PENGARUH KONSENTRASI URINE SAPI BRAHMAN (Bos taurus indicus Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT CABAI RAWIT (Capsicum frutescens Linn.) Wahidah Fitria Nur Maretta1, Suhadi2, dan Agung Witjoro2 1 Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 2 Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Cabai rawit (Capsicum frutescens Linn) merupakan komoditas pertanian yang dibudidayakan dengan pupuk organik sehingga pengembangan pupuk organik semakin meningkat. Sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) memiliki daya adaptasi yang baik terhadap pakan dan kondisi lingkungan dengan jumlah urine yang dihasilkan sebanyak 15-20 liter per hari. Urine sapi mengandung Nitrogen 0,58%, Fosfor 126 ppm, dan Kalium 0,94 me/100 gram yang berpotensi dijadikan pupuk organik cair. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi fermentasi urine sapi terhadap pertumbuhan bibit cabai rawit. Penelitian merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan berupa konsentrasi fermentasi urine sapi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% yang diulang sebanyak 4 kali. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga April 2016 di Green House Jurusan Biologi dan Laboratorium Ekologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pengujian kandungan unsur fermentasi urine sapi dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya. Hasil penelitian menunjukkan penambahan konsentrasi urine sapi berpengaruh negatif terhadap tinggi batang, jumlah daun, luas daun, dan panjang akar bibit cabai rawit. Hasil uji laboratorium menunjukkan fermentasi urine sapi mengandung Nitrogen 0,128%, Fosfor 0,008%, Kalium 0,329%, C organik 0,086%, dan bahan organik 0,086%. Konsentrasi fermentasi urine sapi 0% memberikan pengaruh lebih baik untuk pertumbuhan bibit cabai rawit dibandingkan dengan konsentrasi lain. Kata kunci: sapi Brahman, urine, pertumbuhan bibit tanaman, cabai rawit ABSTRACT: Chili pepper (Capsicum frutescens Linn.) is agriculture commodity that cultivated with organic fertilizer so development of organic fertilizer was increase. Brahman cow (Bos taurus indicus Linn.) have good feed and environment adaptation with urine production by cow reach 15- 20 liter per day. Cow urine contain 0,58% of Nitrogen, 126 ppm of Phosphorus, and 0,94 me/100 gram of Potassium that potentially used as liquid organic fertilizer. This study purpose to know the effect variation of cow urine concentration on chili pepper’s seed growth. This study was an experimental study using a group randomized design with 6 treatments that consist of concentration cow urine’s fermentation 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, and 100% with 4 repetitions. This study held during January until April 2016 at Green House and Ecology Laboratory Department Biology Faculty of Mathematic and Natural Science State University of Malang. Chemical analyze of fermented cow urine held at Chemical Soil Laboratory Faculty of Agriculture Brawijaya University. This study shows that cow urine concentration gave negative effect the stem height, number of leaf, areal of leaf, and root length on chili pepper’s seed growth. The laboratory test showed that cow urine’s fermentation contains 0,128% of Nitrogen, 0,008% of Phosphorus, 0,329% of Potassium, and 0,086% of C organic. Concentration’s cow urine fermented 0% give better effect for seed growth of chili pepper than other concentrations. Keywords: Brahman cow, urine, seed growth, chili pepper 1 PENDAHULUAN Cabai rawit (Capsicum frutescens Linn.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi (Cahyono, 2003). Budidaya cabai rawit umumnya menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Adanya dampak negatif yang ditimbulkan membuat sebagian masyarakat lebih memilih produk organik. Penanaman cabai rawit secara organik telah banyak dilakukan, namun petani masih banyak yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida selama proses pembibitan cabai rawit sehingga produk yang dihasilkan belum sepenuhnya dikatakan sebagai produk organik. Pertanian organik umumnya memanfaatkan pupuk organik yang terbuat dari fermentasi bahan organik dan melibatkan aktivator