komunikasi fatis dalam wacana konsultatif

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KOMUNIKASI FATIS DALAM WACANA KONSULTATIF
PEMBIMBINGAN SKRIPSI
PADA PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Agnes Wiga Rimawati
NIM. 121224032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, Santo Yosef, dan Santa Agnes yang
senantiasa memberikan berkat yang berlimpah kepada saya dalam setiap proses
kehidupan yang telah saya lalui hingga saat ini.
Kedua orang tua saya, Anastasius Wagirin dan Christina Winarni yang selalu
memberikan dukungan dalam bentuk doa dan kasih sayang kepada saya.
Adik saya tercinta Margaretha Aufrida Putranti yang selalu memberikan keceriaan
dan semangat kepada saya agar terus berjuang dalam keadaan apapun.
Teman sepayung saya, Dewi, Markus, Alfon, dan Citra yang selalu memberikan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk bekerja, berdiskusi, dan bercanda bersama yang
luar biasa.
Kekasih tercinta, Andronikus Kresna Dewantara yang tak pernah bosan untuk
mengingatkan dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman PBSI 2012 khususnya kelas A yang sangat saya cintai.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Kalau kamu tidak melakukannya sekarang kapan lagi? Kalau bukan kamu yang
memulai siapa lagi?
(Agnes Wiga Rimawati)
Hidup ini seperti seseorang naik sepeda, untuk menjaga keseimbangan, anda harus
tetap bergerak
(Albert Einstein)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebaat buahnya, hidup di tepi jalan dan
dilempari dengan batu, tetapi membalasnya dengan buah
(Abu Bakar Sibli)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Rimawati, Agnes Wiga. 2016. Komunikasi Fatis dalam Wacana Konsultatif
Pembimbingan Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Semester Genap Tahun
Akademik 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini membahas komunikasi fatis dalam wacana konsultatif
pembimbingan skripsi pada program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma Yogyakartasemester genap tahun akademik 2015/2016. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud kefatisan dalam wacana
konsultatif pembimbingan skripsi, dan (2) mendeskripsikan makna pragmatik
kefatisan dalam wacana konsultatif pembimbingan skripsi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah tuturan dosen dan mahasiswa pada program studi Sastra
Indonesia Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta semester genap tahun akademik
2015/2016, dengan data berupa tuturan yang di dalamnya terdapat kefatisan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi
kepada informan) dengan bekal teori komunikasi fatis. Metode pengumpulan data
menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan diikuti dengan teknik
lanjutan yang berupa teknik catat. Analisis data menggunakan metode padan
ekstralingual untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, yaitu
menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.
Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud kefatisan dalam wacana
konsultatif pembimbingan skripsi pada program studi Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta semester genap tahun akademik 2015/2016 yang
didasarkan pada subkategori acknowledgements (menerima, mengundang,
menolak, terima kasih, salam, selamat, dan meminta maaf) terbagi atas tuturan
fatis murni, basa-basi murni, dan basa-basi polar. (2) Makna pragmatik tuturan
fatis yang dihasilkan dari penelitian ini terbagi dalam 7 subkategori
acknowledgements, yaitu menerima, menolak, mengundang, salam, terima kasih,
selamat, dan berduka cita, untuk menjaga agar percakapan tetap berlangsung,
menarik perhatian lawan bicaaranya, memulai dan mengakhiri percakapan,
memecah kesenyapan, menciptakan keharmonisan dan perasaaan nyaman,
mengungkapkan kesopanan atau kesantunan, dan menyampaikan pesan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan
mengenai komunikasi fatis antara dosen dan mahasiswa. Komunikasi fatis yang
digunakan oleh dosen dan mahasiswa pada pembimbingan skripsi untuk memulai
pembicaraan, mempertahankan komunikasi, dan menyampaikan informasi dengan
melibatkan fungsi sosialnya.
Kata kunci: komunikasi fatis, acknowledgements, penanda linguistik, makna
kefatisan
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Rimawati, Agnes Wiga. 2016. The Phatic Communication in Discourse
Consultative Thesis Mentoring in Indonesian Literature Department in
the Academic Year 2015/2016, Sanata Dharma University. Thesis.
Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
This research describes the phatic communication in discourse
consultative thesis mentoring in Indonesian Literature Department in the
academic year 2015/2016 Sanata Dharma University. The objectives of this
research are to (1) describe the form of phatic communication in the discourse
consultative thesis mentoring and (2) describe the phatic pragmatic meanings in
the discourse consultative thesis mentoring.
This research is categorized into descriptive qualitative research. The data
sources of this research was gained from the lecturers and the students of
Indonesian Literature Department in the second semester in the academic year
2015/2016 Sanata Dharma University. In this research, the researcher used
interview (confirmation to informant) as the instrument with the theory of phatic
communication as the guidance. The gathered data are in the form of speeches
which convey phatic communication. The data collection technique used in this
research is observation method using tapping technique and then followed by
writing technique which is the continuation technique applied in the research. The
data are further analyzed using Metode Padan Ekstralingual to analyze the
ekstralingual elements, which is connecting the language problems with things
beyond the language.
In this research, it can be concluded that (1) the form of phatic
communication in discourse consultative thesis mentoring in Indonesian
Literature Department in the second semester in the academic year 2015/2016
Sanata Dharma University which is based on acknowledgements subcategory
(accepting, inviting, rejecting, thanking, greeting, congratulating, and
apologizing) are divided into several parts, which are pure phatic utterances, pure
pleasantries and polar pleasantries. (2) The pragmatic signification in the phatic
utterances which are resulted from this research is divided into seven
acknowledgment subcategories, which are accepting, rejecting, inviting, greeting,
showing gratitude, congratulating, showing condolences, keeping the conversation
going, attracting the interlocutors, beginning and ending the conversation,
breaking the silence, creating harmony and comfort, expressing politeness or
courtesy and delivering messages.
This research is expected to be able to provide some contributions and
knowledge related to the phatic communication among the lecturers and the
students. The phatic communication is used by the lecturers and the students in
their thesis mentoring to start the conversation, keep the conversation going on,
delivering information by involving the social functions.
Keywords: phatic communication, acknowledgment, linguistic marks, phatic
meanings
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa
memberi berkat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Komunikasi Fatis dalam Wacana Konsultatif Pembimbingan Skripsi
pada Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016”. Skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan,
pendamping, saran, dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sebagai dosen pembimbing yang
dengan bijaksana, sabar, memotivasi dan memberikan berbagai masukan
yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik,
mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan
dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai
selesai.
5. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan
sabar memberikan pelayanan administrative kepada penulis dalam
menyelesaikan berbagai urusan administrasi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Dosen Program Studi Sastra Indonesia dan mahasiswa Prodi Sastra
Indonesia yang telah membantu dan bersedia menjadi narasumber dalam
skripsi ini.
7. Teman-teman sepayung dan teman-teman lain yang selalu mendukung dan
memberi semangat dan doa kepada saya yaitu: Dewi Yulianti, Markus Jalu
Vianugrah, Alfonsus Novendi, Citra Astutiningsih.
8. Seluruh teman-teman PBSI 2012 khususnya kelas A yang telah
berdinamika bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI.
9. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurnagan dalam
penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 1 Agustus 2016
Penulis
Agnes Wiga Rimawati
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................iv
HALAMAN MOTTO ..............................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...................................................vii
ABSTRAK ................................................................................................................viii
ABSTRACT ...............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR..............................................................................................x
DAFTAR ISI.............................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................................6
1.5 Batasan Istilah ......................................................................................................7
1.6 Sistematika Penyajian ..........................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................9
2.1 Penelitian yang Relevan.......................................................................................9
2.2 Landasan Teori.....................................................................................................12
2.2.1 Pragmatik ....................................................................................................12
2.2.2 Fenomena Pragmatik...................................................................................15
2.2.2.1 Deiksis................................................................................................15
2.2.2.2 Praanggapan .......................................................................................16
2.2.2.3 Implikatur...........................................................................................16
2.2.2.4 Kesantunan Berbahasa .......................................................................19
2.2.2.5 Ketidaksantunan Berbahasa ...............................................................20
2.2.2.6 Kefatisan dalam Berbahasa ................................................................22
2.2.3 Konteks sebagai Penentu Makna Pragmatik ...............................................30
2.3 Kerangka Berpikir................................................................................................35
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................36
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................................36
3.2 Data dan Sumber Data .........................................................................................37
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...............................................................38
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data........................................................................39
3.5 Triangulasi Data ...................................................................................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................42
4.1 Deskripsi Data......................................................................................................42
4.2 Analisis Data ........................................................................................................51
4.2.1 Wujud Tuturan Fatis ...................................................................................51
4.2.1.1 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Meminta Maaf .............................52
4.2.1.2 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Menerima.....................................54
4.2.1.3 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Menolak.......................................71
4.2.1.4 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Mengundang ................................75
4.2.1.5 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Selamat ........................................80
4.2.1.6 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Salam ...........................................81
4.2.1.7 Wujud Tuturan Fatis Subkategori Terima Kasih ...............................83
4.2.2 Maksud Tuturan Fatis .................................................................................85
4.2.2.1 Maksud Tuturan Fatis Subkategori Meminta Maaf ...........................86
4.2.2.2 Maksud Tuturan Fatis Subkategori Menerima...................................87
4.2.2.3 Maksud Tuturan Fatis Subkategori Menolak.....................................98
4.2.2.4 Maksud Tuturan Fatis Subkategori Mengundang ..............................102
4.2.2.5 Maksud Tuturan Fatis Subkategori Selamat ......................................106
4.2.2.6 Maksud Tuturan Fatis Subaktegori Salam .........................................107
4.2.2.7 Maksud Tuturan Fatis Subaktegori Terima Kasih .............................108
4.3 Pembahasan..........................................................................................................110
BAB V PENUTUP....................................................................................................118
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................118
5.2 Saran.....................................................................................................................121
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................123
LAMPIRAN..............................................................................................................125
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................146
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini akan memaparkan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Paparan selengkapnya disampaikan berikut ini.
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu melakukan kegiatan
interaksi dengan orang lain. Interaksi yang terjalin antara satu orang dengan yang
lainnya tidak akan tercapai jika penyampai pesan tidak dapat mengirimkan
pesannya dengan baik. Sejalan dengan hal itu, maka diperlukan bahasa untuk
menjembatani interaksi itu.
Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah
kegiatan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Dept. Pend. Nasional, 2008: 721).
Saat berkomunikasi seseorang harus memperhatikan siapa lawan biacaranya,
situasinya formal atau informal, publik atau pribadi, dan siapa yang ikut
mendengarkan kata-kata tersebut, sehingga penutur bahasa bisa memilih kata
yang tepat untuk diujarkan. Saat berkomunikasi seorang penutur biasanya tidak
secara langsung mengungkapkan tujuan utamanya namun melalui pembukaan.
Tujuannya untuk memelihara hubungan penutur dan lawan tutur yang biasa
dikenal dengan istilah basa-basi. Basa-basi itu sejalan dengan fungsi fatis yaitu
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
untuk pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara
dengan penyimak, jadi fungsi fatis ini sejajar dengan faktor kontak awal dalam
komunikasi (Sudaryanto, 1990:12). Halliday (dalam Sudaryanto, 1990: 17)
menyatakan fungsi fatis bisa diartikan dengan fungsi bahasa secara interpersonal
yaitu berkaitan dengan peranan bahasa untuk membangun dan memelihara
hubungan sosial, untuk pengungkapan peranan-peranan sosial, termasuk peranan
komunikasi yang diciptakan oleh bahasa itu sendiri.
Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi, karena melalui bahasa
manusia dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh seseorang.
Bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi adalah bahasa verbal dan
nonverbal. Dalam komunikasi verbal, bahasa yang digunakan penutur bersifat
informatif. Namun, ada juga satu fungsi bahasa yang baru yaitu fungsi fatis.
Fungsi fatis biasanya dilakukan dengan menggunakan ungkapan fatis. Ungkapan
fatis ini tidak bertujuan untuk memberikan informasi seperti layaknya komunikasi
verbal, namun hanya untuk menjaga hubungan sosial antara penutur dan mitra
tutur. Sebagian besar ungkapan fatis merupakan ciri ragam lisan yang pada
umumnya adalah ragam non-standar. Komunikasi fatis selain sebagai fenomena
sosial dan fenomena budaya, juga merupakan fenomena lingual. Menurut para
ahli, fenomena lingual berfungsi sebagai alat indikator atau alat pembuktian
sebuah tuturan yang tergolong dalam tuturan komunikasi fatis.
Vladimir dalam “What is Phatic Communication” (2009) mengatakan
bahwa upaya untuk menimbulkan rasa kesenangan saat berkomunikasi adalah
dengan menggunakan apa yang disebut dengan komunikasi fatis (phatic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
communication). Komunikasi fatis yaitu suatu kondisi dimana komunikasi yang
berlangsung tidak bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berarti
melainkan hanya untuk menimbulkan kesenangan antara pihak yang terliat di
dalamnya semata. Komunikasi fatis mencakup seluruh ruang lingkup komunikasi,
baik di sekolah, pasar, masyarakat, bahkan di kalangan akademis. Komunikasi
fatis biasanya dilakukan melalui komunikasi verbal dan verbal. Bentuk
komunikasi nonverbal adalah sentuhan di pundak atau di punggung lawan bicara
juga dapat mengekspresikan gaya komunikasi fatis. Tubbs dan Sylvia (2009)
mengatakan bahwa komunikasi fatis sangat berguna untuk mempertahankan
kelangsungan hubungan sosial dalam keadaan yang baik dan menyenangkan.
Hubungan yang baik dan menyenangkan ini sangat diperlukan bagi seseorang
untuk mengembangkan kepribadiannya. Komunikasi fatis sangat lekat dengan
pengaruh budaya masing-masing individu. Adanya perbedaan konteks komunikasi
dalam keberagaman komunikasi antar budaya terkadang menjadikan komunikasi
yang berjalan tidak efektif. Hal ini terjadi karena keberagaman budaya yang
melatarbelakangi individu sangat berperan terhadap gaya komunikasi seseorang.
Gaya komunikasi ini juga akan berpengaruh ketika individu berbaur pada saat
menempuh pendidikan. Asumsi tersebut menghantarkan pada satu pemikiran
bahwa komunikasi fatis dapat memunculkan komunikasi yang efektif dalam
interaksi antara penutur dan mitra tutur, baik bersifat pribadi maupun kelompok.
Komunikasi fatis sangat berperan penting dalam menentukan hubungan
antarmanusia. Komunikasi fatis sangat dipengaruhi oleh adanya konteks yang
dapat membangun situasi dan kondisi penutur maupun mitra tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Komunikasi fatis tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat saja, namun juga
dapat terjadi di kalangan akademis, dalam hal ini dosen dan mahasiswa. Penelitian
ini akan mengungkap bagaimana seorang mahasiswa ketika akan melakukan
bimbingan skripsi terlebih dahulu melakukan komunikasi fatis yang bertujuan
untuk menciptakan suasana yang nyaman baik baik mahasiswa itu sendiri maupun
dosen. Selain itu, komunikasi fatis yang terjadi antara dosen dan mahasiswa ini
juga bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam proses pembimbingan
skripsi, karena dengan berkomunikasi fatis mahasiswa dapat mengetahui situasi
dan kondisi yang akan terjadi.
Peneliti mengambil topik tentang komunikasi fatis dalam proses
pembimbingan skripsi ini karena penelitian yang terkait dengan komunikasi fatis
masing sangat jarang diteliti dalam kajian pragmatik. Selain itu, peneliti juga
melihat bahwa komunikasi fatis dapat terjadi dimana saja, maksudnya adalah
komunikasi fatis tidak hanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari saja namun
komunikasi fatis juga dapat terjadi dalam proses pembimbingan skripsi di
program studi manapun. Komunikasi fatis yang terjadi antara dosen dan
mahasiswa pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, penelitian
tentang
komunikasi
fatis
antara
dosen
dan
mahasiswa
pembimbingan skripsi ini sangat menarik untuk diteliti.
dalam
proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah dua rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah wujud komunikasi fatis dalam wacana konsultatif
pembimbingan
skripsi
pada
Program
Studi
Sastra
Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester genap tahun
akademik 2015/2016?
2. Apa sajakah maksud/makna pragmatik dari setiap wujud komunikasi
fatis dalam wacana konsultatif pembimbingan skripsi pada Program
Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
semester genap tahun akademik 2015/2016?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Mendeskripsikan wujud komunikasi fatis dalam wacana konsultatif
pembimbingan
skripsi
pada
Program
Studi
Sastra
Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester genap tahun
akademik 2015/2016.
2. Mendeskripsikan
maksud/makna
pragmatik
dari
setiap
wujud
komunikasi fatis dalam wacana konsultatif pembimbingan skripsi pada
Program
Studi
Sastra
Indonesia
Universitas
Sanata
Yogyakarta semester genap tahun akademik 2015/2016.
Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian komunikasi fatis antara dosen dan mahasiswa dalam proses
pembimbingan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari
pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1.
Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik
khususnya yang berkaitan dengan komunikasi fatis sebagai fenomena
pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki manfaat teoritis karena
memiliki teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dengan memahaminya.
Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam
melakukan kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi dosen dan
mahasiswa untuk membuka serta mempererat hubungan sosial dalam
berkomunikasi. Demikian pula, penelitian ini dapat memberikan masukan
kepada para praktisi terutama bagi dosen dan mahasiswa untuk mengetahui
pentingnya komunikasi fatis dalam proses pembimbingan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tentu saja tidak lepas dari
teori komunikasi fatis dan teori lain yang mendukung dalam penelitian ini. Maka
peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut:
1. Pragmatik
Yule (2006) mendefinisikan pragmatik adalah studi tentang maksud.
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan
ditafsirkan oleh pendengar.
2. Konteks
Rahardi (2005: 51) mendefinisikan konteks sebagai semua latar belakang
pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur
serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan
penutur itu dalam proses bertutur.
3. Fatis
Fatis merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menamai suatu
kategori kata. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai,
mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara penutur dan mitra
tutur (Kridalaksana 1986).
4. Komunikasi
Komunikasi manusia adalah proses melalui mana individu dalam
hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat membuat dan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
informasi untuk berhubungan satu sama lain dan dengan lingkungan (Ruben
dan Stewart, 2013).
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I
pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II kajian
pustaka berisi penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Bab
III metodologi penelitian berisi jenis penelitian, data dan sumber data, metode dan
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV berisi
hasil
penelitian
dan
pembahasan
kefatisan
dalam
wacana
konsultatif
pembimbingan skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta semester genap tahun akademik 2015/2016. Bab V berisi
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tentang penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik
sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi teoriteori yang dijadikan pisau analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori
pragmatik, fenomena-fenomena pragmatik, dan konteks sebagai penentu makna
pragmatik. Kerangka berpikir berisi deskripsi alur proses berpikir yang menjadi
dasar penyusunan skripsi.
2.1 Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai acuan agar penelitian bisa
tercipta lebih baik lagi. Acuan untuk peneliti ini menggunakan pernelitian
terdahulu yang berjudul “Basa-Basi Berbahasa Antara Keluarga Kesultanan dan
Masyarakat di Lingkungan Keraton Yogyakarta” ditulis oleh Nurahman (2015),
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penelitian tersebut
membahas basa-basi linguistik dan nonlinguistik berbahasa yang dituturkan antara
keluarga kesultanan keratin Yogyakarta dan masyarakat di lingkungan keratin
Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud basabasi dalam berbahasa, (2) mendeskripsikan penanda basa-basi linguistik dan
nonlinguistik dalam berbahasa, dan (3) mendeskripsikan makna basa-basi dalam
berbahasa yang digunakan antara keluarga kesultanan Keraton Yogyakarta dan
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
masyarakat di lingkungan keraton Yogyakarta. Penelitian tersebut adalah
penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah keluarga
kesultanan keraton Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun penutur
untuk menyampaikan maksud tuturannya.
Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) wujud basa-basi linguistik dapat
dilihat dari tuturan keluarga kesultanan dan masyarakat yang terdiri dari meminta
maaf, simpati, memberi salam, berterima kasih, meminta, menerima dan menolak.
Lalu wujud basa-basi nonlinguistik dilihat berdasarkan konteks yaitu penutur,
mitra tutur, situasi, suasana, dan tujuan tutur; (2) penanda basa-basi linguistik
yang ditemukan berupa nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Penanda basa-basi
nonlinguistik dapat dilihat berdasarkan konteks tuturan yang berupa penutur dan
mitra tutur, situasi dan suasana, dan tujuan tutur, dan (3) maksud basa-basi
berbahasa yaitu a) meminta maaf, menghormati mitra tutur b) simpati,
memperdulikan mitra tutur c) memberi slaam, menyenangkan mitra tutur d)
berterimakasih menyenangkan mitra tutur e) meminta menghormati mitra tutur f)
menerima menghargai mitra tutur g) menolak, memberikan rasa sungkan.
Penelitian kedua yaitu tentang “Basa-Basi dalam Berbahasa Antara Guru
dan Siswa di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014” ditulis oleh
Lundiarti (2014), Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian tersebut membahas tentang wujud basa-basi, dan maksud basa-basi
dalam berbahasa di dalam ranah pendidikan. Tujuan dari penelitian tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud
basa-basi berbahasa antara guru dan siswa di SMP N 12 Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014. Penelitian tersebut termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Simpulan dari penelitian tersebut adalah (1) wujud basa-basi berbahasa
antara guru dan siswa di SMP N 12 Yogyakarta adalah basa-basi salam, basa-basi
terima kasih, basa-basi meminta, basa-basi menolak, basa-basi menerima, basabasi meminta maaf, basa-basi belasungkawa, dan basa-basi selamat. (2) Maksud
basa-basi berbahasa antara guru dan siswa adalah untuk menyela aktivitas,
menjaga sopan santun, menghargai, menjaga hubungan baik, menyapa, memulai,
mempertahankan, mengukuhkan, serta untuk menyampaikan berbagai maksud
lainnya.
