Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia

advertisement
PENDAHULUAN
Signifikannya kenaikan harga minyak mentah dunia membuat Indonesia yang telah
menikmati harga BBM yang relatif murah selama bertahun-tahun harus menyerah
pada kenaikan harga yang substansial dalam produk minyak bumi, termasuk bensin
dan solar. Pada bulan Juni 2013, Pemerintah Indonesia menaikkan harga bensin
sebanyak 44% dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter. Solar naik sebanyak
22% dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter (Budiartie, 2013). Kenaikan
harga ini adalah akibat dari peningkatan signifikan harga minyak mentah pada tingkat
produksi lebih dari $ 106 per barel pada Mei 2013 (Crude Oil Prices and Price Charts,
2013). Kenaikan harga minyak mentah telah memaksa pemerintah Indonesia untuk
akhirnya menanggung kenaikan biaya kepada konsumen. Harga baru memicu reaksi
keras baik dari perusahaan maupun konsumen.
Sumber: Crude Oil Prices and Price Charts, 2013
Gambar 1: Fluktuasi harga Minyak WTI antara Januari 2004 sampai Desember 2013
Salah satu dampak dari kenaikan harga minyak di dunia yang mempengaruhi harga
BBM di Indonesia pada pertengahan 2013 adalah bisnis dan perusahaan khawatir
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
1
bahwa kenaikan harga akan berdampak negatif terhadap bisnis mereka dan konsumen
pun khawatir bahwa akan ada kenaikan umum dalam harga barang dan jasa.
Sejak krisis minyak pertama yang terjadi pada tahun 1973, dampak dari perubahan
harga minyak pada aktivitas ekonomi makro telah banyak didiskusikan oleh para
peneliti akademis, investor maupun pembuat kebijakan (OPEC states declare oil
embargo, n.d.). Beberapa penelitian di Amerika Serikat (Hamilton, 1983; Mork, et al.,
1994) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kenaikan harga
minyak mentah dengan resesi Amerika Serikat, telah diterima sebagai dasar
fundamental bagi penelitian selanjutnya tentang efek guncangan harga minyak
mentah pada indikator ekonomi makro seperti tingkat pertumbuhan produk domestik
bruto, inflasi, dan kegiatan industri. Dua studi lainnya dari Hamilton (1996),
menganalisis apakah ada hubungan antara perubahan harga minyak dan produk
domestik bruto di Amerika Serikat. Studi-studi yang lebih baru seperti Eika &
Magnussen (2000), Cunado & Perez de Gracia (2003), dan Jimènez-Rodrìguez &
Sànchez (2005) memperluas penelitian ke Eropa dan negara-negara industri lainnya.
Riset yang mengaitkan dampak harga minyak terhadap harga saham dilakukan oleh
Jones & Kaul (1996), Sadorsky (1999), Gjerde & Sættem (1999), Papapetrou (2001),
Cong, Wei & Jiao (2008), Park & Ratti (2008), dan Ono (2011) yang masing-masing
riset meneliti di pasar modal untuk negara yang sudah tergolong maju . Maghyereh
(2004) merupakan satu-satunya peneliti yang menggunakan analisis di 22 pasar
saham negara berkembang.
Chen (2010) mengemukakan bahwa kenaikan harga minyak menyebabkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk munculnya trend penurunan harga saham dalam
jangka panjang. Hasil senada pun diungkapkan oleh Pollet (2002), Hammoudeh & Li
(2004), Bittlingmayer (2005), Lescaroux & Mignon (2008), Seshaiah & Behera
(2009), dan Bhar & Nikolova (2010).
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
2
Studi oleh Sawyer & Nandha (2006) menggunakan model hirarkis terhadap
pengembalian saham, di lain sisi studi mereka menghasilkan hubungan negatif antara
harga minyak dengan return saham secara agregat. Hasil penelitian tersebut diperkuat
oleh Chen et al. (1986), Huang, Masulis, & Stoll (1996), dan Gogineni (2007).
Berdasarkan simpulan tesebut, harga minyak mentah, yang merupakan bahan bakar
utama kegiatan industri, memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan
ekonomi dan politik, tidak hanya dengan langsung mempengaruhi indikator agregat,
tetapi juga dengan mempengaruhi biaya operasional dan pendapatan perusahaan.
Ketika pasar saham dalam keadaan efisien, guncangan harga minyak mentah akan
mempengaruhi arus kas dan nilai pasar perusahaan secara negatif, menyebabkan
penurunan langsung dalam pengembalian pasar saham secara keseluruhan.
Indonesia yang pada tahun 2011 mengekspor minyak mentah sebanyak 109.407.580
barrel (Indonesia: Oil for 2011, 2011) dikenal sebagai negara pengekspor minyak dan
juga mantan anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (Humberto,
2010). Kenaikan harga minyak dipandang sebagai sinyal awal potensi kenaikan
kapasitas produksi industri yang kemudian dapat memberi beberapa dampak positif
terhadap kinerja pasar saham Indonesia.
Faff & Brailsford (1999) mengungkapkan dampak positif dan signifikan dari harga
minyak pada perusahaan minyak dan gas yang terdaftar di pasar saham Australia.
Penelitian oleh Burbridge & Harrison (1984) pun memberikan hasil yang serupa.
Pertanyaan
yang
muncul
adalah
apakah
guncangan
harga
minyak
akan
mempengaruhi kinerja return pasar saham yang pada akhirnya akan menerjemahkan
kinerja bisnis dan mengenai bagaimana pergerakan harga ini akan mempengaruhi
return pasar saham untuk beberapa sektor yang cukup rentan terhadap perubahan
harga minyak dunia di Bursa Efek Indonesia. Sektor pertama yang dipilih untuk
dijadikan objek penelitian ini adalah sektor pertambangan karena harga output pada
sektor ini khususnya minyak bumi dipengaruhi oleh harga minyak dunia, selanjutnya
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
3
sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang
konsumsi yang merupakan golongan industri manufaktur menjadi ketiga sektor
lainnya yang dijadikan objek karena harga minyak mentah yang merupakan input
industri berdampak langsung terhadap biaya operasional dan pendapatan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah pergerakan harga minyak
berdampak pada return di beberapa sektor pasar saham Indonesia selama periode
Januari 2004 sampai Desember 2014. Namun, sejauh pengamatan peneliti untuk saat
ini masih minim penelitian mengenai dampak harga minyak dunia pada return saham
untuk kawasan Indonesia. Dengan menguji data pasar saham Indonesia, penelitian ini
diharapkan akan memberikan kontribusi bagi pelaku ekonomi di Indonesia, seperti
bagi pemerintah yang dapat menjadikan pengaruh harga minyak dunia terhadap
return saham sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan keputusan dibidang
moneter khususnya berkaitan dengan kebijakan yang dapat mempengaruhi
penanaman modal di pasar modal dan industri; lalu bagi investor dan praktisi pasar
modal dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber informasi bagi pelaku pasar
saham dalam mengambil keputusan investasi dan menjadi bahan acuan yang diharapkan
memberi gambaran mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro yang dalam
penelitian ini adalah harga minyak dunia dengan pergerakan harga saham.
TINJAUAN PUSTAKA
Return Saham
Menurut Jones (2000) ..return is yield dan capital gain (loss).. 1) Yield, yaitu cash
flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk
dividen), 2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado &
Jordan (2000) yang menyatakan bahwa ..return from investment security is cash flow
and capital gain/loss.. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
4
investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital
gain/loss.
Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sesungguhnya (realized
return) dan return yang diharapkan atau return ekspektasi. Return sesungguhnya
merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih harga sekarang relatif
terhadap harga sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return tersebut memiliki dua
komponen yaitu current income dan capital gain (Wahyudi, 2003; Jogiyanto 2003).
Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran
yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan.
Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga
jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, bilamana
harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Selanjutnya,
saham dibedakan menjadi dua: 1) return realisasi merupakan return yang telah
terjadi, 2) return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa yang akan datang. Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki
peranan yang penting untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi
perdagangan di pasar modal tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar
modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau
informasi yang masuk ke bursa efek tersebut.
Harga Minyak Dunia
Menurut EIA (2013) minyak dunia adalah …a naturally occurring, yellow-to-black
liquid found in geologic formations beneath the Earth's surface, which is commonly
refined into various types of fuels. It consists of hydrocarbons of various molecular
weights and other liquid organic compounds. Harga minyak mentah dunia diukur dari
harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standar
adalah West Texas Intermediate atau Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
5
West Texas Intermediate (WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi.
Minyak mentah tersebut berjenis light-weight dan memiliki kadar belerang yang
rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, hal ini
menyebabkan harga minyak jenis ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di
dunia. Harga minyak mentah di WTI pada umumnya lebih tinggi lima sampai enam
dollar daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar dibanding
harga minyak Brent (Economic Indicators - Crude Oil, 2014).
Harga minyak Brent merupakan campuran dari 15 jenis minyak mentah yang
dihasilkan oleh 15 ladang minyak yang berbeda di laut utara. Kualitas minyak mentah
Brent tidak sebaik minyak mentah WTI, meskipun begitu masih tetap bagus untuk
disuling menjadi bahan bakar. Harga minyak mentah Brent menjadi patokan di Eropa
dan Afrika. Harga minyak Brent lebih rendah sekitar satu hingga dua dollar dari
harga minyak WTI, tetapi lebih tinggi sekitar empat dollar dari harga minyak OPEC
(Farrell et al., 2001).
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Minyak bisa dibilang komoditas klasik dalam ekonomi industri modern. Meskipun
revolusi industri pada awalnya didukung oleh batubara, minyak sebagai bahan bakar
baru pada saat itu dapat meningkatkan keunggulan dalam hal pasokan energi primer
dunia sejak penemuannya pada Pennsylvania pada tahun 1869 (International Energy
Agency, 2005). Sebagai sumber energi, minyak digunakan untuk pembangkit listrik .
