analisis pengaruh produk domestik regional bruto (pdrb)

advertisement
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB),
PENDIDIKAN, DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI
BANTEN TAHUN 2009-2012
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
Dio Syahrullah
NIM : 1110084000070
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB),
PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI
PROVINSI BANTEN TAHUN 2009-2012
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh :
Dio Syahrullah
NIM : 1110084000070
Di Bawah Bimbingan :
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2014M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 Maret 2014 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1.
2.
3.
4.
Nama
: Dio Syahrullah
NIM
: 1110084000070
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di
Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Senin 10 Maret 2014
1. Arif Fitrijanto, M.si.
NIP. 197111182005011003
2. Zaenal Muttaqin, MPP.
NIP. 197905032011011006
3. Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc
NIP. 19800416 200912 1 002
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat, 18 Juli 2014 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1.
Nama
: Dio Syahrullah
2.
NIM
: 1110084000070
3.
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4.
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendidikan, dan Pengagguran terhadap Kemiskinan di
Provinsi Banten tahun 2009-2012.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2014
1. Prof, Dr, Abdul Hamid, MS
NIP : 19570617 198503 1 002
2. Zuhairan Y Yunan, M.Sc.
NIP : 198004162009121002
3. Arief Fitrijanto, M.Si
NIP : 19711118 20001 1 003
4. Lukman, Dr, M.Si.
NIP : 196406072003021002
5. Zaenal Muttaqin, MPP.
NIP : 19790503 201101 1 006
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Dio Syahrullah
NIM
: 1110084000070
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa
saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Dio Syahrullah
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 12 September 1992
3. Alamat
: Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri
Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, SerangBanten
4. Telepon
: 08998663702
5. E-mail
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 2 Serang
Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 2 Kota Serang
Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 5 Kota Serang
Tahun 2007-2010
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2014
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Drs. H.Irwansyah
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Bengkulu, 20 July 1959
3. Ibu
: Elipianti
4. Tempat/Tanggal Lahir
: Bengkulu, 06 November 1960
i
6. Alamat
: Jl.Bhayangkara, komp. Griya Serang Asri,
Blok V1 No.16 Cipocok Jaya, Serang-Banten
7. Telepon
: 08998663702
8. Anak ke dari
: 2 dari 2 bersaudara
ii
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Gross Domestic Product ( GDP ) ,
Education and Unemployment on Poverty in Banten Province 2009-2012
Panel Data with Random Effects Model is used as an analytical technique in
this study . The results showed that poverty in the province of Banten able to be
explained by GDP , Education , and the unemployment rate to 53.61 % ( R2 ) .
Furthermore, the partial regression coefficient indicates ( 1 ) a significant effect on
GDP 5% significance level with a probability value of 0.0102 and negatively related to
the value obtained for the coefficient of -0.552266 , ( 2 ) education variable is not
significant to the poverty in the province of Banten marked with a probability value of
0.9924 , and ( 3 ) a significant effect of unemployment on the real level of 5% with a
probability value of 0.0006 and positively related to the value of the coefficients
obtained by 2.947913 . Then poverty in Banten province significantly influenced by
GDP , education , and unemployment simultaneously at 10.78 % ( F - statistic ) .
Keywords : Gross Domestic Product ( GDP ) , Education , Unemployment, Poverty in
Banten Province
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten
tahun 2009-2012
Panel Data dengan Random Effect Model digunakan sebagai teknik analisis pada
penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemiskinan di Provinsi Banten
mampu di jelaskan oleh PDRB,Pendidikan, dan pengangguran sebesar 53,61% (R 2).
Selanjutnya secara parsial koefisien regresi menunjukan (1) PDRB berpengaruh
signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0,0102 dan berhubungan
negatif dengan nilai koefisien yang diperoleh sebesar -0,552266, (2) Variabel
pendidikan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ditandai dengan
nilai probabilitas 0,9924, dan (3) pengangguran berpengaruh signifikan pada taraf nyata
5% dengan nilai probabilitas 0,0006 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien
yang di peroleh sebesar 2,947913. Lalu kemiskinan di Provinsi Banten di pengaruhi
signifikan oleh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran secara simultan sebesar 10,78%
(F-statistik).
Kata kunci : Kemiskinan di Provinsi Banten, Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Pendidikan, dan Pengangguran
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia,
rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Pendidikan, Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun
2009-2012” dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan ke zaman
yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat,
dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya tidak mungkin saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nikmat yang Engkau
berikan, ya Rabb.
2. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Elipianti yang selalu
memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala perhatiannya yang tidak pernah
henti-hentinya selama ini, terima kasih mama. Ayahanda Irwansyah yang telah
bekerja keras demi anak-anak dan keluarga dan yang selalu memberikan masukanv
masukan agar anaknya tidak salah arah dalam pengambilan keputusan,terima kasih
pa. Abangku satu-satunya yowansyah yang selalu jadi panutan ku,yang selalu
membimbing ku,dan yang selalu melindungi serta menghibur di saat suka maupun
duka,terima kasih bang. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian semua
adek
tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang,sekali lagi terima kasih
mama,papa, abang.
3. Sepupu terbaik dan tersayang yang seaya miliki, Day Dayang Asih dan Ipan Rasyid
yang selalu memberikan batuan dan dorongan moril,serta informasi-informasi baru
yang sebelumnya tidak pernah saya tau, terima kasih mba Dayang dan bang Ipan
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga
selama perkuliahan.
5. Bapak Dr. Lukman selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang dengan kerendahan
hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu yang
berharga, serta bimbingan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima
kasih atas semua saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan
hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti kepada saya.
Terima kasih atas semua saran dan arahan yang bapak berikan sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
7. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E,M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
vi
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu memberikan
pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran
karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan
membantu saya selama perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki, Dika Nurhadi, Arien Hardianti, Senja
Nuraida Faradilla, Jo Narusalam,dan Mursyid Setiawan yang telah menghabiskan
banyak waktu bersama saya dalam suka dan duka, membantu saya dalam
penyelesaian skripsi maupun perkuliahan, mengingatkan saya ketika saya
melakukan kesalahan, menemani saya disaat saya membutuhkan mereka. Terima
kasih atas apa yang kalian lakukan selama ini. Semoga Allah selalu melindungi
kalian dan membalas kebaikan-kebaikan kalian. terima kasih waktunya sahabat.
“kita selalu bersama”.
10. Sahabat-sahabat terbaik lainya yang saya miliki selama saya kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Masud, Rifki Hasan Al khoiri, Pebi Riswadi, Faisal Aziz,
Wildan Hidyatullah, Muhammad Dwinanto sidiq, Ali Al murtadho, Renzy
Primadiansa, Kemal Fauzi, Abdul Wahid Hasyim, Muhammad Yusuf Adzhar,
Muhammad Syibromalesi, Fajrul Syam Arzani, dan Noni Setianingsih, terimaksih
telah menghabiskan banyak waktu bersama saya di saat suka dan duka, membagi
kebodohan-kebodohan nya, pembelajarannya, membantu saya dalam menyelesaikan
banyak tugas-tugas kuliah, Skirpsi, UTS, UAS, lalu tidak pernah lupa untuk
mengingatkan sholat, ketika melakukan kesalahan mengingatkan dengan cara
menghina atau mengejek, selalu menemani di saat saya membutuhkan terutama saat
vii
kesepian, selalu menetertawakan hal yang tidak seharusnya di tertawakan. Terima
kasih atas semuanya itu dan hal gila lainnya. Semoga Allah selalu melindungi
kalian dan membalas kebaikan-kebaikan kalian. “We are family of Kosan SIM C”
11. Teman-teman terbaik yang saya miliki, Muhammad Adi Rahman, Muhammad Reza
Hermanto, Sigit Aji Pambudi, Ravindra Bramastyo, dan Agus setiawan atas semua
ilmu yang telah dibagikan ke saya dan juga teman perjalanan terbaik ketika di
negara orang. Terima kasih atas waktu yang telah dihabiskan bersama saya selama
ini.
12. Kelompok KKN Akamsi Desa Ciasmara ,yang telah menghabiskan waktu hidup
satu bulan bersama dengan canda dan tawa serta pelajaran hidup yang sangat
berguna bagi saya.
13. Teman-teman IESP angkatan 2010 yang saya cintai dan tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu. Terima kasih atas empat tahun kebersamaan dengan kalian yang penuh
warna. Kita pasti bertemu lagi teman-teman.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Tangerang Selatan, Mei 2014
Dio Syahrullah
viii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................
i
Abstract ......................................................................................................
iii
Abstrak ......................................................................................................
iv
Kata Pengantar .........................................................................................
vi
Daftar Isi ...................................................................................................
ix
Daftar Tabel .............................................................................................
xiii
Daftar Gambar .........................................................................................
xv
Daftar Lampiran ......................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
9
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
10
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................
11
1. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) ...............................
11
2. Pendidikan................................................................................
21
3. Pengangguran ..........................................................................
25
4. Kemiskinan ..............................................................................
30
5. Pengaruh PDRB Terhadap Kemiskinan ..................................
39
6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kemiskinan ..........................
40
7. Pengaruh Pengagguran Terhadap Kemiskinan .......................
42
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................
44
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................
54
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................
56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
58
B. Metode Pemilihan Sampel ..............................................................
59
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................
59
D. Metode Analisis Data .....................................................................
60
1. Estimasi Regresi Dengan Data Pnael .......................................
62
a. Pooled Least Square (PLS) ................................................
62
b. Fixed Effect Model (FEM) ................................................
63
c. Random Effect Model (REM) ...........................................
63
2. Pemilihan Metode Data Pnel ...................................................
64
a. Uji Chow Test ....................................................................
64
x
b. Uji Hausman Test ...............................................................
66
3. Uji Asumsi Klasik ……………………………………………
67
a. Uji Normalitas ....................................................................
67
b. Uji Multikoliniearitas .........................................................
67
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................
68
d. Uji Autokorelasi .................................................................
68
4. Pengujian Statistik Analisis Regresi .…………………………
69
a. Koefisien Determinan (Adjusted R2) ..................................
69
b. Pengujian Best Of Fit Model ..............................................
70
1) Uji Simultan (Uji F) ........... ………………………......
70
2) Uji Parsial (Uji t) ...........................................................
71
E. Definisi Operasional .......................................................................
72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................
75
1. Kondisi Geografis .....................................................................
75
2. Kondisi Kemiskinan di Provinsi Banten ...................................
76
3. Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Banten ..............
77
4. Tingkat Pendidikan ...................................................................
78
5. Tingkat Pengagguran Terbuka di Provinsi Banten ...................
79
B. Analisis dan Pembahasan ...............................................................
80
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................
80
a. Uji Normalitas ....................................................................
80
b. Uji Multikoliniearitas .........................................................
81
xi
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................
82
d. Uji Autokorelasi .................................................................
82
2. Hasil Estimasi Model Data Panel .............................................
83
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) .............................
83
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM) .............................
84
c. Pendekatan Random Effect Model (REM) ........................
84
3. Memilih Metode Data Panel ....................................................
84
a. Uji Chow ............................................................................
84
b. Hausman Test .....................................................................
85
4. Pengujian Hipotesis ….………………………………………
86
a. Uji Signifikansi Individual (Uji t) .......................................
86
b. Uji Signifikan Serentak (Uji F) ...........................................
87
c. Uji Adj R2 (Adjusted R Square) ...……………………........
88
d. Interpretasi Hasil Analisis ………..………………………..
89
e. Analisis Ekonomi .................................................................
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................
94
B. Saran ...............................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
97
LAMPIRAN ................................................................................................
100
xii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
1.1
Persentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009 – 2012
3
1.2
PDRB Atas Harga Konstan Provinsi Banten Tahun 2009 –
2012
4
1.3
Peersentase Penduduk yang menamatkan SMP Provinsi
Banten Tahun 2009 – 2012
5
1.4
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi
Banten Tahun 2009 – 2012
6
2.1
Penelitian Terdahulu
48
4.1
Persentase Kemiskinan Provinsi Bante tahnun 2009-2012
76
4.2
PDRB provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku tahun
2009-2012
78
4.3
Persentase penduduk yang menamatkan SMP Provinsi
Banten tahun 2009-2012
79
4.4
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka provinsi Banten
2009-2012
80
4.5
Corelation Matrix
82
4.6
Sum Squared resid
82
4.7
Durbin Watson
83
4.8
Regresi Data Panel Pooled Least Square
83
4.9
Regresi Data Panel Fixed Effect
84
4.10
Regresi Data Panel Random Effect
84
4.11
Hasil Chow test F-Restriced
85
xiii
4.12
Hasil Uji Hausman
85
4.13
Nilai t-Statistik
86
4.14
Nilai Adjusted R2
88
4.15
Interpretasi Koesfisien Random Effect Model
89
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
4.1
Keterangan
Histogram Normaliti
Halaman
81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No
Keterangan
Halaman
1
Data Observasi
100
2
Output Pooled Least Square (PLS)
101
3
Output Fixed Effect Model (FEM)
102
4
Output Random Effect Model (REM)
103
5
Uji Chow test
104
6
Uji Hausman test
105
7
Uji Normalitas
106
8
Uji Heterokedastisitas
107
9
Uji Autokorelasi
108
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan
merupakan
sebuah
upaya
untuk
mengantisipasi
ketidakseimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya, perubahan
yang terjadi pada sebuah keseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada
sistem sosial yang kemudian akan membawa sistem yang ada menjauhi
keseimbangan semula. Perencanaan memiliki peran yang sangat penting dalam
proses pembangunan. Salah satu peran perencanaan adalah sebagai arahan bagi
proses pembangunan untuk berjalan menuju tujuan yang ingin dicapai disamping
sebagai tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan. Sedangkan
pembangunan sendiri dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional
atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah
salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan
dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada
pembangunan daerah khususnya daerah yang relatif mempunyai kemiskinan yang
terus naik dari tahun ke tahun. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan
akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui
pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu
1
indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan
jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin
merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen
pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat
atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan
jumlah penduduk miskin. (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003).
Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek
karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat kesehatan
yang rendah dan ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta buruknya
lingkungan hidup (Word Bank, 2004). Menurut Bank Dunia salah satu sebab
kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and
assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan
dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable).
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan
berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun
masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan
belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara
rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis
sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
2
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintahan di Provinsi Banten tidak
jauh berbeda dengan permasalahan yang terdapat di pemerintahan pusat, yaitu
tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Namun pemerintah daerah
provinsi Banten telah memfokuskan kegiatan ekonominya pada peningkatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Tabel 1.1
Presentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
12,01
10,63
6,55
5,8
6,42
4,14
6,19
2,35
2010
11,4
10,38
7,18
6,34
6,88
4,46
7,03
1,67
2011
9,8
9,2
6,42
5,63
6,14
3,98
6,25
1,5
2012
9,27
8,62
5,71
5,28
5,55
3,81
5,69
1,33
Sumber : BPS Banten
Penurunan tingkat kemiskinan di provinsi Banten dari tahun 2009 sampai
tahun 2012 menunjukkan adanya indikasi program pembangunan yang dijalankan
telah berhasil. Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi seiring dengan
peningkatan PDRB di provinsi Banten. Selama periode 2010-2011 penurunan
tingkat kemiskinan berkisar antara 2% sampai 2,5%.
