BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengendalian internal (internal control) merupakan salah satu konsep yang sangat penting bagi bisnis profesional dalam segala level. Hal ini karena pengendalian internal merupakan framework yang bertujuan memberikan jaminan yang layak (reasonable assurance) kepada perusahaan dalam berbagai hal. Dalam sebuah organisasi, manajemen perlu melakukan pengambilan keputusan stratejik untuk membawa organisasi tersebut mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kualitas keputusan ini mempunyai korelasi dengan kualitas pengendalian internal yang dimiliki. Hong Kong Institute (2005) dalam Ionescu (2008) menekankan bahwa pengendalian internal yang baik akan membantu manajemen dalam menyediakan jaminan kelayakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan pertimbangan yang baik, sehingga akan memberikan kesuksesan dalam pencapaian tujuan. Dalam pelaksanaannya, awalnya banyak kalangan menganggap implementasi pengendalian internal hanya akan menambah cost perusahaan dan tidak memberikan dampak yang signifikan untuk kemajuan perusahaan. Namun, dewasa ini banyak perusahaan yang sudah menyadari pentingnya pengendalian internal dalam mewujudkan tujuan perusahaan. PricewaterhouseCoopers (2007) dalam Ioenescu (2008) berpendapat bahwa semakin banyak perusahaan yang menyadari 1 bahwa memberikan perhatian yang baik pada proses dan pengendalian internal mereka akan memberikan peluang yang besar bagi mereka untuk membuat perusahaan semakin efisien. Sistem pengendalian internal merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam sistem manajemen risiko perusahaan, dan membantu untuk meyakinkan bahwa perusahaan berjalan ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Adanya perubahan sikap dari perusahaan-perusahaan mengenai pentingnya pengendalian internal tak lepas dari adanya risiko-risiko yang muncul akan berpotensi menghalangi perusahaan dalam mencapai tujuan. Berkaitan dengan risiko, pengendalian internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam manajemen risiko. Pickett (2003) mengatakan bahwa ketika terdapat risiko-risiko dalam mencapai tujuan perusahaan, yang berarti kegagalan merupakan kemungkinan yang sangat kuat, pengendalian internal harus diletakkan pada tempat yang mampu menunjukkan risiko-risiko tersebut. Pickett (2003) juga menambahkan dengan adanya risiko-risiko yang mengancam perusahaan, pengendalian internal yang buruk akan mengarahkan perusahaan kepada kerugian, skandal, kegagalan, dan merusak reputasi perusahaan dalam sektor apapun perusahaan tersebut beroperasi. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengendalian internal merupakan instrumen yang mampu meminimalisir risiko-risiko perusahaan yang sangat mungkin membawa perusahaan ke arah operasional yang tidak efektif dan tidak efisien. Hal tersebut yang menjadi alasan perusahaan-perusahaan menilai pengendalian internal sangat penting. 2 Untuk mengetahui kualitas pengendalian internal, perlu dilakukan evaluasi. Biasanya evaluasi ini dilakukan oleh auditor internal dalam perusahaan. Untuk organisasi di bawah naungan pemerintah evaluasi dilakukan oleh BPKP maupun Inspektorat. Kemudian, dalam mengevaluasi sistem pengendalian internal, tidak bisa terlepas dari Commitee of Sponsoring Organization (COSO). COSO merupakan sebuah voluntary private sector organization yang mempunyai dedikasi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui etika bisnis, pengendalian internal yang efektif, dan corporate governance. Pada bulan September 1992 COSO merilis sebuah laporan yang berjudul Internal Control – Integrated Framework yang sampai saat ini dijadikan acuan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia sebagai framework pengendalian internal di perusahaannya. Framework yang dikeluarkan COSO tersebut memang sudah mendapatkan kepercayaan dari perusahaan di seluruh dunia sebagai framework yang efektif meningkatkan kinerja perusahaan. Atas dasar itulah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan COSO sebagai dasar dalam melakukan evaluasi. Untuk menegaskan manfaat atas desain yang disusun oleh COSO, Orenstein (1993) mengatakan bahwa COSO didesain sebagai pedoman untuk membantu perusahaan mengenal dan memberikan pengawasan yang baik atas pengawasan yang sudah ada dimana hal ini dapat mengurangi kemungkinan adanya pengendalian yang kurang diperlukan, dan mengimplementasikan pengendalian yang baik ketika pengendalian yang ada kurang cukup baik. Jika tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, maka perusahaan akan mendapatkan perbaikan dalam efektifitas dan efisiensi. 