Namun, perannya yang paling penting adalah sebagai bahan bakar cair untuk
transportasi. Kapal laut, kereta api, pesawat dan angkutan transportasi lainnya sangat
bergantung pada minyak. Akibatnya, sektor pariwisata di sebagian besar negara juga
sangat bergantung pada minyak. Industri pertanian sangat tergantung pada minyak
untuk produksi pupuk, herbisida dan pestisida. Sektor manufaktur menggunakan
minyak untuk energi dan sebagai bahan baku untuk berbagai produk
(Stern &
Cleveland, 2004). Energi (terutama minyak) merupakan masukan penting dalam
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
6
banyak proses produksi dan karena itu faktor penyebab pertumbuhan ekonomi, di lain
sisi pertumbuhan ekonomi akan merangsang konsumsi minyak oleh rumah tangga.
Wakeford (2006) mendefinisikan lonjakan harga minyak sebagai perubahan baik
penawaran atau permintaan minyak. Dalam prakteknya tidak mungkin permintaan
yang tumbuh dengan cepat menyebabkan lonjakan harga kecuali dipengaruhi oleh
kekhawatiran akan kekurangan pasokan. Secara historis, sisi penawaran dianggap
paling bertanggung jawab atas terjadinya lonjakan harga minyak, setidaknya sebagai
pemicu awal. Sriwardani (2009) berpendapat ada beberapa faktor – faktor yang
menyebabkan pergerakan harga minyak mentah dunia, sebagai berikut: 1)
Kekhawatiran akan berkurangnya suplai di pasaran akibat turunnya kapasitas
produksi; minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui, karenanya
jumlah cadangan minyak dunia akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya penggunaan minyak tersebut, 2) penutupan atau perbaikan kilang
minyak (refineries), 3) faktor cuaca (badai); bencana yang dialami negara produsen
minyak sangat mempengaruhi stok di pasar; bencana alam dapat menyebabkan
kerusakan pada instalasi produksi minyak, 4) faktor geopolik terutama yang terjadi di
wilayah produsen; 5) faktor melonjaknya permintaan dari negara emerging market
terutama China dan India, serta meningkatnya aksi spekulatif di pasar komoditi.
Saat ini perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh perdagangan
saham sektor pertambangan. Kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan
mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena
dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga tambang secara
umum. Ini tentu akan mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk
meningkatkan labanya.
International Monetary Fund (2000) menyatakan bahwa perubahan harga minyak
dunia akan mempengaruhi kegiatan ekonomi, pendapatan perusahaan, inflasi dan
kebijakan moneter yang juga memiliki implikasi untuk harga aset perusahaan dan
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
7
dengan demikian juga dengan pasar keuangan. Berikut ini akan diberikan pengenalan
singkat dengan hipotesis pasar yang efisien dan hubungan antara pergerakan harga
minyak dan pasar saham.
Ada beberapa perspektif yang berbeda di mana sebuah lonjakan harga minyak dapat
mempengaruhi harga saham. Bjørnland (2008) berpendapat bahwa informasi saat ini
dan masa depan tentang kondisi ekonomi yang dihadapi perusahaan akan menentukan
harga aset di pasar saham. Dilihat dari perspektif ekonomi mikro, yang paling jelas
adalah kenyataan bahwa banyak perusahaan, minyak merupakan sumber daya penting
dan input penting dalam produksi barang. Maka dari itu perubahan harga minyak
tentu akan berdampak pada biaya. Perubahan biaya diperkirakan akan berdampak
lebih jauh terhadap harga saham.
Hamilton (1996) dan Jones & Kaul (1996) menemukan bahwa ada hubungan antara
harga minyak dan pasar saham dimana lonjakan harga minyak akan mempengaruhi
ekonomi makro dan akhirnya berimbas pada tingkat return ekuitas. Hal ini
dikarenakan, lonjakan harga minyak sangat mempengaruhi output riil dan dengan
demikian memiliki efek buruk pada keuntungan perusahaan dimana minyak
digunakan sebagai input. Jones (2004) menyatakan: “Ideally, stock values reflect the
market's best estimate of the future profitability of firms, so the effect of oil price
shocks on the stock market is a meaningful and useful measure of their economic
impact. Since asset prices are the present discounted value of the future net earnings
of firms, both the current and expected future impacts of an oil price shock should be
absorbed fairly quickly into stock prices and returns without having to wait for those
impacts to actually occur”.
Seperti barang dan jasa, teori permintaan dan penawaran juga berlaku untuk harga
minyak dunia. Jika terjadi surplus permintaan untuk minyak akan menyebabkan harga
minyak menjadi lebih tinggi. Dengan demikian akan muncul dua skenario, konsumen
pertama berusaha untuk menemukan energi alternatif yang lebih murah, dan skenario
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
8
kedua, biaya perusahaan non-minyak akan meningkat dan ini meningkatkan resiko
dan ketidakpastian yang akan berpengaruh negatif terhadap harga saham dan
mengurangi modal dan investasi perusahaan.
Basher & Sadorsky (2006) melakukan penelitian tentang hubungan risiko harga
minyak dengan pasar saham di negara berkembang. Mereka melakukan penelitian
dengan penekanan pada sikap negara berkembang yang sedang menuju industrialisasi
dengan pesat. Pemilihan negara berkembang juga keputusan yang rasional dan
didasarkan pada kenyataan bahwa ekonomi di negara maju yang hemat energi dan
mereka memiliki konsumsi rendah untuk produk minyak. Di sisi lain, negara-negara
berkembang cenderung menggunakan lebih banyak minyak dan lebih banyak produk
minyak untuk mendukung industri mereka. Maka dari itulah alasan pasar saham
mereka menjadi sasaran risiko harga minyak yang tinggi. Temuan penelitian jelas
menyebutkan adanya hubungan positif dari dampak risiko harga minyak pada tingkat
return pasar saham di negara berkembang.
Nandha & Hammoudeh (2006) permintaan minyak di 15 negara Asia Pasifik
meningkat secara signifikan dan telah dilaporkan bahwa peningkatan permintaan
minyak dari kawasan Asia Pasifik lebih besar daripada peningkatan permintaan dunia
pada tahun 2004 dan beberapa dari 15 negara Asia tersebut adalah pemain terbaik di
pasar saham di tahun 1990-an.
Nandha & Brooks (2009) melihat reaksi fluktuasi harga minyak pada sektor
transportasi di 38 negara dan menemukan bahwa di negara maju, harga minyak
memiliki pengaruh pada sektor ini. Meskipun demikian, tampaknya tidak ada bukti
peran penting harga minyak dunia di negara-negara Asia. Secara keseluruhan,
hubungan antara harga minyak dunia terhadap return saham berbeda dari satu negara
ke negara lainnya dan dari sektor ke sektor lainnya.
Mujahid, Ahmed, & Mustafa (2007) melakukan studi untuk menyelidiki
ketidakstabilan pasar saham karena fluktuasi harga minyak. Mereka membatasi ruang
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
9
lingkup studi mereka hanya untuk pasar saham Pakistan. Alasannya adalah bahwa
fluktuasi harga minyak dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan yang
signifikan bagi nilai perusahaan-perusahaan minyak yang berpengaruh secara
langsung terhadap biaya produksi mereka. Salah satu perubahan penting dalam model
di studi ini adalah penambahan volume perdagangan harian di Bursa Efek Karachi
sebagai variabel proxy. Harga minyak diambil sebagai variabel independen
sedangkan return saham digunakan sebagai variabel dependen. Studi ini
menyimpulkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara harga minyak dan
tingkat pengembalian saham. Mereka berpendapat bahwa harga Liquefied Petroleum
Gas (LPG) lebih mempunyai pengaruh terhadap return di bursa saham daripada
fluktuasi harga minyak.
Di Indonesia, energi minyak dan gas masih menjadi andalan utama perekonomian
Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam
negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di
Indonesia, membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai 7% dalam 10
tahun terakhir. Pada saat yang bersamaan konsumsi minyak bumi (BBM) di dalam
negeri sudah melebihi kapasitas produksi. Dalam beberapa tahun belakangan ini
penyediaan BBM dalam negeri tidak dapat seluruhnya dipenuhi oleh kilang minyak
domestik, hampir 20%-30% kebutuhan minyak bumi dalam negeri sudah harus
diimpor dari luar negeri (Biro Riset LM FE UI, 2010). Kebutuhan impor minyak
bumi ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang
diharapkan semakin membaik ditahun-tahun mendatang.
Pada bulan Oktober 2005, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menghapus
subsidi minyak dalam negeri untuk konsumsi industri. Sejak saat itu, industri harus
membeli minyak didasarkan pada penetapan harga pasar. Akibatnya, kinerja industri
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
10
khususnya pada profit perusahaan menjadi lebih rentan terhadap kenaikan harga
minyak dunia (Agusman & Deriantino, 2008).
Sebuah studi oleh Nandha & Faff (2008) menganalisis 35 indeks industri global
untuk periode antara tahun 1983 sampai 2005. Temuan mereka menunjukkan bahwa
harga minyak memiliki dampak negatif pada pengembalian ekuitas untuk semua
industri kecuali pertambangan, serta industri minyak dan gas. Faff dan Brailsford
(1999) mendapatkan dampak negatif yang sama dari guncangan harga minyak pada
industri seperti kertas dan pengemasan, bank dan transportasi. Dibalik itu, sektor
keuangan mempunyai kinerja yang lebih stabil dan kurang terpengaruh dengan
fluktuasi harga minyak yang tinggi.
Hamilton (1983), Gisser & Goodwin (1986), Sadorsky (1999), Gjerde dan Sættem
(1999), Ciner (2001), dan Park dan Ratti (2008) meneliti dampak dari lonjakan harga
minyak terhadap pasar saham di berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa
ketidakstabilan harga minyak memiliki dampak signifikan secara statistik pada pasar
saham, terutama bagi perusahaan yang termasuk golongan industri. Hal ini
dikarenakan perusahaan menggunakan minyak sebagai input energi bahan bakar,
lonjakan terhadap harga minyak mentah dunia akan membuat harga bahan bakar
pendukung produksi menjadi naik dan memberikan pengaruh terhadap meningkatnya
biaya produksi dan berimbas pada menurunnya kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen. Penurunan
kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan membuat minat
investor menjadi rendah, dan investor perusahaan yang bersangkutan akan cenderung
untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan harga saham akan
menurunkan return yang diperoleh oleh investor. Di Bursa Efek Indonesia ada 3
sektor yang termasuk sebagai golongan industri, yakni sektor Industri Dasar, Aneka
Industri, dan Industri Barang Konsumsi. Maka dari itu dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
11
Hipotesis 1a: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap
return saham di sektor Industri Dasar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis 1b: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap
return saham di sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis 1c: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap
return saham di sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia.
