ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH INTERNAL

advertisement
ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH INTERNAL
(Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Uyang Agustina
NIM 109051100013
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN JURNALISTIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ABSTRAK
UYANG AGUSTINA (109051100013)
Analisis Produksi Berita Majalah Internal
(Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar
Pemberdayaan
Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial.
Begitu juga dengan media korporasi atau media internal suatu korporasi yang
hadir dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada kalangan internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Dompet Dhuafa
(DD) misalnya, dengan media internalnya, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar
Pemberdayaan, memberikan sajian berita dalam bentuk berita features, dan
berusaha menjadi majalah internal yang berkualitas dan dinikmati para pembaca.
Merujuk pada pernyataan di atas, bagaimana proses produksi berita
majalah Swaracinta DD pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dalam menciptakan
majalah internal (korporasi) yang berkualitas? Target apa saja yang akan dicapai
majalah Swaracinta dalam produksi berita tersebut? Berkaitan dengan upaya
menghasilkan berita untuk media korporasi atau organisasi yang berkualitas,
penulis mengacu kepada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat
perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang
berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi. Keempat
komponen itu adalah komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi,
komponen biaya dan sarana, serta komponen personel.
Proses produksi berita majalah Swaracinta berlangsung pada tiga tahapan,
praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Dengan target pencapaian hasil yang
diharapkan setiap bulannya, diharapkan berita pada rubrik tersebut mampu
menjadi berita yang informatif, edukatif, dan berimbang, baik dikalangan internal
korporasi maupun eksternal.
Metodologi penelitian di sini menggunakan paradigma kualitatif dengan
model deskriptif. Penulis tidak menguji hipotesis, dan hanya menjelaskan dan
menggambarkan secara kualitatif sebuah proses produksi berita. Data diperoleh
melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi. Semua data itu
kemudian akan dianalisa dengan mengacu kepada kerangka teori.
Dengan demikian, seperti proses produksi berita pada umumnya, produksi
berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan juga
melewati tiga tahapan yakni praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Namun,
pada proses produksi beritanya, majalah tersebut menerapkan empat komponen
yang telah dijabarkan diatas, sehingga berusaha menciptakan media internal yang
berkualitas sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya dengan mengikuti
penulisan kaidah jurnalistik yang bisa dinikmati baik dari kalangan internal
maupun eksternal korporasi dan menjadi bentuk pertanggungjawaban terhadap
mitra-mitra (donatur) Dompet Dhuafa yang telah bekerjasama.
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Alhamdulillah hanya bagi Sang Maha Penguasa Alam, Allah
SWT. Hanya dengan limpahan rahmat, nikmat, serta kebaikanNya lah skripsi ini
dapat diselesaikan.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, Sang panutan suri
tauladan seluruh umat manusia. Pembawa kedamaian, penyebar ilmu, pembela
diakhir zaman. Semoga kebaikan, rasa cinta kasih, dan hakikat kehidupan yang
disampaikan beliau akan terus memberi kesegaran pada kehidupan manusia.
Penulis sadari, selama penulisan karya ilmiah ini banyak sekali pihak yang
telah membantu, baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis
ucapkan kepada mereka yang telah berperan dalam penulisan ini. Baik melalui
do’a, bimbingan, dukungan, maupun terlibat langsung dalam memberikan
informasi, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terima kasih kepada;
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah, Dr. H. Arief Subhan, MA., Dr. Suparto, M. Ed, Wakil
Dekan I, Drs. Jumroni, M. Si, Wakil Dekan II, Drs. Wahidin Saputra,
MA., Wakil Dekan III.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah MA, serta sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik, Ade Rina Farida M.Si. Terima kasih telah banyak membantu
dan mendukung penulis.
3. Dosen pembimbing, Wati Nilamsari M.Si, yang senantiasa membimbing
dan membantu penulis menemukan solusi permasalahan dan menambah
banyak informasi dalam menulis skripsi ini.
4. Ayahanda Joko Nurwidodo dan Ibunda Parminah Orang tuaku tercinta,
yang selalu memberi dukungan moril ataupun materil kepada penulis.
Melalui do’a, nasihat, kesabarannya membimbing, bahkan keringat kerja
kerasnya mampu menguliahkan penulis hingga selesai.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih
untuk semua ilmunya yang sangat bermanfaat bagi penulis, bahkan sangat
bermanfaat sampai akhir penulisan skripsi ini.
6. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
7. Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi, SS.
Widodo, Amirul Hasan, Shofa Q, dan seluruh teman-teman redaksi yang
bersedia memberikan bantuan, dukungan, serta informasi pada penulis.
8. Kakakku tersayang, Rina Widowati S.Pd, terima kasih dukungan serta doa
untukku.
9. Ahmad
Aldjufri
yang
senantiasa
membantu,
mendukung
dan
mendoakanku.
10. Sahabat seperjuangan, Iit Septyaningsih dan Ayu Amelia yang terus
semangat mengerjakan skripsi bersama penulis, terima kasih.
11. Teman-teman seperjuangan di bangku kuliah, Konsentrasi Jurnalistik
angkatan 2009. Terima kasih untuk kebersamaannya. Tak ada yang dapat
menukar bahkan membayar harga kebersamaan kita. Singkat namun
sangat berarti.
12. Teman-teman 107.7 RDK (Radio Dakwah dan Komunikasi) FM, Iit
Septyaningsih, Ade Afifah, Mumpuni Dyah Islami, Fauziah, Andari
Noviyanti,dan seluruh anggota lainnya yang tidak penulis sebutkan,
namun tetap, terima kasih untuk kalian semua yang ikut memberi
dukungan dan semangat kebersamaan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pihak yang membacanya.
Ciputat, 15 Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................. .. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................... 8
D. Tinjauan Pustaka................................................................ 8
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Produksi ............................................................................ 15
B. Media Internal ................................................................... 23
C. Berita ................................................................................. 24
D. Komunikasi Massa............................................................. 32
E. Rubrikasi Media Cetak ...................................................... 35
BAB III
PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
DAN MAJALAH SWARACINTA
A. Dompet Dhuafa ................................................................. 39
B. Majalah Swaracinta............................................................ 52
C. Rubrik Kabar Pemberdayaan.............................................. 56
BAB IV
ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA
DOMPET
DHUAFA
PADA
RUBRIK
KABAR
PEMBERDAYAAN
A. Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ..................................... 57
B. Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa Pada Rubrik Kabar Pemberdayaan ........... 92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................ 95
B. Saran ................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 97
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Rincian Biaya Kerja Redaksi Majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa ........................................................................................ 77
Tabel 2
Rincian Biaya Produksi Majalah Swaracinta ............................... 78
DAFTAR GAMBAR
Alur Tahapan Kerja Media Korporasi ......................................................... 19
Logo Dompet Dhuafa ................................................................................. 43
Struktur Organisasi Dompet Dhuafa............................................................ 46
Struktur Redaksi Majalah Swaracinta.......................................................... 47
Desain Perwajahan Majalah Swaracinta pada Rubrik
Kabar
Pemberdayaan Edisi 24 ............................................................................... 76
Tampilan Adobe Indesign ........................................................................... 82
Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan ........................... 83
Tata Letak Desain Penempatan Foto ........................................................... 84
Menentukan Jumlah Kolom ........................................................................ 85
Menentukan Pemilihan Jenis Huruf............................................................. 86
Menentukan Ukuran Huruf ......................................................................... 87
Penempatan Identitas Nama Rubrik ............................................................ 88
Tampilan Keseluruhan Rubrik Kabar Pemberdayaan .................................. 89
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi, khususnya media komunikasi massa semakin
canggih dan pesat, serta memiliki nilai kualitas yang lebih baik dari sebelumnya,
tentunya dalam menjangkau khalayak informasi atau komunikan. Seperti yang
dikemukakan Marshall McLuhan, masyarakat sekarang hidup di dalam desa dunia
(global village) karena media massa modern memungkinkan berjuta-juta orang di
dunia untuk berkomunikasi hampir ke seluruh penjuru dunia.
Media komunikasi massa sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial.
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dilakukan melalui media
massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak luas.1
Gerbner dalam Rakhmat memberikan sedikit penjelasan mengenai
komunikasi massa. “Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling
luas dimiliki orang dalam masyarakat industri”2
Komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang berbentuk pesanpesan komunikasi. Produk tersebut diinformasikan, disebar, dan didistribusikan
kepada masyarakat luas secara terus menerus tentunya dalam waktu yang
ditentukan, semisal harian, mingguan, dwi mingguan, dan bulanan.
1
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, cet.ke-3. (Jakarta:Kencana Prenada, 2008), h.71.
Jalaluddin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 188.
Wright juga memiliki makna komunikasi yang lebih kompleks. Menurut
Wright dalam Rakhmat bahwa bentuk baru dari komunikasi massa dapat
dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama
sebagai berikut; diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan
anonim, pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan
khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau
bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.3
Seperti halnya Gerbner yang mengemukakan bahwa komunikasi massa itu
melibatkan lembaga, Wright secara khusus mengemukakan bahwa komunikator
bergerak dalam organisasi yang kompleks. Organisasi yang kompleks itu
menyangkut berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai
dari penyusun pesan sampai pesan diterima oleh komunikan. Misalnya, bila pesan
disampaikan lewat media cetak (majalah atau surat kabar), maka pihak yang
terlibat antara lain adalah pemimpin redaksi, editor, layouter, dan korektor.
Penerbitan media organisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan
komunikasi antara dua pihak yang berhubungan, yaitu antara organisasi dan
pembaca. Sebagai suatu kegiatan komunikasi, penerbitan media organisasi
dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan kedua pihak.4
Media korporasi atau organisasi dapat diterbitkan dalam beberapa format,
seperti newsletter, majalah, tabloid, atau surat kabar. Setiap format memilki
kelebihan dan kekurangan dalam hal efektivitas penyampaian informasi.
3
Ibid., h. 189.
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta: Kanisius, 2000) h. 17.
4
Media cetak khususnya majalah, mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap khalayak. Majalah adalah halaman demi halaman yang diikat dengan
kawat (dihekter) serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau
mengkilat dibandingkan kertas halaman dalam. Sebagai media cetak, majalah
mempunyai pesan-pesan tersebut bertahan lama dibandingkan dengan media lain
seperti televisi dan radio.5
Pada zaman modern, memang media cetak seperti majalah dapat mengarah
kepada fungsi mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak agar
melakukan kegiatan tertentu. Ini kemudian memberikan tanda bahwa majalah
punya makna yang luas dan menyentuh segala aspek kehidupan masyarakat.
Dompet Dhuafa (DD) merupakan salah satu organisasi pengelola zakat di
Indonesia yang cukup disegani, karena berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah
dilakukannya selama ini. Pada 4 September 1994, Dompet Dhuafa pun didirikan.
Pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo.
Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan
dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara
lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan
bagi kalangan dhuafa.
Kemudian pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali
pertama oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat)
oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris
5
Mondry, M.Sos, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor: Ghalia Indonesia,
2008), h.150
H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara
RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.6
Dalam bidang bisnis, Dompet dhuafa menjadi social enterprise dalam
bidang pengelolaan Baitul Mal Desa, Depo Pengasong Z-Point, Ternak Domba
Sehat, Masyarakat Mandiri, PT. Daya Consumer Goods, DD Livestock, DD
Consulting, DD Construction, LKC (Layanan Kesehatan Cuma-cuma), RST
(Rumah Sehat Terpadu) dan seterusnya. Kiprah bisnis yang dilakoni Dompet
Dhuafa justru berangkat dengan jiwa sosial untuk membantu penderitaan sesama
umat manusia.7 Semenjak didirikan, Dompet Dhuafa telah banyak berkiprah
dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Keberhasilan tersebut tentunya
dipengaruhi oleh banyaknya mitra-mitra Dompet Dhuafa yang menjalin kerjasama
dengan memberikan sebuah donasi (dana). Para mitra Dompet Dhuafa sendiri
dikategorikan menjadi dua golongan yakni, donatur tetap dan tidak tetap. Donatur
tetap merupakan mitra yang membuat kesepakatan atau MoU (Memorandum of
Understanding) yang sesuai ketentuan oleh Dompet Dhuafa sendiri. Sedangkan
donatur tidak tetap adalah, mitra yang tidak membuat kesepakatan, dengan kata
lain, tidak membuat kesepakatan.
Tentunya dalam hal ini, Dompet
Dhuafa telah telah melahirkan media komunikasi, yakni sebuah majalah korporasi
yang bernama Swaracinta (SC) diperuntukkan bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa
khususnya para donatur dan beberapa pihak yang bekerja sama dengan Dompet
Dhuafa. Berdirinya majalah Swaracinta (SC) tentunya membantu dalam
menyampaikan informasi terkait kinerja Dompet Dhuafa (DD) terhadap mitra6
www.dhompetdhuafa.org (diakses 20 Februari 2013)
M. Azrul Tanjung, Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat (Jakarta: Dewan
Pimpinan MUI Pusat, 2012), h. 5-6.
7
mitra yang bekerjasama dan bergabung selama ini. Mitra-mitra Dompet Dhuafa
itu diantaranya adalah donatur tetap dan tidak tetap. Swaracinta didedikasikan
untuk memberikan informasi-informasi penting bagi para mitranya.
Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik berita yang berisi tentang seputar
kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya. Kegiatan yang dilakukan seperti
seminar kesehatan, pelatihan motivasi, dan kegiatan yang terkait dengan program
Dompet Dhuafa. Hadirnya berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berfungsi
membantu mitra-mitra Dompet Dhuafa mengetahui informasi terkait dengan
kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan juga bentuk pertanggungjawaban
Dompet Dhuafa dalam menjalankan amanah para mitra.
Selain itu, Swaracinta pada hakikatnya memiliki tujuan utama tersendiri
selain menjadi media komunikasi bagi mitra-mitra Dompet Dhuafa. Tujuan
utamanya adalah menjalankan sebuah misi dakwah kebaikan terhadap sesama
khususnya dalam hal kemanusiaan. Sesuai dengan motto yang dimiliki yakni,
inspirasi, motivasi, dan pemberdayaan. Misi dakwah yang dijalankan sesuai
dengan motto majalah Swaracinta ini.
Al-Qur’an juga menerangkan mengenai berbuat kebaikan terhadap
sesama, yang artinya:
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya,” (Q.S. Al-Maidah ayat 2)
Tentu dari majalah yang terbit setiap bulan ini, mitra-mitra Dompet
Dhuafa lebih mengetahui informasi-informasi yang berkaitan Dompet Dhuafa dan
dari situlah terbentuk sebuah komunikasi diantara keduanya. Dan menjadikan
Swaracinta sebagai media komunikasi cetak komunitas hingga sekarang.
Melihat Dompet Dhuafa yang begitu banyak mengemban amanah dan
mendapat kepercayaan dari para mitranya, serta meningkat dari tahun ke tahun,
akhirnya Dompet Dhuafa melahirkan majalah Swaracinta sebagai media
komunikasi yang fungsinya tidak lain sebagai media penginformasi mitramitranya dan juga merupakan syiar dalam menginformasikan kebaikan untuk
saling tolong menolong. Oleh karena itu, dengan munculnya majalah Swaracinta
ini, maka penulis ingin mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah
tersebut pada rubrik Kabar Pemberdayaan mengingat pentingnya mengetahui
langkah-langkah produksi dalam suatu berita majalah. Berdasarkan pemikiran di
atas, maka penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul
:
“Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita Majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)”
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Ruang lingkup penelitian dari penelitian ini cukup luas, oleh karena itu
peneliti membatasi masalah yang akan diambil dari penelitian ini pada proses
produksi berita majalah Swaracinta (SC) Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar
Pemberdayaan saja, mengingat ada 26 rubrik dalam majalah tersebut dan rubrik
Kabar Pemberdayaan merupakan berita utama dalam majalah Swaracinta.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka muncullah beberapa pertanyaan
sekaligus rumusan dalam penelitian ini, yaitu?
1.
Bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada Rubrik Kabar Pemberdayaan dengan menggunakan empat
komponen dalam menciptakan majalah internal (korporasi) yang
berkualitas?
2.
Target apa saja yang akan dicapai majalah Swaracinta dalam produksi
berita tersebut?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diungkapkan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui bagaimana proses produksi berita majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
2. Mengetahui target pencapaian yang diharapkan majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan setiap bulannya.
D.
Manfaat Penelitian
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada kajian
ilmu komunikasi terlebih pada kajian ilmu jurnalistik khususnya pada
media cetak.
2. Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menemukan dan
menginformasikan proses dalam sebuah produksi berita pada media
cetak khususnya media internal, dalam hal ini berita majalah
Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
E.
Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini diambil, referensi dari beberapa pustaka dan
menggunakan pendekatan teori tertentu untuk memperkuat analisa. Penelitian
dengan judul “Analisis Produksi Berita Majalah Internal (Proses Produksi Berita
Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan)” ini
terinspirasi dari beberapa skripsi yang telah ada sebelumnya.
Pertama, skripsi karya Pessi Andayani yang berjudul “Analisis Produksi
Program Pemberitaan Dunia Dalam Berita di TVRI” yang secara khusus
membahas produksi program berita Dunia Dalam Berita pada “Thailand: Prime
Minister”. Sedangkan penulis lebih mengkhususkan pada pembahasan produksi
berita secara keseluruhan (umum).
Kedua, skripsi karya Yefhy Ardiyanti mahasiswa Jurnalistik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 dengan judul “Analisis
Deskriptif Produksi Program Warta Pemilu Di TVRI”, yang membahas
bagaimana sebuah program berita dalam periode pemilu diproduksi. Yefhy
mengangkat masalah bagaimana sebuah program berita dalam periode tertentu
(masa pemilu) deprogram, sedangkan penulis lebih menitikberatkan pada berita
yang secara rutinitas diproduksi.
Ketiga, skripsi milik Irham Maulana dari universitas yang sama dengan
judul skripsi “Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV One” juga
menginspirasi penulis dalam mengambil judul dan pembahasan. Irham
menitikberatkan pada produksi program berita yang diproduksi secara live dengan
format Talkshow.
Melalui tinjauan pustaka ke perpustakaan utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, meskipun penulis terinspirasi dari ketiga skripsi
sebelumnya yang telah disebutkan di atas, namun seluruh skripsi ini memiliki
objek dan subjek penelitian yang berbeda, meski tak bisa dipungkiri ketiganya
memberikan banyak masukan untuk penulis dalam melakukan penelitian.
F.
Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data
yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Peneliti tidak menggunakan
angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap
hasil penelitian.8 Menurut Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah
prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.9 Sejalan dengan definisi
tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
8
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta
Press, 2006), h. 41.
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002). h. 4.
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pengamatan pada manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahanya.10
Paradigma atau pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif. Penulis
menganalisis, menguraikan serta mendeskripsikan bagaimana proses produksi
berita majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan. Pendekatan
kualitatif ini menitikberatkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan
melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut;
a. Observasi
Peneliti
melakukan
observasi
langsung
yakni
dengan
melakukan
pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung kantor Majalah
Swaracinta dan Dompet Dhuafa guna memperoleh data mengenai hal-hal yang
menjadi objek penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan,
penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sifatnya
pengamatan secara mendalam.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini yaitu melakukan tanya jawab secara
langsung dengan pihak redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu
10
Ibid, h. 157
Redaktur Pelaksana, Koordinator Liputan, Editor dan reporter. Teknik yang
digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstrukur. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun
tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan
melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-dokumen yang
relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.
Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar
yang diambil dari buku, arsip-arsip, foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain
sebagainya untuk menguatkan penelitian atas kebenaran data yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara.
3. Analisis Data
Untuk menganalisis data, penulis menjelaskan bagaimana produksi berita
yang dilaksanakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar
Pemberdayaan, mulai dari bagaimana berita diperoleh, hingga siap dicetak.
Penulis melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi
berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada Rubrik Kabar Pemberdayaan.
Sebagai sumber data, penulis melakukan observasi langsung dan tidak langsung
dan wawancara dengan tim redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa. Data
yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dideskriptifkan secara
kualitatif dengan didukung data-data yang didapat dari berbagai dokumen,
literatur serta data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. Maka,
penulis mendapatkan jawaban penelitian dengan menganalisa data berdasarkan
informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi dengan mengacu pada kerangka teori.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif yakni cara
melaporkan data dengan memberi gambaran mengenai proses produksi berita
majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan. Penelitian
dilakukan dengan menganalisa data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi
dan wawancara dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis
lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan penelitian.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah majalah Swaracinta Dompet Dhuafa.
Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses produksi berita
salah rubrik di majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, yaitu Kabar Pemberdayaan.
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilokasi dimana rubrik Kabar Pemberdayaan
pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa diproduksi, yaitu di Gedung Nugra
Santana Lt.10, Jl. Jendral Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220.
6. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini menggunakan teknik yang mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya
Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
F.
Sistematika Penulisan
Bab I
:PENDAHULUAN. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.
Bab II
:KERANGKA TEORI. Bab ini menjabarkan kerangka pemikiran yang
dipakai terkait dengan isi penelitian yaitu menjelaskan empat
komponen
pengelolaan
penerbitan
media
korporasi-organisasi
menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu. Menjabarkan
mengenai proses produksi media cetak, pengertian media internal (
majalah internal dan fungsinya), pengertian komunikasi massa, dan
berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita)
Bab III
:PROFIL MAJALAH SWARACINTA DOMPET DHUAFA. Bab ini
menguraikan sejarah perkembangan, profil, struktur organisasi, serta
visi dan misi majalah Swaracinta.
Bab IV
:ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA
DOMPET DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN.
Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian yaitu pembahasan mengenai
proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik kabar pemberdayaan, serta target pencapaian dalam produksi
berita majalah Swaracinta.
Bab V
: PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan atas permasalahan yang
diteliti dan juga saran penulis terhadap permasalahan penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Dalam kajian teoritis ini terdapat beberapa teori-teori yang mendukung
untuk penelitian baik dari variabel judul yang disebutkan ataupun tidak. Di
antaranya yaitu penjelasan produksi (menjelaskan empat komponen pengelolaan
penerbitan media korporasi-organisasi menurut Ashadi Siregar dan Rondang
Pasaribu, pengertian media internal (majalah internal, fungsi, dan format media
internal), komunikasi massa, berita (pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai
berita), dan rubrikasi media cetak.
A.
Produksi
Berita tulis yang sering dinikmati masyarakat selama ini tidaklah secara
langsung disiarkan kepada khalayak, melainkan melalui beberapa tahapan proses.
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti geraknya, jalannya,
kemajuan, berhasil, perkara; berasal dari procession (bahasa Inggris) yang artinya
gerakan, maju, prosesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses adalah
rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang menghasilkan suatu produk.
Sedangkan produksi adalah barang yang dihasilkan atau kegiatan yang
menghasilkan suatu barang atau jasa.11
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998),
h. 701-703.
dalam memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia untuk mencapai kemakmuran. Dari keterangan di atas penulis memahami
bahwa proses merupakan rangkaian tindakan, pembuatan dan pengolahan yang
menghasilkan suatu produk. Produk dalam penelitian ini adalah produksi berita.
Dalam setiap produksi berita pada media cetak, dalam hal ini majalah pasti
memiliki berbagai macam rubrik berita yang fungsinya tidak lain untuk
mempermudah khalayak dalam memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan.
Berita-berita yang disuguhkan pada setiap rubrik, tentu semuanya mengalami
sebuah proses yang pada akhirnya terkumpul berita-berita yang akan disiarkan
dan dapat dinikmati masyarakat.
Proses dibuatnya sebuah berita pada setiap
masing-masing rubrik bisa juga disebut dengan proses produksi media cetak.
Produksi media cetak ialah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai
macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud atau tujuannya. Di dalam proses
produksi itu, terjadi interkomunikasi antarmanusia, sehingga media cetak tidak
hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi
massa.
Merencanakan sebuah produksi berita untuk setiap rubrik majalah, seorang
redaktur professional akan berusaha untuk menciptakan berita-berita yang
berkualitas. Berkaitan dengan upaya menghasilkan media korporasi atau
organisasi yang berkualitas, ada empat komponen kegiatan yang perlu mendapat
perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu dalam bukunya yang
12
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 6.
berjudul Bagaimana Mengelola Media Korporasi-Organisasi menyebutkan empat
komponen, di antaranya :
1.
Komponen Keredaksian
Komponen kegiatan keredaksian mencakup kegiatan perencanaan isi,
pengumpulan bahan baku informasi (Liputan), pengolahan dan penyiapan
informasi serta penyuntingan.
2.
Komponen Produksi dan Sirkulasi
Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses produksi mencakup kegiatan
pracetak dan pencetakan. Proses pracetak meliputi desain cover, desain
rubrik, dan hal yang akan memuat tulisan (misalnya artikel opini, atau surat
pembaca) atau foto yang sudah tersedia, juga menambahkan sentuhan
artistik seperti pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan, judul,
subjudul, dan nama penulis.
3.
Komponen Biaya dan Sarana
Dalam penerbitan media internal terdapat kelebihan dibanding dengan
media umum yaitu tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal
kegiatan penerbitan dan diberikan secara cuma-cuma sehingga tidak
memerlukan jasa jaringan pemasaran. Perencanaan dan penggunaan biaya
serta sarana kerja yang efisien menentukan hasil media internal yang
berkualitas.
13
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 161-175.
4.
Komponen Personel
Dalam pengelolaan media internal membutuhkan personel atau orang-orang
yang berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai. Jumlah personel
yang memadai juga harus didukung dengan kegiatan;
a.
Merumuskan pemberian kerja (Job description)
Pelaksanaan seluruh kegiatan penerbitan media korporasi atau
organisasi hanya bisa berhasil apabila setiap personel yang berperan dalam
kegiatan itu telah mengetahui persis apa yang harus dikerjakan dan
bagaimana kegiatan itu dikerjakan.
Agar setiap personel bisa bekerja dalam kondisi seperti itu, perlu
disusun pemerian tugas (job description) secara jelas. Apa dan bagaimana
suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target yang harus dicapai,
perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu untuk menyelesaikan
kegiatan tersebut. Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau
prestasi kerja personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang
diberikan dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.14
b.
Merencanakan tahapan kerja
Perencanaan kegiatan berdasarkan tahapan kerja yang rinci dan ketat
merupakan faktor yang dapat memperlancar kegiatan penerbitan. Dalam
dunia pers umum, pentingnya tahapan waktu ditepati sudah menjadi
semacam hukuman mati yang tidak boleh dilanggar.
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 172
Dunia pers mengalami persaingan yang sangat tajam. Itulah sebabnya
di dunia pers dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh
dilanggar. Jika deadline dilanggar, pencetakan terlambat. Akibatnya surat
kabar atau media terlambat sampai ke tangan pembaca.
Penerbitan media korporasi atau organisasi juga perlu memiliki rencana
tahapan kerja yang rinci dan ketat. Adanya rencana tahapan kerja ini akan
mendorong setiap personel menjalankan setiap tugas tepat waktu. Akan tetapi,
tahapan kerja hanya dapat disusun apabila telah dimiliki pemahaman dan
pengenalan atas alur kerja yang dijalankan dalam mempersiapkan penerbitan
media cetak. Alur kerja dimaksud, yang sekaligus menggambarkan bagaimana
setiap aspek komponen kegiatan yang menjadi tanggung jawab pengelola saling
berkaitan, dapat dilihat pada bagan berikut.
Gambar 1
Alur tahapan kerja media korporasi 15
Perencanaan
- Isi
- Desain
- Biaya
- Sarana
- Waktu
- Personel
Pengumpulan
Bahan
-Wawancara
-Observasi
-Riset Dokumen
-Pemotretan
Penyiapan
Bahan
- Penulisan
- Editing
- Rewriting
- Cetak Foto
Produksi
- Setting
- Lay-out
- Make-up
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 173
Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang
harus dilalui yang juga mengacu pada empat komponen mengelola media
korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu pra
produksi, produksi, dan pascaproduksi.
1.
Praproduksi
Pada tahapan ini, merupakan proses awal dari seluruh kegiatan
produksi, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production.
Dalam praproduksi, komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana
serta komponen personel merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada
komponen keredaksian yang mencakup hanya kegiatan perencanaan isi.
Sedangkan komponen personel dan komponen biaya dan sarana merupakan
bagian kegiatan perencanaan isi.
Adapun beberapa tahapan perencanaan isi yaitu;
a.
Penemuan Ide
Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan ide
atau gagasan dan tema apa yang akan diangkat untuk edisi selanjutnya.
b.
Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule),
merumuskan pemerian kerja (job description), merencanakan tahapan
kerja, desain, biaya, dan sarana.
2.
Produksi
Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen
produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada
komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku
informasi
(Liputan),
pengolahan
dan
penyiapan
informasi
serta
penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup
pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media
sehingga menarik dipandang.
3.
Pascaproduksi
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi;
a.
Pencetakan
Pencetakan adalah proses terakhir dalam setiap produksi sebuah
media cetak. Dalam proses pencetakan, tidak semua korporasi atau
organisasi memiliki mesin offset. Sekalipun harga sebuah mesin mini
offset bukanlah sesuatu yang tidak terjangkau, pertimbangan atas
efisiensi dan manfaat menyebabkan korporasi atau organisasi. Tidak
merasa perlu membeli mesin tersebut. Selama belum ada kebutuhan
atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar dan frekuensi tinggi,
memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti jauh lebih
murah dan efisien.16
b.
Sirkulasi
Banyak cara untuk menyampaikan media ke tangan pembaca.
Mana
cara
yang
dipandang
paling
efektif
dan
efisien
bisa
dipertimbangkan sejak awal. Untuk media korporasi atau organisasi
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168
yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak
menghadapi kendala.
Media korporasi atau organisasi bisa diedarkan lewat berbagai
cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir media
korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di tempat
khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan
setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di
luar kota, bisa dikirim lewat pos.17
Agak lain halnya bila media korporasi atau organisasi ditujukan
untuk publik eksternal dalam upaya pembentukan citra perusahaan.
Karena menyangkut citra, bagaimana agar edisi terbaru media korporasi
atau organisasi sampai ke pembaca pada saat yang tepat dan pada
kondisi yang baik.
Media korporasi yang ditujukan pada konsumen dapat dititipkan di
supermarket yang menjajakan produk korporasi. Bisa pula disediakan
ruang pameran, dan sebagainya. untuk tujuan ini, tempat yang baik
memungkinkan media segera terlihat perlu dipertimbangkan.
Sedang
media
organisasi
yang
ditujukan
bagi
kelompok
masyarakat binaan, disampaikan kepada pembaca melalui pertemuan,
atau melalui pemuka masyarakat setempat.
17
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168
B.
1.
Media Internal
Pengertian Media Internal
Untuk menjembatani komunikasi antara manajemen dengan karyawan,
sebuah perusahaan memfasilitasinya dengan membuat media internal atau biasa
disebut Inhouse Magazine (meski tidak selalu format majalah).18 Keberadaan
media internal dapat dalam dua peran strategis.
Pertama dalam lingkup internal media tersebut dapat berperan dalam
upaya untuk menumbuhkan komunikasi dan dengan adanya media internal ini
diharapkan bisa mendukung terciptanya suasana kondusif dan harmonis sehingga
seluruh aktivitas perusahaan bisa berjalan dengan lancar. Kedua, di lingkup
eksternal media internal bisa berperan dalam upaya membentuk citra korporasi.
Ini bisa dikatakan sebagai tujuan sebenarnya dari hubungan pers dalam
hal ini media internal untuk menaikkan reputasi suatu korporasi atau lembaga
serta produknya, dan mempengaruhi serta memberitahukan kepada khalayak
sasarannya.19
2.