3
Tabel 1.2
PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar
Rupiah) Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
4032.4
3895.5
17382.1
6850.9
27562.5
16246.8
2678.3
4947.9
2010
4321.1
4152.2
18549.1
7135.1
29402.9
17111.2
2884.2
5378.3
2011
4547.85
4387.62
19725.85
7536.1
31414.1
18228.29
3110.51
5823.83
2012
4803.37
4607.59
20951.89
7920.12
33428.91
19470.57
3330.16
6303.48
Sumber : BPS Banten
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Banten digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sehingga arah
perekonomian daerah akan lebih jelas. PDRB juga indikator untuk mengatur
sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan
yang salah satunya untuk mengurangi jumlah kemiskinan
Seperti halnya PDRB Pendidikan pun dapat mempengaruhi setiap
peningkatan maupun penurunan jumlah kemiskinan. Pendidikan adalah upaya
paling efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas
sosial-ekonomi, kesehatan, dan gizi yang baik tidak akan dapat bertahan tanpa
adanya manusia yang memiliki pendidikan yang berkualitas. Pemerintah
melakukan kebijakan wajib belajar 9 tahun untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di indonesia agar masyarakat indonesia menjadi SDM yang
4
berkualitas,selain itu juga agar dapat mengurangi kemiskinan dan yang ada
dengan banyaknya orang-orang yang dapat mengenyam pendidikan untuk
merubah taraf kehidupannya.
Tabel 1.3
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama
(SMP) Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
13,65
12,2
19,84
19,35
20,04
21,21
17,75
16,77
2010
15,11
11,99
22,77
17,48
21,69
21,26
17,34
17,68
2011
16,81
13,01
21,62
22,00
23,38
20,45
16,36
18,75
2012
17,62
13,03
23,67
19,86
21,01
23,30
17,79
19,48
Sumber : BPS Banten
Peningkatan persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah
pertama (SMP) di setiap daerahnya menujukan bahwa adanya indikasi kebijakan
wajib belajar 9 tahun telah berhasil. Banyak orang miskin yang mengalami
kebodohan bahkan kebdohan secara sistematis. Karena itu, penting bagi kita untuk
memahami bahwa kemiskinan bisa menjadikan kebodohan dan kebodohan jelas
identik dengan kemiskinan (winardi, 2010).
5
Tabel 1.4
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Banten
Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
10,98
13,42
15,86
14,45
15,57
18,26
17,55
8,17
2010
11,34
13,35
14,01
16,19
14,09
19,84
17,11
8,22
2011
11,32
12,1
14,42
13,29
12,89
13,14
13,84
11,98
2012
9,3
9,07
11,46
12,96
8,31
11,31
10,8
8,07
Sumber : BPS Banten
Meskipun tingkat PDRB meningkat dan tingkat kemiskinan menurun,
namun tingkat pengangguran terbuka tidak sepenuhnya menurun juga hal ini
dapat di lihat pada kota tanggerang selatan tahun 2010 yang tadinya sebesar 8,22
menjadi 11,98 pada tahun 2011. Hal ini disebabkan karena adanya peertumbuhan
penduduk yang masuk dalam usia kerja namun belum mendapatkan pekerjaan
karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dari data yang sudah di paparkan sebelumnya masalah perbedaan angka
kemiskinan yang cukup besar diantara kabupaten/kota di dalam Provinsi Banten
dan di tambah juga masuknya kota tanggerang selatan pada tahun 2008 karena
pemekaran wilayah menegaskan adanya variasi kemiskinan antar kabupaten
dengan kota. Untuk itu diperlukan analisisa kembali kemiskinan yang terjadi di
kabupaten/kota. Agar dapat di ketahui perbedaan kondisi dan perkembangan
kemiskinan terutama faktor-faktor (PDRB, Pendidikan, Pengangguran) yang
6
mempengaruhi kemiskinan di kabupaten/kota di Provinsi Banten tersebut, untuk
nantinya bisa diambil kebijakan-kebijakan yang tepat agar perbedaan angka
kemiskinan antara kabupaten/kota di Provinsi Banten bisa dikurangi. Sebab, jika
tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat, perbedaan angka kemiskinan yang
cukup tajam ini bisa jadi akan memicu kecemburuan sosial dan konflik di daerah
sehingga nantinya dapat membuat peningkatan jumlah kemiskinan yang
semamkin besar di setiap daerahnya di Provinsi Banten.
Pada
hakekatnya
memusatkan
perhatian
pembangunan
pada
daerah
pertumbuhan
dianjurkan
ekonomi
saja
tidak
hanya
namun
juga
mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses
pembangunan
daerah
tersebut.
Menurut
Esmara
dalam
ilmu
ekonomi
dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan
ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan (Deni tisna.2008).
Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk
mengejar
keterbelakangan
ekonomi
adalah
dengan
meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat
pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan per kapita akan
meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran
masyarakat.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk
mengetahui dan memahami lebih jauh seputar masalah tersebut. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
7
PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi
Banten Tahun 2009-2012.
B. Perumusan Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu tolak ukur sosial ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang di lakukan pemerintah dalam suatu negara.
Banyak sekali masalah-masalah sosial yang bersfat negatif timbul akibat
meningkatnya jumlah kemiskinan di indonesia khususnya provinsi Banten. Dari
data yang sudah di paparkan sebelumnya masalah perbedaan angka kemiskinan
yang cukup besar diantara kabupaten/kota di Provinsi Banten dan di tambah juga
masuknya kota tanggerang selatan ke dalam bagian Provinsi Banten pada tahun
2009 karena pemekaran wilayah akan membuat variasi kemiskinan antar
kabupaten dengan kota kembali mengalami peberubahan hal itu bisa kearah
penurunan jumlah kemiskinan ataupun peningkatan jumlah kemiskinan. Untuk itu
diperlukan analisisa kembali kemiskinan yang terjadi di kabupaten/kota. Agar
dapat
di ketahui perbedaan kondisi dan perkembangan kemiskinan terutama
faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kemiskinan di tingkat kabupaten/kota
tersebut, untuk nantinya bisa diambil kebijakan-kebijakan yang tepat agar
perbedaan angka kemiskinan antara kabupaten/kota di Provinsi Banten bisa
dikurangi. Sebab, jika tidak disikapi dengan kebijakan yang tepat, perbedaan
angka kemiskinan yang cukup tajam ini bisa jadi akan memicu kecemburuan
sosial dan konflik di daerah sehingga nantinya dapat membuat peningkatan
jumlah kemiskinan yang semamkin besar di setiap daerahnya.Oleh karena itu
diharapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan seperti produk domestik
8
regional bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran dapat terus meminimalisir
kemiskinan yang terjadi di provinsi Banten.
Berdasarkan masalah yang sudah di jelaskan sebelumnya maka dapat di
tarik rumusan masalah untuk menganalisis, “Pengaruh PDRB, Pendidikan dan
Pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Banten” sebagai berikut :
1. Seberapa besar PDRB
berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi
Banten ?
2. Seberapa besar pendidikan berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi
Banten ?
3. Seberapa besar tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap
Kemiskinan di Provinsi Banten ?
4. Seberapa besar PDRB, pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka
berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kemiskinan di
Provinsi Banten
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui
seberapa
besar
PDRB
berpengaruh
terhadap
kemiskinan di Provinsi Banten ?
2. Untuk mengetahui seberapa besar Pendidikan berpengaruh terhadap
kemiskinan di Provinsi Banten ?
3. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengangguran berpengaruh
terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ?
9
4. Untuk mengetahui seberapa besar PDRB, pendidikan, dan tingkat
pengangguran terbuka berpengaruh secara bersama-sama (simultan)
terhadap kemiskinan di Provinsi Banten
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu pengaruh
PDRB dan Pengangguran terhadap Kemiskinan, sehingga penulis dapat
mempraktekan
teori
yang
didapat
selama
perkuliahan
dengan
menganalisa dan memecahkan masalah.
2. Bagi Pihak lain
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi dalam
menanggulangi kemiskinan. Dan sebagai bahan referensi peneliti lain,
pengaruh PDRB perkapitan dan pengangguran terhadap kemiskinan di
Provinsi Banten.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Hadi Sasana, 2006).
PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya
alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh
masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di
daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor produksi
tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam
perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain,
satu dengan yang lain saling memerlukan baik dari bahan mentah maupun hasil
akhirnya. Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan
pertambangan, hasil sektor industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
langsung dan tidak langsung (alokasi).
a.
Metode Langsung.
Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Rincian penjelasannya sebagai berikut :
1) Menurut Pendekatan Produksi
Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya
antara masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor
11
dalam jangka waktu tertentu (satu tahun) (BPS, 2012:26). Unit-unit produksi
tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan
usaha yaitu; (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri
pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) bangunan; (6) perdagangan, hotel
dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan; dan (9) jasa-jasa.
2) Menurut Pendekatan Pengeluaran
Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan semua komponen
permintaan akhir. Komponen-komponen tersebut meliputi:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
2) Konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4) Perubahan stok.
5) Ekspor netto. (BPS, 2012:27)
3) Menurut Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan
tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya. Cara penyajian
Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu :
a) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang
12
dihitung menurut harga tetap. Dengan cara mendefinisikan berdasarkan
harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga
konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi
yang sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya. (BPS,
2012:27)
b) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah yang dimaksud
merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai
oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai
yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor
produksi dalam proses produksi. (BPS, 2012:27)
b.
Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB
wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan
alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi
bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah
produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan
menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase
bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
1) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat
menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen
13
PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB
yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar,
begitu juga sebaliknya.(BPS, 2012:28)
2) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke
tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena
kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektor dari tahun ke tahun. (BPS, 2012:28)
PDRB merupakan merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yaitu suatu
proses kenaikkan output nasional suatu periode tertentu terhadap periode
sebelumnya. Dalam perkembangannya terdapat banyak teori mengenai pertumbuhan
ekonomi, antara lain: teori pertumbuhan klasik, teori pertumbuhan neoklasik dan
teori pertumbuhan Kuznet.
a.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan awal abad 19-an, yaitu di
masa revolusi Industri, dima na suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya
perkembangan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikembangkan oleh
penganut aliran klasik yaitu Adam Smith dan David Ricardo.
1) Adam Smith
Orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis
adalah Adam Smith (1723-1790). Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and
Causes of The Wealth of Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis. Menurut Smith
14
terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi, yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut
Smith ada tiga, yaitu:
a) Sumber daya alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah)
b) Sumber daya insani (atau jumlah penduduk)
c) Stok barang modal yang ada
Menurut Adam Smith untuk berlangsungnya perkembangan ekonomi
diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja
bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan
keterampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesinmesin
baru
dan
akhirnya
dapat
mempercepat
dan
meningkatkan
produksi.Dinyatakan bahwa sebelum adanya pembagian kerja harus ada akumulasi
kapital terlebih dahulu dimana skumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan. Di
samping itu Smith juga menitik beratkan pada ”luas pasar”. Pasar harus seluas
mungkin agar dapat menampung hasil produksi, sehingga perdagangan internasional
menarik perhatiannya karena hubungan perdagangan internasional ini menambah
luasnya pasar, sehingga pasar akan terdiri dari pasar dalam negeri dan pasar luar
negeri.
Menurut Adam Smith, sekali pertumbuhan ini mulai maka ia akan bersifat
komulatif, artinya bila ada pasar yang cukup dan ada akumulasi kapital, pembagian
kerja akan terjadi dan ini akan menaikkan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Kenaikan produktivitas ini akan menaikkan penghasilan nasional dan selanjutnya
juga memperbesar jumlah penduduk. Penduduk tidak saja merupakan pasar karena
pendapatannya naik, tetapi pendapatan yang lebih besar itu juga akan merupakan
sumber tabungan. Jadi, spesialisasi yang yang semakin besar membutuhkan pasar
15
yang semakin luas dan dorongan untuk membuat alat-alat baru makin bertambah. Di
lain pihak, naiknya produktivitas akan mengakibatkan tingkat upah naik dan ada
akumulasi kapital. Tetapi karena sumber daya alam terbatas adanya, maka
keuntungan akan menurun karena berlakunya hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang. Pada tingkat inilah perkembangan mengalami kemacetan atau
berhenti.
2) David Ricardo
Jika Adam Smith dianggap sebagai pakar utama dan pelopor pemikiran
ekonomi mahzab klasik, maka Ricardo menjadi pemikir yang paling menonjol
diantara para pakar mahzab tersebut. Teori Ricardo dikemukakan pertama kali
dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political Economy and Taxation
yang diterbitkan pada tahun 1917.
Perangkat teori yang dikembangkan Ricardo menyangkut empat kelompok
permasalahan, yaitu :
a) Teori tentang nilai dan harga barang
b) Teori tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh
produksi dan disajikan dalam bentuk teori upah, teori sewa tanah, teori
bunga dan laba.
c) Teori tentang perdagangan internasional
d) Teori tentang akumulasi dan pertumbuhan ekonomi
Garis besar proses pertumbuhan ekonomi dan kesimpulan-kesimpulan dari
Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith yaitu mengacu pada laju
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa
16
bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan
suatu masyarakat.
Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo yaitu:
a) Jumlah tanah terbatas
b) Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada
apakah tingkat upah berada di atas atau di bawah tingkat upah minimal
(tingkat upah alamiah)
c) Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik
modal berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk
menarik mereka melakukan investasi.
d) Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu
e) Sektor pertanian dominan
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja)
akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan
istilah The law of diminishing return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah
tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah, maka penduduk
(tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi produk
marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekan tingkat upah ke bawah.
Proses ini akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah alamiah. Jika
tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah alamiah, maka jumlah penduduk
(tenaga kerja) menurun. Kemudian tingkat upah akan naik lagi sampai tingkat upah
alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi, dari segi faktor produksi
tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu menarik
perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
17
diminishing return. Peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah
cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya dapat memperlambat
bekerjanya the law of diminishing return yang pada gilirannya akan memperlambat
pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal.
b.
Teori Pertumbuhan Neoklasik
Teori Pertumbuhan ekonomi Neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an.
Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi
menurut pandangan klasik. Model pertumbuhan neoklasik Solow merupakan pilar
yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik sehingga Robert Solow
dianugerahi hadiah nobel bidang ekonomi pada tahun 1987. Menurut teori ini,
pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan penyediaan faktor-faktor
produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan kemajuan tingkat
tekonologi. Berdasarkan penelitiannya, Solow mengatakan bahwa peran dari
kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi adalah sangat tinggi.
Teori pertumbuhan neoklasik menegaskan bahwa kondisi keterbelakangan
negara-negara
berkembang
bersumber
dari
buruknya
keseluruhan
alokasi
sumberdaya yang selama ini bertumpu pada kebijakan-kebijakan pengaturan harga
yang tidak tepatdan adanya campur tangan pemerintah yang berlebihan. Model
pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus
berkurang (diminishing return) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya
dianalisis secara terpisah, sedangkan jika keduanya dianalisis secara sekaligus,
Solow memakai asumsi skala hasil tetap (constand return to scale). Kemajuan
teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow
maupun para teoresiti lainnya diasumsikan bersifat eksogen, atau selalu dipengaruhi
18
oleh berbagai macam faktor. Model pertumbuhan neoklasik Solow ini menggunakan
fungsi produksi agregat standar, yakni:
Y = A.F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L
adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi
pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi
perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh
karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan
input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total
faktor produktivitas. Menurut model pertumbuhan ini, pertumbuhan output selalu
bersumber dari satu atau lebih dari satu atau lebih dari tiga faktor yaitu kenaikkan
kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan
perbaikan pendidikan), penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), serta
penyempurnaan teknologi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perekonomian tertutup
(clossed economy), yakni yang tidak menjalin hubungan dengan pihak luar, yang
tingkat tabungan rendah, maka ceteris paribus perekonomian itu dalam jangka
pendek pasti mengalami laju pertumbuhan lebih lambat apabila dibandingan dengan
perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan yang lebih tinggi. Pada
akhirnya hal ini akan mengakibatkan konvergensi penurunan pendapatan per kapita.