Literatur di atas menunjukkan bahwa harga minyak yang tinggi umumnya adalah
berita buruk bagi return saham di sebagian besar sektor, namun hal yang sama tidak
berlaku untuk sektor pertambangan di mana minyak merupakan output produksi.
Oleh karena itu yang akan membuat perbedaan besar adalah apakah minyak sebagai
output atau input dalam sebuah perusahaan. Sebuah studi oleh El-Sharif (2005)
meneliti hubungan antara harga minyak mentah dengan harga saham di industri
minyak dan gas di Inggris. Bukti mereka menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif antara kedua faktor, dan seringkali signifikan dan mencerminkan dampak
langsung dari gejolak harga minyak pada harga ekuitas.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Huang et al. (1996), Faff dan Brailsford (1999),
Nandha dan Faff (2008), Cong (2008), dan Mohanty, Nandha, & Bota (2010) pun
mencapai kesimpulan yang sama pada hubungan antara harga minyak dan industri
minyak dan gas untuk beberapa negara yang berbeda. Hal tersebut disebabkan
perusahaan menggunakan minyak sebagai output produksi, lonjakan terhadap harga
minyak mentah dunia akan berimbas pada meningkatnya kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen. Peningkatan
kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan membuat minat
investor menjadi tinggi, dan akan cenderung untuk membeli saham sehingga harga
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
12
saham menjadi naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan return yang
diperoleh oleh investor. Maka dari itu dirumuskan hipotesis kedua yaitu:
Hipotesis 2:
Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap
return saham di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Data
Penelitian ini menggunakan data harga minyak WTI harian dan penutupan indeks
harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia yaitu Pertambangan,
Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi selama 10 tahun dari
Januari 2004 hingga Desember 2013. Data sekunder tersebut diperoleh dari informasi
yang tersedia di website www.financeyahoo.co.id. untuk indeks saham sektoral di
Bursa Efek Indonesia serta website US Energy Administration (www.eia.gov) untuk
harga minyak WTI. Selanjutnya, pengolahan data pada penelitian ini akan dibantu
oleh software EViews 7.
Tahapan Analisis
a. Regresi Awal
Variabel dependent yang dianalisis dalam penelitian ini adalah return indeks sektoral
harian, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rit =
................................................................. (1)
Persamaan 1: rumus return indeks sektoral
dimana:
Rit
: Return indeks saham sektor i pada hari ke t
Pit
: Penutupan indeks sektor i pada hari ke t
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
13
Pit-1
: Penutupan indeks sektor i pada hari ke t-1
Variabel independent di penelitian ini adalah harga minyak dunia harian yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
OILt =
................................................................. (2)
Persamaan 2: rumus perubahan harga minyak dunia
dimana:
OILt
: Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t
WTIt : Harga minyak dunia pada hari ke t
WTIt-1 : Harga minyak dunia pada hari ke t-1
Tujuan dari regresi ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
hubungan antara perubahan harga minyak dan return saham indeks sektoral. Regresi
awal dinyatakan sebagai berikut:
................................................................. (3)
Persamaan 3: Regresi Awal
dimana:
Rit
: Return indeks saham sektor i pada hari ke t
OILt
: Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t
It
: Perubahan return indeks saham sektor i pada hari ke t
b. Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika
untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah data yang menunjukkan
mean, varians dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama pada waktu kapan saja
data itu dibentuk atau dipakai, artinya dengan data yang stasioner, model time series
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
14
dapat dikatakan lebih stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada yang
tidak stasioner, maka data tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan
kestabilannya. Uji akar unit digunakan untuk menguji adanya anggapan bahwa
sebuah data time series stasioner. Uji yang biasa digunakan adalah uji Dickey–Fuller.
Uji lain yang serupa yaitu Uji Phillips–Perron. Keduanya mengindikasikan
keberadaan akar unit sebagai hipotesis nol. Perlu diketahui bahwa data yang
dikatakan stasioner adalah data yang bersifat flat, tidak mengandung komponen
trend, dengan keragaman yang konstan, serta tidak terdapat fluktuasi periodik. Jika
suatu data time series tidak stasioner pada orde nol, I(0), maka stasioneritas data
tersebut bisa dicari melalui order berikutnya sehingga diperoleh tingkat stasioneritas
pada order ke-n (first difference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan
seterusnya.
Hipotesis yang digunakan pada pengujian augmented dickey fuller adalah:
H0 : Terdapat unit roots, data tidak stasioner
H1 : Tidak terdapat unit roots, data stasioner
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan ttabel pada tabel Dickey-Fuller.
c. Penentuan Panjang Lag
Sebelum melakukan uji kointegrasi perlu dilakukan penentuan panjang lag. Karena
uji kointegrasi sangat peka terhadap panjang lag, maka penentuan lag yang optimal
menjadi salah satu prosedur penting yang harus dilakukan dalam pembentukan model
(Enders, 2004). Secara umum terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan
untuk menentukan panjang lag yang optimal, antara lain AIC (Akaike Information
Criterion), SIC (Schwarz Information Criterion) dan LR (Likelihood Ratio).
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
15
Penentuan panjang lag yang optimal didapat dari persamaan VAR dengan nilai AIC,
SIC atau LR yang terkecil.
d. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dipopulerkan oleh Engle dan Granger (1987). Pendekatan kointegrasi
berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan
keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi seperti yang
disyaratkan oleh teori ekonomi. Pendekatan kointegrasi dapat pula dipandang sebagai
uji teori dan merupakan bagian yang penting dalam perumusan dan estimasi suatu
model dinamis (Engle & Granger, 1987).
Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktu stasioner akan
terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu,
meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat tidak stasioner. Bila
variabel runtun waktu tersebut terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil
dalam jangka panjang. Uji kointegrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
kointegrasi yang dikembangkan oleh Johansen. Uji Johansen menggunakan analisis
trace statistic dan nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5 %.
Hipotesis yang digunakan pada pengujian uji Johansen adalah:
H0 : Data tidak terindikasi adanya kointegrasi
H1 : Data terindikasi adanya kointegrasi
Kesimpulan hasil uji Johansen diperoleh dengan membandingkan nilai trace statistic
lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5%.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
16
e. Analisis Vector Auto Regression (VAR)
Vector Auto Regression (VAR) biasanya digunakan untuk memproyeksikan sistem
variabel-variabel runtut waktu dan untuk menganalisis dampak dinamis dari faktor
gangguan yang terdapat dalam sistem variabel tersebut. Pada dasarnya Analisis VAR
bisa dipadankan dengan suatu model persamaan simultan, oleh karena dalam Analisis
VAR kita mempertimbangkan beberapa variabel endogen secara bersama-sama
dalam suatu model. Perbedaannya dengan model persamaan simultan biasa adalah
bahwa dalam Analisis VAR masing-masing variabel selain diterangkan oleh nilainya
di masa lampau, juga dipengaruhi oleh nilai masa lalu dari semua variabel endogen
lainnya dalam model yang diamati. Analisis VAR juga merupakan alat analisis yang
sangat berguna, baik di dalam memahami adanya hubungan timbal balik
(interrelationship) antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan
model ekonomi berstruktur. Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada
variabel eksogen dalam model tersebut.
Salah satu karakteristik dari proses VAR adalah stabilitasnya. Artinya bahwa
prosesnya menghasilkan deret waktu yang stasioner dengan rata-rata yang tidak
berubah pada fungsi waktu.
f. Uji Granger Causality
Tujuan dari uji kausalitas menggunakan Granger Causality adalah mendeteksi ada
tidaknya hubungan sebab akibat (causalities) antara variabelnya yang dapat
dijelaskan oleh nilai-nilai masa lalu. Variabel independent dikatakan “grangercauses” variabel dependent, apabila variabel independent membantu memprediksi
variabel dependent. Maka dari itu rumusan hipotesis dari Granger Causality adalah :
H0 :
Variabel independent tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel
dependent.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
17
H1 :
Variabel independent
memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel
dependent.
g. Impulse Response Function dan Variance Decomposition
Untuk menginterpretasikan koefisien VAR, digunakan impulse response function
(IRF) dan variance decomposition (VD). Impulse response function memungkinkan
kita untuk menganalisis perilaku dinamika sementara variance decomposition
menunjukkan tingkat relatif pentingnya dari masing-masing perubahan harga.
Impulse response function memberikan respon dinamik dari setiap variabel endogen
untuk perubahan harga dalam model yaitu dengan menghasilkan representasi rata-rata
pergerakan dari model.
Variance Decomposition memberikan informasi mengenai variabel yang relatif lebih
penting dalam VAR. Pada dasarnya test ini merupakan metode lain untuk
menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR. Test ini digunakan untuk
menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan
antara variance sebelum dan sesudah perubahan harga, baik perubahan harga yang
berasal dari variabel itu sendiri maupun perubahan harga dari variabel lain.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Grafik Level Data Series
Data sampel yang dikumpulkan untuk tujuan penelitian ini telah ditunjukan pada
Gambar 1 dari 5 Januari 2004 sampai 31 Desember 2013, dengan total 2.609
observasi. Sebelum melakukan pengujian uji akar perlu untuk dilihat apakah data
tersebut memiliki trend, intercept atau kombinasi keduanya dengan cara melakukan
plot terhadap variabel harga minyak WTI, return sektor industri dasar, sektor aneka
industri,
sektor
industri
barang
konsumsi
dan
sektor
pertambangan.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
18
Perubahan harga Minyak WTI
Gambar 4: Pergerakan return sektor Aneka Industri antara Januari 2004
.20
sampai Desember 2013
.15
.10
.05
.00
-.05
-.10
return sektor Industri Barang Konsumsi
-.15
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2.0
Gambar 2: Pergerakan harga Minyak WTI antara Januari 2004 sampai
1.5
Desember 2013
return sektor Industri Dasar
1.0
2.0
0.5
1.6
0.0
1.2
-0.5
0.8
-1.0
2004
0.4
0.0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Gambar 5: Pergerakan return sektor Industri Barang Konsumsi tahun 2004
sampai 2013
-0.4
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
return sektor Pertambangan
Gambar 3: Pergerakan return sektor Industri Dasar antara Januari 2004
.6
sampai Desember 2013
.5
.4
.3
.2
.1
.0
return sektor Aneka Industri
-.1
.6
-.2
.5
-.3
2004
.4
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
.3
.2
Gambar 6: Pergerakan return sektor Pertambangan antara Januari 2004
.1
sampai Desember 2013
.0
-.1
-.2
-.3
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Seperti dapat dilihat dari grafik, pergerakan indeks yang tidak stabil dengan
mayoritas berada di puncak pada tahun 2008 kecuali untuk sektor sektor industri
dasar dan sektor industri barang konsumsi yang digambarkan stabil. Namun tampak
pada variabel variabel harga minyak WTI, return sektor industri dasar, sektor aneka
industri, sektor industri barang konsumsi dan sektor pertambangan tidak memiliki
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
19
trend tetapi memiliki intercept. Langkah selanjutnya adalah mengukur Unit Root Test
dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas.
Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan ttabel pada tabel Dickey-Fuller adalah sebagai berikut :
Tabel 1: Output Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test
Nilai t-statistic dan critical values
Augmented Dickey-Fuller t-Statistic
Critical values 5%
Variabel
BIND
MISC
CONS
MING
-40.483
-3.41131
-49.99725
-3.411531
-56.83864
-3.411531
-51.62679
-3.411531
keterangan:
BIND
: Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)
MISC
: Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)
CONS
: Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)
MING
: Mining Index (sektor Pertambangan)
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dapat dilihat bahwa nilai statistik t-hitung pada output sektor industri dasar adalah sebesar 40.48, lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% (-3.41). Hasil output
tersebut menunjukkan bahwa data stasioner dan hipotesis null ditolak. Selanjunya dapat
dilihat bahwa nilai statistik t-hitung pada output sektor aneka industri adalah sebesar -49.99,
lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% (-3.41). Hasil output tersebut
menunjukkan bahwa data stasioner dan hipotesis null ditolak. Sektor industri barang
konsumsi memiliki nilai statistik t-hitung sebesar -56.83, lebih kecil daripada nilai t-tabel
pada tingkat kepercayaan 5% (-3.41). Hasil output tersebut menunjukkan bahwa data
stasioner dan hipotesis null ditolak. Dapat dilihat bahwa nilai statistik t-hitung pada output
sektor pertambangan adalah sebesar -51.62, lebih kecil daripada nilai t-tabel pada tingkat
kepercayaan 5% (-3.41). Hasil output tersebut menunjukkan bahwa data stasioner dan
hipotesis null ditolak.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
20
Hasil Panjang Lag Optimal
Estimasi VAR sangat peka terhadap panjang lag yang digunakan. Pemilihan kriteria
menggunakan Schwarz Information Criterion (SIC) mengikuti
Reimers (1992)
menemukan bahwa SIC berjalan baik dalam pemilihan panjang lag yang optimal.
Setelah melakukan trial error terhadap panjang lag, peneliti meyakini untuk
menggunakan panjang lag yang optimal adalah 2 berdasarkan Schwarz Information
Criterion (SIC). Hasil penentuan panjang lag disajikan dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2: Panjang Lag Optimal
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SIC
HQ
0
1
2
3
4
5
6
7
8
22978.30
23126.01
23203.98
23225.43
23240.15
23263.20
23278.28
23295.62
23316.19
NA
294.7396
155.2763
42.63723
29.20496
45.64170
29.80458
34.19182
40.49128*
1.46e-14
1.33e-14
1.28e-14*
1.28e-14
1.29e-14
1.30e-14
1.31e-14
1.31e-14
1.32e-14
-17.66497
-17.75933
-17.80006*
-17.79733
-17.78943
-17.78793
-17.78030
-17.77441
-17.77100
-17.65370
-17.69170
-17.67607*
-17.61698
-17.55272
-17.49486
-17.43087
-17.36862
-17.30885
-17.66089
-17.73483
-17.75514*
-17.73199
-17.70366
-17.68174
-17.65370
-17.62739
-17.60356
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Uji Kointegrasi
Berdasarkan panjang lag diatas, peneliti melakukan uji kointegrasi untuk mengetahui
apakah akan terjadi keseimbangan dalam jangka panjang, yaitu terdapat kesamaan
pergerakan dan stabilitas hubungan diantara variabel-variabel di dalam penelitian ini
atau tidak. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi dilakukan dengan menggunakan
metode Johansen’s Cointegration Test. Berikut ini disajikan tabel hasil uji
kointegrasi untuk setiap sektor dengan metode Johansen’s Cointegration Test.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
21
Tabel 3: Ranking Kointegrasi dari Variabel Minyak WTI dan Keempat Sektor yang Diteliti
Trace Statistic
Variabel
BIND
MISC
CONS
MING
maximum eigenvalue
H0
Statistic
0.05 Critical Value
H0
Statistic
0.05 Critical Value
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
1601.168
3.0395
974.5250
2.2518
1697.286
2.3418
1502.312
1.9063
15.49471
3.841466
15.49471
3.841466
15.49471
3.841466
15.49471
3.841466
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
r = 0*
r≤1
888.1286
3.0395
538.2732
2.2518
985.9443
2.3418
790.4059
1.9063
14.26460
3.841466
14.26460
3.841466
14.26460
3.841466
14.26460
3.841466
keterangan:
BIND
: Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)
MISC
: Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)
CONS
: Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)
MING
: Mining Index (sektor Pertambangan)
tanda * mengindikasikan signifikan pada tingkat kesalahan 5%
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai trace statistic dan maximum
eigenvalue pada r = 0 lebih besar dari critical value dengan tingkat signifikansi 5%.
Hal ini berarti hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada kointegrasi, ditolak
dan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada kointegrasi dapat diterima.
Berdasarkan analisis ekonometrik di atas dapat dilihat bahwa di antara semua variabel
dalam penelitian ini, terdapat satu kointegrasi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan
demikian, dari hasil uji kointegrasi mengindikasikan bahwa di antara return saham di
sektor industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi dan pertambangan
dengan perubahan harga minyak dunia memiliki hubungan stabilitas atau
keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Dengan kata lain,
dalam
setiap
periode
jangka
pendek,
seluruh
variabel
cenderung
saling
menyesuaikan, untuk mencapai ekuilibrium jangka panjangnya.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
22
Analisis Vector Auto Regression (VAR)
Setelah didapati hubungan kointegrasi diantara variabel penelitian, maka tahap
selanjutnya adalah membentuk model VAR. Menurut Enders (2004), jika terdapat
hubungan kointegrasi diantara variabel penelitian, maka estimasi dilakukan dengan
VAR. Tabel 4 sampai tabel 7 menyajikan hasil estimasi dengan VAR untuk masingmasing sektor yang diteliti.
Tabel 4: Estimasi VAR untuk Sektor Industri Dasar
BIND
t-statistics
BIND(-1)
BIND(-2)
OIL(-1)
OIL(-2)
C
0.127166
-0.058041
-0.090506
-0.028703
0.001829
[6.49839]
[-2.96607]
[-1.99970]
[-0.63450]
[ 1.68160]
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*BIND
: Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)
*nilai t-tabel: ± 1.9608 (5%;2608)
*nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel independent.
*wilayah tolak H0 : nilai t-statistics > 1.9608 atau < -1.9608
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dari output tabel 4 tersebut terlihat bahwa untuk return sektor industri dasar secara
signifikan dipengaruhi oleh konstanta C, BIND (-1), BIND (-2) dan OIL (-1) yang
ditunjukkan oleh nilai statistiknya > 1.9608 atau < -1.9608.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
BIND = 0.001829 + 0.127166*BIND(-1) - 0.058041*BIND(-2) - 0.090506*OIL(-1) - 0.028703*OIL(-2).(4)
Persamaan 4: error correction pada VAR untuk sektor industri dasar
Pada persamaan antara sektor industri dasar dan minyak WTI diatas, variabel OIL
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan return sektor
industri dasar pada lag dua hari sebelumnya, namun pergerakan return sektor industri
dasar dipengaruhi oleh dinamika pergerakan dirinya sendiri pada satu hari dan dua
hari sebelumnya serta pergerakan minyak WTI sehari sebelumnya. Pola hubungan
return sektor industri dasar dengan dirinya sendiri adalah negatif, sedangkan pola
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
23
hubungan return sektor industri dasar dengan hubungan perubahan minyak WTI
awalnya negatif kemudian positif.
Tabel 5: Estimasi VAR untuk Sektor Aneka Industri
MISC(-1)
MISC(-2)
OIL(-1)
OIL(-2)
C
0.021064
0.000122
-0.067191
-0.009103
0.000862
[ 1.07676]
[ 0.00626]
[ -2.20730]
[ -0.29889]
[ 1.17803]
MISC
t-statistics
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*MISC
: Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)
*nilai t-tabel: ± 1.9608 (5%;2608)
*nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel independent.
*wilayah tolak H0 : nilai t-statistics > 1.9608 atau < -1.9608
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dari output tabel 5 tersebut terlihat bahwa untuk return sektor aneka industri secara
signifikan hanya dipengaruhi oleh OIL (-1) yang ditunjukkan oleh nilai statistiknya >
1.9608 atau < -1.9608. Konstanta C tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat return sektor aneka industri.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
MISC = 0.000862 + 0.021064*MISC(-1) + 0.000122*MISC(-2) - 0.067191*OIL(-1) –
0.009103*OIL(-2)………………………………………………………………………………………(5)
Persamaan 5: error correction pada VAR untuk sektor aneka industri
Pada persamaan antara sektor aneka industri dan minyak WTI diatas, variabel OIL
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan return sektor aneka
industri pada lag dua hari sebelumnya, namun pergerakan return sektor aneka
industri dipengaruhi oleh pergerakan minyak WTI sehari sebelumnya. Pola hubungan
return sektor aneka industri dengan dirinya sendiri dan perubahan minyak WTI
adalah negatif.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
24
Tabel 6: Estimasi VAR untuk Sektor Industri Barang Konsumsi
CONS
t-statistics
CONS(-1)
CONS(-2)
OIL(-1)
OIL(-2)
C
0.27095
0.101048
0.076384
-0.092832
0.002722
[13.9037]
[5.18986]
[ 1.66533]
[ -2.02396]
[ 2.46707]
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*CONS
: Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)
*nilai t-tabel: ± 1.9608 (5%;2608)
*nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel independent.