Dari kedua penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Kedua penelitian
yang relevan tersebut mengkaji objek yang sama yaitu basa-basi berbahasa, dan
keduanya juga memiliki rumusan masalah yang hampir sama, namun pada
penelitian yang dilakukan oleh Fajar Nurahman terdapat satu rumusan masalah
lagi yaitu tentang penanda basa-basi. Akan tetapi, subjek penelitian dari kedua
penelitian yang relevan tersebut berbeda. Pada penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang relevan tersebut,
penelitian ini akan meneliti tentang komunikasi fatis yang terjadi di ranah
pendidikan dengan subjek penelitian yaitu dosen dan mahasiswa yang sedang
melakukan proses pembimbingan skripsi di Program Studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dalam penelitian tentang komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
fatis ini dibatasi pada percakapan basa-basi yang dilakukan oleh dosen dan
mahasiswa, maka kedua penelitian tentang basa-basi berbahasa tersebut dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengkaji fenomena basa-basi berbahasa dan
komunikasi fatis yang muncul dalam percakapan dosen dan mahasiswa dalam
proses pembimbingan skripsi yang belum banyak untuk diteliti.
2.2 Landasan Teori
Peneliti akan memaparkan beberapa materi yang terkait dengan judul
penelitian. Materi-materi tersebut akan dipergunakan sebagai pedoman dalam
pengerjaan penelitian ini. Teori yang digunakan peneliti dalam penelitiannya
yaitu:1) pragmatik, 2) fenomena pragmatik, 3) kesantunan berbahasa, 4)
ketidaksantunan berbahasa, 5) basa-basi berbahasa, 6) konteks sebagai penentu
makna pragmatik.
2.2.1
Pragmatik
Pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang
tergramatikaliasasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa (Levinson, 1983:9).
Selain itu, Levinson juga mencatat sejumlah definisi mengenai pragmatik dari
berbagai sumber antara lain: Pragmatik merupakan suatu istilah yang
mengesankan bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek
pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas (Searle,
Kiefer, dan Bierwisch, 1980: viii). Topik pragmatik adalah beberapa aspek yang
tidak dapat dijelaskan dengan acuan langsung pada kondisi sebenarnya dari
kalimat yang dituturkan (Gazdar, 1979: 2). Pragmatik adalah kajian antara lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur
wacana (Stalnaker, 1972). Mengenai definisi pragmatik yang bervariasi, Levinson
mengatakan bahwa beranekaragamnya definisi pragmatik tersebut bukanlah
sesuatu yang janggal atau sesuatu yang perlu dirisaukan karena satu definisi sering
tidak sepenuhnya memuaskan (Nadar, 2009: 4-6).
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik memungkinkan orang dapat masuk ke
dalam suatu analisis. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa
seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi
mereka, maksud atau tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan (sebagai contoh
dalam hal ini: permohonan) yang mereka perlihatkan ketika mereka sedang
berbicara (Yule, 2006: 5).
Misalnya ada dua orang teman yang sedang bercakap-cakap mungkin
menyatakan secara tidak langsung beberapa hal dan menyimpulkan suatu hal lain
tanpa memberikan bukti linguistic apa pun yang dapat kita tunjuk sebagai sumber
‘makna’ yang jelas atau pasti tentang apa yang sedang disampaikan. Seorang
mitra tutur mendengar penutur dan ia tahu apa yang dikatakan, tetapi ia ‘tidak
tahu’ (tidak mempunyai) gagasan apa yang dikomunikasikan oleh penutur. Jadi
pragmatik itu menarik karena melibatkan bagaimana orang saling memahami satu
sama lain secara linguistic, tetapi pragmatik dapat juga merupakan ruang lingkup
studi yang mematahkan semangat karena studi ini mengharuskan kita untuk
memahami orang lain dan apa yang ada dalam pikiran mereka (Yule, 2006: 5-6).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cruse dalam Cumming (2007: 2-6) mengatakan bahwa pragmatik dapat
dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui
bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam
bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul secara
alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara
konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Masingmasing kata yang dicetak miring dalam kutipan di atas memasukkan berbagai
pertimbangan yang benar-benar bersifat muldisipliner ke dalam definisi pragmatik
ini.
Rahardi (2003: 10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari
linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam
struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan
sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya
ekstralinguistik atau luar bahasa. George (1964) dalam Rahardi (2003: 12) telah
menunjukkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang
makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan
tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap
tanda atau lambang bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu
bereaksi dengan aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya.
Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan
ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu dari
unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan lingkungan di mana
tuturan itu terjadi. Kajian ilmu pragmatik sangat dipengaruhi oleh konteksnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik sangatlah penting dalam kajian ilmu
kebahasaan.
2.2.2
Fenomena Pragmatik
Fenomena pragmatik yang telah ada sampai saat ini ada empat yaitu (1)
deiksis, (2) praanggapan, (3) tindak tutur, dan (4) implikatur percakapan.
2.2.2.1 Deiksis
Kata deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti “hal
penunjukkan secara langsung”. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila
referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat
dituturkannya kata itu (Purwo: 1983 dalam Nadar, 2009: 54). Seorang penutur
yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali mengggunakan kata-kata yang
menunjukkan baik pada orang, waktu maupun tempat. Kata-kata yang lazim
disebut dengan deiksis tersebut berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga
keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan
tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur.
Purwo (1990: 17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang
adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang
tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kereta, kursi di tempat manapun, pada
waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata
saya, sini, sekarang barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada
waktu kapan kata-kata itu diucapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.2.2 Praanggapan/Presuposisi
Pada mulanya presuposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik,
namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian
presuposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka.
Levinson (1983: 169) dalam Nadar (2009: 64) menyatakan bahwa presuposisi
pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktorfaktor konteks, dan membedakan terminologi presuposisi menjadi dua macam.
Pertama, kata “presuposisi” sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa
Inggris sehari-hari, serta kata “presuposisi” sebagai terminologi teknis dalam
kajian pragmatik. Dibandingkan dengan luasnya makna presuposisi secara umum
dalam pengguanaan sehari-hari, makna presuposisi dalam pragmatik related lebih
sempit. Presuposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi
pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik (Nadar, 2009:
64-64).
2.2.2.3 Implikatur Percakapan
Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975) untuk
memecahkan persoalan makna bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori
semantik biasa. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan
atau apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang
dinyatakan secara harfiah (Brown dan Yule dalam Rani, 2006: 170). Sebagai
contoh, kalau ujaran Panas di sini bukan? Maka secara implisit penutur
menghendaki agar mesin pendingin dihidupkan atau jendela dibuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Menurut Grice (1975 dalam Rani, 2006: 171), dalam pemakaian bahasa
terdapat implikatur yang disebut implikatur konvensional, yaitu implikatur yang
ditentukan oleh ‘arti konvensional kata-kata yang dipakai’. Contoh untuk
implikatur konvensional adalah sebagai berikut.
“Dia orang Madura karena itu dia pemberani.”
Pada contoh tersebut, penutur tidak secara langsung menyatakan bahwa suatu ciri
(pemberani) disebabkan oleh ciri lain (jadi orang Madura), tetapi bentuk ungkapan
yang dipakai secara konvensional berimplikasi bahwa hubungan seperti itu ada.
Kalau individu yang dimaksud itu orang Madura dan tidak pemberani,
implikaturnya yang keliru, tetapi ujarannya tidak salah.
Konsep implikatur percakapan diturunkan dari asas umum percakapan
ditambah sejumlah prinsip (maxims) yang biasanya dipatuhi para penutur.
Implikatur percakapan itu mengutip prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama,
yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling berkait
(Grice dalam Rani, 2006: 171). Dalam penerapannya, prinsip kerjasama tersebut
ditopang oleh seperangkat asumsi yang disebut prinsip-prinsip percakapan, yaitu:
prinsip kuantitas: berikan sumbangan anda seinformatif yang diperlukan (dengan
tujuan pertukaran yang sekarang), jangan memberikan sumbangan informasi yang
melebihi yang dibutuhkan; prinsip kualitas: jangan mengatakan sesuatu yang anda
yakini tidak benar dan jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya
kurang
meyakinkan;
prinsip
hubungan:
usahakan
perkataan
anda
ada
relevansinya; prinsip cara: hindari peryataan-peryataan yang samar, hindari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ketaksaan, usahakan agar ringkas, dan usahakan agar berbicara dengan teratur
(Grice dalam Rani, 2006: 172).
Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak sematamata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari
tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingkatkan mitra tutur bahwa sang
ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesuatu
terhadapny apabila ia terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu
mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras, sangat kejam dan
sering marah-narah pada anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur,
hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak
dituturkan itu bersifat tidak mutalk. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan
pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut (Rahardi,
2005: 43).
2.2.2.4 Kesantunan Berbahasa
Ketika seseorang sedang berkomunikasi, hendaknya di samping baik dan
benar juga santun. Kaidah kesantunan dipakai dalam setiap tindak bahasa. Ketika
seseorang sedang menyampaikan maksud ingin meminta tolong pada orang lain,
hendaknya maksud tersebut disampaikan menggunakan bentuk santun. Bahkan
agar pemakaian bahasa terasa semakin santun, penutur dapat berbahasa
menggunakan bentuk-bentuk tertentu yang dapat dirasakan sebagai bahasa santun
seperti menggunakan tuturan tidak langsung, pemakaian bahasa dengan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kias, ungkapan memakai gaya bahasa penghalus, tuturan yang dikatakan berbeda
dengan yang dimaksud, tuturan yang dikatakan secara implisit.
Bahasa dan perilaku seseorang akan dilihat menggunakan tolok ukur
kesantunan pemakaian bahasa. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa
verbal maupun bahasa nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang berupa
rangkaian kata-kata atau tuturan yang membentuk wacana/teks baik lisan maupun
tertulis. Sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang dinyatakan berupa
tindakan, kinestik, kinestetik, gesture, nada, mimik, dan sebagainya ketika
seseorang sedang mengaktualisasi diri. Santun tidaknya pemakaiaan bahasa dapat
dilihat setidaknya dari dua hal, yakni pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa.
Kesanggupan memilih kata seorang penutur dapat menjadi salah satu penentu
santun-tidaknya bahasa yang digunakan. Pilihan kata yang dimaksud adalah
ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan makna dan maksud dalam
konteks tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu pada mitra tutur.
Kesantunan sendiri memiliki faktor penentu kesantunan. Faktor penentu
kesantunan adalah segala hal yang dapat memengaruhi pemakaian bahasa menjadi
santun atau tidak santun. Aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal lisan,
antara lain aspek intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara),
aspek nada bicara (berkaitan dengan suasana emosi penutur), faktor pilihan kata,
dam faktor struktur kalimat. Selain aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal
lisan, ada pula aspek penentu kesantunan dalam bahasa verbal tulis. Faktor
penentu kesantunan yang dapat diidentifikasi dari bahasa verbal tulis, seperti
pilihan kata yang berkaitan dengan nilai rasa, panjang pendeknya struktur kalimat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
ungkapan, gaya bahasa, dan sebagainya. Selain itu ada juga faktor penentu
kesantunan dari aspek nonkebahasaan berupa pranata sosial budaya masyarakat.
Ketika seseorang berkomunikasi tidak hanya menggunakan bahasa (verbal
maupun nonverbal), tetapi juga memperhatikan faktor nonkebahasaan, yaitu
pranata sosial budaya masyarakat (Pranowo, 2009: 76-79).
2.2.2.5 Ketidaksantunan Berbahasa
Terkourafi (2008 dalam Jurnal Rahardi dkk. 2014) memandang
ketidaksantunan berbahasa sebagai berikut, ‘impoliteness occurs when the
expression used is not conventionalized relative to the context of occurrence; it
threatens the addressee’s face but no face-threatening intention is attributed to
the speaker by the hearer’. Perilaku berbahasa tidak santun dalam pandangan
Terkourafi terjadi jika mitra tutur (addressee) merasakan adanya ancaman
terhadap kehilangan muka (face threaten), dan penutur (speaker) tidak
mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya. Berbeda dengan
pandangan Locher (2008:3), ketidaksantunan berbahasa merupakan perilaku
berbahasa yang memperburuk ‘muka’ mitra tutur pada konteks kebahasaan
tertentu.
Maka dari itu, ketidaksantunan berbahasa itu menunjukkan pada perilaku
‘melecehkan’ muka. Pemahaman lain yang berkaitan dengan definisi Locher
tentang ketidaksantunan berbahasa adalah bahwa tindakan tersebut sesungguhnya
bukanlah sekadar perilaku yang ‘melecehkan muka’, melainkan perilaku yang
‘memain-mainkan
muka’.
Oleh
karena
itu,
dapat
disimpulkan
bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher adalah tindak berbahasa
yang bersifat melecehkan dan memain-mainkan muka pada konteks tertentu
sebagaimana dilambangkan dengan makna kata ‘aggravateI’ itu.
Pemahaman Culpeper (2008 dalam Jurnal Rahardi dkk. 2014: 152) tentang
ketidaksantunan berbahasa dapat disebutkan sebagai berikut, ‘impoliteness, as I
would define it, involves communicate behavior intending to cause the “face loss”
of a target or perceived by the target to be so’. Culpeper memberikan penekanan
pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’. Sebuah tuturan dianggap tidak
santun jika tuturan itu menjadikan muka seseorang hilang.Jadi, ketidaksantunan
berbahasa merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara internasional
untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya
orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka.
Bousfield (2008: 3) mengemukakan bahwa ketidaksantunan berbahasa
sebagai berikut: “…the issuing of intentionally gratuitous and conflictive facethreatening acts (FTAs) that are purposefully performed”. Bousfield memberikan
penekanan pada dimensi ‘kesembronoan’ dan dimensi konfliktif (conflictive)
dalam praktik berbahasa yang tidak santun.Jadi, apabila perilaku berbahasa
seseorang itu mengancam muka dan dilakukan secara sembrono (gratuitous) yang
mengakibatkan konflik atau bahkan kesengajaan (purposeful), tindakan berbahasa
itu merupakan relitas ketidaksantunan dalam praktik berbahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.2.6 Kefatisan dalam Berbahasa
Komunikasi fatis adalah komunikasi yang bertujuan untuk menimbulkan
kesenangan diantara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya (Devito, 2012 dalam
jurnal Ramadanty, 2014). Komunikasi fatis dalam bahasa Inggris disebut juga
small talk atau chit chat. Orang-orang menyadari bahwa beberapa ungkapan
seperti, “Hari yang cerah, bukan?” dan “bagaimana dengan liburanmu?” adalah
percakapan yang bersifat sosial. Mereka juga memahami cara melakukan
komunikasi fatis tertentu yang mempersyaratkan terlibatnya mental dan memakan
waktu.
Malinowski (1923) dalam skripsi Jayanti (2010: 9) mengatakan terdapat
suatu fungsi bahasa dalam percakapan yang bebas, tanpa tujuan atau maksud
tertentu. Misalnya dalam situasi beberapa orang di sela-sela waktu istirahat kerja
mereka, duduk di sekeliling api unggun melakukan pembicaraan ringan yang tidak
ada hubungannya dengan apa yang sedang mereka lakukan atau bergosip.
Pembicaraan ringan yang mereka lakukan antara lain mengenai kondisi kesehatan,
mengomentari cuaca, dan penegasan terhadap sesuatu yang sudah jelas.
Percakapan
tersebut
tidak
bertujuan
untuk
bertukar
informasi
atau
mengungkapkan perasaan melainkan hanya untuk memecah kebisuan dan
merupakan tahap awal untuk memulai komunikasi dengan seseorang.Bentuk
komunikasi baru ini oleh Malinowski disebut phatic communion. Menurut
Malinowski, phatic communion merupakan tipe ujaran yang mengikat suatu
komunitas yang tercipta melalui pertukaran kata-kata. Tujuan mendasar dari tipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ujaran ini adalah untuk memenuhi fungsi sosial dan sama sekali tidak memiliki
fungsi untuk bertukar informasi atau bertukar pikiran.
Kridalaksana (1986: 111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan
yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Malinowski dalam tesis Arimi
(1998) mendefinisikan phatic communion atau basa-basi digunakan dalam
suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang
disertai dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang
menyenangkan.
Arimi (1998: 95) mengatakan bahwa secara praktis basa-basi didefinisikan
sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi
secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan
kata lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya
mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Basa-basi
memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dalam berkomunikasi. Dalam
penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi ini tentulah bukan isi pembicaraan
tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan
gerak atau sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dilazimkan dalam
sesuatu masyarakat bahasa. Di Indonesia sering terjadi basa-basi ketika seseorang
bertemu dengan orang lain yang mungkin dikenalnya dan kemudian menanyakan
“Hendak kemana?”. Biasanya dalam hal ini si penanya tidak mempunyai minat
untuk mengetahui hendak kemana orang yang ditanya itu, pertanyaan tadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sebenarmua hanya untuk mempertahnkan hubungan baik antara si penutur dan
lawan tutur.
Arimi (1998) membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat
bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu
basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni
digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi
keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang
berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak
sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi
menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini
contoh pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar.
Karyawan : “Selamat siang pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Direktur
: “Siang. Mana data yang saya minta diserahkan hari ini?
Konteks
: seorang karyawan memasuki ruang direkturnya.
Basa-basi tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan saat berjumpa.
Tuturan yang dipakai adalah selamat siang. Ungkapan selamat siang dipakai
secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas
siang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berbeda dengan basa-basi murni, dalam basa-basi polar orang harus
memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut contoh dari basa-basi polar.
Tuan rumah
: Mari makan.
Tamu
: Saya baru saja (makan) Pak, Bu, terima kasih.
Konteks
: seseorang bertamu saat tuan rumah dan keluarganya
sedang makan.
Tuturan tuan rumah mari makan menunjukkan tuturan yang tidak
sebenarnya karena tuan rumah melihat tamu datang saat mereka makan. Sebagai
sopan santun tuan rumah menawarkan makan pada tamu tersebut dan bukan
bersungguh-sungguh menawarkan makanan. Tuturan tamu saya baru sajamakan
menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya. Tuturan sang tamu bukan
bersungguh-sungguh meyakinkan tuan rumah bahwa dia sudah makan, melainkan
hanya untuk sopan santun menolak untuk makan bersama tuan rumah.
Basa-basi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak
antara pembicara dengan penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements.
Acknowledgements merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan
perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran
berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi criteria
harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu. Tuturan
yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut: apologize (meminta
maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan atas peristiwa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
terjadi pada diri sendiri; condole (belasungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresikan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada orang lain;
congratulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan
kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain; great (memberi salam)
yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang;
thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih
karena mendapat bantuan; bid (mengundang) yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa
depan seseorang akan terjadi; accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk
menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutu; dan reject (menolak) yaitu
fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur.
Kategori fatis menurut Kridalaksana (1986: 111-113) adalah kategori yang
bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks
dialog atau wawancara bersambut, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh
pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam
lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka
kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang
banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Bentuk dan kategori
fatis tersebut terbagi atas: ah yang bertugas menekankan rasa penolakan atau acuh
tak acuh; ayo bertugas menekankan ajakan, ayo juga mempunyai variasi yo bila
diletakkan di akhir kalimat. Ayo juga bervariasi dengan ayuk dan ayuh; deh
digunakan untuk menekankan: pemaksaan dengan membujuk, pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
persetujuan, pemberian garansi, dan sekedar penekanan. Bentuk fatis dong
digunakan untuk: menghaluskan perintah dan menekankan kesalahan lawan
bicara. Selain itu ada bentuk fatis ding yang bertugas menekankan pengakuan
kesalahn pembicara. Bentuk fatis halo digunakan untuk: memulai dan
mengukuhkan pembicaraan di telepon dan menyalami kawan bicara yang
dianggap akrab.
Bentuk fatis kan yang apabila terletak pada akhir kalimat atau awal
kalimat, maka kan merupakan kependekan dari kata bukan atau bukankah,
tugasnya ialah menekankan pembuktian, namun apabila kan terletak di tengah
kalimat, maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan. Selain
itu, ada pula bentuk fatis kek mempunyai tugas: menekankan pemerincian,
menekankan perintah, dan menggantikan kata saja. Bentuk fatis kok bertugas
menekankan alasan dan pengingkaran, kok dapat juga bertugas sebagai pengganti
kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat. Ada pula bentuk
fatis –lah yang bertugas menekankan kalimat imperatif, dan penguat sebutan
dalam kalimat. Bentuk fatis lho bila terletak di awal kalimat, bersifat seperti
interjeksi yang menyatakan kekagetan, dan bila terletak di tengah atau di akhir
kalimat, maka lho bertugas menekankan kepastian.
Bentuk fatis mari, juga terdapat dalam kategori fatis yang bertugas untuk
menekankan ajakan. Bentuk fatis nah yang selalu terletak pada awal kalimat,
memiliki tugas untuk meminta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal
lain. Berbeda dengan bentuk fatis nah, bentuk fatis pun selalu tertelak di ujung
konstituen pertama kalimat dan bertugas menonjolkan bagian tersebut. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ada pula bentuk fatis selamat yang diucapkan kepada kawan bicara yang
mendapatkan atau mengalami sesuatu yang baik. Bentuk fatis sih memiliki tugas
yang menggantikan tugas –tah, dan –kah, sebagai makna ‘memang’ atau
‘sebenarnya’, dan menekankan alasan. Bentuk fatis toh bertugas menguatkan
maksud, ada kalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi. Bentuk fatis ya
bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara,
bila dipakai pada awal ujaran, meminta persetujuan atau pendapat kawan bicara,
bila dipakai pada akhir ujaran. Bentuk fatis terakhir yang termasuk dalam kategori
fatis menurut Kridalaksana adalah bentuk fatis yah yang digunakan pada awal
atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah pada akhir ujaran, untuk
mengungkapkan
keragu-raguan
atau
ketidakpastian
terhadap
apa
yang
diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam kalimat sebelumnya.,
bila bentuk fatis yah dipakai pada awal ujaran, atau keragu-raguan atau
ketidakpastian atas isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila dipakai di
tengah ujaran.
