TES DAN KONSELING HIV TERINTEGRASI DI SARANA KESEHATAN / PITC Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 1 of 28 - Pages: 56, 1, 06/27/11 01:17 PM 616.979.2 Ind TESTESDAN DAN TES KONSELING KONSELING DAN KONSELING HIVHIVTERINTEGRASI TERINTEGRASI HIV TERINTEGRASI DIDISARANA SARANAKESEHATAN KESEHATAN DI SARANA / PITC / PITC KESEHATAN / PITC KON t KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN CATATANKATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. 616.979.2 616.979.2 Ind Ind t t 616.979.2 Ind t KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING KONSELING KONSELING DAN DAN DAN TES TESTES HIV HIVATAS HIV ATASATAS INISIASI INISIASI INISIASI PETUGAS PETUGAS PETUGAS KESEHATAN KESEHATAN KESEHATAN PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PEDOMAN PEDOMAN PENERAPAN PENERAPAN PENERAPAN me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Ketua Umum PB IDI Direkorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Direkorat Direkorat Direkorat Jenderal Jenderal Jenderal Pengendalian Pengendalian Pengendalian Penyakit Penyakit dan Penyakit dan Penyehatan Penyehatan dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, 2010RI, 2010 Lingkungan, Lingkungan, Lingkungan, Kementerian Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan Kesehatan RI,RI, 2010 2010 Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 46 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow MODUL MODUL BAGI BAGI MODUL PESERTA PESERTA BAGI PESERTA i i i MODUL BAGI PESERTA Black Auto i ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 2 of 28 - Pages: 2, 55, 06/27/11 01:17 PM KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Ketua Umum PB IDI Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii Cyan Yellow Komunikasi penyampaian hasil tes HIV Reaktif Hasil tes menunjukan reaktif, artinya di dalam darah anda ditemukan HIV. Kecuali dukungan keluarga dan teman, anda juga membutuhkan perawatan medis yang dapat membantu anda untuk menjaga kesehatan dan hidup lebih lama, meskipun anda terinfeksi HIV. Anda perlu berkunjung ke klinik untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan untuk HIV yang berkelanjutan dan jangka waktu lama. Saya akan berikan surat rujukan ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan anda secara berkala dan teratur dan memberitahu mereka bahwa anda mendapat pengobatan TB dan telah di tes HIV dengan hasil reaktif. Apabila pasangan anda hamil atau ingin hamil, anda harus sampaikan ke petugas rumah sakit atau klinik rujukan sehingga mereka akan membahas cara melindungi calon anak anda agar terhidar dari HIV . Bila pada saat ini anda belum ingin mengungkapkan status HIV anda kepada orang lain, maka anda harus jaga surat ini baik baik hingga anda sampaikan ke tangan yang berwenang di rumah sakit atau klinik rujukan. Jadi perlu sesegera mungkin anda ke klinik rujukan. Saya berharap anda sudah samapi ke klinik rujukan sebelum jadwal kunjungan anda yang akan dating. Kita bahas hal ini lagi nanti. PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PENERAPAN Magenta Yang mungkin juga anda tahu bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks dengan seseorang yang telah terinfeksi. Oleh karena itu anda perlu meminta pasangan anda untuk tes HIV juga. Apabila pasangan anda tidak mengidap HIV, maka kalau kalian saling setia artinya tidak berhubungan seks dengan orang lain lagi, maka kalian akan terhindar dari penularan HIV. Bila pasangan anda terinfeksi HIV atau anda tidak tahu status dia, atau apabila anda memiliki pasanagn lebih dari satu anda dapat melindungi diri anda dari penularan HIV dengan cara: * tidak berhubungan seks hingga pasangan anda di tes dan ketahuan hasilnya * atau menggunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seks. Kami menyediakan kondom di klinik dan anda boleh ambil seperlunya. Anda juga bisa mendapatkan kondom di klinik KTS .... Ini ada informasi tempat pasangan anda dapat melakukan tes HIV dan cara melindungi diri dari penularan HIV Saya berharap anda akan memabwa pasangan anda untuk tes HIV pada kunjungan yang akan datang. Kita akan bahas lagi pada kunjungan anda mendatang. Black 45 KON me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 3 of 28 - Pages: 54, 3, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN Magenta Yellow �� � �� Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen � � �� � �� ������������������� ��������������������� ��� ��������������������� �� ��� � � � Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP 195509031980121001 PEDOMAN PENERAPAN Black me kas sem pas ber me �� �� Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN �� � ii 44 Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun terakhir ini. Penularan terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada pengguna narkotika suntikdan hubungan seks. Hasil Pemodelan epidemi di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15-49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400 pada tahun 2014. Hasil tersebut dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan yang signifikan dari upaya pengendalian HIV dan AIDS pada kurun waktu tersebut. Pengobatan dengan ARV di Indonesia yang didukung oleh dana pemerintah sejak tahun 2005 telah berhasil menurunkan kematian ODHA dari 46% pada tahun 2006 menjadi 17% pada tahun 2008. Jelas bahwa upaya percepatan perluasan cakupan pengobatan ARV dengan pendekatan kesehatan masyarakat telah memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA. Tetapi sebagian ODHA masih belum terjangkau oleh pengobatan tersebut. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah masih rendahnya cakupan orang yang mengetahui status HIV-nya, sehingga menghambat upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan pencegahan maupun pengobatan. Oleh karenanya layanan yang memfasilitasi ODHA untuk mengetahui status infeksinya harus terus ditingkatkan, diantatanya adalah dengan layanan konseling dan tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan pada pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala dan tanda klinis terkait dengan HIV. Pedoman ini disusun melalui adaptasi dari pedoman PITC WHO, dan kontribusi IDI untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan layanan konseling dan tes HIV yang harus tetap menjunjung tinggi azas "3 C" yaitu dengan mendapatkan pesetujuan pasien (informed consent), menjaga konfidensialitas (confidentiality), dan disertai dengan konseling pasca tes yang memadai (counselling), dan tidak terjebak ke dalam tes HIV mandatory. Penghargaan kepada tim penyusun dan para kontributor yang telah memberikan sumbang saran sehingga pedoman ini dapat diterbitkan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat. Direktur Jenderal PP & PL, ���� �� �� Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam Hasilpanduan tes kali ini inidan adalah reaktif, yang artinya bahwa tubuhkegiatan anda tidak penyusunan juganon kepada pihak GF-ATM yang telah dalam mendukung ini. ditemukan antibody HIV. Namun demikian, ada kemungkinan meskipun kecil bahwa tes yang dilakukan tidak IDI mampu mendeteksi infeksi yang baru terjadi. OlehKetua karenaUmum itu sayaPBsarankan anda menjalani tes ulang 6 minggu lagi di klinik KTS terdekat ____ (sebut klinik KTS terdekat yang ada). Petugas klinik KTS juga dapat memberikan informasi lebih rinci agar anda dapat bertahan tetap non reaktif. Sementari waktu ini, HIV sudah banyak di masyarakat. Anda perlu Sp.Rad(K) mecegah dan Dr. Prijo Sidipratomo, menjaga diri agar tidak tertular di masa datang. KON KATA PENGANTAR �� KETUA UMUM PB IDI untukKATA melawanPENGANTAR penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah terinfeksi virus HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnosis penyakit anda.diSetelah adaadalah hasil tes kamisatu akanmasalah berikankesehatan layanan konseling Masalah HIV AIDS Indonesia salah nasionaluntuk yang membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakit-penyakit yang terkait. Apabila memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah hasildites nya reaktif, kami akanlonjakan beri informasi dan layananHal untuk menanganiperhatian penyakit kasus AIDS Indonesia mengalami yang bermakna. ini menuntut tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk mengatasi semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi penyakit kamilayanan akan bantu anda adalah untuk mengungkapkan status anda pasien HIV AIDS. yang Salahada. satuJuga bentuk tersebut konseling dan tes HIV yang guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya non reaktif, maka akan kami bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk arahkan anda mendapat layanan yang yang dapatdihadapi membantu mendapatkan terapi danuntuk menangani berbagai masalah oleh upaya pasien.anda agar dapat tetap non reaktif. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Dengan alasan tersebut kami anjurkan anda untukyang menjalani konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV maka Counselling and Testing/VCT), dilakukan di sarana tes HIV. Apabila anda setuju maka tes akan kami lakukan. kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Komunikasi untuk meyakinkan jaminan konfidensialitas Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam deteksi menjadioleh semakin pentingdan karena banyak ODHA yang Hasil melakukan tes anda hanya akanHIV diketahui anda sendiri tim medis yang merawat membutuhkan layananbahwa medishasil dan tes belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider anda. Artinya andan akan kami jamin kerahasiaannya, dan kebijakan Initiatedsarana Testing Counselling) danlainmempercepat diagnosis, kamiand bahwa mengunkapmemudahkan hasil tes ke orang tanpa seizing anda adalah penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi pelanggaran. Anda sendiri yang akan memutuskan kepada siapa hasil tes anda HIV yangakan tinggi. diungkap. Oleh karena itu siap Organisasi Kesehatan IBI,anda PPNI,masih ISFI, perlu IAKMI)waktu membantu Apakah anda untuk Profesi menjalani tes HIV?(IDI, Atau untuk Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam membahas lebih lanjut tentang arti hasil tes reaktif atau non reaktif bagi anda? melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ Komunikasi penyampaian hasilpelayanan tes HIV Non Reaktif diskriminasi tidak lagi ada dalam kesehatan. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN i ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 4 of 28 - Pages: 4, 53, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA KATAPENGANTAR PENGANTARKETUA KETUAUMUM UMUMPB PBIDI IDI Masalah MasalahHIV HIVAIDS AIDSdidiIndonesia Indonesiaadalah adalahsalah salahsatu satumasalah masalahkesehatan kesehatannasional nasionalyang yang memerlukan memerlukanpenanganan penangananbersama bersamasecara secarakomprehensif. komprehensif.Sejak Sejak1010tahun tahunterakhir, terakhir,jumlah jumlah kasus kasusAIDS AIDSdidiIndonesia Indonesiamengalami mengalamilonjakan lonjakanyang yangbermakna. bermakna.Hal Haliniinimenuntut menuntutperhatian perhatian semua semuapihak, pihak,terutama terutamapara paratenaga tenagakesehatan kesehatanyang yangmemberikan memberikanlayanan layanankesehatan kesehatanbagi bagi pasien pasienHIV HIVAIDS. AIDS.Salah Salahsatu satubentuk bentuklayanan layanantersebut tersebutadalah adalahkonseling konselingdan dantestesHIV HIVyang yang bertujuan bertujuan tidak tidak hanya hanya untuk untuk menegakkan menegakkan diagnosis diagnosis namun namun juga juga memberikan memberikan konseling konseling untuk untuk mendapatkan mendapatkanterapi terapidan danmenangani menanganiberbagai berbagaimasalah masalahyang yangdihadapi dihadapioleh olehpasien. pasien. Layanan Layanantestesdan dankonseling konselingHIV HIVsaat saatiniinimasih masihdilakukan dilakukandalam dalambentuk bentukKonseling Konselingdan dan Tes TesHIV HIVSukarela Sukarela(Voluntary (VoluntaryHIV HIVCounselling Counsellingand andTesting/VCT), Testing/VCT),yang yangdilakukan dilakukandidisarana sarana kesehatan kesehatan(RS, (RS,Puskesmas Puskesmasdan danKlinik) Klinik)maupun maupundidiLSM LSMpeduli peduliAIDS. AIDS.Hingga Hinggatahun tahun2008 2008telah telah terdapat terdapat468 468pusat pusatlayanan layananuntuk untukVCT VCTdidi133 133kabupaten/kota kabupaten/kotadidiseluruh seluruhIndonesia. Indonesia. Jumlah Jumlahcakupan cakupanlayanan layanantersebut tersebutmasih masihtergolong tergolongrendah rendahuntuk untukmenjangkau menjangkaupopulasi populasi berisiko berisikodan danmengetahui mengetahuistatus statusHIV HIVmereka. mereka.Peran Perantenaga tenagakesehatan kesehatan(dokter, (dokter,perawat perawatdan dan bidan) bidan)dalam dalammelakukan melakukandeteksi deteksiHIV HIVmenjadi menjadisemakin semakinpenting pentingkarena karenabanyak banyakODHA ODHAyang yang membutuhkan membutuhkanlayanan layananmedis medisdan danbelum belumdiketahui diketahuistatus statusHIV-nya. HIV-nya.Layanan LayananPITC PITC(Provider (Provider Initiated InitiatedTesting Testingand andCounselling) Counselling)memudahkan memudahkandan danmempercepat mempercepatdiagnosis, diagnosis, penatalaksanaan, penatalaksanaan,dan dansudah sudahberkembang berkembangluas luasdidisejumlah sejumlahnegara negaradengan dengantingkat tingkatepidemi epidemi HIV HIVyang yangtinggi. tinggi. Oleh Olehkarena karenaituituOrganisasi OrganisasiProfesi ProfesiKesehatan Kesehatan(IDI, (IDI,IBI, IBI,PPNI, PPNI,ISFI, ISFI,IAKMI) IAKMI)membantu membantu Kementerian Kementerian Kesehatan Kesehatan menyusun menyusun panduan panduan ringkas ringkas untuk untuk membantu membantu tenaga tenaga kesehatan kesehatan dalam dalam melakukan melakukankonseling konselingdan dantestesHIV HIVbagi bagiklien klienatau ataupasien. pasien.Kami Kamiberharap berharapmelalui melaluipanduan panduanini,ini, tenaga tenagakesehatan kesehatantidak tidakakan akanragu ragudalam dalammendorong mendorongpasien pasienuntuk untuktestesHIV HIVsehingga sehinggastigma/ stigma/ diskriminasi diskriminasitidak tidaklagi lagiada adadalam dalampelayanan pelayanankesehatan. kesehatan. Kami Kamiucapkan ucapkanterima terimakasih kasihkepada kepadasemua semuapihak pihakyang yangtelah telahberkontribusi berkontribusidalam dalam penyusunan penyusunanpanduan panduaniniinidan danjuga jugakepada kepadapihak pihakGF-ATM GF-ATMyang yangtelah telahmendukung mendukungkegiatan kegiatanini.ini. KON Komunikasi untuk pasien TB Ada masalah penting yang ingin kita bahas hari ini. Orang dengan TB biasanya juga cenderung terinfeksi HIV. Ternyata HIV menjadi penyakit dasar sehingga orang mudah terinfeksi oleh TB. Hal tersebut disebabkan karena orang yang hidup dengan HIV tidak mampu melawan penyakit sekuat orang yang tidak tierinfeksi HIV. Bila anda mengidap kedua infeksi TB dan HIV, dapat menjadi berat dan kadangkadang sangat parah bila tidak terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tepat secara dini. Obat untuk HIV tersedia dan dapat membantu anda merasa lebih sehat dan hidup lebih lama. Dan apabila kami tahu bahwa anda terinfeksi HIV maka kami dapat memberikan pengobatan TB dengan lebih baik. HIV adalah virus atau kuman yang merusak bagian yang diperlukan tubuh anda untuk melawan penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah terinfeksi virus HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnosis penyakit anda. Setelah ada hasil tes kami akan berikan layanan konseling untuk membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakit-penyakit yang terkait. Apabila hasil tes nya reaktif, kami akan beri informasi dan layanan untuk menangani penyakit tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk mengatasi penyakit yang ada. Juga kami akan bantu anda untuk mengungkapkan status anda guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya non reaktif, maka akan kami arahkan anda untuk mendapat layanan yang dapat membantu upaya anda agar dapat tetap non reaktif. Dengan alasan tersebut maka kami anjurkan semua pasien TB untuk menjalani tes HIV. Maka dari itu kami sarankan juga anda untuk menjalani konseling dan tes HIV. Apabila anda setuju maka tes akan kami lakukan. me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Komunikasi untuk pasien IMS Ketua KetuaUmum UmumPBPBIDIIDI Dr.Dr.Prijo PrijoSidipratomo, Sidipratomo,Sp.Rad(K) Sp.Rad(K) ii ii Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Orang yang menderita penyakit infeksi menular secara seksual atau IMS juga cenderung terinfeksi HIV. Hal tersebut karena IMS tertentu mempermudah terjadinya infeksi HIV. Bila anda hidup dengan HIV maka anda perlu mengetahuinya. Pengobatan untuk HIV sudah tersedia dan dapat membantu anda hidup