum 13,78 912,00 45,80 38,74 Mean 6,7828 116,4024 8,7494 3,5446 Std. Deviation 1,71126 190,79424 11,10339 3,27287 Sumber:Data diolah menggunakan SPSS 20 Nilai minimum variabel FL adalah 1,32 yang berarti setiap Rp 1,32 utang perusahaan Consumer Goods dijamin oleh Rp1,00 aset perusahaan. Sedangkan nilai maksimumnya adalah 38,74 yang berarti setiap Rp 38,74 utang perusahaan Consumer Goods dijamin oleh Rp1,00 asset perusahaan. Rata-rata variabel FL adalah 3,5446 dengan standar deviasi 3,27287. Hal ini berarti setiap Rp3,55 perusahaan Consumer Goods dijamin oleh Rp 1,00 aset perusahaan. Nilai minimum variabel Harga Saham adalah 3,91yang berarti nilai minimum harga saham perusahaan Consumer Goods adalah sebesar Rp3,91.-. Sedangkan nilai maksimumnya adalah 13,78 yang berarti nilai maksimum harga saham perusahaan Consumer Goods Rp13,78,-. Rata-rata variabel harga saham adalah 6,7828 dengan standar deviasi 1,71126. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ratarata harga saham perusahaan Consumer Goods adalah sebesar Rp6,78,Uji Asumsi Klasik Agar model persamaan regresi linier berganda memberikan hasil yang respresentative sesuai kriteria Best, Linier, Unbiased, Estimated (BLUE) maka dilakukan uji asumsi klasik sebelum model tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Persamaan yang dibangun harus memenuhi asumsi dasar : data berdistribusi normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas, tidak ada gejala autokorelasi, dan tidak terjadi heteroskedasitas. Adapun uji asumsi dasar klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut : Analisis Regresi Berganda Hasil Uji Regresi Linear Berganda (lihat Tabel 5). Dari tabel 5 menunjukkan persamaan regresi bergtanda sebagai berikut: HARGA SAHAM = α + β1 EPS + β2 ROA + β3 FL HARGA SAHAM = 5,414 + 0,003 EPS + 0,089 ROA + 0,075 FL Keterangan koefisien regresi : (1) Konstanta sebesar 5,414 menyatakan jika EPS , ROA dan FL bernilai nol maka besarnya harga saham sebesar Rp5,41; (2) Koefisien regresi variabel EPS adalah positif sebesar 0,003. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan EPS sebesar 1 % akan menaikkan harga saham sebesar Rp 0003 dengan asumsi variabel lain kontant (tetap); (3) Koefisien regresi variabel ROA adalah positif sebesar 0,089. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan ROA 1 % akan menaikkan harga saham sebesar Rp009 dengan asumsi variabel lain konstant (tetap); (4) Koefisien regresi variabel FL adalah positif sebesar Rp0,075. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap penambahan FL 1 % akan menaikkan harga saham sebesar 0.075 dengan asumsi variabel lain kontant (tetap). Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dapat terlihat dari besarnya koefisien determinasi (R2). Dari hasil pengujian pada tabel diperoleh nilai sebesar 0,609. Hal ini berarti 60 % variabel terikat (harga saham) dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas (EPS, ROA, dan FL). Sedangkan sisanya 40 % dijelaskan oleh faktorfaktor lain di luar model. Uji Hipotesis Uji Signifikansi Parsial (t-test) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari Earning per Share, Return on Assets, dan Financial laverage secara parsial mempengaruhi variabel dependen (harga saham). Berdasarkan hasil uji t, dapat di lihat nilai signifikan dari t hitung masing-masing variabel yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. 163 Koefisien Determinasi Tabel 5. Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1 a. 5,414 Eps ,003 Roa ,089 Fl ,075 Dependent Variable: harga ,062 ,000 ,004 ,012 ,309 ,580 ,143 T Sig. Correlations Zeroorder 87,101 ,000 13,015 24,234 6,345 ,000 ,000 ,000 ,524 ,709 ,261 Partial ,421 ,653 ,220 Collinearity Statistics Part Tolerance ,289 ,539 ,141 ,877 ,864 ,975 VIF 1,140 1,157 1,026 Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20 Hasil Uji Koefisien Determinasi b Tabel 6. Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson Square Estimate a 1 ,781 ,610 ,609 1,07026 2,045 a. Predictors: (Constant), fl, eps, roa b. Dependent Variable: harga Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20 Hasil Uji t Tabel 7. Coefficientsa Unstandardized Standardized T Sig. Correlations Coefficients Coefficients B Std. Beta Zero- Partial Part Error order Model (Constant) 5,414 ,062 87,101 ,000 Eps ,003 Roa ,089 Fl ,075 a. Dependent Variable: harga ,000 ,004 ,012 ,309 13,015 ,580 24,234 ,143 6,345 ,000 ,000 ,000 1 ,524 ,709 ,261 ,421 ,653 ,220 ,289 ,539 ,141 Collinearity Statistics Tolerance ,877 ,864 ,975 VIF 1,140 1,157 1,026 Sumber : Data diolah menggunakan SPSS 20 Sedangkan nilai t-tabel yang diperoleh sebesar 1,65251. Earning per Share (EPS) Ho1 : EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Ha1 ; EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. (1) Berdasarkan Probabilitas, Jika probabilitas < 0,05 maka Ho1 ditolak, Jika probabilitas > 0,05 maka Ho1 diterima. Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, pada kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau probabilitas di bawah 0,05. Maka Ha1 diterima> Berarti EPS berpengaruh terhadap harga saham; (2) Berdasarkan uji t (dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa t hitung adalah sebesar 164 13,015. Keputusan: Karena t hitung (13,015) > t tabel (1,65251) maka Ha1 diterima. Yang berarti EPS berpengaruh terhadap harga saham. Return on Assets (ROA) Ho2 ROA tidak berpengaruh secara : signifikan terhadap harga saham. Ha2 : ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. (1) Berdasarkan Probabilitas. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho2 ditolak, Jika probabilitas > 0,05 maka Ho2 diterima. Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, pada kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau probabilitas di bawah 0,05. Maka Ha2 diterima. Berarti ROA berpengaruh terhadap harga saham; (2) Berdasarkan uji t (dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa t Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Tabel 8. ANOVAa Model Regression Residual 1 Total Sum of Squares 1413,770 Df 3 Mean Square 471,257 902,614 788 1,145 2316,384 791 F 411,416 Sig. ,000b a. Dependent Variable: harga b. Predictors: (Constant), fl, eps, roa Sumber ; Diolah menggunakan SPSS 20 Hipotesis H1 H2 H3 H4 Tabel 9. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Hasil Uji Keterangan Ho ditolak, terdapat pengaruh EPS 0,000 signifikan Ho ditolak, terdapat pengaruh ROA 0,000 signifikan Ho ditolak, terdapat pengaruh FL 0,000 signifikan EPS, ROA, Ho ditolak, terdapat pengaruh dan FL 0,000 dignifikan Sumber : Data yang diolah hitung adalah sebesar 24,234. Keputusan: Karena t hitung (24,234) > t tabel (1,65251) maka Ho2 diterima. Yang berarti ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham. Financial Leverage (FL) Ho3 FL tidak berpengaruh secara : signifikan terhadap harga saham. Ho3 : FL berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. (1) Berdasarkan Probabilitas, Jika probabilitas < 0,05 maka Ho3 ditolak, Jika probabilitas > 0,05 maka Ho3 diterima. Keputusan: Dapat dilihat dari tabel regresi, ada kolom sig atau nilai signifikan adalah 0,000 atau probabilitas di bawah 0.05. Maka Ho 3 diterima. Berarti FL berpengaruh terhadap harga saham; (2) Berdasarkan uji t (dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel). Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa t hitung adalah sebesar 6,345. Keputusan: Karena t hitung (6,345) > t tabel (1,65251) maka Ho3 diterima yang berarti FL berpengaruh terhadap harga saham. Uji Secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Earning per Share, Return on Assets, dan financial laverage secara simultan atau serentak. Ho4 : Secara serentak tidak terdapat pengaruh antara EPS, ROA, dan FL terhadap harga saham. Ho4 : Secara serentak terdapat pengaruh antara EPS, ROA, dan FL terhadap harga saham. Pengambilan Keputusan: Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Pada tabel 8 terlihat tingkat signifikan (sig) sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa F test < α 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha4 