3 Pickett (2003) menyatakan bahwa framework COSO merupakan model yang sangat dinamis dan dapat mencakup semua aspek struktur dan proses dalam perusahaan yang memerlukan pengendalian. Bagi board of director, akan sangat sulit untuk melakukan evaluasi pengendalian internal ke semua bagian tanpa adanya framework yang menjadi referensi menyeluruh pada tiap-tiap bagian. Selain itu, framework COSO juga dapat diterapkan pada semua perusahaan. Gramling dan Hermanson (2007) mengatakan bahwa COSO menyediakan perspektif yang berguna untuk mencapai pengendalian internal yang efektif untuk perusahaan kecil atau besar, baik pada sektor publik maupun sektor swasta, yang berorientasi profit maupun not for profit. Itulah gambaran mengenai pentingnya pengendalian internal dalam sebuah perusahaan, dan alasan pemilihan COSO sebagai framework yang digunakan dalam melakukan evaluasi pada penelitian ini. Kemudian, peneliti akan mengaplikasikan konsep COSO Internal Control Framework pada sebuah organisasi atau perusahaan yang ada di Yogyakarta. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel pada rumah sakit di Bantul yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati yang berada di bawah Pemerintah Kabupaten Bantul. Rumah sakit merupakan institusi publik yang mempunyai tanggung jawab besar kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Saat penelitian ini ditulis, dunia kedokteran sedang mendapat sorotan karena terdapat kasus yang muncul ke permukaan yang berhubungan dengan standar 4 pelayanan medis. Kasus tersebut muncul di Manado di mana sebanyak 3 dokter dituntut ke meja hijau, yaitu dr. Dewa Ayu Sasiary SpOG, dr. Hendry Simanjuntak SpOG dan dr. Hendi Siagian SpOG karena dianggap melakukan tindakan malpraktik terhadap pasien ketika melakukan proses persalinan pasien. Namun, menurut kalangan dokter, ketiga dokter tersebut dinilai telah melakukan prosedur berdasarkan Standard Operating Prosedure (SOP). Banyak perdebatan yang muncul dalam penanganan perkara ini sehingga banyak pihak yang pro maupun kontra dengan pendapat kalangan dokter tersebut. Isu ini menunjukkan pentingnya pemahaman standar yang ada dalam institusi oleh semua karyawan sehingga setiap tindakan yang dilakukan akan selalu berdasar pada standar yang berlaku. Dalam kasus ini penting untuk melihat kejadian ini sebagai bagian dari pengawasan pengendalian internal. Untuk memastikan pengendalian berjalan baik, perlu dilakukan evaluasi atas pengendalian internal dalam institusi tersebut. Kasus yang terjadi di Manado tersebut menjadi cerminan bahwa masyarakat sudah mulai kritis dengan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Perkembangan pelayanan publik semakin dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik. Masyarakat modern sudah sangat cerdas untuk menilai suatu permasalahan yang muncul dalam pelayanan yang diberikan. Tuntutan masyarakat semakin tinggi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, modernisasi, dan globalisasi saat ini. Keadaan ini merupakan tantangan sekaligus beban yang tidak ringan bagi pemerintah, baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, termasuk rumah sakit. Tanpa perkembangan yang bertumpu pada mutu, sebuah rumah sakit akan terus-menerus menurun kinerjanya dan 5 akhirnya terpuruk. Untuk itulah institusi rumah sakit perlu memiliki manajemen operasi yang baik yang dikendalikan dengan pengendalian internal yang baik. Tanpa adanya pengendalian internal yang baik, rumah sakit tidak akan mampu menjalankan operasinya dengan baik, sehingga risiko kehilangan pelanggan sangat besar. Dasar dari pelayanan rumah sakit ada pada Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dengan pengertian ini sangat penting bagi rumah sakit untuk memastikan pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar karena berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Hal tersebut dapat terjadi apabila rumah sakit memiliki desain pengendalian internal yang bagus dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dijelaskan bahwa : “ Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. Sistem Pengendalian Intern ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. ” Berdasarkan undang-undang tersebut, maka semua institusi di lingkungan pemerintahan, baik pusat maupun daerah diwajibkan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern , tak terkecuali RSUD Panembahan Senopati. 