*wilayah tolak H0 : nilai t-statistics > 1.9608 atau < -1.9608
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dari output tabel 6 tersebut terlihat bahwa untuk return sektor industri barang
konsumsi secara signifikan hampir dipengaruhi oleh semua variabel, yaitu konstanta
C, OIL (-2) dan tingkat return sektor industri barang konsumsi pada masa lalu yang
ditunjukkan oleh nilai statistiknya > 1.9608 atau < -1.9608. Akan tetapi, nilai
perubahan minyak WTI pada lag sehari sebelumnya tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel return sektor industri barang konsumsi.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
CONS =
0.002722 + 0.076384*OIL(-1) - 0.092832*OIL(-2) + 0.27095*CONS(-1) +
0.101048*CONS(-2)………………………………………………….……………………………(6)
Persamaan 6: error correction pada VAR untuk sektor industri barang konsumsi
Pada persamaan antara sektor industri barang konsumsi dan minyak WTI diatas,
variabel OIL pada lag sehari sebelumnya tidak memberikan pengaruh yang
signifikan, sedangkan variabel OIL pada lag dua hari sebelumnya memberikan
pengaruh yang signifikan. Sementara itu variabel sektor industri barang konsumsi
dipengaruhi oleh dinamika pergerakan dirinya sendiri pada lag dua hari sampai satu
hari sebelumnya. Pola hubungan return sektor industri barang konsumsi dengan
dirinya sendiri adalah positif, sedangkan hubungannya dengan perubahan harga
minyak WTI awalnya negatif kemudian positif. Hasil persamaan ketiga
mengindikasikan bahwa pada saat harga minyak WTI mengalami kenaikan maka
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
25
return sektor industri barang konsumsi akan mengalami penurunan dua hari
berikutnya.
Tabel 7: Estimasi VAR untuk Sektor Pertambangan
MING
t-statistics
MING(-1)
MING(-2)
OIL(-1)
OIL(-2)
C
-0.154736
0.003411
0.065538
0.069167
0.002215
[-7.90310]*
[ 0.17426]
[ 1.98621]*
[ 2.09598]*
[ 2.75156]*
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*MING
: Mining Index (sektor Pertambangan)
*nilai t-tabel: ± 1.9608 (5%;2608)
*nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel independent.
*wilayah tolak H0 : nilai t-statistics > 1.9608 atau < -1.9608
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Dari output tabel 7 tersebut terlihat bahwa untuk return sektor pertambangan secara
signifikan dipengaruhi oleh semua variabel, yaitu konstanta C, OIL (-1), OIL (-2)
yang merupakan perubahan harga minak WTI pada masa lalu dan tingkat return
sektor pertambangan pada lag sehari sebelumnya yang ditunjukkan oleh nilai
statistiknya > 1.9608 atau < -1.9608.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
MING =
0.002215 - 0.1547356*MING(-1) + 0.003411*MING(-2) + 0.065538*OIL(-1) +
0.069167*OIL(-2)…………………………………………………………………………………..(7)
Persamaan 7: error correction pada VAR untuk sektor pertambangan
Pada persamaan antara sektor pertambangan dan minyak WTI diatas, variabel OIL
memberikan memberikan pengaruh yang signifikan pada lag dua hari sampai satu
hari sebelumnya terhadap variabel return saham sektor pertambangan. Sementara itu
variabel sektor pertambangan hanya dipengaruhi oleh dinamika pergerakan dirinya
pada lag satu hari sebelumnya. Pola hubungan return sektor pertambangan dengan
dirinya sendiri awalnya positif kemudian negatif, sedangkan hubungannya dengan
perubahan
harga
minyak
WTI
adalah
positif.
Hasil
persamaan
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
diatas
26
mengindikasikan bahwa pada saat harga minyak WTI mengalami kenaikan maka
return sektor pertambangan akan ikut mengalami kenaikan.
Uji Granger Causality
Hasil Uji Granger Causality untuk menguji arah dan hubungan kausalitas antara
perubahan harga minyak WTI dan keempat sektor yang diteliti disajikan dalam tabel
2 berikut:
Tabel 8: Uji Kausalitas Granger untuk Keempat Sektor yang Diteliti
Null Hypothesis:
Obs
Prob.
BIND does not Granger Cause OIL
2607
0.7588
OIL does not Granger Cause BIND
MISC does not Granger Cause OIL
0.7895
2607
OIL does not Granger Cause MISC
OIL does not Granger Cause CONS
0.0846
2607
CONS does not Granger Cause OIL
MING does not Granger Cause OIL
0.0379*
0.0339*
0.7537
2607
OIL does not Granger Cause MING
0.0487*
0.3816
*H0 ditolak apabila nilai Probability < 0.05
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Perubahan harga Minyak WTI secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tingkat
return sektor industri dasar (BIND) dan begitu pula sebaliknya tingkat return sektor
industri dasar secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak
WTI yang dibuktikan dengan nilai probabilty masing-masing lebih besar dari 0.05
yaitu 0.7588 dan 0.7895 yang berarti menerima hipotesis null sehingga disimpulkan
bahwa tidak terjadi kausalitas apapun untuk tingkat return sektor industri dasar dan
perubahan harga Minyak WTI.
Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi tingkat
return sektor aneka industri (MISC) karena mempunyai nilai probabilty 0.0379
sehingga hipotesis null ditolak. Namun, tingkat return sektor aneka industri secara
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
27
statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI yang
dibuktikan dengan nilai probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu 0.0846 yang berarti
menerima hipotesis null. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas
searah antara tingkat return sektor aneka industri dan perubahan harga Minyak WTI
yaitu hanya perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan
memengaruhi tingkat return sektor aneka industri dan tidak berlaku sebaliknya.
Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi tingkat
return sektor industri barang konsumsi (CONS) karena mempunyai nilai probabilty
0.0339 sehingga hipotesis null ditolak. Namun, tingkat return sektor industri barang
konsumsi secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak
WTI yang dibuktikan dengan nilai probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu 0.7537 yang
berarti menerima hipotesis null. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi
kausalitas searah antara tingkat return sektor industri barang konsumsi dan perubahan
harga Minyak WTI yaitu hanya perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik
signifikan memengaruhi tingkat return sektor industri barang konsumsi dan tidak
berlaku sebaliknya.
Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi tingkat
return sektor pertambangan (MING) karena mempunyai nilai probabilty 0.0487
sehingga hipotesis null ditolak. Namun, tingkat return sektor pertambangan secara
statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI yang
dibuktikan dengan nilai probabilty lebih besar dari 0.05 yaitu 0.3816 yang berarti
menerima hipotesis null. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi kausalitas
searah antara tingkat return sektor pertambangan dan perubahan harga Minyak WTI
yaitu hanya perubahan harga Minyak WTI yang secara statistik signifikan
memengaruhi tingkat return sektor pertambangan dan tidak berlaku sebaliknya.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
28
Hasil Uji Impulse Response Function dan Variance Decomposition
Perilaku dinamis dari model VAR dapat dilihat melalui respon dari setiap variabel
terhadap kejutan dari variabel tersebut maupun terhadap variabel dependent lainnya.
Berikut ini adalah hasil Uji Impulse Response Function antara harga minyak WTI dan
keempat sektor yang diteliti . Dalam model ini response dari perubahan masingmasing variabel dengan adanya informasi baru diukur dengan 1-standar deviasi.
Sumbu horizontal merupakan waktu dalam periode hari ke depan setelah terjadinya
shock, sedangkan sumber vertikal adalah nilai respon. Garis biru yang ditunjukan
pada grafik merupakan pergerakan impulse response function dari sektor yang diteliti,
sedangkan garis merah merupakan batas tingkat keyakinan 95%. Setelah
menganalisis perilaku dinamis melalui impulse response, selanjutnya akan dilihat
karakteristik model melalui variance decomposition. Pada bagian ini dianalisis
bagaimana varian dari return keempat sektor yang diteliti ditentukan oleh peran dari
harga minyak WTI maupun peran dari dirinya sendiri.
Response of OIL to Cholesky
One S.D. BIND Innovation
.0016
.0012
.0008
.0004
.0000
-.0004
-.0008
-.0012
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 7: Impulse Response Function untuk Sektor Industri Dasar
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
29
Tabel 9: Variance Decomposition untuk Sektor Industri Dasar
Variance Decomposition of BIND:
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BIND
100.0000
99.99753
99.98060
99.98042
99.98030
99.98030
99.98030
99.98030
99.98030
99.98030
OIL
0.000000
0.002469
0.019404
0.019584
0.019698
0.019703
0.019703
0.019703
0.019703
0.019703
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Pada awal periode yaitu hari pertama sampai hari ke 4, respon return sektor industri
dasar masih sangat fluktuatif yaitu merespon positif dan negatif sejak terjadinya
shock atau goncangan terhadap perubahan harga minyak WTI. Selanjutnya mulai hari
ke 5 sampai hari ke 7 fluktuasi mulai mengecil artinya return sektor industri dasar
tidak lagi bergejolak seperti periode sebelumnya. Mulai dari hari ke 5 dan seterusnya,
return sektor industri dasar kembali mencapai keseimbangan atau ekuilibrium sama
seperti sebelum terjadinya guncangan perubahan harga minyak WTI. Maka dari itu,
kurang lebih dapat dikatakan bahwa saat terjadi guncangan pada harga minyak WTI,
dibutuh waktu sekitar 4 hari untuk sektor industri dasar bisa kembali mencapai titik
keseimbangan. Dari hasil Variance decompositon menunjukkan bahwa forecast error
variance dari sektor industri dasar pada hari pertama ditentukan oleh dirinya sendiri
atau sebesar 100%, sedangkan perubahan minyak WTI tidak menjelaskan apapun
(nol) terhadap return sektor industri dasar. Dalam periode berikutnya, kontribusi
variabel sektor industri dasar dalam menjelaskan variabilitas sektor industri dasar
sedikit berkurang, yaitu sekitar 99.99%, sedangkan kontribusi variabel minyak WTI
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
30
hanya mampu menjelaskan variabilitas sektor industri dasar, yaitu sekitar 0.002%.
Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi return sektor industri dasar lebih banyak
dipengaruhi
oleh
dirinya
sendiri
daripada
faktor
variabel
minyak
WTI.
Response of OIL to Cholesky
One S.D. MISC Innovation
.0025
.0020
.0015
.0010
.0005
.0000
-.0005
-.0010
-.0015
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 8: Impulse Response Function untuk Sektor Aneka Industri
Tabel 10: Variance Decomposition untuk Sektor Aneka Industri
Variance Decomposition of MISC:
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
MISC
99.98295
99.79922
99.79547
99.79521
99.79521
99.79521
99.79521
99.79521
99.79521
99.79521
OIL
0.017055
0.200776
0.204529
0.204790
0.204791
0.204792
0.204792
0.204792
0.204792
0.204792
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
31
Pada awal periode, sektor aneka industri memberikan respon yang sangat fluktuatif
sampai hari ke 6 semenjak terjadinya guncangan pada harga minyak WTI. Jadi,
dampak shock sektor aneka industri terhadap guncangan pada harga minyak WTI
sangat terasa sampai kurang lebih satu minggu. Selanjutnya, setelah seminggu berlalu
sampai kepada hari ke 7, dampak shock mulai berkurang yang ditunjukkan dengan
grafik (warna biru) yang tidak lagi terlalu fluktuatif. Ekuilibrium sektor aneka
industri yaitu, pengembalian titik keseimbangan sektor aneka industri sebelum
adanya guncangan pada harga minyak WTI, dapat dicapai pada hari ke 7. Forecast
error variance dari sektor aneka industri pada periode pertama dapat dijelaskan oleh
sektor aneka industri sebesar 99.98%, sedangkan variabel minyak WTI hanya
menjelaskan 0.017% terhadap return sektor aneka industri. Dalam periode
selanjutnya, kontribusi variabel minyak WTI telah mampu menjelaskan variabilitas
sektor aneka industri yaitu sekitar 0.2%. Hingga periode ke 10 forecast error
variance sektor aneka industri yang dapat dijelaskan dari sektor aneka industri sendiri
sebesar 99.79%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi sektor aneka industri lebih
banyak dipengaruhi oleh sektor aneka industri itu sendiri daripada faktor minyak
WTI.
Response of OIL to Cholesky
One S.D. CONS Innovation
.0015
.0010
.0005
.0000
-.0005
-.0010
-.0015
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 9: Impulse Response Function untuk Sektor Industri Barang Konsumsi
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
32
Tabel 11: Variance Decomposition untuk Sektor Industri Barang Konsumsi
Variance Decomposition of CONS:
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
CONS
99.98737
99.86985
99.78281
99.76555
99.76550
99.76522
99.76521
99.76521
99.76521
99.76521
OIL
0.012634
0.130152
0.217185
0.234447
0.234503
0.234780
0.234790
0.234791
0.234791
0.234791
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Pada awal periode yaitu hari pertama sampai hari kelima, respon return sektor
industri barang konsumsi masih sangat fluktuatif yaitu merespon positif dan negatif
sejak terjadinya shock atau goncangan terhadap perubahan harga minyak WTI.
Selanjutnya mulai hari ke 6 sampai hari ke 7 fluktuasi mulai mengecil artinya return
sektor industri barang konsumsi tidak lagi bergejolak seperti periode sebelumnya.
Mulai dari hari ke 6 dan seterusnya, return sektor industri barang konsumsi kembali
mencapai keseimbangan atau ekuilibrium sama seperti sebelum terjadinya guncangan
perubahan harga minyak WTI. Maka dari itu, kurang lebih dapat dikatakan bahwa
saat terjadi guncangan pada harga minyak WTI, dibutuh waktu sekitar 5 hari untuk
sektor industri barang konsumsi bisa kembali mencapai titik keseimbangan. Dari
hasil Variance decompositon menunjukkan bahwa forecast error variance dari sektor
industri barang konsumsi pada hari pertama ditentukan oleh dirinya sendiri sebesar
99.98%, sedangkan variabel minyak WTI hanya menjelaskan 0.012% terhadap return
sektor industri barang konsumsi. Dalam periode berikutnya, kontribusi variabel
sektor industri barang konsumsi dalam menjelaskan variabilitas sektor industri barang
konsumsi sedikit berkurang, yaitu sekitar 99.76%, sedangkan kontribusi variabel
minyak WTI mampu menjelaskan variabilitas sektor industri barang konsumsi, yaitu
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
33
sekitar 0.23%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi return sektor industri barang
konsumsi lebih banyak dipengaruhi oleh dirinya sendiri daripada faktor variabel
minyak WTI.
Response of OIL to Cholesky
One S.D. MING Innovation
.0010
.0005
.0000
-.0005
-.0010
-.0015
-.0020
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 10: Impulse Response Function untuk Sektor Pertambangan
Tabel 12 Variance Decomposition untuk Sektor Pertambangan
Variance Decomposition of MING:
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
MING
99.97981
99.89621
99.89533
99.89531
99.89531
99.89531
99.89531
99.89531
99.89531
99.89531
OIL
0.020193
0.103795
0.104670
0.104691
0.104691
0.104692
0.104692
0.104692
0.104692
0.104692
Sumber: Data Primer Diolah (2014)
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
34
Pada awal periode, sektor pertambangan memberikan respon yang sangat fluktuatif
sampai hari ke 5 semenjak terjadinya guncangan pada harga minyak WTI.
Selanjutnya, setelah 5 hari berlalu sampai kepada hari ke 6, dampak shock mulai
berkurang yang ditunjukkan dengan grafik (warna biru) yang tidak lagi terlalu
fluktuatif. Ekuilibrium sektor pertambangan yang adalah pengembalian titik
keseimbangan sektor pertambangan sebelum adanya guncangan pada harga minyak
WTI, dapat dicapai pada hari ke 6. Forecast error variance dari sektor pertambangan
pada periode pertama dapat dijelaskan oleh sektor pertambangan sebesar 99.97%,
sedangkan variabel minyak WTI hanya menjelaskan 0.02% terhadap return sektor
pertambangan. Dalam periode selanjutnya, kontribusi variabel minyak WTI telah
mampu menjelaskan variabilitas sektor pertambangan yaitu sekitar 0.1%. Hingga
periode ke 10 forecast error variance sektor pertambangan yang dapat dijelaskan dari
sektor pertambangan sendiri sebesar 99.89%. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi
sektor pertambangan lebih banyak dipengaruhi oleh sektor pertambangan itu sendiri
daripada faktor minyak WTI.
Berdasarkan hasil analisis terhadap variance decomposition, secara umum dapat
disimpulkan bahwa perubahan harga minyak WTI dapat menjelaskan apabila terjadi
shock terhadap sektor-sektor yang diteliti, namun proporsi penjelasan return masingmasing sektor yang diteliti masih didominasi oleh dirinya sendiri.
Pembahasan
Output pada VAR Model Substituted Coefficients meringkaskan kompilasi
permodelan secara keseluruhan baik variabel yang signifikan maupun yang tidak
signifikan tetapi di dalam bagian permodelan dan intepretasi ini, peneliti hanya
menggunakan variabel yang signifikan secara statistik. Berikut adalah hasil
permodelan dan juga termasuk hasil pengujian hipotesis untuk masing-masing sektor
yang diteliti.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
35
Hasil Pengujian Hipotesis 1a:
BIND = 0.001829 + 0.127166*BIND(-1) - 0.058041*BIND(-2) - 0.090506*OIL(-1)….....(8)
Persamaan 8: Permodelan hubungan antara minyak WTI dengan return pada sektor industri dasar
Apabila tidak ada perubahan pada return sektor industri dasar dan harga minyak WTI
pada masa lalu, maka return sektor industri dasar naik sebesar 0,001% yang
disebabkan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Apabila
return sektor industri dasar satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor industri dasar hari ini meningkat sebesar
0,12%, namun jika return sektor industri dasar dua hari yang lalu meningkat sebesar
1%, akan menyebabkan perubahan return sektor industri dasar hari ini sebesar 0,05%. Apabila harga minyak WTI satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor industri dasar hari ini menurun sebesar 0,09%.
Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap
return saham di sektor industri dasar di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis 1b:
MISC = - 0.067191*OIL(-1) )…………………..(9)
Persamaan 9: Permodelan hubungan antara minyak WTI dengan return pada sektor aneka industri
Apabila harga minyak WTI satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor aneka industri hari ini menurun sebesar
0,06%. Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif
terhadap return saham di sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia dapat
diterima.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
36
Hasil Pengujian Hipotesis 1c:
CONS =
0.002722 - 0.092833*OIL(-2) + 0.27095*CONS(-1) +
0.101048*CONS(-2) )…………………..(10)
Persamaan 10: Permodelan hubungan antara minyak WTI dengan return pada sektor industri
barang konsumsi
Apabila tidak ada perubahan pada return sektor industri barang konsumsi dan harga
minyak WTI pada masa lalu, maka return sektor industri barang konsumsi naik
sebesar 0,002% yang disebabkan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini. Apabila return sektor industri barang konsumsi satu hari yang lalu
meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan perubahan return sektor industri barang
konsumsi hari ini meningkat sebesar 0,27%, dan jika return sektor industri dasar dua
hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan perubahan return sektor
industri dasar hari ini sebesar 0,1%. Apabila harga minyak WTI dua hari yang lalu
meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan perubahan return sektor industri barang
konsumsi hari ini menurun sebesar 0,09%. Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga
minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor industri barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.