Fungsi Media Internal
Fungsi lain dari media internal adalah sebagai alat untuk pembentuk citra
(image building) suatu perusahaan/organisasi karena fungsi media internal juga
dapat dijadikan sebagai media promosi dan komunikasi dengan stakeholder.
Bagian Humas atau Public Relations
perusahaan bisa
show off
kinerjanya via media internal. Ilmu dan skill penulisan Humas (PR Writing) juga
18
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa
(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 112
19
Michael Bland, Alison Theaker, dan David Wragg. Hubungan Media yang Efektif.
(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 52.
dapat maksimalkan di media ini. Staf PR bisa
mengasah keterampilan
jurnalistiknya di sini, sekaligus mengenal lebih dalam cara kerja sebuah media
atau pers.
3.
Format Media Internal
Ada lima model utama house journal atau media internal, diantaranya:20
a.
Bulletin
Media komunikasi reguler antara manajer penjualan dengan salesman yang
berada di lapangan, biasa diterbitkan mingguan.
b.
Newsletter
Media informasi atau siaran berita singkat.
c.
Magazine
Majalah yang berisi ragam tulisan (berita, artikel, feature).
d.
Tabloid Newsletter
Mirip dengan surat kabar popular, berisikan berita aktual, artikel populer
yang pendek, dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang menarik.
e.
Wall Newspaper
Bentuk media yang sering dipergunakan sebagai media komunikasi internal
antarkaryawan di sebuah perusahaan besar.
C.
Berita
1. Pengertian Berita
20
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa
(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 116
Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa
Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang
menyebut dengan Vritta, artinya ‘kejadian’ atau ‘yang telah terjadi’. Vritta dalam
bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia karya W.J.S. Poerwodarminta, ‘berita’ berarti kabar atau warta,
sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti
berita diperjelas menjadi ‘laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.’
Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.21
Berita menjadi informasi yang terbanyak diperoleh bila seseorang
membaca media cetak. Paul De Massenner dalam buku Here’s The News: Unesco
Associate menyatakan, news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan
menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal
menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan,
situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus
secepatnya disampaikan khalayak.
Definsi lain, menurut Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and
Editing menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan
untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia menarik minat atau mempunyai
makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik para pembaca
untuk membaca berita tersebut.22
Setelah merujuk kepada beberapa definisi tersebut, berita adalah laporan
tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik atau penting bagi
21
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000) h. 46.
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64
sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi,
atau media online internet.23
2.
Jenis-jenis Berita
Berita jurnalistik yang banyak muncul dalam surat kabar atau majalah
berita, dapat digolongkan atas berita langsung (Straight/hard/spot news), berita
ringan (soft news), berita kisah (feature), serta laporan mendalam (indepth report).
Pengertian setiap jenis berita akan diuraikan berikut ini.
a.
Berita Langsung
Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian-kejadian
penting yang secepatnya perlu diketahui oleh pembaca. Disebut berita
langsung (straight news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu
harus langsung (sesegera mungkin) disampaikan kepada pembaca.
Berita langsung ada juga yang disebut sebagai spot news. Jika berita
bersifat “spot”, maka wartawan harus berhadapan langsung dengan
kejadian, lalu melaporkan kejadian itu. Jika tak dapat dihadapi langsung,
wartawan terpaksa “meminjam” persepsi orang lain terhadap kejadian
tersebut. Melalui persepsi orang itu, wartawan menyusun kembali
(merekonstruksi) kejadian yang akan ditulisnya.24
Berita langsung juga disebut sebagai hard news, menimbang bahwa
fakta yang digunakan untuk memberitakan suatu peristiwa adalah fakta
23
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64-65.
24
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa
(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 154.
keras. Yang dimaksudkan dengan fakta keras adalah fakta yang segera dapat
diukur berdasarkan persepsi inderawi manusia.
b.
Berita Ringan
Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak
diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik. Berita ini biasa ditemukan
sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian yang
penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung, sedang yang
menyangkut unsur manusiawi ditulis sebagai berita ringan.
Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis.
Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa
penting yang diberitakan lewat berita langsung (disebut side bar). Kedua,
berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan
suatu peristiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita langsung.25
Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan” lebih lama, tidak terikat
pada aktualitas. Jenis berita ini memberikan ganjaran psikologis langsung
bagi pembacanya. Misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya.
Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian pada permukaan
saja, tidak perlu melacak latarbelakangnya.
c.
Berita Kisah
Berita kisah adalah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh
perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan
rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terikat akan aktualitas. Nilai
25
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa
(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 155.
utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat
menambah pengetahuan.
Berita kisah dapat ditulis dari kejadian yang sudah masuk kotak
sejarah, misalnya kejadian manusiawi yang dialami Jenderal Sudirman
ataupun Pangeran Diponegoro pada masa lampau. Hal semacam itu layak
ditulis jika ternyata ada sesuatu yang baru tentang kedua tokoh tersebut
yang belum pernah diungkapkan, dan penting mendapat perhatian karena
ada kaitannya dengan kondisi sekarang.
Berita kisah yang ditulis berdasarkan peristiwa yang baru terjadi,
disebut news feature. Kalau pada berita langsung unsur pentinglah yang
ditonjolkan, maka pada berita kisah yang tergolong news feature, unsur
penting dan unsur menarik ditonjolkan sekaligus.26
d.
Laporan Mendalam
Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara
penulisan yang sama dengan berita kisah. Perbedaanya terletak pada adanya
unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah, yang belum ditemukan
dalam laporan mendalam. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan
permasalahan secara lebih lengkap, mendalam, dan analitis. Cara penulisan
seperti ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih
memahami duduk perkara suatu masalah.27
Laporan ditulis berdasarkan hasil liputan terencana, dan sering
memerlukan waktu lama. Cara peliputan seperti peliputan interpretative
26
Ashadi Siregar,dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa
(Yogyakarta:Kanisius, 1998), h. 156.
27
Ibid., h. 158.
atau investigasi, antara lain dilakukan ketika mengumpulkan fakta yang
diperlukan untuk menyusun tulisan. Peliputan interpretative dilakukan
apabila untuk menggambarkan duduk perkara dari masalah yang diliput,
diperlukan kemampuan interpretasi dalam melihat keterkaitan logis antar
sejumlah fakta.
3.
Nilai Berita
Nilai pada berita merupakan kriteria umum yang dijadikan landasan para
jurnalis untuk memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas
dijadikan berita dan mana yang lebih baik untuk diangkat. Kriteria umum nilai
berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don
Ranly dalam News Reporting an Editing (1980:6-17) menunjuk pada 11 hal.
a.
Keluarbiasaan (Unusualness)
News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan
jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu
peristiwa luar biasa (news is unusual). Kalangan praktisi jurnalistik sangat
meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang
ditimbulkannya.
b.
Kebaruan (Newness)
Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal yang baru apapun namanya
pasti memiliki nilai berita. Apa saja perubahan penting yang terjadi dan
dianggap berarti.
c.
Akibat (Impact)
28
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 80-91.
Segala sesuatu yang berdampak luas merupakan berita. Suatu peristiwa tidak
jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin
besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka
semakin besar nilai berita yang dikandungnya.
Dampak suatu pemberitaan bergantung pada beberapa hal: seberapa banyak
khalayak yang terpengaruh, pemberitaan itu langsung mengena kepada
khalayak atau tidak, dan segera tidaknya efek berita itu menyentuh khalayak
media surat kabar, radio, atau televisi yang melaporkannya.29
d.
Aktual (Timeliness)
News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi.
Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang
sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah
memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
e.
Kedekatan (Proximity)
Berita adalah kedekatan. Kedekatan sendiri mengandung dua arti. Kedekatan
geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada
suatu peristiwa atau berita yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin
dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin tertarik
kita untuk menyimak dan mengikutinya. Kedekatan psikologis lebih banyak
ditentukan oleh tingkat ketertarikan pikiran, perasaan, atau kejiwaan
seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita.
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, Cet. 1(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 82
f.
Informasi (Information)
Berita merupakan informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah
segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Setiap hari sebuah kota
memproduksi ratusan ribu dan bahkan jutaan informasi.
Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap
informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik
tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan media massa. Hanya
informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada
publik yang patut mendapat perhatian media.
g.
Konflik (Conflict)
Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat
dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan merupakan sumber
berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.
h.
Orang Penting (Public Figure, News Maker)
Kalangan public figure, tokoh terkemuka, di mana saja dan kapan saja selalu
disorot. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor,
selebriti, figur publik. Orang-orang penting dan terkemuka di mana pun selalu
membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah
membuat berita. Teori jurnalistik menegaskan, nama menciptakan berita
(names makes news).
i.
Kejutan (Surprising)
Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. News is
surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan,
tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Nilai
berita kejutan, ditentukan oleh subjek pelaku, situasi saat itu, peristiwa
sebelumnya, bidang perhatian, pengetahuan, serta pengalaman orang-orang
atau masyarakat di sekitarnya.
j.
Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)
Kadang-kadang suatu peristiwa tak menimbulkan efek berarti pada seseorang,
sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat tetapi
telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam
perasaannya. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah humaninterest ke dalam berita ringan, berita lunak (soft news).
k.
Seks (Sex)
Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak
peminatnya. Seks bisa menunjuk pada keindahan anatomi perempuan. Seks
bisa menyentuh masalah poligami, perselingkuhan, perilaku menyimpang
remaja dan lain sebagainya.
D.
1.
Komunikasi Massa
Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki dua makna, yaitu proses komunikasi dengan
massa dan proses komunikasi dengan menggunakan media massa. Proses
komunikasi dengan massa dapat dilakukan secara langsung seperti dalam pidato
(retorika), dapat juga dengan sarana media massa. Media massa ada yang perodik
seperti surat kabar atau majalah (tercetak), radio, film, televisi (elektronika), dan
ada yang nonperiodik seperti buku, leaflet, selebaran, spanduk, dan sebagainya.30
Komunikasi massa, seperti bentuk komunikasi lainnya (komunikasi antar
personal, kelompok, ataupun organisasi) memiliki setidaknya enam unsur yakni
komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan),
efek, dan umpan balik. Definisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan
oleh Bittner yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan oleh
media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message
communicated through a mass medium to a large number people).
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak seperti rapat akbar yang dilaksanakan di lapangan luas dan
dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa,
maka itu bukan komunikasi massa.
Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media
penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
Sedangkan definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis
komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa
dialamatkan pada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya
satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa
30
J.B Wahyudi. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992). h. 8
31
Elvinaro, Ardianto. Dasar-dasar Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007). h. 3.
juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk
menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang
sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat.32
Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh
para ahli, tampaknya tidak ada pebedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan
definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini memberi gambaran
yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan secara tidak langsung
dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa
yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.
2.
Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui
media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak luas.33 secara lebih terperinci fungsi-fungsi
komunikasi, yang dikemukakan Harold D. Laswell adalah sebagai berikut:
1. Penjagaan/pengawasaan lingkungan (surveillance of the environment)
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in
responding to the environment)
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.34
32
Ibid,. h. 4.
Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi Di Masyarakat. Hal. 71
34
Nurudin. 2007.Sistem Komunikasi Indonesia. Hal. 15-16.
33
Lebih lanjut ia mengemukakan, ada tiga kelompok yang selama ini
melaksanakan ketiga fungsi tersebut. Fungsi pertama, dijalankan oleh para
diplomat, atase dan koresponden luar negeri sebagai usaha menjaga lingkungan.
Fungsi kedua, lebih diperankan oleh para editor, wartawan, dan juru bicara
sebagai penghubung respon internal. Adapun fungsi yang ketiga, adalah para
pendidik di dalam pendidikan informal atau formal karena terlibat mewariskan
adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi.
Charles R. Wright (1988) menambahkan satu fungsi, yakni entertainment
(hiburan) yang menunjukkan pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama
sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek
instrumental yang dimilikinya.
Fungsi pengawasan menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi
baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Tindakan menghubungkan
bagian-bagian meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan
pemakainya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian tadi. Adapun fungsi warisan sosial berfokus pada pengetahuan,
nilai, dan norma sosial.35
Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang
mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau
kepada siapa. Dalam formulasinya Harold D. Laswell itu biasa disebut who
35
Nurudin. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Hal. 16
(siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (lewat saluran mana), to
whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).36
Selanjutnya, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri komunikasi massa.
1. Komunikasi
berlangsung
secara
searah
(one-way
traffic
communication)
2. Sasarannya bersifat anonim (tidak saling kenal) dan heterogen
(berbeda latar belakang)
3. Penyampaian pesan beragam dan khalayak sasaran mempunyai banyak
pilihan.
4. Terorganisasi (organize) dan melembaga (institutionalize)
5. Memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat karena
hadir di hadapan khalayak secara periodik (harian, mingguan,
bulanan).37
E.
Rubrikasi Media Cetak
Asal usul istilah “rubrikasi”, agaknya dimulai ketika tak lama setelah
Gutenberg menemukan mesin cetak, banyak buku diproduksi secara massal. Pada
cetakan awal, buku itu rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark sekarang),
buku satu dengan buku lain, disekat dengan pita warna merah. Dalam bahasa
36
Ibid., h. 27.
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. (Jakarta: Erlangga,
2010), h.14
37
Latin, merah berarti ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu
dengan ruang lain disebut rubrikasi dari kata ruber tadi.
Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian-sajian
tertentu, yang khas, di mana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang
berbeda. Seorang yang menyukai menu A misalnya, belum tentu menyukai menu
B. kalau majalah (media) diibaratkan dengan prasmanan, maka rubrik adalah
menu. Tidak setiap menu disantap, yang disantap hanya yang sesuai selera.
Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling
disukai saja.39
Sebuah holding company, atau perusahaan besar dengan unit-unit
tersendiri yang memperkerjakan banyak karyawan di berbagai tempat dan lokasi,
biasanya menerbitkan majalah internal sebagai media komunikasi antarkaryawan.
Di banyak perusahaan, majalah internal bahkan dikelola oleh bagian tersendiri,
biasanya dikelola oleh bagian Humas, atau bagian promosi, jika majalah tersebut
diterbitkan oleh perusahaan. Kalau diterbitkan sebuah organisasi, maka majalah
itu dikelola oleh bagian humas.
Sebagaimana halnya media komunikasi lain, majalah internal pun
bertujuan sebagai media komunikasi antarkomunitas yang terbatas. Meskipun
“terbatas”, sering khalayak (audience)-nya cukup besar. Bahkan di sebuah
perusahaan holding company, audience-nya bisa mencapai belasan ribu. Untuk
38
Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 88.
39
Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2007), h. 88.R
menjangkau dan berkomunikasi satu sama lain, diperlukan media komunikasi.
Dan majalah internal diterbitkan sebagai media komunikasi dimaksud.
BAB III
PROFIL DOMPET DHUAFA DAN MAJALAH SWARACINTA
A.
Dompet Dhuafa
1. Sejarah Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa (DD) adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia
yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan
dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan
legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga). Kelahirannya berawal
dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan
masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah
manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib
dhuafa. Pendirinya terdiri dari empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar
bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga
independen Dompet Dhuafa.
Awalnya adalah sebuah kebetulan, walau sebagai orang yang beriman, kita
percaya tidak ada sebuah kebetulan. Semuanya sudah ditentukan oleh Allah, Sang
Maha Perekayasa. April 1993, Harian Republika menyelenggarakan promosi
untuk surat kabar yang baru terbit tiga bulan itu di stadion Kridosono,
Yogyakarta. Di samping sales promotion untuk menarik pelanggan baru, acara di
stadion itu juga dimaksudkan untuk menarik minat masyarakat Yogya untuk
membeli saham koran umum Harian Republika.40
40
www.dhompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Hadir dalam acara itu pemimpin redaksi Harian Republika saat itu Parni
Hadi, Dai Sejuta Umat, (alm) Zainuddin MZ dan Raja Penyanyi Dangdut H.
Rhoma Irama dan awak pemasaran Harian Republika. Memang, acara itu
dikemas sebagai gabungan antara dakwah dan entertainment.