lebih sehat dan lebih lama. HIV adalah virus atau kuman yang merusak bagian yang diperlukan tubuh anda PEDOMAN PENERAPAN Black 43 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 5 of 28 - Pages: 52, 5, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN LAMPIRAN 3:KATA ContohPENGANTAR Komunikasi Penawaran tes HIV KETUA UMUM KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN PB IDI Tes HIV dan Konseling atas Inisiasi Petugas Kesehatan untuk tujuan Diagnostik tanpa Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memandang tingkat epidemi memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian "Anda mengalami limfadenopati; kita ingin mencari tahu penyebabnya. Agar kami semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi dapat mendiagnosis dan mengobati penyakit anda, maka anda perlu menjalani tes pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang TB dan HIV, oleh karena itu kami akan melaksanakan tes tersebut kecuali jika anda bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk tidak bersedia mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV dan Konseling atas Inisiasi Petugas Kesehatan sebagai prosedur rutin di daerah Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana dengan epidemic yang meluas kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat Salah 468 pusat untuk VCT disakit 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. satu layanan kebijakan di rumah kami adalah memberikan kesempata kepada Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi semua pasien untuk menjalani tes HIV sehingga anda akan mendapatkan perawatan berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenagalanjuti kesehatan (dokter, perawat dan selagi anda dirawat di sarana kami dan menindak dengan merujuk ke sarana bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang yang lebih kompeten setelah anda pulang nanti. Oleh karena itu kami sarankan membutuhkan layanantes medis belumanda diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider anda untuk HIV.dan Apabial setuju maka kami akan lakukan tes dan Initiatedmemberikan Testing and Counselling) memudahkan konseling tentang hasilnya nanti. dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Informasi Pra Tes Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam HIVkonseling adalah virus atau yang merusak yang diperlukan tubuh anda melakukan dan tes HIVkuman bagi klien atau pasien.bagian Kami berharap melalui panduan ini, untuk melawan penyakit. Dengan tes HIV kita dapat mengetahui apakah anda telah tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ terinfeksi virusada HIV. Tes HIV adalah tes sederhana yang akan memperjelas diagnodiskriminasi tidak lagi dalam pelayanan kesehatan. sis penyakit anda. Setelah ada hasil tes kami akan berikan layanan konseling untuk Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam membahas lebih dalam tentang HIV dan penyakit-penyakit yang terkait. Apabila penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. hasil tes nya reaktif, kami akan beri informasi dan layanan untuk menangani penyakit tersebut. Yaitu meliputi terapi dengan obat ARV dan obat lain untuk mengatasi penyakit yang ada. Juga kami akan bantu anda untuk mengungkapkan Ketua Umum PB IDIstatus anda guna mencegah penularan ke orang lain. Bila hasilnya non reaktif, maka akan kami arahkan anda untuk mendapat layanan yang dapat membantu upaya anda agar dapat tetap non reaktif TIM EDITOR DAFTAR KONTRIBUTOR Masna Pita, SKM Dr. Sri Pandam Pulungsih, MSc Dr. Ayie Sri Kartika Nurjannah, SKM, M.Kes Arta Saragi Dr. Artini Dr. Asik Surya, MPPM Dr. Ayie Sri Kartika Dr. Bambang Subagyo, SpPD, MM Dr. Dasril Nizam Dr. Diah Setia Utami, SpKJ Dr. Ekarini, SpOG Dr. Endang Budi Hastuti Dr. Endang Lukitosari Dr. Endang P., M.Epid Dr. Ervina Luki Damayanti Dr. Euis Maryani Kekek Apriana Komaria Siregar, SKM, M.Epid Kurniawan Rachmadi, SKM, MSi Dr. Maryono Masna Pita, SKM Nelly Yardes Dra. Neni Nuraini, M.Kes Dr. Nirmala Kesumah, MHA Nurjannah, SKM, M.Kes Dr. Pandu Riono, MPH, PhD Dr. Ratna Mardiati, SpKJ Dr. Ronald Jonathan Dr. Rudi Rusli Dr. Sri Pandam Pulungsih, MSc Prof. DR. Sudarto Ronoatmodjo, MPH KON me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 42 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black iii ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 6 of 28 - Pages: 6, 51, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KATADAFTAR PENGANTAR KETUADAN UMUM PB IDI SINGKATAN ISTILAH Masalah AIDS di Indonesia adalahepidemi salah satu kesehatan nasional yang Low-level HIVHIV epidemis Tingkatan HIVmasalah yang rendah, dengan prevalensi memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah secara tetap tidak pernah lebih dari 5% yang terbatas kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian pada kelompok tertentu yang berperilaku berisiko seperti semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan penjaja seks komersial, penasun,layanan LSL. kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang Concentrated HIV epidemis Tingkatan epidemi HIV terkonsentrasi dengan prevalensi bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk lebih dari 5% secara tetap, namun terbatas pada mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. kelompok tertentu yang berperilaku berisiko seperti Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan penjaja seks komersial, penasun, LSL, namun prevalensi Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana masih kurang dari 1% pada ibu hamil di daerah perkotaan. kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah Generalized HIV epidemis HIV meluas di masyarakat terdapat 468 pusat layanan untukTingkatan VCT di 133epidemi kabupaten/kota di seluruh Indonesia. umum, sebagai proksi dinyatakan apabila ditemukan Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkauprevalensi populasi lebih dari 1% secara menetap pada kelompok ibu berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawathamil. dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider ANC Ante Natal Care (lihat KIA) Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, ART Antiretroviral Therapynegara - Terapi HIVtingkat dengan obat penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah dengan epidemi Antiretroviral HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Kementerian Profesi Kesehatan (IDI, IBI,Republik PPNI, ISFI, IAKMI) membantu KEMENKES Kesehatan Indonesia Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam HIV Human Immunodeficiency Virus melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, IMS kesehatan tidak akan raguInfeksi secara Seksual tenaga dalam Menular mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. KIA Kesehatan Ibu dan Anak (lihat ANC) Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam KTS - VCT Konseling dan Tes HIV secara Sukarela (lihat juga VCT) penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. ODHA Orang Dengan HIV/ AIDS KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KON Gambar 6. Kandidiasis dengan kheilitis angularis me kas sem pas ber me Gambar 7. Herpes Zoster Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Gambar 8. Oral Hairy Leucoplakia Kem me ten dis pen Gambar 9. Genital warts / kutil kelamin PDP Perawatan Dukungan dan Pengobatan HIV Ketua Umum PB IDI Provider Initiated HIV Testing and Counselling - Layanan Tes dan konseling HIV terintegrasi di sarana kesehatan, yaitu tes dan konseling HIV di inisiasi oleh petugas kesehatan ketika pasien mencari layanan kesehatan Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) PITC ii iv Cyan PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Black 41 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 7 of 28 - Pages: 50, 7, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN Gambar 3. Herpez zoster labialis PB IDI KATA PENGANTAR KETUA UMUM Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untukintraoral VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Gambar 4. Ulkus akibat infeksi sitomegalovirus/CMV Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Gambar Kandidiasis Kami ucapkan terima kasih kepada5.semua pihak oral yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. PMTCT Prevention on Mother to Child Transmission SDM Sumber Daya Manusia TB Tuberkulosis three C Azas dalam penyelenggaraan konseling dan tes HIV yang harus selalu diterapkan. Tes HIV hanya akan dilaksanakan setelah mendapatkan informed consent dari klien, disertai dengan counselling terutama pada saat pemberian hasil tes HIV dan dengan menjaga confidentiality (hasil tes tidak akan diungkapkan kepada orang lain yang tidak terkait dengan perawatan klien tanpa seizin klien). UNAIDS Joint United Nations Programme on HIV and AIDS UNGASS United Nation General Assembly Special Session VCT - KTS HIV Voluntary Counselling and Testing (lihat juga KTS) WHO World Health Organization - Organisasi Kesehatan Sedunia KON me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Ketua Umum PB IDI Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 40 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black v ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 8 of 28 - Pages: 8, 49, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI DAFTAR ISI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah i KATA PENGANTAR .................................................................................................... kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI ................................................................. ii semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi TIM EDITOR ........................................................................................................... pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yangiii DAFTARtidak KONTRIBUTOR ......................................................................................... bertujuan hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untukiii mendapatkan terapi danDAN menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. DAFTAR SINGKATAN ISTILAH .......................................................................... iv Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling danvi DAFTAR ISI ............................................................................................................ Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah 1 A. 468 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1 terdapat pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. B. TUJUAN DANlayanan SASARAN .................................................................................... Jumlah cakupan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi 3 Tujuan Umum berisiko dan1.mengetahui status........................................................................................... HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan 3 2. melakukan Tujuan Khusus ........................................................................................... bidan) dalam deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang 3 3. Sasaran ...................................................................................................... membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider 4 4. Ruangand Lingkup........................................................................................... Initiated Testing Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, 4 C. TERMINOLOGI .................................................................................................. penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi 4 HIV yang tinggi. BAB II. PENERAPAN PITC DI BERBAGAI TINGKAT EPIDEMI ...................................... 5 Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu A. PENERAPAN PADApanduan SEMUAringkas JENIS EPIDEMI ............................................... Kementerian Kesehatan PITC menyusun untuk membantu tenaga kesehatan dalam 6 B. PENERAPAN PITC MELUAS melakukan konseling dan tes DI HIVDAERAH bagi klienEPIDEMI atau pasien. Kami.............................................. berharap melalui panduan ini, 6 PENERAPAN EPIDEMI TERKONSENTRASI ATAU TINGKAT RENDAH ............... tenagaC. kesehatan tidakPITC akanDIragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ 7 diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. BAB III. LINGKUNGAN YANG KONDUSIF ................................................................. 8 Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam BAB IV. PROSES PITC DANjuga UNSUR PENDUKUNGNYA .............................................. penyusunan panduan ini dan kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. 9 A. INFORMASI PRA-TES HIV DAN PERSETUJUAN PASIEN ..................................... 9 1. Informasi minimal sebelum tes HIV ......................................................... 9 Ketua Umum PB IDI 2. Perhatian khusus bagi perempuan hamil .............................................. 10 3. Perhatian khusus bagi bayi, anak dan remaja ....................................... 10 4. Pasien dengan penyakit berat................................................................ 10 5. Penolakan untuk menjalani tes HIV ....................................................... 10 B. KONSELING PASCA-TES HIV ............................................................................ Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) 11 1. Konseling hasil tes HIV negatif ............................................................... 11 ii vi Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN LAMPIRAN 2: Gambar Gejala-gejala yang berhubungan dengan HIV/AIDS (sumber: Modul Pelatihan CST; www.aids-images.ch) me kas sem pas ber me Gambar 1. Pruritic Papular Eruption Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Gambar 2. Gambaran foto toraks TB paru pada ODHA (perhatikan infiltrat tidak khas seperti pada pasien non HIV) Kem me ten dis pen PEDOMAN PENERAPAN Black KON 39 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 9 of 28 - Pages: 48, 9, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN StadiumKATA klinis 4 PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Wasting yang tidak diketahui penyebabnya, stunting atau malnutrisi berat yang Masalah HIV AIDS di respon Indonesia adalahpengobatan salah satu masalah kesehatan nasional yang tidak memberikan terhadap malnutrisi sesuai dengan standar memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah dari IDAI (?) kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian � Pneumocystis pneumonia semua�pihak, kesehatan yang :memberikan layanan kesehatan bagi Infeksiterutama bacteria para berattenaga yang berulang (contoh empyema, pyomyositis, Infeksi pada pasien HIV AIDS.atau Salah satu bentuk layanan tersebut konseling dan tes HIV yang tulang persendian, meningitis,tetapi tidakadalah termasuk pneumonia) bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk � Infeksi herpes simplex kronik (orolabial atau kutaneus lebih dari 1 bulan lamanya mendapatkan terapiorgan dan menangani atau pada visceral ) berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes danextraparu konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Tuberkulosis Tes HIV (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana � Sukarela Kaposi sarcoma kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) di bronchi LSM peduli � Kandidiasis oesophagus (ataumaupun trachea, atauAIDS. paru)Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk (CMV) VCT di 133 kabupaten/kota di CMV seluruh Indonesia. � Infeksi Cytomegalovirus retinitis atau infeksi infection pada organ lain dengan Jumlah cakupanonset layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi � dan onset at age overstatus 1 month berisiko mengetahui HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan Toxoplasmosis SSP HIV (setelah periode neonatal ) karena banyak ODHA yang bidan)�dalam melakukanpada deteksi menjadi semakin penting � Kriptokokkus paru meningitis) membutuhkan layananextra medis dan(termasuk belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � HIV encephalopathy Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Disseminated endemic mycosis (extrapulmonary penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlahhistoplasmosis, negara dengancoccidiomycosis) tingkat epidemi � Chronic HIV yang tinggi. cryptosporidiosis (dengan diarrhoea ) � Isosporiasis Oleh karena itukronik Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu � Disseminated mycobacteria Kementerian Kesehatannon-tuberculous menyusun panduan ringkas untukinfection membantu tenaga kesehatan dalam � Cerebral ataudanB tes cellHIV non-Hodgkin lymphoma melakukan konseling bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Progressive multifocal leukoencephalopathy tenaga�kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ � Cardiomyopathy nephropathy terkait HIV diskriminasi tidak lagi adaatau dalam pelayanan kesehatan. � KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN 2. Konseling hasil tes HIV positif ................................................................ 