2.2.3
Konteks sebagai Penentu Makna Pragmatik
Istilah konteks didefinisikan oleh Mey (1993) dalam Nadar (2009: 3-4)
sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the
communication process to interact, and that make the linguistic expressions of
their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam arti luas yang
memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat
ujaran mereka dapat dipahami”).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Konteks ini didefinisikan
oleh Leech (1983) dalam Nadar (2009: 6) sebagai background knowledge
assumed to be shared by s and h and which contributes to h’s interpretation of
what s means by a given utterance (“latar belakang pemahaman yang dimiliki
oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi
mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan
tertentu”) (s berarti speaker “penutur”; h berarti hearer “lawan tutur”). Dengan
demikian, konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial
sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh
penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna
tuturan.
Konteks mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian
lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latarbelakang
sosial budaya dari masyarakat bahasa itu. Demikianlah umpamanya kata Pancasila
tidak dapat dipahami dengan baik tanpa memahami masyarakat Indonesia di
bidang ketatanegaraan, sosial politik, sistem kepartaian dan lain sebagainya. Bila
kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku umpamanya, kadang-kadang
kita kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan.
Dapat dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata
yang digunakan dalam buku itu. Tentu banyak kata-kata dalam sebuah bahasa
yang dapat kita pahami tanpa mengenal konteksnya, akan tetapi ada istilah-istilah
atau kata-kata yang sulit memahaminya tanpa memahami konteksnya. Untuk
mempelajari suatu bahasa yang bukan bahasa ibu kita, pengetahuan akan konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dan situasi ini amat diperlukan. Sebagai contoh kata diamankan yang sering
digunakan di masa-masa sesudah Gestapu di sekitar tahun 1965 dan 1966, sering
berarti ditangkap, ditahan dan sebagainya. Pengertian itu erat hubungannya
dengan konteks dan situasi yang berlaku pada waktu itu. Konteks itu bisa berupa
bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat memperngaruhi arti bahasa itu.
Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai
salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa (Anwar, 1984:
44).
Asumsi-asumsi (a set of assumptions) sebagai substansi pokok konteks
pragmatik tidak selalu diungkapkan oleh sejumlah pakar pragmatik. Yan Huan
dalam makalah Rahardi (2015: 18) mengatakan bahwa konteks dalam pragmatik
itu dapat dimaknai dengan mengacu kepada hal-hal yang terkait dengan seting
atau lingkungan dinamis tempat entitas kebahasan digunakan sistematis. Beliau
mengatakan juga bahwa konteks dimaknai sebagai ‘pengetahuan umum’ atau
‘pengetahuan bersama’ yang lebih dijelaskan lagi sebagai ‘a set of background
assumptions shared by the speaker and the addressee’ atau ‘seperangkat latar
belakang asumsi yang dimiliki bersama oleh penututr dan mitra tutur’. Rahardi
(2011) juga mengatakan bahwa hakikat konteks pragmatik itu bukanlah konteks
fisik (physical context) dan konteks linguistik (linguistic context), melainkan
konteks berupa pengetahuan umum (general knowledge context), yang selanjutnya
dimaknai pula sebagai seperangkat latar belakang asumsi yang dimiliki bersama
oleh penutur dan mitra tutur (general knowledge shared). Frasa ‘generaal
knowledge shared’ atau ‘a set of assumptions shared’, berarti bahwa pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bersama atau seperangkat asumsi itu harus dimiliki bersama-sama baik oleh
penutur maupun mitra tutur, tidak boleh hanya dimiliki oleh satu pihak saja.
Asumsi yang hanya dimiliki oleh oleh satu pihak saja sama sekali tidak
membentuk konteks dan tidak berkontribusi apa pun dalam proses pemaksudan.
Dikatakan demikian karena asumsi yang hanya dimiliki sepihak itu justru dapat
menghadirkan kesenjangan (discrepancy) yang menghasilkan kesalahpahaman.
Sebaliknya asumsi-asumsi yang dimiliki secara bersama dapat menjamin interaksi
berkat adanya semacam peririsan yang sama-sama dikontribusikan baik oleh
penutur maupun mitra tutur dalam komunikasi. Asumsi-asumsi yang hadir dalam
peririsan sebagai hakikat konteks pragmatik itu dapat mencakup dua kategori
yakni asumsi berkategori komunal dan asumsi berkategori personal. Kedua
asumsi dalam berkomunikasi itulah yang dapat dimaknai sebagai hakikat konteks
pragmatik. Rahardi dalam makalahnya (2015: 20) menegaskan bahwa kejatian
dan kehadiran kontekslah yang menjadikan interaksi terjadi antara pentur dan
mitra tutur. Dengan perkataan lain dapat ditegaskan pula bahwa hanya karena
adanya asumsi-asumsi tertentu yang hadir dalam entitas konteks yang sifatnya
tertentu sajalah interaksi itu akan dapat dibangun. Dengan demikian dapat
ditegaskan juga bahwa syarat terjadinya interaksi itu adalah konteks, dan di dalam
konteks terdapat substansi hakiki yang berupa seperangkat asumsi (a set of
assumptions), baik itu asumsi-asumsi atau common ground yang berdimensi
personal maupun komunal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.3 Kerangka Berpikir
Komunikasi fatis merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik.
Komunikasi fatis muncul dari perkembangan penggunaan bahasa oleh masyarakat
sebagai bentuk bahasa yang digunakan untuk memulai atau mempertahankan
hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur dalam kehidupan sehari-hari.
Komunikasi fatis dapat terjadi dalam berbagai macam ranah, yang mana salah
satunya adalah ranah pendidikan. Komunikasi fatis yang berkembang dalam ranah
tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor, karena ranah pendidikan juga
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia sehingga tentu selalu
melibatkan proses komunikasi, termasuk komunikasi fatis itu sendiri. Hal tersebut
menjadi kajian penelitian ini, yang khususnya mengkaji komunikasi fatis dalam
wacana konsultatif pembibingan skripsi pada program studi Sastra Indonesia
semester genap tahun akademik 2015/2016 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan teori-teori komunikasi fatis dan beberapa teori
lain yang digunakan untuk mendukung tuturan fatis dalam wacana konsultatif
antara dosen dan mahasiswa. Pertama, Malinowski (1923: 315) dalam tesis Arimi
mendefinisikan phatic communion sebagai “a type of speech in which ties of union
are created by a mere exchange of word”. Phatic communion memiliki fungsi
sosial. Phatic communion digunakan dalam susasana ramah tamah dan dalam
ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Kedua, Jackobson (1980) mendefinisikan basa-basi tuturan yang dipergunakan
untuk
memulai,
mempertahankan,
atau
memutuskan
komunikasi
untuk
memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan menarik perhatian lawan bicara
atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan.
Ketiga, Kridalaksana (1986: 111) mendefinisikan kategori fatis sebagai
kategori
yang
bertugas
memulai,
mempertahankan,
atau
mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis
merupakan ciri ragam lisan, karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam
nonstandar, maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat nonbaku yang
banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.
Keempat, Anwar (1984: 46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan
sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk
mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya
digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu
masalah, untuk membujuk, merayu, dan sebagainya.
Kelima, Arimi (1998: 171) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi menjadi
dua, yaitu basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan
yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul. Dengan
kata lain, apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang dipakai dalam basa-basi murni seperti: selamat siang, selamat datang, terima
kasih, pamit, dan sebagainya. Sedangkan basa-basi polar yaitu tuturan yang
berlawanan dengan realitasnya, di mana orang harus memilih tuturan yang tidak
sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Keenam, basa-basi dapat dikatakan termasuk tindak tutur ilokusi komunikatif.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa fungsi basa-basi yang termasuk klasifikasi
tindak tutur ilokusi komunikatif, berdasarkan klasifikasi tindak tutur ilokusi
menurut Ibrahim (1993: 16). Klasifikasi tindak tutur komunikatif mencangkup
tindak tutur konstantif, direktif, komisif, dan acknowledgements. Basa-basi
termasuk dalam acknowledgements. Hal itu dikatakan demikian karena
acknowledgements merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan
perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran
berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria
harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir berdasarkan hal-hal yang telah
dipaparkan:
Komunikasi Fatis dalam Kajian
Pragmatik
Teori
Malinowski
Jackobson
Kridalaksana
Anwar
Arimi
Ibrahim
Metode Penelitian Kualitatif
Metode dan Teknik Pengumpulan Data:
Metode Simak dan Metode Cakap dengan
Teknik Catat
Metode dan Teknik Analisis Data:
Metode Padan Ekstralingual dengan Teknik
Dasar dan Teknik Lanjutan
Hasil Penelitian
Wujud Kefatisan dalam Ranah
Pendidikan
Maksud Kefatisan dalam Ranah
Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan metode penelitian. Hal-hal yang
berkaitan dengan metode penelitian yaitu jenis penelitian, data dan sumber data,
metode dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi data.
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian tentang komunikasi fatis dalam wacana konsultatif dosen
dengan mahasiswa ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
menggambarkan suatu informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 1990: 309).
Muhammad (2014: 31) menyebutkan bahwa salah satu fenomena yang dapat
menjadi objek kualitatif adalah peristiwa komunikasi atau berbahasa karena
peristiwa ini melibatkan tuturan, makna semantik tutur, orang yang bertutur,
maksud yang bertutur, situasi tutur, peristiwa tutur, tindak tutur, dan latar tuturan.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri.
Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif
berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan
suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat
bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik
sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam penelitan
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah
informannya ditentukan sesuai dengan keperluan peneliti.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini termasuk dalam penelitian
kualitatif karena data yang terkumpul bukan berupa angka melainkan berupa katakata yang terdapat dalam percakapan dosen dan mahasiswa yang mengandung
tuturan fatis. Selain itu, pendeskripsian data dan analisis dalam penelitian ini lebih
dilihat dari aspek kualitasnya, bukan sekadar kuantitas tuturan. Dalam penelitian
ini, peneliti mencoba memahami fenomena komunikasi fatis yang digunakan oleh
penutur dan mitra tutur. Oleh sebab itulah, tujuan dilakukannya penelitian ini
untuk mengungkapkan maksud/makna dari setiap wujud komunikasi fatis.
3.2
Data dan Sumber Data
Data yang akan diteliti adalah tuturan yang di dalamnya terdapat kefatisan,
antara dosen dengan mahasiswa yang bersumber dari program studi Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yaitu ketika para mahasiswa
melakukan konsultasi untuk penulisan karya ilmiah. Data diambil dengan
merekam
percakapan
ketika
bimbimbingan
skripsi
berlangsung
dengan
menggunakan handphone. Hal itu dilakukan karena peneliti beranggapan bahwa
interaksi antara dosen dengan mahasiswa dari prodi tersebut memiliki
pengetahuan bahasa yang lengkap dan kaya akan bentuk-bentuk kebahasaan
ragam lisan. Selain itu, peneliti berada dekat dengan data yang akan diteliti karena
peneliti juga melakukan studi di universitas yang sama sehingga peneliti memiliki
kesempatan yang besar untuk mengumpulkan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.3
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, maka penelitian ini
berusaha menggambarkan tentang suatu variable, gejala atau keadaan secara apa
adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
melainkan mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian
tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian
deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan penelitian tentang komunikasi
fatis karena penelitian ini akan menguraikan peristiwa tutur yang terjadi antara
dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta semester genap 2015/2016.
Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
simak. Mahsun (2007: 92) mengungkapkan metode simak adalah cara yang
digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa, dimana
dalam penelitian ini peneliti menyimak dosen dan mahasiswa program studi
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester genap
2015/2016 dalam mengucapkan sebuah tuturan. Metode ini memiliki teknik dasar
yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam
metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan
penyadapan. Dalam penelitian ini, peneliti menyimak tuturan dosen dan
mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan dibantu rekaman atau dengan kata
lain juga menggunakan teknik sadap agar data percakapan dapat disimak kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.4
Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan untuk bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memililah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain. Analisis data bermaksud mengorganisasikan data sehingga mampu
menjawab rumusan masalah yang dikemukakan dan membuat kesimpulan serta
implikasinya agar bermanfaat untuk penelitian berikutnya. Teknik analisis data
yang dipilih secara selektif disesuaikan dengan tujuan dan masalah komunikasi
fatis yang terjadi itu. Pemilihan teknik analisis data dilakukan dengan mengikuti
alur metode kualitatif, dalam pengetian bahwa kegiatan analisis yang dilakukan
berkaitan dengan penelusuran pola-pola yang umum pada wujud dan perilaku data
yang dipengaruhi dan hadir bersama dengan konteks-konteksnya (c.f. Asher,
1994: 3257 dalam tesis Arimi).
Penelitian tentang komunikasi fatis dalam wacana konsultatif dosen dan
mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta semester genap 2015/2016 ini menggunakan metode padan
ekstralingual karena metode ini digunakan untuk menganalisis atau menghubungbandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan halhal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik
yang digunakan adalah teknik dasar teknik hubung banding
yang bersifat
ekstralingual. Metode padan ini dapat disejajarkan dengan metode analisis
kontekstual. Teknik analisis data dilakukan menggunakan metode analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kontekstual,
yakni
dengan
menerapkan
dimensi-dimensi
konteks
dalam
menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan (cf. Mahsun, 2005 melalui Rahardi 2009:36).
Penelitian ini memusatkan perhatian pada kajian pragmatik yang bisa
dikatakan memperhatikan tuturan, konteks, dan penutur-mitra tutur. Oleh karena
itu, daya pilah yang digunakan adalah daya pilah pragmatis. Daya pilah pragmatis
yang digunakan menunjukkan bahwa satuan lingual yang menjadi standar
pembanding adalah sesuatu yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
pragmatik. Setelah teknik dasar dilakukan, maka teknik lanjutan digunakan.
Hubungan padan dalam metode dan teknik ini berupa hubungan banding antara
semua unsur penentu yang relevan (standar pembanding) dengan semua unsur
data yang ditentukan. Pada dasarnya, metode dan teknik ini bersifat
membandingkan. Artinya, analisis dilakukan dengan mencari semua kesamaan
dan perbedaan yang ada di antara kedua hal yang dibandingkan. Maka, hal itu
dapat dijabarkan menjadi hubungan penyamaan dan hubungan perbedaan.
Pembandingan antara persamaan dan perbedaan itu secara otomatis juga akan
menggiring analisis pada pencarian kesamaan pokok di antara keduanya yang
dinamakan dengan hubungan penyamaan pokok. Pemaparan di atas menunjukkan
bahwa teknik lanjutan memiliki tiga jenis, yaitu teknik hubung banding
menyamakan (teknik HBS), teknik hubung banding membedakan (teknik HBB),
dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok (HBSP), yang mana masingmasing menggunakan daya banding menyamakan, daya banding membedakan,
dan daya banding menyamakan hal pokok yang semuanya bersifat mental. Standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pembanding yang ditentukan dalam tulisan ini berupa teori dan kaidah yang
menjadi acuan baku seperti yang terdapat dalam landasan teori, yang pada
penerapannya, standar pembanding itu bandingkan dengan data yang telah
terkumpul sebagai bentuk analisis.
3.5
Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 1989; 195). Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini guna mencari keterpercayaan dan keabsahan maka digunakan
triangulasi sumber dan penyidik.
Triangulasi sumber dipakai untuk membandingkan data dengan hasil
wawancara lalu peneliti membandingkan data yang sudah terkumpul dengan para
ahli agar memiliki kesaamaan pandangan, pendapat dan pemikiran. Ahli yang
dimaksud adalah Dr. Y. Karmin, M.Pd. Ahli akan melihat bagaimana peneliti
melakukan penelitian, dalam hal pengumpulan data dan analisis data. Sehingga
jika terdapat kesalahan dalam penelitian, ahli dapat memberikan masukan agar
penelitian yang dilakukan dapat berjalan lancar. Triangulasi penyidik dapat
digunakan untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data sehingga dapat
mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang tersusun secara sistematis dalam
subbab (1) deskripsi data penelitian, (2) analisis data dan (3) pembahasan. Ketiga
hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Data penelitian ini berisi tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa di Program
Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semester genap
tahun akademik 2015/2016. Peneliti membatasi penelitiannya tentang komunikasi
fatis pada tuturan basa-basi antara dosen dan mahasiswa pada bulan Februari 2016
di Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Setelah data tuturan fatis yang diperoleh melalui pengamatan didapatkan, peneliti
menabulasikan data tersebut dan memperoleh akumulasi data tuturan fatis
sebanyak 36 tuturan. Perincian jumlah data tuturan fatis tersebut sebagai berikut.
Table 1
Jumlah Data Tuturan Fatis Basa-Basi Kategori Acknowledgements
No.
1.
Sub Kategori
Meminta maaf
42
Pengamatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.
Menerima
16
3.
Menolak
7
4.
Mengundang
5
5.
Selamat
1
6.
Salam
2
7.
Terima kasih
3
Jumlah
35
Berdasarkan tabel tuturan fatis basa-basi kategori acknowledgements di
atas dapat dilihat bahwa tuturan fatis basa-basi paling banyak terdapat dalam
subkategori menerima yaitu 16 tuturan dari 35 tuturan fatis basa-basi. Kemudian
tuturan fatis basa-basi subkategori menolak menempati posisi kedua dengan 7
tuturan dari 35 tuturan. Selanjutnya subkategori mengundang menempati posisi
ketiga dengan 5 tuturan dari 35 tuturan fatis basa-basi. Subkategori terima kasih
berada di posisi keempat dengan 3 tuturan fatis basa-basi. Kemudian posisi kelima
yaitu subkategori salam dengan 2 tuturan fatis basa-basi dari 35 tuturan fatis basabasi. Subkategori selamat dan meminta maaf berada di posisi terakhir dengan
masing-masing 1 tuturan dari 35 tuturan fatis basa-basi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4.1.1 Tuturan Fatis Meminta Maaf
Tuturan fatis meminta maaf adalah fungsi tuturan untuk mengekspresikan
penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Dalam hal ini, seseorang
dapat mengungkapkan rasa penyesalannya terhadap kesalahan yang diperbuatnya
kepada orang lain.
Tabel 2
Contoh Tuturan Fatis Meminta Maaf
No.
Data
Konteks
1.
P : Hem, belum ada contohnya
maksudmu?
MT : Iya pak, belum ada contohnya
maksudnya.
P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum ada
pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan
dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak
pusing.
MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya
begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ
nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian
kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu
tidak mendapat, ya sudah, itu artinya
keterbatasan pemahaman si peneliti,
mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15
WIB)
ï‚· Penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 40
tahun
ï‚· Mitra tutur adalah
mahasiswa perempuan
berumur 21 tahun.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
suasana santai. Penutur
menjelaskan kepada mitra
tutur tentang bagaimana
menganalisis suatu topik
skripsi. Penutur merasa
sungkan dengan apa yang
dikatakannya kepada mitra
tutur meskipun itu adalah
kenyataan yang
sebenarnya.
ï‚· Tindak verbal: direktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.1.2 Tuturan Fatis Menerima
Tuturan
Fatis
menerima
yaitu
fungsi
tuturan
untuk
menerima
(menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat
menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu untuk menghargai basa-basi dari orang
lain atau untuk sekadar membuat orang lain senang.
Tabel 3
Contoh Tuturan Fatis Menerima
No.
1.
Data
Konteks
P
: Ada sop empal lho. Sop empal
ï‚· Penutur adalah seorang
gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius.
dosen laki-laki berusia 40
MT : Oh iya Pak, nanti saya carinya.
tahun
P
: Namanya itu sop empal gandrung,
ï‚· Mitra tutur adalah
mungkin gandrung itu namanya yang punya.
mahasiswa perempuan
Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari
berumur 22 tahun.
Jumat udah selesai.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15
suasana santai. Penutur
WIB)
memberitahu mitra tutur
jika ada sop yang
menggunakan daging
sebagai bahan utamanya
yang dapat dimasukkan
dalam data penelitiannya.
ï‚· Tindak verbal: asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
4.1.3 Tuturan Fatis Menolak
Tuturan fatis menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar)
basa-basi dari mitra tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan tertentu untuk menolak ajakan atau pendapat dari orang lain.
Tabel 4
Contoh Tuturan Fatis Menolak
No.
1.
Data
Konteks
P: Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan
ï‚· Penutur adalah seorang
dulu jangan masuk bab 3.
dosen laki-laki berusia 40
MT: Bab 3 yang ini itu sama dengan yang
tahun
kemarin Pak.
ï‚· Mitra tutur adalah
P : Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus
mahasiswa perempuan
dulu ke yang ini!
berumur 21 tahun.
MT: Iya pak, kan cuma contoh Pak.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20
suasana santai. Penutur
WIB)
meminta supaya mitra tutur
fokus dulu ke satu hal agar
konsentrasinya tidak
terpecah dengan hal-hal
yang lain.
ï‚· Tindak verbal: asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
4.1.4 Tuturan Fatis Mengundang
Tuturan fatis mengundang yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang
akan terjadi. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan
untuk membuat janji dengan orang lain.
Tabel 5
Contoh Tuturan Fatis Mengundang
No.
Data
1.
P : Saya coba hari Rabu, Rabu itu saya
kosong jam? Supaya nanti Jumat sudah
jadi lebih banyak. Rabu itu saya kosong
jam 11 tetapi saya ada janji, haduh capek
banget aku ya.. Kalau pagi saja
bagaimana? Sebentar saja, jam 8.
MT: Jam 8 ya pak? Iya pak.
P : Rabu jam 8, satu saja jangan banyakbanyak tetapi dengan bahasa yang enak
didengar.
MT: Iya Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20
WIB)
Konteks
ï‚· Penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 40
tahun
ï‚· Mitra tutur adalah
mahasiswa perempuan
berumur 21 tahun.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
suasana santai. Penutur
membuat janji bimbingan
dengan mitra tutur.
ï‚· Tindak verbal: asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.1.5 Tuturan Fatis Selamat
Tuturan fatis selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan
karena adanya kabar baik tentang orang lain. Dalam hal ini, seseorang dapat
menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan perasaan gembira atas
kabar baik tentang orang lain.