Ketiga sub-hipotesis pertama membuktikan lonjakan harga minyak dunia
berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor industri, menurut peneliti hal ini
dikarenakan minyak bersama dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku merupakan
komponen paling penting dalam produksi barang dan perubahan harga input tersebut
akan mempengaruhi arus kas. Naiknya harga minyak, yang dibarengi dengan tidak
adanya efek substitusi lengkap antara faktor-faktor produksi, meningkatkan biaya
produksi. Meningkatnya biaya produksi dan berimbas pada menurunnya kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam memberikan dividen.
Penurunan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen akan membuat
minat investor menjadi rendah, dan investor perusahaan yang bersangkutan akan
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
37
cenderung untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan harga
saham akan menurunkan return yang diperoleh oleh investor.
Hasil Pengujian Hipotesis 2:
MING =
0.002215 - 0.1547356*MING(-1) + 0.065538* OIL(-1) +
0.069167*OIL(-2) )………………………………………………..(11)
Persamaan 11: Permodelan hubungan antara minyak WTI dengan return pada sektor
pertambangan
Apabila tidak ada perubahan pada return sektor pertambangan dan harga minyak
WTI pada masa lalu, maka return sektor pertambangan naik sebesar 0,002% yang
disebabkan pengaruh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Apabila
return sektor pertambangan satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor industri barang konsumsi pertambangan hari
ini sebesar -0,15%, Apabila harga minyak WTI satu hari yang lalu meningkat sebesar
1%, akan menyebabkan perubahan return sektor pertambangan hari ini meningkat
sebesar 0,06%, dan jika terjadi perubahan harga minyak WTI dua hari yang lalu
sebesar 1%, return sektor pertambangan hari ini akan meningkat sebesar 0,06%.
Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap
return saham di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.
Menurut peneliti hal ini disebabkan perusahaan menggunakan minyak sebagai output
produksi, lonjakan terhadap harga minyak mentah dunia akan berimbas pada
meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan
dalam memberikan dividen. Peningkatan kemampuan menghasilkan laba dan
membagikan dividen akan membuat minat investor menjadi tinggi, dan akan
cenderung untuk membeli saham sehingga harga saham menjadi naik. Kenaikan
harga saham akan meningkatkan return yang diperoleh oleh investor.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
38
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari 2609 observasi data harga minyak
WTI harian dan penutupan indeks harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek
Indonesia yaitu Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang
Konsumsi selama 10 tahun dari Januari 2004 hingga Desember 2013., maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pergerakan harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif terhadap
pergerakan return sektor industri dasar.
2. Fluktuasi harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif terhadap
pergerakan return sektor aneka industri pada lag sehari sebelumnya.
3. Perubahan harga minyak dunia pada lag dua hari memberikan pengaruh
negatif untuk sektor industri barang konsumsi.
4. Fluktuasi harga minyak dunia memberikan pengaruh positif pada lag dua hari
dan sehari sebelumnya terhadap return saham di sektor pertambangan.
KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
Walaupun tujuannya untuk menentukan dan mengenali hubungan antara perubahan
harga minyak dan return saham di keempat sektor yang diteliti, penelitian ini
mempunyai beberapa keterbatasan.
1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk semua sektor yang berada
di Bursa Efek Indonesia karena peneliti hanya berfokus pada indeks sektor
industri dan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Untuk penelitian
mendatang disarankan untuk memasukan semua sektor yang ada guna
mendapatkan hasil yang lebih luas dan fleksibel bagi pengambil keputusan di
Bursa Efek Indonesia.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
39
2. Peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat dikaitkan
dengan fluktuasi nilai saham. Faktor-faktor ini mencakup corporate action
dan stabilitas politik, seperti pemilihan umum dan pergantian pemerintahan
pada tahun 2004 dan 2009. Bencana alam yang sering terjadi dalam kurun 10
tahun terakhir juga mempunyai dampak terhadap nilai saham, selain itu
peristiwa serangan teroris yang terjadi di Indonesia juga bisa menjadi salah
satu alasan yang menghambat kepercayaan investor. Untuk penelitian
mendatang disarankan untuk mempertimbangkan event study yang bisa
menyelidiki dari pengaruh faktor lain selain variabel yang diteliti sehingga
dapat digunakan untuk pembuktian pengaruh dari indikator ekonomi makro,
khususnya harga minyak dunia terhadap pengembalian saham di Bursa Efek
Indonesia.
©2014, Christopher Daniel
Mahasiswa, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga, Indonesia, 50711
[email protected]
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
40
REFERENSI
Alwi, R. (2003). Development Of Intelligent System For Predicting Stock Market Returns.
Agusman, A., & Deriantino, E. (2008). Oil Price and Industry Stock Returns: Evidence from
Indonesia. 21st Australasian Finance and Banking Conference.
Basher, S. A., & Sadorsky, P. (2006). Oil price risk and emerging stock markets. Global
Finance Journal 17, 224–251.
Bhar, R., & Nikolova, B. (2010, May). Global Oil Prices, Oil Industry and Equity Returns:
Russian Experience. Scottish Journal of Political Economy 57(2), 169-186.
Biro Riset LM FE UI. (2010). ANALISIS INDUSTRI MINYAK DAN GAS DI INDONESIA:
Masukan bagi Pengelola BUMN.
Bittlingmayer, G. (2005). Oil and Stocks: Is it War Risk? University of Kansas.
Bjørnland, H. C. (2008). Oil price shocks and stock market booms in an oil exporting
country. Norges Bank: Working papers no. 2008/16.
Broby, D. (2011). Equity Index Construction. The Journal of Index Investing 2 (2), 36-39.
Budiartie, G. (2013, June 21). Harga BBM Resmi Naik. Diambil kembali dari tempo.co
bisnis: http://www.tempo.co/read/news/2013/06/21/090490281/Harga-BBM-ResmiNaik
Burbridge, J., & Harrison, A. (1984). Testing for the effects of oil-price rises using vector
autoregressions. International Economic Review 25 (1), 459-484.
Chen, N., Roll, R., & Ross, S. A. (1986). Economic forces and the stock market. Journal of
Business 59 (3), 383–403.
Chen, S. S. (2010). Do Higher Oil Prices Push the Stock Market in to Bear Territory? Energy
Economics 32 (2), 490-495.
Ciner, C. (2001). Energy shocks and financial markets: Nonlinear linkages. Studies in
Nonlinear Dynamics and Econometrics 5 (3), 203-212.
Cong, R. C., Wei, Y. M., Jiao, J. L., & Fan, Y. (2008). Relationships between oil price
shocks and stock market: An empirical analysis from China. Energy Policy 36 (9),
3544-3553.
Corrado, C. J., & Jordan, B. D. (2000). Fundamentals of Investment Analisis Fourth Edition.
Singapore: Mc Graw-Hill.
Crude Oil Prices and Price Charts. (2013, May). Diambil kembali dari InvestmentMine:
http://www.infomine.com/investment/metal-prices/crude-oil/1-year/
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
ix
Cunado, J., & Perez de Gracia, F. (2003). Do oil price shocks matter? Evidence for some
European countries. Energy Economics, 25 (2), 137-154.
Economic Indicators - Crude Oil. (2014, February 1). Diambil kembali dari useconomy:
http://useconomy.about.com/od/economicindicators/p/crude_oil.html
EIA. (2013). Oil (petroleum). Retrieved from U.S. Energy Information Administration:
http://www.eia.gov/KIDS/energy.cfm?page=oil_home-basics-k.cfm#top-container
Eika, T., & Magnussen, K. A. (2000). Did Norway gain from the 1979-1985 oil price shocks?
Economic Modelling 17 (1), 107-137.
El-Sharif, I., Brown, D., Burton, B., Nixon, B., & Russel, A. (2005). Evidence of the nature
and extent of the relationship between oil prices and equity values in the UK. Energy
Economics 27 (6), 819-830.
Elton, J. E., Gruber, J. M., & Blake , R. C. (1995). Fundamental Economic
Variables,Expected Return, and Bond Fund Performance. The Journal of Finance 1
(4), 1229-1256.
Enders, W. (2004). A general test for time dependence in parameters. Journal of Applied
Econometrics 19 (7), 899-906.
Engle, R. F., & Granger, C. W. (1987). Co-integration and error correction: representation,
estimation, and testing. Econometrica: journal of the Econometric Society, 251-276.
Faff, R. W., & Brailsford, T. J. (1999). Oil price risk and the Australian stock market.
Journal of Energy Finance and Development 4, 69-87.
Fama, E. F. (1970). Efficient capital markets: A review of theory and empirical work. The
Journal of Finance 2 (25), 383-417.
Farrell, G. N., Kahn, B., & Visser, F. J. (2001). Price Determination in International Oil
Markets Developments and Prospects. South African Reserve Bank Quarterly
Bulletin no.219, 69-88.
Gisser, M., & Goodwin, T. H. (1986). Crude oil and the macroeconomy: Tests of some
popular nations. Journal of Money, Credit and Banking 18 (1), 95-103.
Gjerde, Ø., & Sættem, F. (1999). Causal relations among stock returns and macroeconomic
variables in a small, open economy. Journal of International Financial Markets 9
(1), 61-74.
Gogineni, S. (2007). The Stock Market Reaction to Oil Price Changes. University of
Oklahoma.
Hamilton, J. D. (1983). Oil and macroeconomy since World War II. The Journal of Political
Economy 91 (2), 228-248.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
x
Hamilton, J. D. (1996). This is what happened to the oil price-macroeconomy relationships.
Journal of Monetary Economics 28 (2), 215-220.
Hammoudeh, S., & Li, H. (2004). Risk-Return Relationships in Oil-Sensitive Stock Markets.
Finance Letters 2, 10-15.
Huang, R. D., Masulis, R. W., & Stoll, H. R. (1996). Energy shocks and financial markets.
Journal of Futures Markets 16 (1), 1-27.
Humberto, M. (2010, May 31). Indonesia leaves OPEC, GM downsizes. Diambil kembali
dari Asia Times: http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/JF10Ae03.html
Indonesia: Oil for 2011. (2011). Diambil kembali dari International Energy Agency:
http://www.iea.org/statistics/statisticssearch/report/?&country=INDONESIA&year=
2011&product=Oil
International Energy Agency. (2005). Energy Balances of OECD Countries and Energy
Balances of Non-OECD Countries. Paris: IEA.