12 3. Konseling pasca-tes bagi ibu hamil ........................................................ 12 C. RUJUKAN KE LAYANAN LAIN YANG DIBUTUHKAN.......................................... 13 D. FREKUENSI TES HIV ........................................................................................ 13 E. TEKNIK TES HIV ............................................................................................... 13 F. PERTIMBANGAN PROGRAM .......................................................................... 14 BAB V. MONITORING DAN EVALUASI .................................................................. 15 A. JAMINAN MUTU LAYANAN ............................................................................ 15 B. SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................... 16 1. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas ..................................................... 16 2. Perlindungan SDM .................................................................................. 16 3. Mutu Konseling ....................................................................................... 16 4. Mutu Tes HIV........................................................................................... 17 BAB VI. ALUR PENYELENGGARAAN TES HIV DAN KONSELING PETUGAS.............. 18 A. PANDUAN KOMUNIKASI PADA TES HIV DAN KONSELING ATAS PRAKARSA PETUGAS KESEHATAN .................................................................................... 19 B. PEMERIKSAAN LABORATURIUM MELAKSANAKAN TES CEPAT HIV, INTERPRESTASI HASIL DAN KONSELING .................................................................................. 32 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV pen PEDOMAN PENERAPAN Black me kas sem pas ber me Kem me ten dis Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam � Indikasi lain yang mengesankan kemungkinan infeksi: penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. � Infeksi menular secara seksual (IMS) � Pasangan atau anak: diketahui reaktif HIV Ketua Umum PB IDI mengidap HIV atau penyakit yang terkait dengan HIV � Kematian pasangan muda yang tidak jelas penyebabnya � Pengguna NAPZA suntikan � Pekerjaan yang berisiko tinggi � Aktif secara seksual dan mempunyai banyak dan tinggal di daerah Dr. mitra Prijo seksual Sidipratomo, Sp.Rad(K) prevalensi tinggi ii 38 KON vii ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 10 of 28 - Pages: 10, 47, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Ketua Umum PB IDI Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii viii Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PENGANTAR KETUA UMUM LAMPIRANKATA 1: Tanda Klinis Kemungkinan Infeksi HIV Black PB IDI Stadium HIV klinis 1 di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang Masalah AIDS memerlukan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah � penanganan Asymptomatic kasus AIDS �diPersistent Indonesia generalized mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian lymphadenopathy semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien Stadium HIV AIDS.Klinis Salah 2 satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis juga memberikan konseling untuk � Hepatosplenomegali persisten yang namun tidak diketahui penyebabnya mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. � Papular pruritic eruptions Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Infeksi jamur pada kuku Tes HIV Sukarela (Voluntary � Angular cheilitisHIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah � Lineal gingival erythema terdapat 468 layanan di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. � pusat Extensive wartuntuk virus VCT infection � Molluscum contagiosum Jumlah cakupan layanan tersebut yang masihluas tergolong rendah untuk menjangkau populasi � Ulkus pada rongga mulut yang berulang berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan � Pembesaran parotidHIV yang persisten yangpenting tidak diketahui penyebabnya (Unexbidan) dalam melakukan deteksi menjadi semakin karena banyak ODHA yang plained persistent parotid enlargement) membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � Herpesand zoster Initiated Testing Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Infeksi atas berulang media, otorrhoea, tonsillitis) penatalaksanaan, dansaluran sudah nafas berkembang luas di(otitis sejumlah negara dengansinusitis, tingkat epidemi HIV yang tinggi. Stadium klinis Oleh karena itu3Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu � Kesehatan Malnutrisimenyusun sedang yang tidakringkas diketahui penyebabnya atau wasting yang tidak Kementerian panduan untuk membantu tenaga kesehatan dalam memberikan respon adekuat terhadap pengobatan malnutrisi melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, � Diare persisten yang tidak diketahui penyebabnya (14 hari atau lebih ) tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ � Demam terus menerus yang tidak diketahui penyebabnya (> 37.5 ºC, intermitdiskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. tent atau constant lebih dari 1 bulan) Kami�ucapkan terima kasih kepada semua pihak telah berkontribusi dalam Oral candidiasis persisten (setelah usia 6 - 8yang minggu) penyusunan� panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Oral hairy leukoplakia � Acute necrotizing ulcerative gingivitis atau periodontitis � Tuberculosis pada kelenjar getah bening � Tuberkulosis paru Ketua Umum PB IDI � Infeksi berulang pneumonia yang disebabkan oleh bakteri � Symptomatic lymphoid interstitial pneumonitis � Penyakit paru terkait HIV termasuk didalamnya bronchiektasi (Chronic HIV-associated lung disease including bronchiectasis ) � Unexplained anaemia (<8.0 g/dl ), neutropaenia x 109/L3)Sp.Rad(K) dan atau kronik Dr. Prijo (<0.5 Sidipratomo, trombositopenia (<50 x 109/ L3) ii PEDOMAN PENERAPAN KON PEDOMAN PENERAPAN 37 me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 11 of 28 - Pages: 46, 11, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA PBtesIDI Bagan 2. BaganPENGANTAR Alur Tes Cepat HIV KETUA di LayananUMUM Konseling dan HIV Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. KATA PENGANTAR KETUA BAB IUMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi A.pihak, LATAR BELAKANG pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang Kementerian Kesehatan yang berasal Propinsi dan 214 Kabupaten/ bertujuan tidakData hanya untuk menegakkan diagnosis namun dari juga 32 memberikan konseling untuk kota hingga akhir Desember 2010, menunjukkan jumlah kumulatif kasus mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. AIDS yang dilaporkan adalah 19.973 kasus. Sementara itu hasil pemodelan epidemi HIV/AIDS Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan berdasarkan estimasi tahun 2006 di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana 15-49 tahun terus meningkat dari 277,100 pada tahun 2008 menjadi 501,400 pada kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah tahun 2014. Guna memperluas jangkauan layanan HIV yang meliputi perawatan, terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. dukungan dan pengobatan pada waktu yang tepat dan juga meningkatkan kesempatan Jumlah cakupan tersebut masihserta tergolong rendah untukpenularan menjangkau ODHA untuklayanan menjangkau informasi sarana mencegah HIVpopulasi lebih lanjut, berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat maka perlu meningkatkan lebih banyak orang yang mengetahui status dan HIVnya. bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang Jangkauan yang luas terhadap layanan konseling dan tes HIV sangat diperlukan dalam membutuhkan medis dan belum status HIV-nya. dan Layanan PITC (Provider upayalayanan untuk meningkatkan aksesdiketahui pengobatan. Perawatan pengobatan ARV setelah Initiated pasien Testingdinyatakan and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, reaktif akan menurunkan angka kesakitan karena infeksi penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negaradan dengan tingkat epidemi oportunistik, menurunkan kemungkinan penularan meningkatkan optimistic HIV yang tinggi. hidup dari pasien . Secara tidak langsung Indonesia akan berperan dalam pencapaian Olehtarget karena itu Organisasi Kesehatan IBI, PPNI,pengobatan, ISFI, IAKMI) membantu universal access Profesi terhadap layanan (IDI, pencegahan, perawatan dan Kementerian Kesehatan menyusun ringkas untuk tenaga kesehatan dalam dukungan seperti yang panduan dicanangkan oleh UN membantu General Assembly pada tahun 2006. melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Konseling dan tes HIV sukarela (KTS) atas Inisiasi klien masih terus didorong dan tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ ditingkatkan penerapannya, di samping pendekatan lain yang lebih inovatif seperti diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. konseling dan tes HIV yang di inisiasi petugas kesehatan ketika seorang pasien datang Kamikeucapkan kasihuntuk kepada semua pihak layanan yang telah berkontribusi sarananterima kesehatan mendapatakan kesehatan karenadalam berbagai penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. macam keluhan kesehatannya, yang selanjutnya akan disebut PITC atau Provider PENDAHULUAN Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) Bukti yang tersedia baik dari daerah maju maupun daerah dengan sumber daya yang terbatas menunjukkan bahwa kesempatan untuk diagnosis ataupun pemberian ii Black me kas sem pas ber me Initiated Testing dan Counseling - PITC. Seperti disadari bahwa sarana kesehatan merupakan sarana utama untuk menjangkau atau berhubungan dengan ODHA yang Ketua Umum PB IDI jelas membutuhkan layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan. PITC tersebut merupakan layanan konseling dan tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan yang terintegrasi di sarana kesehatan dan untuk penerapannya dibutuhkan pedoman atau petunjuk operasional. Ketua Umum PB IDI ii 36 KON PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PENERAPAN 1 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 12 of 28 - Pages: 12, 45, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN konseling tentang HIV di sarana kesehatan terlewatkan, KATA PENGANTAR KETUAseringkali UMUM PB IDI oleh karenanya perlu mengitegrasikan layanan konseling dan tes HIV di saranan kesehatan dengan menerapkan PITC, di mana tes HIV dan konseling merupakan sarana untuk menjangkau Masalah HIV AIDS di Indonesialayanan adalah pengobatan salah satu masalah kesehatan nasional yang diagnosis dan memberikan ARV dan peyakit lain terkait HIV. memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak pemaksaan 10 tahun terakhir, Mengingat besarnya kecenderungan akan terjadinya dalamjumlah tes HIV kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal inipada menuntut sehubungan PITC yang akan memberikan dampak non reaktif pasien perhatian maka perlu semua pelatihan pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi dan bimbingan, pemantauan dan evaluasi yang memadai dari penerapan pasien HIV Salah satu bentukdilayanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang PITCAIDS. dan program konseling sarana kesehatan. bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk Pedoman layanan konseling dan tes HIV di sarana kesehatan ini menawarkan mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. konseling dan tes HIV dengan pendekatan option out yang meliputi informasi pra tes Layanan tes dandan konseling HIV dengan saat ini menyesuaikan masih dilakukandengan dalamkaidah-kaidah bentuk Konseling dan secara singkat sederhana konseling Tes HIVyang Sukarela (Voluntary Counselling Testing/VCT), yang dilakukan di sarana berlaku. DenganHIV demikian tes HIVand direkomendasikan sebagai berikut: kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 1. Ditawarkan kepada semua pasien yang menunjukkan gejala dan tandatelah klinis terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota dimemandang seluruh Indonesia. yang mungkin mengindikasikan infeksi HIV, tanpa tingkat epidemi Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi daerahnya. berisiko dan2.mengetahui statusdari HIVprosedur mereka.baku Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat Sebagai bagian perawatan medis pada semua pasiendan yang bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang datang di sarana kesehatan di daerah dengan tingkat epidemi yang meluas. membutuhkan layanan medis danpasien belumdengan diketahui status Layanan (Provider 3. Ditawarkan kepada risiko HIV HIV-nya. lebih tinggi, sepertiPITC pasien dengan Initiated Testing and dengan Counselling) memudahkan TB, pasien IMS, pasien yang berasaldan darimempercepat kelompok risiko diagnosis, tinggi. penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi Pada pendekatan Option out, pasien dapat menolak untuk dilakukan tes HIV bila HIV yang tinggi. mereka tidak bersedia. Penjelasan tambahan tentang risiko, keuntungan menjalani Oleh karena itu Organisasi Profesi (IDI, dukungan IBI, PPNI, sosial ISFI, IAKMI) membantu tes HIV dan pengungkapan hasil tesKesehatan serta tentang yang tersedia dapat Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam diberikan di dalam kelompok terutama kepada kelompok yang rentan atau berisiko melakukan konseling dan tesburuk HIV bagi atau pasien. Kami melalui panduan ini, terhadap dampak dariklien pengungkapan statusberharap HIV reaktifnya. Pendekatan tenaga kesehatan tidaklebih akanmenguntungkan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ option-in akan bagi kelompok yang memiliki kerentanan tinggi diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. untuk mendapatkan dampak buruk tersebut. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam PITC mutlak harus disertai dengan jangkauan pada paket layanan pencegahan, penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. pengobatan, perawatan dan dukungan yang diterapkan sebagai suatu standar nasional untuk perawatan, dukungan dan pengobatan serta menjadi dalam kerangka kerja rencana strategi nasional untuk meningkatkan dan mendekatkan akses PBterhadap terapi Ketua Umum IDI antiretroviral bagi semua yang membutuhkannya. Pemerintah, sebagai konsekwensi terhadap penerapan PITC akan memenuhi sarana pendukung baik berupa dukungan kebijakan, laboratorium, logistik laboratorium, ARV dan obat lain terkait HIV dan dukungan sosial. Untuk menerapkan PITC maka harus diupayakan bahwa kerangka kerja dukungan sosial, kebijakan dan dukungan peraturan perundangan yang sudahSp.Rad(K) mapan, guna Dr. Prijo Sidipratomo, mendapatkan hasil yang positif dan meminimalkan dampak buruk pada pasien. ii 2 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN NON REAKTIF REAKTIF me kas sem pas ber me Hasil Tes Tes kes ter INCONCLUSIVE ber bid me Ini pen HIV Reaktif Non Reaktif Invalid Invalid Kem me ten dis Hasil Tes pen PEDOMAN PENERAPAN Black KON 35 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 13 of 28 - Pages: 44, 13, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Satu garis pada daerah kontrol: Hasil non reaktif Dua garis pada daerah kontrol dan Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang Satu penanganan pada daerahbersama pemeriksaan: Hasil reaktifjumlah memerlukan secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, Tidak garis: mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut Hasil invalid kasus AIDS di ada Indonesia perhatian catat hasil pemeriksaan pada lembar kerja semua pihak,�terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi Interprestasi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang � konseling pasca pemeriksaan. bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi danTMmenangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Determine HIV 1/2 Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Siapkan Kit Tes HIV (lihat halaman sebelumnya). Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana � Ambil darah dari tusukan ujung jari dengan menggunakan tabung kapiler kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah ber layanan EDTA untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. terdapat 468 pusat Teteskan darahtersebut dari abung kapiler 50 l pada sampel (tanda panah). Jumlah�cakupan layanan masih tergolong rendah untukpad menjangkau populasi � Tunggu sampai terserapPeran dan tambahkan satu tetes chaseperawat buffer pada berisiko dan mengetahui statusdarah HIV mereka. tenaga kesehatan (dokter, dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang sampel pad. membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � Biarkan selama 15 menit agar terjadi reaksi. Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Baca hasilnya antara 15-16 menit setelah penambahan sampel. penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi � Interprestasikan hasil HIV yang tinggi. Satu garis pada daerah kontrol: Hasil non reaktif Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Dua Kesehatan garis padamenyusun daerah kontrol danringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam Kementerian panduan melakukan konseling dan tespemeriksaan: HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Satu pada daerah Hasil reaktif tenaga kesehatan sehingga Tidak adatidak garis:akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIVHasil invalidstigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. � Catat hasil pemeriksaan pada lembar kerja . Interprestasi Hasil Tes Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam � Konseling pasca tes (lihat dokumen) penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Pada akhir hari kerja, simpan bahan dengan benar. Bersihkan daerah pemeriksaan dengan desinfektan. Ketua Umum PB IDI Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 34 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN Inisiasi tes HIV oleh petugas kesehatan harus selalu didasarkan atas kepentingan kesehatan pasien. Pemberian informasi yang cukup mengenai tujuan, keuntungan melakukan tes, jaminan konfidensialitas serta rencana perawatan, dan pengobatan yang jelas akan membantu pasien dalam mengambil keputusan secara sukarela. Penerapan PITC bukan berarti menerapkan tes HIV secara mandatori atau wajib sebagai pendekatan dasar kesehatan masyarakat. Masalah konfidensialitas pada pasien dengan HIV adalah sama dengan pasien karena penyakit lain yang berpedoman pada Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 48 mengenai rahasia kedokteran, dimana arti konfidensialitas disini tidak bersifat absolute dan dapat dibuka sepanjang untuk kepentingan pasien. (wajib simpan, pembukaan rahasia kedokteran pada keadaan tertentu). me kas sem pas ber me Tes kes ter B. TUJUAN dan SASARAN 1. Tujuan Umum Pedoman ini bertujuan untuk memberikan tuntunan kepada para petugas kesehatan dalam menerapkan layanan konseling dan tes HIV di sarana kesehatan dengan pendekatan PITC. 2. Tujuan Khusus Pedoman ini bertujuan untuk menyelaraskan antara etika medis, klinis, kesehatan masyarakat dan hak-hak azasi manusia. Hal tersebut meliputi: 1. Memberdayakan ODHA agar mengetahui status HIV mereka dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan untuk mencari dan mendapatkan layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan terkait HIV dan terlindung dari stigma, diskriminasi dan dan kekerasan. 2. Mengoptimalkan hasil pengobatan dan pencegahan. 3. Mendorong hak otonomi, privasi dan konfidensialitas dari ODHA serta mendorong ODHA untuk menjalankan kewajibannya, untuk diri sendiri maupun masyarakat, dalam hal pengobatan maupun pencegahan penularan. 4. Mendorong kebijakan dan praktik berbasis-bukti ilmiah dan memungkinkan lingkungan untuk penerapannya 5. Meningkatkan peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam hal menyediakan akses terhadap tes HIV, konseling dan intervensi lain yang dibutuhkan 6. Menormalisasikan penyakit HIV. PEDOMAN PENERAPAN Black KON 3 ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 14 of 28 - Pages: 14, 43, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN 3. Sasaran KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI 1. Para pengambil kebijakan, 2. Perencana dan pengelola program pengendalian HIV/AIDS, Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang 3. Petugas layanan kesehatan. memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian 4. Ruang Lingkup semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi dari pedoman adalah penerapan konseling tes HIV atas pasien HIV Lingkup AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalahdan konseling dan inisiasi tes HIVpetugas yang kesehatan dengan menekankandiagnosis pemeriksaan terkaitkonseling dengan untuk infeksi bertujuan tidak hanya untuk menegakkan namunkesehatan juga memberikan oportunistik pada pelayanan berkelanjutan. mendapatkan terapi dan dan merujuk menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Pedoman tidak membahas konseling secara rinci dandalam petugas kesehatan diarahkan Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan bentuk Konseling dan untuk merujuk pedoman nasional KTS yang berlaku. Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun didalam LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah Petugas kesehatan yang dimaksud buku ini adalah dokter yang merawat, terdapatperawat 468 pusat layanan VCT dioleh 133 dokter kabupaten/kota di seluruh serta Indonesia. yang diberi untuk wewenang yang bersangkutan bidan. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan C. TERMINOLOGI bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang Terminologi yangmedis digunakan di dalam pedoman adalah sebagai membutuhkan layanan dan belum diketahui statusiniHIV-nya. Layananberikut. PITC (Provider Initiated Testing Counselling) memudahkan Voluntaryand Counselling and Testing, atau VCT dan atau mempercepat Konseling dan tesdiagnosis, HIV secara penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat sukarela - KTS (atau disebut juga sebagai Client-initiated HIV testing andepidemi counselHIV yang tinggi. ling) adalah layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif Oleh karena itu Pada Organisasi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, membantu dan individual. KTS iniProfesi biasanya menekankan pengkajian danIAKMI) penanganan faktor Kementerian menyusun panduan ringkasmasalah untuk membantu risiko Kesehatan dari klien oleh konselor, membahas keinginantenaga untukkesehatan menjalanidalam tes HIV melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan dan implikasinya serta pengembangan strategi untuk mengurangi faktor risiko.ini, KTS tenaga kesehatan tidak akanberbagai ragu dalam mendorong untuk tessalah HIV sehingga stigma/di dilaksanakan dalam macam tatananpasien layanan, yang satunya adalah diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. sarana layanan kesehatan, klinik KTS mandiri di luar sarana layanan kesehatan, layanan KTS yang diberikan secara bergerak atau mobile masyarakat atau bahkan Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak KTS, yangditelah berkontribusi dalamdi rumah. penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Provider-initiated HIV testing and counselling (PITC) adalah suatu tes HIV dan konseling yang diInisiasii oleh petugas kesehatan kepada pengunjung sarana layanan Ketua Umum PB IDI kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya ART. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN � � � � Patuhi prosedur pemeriksaan dengan ketat. Patuhi sangat ketat waktu membaca yang direkomendasikan. Selalu beri label spesimen dan/atau alat pemeriksaan dengan jelas. Siapkan lembar kerja dimana nomor spesimen jelas tertulis dan segera catat hasilnya, jangan ditunda. Mempersiapan Kit tes HIV � Bila disimpan di lemari pendingi, keluarkan kit dan diamkan selama setidaknya 20 menit untuk mencapai suhu kamar (20 - 25OC) � Siapkan lembar kerja, tuliskan nomor batch kit; tanggal kedaluwarsa; nama pemeriksa dan tanggal pemeriksaan. � Periksa kembali bahwa tanggal kedaluwarsanya belum terlampaui � Lakukan validasi bahwa kit masih bagus dengan menggunakan kontrol reaktif dan non reaktif; setelah itu anda siap melaksanakan tes pada sediaan klinik yang ada. � Tuliskan nomor spesimen pada lembar kerja. � Keluarkan peralatan tes dari pembungkusnya � Tuliskan nomor spesimen pada peralatan tes tsb. � Laksanakan tes dengan mengikuti petunjuk teknis yang ada pada kit. Berikut adalah contoh pemeriksaan dengan menggunakan kit UNI-Gold HIVTM DAN Determine HIVTM1/2. Uni-Gold HIVTM � Tulis nomor spesimen pada lember kerja. � Ambil alat pemeriksaan Uni-Gold HIV dari bungkus pelindung. � Tulis nomor spesimen pada alat pemeriksaan. � Kumpulkan seluruh darah dari tusukan jari (lihat dokumen). � Tambahkan dua tetesan darah pada port sampel. � Tambahkan dua tetesan dari reagent pencuci ke port sampel. � Biarkan selama sepuluh menit agar terjadi reaksi. � Baca hasilnya pada akhir menit kesepuluh. Jangan baca setelah 20 menit karena hasilnya tidak lagi stabil. � Interprestasikan hasilnya. KON me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Dr. Prijokesehatan Sidipratomo, Sp.Rad(K) Apabila seseorang yang datang ke sarana layanan menunjukkan adanya gejala yang mengarah ke HIV maka tanggung jawab dasar dari petugas kesehatan ii 4 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black 33 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 15 of 28 - Pages: 42, 15, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN B. KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI PEMERIKSAAN LABORATORIUM MELAKSANAKAN TES CEPAT HIV, INTERPRESTASI HASIL DAN KONSELING Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang Pemberian informasi kunci tentang HIV memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian Ambil darah dari ujung jari semua pihak,�terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi Selalu gunakan sarung tangan untuk mengambil atau pasien HIV AIDS.mengelola Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang darah. bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk � Gosok ujung jari agar pembuluh darah melebar (jari tengah mendapatkan terapi menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. atau dan jari manis). Layanan� tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Bersihkan jari dengan alkohol dan biarkan mengering. Tes HIV Sukarela (Voluntary Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana � Pegang jari diHIV lebih rendah daripada siku. kesehatan (RS,� Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah Tusuk jari dengan lancet steril yang belum terpakai. terdapat 468 �pusat layanansatu untuk VCTseperti di 133 kabupaten/kota di seluruhteknis Indonesia. Teteskan tetes tertulis pada petunjuk kemasan tes (misalnya gunakan pipetrendah untuk untuk Uni-Gold HIV Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong menjangkau populasi atau sample loopHIV untuk Stat Pack ). Ulangi sesuai perawat dan berisiko dan mengetahui status mereka. Peran tenagaprosedur kesehatanini(dokter, dengan pemeriksaan yang digunakan, misalnya, Determine bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang HIV 1/2 medis 1-2 kalidan danbelum dua kali. membutuhkan layanan diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � Buang lancet yang telah dipakai di dalamdan wadah yang aman. diagnosis, Initiated Testing and Counselling) memudahkan mempercepat � Selesaikan prosedur pemeriksaan yang spesifik. penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi � Desinfeksi jari dan tutupi dengan plester. HIV yang tinggi. � Terapkan kewaspadaan universal untuk pembuangan sampah. Cara yang Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu umum autoclaving suhu 120°C selamatenaga 60 menit atau dengan Kementerian Kesehatan adalah menyusun panduan pada ringkas untuk membantu kesehatan dalam pembakaran. melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Test-Kit (Kit tesakan HIV)ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ tenaga kesehatan tidak � Setidaknya gunakan dua macam tes yang berbeda. diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. � Ikuti pedoman nasional pemeriksaan tes HIV - sesuai strategi II atau III untuk Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam diagnosis. penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. � Patuhi tanggal kedaluwarsa - jangan digunakan kit yang telah kedaluwarsa. � Ikuti dengan ketat prosedur penyimpanan. � Bila sebelumnya kit disimpan pada suhu 2-8°C, biarkan kit tersebut Ketua Umum PB IDI mencapai suhu ruangan dengan mengeluarkannya dari lemari pendingin kira-kira 20 menit sebelum digunakan. � Validasi kit tes HIV sesuai petunjuk dari produsen dan kontrol reaktif dan non reaktif yang disediakan. Bila mungkin gunakan kontrol untuk setiap Dr. Prijo Sp.Rad(K) pemeriksaan baru, batch baru atau bila Sidipratomo, anda meragukan kondisi penyimpanannya. ii 32 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN adalah menawarkan konseling dan tes HIV kepada pasien tersebut sebagai bagian dari tata lakasana klinis. Sebagai contoh petugas kesehatan menginisiasii konseling dan tes HIV kepada pasien TB dan pasien suspek TB, pasien IMS, pasien gizi buruk, pasien dengan gejala atau tanda IO lainnya. PITC juga bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi HIV pada stadium awal yang tidak menunjukkan gejala penyakit yang jelas karena penurunan kekebalan. Oleh karenannya kadang-kadang konseling dan tes HIV juga ditawarkan kepada pasien dengan gejala yang mungkin tidak terkait dengan HIV sekalipun. Pasien tersebut dapat mendapatkan manfaat dari pengetahuan tentang status HIV reaktif guna mendapatkan layanan pencegahan dan terapi yang diperlukan secara lebih dini. Dalam hal ini konseling dan tes HIV ditawarkan kepada semua pasien yang berkunjung ke sarana layanan kesehatan.. Seperti halnya KTS, PITC pun harus mengedepankan "three C' - Informed Consent, Counselling and Confidentiality atau suka rela, konseling dan konfidensial. Option in adalah pilihan pasien untuk menyatakan persetujuannya secara jelas atas pelaksanaan tes HIV setelah menerima informasi mengenai HIV atau merasa mempunyai perilaku beresiko. Informed consent merupakan bagian dari pra test konseling sama seperti informed concent yang dilakukan pada pemeriksaan atau tindakan klinis invasif. Dengan pendekatan option out berarti pasien ditawarkan tes HIV dan dapat menyatakan penolakan untuk dilakukan tes HIV setelah menerima informasi pra tes apabila dia tidak meinginkan tes HIV tersebut. Informed consent yang diberikan dalam hal tersebut analog dengan yang dipersyaratkan pada tindakan umum lain seperti pemeriksaan foto ronsen dada, tes darah dan pemeriksaan non invasif lain. Dalam hal ini petugas kesehatan akan melaksanakan tindakan untuk melakukan tes HIV tersebut kecuali pasien menolaknya. me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen PEDOMAN PENERAPAN Black KON 5 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 16 of 28 - Pages: 16, 41, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA PENGANTARBAB KETUA II UMUM PB IDI � � � Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi A. PENERAPAN PITC PADA SEMUA JENIS EPIDEMI pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang Petugas kesehatan dianjurkandiagnosis untuk menawarkan dan konseling bertujuan tidak hanya untuk menegakkan namun juga tes-HIV memberikan konseling sebagai untuk bagian dari prosedur baku perawatan kepada semua pasien seperti berikut tanpa mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. memandang tingkat epidemi daerahnya: Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Semua pasien dewasa atau anak yang berkunjung ke sarana kesehatan dengan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana gejala dan tanda atau kondisi medis yang mengindikasikan pada AIDS. Seperti kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah misalnya - meskipun tidak selalu atau terbatas pada - tuberkulosis dan kondisi terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. khusus lainnya terutama kelompok kondisi medis yang ada dalam sistem Jumlah cakupan layanan tersebut tergolong rendah untuk menjangkau populasi pentahapan klinis infeksi masih HIV (stadium klinis). berisiko dan� mengetahui status HIVdari mereka. tenaga kesehatan (dokter, perawat Bayi yang baru lahir ibu HIVPeran reaktif sebagai perawatan lanjutan yangdan rutin bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang pada bayi tersebut membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � Anak yang dibawa ke sarana kesehatan dengan menunjukkan tanda tumbuh