Tabel 6
Contoh Tuturan Fatis Selamat
No.
Data
Konteks
1.
P : Nilai TKBI saya udah keluar lho Pak!
MT: Oh ya? Dapat berapa?
P : AMT: Asikkk! Selamat ya!
P : Kalau nilai segitu boleh to Pak?
MT: Boleh lah… Bagus malahan itu!
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55
WIB)
ï‚· Penutur adalah mahasiswa
perempuan berumur 22
tahun.
ï‚· Mitra tutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 40
tahun.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
suasana santai. Penutur
memberitahukan kepada
mitra tutur tentang hasil tes
TKBI.
ï‚· Tindak verbal: asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4.1.6 Tuturan Fatis Salam
Tuturan fatis salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang
karena bertemu dengan seseorang. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa senang karena bertemu dengan
seseorang atau untuk sekadar menunjukkan kesopanannya ketika bertemu orang
lain.
Tabel 7
Contoh Tuturan Fatis Salam
No.
Data
Konteks
1.
P
: Selamat sore, Pak.
MT : Selamat sore, gimana kabarnya?
Saudara Silvi, sebentar agak ke sini karena
itu urusan lain jadi agak ke sini. Ini nanti
saya hanya ingin tahu Saudara itu dari
membaca ini, saya rasa kamu belum
menguasai permasalahan ya? Atau mungkin
cara membahasakannya yang belum tepat,
kok pake kata wujud itu lho maksudnya
apa?
P
: Bentuknya itu pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20
WIB)
ï‚· Penutur adalah mahasiswa
perempuan berumur 21
tahun.
ï‚· Mitra tutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 40
tahun.
ï‚· Tuturan terjadi dalam
suasana santai. Penutur
memberi salam kepada
mitra tutur karena akan
bimbingan skripsi.
ï‚· Tindak verbal: asertif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.1.7 Tuturan Fatis Terima Kasih
Tuturan fatis terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima
kasih karena mendapat bantuan. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa terima kasih karena telah
mendapatkan bantuan dari orang lain.
Tabel 8
Contoh Tuturan Fatis Terima Kasih
No.
1.
Data
Konteks
P : Ya sudah nanti saya baca. Tandatangan ï‚· Penutur adalah seorang
belum? Halah, belum diisi? Tanda tangan
dosen laki-laki berumur 40
aja. Aduh, merah nggak papa ya? Wes, saya
tahun
juga ditunggu ini nanti. Hari jumat nanti
ï‚· Mitra tutur adalah
saya tunggu sudah jadi nanti bab 2 dengan
mahasiswa laki-laki
perubahan-perubahan. Saya sudah tidak
berumur 22 tahun.
akan anu lagi. Jumat itu saya ada rapat,
ï‚· Tuturan terjadi dalam
nanti saya sms lah.
suasana tergesa-gesa.
MT : Makasih ya pak.
Penutur menutup sesi
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15
bimbingan hari itu karena
WIB)
penutur harus segera pergi
untuk rapat.
ï‚· Tindak verbal: direktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
4.2 Analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah pada bab I peneliti mendeskripsikan hasil
analisis data menjadi dua sub bab yaitu: 1) wujud komunikasi fatis dalam wacana
konsultatif antara dosen dan mahasiswa pada program studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dalam proses pembimbingan skripsi
semester genap tahun akademik 2015/2016 dan 2) maksud pragmatik dari setiap
wujud komunikasi fatis dalam wacana konsultatif antara dosen dan mahasiswa
pada program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
dalam proses pembimbingan skripsi semester genap tahun akademik 2015/2016.
Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai hasil analisis data.
4.2.1 Wujud Tuturan Fatis
Harimurti Kridalaksana (1986: 111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan
tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Malinowski dalam tesis Arimi
(1998) mendefinisikan phatic communion atau basa-basi digunakan dalam
suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi
tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang
disertai dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang
menyenangkan.
Arimi (1998: 95) mengatakan bahwa secara praktis basa-basi didefinisikan
sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi
secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Basa-basi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dalam berkomunikasi. Dalam
penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi ini tentulah bukan isi pembicaraan
tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan
gerak atau sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dilazimkan dalam
suatu masyarakat bahasa.
Arimi (1998) membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat
bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu
basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi polar
adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih
tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut ini merupakan hasil analasis data mengenai wujud tuturan fatis antara
dosen dan mahasiswa pada program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma,
Yogyakarta
yang
diperoleh
peneliti
berdasarkan
kategori
acknowledgements.
A. Wujud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf
Tuturan fatis meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
penyesalan aatas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Dalam hal ini, seseorang
dapat mengungkapkan rasa penyesalannya terhadap kesalahan yang diperbuatnya
kepada orang lain. Berikut ini merupakan wujud tuturan fatis meminta maaf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
antara dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu?
MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing.
MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau
di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman
si peneliti, mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis
suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya
kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.)
Tuturan dengan kode A1 tersebut terjadi karena penutur merasa sungkan
dengan mitra tutur dengan apa yang dikatakannya yang dapat menyinggung mitra
tutur meskipun apa yang dikatakannya itu merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Tuturan A1 merupakan basa-basi meminta maaf dengan bentuk tuturan “Lalu
kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah,
itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti, mohon maaf”. Penutur adalah
seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun, sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa
perempuan berusia 21 tahun. Tuturan tersebut dapat dikatakan sebgai tuturan
basa-basi meminta maaf karena dengan tuturan tersebut penutur ingin menjaga
hubungan baik antara dirinya dengan mitra tutur. Secara tidak langsung penutur
juga menunjukkan etika dan tatakrama agar tidak menyinggung perasaan mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tutur. Basa-basi tersebut termasuk dalam subkategori basa-basi meminta maaf
karena fungsi tuturannya untuk mengekspresikan penyesalan (Ibrahim, 1993).
Penutur menggunakan basa-basi meminta maaf tersebut sebagai media untuk
menunjukkan rasa penyesalannya telah berkata suatu hal yang dirasa dapat
menyinggung perasaan mitra tutur.
Wujud basa-basi dari tuturan A1 tersebut merupakan basa-basi polar.
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang
harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih
sopan (Arimi 1998). Dalam hal ini, penutur melihat bahwa mitra tutur kesulitan
mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang didapatnya sehingga penutur
menjelaskan bahwa mitra tutur tidak perlu memaksakan dirinya secara berlebihan.
Penutur memilih ungkapan tersebut agar mitra tutur tidak tersinggung karena
keterbatasan yang dimilikinya. Penutur tidak benar-benar meminta maaf kepada
mitra tutur karena penutur tidak melakukan kesalahan apapun. Permintaan maaf
yang dituturkan penutur dimaksudkan agar mitra tutur tidak tersinggung dengan
pernyataan dari penutur.
B. Wujud Tuturan Fatis Kategori Menerima
Tuturan fatis menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai)
basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan tertentu untuk menghargai basa-basi dari orang lain atau
untuk sekadar membuat orang lain senang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tuturan B1
P
: Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem?
MT : Pinjam perpus kok Pak.
P
: Saya mau beli lagi tuh ndak ada e.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur
penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut.)
Tuturan B1 merupakan tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk
tuturan “Pinjam perpus kok Pak”. Dalam tuturan ini penutur merupakan seorang
dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan
berusia 21 tahun. Tuturan B1 merupakan basa-basi menerima karena mitra tutur
bersedia menanggapi tuturan dengan didasari rasa menghargai kepada penutur.
Ibrahim (1993: 16) mendefinisikan basa-basi menerima adalah suatu kekuatan
bahasa yang berguna untuk menanggapi tuturan dari orang lain yang didasari rasa
menghargai dari diri sendiri. Bentuk fatis kok dalam tuturan yang bercetak tebal di
atas membuktikan bahwa tuturan B1 tersebut merupakan basa-basi menerima.
Bentuk fatis kok yang bertugas untuk menekankan alasan atau jawaban
membuktikan bahwa mitra tutur menghargai tuturan dari penutur yang bertanya
tentang buku sintaksis yang dibawanya. Jadi dari basa-basi tersebut mitra tutur
berusaha untuk menunjukkan rasa menghargai dengan menjawab pertanyaan dari
penutur dengan sopan.
Wujud dari tuturan B1 adalah basa-basi murni. Arimi (1998) mengatakan
bahwa basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis
sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
penutur selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini, buku sintaksis yang ditanyakan
oleh penutur memang benar dipinjam mitra tutur di perpustakaan karena ada label
perpustakaan di sudutnya. Fenomena basa-basi ini juga terlihat pada tuturan B4,
B10, dan B12 yang dapat dilihat pada lampiran tabulasi basa-basi menerima.
Tuturan B2
MT : Ehmmm.. Haduh pak!
P
: Kenapa toh?
MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya
ini harus ditambahi lagi atau sudah pak?
P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam
mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus
menjelaskannya kepada penutur.)
Tuturan B2 merupakan tuturan yang diucapkan penutur dengan
menggunakan ungkapan “Kenapa toh?”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah
seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa
perempuan berusia 21 tahun. Tuturan B2 tersebut merupakan basa-basi karena
penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur
dengan menanyakan kegelisahan mitra tutur. Anwar (1984: 46) menjelaskan
bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar
memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Tuturan B2
merupakan basa-basi menerima karena penutur berusaha untuk mempertahankan
pembicaraannya dengan mitra tutur yang terlihat gelisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan konteksnya tuturan di atas memiliki wujud basa-basi polar.
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang
harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih
sopan (Arimi, 1998). Penutur menanggapi kegelisahan mitra tutur dengan
menanyakan penyebab kegelisahannya untuk menjaga kesopanan, meskipun
sebenarnya penutur sedang terburu-buru karena ada sesuatu hal lain yang harus
dikerjakannya. Penutur melakukan hal demikian agar mitra tutur merasa dihargai
oleh penutur dan agar komunikasi selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
Tuturan B3
P
: Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang
penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1.
MT : Iya pak.
P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…
MT : Iya pak, hehehehe…
P : Oh anunya mana itu sil.
MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju
yang dikenakan oleh mitra tutur.)
Tuturan B3 merupakan tuturan basa-basi dengan menggunakan ungkapan
“Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…”. Dalam
tuturan tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan
mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan yang
bercetak tebal merupakan basa-basi karena penutur berusaha memecah kesunyian
dan mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur karena penutur merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mitra tutur bosan dengan bimbingan hari itu. Anwar (1984: 46) menjelaskan
bahwa basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekadar
memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik.
Tuturan B3 di atas merupakan basa-basi menerima karena penutur
menegaskan kembali pernyataannya dengan menggunakan bentuk fatis kok.
Penutur juga mencairkan suasana bimbingan dengan memuji pakaian yang
dikenakan mitra tutur. Hal tersebut dilakukan penutur agar mitra tutur tidak
merasa bosan dengan suasana bimbingan yang monoton. Bentuk fatis ya dalam
tuturan yang bercetak tebal tersebut digunakan untuk meminta persetujuan atau
pendapat dari mitra tutur apakah benar pakaian yang dipakai mitra tutur itu baru
atau tidak.
Wujud tuturan basa-basi dari tuturan B3 tersebut adalah basa-basi polar.
Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya. Tuturan B3
termasuk basa-basi polar karena penutur tidak benar-benar bermaksud memuji
pakaian yang dikenakan mitra tutur karena hal yang ingin dilakukan penutur
adalah untuk mencairkan suasana bimbingan yang membosankan baik bagi
penutur maupun mitra tutur.
Tuturan B5
P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan! Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah
tidur ya?
MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak.
P : Ngapain aja lelah tuh?
MT : Kemarin Pak, membuat lelah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika
datang bimbingan.)
Tuturan B5 merupakan tuturan yang diungkapkan penutur dengan
menggunakan bentuk tuturan “Ngapain aja lelah tuh?”. Dalam tuturan tersebut,
penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah
mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal tersebut
merupakan basa-basi karena penutur menghargai jawaban mitra tutur dengan
bertanya lagi tentang keadaan mitra tutur yang datang bimbingan dengan
penampilan
yang
berantakan.
Maliknowski
dalam
tesis
Arimi
(1998)
mendefinisikan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam
ikatan personal antar peserta komunikasi.
Tuturan B5 tersebut merupakan basa-basi menerima karena penutur
menanggapi jawaban mitra tutur dengan memberikan pertanyaan lagi agar penutur
mendapatkan alasan yang tepat dengan keadaan mitra tutur yang seperti itu.
Dalam tuturan yang bercetak tebal tersebut juga digunakan bentuk faits tuh yang
bertugas untuk menegaskan pertanyaan dari penutur. Tuturan tersebut terjadi
dalam suasana santai sebelum bimbingan skripsi dimulai, penutur kaget dengan
penampilan mitra tutur yang berantakan dan berusaha untuk menegur mitra tutur
demi menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur.
Wujud tuturan basa-basi dari tuturan di atas adalah basa-basi murni karena
penutur benar-benar ingin tahu mengapa mitra tutur datang bimbingan dengan
keadaan yang demikian. Penutur merasa mitra tutur tidak siap untuk bimbingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
maka penutur membuat suasana bimbingan yang santai agar mitra tutur tidak
terlalu terbebani dengan bimbingan hari itu.
Tuturan B6
MT1 : Si Mei mana e?
MT2 : Mei?
P
: Lho si Mei kenapa?
MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatan e pak.
P : Dia belum ikut krs juga toh?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan
berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur
menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan
mengkhawatirkan keadaannya.)
Tuturan B6 merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Lho si
Mei kenapa?”. Penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra tutur 1
adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah mahasiwa
perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi.
Sudaryanto (1991: 26) mengatakan bahwa tuturan berupa tegur sapa, sopan santun
dan ramah tamah yang menyangkut perangkat etika, tata susila dan tata karma
pergaulan. Dalam tuturan tersebut penutur berusaha untuk ikut terlibat dalam
pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 dengan menanyakan keadaan
mahasiswa yang tidak pernah terlihat lagi di kampus. Tuturan B6 merupakan
tuturan basa-basi menerima karena penutur memberi tanggapan terhadap
pernyataan yang dibuat oleh mtra tutur 1 dan mitra tutur 2. Penutur merasa
mahasiswa
yang
tidak
pernah
terlihat
di
kampus
itu
juga
adalah
tanggungjawabnya sebagai dosen, maka ia perlu tahu keadaan mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dibicarakan tersebut dengan ikut terlibat dalam pembicaraan sehingga dapat
meemperoleh informasi yang tepat.
Basa-basi dalam tuturan B6 memiliki wujud basa-basi murni. Hal itu
dikarenakan tuturan yang diungkapkan penutur sesuai dengan apa yang terlihat.
Penutur terlihat panik mengetahui ada salah satu mahasiswanya yang tidak pernah
terlihat lagi di kampus. Penutur menunjukkan kekhawatirannya dengan ikut
terlibat dalam pembicaraan dengan mitra tutur 1 dan mitra tutur 2. Dengan ikut
terlibat dalam pembicaraan penutur dapat mengetahui dengan jelas apa penyebab
mahasiswa yang dibicarakan itu tidak terlihat lagi di kampus. Fenomena basa-basi
seperti ini juga terlihat dalam tuturan B13 yang dapat dilihat dalam tabulasi basabasi menerima.
Tuturan B7
P
: Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius.
MT : Oh iya Pak, nanti saya carinya.
P
: Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang
punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging
sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.)
Tuturan B7 merupakan sebuah tuturan yang diucapkan mitra tutur dengan
menggunakan bentuk tuturan “Oh iya Pak, nanti saya carinya”. Dalam tuturan
tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah
seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tersebut merupakan basa-basi karena mitra tutur berusaha untuk menunjukkan
kesopanan dan melegakan hati penutur. Sudaryanto (1991: 26) mengatakan bahwa
basa-basi merupakan tuturan berupa tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah
yang menyangkut perangakt etika, tata susila, dan tata karma pergaulan. Mitra
tutur menanggapi tuturan dari penutur dengan sopan untuk melegakan hati
penutur sehingga penutur menganggap mitra tutur akan melakukan apa yang
diungkapan oleh penutur.
Tuturan B7 di atas termasuk dalam subkategori basa-basi menerima. Arimi
(1998) mengatakan bahwa basa-basi menerima yaitu fungsi tuturan untuk
menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, penutur
meminta mitra tutur untuk datang ke suatu tempat yang dapat menjadi referensi
untuk data penelitiannya. Mitra tutur menjawab tuturan dari penutur dengan
jawaban “Oh iya Pak, nanti saya carinya”. Dari jawaban mitra tutur dapat dilihat
bahwa mitra tutur menerima basa-basi dari penutur untuk menunjukkan
kesopanannya.
Wujud basa-basi dari tuturan basa-basi di atas adalah basa-basi polar
karena ekspresi yang ditunjukkan mitra tutur ketika memberikan jawaban kepada
penutur berbeda dengan jawaban yang diungkapkan. Ekspresi yang ditunjukkan
mitra tutur seperti enggan untuk mencari tempat yang dimaksud penutur.
Meskipun begitu mitra tutur tetap menanggapi basa-basi dari penutur untuk
menunjukkan kesopanannya dan melegakan hati penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tuturan B8
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan B8 di atas menggunakan bentuk tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada
santannya ya?”. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan basa-basi karena mitra
tutur telah mencoba untuk menanggapi tuturan dari penutur dengan sebuah tuturan
ringan yang dapat menjaga hubungan baik dengan penutur. Malinowski
(1923:315) mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan
dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan
pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan B8 di atas termasuk dalam kategori basa-basi menerima. Hal itu
dikarenakan mitra tutur bersedia menanggapi tuturan yang didasari dengan rasa
menghargai kepada penutur. Mitra tutur mencoba untuk memahami penutur yang
memiliki penyakit tertentu sehingga tidak dapat mengkonsumsi makananmakanan yang mengandung santan. Mitra tutur memberikan tanggapan baik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menjaga
kesopansantunannya
terhadap
penutur
yang
merupakan
dosen
pembimbingnya. Tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?” menunjukkan
bahwa mitra tutur memberikan perhatian kepada penutur dengan menanyakan hal
tersebut. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan basa-basi murni karena mitra
tutur memberikan tanggapan baik kepada penutur. Mitra tutur memberikan
tanggapan baik serta gerakan kepala mengangguk yang menunjukkan bahwa dia
paham dengan pernyataan dari penutur.
Tuturan B10
P
: Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya
ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak?
MT
: Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.
P
: Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu.
Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak.
MT : Nggak papa, nggak papa kok kalo ada.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada
mitra tutur tentang teori yang didapatnya.)
Tuturan B10 di atas menggunakan bentuk tuturan “Nggak papa, nggak
papa kok kalo ada”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa
perempuan berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki
berusia 42 tahun. Tuturan B10 merupakan tuturan fatis karena memiliki
persamaan karakteristik dengan tuturan basa-basi. Kategori fatis adalah kategori
yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara
pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 1986: 111). Komunikasi fatis dapat
juga disebut dengan basa-basi, karena basa-basi merupakan bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
komunikasi fatis. Basa-basi memiliki fungsi sosial yang digunakan dalam situasi
ramah tamah dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut
diciptakan oleh peserta komunikasi dengan saling bertukar kata-kata dalam
pembicaraan ringan dan perasaan gembira untuk membentuk hidup yang
menyenangkan (Malinowski dalam tesis Waridin, 2008: 13).
Berdasarkan teori Malinowski, basa-basi itu sendiri cenderung memiliki
fungsi sosial dari pada mengomunikasikan ide. Artinya, basa-basi adalah tuturan
yang lebih mengutamakan pengaruh atau manfaatnya dari pada pesan yang
sebenarnya ingin disampaikan. Jadi, basa-basi pada umumnya adalah tuturan yang
tidak membicarakan hal-hal penting, namun cenderung mengutamakan fungsi
sosialnya. Tuturan B10 di atas adalah tuturan fatis, bukan tuturan basa-basi.
Tuturan tersebut disebut sebagai tuturan fatis karena mitra tutur memberikan
tanggapan baik tentang pertanyaan dari penutur berkaitan dengan skripsinya.
Penutur dan mitra tutur tidak sedang membicarakan hal lain yang tidak berkaitan
dengan skripsi, maka tuturan B10 di atas disebut dengan tuturan fatis.
Tuturan B10 di atas termasuk dalam subkategori menerima karena mitra
tutur memberikan tanggapan baik atas pertanyaan dari penutur. Mitra tutur
memberikan keleluasaan kepada penutur untuk menggunakan teori-teori yang
ditemukannya. Jika memang teori yang ditemukan penutur itu sesuai dengan data
yang diteliti oleh penutur. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni.
Tuturan fatis murni tidak termasuk ke dalam tuturan basa-basi murni maupun
tuturan basa-basi polar. Tuturan di atas memiliki wujud fatis murni karena tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tersebut tidak membicarakan hal yang menyimpang dari pembicaraan awal yang
membahas tentang kegelisahan penutur tentang teori yang digunakannya.
Tuturan B12
P
MT
P
: Ini sama ya? Satu nada ya?
: Iya Pak, cuma saya tambahi gudangan Pak.
: Ya, ndak papa. Itu kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah.
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur mengoreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur karena mitra
tutur menambahkan beberapa data dalam penelitiannya.)
Tuturan B12 di atas menggunakan bentuk tuturan “Ya, ndak papa. Itu
kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah”. Dalam tuturan tersebut, penutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang
mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di atas merupakan tuturan basabasi menerima karena penutur menerima pernyataan dari mitra tutur. Penutur
setuju dengan pendapat dari mitra tutur. Penutur berkata demikian untuk sekedar
melegakan hati mitra tutur yang tampak kebingungan dengan datanya.
Tuturan di atas memiliki wujud tuturan basa-basi murni. Tuturan basa-basi
murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan
peristiwa tutur yang muncl, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras
dengan kenyataan (Arimi, 1998). Tuturan di atas memiliki wujud basa-basi murni
karena penutur menuturkan sesuai dengan kenyataan bahwa mitra tutur boleh
menambahkan gudangan sebagai data yang ditelitinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan.