6 Kemudian, beberapa tahun kemudian muncul peraturan pemerintah sebagaimana disebutkan oleh undang-undang di atas yang mengatur mengenai SPI, yaitu Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Peraturan ini menjelaskan seluk-beluk SPIP yang diadopsi dari sistem pengendalian intern yang telah diterapkan di negara-negara lain. Secara umum SPIP ini mengacu pada COSO Internal Control Framework seperti yang dijelaskan di atas. Hindriani, et al (2012) mengatakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diadopsi dari konsep internal control yang dikeluarkan oleh COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) yang berusaha meningkatkan kinerja dan tata kelola organisasinya menggunakan Manajemen Risiko Terpadu (Enterprise Risk Management), Pengendalian Intern (Internal Control) dan Pencegahan Kecurangan (Fraud Detterence). Dengan berbagai studi literatur, peneliti menyimpulkan bahwa SPIP diadopsi dari COSO Internal Control Framework. Untuk itu pada penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan asumsi bahwa SPIP adalah sama dengan COSO Internal Control Framework. Kepatuhan manajemen terhadap COSO Internal Control Framework berarti juga merupakan kepatuhan manajemen terhadap SPIP. Pelaksanaan SPIP di lingkungan pemerintahan masih tergolong belum maksimal. Hal ini karena pemberlakuan SPIP masih terbilang baru. SPIP dibentuk hanya karena peraturan mengharuskan, namun belum diimbangi dengan sumber daya manusia yang mampu menjalankan fungsi SPIP tersebut di institusi-institusi pemerintahan. Hal ini juga terjadi di RSUD Panembahan Senopati di mana pelaksanaan SPIP belum berjalan seperti seharusnya. 7 RSUD Panembahan Senopati merupakan rumah sakit terbesar di Bantul di bawah Pemerintah Kabupaten Bantul. Sejak didirikan pada tahun 1953, RSUD Panembahan Senopati ini mengalami perkembangan positif. Pada tanggal 13 September 1978 status rumah sakit adalah kelas D, dan pada tanggal 31 Januari 2007 RSUD Panembahan Senopati memperoleh pengakuan naik kelas menjadi kelas B Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 142/Menkes/SK/I/2007. Kemudian pada Desember 2010 telah mendapatkan akreditasi penuh tingkat lanjut untuk 12 pelayanan. Saat ini, RSUD Panembahan Senopati sedang mempersiapkan akreditasi rumah sakit pendidikan. Perkembangan pelayanan di RSUD Panembahan Senopati dapat dilihat dari angka Bed Occupancy Rate (BOR), Average Lenght of Stay (ALOS), dan Turn Over Internal (TOI) dalam kurun waktu empat tahun. Berikut adalah data dari RSUD Panembahan Senopati. BOR ALOS TOI (%) (hari) (hari) 2009 89,28 4,91 2010 88,09 2011 2012 Tahun Jumlah Kunjungan Ralan Ranap 0,5 126.847 17.673 4,68 0,51 164.366 20.155 73,13 4,37 1,36 180.032 22.417 75,79 4,53 1,2 191.259 23.926 Tabel 1.1 Indikator Pelayanan dan Jumlah Kunjungan Pasien 2012 (Sumber : Laporan Rumah Sakit 2012) Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat penggunaan pelayanan kesehatan di RSUD Panembahan Senopati cenderung meningkat setiap tahun. Jika 8 peningkatan ini tidak diikuti dengan penerapan pengendalian internal yang baik, bukan tidak mungkin justru akan menjadi ancaman bagi stabilitas pelayanan RSUD, karena peningkatan tersebut akan menambah kompleksitas aktivitas yang ada pada RSUD Panembahan Senopati. Berdasarkan hal tersebut, RSUD Panembahan Senopati perlu untuk melakukan pengendalian internal yang baik agar aktivitas yang dilakukan dapat memberikan jaminan kelayakan dalam berbagai hal. Untuk itu, peneliti mengangkat judul “Evaluasi Pengendalian Internal Berdasarkan COSO Internal Control Framework (Studi Kasus Pada RSUD Panembahan Senopati Bantul)”. Dalam melakukan penelitian, peneliti akan melihat risiko-risiko operasional berdasarkan unit aktivitas yang ada pada RSUD Panembahan Senopati dan melihat kepatuhan manajemen terhadap lima komponen pengendalian internal menurut COSO. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah risiko-risiko operasional berdasarkan unit aktivitas di RSUD Panembahan Senopati Bantul? 2. Bagaimana kepatuhan manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul terhadap COSO Internal Control Framework ? 