Turun dari panggung, rombongan Harian Republika dari Jakarta diajak
makan di restoran Bambu Kuning dan di situ bergabung teman-teman dari Corps
Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan
binaan pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul, (Alm) Bapak Jalal
Mukhsin.
Dalam bincang-bincang sambil santap siang, pimpinan CDP melaporkan
kegiatan mereka yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama
Islam dan pemberdayaan masyarakat miskin. Jadi anggota CDP berfungsi allround: ya guru, dai dan sekaligus aktivis sosial.
Ketika Parni Hadi bertanya berapa gaji atau honor mereka perbulan,
dijawab:
“Masing-masing menerima
enam
ribu
rupiah
sebulan.” Kaget,
tercengang dan setengah tidak percaya, pimpinan Harian Republika itu bertanya
lagi: “Dari mana sumber dana itu?” Jawaban yang diterima membuat hampir
semua anggota rombongan kehabisan kata-kata: “Itu uang yang sengaja disisihkan
oleh para mahasiswa dari kiriman orang tua mereka.” Seperti tercekik, Parni Hadi
menukas: “Saya malu, mohon maaf, sepulang dari Yogyakarta ini saya akan
membuat sesuatu untuk membantu teman-teman. Zainuddin MZ segera
menambahkan: “Saya akan bantu carikan dana.”41
Mengapa kaget, tercekik dan segera bereaksi? Karena enam ribu Rupiah
waktu itu jumlah yang kecil untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran
Jakarta, sangat-sangat kecil. Apalagi, uang itu berasal dari upaya penghematan
hidup para mahasiwswa.Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet
Dhuafa. Dari penggalangan dana internal, Harian Republika lalu mengajak
segenap masyarakat untuk ikut menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada
2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Republika dengan tajuk
“Dompet Dhuafa” pun dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk
turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Republika. Tanggal ini
kemudian ditandai sebagai hari jadi Dompet Dhuafa.42
Rubrik “Dompet Dhuafa” mendapat sambutan luar biasa, hal ini ditandai
dengan adanya kemajuan yang signifikan dari pengumpulan dana masyarakat.
Maka, muncul kebutuhan untuk memformalkan aktivitas yang dikelola Keluarga
Peduli di Harian Republika.
Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa pun didirikan. Sejak itu,
Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan
dan menyalurkan dana Ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan, antara
lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan
bagi kalangan dhuafa.
41
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Kamis
18 Juli 2013.
42
Company Profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring meluasnya program
kepedulian dari yang semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan
internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak
berpunya dalam bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk
program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan
bantuan bencana.
Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa dikukuhkan untuk kali pertama
oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh
Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H.
Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam Berita Negara RI
No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh
masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang PENGUKUHAN
DOMPET DHUAFA sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.43
2. Visi dan Misi Dompet Dhuafa
Visi:
Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal
melalui sistem yang berkeadilan
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Misi:
a. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian.
b. Meningkatkan partisipasi derma masyarakat dan dukungan sumber daya
untuk pemberdayaan.
c. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan
masyarakat global
d. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat melalui
ekonomi berkeadilan
e. Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam pengentasan kemiskinan
3. Logo Dompet Dhuafa
Gambar 1
Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa
Tepat pada 2 Juli 2010, Dompet Dhuafa (DD) merubah logo. Dari yang
mulanya berbentuk 2 buah pancing, sekarang berubah menjadi segitiga.
Perubahan logo ini adalah pertanda bahwa DD akan berkembang menjadi lebih
dinamis namun tetap menjaga nilai-nilai yang sudah dipegang selama ini yakni
berbagi dan memberdayakan kaum dhuafa.
logo baru tersebut sudah mulai
dikenal seluruh masyarakat dan di seluruh media publikasi DD dan seluruh desain
cetak maupun digital.44
4. Jaringan Pelayanan Dompet Dhuafa
a. Kantor Pelayanan
-
Kantor Ciputat
Jl. Ir. H. Juanda No. 50, Ciputat Indah Permai, C 28-29, Ciputat 15419.
-
Kantor Sudirman
Gedung Nugra Santana Lt. 10, Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta 10220.
-
Kantor Warung Buncit
Gedung Harian Umum Republika, Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Ps.
Minggu Jaksel.
-
Kantor Radio Dalam
Komp. Margaguna. Jl. Radio Dalam No 11, Jaksel.
-
Kantor Rawamangun
Jl. Balai Pustaka V No. 3 Rawamangun, Jakarta Timur.
-
Kantor Karawaci
Gedung Wardah. Jl Zaitun Raya, Islamic Village, Karawaci, Tangerang.
-
Kantor Bekasi
Apartemen Centre Poin Tower A No. GF 17.
b. Kantor Cabang
-
DD Singgalang
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
Jl. Juanda No. 31 C, Pasar Pagi Padang, SumBar
-
DD Waspada
Jl. Brigjend Katamso No. 1, Medan, Sumatera Utara
-
DD Sumatra Selatan
Jl. Angkatan 66 No. 435, Ruko Orange Palembang, SumSel
-
DD Riau
Jl. Tuanku Tambusai No. 145 Pekanbaru
-
DD Jambi
Jl. Soekarno Hatta No. 42, Pasir Putih, Kota Jambi.
-
DD Jabar
Jl. Pasir Kaliki No. 143, Bandung, Jawa Barat 40171.
-
DD Banten
Jl. Raya Cilegon No. 7A, Kagungan, Serang, Banten.
-
DD Jogja
Jl. Kyai Mojo No. 97, Jogjakarta.
-
DD Jawa Tengah
Jl. Abdurrahman Saleh Blok D, No. 199, Manyaran Semarang, Jawa Tengah.
-
DD Jatim
Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 69 Surabaya.
-
DD Kaltim
Jl. Ahmad Yani Rt 4 No. 1, Karang Jati, Balikpapan, Kalimantan Timur
76123.
-
DD Sulawesi Selatan
Jl. Abdullah Daeng Sirau No. 170 A, Makassar.
-
DD Hongkong
Jardine Bazaar No. 62 2/F, Causeway Bay, Hong Kong.
5.
Struktur Organisasi Dompet Dhuafa
BOARD of TRUSTEE
Parni Hadi
Eri Sudewo
Haidar Bagir
S. Sinansari Ecip
Alm. Houtman Z.
Arifin
BOARD of SUPERVISORY
KH. Didin Hafidhuddin
Rahmad Riyadi
Erry Riyana Hardjapamekas
PRESIDENT DIRECTOR:
Ismail A. Said
EXECUTIVE DIRECTOR:
Ahmad Juwaini
INTERNAL AUDIT
Tri Estriani
COMMUNICATION &
REMO DIRECTOR
PROGRAM DIRECTOR
BUSINESS DIRECTOR
FINANCE DIRECTOR
Yuli Pujihardi
M. Arifin Purwakananta
Kusnandar
Rini Suprihartanti
Sumber: Company Profile Dompet Dhuafa
6.
a.
Program-program Dompet Dhuafa
Program Pengembangan Sosial
1.
Lembaga Pengembangan Insani
Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa (LPI-DD) merupakan
jejaring Dompet Dhuafa yang khusus bergerak di bidang pendidikan.
Dibentuk pada tahun 2004, LPI-DD memiliki tiga program utama.
SMART Ekselensia Indonesia, sekolah bebas biaya; Makmal Pendidikan,
Program pelatihan dan pendampingan sekolah serta; beastudi etos,
program beastudi bagi mahasiswa di 11 PTN di Indonesia.
2.
Layanan Kesehatan Cuma-cuma
Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) merupakan lembaga non profit
jejaring Dompet Dhuafa khusus di bidang kesehatan yang melayani kaum
dhuafa secara paripurna melalui pengelolaan dana sosial masyarakat
(ZISWAF- Zakat, Infak, Sedekah dan wakaf) dan dana Sosial
perusahaan.45
LKC memberikan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma kepada
peserta (member) yang telah terverifikasi. Di mana setiap calon penerima
manfaat mendaftar ke LKC dan kemudian disurvey oleh tim survey.
Jika lulus jadi member, maka akan diberikan kartu peserta yang berlaku 1
tahun. Dengan adanya kartu peserta, penerima manfaat berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama 1 tahun tersebut.
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
3.
Institut Kemandirian
Institut Kemandirian adalah lembaga yang didirikan Dompet Dhuafa
pada 23 Mei 2005 untuk mengatasi masalah pengangguran dan
kemiskinan. Lembaga ini bergerak di bidang training keterampilan
teknis, kewirausahaan, dan sales marketing.
4.
Lembaga Pelayanan Masyarakat
Lembaga Pelayanan Masyarakat selanjutnya disingkat menjadi LPM
adalah jejaring pelaksana program layanan kepada mustahik Divisi Relief
Dompet Dhuafa. Program LPM merupakan program pelayanan langsung
keperluan mendasar masyarakat adalah program yang secara umum
mengelola seluruh asnaf penerima zakat, terutama fakir, miskin,
ghorimin, muallaf dan ibnu sabil. Karakteristik program tersebut adalah
memenuhi keperluan hidup masyarakat yang bersifat pragmatis dan
mendesak seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu juga
dikembangkan program yang bertujuan meningkatkan pemahaman
keislaman masyarakat dan pemenuhan sarana dan prasarana ibadah
masyarakat,
khususnya
masyarakat
muslim
di
kantong-kantong
kemiskinan, daerah-daerah terpencil, dan kawasan minoritas yang rawan
menjadi korban pemurtadan.46
Program LPM terus mengalami pengembangan mengikuti dinamika
kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Saat ini, LPM merambah tema
psikotik, yaitu program pelayanan bagi masyarakat pengidap ganguan
www.dompetdhuafa.org (diakses 19 Juli 2013)
jiwa. Program ini ditetapkan oleh Dompet Dhuafa sebagai bentuk
adaptasi atas perubahan pola respon masyarakat terhadap kemiskinan.
Selain itu, LPM juga mengembangkan program Bantuan Pemulasaran
Jenazah (BARZAH). Program ini menjadi kebutuhan dasar masyarakat
akibat mahalnya harga proses pemakaman. Ke depan, LPM mentargetkan
memiliki lahan untuk mengelola pemakaman bagi masyarakat miskin.
Di luar Negeri, LPM diproyeksikan menjadi ujung tombak Tim
Kemanusiaan Dompet Dhuafa terhadap konflik-konflik sosial yang
terjadi. Kasus kemanusiaan seperti pengungsian di Somalia, konflik etnis
di Rohingya, atau konflik agama di Gaza Palestina, adalah termasuk
dalam ranah Diplomasi Kemanusiaan Dompet Dhuafa.47
b.
Program Pengembangan Ekonomi
1.
Masyarakat Mandiri
Masyarakat Mandiri (MM) adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak
dalam
pemberdayaan
komunitas
di
pedesaan
dan
perkotaan.
Kelahirannya dibidani oleh Dompet Dhuafa Republika pada tahun 2000.
Sejak bulan Juli 2005, MM resmi menjadi lembaga otonom dengan
memperkuat visi dan misi sebagai wahana pemberdayaan berbagai
komunitas dhuafa atau tak berdaya (powerless), sehingga mencapai
kemandirian.
47
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Proses pemberdayaan komunitas bertitik tolak untuk memandirikan
masyarakat guna meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan dengan
sebaik mungkin sumberdaya alam dan manusia setempat. Di sinilah
upaya pendampingan intensif menjadi salah satu pilihan bijak dalam
menjalankan proses transformasi kesadaran komunitas untuk berubah
dengan sumber daya yang mereka miliki.
2.
BMT Center
Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada
kaum lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT
(Baitul Maal Wa Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil
dan Binama), terasa perlu adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya
lembaga keuangan serupa dalam satu sinergi. Tahun 1994-1995
serangkaian diklat dan pertemuan yang berintikan pemasyarakatan
ekonomi syariah mulai disokong DD. Pada 1994 itu DD telah didaulat
oleh puluhan lembaga BMT di segenap wilayah untuk membangun
sebuah lembaga “holding” BMT guna menopang sinergi dan permodalan
itu.48
Belasan tahun kemudian, DD telah berhasil mensponsori lebih kurang
pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT)
dan tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari
langkah ini tahun 2006 DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola
BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus menandai berdirinya Perhimpunan
48
Company profile Dompet Dhuafa (19 Juli 2013)
BMT Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama BMT Center.
Sampai tahun 2008, geliat dari koordinasi ini terus berlangsung di bawah
jejaring DD yang kini beranggotakan lebih dari 269.543 orang dengan
aset yang dikelola mencapai Rp. 266 miliar dengan pengelolaan dana
ketiga sebesar Rp. 233 miliar.
Di bawah sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan
meliputi advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund,
dan penempatan dana. Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi
pembiayaan, aktivitas kliring, dan penjaminan dana. Dalam unit
bisnisnya kini juga telah ditumbuhkan lembaga pembiayaan ventura yang
diperkenalkan sebagai BMT Ventura. Semua lini keuangan mikro
berbasis syariah ini semakin penting guna membantu berbagai
pembiayaan kalangan lemah yang biasanya menjadi pihak terlemah dari
arus besar ekonomi ribawi yang masih terlalu tangguh untuk dilawan
secara sendiri-sendiri oleh pelaku keuangan berbasis syariah.
3.
Kampoeng Ternak
Program Dompet Dhuafa Kampoeng Ternak guna meningkatkan
kesejahteraan peternak dan menuju swasembada daging bagi Indonesia.
sejak awal berdirinya Dompet Dhuafa bergerak dibidang pemberdayaan
masyarakat miskin dan kaum dhuafa, di antaranya melalui program
pertanian dan peternakan.49
Company Profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
Program
Kampoeng
memberdayakan
para
Ternak
peternak
memang
di
suatu
Indonesia.
program
Dompet
untuk
Dhuafa
memberikan bantuan modal, bantuan keahlian atau pendampingan serta
bantuan jaringan pembeli bagi peternak yang diberikan hewan kambing
peliharaan tersebut untuk kurban.
4.
Tebar Hewan Kurban (THK)
Program THK Dompet Dhuafa merupakan program pemotongan dan
pendistribusian hewan kurban ke berbagai daerah dan pelosok nusantara.
Sejak 1993, Program THK Dompet Dhuafa telah menggerakkan roda
ekonomi pedesaan dengan melibatkan ribuan peternak di seluruh
Indonesia, serta mengalihkan penumpukkan daging di daerah berlebih
(over supply), untuk didistribusikan ke saudara-saudara kita yang
terpinggirkan, sehingga Ibadah Kurban bukan hanya sebatas ibadah ritual
saja, tetapi memiliki nilai tambah terutama untuk kaum dhuafa.
B.
Majalah Swaracinta
1.
Sejarah Majalah Swaracinta
Awal tahun 2011 merupakan tahun pertama majalah Swaracinta
diterbitkan. Tepat pada 01 Januari 2011. Majalah Swaracinta dicetuskan oleh
Parni Hadi selaku Dewan Pembina Dompet Dhuafa. Sebelum majalah Swaracinta
muncul, Dompet dhuafa memiliki media dalam bentuk cetak lainnya bernama
Masa Kini. Namun setelah 4 tahun berjalan, Parni Hadi yang kini juga menjabat
pemimpin umum majalah Swaracinta, melakukan perombakan media untuk
Dompet Dhuafa.
Yang melatarbelakangi diadakannya perubahan tersebut adalah content
(isi) dari Masa Kini hanyalah untuk kalangan internal saja. semua yang dibahas
80% tentang Dompet Dhuafa. Kita menginginkan media internal Dompet Dhuafa
tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan internal saja, tapi juga bisa dinikmati
masyarakat umum.
Nama Swaracinta sudah terinspirasi pada tahun 2010, namun baru bisa
diterbitkan pada awal 2011. Swaracinta berarti voice of love dan kita ingin media
internal ini membawa pesan cinta yakni menebarkan pesan peduli, cinta kepada
kaum dhuafa, cinta kepada sesama manusia dan hamba Allah dan tentunya bisa
diterima masyarakat luas.