Di lain pihak, perekonomian terbuka (open economy), yakni yang mengandalkan
hubungan perdagangan dengan pihak lain pasti akan mengalami konvergensi
peningkatan pendapatan per kapita, karena arus permodalan akan mengalir deras
dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga
kerjanya masih rendah sehingga menjajikan imbalan atau tingkat keuntungan
investasi yang lebih tinggi.
19
c.
Teori Pertumbuhan Kuznet
Simon Kuznet menghitung dan menganalisis sejarah pertumbuhan ekonomi
pada negara maju dalam jangka panjang. Pertumbuhan kapasitas produksi
didasarkan pada perkembangan teknologi, pembangunan institusi/kelembagaan,
sikap dan ideologi.
Terdapat enam karakteristik yang ditemui pada hampir semua negara maju,
yaitu: (1) Pertumbuhan output per kapita yang tinggi; (2) kenaikan tingkat
produktivitas faktor produksi yang tinggi; (3) transformasi struktur ekonomi yang
cepat; (4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; (5) terdapat
kecenderungan negara maju untuk memperluas pasar dan sumber bahan baku pada
negara lain (penetrasi ekonomi); (6) penyebaran pertumbuhan ekonomi yang
terbatas, hanya mencapai sekitar 1/3 penduduk dunia.
Kuznet mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara sebagai
“peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi
bagi penduduknya; pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan
teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideology yang dibutuhkannya.”
Ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting artinya:
1) Kenaikan output nasional secara teerus menerus merupakan perwujudan
dari pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan
berbagai macam barang ekonomi merupakan tanda kematangan
ekonomi.
2) Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup.
Untuk merealisir potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi
baru, maka
20
3) Penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideology harus dilakukan. Inovasi
teknologi tanpa disertai inovasi social ibarat bola lampu tanpa aliran
listrik.
2.
Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Menurut Langeveld “pendidikan diartikan sebagai pemberian bimbingan
dan pertolongan
memerlukannnya.
rohani dari orang dewasa kepada
mereka
yang
masih
Pendidikan berlangsung dalam suatu pergaulan antara
pendidikan dan anak didik”.
Menurut Crow & Crow “pendidikan adalah proses pengalaman yang
memberikan pengertian, pandangan (insigh) dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan ia berkembang”. Dan ada pula menurut Cryns “pendidikan ialah
pertolongan yang diberikan
oleh
siapa
yang
bertanggung
jawab
atas
pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat dewasa. Kemudian menurut
John Dewey “pendidikan
adalah suatu proses pengalaman,
setiap manusia
menempuh kehidupan baik fisik maupun rohani”.
Menurut Ki Hajar Dewantoro “pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan
bertumbuhnya
budi
pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek) dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan
dunianya (Wasti Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar & Teori Pendidikan
Dunia: Tantangan bagi Para Pemimipin Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, :911))
Menurut Prayitno (1986) Pendidikan bertujuan untuk mencetak manusiamanusia yang berkualitas tinggi yang membutuhkan pendanaan yang cukup tinggi
baikdari pemerintah ataumasyarakat sendiri. Adapun macam-macampendidikan
21
antara lain: (I) pendidikan formal yaitupendidikan yang dilembagakan seperti
pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi; dan (2) pendidikan non formal yaitu
kegiatan terorganisasi dan sistematis yang penyelenggaraannya di luar kerangka
sistempendidikan formal
Pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)
Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan
spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya.
Teori Pendidikan oleh T.W.Schultz Berpendapat bahwa perkembangan suatu
masyarakat itu pada hakekatnya berlandaskan investasi manusiawi,dan Pendidikan
mempunyai peranan penting untuk peningkatan kualitas manusia, baik dalam arti
perkembangan intelektual maupun keterampilan professional.
b.
Faktor-Faktor dalam Pendidikan
Di dalam pendidikan terdapat beberapa faktor yang bekerja dan berinteraksi
untuk mencapai tujuan pendidikan. Beberapa ahli telah mencoba mengemukakan
faktor-faktor pendidikan secara berbeda-beda. (Ibid, :126-127)
1) Menurut Cryns
Ada
tiga
faktor
utama
yang
mendukung
terlaksananya pendidikan
yaitu:
a) Faktor pendidikan
b) Faktor anak didik
c) Faktor pergaulan mendidik
22
Dalam pendidikan harus ada ketiga faktor di atas. Pendidikan harus ada
pendidikan, yaitu orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak, baik
itu orang tua, guru, atau pun pemimpin masyarakat. Dalam pendidikan harus ada
pula anak-anak yang dididik,
yaitu
mereka
yang
perlu
ditolong
agar
pertumbuhan mereka mencapai tingkat dewasa. Dengan adanya dua faktor ini,
pendidikan belum bisa berlangsung. Pendidikan masih memerlukan satu faktor
lagi, yaitu pergaulan mendidik dalam arti pergaulan yang membawa anak didik
ke tingkat dewasa.
2) Menurut Langeveld
Keseluruhan pendidikan, dapat ditinjau dari bagian-bagiannya yaitu:
a) Mendidik,
yakni tindakan
yang dilakukan
dengan sengaja untuk
mencapai tujuan pendidikan
b) Pergaulan
c) Alam sekitar
Dengan mempelajari pengertian pendidikan dan bagian-bagiannya
seperti
dikemukakan oleh Langeveld di atas maka faktor-faktor pendidikan meliputi:
a) Orang dewasa
b) Anak yang belum dewasa
c) Pergaulan
d) Tindakan mendidik
e) Alam sekitar
23
c. Tingkat atau Jenjang Pendidikan
Jenjang
pendidikan
adalah
tahap
pendidikan
yang ditetapkan
berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarktan tingkat perkembangan peserta didik,
tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. (Drs.
H. Fuad Ihsan : 2005:22). Jenjang pendidikan formal seperti yang tertuang dalam
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, BAB VI Pasal 14 yang menyatakan bahwa
jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi.
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan di dalam masyarakat,
serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Pendidikan dasar pada prinsipnya merupakan pendidikan yang memberikan
bekal dasar bagi perkembangan kehidupan, baik untuk pribadi maupun
untuk
masyarakat. Karena itu, bagi setiap warga negara harus disediakan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan
sekolah ataupun pendidikan luar sekolah, yang dapat merupakan pendidikan
biasa ataupun luar biasa.
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan
didik
menjadi
anggota
peserta
masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan
hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta
dapat mengembangkan
kemampuan
lebih
lanjut
dalam
dunia
kerja atau
pendidikan tinggi.
Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan
24
menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum diselenggarakan selain untuk
mempersiapkan peserta
didik
mengikuti
pendidikan
tinggi, juga
untuk
memasuki lapangan kerja. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan untuk
memasuki lapangan kerja atau mengikuti pendidikan profesian pada tingkat yang
lebih tinggi. Pendidikan menengah dapat merupakan pendidikan biasa atau
pendidikan luar biasa.
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang
bersifat
akademis
dan
atau
professional
sehingga
dapat
menerapkan,
mengembangkan dan untuk menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia
(Kepmendikbud No. 0186/P/1984).
3.
Pengangguran
Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan pada 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk
yang berumur 15 tahun atau lebih. Perlu diketahui bahwa Indonesia tidak
menentukan batas usia maksimum tenaga kerja, hal ini dikarenakan Indonesia
belum mempunyai jaminan sosial nasional. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu : (Rukmana, 2012)
1) Angkatan kerja
yang
terdiri dari masyarakat
yang
bekerja dan
masyarakat yang menganggur dan mencari pekerjaan.
2) Bukan angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bersekolah,
golongan mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain.
25
P.
Todaro
(2000),
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk
dan
pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah
pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang lebih besar
berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk
yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Dengan kata lain,
semakin banyak angkatan kerja yang digunakan dalam proses produksi maka output
hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas tertentu.
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat
upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh
sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) pengangguran dibedakan atas 3 jenis
berdasarkan keadaan yang menyebabkannya, antara lain:
1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari
kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
adanya perubahan struktur dalam perekonomian.
3) Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan
dalam permintaan agregat.
26
Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tidak sempurnanya pasar tenaga
kerja, atau tidak mampunya pasar tenaga kerja dalam menyerap tenaga kerja yang
ada. Akibatnya timbul sejumlah pekerja yang tidak diberdayakan dalam kegiatan
perekonomian. Ini merupakan akibat tidak langsung dari supply (penawaran) tenaga
kerja di pasar tenaga kerja melebihi demand (permintaan) tenaga kerja untuk
mengisi kesempatan kerja yang tercipta.
Menurut Edwards, 1974 dalam Lincolin (1997), bentuk-bentuk pengangguran
adalah:
1) Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah para tenaga kerja
yang mampu dan ingin untuk bekerja, tetapi tidak tersedia pekerjaan yang
sesuai.
2) Setengah pengangguran (under unemployment), adalah para tenaga kerja
yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah,
sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas
produksi secara keseluruhan.
3) Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah para tenaga kerja yang
bekerja penuh, tetapi intensitasnya lemah dikarenakan kekurangan gizi
atau bernyakit.
4) Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah para tenaga keja yang mampu
bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat
kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain:
27
1) Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas, yang berarti bahwa
konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka
pengangguran akan secara langsung mempengaru hi income poverty rate
dengan consumption poverty rate.
2) Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas, yang berarti
bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat
ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan
kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam
jangka pendek.
Tingkat
pertumbuhan angkatan kerja
yang
cepat
dan pertumbuhan
lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada
di negara yang sedang berkembang. Tingginya tingkat pengangguran, luasnya
kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata memiliki hubungan yang
saling berkaitan. Bagi para tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan yang
tetap, atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok
masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di
sektor
pemerintah
dan
swasta
biasanya
termasuk
diantara
kelompok
masyarakat kelas menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan
bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang
bekerja secara penuh adalah orang kaya. Masyarakat miskin pada umumnya
menghadapi permasalahan terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang
mengembangkan usaha,
melemahnya perlindungan terhadap aset
usaha,
perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak
dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah
tangga. Oleh karena
itu, salah satu
mekanisme pokok untuk
mengurangi
28
kemiskinan
dan
ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara sedang
berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan
kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Arsyad, 1997).
Oleh sebab itu, pemerintah dapat menjalankan berbagai rencana unt uk
memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang
layak guna mengurangi tingkat pengangguran. Rencana tersebut antara lain:
1) Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah
dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi.
2) Meningkatkan
kemitraan
global
dalam
rangka
memperluas
kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja.
3) Meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
masyarakat
miskin
dalam rangka mengembangkan kemampuan kerja dan berusaha.
4) Meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam dan luar
negeri.
Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT).
Tingkat
pengangguran
terbuka
umumnya
didefinisikan secara konvensional sebagai proporsi angkatan kerja yang tidak
bekerja dan mencari pekerjaan. Ukuran ini dapat digunakan untuk mengindikasikan
seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap dalam pasar kerja di
sebuah negara atau wilayah.
Tingkat pengangguran di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
biasanya terlihat rendah dan cenderung menutupi potret yang lebih penting dalam
pasar kerja seperti tingkat upah yang rendah dan keberadaan sektor informal yang
jumlahnya sangat besar. Rendahnya tingkat pengangguran di Indonesia utamanya
29
disebabkan karena penduduk khususnya yang beasarl dari rumahtangga miskin akan
melakukan pekerjaan apa saja untuk memperoleh pendapatan guna mempertahankan
hidup yang disebabkan tiadanya jaminan atau kompensasi bagi penganggur. Untuk
itu penduduk terpaksa bekerja dalam kegiatan apapun baik dengan jam kerja yang
lebih rendah dari yang diinginkan, kurang dari jam kerja normal atau bekerja purna
waktu (full time). Oleh karena itu, tingkat setengah pengangguran tampaknya
merupakan indikator yang lebih baik bagi pasar kerja dibandingkan tingkat
pengangguran dan merupakan indikator pemanfaatan tenaga kerja (labour
utilization) yang lebih realistis di negara berkembang seperti Indonesia
4.
Kemiskinan
Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan merupakan
masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendefinisikan
kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain: (1) terpenuhinya kebutuhan
pangan; (2) kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumberdaya alam dan lingkungan; (3) rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan; (4) hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
Kemiskinan menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN adalah
suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan
taraf kehidupan yang dimiliki dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental
maupun fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya.
30
Rudolf S. Sinaga dan Benyamin dalam Cahyono dalam Akhmad Daerobi, dkk
(2007:5) memberikan pengertian kemisikinan melalui pembedaan kemiskinan
menjadi dua jenis yaitu: kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan
alamiah didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh sumber daya yang
terbatas atau karena tingkat perkembangan teknologi yang rendah. Dengan kata lain
ketidakmampuan seseorang atau komunitas dalam memenuhi kebutuhan dan
mengejar ketertinggalan teknologi menjadi penyebabnya. Sementara itu kemiskinan
buatan didefinisikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh kelembagaan yang
ada dalam masyarakat membuat masyarakat sendiri tidak menguasai sarana ekonomi
dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dalam beberapa definisi lainnya, kemiskinan
buatan juga disebut lebih populer dengan sebutan kemiskinan struktural.
a. Penyebab Kemiskinan
Ditinjau dari sumber penyebabnya, kemiskinan dapat dibagi menjadi
kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan kultural adalah
kemiskinan yang mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan
oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya. Kemiskinan kultural biasanya
dicirikan oleh sikap individu atau kelompok masyarakat yang merasa tidak miskin
meskipun jika diukur berdasarkan garis kemiskinan termasuk kelompok miskin.
Sedangkan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur
masyarakat yang timpang, baik karena perbedaan kepemilikan, kemampuan,
pendapatan dan kesempatan kerja yang tidak seimbang maupun karena distribusi
pembangunan dan hasilnya yang tidak merata. Kemiskinan struktural biasanya
dicirikan oleh struktur masyarakat yang timpang terutama dilihat dari ukuran-ukuran
ekonomi.
31
Kemiskinan memang merupakan masalah multidimensi yang mencakup
berbagai aspek kehidupan. Kondisi kemiskinan setidaknya disebabkan oleh faktorfaktor sebagai berikut: Pertama, rendahnya taraf pendidikan dan kesehatan
berdampak pada keterbatasan dalam pengembangan diri dan mobilitas. Hal ini
berpengaruh terhadap daya kompetisi dalam merebut atau memasuki dunia kerja.
Kedua, rendahnya derajat kesehatan dan gizi berdampak pada rendahnya daya tahan
fisik, daya pikir dan selanjutnya akan mengurangi inisiatif. Ketiga, terbatasnya
lapangan pekerjaan semakin memperburuk kemiskinan. Dengan bekerja setidaknya
membuka kesempatan untuk mengubah nasibnya. Keempat, kondisi terisolasi
(terpencil) mengakibatkan pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan lainlain tidak dapat menjangkaunya. Kelima, ketidak stabilan politik berdampak pada
ketidak berhasilan kebijakan pro-poor. Berbagai kebijakan dan program-program
penanggulangan kemiskinan akan mengalami kesulitan dalam implementasi jika
tidak didukung oleh kondisi politik yang stabil.
Sharp, et al mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang
dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya
ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang menyebabkan distribusi
pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat
perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia
rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib
kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan
muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
32
b. Teori Kemiskinan
Teori-teori yang digunakan antara lain adalah :
Emil Salim (1982, dalam Togar Saragih, 2006:5-6) mengemukakan bahwa
ciri-ciri orang miskin adalah :
1) Umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal
dan keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki kecil sehingga
kemampuan untuk memperoleh pendapatan terbatas.
2) Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperoleh tidak cukup memperoleh
tanah garapan ataupun modal usaha, disamping itu tidak terpenuhnya
syarat untuk mendapat kredit perbankan, menyebabkan mereka berpaling
ke renternir.