P
: Semoga jangan sampai dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P
: Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesaiselesai. Hahahaha…
MT1 : Iyuhhh..
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.)
Tuturan B14 merupakan tuturan dengan bentuk tuturan “Iyuhhh..”. Dalam
tuturan B14 ini, penutur merupakan seorang dosen berusia 42 tahun, mitra tutur 1
merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun, dan mitra tutur 2 merupakan
mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut termasuk dalam
subkategori basa-basi menerima karena mitra tutur berusaha untuk menjaga
hubungan baik dengan penutur. Anwar (1984: 46) menjelaskan bahwa basa-basi
merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian,
untuk mempertahankan suasana baik.
Tuturan B14 ini termasuk dalam subkategori menerima namun wujud
basa-basinya bukan termasuk dalam basa-basi murni maupun basa-basi polar
tetapi wujud basa-basi dari tuturan tersebut adalah fatis murni. Hal itu terjadi
karena tuturan yang dikatakan oleh mitra tutur 1 hanya terdiri dari satu kata saja
dengan bentuk fatis. Harimurti Kridalaksana (1986: 111) mengatakan bahwa
kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar
kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang terdapat dalam kalimat non-standar
yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek. Dalam tuturan mitra
tutur di atas, bentuk fatis “iyuhhh” memiliki arti mengejek penutur yang berusaha
mendukung mitra tutur dengan cara yang salah. Namun, bentuk fatis “iyuhhh”
sebenarnya tidak memiliki arti. Mitra tutur berkata demikian karena tidak senang
dengan ungkapan dari penutur karena mitra tutur merasa penutur juga sering
mempersulitnya ketika bimbingan. Mitra tutur berkata demikian juga karena mitra
tutur ingin segera mengakhiri pembicaraan dengan penutur karena harus segera
menemui dosen lain.
Tuturan B15
P
MT
P
MT
P
MT
P
MT
P
MT
: Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
: Enggak. Dipisah, Pak.
: Nah!
: Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul, Pak.
: Oh..
: Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
: Saya belum pernah sih.
: Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
: Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
: Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan B15 merupakan tuturan yang memiliki bentuk tuturan “Oh..”
yang dituturkan oleh penutur. Tuturan tersebut bukan merupakan tuturan basabasi melainkan tuturan fatis karena penutur dan mitra tutur membicarakan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pokok permasalahan tertentu. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur hanya menggunakan satu kata fatis dalam menanggapi tuturan dari mitra
tutur. Tuturan di atas termasuk dalam subkategori menerima karena penutur
memberikan tanggapan baik atas pernyataan dari mitra tutur. Penutur menyadari
bahwa dirinya belum pernah ke rumah makan yang menyediakan menu dengan
nama tersebut, maka ia memberikan tanggapan hanya untuk menunjukkan bahwa
ia paham dengan apa yang dimaksud oleh mitra tutur.
Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni
tidak termasuk dalam tuturan basa-basi murni maupun polar. Bentuk fatis “oh”
pada tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur menerima apa yang dikatakan
mitra tutur dan sekaligus penutur juga paham dengan hal itu. Penutur hanya
menuturkan satu kata karena ingin memberikan kesempatan mitra tutur untuk
menjelaskan kembali tentang data penelitian yang didapatnya itu. Selain itu,
bentuk fatis “oh” juga menunjukkan bahwa seseorang mengerti atau paham
tentang apa yang dibicarakan kawan bicaranya. Dalam hal ini, penutur
menunjukkan bahwa seolah-olah dia paham dengan apa yang dimaksud oleh mitra
tutur.
Tuturan B16
P
MT
P
: Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
: Enggak. Dipisah, Pak.
: Nah!
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan B16 di atas memiliki bentuk tuturan “Nah!” yang dituturkan oleh
penutur. Dalam tuturan di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki 42 tahun
dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di
atas bukan merupakan tuturan basa-basi karena penutur dan mitra tutur tidak
membicarakan hal lain selain data penelitian yang ditanyakan oleh penutur. Selain
itu, penutur juga memberikan tanggapan hanya dengan menggunakan satu kata
saja dengan bentuk fatis. Tuturan di atas termasuk dalam subkategori menerima
karena penutur memberikan tanggapan baik pernyataan dari mitra tutur.
Tuturan di atas memiliki wujud tuturan fatis murni karena penutur hanya
menuturkan satu kata yang mengandung bentuk fatis “nah”. Selain itu, dalam
tuturan tersebut penutur dan mitra tutur membicarakan hal yang sama yaitu
tentang data penelitian mitra tutur. Bentuk fatis “nah” bertugas untuk minta
supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain. Dalam hal ini, penutur
tidak hanya sekedar meminta perhatian dari mitra tutur namun penutur juga
menyatakan bahwa apa yang dikatakan sebelumnya benar. Penutur sebenarnya
tidak menyalahkan ataupun membenarkan tentang data tersebut. Penutur hanya
ingin mendengar penjelasan yang tepat dari mitra tutur sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman dari orang lain yang membaca skripsinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
C. Wujud Tuturan Fatis Kategori Menolak
Tuturan fatis menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basabasi dari mitra tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapanungkapan tertentu untuk menolak ajakan atau pendapat dari orang lain.
Tuturan C1
P
: Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan dulu jangan masuk bab 3.
MT
: Bab 3 yang ini itu sama dengan yang kemarin Pak.
P
: Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini!
MT
: Iya pak, kan cuma contoh Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta supaya mitra tutur fokus dulu ke satu hal agar
konsentrasinya tidak terpecah dengan hal-hal yang lain.)
Tuturan C1 merupakan tuturan yang diungkapkan penutur dengan bentuk
tuturan “Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini!”. Tuturan
tersebut terjadi dalam suasana tegang karena terjadi perdebatan antara penutur dan
mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra
tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Berdasarkan konteks tuturan di atas, tuturan C1 termasuk dalam subkategori
basa-basi menolak. Hal ini dikarenakan penutur dalam tuturan tersebut secara
tegas menolak pendapat dari mitra tutur dan menyatakan pendapatnya sendiri
dengan tegas agar mitra tutur fokus untuk merevisi bab 2. Meskipun penutur
berbicara dengan nada keras, namun penutur juga tetap menjaga kesopanan dan
kewibawaannya sebagai seorang dosen. Wujud basa-basi dari tuturan basa-basi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
atas adalah basa-basi murni karena penutur menunjukkan ekspresi tegas yang
dibuktikan dengan nada bicara yang keras kepada mitra tutur. Selain itu, posisi
gerak tubuh penutur juga menunjukkan ketegangan karena marah. Fenomena
basa-basi seperti ini juga terdapat dalam tuturan basa-basi dengan kode C4 yang
dapat dilihat pada lampiran basa-basi subkategori menolak.
Tuturan C2
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan C2 di atas memiliki bentuk basa-basi “Tapi kalau di daftar
menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak”. Dalam tuturan tersebut, penutur
merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan
seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan C2 merupakan tuturan
basa-basi karena mitra tutur berusaha mengelak dan berusaha mempertahankan
pendapatnya. Mitra tutur berusaha untuk mempertahankan pendapatnya agar
penutur percaya dengan data penelitian yang diperolehnya. Meskipun berusaha
mempertahankan pendapatnya, mitra tutur tetap menjaga kesopansantunannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
terhadap mitra tutur. Hal itu sejalan dengan teori Malinowski (1923: 315) yang
mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan
personal antarpeserta komunikasi.
Tuturan di atas termasuk dalam basa-basi subkategori menolak. Hal itu
dikarenakan, mitra tutur menolak pendapat dari penutur dan berusaha untuk
mempertahankan pendapatnya karena mitra tutur merasa bahwa data yang
didapatnya itu benar karena sudah sesuai dengan yang ada di lapangan. Bentuk
fatis “tuh” juga membuktikan bahwa tuturan tersebut merupakan basa-basi
menolak karena mitra tutur tidak serta merta berkata bahwa dia tidak setuju
dengan pendapat penutur namun ada rasa kesopansantunan yang dijaga agar
hubungan baik antara mitra tutur dengan penutur. Tuturan C2 di atas memiliki
wujud basa-basi polar, karena mitra tutur menjawab tuturan dari penutur dengan
langsung menunjukkan bukti. Mitra tutur ketika ditanya pertama kali setuju
dengan pernyataan penutur namun kemudian mitra tutur mengelak dan
memperbaiki jawabannya dengan hal lain. Fenomena basa-basi ini juga terdapat
dalam tuturan C3, C5, dan C6 yang dapat dilihat dalam tabel basa-basi
subkategori menolak di bagian lampiran.
Tuturan C7
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan mitra tutur tentang data penelitian yang
didapatnya.)
Tuturan C7 dalam tuturan tersebut termasuk basa-basi menolak karena penutur
menolak ajakan mitra tutur untuk makan di salah satu rumah makan yang
menyediakan gulai dan sup ayam. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan
berusia 22 tahun. Tuturan di atas merupakan basa-basi menolak karena penutur
bermaksud menolak tawaran mitra tutur secara halus. Kalimat yang berbunyi
“Nek ada gulainya saya ndak makan” menunjukkan penolakan secara halus dan
merupakan basa-basi agar mitra tutur tidak tersinggung dengan penolakan dari
penutur. Tuturan C7 di atas termasuk dalam basa-basi menolak karena penutur
bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur dan menunjukkan
kesopansantunannya kepada mitra tutur.
Tuturan basa-basi di atas memiliki wujud basa-basi murni. Basa-basi
digunakan untuk menolak tawaran dari mitra tutur untuk menjaga hubungan baik
dan kesopanan. Penutur tidak langsung memberikan penolakan atas tawaran dari
mitra tutur, sehingga wujud basa-basi dari tuturan tersebut adalah basa-basi murni.
Artinya apa yang diungkapkan penutur tersebut sesuai dengan kenyataan.
Kenyataan bahwa penutur menderita penyakit tertentu sehingga tidak dapat
mengkonsumsi makanan yang mengandung santan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
D. Wujud Tuturan Fatis Kategori Mengundang
Tuturan fatis mengundang yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang
akan terjadi. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan
untuk membuat janji dengan orang lain.
Tuturan D1
P
: Selamat sore, Pak.
MT
: Selamat sore, gimana kabarnya? Saudara Silvi, sebentar agak ke sini
ya karena itu urusan lain jadi agak ke sini. Ini nanti saya hanya ingin tahu
Saudara itu dari membaca ini, saya rasa kamu belum menguasai permasalahan ya?
Atau mungkin cara membahasakannya yang belum tepat, kok pake kata wujud itu
lho maksudnya apa?
P
: Bentuknya itu Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberi salam kepada mitra tutur karena akan bimbingan
skripsi.)
Tuturan D1 merupakan tuturan basa-basi mengundang karena mitra tutur
meminta penutur untuk menempati tempat lain tetapi tempat lain yang dimaksud
hanya kursi di sebelahnya. Mitra tutur tidak benar-benar meminta penutur untuk
menempati tempat lain karena hanya ada dua kursi di ruangan tersebut. Dalam
tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun
dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Ibrahim (1993)
mengatakan basa-basi mengundang adalah fungsi tuturan untuk mengekspresikan
harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang
akan terjadi. Dalam basa-basi tersebut mitra tutur menggunakan bentuk fatis ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Bentuk fatis ya digunakan untuk meminta persetujuan dari kawan bicara
(Kridalaksana, 1986). Dalam kasus ini, bentuk fatis ya digunakan untuk meminta
persetujuan dari penutur, namun dalam pernyataan itu mengandung makna
perintah di dalamnya.
Wujud dari basa-basi di atas adalah basa-basi murni, karena ungkapanungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang
muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh mitra tutur selaras dengan
kenyataan (Arimi, 1998). Mitra tutur benar-benar meminta penutur untuk
berpindah tempat karena ada pekerjaan lain di tempat yang biasa dipakai oleh
penutur.
Tuturan D3
P
PR.
MT
: Nanti kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya
: Iya, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur.)
Tuturan D3 di atas dituturkan penutur dengan bentuk tuturan “Nanti
kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya PR.”. Dalam
tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan
mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan
tersebut merupakan tuturan basa-basi mengundang karena penutur meminta mitra
tutur untuk datang kembali untuk bimbingan skripsi pada hari Jumat. Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tersebut termasuk basa-basi mengundang karena penutur berharap agar mitra tutur
segera menyelesaikan skripsinya karena itu penutur meminta mitra tutur untuk
bimbingan lagi pada hari Jumat. Jakobson (1980) mendefinisikan bahwa basa-basi
adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan atau
memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan
untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap
memperhatikan. Penutur menuturkan basa-basi tersebut karena bermaksud untuk
mengakhiri bimbingan skripsi pada hari itu.
Tuturan D3 di atas memiliki wujud basa-basi yaitu basa-basi murni karena
penutur benar-benar berharap bahwa mitra tutur akan datang bimbingan hari
Jumat. Basa-basi murni yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis
sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul (Arimi, 1998). Penutur menegaskan
agar mitra tutur datang bimbingan hari Jumat, hal itu ditujukkan dengan tuturan
yang menggunakan bentuk fatis ya. Bentuk fatis ya digunakan untuk meminta
persetujuan dari kawan bicara (Kridalaksana, 1986).
Tuturan D4
P : Permisi, Pak.
MT: Oh iya, mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan?
P : Bab 2, Pak.
MT: Bab 2 yang direvisi ya?
P : Iya.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Mitra tutur mempersilahkan penutur masuk ke ruangan dan memulai
bimbingan skripsi pada hari itu.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tuturan D4 di atas diucapkan mitra tutur dengan bentuk tuturan “Oh iya,
mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan?”. Tuturan
tersebut termasuk tuturan basa-basi karena mitra tutur berusaha untuk membuka
pembicaraan dengan penutur dan tujuannya adalah untuk mempertahankan
hubungan baiknya dengan penutur. Basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang
dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik
dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan
perasaan atau pikiran (Anwar, 1984: 46).
Secara lebih spesifik, basa-basi di atas termasuk dalam subkategori basabasi mengundang karena mitra tutur memberikan sebuah penawaran kepada
penutur. Mitra tutur mempersilahkan penutur untuk duduk. Meskipun sebenarnya
tujuan utamanya adalah untuk menjaga hubungan baik dengan penutur agar
tercipta suasana baik ketika bimbingan skripsi. Oleh karena itu, wujud basa-basi
tuturan D4 tersebut adalah basa-basi polar yaitu tuturan yang berlawanan dengan
realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk
menunjukkan hal yang lebih sopan. Dalam hal ini, mitra tutur memang
mempersilahkan penutur untuk duduk namun hal itu dilakukan hanya untuk
menjaga kesopanan saja. Tuturan tersebut hanyalah tuturan basa-basi sebagai
bentuk refleks dari dirinya ketika ada seseorang yang datang ke ruangannya dan
itu dia gunakan juga untuk memulai pembicaraan dengan penutur.
Tuturan D5
P
MT
P
: Terus kalo sudah, laki-laki di luar itu disuruh masuk.
: Iya, Pak. Terus saya ke sini hari?
: Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
MT
: Oh, iya, Pak, hahaha sudah Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah
menunggu untuk bimbingan skripsi.)
Tuturan D5 di atas dituturkan penutur dengan bentuk tuturan “Nanti
kamu ke sini terus sudah Pak, gitu”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah
seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa
perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi karena
penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur agar
dapat menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Tuturan di atas termasuk dalam
subkategori basa-basi mengundang karena penutur mengharapkan sesuatu yang
baik dari mitra tutur. Ibrahim (1993) mengatakan bahawa basa-basi mengundang
adalah fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang
berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Dalam hal ini, penutur
mengharapkan mitra tutur segera menyelesaikan tugasnya sehingga dapat
bimbingan lagi sesuai dengan jadwal sehingga skripsinya dapat selesai lebih
cepat.
Tuturan D5 tersebut memiliki wujud basa-basi polar. Basa-basi polar yaitu
tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan
yang tidak sebenarnya (Arimi, 1998). Dalam tuturan tersebut, penutur hanya
bergurau dengan mengatakan “Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu”.
Penutur tidak benar-benar meminta mitra tutur untuk datang kembali setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
bimbingan berakhir. Penutur mengatakan demikian agar hubungan antara penutur
dan mitra tutur dapat terjalin dengan baik.
E. Wujud Tuturan Fatis Kategori Selamat
Tuturan fatis selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan
karena adanya kabar baik tentang orang lain. Dalam hal ini, seseorang dapat
menggunakan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan perasaan gembira atas
kabar baik tentang orang lain.
Tuturan E1
P
MT
P
MT
P
MT
: Nilai TKBI saya udah keluar lho, Pak!
: Oh ya? Dapat berapa?
: A: Asikkk! Selamat ya!
: Kalau nilai segitu boleh toh, Pak?
: Boleh lah… Bagus malahan itu!
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberitahukan kepada mitra tutur tentang hasil tes TKBI.)
Tuturan E1 di atas diucapkan penutur dengan bentuk tuturan “Asikkk!
Selamat ya!”. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi karena penutur
berusaha menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Malinowski (1923: 315)
mengatakan bahwa basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam
ikatan personal antarpeserta komunikasi. Penutur mengungkapan perasaan senang
dan bangganya karena mitra tutur dapat memperoleh nilai yang memuaskan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tesnya. Hal itu dilakukan agar tercipta suasana yang baik antara penutur dan mitra
tutur.
Tuturan E1 di atas termasuk dalam kategori basa-basi selamat karena penutur
mengungkapkan kegembiraannya atas hasil yang diperoleh mitra tutur. Wujud
basa-basi dari tuturan tersebut adalah basa-basi murni yaitu ungkapan–ungkapan
yang digunakan penutur sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan (Arimi, 1998). Dalam
tuturan tersebut, penutur dengan tulus memberikan ucapan selamat kepada mitra
tutur atas hasil yang didapatkan oleh mitra tutur. Oleh karena itu, penutur
menggunakan tuturan basa-basi sebagai medianya.
F. Wujud Tuturan Fatis Kategori Salam
Tuturan fatis salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena
bertemu dengan seseorang. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa senang karena bertemu dengan
seseorang atau untuk sekadar menunjukkan kesopanannya ketika bertemu orang
lain.
Tuturan F1
P
MT
P
MT
: Halo, selamat pagi, Wil.
: Pagi, Pak.
: Kamu bawa ini to? Bawa yang …
: Yang revisi, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi
hari itu.)
Tuturan F1 memiliki basa-basi salam “Halo, selamat pagi, Wil” yang
dituturkan oleh penutur. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen
laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berusia 21
tahun. Tuturan tersebut merupakan basa-basi karena penutur berusaha menarik
perhatian dari mitra tutur. Tuturan di atas jelas sekali merupakan basa-basi salam
karena penutur memberikan sapaan kepada mitra tutur sebagai bentuk keramahan.
Bentuk fatis halo dalam tuturan tersebut digunakan untuk menyalami mitra tutur
dan menunjukkan bahwa penutur merasa senang karena mitra tutur datang
bimbingan skripsi setelah lama tidak datang bimbingan.
Tuturan di atas memiliki wujud basa-basi murni. Basa-basi murni adalah
ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur
yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan.
Tuturan tersebut sesuai dengan konteks tuturannya yaitu penutur mengucapkan
selamat sore karena hari itu bimbingan memang dilaksanakan pada sore hari.
Fenomena basa-basi seperti ini terlihat pula pada tuturan F2 yang dapat dilihat
pada tabulasi kategori salam di bagian lampiran.
G. Wujud Tuturan Fatis Kategori Terima Kasih
Tuturan fatis terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih
karena mendapat bantuan. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan
ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan rasa terima kasih karena telah
mendapatkan bantuan dari orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuturan G1
P : Ihh untuk saya? Makasih ya!
MT : Kalo bapak nggak ada, di tempat mbak Ros?
P : Ha’a.
MT : Makasih ya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat mitra tutur membawa sesuatu yang dikiranya akan
diberikan kepadanya.)
Tuturan G1 di atas merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Ihh
untuk saya? Makasih ya!” yang dituturkan oleh penutur. Penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan
berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal di atas merupakan tuturan basa-basi
karena penutur ingin menunjukkan sikap ramahnya kepada mitra tutur untuk
menghargai kebaikan hati dari mitra tutur. Tuturan tersebut merupakan basa-basi
terima kasih. Basa-basi terima kasih adalah fungsi tuturan untuk menyatakan
terima kasih karena mendapat bantuan dari lawan bicaranya (Ibrahim, 1993).
Dalam hal ini, penutur mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang diberikan
oleh mitra tutur.
Tuturan G1 memiliki wujud basa-basi murni karena tuturan yang dituturkan
penutur sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul. Penutur merasa tersanjung
karena mitra tutur memberikan sesuatu kepadanya. Penutur menggunakan tuturan
basa-basi karena penutur ingin menunjukkan keramahannya kepada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tuturan G2
P : Ya sudah nanti saya baca. Tandatangan belum? Halah, belum diisi? Tanda
tangan aja. Aduh, merah nggak papa ya? Wes, saya juga ditunggu ini nanti. Hari
Jumat nanti saya tunggu sudah jadi nanti bab 2 dengan perubahan-perubahan.
Saya sudah tidak akan anu lagi. Jumat itu saya ada rapat, nanti saya sms lah.
MT : Makasih ya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menutup sesi bimbingan hari itu karena penutur harus segera
pergi rapat.)
Tuturan G2 “Makasih ya, Pak” merupakan tuturan basa-basi yang dituturkan
oleh mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan
mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut
merupakan tuturan basa-basi karena mitra tutur berusaha menghargai penutur
yang sedang terburu-buru karena ada sesuatu hal lain yang harus dikerjakan. Mitra
tutur sadar diri jika dirinya hanya akan mengganggu penutur jadi mitra tutur
segera mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan penutur.
