Prakarsa KINCIR AIR KAKI ANGSA Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan SARI Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Prakarsa tahun 2011 - Perorangan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2229 K/74/MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa tahun 2011. Dalam lampiran Keputusan Menteri ESDM tersebut Djajusman Hadi, S.Sos., M.AB dinyatakan berjasa luar biasa sebagai Pemrakarsa dan Penemu "Kincir Air Kaki Angsa" berpotensi air sungai beroperasi efisien untuk perdesaan dengan daya 5 kwh/Unit dan diaplikasikan untuk membangun PLTMH di Papua, capaian 90%, yang berdampak meningkatnya penguasaan teknologi, kesadaran menjaga lingkungan, perekonomian, sosial, serta budaya masyarakat sekitar, secara lebih luas pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral. Kincir Air kaki Angsa adalah alat penemuan dari Djayusman Hadi dan rekannya berupa Kincir yang sangat efektif jika dimanfaatkan di pedesaan atau daerah kepulauan, pedalaman yang ada potensi air sungainya dan masyarakat setempat mudah mengadopsi materialnya. Mendapatkan Paten No P00200200460, dan saat ini sudah mendapat Sertifikat uji Internasional dari Dirjen HKI No. ID P 0024982 B tanggal 28 Januari 2010 serta penghargaan dari Menristek Prof. Dr.Ing BJ Habibie tahun 1999, dan dari Menristek Hatta Rajasa tahun 2001. Penemuan ini tidak lepas dari sosok sederhana seorang Djajusman Hadi yang berlatar pendidikan Magister di bidang Administrasi dan rekannya sedang memandang angsa yang berenang di sungai. Mereka berfikir bahwa pergerakan kaki angsa tersebut akan menghasilkan suatu energi. Upaya ini menghasilkan suatu perubahan baru dalam mengisi referensi teknologi energi terbarukan dan produknya bermanfaat bagi pengembangan ilmu mikrohidro di Indonesia dan dunia, serta berdampak positif bagi masyarakat. 1. KINCIR ANGSA Kebanyakan turbin yang dipakai, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) selama ini adalah turbin untuk instalasi air dengan menggunakan bendungan (dam) atau air terjun. Desain turbin ini sangat efisien untuk sungai dengan dam karena tersedia head dan gaya yang maksimum yang diperlukan untuk operasi turbin. Akan tetapi, disain konvensional tersebut memiliki keterbatasan, karena pembuatan dam membutuhkan biaya besar dan M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011 tidak semua sungai memungkinkan dibangun dam, karena alasan lingkungan dan mengganggu proses migrasi ikan. Selain itu, disain turbin konvensional juga tidak bisa digunakan untuk mengekstrak energi yang bersumber dari aliran arus sungai dengan grade yang rendah. Oleh karena itu diperlukan disain turbin baru yang dapat beroperasi secara efisien dan mampu mengekstrak energi dari free fluid flow atau zero head water power resources. Arus bebas ( free water flow ) baik yang bersumber dari aliran arus sungai merupakan 29 Prakarsa sumber energi kinetik yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Potensi sungai yang memiliki energi kinetik aliran sangat melimpah di Indonesia. Untuk mengekstrak energi kinetik dari free water flow menjadi energi yang berguna diperlukan alat yaitu mesin konversi energi. Solusi yang ditentukan oleh Djajusman Hadi adalah "Kincir Air Kaki Angsa" merupakan pembangkit energi pedesaan yang dipandang cukup ideal. Temuan ini diprioritaskan untuk membantu daerah terpencil maupun pelosok yang memiliki potensi sungai yang cukup besar guna mengatasi krisis listrik dan melepaskan ketergantungan