3) Tidak memiliki tanah, jika adapun relative kecil. Mereka umumnya jadi
buruh tani, atau pekerja kasar di luar pertanian. Pekerjaan pertanian
bersifat musiman menyebabkan kesinambungan kerja kurang terjamin.
Mereka umumnya sebagai pekerja bebas, akibatnya dalam situasi
penawaran tenaga kerja yang besar tingkat upah menjadi rendah dan
mendukung atau mempertahankan mereka untuk selalu hidup dalam
kemiskinan.
Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan
dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi
pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan,
seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif
terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi
tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang
33
dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan
belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang
keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat
miskin.
Tingkat pembentukan modal yang rendah merupakan hambatan utama
pembangunan ekonomi. Pembentukan modal di Negara-negara sedang berkembang
merupakan “vicious cycle”(lingkaran yang tidak berujung pangkal). Produktivitas
yang sangat rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan riil. Pendapatan yang
rendah
mengakibatkan
tabungan
rendah,
dan
mengakibatkan
rendahnya
pembentukan modal.
Menurut Nurkse dalam Togar Saragih (2006:7) ada dua lingkaran perangkap
kemiskinan yaitu :
1) Dari segi penawaran (supply): tingkat pendapatan masyarakat yang rendah
diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan
kemampuan menabung masyarakat rendah. Kemampuan untuk menabung
yang rendah menyebabkan tingkat pembentukan modal (investasi), yang
kemudian akan menyebabkan kekurangan modal dan demikian tingkat
produktifitasnya rendah.
2) Dari segi permintaan (demand): di Negara-negara yang miskin perangsang
untuk menanamkan modal sangat rendah, karena luas pasar untuk
berbagai jenis barang terbatas, hal ini disebabkan oleh pendapatan
masyarakat sangat rendah tersebut dikarenakan tingkat produktivitas yang
rendah sebagai wujud dari tingkat pembentukan modal yang terbatas
34
dimasa lalu, disebabkan kekurangan perangsang untuk menanam modal
dan seterusnya.
c. Ukuran Kemiskinan
Menurut William A (2001:377) kemiskinan adalah konsep yang relatif,
bagaimana cara kita mengukurnya secara obyektif dan bagaimana cara kita
memastikan bahwa ukuran kita dapat diterapkan dengan tingkat relevasi yang sama
dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan dalam
Foster dkk (dalam Tambunan 2003:96) yang sering digunakan di dalam banyak studi
empiris. Pertam, the incidence of poverty : persentase dari populasi yang hidup di
dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan.
Kedua, the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu
wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan
sebutan poverty gap index. Ketiga, the severity of poverty yang diukur dengan
indeks keparahan kemiskinan (IKK).
Secara umum ada dua macam ukuran kemiskinan yang biasa digunakan yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
1) Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat
pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan
seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai
kebutuhan minimum, maka orang dapat dikatakan miskin. Dengan
demikian
kemiskinan
diukur
dengan
memperbandingkan
tingkat
pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk
35
memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan
pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut
sebagai garis batas kemiskinan (Todaro,1997 dalam Lincolin Arsyad
2004:238).
Kemiskinan
secara
absolut
ditentukan
berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan
sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum
kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk
yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai
penduduk miskin.
2) Kemiskinan Relatif
Miller dalam Lincolin Arsyad (2004:239) berpendapat bahwa walaupun
pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih
jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya,
maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjada karena
kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya daripada
lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan relatif merupakan
kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan
kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada
golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan
terendah
dari
total
penduduk
yang
telah
diurutkan
menurut
pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin.
36
Dengan demikian, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada
distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk.
Ukuran kemiskinan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan.
Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa
seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi
minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini
dihitung melalui 4 cara metode (Coudouel, et.al, 2001 dalam Akhmad Daerobi dkk
2007:8-9) adalah:
1) Head Count Index
Head Count Index ini menghitung presentase orang yang ada di bawah
garis kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.
2) Sen Poverty Index
Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio
H. Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila
salah satu faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar
diukur dengan S.
3) Poverty Gap Index
Poverty Gap Index mengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin
terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan
jurang kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu)
dari kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan.
Sedangkan penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n)
dikalikan dengan nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat
keparahan kemiskinan mulai terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun
37
lebih cepat bila orang-orang yang dientaskan adalah rumah tangga yang
paling miskin, dibandingkan bila pengentasan kemiskinan terjadi pada
rumah tangga miskin yang paling tidak miskin.
4) Foster-Greer-Torbecke Index
Seperti Indeks-indeks di atas, indeks FGT ini sensitif trhadap distribusi jika
a>1. Bagian (Z-Yi/Z) adalah perbedaan antara garis kemiskinan (Z) dan
tingkat pendapatan dari kelompok ke-i keluarga miskin (Yi) dalam bentuk
suatu presentase dari garis kemiskinan.
d. Kriteria Kemiskinan
Ada berbagai macam kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemiskinan, salah satunya kreteria miskin menurut Sayogyo. Komponen yang
digunakan sebagai dasar untuk ukuran garis kemiskinan Sayogyo adalah pendapatan
keluarga yang disertakan dengan nilai harga beras yang berlaku pada saat itu dan
rata anggota tiap rumah (lima orang). Berdasarkan kreteria tersebut, sayogyo
membedakan masyarakat ke dalam beberapa kelompok (Sumodiningrat, 1999:8)
yaitu :
1) Sangat Miskin
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
dibawah setara 250 kg beras ekuivalen setiap orang dalam setahun
penduduk yang tinggal diperkotaan.
2) Miskin
Yang termasuk dalam kelompo ini adalah mereka yang berpendapatan
setara debgab 240 kg beras sampai 320 kg beras selama setahun untuk
penduduk yang tinggal didesa, dan 360 kg beras sampai 480 kg beras
pertahun untuk tinggal diperkotaan.
38
3) Hampir Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
setara dengan 320 kg beras sampai 480 kg beras dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal dipedesaan, dan 720 kg beras pertahun untuk yang
tinggal diperkotaan.
4) Cukup
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang pendapatannya
setara dengan lebih dari 480 kg beras setiap orang dalam setahun untuk
penduduk yang tinggal dipedesaan, dan di atas 720 kg beras setiap orang
pertahun untuk yang tinggal diperkotaan.
Sedangkan kreteria penduduk miskin BPS, rumah tangga dikatakan miskin
(BPS, 2009:17), apabila:
1) Luas lantai hunian kurang dari 8 m² per anggota rumah tangga.
2) Jenis lantai hunian sebagian besar tanah atau lainnya.
3) Fasilitas air bersih tidak ada.
4) Fasilitas jamban atau WC tidak ada.
5) Kepemilikan aset tidak tersedia.
6) Konsumsi lauk-auk dalam seminggu tidak bervariasi.
7) Kemampuan membeli pakaian minimal 1 stel dalam setahun tidak ada.
8) Pendapatan (total pendapatan per bulan) kurang dari atau sama dengan Rp
350.000,5.
Pengaruh PDRB Terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi
utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan
39
peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan
penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian
dari penambahan pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan
suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan (Tambunan,
2003:40-41). Menurut Kuncoro pendekatan pembangunan tradisional lebih dimaknai
sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan pada peningkatan PDRB suatu
provinsi, kabupaten, atau kota. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak sematamata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB)
secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan
telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasilhasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan
pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat
terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke
barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut Kuznet (Tulus Tambunan, 2003:89), pertumbuhan dan kemiskinan
mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan
tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir
pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.
Selanjutnya menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W (2008:34) dari
hasil penelitian tersebut menunjukan hasil yang negatif antara pertumbuhan ekonomi
dan penurunan jumlah penduduk miskin, artinya bahwa PDRB sebagai indikator
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kemiskinan.
6.
Pengaruh Pendidikan Terhadap Kemiskinan
Todaro (1994) menyatakan bahwa selama beberapa tahun, sebagian besar
penelitian dibidang ilmu ekonomi, baik di negara-negara maju maupun di negara -
40
negara sedang berkembang, menitik beratkan pada keterkaitan antara pendidikan,
produktifitas tenaga kerja, dan tingkat output. Hal ini tidak mengherankan karena,
sasaran utama pembangunan di tahun 1950-an dan 1960-an adalah mamaksimumkan
tingkat pertumbuhan output total. Akibatnya, dampak pendidikan atas distribusi
pendapatan dan usaha menghilangkan kemiskinan absolut sebagian besar telah
dilupakan. Selanjutnya Todaro (2000) menyatakan bahwa pendidikan merupakan
tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan mamainkan peranan
kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan.
Gaiha (1993) menjelaskan bahwa pendidikan berperan penting dalam
kesejahteraan seseorang dengan berbagai cara yang berbeda. Pendidikan dapat
meningkatkan kemampuan penduduk untuk memperoleh dan menggunakan
informasi,
memperdalam
pemahaman
akan
perekonomian,
memperluas
produktifitas, dan memberi pilihan kepada penduduk apakan berperan sebagai
konsumen, produsen atau warganegara. Selain itu
pendidikan dan distribusi
pendapatan adalah mempunyai korelasi yang positif dengan penghasilannya selama
hidup seseorang. Korelasi ini dapat dilihat terutama pada seseorang yang dapat
menyelasaikan sekolah tingkat lanjutan dan universitas, akan mempunyai perbedaan
pendapatan 300 persen sampai dengan 800 persen, dengan tenaga kerja yang hanya
menyelesaikan sebagian ataupun seluruh pendidikan tingkat sekolah dasar. Karena
tingkat penghasilan sangat dipengaruhi oleh lamanya tahun memperoleh pendidikan,
jelas ketimpangan pendapatan yang besar tersebut akan semakin besar.
Menurut Simmons (dikutip dari Todaro, 1994), pendidikan di banyak negara
merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Dimana digambarkan
41
dengan seorang miskin yang mengharapkan pekerjaaan baik serta penghasilan yang
tinggi maka harus mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi. Tetapi pendidikan
tinggi hanya mampu dicapai oleh orang kaya. Sedangkan orang miskin tidak
mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan hingga ke tingkat yang lebih
tinggi seperti sekolah lanjutan dan universitas. Sehingga tingkat pendidikan sangat
berpengaruh dalam mengatasi masalah kemiskinan.
Dalam penelitian Hermanto dan Dwi (2006) dihasilkan bahwa pendidikan
mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan variabel
pembangunan lain seperti jumlah penduduk, PDRB, dan tingkat inflasi.
7.
Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan
Lincolind Arsyad (1997) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali
antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar
masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu
berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja
dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara
kelompok masyarakat kelas menengah keatas. Setiap orang yang tidak mempunyai
pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orang kaya.
Karena kadangkala ada juga pekerja diperkotaan yang tidak bekerja secara sukarela
karena mencari pekerjaan yang lebih baik dan yang lebih sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan-pekerjaan yang mereka rasakan lebih
rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber-sumber
lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka. Orang-orang seperti ini bisa
disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya adalah, banyaknya
induvidu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap memperoleh
42
pendapatan yang sedikit. Banyak pekerja yang mandiri disektor informal yang
bekerja secara penuh tetapi mereka sering masih tetap miskin.
Dian Octaviani (2001) mengatakan bahwa sebagian rumah tangga di Indonesia
memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang
diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya
sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan
sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan
mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang
artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akanmeningkatkan
kemiskinan.
43
B. Penelitan Terdahulu
1. Penelitian terdahulu yang berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan
Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah” yang di lakukan oleh
Van Indra Wiguna (2013). Dalam penelitian ini Metode penelitian yang digunakan
adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression
Analysis) dengan menggunakan panel data melalui pendekatan efek tetap (Fixed
Effect Model) dan hasil penelitian ini menunjukan (1) Variabel PDRB mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Hal ini dikarenakan
bahwa peningkatan PDRB yang terjadi di Jawa Tengah diikuti oleh penurunan
kemiskinan di Jawa Tengah. (2) Variabel Pendidikan (melek huruf) mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Hal ini dikarenakan
bahwa peningkatan angka melek huruf di Jawa Tengah diikuti penurunan
kemiskinan. (3) Variabel Pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi kemiskinan. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan pengangguran
di Jawa Tengah diikuti peningkatan kemiskinan.
2. Lalu penelitian yang kedua yang berjudul “Analisis pengaruh jumlah penduduk,
PDRB, IPM, Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa
Tengah” yang di lakukan oleh Whisnu adi saputra dan Drs.Y Bagio Mudakir,MSP
(2011). Model regresi yang digunakan adalah Ordinary Least Squares Regression
Analysis dengan menggunakan data panel dengan pendekatan efek tetap . Penelitian
ini juga menggunakan metode dummy yaitu tahun sebagai salah satu variabel .
Penggunaan tahun boneka dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi dalam
tingkat kemiskinan dari waktu ke waktu di Jawa Tengah. Dan hasil nya menunjukan
(1) Variabel jumlah penduduk mempunyai tanda positif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan. (2) Variabel Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB)
44
mempunyai tanda negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. (3) Variabel
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mempunyai tanda negatif dansignifikan
terhadap tingkat kemiskinan. (4) Variabel pengangguran mempunyai tanda negatif
dan tidak signifikan terhadaptingkat kemiskinan.
3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) dengan judul “Dampak
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”. Tujuan
tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dampak pertumbuhan
ekonomi terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Metode analisis deskriptif
dan ekonomertika menggunakan data panel. Hasil penelitian menunjukkan
kurangnya kualitas pertumbuhan ekonomi dicerminkan oleh angka kemiskinan yang
relatif persiten di atas 20 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jumlah
penduduk miskin akibat krisis ekonomi belum berhasil dikurangi bahkan cenderung
meningkat. Penyebaran penduduk miskin terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera,
terutama di pedesaan dengan pertanian sebagai sumber utama pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk
miskin walaupun dengan magnitude yang relatif kecil, seperti inflasi, populasi
penduduk, share sektor pertanian, dan sektor industri. Namun variabel yang
signifikan dan relatif besar pengaruhnya terhadap penurunan jumlah penduduk
miskin adalah sektor pendidikan.