International Monetary Fund 2000. (2014, January 30). The impact of higher oil prices on the
global. Diambil kembali dari International Monetary Fund:
<http://www.imf.org/external/pubs/ft/oil/2000/>.
Jimènez-Rodrìguez, R., & Sànchez, M. (2005). Oil price shocks and real GDP growth:
Empirical evidence for some OECD countries. Applied Economics 37 (2), 201-228.
Jogiyanto. (Yogyakarta). Teori Portofolio dan Analisis Investasi . 2003: BPFE.
Jogiyanto, H. M. (2003). Economic value added sebagai variabel yang memoderasi hubungan
antara kebijakan dividen dengan return saham. Diss. Universitas Gadjah Mada.
Jones, C. M., & Kaul, G. (1996). Oil and the stock markets. Journal of Finance 51 (2), 463491.
Jones, C. P. (2000). Investment: Analysis and Management, 7th edition. New York: John
Willey and Sons, Inc.
Jones, D. W., Leiby, P. N., & Paik, I. K. (2004). Oil price shocks and the macroeconomy:
What has been learned since 1996? Energy Journal 25, 1-32.
Lescaroux, F., & Mignon, V. (2008). On the Influence of Oil Prices on Economic Activity
and other Macroeconomic and Financial Variables. OPEC Energy Review 32 (4),
343–380.
Maghyereh, A. (2004). Oil price shocks and emerging stock markets: A generalized VAR
approach. International Journal of Applied Econometrics and Quantitative Studies 1
(2), 27-40.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xi
Mohanty, S., Nandha, M., & Bota, G. (2010). Oil shocks and stock returns: The case of
Central and Eastern European (CEE) oil and gas sector. Emerging Markets Review
11 (4), 358-372.
Mork, K. A., Olsen, O., & Mysen, H. T. (1994). Macroeconomic responses to oil price
increases and decreases in seven OECD countries. Energy Journal 15 (4), 19-35.
Mujahid, M., Ahmed, R., & Mustafa, K. (2007). Does Oil Price Transmit to Emerging Stock
Returns: A case study of Pakistan Economy.
Nandha, & Hammoudeh. (2006). Systematic Risk, and Oil Price and Exchange Rate
Sensitivities in Asia-Pacific Stock Markets.
Nandha, M., & Brooks, R. (2009). Oil Prices and Transport Sector Returns: an International
Analysis. Review of Quantitative Finance and Accounting 33 (4), 393–409.
Nandha, M., & Faff, R. (2008). Does Oil Move Equity Prices? A Global View. Energy
Economics 30, 986-997.
Ono, S. (2011). Oil price shocks and stock markets in BRICs. The European Journal of
Comparative Economics 8 (1), 29-45.
OPEC states declare oil embargo. (t.thn.). Diambil kembali dari history.com:
http://www.history.com/this-day-in-history/opec-states-declare-oil-embargo
Papapetrou, E. (2001). Oil price shocks, stock market, economic activity and employment in
Greece. Energy Economics 23 (5), 511-532.
Park, J., & Ratti, R. A. (2008). Oil price shocks and the stock markets in the U.S. and 13
European countries. Energy Economics 30 (5), 2587-2608.
Pollet, J. (2002). Predicting Asset Returns with Expected Oil Price Changes. Harvard
University.
Reimers. (1992). Comparisons of tests for multivariate cointegration. Statistical papers 33
(1), 335-359.
Sadorsky, P. (1999). Oil price shocks and stock market activity. Energy Economics 21 (5),
449-469.
Sadorsky, P. (2001). Risk factors in stock return of Canadian oil nad gas company. Energy
Economics 21 (1), 17-28.
Sawyer, K. R., & Nandha, M. (2006). How Oil Moves Stock Prices. University of Melbourne.
Seshaiah, S., & Behera, C. (2009). Stock Prices and its Relation with Crude Oil Prices and
Exchange Rates. Applied Econometrics and International Development 9 (1), 149156.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xii
Sriwardani, F. (2009). Pengaruh Indikator Makro Ekonomi Global terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Islamic Index (JII) Menggunakan Vector Auto
Regressive dan Impulse Response Function.
Stern, D. I., & Cleveland, C. J. (2004). Energy and Economic Growth. Rensselaer Working
Papers in Economics 0410.
Wahyudi, S. (2003). Pengukuran Return Saham. Jurnal Ekonomi, Suara Merdeka.
Wakeford, J. J. (2006). The impact of oil price shocks on the South African macroeconomy:
History and prospects. SARB Conference 2006.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Christopher Daniel
NIM
: 212011050
Alamat Asal
: Mekar Sari 36, Bandung, Jawa Barat
Judul Skripsi
: Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal
Indonesia
Riwayat Pendidikan: SD Maria Bintang Laut, Kota Bandung lulus tahun 2005.
SMP Santo Aloysius 2, Kota Bandung lulus tahun 2008.
SMA Santo Aloysius 2, Kota Bandung lulus tahun 2011.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW, Kota Salatiga lulus
tahun 2014.
Riwayat Kursus/Seminar/Pelatihan:
Seminar “Kuliah Umum BRI 2011”, tanggal 5 Oktober
2011,penyelenggara Bank BRI ,tempat di Balairung Utama
UKSW, Salatiga.
Seminar “Nasional Kewirausahaan 2012”, tanggal 7 Maret
2012, penyelenggara FEB UKSW, tempat di Balairung Utama
UKSW, Salatiga.
Seminar “Tantangan Kebutuhan Tenaga Kerja di Perusahaan
Otomotif”, tanggal 8 Oktober 2012, penyelenggara
INDOMOBIL ,tempat di Balairung Utama UKSW, Salatiga.
Seminar “Lead Yourself and Get Your Future”, tanggal 13
Maret 2013, penyelenggara FEB UKSW ,tempat di Balairung
Utama UKSW, Salatiga.
Pelatihan “Sekolah Pasar Modal”, tanggal 21 & 28 Maret
2014, penyelenggara Danareksa, tempat di UKSW, Salatiga.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xiv
LAMPIRAN 1
Hasil VAR pada sektor Industri Dasar
Vector Autoregression Estimates
Included observations: 2607 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
BIND
OIL
BIND(-1)
0.127166
(0.01957)
[6.49839]*
0.005739
(0.00847)
[ 0.67757]
BIND(-2)
-0.058041
(0.01957)
[-2.96607]*
-0.001876
(0.00847)
[-0.22151]
OIL(-1)
-0.090506
(0.04526)
[-1.99970]*
-0.014459
(0.01959)
[-0.73807]
OIL(-2)
-0.028703
(0.04524)
[-0.63450]
0.005009
(0.01959)
[0.25573]
C
0.001829
(0.00109)
[ 1.68160]*
0.000957
(0.00047)
[ 2.03165]*
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*BIND
: Basic Industry and Chemicals Index (sektor Industri Dasar)
*nilai t-tabel: ± 1.9608
*Nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara
signifikan dipengaruhi oleh variabel independent.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xv
LAMPIRAN 2
Hasil VAR pada sektor Aneka Industri
Vector Autoregression Estimates
Included observations: 2607 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
MISC
OIL
MISC(-1)
0.021064
(0.01956)
[ 1.07676]
-0.005878
(0.01257)
[-0.46747]
MISC(-2)
0.000122
(0.01954)
[ 0.00626]
0.031741
(0.01256)
[ 2.52648]*
OIL(-1)
-0.067191
(0.03044)
[ -2.20730]*
-0.014346
(0.01957)
[-0.73315]
OIL(-2)
-0.009103
(0.03046)
[ -0.29889]
-0.037887
(0.01958)
[-1.93517]
C
0.000862
(0.00073)
[ 1.17803]
0.000935
(0.00047)
[ 1.98905]*
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*MISC
: Miscellaneous Index (sektor Aneka Industri)
*nilai t-tabel: ± 1.9608
*Nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara
signifikan dipengaruhi oleh variabel independent.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xvi
LAMPIRAN 3
Hasil VAR pada sektor Industri Barang Konsumsi
Vector Autoregression Estimates
Included observations: 2607 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
CONS
OIL
OIL(-1)
0.076384
(0.04587)
[ 1.66533]
-0.014497
(0.01959)
[-0.74002]
OIL(-2)
-0.092832
(0.04587)
[ -2.02396]*
-0.039481
(0.01959)
[-2.01533]*
CONS(-1)
0.270950
(0.01949)
[13.9037]*
0.006222
(0.00832)
[ 0.74754]
CONS(-2)
0.101048
(0.01947)
[5.18986]*
0.000855
(0.00832)
[ 0.10281]
C
0.002722
(0.00110)
[ 2.46707]*
0.000948
(0.00047)
[ 2.01200]*
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*CONS
: Consumer Goods Index (sektor Industri Barang Konsumsi)
*nilai t-tabel: ± 1.9608
*Nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara
signifikan dipengaruhi oleh variabel independent.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xvii
LAMPIRAN 4
Hasil VAR pada sektor Pertambangan
Vector Autoregression Estimates
Included observations: 2607 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
MING
OIL
OIL(-1)
0.065538
(0.03345)
[ 1.98621]*
-0.015367
(0.01959)
[-0.78442]
OIL(-2)
0.069167
(0.03343)
[ 2.09598]*
-0.038170
(0.01958)
[-1.94946]
MING(-1)
-0.154736
(0.01958)
[-7.90310]*
-0.018803
(0.01147)
[-1.63967]
MING(-2)
0.003411
(0.01957)
[ 0.17426]
-0.006472
(0.01146)
[-0.56457]
C
0.002215
(0.00081)
[ 2.75156]*
0.001013
(0.00047)
[ 2.14795]*
keterangan:
*OIL
: minyak WTI
*MING
: Mining Index (sektor Pertambangan)
*nilai t-tabel: ± 1.9608
*Nilai yang diberi bintang menunjukkan hasil penolakan H0 yang mengindikasikan bahwa variabel dependent akan secara
signifikan dipengaruhi oleh variabel independent.
Goncangan Harga Minyak Dunia Terhadap Pasar Modal Indonesia
xvii
i
Download