“Majalah yang anda baca ini (Swaracinta) mencoba berpartisipasi
meniupkan energi positif lewat tulisan-tulisan yang akan memberikan inspirasi,
motivasi, dan mencerahkan. Bukan hal yang mudah juga untuk menyajikan tulisan
semacam itu, tapi kami akan berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam
menebarkan energi positif. Majalah Swaracinta merupakan pengganti majalah
‘Masakini’ yang sebelumnya rutin mengunjungi pembaca setiap bulan.
Harapannya, dengan wajah baru ini bisa memberikan manfaat yang lebih besar
kepada para pembaca semuanya.”50
Untuk itu, hadirlah majalah Swaracinta yang terdiri dari 26 rubrik yang ratarata beritanya berhubungan dengan pemberdayaan kaum dhuafa, tokoh inspirasi,
50
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad Juwaini,
Kamis 24 Juli 2013.
masyarakat dhuafa yang berjuang dalam menjalani kehidupan, dan lain
sebagainya. rubrik-rubrik tersebut diantaranya, Arus Utama, Pandangan Tokoh,
Tokoh, Social Entrepreneurship, Peluang, Relung, Tegar, Unik, Survival,
Nusantara, Oase Cinta, Klik, Kabar Pemberdayaan, Budaya, Etalase, Sosok,
Destinasi, Konsultasi Keuangan, Unggah, Komunitas, Empati, Selesa, Teropong,
Ufuk Cinta, Lirih, Kontemplasi.
2.
Strukur Redaksi Majalah Swaracinta
Berikut ini adalah nama-nama jajaran atau direksi majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa51
Pemimpin Umum
Dewan Redaksi
: Parni Hadi
: Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, Ismail
A. Said, Ahmad Juwaini, Arifin Purwakananta,
Rini Suprihartanti, A. Makmur Makka.
Pemimpin Redaksi
: Ahmad Juwaini
Redaktur Pelaksana
: SS. Widodo
Editor
: SS. Widodo
Fotografer
: Uyang Agustina, Yogi Achmad
Reporter
: Iit Septyaningsih, Uyang Agustina, Yogi Achmad
Tim kontributor
: Musvi Yendra (Padang), Imam Haq (Banten),
Hendi S (Bandung), Ajeng R (Jogja), M. Huseini
(Sulsel), Nur Ahmadi (Japan), Ahmad Fauzi
(Hongkong).
51
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
C.
Rubrik Kabar Pemberdayaan
Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik berita yang berisi seputar kegiatan
Dompet Dhuafa setiap bulannya seperti, seminar kesehatan, pelatihan motivasi,
dan kegiatan yang terkait dengan program Dompet Dhuafa. Selain itu, Kabar
Pemberdayaan terkadang mengangkat isu terkini yang berkembang di tengah
masyarakat dan berkaitan dengan program Dompet Dhuafa.
Jenis berita yang disajikan pada rubrik Kabar Pemberdayaan biasanya
ditulis dalam bentuk berita feature. Berita rubrik Kabar Pemberdayaan setiap
berita yang dimuat sebelumnya juga dimuat dalam website Dompet Dhuafa.52
Dengan hadirnya berita dalam rubrik Kabar Pemberdayaan, tidak hanya
mitra-mitra Dompet Dhuafa saja yang mengetahui informasi terkait dengan
kegiatan apa saja yang dilaksanakan, namun masyarakat umum juga bisa
menikmati. Selain itu, hadirnya rubrik Kabar Pemberdayaan sekaligus bentuk
pertanggungjawaban Dompet Dhuafa dalam menjalankan amanah para mitra.53
52
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad Juwaini,
Kamis 24 Juli 2013.
53
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 24
Juli 2013.
BAB IV
ANALISIS PRODUKSI BERITA MAJALAH SWARACINTA DOMPET
DHUAFA PADA RUBRIK KABAR PEMBERDAYAAN
A.
Proses Produksi Berita Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
Rubrik Kabar Pemberdayaan
Dalam proses produksi berita sebuah media korporasi atau organisasi,
termasuk berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar
Pemberdayaan merencanakan sebuah produksi berita untuk setiap rubrik majalah,
seorang redaktur professional akan berusaha untuk menciptakan berita-berita yang
berkualitas. Berkaitan dengan upaya menghasilkan media korporasi atau
organisasi yang berkualitas, penulis mengacu kepada empat komponen kegiatan
yang perlu mendapat perhatian menurut Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu
dalam bukunya yang berjudul Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi menyebutkan empat komponen. Keempat komponen itu adalah
komponen keredaksian, komponen produksi dan sirkulasi, komponen biaya dan
sarana, serta komponen personel.
Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar
Pemberdayaan juga sangat memperhatikan keempat komponen tersebut. Dalam
proses berita atau informasinya, kelima hal itu sangat dipikirkan secara matang
agar mendapatkan hasil produksi berita yang baik dan tidak hanya dinikmati dari
kalangan internal perusahaan saja, namun masyarakat luas (eksternal).
54
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 160
1.
Komponen Keredaksian
a. Perencanaan Isi
Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
Kabar
Pemberdayaan merupakan salah satu rubrikutama pada majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa yang lebih menitikberatkan pada penyajian
berita jenis feature(karangan khas/berita khas). Berita Feature ditulis
dengan teknik mengisahkan suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara
faktual dan diterima masyarakat luas. Kabar pemberdayaan merupakan
satu-satunya rubrik berita yang informasinya mengenai kegiatan Dompet
Dhuafa setiap bulannya.
Kabar Pemberdayaan merupakan rubrik dengan informasi yang
mengedepankan jenis berita bentuk feature yang tentunya bertujuan
untuk menarik minat masyarakat dalam membaca berita yang telah
disajikan.55
Perencanaan isi dilakukan saat rapat redaksi berlangsung. Menurut
Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta Dompet Dhuafa SS. Widodo,
dalam rapat dibahas mengenai materi keredaksian produksi berita untuk
edisi selanjutnya seperti, menentukan tema dalam terbitan berikutnya,
agenda kegiatan Dompet Dhuafa, topik yang akan disajikan di dalam
setiap rubrik, isu terkini yang ingin diangkat dan berkaitan dengan
55
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
program Dompet Dhuafa, materi pelengkap seperti foto, biaya dan sarana
produksi, serta desain perwajahan untuk Kabar Pemberdayaan.56
Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu
bahwa media korporasi atau organisasi terbit sebagai hasil kerja tim,
bukan hasil kerja perseorangan.Perencanaan isi diarahkan untuk
memberikan gambaran jelas isi edisi yang akan diterbitkan.57
Untuk berita-berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan sendiri tidak
begitu mengacu pada tema majalah setiap bulannya, karena berita yang
akan diliput mengikuti alur agenda kegiatan Dompet Dhuafa. Kabar
Pemberdayaan juga mengangkat isu terkini yang berkaitan dengan
program Dompet Dhuafa. Menurut SS. Widodo, khusus untuk Kabar
Pemberdayaan biasanya tidak mengikuti tema majalah, karena beritaberitanya mengikuti alur kegiatan Dompet Dhuafa karena yang akan
diliput memang program atau kegiatan Dompet Dhuafa setiap bulannya.
Namun, terkadang Kabar Pemberdayaan juga mengikuti perkembangan
isu yang hadir ditengah masyarakat yang sesuai dengan kegiatan Dompet
Dhuafa, tapi terkadang itu semua tidak intensif.58
Dari hasil pembahasan perencanaan isi materi produksi itulah
didapat kegiatan apa saja yang nantinya akan diliput dan dimuat dalam
56
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
57
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 162
58
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
rubrik Kabar Pemberdayaan. Semuanya tercapai dalam kesepakatan
bersama dalam rapat redaksi.
b. Pengumpulan Bahan Baku Informasi
Dalam
produksi
majalah
Swaracinta
pada
rubrik
Kabar
Pemberdayaan, pengumpulan bahan untuk isi edisi terbaru
dapat
dibedakan atas dua kategori. Pertama, pengumpulan bahan siap sunting.
Kedua, pengumpulan bahan siap olah. Pengumpulan bahan siapsunting
dilakukan ketika redaksi sudah menyimpan sejumlah artikel dari para
penulis luar, atau sejumlah foto. Bahan siap sunting untuk rubrik Kabar
Pemberdayaan juga diperoleh melalui website Dompet Dhuafa, karena
dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berita yang dimuat, sebelumnya juga
dimuat dalam website Dompet Dhuafa.
Menurut SS. Widodo, untuk berita rubrik Kabar Pemberdayaan,
redaksi menyiapkan beberapa stok naskah liputan untuk edisi
selanjutnya. Artikel dan foto sudah menjadi satu paket dalam stok
tersebut. Misal ada kegiatan Dompet Dhuafa diluar kota, tim kontributor
sudah ditugaskan untuk meliput dan mengirim hasil liputan tersebut atau
diperoleh dari website Dompet Dhuafa, jika termasuk dalam content
berita rubrik Kabar Pemberdayaan, akan dimuat, itulah yang disebut
bahan siap sunting.59
Namun, bahan siap sunting masih ada yang mesti diperiksa
kembali, karena tulisan yang terlalu panjang, atau teknik penulisan
59
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
kurang baik. Bahan yang tergolong kategori tersebut sudah bisa segera
dikumpulkan, didata, dan kemudian diperiksa agar segera dapat
dipastikan mana yang akhirnya layak dimuat.
Sedangkan pengumpulan bahan siap diolah yakni bahan yang harus
dihimpun dulu sebelum diolah menjadi naskah berita atau disebut
peliputan. Pengumpulan bahan dalam arti peliputan bisa dilakukan lewat
tiga cara, yaitu observasi, wawancara, dan riset dokumentasi.
Mengenai pengumpulan bahan siap olah, dilakukan kegiatan
peliputan. Ini bisa dilakukan lewat observasi, wawancara, dan riset
dokumentasi.
Untuk
berita
pada
rubrik
Kabar
Pemberdayaan,
pengumpulan bahan dilakukan dengan ketiga cara ini untuk mendapatkan
hasil liputan yang memuaskan.60
Dalam peliputan untuk berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan
majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, ketiga cara ini dapat dilakukan
sekaligus. Observasi dilakukan untuk mengamati suatu kejadian.
Terkadang tim peliput harus bermalam untuk melakukan observasi dalam
menghasilkan pengamatan secara mendalam. Wawancara dilakukan
untuk memperoleh fakta sebagai hasil pengalaman, kesaksian, atau
pendapat seseorang, peristiwa yang dialami, atau diamati secara langsung
oleh yang bersangkutan. Riset dokumentasi sendiri dilakukan untuk
memperoleh fakta tertulis, berupa arsip atau foto. Sesuai dengan
karakteristik berita feature merupakan hasil karya liputan jurnalistik
60
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan
konfirmasi dengan pihak narasumber.
Oleh karenanya, baik untuk pengumpulan bahan siap sunting maupun
untuk pengumpulan bahan siap olah, yang penting diperhatikan dalam
konteks
pengelolaannya
adalah
bagaimana
agar
setiap
upaya
pengumpulan bahan tersebut menghasilkan apa yang direncanakan. Tim
peliput majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan berusaha
untuk mencapai hasil yang telah direncanakan.
c. Pengolahan Bahan dan Penyiapan Isi
Pengolahan
bahan
mencakup
kegiatan
menyusun
tulisan
berdasarkan bahan yang dikumpulkan, seperti naskah hasil liputan dan
foto. Dalam produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan kegiatan ini merupakan awal pengolahan
bahan. Setelah tulisan selesai disusun, atau foto siap dimuat, tulisan
maupun
foto
memasuki
tahap
penyuntingan
(editing).
Upaya
menghasilkan isi yang berkualitas berlangsung pada tahap ini.
Pada tahap awal, tugas redaktur pelaksana memeriksa apakah
semua bahan yang diperlukan berdasarkan perencanaan isi telah tersedia.
Misalkan jumlah tulisan atau artikel berita dan foto. Jika ternyata ada
bahan yang kurang, perlu segera dipertimbangkan apakah masih cukup
waktu untuk melengkapi bahan tersebut. Apabila tidak, perlu dipikirkan
tulisan atau foto pengganti.61
Selanjutnya memastikan apakah tim peliput (reporter dan
wartawan foto) reporter yang ditugaskan untuk menulis telah siap untuk
menyusun tulisan. Wartawan foto siap memilah hasil foto yang telah
diperoleh dari hasil liputan.
Setelah penyusunan tulisan atau pemilahan foto selesai, setiap
tulisan atau foto tersebut diperiksa kembali. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan oleh sejumlah editor.
Di tangan editor, tulisan diperiksa apakah sudah baik dari segi
bahasa, kelengkapan fakta, kejelasan, keruntutan tulisan, dan sebagainya.
panjang tulisan diperiksa apakah telah sesuai dengan kaidah penulisan
dalam ilmu jurnalistik. Termasuk apakah ada sesuatu yang tidak sesuai
dengan kebijaksanaan korporasi, sesuatu yang melanggar etika (misalnya
ada kalimat yang mencemarkan nama baik pihak tertentu, atau ada
bagian tulisan yang dikutip dari tulisan pihak lain tanpa menyebutkan
sumber sehingga terbuka peluang timbul tuntutan hukum berkaitan
dengan hak cipta), dan sebagainya.
2.
Komponen Produksi dan Sirkulasi
Kegiatan yang dilaksanakan proses produksi mencakup kegiatan pracetak,
pencetakan, dan sirkulasi.
61
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus
a. Pracetak
Pada produksi berita majalah Swaracinta pada rubrik Kabar
Pemberdayaan, kegiatan pracetak yakni mendesain tata perwajahan pada
rubrik Kabar Pemberdayaan, sehingga membuat para pembaca tertarik
dan ingin membacanya. Setelah proses pengolahan dan penyuntingan
berita dan foto selesai dikerjakan, barulah tugas seorang layouter
mendesain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik
Kabar Pemberdayaan.
Penataan desain perwajahan pada rubrik Kabar Pemberdayaan
sudah bisa dikerjakan lebih awal karena halaman yang akan memuat
tulisan atau foto yang sudah tersedia (bahan siap sunting). Selanjutnya
halaman yang akan memuat tulisan atau foto hasil liputan (bahan siap
olah) dikerjakan belakangan. Hasil liputan disusun menjadi tulisan, foto
dipilah, selanjutnyadirancang penataannya pada halaman setiap rubrik.
Setiap naskah yang telah layak dimuat masuk kedalam proses pracetak.
Dalam proses pracetak pada rubrik Kabar Pemberdayaan, menata
perwajahan media korporasi atau organisasi dilakukan berdasarkan
kriteria yang disepakati seperti, menentukan bingkai, penempatan teks,
penempatan foto, pemilihan ukuran dan jenis huruf untuk tubuh tulisan,
penempatan identitas halaman dilakukan pada proses ini.Dalam desain
perwajahan rubrik Kabar Pemberdayaan ini, hal-hal detail seperti jenis
dan ukuran huruf, foto, posisi penempatan teks, dan lain sebagainya
harus dipikirkan secara matang dikarenakan agar pembaca tidak jenuh
dan tertarik dalam membacanya.62
Dalam desain perwajahan tersebut diketahui, tim redaksi majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa sangat mencermati mulai dari ketajaman
foto, ukuran dan jenis huruf, dan sebagainya, agar menarik dipandang
juga komunikatif bagi pembaca dan juga telah menunjukan hasil kerja
yang memungkinkan tampilan visual memiliki ciri yang dapat
membantu pembentukan karakter media korporasi atau organisasi dalam
hal ini Dompet Dhuafa.
b. Pencetakan
Pada produksi berita majalah Swaracinta, untuk proses pencetakan
dalam hal ini Dompet Dhuafa mempercayakan kepada perusahaan
percetakan. Pertimbangan atas efisiensi dan manfaat menyebabkan
Dompet Dhuafa tidak perlu menyediakan mesin offset.