4. Fitri
amalia (2012)
dalam
jurnal
yang berjudul
“Pengaruh Pendidikan,
Pengangguran, Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kawasan Timur
Indonesia (KIT) peeriode 2001-2010. Tujuan penulisan ini adalah mengetahui
pengaruh pendidikan, penganguran dan inflasi terhadap tingkat kemiskinan di
kawasaan Indonesia timur. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data
panel. Dan hasil penelitian ini menunjukan variabel pengangguran tidak
45
mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia Timur. Sedangkan dua variabel
lainnya, yaitu pendidikan dan inflasi berpengaruh signifikan dengan tingkat
kepercayaan 95% dari tingkat kemiskinan. Berdasarkan uji statistik F, menunjukkan
semua variabel independen (pendidikan, pengangguran dan inflasi) secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia Timur pada
tingkat kepercayaan 95%.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Deny Tisna Amijaya (2008) dengan judul “Pengaruh
ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004”. Tujuan tulisan ini
meneliti tentang pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia, dalam hal ini untuk
seluruh Provinsi di Indonesia dari tahun 2003 – 2004. Analisis yang dilakukan
adalah analisis Deskriptif dan ekonometrika dengan menggunakan metode Panel
Data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ketidakmerataan
distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan
variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
6. Agrawal (2008), dalam jurnal yang berjudul “Enonomic Growth and Poverty
Reduction: Evidence from Kazakhtan”, melakukan penelitiannya untuk menguji
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Penelitian ini
menggunakan metode panel data untuk setiap propinsi di Kazakhtan selama periode
2000-2002 dengan fixed effect model (FEM). Hasil dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ketika terjadi pertumbuhan ekonomi, yang diikuti dengan
peningkatan jumlah tenaga kerja dan tingginya tingkat upah riil, berpengaruh secara
signifikan terhadap pengurangan kemiskinan. Ketimpangan yang menurun tajam
46
selama periode pertumbuhan tinggi (1998-2003) juga memiliki pengaruh terhadap
pengurangan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatf
dengan kemiskinan, sedangkan ketimpangan memiliki hubungan yang positif
dengan kemiskinan. Ketika kemiskinan di Kazakhstan menurun sejalan dengan
tingkat pertumbuhan GDP per kapita yang meningkat, hal ini juga diikuti dengan
penurunan ketimpangan.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Jhon O.Aiyedogbon, Phd (2012) dengan judul
“Poverty and youth Unemployment in Nigeria, 1987-2011”, Dalam penelitian ini
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda
(Ordinary Least Squares Regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi
pengangguran, pertanian dan jasa terhadap PDB riil serta populasi memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Nigeria dan sektor pertanian secara
statistik tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Di sisi lain, kontribusi sektor
manufaktur terhadap PDB riil dan tingkat inflasi menunjukkan hubungan negatif
terhadap tingkat kemiskinan di Nigeria dan sektor manufaktur secara statistik
signifikan terhadap tingkat kemiskinan
47
Dari beberapa penelitian terdahulu jurnal dapat disajikan secara sistematis dalam tabel
berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
NO
1
Peneliti
Van Indra
Tahun
2013
Wiguna
Judul
Metode
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis
(Ordinary Least
(1) Variabel PDRB
Pengaruh
Squares
mempunyai pengaruh
PDRB,
Regression
negatif dan signifikan
Pendidikan, dan
Analysis) OLS
mempengaruhi
Pengangguran
dan Panel data
kemiskinan (2)
terhadap
Variabel Pendidikan
Kemiskinan di
(melek huruf)
Provinsi Jawa
mempunyai pengaruh
Tengah Tahun
negatif dan signifikan
2005-2010
mempengaruhi
kemiskinan. (3)
Variabel
Pengangguran
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
mempengaruhi
kemiskinan.
2
Whisnu adi
2011
Analisis
(Ordinary Least
(1) Variabel jumlah
saputra dan
pengaruh jumlah
Squares
penduduk mempunyai
Drs.Y Bagio
penduduk,
Regression
tanda positif dan
Mudakir,MSP
PDRB, IPM,
Analysis) OLS
signifikan terhadap
Pengangguran
dan Panel data
tingkat kemiskinan.
terhadap tingkat
(2) Variabel
kemiskinan di
Pertumbuhan
kabupaten/kota
Domestik Regional
di Jawa Tengah
Bruto (PDRB)
mempunyai tanda
negatif dan signifikan
terhadap tingkat
48
kemiskinan. (3)
Variabel Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
mempunyai tanda
negatif dansignifikan
terhadap tingkat
kemiskinan. (4)
Variabel
pengangguran
mempunyai tanda
negatif dan tidak
signifikan
terhadaptingkat
kemiskinan.
3
Hermanto
2008
Dampak
Data panel
kurangnya kualitas
Siregar dan
Pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi
Dwi
Ekonomi
dicerminkan oleh
Wahyuniarti
Terhadap
angka kemiskinan
Penurunan
yang relatif persiten di
Jumlah
atas 20 persen dalam
Penduduk
kurun waktu sepuluh
Miskin
tahun terakhir. Jumlah
penduduk miskin
akibat krisis ekonomi
belum berhasil
dikurangi bahkan
cenderung meningkat.
Penyebaran penduduk
miskin terpusat di
Pulau Jawa dan
Sumatera, terutama di
pedesaan dengan
pertanian sebagai
sumber utama
pendapatan.
49
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh
signifikan terhadap
penurunan jumlah
penduduk miskin
walaupun dengan
magnitude yang relatif
kecil, seperti inflasi,
populasi penduduk,
share sektor pertanian,
dan sektor industri.
Namun variabel yang
signifikan dan relatif
besar pengaruhnya
terhadap penurunan
jumlah penduduk
miskin adalah sektor
pendidikan
4
Fitri amalia
2012
Pengaruh
Data panel
variabel pengangguran
Pendidikan,
tidak mempengaruhi
Pengangguran,
tingkat kemiskinan di
Dan Inflasi
Indonesia Timur.
Terhadap
Sedangkan dua
Tingkat
variabel lainnya, yaitu
Kemiskinan Di
pendidikan dan inflasi
Kawasan Timur
berpengaruh
Indonesia (KTI)
signifikan dengan
peeriode 2001-
tingkat kepercayaan
2010
95% dari tingkat
kemiskinan.
Berdasarkan uji
statistik F,
menunjukkan semua
variabel independen
(pendidikan,
pengangguran dan
50
inflasi) secara
simultan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di
Indonesia Timur pada
tingkat kepercayaan
95%.
5
Deny Tisna
2008
Amijaya
Pengaruh
Data Panel
variabel
ketidakmerataan
ketidakmerataan
distribusi
distribusi pendapatan
pendapatan,
berpengaruh positif
pertumbuhan
terhadap tingkat
ekonomi, dan
kemiskinan, variabel
pengangguran
pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat
berpengaruh negatif
kemiskinan di
terhadap tingkat
Indonesia tahun
kemiskinan,
2003-2004
sedangkan variabel
pengangguran
berpengaruh positif
terhadap tingkat
kemiskinan.
6
Agrawal
2008
Enonomic
Data panel
ketika terjadi
Growth and
pertumbuhan
Poverty
ekonomi, yang diikuti
Reduction:
dengan peningkatan
Evidence from
jumlah tenaga kerja
Kazakhtan
dan tingginya tingkat
upah riil, berpengaruh
secara signifikan
terhadap pengurangan
kemiskinan.
Ketimpangan yang
menurun tajam selama
periode pertumbuhan
51
tinggi (1998-2003)
juga memiliki
pengaruh terhadap
pengurangan
kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi
memiliki hubungan
yang negatf dengan
kemiskinan,
sedangkan
ketimpangan memiliki
hubungan yang positif
dengan kemiskinan.
Ketika kemiskinan di
Kazakhstan menurun
sejalan dengan tingkat
pertumbuhan GDP per
kapita yang
meningkat, hal ini
juga diikuti dengan
penurunan
ketimpangan.
7
Jhon
2012
Poverty and
Ordinary Least
kontribusi
O.Aiyedogbon,
youth
Squares
pengangguran,
Phd
Unemployment
Regression (OLS)
pertanian dan jasa
in Nigeria,
terhadap PDB riil
1987-2011
serta populasi
memiliki pengaruh
positif terhadap
tingkat kemiskinan di
Nigeria dan sektor
pertanian secara
statistik tidak
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan. Di
sisi lain, kontribusi
52
sektor manufaktur
terhadap PDB riil dan
tingkat inflasi
menunjukkan
hubungan negatif
terhadap tingkat
kemiskinan di Nigeria
dan sektor manufaktur
secara statistik
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
53
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan
dipengaruhi oleh tiga variabel pembangunan ekonomi, antara lain laju PDRB,
pendidikan, dan pengangguran. PDRB sebagai indikator pertumbuhan di Provinsi
Banten. Pendidikan untuk menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang
mempengaruhi produktivitas dan pendapatan masyarakat Selanjutnya, tingkat
pengangguran untuk menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam
penyediaan lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh pada distribusi
pendapatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Ketiga variabel tersebut merupakan variabel independen, bersama-sama
dengan kemiskinan sebagai variabel dependen akan diregres untuk mendapatkan
tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi tersebut diharapkan mendapatkan tingkat
signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya
tingkat signifikansi setiap variabel independen tersebut diharapkan mampu
memberikan gambaran kepada pemerintah dan pihak yang terkait mengenai penyebab
kemiskinan di Provinsi Banten untuk dapat merumuskan suatu kebijakan yang relevan
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Secara skema, kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut :
54
1.
Skema Kerangka Pemikiran
Provinsi Banten
Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan Tingkat Pengangguran
Terbuka Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten (periode 20092012).
Variabel Independen
Variabel Dependen
PDRB (X1)
Pendidikan
(X2)
Kemiskinan (Y)
Tingkat Pengangguran
Terbuka
(X3)
Asumsi Klasik
Metode Analisis:
Data Panel
Pemilihan metode Data
Panel
Uji Haussman
Uji Chow Test
Hasil Pengujian dan
Pembahasan
Kesimpulan, dan Saran
55
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis didefinisikan sebagai tafsiran yang dirumuskan serta diterima untuk
sementara yang akan diuji kebenarannya (M. Nazir, 1998). Setelah adanya kerangka
pemikiran sebelumnya, mака penelitian ini dapat dibuat hipotesis secara parsial dan simultan
sebagai berikut:
1. Ho : β₁  0
: Diduga tidak terdapat pengaruh antara Produk Domestik Bruto
(PDRB) terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten
H1 : β₁  0
: Diduga terdapat pengaruh antara Produk Domestik Bruto (PDRB)
terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten
2. Ho : β₂  0
: Diduga tidak terdapat pengaruh antara Pendidikan terhadap
Kemiskinan di Provinsi Banten
H1 : β₂  0
: Diduga terdapat pengaruh antara Pendidikan terhadap Kemiskinan di
Provinsi Banten
3. Ho : β3  0 : Diduga tidak terdapat pengaruh antara Pengangguran terhadap
Kemiskinan di Provinsi Banten
H1 : β3  0
: Diduga terdapat pengaruh antara Pengangguran terhadap kemiskinan
4. Ho : β4  0
: Diduga tidak terdapat pengaruh antara PDRB,Pendidikan, dan
di Provinsi Banten
Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi
Banten
56
H1 : β4  0
: Diduga terdapat pengaruh antara PDRB, Pendidikan, Tingkat
Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan di Provinsi Banten
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga
variabel independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan yaitu: Tingkat
Kemiskinan (MIS). Sementara tiga variabel independen yang digunakan antara
lain: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendidikan (PD), dan
Pengangguran (TPT).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh
instansi tertentu. Dalam penelitian ini data yang digunakan diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan
metode data panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time
series yaitu data tahun 2009-2012 dan data cross section yaitu data 4 kabupaten
dan 4 kota di Provinsi Banten.
Penelitian ini menggunakan panel data atau data longitudinal. Data panel
adalah sekelompok data individual yang diteliti selama rentang waktu tertentu.
Penggunaan data panel memiliki keunggulan dan keuntungan secara statistik
maupun secara teori ekonomi, yaitu :
1) Mengingat
penggunaan data panel juga meliputi data cross section
dalam rentang waktu tertentu, maka data panel mampu memperhitungkan
secara eksplisit heterogenitas individu secara eksplisit.
58
2) Dengan pengkombinasian, data akan memberikan informasi yang lebih
baik, tingkat kolinearitas yang lebih kecil antara variabel dan lebih
efisien.
3) Penggunaan data panel mampu meminimalisasi bias yang dihasilkan jika
kita meregresikan data individu kedalam agregasi yang luas.
4) Dalam data panel, hilangnya suatu variabel akan tetap menggambarkan
perubahan lainnya akibat penggunaan data time series. Selain itu,
penggunaan data yang tidak lengkap (unbalanced data) tidak akan
mengurangi ketajaman estimasi.
B. Metode Pemilihan Sampel
Metode penentuan sampel akan sangat membantu dalam penelitian yang
dihadapkan pada sampel yang beragam dari suatu populasi. Data yang digunakan
berupa data sekunder periode 2009 – 2012. Studi kasus Provinsi Banten. Adapun
sampel yang digunakan merupakan Judgement Sampling.
Pada metode judgement sampling atau purposive sample pengumpulan data
atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya
sampel dipilih berdasarkan pendapat analis dan hasil penelitian digunakan untuk
menarik kesimpulan tentang item-item di dalam sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan
suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung
pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan
59
data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai
dengan permasalahan yang diambil(M.Nasir:1983; 211).
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh
kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan metode dokumentasi dan studi pustaka. Teknik dokumentasi yaitu
suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya
dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik
berupa
angka
maupun
keterangan.
Studi
pustaka
dilakukan
dengan
mengumpulkan informasi melalui pendalaman literatur-literatur yang berkaitan
dengan objek studi (M.Nasir:1983;111-131).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa
data panel 4 kabupaten dan 4 kota di Provinsi Banten pada periode 2009-2012.
Data yang digunakan adalah data jumalah penduduk miskin, PDRB atas harga
konstan 2000, Pendidikan (jumlah siswa yang menamatkan sekolah tingkat SMP),
dan jumlah pengangguran (jumla tingkat pengangguran terbuka).
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis
informasi kualitatif (data yang dapat diukur, diuji dan diinformasikan dalam
bentuk persamaan, tabel dan sebagainya). Tahapan analisis kuantitatif terdiri dari :
estimasi model regresi dengan menggunakan data panel, dan juga menggunakan
60
Analisis Ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dapat
digambarkan dengan fungsi sebagai berikut:
T = f(PDRB, PD,TPT)
Tit = βο + β1 PDRBit + β2 PDit + β3 TPTit + µit
Dimana :
T : jumlah penduduk miskin (persen)
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto (miliar rupiah)
PD : Pendidikan (persen)
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka (persen)
i : cross section
t : time series
Βο : Intercept
β1, β2, …dst : koefisien regresi
µ : error term
Adanya perbedaan satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan
menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural.
Dalam model penelitian ini logaritma yang digunakan adalah dalam bentuk
logaritma-linier (log) sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:
Tit = βο + β1 Log PDRBit + β2 PDit + β3 TPTit + µit
Dimana :
Log : Log- linear
T : Jumlah penduduk miskin (persen)
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto (juta rupiah)
61
PD : Pendidikan (Persen)
TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka (persen)
Βο : Intercept
β1, β2, ….dst : koefisien regresi
µ : error term
1. Estimasi Regresi Dengan Data Panel
Model regresi dengan data panel secara umum mengakibatkan
kesulitan dalam spesifikasi modelnya. Residualnya akan mempunyai tiga
kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun gabungan
keduanya. Maka tedapat tiga pendekatan dalam menggunakan data panel
ini yaitu:
1) Pooled Least Square (PLS)
Metode ini juga dikenal sebagai Common Effect Model (CEM).
Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada,
menunjukan kondisi sesungguhnya dimana nilai intersep dari masing –
masing variabel adalah sama dan slope oefisien dari variabel – variabel
yang digunakan adalah identik untuk semua unit cross section.
Kelemahan Dalam model PLS ini yaitu adanya ketidaksesuaian
model dengan keadaan yang sebenarnya. Dimana kondisi tiap objek saling
berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan
kondisi objek tersebut pada waktu yang lain. (Wing Wahyu Winaeno,
2007: 9.14)
62
2) Fixed Effect Model (FEM)
Fixed effect (efek tetap) dalam hal ini maksudnya adalah bahwa
satu objek, memiliki konstan yang tetap besaranya untuk berbagai periode
waktu. Demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang memiliki
besaran yang tetap dari waktu ke waktu.
Dalam model FEM ini menggunakan peubah boneka untuk
memungkinkan peubahan-peubahan dalam intersep-intersep kerat lintang
dan runtut waktu akibat adanaya peubah-peubah yang dihilangkan. Model
ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar unit dapat diketahui dari
perbedaan nilai konstanya.
Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal
dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy
Variable (LSDV) atau disebut juga covariance model. (Wing Wahyu
Winarno, 2007: 9.15)
3) Random Effect Models (REM)
Dalam menganalisis regresi data panel, selain menggunakan fixed
effect model (FEM), analisis regresi dapat pula menggunakan pendekatan
efek random (random effect). Pendekatan efek random ini digunakan
untuk mengatasi kelemahan fixed effect model yang menggunakan
variabel semu, sehingga akibatnya model mengalami ketidakpastian.