Initiated Testing andyang Counselling) memudahkan dan dan mempercepat diagnosis, kembang kurang optimal atau gizi kurang tidak memberikan respon penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi pada terapi gizi yang memadai. HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu B. PENERAPAN DI DAERAH EPIDEMIS MELUAS Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan Di konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan yang ini, daerah dengan tingkat epidemi yang meluas dengan lingkungan tenaga kesehatan tidak akan dalam mendorong HIVmemadai sehingga termasuk stigma/ memungkinkan atau ragu kondusif serta tersedia pasien sumberuntuk dayates yang diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. ketersediaan paket layanan pencegahan, pengobatan dan perawatan HIV, maka Kami ucapkan terimamenginisiasii kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam petugas kesehatan tessemua HIV dan konseling kepada semua pasien yang penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. berkunjung/berobat di semua sarana kesehatan. Hal tersebut diterapkan di layanan medis atau bedah, sarana pemerintah ataupun swasta, pasien rawat inap atau rawat jalan, dan layanan medis tetap ataupun bergerak. Tawaran tes HIV dan konseling Ketua Umumkesehatan PB IDI merupakan bagian dari prosedur layanan baku dari petugas kepada pasiennya, tanpa memandang adanya gejala atau tanda yang terkait dengan AIDS pada pasien yang berobat di sarana kesehatan. PENERAPAN PITC DI BERBAGAI TINGKAT EPIDEMI � � � Waspada terhadap terapi untuk pasien. Mengetahui sumber daya lain untuk rujukan. Mengetahui sumber daya dukungan sosial bagi klien. Advokasi kepada pasien Rujuk ke layanan pengobatan, pencegahan yang sesuai. me kas sem pas ber me Ketika menghadapi pasien: � Jaga privasi. � Jangan terlalu banyak interupsi. � Upayakan pasien senyaman mungkin. � Membuat kesepakatan waktu - lama konseling. � Buat rencana untuk tindak lanjut bila diperlukan Tes kes ter Rujukan untuk pasien dengan kemungkinan depresi � � � � � � KON Rujuklah pasien pada konselor VCT/psikolog klinis/dokter/psikiater bila didapatkan satu atau lebih gejala dibawah ini: Gangguan tidur atau makan, hilangnya minat pada banyak aktivitas terutama aktivitas yang dulu disukai, keinginan bunuh diri, selalu merasa sedih dan menangis atau ingin menangis, menarik diri dari hubungan sosial; Dalam hal ini pasien memerlukan dukungan psikologik lebih besar dan sangat mungkin memerlukan terapi obat antidepresan. ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Untuk mengatasi kendala dalam hal sumber daya maka perlu pentahapan dalam penerapan PITC. Hal berikut perlu dipertimbangkan untuk menentukan urutan Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) prioritas penerapan PITC: ii 6 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black 31 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 17 of 28 - Pages: 40, 17, 06/27/11 01:17 PM KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI terhadap perawatan dan terapi) Mengatasi situasi krisis konseling dasar adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang MasalahUnsur HIV AIDS di Indonesia Menjalin hubungan yang baik dengan klien.Sejak 10 tahun terakhir, jumlah memerlukan �penanganan bersama secara komprehensif. Mencari tahu suasana hati klien saat ini. kasus AIDS di� Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian � Memberi tanggapan dengan empati. semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi � Memberikan yang tersebut membuatadalah pasienkonseling memahami pasien HIV AIDS. Salah satu tanggapan bentuk layanan dankondisinya. tes HIV yang � Memberi informasi. bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk Membantu pasien berbagai mencarimasalah dan mendapatkan dari temanmendapatkan�terapi dan menangani yang dihadapibantuan oleh pasien. temannya. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Mengajarkan ketrampilan khusus untuk menghadapi situasinya: Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana - Teknik relaksasi seperti bernafas dengan dalam atau relaksasi otot secara kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah progresif atau bayangan positif. terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. - Pemecahan masalah. Jumlah �cakupan layanandorongan. tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi Memberikan berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan � Memperbesar harapan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated� Testing and Counselling) Kiat-kiat yang bermanfaat memudahkan dalam konseling:dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi � Gunakan pertanyaan terbuka. HIV yang tinggi. - Pertanyaan terbuka: Masalah apakah yang mengganggu jadual minum Oleh karenaobat itu Organisasi anda saat Profesi ini? Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu kesehatan - Pertanyaan tertutup: Apakah anda sudah minumtenaga obat hari ini dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, � Mendengarkan dengan seksama, memperhatikan komunikasi baik verbal tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ maupun non-verbal diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. � Klarifikasikan sesuatu yang belum anda fahami. � Gunakan latihan peran untuk ketrampilan dan Kami ucapkan terima kasihdengan kepadamain semua pihak yangmengasah telah berkontribusi dalam percaya menjalankan rencananya. penyusunan panduan ini diri danklien juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. � Beri kesempatan klien untuk bertanya � Tanyakan hasrat untuk bunuh-diri (terutama menghadapi klien yang Ketua Umum PB IDI mengalami keadaan kritis dan penyakit mental � � � � ii 30 Cyan Peran konselor: � Menjaga kerahasiaan. � Memberikan dukungan. � Membantu pasien menyusun prioritas masalah dan menemukan jalan Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) keluarnya. Yellow � � � � � � C. PENERAPAN PITC DI EPIDEMI TERKONSENTRASI ATAU TINGKAT RENDAH Black me kas sem pas ber me Tes kes ter Di daerah dengan tingkat epidemi rendah atau terkonsentrasi tidak semua pasien ditawari konseling dan tes HIV, karena pada umumnya orang berisiko rendah untuk tertular HIV. Di daerah tersebut prioritas ditujukan hanya pada semua pasien dewasa atau anak yang berobat di sarana kesehatan dengan menunjukkan gejala atau tanda klinis yang mengindikasikan AIDS, termasuk tuberkulosis dan pada pasien anak yang diketahui terlahir dari ibu HIV reaktif. Bila tersedia data yang menunjukkan bahwa prevalensi HIV pada pasien TB sangat rendah, maka tawaran tes HIV dan konseling pada pasien TB pun bukan merupakan prioritas. Keputusan atau pemilihan sarana kesehatan untuk menerapkan PITC di daerah dengan tingkat epidemi HIV yang terkonsentrasi atau rendah harus didasarkan atas penilaian epidemiologi dan konteks sosial. Dapat dipertimbangkan untuk menerapkan PITC di sarana kesehatan sebagai berikut: � Klinik IMS � Layanan kesehatan bagi masyarakat dengan perilaku berisiko � Layanan KIA � Layanan TB � Layanan Napza PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta � Sarana layanan rawat jalan dan rawat inap pasien TB Sarana layanan KIA Sarana layanan Kesehatan Anak (<10 th) Sarana layanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (KB) Sarana layanan dengan tindakan invasif Sarana layanan kesehatan remaja Sarana layanan kesehatan bagi kelompok dengan perilaku berisiko tertular HIV Sarana layanan hemodialisis Sarana kesehatan di lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan KON 7 ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 18 of 28 - Pages: 18, 39, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN � KATA PENGANTARBAB KETUA III UMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian PITC harus disertai dengan penyediaan layanan layanan yang terkait dengan HIV semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yangpaket memberikan kesehatan bagi seperti layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan. Meskipun tidak pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang semua layanan harus tersedia di satunamun tempat sama dengan bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis jugayang memberikan konselingtempat untuk dilaksanakannya tes HIV, namun mutlak diperlukan adanya tempat rujukan bagi mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. perawatan dan pengobatan dilakukan tes dalam HIV. bentuk Konseling dan Layanan tes dan konseling HIVARV saatsetelah ini masih dilakukan Tes HIV Sukarela (Voluntary dengan HIV Counselling and dan Testing/VCT), yangmerupakan dilakukan di sarana Terapi profilaksis antiretroviral infant feeding komponen kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah penting pada program pencegahan penularan dari ibu ke anak. Sarana intervensi terdapattersebut 468 pusat layanan untuk VCT dibagian 133 kabupaten/kota seluruh bagi Indonesia. harus tersedia sebagai dari pelayanandi standar ibu hamil yang terdiagnosis terinfeksi melalui PITC. Jumlah cakupan layanan HIV tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko danUpaya mengetahui status HIVjuga mereka. Peran tenaga kesehatan ketersediaan (dokter, perawat dan yang sama harus dilakukan untuk menyakinkan dukungan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang psikososial serta kemapanan kebijakan dan peraturan perundangan untuk meoptimalkan membutuhkan medis dan belum diketahui statusHIV. HIV-nya. Layananmeliputi: PITC (Provider dampaklayanan positif dan meminimalkan dampak buruk Hal tersebut Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Ketersediaan sumber daya dan infrastruktur yang memadai. penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi � Pelatihan bagi petugas kesehatan. HIV yang tinggi. � Kode etik bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan. Oleh �karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu kesehatan bagi ODHA. Kementerian menyusundan panduan ringkas untuk � Kesehatan Sistem monitoring evaluasi yang kuat.membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Pelaksanaan PITC optimal dalam jangka panjang memerlukan penerapan peraturan tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ perundangan guna membatasi stigma dan diskriminasi yang muncul akibat status diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. HIV, perilaku berisiko, dan gender seseorang yang terpantau dan terus didorong untuk Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam dilaksanakan. Kebijakan nasional harus terus mendorong pengungkapan status HIV penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. kepada pasangan secara sukarela dan penuh tanggung jawab. LINGKUNGAN YANG KONDUSIF Perlu dikembangkan kebijakan dasar hukum yang jelas tentang; 1. Umur atau alasan tertentu yang menyangkutKetua pemberian untuk Umumpersetujuan PB IDI tes HIV bagi dirinya atau orang lain (perwalian). 2. Cara terbaik untuk mendapatkan persetujuan tes-HIV dari remaja. Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 8 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Cara mensterilkan alat dengan bahan pemutih. Ingat cara ini hanya ditawarkan bila tidak tersedia alat suntik steril � Hindari pemakaian alat suntik, pisau cukur, alat tato, dsb secara bergantian � Dorong untuk menghentikan pemakaian napza suntik Jelaskan cara penyuntikan yang aman dan cara melindungi pembuluh vena: � Lakukan disinfeksi kulit tempat suntikan; hal tersebut akan mengurangi risiko terjadinya infeksi kulit yang dalam yang dapat mengenai pembuluh vena � Pindah tempat suntikan secara reguler � Gunakan jarum/semprit baru (jarum bekas akan merusak pembuluh vena) � Kurangi frekuensi penyuntikan setiap hari/minggu Jelaskan cara menghindari terjadinya infeksi � � Tawarkan dan dorong untuk mengikuti program detoksifikasi/ program terapi rumatan opioid oral atau Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) � Sebelum menawarkan program tersebut di atas harus sudah terjalin hubungan yang saling percaya antara tenaga kesehatan dengan kliennya yang penasun - yang mungkin akan memakan beberapa waktu atau kunjungan � Berikan informasi kepada pasien tentang adanya program yang akan membantunya berhenti menggunakan napza me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis Detoksifikasi opioid/ terapi rumatan opioid (PTRM) � Bila klien penasun tertarik untuk mengikutinya: rujuk ke layanan terkait Konseling dasar pen Semua petugas dapat melakukan konseling di seputar masalah klinis yang meliputi: � Edukasi kepada pasien � Memberikan dukungan emosional � Memberikan dukungan kepada pasien yang mengalami gangguan mental seperti depresi atau ensietas. � Mencakup berbagai aspek perawatan HIV (tes HIV, pengungkapan status HIV, perilaku seksual yang lebih aman dan penggunaan kondom, kepatuhan PEDOMAN PENERAPAN Black KON 29 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 19 of 28 - Pages: 38, 19, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN mungkin anda: KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI - Membicarakan infeksi tersebut kepada pasangan? - Meyakinkan pasangan anda untuk mendapatkan terapi? Masalah HIV AIDS di Indonesia adalahpasangan salah satu masalah kesehatan nasional yang - Membawa/mengirimkan anda ke sarana kesehatan? memerlukan �penanganan bersama komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah Jelaskan peran andasecara sebagai tenaga kesehatan. kasus AIDS di� Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Halpenggunaan ini menuntut perhatian Strategi untuk membahas dan memperkenalkan kondom? semua pihak,�terutama para tenaga yang memberikan layanan Risiko kekerasan ataukesehatan reaksi stigmatisasi dari pasangan dankesehatan keluarga. bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi danDampak menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Pengurangan Buruk bagi PENASUN Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Ketika berbicaraHIV dengan para PENASUSN, pastikanyang bahwa:: Tes HIV Sukarela (Voluntary Counselling and Testing/VCT), dilakukan di sarana � Berbicara secara pribadi dan jaga konfidensialitas, bila tidak, tidak kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahunpasien 2008 telah akanlayanan pernahuntuk kembali untuk perawatan selanjutnya. terdapat 468 pusat VCT di 133 kabupaten/kota di seluruhPenggunaan Indonesia. napza suntikan adalah ilegal dan para penasun biasanya takut bila berhubungan Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi dengan yang berwajib berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan � Bersikap tidak menghakimi bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang � Bangun kepercayaan membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider � Empati Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Beri edukasi tentang pencegahan penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi � Konseling dan promosi pemakaian kondom secara konsisten untuk HIV yang tinggi. mencegah penularan HIV, hepatitis viral dan IMS Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu � Pertimbangkan risiko terhadap infeksi HIV, tawarkan konseling dan tes HIV Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam � Jelaskan tentang risiko penggunaan suntikan: melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, � HIV, hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui pemakaian semua jenis alat tenaga kesehatan tidak- akan ragu dalamdan mendorong pasien untuksecara tes HIVbergantian sehingga stigma/ suntik jarum, semprit kapas atau pengusap dengan diskriminasi tidakteman lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima penyakit kasih kepada semuayang pihak yang dengan telah berkontribusi dalam � Ada banyak penyerta terkait Penasun dan/atau penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. penggunaan obat lain: termasuk di antaranya adalah infeksi, gangguan mental, hati, dan ginjal � Penggunaan napza dapat mempengaruhi kemampuan atau fungsi anggota Ketua Umum PB IDI tubuh dalam kehidupan sehari-hari � Jelaskan tentang risiko penggunaan suntikan: � Sediakan peralatan suntik steril (jarum, semprit, cairan pelarut) dan informasi tentang cara peyuntikan yang aman bila tersedia dan mampu, bila tidak Rujuk ke program yang menawarkan alat suntik sterilSidipratomo, (jarum, semprit dan cairan Dr. Prijo Sp.Rad(K) pelarut) dan informasi tentang cara penyuntikan yang aman ii 28 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN BAB IV PROSES PITC DAN UNSUR PENDUKUNGNYA A. INFORMASI PRA TES HIV DAN PERSETUJUAN PASIEN Sesuai dengan kondisi setempat, informasi pra tes dapat diberikan secara individual, pasangan atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi dengan kesaksian petugas kesehatan. Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004, secara jelas memuatnya dalam Pasal 45 mengenai Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi. Dalam pasal 45 Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 tersebut dijelaskan bahwa Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap. 1. Informasi minimal sebelum tes HIV Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas kesehatan ketika menawarkan tes HIV kepada pasien adalah sebagai berikut: � Alasan menawarkan tes HIV dan konseling � Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes HIV Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV non reaktif, rencana yang jelas untuk pengobatan baik untuk pemberian ARV maupun penyakit lain terkait HIV.l � Jaminan konfidensialitas. � Informasikan bahwa pasien mempunyai hak untuk menolak menjalani tes-HIV. Tes akan dilakukan kecuali pasien menggunakan hak tolaknya tersebut. � Informasikan bahwa penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak akan mempengaruhi akses pasien terhadap layanan yang tidak tergantung pada hasil tes HIV. � Dalam hal hasil tes HIV reaktif, maka sangat dianjurkan untuk mengungkapkannya kepada orang lain yang berisiko untuk tertular HIV dari pasien tersebut sebagai bentuk dari tanggung jawab. � Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas kesehatan me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Pada umumnya dengan komunikasi verbal sudah cukup memadai untuk memberikan informasi dan mendapatkan informed consent untuk melaksanakan tes HIV. PEDOMAN PENERAPAN Black KON 9 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 20 of 28 - Pages: 20, 37, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN AdaKATA beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentanPB terhadap PENGANTAR KETUA UMUM IDI dampak buruk seperti diskriminasi, pengucilan, tindak kekerasan, atau penahanan. Dalam hal tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal di atas, untuk meyakinkan Masalah AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang informedHIV consent dengan merujuknya ke konselor yang terlatih, misalnya di KTS. memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesiakhusus mengalami yang bermakna. 2. Perhatian bagilonjakan perempuan hamil Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi Informasi pra tes bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil atau dalam pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang kondisi hamil harus meliputi: bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk � Risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. � Rencanan yang jelas guna mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anaknya Layanandengan tes danmenggunakan konseling HIV ARV saat dan ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling metoda lain diantaranya profilaksis ARVdan yang Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana akan diberikan pada bayi, ASI dan makanan bayi.. kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah � Rencana yang jelas untuk bayi baik pemeriksaan dini, pemberian ARV terdapat 468 pusat layananpemberian untuk VCT kotrimoksasol di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. ARV jika profilaksis, profilaksis dan pengobatan Jumlah cakupan masih tergolong untuk menjangkau populasi nantinyalayanan terbuktitersebut HIV reaktif setelah usiarendah 18 bulan.. berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukankhusus deteksi bagi HIV menjadi semakin karena banyak ODHA yang 3. Perhatian bayi, anak danpenting remaja membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur secara Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, hukum (pada umumnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah umur yang belum penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi punya hak untuk membuat/memberikan informed consent, mereka punya hak untuk HIV yang tinggi. terlibat dalam semua keputusan yang menyangkut kehidupannya dan mengemukaOleh karena itu Organisasi (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu kan pandangannya sesuai Profesi tingkat Kesehatan perkembangan umurnya. Dalam hal ini diperlukan Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam informed consent dari orang tua atau wali/pengampu. melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan akan ragu dalam berat mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ 4. Pasientidak dengan penyakit diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Pasien yang mengalami kondisi kritis atau tidak sadarkan diri, tentu tidak mampu Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam untuk memberikan persetujuan secara pribadi. Dalam keadaan yang demikian, maka penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. dipertimbangkan betul manfaat tes HIV dan kepentingan pasien. Apabila tes HIV betulbetul dibutuhkan atas kepentingan pasien maka persetujuan dapat dimintakan kepada keluarga semenda (ibu, ayah, anak kandung). Ketua Umum PB IDI KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN Untuk perempuan: jelaskan pentingnya tetap non reaktif selama kehamilan dan menyusui. Risiko bayi untuk terinfeksi lebih besar bila ibunya baru terinfeksi. Pastikan pasien mengetahui cara menggunakan kondom dan tempat untuk mendapatkannya. Berikan kemudahan untuk mendapatkan kondom di klinik dengan cara yang jelas. Tanyakan: apakah anda dapat menggunakan kondom? Gali hambatannya. � Pemberian edukasi dan konseling IMS � � � � 5. Penolakan untuk menjalani tes HIV Penolakan untuk menjalani tes HIV tidak boleh mengurangi kualitas layanan lain yang tidak terkait dengan status HIVnya. Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) Pasien yang menolak menjalani tes perlu ditawari untuk menjalani sesi konseling di Klinik KTS di masa yang akan datang jika memungkinkan. Penolakan tersebut harus ii 10 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow � � � Berbicara secara pribadi, dengan cukup waktu, dan pastikan kerahasiaannya. Jelaskan: � Penyakit tersebut � Cara penularan penyakit tersebut. � Cara pencegahannya � Terapi. � Bahwa kebanyakan IMS dapat disembuhkan, kecuali HIV, herpes dan kutil kelamin. � Perlunya mengobati pasangan (kecuali untuk vaginitis): - Kemungkinan pasangan seksual terakhir juga terinfeksi tetapi tidak menyadari. - Bila pasangan tidak diobati, dapat Rujuk untuk konseling tentang: mengalami komplikasi. � Perhatian pada herpes (tidak ada obatnya) Kemungkinan mandul karena infeksi panggul - Hubungan seksual dengan �� Penilaian perilaku berisiko pasangan yang tidak diberi terapi, � Pasien yang bermitra seksual multipel infeksi terulang. - Meskipun tanpa gejala pasangan perlu diterapi, demi kesehatan pasangan dan pasien. Dengarkan pasien: apakah ada stress atau kecemasan terkait dengan IMS? Dorong perilaku seksual yang aman untuk mencegah HIV dan IMS. � Konseling untuk memiliki pasangan tetap (atau pantangan) dan memilih pasangan secara cermat. � Jelaskan cara menggunakan kondom (hal. 26 ). Beri pendidikan tentang HIV. Sarankan pemeriksaan dan konseling HIV (hal. 20). Pemberitahuan pasangan atau suami/istri. � Tanyakan kepada pasien: "dapatkah anda melakukannya?" Tanyakan: apakah PEDOMAN PENERAPAN Black KON 27 me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 21 of 28 - Pages: 36, 21, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN Pria dalamPENGANTAR keluarga dan masyarakat biasanya sebagai KATA KETUA UMUM PBpembuat IDI keputusan, sehingga keterlibatan mereka akan: � Memberikan dampak lebih besar dalam hal penerimaan penggunaan Masalah HIV AIDS dan di Indonesia adalah yang salah lebih satu aman masalah kesehatan nasional kondom praktek seksual untuk mecegah infeksi.yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah � Membantu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. kasus AIDS di� Indonesia mengalami lonjakan bermakna. ini menuntut Membantu menurunkan risikoyang kecurigaan dan Hal tindak kekerasan.perhatian semua pihak,�terutama parameningkatkan tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi Membantu dukungan pada pasangannya. pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang � Memotivasi mereka untuk mau menjalani tes HIV. bertujuan tidak hanya menegakkan diagnosis namun memberikan konseling untuk Kerugianuntuk melibatkan dan melakukan tes atasjuga pasangan: bahaya pelimpahan mendapatkankesalahan, terapi dan tindak menangani berbagai yang dihadapi oleh pasien. kekerasan danmasalah pengucilan. LayananBila tes memungkinkan dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan tenaga kesehatan hendaknya berupaya memberikan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana konseling pasangan secara bersama. kesehatan�(RS,Konseling Puskesmas dan Klinik) maupun di pedulidiAIDS. ini dapat dilakukan olehLSM konselor klinikHingga VCT. tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Konseling tentang perilaku seksual lebihrendah aman untuk dan penggunaan Jumlah cakupan layanan tersebut masih yang tergolong menjangkaukondom populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan � Perilaku seksual lebih aman adalah semua praktek seksual bidan) dalam melakukan deteksiyang HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang yang risiko penularan HIV danstatus IMS lain. membutuhkanmengurangi layanan medis dan belum diketahui HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan � Perlindungan dapat diperoleh dengan: dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan,- dan sudah berkembang luas di sejumlah Hindari aktifitas seksual di luar nikah. negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. - Gunakan kondom dengan benar dan konsisten; kondom harus dipakai aktifitas seksual penetratif, hanya sebelum Oleh karenasebelum itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI,bukan IBI, PPNI, ISFI, IAKMI)ejakulasi. membantu - Memilih aktifitas seksualringkas yang tidak semen, cairan dari Kementerian Kesehatan menyusun panduan untukmemungkinkan membantu tenaga kesehatan dalam vagina atau untukatau masuk ke mulut, anus atau vagina pasangan, melakukan konseling dan tes HIVdarah bagi klien pasien. Kami berharap melalui panduan ini, dan tidak kulit pasangan bila untuk ada sayatan luka terbuka. tenaga kesehatan tidak akan menyentuh ragu dalam mendorong pasien tes HIVatau sehingga stigma/ � tidak Bila HIV diskriminasi lagi reaktif: ada dalam pelayanan kesehatan. � Jelaskan padakasih pasien bahwa dia terinfeksi dantelah dapatberkontribusi menularkan dalam infeksi Kami ucapkan terima kepada semua pihak yang tersebut ke pasangannya. Kondom harus digunakan seperti di kegiatan atas. ini. penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung � Bila status pasangan tidak diketahui, konsultasikan tentang manfaat melibatkan dan menguji pasangan (hal. 19-20). � Untuk perempuan: jelaskan pentingnyaKetua menghindari infeksi Umum PB IDI selama kehamilan dan menyusui. Risiko terinfeksi pada bayi adalah lebih tinggi bila ibunya baru saja terinfeksi. � Bila HIV non reaktif ATAU hasilnya tidak diketahui: � Bahas risiko infeksi HIV dan cara menghindarinya. Dr.berikan Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) � Bila status pasangan tidak diketahui, konseling tentang manfaat pemeriksaan pasangan. ii 26 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN dicatat di lembar catatan medisnya agar diskusi dan tes HIV di inisiasi kembali pada kunjungan yang akan datang. B. KONSELING PASCA TES HIV Konseling pasca-tes merupakan bagian integral dari proses tes HIV. Semua pasien yang menjalani tes HIV harus mendapatkan konseling pasca-tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil tes HIVnya. Konseling pasca-tes harus diberikan secara individual dan oleh petugas yang sama yang menginisiasi tes HIV semula. Konseling tidak layak untuk diberikan secara kelompok. Perlu diingat bahwa tidaklah dapat diterima apabila seorang petugas memprakarsai untuk tes HIV dan kemudian harus menunda memberikan hasilnya kepada pasien karena tidak sempat. Meskipun pasien mungkin belum siap untuk menerima hasil, atau menolak untuk menerima hasil tes, petugas kesehatan harus selalu berusaha dengan berbagai alasan yang tepat dengan cara empati untuk meyakinkan pasien menerima dan memahami arti hasil tes HIV dan menjaga konfidensialitas. Setelah dapat ditegakkan diagnosis dan terapi, tujuan lain dari konseling ini adalah perubahan perilaku klien khususnya terkait perilaku berisiko yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan HIV AIDS dan penyakit infeksi lainnya kepada orang lain. Sementara perubahan perilaku sehubungan dengan risiko penularan kepada orang lain dapat dilaksanakan melalui rujukan kepada konselor terlatih. 1. Konseling hasil tes HIV non reaktif Konseling bagi yang hasilnya non reaktif, minimal harus meliputi hal sebagai berikut: � Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode jendela, yaitu belum terdeteksinya antibodi HIV dan anjuran untuk menjalani tes kembali ketika terjadi pajanan HIV. � Informasi dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan HIV � Pemberian kondom laki-laki atau perempuan me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Baik petugas kesehatan maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan untuk mendapatkan konseling pasca tes lebih mendalam atau dukungan pencegahan lainnya. PEDOMAN PENERAPAN Black KON 11 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 22 of 28 - Pages: 22, 35, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN 2. Konseling hasil tes HIV reaktif KATA PENGANTAR KETUA KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN UMUM PB IDI Secara umum, konseling hasil tes HIV reaktif direkomendasikan untuk dilakukan dengan bahasa sederhana dan salah singkatsatu danmasalah dilanjutkan dengan dialog yang untuk Masalah HIV AIDSyang di Indonesia adalah kesehatan nasional menangkap keinginan dan perspektif pasien dalamSejak menangani kasus mereka. memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS Bagi di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian pasien dengan hasil tes HIV positif, maka petugas kesehatan menyampaikan semua hal pihak, terutama para sebagai berikut : tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan adalah konseling dan sederhana tes HIV yang � Memberikan informasi hasil tersebut tes HIV kepada pasien secara dan bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk jelas dan memastikan pasien mengerti tentang arti tes. mendapatkan terapi dan menangani berbagai dihadapi oleh pasien. � Melakukan pemeriksaan klinismasalah dan labyang secara menyeluruh untuk skrining TB, infeksi oportunistik, memberikan infeksi oportunistik Layanan tesmencari dan konseling HIV saat ini masih dilakukanpengobatan dalam bentuk Konseling dan jika ada, memberikan kotrimoksasol profilaksis Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana Memberikan rencana pengobatan danAIDS. informasi tempat utk kesehatan (RS,�Puskesmas dan Klinik) maupun di LSMARV peduli Hingga tahunpelayanan 2008 telah ARV terdekat dengan pasien. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. � Memulai konseling pra ARTf Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi � Merujukstatus ke unit terkait Peran dengan kebutuhan pasien baik terkait berisiko dan mengetahui HIVlain mereka. tenaga kesehatan (dokter, perawatdengan dan perawatan, pengobatan maupun pencegahan. bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang � � Umum PB IDI C. RUJUKAN KE LAYANAN LAIN YANGKetua DIBUTUHKAN Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow Bahas keuntungan membuka diri. Tanya pasien apakah telah mengungkapkan hasilnya atau mau mengungkapkan hasil tersebut kepada orang lain. � Bahas kekhawatiran untuk mengungkap status HIV kepada pasangan, anak dan keluarga lain, atau teman. � Nilai kesiapan untuk mengungkap status HIV dan kepada siapa (mulai dengan yang paling rendah risiko). Jajagi jejaring sosial. � Jajagi ketersediaan dukungan dan kebutuhan sosial (kelompok dukungan). � Ajarkan cara mengungkapkan status (dengan peragaan dan latihan). � Bantu pasien untuk merencanakan pengungkapannya. � Memotivasi kehadiran pasangan untuk mempertimbangkan tes HIV; gali hambatan untuk menjalani tes. � Yakinkan kembali bahwa anda akan menjamin kerahasiaan hasil tes pasien. � Bila salah satu risiko pengungkapan hasil adalah kekerasan rumah tangga, maka bantulah menciptakan lingkungan yang aman. Bila pasien tidak ingin mengungkapkan hasil tersebut: � Yakinkan kembali akan jaminan atas kerahasiaan hasil tes pasien. � Telusuri kesulitan dan kendal pengungkapan. Atasi kekhawatiran dan kendala komunikasi - latih pasien berkomunikasi. � Terus memotivasi. Bahas kemungkinan membahayakan orang lain. � Hubungkan bantuan tambahan sesuai keperluan (misalnya konselor sebaya). Khusus untuk perempuan, bahas manfaat dan kerugian mengungkap hasil reaktif, melibatkan serta menguji HIV pasangan. � � ii 12 � PEDOMAN PENERAPAN Black me kas sem pas ber me Tes kes ter Dukungan untuk membuka diri membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider 3. Testing Konseling bagi memudahkan ibu hamil dan mempercepat diagnosis, Initiated andpasca-tes Counselling) penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas diHIV sejumlah negara dengan tingkat epidemi Konseling bagi perempuan hamil dengan reaktif juga harus meliputi masalah berikut: HIV yang tinggi.