Dompet Dhuafa tidak memiliki mesin offset sendiri, karena belum
ada kebutuhan atas bahan cetakan dalam jumlah oplah yang besar,
memberi order pencetakan ke perusahaan percetakan pasti lebih murah
dan efisien. Dompet Dhuafa lebih mempertimbangkan hal ini untuk
pencetakan majalah Swaracinta.63
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus
63
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus
c. Sirkulasi
Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasharibu
terkait sirkulasi sebuah media korporasi dan organisasi, banyak cara
untuk menyampaikan media ke tangan pembaca. Mana cara yang
dipandang paling efektif dan efisien bisa dipertimbangkan sejak awal.64
Begitupun untuk sirkulasi majalah Swaracinta itu sendiri yang
ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak
menghadapi kendala. Bisa diedarkan lewat berbagai cara. Staf
administrasi
dapat
Swaracintatersebut
mendistribusikan
kepada
seluruh
edisi
amilin
terbaru
majalah
(karyawan)
dan
amilat(karyawati). Dengan meletakkannya dibeberapa tempat, seperti di
ruang utama, dan ruang pertemuan. Untuk kantor pelayanan dan cabang
yang berada di luar kota, bisa dikirim lewat jasa pengiriman barang.
Menurut SS. Widodo, untuk proses sirkulasi internal, tidak banyak
menghadapi kendala. Namun bila ditujukan untuk publik eksternal
dalam upaya pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa harus
memperhatikan betul kualitas majalah, dan cara agar majalah Swaracinta
terbaru sampai ke pembaca dalam hal ini donatur-donatur Dompet
Dhuafa, menjaga kondisi majalah agar tidak rusak.65
64
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 168
65
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa,
SS. Widodo, 15 Agustus
3.
Mengelola Komponen Biaya
Salah satu kelebihan penerbitan media korporasi atau organisasi dibanding
media umum adalah tersedianya biaya dan sejumlah sarana kerja pada awal
kegiatan penerbitan direncanakan.66 Dalam produksi majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan komponen biaya sangat diperhatikan
dan direncanakan saat rapat redaksi dan perencanaan isi berlangsung. Komponen
biaya tersebut diantaranya seperti, biaya kerja redaksi, biaya produksi pencetakan
untuk edisi selanjutnya.
Menurut Staf Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, Amirul Hasan
untuk komponen alat seperti computer dan laser printer , serta alat tulis, biasanya
langsung disediakan untuk menghemat biaya produksi dan memudahkan kegiatan
produksi. Lagi pula, majalah Swaracinta juga dibagikan secara cuma-cuma
sehingga tidak memerlukan jasa jaringan pemasaran.67
Bagi produksimajalah Swaracinta Dompet Dhuafa,yang menjadi tolok
ukur untuk melihat kelayakan penggunaan biaya kerja penerbitan majalah tersebut
adalah dilihat dari kualitas media yang dihasilkan. Ini salah satu upaya yang terus
dilakukan majalah Swaracinta agar kualitas pemberitaannya tidak dipandang
sebelah mata.
a. Merencanakan Biaya Kerja Redaksi
Biaya kerja redaksi dibicarakan saat rapat redaksi diselenggarakan.
Biaya kerja redaksi pada produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
66
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 169
67
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15
Agustus 2013.
pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan kegiatan
apa saja yang memerlukan biaya dalam mempersiapkan penerbitan edisi
selanjutnya.
Seperti yang dikatakan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, bagi
media korporasi, biaya kerja redaksi tidak mencakup penghasilan jajaran
redaksi (baik pengelola maupun reporter dan staf administrasi
penerbitan), apabila mereka itu adalah karyawan yang ditugaskan
menjalankan penerbitan media korporasi. Jajaran redaksi pada dasarnya
sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi.68
Demikian halnya dengan tim redaksi majalah Swaracinta, mereka
sudah memiliki gaji sendiri sebagai karyawan korporasi. Di luar
persoalan imbalan kerja bagi jajaran redaksi, biaya kerja yang dipikirkan
mencakup biaya peliputan seperti uang saku (uang transport dan
makan), honor penulis lepas, dan sebagainya. Begitu pula sarana untuk
membantu proses liputan, seperti alat perekam suara, kamera, memori
card, baterai, charger dan sebagainya.
b. Merencanakan Biaya Produksi
Dalam merencanakan biaya produksi untuk edisi majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan,
komponen pembiayaannya sangat diperhatikan dan dipertimbangkan
agar dana yang dialokasikan untuk produksi berjalan mudah.Tersedianya
68
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h.170
sarana seperti komputer, laser printer, selain memudahkan kegiatan
produksi, bertujuan untuk menghemat biaya produksi.
4.
Mengelola Komponen Personel
Untuk mengelola media internal, kalangan pengelola (jajaran redaksi)
harus menguasai keterampilan jurnalistik yang mumpuni, yakni keterampilan
meliput, menulis, mengedit, dan kemampuan fotografi.
Pola kerja wartawan media internal tidak berbeda dengan wartawan pada
umumnya. Karenanya, jurnalis media internal pun mesti, menguasai keterampilan
jurnalistik, menaati kode etik jurnalistik, dan menguasai bidang liputan atau
masalah yang ditulis. Kelemahan mendasar yang selama ini muncul, selain soal
keterampilan jurnalistik, adalah penguasaan “bahasa media” (language of mass
media), yakni bahasa jurnalistik. Kelemahan dalam hal bahasa jurnalistik selama
ini menjadi “jurang pembeda utama” antara media internal dan media komersil.
Tulisan di media internal cenderung kaku.
Inilah yang menyebabkan
kecendrungan media internal tampil kurang atau tidak menarik bagi yang
membaca.69
Pengelolaan media korporasi atau organisasi tidak mungkin berjalan tanpa
dukungan sejumlah personel berpengetahuan dan berkemampuan yang memadai.
Demikan pula majalah Swaracinta Dompet Dhuafa berupaya sekali untuk
menyediakan dukungan personel yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas. Namun, banyaknya personelmeskipun memiliki kemampuan
yang bisa diandalkan, tidak banyak berarti kalau tidak diberi pemerian kerja (job
69
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan, Kamis 15
Agustus 2013.
description) dan tidak disertai pengorganisasian dan mekanisme kerja yang
mendukung kelancaran kerja.
a. Merumuskan Pemerian Kerja
Dalam pelaksanaan seluruh kegiatan produksi berita di media, baik
media nasional maupun korporasi,pemerian kerja (job description)
merupakan salah satu stategis dimana para tim redaksi dapat mengetahui
persis apa yang harus dilakukan dan bagaimana kegiatan itu dikerjakan.
Menurut SS. Widodo, pemerian kerja terus didengungkan ketika rapat
redaksi, semua itu dilakukan agar para personel terus mengingat akan
tugasnya yang akan dijalankan, agar mereka amanah.70
Merumuskan pemerian kerja dalam memulai kegiatan produksi,
menjadi salah satu faktor yang juga penting, agar kegiatan produksi tidak
terhambat. Masing-masing tim sudah mengetahui tugas yang akan
dijalankan, dan seperti apa gambaran pekerjaannya, agar target tercapai
sesuai dengan batas waktu dalam menyelesaikan tugas tersebut.
b. Merencanakan Tahapan Kerja
Dalam memproduksi sebuah berita, butuh cara dan perencanaan
yang matang, sehingga kegiatan berjalan sesuai berdasarkan tahapan
kerja yang kesemuanya itu akan mempermudah proses produksi
penerbitan. Selain itu, pentingnya batas waktu dalam menerbitkan media
korporasi terbaru menjadi acuan penting yang benar-benar harus
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
diperhatikan.Mengingat arus informasi yang begitu tajam, menjadikan
setiap media baik korporasi maupun nasional berlomba-lomba untuk
menjadi yang pertama dalam menerbitkan informasi. Batas waktu
dikenal istilah deadline, yakni batas waktu yang tidak boleh dilanggar.
Jika deadline dilanggar, pencetakan telambat. Akibatnya suratkabar atau
media terlambat sampai ke tangan pembaca.
Selanjutnya dalam setiap produksi, ada beberapa proses atau tahapan yang
harus dilalui
yang juga
mengacu pada empat komponen mengelola media
korporasi dan organisasi yang berkualitas sebelum berita dapat disiarkan yaitu
praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. seperti halnya produksi berita pada
sebuah media lainnya, berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik
Kabar Pemberdayaan juga melewati beberapa tahapan proses produksi beritanya.
Mulai dari bagaimana materi berita diperoleh, hingga materi berita yang siap
disiarkan dan cetak.
4.
Praproduksi
Tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi, karena
itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Dalam praproduksi,
komponen keredaksian, komponen biaya dan sarana serta komponen personel
merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen keredaksian yang
mencakup hanya kegiatan perencanaan isi. Sedangkan komponen personel dan
komponen biaya dan sarana merupakan bagian kegiatan perencanaan isi. Adapun
beberapa tahapan perencanaan isi yaitu;
a. Penemuan Ide
Tahapan ini dimulai ketika seorang pemimpin redaksi menemukan
ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat, untuk edisi selanjutnya.
Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi. Pada rapat redaksi majalah
Swaracinta, awal mula rapat membahas tema apa yang akan diangkat
untuk edisi selanjutnya. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, yang
dibahas adalah agenda kegiatan Dompet Dhuafa dan kegiatan apa saja
yang nantinya akan diliput dan dimuat untuk edisi selanjutnya.”71
Namun terkadang, dalam rapat redaksi untuk berita pada rubrik Kabar
Pemberdayaan juga dikaitkan dengan isu yang sedang berkembang
ditengah masyarakat, baik dalam bidang kesehatan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan kebencanaan yang semuanya juga ada kepentingan
dalam korporasi (Dompet Dhuafa). SS. Widodo mengakui, Dompet
Dhuafa memang tidak intensif mengikuti isu yang berkembang, dan
itulah upaya yang masih dibenahi, agar menjadi media internal yang
berkualitas.72
b. Perencanaan
Tahap ini juga dilaksanakan pada saat rapat redaksi berlangsung.
Perencanaan tersebut meliputi penetapan jangka waktu kerja (time
schedule), merumuskan pemerian kerja (job description) dan personel,
mekanisme kerja organisasi, desain, biaya dan sarana.
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
a) Penetapan Jangka Waktu Kerja ( Time Schedule)
Dalam rapat redaksi, pemimpin redaksi membahas tentang
penetapan jangka waktu kerja atau yang lebih dikenal dengan istilah
deadline. Deadline merupakan batas waktu dimana setiap masingmasing personel menyerahkan atau melaporkan hasil tugas yang telah
diberikan
kepada
mereka,
seperti
reporter
mengirimkan
hasil
liputannya, agar bisa diolah dan siap sunting.73
Penetapan Jangka waktu merupakan hal yang sangat penting, untuk
keberlangsungan informasi. Terlebih, Dompet Dhuafa memiliki kurang
lebih 60.000 donatur tetap yang menjadi mitra kerjasama dalam
menjalankan program. Menurut SS. Widodo, Dompet Dhuafa akhirakhir ini sering terlambat dalam penerbitan majalah Swaracinta dan
mendapat teguran keras baik dari internal (Dompet Dhuafa) maupun
eksternal (mitra), dan ini tidak boleh melakukan terjadi lagi.74
b) Merumuskan Pemerian Kerja ( Job Description) dan Personel
Dalam rapat redaksi dibahas pula mengenai pemerian kerja ( Job
Description ) yang diberikan untuk seluruh personel terhadap tugastugas yang akan dikerjakannya. Job description diberikan kepada
masing-masing personel untuk menjalankan produksi
majalah
Swaracinta termasuk pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini perlu
disusun pemerian tugas (job description) secara jelas. Apa dan
73
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, SS.
Widodo, 15 Agustus
bagaimana suatu kegiatan dikerjakan pada tahap tertentu, apa target
yang harus dicapai, perlu dijabarkan secara rinci. Juga batas waktu
untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.75
Pemerian kerja sekaligus berfungsi untuk memantau prestasi kerja
personel. Dengan demikian, dapat dilihat apakah tugas yang diberikan
dapat dikerjakan dengan baik atau tidak.Berikut mekanisme kerja yang
dijalankan masing-masing personel untuk proses produksi majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
1.
Top Manager (Pemimpin Umum)
Pemimpin umum bertanggung jawab terhadap maju mundurnya
perusahaan yang dipimpinnya. Ia mempunyai kekuasaan yang luas,
mengambil
kebijaksanaan,
penerbitannya,
dan
menentukan
memperhitungkan
arah
rugi
perkembangan
dan
laba
dari
perusahaannya. Karena kewenangannya itu, pemimpin umum berhak
mengangkat dan memberhentikan karyawan, sesuai dengan yang
dibutuhkannya.
Secara teknis pemimpin umum menerima laporan dari pemimpin
redaksi, pemimpin percetakan, dan pemimpin perusahaan tentang
pelaksanaan tugas sehari-hari baik di bidang redaksi, percetakan
maupun bidang usaha. Karena wewenang secara keseluruhan ada di
tangan pemimpin umum, ia dapat mengambil langkah yang
dipandang perlu untuk kegiatan intern maupun ekstern.
75
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
2.
Pemimpin Redaksi
Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan
keredaksian di perusahaannya yang meliputi penyajian berita,
penentuan liputan, pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik,
pemilihan berita utama, berita pembuka halaman (opening news),
menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. pendeknya,
baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya, tergantung dari
ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi
pemberitaannya.
3.
Sekretaris Redaksi
Adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi
keredaksionalan. Misalnya menerima surat-surat dari luar yang
menyangkut keredaksionalan, mengirim honor tulisan kepada
penulis dari luar, membuatkan surat-surat yang diperlukan oleh
pemimpin redaksi. Jika ada surat dari luar baik yang berkaitan
dengan peliputan maupun sumbangan tulisan, surat tersebut
diteruskan kepada masing-masing bagian. Jika surat itu isinya
undangan liputan, tugas sekretaris redaksi meneruskan undangan
tersebut kepada redaktur pelaksana. Sekretaris redaksi tidak
dibenarkan langsung memberikan undangan tersebut kepada
wartawan.76
4.
76
Redaktur Pelaksana
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
Redaktur pelaksana (managing editor) adalah jabatan yang dibentuk
untuk membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas
keredaksionalannya. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur
pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang
digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu, redaktur
pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur halaman
(editor) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung jawab
redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi.77
5.
Wartawan
Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari,
mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk
disiarkan melalui media massa. Jika wartawan itu menyiarkan
beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah, ia disebut
sebagai wartawan media cetak.
6.
Koresponden
Koresponden (stringer) yang lebih dikenal dengan sebutan wartawan
pembantu adalah seseorang yang berdomisili di suatu daerah,
diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah atau
luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya, yaitu
memberikan laporan secara kontinyu tentang kejadian atau peristiwa
yang terjadi di daerahnya.seorang itu bisa berasal dari daerah itu
sendiri atau orang lain yang ditugaskan daerah tersebut.
77
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
c) Desain rubrik Kabar Pemberdayaan
Dalam perencanaan isi untuk produksi berita majalah Swaracinta
pada rubrik Kabar pemberdayaan seorang layouter (professional desain
grafis) mempresentasikan hasil desain majalah yang dibuatnya dalam
rapat redaksi. Desain bisa berbentuk rancangan kasar (dummy, semacam
prototype), atau masih berbentuk pdf dalam komputer. Rancangan kasar
atau dummy tersebut sebagai contoh desain perwajahan untuk edisi
selanjutnya.
Gambar 1
Desain Perwajahan majalah Swaracinta pada Rubrik Kabar Pemberdayaan Edisi
24. Pdf
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
d) Biaya dan Sarana Produksi
Dalam proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada rubrik Kabar Pemberdayaan, mengenai komponen biaya dan sarana
produksi terbagi menjadi dua kategori, yakni:
1.
Biaya Kerja Redaksi
Biaya kerja redaksi pada produksi berita majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan direncanakan sesuai dengan
kegiatan apa saja yang memerlukan biaya dan sarana yang dibutuhkan
dalam mempersiapkan penerbitan edisi selanjutnya.
