UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK BIAYA TERHADAP PERHITUNGAN BAGI HASIL PRODUKSI: STUDI KASUS PADA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA LAPORAN MAGANG SHAFA TASYA KAMILA 1006663096 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2013! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK BIAYA TERHADAP PERHITUNGAN BAGI HASIL PRODUKSI: STUDI KASUS PADA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi SHAFA TASYA KAMILA 1006663096 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM SARJANA DEPARTEMEN AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2013 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, berkat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 Reguler Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis sadar bahwa tanpa mendapat bantuan dan dukungan dari berbagi pihak, akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: (1) Prof. Akhmad Syakroza, S.E., MAFIS, Ph.D yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan saran kepada penulis, bukan hanya mengenai kegiatan magang dan penulisan laporan magang, namun juga saran yang bermanfaat atas rencana akademis dan karir penulis di masa depan kelak. (2) Keluarga besar SKK Migas, terutama Ibu Desti Melanti, Mas Yudhistira, dan Mas Wisnu yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dengan penulis selama penulis melaksanakan magang. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bu Selvy, Mbak Dewi, Bu Donna, Bu Iif, Mbak Yani, Mas Pras, Mas Andre, Mas Febry, Mbak Ory, dan para pegawai SKK Migas lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, atas dukungannya demi kelancaran pelaksanaan magang dan penulisan laporan magang. (3) Para dosen penguji, yaitu Dr. Sylvia Veronica N. P. Siregar dan Dr. Vera Diyanti, S.E., M.M. yang telah memberikan banyak masukan dalam menyempurnakan laporan magang ini. (4) Orang tua tercinta, yaitu Drs. Gatot Permadi Joewono, S.E., M.M., CPA, dan Isverina Andriany, S.E. Terima kasih atas doa yang tulus, dukungan yang ikhlas, dan nasihat yang bermanfaat, yang selama ini diberikan kepada penulis dalam menghadapi segala tantangan dalam kehidupan. Semoga penulis selalu bisa membanggakan dan membahagiakan mereka. ! "!! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (5) Kakak-kakak tersayang, yaitu Muhammad Fatha Permana, S.E., S.H., M.Ak. dan Dhenia Lizariany Hafsha, S.Sos. atas dukungan dan semangat yang diberikan. (6) Randi Wardhana Bachtiar, S.T. yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam penulisan laporan magang ini. Terima kasih atas segala informasi yang diberikan mengenai kegiatan usaha migas, bantuan dan saran dalam penulisan laporan magang, serta motivasi untuk menyelesaikan laporan magang ini lebih cepat daripada batas akhirnya. (7) Seluruh staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia beserta para asisten dosen atas ilmu yang diberikan kepada penulis selama kuliah di FE UI. (8) Karyawan Departemen Akuntansi, khususnya para staf sekretariat. Juga kepada staf biro pendidikan FE UI, dan seluruh sivitas akademik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia atas segala jasa yang diberikan kepada penulis baik dalam proses penulisan laporan magang maupun selama penulis kuliah di FE UI. (9) Puti Alaia Djamaluddin, sahabat penulis sejak masa sekolah hingga berjuang bersama di FE UI, yang telah berbuat banyak untuk mendukung kelancaran perkuliahan penulis di FE UI. (10) Sahabat seperjuangan di FE UI: Brena, Anin, Raina, Chacha, Gathrie, Afi, Ilin, Uti, Toga, Irfan, Ninda, Asti, Delia, Riri, Ceryl, Dinda, Ivan, Djaffri, Raka, Rio, Ganesha, Rizky, Danta, beserta teman-teman FE UI angkatan 2010 lainnya. (11) Sahabat-sahabat penulis dari SMP dan SMA Al-Izhar yang selalu memberikan motivasi dan selalu dapat menghibur penulis. (12) Management team Tasya PR dan Sony Music Entertainment Indonesia atas upaya yang dilakukan untuk melancarkan kegiatan perkuliahan dan kegiatan magang penulis. ! "#! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan melipat gandakan segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan bagi para pembaca. Depok, 27 Desember 2013 Penulis ! "##! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Shafa Tasya Kamila : Strata 1 – Akuntansi : Pengaruh Perlakuan Akuntansi untuk Biaya terhadap Perhitungan Bagi Hasil Produksi: Studi Kasus pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia Laporan magang ini membahas bagaimana perlakuan akuntansi yang berbeda dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia akan mempengaruhi jumlah biaya yang dikembalikan pemerintah kepada kontraktor dalam bentuk cost recovery, dan berdampak pada perhitungan bagi hasil produksi antara pemerintah dan kontraktor. Hasil analisis menunjukkan bahwa cost recovery tahun berjalan yang biayanya diakui dengan perlakuan akuntansi Production Sharing Contract (PSC) akan menghasilkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perlakuan akuntansi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Penerimaan bagian pemerintah pada bagi hasil produksi akan lebih kecil ketika biaya operasi kontraktor diakui dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSC dibandingkan dengan menggunakan PSAK. Kata kunci: Minyak dan gas bumi, akuntansi perminyakan, Production Sharing Contract, cost recovery, SKK Migas ! #$! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ABSTRACT Name : Shafa Tasya Kamila Study Program : Bachelor Degree – Accounting Title : The Effects of Accounting Treatment for Costs on Production Sharing Calculation: A Case Study in the Upstream Oil and Gas Activities in Indonesia. This internship report analyzes how accounting treatment difference in oil and gas upstream activities in Indonesia will affect the amount of cost recovery given to contractor by the government. Furthermore, it has an impact on the calculation of production sharing between the government and the contractor. Current year cost recovery, of which costs are treated based on Production Sharing Contract (PSC) accounting, will result in a greater amount than when treated based on Statement of Financial Accounting Standards (SFAS). Government’s take on the production sharing will be lesser when contractor’s operating costs are treated with PSC accounting than with SFAS. Keywords: Oil and gas, petroleum accounting, Production Sharing Contract, cost recovery, SKK Migas ! ! ! $!! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 DAFTAR ISI ! HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ viii ABSTRAK ............................................................................................................. ix ABSTRACT ............................................................................................................ x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii 1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................... 4 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ..................................................... 5 1.5 Kegiatan Magang .......................................................................................... 5 1.6 Metode Penulisan .......................................................................................... 8 1.7 Sistematika Penulisan.................................................................................... 8 2. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 10 2.1 Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ............................................. 10 2.1.1 Definisi Minyak dan Gas Bumi............................................................ 11 2.1.2 Pengertian Kegiatan Hulu Migas ......................................................... 13 2.1.3 Proses Bisnis Hulu Migas .................................................................... 14 2.1.4 Organisasi yang Berperan dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ............................................................................................. 22 2.2 Sistem Kontrak dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas ................................... 25 2.2.1 Jenis Kontrak dalam Industri Migas .................................................... 26 2.2.2 Production Sharing Contract (PSC) di Indonesia................................. 29 2.3 Jenis Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas.......................................... 37 ! $#! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 2.3.1 Jenis Biaya Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ............................................................................................................. 37 2.3.2 Jenis Biaya Menurut Production Sharing Contract “Exhibit C” (Akuntansi PSC) .................................................................................. 41 2.3.3 Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi (PP No. 79 Tahun 2010) ....................................................... 45 2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas ...... 49 2.4.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) .............................. 49 2.4.2 Prosedur Akuntansi dalam Production Sharing Contract “Exhibit C” (Akuntansi PSC) .................................................................................. 58 2.5 Perhitungan Bagi Hasil Produksi ................................................................ 61 2.5.1 Komponen dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi ............................ 61 2.5.2 Alur Perhitungan Bagi Hasil Produksi ................................................. 67 3. GAMBARAN UMUM INSTITUSI ............................................................... 71 3.1 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)...................................................................................... 71 3.1.1 Deskripsi Institusi dan Sejarah Berdirinya ........................................... 71 3.1.2 Visi, Misi, dan Prinsip Kelembagaan .................................................. 73 3.1.3 Susunan Organisasi .............................................................................. 74 3.1.4 Kegiatan Usaha Institusi ...................................................................... 75 3.2 XXX, Ltd..................................................................................................... 78 3.2.1 Deskripsi Perusahaan ........................................................................... 78 3.2.2 Susunan Organisasi .............................................................................. 79 3.2.3 Kegiatan Usaha Perusahaan ................................................................. 81 4. PEMBAHASAN .............................................................................................. 83 4.1 Biaya Operasional yang Dikembalikan Pemerintah (Cost Recovery) untuk Kontraktor.................................................................................................... 83 4.1.1 Mekanisme Pelaporan Realisasi Anggaran Biaya Operasional Kontraktor ............................................................................................ 83 4.1.2 Jenis Biaya Operasi yang dikembalikan Pemerintah Kepada Kontraktor (XXX, Ltd.) ......................................................................................... 86 4.2 Perbedaan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya antara Akuntansi Production Sharing Contract (PSC) “Exhibit C” dengan Pernyataan Standar Auntansi Keuangan (PSAK) ....................................................................................... 90 4.3 Perbandingan Jumlah Cost Recovery Kontraktor (XXX, Ltd.) pada Tahun Berjalan dengan Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC dan PSAK....... 97 4.3.1 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Akuntansi PSC ..................................................................................... 98 ! $##! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 4.3.2 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai PSAK – Successful Efforts................................................................. 104 4.3.3 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai PSAK – Full Costing ......................................................................... 109 4.4 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) ........................................................................................................... 114 4.4.1 Informasi yang digunakan dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi . 114 4.4.2 Perhitungan Bagi Hasil Produksi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC .................................................................. 115 4.4.3 Perhitungan Bagi Hasil Produksi Minyak Bumi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Successful Efforts ...... 118 4.4.4 Perhitungan Bagi Hasil Produksi Minyak Bumi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Full Costing ............... 120 4.5 Hasil Analisis ............................................................................................ 121 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 127 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 127 5.2 Keterbatasan Penulisan .............................................................................. 129 5.3 Saran .......................................................................................................... 129 DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 131 ! ! ! $###! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 DAFTAR GAMBAR ! Gambar 2.1 Proses bisnis hulu migas ................................................................... 15 Gambar 2.2 Tahapan dalam kegiatan hulu migas ................................................. 16 Gambar 2.3 Klasifikasi kontrak di industri hulu migas ........................................ 26 Gambar 2.4 Kronologi kontrak migas di Indonesia .............................................. 30 Gambar 2.5 Ilustrasi alur bagi hasil produksi antara pemerintah dan kontraktor . 68 Gambar 3.1 Susunan organisasi SKK Migas ........................................................ 74 Gambar 3.2 Susunan organisasi Deputi Pengendalian Keuangan ........................ 75 Gambar 3.3 Susunan organisasi XXX, Ltd. .......................................................... 80 Gambar 3.4 Susunan organisasi Departemen Finance and Support Service XXX, Ltd. ..................................................................................................... 80 ! $#"! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rangkuman Paket Insentif PSC Generasi III ........................................ 35 Tabel 2.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dengan Metode Successful Efforts (SE) dan Full Costing (FC) sesuai PSAK 29 .......... 51 Tabel 2.3 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas Sesuai dengan SAK Pengganti PSAK No. 29 (1994) ............... 57 Tabel 2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas Sesuai Prosedur Akuntansi PSC “Exhibit C” ............................ 59 Tabel 2.5 Jenis Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Klasifikasinya .... 60 Tabel 2.6 Perhitungan Split Sebelum Pajak (grossed-up split) untuk Minyak Bumi antara SKK Migas dan Kontraktor ....................................................... 65 Tabel 2.7 Perhitungan dalam Ilustrasi Alur Bagi Hasil Produksi ......................... 69 Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 .............................. 86 Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan)......... 87 Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan)......... 88 Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan)......... 89 Tabel 4.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya antara Akuntansi PSC “Exhibit C”, Metode Successful Efforts (SE) dalam PSAK 29, Metode Full Costing (FC) dalam PSAK 29, dan Perlakuan Akuntansi yang Mengacu pada SAK Pengganti PSAK 29............................................. 91 Tabel 4.3 Perbandingan perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional XXX, Ltd. dengan Mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C”, PSAK Metode Successful Efforts (SE), dan PSAK metode Full Costing (FC) ............ 94 Tabel 4.4 Pengelompokan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai Akuntansi PSC 99 Tabel 4.5 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Akuntansi PSC “Exhibit C” ................................................................ 104 Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 ...................... 105 Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) 106 Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) 107 Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK metode Successful Efforts (SE) yang mengacu pada PSAK 29 (sambungan) 108 Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) 109 Tabel 4.7 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Metode Successful Efforts yang Mengacu pada PSAK 29 ................. 109 Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 ............................................................................................. 110 Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) ....................................................................... 111 ! $"! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) ....................................................................... 112 Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) ....................................................................... 113 Tabel 4.9 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi sesuai Metode Full Costing yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 ............................................................................................. 114 Tabel 4.10 Komponen Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC ... 116 Tabel 4.11 Perhitungan Bagi Hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC ............................................................................................................ 117 Tabel 4.12 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Successful Efforts ............................................................................. 119 Tabel 4.13 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Full Costing ..................................................................................... 120 Tabel 4.14 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional Kontraktor ........................................................................................... 124 Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah cost recovery Tahun 2X12 dengan Menggunakan Perlakuan Akuntansi yang Berbeda ............................ 125 Tabel 4.16 Perbandingan Penerimaan Bagian Pemerintah dan Penerimaan Bagian Kontraktor dalam Bagi Hasil Produksi ............................................... 126 ! $"#! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 DAFTAR LAMPIRAN ! Lampiran 1 : Daftar penggunaan termonilogi kunci oleh negara yang mengaplikasikan Production Sharing Contract ! $"##! ! Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharui, namun selalu dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Sumber daya alam yang merupakan rangkaian dari karbon dan hidrogen ini, tidak hanya diolah menjadi bahan bakar, namun juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat produk-produk seperti pasta gigi, obat-obatan, lilin, dan bahkan komputer. Untuk itulah mengapa sumber daya alam migas menjadi sangat berharga. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan migas. Indonesia telah aktif berperan dalam sektor migas selama lebih dari 125 tahun, semenjak pertama kali ditemukannya cadangan migas di Sumatera Utara pada tahun 1885, dan terus berlanjut menjadi pemain yang signifikan dalam industri migas internasional (PricewaterhouseCoopers, 2012). Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), terdapat 308 wilayah kerja untuk kegiatan usaha hulu migas di tahun 2012. Untuk cadangan minyak bumi, Indonesia menduduki peringkat ke 27 dari seluruh produsen minyak dunia (BP Statistical Review, 2012). Hingga tahun 2013, Indonesia memiliki cadangan migas sekitar 4 miliar barel (Dharmasaputra, 2013). Penyelenggaraan kegiatan sektor migas di Indonesia, sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, terbagi dalam dua bagian, yaitu kegiatan hulu migas dan kegiatan hilir migas (Pudyantoro, 2012). Kegiatan hulu migas diawali dengan kegiatan eksplorasi, yaitu mencari cadangan migas, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan eksploitasi ketika cadangan migas berhasil ditemukan, yaitu mengangkat minyak dan gas dari dalam perut bumi dan menjualnya. Sedangkan kegiatan hilir migas meliputi kegiatan pengelolaan minyak dan gas bumi, menyimpan, mendistribusikan, dan memperdagangkannya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, sumber daya alam migas dikuasai oleh negara. Untuk itu, pemerintah 1 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 2 ! ! tidak memberikan kepemilikan atau kuasa atas sumber daya alam migas yang berada dalam perut bumi kepada kontraktor atau perusahaan minyak yang akan melakukan kegiatan usaha hulu migas. Pemerintah sebagai pemilik sumber daya alam migas akan melakukan kontrak kerja sama dengan kontraktor untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam tersebut untuk kepentingan negara (OpenOil, 2012). Selain itu, pemerintah memberikan kewenangan1 kepada SKK Migas melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2013, untuk melakukan pengendalian dan pengawasan agar sumber daya alam tersebut dapat memberikan mafaat yang optimal bagi masyarakat. Jadi, para kontraktor akan melapor kepada SKK Migas atas segala kegiatan bisnis hulu migas yang dilakukannya. Bentuk kerja sama antara pemerintah, dalam hal ini direpresentasikan oleh SKK Migas, dengan kontraktor menggunakan pola Kontrak Kerja Sama Bagi Produksi (Undang-Undang No. 22, 2001). Kontrak Kerja Sama Bagi Produksi ini dapat juga disebut dengan Production Sharing Contract (PSC). Dalam kontrak tersebut, akan diatur proporsi bagi hasil produksi migas untuk pemerintah dan juga untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Menurut Lubiantara (2012), karakteristik sistem PSC adalah KKKS akan menanggung semua risiko dan biaya eksplorasi, pengembangan, dan produksi. Kemudian, apabila KKKS berhasil menemukan migas yang komersial dan mampu mengangkatknya ke permukaan bumi hingga siap dijual, maka kontraktor akan mendapatkan pengembalian biaya dari hasil produksi (Lubiantara, 2012). Mekanisme pengembalian biaya ini disebut dengan cost recovery. Segala jenis biaya yang dikembalikan pemerintah kepada KKKS diatur dalam kontrak PSC “Exhibit C” dan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! "!Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah membentuk Badan Pelaksana untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha hulu migas. Fungsi pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha migas tersebut dilakukan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) berdasarkan PP No. 42 Tahun 2002. Pada 13 November 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Amar Putusan Nomor 36/PUU-X/2012 yang berimplikasi pada dialihkannya tugas BPMIGAS kepada Pemerintah cq. Kementrian terkait. Pada akhirnya, dibentuklah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melalui Perpres No. 9 Tahun 2013 untuk menyelenggarakan pengelolaan kegiatan usaha hulu migas, sampai diterbitkannya undang-undang baru di bidang minyak dan gas bumi. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 3 ! ! Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Biaya yang dikembalikan pemerintah, atau yang disebut dengan cost recovery, merupakan salah satu komponen perhitungan bagi hasil produksi dalam kegiatan hulu migas antara pemerintah dengan KKKS. Biaya yang akan digantikan pemerintah ini akan berdampak pada penerimaan bagian pemerintah maupun kontraktor dalam konteks bagi hasil produksi bisnis hulu migas. Dalam kontrak PSC, tertuang aturan perlakuan akuntansi untuk segala transaksi yang kontraktor lakukan dalam menjalankan kegiatan hulu migas, yang disebut dengan akuntansi PSC. Tujuan akhir dari penggunaan akuntansi PSC adalah laporan pembagian migas untuk masing-masing pihak (Pudyantoro, 2012). KKKS menggunakan akuntansi PSC dalam menyusun laporan status keuangan kuartalan yang khusus ditujukan kepada SKK Migas untuk melaporkan bagi hasil migas bagi masing-masing pihak. Sebagaimana yang tertera dalam PSC “Exhibit C”, akuntansi PSC mengatur bagaimana metode pembebanan dan pengakuan biaya yang dapat diakui sebagai bagian dari cost recovery. Perusahaan atau kontraktor hulu migas juga melakuan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya, untuk menghasilkan laporan keuangan yang informatif bagi para pemangku kepentingannya. Laporan keuangan ini disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan standar akuntansi yang digunakan di Indonesia. Menurut Pudyantoro (2012), “Hal yang unik, dan membedakan bisnis hulu migas dengan bisnis lainnya adalah tipe dan jenis biaya” (p.184). Metode perlakuan akuntansi untuk biaya menurut PSAK dan akuntansi PSC pun memiliki perbedaan-perbedaan. Hal yang membedakan perlakuan akuntansi untuk biaya antara akuntansi PSC dengan PSAK berpusat pada biaya apa yang akan dikapitalisasi dan biaya apa yang akan langsung dibebankan pada tahun berjalan. Berdasarkan uraian di atas, dalam melakukan kegiatan magang, penulis tertarik untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana perbedaan metode perlakuan akuntansi antara PSC dengan PSAK untuk biaya yang dikembalikan pemerintah ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 4 ! ! kepada KKKS (cost recovery) dapat mempengaruhi perhitungan bagi hasil produksi. 1.2 Perumusan Masalah Pemerintah akan menggantikan biaya yang telah dikeluarkan kontraktor dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi apabila kontraktor sudah menghasilkan produksi minyak dan gas. Biaya yang digantikan pemerintah ini disebut dengan cost recovery. Perbedaan perlakuan akuntansi antara akuntansi PSC dan PSAK untuk biaya yang termasuk dalam komponen cost recovery akan menentukan besaran cost recovery pada tahun berjalan. Jumlah cost recovery tahun berjalan akan mempengaruhi besaran penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor dalam perhitungan bagi hasil produksi. Dengan demikian, beberapa masalah pokok dalam laporan magang ini adalah: 1. Perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan hulu migas antara akuntansi PSC di Indonesia dengan PSAK? 2. Berapa jumlah biaya operasional yang dikembalikan oleh pemerintah kepada kontraktor (XXX, Ltd.) pada tahun berjalan apabila perlakuan akuntansinya menggunakan akuntansi PSC dibandingkan dengan menggunakan PSAK? 3. Bagaimana perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya berdampak pada penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor (XXX, Ltd.) dalam perhitungan bagi hasil produksi? Oleh karena itu, dalam laporan magang ini akan dibahas bagaimana perlakuan akuntansi yang berbeda, yaitu sesuai akuntansi PSC dan PSAK, akan mempengaruhi jumlah biaya yang dikembalikan pemerintah sesuai PP Nomor 79 Tahun 2010 serta dampaknya pada penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor (XXX, Ltd.) dalam perhitungan bagi hasil produksi. 1.3 Tujuan Pembahasan Penulisan laporan magang ini memiliki beberapa tujuan, antara lain: ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 5 ! ! 1. Mengetahui perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan usaha hulu migas yang mengacu pada akuntansi PSC dengan PSAK. 2. Membandingkan besarnya biaya operasional kegiatan hulu migas kontraktor (XXX, Ltd.) yang dapat dikembalikan oleh pemerintah (cost recovery) pada tahun berjalan dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSC dan dengan menggunakan PSAK. 3. Menganalisis besarnya penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor (XXX, Ltd.) dalam perhitungan bagi hasil produksi setelah biaya operasionalnya diakui dengan perlakuan akuntansi yang berbeda. !! 1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Pada pelaksanaan program magang ini, penulis melaksanakan kegiatan magang di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang bertempatkan di Gedung Wisma Mulia Lantai 33, Jalan Gatot Subroto No. 42, Jakarta, 12710. Program magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu sejak 22 Juli 2013 hingga 18 Oktober 2013. Penulis ditempatkan pada Dinas Akuntansi Umum - Divisi Akuntansi SKK Migas. Divisi Akuntansi memiliki fungsi untuk menetapkan kebijakan akuntansi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), menyelenggarakan akuntansi pendapatan negara, menetapkan nominasi lifting dan entitlement, menyusun analisis, evaluasi dan konsolidasi laporan KKKS, menginventarisasi, memonitor, dan menyusun konsolidasi aset KKKS, dan mengkoordinasikan penyusunan laporan satuan kerja penghitungan penerimaan negara bersama instansi terkait. Sedangkan Dinas Akuntansi Umum memiliki tugas memutuskan cost recovery outlook, memutuskan akuntansi utang piutang, memutuskan hasil evaluasi Financial Quarterly Report, memutuskan perhitungan dan surat tagihan final over atau under lifting minyak dan gas KKKS, memutuskan laporan keuangan gabungan KKKS, dan memutuskan kebijakan akuntansi KKKS. ! 1.5 Kegiatan Magang Dalam melaksanakan program magang di SKK Migas, penulis ditempatkan sebagai staf magang pada Dinas Akuntansi Umum. Dinas Akuntansi Umum ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 6 ! ! menangani tinjauan atas laporan status keuangan kuartalan (Financial Quarterly Report/FQR) yang meliputi 246 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang berada dalam tahap eksplorasi dan 85 KKKS yang telah berproduksi. Selama kegiatan magang berjalan, penulis berada di bawah bimbingan Kepala Dinas Akuntansi Umum. Penulis ditugaskan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Membantu melakukan rekonsiliasi data KKKS dengan data SKK Migas yang termasuk dalam komponen Laporan Keuangan Kuartalan (Financial Quarterly Report), yang terdiri dari lifting, cost recovery dan perhitungan bagi hasil. Financial Quarterly Report (FQR) merupakan laporan yang menyajikan ringkasan kinerja keuangan dan operasi KKKS untuk kurun waktu tiga bulan, yang bertujuan untuk melaporkan realisasi anggaran yang telah disetujui SKK Migas dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas (SKK Migas, n.d.). FQR disiapkan oleh KKKS, sehingga laporan yang disajikan harus sesuai dengan datadata yang telah didokumentasikan dan disetujui oleh SKK Migas. Untuk itulah diperlukan rekonsiliasi data KKKS dengan data SKK Migas yang disajikan dalam FQR. Dalam melakukan rekonsiliasi data yang disajikan dalam FQR, penulis ditugaskan untuk: (a) Memastikan bahwa nilai minyak dan gas bumi di titik penjualan (lifting) yang dilaporkan KKKS dalam FQR sesuai dengan data A01-A04 (Laporan Pengiriman Minyak dan Gas Bumi) SKK Migas. (b) Memastikan bahwa nilai produksi minyak dan gas bumi yang dilaporkan KKKS dalam FQR sesuai dengan data Sistem Informasi Operasi (SIO) SKK Migas yang berisi data produksi dan ending inventory minyak dan gas bumi. (c) Memastikan bahwa nilai Domestic Market Obligation (DMO) adjustment yang dilaporkan pada FQR sesuai dengan yang ditagihkan oleh KKKS dalam data A05 (Laporan DMO). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 7 ! ! (d) Memastikan bahwa realisasi biaya proyek yang dilaporkan dalam FQR tidak melebihi persetujuan yang dikeluarkan oleh SKK Migas. (e) Memastikan bahwa format data-data keuangan yang dilaporkan dalam FQR telah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam Financial Budget and Reporting Procedures Manual of Production Sharing Contract. 2. Membantu melakukan analisis varians biaya operasi terhadap persetujuan anggaran dalam Financial Quarterly Report. Dalam hal ini penulis ditugaskan untuk meninjau apakah nilai realisasi komponen biaya operasi dalam FQR telah sesuai dengan anggaran dalam Work Planning and Budgeting (WP&B) yang telah disetujui oleh SKK Migas. Ketika realisasi biaya tidak sesuai dengan anggaran, maka SKK Migas akan meminta konfirmasi dan penjelasan KKKS mengenai ketidaksesuaian tersebut. 