� Rencana persalinan � Penggunaan antiretroviral. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu � Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat besi dan Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam asam folat. melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, � Pemberian ARV dalam pada bayi segera setelah lahir, tes pemberian kotrimoksasol tenaga kesehatan tidak akan ragu mendorong pasien untuk HIV sehingga stigma/ ASI dan makanankesehatan. bayi. diskriminasi tidak profilaksis, lagi ada dalam pelayanan � Rencana tes HIV pada bayi setelah usia 18 bulan dan tindak lanjut lain terkait Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam dengan perawatan dan pengobatan yang mungkin diperlukan. kegiatan ini. penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung � Tes HIV bagi pasangan. Semua pasien dengan hasil tes reaktif HARUS dirujuk untuk mendapatan akses pengobatan ARV, pengobatan penyakit terkait HIV dan perawatan lainnya. Pasien dengan hasil non reaktif perlu dirujuk untuk mendapatkan informasi lanjut tentang pencegahan. Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) Semua informasi mengenai pasien perlu ditulis dalam catatan medis untuk dapat dijadikan bukti legal dan untuk dapat ditindak lanjut oleh team kesehatan lainnya. Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan dan perawatan lebih lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus untuk kelompok rentan. � Bila pasien belum dites atau telah dites tidak ingin mengetahui hasilnya atau belum membuka hasilnya � Jelaskan prosedur yang menjamin kerahasiaan. � Tekankan kembali pentingnya menjalani tes dan keuntungan untuk mengetahui hasilnya. � Gali kembali kendala untuk menjalani tes, mengetahui, dan membuka status (rasa takut, persepsi yang salah, dan sebagainya). KON 25 ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 23 of 28 - Pages: 34, 23, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN bayi, dan mendapat penjelasan agar mampu membuat perencanaan yang KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI tepat tentang kehamilan yang datang. � Kita juga akan bahas dampak psikologis dan emosional dari infeksi HIV dan Masalah HIV AIDS di Indonesia satu masalah kesehatan yang memberikan dukunganadalah untuksalah membuka status infeksi anda nasional kepada orang memerlukan penanganan bersama komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah yang menurut andasecara perlu mengetahuinya. kasus AIDS di�Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut Diagnosis dini akan membantu anda menghadapi penyakitperhatian ini dan semua pihak, terutama para tenaga yang memberikan layanan kesehatan bagi merencanakan masa kesehatan depan anda dengan lebih baik. pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapipasca dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Konseling tes Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan � Bila (Voluntary hasil tes reaktif dan telah dikonfirmasi: Tes HIV Sukarela HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana Jelaskan bahwa berarti pasienditersebut telah terinfeksi kesehatan (RS,� Puskesmas dan Klinik) maupun LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah � Berikan konseling pasca dukungan di seluruh Indonesia. terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di tes 133dan kabupaten/kota � Tawarkan perawatan berkelanjutan dan rencanakan kunjungan tindak lanjut Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi � Berikan nasehat pentinganya perilaku seks (dokter, dengan kondom berisiko dan mengetahui status HIV mereka. melakukan Peran tenaga kesehatan perawat agar dan tidak menularkan orang lain penting dan terhindar dari IMS lain,yang dan bidan) dalam melakukan deteksi HIVkepada menjadi semakin karena banyak ODHA terhindar dari infeksi virus HIV jenis lain. Buat rencana pengurangan perilaku membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider berisiko pasien memudahkan dan mempercepat diagnosis, Initiated Testing and bersama Counselling) � Berikan saran kepada pria dewasa untuk tidak melakukan seksual penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara denganhubungan tingkat epidemi HIV yang tinggi. di luar nikah, untuk menghindari penularan kepada orang lain. � Bila perlu, rujuklah pasien untuk mendapatkan layanan pencegahan dan Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu perawatan lebih lanjut, seperti kepada dukungan sebaya dan layanan khusus Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam untuk kelompok rentan. melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, � Bila tidak hasil tes reaktif tenaga kesehatan akannon ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ � Berikan kesempatan pada pasien untuk merasa lega atau bereaksi reaktif diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. yang lain. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam � Berikan konseling tentang pentingnya tetap non reaktif dengan cara penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. menggunakan kondom secara benar dan konsisten, atau perilaku seksual yang lebih aman lainnya. � Buat rencana pengurangan perilaku berisiko bersama pasien Ketua Umum PB IDI � Apabila pajanan baru saja terjadi atau pasien termasuk dalam kelompok risiko tinggi, jelaskan bahwa hasil negatif tersebut dapat berarti tidak terinfeksi HIV atau sudah terinfeksi namun belum sempat terbentuk antibodi untuk melawan virus (disebut Periode Jendela = "Window Period", 3-6 bulan). Tawarkan tes HIV ulang padaDr. 8 minggu kemudian. Sp.Rad(K) Prijo Sidipratomo, ii 24 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN D. FREKUENSI TES HIV Anjuran untuk melakukan tes HIV ulang sangat tergantung pada perilaku berisiko yang masih terus berlangsung pada pasien. Tes HIV ulang setiap 6-12 bulan mungkin akan bermanfaat bagi individu berisiko tinggi untuk mendapat pajanan HIV. Pemeriksaan STI juga menjadi pemeriksaan rutin bagi individu beresiko tinggi Perempuan dengan HIV non reaktif sebaiknya di tes ulang sedini mungkin pada setiap kehamilan baru. Tes HIV ulangan pada usia kehamilan lanjut sangat dianjurkan pada semua perempuan hamil dengan HIV non reaktif di daerah dengan tingkat epidemi meluas. Pemeriksaan untuk STI menyeluruh termasuk sifilis juga direkomendasikan untuk setiap wanita hamil. me kas sem pas ber me Tes kes ter E. TEKNIK TES HIV Diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan menggunakan 3 metoda yaitu pemeriksaan antibodi Metoda pemeriksaan antibodi yang tersedia adalah : � Rapid tes � Elisa � Western blot Kebijakan nasional, dalam sudut pandang kesehatan masyarakat dan mempertimbangkan infrastruktur layanan kesehatan yang belum merata di seluruh Indonesia, untuk pemeriksaan diagnostik untuk pasien dewasa dan remaja adalah dengan menggunakan strategi 3 (tiga) yaitu menggunakan 3 jenis rapid tes. Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis HIV adalah adanya periode jendela. Periode jendela adalah suatu keadaan yang terjadi pada awal infeksi HIV, dimana seseorang pada waktu dilakukan test akan didapat hasil non reaktif sedangkan replikasi virus mencapai kondisi optimum. ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Kondisi tersebut dapat pula terjadi pada kasus terminal pada fase AIDS ( end stage), dimana seseorang terdapat gejala infeksi oportunistik pada stadium 4 dan test serologi menunjukkan hasil non reaktif. Kondisi ini bukan merupakan periode jendela akan tetapi kondisi non reaktif palsu ( false non reaktif) karena jumlah antibodi terlalu sedikit untuk dapat ditangkap oleh rapid tes atau elisa. Pada keadaan ini konfirmasi diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan antigen atau pasien diobati sesuai dengan infeksi oportunistik yg ditemui dan diulang pemeriksaan antibodi 1 - 2 minggu kemudian. PEDOMAN PENERAPAN Black KON 13 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 24 of 28 - Pages: 24, 33, 06/27/11 01:17 PM KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN Pemilihan pemeriksaan laboratorium yang tergantung KATAjenis PENGANTAR KETUA UMUM PB pada IDI kondisi pasien, tipe rumah sakit dan kapasitas yang tersedia dan menggunakan sistem laboratorium yang telah divalidasi baik oleh pemerintah maupun berdasarkan evidence. Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian F. AIDS PERTIMBANGAN PROGRAM semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi untuk menerapkan sangat tergantung daridan penilaian pasien HIV Pertimbangan AIDS. Salah satu bentuk layanan PITC tersebut adalah konseling tes HIVkeadaan yang epidemiologi HIV dan infeksi oportunistik di suatu wilayah. Perlu dipastikan bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk ketersediaan infrastruktur terdiri dari sumber dana, sumber daya manusia, mendapatkan terapi dan menanganiyang berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. ketersediaan layanan standar bagi pencegahan, pengobatan, perawatan dan Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan dukungan. Ketersediaan kerangka kerja sosial, kebijakan dan peraturan untuk Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana mencegah dampak buruk HIV, seperti diskriminasi, stigma, dan tindak kekerasan kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah termasuk bagian yang perlu dipertimbangkan. Sebelum menerapkan PITC perlu terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. mempersiapkan kondisi tersebut di atas. Penerapan di daerah memerlukan Jumlah cakupanstrategis layanan tersebut masih tergolong untukkepentingan menjangkau populasi perencanaan yang melibatkan semuarendah pemangku yang ada, berisikotermasuk dan mengetahui status HIVdan mereka. tenaga kesehatan (dokter, perawat dan kelompok sosial ODHA Peran setempat. bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang Program PITC harus dengan pelaksanaan progam Kedua membutuhkan layanan medis dan bersinergis belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITCVCT. (Provider pendekatan merupakan modelmemudahkan yang saling melengkapi sesuai dengan perencanaan Initiated Testing ini and Counselling) dan mempercepat diagnosis, strategis di masing-masing daerah. Di Indonesia, pelaksanaan PITCtingkat harus epidemi didukung penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan dengan HIV yang tinggi. layanan konseling lanjutan dan pengobatan. Petugas kesehatan terdiri dari dokter, perawat, bidan dan harus bekerjasama dengan konselor untuk layanan Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu konseling lanjutan sesuai dengan kebutuhan klien terkait dengan dukungan lebih Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam lanjut. Petugas kesehatan harus berkoordinasi dengan konselor untuk peningkatan melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, kualitas konseling lanjutan. tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Ketua Umum PB IDI Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) ii 14 Cyan Yellow � � Bila pasien perlu informasi tambahan, bahas keuntungan dan pentingnya mengetahui status HIVnya. Hal yang perlu disampaikan: � Hasil tes akan membantu tenaga kesehatan untuk membuat diagnosis yang lebih tepat dan memastikan terapi tindak lanjut secara efektif. � Bila hasil tes anda non reaktif, diagnosis HIV dapat disingkirkan dan memberikan konseling untuk membantu anda agar tetap non reaktif. � Bila hasil anda reaktif, anda akan dibantu untuk melindungi diri dari reinfeksi dan mencegah pasangan anda terinfeksi � Anda akan diberi perawatan dan terapi untuk mengendalikan penyakit, di antaranya: - profilaksis kotrimoksasol; - pemeriksaan berkala dan dukungan; - pengobatan infeksi; dan - terapi antiretroviral (ART)- jelaskan tempat untuk mendapatkan dan cara penggunaannya. (Lihat Buku Bagan Perawatan HIV Kronik) � Anda akan mendapatkan tindakan untuk mencegah penularan dari ibu ke PEDOMAN PENERAPAN PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Kami perlu menginformasikan bahwa kami akan mengambil sampel darah anda untuk tes HIV, bagaimana pendapat anda? ATAU � Kami akan melakukan tes HIV hari ini, bila anda tidak keberatan ATAU � Menurut kami tes HIV akan membantu kami dalam memberikan perawatan karena itu kami akan mengambil darah bila anda tidak keberatan. Apakah anda setuju? Bila pasien masih mempunyai pertanyaan, berilah informasi yang ia perlukan. Bila pasien masih ragu untuk menjalani tes HIV, rujuklah ke sarana KTS untuk mendapatkan konseling pra tes secara lengkap. Sesi konseling tersebut harus membahas kendala yang dihadapi untuk menjalani tes dan menawarkannya kembali. Bila pasien telah siap, maka mintalah persetujuan yang sebaiknya tertulis: "untuk melakukan tes HIV kami perlukan persetujuan tertulis anda sebagai dasar kami mengambil tindakan " Ingat: pasien berhak untuk menolak menjalani tes HIV karena tes HIV tidak boleh dipaksakan. Black KON 23 me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 25 of 28 - Pages: 32, 25, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN BerikanPENGANTAR informasi penting HIV/AIDS KATA KETUA UMUM PB IDI � Informasikan jaminan konfidensialitas dan artinya � minta persetujuan tertulis. Perlu diinformasikan bahwa apabila pasien Masalah HIV AIDS di Indonesia salah maka satu masalah kesehatan nasional yang merasaiperlu konselingadalah lebih lanjut akan dirujuk. memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah � Beri jaminan jika reaktif maka pasien akan mendapatkan perawatan dan kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian pengobatan semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan1.tidak hanya untuk informasi menegakkan diagnosis Memberikan penting HIVnamun juga memberikan konseling untuk mendapatkanKatakan: terapi dan"HIV menangani berbagai oleh pasien. adalah virus ataumasalah kuman yang yangdihadapi dapat merusak bagian tubuh Layananmanusia tes dan yang konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling diperlukan untuk melindungi dari serangan penyakit. Tesdan HIV Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yangoleh dilakukan di sarana dapat menentukan apakah Anda telah terinfeksi virus tersebut. kesehatan (RS,Pemeriksaan Puskesmas dan maupunpemeriksaan di LSM peduli darah AIDS. Hingga tahunyang 2008dapat telah iniKlinik) merupakan sederhana terdapat 468 pusat layanandiagnosis. untuk VCTSetelah di 133 menjalani kabupaten/kota di seluruh Indonesia. layanan memperjelas tes, kami akan memberikan untuk membahas lebihtergolong dalam tentang Bila hasil populasi tes Anda Jumlah konseling cakupan layanan tersebut masih rendahHIV/AIDS. untuk menjangkau positif, kamistatus akan HIV memberikan informasi dankesehatan layanan untuk mengendalikan berisiko dan mengetahui mereka. Peran tenaga (dokter, perawat dan Termasuk obatsemakin antiretroviral atau obatODHA lain untuk bidan) dalam penyakit melakukanAnda. deteksi HIV menjadi penting dan karena banyak yang penyakit. samping itu, kami akan membantu dengan membutuhkanmengatasi layanan medis dan Di belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC dukungan (Provider dalam and hal pencegahan penyakit dan membuka Bila hasilnya non reaktif, Initiated Testing Counselling) memudahkan dan diri. mempercepat diagnosis, makadan kitasudah akan berkembang lebih mengupayakan agar Anda bertahan tetap non reaktif." penatalaksanaan, luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu 2. Kesehatan Penjelasan prosedurpanduan untuk menjamin konfidensialitas Kementerian menyusun ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam Katakan:dan "Hasil tesbagi HIV klien ini bersifat rahasia, terkait dengan penanganan HIV melakukan konseling tes HIV atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, yang