Majalah Swaracinta memiliki sebuah tim liputan yang terdiri dari tiga
orang reporter dan satu diantaranya merangkap menjadi wartawan foto
serta dua penulis lepas. Sedangkan tim kontributor berjumlah tujuh
orang dari sejumlah daerah yang ditugaskan.
Gambar 2
Tabel rincian biaya kerja redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
Tim Liputan
1.
Uang saku/per orang
(transpot dan makan)
setiap bulannya
(reporter dan
wartawan foto)
2. Penulis lepas
(transport dan
makan)/ per liputan.
3. Kontributor (transport
dan makan)/ setiap
bulannya.
Total Biaya
Biaya yang
Dikeluarkan
@ 3 x Rp.300.000
Sarana
1. 1 buah
Kamera
DSLR
2. 2 buah
Memory
card
3. 1 buah alat
perekam
Biaya yang
Dikeluarkan
Rp. 6.000.000
Rp. 300.000
Rp. 450.000
@ 2 x Rp.50.000
(Memiliki
sarana sandiri)
Tidak ada
@7 x Rp. 400.000
(Memiliki
sarana sendiri)
Tidak ada
Rp 3.800.000
Total Biaya
Rp. 6.750.000
JUMLAH BIAYA
Rp.10. 550.000
KESELURUHAN
Sumber : Bagian Keuangan Dompet Dhuafa
2.
Biaya produksi
Dalam proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan, masalah biaya sangat diperhatikan sekali
dalam setiap komponennya agar memudahkan kegiatan produksi.
Mulai dari sarana untuk membantu proses produksi seperti komputer,
laser printer, kertas kwarto A4, hingga tinta printer.
Mengenai biaya cetak, majalah Swaracinta dicetak sebanyak 20.000
ekslemplar setiap bulannya dan pendistribusian majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa ke 22 lokasi dalam hal ini kantor pelayanan dan
cabang Dompet Dhuafa sangat diperhatikan sekali biaya yang
dibutuhkan.
Gambar 3
Tabel rincian biaya produksi majalah Swaracinta
5 buah tinta print/per
bulan
@5 x Rp 45.000
Komponen
Produksi
Cetak majalah
20.000/eksemplar
Biaya
pendistribusian
dan sirkulasi
majalah
Swaracinta
-
5 dus kertas kwarto
A4
Total Biaya
@ 5 x Rp 35.000
-
Komponen Sarana
3 buah komputer
2 buah laser printer
Biaya yang
Dikeluarkan
(fasilitas sudah
dimiliki)
(fasilitas sudah
dimiliki)
Rp 400.000
Total Biaya
Biaya yang
Dikeluarkan
Rp 30.000.000
Rp 12.000.000
Rp 42.000.000
JUMLAH
Rp. 42.400.000
TOTAL
Sumber : Bagian keuangan Dompet Dhuafa
5.
Produksi
Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen produksi
dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada komponen
keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku informasi (bahan
siap sunting dan bahan siap diolah), pengolahan dan penyiapan informasi serta
penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup pracetak
yakni mencakup setiap upaya mendesain tata perwajahan media sehingga menarik
dipandang.
a.
Pengumpulan Bahan Baku Informasi
Setelah rapat perencanaan isi selesai, direncanakan dan disiapkan dengan
baik, maka pelaksanaan produksi dimulai. Para tim peliput (reporter dan
wartawan foto) yang bertugas bekerja sama serta berkoordinasi dengan
redaktur pelaksana dan pemimpin redaksi untuk mewujudkan berbagai hal
yang telah direncanakan serta disiapkan sebelumnya.
Berita-berita yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan berbeda
dengan berita-berita pada rubrik lainnya dalam majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa. Pertama, berita yang akan diliput merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa terkait program-program selama setiap
bulannya dan mengangkat isu yang terkait dengan program Dompet Dhuafa.
Kedua, materi yang disajikan berupa sekumpulan berita feature yang bertujuan
menarik minat para pembaca.
Oleh karena itu produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan yang telah disiapkan secara matang terdiri dari
beberapa bentuk. Pertama, pelaksanaan produksi dalam berita rubrik Kabar
Pemberdayaan yaitu melakukan liputan yang telah ditentukan oleh pemimpin
redaksi dan redaktur pelaksana.
Produksi dimulai pada saat tim liputan (reporter dan wartawan foto)
memulai liputan dengan mendatangi lokasi yang telah ditentukan sebagai
tempat pelaksanaan kegiatan, karena konsep berita pada rubrik Kabar
Pemberdayaan adalah meliput segala kegiatan Dompet Dhuafa, maka liputan
pun dilakukan sesuai dengan tempat kegiatan berlangsung.
Kedua, produksi juga dilakukan oleh tim liputan (kontributor) liputan
yang juga ditugaskan untuk meliput kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
Dompet Dhuafa di luar daerah. Ini dilakukan oleh tim liputan (kontributor) ke
berbagai daerah, sesuai yang ditugaskan oleh redaktur pelaksana. Pada saat
semua bahan berita diliput, pada saat itulah berlangsung proses produksi berita
yang akan diproses lebih lanjut untuk selanjutnya dicetak dan disiarkan.
b.
Pengolahan dan Penyiapan Informasi (Penulisan Naskah)
Setelah liputan berbagai bahan berita selesai, kemudian para tim liputan
(reporter dan wartawan foto) akan kembali ke kantor redaksi. Di sana, mereka
melakukan tugas selanjutnya. Para reporter ditugaskan menuliskan naskah
berita sesuai apa yang mereka liput. Sedangkan wartawan foto bertugas
mengecek ulang gambar yang telah diambil pada saat liputan untuk kemudian
dipilah mana hasil foto yang berkualitas.
Reporter menulis naskah berita dari daftar gambar (foto) yang telah
diambil dalam liputan oleh wartawan foto. Reporter tidak diperbolehkan
menulis naskah berita dengan melebihkan atau mengurangi informasi. Naskah
ditulis sebagaimana fakta yang telah ia peroleh.
c.
Penyuntingan atau Editing
Setelah penulisan naskah berita selesai, naskah akan diserahkan kepada
editor dan masuk pada tahap penyuntingan. Beberapa hal yang diperhatikan
saat menyunting atau editing naskah diantaranya adalah teknik penulisan
berita, teknik penulisan berita feature dalam ilmu jurnalistik, pemilihan judul
berita, dan seterusnya.
Menurut SS. Widodo, yang diperhatikan dalam proses penyuntingan
naskah berita ada beberapa hal diantaranya yakni teknik penulisan berita
feature sesuai kaidah ilmu jurnalistik, pemilihan judul dan sebagainya. Ini
merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyajikan sebuah
berita agar bisa diterima masyarakat. Meski hanya sebuah media komunitas,
majalah Swaracinta berusaha menjadi media komunitas yang baik dan
berkualitas dalam menyampaikan informasi ke tengah masyarakat tidak untuk
internal saja.78
Setelah proses penyuntingan naskah berita selesai dilakukan oleh editor,
naskah berita itu diberikan kepada pemimpin redaksi untuk diperiksa kembali
secara keseluruhan. Pemimpin redaksi akan meminta persetujuan kepada
pemimpin umum apakah naskah berita yang selesai disunting layak terbit atau
tidak.
78
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
d.
Pracetak (Desain Perwajahan Rubrik Kabar Pemberdayaan)
Dalam desain perwajahan yang berkaitan dengan sejumlah unsur yang
didesain haruslah memperlihatkan keseimbangan. Hasil desain yang tidak
seimbang mengesankan desain itu sendiri belum selesai, atau didesain tanpa
tujuan. Unsur yang didesain berupa teks dan foto selalu ditempatkan pada
posisi yang pas. Jika ditempatkan menumpuk, atau pada tempat sembarang,
kesan kaku dan tidak seimbang segera mengganggu mata.
Teks dan foto harus dipandang sebagai bagian dari unsur yang
menampilkan kesan visual dalam penyampaian informasi. Ada beberapa
tahapan dalam menata perwajahan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan. Berikut
beberapa tahapan desain perwajahan dengan menggunakan aplikasi Adobe
Indesign CS4 untuk desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
Gambar 4
Tampilan Adobe Indesign cs4
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa
1.
Menentukan Bingkai
Dalam desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
pada rubrik Kabar Pemberdayaan, hal pertama yang dilakukan adalah
menentukan bingkai halaman. Bingkai halaman dibuat agar menimbulkan
kesan berbeda bagi pembaca dibanding apabila halaman itu didesain tanpa
bingkai.
Gambar 5
Menentukan Bingkai untuk Rubrik Kabar Pemberdayaan
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
2.
Penempatan Teks
Tahap selanjutnya adalah penempatan teks berita. Dalam tahap ini,
penataan teks berita sangat dipertimbangkan secara menyeluruh.SS.
Widodo mengungkapkan, dalam penataan setiap teks atau naskah haruslah
sangat jeli dalam menyusun dan menempatkan posisinya agar sesuai
dengan desain bingkai yang telah dibuat. Diharapkan penataan teks
membantu pembaca agar tidak kesulitan memilih informasi yang ingin
dibaca.79
3.
Penempatan Foto
Dalam tahap ini, beberapa foto yang sudah dipilah dan sudah lolos
pada tahap penyuntingan akan masuk pada penempatan foto. Dalam hal ini
foto biasanya ditempatkan pada halaman tertentu sebagai unsur pelengkap
atau
memperjelas
suatu
tulisan
(naskah
berita).
Foto
dimaksudkanmenampilkan sesuatu yang menarik perhatian dan lebih cepat
memikat mata pembaca.
Gambar 6
Tata letak desain penempatan foto
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
4.
Menentukan Jumlah Kolom
Jumlah ukuran kolom majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan biasanya dibagi atas 2-3 kolom. Jumlah
kolom yang akan digunakan pada setiap halaman biasanya ditentukan oleh
79
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
seberapa panjang bagian kalimat yang terdapat pada satu baris di dalam
satu kolom.
Gambar 7
Menentukan jumlah kolom
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa
5.
Memilih jenis Huruf
Penataan teks sangat dipengaruhi oleh pilihan huruf yang dipakai,
bagaimana jarak antarhuruf diatur, serta bagaimana ditetapkan jarak
antarbaris yang memuat huruf sebagai unsur terkecil suatu tulisan.
Demikian pula dalam pemilihan jenis huruf yang digunakan dalam rubrik
Kabar Pemberdayaan. Untuk judul berita, Dipilih jenis huruf Klavika Bold.
Sedangkan dalam pemilihan jenis huruf untuk isi naskah berita, dipilh
jenis huruf Annivers.
Seperti yang diungkapkan Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu
hal penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan huruf adalah legibility
dan readability. Legibility berarti huruf yang digunakan mudah dikenali
mata pembaca. berarti huruf yang digunakan selain mudah terbaca, juga
mempermudah
pembaca
menangkap
makna
informasi
yang
disampaikan.Adapun readability berarti huruf yang digunakan selain
mudah terbaca, juga mempermudah pembaca menangkap makna informasi
yang disampaikan.80
Dengan demikian, jenis huruf Klavika Bold dijadikan pilihan tim layout
majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan,
dengan tujuan untuk menarik dan memudahkan pembaca dalam mencari
informasi.
Gambar 8
Menentukan pemilihan jenis huruf
Sumber : Tim desain perwajahan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
6.
Memilih Ukuran Huruf
Suatu tulisan mudah atau sulit dibaca tergantung pada ukuran huruf
yang terpilih. Ukuran huruf (point size) dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
sangat diperhatikan pemilihannya, karena menyangkut kenyamanan
membaca isi tulisan. Untuk isi tulisan berita rubrik Kabar Pemberdayaan
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi (Yogyakarta:Kanisius, 2000), h. 130
memilih ukuran huruf 10 poin. Ukuran huruf yang lebih besar 14 poin
digunakan untuk judul, subjudul, atau nama suatu rubrik. Sedangkan untuk
Judul berita ukurannya berkisar antara 23-24 poin.
Gambar 9
Menentukan Ukuran Huruf
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa
7.
Penempatan Identitas Halaman
Setiap halaman media cetak biasanya memiliki identitas seperti
nama media, nomor edisi, nama rubrik, nomor halaman, dan sebagainya.
identitas tersebut ditempatkan di luar bingkai. Bisa disebelah kiri, tengah,
atau kanan bagian bawah. Demikian pula majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan.
Pencantuman identitas halaman dimaksudkan untuk mempermudah
pembaca menemukan informasi yang dicari. Pentingnya setiap halaman
memiliki identitas sangat terasa ketika terdapat sejumlah tulisan yang
bersambung atau sejumlah tulisan yang ditempatkan pada halaman
berbeda sebenarnya merupakan serangkaian tulisan dengan topik yang
berkaitan.
Gambar 10
Penempatan identitas nama rubrik
Nama Rubrik
Penempatan identitas halaman (nama media, nomor terbitan, waktu terbit)
Gambar 11
Nama Media (Swaracinta) Nomor terbitan (23) waktu terbit (Tahun II/FebruariMaret 2013)
Sumber gambar 10 dan 11: Tim desain (tata letak) perwajahan majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa
Gambar 12
Tampilan Keseluruhan Rubrik Kabar Pemperdayaan
Sumber : Tim desain (tata letak) perwajahan majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa
6.
Pascaproduksi
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi. Tahap ini meliputi;
a.
Pencetakan
Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni
PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien,
dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri.
Menurut Manajer Sirkulasi majalah SwaracintaDompet Dhuafa
Shofa Q, Dompet Dhuafa mencetak majalah Swaracinta sebanyak 20.000
eksemplar setiap bulannya dan mencari perusahaan percetakan yang
terbaik, dan akhirnya Dompet Dhuafa mempercayakan kepada PT.
Printer Indonesia. Prosesnya sangat mudah, hanya memberikan hasil
final dummy (rancangan kasar) yang sudah memuat desain terbaik yang
sudah disetujui oleh keseluruhan pihak, lalu diserahkandummy tersebut
kepada PT. Printer Indonesia untuk dicetak.81
Dompet Dhuafa berfikir, selama belum ada kebutuhan atas bahan
cetakan dalam jumlah oplah yang besar, memberi order pencetakan ke
perusahaan percetakan pasti jauh lebih murah dan efisien. Jadi Dompet
Dhuafa memilih tidak merasa perlu membeli mesin tersebut.82
Dalam Majalah Swaracinta sendiri, kertas yang digunakan
berukuran Kwarto atau sedikit lebih besar. Jumlah halaman majalah
Swaracinta sekitar 68 halaman. Untuk rubrik Kabar Pemberdayaan,
halaman majalah biasanya dibagi 2-4 kolom. Berita yang dimuat bisa
mencapai 2-4 tulisan, yang ditulis dengan pola penulisan berita feature
(berita khas atau karangan khas).
b.
Sirkulasi
Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak
yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak
menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat
berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi terbaru
media korporasi kepada seluruh amilin dan amilat (karyawan). Dengan
menaruhnya di tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang
81
Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10
September 2013.
82
Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10
September 2013.
pertemuan karyawan, dan setiap staf bisa mengambil satu eksemplar.
Untuk staf yang berada di luar kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman
barang.
Lain halnya bila media korporasi ditujukan untuk publik eksternal
dalam hal ini mita-mitra (donatur) Dompet Dhuafa. dalam upaya
pembentukan citra perusahaan. Dompet Dhuafa berusaha menyampaikan
edisi terbaru majalah Swaracinta untuk sampai ke pembaca dengan
sebaik-baiknya. Majalah tersebut dijaga tidak hanya kualitas isi, namun
juga keadaan supaya dalam kondisi tidak sobek dan rusak. Karena itu
salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para
mitranya. Setelah dua puluh ribu eksemplar majalah Swaracinta selesai,
sekitar seratus eksemplar untuk disebarkan di Head Office-nya Dompet
Dhuafa, untuk dibagikan ke seluruh amilin dan amilat, serta dibagikan
kepada donatur yang berkunjung. Lalu selebihnya dipaketkan di kantor
pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa untuk dibagikan oleh seluruh
amilin dan amilat, serta donatur yang berkunjung, juga mitra perusahaan
dan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Dompet
Dhuafa.83
Tidak hanya dikantor pelayanan dan cabang Dompet Dhuafa saja
majalah Swaracinta ini disebarkan, namun juga disebarkan dibeberapa
titik jejaring Dompet Dhuafa seperti Klinik LKC (Layanan Kesehatan
Cuma-cuma),
83
RST
(Rumah
Sehat
Terpadu),
DMC
(Disaster
Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q, Selasa 10
September 2013.