Tuturan tersebut termasuk basa-basi terima kasih karena mitra tutur berusaha
untuk menghargai bahwa penutur sedang terburu-buru dan masih mau menerima
skripsi mitra tutur. Mitra tutur merasa sungkan berada di dalam ruangan tersebut
maka mitra tutur segera mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan
tersebut. Tuturan tersebut memiliki wujud basa-basi murni. Hal itu dikarenakan
mitra tutur sadar bahwa penutur sedang terburu-buru maka dia segera
meninggalkan ruangan dan mengucapkan terima kasih karena penutur sudah mau
meluangkan waktu untuk menerima skripsi dari mitra tutur. Fenomena basa-basi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ini terdapat juga dalam tuturan G3 yang dapat dilihat dalam tabulasi kategori
terima kasih di bagian lampiran.
4.2.2 Maksud Tuturan Fatis
Setiap orang yang bertutur tentu terdapat maksud yang ingin disampaikannya.
Rahardi (2003: 16-17) memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya
mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya
tertentu. Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara
eksternal. Wijana dan Muhammad (2008: 10-11) juga mendefinisikan maksud
sebagai elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Jadi, maksud yang
ada dalam setiap tuturan adalah milik si penutur, bukan milik tuturan. Tuturan
adalah media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tertentu.
Dalam pembahasan ini, peneliti akan mendeskripsikan maksud dari tuturan
basa-basi yang dituturkan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga
menggunakan partikel fatis (ah, ayo, deh, dong, ding, halo, kan, kek, kok, -lah,
lho, mari, nah, dan ya) yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1986:
111) untuk mempertegas dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh
peserta komunikasi melalui tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan analisis
data mengenai maksud tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa Program Studi
Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
A. Maksud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf
Tuturan fatis meminta maaf (apologize) yaitu fungsi tuturan untuk
mengekspresiakan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Jadi
tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh seseorang memiliki maksud
penyesalan atau rasa tidak enak hati yang ingin ditujukkan seseorang kepada
lawan bicaranya, atas konteks yang melingkupi tuturan fatis tersebut. Berikut ini
merupakan maksud tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh dosen dan
mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu?
MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing.
MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau
di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman
si peneliti, mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis
suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya
kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.)
Tuturan A1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun
dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra
tutur merasa kesulitan dengan contoh yang harus didapatnya, mitra tutur meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
saran penutur tentang hal tersebut. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur agar
tidak terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan data yang sesuai dengan teori
yang digunakan.
Maksud penutur melalui tuturan fatis tersebut adalah penutur tidak benarbenar meminta maaf kepada mitra tutur karena penutur tidak bersalah. Penutur
menuturkan demikian agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari
penutur. Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra
tutur.
B. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menerima
Tuturan fatis menerima (Accept) yaitu fungsi tuturan untuk menerima
(menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Berdasarkan hal inilah, seseorang dapat
menuturkan sebuah ungkapan atau basa-basi yang bermaksud menanggapi,
menerima, atau bahkan menghargai tuturan dari orang lain. Tentunya maksud dari
tuturan fatis menerima ini dipengaruhi oleh konteks dan niat pribadi dari “si
pengucapnya”. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menerima yang
diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan B1
P
: Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem?
MT : Pinjam perpus kok Pak.
P
: Saya mau beli lagi tuh ndak ada e.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur
penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut.)
Tuturan B1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun
dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur
berusaha untuk mempertahankan pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur
memulai percakapan dengan menanyakan buku sintaksis yang dibawa oleh mitra
tutur.
Maksud tuturan tersebut adalah penutur berusaha untuk mempertahankan
pembicaraannya dengan mitra tutur. Penutur membuka pembicaraan dengan
menyakan tentang buku sintaksis yang dibawa oleh mitra tutur. Penutur tidak
benar-benar ingin tahu dari mana mitra tutur mendapatkan buku tersebut,
sedangkan mitra tutur menjawab pertanyaan dari penutur untuk menjaga sopan
santun dan menghargai penutur.
Tuturan B2
MT : Ehmmm.. Haduh pak!
P
: Kenapa toh?
MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya
ini harus ditambahi lagi atau sudah pak?
P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam
mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus
menjelaskannya kepada penutur.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tuturan B2 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur
bingung dengan skripsi yang dikerjakannya. Mitra tutur meminta penjelasan dari
penutur agar dia dapat lebih jelas dalam mengerjakan skripsinya. Penutur
menanggapi mitra tutur dengan sabar agar dapat memberikan penjelasan yang
baik kepada mitra tutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar
menanyakan kesulitan mitra tutur. Penutur hanya sekadar memecah kesunyian
karena mitra tutur terlihat bingung untuk menyusun kalimat. Penutur berusaha
dengan sabar menanyakan ada apa agar mitra tutur tidak takut ketika bertanya
tentang skripsinya. Penutur menggunakan bentuk fatis toh untuk menekankan
bahwa penutur menunggu mitra tutur memberikan pertanyaan tentang skripsnya.
Tuturan B3
P
: Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang
penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1.
MT : Iya pak.
P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…
MT : Iya pak, hehehehe…
P : Oh anunya mana itu sil.
MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju
yang dikenakan oleh mitra tutur.)
Tuturan B3 di atas, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
berusaha untuk memecah kesunyian dan menjaga hubungan baik antara penutur
dan mitra tutur. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan
berpenampilan berbeda dari biasanya.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar memuji
penampilan mitra tutur. Penutur hanya sekedar untuk memecah kesunyian dan
menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Pujian yang dituturkan penutur
tersebut dilakukan agar mitra tutur tidak merasa tegang dengan bimbingan skripsi
pada hari itu. Penutur melihat bahwa mitra tutur sangat tegang jadi untuk
mencairkan suasana penutur berusaha untuk memuji penampilan mitra tutur yang
memang tampak sangat berbeda dengan biasanya.
Tuturan B5
P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan! Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah
tidur ya?
MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak.
P : Ngapain aja lelah tuh?
MT : Kemarin Pak, membuat lelah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika
datang bimbingan.)
Dalam tuturan B5 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia
42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan
skripsi. Penampilan mitra tutur sangat tidak rapi dan tidak pantas untuk menemui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dosen. Penutur merasa kurang dihargai sebagai dosen karena mitra tutur datang
dengan penampilan yang sangat berantakan.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar mitra tutur
memperbaiki penampilannya ketika bimbingan. Penutur terus memberikan
pertanyaan agar mendapatkan alasan yang tepat mengapa mitra tutur terlihat tidak
siap ketika datang bimbingan. Meskipun tidak memberikan teguran secara
langsung, penutur berharap bahwa mitra tutur dapat mengerti maksud dari penutur
yang tidak suka jika mitra tutur datang bimbingan dengan penampilan yang
berantakan seperti itu.
Tuturan B6
MT1 : Si Mei mana e?
MT2 : Mei?
P
: Lho si Mei kenapa?
MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatan e pak.
P : Dia belum ikut krs juga toh?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan
berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur
menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan
mengkhawatirkan keadaannya.)
Tuturan B6 di atas, penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra
tutur 1 adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah
mahasiwa perempuan berusia 22 tahun. Mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 sedang
membicarakan salah satu teman mereka yang tidak pernah terlihat di kampus.
Penutur ikut terlibat dalam pembicaraan dengan ikut menanyakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
mahasiswanya tersebut. Hal itu dilakukan agar penutur merasa dilibatkan dalam
pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak hanya sekedar untuk
menanyakan keadaan dari mahasiswa yang tidak pernah terlihat di kampus
tersebut, namun penutur juga ingin dilibatkan dalam pembicaraan. Jika kedua
mitra tutur hanya berbincang berdua penutur merasa tidak dihargai padahal
penutur ada di depan kedua mitra tutur. Maka, penutur mencoba untuk terlibat
dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.
Tuturan B7
P
: Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius.
MT : Oh, iya, Pak, nanti saya carinya.
P
: Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang
punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging
sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.)
Dalam tuturan B7 tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun
dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
menjelaskan kepada mitra tutur tentang salah satu makanan pendamping nasi yang
dapat dijadikan data oleh mitra tutur. Penutur meminta mitra tutur untuk
menambahkan makanan tersebut sebagai data penelitiannya agar mitra tutur dapat
menyajikan data yang bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur berusaha untuk melegakan
hati penutur dengan memberikan kesanggupan akan menambah data penelitiannya
dengan usulan dari penutur. Mitra tutur tidak benar-benar akan menambah data
penelitiannya dengan makanan tersebut karena mitra tutur belum pernah melihat
maupun mencicipi makanan tersebut. Namun, untuk menjaga kesopanan, mitra
tutur memberikan jawaban kesanggupannya kepada penutur.
Tuturan B8
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan B8 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Tuturan di atas membicarakan tentang data penelitian yang didapat oleh mitra
tutur. Penutur meminta penjelasan tentang data penelitian tersebut karena ia
merasa data yang didapat mitra tutur tidak sesuai dengan kenyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan tanggapan
baik dari pernyataan penutur. Mitra tutur menunjukkan perhatiannya dengan
meminta persetujuan dari penutur apakah jika memakai santan tidak boleh
dikonsumsi oleh penutur. Mitra tutur mengatakan demikian dengan tujuan untuk
lebih mempererat hubungan antara dia dengan penutur.
Tuturan B10
P
: Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya
ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak?
MT
: Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.
P
: Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu.
Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak.
MT : Nggak papa, nggak papa kok kalo ada.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada
mitra tutur tentang teori yang didapatnya.)
Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan
berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya. Penutur meminta saran
kepada mitra tutur apakah teori yang didapatnya dari sumber lain dapat
dimasukkan dalam skripsinya atau tidak. Mitra tutur memberikan tanggapan baik
karena ia memberikan keleluasaan kepada penutur untuk mencari teori yang
sesuai dengan penelitiannya.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan kebebasan
kepada penutur untuk mencari teori dari sumber mana saja. Namun teori itu harus
sesuai dengan penelitian yang dibuatnya. Mitra tutur tidak memaksakan harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menggunakan teori tertentu agar penutur semakin mendapatkan ilmu baru dari
Tuturan B12
P
MT
P
: Ini sama ya? Satu nada ya?
: Iya Pak, cuma saya tambahi gudangan Pak.
: Ya, ndak papa. Itu kan pendamping nasi, aman jadi ndak usah.
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur mengoreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur karena mitra
tutur menambahkan beberapa data dalam penelitiannya.)
Dalam tuturan B12 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki
berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22
tahun. Penutur memberikan koreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur. Mitra
tutur memberikan penjelasan tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur
memberikan tanggapan positif dengan menyetujui data yang didapat oleh mitra
tutur karena sudah sesuai dengan data awal penelitian.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menyetujui data yang didapat
oleh mitra tutur. Penutur melakukan hal tersebut karena mitra tutur sudah sesuai
dalam mendapatkan data yang sudah disepakati dari awal. Penutur memberikan
tanggapan baik agar mitra tutur menambah lagi data penelitiannya sehingga
semakin bervariasi data yang akan ditelitinya.
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan.
P
: Semoga jangan sampai dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P
: Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesaiselesai. Hahahaha…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
MT1
: Iyuhhh..
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.)
Dalam tuturan B14 ini, penutur merupakan seorang dosen berusia 42
tahun, mitra tutur 1 merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun, dan mitra
tutur 2 merupakan mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur meminta
mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing dua agar penutur dapat segera
memberikan tanda tangan sehingga mitra tutur 1 dapat melanjutkan mengerjakan
bab selanjutnya. Mitra tutur sangat berharap bahwa dosen pembimbing dua tidak
mempersulitnya. Penutur memberikan dukungan dengan lelucon agar mitra tutur 1
tidak terlalu terbebani dengan skripsinya.
Maksud dari tuturan di atas adalah mitra tutur tidak benar-benar memberi
tanggapan mengejek, namun mitra tutur juga merasa tidak percaya dengan
pernyataan penutur yang akan membantunya. Mitra tutur merasa penutur juga
sering mempersulitnya dalam mengerjakan skripsi. Tanggapan tersebut dituturkan
mitra tutur dalam keadaan sedang bergurau dengan penutur. Maka mitra tutur
berani memberikan tanggapan seperti itu.
Tuturan B15
P
MT
P
MT
P
MT
: Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
: Enggak. Dipisah, Pak.
: Nah!
: Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul, Pak.
: Oh..
: Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
P
MT
P
MT
: Saya belum pernah sih.
: Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
: Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
: Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Tuturan B15 ini, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun
dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya.
Penutur tidak yakin dengan data yang didapat oleh mitra tutur. Namun mitra tutur
mempunyai penjelasan yang kuat tentang data penelitian yang didapatnya.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar paham
dengan penjelasan dari mitra tutur. Penutur memberikan tanggapan baik agar
mitra tutur merasa dihargai penjelasannya karena penutur merasa jelas. Meskipun
sebenarnya penutur belum pernah menemukan rumah makan yang menyediakan
menu seperti yang dituturkan oleh mitra tutur.
Tuturan B16
P
MT
P
: Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
: Enggak. Dipisah, Pak.
: Nah!
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Dalam tuturan B16 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki 42
tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang
didapatnya. Penutur merasa bahwa data penelitian yang didapat mitra tutur tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Penutur merasa benar dengan pendapat yang
dikemukakannya karena ia belum pernah melihat nama hidangan pendamping nasi
seperti yang dipaparkan oleh mitra tutur dalam skripsinya.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur meminta perhatian dari mitra
tutur agar mendengarkan penjelasannya. Selain itu, penutur juga merasa bahwa
pendapatnya benar karena mitra tutur juga setuju dengan pendapat dari penutur.
Namun ternyata mitra tutur memiliki penjelasan lain mengapa mitra tutur
menuliskan data penelitian seperti itu. Penutur tidak membenarkan ataupun
menyalahkan data yang didapat mitra tutur. Penutur hanya ingin meminta
penjelasan karena ia belum pernah menemukan hidangan pendamping nasi seperti
yang dipaparkan oleh mitra tutur.
C. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menolak
Tuturan fatis menolak (reject) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar)
basa-basi dari mitra tutur. Jadi bentuk tuturan fatis menolak yang dituturkan oleh
seseorang bermaksud melanggar atau bahkan menyangkal tuturan dari orang lain.
Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menolak yang diucapkan oleh dosen
dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tuturan C1
P
MT
P
MT
: Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan dulu jangan masuk bab 3.
: Bab 3 yang ini itu sama dengan yang kemarin Pak.
: Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini!
: Iya pak, kan cuma contoh Pak
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta supaya mitra tutur fokus dulu ke satu hal agar
konsentrasinya tidak terpecah dengan hal-hal yang lain.)
Tuturan C1 di atas, Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun
dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut
terjadi dalam suasana tegang karena terjadi perdebatan antara penutur dan mitra
tutur. Penutur meminta mitra tutur agar fokus dulu mengerjakan bab 2 karena
masih banyak kesalahan yang dibuat dalam bab 2. Mitra tutur meminta agar
penutur menerima bab 3 yang sudah dibawanya, namun ditolak oleh penutur.
Maksud tuturan di atas adalah penutur menolak pendapat dari mitra tutur. Hal
itu dituturkan dengan nada tegas agar mitra tutur mau mendengarkan penutur.
Penutur tidak benar-benar marah dengan mitra tutur namun ia hanya ingin agar
mitra tutur dapat fokus ke satu hal dulu untuk diperbaiki. Penutur tidak ingin
fokus mitra tutur terpecah-pecah sehingga apa yang dikerjakannya tidak sesuai
dengan yang dijelaskan penutur.
Tuturan C2
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul tuh Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya.)
Dalam tuturan C2 tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia
42 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa perempuan berusia 22
tahun. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian
yang didapatnya. Penutur ragu dengan data yang diperoleh mitra tutur. Mitra tutur
berusaha menjelaskan bahwa data yang didapatnya sudah sesuai dengan yang ada
di lapangan, namun penutur masih belum yakin dengan penjelasan dari mitra
tutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak setuju dengan pendapat
dari penutur. Mitra tutur berusaha menjelaskan kepada penutur tentang data yang
didapatnya tersebut. Mitra tutur menggunakan tuturan basa-basi tersebut agar
penutur tidak langsung tersinggung dengan pernyataan dari mitra tutur.
Tuturan C7
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur?
MT : Enggak, dipisah Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan.
MT : Oh iya ya Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta penjelasan mitra tutur tentang data penelitian yang
didapatnya.)
Dalam tuturan C7 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur
menolak ajakan mitra tutur untuk mengunjungi salah satu rumah makan karena
penutur tidak dapat mengkonsumsi makanan yang disajikan di rumah makan
tersebut. Penutur menolak dengan halus agar mitra tutur tidak tersinggung. Mitra
tutur memaklumi hal itu karena ia tahu tentang penyakit yang diderita penutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menggunakan tuturan basa-basi
agar mitra tutur tidak tersinggung karena penutur menolak ajakan dari mitra tutur.
Penutur memberikan alasan dia tidak dapat mengkonsumsi makanan yang
disajikan di rumah makan tersebut agar penolakannya terdengar lebih sopan
dengan alasan yang sudah diketahui oleh mitra tutur. Penutur sebenarnya hanya
ingin mengetahui apakah data penelitian yang didapat mitra tutur sudah sesuai
atau belum. Penutur tidak benar-benar menanggapi ajakan dari mitra tutur
tersebut, maka ia menolak ajakan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
D. Maksud Tuturan Fatis Kategori Mengundang
Tuturan fatis mengundang (bid) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan
harapan baik, ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang
akan terjadi. Berdasarkan definisi tersebut, tuturan fatis mengundang yang
dituturkan oleh seseorang memiliki maksud menawarkan, mengajak atau bahkan
mempengaruhi orang lain untuk mengungkapkan hal baik yang diharapkannya.
Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis mengundang yang diucapkan oleh
dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Tuturan D1
P
: Selamat sore, Pak.
MT
: Selamat sore, gimana kabarnya? Saudara Silvi, sebentar agak ke sini
ya karena itu urusan lain jadi agak ke sini. Ini nanti saya hanya ingin tahu
Saudara itu dari membaca ini, saya rasa kamu belum menguasai permasalahan ya?
Atau mungkin cara membahasakannya yang belum tepat, kok pake kata wujud itu
lho maksudnya apa?
P
: Bentuknya itu Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberi salam kepada mitra tutur karena akan bimbingan
skripsi.)
Tuturan D1 di atas, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21
tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Mitra tutur
menanyakan tentang skripsi yang dikerjakan oleh penutur. Penutur merasa mitra
tutur belum paham dengan masalah yang dibahas dalam skripsinya. Penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
berusaha untuk menjelaskan kepada mitra tutur bahwa masalah yang akan dibahas
dalam skripsi itu harus jelas agar tidak menyulitkan peneliti itu sendiri.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak benar-benar meminta
penutur untuk duduk di tempat lain karena di ruangan itu hanya ada 2 kursi saja.
Mitra tutur meminta penutur untuk menempati tempat lain karena mitra tutur takut
jika penutur mengganggu pekerjaannya. Meskipun mitra tutur berkata dengan
sopan dan berbasa-basi namun tuturan tersebut mengandung nada perintah.
Sehingga mau tidak mau penutur harus menuruti permintaan dari mitra tutur.
Tuturan D3
P
PR.
MT
: Nanti kamu ketemu saya hari Jumat ya? Karena saya masih punya
: Iya, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur.)
Dalam tuturan D3 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia
42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur membuat janji bimbingan skripsi dengan mitra tutur. Penutur ingin agar
mitra tutur segera merevisi pekerjaannya sehingga skripsi yang dikerjakannya
cepat selesai. Penutur berharap agar mitra tutur rajin merevisi skripsinya dan rajin
bimbingan agar jika ada kesalahan dapat langsung diperbaiki.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur memiliki harapan baik bagi
mitra tutur agar ia segera menyelesaikan skripsinya. Penutur sangat berharap jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
mitra tutur dapat rajin merevisi dan datang bimbingan dengan rajin. Penutur tidak
hanya sekedar membuat janji bimbingan, namun ada maksud baik ketika janji
bimbingan itu ditepati. Meskipun penutur sangat sibuk, ia berharap agar mitra
tutur dapat menghargai ketika ia sudah mau meluangkan waktunya untuk
bimbingan skripsi dengan mitra tutur.
Tuturan D4
P : Permisi, Pak.
MT: Oh iya, mari silahkan duduk dulu. Hari ini kalian mau mengumpulkan?
P : Bab 2, Pak.
MT: Bab 2 yang direvisi ya?
P : Iya.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Mitra tutur mempersilahkan penutur masuk ke ruangan dan memulai
bimbingan skripsi pada hari itu.)
Tuturan D4 di atas, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia
22 tahun dan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Mitra
tutur menerima sapaan dari penutur dan mempersilahkannya untuk duduk. Hal itu
dilakukan mitra tutur untuk menjaga kesopanan dan hubungan baik dengan
penutur. Mitra tutur menghadirkan suasana santai agar penutur tidak merasa
terbebani ketika bimbingan skripsi berlangsung.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur tidak benar-benar meminta
penutur untuk duduk, ia hanya bersopan santun agar penutur nyaman ketika
bimbingan skripsi berlangsung. Mitra tutur memberikan suasana nyaman dan
santai agar penutur tidak tegang ketika bimbingan. Mitra tutur mempersilahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
penutur untuk duduk dimaksudkan juga agar bimbingan segera dimulai karena
masih ada beberapa mahasiswa lain yang akan bimbingan juga.
Tuturan D5
P
MT
P
MT
: Terus kalo sudah, laki-laki di luar itu disuruh masuk.
: Iya, Pak. Terus saya ke sini hari?
: Nanti kamu ke sini terus sudah Pak, gitu.
: Oh, iya, Pak, hahaha sudah Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah
menunggu untuk bimbingan skripsi.)
Tuturan D5 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42
tahun sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun.