Berbeda dengan FEM yang menggunakan variabel semu, metode efek
random menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan
antarwaktu dan antarobjek. (Wing Wahyu Winarno, 2007: 9.17)
63
2. Pemilihan Metode Data Panel
Dalam pengolahan data panel mekanisme uji untuk menentukan
metode
pemilihan
data
panel
yang
tepat
yaitu
dengan
cara
membandingkan metode pendekatan PLS dengan metode pendekatan
FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan model
pendekatan PLS yang diterima, maka model pendekatan PLS yang akan
dianalisis. Jika model pendekatan FEM yang diterima, maka melakukan
perbandingan lagi dengan model pendekatan REM. Untuk melakukan
model mana yang akan dipakai, maka dilakukan pengujian diantaranya:
a.
Uji Chow Test
yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model
Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan
dipilih untuk estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji
restricted F-Test atau uji Chow-Test. dalam pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
Hο : Model PLS (Restriced)
H1 : Model Fixed Effect (Unretriced)
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan
menggunakan F statistic seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
CHOW =
(
–
/ (
)/ (
)
)
64
Dimana:
RRSS = Restriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode
pooled least square/common intercept)
URSS = Unrestriced Residual Sum Square (merupakan Sum Square
Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed
effect)
N = Jumlah data cross section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti nilai probabilitas nilai cross-section F
jika nilai probabilitas < α=0,05 maka Ho ditoloak, artinya model panel
yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan
sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau REM
kemudian dianalisis.
Ada
beberapa
pertimbangan
teknis-empiris
yang
dapat
digunakan sebagai panduan untuk memilih antara fixed effect atau
random effect (ToT untuk pengajar Ekonomi FEUI, 2006) yaitu:
a) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit
cross setion) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda.
65
Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada kenyamanan
perhitungan, yaitu FEM.
b) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan
dapat berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa
unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara
acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila
kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam
penelitian tidak diambil secara acak maka kita menggunakan FEM.
c) Apabila cross-section error component (ei) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM
akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak
bias.
d) Apabila N besar dan T kecil, maka apabila asumsi yang mendasari
REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan FEM.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan
dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausman
atau di sebut juga Uji Hausman
b.
Uji Hausman Test
pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed
effect atau random effect yang akan dipilih. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
Hο : Model Random Effect
H1 : Model Fexed Effect
66
Dasar penolakan Hο adalah dengan menggunakan pertimbangan
probabilitas Cross section random. Jika probabilitas Cross section >
α=0,05 maka Hο diterima, artinya model yang digunakan adalah
Random Effect.
3. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan
estimasi linier tidak bias (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Kondisi
ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan
asumsi klasik. Yang termasuk dalam uji asumsi klasik adalah sebagai
berikut :
a.
Uji Normalitas
Menurut Shochrul dkk (2011:42), Uji ini dilakukan untuk
mengetahui apakah error term terdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas hanya digunakan jika jumlah observasi adalah kurang dari
30, untuk mengetahui apakan error term mendekati distribusi normal.
Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji
normalitas. Sebab, distribusi sampling error term telah mendekati
normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan Uji Jarque-Berra ( JB
Test ).
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Wing Wahyu (2007:5.1), multikolinearitas adalah
kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen. Karena
melibatkan beberapa variabel independen, maka multikolinearitas
67
tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas
satu variabel dependen dan satu variabel independen). Menurut
Shochrul dkk (2011:35), multikolinearitas berarti adanya hubungan
linier yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel
yang
menjelaskan
dari
model
regresi.
Ada
atau
tidaknya
multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi
masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas.
c.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut
Shochrul
dkk
(2011:36),
heteroskedastisitas
merupakan keadaan yang dimana semua gangguan yang muncul
dalam fungsi regresi populasi tidak meiliki varians yang sama. dalam
data panel Masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dengan terlebih
dahulu mengestimasi model ke GLS (Cross-section weight), kemudian
dengan membandingkan Sum Squared Resid pada Weight statistic
dengan Sum Squared Resid pada Unweight Statistic. Jika Sum Squared
Resid pada Weight Statistic lebih kecil dari Sum Squared Resid pada
Unweight Statistic, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul
pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya,
data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa
68
sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi
dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section).
Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan autokorelasi
negatif. Dalam analisis runtut waktu, lebih besar kemungkinan terjadi
autokorelasi positif karena variabel yang dianalisis biasanya
mengandung kecenderungan meningkat. (Wing Wahyu, 2007:5.24).
Cara untuk memeriksa ada atau tidaknya autokorelasi adalah
dengan Uji Durbin-Watson. Uji D-W adalah salah satu uji yang
banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Hampir
semua
program
statistik
sudah
menyediakan
fasilitas
untuk
menghitung nilai d (yang menggambarkan koefisien D-W). nilai d
akan berada dikisaran 0 hingga 4.
4. Pengujian Statistik Analisis Regresi
Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk
diterima atau ditolaknya secara statistik hasil hipotesis nol (Ho) dari
sample keputusan untuk mengolah Ho dibuat berdasarkan nilai uji statistik
yang diperoleh dari data yang ada.
1) Koefisien Determinan (Adjusted R²)
Nilai Adjusted R² disebut juga koefisien detrminasi. Koefisien
determinasi (adjusted R²) menunjukan seberapa besar persentase
variasi variable independent dapat menjelaskan variasi variable
dependennya (goodness of fit test). Nilai adjusted R² berkisar antara
nol dan satu (0<Adjusted R²<1). Nilai Adjusted R² yang kecil atau
69
mendekati nol berarti kemampuan variable independent dalam
menjelaskan variasi variable dependen amat terbatas. Sebaliknya jika
nilai Adjusted R² mendekati satu berarti variable independent
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen dalam model tersebut dapat
dikatakan baik.
2) Pengujian Best of Fit Model
a) Pengujian koefisien regresi serentak (uji F)
Uji F merupakan alat uji statistik secara bersama-sama atau
keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari uji F dapat diketahui variabel independen
yang masuk dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama
atau tidak terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah apakah semua variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen atau:
Ho : β 1 = β 2 = β3 = β 4 = 0
Sedangkan hipotesis alternatifnya (H1) adalah semua variabel
independent mampu mempengaruhi variabel dependen secara
bersama-sama. Atau:
H1 : β1 = β2 = β3 = β 4 ≠ 0
Kriteria dalam uji F yaitu bila niali Fhitung lebih besar
dibandingkan dengan nilai F tabel (F>Fα, df), maka Hο ditolak,
70
dan Hi diterima. Atau apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel,
maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen secara bersama-sama. Sebaliknya, apabila Fhitung lebih kecil dari F-tabel, maka variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. F-tabel diperoleh dengan derajat kebebasa variasi
regresi k (banyaknya variabel), dan derajat kebebasan variasi
residual n-k-1 (banyaknya observasi-banyaknya variabel-1)
b) Pengujian koefisien regresi secara individual (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependennya. Hipotesis
yang diajukan adalah:
Hipotesis 1
H1 : β1 < α (0,05) PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap
kemiskinan
Hο : β1 > α (0,05) PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Hipotesis 2
H1 : β2 < α (0,05) Pendidikan berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan
Hο: β2 > α (0,05) Pendidikan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan
71
Hipotesis 3
H1 : β3 < α (0,05) Pengangguran berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan
Hο : β3 > α (0,05) Pengangguran tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan
Uji t dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel. Nilai t-hitung dapat
diperoleh dari nilai t-statistik pada output eviews, sedangkan nilai
t-tabel dapat diperoleh dari tabel t dengan dengan menggunakan
degree of freedom (df) sebesar n-k. Apabila t-hitung lebih besar
dari pada t-tabel maka Hο ditolak dan H1 diterima, sebaliknya jika
t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka Hο diterima dan H1
ditolak.
Cara
kedua
yaitu
dengan
membandingkan
nilai
probalilitas output eviews dengan nilai α. Apabila nilai
probabilitas lebih kecil dari nilai α maka Hο ditolak dan H1
diterima, sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar daripada
nilai α maka Hο diterima dan H1 ditolak.
E. Definisi Operasional
1) Tingkat Kemiskinan (MIS)
Kemiskinan dalam penelitian ini di ukur dengan besarnya jumlah
penduduk miskin absolute menurut kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) di
masing masing kabupaten dan kota di Provinsi Banten selama periode
2009-2012. Menurut BPS jumlah penduduk miskin adalah jumlah
72
keseluruhan populasi
dengan pengeluaran perkapita berada di bawah
ambang batas tertentu yang dinyatakan sebagai garis kemiskinan. Garis
kemiskinan merupakan nilai pengeluaran perkapita setiap bulan untuk
memenuhi standar minimum kebutuhan - kebutuhan konsumsi pangan dan
non pangan oleh seorang individu untuk hidup secara layak (BPS,2008:3032). Kebutuhan minimum makanan menggunakan patokan 2100
kalori/hari, kebutuhan non makan meliputi sandang, perumahan, aneka
barang dan jasa. Satuan dari variable kemiskinan dalam penelitian ini
adalah peresen.
2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh
unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Indikator yang biasanya
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil dari tahun ke
tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berguna untuk
menunjukkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu wilayah, atau secara umum PDRB memberikan gambaran
kinerja ekonomi makro suatu wilayah dari waktu ke waktu. Nilai PDRB
yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB di 4 kabupaten dan 4
kota di Provinsi Banten atas dasar harga konstaan 2000 selama tahun
2009-2012. Satuan dari variabel pertumbuhan ekonomi ini adalah miliar
rupiah.
73
3) Pendidikan (PD) dinyatakan sebagai penduduk berumur 10 tahun keatas
yang lulus pendidikan terakhir SMP di masing-masing kabupaten dan kota
di Provinsi Banten tahun 2009-2012 (dalam persen). Data diambil dari
BPS.
4) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase penduduk dalam
angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari
pekerjaan di masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Banten tahun
2009-2012 (dalam satuan persen). Data diambil dari BPS.
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.
Kondisi Geografis
Secara geografis Provinsi Banten terletak antara 105° 01’11” sampai 106°
07’’12” Bujur Timur, serta 05° 07’50” sampai 07° 01’01”. Batas-batas wilayah
Banten, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Provinsi
DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, sebelah selatan dengan Samudra Hindia, dan
sebelah barat dengan Selat Sunda. Luas wilayah Provinsi Banten berdasarkan
Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2000 adalah 8.651,20 km², pada awalnya,
Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu Kabupaten Pandeglang,
Lebak,Tangerang, Serang dan dua kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Cilegon.
Dalam perkembangannya terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi
Kabupaten Serang dan Kota Serang. Selanjutnya, Kabupaten Tangerang dimekarkan
menjadi KabupatenTangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sehingga, Provinsi
Banten saat ini terdiri dari empat kabupaten dan empat kota.
Letak geografis Provinsi Banten sangat strategis karena merupakan jalur
penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis
dan pemerintahan maka wilayah Provinsi Banten terutama Kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi
Jakarta. Secara
ekonomi wilayah Provinsi Banten memiliki banyak industri.
Wilayah Provinsi
Banten juga memiliki
beberapa pelabuhan laut
yang
dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari
pelabuhan laut di Jakarta dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif di ujung
pulau jawa. Kondisi strategis ini bisa di manfaatkan guna perkembangan Provinsi
75
Banten yang akan berdampak pada pembangunan nasional.
2.
Kondisi Kemiskinan di Provinsi Banten
Kemiskinan merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek karena
berkaitan dengan pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat kesehatan yang rendah
dan ketidaksamaan derajat antara jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup.
Kemiskinan tidak lagi dipandang hanya sebatas kemampuan ekonomi, tetapi
kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar yang mengakibatkan perlakuan yang
berbeda dalam menjalankan kehidupan secara bermartabat. Oleh karena itu
pemerintah berupaya keras untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut sehingga
pembangunan dilakukan secara terus menerus termasuk dalam menentukan batas
ukur untuk mengenali siapa si miskin tersebut. Badan Pusat Statistik mendefinisikan
kemiskinan sebagai ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar
yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan. Berikut data persentase
penduduk miskin di Provinsi Banten :
Tabel 4.1
Presentase Kemiskinan Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
12,01
10,63
6,55
5,8
6,42
4,14
6,19
2,35
2010
11,4
10,38
7,18
6,34
6,88
4,46
7,03
1,67
2011
9,8
9,2
6,42
5,63
6,14
3,98
6,25
1,5
2012
9,27
8,62
5,71
5,28
5,55
3,81
5,69
1,33
Sumber : BPS Banten
76
Pada tabel 4.1 menunjukan terjadinya peningkatan penduduk miskin di
beberapa kota di Provinsi Banten pada tahun 2010 dan pada tahun berikutnya
kembali menurun, walaupun begitu perbedaan persentase angka kemiskinan di setiap
daerah yang cukup besar dapat memicu kecemburuan sosial dan konflik antar daerah
yang berdampak pada kembalinya peningkatan jumlah penduduk miskin di Provinsi
Banten.
3.
Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Banten
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
wilayah/provinsi dalam satu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha ekonomi suatu
wilayah dalam satu periode. Unit ekonomi yang dimaksud mencakup kegiatan
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih,
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. PDRB juga dapat digunakan untuk
mengetahui potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Berikut data
PDRB atas harga konstan 2000 di Provinsi Banten :
77
Tabel 4.2
PDRB Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) Tahun 20092012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
4032.4
3895.5
17382.1
6850.9
27562.5
16246.8
2678.3
4947.9
2010
4321.1
4152.2
18549.1
7135.1
29402.9
17111.2
2884.2
5378.3
2011
4547.85
4387.62
19725.85
7536.1
31414.1
18228.29
3110.51
5823.83
2012
4803.37
4607.59
20951.89
7920.12
33428.91
19470.57
3330.16
6303.48
Sumber : BPS Banten
Tabel 4.2 diatas menunjukkan PDRB di Kabupaten/kota di Provinsi Banten
tahun 2009-2012 menunjukkan angka yang fluktuatif untuk masing-masing
kabupaten dan kota di Provinsi Banten. PDRB menunjukkan kondisi perekonomian
di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten terjadi kesenjangan ekonomi
yang relatif besar antara daerah maju dan daerah tertinggal.
4.
Tingkat Pendidikan
Kelompok penduduk usia 7-18 tahun (kelompok usia sekolah) adalah
kelompok penduduk usia produktif, sebagai sumber daya pembangunan yang
seharusnya
memiliki
pendidikan dan keterampilan
yang memadai
untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya sehingga mendapatkan penghidupan
yang layak. Oleh karena itu, dianggap penting untuk melihat kemajuan indikator ini.
Berikut presentase jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan SMP di Provinsi
Banten tahun 2009-2012 :
78
Tabel 4.3
Persentase penduduk yang menamatkan pendidikan menegah pertama (SMP) Provinsi
Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
13,65
12,2
19,84
19,35
20,04
21,21
17,75
16,77
2010
15,11
11,99
22,77
17,48
21,69
21,26
17,34
17,68
2011
16,81
13,01
21,62
22,00
23,38
20,45
16,36
18,75
2012
17,62
13,03
23,67
19,86
21,01
23,30
17,79
19,48
Sumber : BPS Banten
Tabel 4.3 di atas menunjukan peningkatan persentase penduduk yang
menamatkan pendidikan menegah pertama (SMP) di setiap daerahnya menujukan
bahwa adanya indikasi kebijakan pemerintah wajib belajar 9 tahun telah
berhasil,walaupun ada beberapa daerah yang mengalami penurunan pada tahun 2010
yaitu kab.Lebak dan kab.Serang dan kembali meningkat pada tahun berikutnya.