3. Membantu menyiapkan draft Cost Recovery Outlook. Cost Recovery Outlook merupakan laporan prediksi biaya operasi KKKS yang akan terealisasi dalam suatu kuartal pada tahun berjalan. Dalam hal ini, penulis ditugaskan untuk membantu membuat rekapitulasi Cost Recovery Outlook seluruh KKKS dan memeriksa apakah format penyajian dan perhitungannya sesuai dengan apa yang telah ditentukan SKK Migas. 4. Membantu menghitung final entitlement dalam rangka menyiapkan tagihan over/under lifting yang diperhitungkan pada akhir tahun berjalan. Entitlement merupakan hak SKK Migas (pemerintah) dan kontraktor atas produksi minyak dan gas yang terjual (lifting). Untuk menghitung final entitlement, yang penulis lakukan adalah menghitung besaran First Tranche Petroleum (FTP) dan equity share bagian kontraktor berdasarkan realisasi lifting tahun berjalan dan verifikasi cost recovery yang dibebankan oleh kontraktor pada tahun berjalan. Kemudian, penulis juga menghitung Domestic Market Obligation (DMO) sebagai pengurang final entitlement bagian kontraktor untuk tahun berjalan. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 8 ! ! Hasil perhitungan final entitlement akan dibandingkan dengan lifting aktual bagian kontraktor untuk menentukan besaran over/under lifting pada tahun berjalan. ! 1.6 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan magang ini adalah (1) studi literatur yang berhubungan dengan kegiatan usaha hulu migas, Production Sharing Contract, jenis biaya dalam kegiatan usaha hulu migas, perlakukan akuntansi dalam kegiatan usaha hulu migas, dan perhitungan bagi hasil produksi, (2) mengumpulkan dan mengkaji data sekunder yang mendukung analisis perlakuan akuntansi untuk biaya dan perhitungan bagi hasil produksi dalam kegiatan usaha hulu migas, (3) wawancara sebagai pendukung analisis. ! 1.7 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca memahami pembahasan laporan magang ini, maka sistematika penulisan laporan magang ini disusun dalam lima bab yang mengandung urut-urutan dan penjelasan mengenai bab-bab tersebut, yaitu: Bab 1 Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, waktu dan tempat pelaksanaan magang, kegiatan magang, metode penulisan, dan sistematika penulisan laporan magang. Bab 2 Landasan Teori Merupakan bab yang memuat landasan teori yang mendasari dan menunjang masalah, yang meliputi konsep kegiatan bisnis hulu migas, konsep Production Sharing Contract, konsep mengenai biaya dalam kegiatan hulu migas dan perlakuan akuntansinya, dan konsep perhitungan bagi hasil migas antara kontraktor dengan pemerintah dalam industri hulu migas. Bab 3 Gambaran Umum Insititusi Bab ini membahas gambaran umum institusi di mana penulis melakukan kegiatan magang, serta gambaran umum salah satu kontraktor yang menjadi mitra institusi tersebut. Penulis akan menguraikan deskripsi institusi, susunan organisasi, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh institusi tersebut. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 9 ! ! Bab 4 Pembahasan Bab ini membahas hasil pelaksanaan kegiatan magang. Dalam bab ini, penulis akan mengungkapkan jenis biaya dalam kegiatan hulu migas yang dikeluarkan salah satu kontraktor yang menjadi mitra SKK Migas, membandingkan penerapan akuntansi PSC dan PSAK dalam menentukan jumlah biaya yang dapat dikembalikan pemerintah kepada kontraktor pada tahun berjalan dengan menggunakan perlakuan akuntansi yang berbeda, serta membandingkan bagaimana hasil perhitungan bagi hasil produksi dengan menerapkan kedua standar tersebut. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Merupakan bab yang memuat kesimpulan atas pembahasan yang didapat dari hasil pelaksanaan kegiatan magang, dan saran yang ditujukan kepada pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan hulu migas di Indonesia, yang dalam hal ini direpresentasikan oleh SKK Migas. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Aktivitas dalam sektor hulu migas diatur dalam UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Peraturan pelaksanaannya tertuang, di antaranya, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, beserta amandemennya yaitu PP No. 34 Tahun 2005 dan PP No. 55 Tahun 2009 (PricewaterhouseCoopers, 2012). Bab III Pasal 4 UU No. 22 Tahun 2001 menyebutkan bahwa: 1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang terkandung di dalam Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara. 2) Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan. 3) Pemerintah sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 23, yaitu suatu badan yang dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu di Bidang Minyak dan Gas Bumi. Dari penjelasan dalam Undang-Undang tersebut, dapat diketahui bahwa penguasaan sumber daya migas oleh negara yang penyelenggaraannya dilakukan pemerintah dalam dua kegiatan, yaitu pembinaan dan pengawasan (Pudyantoro, 2012). Sesuai dengan PP No. 35 Tahun 2004, pembinaan dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) cq. Dirjen Migas, sementara pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Aktivitas dari BPMIGAS, yang sebelumnya diatur dalam PP No. 42 Tahun 2002 Tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, telah dialihkan ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK 10 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 11 ! ! Migas) melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 9 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dalam UU No. 22 Tahun 2001 pasal 6 ditetapkan bahwa kegiatan hulu migas dikendalikan melalui kontrak kerjasama anatara Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dan Badan Pelaksana. Sesuai dengan Perpres No. 9 Tahun 2013 pasal 2, SKK Migas merupakan Badan Pelaksana yang melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan kegiatan hulu migas. SKK Migas bertugas untuk mengawasi agar Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan operasional KKKS dilaksanakan sesuai dengan kontrak kerjasama. Pekerjaan dan tugas pengawasan yang dilakukan oleh SKK Migas dan Kementerian ESDM datur dengan lebih spesifik dalam PP No. 35 Tahun 2004 dan ketentuan turunannya. Kementerian ESDM berwenang untuk mengeluarkan aturan turunan dan aturan pelaksanaan yang dimaksudkan untuk memperinci Undang-Undang lebih lanjut sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten sesuai maksud dan tujuan dari aturan tersebut. Sedangkan dalam melakukan pengendalian dan pengawasan kegiatan hulu migas, Kepala SKK Migas dapat mengeluarkan Keputusan SKK Migas, Peraturan Tata Kerja, atau surat edaran. Selain itu, SKK Migas juga diperkenankan untuk mengeluarkan aturan yang mengatur tata kelola KKKS dalam rangka pelaksanaan kontrak. Sebelum membahas lebih dalam mengenai kegiatan usaha hulu migas, akan dibahas terlebih dahulu mengenai definisi dan pengertian yang berhubungan dengan minyak dan gas bumi serta kegiatan hulu migas. 2.1.1 Definisi Minyak dan Gas Bumi Definisi minyak bumi dalam Pasal 1 Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah: Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 12 ! ! hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. Menurut Energy Information Administration United States Department of Energy, minyak mentah merupakan campuran hidrokarbon yang terdapat dalam fasa cair pada reservoir bawah tanah alami dan tetap cair pada tekanan atmosfer setelah melewati fasilitas pemisah di permukaan. Sanusi (2004) menyebutkan, “Minyak bumi ialah senyawa hidrokarbon yang terbentuk di alam berupa fase cair dalam reservoir dan tetap cair pada tekanan atmosfer sesudah melalui proses pemisahan di permukaan” (p. 55). Sementara itu, definisi gas bumi dalam Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2001 adalah: Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari pro ses penambangan Minyak dan Gas Bumi. Sanusi (2004) menyebutkan, “Gas bumi ialah semua jenis hidrokarbon yang komponen terpentingnya yakni metana, etana, propan, butan, pentane, dan heksana” (p. 57). Jenis-jenis dari gas bumi meliputi associated gas, yakni yang terdapat bersama-sama dengan minyak di dalam reservoir tidak mengandung minyak dalam jumlah yang berarti, dan non associated gas, yang merupakan gas bumi di dalam reservoir tidak mengandung minyak dalam jumlah yang berarti (Sanusi, 2004). Minyak dan gas bumi (migas) merupakan sumber daya alam yang terdiri dari rangkaian karbon dan hidrogen (hidrokarbon) yang terbentuk dari kompresi bahan organik selama jutaan tahun (OpenOil, 2012). Menurut Ikatan Ahli Geologi Indonesia (1980) dalam Sanusi (2004), sumber daya hidrokarbon merupakan Undiscovered reserves yang diharapkan dapat diperoleh dari suatu cekungan atau sub cekungan dengan menggunakan analogi data geologi, faktor-faktor teknik reservoir, terutama batuan induk, batuan waduk, dan the role of traps dari cekungan atau sub cekungan terdekat yang telah terbukti ditemukan hidrokarbon. Menurut Sanusi (2004), yang disebut dengan cadangan migas adalah jumlah minyak dan gas bumi yang terdapat di dalam suatu reservoir berupa ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 13 ! ! batuan yang dapat diklasifikasikan sebagai cadangan terbukti (proven reserve) dan cadangan potensial (potential reserve). Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam berupa hidrokarbon yang tertampung dalam reservoir berbentuk batuan yang terletak di bawah permukaan bumi. Sehingga, untuk mendeteksi keberadaannya dan mengangkatnya ke atas permukaan bumi diperlukan teknologi dan keahlian khusus. 2.1.2 Pengertian Kegiatan Hulu Migas Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan bahwa penyelenggaraan kegiatan sektor migas dibagi dalam dua bagian, yaitu kegiatan hulu migas (upstream) dan kegiatan hilir migas (downstream). Jika bisnis hilir migas berintikan degan kegiatan pengelolaan minyak mentah dan gas bumi, serta menyimpan, mendistribusikan, dan memperdagangkannya (Pudyantoro, 2012), maka bisnis hulu migas merupakan tahapan sebelum bisnis hilir migas dilakukan. Bisnis hulu migas memiliki dua kegiatan utama, yaitu melakukan eksplorasi (exploration) yang bertujuan untuk menemukan cadangan migas, dan kegiatan ekploitasi (exploitation, atau yang sering disebut production), yaitu kegiatan untuk menggali dan mengangkat minyak mentah dan gas bumi dari dalam perut bumi dan kemudian diporses menghasilkan minyak mentah dan gas bumi yang siap dijual (Pudyantoro, 2012). Menurut Lubiantara (2012), beberapa faktor yang membuat kegiatan hulu migas berbeda dari kegiatan dalam industri lainnya meliputi: A) Lamanya waktu antara saat terjadinya pengeluaran dengan pendapatan, B) Keputusan yang dibuat berdasarkan risiko dan ketidakpastian yang tinggi dan menggunakan teknologi canggih, C) Sektor ini memerlukan investasi biaya kapital yang relatif besar, D) Dibalik risiko yang tinggi, industri migas juga menjanjikan keuntungan yang sangat besar. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 14 ! ! Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994)2, yang membuat kegiatan industri migas berbeda dengan industri lainnya adalah karena kegiatan pencarian minyak dan gas bumi merupakan kegiatan untung-untungan (gambling). Hal ini disebabkan karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat dengan biaya yang besar, tidak ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan minyak. Karena faktor-faktor tersebutlah banyak negara, khususnya negara berkembang, memerlukan investor asing untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis hulu migas (Lubiantara, 2012). Bisnis ini juga bergantung pada jasa dari perusahaan kontraktor yang memberikan layanan teknis khusus untuk industri migas, mulai dari survei geofisika, pengeboran dan penyemenan, hingga jasa lainnya yang dapat mendukung operasi (eTech International, n.d.). Pada intinya kegiatan ini mencakup kegiatan eksplorasi (pencarian) dan eksploitasi (produksi) minyak dan gas bumi. Ketika ditemukan cadangan migas pada saat proses eksplorasi, maka tahapan berikutnya adalah pengembangan cadangan tersebut, serta ekstraksi lebih lanjut, atau yang disebut dengan produksi (PricewaterhouseCoopers, 2012). Berhubung kegiatan hulu migas adalah kegiatan yang membutuhkan teknologi tinggi, padat modal dan berrisiko tinggi, maka diperlukan pengelolaan yang profesional (Ikatan Akuntan Indonesia, 1994). 2.1.3 Proses Bisnis Hulu Migas Proses bisnis hulu migas berintikan pada penawaran wilayah kerja kepada para investor (atau disebut juga dengan kontraktor) yang memiliki kemampuan modal dan teknologi untuk mengelola lahan penambangan yang berpotensi memiliki cadangan migas. Pudyantoro (2012) membuat skema proses bisnis hulu migas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Sebelum mengeksekusi dan membeli interest penambangan migas pada lahan potensial yang telah ditawarkan, maka investor terlebih dahulu melakukan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! %!PSAK No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi telah dicabut pada tahun 2011. Namun, definisi dan pengertian mengenai kegiatan usaha migas yang tertera dalam PSAK tersebut masih relevan.! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 15 ! ! singnaling process, yaitu persiapan dan evaluasi terhadap teknologi dan kemungkinan proses yang paling memungkinkan yang dapat dijangkau oleh perusahaan. Kemudian, investor akan melakukan evaluasi geologi terhadap potensi lahan yang akan dibeli (geotech analysis) untuk menentukan apakah lahan tersebut layak untuk dikembangkan. Jika lahan layak untuk dikembangkan, maka investor akan melakukan akuisisi lahan tersebut untuk memperoleh interest dan kemudian melakukan penambangan. ! "#$%&'(')*!+&,!-.)&+(! /0'$#11.&)! 2#'3#$%!4&+(*1.1! 56/('0+3.'&!@.)%31! 4$A9.1.3.'&! 56/('0+3.'&7 58+(9+3.'&7:#$(.&#+3.'&! =.&+&$#[email protected]<! ;+&+)#>#&3! "#$%&.$+(!+&,!;+0<#3! 58+(9+3.'&! =+$.(.3*!:#8#('/>#&3! ! ?0',9$3.'&! "0+&1/'03!;+0.&#! D!?./#(.&#! B09,#!C/)0+,.&)!D! 2+1!3'!E.A9.,1! 2+1!! ?0'$#11.&)! "0+&1/'03!;+0.&#! D!?./#(.&#! G.(! "0+,.&)!D! F#,).&)! Gas Gambar 2.1 Proses bisnis hulu migas Sumber: Pudyantoro (2012), telah diolah kembali. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 16 ! ! ! Setelah mendapatkan interest untuk melakukan penambangan, maka rencana pencarian (eksplorasi) akan ditetapkan dengan membuat program kerja eksplorasi. Apabila hasil evaluasi eksplorasi menunjukkan ditemukannya cadangan, maka dileanasi akan dilakukan untuk mengetahui batas-batas keberadaan cadangan tersebut. Tahapan berikutnya adalah melakukan evaluasi teknis pengembangan dan evaluasi komersial untuk menentukan apakah investor akan melanjutkan kegiatan penambangan migas atau tidak. Keputusannya dipengaruhi oleh perhitungan keekonomian, finansial, dan risiko. Ketika secara perhitungan teknik dan ekonomi (teknoekonomi) menunjukkan proyek tersebut layak untuk dikerjakan, maka investor akan mematangkan skenario pengembangan lapangan. Pada tahapan pengembangan, investor umumnya mengembangkan rencana pengembangan dengan berbagai opsi. Ketika skenario pengembangan yang paling menguntungkan dipilih, maka implementasi pengembangan tersebut dilaksanakan dan pembangunan fasilitas produksi sudah bisa dimulai. Pada tahapan produksi, minyak bumi dan gas akan diangkat ke permukaan bumi. Produksi akan berhenti ketika cadangan migas telah habis atau mencapai titik batasan ekonomisnya. Di saat itulah, perusahaan minyak harus meninggalkan lahan penambangan dan mengembalikannya ke dalam kondisi semula. Gambar 2.2 Tahapan dalam kegiatan hulu migas Sumber: OpenOil (2012, p. 15) ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! 17 ! ! Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan usaha hulu migas. Tahapan tersebut meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan, produksi, serta peninggalan dan pemulihan (lihat Gambar 2.2). Tahapan eksplorasi adalah tahapan di mana kontraktor berusaha untuk menemukan cadangan migas, kemudian jika berhasil menemukan cadangan, maka akan dilakukan pengembangan fasilitas untuk mengangkat cadangan migas tersebut, yakni disebut dengan tahap pengembangan. Selanjutnya, produksi migas akan berjalan ketika cadangan migas berhasil diangkat ke permukaan bumi. Terakhir, ketika cadangan migas telah habis dieksploitasi dan mencapai titik batasan ekonomisnya, maka kontraktor harus meninggalkan lahan tersebut. Tahapan kegiatan migas akan dijelaskan lebih mendalam dalam subbab berikut ini. 2.1.3.1 Kegiatan Eksplorasi Menurut UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang dimaksud dengan eksplorasi adalah “kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan” (Pasal 1). Sehingga dapat diketahui bahwa kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menemukan cadangan migas. Sementara itu, PSAK 29 Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994) mendefinisikan kegiatan eksplorasi sebagai berikut: Kegiatan eksplorasi (exploration) atau pencarian adalah setiap usaha dalam rangka mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas bumi di daerah-daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi, yang antara lain meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Mengusahakan ijin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu. (b) Melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisik di lapangan. (c) Menginterpretasikan data yang dihasilkan dalam penyelidikan ini. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 18 ! ! (d) Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi, di daerah yang belum terbukti mengandung cadangan. (e) Memperoleh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan di atas. (f) Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas. Sumber daya alam migas jarang sekali ditemukan pada permukaan bumi, maka digunakanlah peralatan dan data ilmiah dalam menemukan cadangan migas dalam perut bumi (OpenOil, 2012). Untuk itu, dilakukanlah survei atau penyelidikan geologi dan geofisika yang dimaksudkan untuk mencari adanya potensi hidrokarbon di suatu cekungan sedimen (Sanusi, 2004). Survei ini dilakukan dengan metode seismik. Seismik merupakan titik awal dari kegiatan eksplorasi. Esensi dari penyelidikan seismik adalah penggunaan gelombang suara yang ditembakkan ke dalam bumi untuk “melihat” apa yang ada di bawah tanah (OpenOil, 2012). Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung atau membuktikan bahwa pada suatu area menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan cadangan migas (Pudyantoro, 2012). Terdapat dua jenis seismik, yang meliputi: A) Seismik dua dimensi (2D). Penyelidikan seismik 2D dilakukan dengan mencatat pantulan gtaran dari dala tanah pada kedalaman tertentu (Pudyantoro, 2012). Menurut Sanusi (2004), penyelidikan ini dilakukan untuk daerah yang lebih luas atau regional sebagai penyelidikan awal untuk mengetahui struktur lokasi tersebut. B) Seismik tiga dimensi (3D). Penyelidikan ini dilakukan untuk daerah yang lebih sempit atau penyelidika detail sebagai penyelidikan untuk penentuan lokasi pengeboran (Sanusi, 2004). Penyelidikan dengan seismik 3D menghasilkan gambar yang lebih baik dan lebih informatif yang akan mempermudah menginterpretasikan hasil seismik. Ketika seismik menghasilkan hasil yang menjanjikan, maka tahapan dalam kegiatan eksplorasi berikutnya adalah pengeboran sumur eksplorasi (OpenOil, ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 19 ! ! 2012). Yang dimaksud dengan pengeboran eksplorasi adalah pengeboran yang membuktikan ada tidaknya kandungan migas serta batas penyebaran pada suatu area (Sanusi, 2004). Pengeboran sumur eksplorasi akan menghasilkan dua kemungkinan, yaitu terbukti adanya atau tidak adanya cadangan migas (Pudyantoro, 2012). Ketika ditemukan hidrokarbon saat melakukan pengeboran, maka kegiatan eksplorasi membuktikan bahwa area yang disurvei mengandung cadangan migas. Sebaliknya, ketika tidak ditemukan cadangan hidrokarbon saat dilakukan pengeboran, maka kegiatan eksplorasi serta lanjutannya akan ditutup, atau melakukan kegiatan eksplorasi di area yang lainnya. Saat penemuan hidrokarbon tercapai, maka akan diteliti lebih lanjut apakah penemuan tersebut cukup ekonomis untuk diangkat ke atas permukaan. Untuk itu, diperlukan penelitian geologi lebih dalam lagi agar dapat diketahui komposisi kimia dari endapan hidrokarbon, kuantitas dari cadangan migas pada area tersebut, dan bagaimana cara mengeluarkan cadangan hidrokaron tersebut dari dalam tanah (OpenOil, 2012). Tujuannya adalah untuk menentukan infrastruktur yang diperlukan untuk memproduksi atau mengangkat cadangan migas dan untuk menilai keekonomian cadangan migas yang akan diangkat. 2.1.3.2 Kegiatan Pengembangan Ketika pada kegiatan eksplorasi telah ditemukan cadangan migas dan telah dinilai volume serta keekonomiannya, maka tahapan berikutnya adalah pengembangan infrastruktur untuk melakukan proses ekstraksi migas (OpenOil 2012). Definisi dari kegiatan pengembangan menurut PSAK 29 Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994) adalah: Pengembangan merupakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan cadangan terbukti minyak dan gas bumi sampai siap berproduksi. Pengembangan cadangan meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut: (a) Penyediaan peralatan dan persediaan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 20 ! ! (b) Penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi. (c) Penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki. Pudyantoro (2012) menyebutkan bahwa “kegiatan pengembangan mencangkup dua kegiatan utama, yaitu melakukan infill drilling (development drilling atau sumur pengembangan) dan pembangunan fasilitas produksi” (p. 101). Pengeboran pengembangan dilakukan dengan tujuan melengkapi pola produksi yang diinginkan di daerah tersebut (Sanusi, 2004) Menurut Pudyantoro (2012), “masa pengembangan umumnya membutuhkan dana yang cukup besar” (p.100). Ia menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan pada masa tersebut perusahaan harus menyiapkan lahan, membangun fasilitas produksi, dan juga membangun kamp bagi para pekerja. Menurut OpenOil (2012), tahapan ini memerlukan dana paling banyak (capital intensive) dibandingkan dengan kegiatan lainnya dalam kegiatan bisnis hulu migas. Tahapan pengembangan dapat berlangsung selama bertahun-tahun dalam membangun fasilitas yang tepat untuk dapat mengekstrak migas, untuk itulah mengapa dibutuhkan dana yang besar dalam tahapan ini (OpenOil, 2012). Menurut OpenOil (2012), ketika sebagian besar dari tahapan pengembangan telah diselesaikan, diuji, dan disempurnakan, maka akan terjadilah proses produksi migas yang komersial. 2.1.3.3 Kegiatan Eksploitasi Definisi kegiatan Eksplorasi dalam Pasal 1 UU Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi adalah: Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan serta kegiatan lain yang mendukungnya. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 21 ! ! Kegiatan eksploitasi dapat juga disebut dengan kegiatan produksi. Definisi kegiatan produksi dalam PSAK 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994) adalah: Produksi adalah semua kegiatan dalam rangka pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi dari cadangan terbukti serta pengangkutannya ke stasiun pengumpul yang antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) Pengangkatan minyak dan gas bumi ke permukaan bumi. (b) Proses pemisahan antara minyak, gas bumi dan endapan dasar & air (Basic Sediment & Water = BS&W). (c) Pengangkutan minyak dan gas dari permukaan bumi ke stasiun pengumpul atau pusat pengumpul produksi dan selanjutnya ke lokasi distribusi. (d) Pengumpulan minyak mentah di tangki penimbun. Proses produksi pada industri hulu migas berjalan saat minyak bumi dan/ atau gas terangkat ke atas permukaan bumi. Ketika minyak mentah terangkat ke atas permukaan, maka minyak mentah (crude oil) dengan material dan mineral lain yang tidak dibutuhkan akan dipisahkan, sehingga minyak murni dapat dikumpulkan pada suatu wadah dan kemudian dijual ketika jumlahnya memenuhi (Pudyantoro, 2012). Proses yang mirip juga dilakukan pada gas yang diproduksi. 2.1.3.4 Peninggalan dan Pemulihan Ketika kegiatan produksi telah dilakukan, dan kontraktor mengakhiri operasional kegiatan hulu migasnya, maka sumur migas akan ditutup dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengembalikan keadaan lingkungan kembali seperti semula (OpenOil, 2012). Di Indonesia, kontraktor yang menandatangani Kontrak Kerja Sama Production Sharing Contract (PSC) setelah tahun 1995 diharuskan untuk menyiapkan biaya pengosongan, pembersihan, dan pemulihan area setelah pekerjaan migas selesai (PricewaterhouseCoopers, 2012). Sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam PSC setelah tahun 1995, kontraktor diwajibkan memasukkan dalam rencana pengembangan lapangan mengenai ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 22 ! ! program penanganan pasca operasi dan pemulihan lingkungan yang diperlukan setelah pengembalian bagian apapun dari Wilayah Kerja atau peninggalan lokasi apapun. Berdasarkan PSC tersebut, perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk program penanganan pasca operasi dan pemulihan lokasi akan disebut sebagai Abandonment and Restoration Fund (ARF). ARF merupakan akumulasi dana yang disiapkan untuk pelaksanaan kegiatan pasca operasi dan pemulihan lokasi, yang dianggap sebagai biaya operasi sesuai prosedur akuntansi dalam Production Sharing Contract “Exhibit C”. 2.1.4 Organisasi yang Berperan dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Di Indonesia, terdapat beberapa organisasi yang berperan dalam kegiatan usaha hulu migas, di antaranya adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, SKK Migas, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Kementerian Keuangan, Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah Daerah, dan asosiasi-asosiasi dalam industri migas. Masing-masing organisasi tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-masing dalam kegiatan usaha hulu migas di Indonesia. 2.1.4.1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dalam industri migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bertugas untuk menciptakan dan menerapkan kebijakan energi Indonesia, memastikan bahwa kegiatan usaha terkait sesuai dengan hukum dan peraturan, dan melakukan pemberian kontrak. Kementerian ESDM berwenang untuk mengeluarkan aturan turunan dan aturan pelaksanaan yang dimaksudkan untuk memperinci Undang-Undang lebih lanjut sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten sesuai maksud dan tujuan dari aturan tersebut. Sesuai dengan PP No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM bertugas untuk merencanakan, menyiapkan, dan menawarkan wilayah kerja kepada perusahaan yang akan berperan sebagai kontraktor hulu migas. Menteri ESDM akan menetapkan perusahaan yang akan diberikan wewenang untuk melakukan kegiatan hulu migas migas pada wilayah kerja tersebut, dengan berkoordinasi dengan Badan Pelaksana, yakni SKK Migas. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 23 ! ! Tanggung jawab atas pengaturan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dilakukan oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi memiliki beberapa tanggung jawab, antara lain adalah menentukan perhitungan lifting dan pembagian antara pemerintah daerah dan pusat, melakukan penawaran eksplorasi baru dan blok produksi, dan menyiapkan kebijakan pada industri migas. 2.1.4.2 SKK Migas Fungsi SKK Migas adalah melakukan pengawasan atas kegiatan usaha Hulu yang mencakup eksplorasi dan eskploitasi agar pengambilan sumber daya alam migas milik Negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk kemakmuran rakyat. Fungsi pengawasan ini dilakukan oleh SKK Migas dengan melaksanakan pengendalian dan pengawasan atas ketentuanketentuan Kontrak Kerja Sama yang dilakukan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap. Penjelasan mengenai SKK Migas akan dibahas secara dalam pada BAB 3. 2.1.4.3 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Dalam PP No. 79 Tahun 2010, Kontraktor didefinisikan sebagai badan usaha atau bentuk usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja berdasarkan kontrak kerja sama dengan Badan Pelaksana. Sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2001, kegiatan usaha hulu migas dilaksanakan dan dikendalikan melalui kontrak kerja sama. Untuk itulah, segala aktivitas bisnis hulu migas yang dilakukan oleh kontraktor yang beroperasi di Indonesia harus sesuai dengan kontrak kerja sama atau Production Sharing Contract (PSC) dengan Badan Pelaksana, yaitu SKK Migas. Dalam hal ini, kontraktor dapat disebut juga dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). PSC merupakan kontrak kerja sama antara KKKS dengan pemerintah yang spesifik mengatur kegiatan dalam wilayah kerja tertentu. Dalam praktiknya, untuk membagi risiko, umumnya dalam satu wilayah kerja sering kali dikerjakan oleh lebih dari satu kontraktor (Pudyantoro, 2012). Untuk mempermudah dalam melakukan pengendalian, SKK Migas akan meminta para kontraktor untuk wilayah kerja tersebut agar menunjuk salah satu kontraktor sebagai operator ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 24 ! ! wilayah kerja yang akan mewakili seluruh kontraktor dan berkoordinasi dengan SKK Migas (Pudyantoro, 2012; PP No. 35, 2004). Antar kontraktor dalam wilayah kerja tersebut akan melakukan perjanjian operasi bersama (Joint Operation Agreement/ JOA) yang mengatur tata kerja antar para kontraktor mengenai pelaksanaan PSC secara bersama-sama, termasuk hak dan kewajiban masing-masing pihak (Lubiantara, 2012; PricewaterhouseCoopers, 2012; Pudyantoro, 2012) 2.1.4.4 Kementerian Keuangan Dalam kegiatan bisnis hulu migas, segala penerimaan untuk negara, termasuk pajak, akan dikelola oleh Kementerian Keuangan. Menteri Keuangan memiliki wewenang untuk menetapkan dan melakukan pengesahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta rencana kerja tahunan SKK Migas, setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri ESDM, dalam melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu migas. Selain itu, kewenangan Menteri Keuangan adalah menetepkan besarnya penerimaan SKK Migas berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sebagai suatu persentase dari penerimaan negara dari setiap kegiatan usaha hulu, memberikan persetujuan pengalihan kepemilikan dan penghapusan kekayaan SKK Migas, serta memberikan pedoman mengenai pengelolaan kekayaan dan penyusunan anggaran dan rencana tahunan SKK Migas. 2.1.4.5 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah Daerah Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah Komisi yang menangani permasalahan menyangkut energi, sumber daya mineral, riset dan teknologi, dan lingkungan. Hal ini termasuk pengawasan untuk seluruh kegiatan minyak dan gas bumi. DPR bertanggung jawab untuk menyusun undang-undang terkait minyak dan gas bumi beserta pengendaliannya, dan pengendalian atas kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah terkait, dan memberikan saran kepada Pemerintah sehubungan dengan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PricewaterhouseCoopers, 2012). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 25 ! ! Sementara itu, pemerintah daerah terlibat dalam persetujuan rencana pengembangan (Plan of Development/ POD) melalui penerbitan perizinan lokal dan hak atas tanah (PricewaterhouseCoopers, 2012). 2.1.4.6 Asosiasi-Asosiasi dalam Industri Migas Dua asosiasi migas terkuat yang berperan dalam industri migas Indonesia adalah: A) Indonesian Petroleum Association (IPA) IPA didirikan pada tahun 1971 sebagai respon terhadap meningkatnya minat asing dalam sektor minyak dan gas Indonesia. Tujuan IPA adalah untuk menggunakan informasi publik dalam mempromosikan eksplorasi, produksi, pengolahan dan aspek pemasaran industri perminyakan Indonesia. B) Indonesian Gas Association (IGA) IGA didirikan pada tahun 1980 sebagai forum bagi para anggotanya untuk membahas masalah-masalah kepentingan bersama yang terkait dengan gas alam mulai dari eksplorasi hingga pengguna akhir, termasuk pemasaran, pengembangan, produksi, transportasi, distribusi dan pengolahan. Awalnya, IGA berfokus pada LNG, namun IGA mulai meningkatkan fokus pada industri gas domestik, serta terus berperan aktif dalam forum-forum internasional. 2.2 Sistem Kontrak dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas Menurut OpenOil (2012), dalam industri migas secara luas, terdapat beragam kategori kontrak migas yang melibatkan banyak pihak, meliputi pemerintah dan perusahaan minyak nasionalnya, perusahaan minyak internasional, bank, perusahaan pengeboran, operator rig, perusahaan transportasi, pengolahan, dan perdagangan minyak, dan masih banyak lagi. Namun, dari sekian banyak kontrak, yang terpenting adalah kontrak antara pemerintah (yang mewakili negara tuan rumah beserta rakyatnya) dengan perusahaan minyak. Karena melalui kontrak inilah pemerintah negara tuan rumah secara legal memberikan hak kepada perusahaan minyak untuk menjalankan kegiatan migas (OpenOil, 2012). Untuk ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 26 ! ! itulah, pada subbab berikutnya akan dijelaskan mengenai kontrak antara pemerintah dengan perusahaan minyak dalam kegiatan hulu migas. 