pengomposan, salah satunya EM4. Penambahan aktivator pengomposan dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 2 minggu (Dewi, 2008). Patil, et al. (2013) menyebutkan bahwa pupuk organik berperan dalam perubahan struktur tanah dan ketersediaan nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Tumbuhan membutuhkan N dalam proses fotosintesis, pertumbuhan, dan reproduksi (Gurevitch, et al., 2006). Hadisuwito (2012) menyebutkan bahwa unsur P berperan sebagai sumber energi dan K berperan dalam pembentukan antibodi tanaman melawan penyakit. Sutanto (2002) manyatakan bahwa urine sapi mengandung unsur hara N, P, dan K. Desiana, et al. (2013) menyebutkan bahwa urine sapi mengandung N sebanyak 0,58%, P sebesar 126 ppm, dan K sebesar 0,94 me/100 gram. Sapi Brahman memiliki daya adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan dan pakan (Agung et al., 2014) sehingaa sering dipelihara oleh masyarakat. Satu ekor sapi menghasilkan kotoran sekitar 8 - 10 kg per hari (Kasworo, et al., 2013). Jumlah urine yang dihasilkan oleh 100 ekor sapi sebanyak 1.500 hingga 2.000 liter per hari (Badan Litbang Pertanian, 2011). Berdasarkan kandungan makronutrien dan jumlah urine sapi yang melimpah, perlu dilakukan pengolahan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. METODE Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) nonfaktorial dengan perlakuan berupa konsentrasi urine sapi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% yang diulangi sebanyak 4 kali. Penelitian dilakukan selama Januari hingga April 2016 di Green House Jurusan Biologi dan Laboratorium Ekologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pengujian kandungan unsur dalam fermentasi urine sapi dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah Universitas Brawijaya. Fermentasi Urine Sapi Urine sapi ditampung dan ditambahkan EM4 dengan perbandingan 50:1 dan diaduk hingga rata, selanjutnya difermentasikan selama 15 hari dalam keadaan terbuka. Urine sapi kemudian dianalisis kandungan unsur C organik, N, P, K, dan bahan organik di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penanaman Biji Cabai Rawit dan Pengaplikasian Urine Sapi Biji cabai rawit direndam dengan air hangat selama 30 menit kemudian direndam dalam air selama sehari semalam dan dibungkus dengan kain basah selama 3 - 4 hari hingga berkecambah. Biji cabai rawit yang sudah berkecambah ditanam dalam plastik semai yang berisi 50 gram tanah. Bibit cabai rawit yang 2 berusia 7 HSS dipindahkan dalam polybag yang berisi 250 gram tanah. Fermentasi Urine sapi dibuat dalam konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% yang diaplikasikan pada media tanam cabai rawit berusia 10 HSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap Tinggi Batang Bibit Cabai Rawit Pengamatan tinggi batang cabai rawit dilakukan selama 35 hari pada hari ke- 7, 14, 21, 28, dan 35 HSS sehingga siperoleh data yang seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Data Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos Taurus inducus Linn.) terhadap Tinggi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Ulangan Rerata Perlakuan (cm) I (cm) II (cm) III (cm) IV (cm) Konsentrasi 0% 4.88 5.36 6.10 5.82 5.54b Konsentrasi 20% 3.68 3.74 4.48 4.30 4.05a Konsentrasi 40% 3.70 3.8 4.80 4.26 4.14a Konsentrasi 60% 4.12 4.18 4.52 4.50 4.33a Konsentrasi 80% 4.82 4.70 4.70 4.16 4.60ab Konsentrasi 100% 4.60 3.60 4.12 3.52 3.96a Keterangan:Tanda superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata menggunakan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 95% Tinggi (cm) Berdasarkan Uji Anava diketahui bahwa perlakuan konsentrasi urine sapi memiliki nilai signifikasi (0,000) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi berpengaruh terhadap tinggi batang cabai rawit. Berdasarkan Uji BNJ diketahui bahwa konsentrasi urine sapi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 100%, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 80%. Konsentrasi 0% merupakan konsentrasi yang berpengaruh lebih baik terhadap tinggi batang bibit cabai rawit dibandingkan konsentrasi lainnya. Hubungan antara konsentrasi urine sapi dan tinggi batang bibit cabai rawit disajikan pada Gambar 1. 