5.
Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Banten
Pengangguran adalah meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan, atau
sedang mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Tingkat
Pengangguran Terbukan (TPT) adalah angka yang menunjukkan banyaknya
pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan kerja (BPS,
2008). Tingkat pengangguran sangat erat hubungannya dengan laju pertumbuhan
penduduk. Dengan laju pertumbuhan yang tinggi akan meningkatkan jumlah
angkatan kerja (penduduk usia kerja) yang kemudian besarnya angkatan kerja ini
dapat menekan ketersediaan lapangan kerja di pasar kerja. Sedangkan angkatan kerja
sendiri terdiri dari dua komponen yaitu orang yang menganggur dan orang yang
79
bekerja. Apabila mereka tidak bekerja konsekuensinya adalah mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan dengan baik, kondisi seperti ini membawa dampak bagi
terciptanya dan membengkaknya jumlah kemiskinan yang ada. Berikut data tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Banten tahun 2009-2012 :
Tabel 4.4
Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Banten Tahun 2009-2012
Kabupaten / Kota
kab.Pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang seelatan
2009
10,98
13,42
15,86
14,45
15,57
18,26
17,55
8,17
2010
11,34
13,35
14,01
16,19
14,09
19,84
17,11
8,22
2011
11,32
12,1
14,42
13,29
12,89
13,14
13,84
11,98
2012
9,3
9,07
11,46
12,96
8,31
11,31
10,8
8,07
Sumber : BPS Banten
Pada tabel 4.4 diatas menunjukan persentase tingkat pengangguran terbuka di
Provinsi Banten dari tahun ke tahun mengalami penurunan disetiap derahnya tapi
tidak di daerah kota tanggerang selatan persentasenya terus meningkat pada tahun
2009 sampai 2011 dan kembali turun pada tahun 2012. Hal ini mungkin terjadi di
karenakan kota tanggerang selatan yang baru pemekaran di Provinsi Banten.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Shochrul R. Ajija (2011:42), uji normalitas hanya digunakan jika jumlah
observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui apakah error term mendekati distribusi
normal. Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu dilakukan uji normalitas.
80
Sebab, distribusi sampling error term telah mendekati normal. Namun agar lebih jelas
dapat diuji dengan Jarque Bera, dari uji tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1
Histogram Normaliti
8
S eries : S tandardiz ed R es iduals
S am ple 2009 2012
O bs ervations 32
7
6
Mean
Median
Maxim um
Minim um
S td. D ev.
S kew nes s
K urtos is
5
4
3
6.33e-15
0.231230
3.869548
-5.235001
2.537071
-0.603021
2.532894
2
Jarque-B era
P robability
1
2.230299
0.327866
0
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
Uji normalitas dilihat dengan cara membandingkan nilai probability dan nilai Jarque
Bera dengan α (0,05). Jika nilai α (0,05) lebih kecil dari nilai Jarque Bera dan probability
berarti data terdistribusi normal dan, jika nilai α (0,05) lebih besar dari nilai Jarque Bera
berari data tidak terdistribusi nomal.
Dilihat dari gambar 4.1, nilai α (0,05) lebih kecil dari nilai jarque bera dan probability.
Ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Shochrul dkk (2011:35), multikolinearitas berarti adanya hubungan linier
yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari
koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas.
81
Tabel.4.5
Corelation Matrix
PDRB
PDRB
Pendidikan Pengangguran
1
0.782549
0.167799
0.782549
1
0.208447
Pengangguran 0.167799
0.208447
1
Pendidikan
Dilihat dari tabel 4.5, dimana nilai correlation matrix tidak lebih dari 0,8 yang berarti
tidak terdapat gejala multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Masalah heteroskedastisitas dapat dilihat dengan terlebih dahulu mengestimasi model
ke GLS (Cross-section weight), kemudian dengan membandingkan Sum Squared Resid
pada Weight statistic dengan Sum Squared Resid pada Unweight Statistic. Jika Sum
Squared Resid pada Weight Statistic lebih kecil dari Sum Squared Resid pada Unweight
Statistic, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.6
Sum Squared resid
Sum squared resid (weight)
36.46115
Sum squared resid (unweight)
94.88864
Dilihat dari Tabel 4.6 menunjukkan nilai Sum Squared Resid pada Weight statistic
lebih kecil dibandingkan nilai Sum Squared Resid pada Unweight statistic, hal ini berarti
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual
observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu,
82
karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa
sebelumnya (Wing Wahyu, 2007:5.24).
Hal ini senada dengan pendapat Nachrowi (2002: 135), autokorelasi adalah adanya
korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu.
Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series.
Cara untuk memeriksa ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji DurbinWatson. Uji D-W adalah salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi.
Tabel 4.7
Durbin-Watson
Tolak H0 berarti
ada autokorelasi
positif
0
Tidak dapat
diputuskan
dL 1,40
Tidak menolak H0 berarti
tidak ada autokorelasi
du 1,60
2
Tidak
dapat
diputuskan
4-du 2,40
Tolak H0 berarti
ada autokorelasi
negatif
4-dL 2,70
4
2,33
Dari hasil perolehan regresi nilai DW sebesar 2,33 hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai
D-W berada diantara 1,54 sampai 2,46, yang berarti tidak terdapat autokorelasi.
2. Hasil Estimasi Model Data Panel
a. Pendekatan Pooled Least Square
Merupakan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan Pooled Least Square
(PLS), yang digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk melakuan uji F-Restriced.
Dari hasil pengolahan E-views 7.0 mendapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:
Tabel 4.8
Regresi Data Panel Pooled Least Square
R-squared
0.740436
Adujst R-squared
0.722535
83
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect
Model dengan metode pendekatan pooled Least Square pada uji F-Restriced. Dari hasil
pengolahan E-views 7.0 mendapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:
Tabel 4.9
Regresi Data Panel Fixed Effect
R-squared
0.925299
Adujst R-squared
0.889728
c. Pendekatan Random Effect Model (REM)
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Random Effect dengan
menggunakan E-views 7.0 mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Regresi Data Panel Random Effect
3.
R-squared
0.536104
Adujst R-squared
0.486400
Memilih Metode Data Panel
a. Uji Chow
Untuk menetahui model data panel yang akan digunakan, maka digunakan uji Frestriced atau uji Chow dengan cara membandingkan F-statistik dan α = 0,05.
Dengan pengujian hipotesa sebagai berikut:
Hο : Model PLS (Restriced)
H1 : Model Fixed Effect (Unresticed)
Dari hasil regresi berdasarkan metode FEM dan PLS diperoleh F-statistik sebagai
berikut :
84
Tabel 4.11
F-Restriced
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: REM
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Statistic
6.945051
38.350808
d.f.
Prob.
(7,21)
7
0.0002
0.0000
Berdasarkan hasil dari uji Chow diperoleh nilai probabilitas Cross Section F dan Chi
Square sebesar 0,0002 dan 0,0000 yang lebih kecil dari alpha (α) 0,05 sehingga Ho di
tolak yang berarti menolak pooled least squared (PLS) dan menerima fixed effect model
(FEM).
b. Hausman Test
Untuk mengetahui apakah model fixed effect atau random effect yang dipilih, maka
digunakan uji Hausman Test dengan cara membandingkan Chi-Square statistic dan α =
0,05. Dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
Hο : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil Regresi berdasarkan metode Random Effect Model diperoleh nilai ChiSquare statistic sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
4.360007
3
0.2251
85
Berdasarkan hasil dari uji Hausman test diperoleh nilai probabilitas Cross Section
random sebesar 0,2251 yang lebih besar dari alpha (α) 0,05 sehingga H0 di terima yang
berarti menolak fixed effect model (FEM) dan menerima random effect model sehingga
model terbaik yang kita gunakan dalam penelitian setelah pemilihan dan pemilihan
adalah model dengan metode random effet.
4.
Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Individual (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variable bebas (PDRB, Pendikan, dan
Tingkat Pengangguran Terbuka) berpengaruh secara parsial terhadap variable terikat
(kemiskinan). Pengujan ini dilihat dari masing-masing t-statistik dari regresi dengan ttabel dalam menolak dan menerima hipotesis.
Dalam persamaan, digunakan tingkat kepercayaan α = 5%, dengan df = 28 maka
diperoleh t-tabel 1,70113. dari hasil uji pada persaman dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.13
Nilai t-Statistik
Variable
Coefficient
t-Statistic
Prob.
signifikansi
PDRB?
PENDIDIKAN?
PENGANGGURAN?
-0.552266
0.000867
2.947913
-2.753389
0.009658
3.857270
0.0102
0.9924
0.0006
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Berdasarkan table 4.13 dapat dilihat bahwa variable PDRB berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan di Provinsi Banten. Hal ini dapat diketahui dari nilai t-statistik
PDRB (-2,753389) < t-tabel (1,70113) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α =
5%). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi PDRB maka tingkat kemiskinan di Provins
Banten semakin menurun. Koefisien regresi variable PDRB sebesar -0,552266 berarti
bahwa setiap peningkatan PDRB sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan
86
penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,552266 persen dengan asumsi variable lain
tetap (cateris paribus).
Pada variabel Pendidikan dapat dilihat bahwa variable Pendidikan tidak berpengaruh
terhadap kemiskinan di Provinsi Banten. Hal ini dapat diketahui dari nilai probabilitas p
Pendidikan 0,9924 dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5%) yang
menunjukan lebih > dari α . Koefisien regresi variable Pendidikan sebesar 0,000867
berarti bahwa setiap peningkatan Pendidikan sebesar 1 persen, maka dapat
menyebabkan peningkatan tingkat kemiskinan sebesar 0,000867 persen dengan asumsi
variable lain tetap.
Pada variabel Pengangguran dapat dilihat bahwa variable Tingkat Pengangguran
Terbuka berpengaruh positif terhadap kemiskinan di Provinsi Banten. Hal ini dapat
diketahui dari nilai t-statistik Tingkat Pengangguran terbuka (3,857270) > t-tabel
(1,70113) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5%). Hal ini berarti bahwa
semakin tinggi Tingkat Pengangguran Terbuka maka tingkat kemiskinan di Provins
Banten akan meningkat. Koefisien regresi variable Tingkat Pengangguran terbuka
sebesar 2,947913 berarti bahwa setiap peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka
sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan peningkatan tingkat kemiskinan sebesar
2,947913 persen dengan asumsi variable lain tetap.
b. Uji Signifikan Serentak (Uji F)
Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat
dilakukan dengan uji F. uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi pengaruh
PDRB, pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di Provinsi
Banten tahun 2009-2012 yang menggunakan taraf keyakianan 95 persen (α=5%),
87
dengan degree of freedom for numerator (dfn) = 3 (k-1 = 4-1) dan degree of freedom
for denominator (dfd) = 28 (n-k = 32-4), maka diperoleh F-tabel sebesar 2,95. Dari
hasil regresi pengaruh PDRB, pendidikan dan tingkat pengangguran terbuka terhadap
kemiskinan di Provinsi Banten tahun 2009-2012 diperoleh F-statistik sebesar 10,78610
dan nilai probabilitas statistiknya 0,000070 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen (PDRB,Pendidikan, dan Tingkat Pengangguran Terbuka) berpengaruh
signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Kemiskinan).
c. Uji Koefisien Determinan (Adjusted R2)
Hasil koefisien determinan pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen secara statistik. Dari hasil regresi
pengaruh PDRB, pendidikan, dan tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di
Provinsi Banten tahun 2009-2012 pada tabel berikut :
Tabel 4.14
Nilai Adjusted R2
R-squared
Adjusted R-squared
0.536104
0.486400
koefisien determinan adalah sebesar 0,536104. Hal ini berarti bahwa 53,61 persen
tingkat kemiskinan di Provinsi Banten dapat dijelaskan oleh variabel PDRB,
Pendidikan, dan tingkat Pengangguran Terbuka. Sedangkan sisanya 46,39 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model atau faktorfaktor lain diluar penelitian ini.
88
d. Interpretasi Hasil Analisis
Tabel 4.15
Interpretasi Koefisien Random Effect Model
Variable
Coefficient
C
PDRB?
PENDIDIKAN?
PENGANGGURAN?
Random Effects (Cross)
_KBPDGL--C
_KBLBK--C
_KBTGR--C
_KBSRG--C
_KOTGR--C
_KOCLG--C
_KOSRG--C
_KOTGRS--C
-4.547670
-0.552266
0.000867
2.947913
1.296703
-1.933445
0.907911
1.019627
-0.808541
-0.432388
1.534125
-1.583992
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa masing-masing Kabupaten/Kota memiliki
tingkat koefisien random effect yang berbeda-beda antara satu sama lain. Keadaan
tersebut menjelaskan bahwa variabel PDRB, Pendidikan dan Tingkat Pengangguran
Teerbuka memiliki tingkat pengaruh yang berbeda terhadap kemiskinan di tiap-tiap
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten.
Kabupaten Pandegelang
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kabupaten Pandegelang (_KBPDGL) adalah sebesar
1,296703 maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen
pada PDRB dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di
kabupaten Pandegelang, maka kabupaten Pandegelang akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap tingkat kemiskinan sebesar 1,296703 persen.
Kabupaten Lebak
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kabupaten Lebak (_KBLBK) adalah sebesar -1,933445
89
maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen pada PDRB
dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di kabupaten
Lebak, maka kabupaten Lebak akan mendapatkan pengaruh individu terhadap tingkat
kemiskinan sebesar -1,933445 persen.
Kabupaten Tanggerang
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kabupaten Tanggerang (_KBTGR) adalah sebesar
0,907911 maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen
pada PDRB dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di
kabupaten Tanggerang, maka kabupaten Tanggerang akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap tingkat kemiskinan sebesar 0,907911 persen.
Kabupaten Serang
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kabupaten Serang (_KBSRG) adalah sebesar 1,019627
maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen pada PDRB
dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di kabupaten
Serang, maka kabupaten Serang akan mendapatkan pengaruh individu terhadap tingkat
kemiskinan sebesar 1,019627 persen.
Kota Tanggerang
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kota Tanggerang (_KOTGR) adalah sebesar -0,808541
maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen pada PDRB
dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di kota
Tanggerang, maka kota Tanggerang akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
tingkat kemiskinan sebesar -0,808541 persen.
90
Kota Cilegon
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kota Cilegon (_KOCLG) adalah sebesar -0,432388 maka
hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen pada PDRB dan
Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di kota Cilegon,
maka kota Cilegon akan mendapatkan pengaruh individu terhadap tingkat kemiskinan
sebesar -0,432388 persen.
Kota Serang
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kota Serang (_KOSRG) adalah sebesar 1,534125 maka hal
tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen pada PDRB dan
Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di kota Serang, maka
kota Serang akan mendapatkan pengaruh individu terhadap tingkat kemiskinan sebesar
1,534125 persen.
Kota Tanggerang Selatan
Jika dilihat pada tabel 4.15, nilai koefisien adalah -4,547670 dan nilai koefisien
random effect yang dimiliki Kota Tanggerang Selatan (_KOTGRS) adalah sebesar 1,583992 maka hal tersebut mengartikan bahwa Bila terdapat perubahan satu persen
pada PDRB dan Tingkat Pengangguran Terbuka antar daerah maupun antar waktu di
kota Tanggerang Selatan, maka kota Tanggerang Selatan akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap tingkat kemiskinan sebesar -1,583992 persen.
e. Analisis Ekonomi
PDRB Terhadap Kemiskinan
PDRB menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah. PDRB adalah jumlah nilai
tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau
91
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa PDRB berpengaruh signifikan pada
taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0,0102 dan berhubungan negatif dengan nilai
koefisien yang diperoleh sebesar (-0,552266), yang berarti bahwa apabila PDRB naik
sebesar 1 persen, maka kemiskinan akan menurun sebesar 0,552266 persen. Hasil
tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam
penelitian ini. Menurut Kuznet dalam Tulus Tambunan (2001), pertumbuhan dan
kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses
pembangunan kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir
pembangunan, jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Selanjutnya menurut
Hermanto S. dan Dwi W. (2008) mengungkapkan pentingnya mempercepat
pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan jumlah penduduk miskin. Karena dengan
pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menurunkan jumlah kemiskinan yang
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah.