Penutur meminta mitra tutur untuk memanggil mahasiswa lain yang sudah
menunggu di luar. Penutur mencoba mencairkan suasana agar mitra tutur tidak
terbebani setelah bimbingan berakhir karena ada banyak hal yang harus diperbaiki
oleh mitra tutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar meminta
mitra tutur untuk datang lagi ke ruangannya setelah memanggil mahasiswa lain
yang ada di luar. Hal itu dilakukan penutur untuk memecah kesunyian dan
menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Penutur tidak meminta mitra tutur
untuk melakukan apa yang dikatakannya karena mereka sudah membuat janji
sebelumnya. Mitra tutur hanya memastikan janji mereka agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara dirinya dengan penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
E. Maksud Tuturan Fatis Kategori Selamat
Tuturan fatis selamat (congratulate) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan
kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain. Jadi tuturan fatis
selamat yang diucapkan oleh seseorang memiliki maksud mengekspresikan rasa
gembiranya atau bahkan menunjukkan kepeduliannya atas prestasi dan
kebahagiaan dari orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis selamat
yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan E1
P
MT
P
MT
P
MT
: Nilai TKBI saya udah keluar lho, Pak!
: Oh ya? Dapat berapa?
: A: Asikkk! Selamat ya!
: Kalau nilai segitu boleh toh, Pak?
: Boleh lah… Bagus malahan itu!
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberitahukan kepada mitra tutur tentang hasil tes TKBI.)
Tuturan E1 di atas, penutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun
dan mitra tutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun. Penutur memberitahukan
kepada mitra tutur tentang hasil tesnya. Penutur juga menanyakan apakah dengan
nilai itu sudah memenuhi syarat untuk ujian atau belum. Mitra tutur merasa
senang karena penutur dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur merasa bangga dan senang
karena penutur memperoleh hasil yang memuaskan dalam tesnya. Mitra tutur juga
berharap agar penutur tidak cepat puas dengan hasil yang didapat namun ia juga
harus rajin agar dapat berguna baginya nanti. Mitra tutur juga berharap agar mitra
tutur juga segera menyelesaikan skripsinya dan memperoleh hasil yang
memuaskan juga.
F. Maksud Tuturan Fatis Kategori Salam
Tuturan fatis salam (great) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang
karena bertemu seseorang. Jadi tuturan fatis salam yang dituturkan oleh seseorang
memiliki maksud mengekspresikan atau menunjukkan kegembiraannya karena
bertemu dengan orang lain. Secara tidak langsung, tuturan fatis salam yang
dituturkan oleh seseorang juga memiliki maksud mempengaruhi lawan bicaranya
agar memiliki rasa gembira pula. Berikut ini merupakan tuturan fatis salam yang
diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan F1
P
MT
P
MT
: Halo, selamat pagi, Wil.
: Pagi, Pak.
: Kamu bawa ini to? Bawa yang …
: Yang revisi, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi
hari itu.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Dalam tuturan F1 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia
42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun. Penutur
menyambut mitra tutur yag akan bimbingan skripsi. Penutur memberikan salam
terlebih dahulu agar mitra tutur merasa dihargai dan diterima kehadirannya oleh
penutur.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar suasana bimbingan
tidak terlalu tegang dan lebih santai karena penutur akan menyampaikan beberapa
hal yang perlu diperbaiki oleh mitra tutur. Penutur memberikan salam terlebih
dahulu kepada mitra tutur agar ia merasa dihargai oleh penutur. Kehadiaran mitra
tutur juga sudah ditunggu karena ia sudah lama tidak bimbingan skripsi. Penutur
berharap agar mitra tutur merasa kehadirannya diterima dan dihargai olehnya.
G. Maksud Tuturan Fatis Kategori Terima Kasih
Tuturan fatis terima kasih (thanks) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan
terima kasih karena mendapat bantuan. Jadi tuturan fatis terima kasih yang
dituturkan oleh seseorang memiliki maksud membalas budi atas bantuan “nyata”
yang sudah diberikan oleh orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis
terima kasih yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan G1
P : Ihh untuk saya? Makasih ya!
MT : Kalo bapak nggak ada, di tempat mbak Ros?
P : Ha’a.
MT : Makasih ya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat mitra tutur membawa sesuatu yang dikiranya akan
diberikan kepadanya.)
Tuturan G1 di atas merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Ihh
untuk saya? Makasih ya!” yang dituturkan oleh penutur. Penutur adalah seorang
dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan
berusia 22 tahun. Penutur melihat bahwa mitra tutur membawa sesuatu yang
dikiranya akan diberikan kepadanya. Penutur hanya sekedar mengkonfirmasi
tanpa menunggu jawaban dari mitra tutur dan langsung mengucapkan terima kasih
kepada mitra tutur. Mitra tutur hanya diam saja dan langsung mengalihkan
pembicaraan ke hal lain.
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar menginginkan
sesuatu yang dibawa oleh mitra tutur. Penutur melakukan hal itu untuk memecah
kesunyian dan menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Penutur sering
melakukan hal itu agar ia dapat menjalin hubungan baik dan menjalin keakraban
dengan mahasiswanya.
Tuturan G2
P : Ya sudah nanti saya baca. Tandatangan belum? Halah, belum diisi? Tanda
tangan aja. Aduh, merah nggak papa ya? Wes, saya juga ditunggu ini nanti. Hari
Jumat nanti saya tunggu sudah jadi nanti bab 2 dengan perubahan-perubahan.
Saya sudah tidak akan anu lagi. Jumat itu saya ada rapat, nanti saya sms lah.
MT : Makasih ya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
santai. Penutur menutup sesi bimbingan hari itu karena penutur harus segera
pergi rapat.)
Tuturan G2 “Makasih ya, Pak” merupakan tuturan basa-basi yang dituturkan
oleh mitra tutur. Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan
mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut
terjadi dalam suasana tergesa-gesa karena penutur harus segera pergi rapat. Mitra
tutur yang mengetahui bahwa kehadirannya hanya akan mengganggu penutur
mengambil inisiatif untuk mengakhiri bimbingan pada hari itu dan segera
meninggalkan ruangan.
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur sadar diri bahwa kehadirannya
hanya akan mengganggu penutur. Oleh karena itu, mitra tutur segera
mengucapkan terima kasih dan meninggalkan ruangan penutur. Mitra tutur
berbasa-basi mengucapkan terima kasih agar penutur merasa dihargai olehnya.
Mitra tutur berbasa-basi demikian karena penutur mau meluangkan waktunya
sebentar untuk bertemu dengan mitra tutur.
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini, peneliti akan membahas hasil analisis data yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Analisis data menguraikan wujud dan
maksud tuturan fatis yang diperoleh dari proses konsultasi skripsi yang dilakukan
oleh dosen dan mahasiswa. Data yang telah dianalisis masih perlu dibahas, agar
kita mengetahui jenis tuturan fatis yang baru dan penanda fatis yang baru pula.
Selain itu, pembahasan juga dapat menunjukkan perbandingan setiap jenis tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
fatis yang telah diperoleh dari analisis data, agar kita mengetahui perbedaan setiap
jenisnya beserta alasan yang mendasari munculnya perbedaan itu dengan
menggunakan teori para ahli. Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai hasil
analisis data.
A. Wujud Tuturan Fatis
Tuturan fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan
personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran
kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan (Arimi, 1998). Arimi (1998)
membagi tuturan fatis yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia
berdasarkan daya tuturannya yang digolongkan ata dua jenis, yaitu basa-basi
murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuati dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. basa-basi polar adalah
tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan
yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Salah satu contoh basa-basi murni dalam penelitian ini yaitu:
Tuturan F1
P
MT
P
MT
: Halo, selamat pagi, Wil.
: Pagi, Pak.
: Kamu bawa ini to? Bawa yang …
: Yang revisi, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi
hari itu.)
Tuturan fatis tersebut termasuk basa-basi murni karena digunakan untuk menyapa
orang lain. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan
skripsi. Tuturan yang dipakai adalah selamat pagi. Ungkapan selamat pagi dipakai
secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul yang menandai realitas
pagi hari.
Berbeda dengan jenis basa-basi murni, dalam basa-basi polar orang harus
memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut ini salah satu contoh jenis basa-basi polar yang ditemukan peneliti.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu?
MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya.
P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing.
MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau
di situ nggak ada ya jangan dicari. Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada,
tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman
si peneliti, mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis
suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya
kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tuturan permintaan maaf dari penutur tidak benar-benar ditujukan sebagai
permohonan maaf kepada mitra tutur karena penutur memang tidak melakukan
kesalahan apa pun. Permohonan maaf yang dituturkan tersebut digunakan sebagai
media agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur.
Peneliti juga menemukan satu lagi wujud tuturan fatis dalam penelitian ini.
Wujud tersebut adalah fatis murni. Fatis murni memiliki tuturan yang hanya
menggunakan bentuk fatis saja. Selain itu, peneliti mengaitkan teori dari
Malinowski dalam tesis Waridin (2008: 13) yang mendefinisikan istilah phatic
communion (komunikasi fatis) sebagai “a type of speech in which ties of union are
created by a mere exchange of word” dengan tuturan fatis yang diperoleh dari
proses konsultasi skripsi yang belum tentu merupakan tuturan basa-basi. Peneliti
menempatkan teori itu pada posisi yang netral, sebagaimana istilah fatis itu sendiri
yang ternyata di dalam skripsi ini mencangkup tuturan fatis murni, tidak hanya
tuturan basa-basi. Tuturan fatis saat ini tidak selalu identik dengan basa-basi.
Dalam skripsi ini, peneliti mengamati tuturan konsultasi skripsi yang walaupun
sebagian bukanlah tuturan basa-basi, namun tuturan fatis murni tersebut masih
memiliki karakteristik seperti tuturan basa-basi yang selama ini dikenal sebagai
satu-satunya bentuk tuturan yang mengandung unsur fatis. Tuturan fatis murni
merupakan tuturan yang memiliki unsur fatis dan cenderung berfungsi untuk
menyampaikan pesan, namun masih memiliki fungsi sosial seperti dalam tuturan
basa-basi, walaupun tuturan fatis murni bukanlah basa-basi. Berikut ini salah satu
contoh wujud fatis murni dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan.
P
: Semoga jangan sampai dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P
: Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesaiselesai. Hahahaha…
MT1 : Iyuhhh..
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks: Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur
adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.)
Tuturan iyuhhh tersebut tidak memiliki arti apa pun secara leksikal, namun tuturan
tersebut memiliki maksud tertentu. Tuturan fatis murni itu digunakan sebagai
ungkapan menerima tanggapan dari penutur namun ada rasa tidak percaya dari
mitra tutur tersebut. Wujud fatis murni digunakan terkadang karena tidak ada kata
atau kalimat yang dapat mengungkapkan perasaan dari seseorang. Mitra tutur
menyampaikan hal itu agar penutur menangkap maksud dari mitra tutur.
B. Maksud Tuturan Fatis
Setiap orang yang bertutur pasti memiliki maksud yang ingin disampaikannya.
Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturannya. Tuturan hanya
sebagai media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menemukan berbagai macam maksud yang dituturkan baik
oleh penutur maupun mitra tutur. Maksud itu disampaikan secara tidak langsung,
maksudnya adalah pembicara tidak secara langsung mengungkapkan maksudnya
kawan bicaranya. Hal itu dilakukan tidak semata-mata hanya untuk menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
perasaan orang lain saja, namun seseorang mengungkapkan maksud secara tidak
langsung untuk tujuan-tujuan tertentu. Berikut beberapa contoh maksud tuturan
fatis yang terdapat dalam penelitian ini.
Tuturan B3
P
: Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang
penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1.
MT : Iya pak.
P : Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…
MT : Iya pak, hehehehe…
P : Oh anunya mana itu sil.
MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju
yang dikenakan oleh mitra tutur.)
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar memuji
penampilan mitra tutur. Penutur hanya sekedar untuk memecah kesunyian dan
menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Pujian yang dituturkan penutur
tersebut dilakukan agar mitra tutur tidak merasa tegang dengan bimbingan skripsi
pada hari itu. Penutur melihat bahwa mitra tutur sangat tegang jadi untuk
mencairkan suasana penutur berusaha untuk memuji penampilan mitra tutur yang
memang tampak sangat berbeda dengan biasanya.
Tuturan B3 di atas memiliki maksud untuk memecah kesunyian dan menjaga
hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Tujuan itu tidak dituturkan secara
langsung oleh penutur, namun menggunakan tuturan pujian kepada mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
tentang penampilannya barunya. Selain untuk memecah kesunyian dan menjaga
hubungan baik, ada juga maksud untuk sekedar melegakan hati seseorang dengan
memberikan tanggapan baik kepada orang itu. Berikut ini contoh tuturan tersebut.
Tuturan B7
P
: Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius.
MT : Oh, iya, Pak, nanti saya carinya.
P
: Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang
punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging
sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.)
Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur berusaha untuk melegakan hati
penutur dengan memberikan kesanggupan akan menambah data penelitiannya
dengan usulan dari penutur. Mitra tutur tidak benar-benar akan menambah data
penelitiannya dengan makanan tersebut karena mitra tutur belum pernah melihat
maupun mencicipi makanan tersebut. Namun, untuk menjaga kesopanan, mitra
tutur memberikan jawaban kesanggupannya kepada penutur.
Tuturan B7 di atas membuktikan bahwa maksud sebenarnya tidak mungkin
diungkapkan secara langsung kepada penutur. Maka mitra tutur memberikan
tanggapan positif kepada penutur agar melegakan hatinya. Selain itu, ada pula
maksud yang disampaikan seseorang bertujuan untuk menciptakan suasana
nyaman dan santai seperti contoh berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Tuturan F1
P
MT
P
MT
: Halo, selamat pagi, Wil.
: Pagi, Pak.
: Kamu bawa ini to? Bawa yang …
: Yang revisi, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur
adalah mahasiswa laki-laki berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana
santai. Penutur menyambut kedatangan mitra tutur yang akan bimbingan skripsi
hari itu.)
Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar suasana bimbingan tidak
terlalu tegang dan lebih santai karena penutur akan menyampaikan beberapa hal
yang perlu diperbaiki oleh mitra tutur. Penutur memberikan salam terlebih dahulu
kepada mitra tutur agar ia merasa dihargai oleh penutur. Kehadiaran mitra tutur
juga sudah ditunggu karena ia sudah lama tidak bimbingan skripsi. Penutur
berharap agar mitra tutur merasa kehadirannya diterima dan dihargai olehnya.
Maksud tidak dapat diartikan secara langsung oleh seseorang tanpa melihat
konteks tuturan. Seseorang dapat mengerti maksud dari suatu tuturan karena
melihat konteks tuturan itu. Maksud disampaikan secara tidak langsung agar dapat
menjaga perasaan kawan bicara. Selain itu, maksud suatu tuturan dapat berfungsi
untuk memecah kesunyian atau untuk sekedar melegakan hati seseorang saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan
berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini. Sedangkan saran berisi halhal relevan yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan. Berikut adalah
pemaparan dari kedua hal tersebut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan adanya tuturan fatis
dalam berbahasa antara dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Temuan dalam hasil analisis data
disimpulkan sebagai berikut.
Tuturan fatis digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan
personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran
kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk
membentuk hidup bersama yang menyenangkan (Arimi, 1998). Arimi (1998)
membagi tuturan fatis yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia
berdasarkan daya tuturannya yang digolongkan ata dua jenis, yaitu basa-basi
murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang
dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya
apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. basa-basi polar adalah
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan
yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Tuturan fatis basa-basi murni terdapat biasanya terdapat dalam subkategori
selamat, menerima, salam, dan terima kasih. Namun tidak menutup kemungkinan
terdapat juga dalam subkategori menolak dan mengundang. Hal tersebut terjadi
karena dalam subkategori tersebut penutur akan menuturkan sesuatu apa adanya
sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Selain itu, dalam subkategori tersebut
penutur akan menuturkan sesuai dengan kata hatinya dan suasana yang terjadi
dalam percakapan.
Tuturan fatis basa-basi polar berbeda dengan tuturan fatis basa-basi murni
yang menuturkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang terjadi. Tuturan fatis basabasi polar cenderung menyembunyikan maksud sesungguhnya dari sebuah tuturan
tersebut dengan tujuan untuk menunjukkan kesopanan. Tuturan fatis basa-basi
polar biasanya terdapat dalam subkategori meminta maaf, menolak dan
mengundang. Hal tersebut terjadi karena dalam subkategori tersebut, penutur akan
menuturkan sesuatu yang berbeda dengan yang dipikirkan atau cenderung lebih
sering memperhalus perkataannya sehingga tidak menyinggung perasaan lawan
bicaranya.
Selain kedua wujud tuturan fatis tersebut, peneliti menemukan wujud tuturan
fatis baru yaitu tuturan fatis murni. Tuturan fatis murni adalah tuturan fatis yang
tidak mengandung basa-basi di dalamnya dan biasanya hanya terdiri dari satu
bentuk fatis saja. Tuturan fatis murni terdapat hampir diseluruh subkategori
acknowledgements. Hal tersebut terjadi karena penutur akan secara sengaja atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
tidak sengaja akan menuturkan salah satu bentuk fatis untuk menarik perhatian
dari lawan bicara.
Setiap orang yang bertutur pasti memiliki maksud yang ingin
disampaikannya. Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturannya.
Tuturan hanya sebagai media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan berbagai macam maksud yang
dituturkan baik oleh penutur maupun mitra tutur. Maksud itu disampaikan secara
tidak
langsung,
maksudnya
adalah
pembicara
tidak
secara
langsung
mengungkapkan maksudnya kawan bicaranya. Hal itu dilakukan tidak sematamata hanya untuk menjaga perasaan orang lain saja, namun seseorang
mengungkapkan maksud secara tidak langsung untuk tujuan-tujuan tertentu.
Berikut beberapa contoh maksud tuturan fatis yang terdapat dalam penelitian ini.
Setiap kategori acknowledgement memiliki maksud yang berbeda-beda.
Tuturan fatis menerima memiliki maksud untuk mempengaruhi lawan bicara
untuk mengungkapkan tujuan, melegakan hati lawan bicara, mempertahankan
pembicaraan, menghargai kawan bicara. Tuturan fatis meminta maaf memiliki
maksud agar tidak menyinggung perasaan kawan bicara. Tuturan fatis menolak
memiliki maksud memberikan penolakan secara halus terhadap penawaran dari
lawan bicara. Tuturan fatis mengundang memiliki maksud mengucapkan
penawaran kepada kawan bicara, pembicara juga bermaksud untuk memberikan
perintah, selain itu pembicara juga memiliki harapan baik bagi kawan bicara
tentang sesuatu. Tuturan fatis selamat memiliki maksud memberikan ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
rasa senang dan bangga terhadap sesuatu yang diperoleh kawan bicara. Tuturan
fatis salam memiliki maksud menghadirkan suasana nyaman, memberitahukan
jika kedatangan kawan bicara sangat diharapkan, dan menyadarkan kawan bicara
akan kehadiran pembicara. Tuturan fatis terima kasih memiliki maksud untuk
menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur, menghargai kebaikan hati
kawan bicara, dan mengekspresikan perasaanya.
Maksud tidak dapat diartikan secara langsung oleh seseorang tanpa melihat
konteks tuturan. Seseorang dapat mengerti maksud dari suatu tuturan karena
melihat konteks tuturan itu. Maksud disampaikan secara tidak langsung agar dapat
menjaga perasaan kawan bicara. Selain itu, maksud suatu tuturan dapat berfungsi
untuk memecah kesunyian atau untuk sekedar melegakan hati seseorang saja.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan yang diuraikan dalam penelitian ini, ada beberapa
saran yang sekiranya perlu diperhatikan. Bagi penelitian lanjutan, diharapkan agar
peneliti lain yang akan membahas kajian yang sama dengan yang peneliti lakukan
untuk dapat membahasanya dengan lebih intensif. Kemudian dapat menemukan
kelengkapan contoh-contoh tuturan fatis baik wujud maupun maksud dari tuturan
fatis itu. Dikhususkan bagi mahasiswa jurusan sastra bahasa Indonesia yang akan
melakukan penelitian seperti yang dilakukan peneliti, agar melakukan pelitian
lebih mendalam pada pemaknaan isinya.
Bagi mahasiswa dan dosen, diharapkan dapat tetap menggunakan tuturan fatis
untuk memperhalus maksud yang ingin diberikan kepada lawan tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Dikarenakan tuturan fatis berkaitan dengan fungsi interpersonal yang digunakan
untuk membangun dan memelihara hubungan sosial. Jadi dengan tuturan fatis itu,
mahasiswa dan dosen dapat menanamkan nilai keramahan dan kesopanan di
dalam pribadinya masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Arimi, Sailal. 1998. Basa-basi dalam Masyarakata Bahasa Indonesia. (Disertasi).
Yogyakarta: UGM.
Cumming, Louise. 2007. Pragmatik
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sebuah
Perspektif
Multidisipliner.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Jayanti, Septhany. 2010. Partikel Fatis Bahasa Mandarin dalam Acara Temu
Wicara Televisi Yule Baifenbai ‘Seratus Persen Hiburan’. Depok:
Universitas Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Lundiarti, Yuni. 2014. Basa-basi dalam Berbahasa Antara Guru dan Siswa di
SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nababan. 187. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Nadar FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nurrahman, Fajar. 2015. Basa-basi Berbahasa Antara Keluarga Kesultanan dan
Masyarakat di Lingkungan Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Purwo, Bambang Kaswanri. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Rahardi, Kunjana dkk. 2014. Adabiyat: Jurnal Bahasa dan Sastra (Jurnal).
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:
Dioma Malang.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2015. Menemukan Hakikat Konteks Pragmatik. (Makalah).
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Ramadanty, Sari. 2014. Penggunaan Komunikasi Fatis dalam Pengelolaan
Hubungan di Tempat Kerja. (Jurnal Ilmiah). Jakarta: Universitas Bina
Nusantara.
Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Waridin. 2008. Ungkapan Fatis dalam Acara Temu Wicara Televisi. Jakarta: FIB
UI.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TABULASI DATA PENELITIAN
TUTURAN FATIS MEMINTA MAAF
No.
Data
Konteks
Maksud
1.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya
maksudmu?
MT : Iya Pak, belum ada contohnya
maksudnya.
P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum
ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan
dipaksakan kalo tidak ada, jadi nggak
pusing.