6 5 4 3 2 1 0 0 20 40 60 Konsentrasi Urine Sapi (%) 80 100 Gambar 1 Grafik Hubungan Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) dengan Tinggi Batang Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap Jumlah Daun Bibit Cabai Rawit Pengukuran jumlah daun dilakukan selama 35 hari pada hari ke 7, 14, 21, 28, dan 35 HSS. Data jumlah daun dicantumkan dalam Tabel 2. 3 Tabel 2 Data Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos Taurus inducus Linn.) terhadap Jumlah Daun Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Ulangan Rerata Perlakuan IV (helai) (helai) I (helai) II (helai) III (helai) Konsentrasi 0% 5 6 6 5 5.50b Konsentrasi 20% 4 4 5 4 4.25 a Konsentrasi 40% 4 4 5 5 4.50 a Konsentrasi 60% 4 4 4 4 4.00 a Konsentrasi 80% 4 4 4 4 4.00 ab Konsentrasi 100% 4 3 4 3 3.50 a Keterangan:Tanda superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata menggunakan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 95% Jumlah Daun (helai) Berdasarkan Uji Anava diketahui bahwa konsentrasi urine sapi memiliki nilai signifikasi (0,002) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi berpengaruh terhadap jumlah daun cabai rawit. Berdasarkan uji BNJ diketahui bahwa konsentrasi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 60%, 80%, dan 100%, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 40%. Konsentrasi 0% merupakan konsentrasi yang berpengaruh lebih baik terhadap jumlah daun bibit cabai rawit dibandingkan konsentrasi lainnya. Hubungan antara konsentrasi urine sapi dan jumlah daun bibit cabai rawit disajikan pada Gambar 2. 6 5 4 3 2 1 0 0 20 40 60 Konsentrasi (%) 80 100 Gambar 2 Grafik Hubungan Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) dengan Jumlah Daun Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap Luas Daun Bibit Cabai Rawit Perhitungan luas daun dilakukan menggunakan metode gravimetrik. Data luas daun bibit cabai rawit dicantumkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Data Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos Taurus inducus Linn.) terhadap Luas Daun Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens) Ulangan Rerata Perlakuan IV (cm2) (cm2) I (cm2) II (cm2) III (cm2) 2.04 Konsentrasi 0% 1.94 2.15 1.75 1.97b Konsentrasi 20% 1.22 1.09 1.18 1.41 1.23 a Konsentrasi 40% 0.97 0.97 1.75 1.25 1.24 a Konsentrasi 60% 1.08 1.30 1.44 1.31 1.28 a Konsentrasi 80% 1.04 1.16 1.53 0.69 1.11 a Konsentrasi 100% 1.16 0.92 1.16 0.92 1.04 a Keterangan:Tanda superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata menggunakan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 95% 4 Berdasarkan Uji Anava diketahui bahwa konsentrasi urine sapi memiliki nilai signifikasi (0.00) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi berpengaruh terhadap luas daun bibit cabai rawit. Berdasarkan uji BNJ dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Konsentrasi 0% merupakan konsentrasi yang berpengaruh lebih baik terhadap luas daun bibit cabai rawit dari pada konsentrasi lainnya. Hubungan antara konsentrasi urine sapi dengan luas daun bibit cabai rawit disajikan pada Gambar 3. Luas Daun (cm2) 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0 20 40 60 Konsentrasi Urine Sapi (%) 80 100 Gambar 3 Hubungan Antara Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) dengan Luas Daun Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap Biomassa Bibit Cabai Rawit Pengukuran biomassa bibit cabai rawit dilakukan pada hari ke- 35 HSS dengan mengurangi berat basah dan berat kering bibit cabai rawit. Berat kering tumbuhan didapatkan dari pengeringan bibit cabai rawit dalam oven dengan suhu 60°C. Data biomassa bibit cabai rawit dicantumkan dalam Tabel 4. Tabel 4 Data Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos Taurus inducus Linn.) terhadap Biomassa Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Ulangan Perlakuan Rerata (g) IV (g) I (g) II (g) III (g) Konsentrasi 0% 0.25 0.24 0.40 0.26 0.29 Konsentrasi 20% 0.14 0.17 0.14 0.14 0.15 Konsentrasi 40% 0.12 0.40 0.05 0.12 0.17 Konsentrasi 60% 0.08 0.13 0.13 0.10 0.11 Konsentrasi 80% 0.08 0.10 0.13 0.07 0.10 Konsentrasi 100% 0.11 0.09 0.09 0.08 0.09 Berdasarkan analisis SPSS menggunakan uji Brown-Forsythe diketahui bahwa nilai signifikasi biomassa > 0,05 sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi tidak berpengaruh terhadap biomassa bibit cabai rawit. Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap Panjang Akar Bibit Cabai Rawit Perhitungan panjang akar bibit cabai rawit dilakukan pada hari ke- 35 HSS menggunakan metode Lrv. Data panjang akar dicantumkan dalam Tabel 5. 5 Tabel 5 Data Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos Taurus inducus Linn.) terhadap Panjang Akar Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Ulangan Rerata Perlakuan (cm) I (cm) II (cm) III (cm) IV (cm) Konsentrasi 0% 10.06 23.73 22.94 11.08 16.95 b Konsentrasi 20% 2.51 8.09 12.96 4.16 6.93 ab Konsentrasi 40% 3.93 2.51 17.68 7.54 7.92 b Konsentrasi 60% 2.83 7.54 6.13 8.09 6.15 a Konsentrasi 80% 1.41 9.82 1.65 0.63 3.38 a Konsentrasi 100% 1.65 3.54 3.14 0.71 2.26 a Keterangan: Tanda superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata menggunakan uji BNJ dengan taraf kepercayaan 95% Panjang Akar (cm) Berdasarkan uji Brown-Forsythe diketahui bahwa nilai signifikasi biomassa < 0,05 sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi berpengaruh terhadap panjang akar bibit cabai rawit. Berdasarkan uji BNJ dapat disimpulkan bahwa konsentrasi urine sapi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 80% dan 100% namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 40%, dan 60%. Konsentrasi 0% merupakan konsentrasi yang berpengaruh lebih baik terhadap panjang akar bibit cabai rawit dengan konsentrasi lainnya. Hubungan antara konsentrasi dan panjang akar bibit cabai rawit dijelaskan dalam Gambar 4. 20 15 10 6,93 7,92 6,15 3,38 5 2,26 0 0 20 40 60 Konsentrasi Urine Sapi (%) 80 100 Gambar 4 Hubungan Antara Konsentrasi Urine Sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) dengan Panjang Akar Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn.) Pembahasan Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa penambahan fermentasi urine sapi dengan konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% berpengaruh terhadap tinggi batang, jumlah daun, luas daun, dan panjang akar bibit cabai rawit. Konsentrasi 0% merupakan konsentrasi yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan bibit cabai rawit yang diamati selama 35 HSS dibandingkan dengan konsentrasi lain. Penambahan urine sapi berpengaruh negatif dengan menghambat pertumbuhan bibit cabai rawit. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena belum selesainya proses pemecahan bahan organik dalam urine sapi sehingga dihasilkan ammonia. Urine sebagai limbah yang mengandung nitrogen dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Urine mempunyai ion ammonium yang dapat berubah menjadi nitrit atau amonia pada kondisi tertentu dalam air dapat bersifat racun (Sumarlin, et al., 2009). Adams, et al. (2012) menyatakan bahwa bentuk nitrogen 6 yang membahayakan tanaman yaitu nitrit. Nitrit (NO2-) merupakan racun bagi tanaman meskipun jumlahnya hanya sedikit, namun nitrit secara normal diubah menjadi nitrat oleh Nitrobacter spp. dalam siklus nitrogen sebelum mencapai tahap yang membahayakan. Nitrat (NO3-) harus direduksi menjadi ammonia (NH3) sebelum digabungkan dengan senyawa organik dalam tanaman. Amonium (NH4+) sebagian besar digabungkan menjadi senyawa organik di akar. Amonium dapat menjadi racun bagi tanaman terutama ketika diubah manjadi ammonia (NH3) (Gurevitch, et al., 2006). Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa urine sapi mengandung N sebesar 0,128%, P sebesar 0,008%, K sebesar 0,329%, C organik sebesar 0,086%, dan bahan organik sebesar 0,086% sedangkan tanah sebagai media tanam yang digunakan mengandung N sebesar 0,07%, P sebesar 88,20 mg/kg, dan K sebesar 0,32 me/100g, C organik sebesar 0,94%, dan bahan organik sebanyak 1,63%. Berdasarkan perhitungan terhadap unsur yang ada dalam 250 g tanah sebagai media tanam dan penambahan 40 ml fermentasi urine sapi diketahui bahwa jumlah unsur N sebanyak 0,226 g, unsur P sebanyak 0,004 g, dan unsur K sebanyak 0,144 g. Sumpena (2002) menambahkan bahwa cabai rawit membutuhkan pupuk minimal mengandung N sebanyak 2 g/tanaman, unsur