Pendidikan Terhadap Kemiskinan
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk peningkatan kualitas manusia, baik
dalam arti perkembangan intelektual maupun keterampilan professional. Variabel
pendidikan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Banten ditandai dengan
nilai probabilitas (0,9924). Pendidikan tamat SMP tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan karena di era globalisasi seperti ini pendidikan tamat SMP merupakan hal
yang biasa apa lagi itu merupakan kebijakan pemerin wajib belajar 9 tahun yang semua
biayanya di bebaskan. Karena tidak cukup dengan berbekal pendidikan SMP saja orang
dapat terhindar dari kemiskinan, tetapi harus memiliki keterampilan yang memadai. Hal
itulah pendidikan tamat SMP tidak serta merta menurunkan kemiskinan karena
produktifitas tidak cukup dengan pendidikan tamat SMP saja melaikan dengan
92
teknologi dan keterampilan yang memadai. Sebagai contoh digambarkan seseorang
yang tidak mengenyam bangku pendidikan sama sekali tetapi ia memiliki keterampilan
seperti mengukir dan memahat ia dapat menghasilkan patung yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, Pendidikan tinggi merupakan salah satu upaya untuk
menyelamatkan diri dari kemiskinan. Dimana digambarkan seseorang yang miskin
yang mengharapkan pekerjaan yang baik serta penghasilan yang tinggi maka harus
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tidak cukup hanya berbekal pendidikan
yang tamat SMP saja.
Pengangguran Terhadap Kemiskinan
Dari hasil regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini, menunjukan bahwa variabel
pengangguran menunjukkan tanda positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Banten. Kenaikan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 1
persen tidak menurunkan kemiskinan akan tetapi dari hasil penelitian ini justru
menaikkan kemiskinan sebesar 2,947913. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori dan
penelitian terdahulu yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini. Dan di harapkan
pemerintah Provinsi Banten lebih banyak lagi melakukan perluasan kesempatan kerja
dengan cara mendirikan industri-industri baru yang bersifat padat karya serta
menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti
homeindustry. Karena
pengangguran dalam penelitian ini menggunakan data pengangguran terbuka, yang
mana di dalamnya terdapat golongan masyarakat yang sedang mencari pekerjaan dan
sedang dalam tahap menyiapkan usaha atau mendapat pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja yang dimasukkan dalam golongan pengangguran. Sehingga pentingnya
perluasan kesempatan kerja yang bersifat padat karya dan peningkatan sektor informal
untuk menekan kemiskinan di Provinsi Banten.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
1. PDRB berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kemiskinan di Provinsi
Banten dengan tingkat keyakinan 95 persen hal ini ditandai dengan nilai
probabilitas (0,0102). Dengan nilai koefisien negatif (-0,552266) yang
berarti bahwa setiap kenaikan satu persen pada PDRB, maka kemiskinan
akan turun sebesar 0,552266 persen dengan asumsi variabel lain tetap, atau
ringkasnya apabila PDRB meningkat maka kemiskinan akan menurun.
2. Pendidikan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Banten hal ini
di tandai dengan nilai probabilitas (0,9924). Hal ini karena pendidikan
tamat SMP sudah menjadi hal yang biasa, sehingga tidak cukup hanya
berbekal Pendidikan tamat SMP saja orang dapat terhindar dari
kemiskinan.
Tetapi
harus
berpendidikan
tinggi
serta
memiliki
keterampilan yang memadai akan tetapi hal ini harus didukung oleh
tersedianya lapangan pekerjaan.
3. Pengangguran berpengaruh signifikan dan positif terhadap kemiskinan di
Provinsi Banten dengan tingkat keyakinan 95 persen hal ini di tandai
dengan nilai probabilitas (0,0006). Dengan nilai koefisien positif
(2,947913) yang berarti bahwa setiap kenaikan satu persen pada
Pengangguran, maka kemiskinan akan meningkat sebesar 2,947913 persen
dengan asumsi variabel lain tetap, atau ringkasnya apabila Pengangguran
meningkat maka kemiskinan akan meningkat.
94
4. Secara bersama-sama (Simultan) variabel PDRB, Pendidikan dan
Pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Banten pada
periode 2009-2012. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas F-statistic
sebesar 0,000070 yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba mengungkapkan beberapa implikasi
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk menekan tingkat kemiskinan, pemerintah daerah hendaknya
meningkatkan PDRB yang nantinya akan menurunkan angka kemiskinan
di daerahnya. Meningkatkan PDRB berarti meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu kunci untuk
mengurangi kemiskinan, karena pertumbuhan meningkatkan kebutuhan
akan tenaga kerja yang artinya terbukanya lapangan pekerjaan yang baru.
Dengan bekerja pendapatan meningkat yang artinya tingkat kesejahteraan
menigkat.
2. Kebijakan wajib belajar 9 tahun hendaknya ditingkatkan menjadi 12 tahun,
sehingga seluruh masyarakat mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari
pada pendidikan dasar, sehingga tingkat kemiskinan dapat diturunkan serta
memberikan jaminan pendidikan bagi orang miskin secara gratis minimal
sampai tingkatan SMA.
3. Pemerintah harus lebih menggalakkan pendidikan secara spesialisasi
bidang tertentu misalnya sekolah-sekolah kejuruan, kursus, dan pelatihan-
95
pelatihan, agar masyarakat memiliki keahlian pada suatu bidang untuk
ditekuni.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel-variabel
yang sekiranya berpengaruh terhadap kemiskinan, diharapkan penelitian
selanjutnya dapat lebih terfokus pada wilayah yang cakupannya lebih kecil
agar lebih dapat terfokus secara khusus disuatu wilayah yang ada di
Indonesia terutama daerah-daerah tertinggal.
96
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Predeep. Economic Growth and Poverty Reduction: Evidence from Kazakhstan.
Asian Developmen Review Vol 24. 2008.
Aiyedogbon, Jhon O. 2012. Poverty and youth Unemployment in Nigeria, 1987-2011
Department of Economics and Management Sciences Faculty of Social Sciences
Nigerian Defence Academy Kaduna, Vol.3 No.20.
Amalia, fitri. 2012, “Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, Dan Inflasi Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di Kawasan Timur Indonesia (KIT) peeriode 2001-2010” Econosains
Volume X, Nomor 2, Agustus 2012.
Badan Pusat Statistik. 2009 Banten Dalam Angka 2009. Jakarta: Badan Pusat Statistik
_________________. 2010 Banten Dalam Angka 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik
_________________. 2011 Banten Dalam Angka 2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik
_________________. 2012 Banten Dalam Angka 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik
_________________. 2012. Produk Domestik Regional Bruto Banten 2012. Jakarta:Badan
Pusat Statistik
Barnadib, Imam. 1995. ” pendidikan perbandingan buku dua (persekolahan dan
perkembangan masyarakat)”, yogyakarta : Andi offset.
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Damodar Gujarati , 2003, Basic Econometrics Fourth Edition, Penerbit United States
Military Academy, New York.
Deny Tisna A., 2008, Pengaruh Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan Pertumbuhan
Ekonomi, dan Pengangguran terhdap tingkat Kemiskinan di Indonesiatahun 20032004.UNDIP: Semarang.
Dian Octaviani, 2001, Inflasi, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia : Analisis Indeks
Forrester Greer & Horbecke, Media Ekonomi, Hal. 100118, Vol.7, No.8.
Hadi Sasana, 2006, Analisis Dampak Transfer Pemerintah Terhadap Kinerja Fiskal di
Kab/Kota di Provinsai Jateng Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 7, No. 2, Hal. 223-242
Hermanto S., Dwi W., 2006, Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan
Penduduk Miskin di Indonesia : Proses Pemerataan dan Pemiskinan, Direktur
Kajian Ekonomi, Institusi Pertanian Bogor.
Ihsan, Fuad. 2005. “Dasar-Dasar Kependidikan”. Jakarta: PT. Rineka Cipta
97
Indra Wiguna, Van., 2013, Analisis Pengaruh Pdrb, Pendidikan Dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010. Universitas
Brawijaya : Malang
Lincolin Arsyad, 1997, Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga, Penerbit BP STIE YKPN,
Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro, 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan, Edisi
Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rasidin S., Bonar S., 2009, Dampak Infestasi Sumberdaya Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia, Prisma, Hal. 17 - 31, No. 1.
Rukmana, Indra.2012. Pengaruh Dispanitas Pendapatan, Jumlah Penduduk, dan Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 1984 – 2009.
Saragih, Togar. Pengangguran, Pendidikan dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Teleskop STIE Y.A.I Volume 5 edisi 9. 2006.
Shochrul R. Ajija., Dyah W. Sari., Rahmat A. Setianto., dan Martha R. Primanti. 2011. “Cara
Cerdas Menguasai Eviews”. Jakarta: Salemba Empat.
Siregar, Hermanto dan Dwi Wahyuniarti. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor.
2008.
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Jawa Barat: Cv Alfabeta. 2008.
Sukirno, Sadono. 2004, Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Penerbit Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Galia
Indonesia. 2003.
Todaro, Michael P, 1994, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedua, Terjemahan
Haris Munandar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
_______________, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh,
Terjemahan Haris Munandar, Penerbit Erlangga, Jakarta.
UU, Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), BAB VI Pasal 14. Bandung: Citra Umbara.
Wasti Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar & Teori Pendidikan Dunia: Tantangan bagi
Para Pemimipin Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982: 9-11.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistik : EViews. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN. 2007.
98
Whisnu adi saputra, dan Drs.Y Bagio Mudakir,MSP ,2011 Analisis pengaruh jumlah penduduk,
PDRB, IPM, Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa
Tengah. UNDIP : Semarang
99
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Observasi
kabupaten / kota
kab.pandegelang
kab.lebak
kab.tanggerang
kab.serang
kota tanggerang
kota cilegon
kota serang
kota tanggerang
selatan
tahun
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
2009
2010
2011
2012
PDRB
Pendidikan pengangguran kemiskinan
8,302117011
13,65
10,98
12,01
8,371265278
15,11
11,34
11,40
8,422409873
16,81
11,32
9,80
8,477073034
17,62
9,30
9,27
8,26757732
12,20
13,42
10,63
8,331393593
11,99
13,35
10,38
8,386542218
13,01
12,10
9,20
8,435460223
13,03
9,07
8,62
9,76319622
19,84
15,86
6,55
9,828176549
22,77
14,01
7,18
9,889685237
21,62
14,42
6,42
9,949984136
23,67
11,46
5,71
8,832135309
19,35
14,45
5,80
8,872781545
17,48
16,19
6,34
8,927460086
22,00
13,29
5,63
8,977161636
19,86
12,96
5,28
10,22421143
20,04
15,57
6,42
10,28884859
21,69
14,09
6,88
10,35501212
23,38
12,89
6,14
10,41717637
21,01
8,31
5,55
9,695651245
21,21
18,26
4,14
9,747488499
21,26
19,84
4,46
9,810730062
20,45
13,14
3,98
9,876659374
23,30
11,31
3,81
7,892937544
17,75
17,55
6,19
7,967002844
17,34
17,11
7,03
8,042541979
16,36
13,84
6,25
8,11077563
17,79
10,80
5,69
8,506718523
8,590127618
8,669713400
8,748857141
16,77
17,68
18,75
19,48
8,17
8,22
11,98
8,07
2,35
1,67
1,50
1,33
100
LAMPIRAN 2
Output Pooled Least Square (PLS)
Dependent Variable: KEMISKINAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/18/14 Time: 09:40
Sample: 2009 2012
Included observations: 4
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 32
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PDRB?
PENDIDIKAN?
PENGANGGURAN?
-0.525778
0.117632
2.262009
0.108556
0.105477
0.157929
-4.843400
1.115236
14.32295
0.0000
0.2739
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.740436
0.722535
1.767699
90.61805
-62.06071
1.007303
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
18.57094
3.355861
4.066295
4.203707
4.111843
101
LAMPIRAN 3
Output Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: KEMISKINAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/18/14 Time: 09:41
Sample: 2009 2012
Included observations: 4
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 32
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PDRB?
PENDIDIKAN?
PENGANGGURAN?
Fixed Effects (Cross)
_KBPDGL--C
_KBLBK--C
_KBTGR--C
_KBSRG--C
_KOTGR--C
_KOCLG--C
_KOSRG--C
_KOTGRS--C
-61.43148
-0.513580
0.103272
9.073431
45.14359
0.460602
0.125281
4.709166
-1.360802
-1.115019
0.824320
1.926760
0.1880
0.2774
0.4190
0.0676
5.419295
1.926109
-4.156298
1.819518
-8.792755
-5.286088
7.823361
1.246858
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.925299
0.889728
1.114390
26.07915
-42.13244
26.01223
0.000000
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
18.57094
3.355861
3.320777
3.824624
3.487788
3.204468
102
LAMPIRAN 4
Output Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: KEMISKINAN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 04/23/14 Time: 20:21
Sample: 2009 2012
Included observations: 4
Cross-sections included: 8
Total pool (balanced) observations: 32
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PDRB?
PENDIDIKAN?
PENGANGGURAN?
Random Effects (Cross)
_KBPDGL--C
_KBLBK--C
_KBTGR--C
_KBSRG--C
_KOTGR--C
_KOCLG--C
_KOSRG--C
_KOTGRS--C
-4.547670
-0.552266
0.000867
2.947913
7.461127
0.200577
0.089770
0.764249
-0.609515
-2.753389
0.009658
3.857270
0.5471
0.0102
0.9924
0.0006
1.296703
-1.933445
0.907911
1.019627
-0.808541
-0.432388
1.534125
-1.583992
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
1.577609
1.114390
Rho
0.6671
0.3329
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.536104
0.486400
1.141133
10.78610
0.000070
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
6.184646
1.592296
36.46115
2.330442
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.728203
94.88864
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
18.57094
0.895477
103
LAMPIRAN 5
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: REM
Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F
Cross-section Chi-square
Statistic
6.945051
38.350808
d.f.
Prob.
(7,21)
7
0.0002
0.0000
104
LAMPIRAN 6
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: REM
Test cross-section random effects
Test Summary
Cross-section random
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
4.360007
3
0.2251
105
LAMPIRAN 7
Uji Normalitas
8
S eries : S tandardiz ed R es iduals
S am ple 2009 2012
O bs ervations 32
7
6
Mean
Median
Maxim um
Minim um
S td. D ev.
S kew nes s
K urtos is
5
4
3
6.33e-15
0.231230
3.869548
-5.235001
2.537071
-0.603021
2.532894
2
Jarque-B era
P robability
1
2.230299
0.327866
0
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
106
LAMPIRAN 8
Uji Heteroskedastisitas
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.536104
0.486400
1.141133
10.78610
0.000070
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
6.184646
1.592296
36.46115
2.330442
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.728203
94.88864
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
18.57094
0.895477
107
LAMPIRAN 9
Uji Autokorelasi
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
Idiosyncratic random
1.577609
1.114390
Rho
0.6671
0.3329
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.536104
0.486400
1.141133
10.78610
0.000070
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
6.184646
1.592296
36.46115
2.330442
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.728203
94.88864
Mean dependent var
Durbin-Watson stat
18.57094
0.895477
108
Download