MT : Iya Pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara
berpikirnya begini, sumber data kan
tiga itu, kalau di situ nggak ada ya
jangan dicari. Lalu kemudian kalau
mungkin di situ ada, tetapi kamu
tidak mendapat, ya sudah, itu
artinya keterbatasan pemahaman si
peneliti, mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.5511.15 WIB)
Penutur menjelaskan
kepada mitra tutur
tentang bagaimana
menganalisis suatu topik
skripsi. Penutur merasa
sungkan dengan apa
yang dikatakannya
kepada mitra tutur
meskipun itu adalah
kenyataan yang
sebenarnya.
Tuturan yang
disampaikan penutur
tersebut merupakan
tuturan fatismeminta
maaf. Penutur meminta
maaf kepada mitra tutur
walaupun penutur tidak
melakukan kesalahan
apa pun pada mitra
tutur, hal itu dilakukan
agar mitra tutur tidak
tersinggung dengan apa
yang dikatakan oleh
penutur.
125
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
TUTURAN FATIS MENERIMA
No.
Data
Konteks
1.
Tuturan B1
P
: Kamu kok punya buku
sintaksis? Pinjem?
MT : Pinjam perpus kok, Pak.
P
: Saya mau beli lagi tuh ndak
ada e.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Penutur bertanya tentang
buku sintaksis yang
dibawa mitra tutur.
Penutur penasaran
darimana mitra tutur
mendapatkan buku
sintaksis tersebut.
2.
Tuturan B2
MT : Ehmmm.. Haduh Pak!
P
: Kenapatoh?
MT : Terus yang ehmmm… apa
namanya. Ehmmm… yang kajian
pustakanya ini harus ditambahi
lagi atau sudah Pak?
P : Cukup. Ya nanti kalo sambil
jalan nemu ya ditambah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Mitra tutur bermaksud
menanyakan tentang
kesulitannya dalam
mengerjakan skripsi
namun ia bingung
bagaimana harus
menjelaskannya kepada
penutur.
Maksud
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur berusaha
untuk mempertahankan
pembicaraannya dengan
penutur dan menghargai
penutur dengan
memberikan jawaban
sesuai dengan kenyataan.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur menanggapi
pembicaraan dari mitra
tutur.
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
3.
4.
5.
Tuturan B3
P : Ya, coba nanti anu, anu apa
namanya ini ehmm sambil jalan,
kamu yang penting kerja dulu bab
2 tapi sambil baca-baca nanti kalo
ada tambahkan ke bab 1.
MT : Iya Pak.
P : Enak,kok. Nggak masalah
kok. Ehemm baju baru ya?
Bagus e…
MT : Iya Pak, hehehehe…
P : Oh anunya mana itu Sil.
MT : Oh, iya, saya belum, atau
sekarang?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B4
P : Piye to? Kamu rambutnya
kok basah? Nggak kering kayak
kemarin, kan bagus.
MT : Ini habis keramas kok,
Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B5
P : Kenapa nggak nyisir? Wah
jan! Aduh kamu ngapel terus
nyampek rumah tidur ya?
Penutur melihat bahwa
mitra tutur memakai baju
baru dan memuji baju
yang dikenakan oleh mitra
tutur.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
melalui tuturannya,
penutur berusaha untuk
memecah kesunyian dan
mempertahankan
pembicaraannya dengan
mitra tutur.
√
Penutur mengomentari
penampilan mitra tutur
saat bimbingan skripsi
hari itu karena penampilan
mitra tutur berbeda
dengan biasanya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur memberi
tanggapan baik atas
pertanyaan dari penutur.
√
Penutur kaget dengan
penampilan mitra tutur
yang berantakan ketika
datang bimbingan.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur menanggapi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
6.
MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e
Pak.
P : Ngapain aja lelah tuh?
MT : Kemarin Pak, membuat
lelah.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B6
MT1 : Si Mei mana e?
MT2 : Mei?
P
: Lho, si Mei kenapa?
MT2 : Nggak tau Pak nggak
pernah keliatan e Pak.
P : Dia belum ikut KRS juga
toh?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
jawaban dari mitra tutur
dan penutur berusaha
mempertahankan
pembicaraannya dengan
mitra tutur.
Mitra tutur menanyakan
keadaan temannya yang
tidak pernah terlihat lagi
di kampus dan
mengkhawatirkan
keadaannya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur ikut terlibat
dalam pembicaraan antara
mitra tutur 1 dan mitra
tutur 2.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
7.
8.
Tuturan B7
P
: Ada sop empal lho. Sop
empal gandrung. Arah mau masuk
ke Kanisius.
MT : Oh iya, Pak, nanti saya
carinya.
P
: Namanya itu sop empal
gandrung, mungkin gandrung itu
namanya yang punya. Ini
langsung dibetulin nanti hari
Senin hari Jumat udah selesai.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B8
P : Apakah antara sup dan gulai
itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar
menunya itu mereka nulisnya
sogul Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini
harganya ini. Jadi pesan 1 porsi
sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling
dekat di ini lho Pak, ehmm…
Penutur memberitahu
mitra tutur jika ada sop
yang menggunakan daging
sebagai bahan utamanya
yang dapat dimasukkan
dalam data penelitiannya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur memberi
kesanggupan dari apa
yang disampaikan
penutur untuk melegakan
hati penutur dengan
mengatakan “nanti saya
carinya”.
√
Penutur meminta
penjelasan kepada mitra
tutur tentang data
penelitian yang
didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur memberi
tanggapan baik atas
pernyataan dari penutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
9.
10.
P : Nek ada gulainya saya ndak
makan, mungkin supnya bisa saya
makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada
santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan B9
P : Cari yang lain, tentunya ada
tapi cuma kamu yang males. Data
itu dilihat lagi, kalau ini memang
betul garang asem. Nah saya
belum sampai ke yang lain. Ini
saja dulu ya?
MT: Oh, iya, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan B10
P : Terus yang ehmmm… Apa
namanya. Ehmmm… yang kajian
pustakanya ini harus ditambahi
lagi atau sudah, Pak?
MT: Cukup. Ya nanti kalo sambil
jalan nemu ya ditambah.
P : Karena yang saya cari itu
Pak makalahnya tentang semantik
semua gitu. Jadi makalahnya itu
makalah-makalah biasa gitu, Pak.
Penutur meminta mitra
tutur untuk menambah
lagi data penelitian karena
data yang didapat masih
sedikit.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur memberikan
kesanggupannya untuk
menambah data
penelitian.
√
Penutur bingung dengan
skripsi yang dibuatnya,
penutur bertanya kepada
mitra tutur tentang teori
yang didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur setuju dengan
pendapat dari penutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
11.
12.
MT: Nggak papa, nggak
papakok kalo ada.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B11
P : Kata Pak Ari itu,Sabtu itu
dia belum datang ikut KRS.
MT: Belum, kemarin katanya dia
sakit, tapi nggak ada surat.
P : Mbok ditengok.
MT: Lha, tapi nggak di kosnya
tuh, Pak.
P : Lho? Ya kerumahlah.
MT: Oh, iya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan B12
P : Ini sama ya? Satu nada ya?
MT: Iya Pak, cuma saya tambahi
gudangan Pak.
P : Ya, ndak papa. Itu kan
pendamping nasi, aman jadi
ndak usah.
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul
10.07-10.55 WIB)
Penutur dan mitra tutur
membicarakan teman
mitra tutur yang tidak
pernah terlihat di kampus.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur menerima
permintaan penutur untuk
melegakan hati penutur.
√
Penutur mengoreksi
skripsi yang dibuat oleh
mitra tutur karena mitra
tutur menambahkan
beberapa data dalam
penelitiannya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur setuju dengan
pendapat mitra tutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
13.
Tuturan B13
P : Selamat sore, Pak.
MT: Selamat sore, gimana
kabarnya? Saudara Silvi,
sebentar agak ke sini karena itu
urusan lain jadi agak ke sini. Ini
nanti saya hanya ingin tahu
Saudara itu dari membaca ini,
saya rasa kamu belum menguasai
permasalahan ya? Atau mungkin
cara membahasakannya yang
belum tepat, kok pake kata wujud
itu lho maksudnya apa?
P : Bentuknya itu, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Penutur memberi salam
kepada mitra tutur karena
akan bimbingan skripsi.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur menerima
salam dari penutur dan
menanyakan kabar
penutur.
√
14.
Tuturan B14
MT2 : Metodenya nggak dilihat?
MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak
dilihat, ya Tuhan.
P
: Semoga jangan sampai
dilihat.
MT1 : Ya Tuhan..
P
: Aku menandatangani hal
yang salah tapi daripada
Penutur meminta mitra
tutur 1 untuk menemui
dosen pembimbing 2 agar
melihat bab 3 yang sudah
dibuat agar skripsinya
dapat segera selesai.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
mitra tutur berusaha
untuk menjaga hubungan
baik dengan penutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
15.
nantinggak selesai-selesai.
Hahahaha…
MT1 : Iyuhhh..
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan B15
P : Apakah antara sup dan gulai
itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar
menunya itu mereka nulisnya
sogul, Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini
harganya ini. Jadi pesan 1 porsi
sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling
dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak
makan, mungkin supnya bisa saya
makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada
santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Penutur meminta
penjelasan kepada mitra
tutur tentang data
penelitian yang
didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur memberikan
tanggapan baik dari mitra
tutur yang
mengungkapkan
pendapatnya tentang data
penelitiannya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
16.
Tuturan B16
P : Apakah antara sup dan gulai
itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Penutur meminta
penjelasan kepada mitra
tutur tentang data
penelitian yang
didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenerima karena
penutur memberikan
tanggapan baik dengan
mengungkapkan bahwa
apa yang dikatakannya itu
benar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
TUTURAN FATIS MENOLAK
No.
Data
1.
Tuturan C1
P: Ini saya kembalikan, bab 3
dilupakan dulu jangan masuk bab
3.
MT: Bab 3 yang ini itu sama
dengan yang kemarin, Pak.
P : Iya tetapi saya tidak mau.
Kamu fokus dulu ke yang ini!
MT: Iya Pak, kan cuma contoh
Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan C2
P : Apakah antara sup dan gulai
itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar
menunya itu mereka nulisnya
sogultuh Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini
harganya ini. Jadi pesan 1 porsi
sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling
dekat di ini lho Pak, ehmm…
2.
Konteks
Maksud
Penutur meminta supaya
mitra tutur fokus dulu ke
satu hal agar
konsentrasinya tidak
terpecah dengan hal-hal
yang lain.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena
penutur tidak menerima
penjelasan apapun dari
mitra tutur agar mitra
tutur konsentrasi dengan
revisi bab 2.
Penutur meminta
penjelasan kepada mitra
tutur tentang data
penelitian yang
didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena mitra
tutur tidak setuju dengan
pendapat penutur karena
mitra tutur mendapatkan
data asli dari lapangan.
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
3.
4.
P : Nek ada gulainya saya ndak
makan, mungkin supnya bisa
saya makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada
santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan C3
P : Jumat jam berapa Pak?
MT : Jumat seperti biasa.
P : Jam 11 kan, Pak? Atau
sebelum jam 11?
MT : Enggak bukan, sebelum
jam 11, kemarin itu kan karena
saya rapat. Tapi besok nggak
ada undangan rapat.
P : Berarti bisa pagi ya, Pak? Ini
saya tulis apa Pak? Masih bab 2
ya, Pak?
MT: Terus ini ditutup saja
disudahi, yang ketiga ini bukan
bimbingan kok. Nanti kasian
pencari datanya, nanti jadi nggak
lengkap.
P : Iya Pak. Makasih ya, pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan C4
P : Kalo bab 2 nanti kamu
tambah kalimat-kalimat lagi kan
bisa jadi 25an ini, 25 sama 22
kan bisa jadi 50. Ini 47, 47 sama
Penutur membuat janji
bimbingan dengan mitra
tutur.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena mitra
tutur tidak setuju dengan
pernyataan penutur
tentang jadwal bimbingan
selanjutnya.
√
Penutur menjelaskan
kepada mitra tutur agar
menambahkan lagi teori
yang digunakannya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena
penutur tidak setuju
dengan pendapat dari
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
5.
6.
ini aihh rampung!
MT: Ininya nanti saya kurangi,
Pak.
P : Iya, tapi kan tetep ada!
Siapa tau nanti ketemu lagi nanti.
Nanti garang asem trus apa
ngono. Kamu sup masuk nggak?
MT: Aku cuma sup ayam, Pak.
Kayak supnya Pak Min.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan C5
P : Kata Pak Ari itu,Sabtu itu
dia belum datang ikut KRS.
MT: Belum, kemarin katanya dia
sakit, tapi nggak ada surat.
P : Mbok ditengok.
MT: Lha tapi nggak di kosnya
tuh Pak.
P : Lho? Ya kerumahlah.
MT: Oh, iya, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan C6
P : Yang bab 2 bawa to?
MT: Yang revisi sudah.
P : Ya pokoknya yang sama
dengan ini.
MT: Masih salah nomor.
P : Lha iya itu yang mau saya
katakan, saya akan bantu
bersama-sama, dari pada kau
mitra tutur karena penutur
melihat bahwa teori yang
digunakan mitra tutur
masih kurang sehingga
perlu ditambah lagi.
Penutur dan mitra tutur
membicarakan teman
mitra tutur yang tidak
pernah terlihat di kampus.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena mitra
tutur berusaha
menghindar dari
permintaan penutur
secara halus.
√
Penutur menjelaskan
kepada mitra tutur tentang
kesalahannya dalam
mengerjakan skripsinya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena mitra
tutur tidak setuju dengan
pendapat dari penutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
7.
pusing.
MT: Ada bermasalah nomor.
P : Ada nggak? Lambang huruf
itu apa to?
MT: Oh itu bukan masuk
dalam huruf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan C7
P : Apakah antara sup dan gulai
itu dicampur?
MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar
menunya itu mereka nulisnya
sogul, Pak.
P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini
harganya ini. Jadi pesan 1 porsi
sogul.
P
: Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling
dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya
ndak makan, mungkin supnya
bisa saya makan.
MT : Oh, iya ya, Pak, ada
santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Penutur meminta
penjelasan mitra tutur
tentang data penelitian
yang didapatnya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismenolak karena
penutur secara halus
menolak tawaran dari
mitra tutur untuk makan
di rumah makan tersebut
dengan alasan tertentu.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
TUTURAN FATIS MENGUNDANG
No.
Data
Konteks
1.
Tuturan D1
P
: Selamat sore, Pak.
MT : Selamat sore, gimana
kabarnya? Saudara Silvi,
sebentar agak ke siniya karena
itu urusan lain jadi agak ke
sini. Ini nanti saya hanya ingin
tahu Saudara itu dari membaca
ini, saya rasa kamu belum
menguasai permasalahan ya?
Atau mungkin cara
membahasakannya yang belum
tepat, kok pake kata wujud itu lho
maksudnya apa?
P : Bentuknya itu. Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan D2
P : Saya coba hari Rabu, Rabu
itu saya kosong jam? Supaya
nanti Jumat sudah jadi lebih
banyak. Rabu itu saya kosong
jam 11 tetapi saya ada janji,
haduh capek banget aku ya..
Kalau pagi saja bagaimana?
Sebentar saja, jam 8.
MT: Jam 8 ya, Pak? Iya, pak.
Penutur memberi salam
kepada mitra tutur karena
akan bimbingan skripsi.
Tutran tersebut
merupakan tuturan
fatismengundang karena
mitra tutur meminta
penutur untuk duduk di
bagian lain pada saat
bimbingan skripsi agar
tidak terganggu dengan
hal lain.
Penutur membuat janji
bimbingan skripsi dengan
mitra tutur.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismengundang karena
penutur meminta mitra
tutur untuk datang
bimbingan lagi pada hari
Rabu.
2.
Maksud
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
3.
4.
5.
P : Rabu jam 8, satu saja jangan
banyak-banyak tetapi dengan
bahasa yang enak didengar.
MT: Iya, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan D3
P : Nanti kamu ketemu saya
hari Jumat ya? Karena saya
masih punya PR.
MT : Iya, Pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Tuturan D4
P : Permisi, Pak.
MT: Oh iya, mari silahkan
duduk dulu. Hari ini kalian
mau mengumpulkan?
P : Bab 2 Pak.
MT: Bab 2 yang direvisi ya?
P : Iya.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan D5
P : Terus kalo sudah, laki-laki
di luar itu disuruh masuk.
MT: Iya, Pak. Terus saya ke sini
hari?
P : Nanti kamu ke sini terus
sudah Pak, gitu.
MT: Oh, iya, Pak, hahaha sudah
Pak.
Penutur membuat janji
bimbingan skripsi dengan
mitra tutur.
Mitra tutur
mempersilahkan penutur
masuk ke ruangan dan
memulai bimbingan
skripsi pada hari itu.
Penutur meminta mitra
tutur untuk memanggil
mahasiswa lain yang
sudah menunggu untuk
bimbingan skripsi.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismengundang karena
penutur meminta mitra
tutur untuk datang
bimbingan lagi pada hari
Jumat.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismengundang karena
mitra tutur berusaha untuk
menjaga hubungan baik
dengan penutur.
√
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatismengundang karena
penutur mengharapkan hal
baik dari mitra tutur.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
TUTURAN FATIS SELAMAT
No.
1.
Data
Konteks
Maksud
Tuturan E1
P : Nilai TKBI saya udah
keluar lho, Pak!
MT: Oh ya? Dapat berapa?
P : AMT: Asikkk! Selamat ya!
P : Kalau nilai segitu boleh
toh, Pak?
MT: Boleh lah… Bagus
malahan itu!
(Jumat, 26 Februari 2016 pukul
10.07-10.55 WIB)
Penutur memberitahukan
kepada mitra tutur tentang
hasil tes TKBI.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatisselamat karena mitra
tutur tidak hanya sekadar
mengucapkan selamat
tetapi juga merasa bangga
mahasiswa mendapatkan
nilai yang baik.
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
TUTURAN FATIS SALAM
No.
Data
1.
Tuturan F1
P : Halo, selamat pagi, Wil.
MT : Pagi, Pak.
P : Kamu bawa ini to? Bawa
yang …
MT : Yang revisi, Pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan F2
P
: Permisi, selamat sore,
Pak.
MT : Selamat sore, gimana
kabarnya? Saudara Silvi,
sebentar agak ke sini karena itu
urusan lain jadi agak ke sini. Ini
nanti saya hanya ingin tahu
Saudara itu dari membaca ini,
saya rasa kamu belum
menguasai permasalahan ya?
Atau mungkin cara
membahasakannya yang belum
tepat, kok pake kata wujud itu
lho maksudnya apa?
P
: Bentuknya itu, pak.
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
2.
Konteks
Penutur menyambut
kedatangan mitra tutur
yang akan bimbingan
skripsi hari itu.
Penutur memberi salam
kepada mitra tutur karena
akan bimbingan skripsi.
Maksud
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatissalam karena penutur
bermaksud menyambut
kedatangan mitra tutur
yang akan bimbingan
skripsi.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatissalam karena penutur
menyapa mitra tutur untuk
memulai bimbingan pada
hari itu.
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
TUTURAN FATIS TERIMA KASIH
No.
Data
Konteks
1.
Tuturan G1
P : Ihh untuk saya? Makasih
ya!
MT : Kalo bapak nggak ada, di
tempat mbak ros?
P : Ha’a.
MT : Makasih ya, pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Tuturan G2
P : Ya sudah nanti saya baca.
Tandatangan belum? Halah,
belum diisi? Tanda tangan aja.
Aduh, merah nggak papa ya?
Wes, saya juga ditunggu ini
nanti. Hari jumat nanti saya
tunggu sudah jadi nanti bab 2
dengan perubahan-perubahan.
Saya sudah tidak akan anu lagi.
Jumat itu saya ada rapat, nanti
saya sms lah.
MT : Makasihya pak.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul
09.55-11.15 WIB)
Penutur melihat mitra tutur
membawa sesuatu yang
dikiranya akan diberikan
kepadanya.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatisterima kasih karena
penutur merasa sangat
diperhatikan oleh mitra
tutur dengan diberikan
sesuatu oleh mitra tutur.
Penutur menutup sesi
bimbingan hari itu karena
penutur harus segera pergi
rapat.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatisterima kasih karena
mitra tutur sadar diri
bahwa penutur sedang
dalam keadaan terburuburu maka mitra tutur
segera mengakhiri
bimbingan hari itu.
2.
Maksud
Triangulator
Setuju
Tidak
Setuju
√
√
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
3.
Tuturan G3
P : Lupa? Kartunya?
MT: Oh iya Pak.
P : Nanti diisi ya? Begitu ya?
MT: Terima kasih, Pak.
P : Kembali. Mari…
(Senin, 22 Februari 2016 pukul
15.12-16.20 WIB)
Mitra tutur mengucapkan
terima kasih kepada
penutur karena sudah
diingatkan untuk mengisi
kartu bimbingan dan
bimbingan hari itu sudah
selesai.
Tuturan tersebut
merupakan tuturan
fatisterima kasih karena
mitra tutur merasa penutur
tidak mempersulit mitra
tutur dalam mengerjakan
skripsinya.
√
Yogyakarta, 25 Mei 2016
Dr. Y. Karmin, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agnes Wiga Rimawati lahir di Yogyakarta
pada tanggal 11 Oktober 1993. Ia mengawali
pendidikan
formalnya
di
Taman
Kanak-kanak
Kanisius Demangan Baru, Yogyakarta pada tahun
2000. Pendidikan tingkat sekolah dasar ia tempuh di
SD Kanisius Demangan Baru, Yogyakarta, lulus pada
tahun 2006. Kemudian ia melanjutkan studinya di
SMP Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta dan tamat
pada tahun 2009. Pendidikan tingkat menengah atas di tempuh di SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta dan tamat pada tahun 2012.
Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutkan
studinya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jurusan Bahasa dan Seni,
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Setelah menyelesaikan
skripsinya yang berjudul Komunikasi Fatis dalam Wacana Konsultatif pada
Program
Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016, ia memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada
tahun 2016.
Download