Pembangkit listrik dari suplai BBM. Prinsip kerja kincir kaki angsa ini didasari oleh cara kerja kaki angsa pada waktu berenang. Kalau diperhatikan secara seksama angsa berenang dapat bergerak maju karena disebabkan susunan selaput kaki angsa yang dapat membuka dan menutup. Jika kaki angsa bergerak ke depan maka susunan selaput kaki menutup sehingga gaya tekanan air yang menghambat kaki angsa sangat kecil dan apabila kaki angsa bergerak ke belakang selaput kaki angsa membuka dan gaya tekan yang mengenai kaki angsa menjadi besar hingga dapat mendorong badan angsa maju ke depan. Desain Kincir Kaki Angsa hampir sama dengan kincir air yang biasa digunakan oleh petani, tetapi uniknya dalam hal ini, air berjalan secara horizontal selain itu kincir air kaki angsa dapat berputar dalam kondisi tenggelam di air sungai yang dangkal hingga sungai yang dalam. Prinsipnya adalah semakin tenggelam akan menghasilkan energi yang semakin besar (Gambar 1). 2. KELEBIHAN DAN MANFAAT KINCIR KAKI ANGSA Kincir Kaki Angsa ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teknologi PLTMH yang lain, antara lain: – Tidak memerlukan adanya ketinggian seperti pada air jatuh/air terjun. – Tidak memerlukan bendungan. Tetapi jika alat ini ditempatkan pada kedua hal tersebut juga sangat potensial. Prinsipnya dapat beroperasi pada aliran sungai kecil dan biasanya banyak dijumpai di pedalaman, lokasi pegunungan yang jauh dari jangkauan jaringan listrik. Kincir tersebut sangat sesuai untuk mengubah kecepatan aliran fluida menjadi energi lain Gambar 1. Kincir Kaki Angsa dan instalasi listrik 30 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011 Prakarsa berupa putaran poros, disebabkan kemampuan sudu-sudunya untuk membuka dan menutup. Sebagian sudu menutup untuk menangkap aliran fluida sehingga menimbulkan gaya dorong dan menghasilkan torsi dan pada saat yang sama sudu pada posisi yang berlawanan membuka sehingga tidak menangkap aliran fluida. Dengan demikian torsi yang dihasilkan oleh sebagian sudu tidak dihilangkan atau dikurangi oleh sudu pada posisi yang berlawanan. mampu mengeluarkan listrik dengan daya 10 Kwh (10.000 Watt) untuk kebutuhan 20 - 30 warga desa. Dimensi 2 kincir ini dikopel jadi satu, dengan panjang 6 meter lebar 2 meter dengan ketinggian 2,5 meter. Kecepatan air yang diperlukan minimal 0,40 meter per detik dengan kedalaman sungai antara 40 - 100 cm. Tabel 1 menampilkan potensi dan kapasitas daya Kincir Kaki Angsadengan variasi kedalaman air dan kecepatan air serta besarnya daya yang dihasilkan. Selain kelebihan di atas, Kincir Kaki Angsa ini mempunyai beberapa manfaat antara lain: 1) sebagai sumber energi yang murah dan ramah lingkungan. 2) sebagai alternatif pengganti energi minyak dan gas. 3) untuk mengembangkan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan. 4) membantu memecahkan masalah ketersediaan tenaga listrik bagi masyarakat pedesaan. 5) meningkatkan produksi industri di pedesaan, baik industri pertanian, perikanan dan agro industri. Salah satu contoh keberhasilan implementasi Kincir Kaki Angsa ini adalah PLTMH Brumbung (di kaki gunung Kelud), Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. PLTMH ini dibangun pada pengairan (Kali Serinjing) berpotensi dan sangat menunjang pertanian karena adanya aliran sungai dari limpasan waduk Siman yang cukup stabil, baik dari debit dan kecepatan airnya. Perekonomian masyarakat di Desa Brumbung yang rata-rata mata pencaharian penduduknya adalah petani (70%), dengan adanya PLTMH ini, menjadi meningkat terutama untuk termasuk hadirnya beberapa kegiatan perekonomian yang mengandalkan energi listrik yang juga berkembang seperti sentra industri kecil antara lain : penggorengan bawang merah, industri pupuk Bogasi. 