P sebanyak 2 g/tanaman, dan unsur K sebanyak 1,5 g/tanaman. Dosis pupuk yang diberikan untuk bibit cabai rawit yaitu setengah dari anjuran pemberian pupuk untuk tanaman dewasa sehingga bibit cabai rawit membutuhkan pupuk N minimal 1 g/tanaman, P minimal 1 g/tanaman, dan K minimal 0,75 g/tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa ketersediaan unsur N, P, dan K belum mencukupi kebutuhan bibit cabai rawit untuk untuk tumbuh optimal. Taiz & Zeiger (2010) menambahkan bahwa defisiensi unsur N, P, dan K dalam tanah menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman. Ashari (1995) menyatakan bahwa pupuk kandang kurang menyumbangkan hara yang siap pakai bagi tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan, namun pemakaian pupuk kandang secara tidak langsung membantu meningkatkan kesuburan lahan (Ashari, 1995). Suprijadji dalam Tua et al., (2012) & Susetyo (2013) menyatakan bahwa auksin merupakan hormon penting yang dikandung dalam urine sapi dengan kadar auksin beragam dari 1,6164 x 10-5–7,8278 x 10-5 M. Campbell, et al. (2012) menerangkan bahwa auksin merangsang pertumbuhan hanya dalam kisaran toleransi tertentu yaitu dari sekitar 10-8M sampai 10-4M. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa jumlah auksin dalam urine sapi masih sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan bibit cabai rawit. Penghambatan tinggi batang bibit cabai rawit juga dipengaruhi oleh rendahnya unsur N. Unsur N merupakan komponen utama dari nukleotida, asam nukleat, protein (termasuk protein struktural dan enzim) dan klorofil (Gurevitch, et al., 2006). Jauhari (2008) menyatakan bahwa unsur N penting dalam pertumbuhan tanaman terutama dalam proses pembelahan sel dan pemanjangan sel meristem pada titik tumbuh batang tanaman. Pertumbuhan tinggi tanaman yang rendah terjadi karena ketersediaan unsur N yang rendah sehingga pembelahan dan pemanjangan sel jaringan meristematik pada titik tumbuh batang terhambat. Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa pemberian urine sapi dengan berbagai konsentrasi berpengaruh terhadap jumlah 7 dan luas daun bibit cabai rawit. Sirait (2008) menyatakan bahwa luas daun tidak dipengaruhi secara nyata oleh dosis pemupukan. Uji laboratorium yang dilakukan (Lampiran 2) diketahui bahwa urine sapi mengandung unsur P sebanyak 0,008%. Rosniawaty et al. (2015) menyatakan bahwa unsur P merupakan sumber energi (ATP) untuk fotosintesis. ATP yang tersedia dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan fotosintesis berjalan lambat dan fotosintat yang dihasilkan sedikit sehingga tidak dapat digunakan untuk pembentukan daun. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa ketersediaan unsur P dalam urine sapi yang digunakan sebagai pupuk belum mencukupi untuk pertumbuhan sehingga pembentukan daun bibit cabai rawit belum optimal dan berdampak pada jumlah dan luas daun yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi urine sapi yang ditambahkan menyebabkan akar bibit cabai rawit semakin pendek. Hairiah, et al., (2001) menjelaskan bahwa akar berkembang dengan lambat disebabkan oleh ketersediaan P yang rendah. Taiz & Zeiger (2010) menambahkan bahwa pembentukan akar terjadi dengan lambat jika lingkungan kekurangan nutrisi karena akar tidak mampu melakukan proliferasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan unsur P dalam urine sapi belum cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bibit cabai rawit untuk melakukan pemanjangan akar secara optimal sehingga pembentukan akar terbatas. Uji laboratorium yang dilakukan (Lampiran 2) diketahui bahwa urine sapi mengandung unsur K sebesar 0,329%. Unsur K berperan sebagai kofaktor dalam sintesis protein, keseimbangan air, dan pergerakan stomata. Stomata merupakan pintu keluar masuk CO2 sebagai bahan fotosintesis. Stomata yang mampu memasukkan banyak CO2 akan dihasilkan banyak fotosintat yang dapat digunakan untuk pertumbuhan organ tanaman yang diekspresikan berupa bobot kering tanaman (Rosniawaty, et al., 2015). Berdasarkan hal tersebut, ketersediaan unsur K dalam urine sapi belum mencukupi untuk pertumbuhan bibit cabai rawit. KIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Simpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu konsentrasi urine sapi Brahman (Bos taurus indicus Linn.