2.2.1 Jenis Kontrak dalam Industri Migas Menurut Pudyantoro (2012), pengaturan sistem kontrak migas antara negara tuan rumah (pemerintah) dan investor (perusahaan minyak) disusun dari sudut pandang pemerintah sebagai pemegang otoritas dan pemegang kuasa pertambangan, yang tercakup dalam kebijakan atau pengaturan fiskal (petroleum fiscal arrangement). Johnston (1994) dalam Lubiantara (2012, p. 6) membuat klasifikasi sistem kontrak di industri hulu migas antara pemerintah dan perusahaan minyak sebagai berikut: Gambar 2.3 Klasifikasi kontrak di industri hulu migas Sumber: Johnston (1994) dalam Lubiantara (2012, p. 6). Petroleum fiscal arrangement antara pemerintah dan perusahaan minyak secara umum terbagi menjadi dua sistem, yaitu sistem konsesi dan sistem kontrak. Sistem kontrak terbagi menjadi Production Sharing Contract dan Service Contract. Kemudian, Service Contract terbagi lagi menjadi dua, yaitu Pure Service Contract dan Risk Service Contract. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 27 ! ! 2.2.1.1 Concessionary System (Sistem Konsesi) Sistem konsesi adalah sistem yang paling tua dari seluruh jenis kontrak migas (OpenOil, 2012). Pada sistem ini, perusahaan migas diberikan hak eksklusif untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas selama suatu periode tertentu (Lubiantara, 2012). Pemerintah tidak terlibat dalam operasi perusahaan, seluruh operasional perusahaan termasuk bagaimana pengelolaan sumber daya alam dilakukan, bagaimana dan kapan waktu pelaksanaan, serta teknologi yang digunakan, bukanlah kepentingan pemerintah (Pudyantoro, 2012). Menurut Lubiantara (2012), karakteristik sistem konsesi adalah semua hasil produksi dalam wilayah konsesi tersebut dimiliki oleh perusahaan migas, sementara itu negara akan mendapatkan pembayaran royalti dan juga memperoleh pajak. Royalti dihitung dengan persentase tertentu dari jumlah sumber daya alam yang diproduksi atau pendapatan bruto (Pudyantoro, 2012). Transfer kepemilikan (transfer of ownership) cadangan migas, yang merupakan aset negara, kepada perusahaan migas berlangsung ketika sumur diproduksi dan terjadi di kepala sumur atau wellhead (Lubiantara, 2012). Menurut OpenOil (2012), salah satu negara yang hingga saat ini menggunakan sistem konsesi adalah Brazil. 2.2.1.2 Service Contract (Kontrak Jasa) Dalam sistem kontrak, semua hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melakukan kontrak dituangkan dalam dokumen perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak (Pudyantoro, 2012). Kontrak jasa mengacu pada kontrak antara pemerintah dengan perusahaan migas yang dikaitkan dengan kinerja jasa yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi migas (Lubiantara, 2012). Berbeda dengan sistem konsesi, sistem kontrak tidak memberikan hak kepemilikan atas migas dalam perut bumi kepada perusahaan migas (OpenOil, 2012). Pemilik sumber daya alam adalah pihak yang menawarkan kontrak, sementara pihak lain yang sanggup memberikan jasa untuk mengelola sumber daya alam tersebut agar dapat dikomersialisasikan, dijual, dan memperoleh penghasilan (Pudyantoro, 2012). Salah satu negara yang menggunakan sistem kontrak jasa untuk sektor migasnya adalah Iraq (OpenOil, 2012). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 28 ! ! Kontrak jasa terbagi dua, yaitu kontrak jasa murni (pure service contract) dan kontrak jasa berisiko (risk service contract). Pada kontrak jasa murni, pihak yang memberikan jasa kepada pemerintah untuk mengelola sumber daya alam migas agar dapat dikomersialisasikan, akan mendapatkan imbalan jasa (fee) sebagaimana yang diatur dalam kontrak kerja (Pudyantoro, 2012). Sementara itu, dalam kontrak jasa berisiko, perusahaan migas akan ditunjuk oleh pemerintah sebagai kontraktor pada suatu wilayah kerja, kontraktor akan menanggung risiko dan biaya eksplorasi dan produksi (Lubiantara, 2012). Kemudian, ketika migas berhasil ditemukan dan siap dijual, kontraktor diberikan kesempatan untuk memperoleh pengembalian biaya, dan setelahnya akan mendapatkan imbalan jasa (service fee) yang berbentuk kas, bukan natura (Lubiantara, 2012). 2.2.1.3 Production Sharing Contract (Kontrak Bagi Hasil Produksi) Production Sharing Contract (PSC) merupakan sebuah kontrak kerja sama antara negara dengan perusahaan minyak internasional ataupun nasional (kontraktor), agar perusahaan minyak tersebut dapat menyediakan pembiayaan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dalam rangka mengeksplorasi dan (diharapkan dapat) memproduksi minyak dan/ atau gas (Allen & Overy, 2013). Negara akan direpresentasikan oleh pemerintah, atau badan pemerintah, atau perusahaan minyak nasional, yang akan mengambil penerimaan bagian pemerintah atas produksi. Karakteristik sistem Production Sharing Contract (PSC) mirip dengan kontrak jasa berisiko, namun memiliki keunikannya sendiri (Lubiantara, 2012). Kontraktor yang ditunjuk oleh pemerintah untuk suatu wilayah kerja akan manganggung semua risiko dan biaya eksplorasi, pengembangan, dan produksi. Apabila kontraktor berhasil menemukan migas yang komersial, kontraktor akan diberikan kesempatan memperoleh pengembalian biaya (cost recovery) dari hasil produksi. Berbeda dengan kontrak jasa berisiko, kontraktor memperoleh bagian dari produksi, yang disebut dengan profit share (profit split atau profit oil), setelah dikurangi dengan cost recovery (Lubiantara, 2012). Kontraktor diberikan hak eksklusif untuk mengeksplorasi dan memproduksi minyak dan gas di dalam area tertentu (umumnya dikenal sebagai wilayah kerja ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 29 ! ! atau contract area) dan dalam melakukannya menanggung seluruh risiko proyek, keuangan, dan lainnya (Allen & Overy, 2013). Ketika penemuan migas komersial telah diumumkan, maka kontraktor berhak untuk mendapatkan sebagian dari produski migas sebagai 'pembayaran' atas upayanya, yang umumnya dilakukan pada akhir kuartal produksi migas. Selain itu, kontraktor berhak memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi migas (cost recovery). Sebaliknya, ketika tidak ditemukan cadangan migas, maka kontraktor tidak mendapatkan apapun. Menurut Lubiantara (2012), sistem PSC akan lebih menguntungkan negara dibandingkan sistem konsesi karena negara mempunyai peran yang lebih besar atas pengawasan kegiatan operasional migas yang dilakukan oleh perusahaan migas internasional. Oleh karena itulah sistem ini diterapkan di banyak negara, contohnya adalah Indonesia, Azerbaijan, Afghanistan, Ghana, Libya, dan Timor Leste (OpenOil, 2012). Walaupun digunakan di banyak negara, kontrak PSC memiliki standardisasi terminologi (Allen & Overy, 2013). Lampiran 1 menunjukkan bukti bahwa adanya standardisasi terminologi yang digunakan oleh negara-negara yang mengaplikasikan PSC. Terminologi tersebut, di antaranya meilputi Work Programme and budget, pelepasan (relinquishment), operator, cost recovery, penemuan komersial (commercial discovery), participating interest, terminasi, ekspropriasi, force Majeure, National Economic Interest, pengembangan masyarakat (community development), penyelesaian sengketa, dan lainnya, dijelaskan pada keterangan Lampiran 1. 2.2.2 Production Sharing Contract (PSC) di Indonesia Indonesia dapat diakui sebagai pelopor Production Sharing Contract (PSC) yang ditandai dengan pergeseran dari sistem konsesi ke sistem PSC di tahun 1966 (OpenOil, 2012). Menurut Le Leuch (1988), kesuksesan sistem PSC pada awalnya lebih dipicu oleh motivasi politik, mengingat dalam sistem PSC perusahaan migas internasional hanya menjadi kontraktor dan hanya berhak mendapatkan sebagian dari produksi (Lubiantara, 2012, p. 7). Pergeseran sistem ini merupakan gerakan nasionalis yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia agar memiliki peran yang lebih besar dalam mengawasi kegiatan bisnis migas. Sistem ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 30 ! ! PSC muncul karena adanya tuntutan agar pemerintah tidak bersifat pasif, namun mempunyai peran yang lebih besar terhadap pengawasan kegiatan operasional migas yang dilakukan oleh perusahaan migas internasional (Lubiantara, 2012). Sebelum Indonesia menerapkan sistem PSC di tahun 1966, kontrak migas yang pernah berlaku di Indonesia adalah konsesi, dan kemudian kontrak karya (Dharmasaputra, 2013). Gambar 2.4 menunjukkan kronologi kontrak migas di Indonesia menurut Dharmasaputra (2013). !"##$% &'()*)+% !#,-$% &'(./01% &0/20% !#,,$%345% 6*(*/0)+%7% !#8,$%345% 6*(*/0)+% 77% !#""$%345% 6*(*/0)+% 777% 9--!$% 4./:1.:/% ;0/:%345% & '()(*! & '()(*!4,-,./! & '()(*! & '()(*! & '()(*! & '()(*!4,-,./! +,-,./! FF!G>H!IIJ! +,-,./!FF! +,-,./!FF! +,-,./!FF! FF!G>H!%%J! 012#)345! :<KL! G>H!;J!:<Q:! G>H!;J!:<Q:! G>H!;J!:<Q:! %LL:! 6#71859!:;<<! & B5.5*#19(4! & !"#$%&'(")'&*% & T#2(-!(2(! & 6,D(#! & B5*,?(4(1! & =#)95.! .515*#.(! 2#?(9()#! @5.?(9()(1! 2#-51(-(1! 9#1A-(9!@(7(-! ->1)5)#! #,*(1!@()9#M! .(-)#.(D! ("#$%&'(")'&*% +,&#$%-&./(0'% @51A4()#D(1! 2#?5*#-(1!-5! #,*(1! ILN! 1'$&"2'34% & #1)519#X!?(*,! & R(A#!4()#D! @5*,)(4((1! 5-)@D>*()#! & R(A#!4()#D! %LN!2(*#! B5*9(.#1(! ,19,-! ()#1A! 2(1! @*>2,-)#! B5*9(.#1(! 2(1! D(@(1A(1! & B5.5*#19(4! 5-)@D>#9()#! 2(1! E>19*(-9>*!!! ?*,9>!2(1! .(*7#1(D! .515*#.(! & B5.?(A#(1! E>19*(-9>*!!! ;PN/:PN! 2#?(A#!,19,-! U%LLPV! @5.5*#19(4! & ZTB!)5?5)(*! @5.(),-(1! D(?(! KPN!/!SPN! U.#1C(-VW! 2(1! 2(*#! @5.5*#19(4! 2(*#! QLN!/!SLN! :LN!9#2(-! ->19*(-9>*! @5.5A(1A! 2(1! @512(@(9(1! UA()V! 2#?(A#! ->1)5)#! ->19*(-9>*!!! ?5*)#4! & '6O!!!%PN! & T5*2(@(9! & 6(1(75*#(D! ?5*,@(! KLN!/!ILN! & '6O!!!%PN! .51A(3,! @(-59!#1)519#X! 4,D,!.#A()/! *>C(D9#!2(1! & '6O!!!%PN! & 6(1(75*#(D! @(2(!4(*A(! U:<;;Y:<<SV! B5.5*#19(4J @(7(-! & 6(1(75*#(D! 4,D,!.#A()/! @()(*!,19,-!P!& '6O!!!%PN! RB!6#A()! & 6(1(75*#(D! 4,D,!.#A()/! B5.5*#19(4J! 9(4,1! .51A(3,! 4,D,!.#A()/! E>19*(-9>*! B5*9(.#1(! @(2(!4(*A(! E>19*(-9>*! @()(*!,19,-!P! 9(4,1! Gambar 2.4 Kronologi kontrak migas di Indonesia Sumber: Dharmasaputra (2013, p. 74-75), telah diolah kembali. Tahapan penting industri migas di Indonesia dapat dikelompokan ke dalam tiga era, yaitu era kolonial Belanda, era pascakemerdekaan, dan era industri migas modern. Menurut Lubiantara (2012), pada era kolonial Belanda diberlakukanlah Undang-Undang Pemerintah Hindia Belanda (Indische Mijnwet/IM) tahun 1899. Menurut Arif (1976), Undang-Undang tersebut merupakan dasar hukum untuk konsesi minyak yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial bagi pemegang konsesi (Lubiantara, 2012, p.39). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 31 ! ! Kemudian, pada era pascakemerdekaan, pemerintah Indonesia menerbitkan UU No. 44 Tahun 1960 tentang pertambangan minyak dan gas bumi. Ketentuan utama dari UU No. 44 Tahun 1960 menurut Patmosukismo (2011) adalah sebagai berikut: Segala bahan galian migas yang ada di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia meruoakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara. Pertambangan migas hanya diusahakan oleh negara dan pengusahaannya hanya dilaksanakan oleh perusahaan negara. Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor perusahaan negara apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasa pertambangan. Kuasa pertambangan tidak meliputi hak tanah atas permukaan bumi. Demikian pula pekerjaan kuasa pertambangan tidak boleh dilakukan di wilayah yang ditutup untuk kepentingan umum. UU No. 44 Tahun 1960 tidak hanya menghapuskan sistem konsesi lama, namun juga menegaskan kembali prinsip kedaulatan nasional atas sumber daya minyak dan gas, yaitu hanya negara atau perusahaan negara yang berwenang untuk mengeksploitasi sumber daya migas, sementara perusahaan minyak asing hanya berlaku sebagai kontraktor bagi pemegang hak penambangan. Dengan berlakunya UU No. 44 Tahun 1960, perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia dan sebelumnya memegang hak konsesi, diminta untuk menyesuaikan operasional mereka dengan ketentuan dan persyaratan UU baru (Lubiantara, 2012). Pemerintah pun membentuk tiga perusahaan yang melaksanakan aktivitas migas dan mengawasi kegiatan perusahaan minyak asing, yakni Pertamina, Pertamin, dan Permigan. Kemudian, pemerintah melakukan perjanjian dengan perusahaan minyak asing dalam menanggapi kebijakan dalam UU No. 44 Tahun 1960, yang dikenal sebagai “Perjanjian Karya atau Kontrak Karya” (Lubiantara, 2012). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 32 ! ! Menurut Sanusi (2002), beberapa prinsip-prinsip dari Kontrak Karya meliputi: A) Perusahaan Negara sebagai Pemegang Kuasa pertambangan sedangkan Perusahaan Swasta bertindak sebagai Kontraktor. B) Manajemen di tangan Kontraktor dan resiko operasional ditanggung oleh Kontraktor. C) Pembagian hasil dalam bentuk uang atas dasar perbandingan Pemerintah/Perusahaan Negara: Kontraktor = 60% : 40% dengan ketentuan bahwa penghasilan pemerintah tiap tahun tidak boleh kurang dari 20% hasil kotor minyak bumi. D) Jangka waktu kontrak 30 tahun untuk daerah baru dan 20 tahun untuk daerah lama. E) Penyisihan wilayah dilakukan dua atau tiga kali setelah jangka waktu tertentu. F) Kontraktor wajib ikut serta menyediakan minyak bagi kebutuhan minyak di dalam negeri atas dasar proporsional dan tidak melebihi 25% dari produksi kontrak areal dan atas dasar Cost + Fee US$0,20/barrel. Kontrak Karya mulai berlaku setelah disahkan UU No. 44 Tahun 1960 dan hanya berlaku hingga tahun 1963 karena untuk tahun-tahun berikutnya digunakan perjanjian dalam bentuk Production Sharing Contract (PSC), dan Kontrak Karya yang telah terlanjur ditandatangani pada masa tersebut tetap berlaku dan berakhir pada bulan November 1993 (Sanusi, 2002). PSC yang kemudian berlaku pada tahun 1966 di Indonesia merupakan gagasan dari Dr. Ibnu Sutowo, yang pada tahun tersebut ditunjuk sebagai Menteri Minyak dan Gas Bumi di Indonesia, di mana beliau meragukan sistem Kontrak Karya akan membawa perubahan dibanding sistem konsesi sebelumnya (Lubiantara, 2012). Menurut Lubiantara (2012), ketidakpuasan terhadap sistem Kontrak Karya mendorong lahirnya sistem bagi hasil di mana dua pihak yang terlibat, yaitu pemerintah dan perusahaan minyak asing, berbagi hasil produksi minyak dan gas yang dihasilkan, bukan berbagi hasil penjualan minyak dan gas bumi sebagaimana yang dilakukan pada Kontrak Karya. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 33 ! ! PSC yang berlaku di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan beberapa prinsip pokoknya. Berikut pengelompokan dari perubahan prinsip PSC menurut Sanusi (2002) dan Lubiantara (2012): I. Production Sharing Contract (PSC) Generasi I (1966 – 1975) (a) Perusahaan migas berkedudukan sebagai Kontraktor Pertamina. (b) Manajemen operasi berada di tangan Pertamina (c) Kontraktor akan memperoleh kembali seluruh biaya operasinya (cost recovery) dengan ketentuan maksimum 40% dari total pendapatan per tahun. (d) Selisih antara Pendapatan Bruto per tahun dengan cost recovery (100% 40% = 60%) dibagi antara Pertamina dan Kontraktor sebesar 65% : 35% (di mana 65% bagian Pemerintah sudah termasuk pajak kontraktor). Bagian pemerintah meningkat menjadi 67,5% untuk laju produksi tertentu yang lebih besar (umumnya bagi yang di atas 50.000 barel per hari, namun tergantung kontrak). (e) Kontraktor diwajibkan untuk memasok 25% dari bagian produksinya untuk keperluan domestik (Domestic Market Obligation) dengan harga US$0,20/barel. (f) Semua peralatan dan fasilitas yang dibeli oleh Kontraktor menjadi milik Pertamina. II. Production Sharing Contract (PSC) Generasi II (1975 – 1987) (a) Tidak ada pembatasan pengembalian biaya operasi (cost recovery) yang diperhitungkan oleh kontraktor dan didasarkan pada Generally Accepted Accounting Principle (GAAP). (b) Selisih antara pendapatan bruto dengan cost recovery kemudian dibagi antara Pertamina dan Kontraktor masing-masing sebesar 65,91% : 34,09% untuk minyak dan 31,82% : 68,18% untuk gas. (c) Bagian Kontraktor akan dikenakan tarif pajak sebesar 56% (terdiri dari 45% pajak penghasilan dan 20% pajak dividen), dengan demikian ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 34 ! ! pembagian bersih setelah pajak antara Pemerintah dengan Kontraktor adalah 85% : 15% untuk minyak, dan 70% : 30% untuk gas. (d) Kontraktor mendapat insentif berupa: • Harga ekspor penuh untuk minyak mentah Domestic Market Obligation setelah lima tahun pertama produksi • Untuk lapangan baru, Kontraktor diberikan kredit investasi sebesar 20% dari pengeluaran capital untuk fasilitas produksi (e) Pengeluaran capital dapat didepresiasi selama 7 tahun dengan metode Double Declining Balance III. Production Sharing Contract (PSC) Generasi III (1988 – sekarang) (a) Mengenakan First Tranche Petroleum (FTP) sebesar 20% dari produksi bruto yang akan dibagi terlebih dahulu kepada masing-masing pihak (Pemerintah dan Kontraktor) sebelum dikurangi cost recovery. (b) Pada tahun 1984 Pemerintah menetapkan Peraturan Perundang-undangan Pajak baru untuk PSC dengan tarif 48% bagi PSC yang ditandatangani pada tahun 1988, sehingga proporsi bagi hasil Pemerintah dan Kontraktor menjadi 71,5% : 28,85% untuk minyak dan 42,31% : 57,64% untuk gas. Bagian bersih setelah dikurangi pajak antara Pemerintah dan Kontraktor menjadi 85 : 15 untuk minyak dan 70 : 30 untuk gas. (c) Lesunya kegiatan usaha migas di Indonesia akibat penurunan harga minyak, membuat pemerintah mengeluarkan paket insentif agar dapat lebih menarik minat investor asing untuk menanam modalnya di bidang usaha migas di Indonesia. Paket insentif yang ditawarkan pemerintah terangkum dalam Tabel 2.1. Sejak diberlakukannya UU No. 22 Tahun 2001, kontrak PSC selalu dievaluasi secara periodik, sehingga sejak tahun 2001 tidak ada lagi istilah generasi PSC, karena dianggap kontrak tersebut seharusnya bersifat dinamis menyesuaikan kebutuhan dan tantangan yang terus berubah dari tahun ke tahun (Pudyantoro, 2012). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 35 ! ! Tabel 2.1 Rangkuman Paket Insentif PSC Generasi III Paket Insentif Agustus 1988 Paket Insentif Februari 1989 Paket Insentif Agustus 1992 Paket Insentif Desember 1993 Kredit Investasi 17% 100%-120% Pengeluaran Kapital, tergantung dari kedalaman laut Tidak Berlaku Komersialisasi Jaminan minimum 25% dari pendapatan kotor untuk pemerintah 10% dari harga ekspor setelah selesai 60 bulan pertama produksi 20% Area Frontier • <50.000 barel per hari = 80%:20% • 50.000150.00 barel per hari = 85%:15% • >150.000 barel per hari = 90%:10% Area Konvensional 85%:15% 70%:30% Untuk laut dalam (>600 kaki): 110% Pengeluaran Kapital untuk minyak, 55% Pengeluaran Kapital untuk gas Dihapuskan Dihapuskan Dihapuskan Tidak Berubah 15% dari harga ekspor setelah selesai 60 bulan pertama produksi Tidak Berubah Area Frontier 80%:20% Kedalaman laut >1.500m 75%:25% 25% dari harga ekspor setelah selesai 60 bulan pertama produksi 15% 65%:35% Area Frontier 60%:40% Kedalaman laut >1.500m 55%:45% Area Konvensional 65%:35% 60%:40% Harga DMO FTP Bagi hasil produksi Pemerintah dan Kontraktor – Minyak Bagi hasil produksi Pemerintah dan Kontraktor – Gas Tidak Berubah Untuk lapangan marginal dan tertiary EOR (Enhanced Oil Recovery) Area Frontier 75%:25% Area Konvensional 80%:20% Tidak berubah Sumber: Lubiantara (2012, p. 49) dan Sanusi (2002), telah diolah kembali. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 36 ! ! Walau sejak tahun 2001 kontrak PSC selalu dievaluasi, yang tidak berubah dari PSC adalah prinsip dasar dari PSC. Prinsip tersebut mengacu pada UU No. 22 Tahun 2001, yakni kontraktor menyediakan segala dana dan menanggung segala risiko, manajemen operasi berada di tangan Badan Pelaksana (SKK Migas), dan kepemilikan bahan tambang (migas) berada pada pemerintah hingga titik penyerahan (Pudyantoro, 2012). Segala ketentuan dan prosedur yang tertuang dalam PSC didasari oleh prinsip tersebut. Salah satu ketentuan penting dalam PSC adalah ketentuan mengenai bagi hasil. Menurut Pudyantoro (2012), yang dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor adalah produksi migas, untuk itu istilah bagi hasil produksi lebih baik digunakan dibandingkan istilah bagi hasil. Ia menambahkan, pembagian tersebut tidak terjadi pada titik produksi, namun pembagian produksi dilakukan pada titik penyerahan (lifting), yaitu ketika migas yang diproduksi tersebut berpindah dari penjual kepada pembeli (Pudyantoro, 2012). Bagi hasil produksi antara pemerintah dan kontraktor harus dilaporkan secara periodik, dan ketentuan pelaporan bagi hasil mengacu pada prosedur akuntansi yang tertera dalam PSC. Prosedur akuntansi yang tertera dalam PSC, atau yang disebut dengan akuntansi PSC, termuat dalam Lampiran “Exhibit C” pada PSC. Mekanisme akuntansi merupakan salah satu bagian integral dari PSC sehingga prosedur akuntansi secara spesifik diatur dalam kontrak tersebut (Lubiantara, 2012). Tujuan akhir dari penggunaan akuntansi PSC adalah laporan pembagian migas untuk masing-masing pihak (Pudyantoro, 2012). Akuntansi PSC lebih difokuskan untuk keperluan cost recovery dan laporan perhitungan pajak, tidak terkait langsung dengan keperluan pembuatan laporan keuangan untuk eksternal (Lubiantara, 2012). Dalam PSC “Exhibit C”, tertuang prosedur akuntansi yang harus diterapkan oleh Kontraktor, termasuk di dalamnya terdapat definisi mengenai biaya operasi, biaya non kapital, biaya kapital, serta perlakuan akuntansi atas biaya-biaya tersebut (PricewaterhouseCoopers, 2012). Kontrak PSC yang semakin dinamis membuat Lampiran “Exhibit C” yang ada dalam PSC pada suatu tahun akan berbeda dengan yang ada dalam PSC pada tahun yang lainnya (Pudyantoro, 2012). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 37 ! ! 2.3 Jenis Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas Menurut Pudyantoro (2012), “Hal yang unik, dan membedakan bisnis hulu migas dengan bisnis lainnya adalah tipe dan jenis biaya” (p.184). Berikut akan dijelaskan mengenai jenis biaya dalam kegiatan usaha hulu migas menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), menurut prosedur akuntansi PSC “Exhibit C”, dan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 2.3.1 Jenis Biaya Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 29 Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994)3 mengelompokkan biaya yang terjadi dalam industri migas sesuai dengan tahapan aktivitas bisnis dalam industri migas. Urutan kegiatan dalam aktivitas bisnis hulu migas meliputi kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan eksploitasi atau produksi. PSAK No. 29 menguraikan jenis biaya sesuai dengan tahapan kegiatan dalam industri migas sebagai berikut: A) Kegiatan Eksplorasi Sesuai dengan PSAK No. 29 (1994), biaya eksplorasi meliputi biaya penyelidikan topografi, geologi, geofisika, pemboran sumur eksplorasi dan pemboran sumur uji stratigrafi. Menurut PSAK No. 29 (1994), penyelidikan topografi adalah kegiatan pengukuran permukaan tanah yang bertujuan untuk membuat peta suatu daerah tertentu dan mengetahui sifat-sifat tanahnya, dan jenis biaya dalam aktivitas ini antara lain terdiri dari biaya pengukuran tanah, biaya pemetaan tanah, dan biaya analisa sifat tanah. Kemudian, menurut PSAK No. 29 (1994), penyelidikan geologi terdiri dari kegiatan penginderaan jauh foto udara (Side Lookling Air Radar/SLAR), serta geologi lapangan dan geokimia, sehingga biaya penyelidikan geologi terdiri antara !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! S!PSAK No. 29 Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994) telah dicabut pada tahun 2011 dan digantikan dengan PSAK 64 tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral, PSAK 19 tentang Aset Takberwujud, serta Standar Akuntansi Keuangan lainnya. Namun, jenis biaya yang disebutkan dalam PSAK 29 masih relevan untuk digunakan sebagai dasar perlakuan akuntansi pada PSAK penggantinya dan pada penulisan ini.! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 38 ! ! lain dari biaya SLAR, biaya geologi lapangan, dan biaya geokimia. Biaya yang termasuk dalam biaya eksplorasi juga meliputi biaya penyelidikan geofisika. Biaya penyelidikan geofisika antara lain terdiri dari biaya gravitasi, biaya magnetik, biaya seismik. Selanjutnya, menurut PSAK No. 29 (1994), pemboran sumur eksplorasi terdiri dari pemboran sumur taruhan (wild cat) dan sumur kajian (delineasi) yang bertujuan untuk mengetahui data rinci stratigrafi dan penentuan ada tidaknya cadangan minyak dan gas bumi dalam arti ekonomis. Biaya pemboran sumur eksplorasi terdiri dari biaya tak berwujud (intangible) dan biaya berwujud (tangible). Biaya tak berwujud dalam pemboran sumur eksplorasi meliputi biaya persiapan (pembebasan tanah, pembuatan jalan dan pembangunan lokasi), biaya pemboran, biaya mata bor (drilling bits), biaya lumpur (mud), biaya selubung (casing), biaya semen, biaya penyelidikan di bawah tanah (logging), biaya pengujian dan perampungan, biaya gaji, biaya pengangkutan alat pemboran, biaya pengangkutan lainnya, biaya perkemahan, dan biaya lainnya. Biaya berwujud meliputi silang sembur (christmas tree), semburan kepala sumur (well head), tubing, dan pompa, batang hisap (suck rods). Menurut PSAK No. 29 (1994), pemboran sumur uji stratigrafi terdiri dari kegiatan pemboran berdasarkan hasil penyelidikan geologi, menguji batuan dan sumur yang dapat ditinggalkan (expendable holes) yang berkaitan dengan eksplorasi hidrokarbon, yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi geologi tertentu. Pemboran semacam ini pada umumnya tidak dimaksudkan untuk menghasilkan hidrokarbon. Biaya pemboran sumur uji stratigrafi terdiri atas biaya pemboran di daerah cadangan tidak lerbukti (exploratory type) dan di daerah cadangan terbukti (development type). Jenis-jenis biayanya tidak berbeda dengan jenis-jenis biaya pada pemboran sumur eksplorasi. B) Kegiatan Pengembangan Biaya pengembangan yang disebutkan dalam PSAK No. 29 (1994) meliputi biaya-biaya penyediaan peralatan dan fasilitas penambangan, pengaliran, pengumpulan dan penyimpanan minyak dan gas bumi serta penyediaan sistem pengurasan yang telah diperbaiki, di mana biaya yang berkaitan dengan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 39 ! ! pengembangan sumur minyak dan gas bumi terdiri dari biaya pemboran sumur pengembangan tidak berwujud dan pemboran sumur pengembangan berwujud. Sesuai dengan PSAK No. 29 (1994), biaya pemboran sumur pengembangan yang tidak berwujud meliputi pengeluaran untuk membor sumur pengembangan, termasuk gaji operator perangkat pemboran (rig), bahan bakar, dan perbaikan. Pengeluaran tersebut tidak mempunyai nilai sisa dan terjadi di dalam pemboran sejak persiapan sumur sampai memproduksi minyak atau gas. Kemudian, biaya tidak berwujud dalam pemboran sumur pengembangan tersebut diklasifikasikan menurut tahap penyelesaian, yaitu biaya sebelum pemboran, biaya selama pemboran, biaya penyelesaian sumur dan biaya setelah penyelesaian sumur. PSAK No. 29 (1994) menjabarkan rincian jenis biaya tersebut sebagai berikut: (a) Biaya sebelum pemboran Biaya sebelum pemboran meliputi biaya penyelidikan geologi dan geofisika untuk menentukan lokasi pemboran, biaya membersihkan lokasi sumur, penggalian penampungan limbah pemboran dan pembuatan jalan, biaya pembuatan pondasi untuk perangkat pemboran (batuan dan lain-lain) dan biaya pembangunan jembatan, biaya pemasangan jaringan pipa air, dan pernasangan tangki air serta bahan bakar untuk pemboran, biaya untuk pemindahan dan menegakkan perangkat pemboran, biaya pembuatan rak sarana penyimpanan pipa bor, berbagai macam pipa lainnya yang digunakan dalam proses pemboran, dan biaya lain-lain. (b) Biaya selama pemboran Biaya selama pemboran meliputi biaya pengadaan air, bahan bakar dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam pemboran sumur, biaya penanaman jangkar penahan yang digunakan untuk menstabilkan perangkat pemboran, biaya yang tarif biayanya dihitung berdasarkan kedalaman sumur atau tarif harian, biaya penggunaan jasa teknik selama kegiatan pemboran yang dilakukan oleh ahli teknik, ahli geologi, teknisi fluida, dan biaya lain-lain. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 40 ! ! (c) Biaya penyelesaian sumur Biaya penyelesaian sumur meliputi biaya perekaman sumur (well logging) dan uji kandung lapisan (drill stem test) serta pengujian lain-lainnya seperti pengujian contoh batuan inti dan contoh dinding sumur, biaya melubangi dinding pipa selubung, penyemenan, penyedotan peretakan dan pengasaman, biaya transportasi dan pemasangan peralatan di bawah tanah, biaya peralatan yang disewa untuk penyimpanan minyak selama pengujian, dan biaya lainlain. (d) Biaya setelah penyelesaian sumur Biaya setelah penyelesaian sumur meliputi biaya mengembalikan perangkat pemboran (yang dimiliki perusahaan) dari lokasi pemboran ke tempat penyimpanan, biaya rehabilitasi lokasi di sekitar sumur, biaya perbaikan lingkungan, biaya penyemenan dan pemasangan selubung bagian atas, biaya pengangkutan pipa selubung dan pipa sembur dari ternpat penyimpanan, biaya pelubangan pipa selubung, termasuk perekaman dengan teknik aliran listrik (electrical logging), biaya penyuntikan air, uap air dan gas bumi dalam rangka mengangkat minyak dari zona produksi, biaya penutupan sumur, biaya meninggalkan lokasi sumur yang tidak menghasilkan, dan biaya lain-lain. Sementara itu, biaya pemboran sumur pengembangan yang berwujud yang disebutkan dalam PSAK No. 29 (1994) meliputi semua biaya aktiva berwujud, termasuk pipa sembur (tubing) di bawah permukaan tanah, antara lain: pipa produksi (tubular goods), kepala selubung (casing head), pompa-pompa, tangki penimbunan, pipa-pipa saluran, separator, peralatan dan fasilitas produksi, sarana dan peralatan lainnya, biaya sistem pengurasan yang telah diperbaiki (secondary recoveries). C) Kegiatan Produksi Menurut PSAK No. 29 (1994), pengeluaran untuk kegiatan produksi diklasifikasikan menjadi beban produksi yang dibebankan pada saat terjadinya. Beban produksi meliputi beban lifting, beban pemisahan, beban pengangkutan dan beban pengumpulan. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 41 ! ! Beban lifting antara lain meliputi beban pengurasan tahap pertama, kedua dan ketiga. Beban pengurasan tahap pertama terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam pengurasan di bawah tanah ke atas tanah (dari kepala selubung bawah sampai kepala selubung atas). Kemudian, beban pengurasan tahap kedua terdiri dari beban-beban yang terlibat dalam water flooding, gas injection, steam combustion dan in-situ combustion dan beban lain-lain. Beban pemisahan terdiri dari beban instalasi penghasil dan beban instalasi pembantu. Berikutnya, beban pengangkutan merupakan beban pemeliharaan dan pengoperasian fasilitas tempat penyimpanan utama dan pipa saluran utama yang membawa minyak mentah dan gas bumi ke fasilitas pemuatan atau pengolahan. Beban pengumpulan meliputi beban pengangkutan dan pengiriman minyak mentah dan gas dari tempat penyimpanan di lapangan ke tempat penyimpanan utama sebelum penjualan atau pemindahan ke pengolahan untuk diolah. Beban ini antara lain terdiri dari beban tangki penimbun, beban stasiun pemanas, beban pipa saluran minyak/gas, beban instalasi penghasil dan beban lain-lain. 2.3.2 Jenis Biaya Menurut Production Sharing Contract “Exhibit C” (Akuntansi PSC) Prosedur akuntansi dalam Production Sharing Contract (PSC) pada “Exhibit C” (akuntansi PSC) mengklasifikasikan pengeluaran, yaitu dana yang dikeluarkan dan dibelanjakan untuk biaya operasi, menjadi pengeluaran kapital dan pengeluaran non kapital. Menurut akuntansi PSC, biaya kapital adalah pengeluaran untuk pengadaan atau pembuatan barang-barang yang secara umum mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, sementara itu, biaya non kapital adalah biaya-biaya untuk kebutuhan operasional perusahaan sehubungan dengan operasi tahun berjalan, yang dimasukkan ke dalam kategori Biaya Operasi (PSC “Exhibit C”, paragraph II). Dalam PSC BAB I Pasal 1.2.32 4 , dijelaskan bahwa Biaya Operasi merupakan pengeluaran yang terjadi dan kewajiban yang timbul dalam melaksanakan operasi migas, yang mencangkup kegiatan eksplorasi, !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! I!Penomoran Pasal dapat berbeda antar Production Sharing Contract yang berbeda! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 42 ! ! pengembangan, ekstraksi, produksi, pengangkutan, pemasaran, meninggalkan sumur-sumur eksplorasi (abandonment) dan perbaikan lokasi (site restoration). PSC “Exhibit C” Paragraph II merincikan Biaya Operasi setiap tahunnya sebagai berikut: A) Biaya Non Kapital Tahun berjalan Dalam PSC “Exhibit C” Paragraph II disebutkan bahwa Biaya Non Kapital merupakan biaya yang terjadi sehubungan dengan operasi tahun berjalan. Biayabiaya tersebut dikeluarkan untuk kebutuhan operasional perusahaan sehubungan dengan operasi tahun berjalan, termasuk biaya survei dan biaya pengeboran tak berwujud (intangible drilling costs) untuk sumur eksplorasi dan sumur pengembangan, serta pencadangan biaya-biaya sumur yang ditinggalkan dan biaya restorasi lahan (Pudyantoro, 2012; PSC “Exhibit C”, Paragraph II). Tambahan atas biaya yang berkaitan hanya dengan operasi tahun berjalan, seperti layanan produksi dan Pengeluaran Kegiatan Eksplorasi akan diklasifikasikan sebagai Biaya Non Kapital (PSC “Exhibit C”, Paragraph II). Sesuai dengan PSC “Exhibit C”, Biaya Non Kapital, antara lain, meliputi: (a) Operasi Meliputi baya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja, material dan jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional sumur minyak dan gas, fasilitas produksi minyak, secondary recovery, transportasi, penyimpanan dan pengiriman minyak, fasilitas produksi dan pemrosesan lapangan gas, serta aktivitas operasional lainnya. (b) Perkantoran, layanan, dan administrasi umum Meliputi biaya-biaya yang berhubungan dengan jasa teknis, material, transportasi, sewa peralatan khusus dan alat berat, sewa lokasi dan jasa yang terkait lainnya, biaya personal, humas, dan biaya-biaya lain yang terjadi di luar negeri yang berhubungan dengan lapangan yang bersangkutan (overhead). (c) Layanan produksi Meliputi biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja, material dan jasa yang digunakan untuk pemboran sumur yang bertujuan menembus lapisan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 43 ! ! reservoir yang cadangannya sudah terbukti (proven), termasuk pemboran sumur delineasi, pemboran kembali, deepening dan komplesi sumur, dan akses untuk jalan menuju ke lokasi sumur pada lapangan yang bersangkutan. (d) Pengeluaran Kegiatan Eksplorasi Meliputi semua biaya yang terjadi di Wilayah Kerja sebelum rencana pengembangan lapangan (Plan of Development/POD) disetujui dan belum dimasukkan sebagai Biaya Operasi pada lapangan sebelumnya. Pengeluaran Eksplorasi ini terdiri dari dua komponen, yaitu biaya yang terjadi sehubungan dengan pemboran sumur eksplorasi dan biaya akuisisi data. (e) Pelatihan Meliputi biaya-biaya untuk pelatihan personal Indonesia sebagaimana yang diatur dalam PSC. B) Depresiasi Biaya Kapital Tahun berjalan Depresiasi Biaya Kapital merupakan penyusutan atas Biaya Kapital yang dihitung pada awal tahun kalender terhadap aset yang sudah berstatus Placed Into Service (PSC “Exhibit C”, Paragraph II dan Paragraph III). Sesuai dengan akuntansi PSC, metode yang digunakan untuk menghitung biaya depresiasi atas Biaya Kapital adalah metode penyusutan saldo menurun (PSC “Exhibit C”, Paragraph III). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Biaya Kapital sendiri merupakan pengeluaran untuk barang-barang yang umumnya memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, yang diwujudkan dalam bentuk aset. Biaya Kapital tidak dimasukkan ke dalam Biaya Operasi. Namun, pembebanan biaya kapital sebagai beban tahun berjalan dilakukan melalui metode depresiasi dan hanya sebesar angka penyusutan tahunan dari biaya kapital tersebut yang diperbolehkan diganti dengan minyak atau gas pada tahun berjalan (PSC “Exhibit C”, Paragraph II). Sehingga, yang dikategorikan sebagai Biaya Operasi tahun berjalan adalah beban depresiasi Biaya Kapital tersebut. Sesuai dengan akuntansi PSC “Exhibit C”, Biaya Kapital meliputi antara lain: ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 44 ! ! (a) Konstruksi Perumahan dan sarana penunjang Meliputi bengkel, fasilitas listrik dan air, gudang, dermaga, kargo, dan jalan akes pada lapangan. (b) Fasilitas Produksi Meliputi anjungan lepas pantai (termasuk semua biaya tenaga kerja, bahan bakar, transportasi dan perlengkapan, dan biaya konstruksi lainnya), peralatan kepala sumur, peralatan produksi di bawah permukaan, tubing produksi, batang penghisap (sucker rods), pompa permukaan, pipa penyalur, fasilitas pengumpul, pipa penjualan dan fasilitas penyimpanan, biaya dermaga minyak dan pelabuhan, fasilitas pemrosesan, fasilitas perolehan sekunder dan tersier, fasilitas produksi gas dan sistem pemanasan yang dikeluarkan untuk lapangan terkait. (c) Barang bergerak Alat produksi dan pemboran permukaan dan bawah permukaan, peralatan dan instrument, tongkang kapal laut, peralatan otomotif, pesawat terbang, peralatan konstruksi, perabot dan peralatan kantor, serta peralatan lainnya. (d) Sumur Pengembangan Meliputi tenaga kerja, bahan dan jasa yang digunakan untuk pengeboran dan penyediaan peralatan untuk sumur pengembangan, jenis pembangunan sumur tes stratigrafi dan sumur layanan, apakah sumur tersebut berhasil atau tidak berhasil. C) Biaya Operasi tahun sebelumnya yang dapat dikembalikan pada tahun berjalan, sebagaimana dimaksud dalam poin A) dan B) atau yang disebut dengan uncovered costs. D) Pengembalian biaya Tahun berjalan atas Biaya Operasi yang belum dikembalikan sehubungan dengan Pengeluaran Kegiatan Eksplorasi yang dikeluarkan oleh Kontraktor sebelum tanggal persetujuan Plan of Development (POD) atas Lapangan terkait. ! ! ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 45 ! ! 2.3.3 Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi (PP No. 79 Tahun 2010) Dalam salah satu Klausul5 Production Sharing Contract (PSC), dinyatakan bahwa: KONTRAKTOR akan memperoleh kembali penggantian atas Biaya Operasi dengan diambilkan dari hasil penjualan atau penyerahan lainnya dari jumlah Minyak dan Gas Bumi senilai dengan Biaya Operasi, yang diproduksi dan disimpan dan tidak digunakan dalam Operasi Minyak dan Gas Bumi sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 6.1.2 di bawah. Biaya Operasi dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan dalam menghitung penghasilan kena pajak KONTRAKTOR. Frasa dalam Klausul tersebut yang menyatakan bahwa ‘memperoleh kembali penggantian biaya operasi’ inilah yang disebut dengan cost recovery (Pudyantara, 2012). Dalam PSC dijelaskan bahwa modal yang ditanggung oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) merupakan biaya operasi yang dapat dikembalikan oleh Pemerintah pada saat kegiatan usaha hulu migas menghasilkan produksi komersial. Biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah (cost recovery) diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Dalam Pasal 11 ayat (1) PP No. 79 Tahun 2010 disebutkan bahwa biaya operasi terdiri atas biaya eksplorasi, biaya eksploitasi, dan biaya lain. Biaya eksplorasi dan biaya eksploitasi (produksi) diatur dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010. Biaya eksplorasi terdiri atas biaya pengeboran, biaya geologis dan geofisika, biaya umum dan administrasi kegiatan eksplorasi, dan biaya penyusutan. Biaya pengeboran meliputi biaya pengeboran eksplorasi dan biaya pengeboran pengembangan. Biaya geologis dan geofisika !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! 5 Pada umumnya terdapat dalam Pasal 6.1.1 BAB VI Production Sharing Contract antara Pemerintah Indonesia dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 46 ! ! terdiri atas biaya penelitian geologis dan biaya penelitian geofisika. Sementara itu, biaya eksploitasi menurut PP No. 79 Tahun 2010 terdiri dari biaya langsung produksi untuk minyak dan gas bumi, biaya pemrosesan gas bumi, biaya utility, biaya umum dan administrasi, dan biaya penyusutan. Dalam hal ini, biaya utility terdiri atas biaya perangkat produksi dan pemeliharaan peralatan dan biaya uap, air, dan listrik. Biaya umum dan administrasi untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, diatur dalam Pasal 11 ayat (4) PP No. 79 Tahun 2010. Menurut peraturan tersebut, biaya umum dan administrasi meliputi biaya administrasi dan keuangan, biaya pegawai, biaya jasa material, biaya transportasi, biaya umum kantor, dan pajak tidak langsung, pajak daerah, dan retribusi daerah. Biaya lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c PP No. 79 Tahun 2009 terdiri dari biaya untuk memindahkan gas dari titik produksi ke titik penyerahan, dan biaya kegiatan pasca operasi kegiatan usaha hulu migas. Sesuai dengan Pasal 15 PP No. 79 Tahun 2010, barang yang memiliki masa manfaat tidak lebih dari satu tahun dibebankan sebagai biaya operasi pada saat barang digunakan (placed into service). Sementara itu, penyusutan atas pengeluaran harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun diatur dalam Pasal 16 PP No. 79 Tahun 2010. Menurut Pasal 16 PP No. 79 Tahun 2010, penyusutan dimulai pada bulan harta tersebut digunakan (placed into service) dan perhitungannya dilakukan sesuai kelompok, tarif, dan masa manfaat yang sesuai dengan peraturan tersebut. Tidak semua biaya operasi yang dikeluarkan oleh KKKS akan dikembalikan oleh Pemerintah dalam perhitungan bagi hasil produksi. Biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah kepada KKKS memiliki persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut tertera dalam Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010. Dalam ayat (1) Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010 disebutkan bahwa biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam perhitungan bagi hasil dan pajak penghasilan harus memenuhi persyaratan: ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 47 ! ! A) dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi perminyakan di wilayah kerja kontraktor yang bersangkutan di Indonesia; B) menggunakan harga wajar yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan; C) pelaksanaan operasi perminyakan sesuai dengan kaidah praktek bisnis dan keteknikan yang baik; D) kegiatan operasi perminyakan sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah mendapatkan persetujuan Kepala Badan Pelaksana. Persyaratan mengenai biaya yang dikeluarkan yang terkait langsung dengan operasi perminyakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a Pasal 12 PP No. 79 Tahun 2010 tertera dalam Pasal 12 ayat (2) PP No. 79 Tahun 2010. Kemudian, dalam pasal 12 ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010 dijelaskan bahwa batasan maksimum biaya yang berkaitan dengan remunerasi tenaga kerja asing ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri. Terdapat pula beberapa jenis biaya operasi yang tidak dapat dikembalikan dalam perhitungan bagi hasil (cost recovery). Hal ini diatur dalam Pasal 13 PP No. 79 Tahun 2010. Biaya yang tidak dapat dikembalikan pemerintah tersebut, diantaranya, meliputi: A) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi dan/atau keluarga dari pekerja, pengurus, pemegang participating interest, dan pemegang saham B) sanksi administrasi dan sanksi pidana berupa denda yang berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan C) biaya penyusutan atas barang dan peralatan yang digunakan yang bukan milik negara ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 48 ! ! D) biaya tenaga kerja asing yang tidak memenuhi prosedur rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) atau tidak memiliki izin kerja tenaga asing (IKTA) E) biaya konsultan hukum yang tidak terkait langsung dengan operasi perminyakan dalam rangka kontrak kerja sama, biaya konsultan pajak, biaya audit komersial F) biaya representasi, termasuk biaya jamuan dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan daftar nominative penerima manfaat dan nomor pokok wajib pajak penerima manfaat G) biaya pengembangan lingkungan dan masyarakat setempat pada masa eksploitasi H) biaya pelatihan teknis untuk tenaga kerja asing I) pengadaan barang dan jasa serta kegiatan lainya yang tidak sesuai dengan prinsip kewajaran dan kaidah keteknikan yang baik, atau yang melampaui nilai persetujuan otorisasi pengeluaran di atas 10% dari nilai otorisasi pengeluaran (Authorization for Expenditures/ AFE) Ketika biaya operasi telah memenuhi syarat, maka akan ditentukan pula mana biaya operasi yang boleh dibebankan pada tahun berjalan dan dapat dikembalikan oleh Pemerintah dalam satu tahun kalender. Pasal 20 PP No. 79 Tahun 2010 menjelaskan biaya operasi yang dapat dikembalikan Pemerintah kepada KKKS dalam satu tahun kalender. Dalam Pasal 20 ayat (1) PP No. 79 tahun 2010 dijelaskan bahwa biaya operasi yang dapat dikembalikan dalam satu tahun kalender meliputi biaya bukan modal (non-kapital) tahun berjalan, penyusutan biaya modal (kapital) tahun berjalan, dan biaya operasi yang belum dapat dikembalikan pada tahun-tahun sebelumnya (unrecovered costs). Sesuai dengan Pasal 20 ayat (3) PP No. 79 Tahun 2010, baiaya operasi yang dapat dikembalikan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal tersebut, yang belum dapat diperhitungkan dalam satu tahun kalender dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 49 ! ! ! 2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas Pada bagian ini, akan dijelaskan perlakuan akuntansi untuk biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha hulu migas. Perlakuan akuntansi yang dimaksud adalah yang mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan prosedur akuntansi dalam Production Sharing Contract “Exhibit C”. 2.4.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Dalam akuntansi perminyakan, dikenal dua metode perlakuan akuntansi untuk mengakui biaya, yaitu dengan metode Successful Efforts dan Full Costing. Menurut Brock, Carnes dan Justice (2007), “Hal yang membedakan metode successful efforts dan full cost berpusat di sekitar biaya apa yang akan dikapitalisasi dan bagaimana mengamortisasinya secara tepat” (p. 39). Kapitalisasi biaya adalah alokasi biaya yang dibebankan beberapa tahun sesuai dengan periode manfaatnya, sementara itu, biaya yang dibebankan berarti biaya yang terjadi langsung dibebankan pada periode di mana biaya tersebut dikeluarkan (Lubiantara, 2012). Perlakuan akuntansi untuk biaya dengan metode Successful Efforts dan Full Costing merupakan metode yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) melalui United States Generally Accepted Accounting Principles (Brock et. al, 2007; PricewaterhouseCoopers, 2011). Di Indonesia, kedua metode tersebut tertuang dalam PSAK No. 29 (1994) Tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi. Untuk itulah pembahasan mengenai perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan usaha migas dengan metode Successful Efforts dan Full Costing dalam penulisan ini akan mengacu pada PSAK No. 29 (1994). Namun, pada praktiknya, PSAK No. 29 (1994) telah dicabut dalam rangka konvergensi PSAK dengan International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga beberapa bagian dalam PSAK No. 29 (1994) yang bersangkutan dengan perlakuan akuntansi digantikan oleh PSAK 64 tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral (2011), PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud (2011), dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) lainnya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 50 ! ! 2.4.1.1 Metode Successful Efforts dan Full Costing sesuai PSAK No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994) Dalam metode Successful Efforts, semua pengeluaran biaya yang tidak memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang harus dibebankan pada periode terjadinya biaya tersebut (Lubiantara, 2012). Menurut PricewaterhouseCoopers (2011), dengan metode Successful Efforts, biaya yang dikeluarkan dalam mencari, memperoleh dan mengembangkan cadangan migas biasanya dikapitalisasi, kecuali ketika cadangan komersial tidak ditemukan, maka biaya yang dikeluarkan akan dibebankan pada saat terjadinya. Biaya yang dikapitalisasi tersebut dialokasikan ke dalam cadangan hidrokarbon komersial, dan cost center atau pemusatan biayanya adalah lapangan (PricewaterhouseCoopers, 2011). Sementara itu, sesuai dengan metode Full Costing, semua biaya yang dikeluarkan dalam mencari, memperoleh dan mengembangkan cadangan migas akan dikapitalisasi, yang kemudian akan dideplesikan berdasarkan basis negara saat terjadinya produksi (PricewaterhouseCoopers, 2011). Pemusatan biaya untuk metode Full Costing adalah negara (Lubiantara, 2012; PricewaterhouseCoopers, 2011; PSAK No. 29, 1994). Terdapat beberapa perbedaan perlakuan akuntansi antara metode Successful Efforts dan Full Costing yang mengacu pada PSAK No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994), atas biaya yang dikeluarkan dalam tiap tahapan kegiatan hulu migas.Tabel 2.2 menyajikan perbandingannya. Dalam PSAK No. 29 (1994) dinyatakan bahwa menurut metode Succesful Efforts, seluruh biaya eksplorasi, selain biaya-biaya yang dialokasikan ke sumursumur eksplorasi (termasuk sumur eksplorasi tipe stratigrafi) yang mempunyai cadangan terbukti, diperlakukan sebagai beban pada periode akuntansi berjalan. Selanjutnya, kecuali tanah yang mempunyai nilai ekonomis, biaya pemboran sumur eksplorasi, baik tak berwujud maupun berwujud, dikapitalisasi kalau ditemukan cadangan terbukti atau diperlakukan sebagai beban kalau cadangan terbukti tersebut tidak ditemukan (dry hole). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 51 ! ! Berbeda dengan metode Successful Efforts, PSAK No. 29 (1994) menyatakan bahwa dengan metode Full Costing, semua biaya eksplorasi akan dikapitalisasi sebagai bagian dari aset minyak dan gas bumi. Tabel 2.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dengan Metode Successful Efforts (SE) dan Full Costing (FC) sesuai PSAK 29 Jenis Biaya PSAK 29 - SE PSAK 29 - FC BIAYA EKSPLORASI Berhasil menemukan cadangan komersial Biaya penyelidikan topografi Dibebankan Biaya pengukuran tanah Dibebankan Biaya pemetaan tanah Dibebankan Biaya analisa sifat tanah Dibebankan Biaya penyelidikan geologi Dibebankan Biaya SLAR Dibebankan Biaya geologi lapangan Dibebankan Biaya geokimia Dibebankan Biaya penyelidikan geofisika Dibebankan Biaya gravitasi Dibebankan Biaya magnetik Dibebankan Biaya seismik Dibebankan Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi Biaya Tak Berwujud Kapitalisasi Biaya Berwujud Kapitalisasi BIAYA EKSPLORASI Gagal menemukan cadangan komersial Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Biaya penyelidikan topografi Biaya pengukuran tanah Biaya pemetaan tanah Biaya analisa sifat tanah Biaya penyelidikan geologi Biaya SLAR Biaya geologi lapangan Biaya geokimia Biaya penyelidikan geofisika Biaya gravitasi Biaya magnetik Biaya seismik Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi Biaya Tak Berwujud Biaya Berwujud Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 52 ! ! Tabel 2.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dengan Metode Successful Efforts (SE) dan Full Costing (FC) sesuai PSAK 29 (sambungan) Jenis Biaya PSAK 29 - SE PSAK 29 - FC BIAYA PENGEMBANGAN Biaya Pemboran Sumur Tak Berwujud Biaya sebelum pemboran Biaya penyelidikan geologi dan geofisika untuk menentukan lokasi Pemboran Biaya membersihkan lokasi sumur, penggalian penampungan limbah pemboran, dan pembuatan jalan Biaya pembuatan pondasi untuk perangkat pemboran (batuan dan lain – lain) dan biaya untuk pemboran Biaya pemasangan jeringan pipa air, dan pemasangan tangki air serta bahan bakar untuk pemboran Biaya untuk pemindahan dan menegakkan perangkat pemboran Biaya pembuatan rak sarana penyimpanan pipa bor, berbagai macam pipa lainya yang digunakan dalam proses pemboran. Biaya lain – lain Biaya Selama Pemboran Biaya pengadaan air, bahan bakar dan bahan – bahan lain yang diperlukan dalam pemboran sumur Biaya peneneman jangkar penahan yang digunakan untuk menstabilkan perangkat pemboran Biaya pemboran yang tarif biayanya dihitung berdasarkan kedalaman sumur atau tarif harian Biaya penggunaan jasa teknik selama kegiatan pemboran yang dilakukan oleh ahli teknik, ahli geologi, teknisi fluida Biaya lain – lain Biaya Penyelesaian Sumur Biaya perekaman sumur (lagging) dang uji kandung lapisan (drill stem test) serta pengujian lain – lainnya seperti pengujian contoh batuan inti dan contoh dinding sumur Biaya melubangi dinding pipa selubung, penyemenan, penyedotan peretakan, dan pengasaman Biaya transportasi dan pemasangan peralatan di bawah tanah Biaya peralatan yang disewa untuk penyimpanan minyak selama pengujian Biaya lain – lain ! Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 53 ! ! Tabel 2.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dengan Metode Successful Efforts (SE) dan Full Costing (FC) sesuai PSAK 29 (sambungan) Biaya Setelah Penyelesaian Sumur Biaya mengembalikan perangkat pemboran (yang dimiliki perusahaan) dari lokasi pemboran ke tempat penyimpanan Biaya rehabilitasi lokasi di sekitar sumur Biaya perbaikan lingkungan Biaya penyemenan dan pemasangan selubung bagian atas Biaya pengangkutan pipa selubung dan pipa sembur dari tempat penyimpanan Biaya pelubangan pipa selubung, termasuk perekaman dengan teknik aliran listrik (electrical logging) Biaya penyuntikan air, uap air, dan gas bumi dalam rangka mengangkat minyak dari zone produksi Biaya penutupan sumur Biaya meninggalkan lokasi sumur yang tidak menghasilkan Biaya lain – lain Biaya Pemboran Sumur Berwujud Pipa produksi (tubular goods) Kepala selubung (casing head) Pompa-pompa, tangki penimbunan Pipa-pipa saluran Separator Peralatan dan fasilitas produksi Sarana dan peralatan lainnya Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Biaya sistem pengurasan yang telah diperbaiki Kapitalisasi (secondary recoveries BIAYA PRODUKSI Beban Lifting Beban Pemisahan Beban Pengangkutan Beban Pengumpulan Kapitalisasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Sumber: PSAK No. 29 (1994), telah diolah kembali. Menurut PSAK No. 29 (1994) dengan menggunakan metode Successful Efforts, seluruh biaya eksplorasi akan dibebankan pada tahun berjalan, kecuali biaya pemboran sumur berwujud dan tidak berwujud ketika ditemukan cadangan terbukti, maka biaya tersebut akan dikapitalisasikan. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 54 ! ! Di lain sisi, metode Full Costing menganggap bahwa kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan vital dalam perusahaan dan adanya pemboran yang menghasilkan dry hole merupakan situasi yang tak terelakkan, sehingga dalam metode ini, semua biaya eksplorasi baik berhasil maupun dry hole harus dikapitalisasi (Lubiantara, 2012). Namun, kapitalisasi biaya eksplorasi yang gagal menemukan cadangan komersial hanya dilakukan ketika kegagalan tersebut tidak terjadi untuk seluruh area pemusatan biaya, yakni suatu negara. Menurut PricewaterhouseCoopers (2011), jika upaya eksplorasi di seluruh area pemusatan biaya (di suatu negara) tidak berhasil menemukan cadangan, maka biaya yang dikeluarkan akan dibebankan. Selanjutnya, perlakuan akuntansi untuk biaya pengembangan, baik menurut metode Successful Efforts maupun Full Costing, adalah dengan mengkapitalisasikan seluruh biaya pengembangan sebagai bagian dari aset minyak dan gas bumi yang meliputi aset sumur dan peralatan sumur (PSAK No. 29, 1994). Berikutnya, sesuai dengan PSAK No. 29 (1994), biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi akan dibebankan pada saat terjadinya dalam tahun berjalan. 2.4.1.2 Perlakuan Akuntansi atas Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas yang Mengacu pada SAK yang menggantikan PSAK No. 29 Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011), setelah pencabutan PSAK No. 29 (1994), perlakuan akuntansi untuk beberapa tahapan aktivitas dalam kegiatan usaha hulu migas digantikan oleh PSAK 64 tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral (2011), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), PSAK 19 tentang Aset Takberwujud (revisi 2011), dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) lainnya yang relevan. Pencabutan PSAK 29 tersebut terjadi dikarenakan adanya konvergensi PSAK dengan International Financial Reporting Standard (IFRS). Menurut Martani (2011), pencabutan PSAK 29 berakibat perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK 29 untuk kegiatan eksplorasi akan beralih ke PSAK 64, kemudian beralih ke PSAK 19 dan KDPPLK untuk kegiatan pengembangan, dan untuk produksi mengacu pada SAK lainnya yang berlaku dan berhubungan dengan transaksi pada kegiatan produksi. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 55 ! ! Perlakuan akuntansi untuk kegiatan eksplorasi mengacu pada PSAK 64 tentang tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral (2011). PSAK tersebut hanya mengatur aktivitas eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral, sedangkan aktivitas lainnya tidak diatur dalam PSAK 64. Menurut PSAK 64, biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan eksplorasi harus dibebankan kecuali pengeluaran tersebut dapat memenuhi kriteria definisi aset. Ketika memenuhi kriteria definisi aset, maka biaya akan dikapitalisasi. Sesuai dengan KDPPLK, perusahaan mengakui aset jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Dalam kaitannya dengan kegiatan eksplorasi cadangan migas, yang dapat disebut dengan manfaat ekonomi adalah jika ditemukannya cadangan migas yang komersial, atau penjualan hasil temuan eksplorasi, atau diberikannya hak pengembangan. Sehingga, ketika kegiatan eksplorasi berhasil menemukan cadangan migas, biaya yang dikeluarkan akan dikapitalisasi. Sementara itu, jika kegiatan eksplorasi tidak berhasil menemukan cadangan migas, maka biaya dibebankan pada periode terjadinya. Sesuai dengan PSAK 64 paragraf 09 (2011), biaya pengembangan tidak diatur perlakuan akuntansinya secara eksplisit dalam PSAK tersebut, tetapi mengacu pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dan PSAK 19 tentang Aset Takberwujud (2011). Paragraf 56 dari PSAK 19 (2011) menyatakan: Aset takberwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan pada proyek internal) diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini: (a) kelayakan teknis penyelesaian aset takberwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual; (b) niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya; (c) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset takberwujud tersebut; ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 56 ! ! (d) bagaimana aset takberwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset takberwujud atau pasar atas aset takberwujud itu sendiri, atau, jika aset takberwujud itu akan digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset takberwujud tersebut; (e) tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk menyelesaikan pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut; (f) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya. Biaya pengembangan dikapitalisasi sejauh mana mereka diperlukan agar dapat menghasilkan produksi komersial (PricewaterhouseCoopers, 2011). Ketika kegiatan hulu migas telah mecapai tahapan pengembangan, maka dapat dipastikan bahwa biaya yang dikeluarkan telah memenuhi kriteria pengakuan aset, baik untuk aset berwujud dan tidak berwujud, kecuali biaya abnormal yang tidak dapat ditentukan dengan andal jumlahnya (PricewaterhouseCoopers, 2012). Hal ini dikarenakan kegiatan pengembangan dilakukan ketika perusahaan telah menemukan cadangan komersial yang kemungkinan besar akan memberikan manfaat ekonomis dikemudian hari, sehingga memenuhi kriteria pengakuan aset baik sesuai PSAK 19 maupun KDPPLK. Jadi, seluruh biaya yang dikeluarkan pada tahap pengembangan dalam kegiatan usaha hulu migas akan dikapitalisasi. Sementara itu, biaya produksi yang sebelumnya diatur dalam PSAK No. 29 (1994), kini diatur dalam SAK lainnya yang berlaku untuk transaksi-transaksi yang berhubungan dengan kegiatan produksi. Menurut PricewaterhouseCoopers (2012), biaya yang dikeluarkan pada tahapan produksi akan dibebankan pada saat terjadinya. Rangkuman perlakuan akuntansi untuk biaya dalam tahapan kegiatan usaha hulu migas sesuai dengan SAK pengganti PSAK No. 29 (1994), ditunjukkan oleh Tabel 2.3. Hal ini meliputi perlakuan akuntansi kegiatan eksplorasi yang mengacu pada PSAK 64 (2011), perlakuan akuntansi kegiatan pengembangan yang ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 57 ! ! mengacu pada KDPPLK dan PSAK 19 (2011), serta SAK lainnya yang berlaku untuk transaksi dalam kegiatan produksi. Tabel 2.3 Perlakuan Akuntansi ,19,- Biaya dalam T(4(@(1 Kegiatan Usaha Hulu Migas Sesuai dengan SAK Pengganti PSAK No. 29 (1994) Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi - SAK pengganti PSAK 29 Biaya Eksplorasi dan Evaluasi Menemukan cadangan komersial = memenuhi kriteria pengakuan aset Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Biaya penyelidikan topografi Biaya penyelidikan geologi Biaya penyelidikan geofisika Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi Biaya Tak Berwujud Biaya Berwujud Kapitalisasi Kapitalisasi Tidak menemukan cadangan Biaya Eksplorasi dan Evaluasi komersial = tidak memenuhi kriteria pengakuan aset Biaya penyelidikan topografi Dibebankan Biaya penyelidikan geologi Dibebankan Biaya penyelidikan geofisika Dibebankan Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi Dibebankan Biaya Tak Berwujud Dibebankan Biaya Berwujud Dibebankan Biaya Pengembangan Biaya Pemboran Sumur Tak Berwujud Kapitalisasi Biaya Pemboran Sumur Berwujud Kapitalisasi Biaya Produksi Dibebankan Sumber: PSAK No. 29 (1994), PSAK 64 (2011), PSAK 19 (2011), Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dan PricewaterhouseCoopers (2012), telah diolah kembali. Ketika kegiatan eksplorasi berhasil menemukan cadangan migas, biaya yang dikeluarkan akan dikapitalisasi. Sementara itu, jika kegiatan eksplorasi tidak berhasil menemukan cadangan migas, maka biaya dibebankan pada periode terjadinya. Kemudian, seluruh biaya yang dikeluarkan pada tahap pengembangan dalam kegiatan usaha hulu migas akan dikapitalisasi karena telah memenuhi kriteria pengakuan aset. Dan terakhir, biaya produksi akan dibebankan pada periode terjadinya. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 58 ! ! 2.4.2 Prosedur Akuntansi dalam Production Sharing Contract “Exhibit C” (Akuntansi PSC) Dalam Production Sharing Contract (PSC) “Exhibit C” (akuntansi PSC), tertuang prosedur akuntansi terkait biaya yang dikeluarkan Kontraktor dalam melakukan kegiatan hulu migas, yang mencangkup kegiatan eksplorasi, pengembangan, ekstraksi, produksi, pengangkutan, pemasaran, meninggalkan sumur-sumur eksplorasi (abandonment) dan perbaikan lokasi (site restoration). Akuntansi PSC hanya diberlakukan untuk perusahaan yang telah menemukan cadangan komersial, karena tujuan dari akuntansi PSC adalah laporan bagi hasil produksi dan laporan mengenai cost recovery, di mana pengguna laporan tersebut adalah pemerintah. Klasifikasi biaya sebagaimana diatur dalam PSC “Exhibit C”, yang meliputi Biaya Non-Kapital dan Biaya Kapital, sudah mencerminkan perlakuan akuntansi dari jenis biaya itu sendiri. Segala jenis biaya yang termasuk dalam Biaya Non Kapital akan dibebankan pada tahun berjalan, sementara jenis biaya yang termasuk dalam Biaya Kapital pembebanannya dilakukan melalui metode depresiasi saat aset sudah berstatus Placed Into Service (PSC “Exhibit C”, Paragraph II). Menurut Lubiantara (2012), metode PSC akan membagi biaya yang berhubungan dengan pemboran sumur menjadi dua jenis biaya, yaitu biaya berwujud (tangible), dan biaya tidak berwujud (intangible). Biaya tangible akan dikapitalisasi, sedangkan untuk biaya intangible akan langsung dibebankan pada periode biaya tersebut dikeluarkan (Lubiantara, 2012). Jika biaya dikelompokan sesuai dengan tahapan kegiatan usaha hulu migas, maka menurut akuntansi PSC yang tertuang dalam PSC “Exhibit C” Paragraph II (lihat tabel 2.4), biaya eksplorasi dan biaya pengembangan yang bersifat tangible akan masuk ke dalam klasifikasi Biaya Kapital atau dikapitalisasi. Sementara itu, biaya eksplorasi dan biaya pengembangan yang bersifat intangible, serta biaya geologi dan geofisika akan masuk ke dalam klasifikasi Biaya Non Kapital dan dibebankan pada tahun berjalan (PSC “Exhibit C”, Paragraph II). Kemudian, biaya produksi akan dikelompokan menjadi Biaya Non Kapital sesuai dengan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 59 ! ! prosedur akuntansi PSC “Exhibit C” Paragraph II, dan akan dibebankan pada tahun berjalan. Tabel 2.4 Perlakuan Akuntansi untuk Biaya dalam Tahapan Kegiatan Usaha Hulu Migas Sesuai Prosedur Akuntansi PSC “Exhibit C” Perlakuan Akuntansi - Akuntansi PSC Biaya Eksplorasi Menemukan cadangan komersial Biaya penyelidikan topografi Dibebankan Biaya penyelidikan geologi Dibebankan Biaya penyelidikan geofisika Dibebankan Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi Biaya Tak Berwujud Dibebankan Biaya Berwujud Kapitalisasi Biaya Pengembangan Biaya Pemboran Sumur Tak Berwujud Dibebankan Biaya Pemboran Sumur Berwujud Kapitalisasi Biaya Produksi Beban Lifting Dibebankan Beban Pemisahan Dibebankan Beban Pengangkutan Dibebankan Beban Pengumpulan Dibebankan Jenis Biaya Sumber: PSAK No. 29 (1994), Production Sharing Contract “Exhibit C”, telah diolah kembali. Jika prosedur akuntansi PSC “Exhibit C” dihubungkan dengan PP No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, maka pembagian jenis biaya dalam kegiatan usaha hulu migas dan klasifikasinya akan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2.5. Terdapat tiga jenis pengelompokan biaya, meliputi biaya eksplorasi dan pengembangan, biaya produksi, dan biaya umum dan administrasi. Biaya umum dan administrasi yang dimaksud adalah biaya umum dan administrasi yang berkenaan dengan kantor perwakilan Kontraktor di Indonesia yang berhubungan dengan kegiatan usaha hulu migas. Biaya yang diklasifikasikan sebagai Biaya Kapital (capital) akan dikapitalisasi, sementara biaya yang diklasifikasikan sebagai Biaya Non Kapital (non capital) akan dibebankan pada tahun berjalan. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 60 ! ! Tabel 2.5 Jenis Biaya dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Klasifikasinya Jenis Biaya 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan Biaya Pemboran Sumur Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Biaya Tak Berwujud (intangible): Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Biaya Tak Berwujud (intangible) 2. Biaya Produksi Biaya Geologi dan Geofisika Biaya Langsung Produksi - Minyak Biaya Langsung Produksi - Gas Biaya Utility Biaya Umum dan Administrasi – Lapangan Produksi 3. Biaya Umum dan Administrasi Biaya Administrasi dan Keuangan Biaya Jasa Teknis Biaya Jasa Material Biaya Transportasi Biaya Pegawai Biaya Public Relations Biaya Community Development Biaya Umum Kantor Biaya Overhead Kantor Pusat Beban Penyusutan Bunga Pinjaman untuk Investasi Kapital Biaya Public Relations Biaya Community Development Biaya Umum Kantor Biaya Overhead Kantor Pusat Beban Penyusutan Bunga Pinjaman untuk Investasi Kapital Klasifikasi Biaya Capital Non Capital Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Depresiasi Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Non Capital Depresiasi Non Capital Sumber: Production Sharing Contract “Exhibit C” dan PP No. 79 Tahun 2010, telah diolah kembali. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 61 ! ! Sesuai dengan akuntansi PSC, klasifikasi biaya sebagaimana diatur dalam PSC “Exhibit C”, yang meliputi Biaya Non-Kapital dan Biaya Kapital, sudah mencerminkan perlakuan akuntansi dari jenis biaya itu sendiri. 2.5 Perhitungan Bagi Hasil Produksi Karakteristik pelaksanaan Production Sharing Contract (PSC) adalah adanya bagi hasil antara Pemerintah sebagai pemegang kuasa sumber daya alam migas di Indonesia dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama atas sumber daya alam migas yang berhasil diangkat dari perut bumi. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, istilah bagi hasil produksi merupakan istilah yang tepat untuk digunakan, karena dalam kontrak PSC, yang dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor adalah produksi migas (Pudyantoro, 2012). Sesuai dengan PSC, Pemerintah dan Kontraktor setuju untuk membagi produksi migas, yang diukur dalam pendapatan, berdasarkan persentase bagian masing-masing pihak yang telah disepakati dalam Kontrak Kerja Sama PSC (PricewaterhouseCoopers, 2012). Persentase pembagian (split) dibedakan antara minyak dan gas bumi, sehingga sistem pelaporan penjualan antara minyak dan gas bumi juga dibedakan (Pudyantoro, 2012). Dalam BAB IV Pasal 24 PP No. 79 Tahun 2010 dijelaskan menegenai perhitungan bagi hasil antara Pemerintah dan Kontraktor. PSC juga mengatur berbagai ketentuan dan mekanisme bagi hasil yang lebih spesifik bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama dan Pemerintah mengenai suatu Wilayah Kerja. Subbab berikut ini akan membahas lebih lanjut mengenai komponen dalam perhitungan bagi hasil produksi dan alur perhitungannya yang terbatas hanya untuk minyak bumi. 2.5.1 Komponen dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi 2.5.1.1 Lifting Dalam PP No. 79 Pasal 1 angka 5 disebutkan bahwa “lifting adalah sejumlah minyak mentah dan/atau gas bumi yang dijual atau dibagi di titik penyerahan” (p. 3). Menurut Tampubolon (2010), yang disebut dengan lifting minyak adalah volume yang diambil dari tangki penampungan (stock), diangkut ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 62 ! ! dengan tanker atau melalui pipa, dan dijual kepada pembeli. Hal ini berbeda dengan produksi minyak bumi. Menurutnya, produksi minyak bumi merupakan volume minyak yang dikeluarkan dari perut bumi dan kemudian disimpan dalam tangki penampungan (stock) (Tampubolon, 2010). Menurut Pudyantoro (2012), bagi hasil produksi migas terjadi pada titik penyerahan, yaitu ketika migas yang telah diproduksi diserahterimakan dari penjual kepada pembeli. Satuan unit dari lifting minyak adalah barel, yaitu sebesar 42 standar galon Amerika Serikat pada suhu 60 derajat Farhenheit atau setara dengan 158,9873 liter (PSC, Pasal 1). Untuk lifting minyak, seluruh penjualannya akan dihitung berdasarkan harga rata-rata Indonesian Crude Price (ICP), dan nilainya dihitung oleh SKK Migas perbulan dengan menggunakan dolar Amerika Serikat untuk mempermudah perhitungan cost recovery, pajak, dan bagi hasil (PricewaterhouseCoopers, 2012). Sesuai dengan ketentuan dalam PSC dan dalam PP No. 79 Tahun 2010, angka lifting akan digunakan untuk perhitungan bagi hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor, serta digunakan pula dalam perhitungan pajak penghasilan Kontraktor. 2.5.1.2 First Tranche Petroleum Dalam Pasal 1 angka 6 PP No. 79 Tahun 2010 disebutkan bahwa yang disebut dengan First Tranche Petroleum (FTP) adalah: FTP adalah sejumlah tertentu minyak mentah dan/atau gas bumi yang diproduksi dari suatu wilayah kerja dalam satu tahun kalender, yang dapat diambil dan diterima oleh Badan Pelaksana dan/atau kontraktor dalam tiap tahun kalender, sebelum dikurangi pengembalian biaya operasi dan penanganan produksi (own user). Dalam Pasal 1 PSC, FTP didefinisikan sebagai: FTP adalah bagian tertentu dari minyak dan gas bumi yang diproduksi dan disimpan dari Wilayah Kerja pada Tahun Kalender dimana SKK Migas dan Kontraktor berhak terlebih dahulu mengambil dan menerima pada setiap Tahun Kalender, sebelum dikurangi pengembalian Biaya Operasi. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 63 ! ! Menurut Pudjoutomo (2002), FTP adalah penyisihan jumlah tertentu dari produksi migas setiap tahun sebelum digunakan untuk pengembalian biaya (cost recovery). FTP merupakan pengamanan penerimaan bagi pemerintah dan kontraktor sebelum migas digunakan untuk mengembalikan dana talangan yang dikeluarkan oleh kontraktor yang digunakan untuk operasional migas (Pudyantoro, 2012). FTP didasarkan pada persentase tertentu dari pendapatan bruto, yaitu total lifting dalam setahun (Pudjoutomo, 2002). Persentase FTP ditentukan dalam PSC yang telah disepakati. Pada PSC generasi pertama, tidak ditetapkan FTP karena adanya cost recovery ceiling atau pengembalian dana talangan yang dibatasi maksimum 40% (Lubiantara, 2012; Pudyantoro, 2012). Persentase FTP mulai berlaku pada PSC generasi ketiga, dan persentasenya adalah 20% (Sanusi, 2002). Mekanisme perhitungan FTP adalah 20% dikalikan dengan total lifting. Untuk FTP yang diterima pemerintah dan kontraktor, cara menghitungnya adalah: • FTP Bagian Pemerintah = 20% x split SKK Migas sebelum pajak x Total lifting • FTP Bagian Kontraktor = 20% x split Kontraktor sebelum pajak x Total lifting FTP yang diterima kontraktor merupakan objek pajak dan akan diperhitungkan dalam perhitungan pajak tahunan sesuai dengan PP No. 79 Tahun 2010. 2.5.1.3 Kredit Investasi Salah satu bentuk insentif yang diberikan pemerintah kepada kontraktor adalah kredit investasi (investment credit). Dalam PP No. 79 Tahun 2010, disebutkan bahwa kredit investasi atau insentif investasi adalah tambahan pengembalian biaya modal dalam jumlah tertentu, yang berkaitan langsung dengan fasilitas produksi, yang diberikan sebagai insentif untuk pengembangan lapangan minyak dan/atau gas bumi tertentu. Dalam PSC generasi ketiga, tertuang ketentuan mengenai kredit investasi sebagai berikut: ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 64 ! ! Kontraktor dapat memperoleh kredit investasi sebesar 17% dari biaya investasi kapital yang diperlukan pada saat pengembangan fasilitas produksi minyak untuk lapangan baru, yang dapat dikurangkan langsung dari produksi bruto sebelum pengembalian Biaya Operasi, insentif ini dimulai pada Tahun di mana produksi paling awal terjadi sebelum pengurangan pajak (yang dibayarkan dimuka pada saat Tahun produksi tersebut ketika Insentif ini diperoleh) Menurut PSC tersebut, kredit investasi dihitung dengan rumus: persentase kredit investasi (17%) x biaya investasi kapital (capital investment). Namun, tidak seluruh kontraktor diberikan kredit investasi oleh pemerintah (dalam hal ini direpresentasikan oleh SKK Migas), sehingga ketentuan mengenai kredit investasi bisa berbeda-beda antar PSC. Kredit investasi yang diberikan pemerintah harus diambil dengan minyak atau gas bumi pada tahun pertama produksi, namun secara umum dapat ditangguhkan untuk periode berikutnya (PricewaterhouseCoopers, 2012). 2.5.1.4 Cost Recovery Pasal 7 ayat (1) PP No. 79 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Kontraktor mendapatkan kembali biaya operasi sesuai dengan rencana kerja dan anggaran yang telah disetujui oleh Kepala Badan Pelaksana, setelah wilayah kerja menghasilkan produksi komersial. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam salah satu Klausul PSC disebutkan bahwa “kontraktor akan memperoleh kembali penggantian atas Biaya Operasi dengan diambilkan dari hasil penjualan atau penyerahan lainnya dari jumlah Minyak dan Gas Bumi senilai dengan Biaya Operasi” (Pasal 6.1). Sesuai PSC dan PP No. 79 Tahun 2010, hasil lifting setelah dikurangi dengan FTP dan kredit investasi selanjutnya akan digunakan untuk menutup biaya operasi yang telah dikeluarkan oleh kontraktor. Jika total lifting yang telah dikurangi dengan FTP dan kredit investasi tidak mencukupi untuk memulihkan biaya operasi pada tahun berjalan, maka biaya operasi yang belum diperoleh pengembaliannya (uncovered cost) dapat ditangguhkan untuk tahun berikutnya. Jenis biaya yang dapat dikembalikan pemerintah diatur dalam PP No. 79 Tahun ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 65 ! ! 2010 dan dalam PSC “Exhibit C”, sebagaimana yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya. 2.5.1.5 Equity to be Split dan Pajak Penghasilan Kontraktor Sesuai dengan Pasal 1 angka 8 PP No. 79 Tahun 2010, yang dimaksud dengan Equity to be Split adalah hasil produksi yang tersedia untuk dibagi (lifting) antara SKK Migas dan kontraktor setelah dikurangi FTP, insentif investasi (jika ada), dan pengembalian biaya operasi. Equity to be split, yang terkadang disebut juga dengan isilah profit split atau profit share, merupakan pembagian migas yang tersisa bagi pemerintah (direpresentasikan oleh SKK Migas) dan kontraktor setelah dikurangi FTP dan kredit investasi (Lubiantara, 2012; PricewaterhouseCoopers, 2012). Tabel 2.6 Perhitungan Split Sebelum Pajak (grossed-up split) untuk Minyak Bumi antara SKK Migas dan Kontraktor Net Split (%) PPh Badan sebelum 1985 1984-1994 85/15 1994-2009 2009 2010-sekarang sebelum 1985 1984-1994 65/35 1994-2009 2009 2010-sekarang Tahun PSC 45% 35% 30% 28% 25% Branch Profit Tax 11% 13% 14% 14.4% 15% SKK Migas 56% 65.9091 48% 71.1538 44% 73.2143 42.4% 73.9583 40% 75 45% 35% 30% !"#$ 25% 11% 13% 14% 14.4% 15% 56% 48% 44% %!&%#$ %'#$ Total Pajak Grossed-up Split (%) 20.4545 32.6923 37.5000 39.2361 41.6667 Kontraktor 34.0909 28.8462 26.7857 26.0417 25 79.5455 67.3077 62.5000 60.7639 58.3333 Sumber: Presentasi “Sistem Akuntansi PSC” oleh Dinas Akuntansi Umum SKK Migas (2013) dan Lubiantara (2012), telah diolah kembali. Split atau persentase bagi hasil antara pemerintah dan kontraktor berbeda antar generasi PSC. Split setelah pajak (Net Split) untuk pemerintah dan kontraktor untuk minyak pada PSC generasi II dan generasi III adalah 85% : 15%, sementara itu split setelah pajak bagian minyak untuk pemerintah dan kontraktor pada PSC sebelum generasi II adalah 65% : 35%. Split sebelum pajak (grossed-up split) bagi kontraktor dapat dihitung dengan rumus: split setelah pajak untuk kontraktor ÷ (1 – pajak kontraktor). Pajak untuk kontraktor adalah pajak ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 66 ! ! penghasilan badan sesuai tarif Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan ditambah branch profit tax, yang sesuai dengan UU Pajak Penghasilan dihitung dengan rumus: 20% x (100% - PPh Badan). Grossed-up split yang berlaku umum antara pemerintah, yang direpresentasikan oleh SKK Migas, dan kontraktor terangkum dalam Tabel 2.6. 2.5.1.6 Domestic Market Obligation Berdasarkan Pasal 1 angka 16 PP No. 79 Tahun 2010, yang disebut dengan Domestic Market Obligation (DMO) adalah kewajiban penyerahan bagian kontraktor berupa minyak dan/atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kewajiban DMO diatur dalam Pasal 22 UU No. 22 Tahun 2001, yaitu: (1) Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% (dua puluh lima persen) bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. PP No. 35 Tahun 2004 Pasal 46 mengatur mekanisme DMO, yakni besaran kewajiban DMO paling banyak 25% bagiannya dari hasil produksi migas dimana bagian kontraktor untuk memenuhi DMO tersebut ditetapkan berdasrkan sistem prorata hasil produksi migas. Pada Pasal 24 ayat (8) PP No. 79 Tahun 2010 juga dijelaskan bahwa kontraktor wajib memenuhi kewajiban DMO dengan menyerahkan 25% bagiannya dari produksi minyak dan/atau gas bumi. Kemudian, sesuai dengan Pasal 24 ayat (9) PP No. 79 Tahun 2010 dan ketentuan dalam PSC, pemerintah akan membayar imbalan (fee) kepada kontraktor atas penyerahan migas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (DMO), yang disebut dengan DMO fee. Besaran DMO fee akan ditetapkan dalam kontrak kerja sama PSC, dimana pada kontrak PSC terkini disebutkan bahwa DMO fee adalah sebesar 25% rata-rata tertimbang (weighted average) dari harga minyak mentah dari wilayah kerja. DMO yang diserahkan kepada pemerintah akan mengurangi porsi minyak untuk kontraktor dan menambah bagian pemerintah (Pudyantoro, 2012). Cara ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 67 ! ! perhitungan penyerahan DMO oleh kontraktor kepada pemerintah melalui SKK migas adalah: 25% x Total lifting x Split kontraktor sebelum pajak 2.5.2 Alur Perhitungan Bagi Hasil Produksi Menurut Lubiantara (2012), sebelum masuk ke masing-masing tahapan perhitungan bagi hasil produksi, perlu disiapkan data-data yng diperlukan sebgai input, meliputi: A) Data yang terkait dengan ketentuan dan persyaratan fiskal, seperti: (a) Kesepakatan bagi hasil yang dinyatakan dalam split setelah pajak (b) Tarif pajak yang berlaku (c) Persentase First Tranche Petroleum (FTP) (d) Persentase Domestic Market Obligation (DMO) (e) DMO Fee (f) Depresiasi (g) Insentif lain dan bonus B) Data yang terkait dengan penghasilan (revenue), antara lain: (a) Data produksi atau lifting (b) Asumsi harga minyak (c) Biaya Operasi yang dikembalikan pemerintah (cost recovery), yang terdiri dari biaya non kapital dan depresiasi biaya kapital, serta biaya tahun-tahun sebelumnya yang belum dikembalikan (uncovered costs) Alur perhitungan bagi hasil produksi diilustrasikan dengan menggunakan angka yang sederhana pada Gambar 2.5, di mana diasumsikan bahwa: 1) Kesepakatan bagi hasil (net split) antara Pemerintah dan Kontraktor adalah sebesar 85% : 15%. 2) Total tarif pajak sebesar 40%, di mana tarif pajak penghasilan badan adalah 25% dan branch profit tax adalah 15%. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 68 ! ! 3) Split sebelum pajak antara Pemerintah dan XXX, Ltd. adalah 75% : 25%. 4) Persentase untuk menghitung First Tranche Petroleum (FTP) adalah 20%. 5) Total lifting minyak bumi untuk periode berjalan adalah 50 barel, tidak ada lifting gas. 6) Rata-rata tertimbang harga minyak bumi (weighted average price/ WAP) adalah $2/barel. 7) Terdapat kredit investasi, di mana nvestasi modal (capital investment) adalah sebesar $30. 8) Cost recovery periode tersebut adalah $10. Gambar 2.5 Ilustrasi alur bagi hasil produksi antara pemerintah dan kontraktor Sumber: Lubiantara (2012); PricewaterhouseCoopers (2012), telah diolah kembali ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 69 ! ! Penjelasan mengenai mekanisme perhitungan bagi hasil produksi atas masing-masing komponen perhitungan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2.5 dijabarkan dalam Tabel 2.7. Tabel 2.7 Perhitungan dalam Ilustrasi Alur Bagi Hasil Produksi Legenda A B Perhitungan Gross Revenue from Lifting: Total Lifting 50 barel = $ 100 First Tranche Petroleum (FTP): 20% 20% x x Weighted Avg. Price $2 x A $100 x x B $20 x x B $20 x x Capital Investment $30 = $20 B1 B2 C D FTP bagian Kontraktor: Contractor Split (grossed-up) 25% = $5 Investment Credit: 17% 17% = $5 Cost Recovery: = $10 E Equity to be split: Gross revenue from lifting – FTP – Investment Credit – Cost Recovery A–B–C–D = $65 F Government Share Government Split (grossed-up) 75% = $48,75 Contractor Share Contractor Split (grossed-up) 25% = $16,25 G H ! FTP bagian Pemerintah: Government Split (grossed-up) 75% = $15 Domestic Market Obligation (DMO): Contractor Split x 25% 25% x 25% = $6,25 x x E $65 x x E $65 x x Total lifting 50 barel x x WAP $2 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 70 ! ! Tabel 2.7 Perhitungan dalam Ilustrasi Alur Bagi Hasil Produksi (sambungan) Legenda Perhitungan I DMO Fee 25% 25% J K x x DMO (H) $6,25 = $1,56 Penghasilan kena pajak (taxable income) FTP bagian kontraktor + Contractor Share – Net DMO $5 + $16,25 – ($6,25 – $1,56) = $16,56 Pajak yang dibayarkan kontraktor (tax payment): Total tarif pajak x J 40% x $16,56 = $6,624 L Contractor Take: Taxable income – Tax payment + Cost Recovery + Investment Credit $16,56 – $6,624 + $10 + 5 = $24,94 M Government Take: FTP bagian pemerintah + Government Share + Net DMO + Tax Payment $15 + $48,75 + ($6,25 – $1,56) + $6,624 = $75,06 Sumber: Lubiantara (2012); PricewaterhouseCoopers (2012); Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (n.d.), telah diolah kembali. Yang terpenting dari alur bagi hasil produksi ini adalah pada akhir perhitungan, akan diketahui Contractor Take dan Government Take. Contractor Take adalah total perolehan kontraktor yang terdiri dari FTP bagian kontraktor, bagi hasil bagian kontraktor (contractor share), cost recovery, dikurangi dengan net DMO dan pembayaran pajak kepada pemerintah. Sementara itu, di sisi pemerintah akan diketahui total perolehan pemerintah (Government Take) yang terdiri dari FTP bagian pemerintah, bagi hasil bagian pemerintah (government share), net DMO, dan pajak yang dibayarkan kontraktor kepada pemerintah. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! BAB 3 GAMBARAN UMUM INSTITUSI 3.1 Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) 3.1.1 Deskripsi Institusi dan Sejarah Berdirinya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) adalah institusi yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. SKK Migas bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama. Pembentukan lembaga ini dimaksudkan supaya pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, migas merupakan sumber daya alam yang dikuasai oleh negara. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, Pemerintah membentuk Badan Pelaksana untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha hulu migas. Sebelum SKK Migas dibentuk, fungsi dan tugas pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha hulu migas dilakukan oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). BPMIGAS dibentuk sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas. Pekerjaan dan tugas BPMIGAS diatur dengan lebih spesifik dalam PP No. 35 Tahun 2004 dan ketentuan turunannya. Pada 13 November 2012, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Amar Putusan Nomor 36/PUU-X/2012 yang menyatakan bahwa frasa-frasa terkait dengan BPMIGAS yang tercantum dalam UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan UUD’45 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Putusan ini berimplikasi pada dialihkannya tugas BPMIGAS kepada Pemerintah cq. Kementrian terkait. Begitu putusan dibacakan, 71 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 72 ! ! pimpinan BPMIGAS menginstruksikan para pekerja untuk segera menghentikan pekerjaan yang terkait dengan tugas dan fungsi institusi ini sebagai badan pelaksana. Agar operasi hulu migas tidak terganggu pasca putusan MK tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Perpres Nomor 95 Tahun 2012 tentang Pengalihan dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang menegaskan bahwa pelaksanaan tugas, fungsi, dan organisasi BPMIGAS dialihkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Peraturan tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri ESDM No. 3135 K/08/MEM/2012 yang mengalihkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan organisasi dari BPMIGAS kepada Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKMIGAS). Selain itu, diterbitkan Keputusan Menteri ESDM No. 3136 K/73/MEM/2012 yang mengalihkan seluruh pejabat dan pekerja BPMIGAS kepada SKMIGAS dan menginstruksikan agar pejabat dan pekerja tetap melanjutkan tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Dengan maksud memberikan kepastian hukum kepada investor, pada 14 Januari 2013, melalui Perpres Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, dibentuklah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menyelenggarakan pengelolaan kegiatan usaha hulu migas, sampai dengan diterbitkannya undang-undang baru di bidang minyak dan gas bumi. Dengan pembentukan tersebut, maka seluruh tugas dan tanggung jawab SKMIGAS beralih kepada SKK Migas. Dalam rangka pengendalian, pengawasan, dan evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang dilakukan oleh SKK Migas, Perpres Nomor 9 Tahun 2013 juga membentuk suatu Komisi Pengawas. Susunan pengurus Komisi Pengawas terdiri dari Ketua (Menteri ESDM), Wakil Ketua (Wakil Menteri Keuangan), dan dua orang Anggota (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Wakil Menteri ESDM). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 73 ! ! 3.1.2 Visi, Misi, dan Prinsip Kelembagaan Visi SKK Migas adalah menjadi mitra proaktif dan terpercaya dalam mengoptimalkan manfaat profesi hulu minyak dan gas bumi bagi bangsa dan seluruh pemangku kepentingan serta menjadi salah satu lokomotif penggerak aktivitas ekonomi Indonesia. Misi SKK Migas adalah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kontrak kerja sama dengan semangat kemitraan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi guna sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Adapun prinsip kelembagaan (core values) yang dianut oleh SKK Migas meliputi: A) Professional, yaitu bertindak sebagai seorang profesional yang berkomitmen tinggi; B) Responsive, yaitu cepat tanggap terhadap permintaan informasi dan penyelesaian masalah; C) Unity in diversity, yaitu mensinergikan perbedaan untuk mewujudkan pencapaian yang lebih baik; D) Decisive, yaitu berani mengambil risiko dengan didasari oleh perhitungan dan pertimbangan matang sesuai kewenangan yang dimiliki; E) Ethics, yaitu menjalankan bisnis dengan standar etika yang tinggi dan konsisten; F) Nation focused, yaitu meaksimalkan potensi dan kamampuan nasional; G) Trustworthy, yaitu menjaga kredibilitas sehingga mendapatkan kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 74 ! ! 3.1.3 Susunan Organisasi Secara keseluruhan, susunan organisasi SKK Migas ditunjukkan pada gambar 3.1. SKK Migas dipimpin oleh seorang Kepala SKK Migas. Namun, pada tahun 2013, Kepala SKK Migas harus mengundurkan diri dari jabatannya, sehingga saat ini digantikan oleh wakilnya sebagai Pelaksana Tugas (Plt.). Dalam melakukan fungsinya, Plt. Kepala SKK Migas dibantu oleh para tenaga ahli yang akan memberikan konsultasi mengenai berbagai keputusan. Beberapa deputi yang melaksanakan fungsi pengendalian aktivitas hulu migas meliputi Deputi Pengendalian Perencanaan, Deputi Pengendalian Operasi, Deputi Pengendalian Keuangan, Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis, dan Deputi Pengendalian Komersial. Gambar 3.1 Susunan organisasi SKK Migas Sumber: SKK Migas (2013), telah diolah kembali. Diakses pada 18 Oktober 2013. Selama melakukan kegiatan magang, penulis ditempatkan pada Dinas Akuntansi Umum di bawah Deputi Pengendalian Keuangan – Divisi Akuntansi. Susunan organisasinya ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut: ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 75 ! ! Gambar 3.2 Susunan organisasi Deputi Pengendalian Keuangan Sumber: SKK Migas (2013), telah diolah kembali. Deputi Pengendalian Keuangan membawahi beberapa Divisi, salah satunya adalah Divisi Akuntansi. Divisi Akuntansi memiliki fungsi untuk menetapkan kebijakan akuntansi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), menyelenggarakan akuntansi pendapatan negara, menetapkan nominasi lifting dan entitlement, menyusun analisis, evaluasi dan konsolidasi laporan KKKS, menginventarisasi, memonitor, dan menyusun konsolidasi aset KKKS, dan mengkoordinasikan penyusunan laporan satuan kerja penghitungan penerimaan negara bersama instansi terkait. Divisi Akuntansi membawahi beberapa Dinas, salah satunya adalah Dinas Akuntansi Umum. Dinas Akuntansi Umum memiliki tugas memutuskan cost recovery outlook, memutuskan akuntansi utang piutang, memutuskan hasil evaluasi Financial Quarterly Report, memutuskan perhitungan dan surat tagihan final over atau under lifting minyak dan gas KKKS, memutuskan laporan keuangan gabungan KKKS, dan memutuskan kebijakan akuntansi KKKS. 3.1.4 Kegiatan Usaha Institusi Kegiatan utama dari SKK Migas adalah melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama. Adapun fungsi, wewenang, dan kebijakan pendapatannya akan dijelaskan pada subbab berikut. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 76 ! ! 3.1.4.1 Fungsi SKK Migas Fungsi SKK Migas adalah melakukan pengawasan atas kegiatan usaha Hulu yang mencakup eksplorasi dan eskploitasi agar pengambilan sumber daya alam migas milik Negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk kemakmuran rakyat. Fungsi pengawasan ini dilakukan oleh SKK Migas dengan melaksanakan pengendalian dan pengawasan atas ketentuanketentuan Kontrak Kerja Sama yang dilakukan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap. Fungsi SKK Migas meliputi: A) Memberikan pertimbangan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama; B) Melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama; C) Mengkaji dan menyampaikan rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu Wilayah Kerja kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mendapatkan persetujuan; D) Memberikan persetujuan rencana pengembangan selain sebagaimana dimaksud dalam poin sebelumnya; E) Memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran; F) Melaksanakan monitoring dan melaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengenai pelaksanaan Kontrak Kerja Sama; dan G) Menunjuk penjual minyak bumi dan/atau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. 3.1.4.2 Wewenang SKK Migas Wewenang yang dimiliki SKK Migas meliputi: A) Membina kerja sama dalam rangka terwujudnya integrasi dan sinkronisasi kegaitan operasional Kontraktor Kontrak Kerja Sama. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 77 ! ! B) Merumuskan kebijakan atas anggaran dan program kerja Kontraktor Kontrak Kerja Sama. C) Mengawasi kegiatan utama operasional Kontraktor Kontrak Kerja Sama. D) Membina seluruh aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang menjadi milik Negara. E) Melakukan koordinasi dengan pihak dan/atau instansi terkait yang diperlkukan dalam pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu. F) Mengelola tanah milik Negara yang digunakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama di wilayah kerjanya, kecuali tanah sewa. G) Mengelola barang dan peralatan yang secara langsung digunakan dalam kegiatan usaha hulu yang dibeli oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama menjadi milik atau kekayaan Negara. H) SKK Migas berwenang menandatangani kontrak lain yang terkait dengan Kontrak Kerja Sama. I) SKK Migas dapat menunjuk Badan Usaha atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang akan bertindak sebagai penjual minyak bumi dan/atau gas bumi bagian Negara, baik berasal dari wilayah kerjanya berdasarkan Kontrak Kerja Sama maupun dari wilayah kerja lainnya (dalam upaya memberikan keuntungan sebesar-besarnya untuk Negara). 3.1.4.3 Kebijakan Pendapatan SKK Migas SKK Migas merupakan Badan Hukum Milik Negara dan bersifat tidak mencari keuntungan. SKK Migas menerima imbalan (fee) dari pemerintah atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Besaran penerimaan SKK Migas ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan mempertimbangkan perubahan harga minyak mentah atau gas dan biaya operasional SKK Migas yang dianggarkan. Jumlah imbalan yang diberikan kepada SKK Migas dibebankan kepada Penerimaan Negara yang berasal dari Bagian Pemerintah (Government Entitlement) dan dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun anggaran. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 78 ! ! Ketika SKK Migas memiliki surplus dana, yaitu selisih penerimaan SKK Migas dari prosentasi penerimaan Negara dari setiap kegiatan usaha hulu dengan dana pembiayaan dan dana cadangan pembiayaan operasional dan penerimaan dari pengalihan kekayaan SKK Migas, maka hal ini merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. SKK Migas wajib menyetor surplus dana ke Rekening Bendahara Umum Negara. ! 3.2 XXX, Ltd. 3.2.1 Deskripsi Perusahaan XXX, Ltd. adalah perusahaan afiliasi dari XYZ Corporation yang berkedudukan di Amerika Serikat, XXX, Ltd. merupakan sebuah Bentuk Usaha Tetap yang menjadi operator kegiatan eksplorasi dan produksi migas pada wilayah kerja di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain XXX, Ltd., wilayah kerja tersebut juga dikelola oleh beberapa perusahaan atau kontraktor lainnya yang bertindak sebagai mitra melalui Joint Operating Agreement. Kontrak Kerja Sama blok ini ditandatangani pada tahun 2005, dan akan berlanjut hingga tahun 2035. Hingga saat ini, XXX, Ltd. terus beroperasi dengan melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi migas pada wilayah kerjanya. Kegiatan pencarian cadangan migas atau eksplorasi terus dilakukan sejak tahun 1999, dan di tahun 2011 XXX, Ltd. berhasil menemukan cadangan minyak untuk kedua kalinya. Kegiatan pengembangan pada saat ini dilakukan untuk dua lapangan. Di tahun 2012, XXX, Ltd. berhasil memproduksi sebanyak lebih dari 8,2 juta barel minyak dan gas. Dalam melakukan kegiatan usahanya, XXX, Ltd. memilki Standar Perilaku Usaha yang meliputi: A) Etika, yaitu mengharapkan karyawannya mematuhi seluruh kebijakan perusahaan dan bertanggung jawab untuk melaporkan dugaan pelanggaran hukum atau kebijakan perusahaan kepada manajemen, ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 79 ! ! B) Sistem Manajemen, yaitu berkomitmen terhadap standar etika yang tinggi, yang dilaksanakan melalui kebijakan dan penerapan secara global dalam setiap aspek usaha dan di mana pun XXX, Ltd. beroperasi. C) Manajemen Sumber Daya Keuangan Jangka Panjang, yaitu merupakan tanggung jawab XXX, Ltd. untuk membantu memenuhi kebutuhan energi dunia dan menyediakan pasokan produk dengan harga yang kompetitif kepada pelanggan serta memberikan nilai kepada para pemegang sahamnya. D) Kebijakan dan Praktik Ketenagakerjaan, yaitu dengan berupaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bermanfaat ebih kepada setiap pegawainya. E) Manajemen Keselamatan dan Kesehatan, bahwa keselamatan dan kesehatan yang sempurna di tempat kerja merupakan prinsip utama perusahaan. F) Manajemen dan Perencanaan Lingkungan, yaitu mematuhi peraturan lokal yang berlaku untuk menjaga lingkungan hidup, dan jika tidak terdapat ketentuan yang mengatur tentang hal tersebut, maka XXX, Ltd. akan menggunakan standar operasi yang diyakini melindungi lingkungan hidup. G) Kandungan Lokal, yaitu sebagai kontribusinya terhadap negara di mana XXX, Ltd. beroperasi, XXX, Ltd. memastkan bahwa proyek-proyeknya memberikan manfaat berkesinambungan jangka panjang sehingga pemerintah dan masyarakatnya tidak semata-mata bergantung pada keberadaan XXX, Ltd. 3.2.2 Susunan Organisasi Susunan manajerial XXX, Ltd. ditunjukkan oleh Gambar 3.3. XXX, Ltd. di Indonesia dipimpin oleh seorang President yang membawahi beberapa fungsi, diantaranya adalah Project, Exploration and External Relations, Drilling, Production, Marketing, Finance, dan fungsi pendukung lainnya. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 80 ! ! Gambar 3.3 Susunan organisasi XXX, Ltd. Sumber: Dokumen Rencana Penggunaan Tenaga Kerja XXX, Ltd. (2013) Sedangkan struktur departemen Finance and Support Service XXX, Ltd. adalah sebagai berikut: Gambar 3.4 Susunan organisasi Departemen Finance and Support Service XXX, Ltd. Sumber: Dokumen Rencana Penggunaan Tenaga Kerja XXX, Ltd. (2013) ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! 81 ! ! Departemen Finance and Support Service dipimpin oleh seorang Vice President yang membawahi beberapa bagian seperti Controller, Financial Analyst, Treasury, Tax, Project Financing, Control and Procedures, serta Information Technology (IT) dan Facilities. Bagian pelaporan akuntansi berada dibawah divisi Controller, di mana bagian pelaporan akuntansi dibagi lagi menjadi tiga, yaitu pelaporan kepada pemerintah (Government Reporting), pelaporan produksi perusahaan (Production Corporation Reporting), dan pelaporan eksplorasi perusahaan (Exploration Corporation Reporting). Bagian Government Reporting lah yang bertanggung jawab untuk melaporkan lifting aktual dan realisasi anggaran biaya dengan menggunakan akuntansi PSC. 3.2.3 Kegiatan Usaha Perusahaan XXX, Ltd. melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi. Kegiatan eksplorasi berlangsung untuk mencari sumber daya migas dan sumber daya lainnya. Di tahun 2010 dan 2011, XXX, Ltd. telah menemukan dua lapangan yang memiliki cadangan minyak dan gas. Untuk kegiatan pengembangan, XXX, Ltd. saat ini mengembangkan dua lapangan. Lapangan tersebut meliputi lapangan minyak dan lapangan gas. Untuk lapangan minyak, telah dibangun Fasilitas Produksi Awal (Early Production Facility/EPF) pada Agustus 2009. Produksi penuh lapangan diperkirakan tahun 2014 dengan target produksi puncak 165.000 barel per hari, melalui fasilitas yang termasuk di dalamnya 90 sumur, fasilitas produksi dan pipa sepanjang 95 kilometer menuju fasilitas alir muat terapung berkapasitas 1,7 juta barel. Untuk kegiatan produksinya, XXX, Ltd. memiliki saham sebesar 45% di wilayah kerjanya dan bertindak sebagai operator. Lapangan produksi ini telah dikembangkan sejak tahun 2001, dan pada saat ini telah dikembangkan secara penuh. Pengembangan penuh lapangan ini terdiri dari Fasilitas Pengolahan Pusat (Central Processing Facility/CPF), jalur pipa darat dan lepas-pantai serta fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (Floating Storage and Offloading/FSO). Sumber daya yang ada pada wilayah kerja tersebut diperkirakan lebih dari 600 juta barel minyak, ditambah sumber daya gas yang signifikan. Produksi minyak ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 82 ! ! dan Fasilitas Produksi Awal dari lapangan produksi mencapai rata-rata 20.000 barel. Dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi migas, XXX, Ltd. telah melakukan kontrak kerja sama dengan SKK Migas melalui Kontrak Bagi Hasil Produksi atau Production Sharing Contract (PSC) sejak tahun 2005. Proporsi bagi hasil antara pemerintah dan XXX, Ltd. adalah sebesar 85% : 15% untuk minyak bumi dan 70% : 30% untuk gas. Kontrak kerja sama ini berlaku 30 tahun sejak tanggal efektif, yaitu sejak tahun 2005 hingga tahun 2035. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasional yang Dikembalikan Pemerintah (Cost Recovery) untuk Kontraktor Sesuai dengan prinsip Production Sharing Contract, ketika kontraktor telah menemukan cadangan komersial dan dapat memproduksinya, maka seluruh biaya operasional yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan usaha hulu migas akan digantikan oleh pemerintah. Biaya operasional yang dikembalikan Pemerintah (cost recovery) yang akan diterima oleh Kontraktor, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Menurut peraturan tersebut, segala jenis biaya operasional yang dikeluarkan oleh Kontraktor dalam melakukan aktivitas bisnis hulu migas harus sesuai dengan anggaran yang telah disetujui Pemerintah (direpresentasikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi/SKK Migas), yaitu melalui Work Programme and Budgeting (WP&B). Pengeluaran atas program kerja yang non rutin harus diotorisasi terlebih dahulu dan dikendalikan melalui Authorization for Expenditures (AFE). Sebelum dijelaskan mengenai jenis Biaya Operasional yang dikembalikan pemerintah (cost recovery) untuk XXX, Ltd. pada tahun 2X12, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai bagaimana mekanisme pelaporan realisasi anggaran biaya operasi yang dikeluarkan kontraktor untuk tahun berjalan. 4.1.1 Mekanisme Pelaporan Realisasi Anggaran Biaya Operasional Kontraktor Kontraktor akan mendapatkan cost recovery untuk biaya operasinya ketika kontraktor telah berproduksi. Namun, biaya tersebut tidak dikeluarkan tanpa acuan dan aturan yang jelas. Sebelum kontraktor dapat mengeluarkan biaya untuk operasional bisnis hulu migasnya, perlu ditentukan anggaran biaya yang menjadi acuan kontraktor, dan anggaran tersebut harus melalui proses persetujuan SKK Migas. 83 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 84 ! ! Enam bulan sebelum awal periode baru (misalkan semester kedua tahun 2X11), kontraktor akan berdiskusi dengan SKK Migas untuk menentukan rencana kerja, anggaran pengeluaran rutin, dan anggaran proyek untuk satu tahun periode berikutnya (misalkan untuk tahun 2X12). Diskusi tersebut akan menghasilkan persetujuan rencana kerja kontraktor melalui Work Programme and Budgeting (WP&B) dan Authorization for Expenditures (AFE) untuk pengeluaran program kerja yang non rutin. Pada tahun 2X12, kontraktor akan melakukan operasional hulu migasnya sesuai dengan rencana kerja dan anggaran pengeluaran rutin dalam WP&B dan sesuai dengan AFE. Dalam rangka membagi hasil produksi migas di awal tahun 2X12, maka akan dibuat acuan bagi hasil produksi, yang disebut dengan provisional entitlement, menggunakan angka anggaran dari WP&B. Kemudian, setiap bulannya kontraktor akan melaporkan hasil realisasi anggarannya kepada SKK Migas melalui Laporan Keuangan Bulanan (Financial Monthly Report/ FMR). FMR menyajikan ringkasan kinerja keuangan dan operasi kontraktor tiap bulannya, yang bertujuan untuk melaporkan realisasi anggaran yang telah disetujui SKK Migas dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas (SKK Migas, n.d.). Untuk bulan-bulan yang berjalan pada tahun 2X12, provisional entitlement, yakni acuan kontraktor untuk melakukan lifting dan menentukan bagi hasil produksi, akan menggunakan angka anggaran dari WP&B yang telah diperbaharui atau direvisi. WP&B akan diperbaharui dan disesuaikan dengan realisasi anggaran yang diketahui melalui FMR ataupun Laporan Keuangan Kuartalan (Financial Quarterly Report/ FQR). FQR menyajikan ringkasan kinerja keuangan dan operasi kontraktor dalam kurun waktu tiga bulan (SKK Migas, n.d.). Laporan FQR menggunakan dasar perlakuan akuntansi sesuai dengan Akuntansi PSC dan disusun sesuai panduan khusus yang dikeluarkan oleh SKK Migas, yaitu “Financial Budget and Reporting Procedure Manual of Production Sharing Contract”. Biaya yang tertera dalam FQR harus memenuhi persyaratan biaya operasional yang dikembalikan Pemerintah sesuai dengan PP No. 79 Tahun 2010, dan biaya yang ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 85 ! ! dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan anggaran yang telah disetujui oleh SKK Migas melalui WP&B dan AFE closed out. Realisasi anggaran biaya operasi yang dilaporkan oleh kontraktor kepada SKK Migas melalui FQR ataupun FMR, yang kemudian akan dianalisis oleh SKK Migas. SKK Migas akan meninjau apakah nilai realisasi komponen biaya operasi dalam FQR telah sesuai dengan anggaran dalam WP&B yang telah disetujui oleh SKK Migas. Ketika realisasi biaya tidak sesuai dengan anggaran, maka SKK Migas akan meminta konfirmasi dan penjelasan kontraktor mengenai ketidaksesuaian tersebut. Jika perlu, SKK Migas akan meminta kontraktor untuk mengoreksi biaya yang tidak sesuai dengan kriteria cost recovery. Selain itu, melalui FQR, SKK Migas dapat menganalisis perkiraan biaya operasi yang dikembalikan pemerintah (cost recovery) yang akan terealisasi pada tahun berjalan. Karena biaya operasi yang dikeluarkan kontraktor dalam upayanya untuk memproduksi migas akan dikembalikan oleh pemerintah, maka pengeluaran biaya yang dilakukan oleh kontraktor akan diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah (dalam hal ini SKK Migas). SKK Migas melakukan upaya untuk mengendalikan biaya tersebut dengan memastikan bahwa biaya operasional yang dikeluarkan kontraktor telah sesuai dengan persetujuan SKK Migas dalam WP&B dan AFE, melalui analisis FQR dan audit tiap tahunnya. Selain itu, SKK Migas juga melakukan pengendalian bagi hasil produksi melalui provisional entitlement yang angkanya disesuaikan dengan WP&B yang telah disetujui SKK Migas. Namun, masih terdapat kelemahan dalam mekanisme pengendalian biaya operasional yang dikeluarkan kontraktor. Kelemahannya adalah tidak ada verifikasi biaya oleh SKK Migas sebelum kontraktor mengeluarkan biaya operasinya. Kontraktor dapat mengeluarkan biaya tanpa mengajukan verifikasi kepada SKK Migas selama biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari lima juta dolar Amerika Serikat. SKK Migas baru akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi biaya ketika dilakukan audit oleh SKK Migas. Saat ini, verifikasi biaya belum dilakukan secara real-time. SKK Migas baru dapat melakukan verifikasi biaya ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 86 ! ! dan analisis kesesuaian biaya setelah kontraktor melakukan pengeluaran dan melaporkan pengeluaran yang telah dilakukannya. 4.1.2 Jenis Biaya Operasi yang dikembalikan Pemerintah Kepada Kontraktor (XXX, Ltd.) XXX, Ltd. adalah salah satu kontraktor yang menjadi mitra SKK Migas. XXX, Ltd. telah mencapai tahap produksi, sehingga seluruh biaya yang dikeluarkannya dalam kegiatan usaha hulu migas akan dikembalikan pemerintah. Tabel 4.1 menunjukkan daftar jenis Biaya Operasional Kontraktor XXX, Ltd. beserta jumlahnya, yang dikeluarkan hingga kuartal 4 (empat) tahun 2X12 atau selama satu tahun kalender. Biaya Operasional yang dikeluarkan oleh XXX, Ltd. mengacu pada program kerja dan anggaran dalam WP&B. Realisasi anggarannya akan dilaporkan melalui FQR. Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 Jumlah Jenis Biaya (dalam ribuan dolar Amerika) 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan: Biaya Pemboran Sumur Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Casing & Tubing Well Equipment - Surface Well Equipment - Subsurface Other Tangible Costs Biaya Tak Berwujud (intangible): Preparation & Termination Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Casing & Tubing Well Equipment - Surface Well Equipment - Subsurface Other Tangible Costs ! 858 0 0 0 631 2,540 (102)* 14,904 0 1,235 410 (178)* 56 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 87 ! ! Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan) Jumlah Jenis Biaya (dalam ribuan dolar Amerika) 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan (sambungan) ….Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi (sambungan) Biaya Tak Berwujud (intangible) Preparation & Termination Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs BIAYA G&G Geological Geophysical Seismic & other Surveys BIAYA ADMINISTRASI - EKSPLORASI Administration Other Total Biaya Eksplorasi & Pengembangan 187 187 11 6,415 15,717 70,831 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Oil Well Operations Oil Production and processing Facilities Secondary Recovery Operations Storage, Handling, Transportation, Delivery Supervision Maintenance Other Direct Production Expense - Oil Utilities and Auxiliary Operations : Production Tools and Equipment Maintenance Steam Services Electricity Services Industrial and Domestic Water Service Compressed Air Service Other Biaya umum dan administrasi - Lapangan Produksi: General and Administration Technical Support Services Material Services Transportation Costs Office and Misc. Bldg. Operations ! (400)* 21,172 (206)* 7,115 278 979 40,011 0 0 6,623 114 0 0 0 0 0 0 0 1,577 0 0 0 0 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 88 ! ! Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan) Jumlah Jenis Biaya (dalam ribuan dolar Amerika) 2. Biaya Produksi (sambungan) ….Biaya umum dan administrasi - Lapangan Produksi (sambungan) Personnel Expenses Public Relations Asset Retirements Depreciation Other Total Biaya Produksi 55,702 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Legal Services Audit Services Tax Services Business Insurance Other JASA TEKNIS JASA MATERIAL Material Administration Handling and Transportation Stock Difference Deterioration, Breakage Reconditioning Salvage Scrap Other BIAYA TRANSPORTASI Air Automobile Other BIAYA PEGAWAI Employee Relations Training Accommodations Welfare Other PUBLIC RELATION Trips Other ! 826 3,069 0 2,503 0 36 0 0 0 0 0 355 0 0 0 0 0 0 0 88 0 0 11,175 19,885 0 0 3,928 753 0 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 89 ! ! Tabel 4.1 Daftar Biaya Operasional XXX, Ltd. Tahun 2X12 (sambungan) Jumlah Jenis Biaya (dalam ribuan dolar Amerika) 3. Biaya Administrasi (sambungan) COMMUNITY DEVELOPMENT Community Projects Other BIAYA UMUM KANTOR Stationery and Supplies Communications Furniture & Equipment (Low Value) Rents, Licences Computerization Depreciation Other BIAYA OVERHEAD KANTOR PUSAT INTEREST ON LOAN FOR CAPITAL INVEST. 0 0 0 0 0 612 252 1,926 0 4,809 0 Total Biaya Administrasi 43,819 Sumber : Financial Quarterrly Report XXX, Ltd., telah diolah kembali. Keterangan: * koreksi audit dari temuan-temuan SKK Migas dan Auditor, serta koreksi atas kelebihan pembebanan biaya proyek yang tidak disetujui oleh SKK melalui proses AFE closed out, dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). ! Biaya-biaya yang dijabarkan pada Tabel 4.1 di atas dikelompokan sesuai dengan ketentuan dalam PP No. 79 tahun 2010 dan klasifikasinya mengacu pada akuntansi PSC “Exhibit C”, sebagaimana yang dilaporkan oleh XXX, Ltd. kepada SKK Migas melalui FQR kuartal 4 (empat) tahun 2X12. FQR menyajikan ringkasan kinerja keuangan dan operasi kontraktor, termasuk daftar biaya operasional yang dikeluarkan kontraktor setiap kuartalnya. Biaya operasional tersebut akan dikembalikan oleh pemerintah ketika memenuhi kriteria pengembalian biaya (cost recovery) sesuai kontrak PSC dan PP No. 79 Tahun 2010. Dalam FQR, ikhtisar biaya eksplorasi dan pengembangan tertera dalam “Report 4”, ikhtisar beban produksi tertera dalam “Report 8”, dan ikhtisar beban administratif tertera dalam “Report 11”. Beban administratif yang tertera dalam “Report 11” adalah beban administratif kantor perwakilan perusahaan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 90 ! ! kontraktor di Indonesia yang mendukung kegiatan operasional hulu migas di Indonesia. ! 4.2 Perbedaan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya antara Akuntansi Production Sharing Contract (PSC) “Exhibit C” dengan Pernyataan Standar Auntansi Keuangan (PSAK) Perlakuan akuntansi atas biaya yang dikeluarkan oleh Kontraktor sesuai dengan akuntansi Production Sharing Contract (PSC) dalam PSC “Exhibit C” dan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) memiliki perbedaan-perbedaan. Tujuan dari penggunaan kedua standar akuntansi tersebut pun berbeda. Tujuan penggunaan akuntansi PSC adalah untuk menyiapkan laporan bagi hasil migas untuk Pemerintah dan kontraktor, termasuk untuk keperluan cost recovery dan laporan perhitungan pajak, di mana informasi yang tertera dalam laporan tersebut akan digunakan oleh pemerintah. Sementara itu, PSAK digunakan sebagai standar penyusunan laporan keuangan perusahaan kontraktor dengan tujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para investor, debitur, kreditur, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya. Perbandingan perlakuan akuntansi untuk biaya yang mengacu pada akuntansi PSC “Exhibit C” dan PSAK, termasuk perlakuan akuntansi untuk biaya dalam PSAK No. 29 (1994) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pengganti PSAK 29, terangkum dalam Tabel 4.2. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan antara perlakuan akuntansi untuk biaya dalam setiap tahapan kegiatan usaha hulu migas yang mengacu pada akuntansi PSC, PSAK No. 29 (1994) Successful Efforts dan Full Costing, serta yang mengacu pada SAK pengganti PSAK 29. Secara keseluruhan, ketika kontraktor berhasil menemukan cadangan migas yang komersial, maka perbedaan perlakuan akuntansi terdapat pada biaya dalam tahapan eksplorasi dan pengembangan. Perbedaan tersebut terdapat pada biaya topografi, biaya geologi, biaya geofisika, biaya pemboran sumur eksplorasi yang tak berwujud, dan biaya pengeboran sumur pengembangan yang tak berwujud. Biaya-biaya tersebut dicetak tebal dan bergaris bawah dalam Tabel 4.2. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 91 ! ! Tabel 4.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya antara Akuntansi PSC “Exhibit C”, Metode Successful Efforts (SE) dalam PSAK 29, Metode Full Costing (FC) dalam PSAK 29, dan Perlakuan Akuntansi yang Mengacu pada SAK Pengganti PSAK 29 Jenis Biaya Akuntansi PSC PSAK 29 SE PSAK 29 FC BIAYA EKSPLORASI Ketika berhasil menemukan cadangan komerisal Biaya penyelidikan topografi Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Biaya penyelidikan geologi Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Biaya penyelidikan geofisika Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Biaya Pemboran Sumur Biaya Tak Berwujud Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Biaya Berwujud Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi BIAYA EKSPLORASI Ketika gagal menemukan cadangan komerisal Biaya penyelidikan Dibebankan Dibebankan Dibebankan topografi Biaya penyelidikan Dibebankan Dibebankan Dibebankan geologi Biaya penyelidikan Dibebankan Dibebankan Dibebankan geofisika Biaya Pemboran Sumur Biaya Tak Berwujud Dibebankan Dibebankan Dibebankan Biaya Berwujud Dibebankan Dibebankan Dibebankan BIAYA PENGEMBANGAN Biaya Pemboran Sumur Tak Berwujud Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Biaya Pemboran Sumur Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Berwujud BIAYA PRODUKSI Beban Lifting Dibebankan Dibebankan Dibebankan Beban Pemisahan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Beban Pengangkutan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Beban Pengumpulan Dibebankan Dibebankan Dibebankan SAK pengganti PSAK 29 Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Sumber: Production Sharing Contract “Exhibit C”, PSAK No. 29 (1994), SAK pengganti PSAK 29, dan PricewaterhouseCoopers (2012), telah diolah kembali. Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa secara umum tidak ada perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan hulu migas antara metode Full Costing yang diatur dalam PSAK No. 29 (1994) dengan perlakuan akuntansi yang ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 92 ! ! mengacu pada SAK pengganti PSAK 29. Untuk itu, penulis akan menyatukan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan hulu migas antara PSAK No. 29 (1994) metode Full Costing dengan SAK pengganti PSAK 29, yang selanjutnya disebut dengan metode Full Costing. Untuk biaya eksplorasi, hanya akan terdapat perbedaan perlakuan akuntansi antara yang mengacu pada akuntansi PSC dan PSAK ketika kontraktor menemukan cadangan migas yang komersial. Sebaliknya, ketika kegiatan eksplorasi gagal menemukan cadangan migas, maka menurut metode apapun, segala biaya yang dikeluarkan akan dibebankan pada periode terjadinya. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan tersebut kemungkinan besar tidak akan membawa manfaat ekonomis bagi perusahaan, sehingga tidak memenuhi kriteria pengakuan aset. Dalam tahapan eksplorasi, akuntansi PSC “Exhibit C” akan membagi biaya pengeboran eksplorasi menjadi biaya pengeboran berwujud (tangible drilling) dan tidak berwujud (intangible drilling). Biaya yang bersifat tangible akan diklasifikasikan sebagai Biaya Kapital yang akan dikapitalisasi. Biaya yang bersifat intangible akan diklasifikasikan sebagai Biaya Non Kapital yang akan dibebankan pada periode berjalan. Biaya geologi dan geofisika akan diklasifikasikan sebagai Biaya Non Kapital yang dibebankan pada tahun berjalan. Sementara itu, menurut metode Successful Efforts sesuai PSAK No. 29, seluruh biaya eksplorasi akan dibebankan pada tahun berjalan, kecuali biaya pemboran sumur berwujud dan tidak berwujud ketika ditemukan cadangan terbukti, maka biaya tersebut akan dikapitalisasikan. Biaya eksplorasi menurut metode Full Costing akan dikapitalisasikan. Jadi, untuk biaya eksplorasi, perbedaan perlakuan akuntansi antara akuntansi PSC “Exhibit C” dan PSAK terletak pada biaya topografi, geologi dan geofisika, serta biaya pemboran sumur tak berwujud (intangible). Menurut metode akuntansi PSC “Exhibit C” dan metode Successful Efforts PSAK No. 29, biaya topografi, geologi dan geofisika akan dibebankan pada periode berjalan, sementara menurut metode Full Costing, biaya tersebut dikapitalisasi. Biaya pemboran sumur tak berwujud (intangible drilling cost) yang menemukan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 93 ! ! cadangan terbukti menurut metode akuntansi PSC “Exhibit C” akan dibebankan pada periode berjalan, sementara menurut metode Successful Efforts dan Full Costing sesuai dengan PSAK, biaya tersebut akan dikapitalisasi. Kemudian, untuk biaya pemboran sumur pengembangan, menurut PSAK, baik dengan metode Successful Efforts maupun Full Costing, perlakuan akuntansinya adalah dengan mengkapitalisasikan seluruh biaya pengembangan sebagai bagian dari aset. Sementara itu, menurut akuntansi PSC “Exhibit C”, biaya pemboran sumur pengembangan yang bersifat tangible akan dikapitalisasi dan bagi yang bersifat intangible akan dibebankan pada tahun berjalan. Tidak ada perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya yang dikelompokan ke dalam biaya produksi antara akuntansi PSC “Exhibit C” dengan metode Successful Efforts dan Full Costing yang sesuai dengan PSAK. Seluruh biaya tersebut dibebankan pada saat terjadinya pada tahun berjalan. Perlakuan akuntansi yang disebutkan pada Tabel 4.2 adalah perlakuan akuntansi yang jenis biayanya dikelompokkan sesuai dengan panduan PSAK No. 29 (1994). Sementara itu, ketika kontraktor melaporkan biaya operasionalnya kepada SKK Migas, maka biaya akan disajikan sesuai dengan klasifikasi biaya yang ditentukan dalam PSC dan PP No. 79 Tahun 2010. Tabel 4.3 menunjukkan perbandingan perlakuan akuntansi antara akuntansi PSC dan PSAK untuk berbagai jenis biaya operasional Kontraktor (dalam hal ini XXX, Ltd.) pada tahun 2X12 yang biayanya dikelompokan sesuai dengan ketentuan PSC. XXX, Ltd. telah berhasil menemukan cadangan migas yang komersial. Untuk itu, dalam mengkaji perberdaan perlakukan akuntansi untuk biaya operasional XXX, Ltd., maka akan digunakan perlakuan akuntansi yang mana biaya eksplorasi dan pengembangan menemukan cadangan komersial. Perbedaan perlakuan akuntansi terdapat pada beberapa jenis biaya, meliputi biaya tak berwujud dalam pemboran sumur pengembangan, biaya tak berwujud dalam pemboran sumur eksplorasi, serta biaya geologi dan geofisika. Jenis biaya yang memiliki perbedaan perlakuan akuntansi antara akuntansi PSC “Exhibit C” dan PSAK metode Successful Efforts maupun metode Full Costing, telah dicetak berwarna tebal dan bergaris bawah dalam Tabel 4.3. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 94 ! ! Tabel 4.3 Perbandingan perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional XXX, Ltd. dengan Mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C”, PSAK Metode Successful Efforts (SE), dan PSAK metode Full Costing (FC) Jenis Biaya Klasifikasi Biaya (PSC) Perlakuan Akuntansi Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan: Biaya Pemboran Sumur Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Casing & Tubing Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Well Equipment - Surface Well Equipment Subsurface Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Other Tangible Costs Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Preparation & Termination Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Drilling Operations Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Completion Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi General Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Other Intangible Costs Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Casing & Tubing Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Well Equipment - Surface Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Well Equipment - Subsurface Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Other Tangible Costs Kapital Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Preparation & Termination Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Drilling Operations Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Completion Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi General Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Other Intangible Costs Non Kapital Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Geological Non Kapital Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Geophysical Non Kapital Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Seismic & other Surveys Non Kapital Dibebankan Dibebankan Kapitalisasi Biaya Tak Berwujud (intangible): Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Biaya Tak Berwujud (intangible) BIAYA G&G BIAYA ADMINISTRASI - EKSPLORASI Administration Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 95 ! ! Tabel 4.3 Perbandingan perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional XXX, Ltd. dengan Mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C”, PSAK Metode Successful Efforts, dan PSAK metode Full Costing (sambungan) Jenis Biaya Klasifikasi Biaya (PSC) Perlakuan Akuntansi Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Oil Well Operations Oil Production and processing Facilities Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Secondary Recovery Operations Storage, Handling, Transportation, Delivery Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Supervision Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Maintenance Other Direct Production Expense - Oil Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Utilities and Auxiliary Operations : Production Tools and Equipment Non Kapital Maintenance Dibebankan Dibebankan Dibebankan Steam Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Electricity Services Industrial and Domestic Water Service Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Compressed Air Service Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Biaya umum dan administrasi - Lapangan Produksi: ! General and Administration Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Technical Support Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Material Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Transportation Costs Office and Misc. Bldg. Operations Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Personnel Expenses Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Public Relations Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Asset Retirements Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Depreciation Depresiasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 96 ! ! Tabel 4.3 Perbandingan perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional XXX, Ltd. dengan Mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C”, PSAK Metode Successful Efforts, dan PSAK metode Full Costing (sambungan) Jenis Biaya Klasifikasi Biaya (PSC) Perlakuan Akuntansi Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Legal Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Audit Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Tax Services Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Business Insurance Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Material Administration Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Handling and Transportation Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Stock Difference Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Deterioration, Breakage Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Reconditioning Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Salvage Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Scrap Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Air Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Automobile Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Employee Relations Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Training Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Accommodations Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Welfare Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Trips Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Community Projects Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan JASA TEKNIS JASA MATERIAL BIAYA TRANSPORTASI BIAYA PEGAWAI PUBLIC RELATION COMMUNITY DEVELOPMENT ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 97 ! ! Tabel 4.3 Perbandingan perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional XXX, Ltd. dengan Mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C”, PSAK Metode Successful Efforts, dan PSAK metode Full Costing (sambungan) Jenis Biaya Klasifikasi Biaya (PSC) Perlakuan Akuntansi Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 3. Biaya Administrasi (sambungan) BIAYA UMUM KANTOR Stationery and Supplies Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Communications Furniture & Equipment (Low Value) Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Rents, Licences Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Computerization Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Depreciation Depresiasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Other Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan BIAYA OVERHEAD KANTOR PUSAT Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan INTEREST ON LOAN FOR Kapital INVEST. Non Kapital Dibebankan Dibebankan Dibebankan Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., Production Sharing Contract “Exhibit C”, PSAK No. 29 (1994), dan SAK pengganti PSAK 29, telah diolah kembali. 4.3 Perbandingan Jumlah Cost Recovery Kontraktor (XXX, Ltd.) pada Tahun Berjalan dengan Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC dan PSAK Untuk dapat menghitung jumlah biaya yang dikembalikan pemerintah (cost recovery) kepada XXX, Ltd. pada tahun berjalan, maka perlu diketahui berapa jumlah biaya yang termasuk dalam komponen cost recovery, yakni meliputi beban operasional (Operating Expenses/ OPEX) tahun berjalan, beban depresiasi untuk aset yang berstatus Placed in Service (PIS) pada tahun berjalan, beban depresiasi untuk aset yang berstatus PIS pada tahun-tahun sebelumnya, dan berapa jumlah cost recovery yang belum dikembalikan pemerintah pada tahun sebelumnya (uncovered costs) yang dapat dikembalikan pada tahun berjalan. Untuk itu, segala jenis Biaya Operasional XXX, Ltd. pada tahun 2X12, sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya dalam Tabel 4.1, harus ditinjau kembali sesuai dengan perlakuan akuntansinya, apakah biaya tersebut akan dibebankan pada tahun berjalan, ataukah akan dikapitalisasi, atau diklasifikasikan sebagai beban depresiasi. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 98 ! ! Biaya yang perlakuan akuntansinya dibebankan, maka akan masuk ke dalam kelompok biaya yang dibebankan sebagai OPEX. Biaya yang perlakuan akuntansinya dikapitalisasi, akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya kapital. Biaya Operasional XXX, Ltd. yang telah diklasifikasikan sebagai OPEX dan beban depresiasi akan diperhitungkan sebagai komponen cost recovery tahun berjalan. Sementara itu, Biaya Operasional XXX, Ltd. yang diklasifikasikan sebagai biaya kapital tidak dimasukkan ke dalam komponen perhitungan cost recovery tahun 2X12. Informasi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah bahwa XXX, Ltd. tidak memiliki unrecovered costs, dan jumlah beban depresiasi tahun 2X12 adalah sebesar 4.428.903 dolar Amerika Serikat (US$), yang terdiri dari jumlah beban depresiasi untuk aset yang berstatus PIS pada tahun berjalan dan pada tahun-tahun sebelumnya. Beban depresiasi untuk aset yang berstatus PIS pada tahun berjalan adalah sejumlah US$ 1.979.340 dan beban depresiasi untuk aset yang telah berstatus PIS pada tahun sebelumnya adalah sejumlah US$ 2.449.563. Berikut penjelasan mengenai perhitungan jumlah cost recovery tahun 2X12 untuk XXX, Ltd. dengan perlakuan akuntansi untuk biaya yang mengacu pada Akuntansi PSC “Exhibit C” dan PSAK. Perlu diingat bahwa perlakuan akuntansi dengan metode Successful Efforts yang dimaksud pada pembahasan ini adalah metode Successful Efforts yang mengacu pada PSAK No. 29 tentang Minyak dan Gas Bumi (1994), dan metode Full Costing yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah metode Full Costing yang mengacu pada PSAK No. 29 (1994) yang disatukan dengan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan hulu migas sesuai dengan SAK pengganti PSAK No. 29. 4.3.1 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Akuntansi PSC Pengelompokan berbagai jenis Biaya Operasional XXX, Ltd. pada tahun 2X12 ke dalam OPEX, Biaya Kapital, dan Beban Depresiasi sesuai dengan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” ditunjukkan dalam Tabel 4.4. Dengan menggunakan akuntansi PSC, jumlah Biaya Operasi yang dikelompokan sebagai beban operasional (OPEX) tahun berjalan adalah sebesar US$ 163.541.273, Biaya ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 99 ! ! Operasi yang diklasifikasikan sebagai beban depresiasi adalah sebesar US$ 4.428.903, dan Biaya Operasi yang dikapitalisasi dan diklasifikasikan sebagai biaya kapital dari kegiatan eksplorasi dan pengembangan adalah sebesar US$ 2.381.235. Tabel 4.4 Pengelompokan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai Akuntansi PSC Jenis Biaya Perlakuan Akuntansi (PSC) Dibebankan Sebagai OPEX* 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan BIAYA PEMBORAN SUMUR Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Casing & Tubing 858 Kapitalisasi Well Equipment Surface 0 Kapitalisasi Well Equipment Subsurface 0 Kapitalisasi Other Tangible Costs 0 Kapitalisasi Biaya Tak Berwujud (intangible): Preparation & Termination 631 Dibebankan Drilling Operations 2,540 Dibebankan 2,540 Completion General Other Intangible Costs Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Casing & Tubing Well Equipment Surface Well Equipment Subsurface Other Tangible Costs ! Jumlah* Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 858 0 0 0 631 (102) Dibebankan (102) 14,904 Dibebankan 14,904 0 Dibebankan 0 1,235 Kapitalisasi 1,235 410 Kapitalisasi 410 (178) Kapitalisasi (178) 56 Kapitalisasi 56 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 100 ! ! Tabel 4.4 Pengelompokan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai Akuntansi PSC (sambungan) Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (PSC) Dibebankan Sebagai OPEX* Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan (sambungan) ….Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi (sambungan) Biaya Tak Berwujud (intangible) Preparation & Termination Drilling Operations (400) Dibebankan (400) 21,172 Dibebankan 21,172 Completion (206) Dibebankan (206) General Other Intangible Costs BIAYA G&G 7,115 Dibebankan 7,115 278 Dibebankan 278 Geological 187 Dibebankan 187 Geophysical Seismic & other Surveys BIAYA ADMINISTRASI EKSPLORASI Administration 187 Dibebankan 187 11 Dibebankan 11 6,415 Dibebankan 6,415 15,717 Dibebankan 15,717 Other Total Biaya Eksplorasi & Pengembangan 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Oil Well Operations Oil Production and processing Facilities Secondary Recovery Operations Storage, Handling, Transportation, Delivery Supervision Maintenance 70,831 68,450 2,381 979 Dibebankan 979 40,011 Dibebankan 40,011 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 6,623 Dibebankan 6,623 114 Dibebankan 114 - ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 101 ! ! Tabel 4.4 Pengelompokan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai Akuntansi PSC (sambungan) Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (PSC) Dibebankan Sebagai OPEX* Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 2. Biaya Produksi ….Biaya Langsung Produksi (sambungan) Other Direct Production Expense - Oil Utilities and Auxiliary Operations : Production Tools and Equipment Maintenance Steam Services Electricity Services Industrial and Domestic Water Service Compressed Air Service Other Biaya umum dan administrasi Lapangan Produksi: General and Administration Technical Support Services Material Services Transportation Costs Office and Misc. Bldg. Operations Personnel Expenses Public Relations 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 1,577 Dibebankan 1,577 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 826 Dibebankan 826 3,069 Dibebankan 3,069 0 Dibebankan 0 2,503 Dibebankan 0 Dibebankan Asset Retirements Depreciation Other Total Biaya Produksi 55,702 2,503 0 53,199 - 2,503 ! ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 102 ! ! Tabel 4.4 Pengelompokan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai Akuntansi PSC (sambungan) Jenis Biaya 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Legal Services Perlakuan Akuntansi (PSC) Dibebankan Sebagai OPEX* 36 Dibebankan 36 Audit Services 0 Dibebankan 0 Tax Services 0 Dibebankan 0 Business Insurance 0 Dibebankan 0 Other 0 Dibebankan 0 JASA TEKNIS JASA MATERIAL Material Administration Handling and Transportation Stock Difference Deterioration, Breakage Reconditioning 0 Dibebankan 0 355 Dibebankan 355 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 Salvage 0 Dibebankan 0 Scrap 0 Dibebankan 0 Other BIAYA TRANSPORTASI Air 0 Dibebankan 0 88 Dibebankan 88 Automobile 0 Dibebankan 0 Other BIAYA PEGAWAI Employee Relations 0 Dibebankan 0 11,175 Dibebankan 11,175 Training 19,885 Dibebankan 19,885 Accommodations 0 Dibebankan 0 Welfare 0 Dibebankan 0 3,928 Dibebankan 3,928 753 Dibebankan 753 0 Dibebankan 0 Other PUBLIC RELATION Trips Other ! Jumlah* Biaya Kapital* Beban Depresiasi* Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 103 ! ! ! Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (PSC) Dibebankan Sebagai OPEX* 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 3. Biaya Administrasi COMMUNITY DEVELOPMENT Community Projects Other BIAYA UMUM KANTOR Stationery and Supplies Communications Furniture & Equipment (Low Value) Rents, Licences 0 Dibebankan 0 612 Dibebankan 612 Computerization 252 Dibebankan 252 1,926 Dibebankan 0 Dibebankan 0 4,809 Dibebankan 4,809 0 Dibebankan 0 Depreciation Other BIAYA OVERHEAD KANTOR PUSAT INTEREST ON LOAN FOR CAPITAL INVEST. Total Biaya Administrasi Total Biaya Tahun 2X12 43,819 Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 1,926 41,893 - 1,926 170,352 163,541 2,381 4,429 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., Production Sharing Contract “Exhibit C”, telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam ribuan dolar Amerika serikat yang telah dibulatkan, dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Biaya yang telah dikelompokan menjadi beban OPEX akan dimasukkan ke dalam perhitungan cost recovery tahun berjalan sebagai current year OPEX. Beban depresiasi akan dimasukkan pula ke dalam komponen cost recovery, namun dibedakan menjadi beban depresiasi untuk aset yang berstatus PIS pada tahun berjalan (current year depreciation expense) dan beban depresiasi untuk aset yang telah berstatus PIS pada tahun sebelumnya (prior years depreciation expense). Sementara itu, biaya kapital tidak dimasukkan ke dalam komponen cost ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 104 ! ! recovery tahun berjalan karena yang akan dikembalikan pemerintah adalah depresiasi atas aset dari biaya kapital tersebut yang telah berstatus PIS. Jumlah cost recovery XXX, Ltd. tahun 2X12 yang perlakuan akuntansinya mengacu pada akuntansi PSC “Exhibit C” ditunjukkan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Akuntansi PSC “Exhibit C” Komponen Cost Recovery Jumlah* Current Year OPEX Unrecovered Costs Current Year Depreciation Exp. Prior Years Depreciation Exp. Total Cost Recovery Tahun 2X12 163,541,273 2,449,563 1,979,340 167,970,176 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., Production Sharing Contract “Exhibit C”, telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika serikat dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Dari kajian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSC, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 167.970.176. 4.3.2 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai PSAK – Successful Efforts Pengelompokkan berbagai jenis Biaya Operasional XXX, Ltd. pada tahun 2X12 ke dalam OPEX, Biaya Kapital, dan Beban Depresiasi sesuai dengan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Succesful Efforts ditunjukkan dalam Tabel 4.6. Dengan menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK metode Successful Efforts yang mengacu pada PSAK No. 29 (1994), jumlah Biaya Operasi yang dikelompokan sebagai beban operasional (OPEX) tahun berjalan adalah sebesar US$ 117.608.185, Biaya Operasi yang diklasifikasikan sebagai beban depresiasi adalah sebesar US$ 4.428.903, dan Biaya Operasi yang dikapitalisasi dan diklasifikasikan sebagai biaya kapital dari kegiatan eksplorasi dan pengembangan adalah sebesar US$ 48.314.329. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 105 ! ! Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (SE) Dibebankan Sebagai OPEX* 858 Kapitalisasi 858 0 Kapitalisasi 0 0 Kapitalisasi 0 0 Kapitalisasi 0 Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan BIAYA PEMBORAN SUMUR Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Casing & Tubing Well Equipment Surface Well Equipment Subsurface Other Tangible Costs Biaya Tak Berwujud (intangible): Preparation & Termination Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Casing & Tubing Well Equipment Surface Well Equipment Subsurface Other Tangible Costs Biaya Tak Berwujud (intangible) Preparation & Termination Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs ! 631 Kapitalisasi 631 2,540 Kapitalisasi 2,540 (102) 14,904 Kapitalisasi Kapitalisasi (102) 14,904 0 Kapitalisasi 0 1,235 Kapitalisasi 1,235 410 Kapitalisasi 410 (178) Kapitalisasi (178) 56 Kapitalisasi 56 (400) Kapitalisasi (400) 21,172 Kapitalisasi 21,172 (206) Kapitalisasi (206) 7,115 Kapitalisasi 7,115 278 Kapitalisasi 278 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 106 ! ! Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (SE) Dibebankan Sebagai OPEX* 187 Dibebankan 187 187 Dibebankan 187 11 Dibebankan 11 6,415 Dibebankan 6,415 15,717 Dibebankan 15,717 Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan BIAYA G&G Geological Geophysical Seismic & other Surveys BIAYA ADMINISTRASI EKSPLORASI Administration Other Total Biaya Eksplorasi & Pengembangan 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Oil Well Operations Oil Production and processing Facilities Secondary Recovery Operations Storage, Handling, Transportation, Delivery Supervision Maintenance Other Direct Production Expense – Oil Utilities and Auxiliary Operations Production Tools and Equipment Maintenance Steam Services Electricity Services Industrial and Domestic Water Service 70,831 22,517 48,314 979 Dibebankan 979 40,011 Dibebankan 40,011 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 6,623 Dibebankan 6,623 114 Dibebankan 114 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 - ! ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 107 ! ! Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) Jenis Biaya Jumlah* 2. Biaya Produksi (sambungan) Utilities and Auxiliary Operations Compressed Air Service 0 Other 0 Biaya umum dan administrasi – Lapangan Produksi: General and Administration 1,577 Technical Support 0 Services Material Services 0 Transportation Costs 0 Office and Misc. Bldg. Operations 0 Personnel Expenses 826 Public Relations 3,069 Asset Retirements 0 Depreciation 2,503 Other 0 Total Biaya Produksi 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Legal Services Audit Services Tax Services Business Insurance Other JASA TEKNIS JASA MATERIAL Material Administration Handling and Transportation Stock Difference Deterioration, Breakage ! Perlakuan Akuntansi (SE) Dibebankan Sebagai OPEX* Dibebankan 0 Dibebankan 0 Dibebankan 1,577 Dibebankan 0 Dibebankan 0 Dibebankan 0 Dibebankan 0 Dibebankan 826 Dibebankan 3,069 Dibebankan 0 Biaya Kapital* Dibebankan Dibebankan 55,702 Beban Depresiasi* 2,503 0 53,199 36 Dibebankan 36 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 355 Dibebankan 355 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 - 2,503 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 108 ! ! Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK metode Successful Efforts (SE) yang mengacu pada PSAK 29 (sambungan) Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (SE) 3. Biaya Administrasi (sambungan) JASA MATERIAL Reconditioning 0 Dibebankan Salvage 0 Dibebankan Scrap 0 Dibebankan Other 0 Dibebankan BIAYA TRANSPORTASI Air 88 Dibebankan Automobile 0 Dibebankan Other 0 Dibebankan BIAYA PEGAWAI Dibebankan Employee Relations 11,175 Dibebankan Training 19,885 Dibebankan Accommodations 0 Dibebankan Welfare 0 Dibebankan Other 3,928 Dibebankan PUBLIC RELATION Trips 753 Dibebankan Other 0 Dibebankan COMMUNITY DEVELOPMENT Community Projects 0 Dibebankan Other 0 Dibebankan BIAYA UMUM KANTOR Dibebankan Stationery and 0 Dibebankan Supplies Communications 0 Dibebankan Furniture & Equipment 0 Dibebankan (Low Value) Rents, Licences 612 Dibebankan Computerization 252 Dibebankan Depreciation 1,926 Dibebankan Other 0 Dibebankan BIAYA OVERHEAD KANTOR PUSAT 4,809 Dibebankan INTEREST ON LOAN FOR CAPITAL INVEST. 0 Dibebankan Dibebankan Sebagai OPEX* Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 0 0 0 0 88 0 0 11,175 19,885 0 0 3,928 753 0 0 0 0 0 0 612 252 1,926 0 4,809 0 ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 109 ! ! Tabel 4.6 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Successful Efforts (SE) yang Mengacu pada PSAK 29 (sambungan) Total Biaya Administrasi Total 43,819 170,352 41,893 - 1,926 117,608 48,314 4,429 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., PSAK 29 (1994), telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam ribuan dolar Amerika serikat yang telah dibulatkan, dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Setelah menegkaji klasifikasi biaya, maka dapat ditentukan komponen cost recovery pada tahun berjalan. Tabel 4.7 menunjukkan daftar komponen cost recovery XXX, Ltd. beserta jumlah cost recovery untuk tahun 2X12 yang biayanya diakui dengan perlakuan akuntansi sesuai dengan akuntansi metode Successful Efforts. Tabel 4.7 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai Metode Successful Efforts yang Mengacu pada PSAK 29 Komponen Cost Recovery Jumlah* Current Year OPEX Unrecovered Costs Current Year Depreciation Exp. Prior Years Depreciation Exp. Total Cost Recovery Tahun 2X12 117,608,185 2,449,563 1,979,340 122,037,088 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., PSAK 29 (1994), telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika serikat yang telah dibulatkan dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Berdasarkan kajian, dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK metode Successful Efforts, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 122.037.088. 4.3.3 Jumlah Cost Recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi Sesuai PSAK – Full Costing Pengelompokkan berbagai jenis Biaya Operasional XXX, Ltd. pada tahun 2X12 ke dalam OPEX, Biaya Kapital, dan Beban Depresiasi sesuai dengan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Full Costing ditunjukkan dalam Tabel 4.6. Dengan menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK metode Full Costing yang mengacu pada PSAK No. 29 (1994) dan SAK Pengganti PSAK 29, jumlah Biaya Operasi yang dikelompokan sebagai beban operasional (OPEX) ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 110 ! ! tahun berjalan adalah sebesar US$ 117.222.860, Biaya Operasi yang diklasifikasikan sebagai beban depresiasi adalah sebesar US$ 4.428.903, dan Biaya Operasi yang dikapitalisasi dan diklasifikasikan sebagai biaya kapital dari kegiatan eksplorasi dan pengembangan adalah sebesar US$ 48.699.654. Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 Jenis Biaya Jumlah* Perlakuan Akuntansi (FC) Dibebankan Sebagai OPEX* 858 Kapitalisasi 858 0 Kapitalisasi 0 0 Kapitalisasi 0 0 Kapitalisasi 0 631 Kapitalisasi 631 2,540 Kapitalisasi 2,540 (102) Kapitalisasi (102) 14,904 Kapitalisasi 14,904 0 Kapitalisasi 0 1,235 Kapitalisasi 1,235 410 Kapitalisasi 410 (178) Kapitalisasi (178) 56 Kapitalisasi 56 (400) Kapitalisasi (400) Biaya Kapital* Beban Depresiasi* 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan BIAYA PEMBORAN SUMUR Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Casing & Tubing Well Equipment Surface Well Equipment Subsurface Other Tangible Costs Biaya Tak Berwujud (intangible): Preparation & Termination Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Casing & Tubing Well Equipment Surface Well Equipment Subsurface Other Tangible Costs Biaya Tak Berwujud (intangible) Preparation & Termination ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 111 ! ! Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) Jenis Biaya Drilling Operations Completion General Other Intangible Costs BIAYA G&G Geological Geophysical Seismic & other Surveys BIAYA ADMINISTRASI EKSPLORASI Administration Other Total Biaya Eksplorasi & Pengembangan 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Oil Well Operations Oil Production and processing Facilities Secondary Recovery Operations Storage, Handling, Transportation, Delivery Supervision Maintenance Other Direct Production Expense - Oil Utilities and Auxiliary Operations Production Tools and Equipment Maintenance Steam Services Electricity Services Industrial and Domestic Water Service Jumlah* Perlakuan Akuntansi (FC) Dibebankan Sebagai OPEX* 21,172 Kapitalisasi 21,172 (206) Kapitalisasi (206) 7,115 Kapitalisasi 7,115 278 Kapitalisasi 278 187 Kapitalisasi 187 187 Kapitalisasi 187 11 Kapitalisasi 11 6,415 Dibebankan 6,415 15,717 Dibebankan 15,717 22,131 70,831 Biaya Kapital* 48,700 979 Dibebankan 979 40,011 Dibebankan 40,011 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 6,623 Dibebankan 6,623 114 Dibebankan 114 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 Beban Depresiasi* - ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 112 ! ! Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) Biaya umum dan administrasi Lapangan Produksi: General and Administration Technical Support Services Material Services Transportation Costs Office and Misc. Bldg. Operations Personnel Expenses Public Relations Asset Retirements Depreciation Other Total Biaya Produksi 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Legal Services Audit Services Tax Services Business Insurance Other JASA TEKNIS JASA MATERIAL Material Administration Handling and Transportation Stock Difference Deterioration, Breakage Reconditioning Salvage Scrap Other BIAYA TRANSPORTASI Air Automobile Other ! 1,577 Dibebankan 1,577 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 826 Dibebankan 826 3,069 Dibebankan 3,069 0 Dibebankan 0 2,503 Dibebankan 0 Dibebankan 55,702 2,503 0 53,199 Dibebankan 36 Dibebankan 36 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 355 Dibebankan 355 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 88 Dibebankan 88 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 - 2,503 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 113 ! ! Tabel 4.8 Pengelompokkan Biaya Operasional XXX, Ltd. sesuai PSAK Metode Full Costing (FC) yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 (sambungan) BIAYA PEGAWAI Employee Relations Training Accommodations Welfare Other PUBLIC RELATION Trips Other COMMUNITY DEVELOPMENT Community Projects Other BIAYA UMUM KANTOR Stationery and Supplies Communications Furniture & Equipment (Low Value) Rents, Licences Computerization Depreciation Other BIAYA OVERHEAD KANTOR PUSAT INTEREST ON LOAN FOR CAPITAL INVEST. Total Biaya Administrasi Total 11,175 Dibebankan 11,175 19,885 Dibebankan 19,885 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 3,928 Dibebankan 3,928 753 Dibebankan 753 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 0 Dibebankan 0 612 Dibebankan 612 252 Dibebankan 252 1,926 Dibebankan 0 Dibebankan 0 4,809 Dibebankan 4,809 0 Dibebankan 0 43,819 170,352 1,926 41,893 - 1,926 117,223 48,700 4,429 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., PSAK 29 (1994), dan SAK pengganti PSAK 29, telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam ribuan dolar Amerika serikat yang telah dibulatkan, dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Setelah menegkaji klasifikasi biaya, maka dapat ditentukan komponen cost recovery pada tahun berjalan. Tabel 4.9 menunjukkan daftar komponen cost recovery XXX, Ltd. beserta jumlah cost recovery untuk tahun 2X12 yang biayanya diakui dengan perlakuan akuntansi sesuai dengan akuntansi metode Full Costing yang mengacu pada PSAK No. 29 (1994) dan SAK Pengganti PSAK 29. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 114 ! ! Tabel 4.9 Jumlah cost recovery XXX, Ltd. dengan Perlakuan Akuntansi sesuai Metode Full Costing yang Mengacu pada PSAK 29 dan SAK Pengganti PSAK 29 Komponen Cost Recovery Jumlah* Current Year OPEX Unrecovered Costs Current Year Depreciation Exp. Prior Years Depreciation Exp. Total Cost Recovery Tahun 2X12 117,222,860 2,449,563 1,979,340 121,651,763 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., PSAK 29 (1994), dan SAK pengganti PSAK 29, telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika serikat dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). Berdasarkan kajian, dapat diketahui bahwa jumlah cost recovery XXX, Ltd. tahun 2X12 yang perlakuan akuntansinya menggunakan PSAK metode Full Costing adalah sebesar US$ 121,651,763. 4.4 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) 4.4.1 Informasi yang digunakan dalam Perhitungan Bagi Hasil Produksi Berikut informasi yang digunakan untuk menghitung bagi hasil produksi minyak bumi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.), yang komponen cost recovery-nya telah dihitung dengan menggunakan tiga perlakuan akuntansi yang berbeda: 1) Kesepakatan bagi hasil antara Pemerintah dan XXX, Ltd. adalah sebesar 85% : 15%. 2) Tarif pajak sebesar 44%. 3) Split sebelum pajak antara Pemerintah dan XXX, Ltd. adalah 73.2143% : 26.79%. 4) Persentase untuk menghitung First Tranche Petroleum (FTP) adalah 20%. 5) Total lifting minyak bumi untuk tahun 2X12 adalah 8.175.113 barel, dan tidak ada lifting gas. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 115 ! ! 6) Rata-rata tertimbang harga minyak bumi (weighted average price/ WAP) adalah US$ 104,98/barel. 7) Untuk perhitungan Domestic Market Requirement (DMO), diasumsikan tahun 2X12 XXX, Ltd. telah melewati masa 60 bulan produksi. Sehingga, XXX, Ltd. dikenakan kewajiban DMO, yaitu sebesar: 25% x Split sebelum pajak untuk XXX, Ltd. x Total Lifting x WAP. 8) Tidak ada Kredit Investasi (investment credit). 9) Tidak ada biaya pemulihan yang belum dikembalikan pemerintah (unrecovered costs). 10) Terdapat variansi harga lifting (Lifting Price Variance) yang timbul akibat adanya perbedaan nilai antara harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) yang digunakan untuk menghitung nilai lifting perbulan, dengan WAP yang digunakan untuk menghitung nilai lifting selama setahun. Lifting Price Variance tersebut adalah sebesar US$ 69.580, di mana nilai tersebut menguntungkan Kontraktor, sehingga akan menambah penerimaan bagian Kontraktor dan mengurangi penerimaan bagian Pemerintah. 4.4.2 Perhitungan Bagi Hasil Produksi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC Tabel 4.10 menunjukkan detil perhitungan bagi hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) ketika biaya yang termasuk dalam cost recovery menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C”. Seluruh komponen perhitungan dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat (US$), sehingga perhitungan yang melibatkan volume produk migas (dalam hal ini minyak bumi) dengan satuan unit barel akan dikalikan dengan WAP yang satuan unitnya adalah US$/barel. Penjelasan mengenai cara perhitungan komponen-komponen perhitungan bagi hasil produksi tertera dalam Tabel 4.10 dan hasilnya akan ditunjukkan dalam Tabel 4.11. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 116 ! ! Tabel 4.10 Komponen Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC Komponen Gross Revenue Rumus yang digunakan Total lifting minyak (dalam satuan barel) x Weighted Average Price (dalam satuan US$/barel) Perhitungan (PSC) 8,175,113 barel x 104.98/barel = 858,191,042 858,191,042 x 20% = 171,638,208 FTP (20%) Gross Revenue x 20% Total Recoverables (cost recovery) Uncovered costs + Current year Operating Costs + Depreciation expense (Prior year assets and current year assets) Equity to be Split (ETBS) Gross revenue - FTP -Investment Credit - Total Recoverables 858,191,042 - 171,638,208 167,970,418 = 518,582,416 FTP x Government Split 171,638,208 x 73.2143% = 125,663,713 ETBS x Government split 518,582,416 x 73.2143% = 379,676,486 FTP Bagian Pemerintah (SKKMIGAS FTP share) Government Equity Share (SKK Migas Equity Share) 0 + 163,541,515 + 1,979,340 + 2,449,563 = 167,970,418 DMO (25%) 25% x Contractor split x total lifting x WAP 25% x 26.7857% x 8,175,113 x 104.98 = 57,468,119 DMO Fee 25% x DMO 25% x 57,468,119 = 14,367,030 Net DMO DMO - DMO Fee 57,468,119 - 14,367,030 = 43,101,089 FTP Bagian Kontraktor FTP x Contractor Split 171,638,208 x 26.7857% = 45,974,496 Contractor Equity Share ETBS x Contractor split 518,582,416 x 26.7857% = 138,905,930 Taxable Income (Penghasilan Kena Pajak) Contractor FTP Share + Contractor Equity Share + Lifting Price Variance DMO + DMO Fee 45,974,496 + 138,905,930 + 69,580 - 57,468,119 + 14,367,030 = 141,848,917 Government Tax Entitlement Taxable Income x Tarif Pajak Contractor Take Taxable income - Government Tax Entitlement + Total Recoverables 141,848,917 - 62,413,523 + 167,970,418 = 247,405,811 Government Take SKK Migas FTP Share + SKK Migas Equity Share - Lifting Price Variance + Net DMO + Government Tax Entitlement 125,663,713 + 379,676,486 69,580 + 62,413,523 = 610,785,231 141,848,917 x 44% = 62,413,523 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., telah diolah kembali Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dollar Amerika Serikat, kecuali untuk barel minyak ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 117 ! ! Tabel 4.11 Perhitungan Bagi Hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSC Deskripsi LIFTINGS Oil/Condensate MBBLS Gas MMCF GROSS REVENUE (Total Liftings) -/- FIRST TRANCHE PETROLEUM GROSS REVENUE AFTER FTP -/- INVESTMENT CREDIT COST RECOVERY : Unrecovered Other Costs Current Year Operating Costs Depreciation - Prior Year Assets Depreciation - Current Year Assets TOTAL COST RECOVERY -/- TOTAL RECOVERABLES EQUITY TO BE SPLIT Government Share : SKKMIGAS FTP share-73.2143% SKKMIGAS Equity Share Lifting Price Variance Net DMO Government Tax Entitlement TOTAL GOVERNMENT TAKE Contractor Share : Contractor FTP Share-26.7857% Contractor Equity Share Lifting Price Variance -/- DMO +/+ DMO Fee Taxable Income Government Tax Entitlement (44%) Net Contractor Share +/+ Total Recoverables TOTAL CONTRACTOR TAKE Jumlah* 858,191,042 858,191,042 (171,638,208) 686,552,834 163,541,515 1,979,340 2,449,563_____ 167,970,418 (167,970,418) 518,582,416 125,663,713 379,676,486 (69,580) 43,101,089 62,413,523 610,785,231 45,974,496 138,905,930 69,580 (57,468,119) 14,367,030 141,848,917 (62,413,523) 79,435,393 167,970,418 247,405,811 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika Serikat dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 118 ! ! Ketika menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Sehingga, equity share pemerintah adalah sebesar US$ 379.676.486. Equity share XXX, Ltd. adalah sebesar US$ 138.905.930. Dalam perhitungan ini, jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 610.785.231 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 247,405,811. 4.4.3 Perhitungan Bagi Hasil Produksi Minyak Bumi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Successful Efforts Tabel 4.12 menunjukkan perhitungan bagi hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) ketika biaya yang termasuk dalam cost recovery menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Succesful Efforts. Mekanisme perhitungan bagi hasil produksi sama seperti yang telah dijabarkan dalam subbab sebelumnya, yaitu dalam Tabel 4.11, namun yang membedakan hanyalah nilai dari komponen perhitungan tersebut. Ketika menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Succesful Efforts dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 564.901.070. Sehingga equity share pemerintah adalah sebesar US$ 413.588.364 dan equity share XXX, Ltd. adalah sebesar US$ 151.312.706. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 650.156.083 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.034.959. Dengan menggunakan metode perlakuan akuntansi Successful Efforts untuk biaya yang dikeluarkan kontraktor, maka bagi hasil produksi untuk bagian pemerintah akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perlakuan akuntansi yang mengacu pada prosedur akuntansi PSC “Exhibit C”. ! ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 119 ! ! Tabel 4.12 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Successful Efforts Deskripsi LIFTINGS Oil/Condensate MBBLS Gas MMCF GROSS REVENUE (Total Liftings) -/- FIRST TRANCHE PETROLEUM GROSS REVENUE AFTER FTP -/- INVESTMENT CREDIT COST RECOVERY : Unrecovered Other Costs Current Year Operating Costs Depreciation – Prior Year Assets Depreciation – Current Year Assets TOTAL COST RECOVERY -/- TOTAL RECOVERABLES EQUITY TO BE SPLIT Government Share : SKKMIGAS FTP share-73.2143% SKKMIGAS Equity Share Lifting Price Variance Net DMO Government Tax Entitlement TOTAL GOVERNMENT TAKE Contractor Share : Contractor FTP Share-26.7857% Contractor Equity Share Lifting Price Variance -/- DMO +/+ DMO Fee Taxable Income Government Tax Entitlement (44%) Net Contractor Share +/+ Total Recoverables TOTAL CONTRACTOR TAKE Jumlah* 858,191,042 858,191,042 (171,638,208) 686,552,834 117,222,860 1,979,340 2,449,563 ___ 121,651,763 (121,651,763) 564,901,070 125,663,713 413,588,364 (69,595) 43,101,089 67,872,511 650,156,083 45,974,496 151,312,706 69,595 (57,468,119) 14,367,030 154,255,707 (67,872,511) 86,383,196 121,651,763 208,034,959 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika Serikat dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 120 ! ! 4.4.4 Perhitungan Bagi Hasil Produksi Minyak Bumi yang Biayanya Menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Full Costing Berikut perhitungan bagi hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) dengan metode full costing Tabel 4.13 Perhitungan Bagi Hasil Produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) yang Biayanya menggunakan Perlakuan Akuntansi PSAK – Full Costing Deskripsi LIFTINGS Oil/Condensate MBBLS Gas MMCF GROSS REVENUE (Total Liftings) -/- FIRST TRANCHE PETROLEUM GROSS REVENUE AFTER FTP -/- INVESTMENT CREDIT COST RECOVERY : Unrecovered Other Costs Current Year Operating Costs Depreciation - Prior Year Assets Depreciation - Current Year Assets TOTAL COST RECOVERY -/- TOTAL RECOVERABLES EQUITY TO BE SPLIT Government Share : SKKMIGAS FTP share-73.2143% SKKMIGAS Equity Share Lifting Price Variance Net DMO Government Tax Entitlement TOTAL GOVERNMENT TAKE Contractor Share : Contractor FTP Share-26.7857% Contractor Equity Share Lifting Price Variance -/- DMO +/+ DMO Fee Taxable Income Government Tax Entitlement (44%) Net Contractor Share +/+ Total Recoverables TOTAL CONTRACTOR TAKE Jumlah* 858,191.042 858,191.042 (171,638,208) 686,552.834 117,608.185 1,979,340 2,449,563____ 122,037,088 (122,037,088) 564,515,745 125,663,713 413,306,251 (69,580) 43,101,089 67,827,091 649,828,565 45,974,496 151,209,494 69,580 (57,468,119) 14,367,030 154,152,480 (67,827,091) 86,325,389 122,037,088 208,362,477 Sumber: Financial Quarterly Report XXX, Ltd., telah diolah kembali. Keterangan: * dinyatakan dalam satuan dolar Amerika Serikat dan pembatas angka ribuan adalah simbol ‘,’ (koma). ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 121 ! ! Perhitungan bagi hasil produksi antara Pemerintah dan Kontraktor (XXX, Ltd.) ketika biaya yang termasuk dalam cost recovery menggunakan perlakuan akuntansi sesuai dengan akuntansi metode Full Costing yang mengacu pada PSAK No. 29 (1994) dan SAK Pengganti PSAK 29 ditunjukkan dalam Tabel 4.13. Ketika menggunakan perlakuan akuntansi dengan metode Full Costing dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Sehingga, equity share pemerintah adalah sebesar US$ 413.306.251 dan equity share XXX, Ltd. adalah sebesar US$ 151.209.494. Dalam perhitungan ini, jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 649.828.565 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.362.477. Perhitungan menunjukkan bahwa ketika biaya menggunakan perlakuan akuntansi metode Full Costing, maka akan menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan akuntansi PSC. ! 4.5 Hasil Analisis Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Indonesia menggunakan pola kerja sama Production Sharing Contract (PSC) untuk kegiatan hulu migasnya. Prinsip utama dari PSC adalah kontraktor menyediakan segala dana dan menanggung segala risiko, manajemen operasi berada di tangan Badan Pelaksana (SKK Migas), dan kepemilikan bahan tambang (migas) berada pada pemerintah hingga titik penyerahan. Di satu sisi, model PSC akan menguntungkan negara. Pemerintah tidak menanggung risiko bisnis hulu migas, dan risiko tersebut ditanggung sepenuhnya oleh kontraktor. Risiko yang terbesar dalam bisnis hulu migas adalah risiko tidak ditemukan cadangan migas. Tingkat risiko kegagalannya mencapai 70% hingga 80% (Pudyantoro, 2012). Seluruh modal finansial dan teknologi canggih yang digunakan dalam kegiatan usaha hulu migas akan ditanggung oleh kontraktor. Hasil produksi migas akan dibagi antara pemerintah dan kontraktor, di mana split bagi hasil pemerintah lebih besar dibandingkan untuk kontraktor. Apabila kontraktor tidak berhasil menemukan cadangan migas yang komersial, maka kontraktor harus angkat kaki dari wilayah kerja, tanpa mendapatkan keuntungan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 122 ! ! sepeserpun, dan menanggung kerugiannya 100%. Hanya apabila kontraktor berhasil menemukan migas yang komersial dan mampu mengangkatknya ke permukaan bumi hingga siap dijual, maka kontraktor akan mendapatkan pengembalian biaya dari hasil produksi, yang disebut dengan cost recovery. Karena seluruh biaya operasional kontraktor akan dikembalikan pemerintah ketika kontraktor berhasil memproduksi migas, maka cost recovery diatur dan dikendalikan oleh pemerintah. Biaya yang dikembalikan harus sesuai dengan ketentuan dalam PSC dan PP No. 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor, yang kemudian akan dikembalikan pemerintah, harus sesuai persetujuan SKK Migas melalui Work Programme and Budgeting (WP&B). Pengeluaran atas program kerja yang non rutin harus diotorisasi terlebih dahulu dan dikendalikan melalui Authorization for Expenditures (AFE). Pengendalian cost recovery yang dilakukan pemerintah masih memiliki kelemahan, terutama dalam proses verifikasi biaya yang dikeluarkan kontraktor. Kontraktor dapat mengeluarkan biaya operasionalnya tanpa menunggu verifikasi dari SKK Migas. Biaya yang dikeluarkan tersebut akan mempengaruhi bagi hasil produksi karena cost recovery merupakan komponen perhitungan bagi hasil produksi. Kontraktor akan melaporkan biaya apa saja yang telah dikeluarkan untuk operasional migas, SKK migas hanya akan melakukan analisis kesesuaian pengeluaran dengan WP&B dan ketentuan PSC. Pada periode audit, barulah SKK Migas akan melakukan verifikasi dan meminta kontraktor untuk mengoreksi biaya yang telah dikeluarkan ketika tidak sesuai dengan ketentuan PSC. Pelaporan biaya operasional dan bagi hasil produksi dilaporkan oleh kontraktor kepada SKK Migas melalui Laporan Keuangan Kuartalan (Financial Quarterly Report/ FQR). Untuk menyusun laporan ini, kontraktor menggunakan perlakuan akuntansi sesuai dengan prosedur akuntansi PSC “Exhibit C”. Sementara itu, ketika kontraktor melaporkan kinerja keuangannya pada publik, maka laporan keuangannya akan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 123 ! ! yang berlaku umum, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk laporan keuangan yang diterbitkan di Indonesia. Berdasarkan analisis, terdapat perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya operasional kontraktor antara akuntansi PSC dengan PSAK. Hal yang membedakan perlakuan akuntansi untuk biaya antara akuntansi PSC dengan PSAK berpusat pada biaya apa yang akan dikapitalisasi dan biaya apa yang akan langsung dibebankan pada tahun berjalan. Ketika kontraktor berhasil menemukan cadangan migas yang komersial, maka perbedaan perlakuan akuntansi tersebut terdapat pada biaya topografi, biaya geologi, biaya geofisika, dan biaya pemboran sumur tak berwujud untuk sumur eksplorasi dan sumur pengembangan, dimana: • Biaya topografi, geologi, dan geofisika menurut perlakuan akuntansi sesuai akuntansi PSC dan sesuai PSAK metode Successful Efforts akan dibebankan pada tahun berjalan, sementara menurut metode Full Costing biaya tersebut dikapitalisasi. • Biaya pemboran sumur tak berwujud (intangible drilling cost) yang menemukan cadangan terbukti menurut metode akuntansi PSC “Exhibit C” akan dibebankan pada periode berjalan, sementara menurut metode Successful Efforts dan Full Costing sesuai dengan PSAK, biaya tersebut akan dikapitalisasi. Perbandingan perlakuan akuntansi untuk biaya operasional Kontraktor ketika biaya dikelompokan berdasarkan ketentuan PSC dan PP No. 79 Tahun 2010 ditunjukkan dalam Tabel 4.14 di bawah ini, di mana jenis biaya yang memiliki perbedaan perlakuan akuntansi akan dicetak tebal dan bergaris bawah. Ketika biaya kontraktor dibebankan, maka biaya tersebut akan menjadi komponen cost recovery pada tahun berjalan. Namun, ketika biayanya dikapitalisasi, maka biaya tersebut tidak dimasukkan sebagai komponen cost recovery tahun berjalan, dan akan dibebankan melalui mekanisme depresiasi pada saat aset tersebut telah placed into servive. Dengan terdapatnya perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya operasional antara akuntansi PSC dan PSAK (lihat Tabel 4.14), maka jumlah cost recovery yang diakui pada tahun berjalan pun ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 124 ! ! akan berbeda ketika biayanya menggunakan perlakuan akuntansi PSC dan menggunakan PSAK. Tabel 4.14 Perbandingan Perlakuan Akuntansi untuk Biaya Operasional Kontraktor Perlakuan Akuntansi Jenis Biaya Akuntansi PSC 1. Biaya Eksplorasi dan Pengembangan: Biaya Pemboran Sumur Biaya Pemboran Sumur Pengembangan Biaya Berwujud (tangible): Kapitalisasi Biaya Tak Berwujud (intangible): Dibebankan Biaya Pemboran Sumur Eksplorasi: Biaya Berwujud (tangible) Kapitalisasi Biaya Tak Berwujud (intangible) Dibebankan BIAYA Geologi dan Geofisika Dibebankan BIAYA ADMINISTRASI EKSPLORASI Dibebankan 2. Biaya Produksi Biaya Langsung Produksi: Dibebankan Utilities and Auxiliary Operations : Dibebankan Biaya umum dan administrasi Dibebankan Lapangan Produksi: 3. Biaya Administrasi ADMINISTRASI DAN KEUANGAN Dibebankan JASA TEKNIS Dibebankan JASA MATERIAL Dibebankan BIAYA TRANSPORTASI Dibebankan BIAYA PEGAWAI Dibebankan PUBLIC RELATIONS Dibebankan COMMUNITY DEVELOPMENT Dibebankan BIAYA UMUM KANTOR Dibebankan BIAYA OVERHEAD KANTOR Dibebankan PUSAT INTEREST ON LOAN FOR CAPITAL Dibebankan INVESTMENT PSAK - SE PSAK - FC Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Dibebankan Kapitalisasi Kapitalisasi Kapitalisasi Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Dibebankan Perbedaan jumlah cost recovery tahun berjalan untuk Kontraktor XXX, Ltd. ditunjukkan pada Tabel 4.15. Dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSC, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 167.970.176. Dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK metode Successful Efforts, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 122.037.088. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 125 ! ! Dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK metode Full Costing, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 121,651.763. Tabel 4.16 Perbandingan Jumlah cost recovery Tahun 2X12 dengan Menggunakan Perlakuan Akuntansi yang Berbeda Komponen Cost Recovery Biaya Operasi tahun berjalan Biaya pemulihan tahun-tahun sebelumnya yang belum dikembalikan pemerintah Beban depresiasi aset placed into service (PIS) tahun berjalan Beban depresiasi aset placed into service (PIS) tahun-tahun sebelumnya Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 163.541.273 117.608.185 117.222.860 - - - 2.449.563 2.449.563 2.449.563 1.979.340 1.979.340 1.979.340 Total Cost Recovery Tahun 2X12 167.970.176 122.037.088 Selisih jumlah cost recovery antara yang menggunakan perlakuan Akuntansi PSC dengan PSAK -45.933.088 121.651.763 -46.318.413 Keterangan: jumlah dinyatakan dalam satuan dolar Amerika Serikat; SE = metode Successful Efforts; FC = metode Full Costing Jadi, cost recovery tahun berjalan yang biayanya diakui dengan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” akan menghasilkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK. Cost recovery merupakan komponen perhitungan bagi hasil produksi. Jumlah cost recovery tahun berjalan akan mempengaruhi jumlah bagi hasil produksi bagian pemerintah dan bagian kontraktor untuk tahun persebut. Perbandingan bagi hasil produksi untuk XXX, Ltd. ketika cost recovery-nya ditentukan dengan menggunakan perlakuan akuntansi yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 4.16. Ketika menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 610.785.231 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 247.405.811. Kemudian, ketika menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Succesful Efforts dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 126 ! ! adalah sebesar US$ 564.901.070. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 650.156.083 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.034.959 Terakhir, ketika menggunakan perlakuan akuntansi dengan metode Full Costing dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 649.828.565 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.362.477. Tabel 4.16 Perbandingan Penerimaan Bagian Pemerintah dan Penerimaan Bagian Kontraktor dalam Bagi Hasil Produksi Komponen Bagi Hasil Equity to be Split Selisih dengan akuntansi PSC Government Take Selisih dengan akuntansi PSC Contractor Take Selisih dengan akuntansi PSC Akuntansi PSC PSAK - SE PSAK - FC 518.582.416 610.785.231 564.901.070 46.318.654 650.156.083 564.515.745 45.933.329 649.828.565 247.405.811 39.370.852 208.034.959 39.043.334 208.362.477 -39.370.852 -39.043.334 Keterangan: jumlah dinyatakan dalam satuan dolar Amerika Serikat; SE = metode Successful Efforts; FC = metode Full Costing Jadi, ketika biaya operasional kontraktor untuk tahun berjalan diakui dengan perlakuan akuntansi yang mengacu pada akuntansi PSC “Exhibit C”, maka penerimaan bagian pemerintah atas minyak dan gas bumi akan lebih kecil dibandingkan dengan ketika menggunakan perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian pembahasan meliputi: 1) Terdapat perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya dalam kegiatan usaha hulu migas yang mengacu pada Akuntansi Production Sharing Contract (PSC) dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Di dalam PSAK dikenal dua metode perlakuan akuntansi untuk biaya, yakni metode Successful Efforts dan Full Costing 6 . Hal yang membedakan perlakuan akuntansi untuk biaya antara akuntansi PSC dengan PSAK berpusat pada biaya apa yang akan dikapitalisasi dan biaya apa yang akan langsung dibebankan pada tahun berjalan. Ketika kontraktor berhasil menemukan cadangan migas yang komersial, maka perbedaan perlakuan akuntansi untuk biaya terdapat pada biaya topografi, biaya geologi, biaya geofisika, dan biaya pemboran sumur tak berwujud untuk sumur eksplorasi dan sumur pengembangan. 2) Terdapat perbedaan jumlah biaya operasional yang dikembalikan pemerintah (cost recovery) kepada Kontraktor (XXX, Ltd.) pada tahun berjalan ketika menggunakan perlakuan akuntansi sesuai akuntansi PSC dan ketika menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK. Cost recovery tahun berjalan yang biayanya diakui dengan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” akan menghasilkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK. Dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSC, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 167.970.176. Sementara itu, dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK metode Successful Efforts, jumlah !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ! "!Metode Successful Efforts yang dimaksud adalah yang mengacu pada PSAK No. 29 tentang Akuntansi Minyak dan Gas Bumi (1994), dan metode Full Costing adalah yang mengacu pada PSAK 29 (1994) dan pada Standar Akuntansi Keuangan yang menggantikan PSAK 29 setelah pencabutan PSAK tersebut.! 127 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 128 ! ! cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 122.037.088. Kemudian, dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK metode Full Costing, jumlah cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12 berjumlah US$ 121,651.763. 3) Terdapat perbedaan jumlah penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor (XXX, Ltd.) dalam perhitungan bagi hasil produksi setelah biaya operasionalnya diakui dengan perlakuan akuntansi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena cost recovery merupakan komponen perhitungan bagi hasil produksi. Ketika perlakuan akuntansi yang berbeda membuat jumlah cost recovery tahun berjalan berbeda, maka akan mempengaruhi perhitungan bagi hasil produksi, sehingga akan ada perbedaan jumlah penerimaan bagian pemerintah dan kontraktor. Ketika biaya operasional kontraktor untuk tahun berjalan diakui dengan perlakuan akuntansi yang mengacu pada akuntansi PSC “Exhibit C”, maka penerimaan bagian pemerintah atas minyak dan gas bumi akan lebih kecil dibandingkan dengan ketika menggunakan perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK, di mana: • Apabila menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C” dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 610.785.231 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 247.405.811. • Apabila menggunakan perlakuan akuntansi sesuai PSAK dengan metode Succesful Efforts dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 564.901.070. Jumlah penerimaan bagian pemerintah (Government Take) adalah sebesar US$ 650.156.083 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.034.959 • Apabila menggunakan perlakuan akuntansi dengan metode Full Costing dalam menentukan cost recovery XXX, Ltd. pada tahun 2X12, equity to be split adalah sebesar US$ 518.582.416. Jumlah penerimaan bagian pemerintah ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 129 ! ! (Government Take) adalah sebesar US$ 649.828.565 dan jumlah penerimaan bagian XXX, Ltd. (Contractor Take) adalah sebesar US$ 208.362.477. 5.2 Keterbatasan Penulisan Terdapat keterbatasan penulisan dalam penyusunan laporan magang ini. Hal tersebut meliputi: • Penulisan hanya menganalisis satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang telah berproduksi dan berhak mendapatkan cost recovery sebagai bahan kajian untuk laporan magang ini. • Hanya membandingkan perlakuan akuntansi dan analisis pengaruhnya pada beban tahun berjalan untuk biaya operasional kontraktor yang telah menemukan cadangan migas komersial. 5.3 Saran Dari uraian pembahasan laporan magang ini, disarankan agar Pemerintah membuat peraturan yang mengharuskan Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk menggunakan perlakuan akuntansi yang mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagi biaya operasionalnya. Kemudian, peraturan yang disarankan untuk dibuat tersebut sebaiknya mencangkup aturan bahwa prosedur akuntansi dalam kontrak kerja sama Production Sharing Contract (PSC) mendatang harus sesuai dengan PSAK, khususnya untuk bagian perlakuan akuntansi atas biaya operasional. Hal tersebut direkomendasikan karena dengan menggunakan perlakuan akuntansi PSAK untuk biaya operasional kontraktor, penerimaan bagian pemerintah atas migas menjadi lebih besar dibandingkan ketika menggunakan perlakuan akuntansi PSC “Exhibit C, sehingga akan lebih menguntungkan pemerintah. Di lain sisi, bagi kontraktor, menggunakan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan PSAK akan mempermudah proses pelaporan keuangan karena tidak perlu mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang berbeda ketika membuat laporan keuangan untuk publik maupun laporan status keuangan untuk pemerintah. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 130 ! ! Selain itu, untuk mengendalikan cost recovery, direkomendasikan agar pemerintah dapat mengintegrasikan sistem informasi akuntansi yang relevan untuk pelaporan Financial Quarterly Report antara sistem informasi akuntansi yang dimiliki kontraktor dengan SKK Migas. Hal ini dilakukan agar data keuangan kontraktor yang relevan, termasuk realisasi anggaran kontraktor dapat dipantau oleh SKK Migas dengan basis real-time, sehingga, verifikasi biaya kontraktor dapat dilakukan lebih cepat. Namun, kelemahan dari pengintegrasian sistem informasi akuntansi SKK Migas dengan kontraktor adalah biayanya besar, karena masing-masing kontraktor memiliki sistem informasi akuntansi yang berbeda-beda. Agar verifikasi pengeluaran biaya kontraktor dapat dilakukan sebelum biaya tersebut dikeluarkan, maka disarakan untuk menempatkan satu orang perwakilan dari SKK Migas pada perusahaan minyak yang menjadi Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Namun, orang yang merepresentasikan SKK Migas pada perusahaan minyak tersebut haruslah independen dan memiliki integritas. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka pengawasan dan pengendalian biaya operasi yang akan dikembalikan pemerintah dapat dilakukan secara lebih ketat dan keputusan dapat diambil dengan lebih cepat. Selain itu, dalam mengendalikan jumlah cost recovery, penulis disarakankan agar pemerintah menetapkan peraturan mengenai batasan jumlah cost recovery tahun berjalan. Salah satu caranya adalah dengan menetapkan batasan proporsi biaya yang dapat dikembalikan pemerintah dengan pendapatan pada tahun berjalan. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 ! ! DAFTAR REFERENSI Allen & Overy. (2013). Guide to Extractive Industries Documents – Oil & Gas. 6 Desember, 2013. http://www.allenovery.com/publications/en-gb/Pages/Guide-to-ExtractiveIndustries.aspx Arief, S. (1976). The Indonesian Petroleum Industry: A Study of Resource Management in a Developing Economy. Jakarta: Sritua Arief Associates. Brock, H. R., Carnes, M. Z., Justice, R. (2007). Petroleum Accounting – Principles, Procedures, & Issues (6th ed.). Texas: Professional Development Institute. British Petroleum. (2013). BP Statistical Review of World Energy 2013. 23 Agustus, 2013. http://bp.com/statisticalreview Dharmasaputra, M. (2013). Wajah Baru Industri Migas Indonesia. Jakarta: PT Katadata Indonesia. E-Tech International. (n.d.). Environmental Management in Oil and Gas Exploration and Production. 23 Agustus, 2013. http://www.etechinternational.org/new_pdfs/lessImpact/AttAoverview.pdf. Ikatan Akuntan Indonesia. (1994). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Tim Penyusun. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 19 Tentang Aset Takberwujud. Jakarta: Tim Penyusun. Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 Tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral. Jakarta: Tim Penyusun. Lubiantara, B. (2012). Ekonomi Migas. Jakarta: Grasindo. Martani, D. (2011). PSAK 64 Evaluasi Sumber Daya Mineral. 24 Oktober, 2013. http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/PSAK-64-Evaluasi-SumberDaya-Mineral-IFRS-6-Exploration-120212.pptx OpenOil. (2012). Oil Contracts. Berlin: Author. Patmosukismo, S. (2011). MIGAS: Politik, Hukum dan Industri. Jakarta: PT Fikahati Aneska. Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 123. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2005, No. 81. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi yang Dapat dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2010, No. 139. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2013, No. 24. Jakarta: 131 ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 132 ! ! Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (2001). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2001, No. 136. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (2002). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara RI Tahun 2002, No. 81. Jakarta: Sekretariat Negara. Pudjoutomo, S. (2002, Mei). PSC Accounting. Paper presented at LDI Training for PSC Accounting, Bandung, Indonesia. Pudyantoro, A.R. (2012). A to Z Bisnis Hulu Migas. Jakarta: Petromindo. PricewaterhouseCoopers. (2012). Oil and Gas in Indonesia – Investment and Taxation Guide (5th ed.). Jakarta: Author. PricewaterhouseCoopers. (2011). Financial Reporting in The Oil and Gas Industry (2nd ed.). 30 Juli, 2013. http://www.pwc.com/gx/en/oil-gas-energy/reporting-regulatorycompliance/publications-financial-reporting-oil-gas-industry.jhtml Sanusi, B. (2004). Potensi Ekonomi Migas Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sanusi, B. (2002). Peranan Migas dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2012). Laporan Tahunan 2012. Jakarta: Tim Penyusun. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (2013). Struktur Organisasi SKK Migas. 18 Oktober, 2013. http://www.skkmigas.go.id/tentang-kami/organisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (n.d.). Financial Budget and Reporting Procedure Manual of Production Sharing Contract. Dokumen Internal SKK Migas. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. (n.d.). Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Baik. Dokumen Internal SKK Migas. Tampubolon, D. S. (2010). Produksi Minyak Nasional – Realisasi dan Rekomendasi. 6 Oktober, 2013. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/3950-produksi-minyaknasional-realisasi-dan-rekomendasi.html “Crude Oil” EIA Energy Glossary. (n.d). 23 Agustus 2013. http://www.eia.gov/tools/glossary/index.cfm. Production Sharing Contract antara BP MIGAS dengan XXX, Ltd. (2005). Dokumen Internal SKK Migas. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 Lampiran 1: Daftar penggunaan terminologi kunci oleh negara yang mengaplikasikan Production Sharing Contract Sumber: Allen & Overy, 2013 p. 22-25 Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) Sumber: Allen & Overy, 2013 p. 22-25 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) Sumber: Allen & Overy, 2013 p. 22-25 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) Sumber: Allen & Overy, 2013 p. 22-25 Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) Keterangan: Pengertian terminologi inti (Key Terms) yang digunakan pada Production Sharing Contract (PSC) menurut Allen & Overy (2013) meliputi: A) Termin (Term) Termin dalam PSC terbagi atas dua fase, yaitu fase eksplorasi dan fase produksi (atau yang sering juga disebut dengan fase eksploitasi atau pengembangan). B) Kewajiban keuangan bagi kontraktor (Financial Obligations) Kontraktor diwajibkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang spesifik, sehingga dalam melakukannya, harus megeluarkan tingkatan minimum dari pengeluaran. Kontraktor diberikan jangka waktu tertentu dalam menyelesaikan kewajiban ini. Ketika gagal, maka kontraktor diharuskan membayar kepada negara selisih antara jumlah biaya yang secara aktual dikeluarkan dengan minimum komitmen pengeluaran. Kemudian, ketika kontraktor melampaui kewajiban pekerjaan minimum pada saat fase eksplorasi awal, maka kelebihan pekerjaan tersebut akan dikreditkan dengan persyaratannya dalam fase eksplorasi yang diperpanjang (contoh pada Angola dan Vietnam). C) Work Programme and budget Merupakan program kerja dan anggaran pelaksanaan operasi, termasuk minimum kewajiban kerja dan rincian dari setiap sumur yang diusulkan, yang mendapat persetujuan oleh Komite Operasional. D) Pelepasan (relinquishment) Mengharuskan kontraktor untuk menyerahkan bagian tertentu dari wilayah kerja (contract area) kepada negara setelah suatu periode waktu tertentu, biasanya wilayah yang belum dieksploitasi. Setelah pelepasan, kontraktor diharuskan untuk memindahkan peralatan, mesin, dan instalasi lainnya dari area yang dilepaskan. Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) E) Operator Dalam PSC, yang dimaksud dengan operator adalah entitas yang bertanggung jawab untuk mengelola operasi harian eksplorasi dan eksploitasi migas. F) Cost Recovery Kontraktor berhak untuk memperoleh kembali biaya eksplorasi dan produksi biaya dari produksi minyak yang tersedia atau pendapatan kotor. Nominal biaya yang dikembalikan biasanya ditentukan sesuai dengan 'prosedur akuntansi' (yang biasanya dilampirkan pada kontrak), dan biaya yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan penghasilan kena pajak Kontraktor G) Penemuan komersial (commercial discovery) Yang dimaksud dengan penemuan komersial adalah penemuan minyak atau gas bumi dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan produksi yang berpotensi menguntungkan. H) Participating interest Merupakan kepentingan masing-masing peserta dalam sebuah usaha bersama. Negara umumnya akan memiliki pilihan untuk berpartisipasi sebagai kontraktor dalam kerangka PSC secara keseluruhan, atau, seperti pada umumnya negara menanggung semua biaya eksplorasi dan kontraktor akan memberi negara interest. Ketika membahas permasalahan komersial, negara umumnya dapat memilih untuk mengkonversi interest partisipasinya untuk menjadi working interest penuh. Sebagai imbalannya, negara setuju untuk menggantikan biaya kontraktor yang telah dikeluarkan sampai pada tahapan tertentu dalam operasi, yang sebanding dengan persentase interest yang diakuisisi oleh negara. I) Lingkungan (environment) Lingkungan merupakan ketentuan umum dimana kontraktor diwajibkan untuk mengambil langkah yang diperlukan dan memadai untuk menjamin operasi yang dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan lingkungan J) Stabilisasi (stabilization) Dalam konteks kontrak sumber daya, klausul stabilisasi berusaha untuk mengatasi permasalahan negara yang mungkin, kedepannya, akan Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) membalikkan kebijakan yang telah disetujui dalam perjanjian tersebut, Misalnya, undang-undang minyak bumi atau rezim perpajakan. Klausul ini mencoba untuk mempertahankan keseimbangan kontrak asli. K) Assignment / withdrawal Assignment adalah pengalihan hak atau harta dari satu pihak ke pihak lain (agar kewajiban dapat dialihtangankan, persetujuan dari pihak kontraktor lain mungkin diperlukan). L) Terminasi (termination) PSC umumnya akan berakhir setelah melewati masa kontrak atau karena suatu peristiwa telah muncul yang memberikan hak salah satu pihak untuk mengakhiri kontrak PSC dan pihak-pihak yang telah melaksanakan hak-hak tersebut. M) Expropriasi (expropriation) Yang dimaksud dengan ekspropriasi adalah penyitaan wajib milik pribadi oleh, atau penyerahan wajib milik pribadi untuk, otoritas pemerintah, seolaholah untuk kepentingan publik. N) Kewajiban (liability) Yang dimaksud dari kewajiban adalah tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan seseorang atau kelalaian, dilaksanakan dengan hukum perdata atau hukuman pidana O) Force Majeure Force majeure merupakan kejadian di luar kuasa para pihak yang melakukan perjanjian, sehingga akan menghapuskan kewajiban pihak tersebut. P) Ganti rugi (indemnities) Suatu usaha untuk mengimbangi atau memberikan perlindungan terhadap kerusakan, kerugian atau tanggung jawab. Dalam kontrak, konsep ganti rugi dapat terjadi ketika suatu pihak setuju untuk membayar atas potensi kerugian dari yang lain, atau untuk melindungi diri dari kewajiban yang timbul dari kerugian tersebut. Q) Pengendalian nilai tukar mata uang (currency exchange control) Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) Ketentuan ini umumnya memberikan kontraktor hak yang berhubungan dengan pembayaran dan nilai tukar mata uang, termasuk hak untuk melakukan pembayaran dalam mata uang dari negara yang bersangkutan atau mata uang asing, untuk bebas mengkonversi dana, untuk membayar karyawan asing dalam mata uang asing, dan untuk menyetor hasil penjualan minyak ke luar negeri. R) National Economic Interest Mayoritas PSC juga mewajibkan kontraktor untuk memasok minyak dan / atau gas ke pasar domestik, sesuai dengan komitmen penjualan yang ada. Dalam kasus-kasus tertentu kewajiban ini hanya muncul ketika negara tidak mampu memenuhi permintaan itu sendiri. Perjanjian umumnya akan menggantikan minyak dan / atau gas kontraktor pada harga pasar, walaupun mungkin ada ketentuan dimana kontraktor dikompensasikan dengan diskon tertentu dari harga pasar. S) Pengembangan masyarakat (community development) Kontraktor diwajibkan untuk mempekerjakan warga lokal dan kontraktor perlu menyediakan atau memberikan kontribusi finansial untuk berbagai skema pelatihan dan pendidikan bagi pekerja lokal. T) Valuasi (valuation) Pada saat transaksi, harga pasar umumnya merupakan free on board (FOB) harga pasar pada titik pengiriman atau harga aktual yang diterima oleh masing-masing pihak selama kuartal tertentu untuk penjualan minyak serupa. Hal ini biasanya disesuaikan untuk mengakomodasi perbedaan dalam kualitas, pengiriman, transportasi dan pembayaran (contoh: Cina), dan mungkin belum termasuk jenis transaksi tertentu, misalnya, penjualan kepada negara. U) Keamanan (security) Kinerja kontraktor dari kewajiban kerja minimum dan pembayaran komitmen pengeluaran minimum, dapat diamakan dengan jaminan. Jaminan tersebut umumnya disesuaikan setiap tahun untuk memperhitungkan uang yang dikeluarkan oleh Kontraktor selama tahun itu, atau dapat ditingkatkan jika tahap eksplorasi diperpanjang. Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014 (lanjutan) V) Kerahasiaan (confidentiality) Kerahasiaan adalah poin penting dalam PSC, yang menyediakan kedua belah pihak untuk memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari yang lain sebelum dapat mengungkapkan "informasi rahasia" kepada pihak ketiga, ini umumnya didefinisikan sebagai memasukkan semua data, informasi dan laporan yang berkaitan dengan operasi perminyakan. W) Penyelesaian sengketa Terminologi atau klausul penyelesaian sengketa dalam kontrak PSC dimasukkan untuk untuk menentukan bagaimana cara menyelesaikan perselisihan ketika terjadi di antara para pihak yang melakukan kontrak. Penyelesaian sengketa yang dimaksud adalah suatu proses untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak yang melakukan kontrak. Penyelesaian sengketa alternatif sering dilakukan sebagai pengganti atau sebelum dilakukannya litigasi. Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan musyawarah dengan manajemen senior, namun ketika hal tersebut gagal, maka akan dilakukan dengan dengan arbitrase atau dengan mengikuti mekanisme yang telah ditentukan ahli hukum. X) Anti penyuapan dan / atau korupsi Ketentuan yang berkaitan dengan anti penyuapan dan / atau korupsi, tidak sering terlihat di PSC, meskipun telah dicatat bahwa hal ini adalah bagian yang berkembang dari hukum internasional dengan undang-undang yang luas dan jauh jangkauannya, namun diperkenalkan relatif baru, misalnya di Inggris dan Amerika Serikat. Ketentuan tersebut umumnya cukup luas, yakni mengharuskan Kontraktor untuk menjamin bahwa hal yang diperbuat tidak akan mengarah kepada penyuapan pejabat negara, seperti pemberian hadiah atau membujuk mereka, atas setiap tindakan yang diambil yang menjadi tugas mereka. ! Universitas Indonesia Pengaruh perlakuan ..., Shafa Tasya Kamila, FE UI, 2014