Management Center), LPM (Lembaga Pelayanan Masyarakat), dan
jejaring Dompet Dhuafa lainnya jika masih terdapat sisa majalah.
Pencapaian Target Produksi Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
B.
Rubrik Kabar Pemberdayaan
Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan
memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya. Khusus untuk rubrik Kabar
Pemberdayaan, tentunya ada beberapa pencapaian target yang diharapkan,
diantaranya sebagai berikut.
1.
Menjadi Media Informasi Komunitas yang informatif
Materi publikasi (tulisan dan foto) disebut berfungsi informatif
apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi pembaca.
Pengetahuan baru tersebut dengan demikian mengurangi ketidaktahuan
atau ketidakjelasan mengenai suatu masalah yang telah, sedang, atau
akan terjadi. SS. Widodo mengharapkan dengan adanya rubrik Kabar
Pemberdayaan pada majalah Swaracinta Dompet Dhuafa, menjadikan
informasi yang ada didalamnya sebagai penambah pengetahuan dan bisa
mengenal lebih jauh mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan Dompet
Dhuafa setiap bulannya.84
Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta
informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
menjadikan media komunitas yang bersifat informatif yang dapat
84
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh
masyarakat.
2.
Menjadi Media Korporasi yang Edukatif
Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu
memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan
suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru
yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis.
Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya
khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan
suatu
kegiatan
atau
mengatasi
suatu
persoalan.
SS.
Widodo
mengungkapkan Dompet Dhuafa ingin majalah Swaracinta pada rubrik
Kabar Pemberdayaan ini menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan
membawa pesan edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik
Kabar Pemberdayaan terdapat informasi mengenai simulasi tanggap
bencana atau pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita
tersebut para pembaca secara tidak langsung dapat menerima
pembelajaran yang edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi
tanggap bencana dan juga solusi dan strategi dalam memberdayakan
masyarakat dhuafa.85
85
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo, Selasa
10 September 2013.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Proses produksi berita majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik
Kabar Pemberdayaan memiliki tiga tahapan yakni, praproduksi, proses
produksi, dan pascaproduksi. Namun, yang menjadi perhatian tersendiri
adalah, proses produksi berita media internal atau korporasi tersebut,
dalam praktiknya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa menerapkan
empat komponen dalam menciptakan media korporasi-organisasi yang
berkualitas, yaitu komponen keredaksian, komponen produksi dan
sirkulasi, komponen biaya dan sarana, serta komponen personel.
Sehingga, meski hanya sekedar media internal, berita majalah
Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan pada
penulisan beritanya juga berusaha memperhatikan sesuai penulisan
berita feature, dan bisa dinikmati baik dalam lingkup internal maupun
eksternal. Selain itu, 20.000 eksemplar majalah tersebut juga merupakan
bentuk pertanggungjawaban Dompet Dhuafa terhadap para mitra
(donatur). Namun, dalam masalah ketepatan waktu dalam menerbitkan,
Majalah Swaracinta pernah mengalami keterlambatan. Juga dalam
pengangkatan isu terkini sebagai referensi berita dalam rubrik Kabar
Pemberdayaan, belum sepenuhnya intens dijalankan.
2. Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan
memiliki beberapa pencapaian target yang diharapkan setiap bulannya.
Pertama, menjadi media informasi komunitas yang informatif. Materi
publikasi (apakah dalam format tulisan, foto) disebut berfungsi
informatif apabila materi itu menambah pengetahuan baru bagi
pembaca. Kedua, menjadi media korporasi yang edukatif. Materi
publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu memperkenalkan
kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan suatu kegiatan atau
cara baru untuk mengatasi suatu masalah.
B.
Saran
1.
Dalam proses produksi
berita majalah Swaracinta yang meliputi
komponen keredaksian, setiap bulannya hendaknya sesuai dengan
deadline (batas waktu) yang ditetapkan korporasi, agar tidak terlambat
ke tangan pembaca.
2.
Agar mencapai target pencapaian yang diharapkan yakni menjadi media
informasi yang informatif dan edukatif, Dompet Dhuafa dalam
programnya hendaknya mengikuti isu yang berkembang di tengah
masyarakat baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, maupun
sosial.
Daftar Pustaka
A. Buku
Ardianto, Elvinaro. Dasar-dasar Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007.
Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Erlangga, 2010.
Bland, Michael, Alison Theaker dan David Wragg. Hubungan Media yang
Efektif. Jakarta: Erlangga, 2001.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat. Jakarta: Kencana Media Group,
2007.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000.
Jumroni dan Suhaimi. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Ciputat: UIN
Jakarta Press, 2006.
Lexy, J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Mondry, M.Sos. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008.
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2004
Rakhmat, Jalaluddin.
2005.
Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Santoso, Edi dan Setiansah, Mite. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
Siregar, Ashadi dan Pasaribu, Rondang. Bagaimana Mengelola Media KorporasiOrganisasi. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Siregar, Ashadi. dkk. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa.
Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan
Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.
Tanjung, M. Azrul. Budaya Bisnis Menuju Kebangkitan Ekonomi Ummat. Jakarta:
Dewan Pimpinan MUI Pusat, 2012.
Wahyudi, J.B. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
B. Internet
www.dompetdhuafa.org (diakses 20 Februari 2013)
Company profile Dompet Dhuafa (diakses 19 Juli 2013)
C. Hasil Wawancara
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo,
Kamis 18 Juli 2013.
Wawancara pribadi dengan Pemimpin Redaksi majalah Swaracinta, Ahmad
Juwaini, Kamis 24 Juli 2013.
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan,
Kamis 24 Juli 2013.
Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa, SS. Widodo, 15 Agustus 2013.
Wawancara pribadi dengan Staf Redaksi majalah Swaracinta, Amirul Hasan,
Kamis 15 Agustus 2013.
Wawancara pribadi dengan redaktur pelaksana majalah Swaracinta, SS Widodo,
Selasa 10 September 2013.
Wawancara pribadi dengan manager sirkulasi majalah Swaracinta, Shofa Q,
Selasa 10 September 2013.
Lampiran
Transkip Wawancara
1. Awalnya,
siapakah
yang
memiliki
gagasan
atau
ide
untuk
memproduksi majalah Swaracinta (lahirnya majalah Swaracinta) dan
menghadirkan rubrik Kabar Pemberdayaan?
Awal tahun 2011 merupakan tahun pertama majalah Swaracinta
diterbitkan. Tepat pada 01 Januari 2011. Majalah Swaracinta dicetuskan
oleh Parni Hadi selaku Dewan Pembina Dompet Dhuafa. Sebelum
majalah Swaracinta muncul, Dompet dhuafa memiliki media dalam bentuk
cetak lainnya bernama Masa Kini. Namun setelah 4 tahun berjalan, Parni
Hadi yang kini juga menjabat
melakukan
perombakan
media
pemimpin umum majalah Swaracinta,
untuk
Dompet
Dhuafa.selanjutnya
mengenai rubrik Kabar Pemberdayaan yang hadir untuk melengkapi
majalah Swaracinta. Rubrik Kabar Pemberdayaan sendiri menyajikan
berita atau informasi mengenai kegiatan atau program-program apa saja
yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa.
2. Apa yang melatarbelakangi perombakan media untuk Dompet
Dhuafa?
Yang melatarbelakangi diadakannya perubahan tersebut adalah
content (isi) dari Masa Kini hanyalah untuk kalangan internal saja. semua
yang dibahas 80% tentang Dompet Dhuafa. Kita menginginkan media
internal Dompet Dhuafa tidak hanya bisa dinikmati oleh kalangan
internal saja, tapi juga bisa dinikmati masyarakat umum.Nama
Swaracinta sudah terinspirasi pada tahun 2010, namun baru bisa
diterbitkan pada awal 2011. Swaracinta berarti voice of love dan kita
ingin media internal ini membawa pesan cinta yakni menebarkan pesan
peduli, cinta kepada kaum dhuafa, cinta kepada sesama manusia dan
hamba Allah dan tentunya bisa diterima masyarakat luas.
3. Apa tujuan diproduksinya majalah Swaracinta?
Tujuan diproduksinya majalah Swaracinta yakni akan mencoba
berpartisipasi meniupkan energi positif lewat tulisan-tulisan yang akan
memberikan inspirasi, motivasi, dan mencerahkan. Bukan hal yang mudah
juga untuk menyajikan tulisan semacam itu, tapi kami akan berusaha
untuk memberikan yang terbaik dalam menebarkan energi positif
Harapannya, bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada para
pembaca semuanya.
4. Termasuk kedalam jenis berita apakah semua informasi yang
disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan?
Informasi yang disajikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
disajikan dalam bentuk berita berjenis feature (berita khas/kisah). Dalam
setiap berita pada rubrik Kabar Pemberdayaan, kami mencoba menulis
sesuai dengan kaidah ilmu jurnalistik dalam penulisan feature, meski
hanya sekedar media internal dalam korporasi (Dompet Dhuafa), tapi
kami mencoba untuk membuat berita-berita dalam rubrik Kabar
Pemberdayaan menjadi media yang berkualitas, yang dapat diterima oleh
seluruh kalangan baik di internal maupun eksternal.
5. Selama memproduksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada
rubrik Kabar Pemberdayaan, apakah ada hambatan tersendiri? Baik
dari segi pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi?
Dalam proses produksi majalah Swaracinta dalam rubrik Kabar
Pemberdayaan kami tidak mengalami banyak hambatan. Mungkin ada
beberapa faktor saja yang menyebabkan adanya hambatan itu hadir,
seperti keterlambatan reporter dalam menyerahkan hasil tulisan,
perencanaan isi yang kurang maksimal perencanaannya, dan lain
sebagainya yang kesemuanya itu jika dibiarkan akan benar-benar menjadi
faktor penghambat dalam proses produksi tersebut. Dan ini harus
dihindari, agar proses produksi berjalan lancar dan sempurna.
Ciputat, 23 Oktober 2013
(Amirul Hasan)
Corsec Dompet Dhuafa
Lampiran
Transkip Wawancara
1. Bagaimana proses produksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa?
Sama seperti proses produksi media cetak lainnya, namun dalam
memproduksi media korporasi atau internal menurut kami memang lebih
dipikirkan
secara
matang,
untuk
menghasilkan
informasi
yang
berkualitas. Ada tahapan, pra produksi, proses produksi, dan pasca
produksi. Penemuan ide Tahapan ini dimulai ketika seorang Pemimpin
Redaksi menemukan ide atau gagasan, tema apa yang akan diangkat,
untuk edisi selanjutnya. Biasanya dilakukan dalam rapat redaksi.
Selanjutnya adalah perencanaan. Tahap ini juga dilaksanakan pada saat
rapat redaksi berlangsung. Perencanaan tersebut meliputi penetapan
jangka waktu kerja (time schedule), merumuskan pemerian kerja (job
description) dan personel, mekanisme kerja organisasi, desain, biaya,
sarana.
Pada tahapan produksi, komponen keredaksian dan komponen
produksi dan sirkulasi merupakan bagian dari tahapan ini. Namun pada
komponen keredaksian yang mencakup hanya pengumpulan bahan baku
informasi (Liputan), pengolahan
dan penyiapan informasi serta
penyuntingan. Sedangkan komponen produksi dan sirkulasi mencakup
pracetak yakni mencakup setiap upaya mendesain tampilan visual media
sehingga menarik dipandang. Tahap terakhir adalah pasca produksi, pada
bagian ini adalah tahap pencetakan majalah Swaracinta Dompet Dhuafa
dan proses sirkulasinya.
Pada tahap ini, proses pencetakan majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa dipercayakan ke sebuah perusahaan percetakan terbesar yakni
PT. Printer Indonesia. Ini menjadi pertimbangan yang sangat efisien,
dikarenakan Dompet Dhuafa belum memiliki mesin percetakan sendiri
sebanyak 20.000 eksemplar setiap bulannya.
Dalam proses sirkulasi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa tidak
yang ditujukan bagi publik internal, masalah sirkulasi tidak banyak
menghadapi kendala. Media korporasi tersebut bisa diedarkan lewat
berbagai cara. Staf administrasi dapat mendistribusikan edisi mutakhir
media korporasi kepada seluruh karyawan. Dengan menaruhnya di
tempat khusus, seperti di ruang utama, di ruang pertemuan karyawan, dan
setiap staf bisa mengambil satu eksemplar. Untuk staf yang berada di luar
kota, bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang.
2. Bagaimana pencapaian target produksi majalah Swaracinta Dompet
Dhuafa pada rubrik Kabar Pemberdayaan?
Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa pada rubrik Kabar
Pemberdayaan memiliki beberapa pencapaian target setiap bulannya.
Khusus untuk rubrik Kabar Pemberdayaan, tentunya ada beberapa
pencapaian target yang diharapkan. Pertama, menjadi media informasi
komunitas yang informatife. Maksudnya, Materi publikasi (apakah dalam
format tulisan, foto) disebut berfungsi informatif apabila materi itu
menambah pengetahuan baru bagi pembaca. Pengetahuan baru tersebut
dengan demikian mengurangi ketidaktahuan atau ketidakjelasan mengenai
suatu masalah yang telah, sedang, atau akan terjadi. Dengan hadirnya
majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta informasi yang disampaikan
dalam rubrik Kabar Pemberdayaan menjadikan media komunitas yang
bersifat informatif yang dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan
internal melainkan seluruh masyarakat. Kedua, menjadi media korporasi
yang edukatif. Materi publikasi berfungsi edukatif apabila informasi itu
memperkenalkan kepada pembaca tentang cara baru untuk melakukan
suatu kegiatan atau cara baru untuk mengatasi suatu masalah. Cara baru
yang dipaparkan bisa berupa konsep, bisa pula berupa petunjuk praktis.
Cara baru yang diperkenalkan itu dengan demikian memperkaya
khazanah keterampilan yang telah dimiliki pembaca dalam melakukan
suatu kegiatan atau mengatasi suatu persoalan.
3. Harapan Anda untuk majalah Swaracinta Dompet Dhuafa kedepan?
Dengan hadirnya majalah Swaracinta Dompet Dhuafa serta
informasi yang disampaikan dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
menjadikan media komunitas yang bersifat informatif dan edukatif yang
dapat dinikmati tidak hanya dalam kalangan internal melainkan seluruh
masyarakat.
Kami ingin, majalah Swaracinta pada rubrik Kabar Pemberdayaan ini
menghasilkan berita-berita yang bermanfaat dan membawa pesan
edukatif juga bagi pembaca. Semisal, dalam rubrik Kabar Pemberdayaan
terdapat
informasi
mengenai
simulasi
tanggap
bencana
atau
pemberdayaan masyarakat kurang mampu. Nah, dari berita tersebut para
pembaca secara tidak langsung dapat menerima pembelajaran yang
edukatif seperti mendapatkan cara dalam simulasi tanggap bencana dan
juga solusi dan strategi dalam memberdayakan masyarakat dhuafa.
Ciputat, 23 Oktober 2013
(Sugeng Sri Widodo)
Lampiran Foto
Penulis bersama Sugeng Sri Widodo (Redaktur Pelaksana) Majalah Swaracinta
Dompet Dhuafa
Redaktur Pelaksana Majalah Swaracinta Dompet Dhuafa (Sugeng Sri Widodo)
saat pengeditan naskah berita Rubrik Kabar Pemberdayaan
Seluruh jajaran Redaksi majalah Swaracinta Dompet Dhuafa saat menggelar
rapat redaksi terkait berita pada Rubrik Kabar Pemberdayaan
Download