memerlukan kerja sama tim, maka status HIV Anda hanya diketahui tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ oleh lagi Anda tim pelayanan medis yangkesehatan. akan memberikan perawatan terkait dengan diskriminasi tidak adadan dalam HIV kepada anda yang tahu. Artinya, petugas diizinkandalam untuk Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang kami telah tidak berkontribusi memberiinitahukan tes anda yang tidak berkepentingan penyusunan panduan dan jugahasil kepada pihakkepada GF-ATMorang yanglain telah mendukung kegiatan ini. tanpa seizin anda. Untuk memberitahukannya kepada orang lain sepenuhnya menjadi hak Anda. Ketua Umum PB IDI KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KON BAB V � 3. Meyakinkan kesediaan pasien untuk menjalani tes dan meminta persetujuan pasien (informed consent). Informed consent artinya pasien telah diberi informasi secukupnya tentang HIV/AIDS dan Tes HIV, sepenuhnya memahaminya dan karenannya menyetujui Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) untuk menjalani tes HIV. ii 22 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan pada tingkat pelaksana maupun tingkat yang lebih tinggi. Pada tingkat pelaksana monitoring dibutuhkan sebagai bagian dari upaya kendali mutu pelayanan sedangkan pada tingkat program, digunakan untuk perencanaan dan kebijakan. Pada tingkat pelaksana, hal yang dapat dipertimbangkan untuk dimonitoring adalah 1. Ratio antara jumlah pasien yang ditawarkan tes dengan jumlah pasien yang menolak 2. Rasio antara jumlah pasien yang menerima tes dengan jumlah dengan hasil tes reaktif ( dapat menunjukkan data incidence rate) 3. Rasio jumlah pasien yang dinyatakan reaktif dengan jumlah pasien yang mendapatkan akses kotrimoksasol dan ARV 4. Persentase pasien yang didapat di rawat jalan dan rawat inap 5. Perbandingan pasien yang ditesting dari setiap unit rawat jalan Dari data tersebut kemudian dapat dilakukan evaluasi semua hal yang menghambat implementasi PITC, diantaranya � Kinerja dan kapasitas petugas � Alur layanan, sistem layanan ( terintegrasi atau terkotak-kotak) dan rujukan � Aspek lain yang menghambat pasien seperti sistem pendanaan kesehatan (Jamkesmas) yang rumit, komunikasi antar petugas, logistik reagen, obat, dll Jika dari data diatas didapat hasil yang kurang memuaskan maka evaluasi menyeluruh untuk sistem pelayanan seperti jam kerja, sistem pembiayaan kesehatan, jumlah petugas, logistik, kapasitas petugas, komunikasi petugas, dll di semua lini perlu dilakukan. Hal ini dapat menjadi bagian dari kendali mutu pelayanan dan jasa. Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen A. JAMINAN MUTU LAYANAN Tes HIV dijalankan sesuai dengan standar pelayanan laboratorium kesehatan pemeriksa HIV dan infeksi oportunistik, terbitan Kementerian Kesehatan tahun 2006 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/ 2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan . Untuk daerahPEDOMAN PENERAPAN Black me kas sem pas ber me 15 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 26 of 28 - Pages: 26, 31, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN daerah KATA terpencilPENGANTAR dapat dilakukan olehKETUA perawat yang terlatih (mengacu UMUM PB IDI pada pedoman VCT terbitan Kementerian Kesehatan 2005.). Mutu layanan testing dan konseling diatur melalui beberapa peraturan antara lain: Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang a. Kepmenkes No. 1507/MENKES/SK/X/2005 mengenai Pedoman Pelayanan Konseling memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing). kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian b. Kepmenkes No. 241/Menkes/SK/IV/2006 mengenai Standar Pelayanan semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik. pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang c. Kepmenkes No. 832/Menkes/SK/X/2006 mengenai Penetapan Rumah Sakit Rujukan bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan Standar Pelayanan Rumah Sakit Rujukan mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Odha dan Satelitnya. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah B. SUMBER DAYA MANUSIA terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 1. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas : Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. perawat Profesi menganjurkan pelatihanPeran bagi tenaga tenaga kesehatan medis dan(dokter, penyegaran ilmudan dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang keterampilan dalam Konseling dan Tes HIV melalui Pendidikan Kedokteran membutuhkanBerkelanjutan/CPD/CME. layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, 2. Perlindungan penatalaksanaan, dan sudah SDM: berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi.Tenaga kesehatan yang melakukan konseling dan tes HIV di sarana layanan Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI,dan IAKMI) membantu kesehatan dilindungi melalui UU Praktek Kedokteran prosedur standar Kementerian Kesehatan menyusunsetempat panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam layanan kesehatan Serta Manual Rekam Medis Tahun 2006 dari Konsil melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, Kedokteran Indonesia (KKI) serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor tenaga kesehatan tidak akan dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ 36 Tahun 2009ragu Tentang Kesehatan. diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. 3. Mutu Konseling Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukungkinerja kegiatan ini. Perangkat untuk menilai mutu layanan termasuk mengevaluasi seluruh staf, penilaian mutu konseling melalui kegiatan supervisi, melakukan pertemuan berkala dengan para konselor, kotak saran, penilaian oleh pengguna Ketuaaturan Umumprotokol. PB IDI jasa, mengukur seberapa jauh konselor mengikuti Perangkat jaminan mutu konseling: � Formulir kepuasan pelanggan � Syarat Minimal layanan sesuai yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) dan WHO. � Pengamatan langsung ketika proses konseling berjalan seizin pasien/klien. ii 16 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN (LAMPIRAN 1, halaman 37) Contoh : "Kami akan mencari penyebab penyakit Anda. Untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit Anda, kami perlu melakukan pemeriksaan infeksi tifoid, TB dan HIV, kecuali bila Anda keberatan. Contoh lain: "penyakit anda mungkin terkait dengan HIV, kalau kita tahu, maka anda akan mendapat pengobatan yang tepat dan obat HIV tersedia gratis di Indonesia dan di sarana ini Atau dengan kalimat yang sesuai dengan budaya dan penerimaan masyarakat setempat yang intinya serupa dengan yang terkandung dalam kalimat di atas. Penawaran tes HIV secara rutin Penawaran tes HIV secara rutin dan konseling berarti menawarkan tes HIV kepada semua pasien pengunjung layanan medis yang masih aktif secara seksual tanpa memandang keluhan utamanya. Contoh : "Salah satu kebijakan di layanan kami adalah menawarkan ke setiap pasien untuk mendapatkan kesempatan menjalani pemeriksaan HIV agar kami dapat segera memberikan perawatan dan pengobatan selagi Anda di sini dan merujuk untuk tindak lanjut setelah Anda pulang, kecuali bila Anda keberatan. Kami akan memberikan konseling dan menyampaikan hasilnya. me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis Baik pemeriksaan untuk diagnostik maupun sebagai penawaran rutin, maka seharusnya pasien selalu diberi informasi pra-tes di bawah. Informasi dapat disampaikan secara individu atau secara kelompok oleh tenaga kesehatan dan pekerja sosial. pen Informasi pra tes dan edukasi untuk pasien dewasa* � � Informasi pra tes dapat diberikan oleh seorang dokter, perawat, atau konselor. Informasi dapat disampaikan secara individu atau secara kelompok oleh tenaga kesehatan. Informasi pra tes sebaiknya terpusat pada tiga komponen di bawah ini: PEDOMAN PENERAPAN Black KON 21 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 27 of 28 - Pages: 30, 27, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN Tes HIV dan Konseling KATA PENGANTAR KETUA UMUM PB IDI Tes HIV dan konseling atas Inisiasi petugas kesehatan terdiri Masalah AIDS dari 3 HIV tahap : di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. � Informasi pra tes dan edukasi (hal. 25) Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di�Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian Tes HIV (hal. 35) semua pihak, �terutama para tenaga kesehatan Konseling pasca-tes. (hal.28) yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan danmenyarankan menangani berbagai Saat terapi dan cara tes masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan tes dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Perlu ditawarkan tesHIV HIVCounselling dan konseling: Tes HIV Sukarela (Voluntary and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana � Setiap kali pasien datang dengan gejala atau tanda kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah yang mengarah atau terdapat 468 pusat layanan untukpada VCTinfeksi di 133 HIV, kabupaten/kota di seluruh Indonesia. � Setiap pasien yang aktif secara seksual yang belum Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi diketahui status HIVnya dan akan medapatkan berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan manfaat dari hasil konseling dan tes HIV. bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang Dalam situasi klinik ada dua keadaan di mana tes HIV perlu membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider ditawarkan: Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, � Pemeriksaan diagnostik sebagai kelengkapan dalam penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi mendiagnosis pasien HIV yang tinggi. � Penawaran rutin bagi pengunjung klinik untuk layanan Oleh karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, lain, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) membantu kesehatan selain HIV (ANC, TB, penyakit keluarga Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam berencana, IMS dsb.) melakukan konseling dan tes HIV bagi atau pasien pasien. berhak Kami berharap Pada kedua situasi di atas,klien setiap untuk melalui panduan ini, tenaga kesehatan akanmenjalani ragu dalampemeriksaan mendorong pasien tes HIV sehingga stigma/ menolaktidak untuk lab -untuk disebut diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. "opt out". Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KON Mutu tes HIV dilakukan melalui Pemantapan mutu internal bertujuan untuk mencegah kesalahan pemeriksaan dan mengawasi proses agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang tepat dan benar. Kegiatan ini meliputi tersedianya protap untuk seluruh kegiatan, format pencatatan, sediaan kontrol sampel. � Pemantapan mutu eksternal dilakukan secara berjenjang dan berkala, meliputi : � uji silang (cross check) sampel, � supervisi dan � uji profisiensi (panel tes) me kas sem pas ber me 4. Mutu Tes HIV � Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen Tes Diagnostik Ketua Umum PB IDI Tes diagnostik sebagai bagian dari proses klinis dalam menentukan diagnosis pasien. Bila ada gejala yang sesuai dengan infeksi HIV, jelaskan bahwa akan dilakukan pemeriksaan HIV dalam rangka menegakkan diagnosis. Tes diagnostik HIV sebaiknya ditawarkan seperti tersebut diatas kepada semua Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) pasien dengan kondisi seperti pada "Pertimbangkan Penyakit Terkait - HIV" ii 20 Cyan PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black 17 ii Buku Pedoman Penerapan 25-6-2011.pdf, Flat 28 of 28 - Pages: 28, 29, 06/27/11 01:17 PM KONSELING KONSELINGDAN DANTESTESHIVHIVATAS ATASINISIASI INISIASIPETUGAS PETUGASKESEHATAN KESEHATAN KONSELING DAN TES HIV ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN KATA PENGANTARBAB KETUA VI UMUM PB IDI Masalah HIV AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV AIDS. Salah satu Bagan bentuk1.layanan adalah konseling dan tes HIV yang Bagan tersebut Alur Layanan PITC bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk Kontakyang awal antara petugas dan pasien. pasien mendapatkan terapiKIEdan menangani berbagai masalah dihadapi oleh untuk pasien Petugas menginformasikan pentingnya tes HIV Layanan tes dan(optional) konseling HIV saat ini masih dalam bentuk Banyakdilakukan pasien tertentu juga mengidap HIVKonseling dan Diagnosis HIV untuk kepentingan perawatan medis Edukasi diberikan selama pasien Tes HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana Sekarang tersedia obat untuk HIV menunggu giliran, pilih salah satu cara: kesehatan (RS,Edukasi Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah Informasi tentang kebijakan UPK kelompok oleh petugas atau Semua pasien tertentu dites HIV nya kecuali dengan AVA terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota diakan seluruh Indonesia. pasien menolak Poster Jumlah cakupan layanan tersebut masih Petugas tergolong rendah untukpasien menjangkau populasi menjawab pertanyaan Brosur berisiko dan mengetahui status HIV mereka. Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang Pasien menolak Layanan Tes HIV Pasien setuju Tesdan HIV belum diketahui status membutuhkan layanan medis HIV-nya. PITC (Provider ( dengan informed consent ) Petugas mengulang informasi tentang pentingnya tes HIV Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, Bila masih menolak juga penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah dengan tingkat Sarankan sebagai negara alternatif untuk ke klinik KTS dan epidemi Tes Cepat HIV pulangkan HIV yang tinggi. Tes Cepat HIV dilaksanakan oleh Petugas Pada kunjungan berikutnya diulangi informasi tentang di Laboratorium pentingnya HIV PPNI, ISFI, IAKMI) membantu Olehatau karena itu Organisasi Profesi Kesehatan (IDI,tesIBI, Kementerian Kesehatan menyusun panduan ringkas untuk membantu tenaga kesehatan dalam Petugas menyampaikan hasil tes melakukan konseling dan tes HIV bagi klien atau pasien. Kami berharap melalui panduan ini, kepada pasien tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan. dengan hasil tes HIV non reaktif Pasien dengan Tes berkontribusi HIV Reaktif KamiPasien ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang hasil telah dalam Petugas memberikan hasil tes non reaktif Petugas informasikan hasil tes HIV reaktif penyusunan Berikan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mendukung kegiatan ini. Berikan dukungan kepada pasien dalam pesan tentang pencegahan ALUR PENYELENGGARAAN TES HIV DAN KONSELING ATAS INISIASI PETUGAS � � � � � � � � � � � � � � menanggapi hasil tes Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan HIV Informasikan cara pencegahan penularan Ketua Umum PB kepada IDI pasangan Sarankan agar pasangan di tes HIV Tercatat di klinik KTS Rujukan Jelaskan cara penularan HIV HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak merasa sakit pada awalnya, tetapi perlahan-lahan sistem kekebalan tubuh akan rusak. Dia akan menjadi sakit dan tidak mampu melawan infeksi. Sekali seseorang terinfeksi HIV, dia dapat menularkan virus tersebut ke orang lain. � HIV dapat ditularkan melalui : � Cairan tubuh yang terinfeksi HIV seperti : semen, cairan vagina atau darah selama hubungan seksual yang tidak aman. � Tranfusi darah yang terinfeksi HIV. � Pengguna napza suntik yang bertukar jarum suntik tidak steril. � Alat tato / skin piercing. � Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya selama: i. kehamilan; ii. melahirkan dan persalinan; dan iii.menyusui HIV tidak dapat ditularkan lewat berpelukan atau berciuman, atau gigitan nyamuk. Pemeriksaan darah khusus (tes HIV) dapat dilakukan untuk mencari tahu apakah seseorang terinfeksi HIV. me kas sem pas ber me Tes kes ter ber bid me Ini pen HIV Kem me ten dis pen � Untuk pasien rawat jalan, maka ada option untuk memberikan informasi kepada pasien selama menunggu giliran di ruang tunggu seperti tercantum di kotak pertama kiri atas. � Berikan surat rujukan ke PDP Dr. Prijo Sidipratomo, Sp.Rad(K) Informasikan sumber dukungan yang ada di masyarakat PEDOMAN PEDOMANPENERAPAN PENERAPAN Magenta Lihat Bagan 1 diatas Rujukan Beri informasi tentang klinik KTS terdekat atau layanan klinik terkait (klinik IMS, PTRM dsb) sesuai kesepakatan dengan klien Cyan Pemberian informasi kunci tentang HIV � secara singkat Sarankan untuk ke klinik KTS untuk konseling pencegahan lebih lanjut Anjurkan agar pasangannya mau menjalani tes HIV karena ada kemungkinan dia reaktif � ii 18 A. PANDUAN KOMUNIKASI PADA TES HIV DAN KONSELING ATAS INISIASI PETUGAS KESEHATAN � � � KON Yellow PEDOMAN PENERAPAN Black 19 ii