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens Linn.) yang meliputi tinggi batang, jumlah daun, luas daun, dan panjang akar. Saran Saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya yaitu pengujian terhadap kandungan N tersedia perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang dapat diserap oleh tumbuhan, pengujian terhadap variasi waktu fermentasi urine sapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, volume aplikasi dan intensitas aplikasi urine sapi yang disiramkan pada media tanam perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, variasi waktu aplikasi pupuk organik cair dari fermentasi urine sapi pada bibit cabai rawit perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dan pengaruh konsentrasi urine sapi terhadap cabai rawit yang berusia lebih dari 35 HSS perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. 8 DAFTAR RUJUKAN Adams, C. R., Bamford, K. M., & Early, M. P. 2012. Principles of Horticultura sixth edition. USA: Routledge. Agung, P. P., Ridwan, M., Handrie., Indriawati., Saputra, F., Supraptono., & Erinaldi. 2014. Profil Morfologi dan Pendugaan Jarak Genetik Sapi Simmental Hasil Persilangan. JITV, 19 (2): 112-122. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Jakarta: UI Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pembuatan Pupuk Organik Cair. (Online), (http://www.sulsel.litbang.pertanian.go.id), diakses pada 3 Oktober 2015. Cahyono B. 2003. Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius. Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson, R. B. 2012. Biologi. Jakarta: Erlangga. Desiana, C., Banuwa, Irwan, S., Evizal, R., & Yusnaini, S. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Limbah Tahu terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Tropika, 1(1): 113-119. Dewi, I. K. 2008. Evaluasi Proses Komposting Dalam Rangka Peningkatan Produksi Kompos Studi Kasus: UPT Pengolahan Sampah dan Limbah Kota Probolinggo. Makalah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Gurevitch, J., Scheiner, S. M., & Fox, G. A. 2006. The Ecology of Plants. USA: Sinauer Associate, Inc.. Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hairiah, K., Sugiarto, C., Utami, S. R., Purnomoshidhi, P., & Roshetko, J. M. 2001. Diagnosis Faktor Penghambat Pertumbuhan Akar Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nilsen) Pada Ultisol di Lampung Utara. Malang: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Jauhari, R. 2008. Kajian Jenis Media Tanam dan Konsentrasi BAP (Benzyl Amino Purine) terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Mete (Anacardium Occidentale L.). Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Kasworo, A., Izzati, M., & Kismartini. 2013. Daur Ulang Kotoran Ternak Sebagai Upaya Mndukung Peternakan Sapi Potong yang Berkelanjutan di Desa Jogonayan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013. Patil, P., Ghag, P., & Patil, S. 2013. Use of Bio-fertilizers and Organic Inputs - as LISA Technology by Farmers of Sangamner. International Journal of Advancements in Research & Technology, 2 (7): 26-33. Rosinawaty, S., Sudirja, R., & Afrianto, H. 2015. Pemanfaatan Urine Kelinci dan Urine Sapi sebagai Alternatif Pupuk Organik Cair Pada Pembibitan Kakao (Theobrome caco L.). Jurnal Kultivasi, 14 (1): 32-36. Sirait, J. 2008. Luas Daun, Kandungan Klorofil, dan Laju Pertumbuhan Rumput Laut pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. JITV. 13 (2): 109-116. Sumpena, U. 2002. Budidaya Cabai Rawit. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 9 Susetyo, A. N. 2013. Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai POC (Pupuk Organik Cair) dengan Penambahan Akar Bambu Melalui Proses Fermentasi dengan Waktu yang Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius. Taiz, L. & Zeiger, E. 2010. Plant Physiology. USA: Sinaeur Associates Inc., Publisher. Tua, R., Sampoerno., & Anom, E. 2012. Pemberian Kompos Ampas Tahu dan Urine Sapi pada Pertumbuhan Biji Kelapa Sawit (Elacis guineensis Jacq.). Riau: Jurusan Agriteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. 10