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan-batasan sehingga bahasan yang dilakukan lebih terfokus. Penelitian ini terbatas pada identifikasi risiko-risiko yang ada pada kegiatan operasional berdasarkan strategi unit aktivitas di RSUD Panembahan Senopati Bantul dan penilaian kepatuhan manajemen terhadap COSO Internal 9 Control Framework. Peneliti tidak meneliti mengenai kinerja operasional RSUD Panembahan Senopati Bantul terkait target finansial karena adanya cakupan yang sangat luas mengenai hal tersebut. Namun, dengan adanya batasan-batasan tersebut, penelitian ini tetap mampu memberikan evaluasi atas kinerja pengendalian internal yang diterapkan dalam rangka operasional RSUD Panembahan Senopati Bantul. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi risiko-risiko terkait kegiatan operasional berdasarkan unit aktivitas di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2. Menilai kepatuhan manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul terhadap COSO Internal Control Framework. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti a. Sebagai sarana pembelajaran mengenai proses audit internal dan penerapan mata kuliah pengauditan internal. b. Sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana ekonomi. c. Mengetahui kinerja operasional manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul. 10 2. Bagi Pembaca a. Mengetahu risiko-risiko yang muncul pada unit aktivitas operasional RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Mengetahui kinerja manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul secara umum. 3. Bagi Manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul a. Mengetahui risiko-risiko operasional berdasarkan unit aktivitas.yang dimiliki oleh RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Mengetahui kepatuhan manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul terhadap COSO Internal Control Framework. c. Mendapat rekomendasi terkait kelemahan yang ada dalam Internal Control RSUD Panembahan Senopati Bantul d. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan manajemen RSUD Panembahan Senopati Bantul berkaitan dengan pengembangan kegiatan operasional dan bagian internal control. 11 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam skripsi ini, penulis membagi sistematika penulisan menjadi 5 bab, yaitu : 1. BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah dilakukannya penelitian ini, apa saja rumusan masalah yang akan diteliti, apa saja yang menjadi batasan masalah untuk memberikan fokus terhadap permasalahan yang ada, tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian ini, serta sistematika penulisan yang menjelaskan garis besar secara umum mengenai cara penulisan penelitian ini. 2. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjabarkan teori-teori yang terkait dengan tema penelitian ini yaitu mengenai evaluasi sistem pengendalian internal. Dalam bagian ini penulis juga menjabarkan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan penelitian berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah terkait maupun penelitian terdahulu mengenai audit internal. 3. BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini, penulis menjelaskan secara umum profil mengenai RSUD Panembahan Senopati Bantul yang menjadi objek penelitian oleh peneliti 12 Dalam bagian ini juga akan dipaparkan metode penelitian apa yang akan digunakan oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah yang timbul, sumber data apa saja yang dibutuhkan sebagai instrumen penelitian, bagaimana metode pengumpulan data, bagaimana teknik menganalisis data, dan siapa saja narasumber yang akan dimintai keterangan terkait penelitian. 4. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini terdapat pengolahan data dan pembahasan, serta analisis data-data yang diperoleh selama penelitian untuk menjawab dan menguatkan jawaban mengenai rumusan permasalahan yang telah disusun. 5. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian dimana akan diberikan kesimpulan akhir mengenai penelitian yang telah dilakukan. Selain itu penulis juga akan menyampaikan keterbatasan penelitian serta saran-saran yang ditujukan kepada manajemen terkait risiko-risiko oprasional, kepatuhan terhadap standar, fungsi bagian internal control, dan saran kepada peneliti selanjutnya mengenai area yang perlu dikembangkan jika ingin melanjutkan penelitian. 13