3. HASIL UJI COBA DAN TINGKAT KEBERHASILAN Hasil uji coba yang dilaksanakan di Kali Anyar Kelurahan Kedung Kandang Kota Malang, alat ini secara optimal mampu mengeluarkan energi listrik dengan daya sebesar 2,5 Kwh (2500 Watt), dan masih dapat dioptimalkan untuk dalam kondisi seperti itu, kincir ini sebenarnya 4. PROSPEK DAN PENGEMBANGAN Prospek produk hasil inovasi teknologi ini dinilai positif sekali. Sedangkan sustainibility/ keberlanjutannya bahwa produktivitas alat berupa Kincir Kaki Angsa ini sangat efektif jika Tabel 1. Potensi dan kapasitas daya Kincir Kaki Angsa No Kedalaman Air (cm) Kecepatan Air (m/dtk) Daya (Kwh) 1. 2. 3. 4. 40 70 90 100 0,6 0,7 0,8 0,9 2,5 5 7,5 10 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011 31 Prakarsa dimanfaatkan di pedesaan atau daerah kepulauan, pedalaman yang terdapat potensi air sungai dengan masyarakat setempat yang mudah mengadopsi materialnya, misalnya untuk mengganti logam baja dapat dengan kayu contoh kayu ulin sehingga sebenarnya efisien sekali. membuat dan mewujudkan Kincir Kaki Angsa skala sedang, maupun besar. Saat ini, sudah ada pesanan untuk wilayah Malang, Jawa Timur, dan Jayapura, Papua. Kinci Air Kaki Angsa, selain membutuhkan dana juga memerlukan setting khusus untuk lokasi pedalaman. Selain di Desa Brumbung aplikasi produk ini telah dan sedang dilakukan di Papua yaitu mengerjakan pesanan 3 buah Turbin, masingmasing dengan kapasitas 10 Kwh dan dalam tahap penyeselaian (90%). Saat ini juga sedang dikerjakan penelitian dan pengembangan secara kontinyu untuk menghasilkan produk baru yaitu Kincir generasi baru (Next-G) untuk kebutuhan sungai besar, sedang, kecil-dangkal, kecil tapi dalam. Sejauh ini belum ada kalangan industri yang tertarik, akibat publikasi yang masih kurang dan transformasi teknologi yang dapat dikomersialkan atau diproduksi secara massal. Kendala utama dari pengembangan aplikasi ini adalah dukungan dana penelitian dan pengembangan, baik dari dinas pendidikan maupun instansi lain yang terkait, dan belum banyak bantuan pendanaan dari lembaga terkait, industri, dan atau investor guna mengembangkan riset lanjutan. Dengan semakin berkembangnya pemikiran dan hasil yang dicapai selama ini maka dibutuhkan bantuan dana untuk mewujudkan pengembangan Next-G. Selain itu yang terpenting adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat bisa menggunakan hasil kincir kaki angsa agar dapat dimanfaatkan mengingat dari segi teknologi dan harga jauh lebih murah dibandingkan buatan luar negeri yang sejenis. Sebagai seorang Peneliti sekaligus Wakil Ketua Paguyuban Mikrohidro Kali Serinjing, Kediri, Djajusman Hadi mengharapkan agar pemerintah memberi perhatian agar temuan Kincir Kaki Angsa ini dapat dikembangkan dan ditingkatkan sehingga energi terbarukan khususnya PLTMH segera berkembang dengan pesat. Hasil desain ini adalah milik Bangsa Indonesia, sehingga sudah selayaknya mengunakan kincir yang sudah mendapatkan paten ini. 5. TANTANGAN DAN HARAPAN Tantangan yang dihadapi oleh Djayusman Hadi dari aspek biaya yang cukup besar dalam 32 * Disusun oleh Tri Bambang Sukmo Rasantyo, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS". M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011