diterima yang berarti bahwa secara serentak EPS, ROA, dan FL memiliki pengaruh terhadap harga saham. Analisis Pembahasan Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut : (lihat tabel 9). H1 yaitu Earning per Share (EPS) berpengaruh signifikan positif dengan harga saham. Melalui uji t dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari ,.05. H2 yaitu Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Melalui uji t dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. H3 yaitu Financial Laverage (FL) berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Melalui uji t dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. H4 yaitu secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap 165 variabel, dependen. Hasil regresi dengan menggunakan tingkat signifikansi 005 menunjukkan F= 411.416 dan signifikansi = 0,000. Hasil ini memberikan dasar bagi penarikan bahwa Ha4 diterima, artinya secara serentak variabel independen Earning per Share (EPS), Return on Assets (ROA), dan Financial Laverage (FL) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. DAFTAR PUSTAKA Ang, Robbert. 1997. “ Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Edisi Pertama, Jakarta : Mediasoft Indonesia. Anonimous, 2002. “Akuntansi Syariah Indonesia”. Jakarta : Salemba Empat. Data Harga Saham Bulanan. www.yahoo.finance.com Januari 2009 sampai Desember 2011. Dwiatma, 2011. Analisis Pengaruh Earning per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan perusahaan Whole dan retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Malang. Fakhrudin, Hendy M. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia.. Farida Irawaty, Ester. 2009. Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham dengan Menggunakan Rasio Probabilitas pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi, Medan: Universitas Sumatra Utara. Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro. Hariyanti dan Serfiyanto. 2010. “Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal’’, Bisnis, Manaejemen dan Keuangan, Jakarta: Visi Media Pustaka. Hijrah, Almas. 2007. Pengaruh Faktor Fundamental dan RisikoSistematik terhadap harga SahamProperti di Bursa Efek Indonesia, Medan: Universitas Sumatra Utara. Husnan, Suad 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.Yogyakarta: AMP YKPN. Iswadi. 2006. Pengaruh Laba Akuntansi, Financial Leverage, dan Tingkat Inflasi 166 terhadap harga saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta, Fakultas Ekonomi, Aceh: Universitas Malikussaleh. Jogiyanto, 2010, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi’’, Edisi Ketujuh, Yogyakarta: BPFE UGM. Kasmir, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Kusumawardani, Angrawit. 2010. Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, dan ROA pada Harga Saham dan Dampaknya terhadap Kinerja Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI. Madichah, 2006. Pengaruh Earning per Share (EPS). Deviden Per Share (DPS), Financial Leverage (FL) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial, Semarang: Universitas Negeri Semarang. Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia (GRASINDO). Nawari. (2010), “Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17”, Edisi Kedua, Jakarta. Riyanto, Bambang. 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan; Cet.7, Yogyakarta : BEP. S. Munawir,2000, Analisa Laporan Keuangan Yoyakarta: Liberty. Sartono, R Agus. 2008. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: BPFE. Susilo. 2005. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Strata-1, Fakultas Ekonomi, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Tendelilin, Eduardus, 2005, “Analisis Investasi dan Menejemen Portofolio’’, Edisi Kedua, Yogyakarta : BPFE. Weston, J.F dan Brigham, E.F, 2009, Dasardasar Manajemen Keuangan.Jakarta: Erlanga. Widiatmodjo, Sawidji. 2008. Forex Online Trading Jakarta : Elex Media Komputindo. (http://www.idx.co.id/idid/beranda/produkdanlayanan/pasarsyariah.aspx ) (http://bisniskeuangan.kompas.com). www.idx.co.id.