BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa 2.1.1

advertisement
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi Massa menjadi bagian penting bagi masyarakat, karena banyak
yang di informasikan dari media massa yang ingin diketahui oleh khalayak ramai.
Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri8 :
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar,
heterogen, dan anonym.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan
untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara
serempak dan sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroprasi dalam sebuah
organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya
yang besar
8
Werner J. Severin-James W. Tankard,Jr, Teori Komunikasi,Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam
Media Massa : hal 4
8
9 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Agar dapat mengetahui proses komunikasi massa, perlu diketahui
karakteristiknya.
Berikut ini adalah karakteristik dari komunikasi massa, yaitu:
1. Komunikator terlembaga
Komunikator dari komunikasi massa itu adalah media massa, baik media
cetak maupun media elektronik. Media massa sebagai komunikator
menyampaikan pesan kepada khalayak besar dan keseluruh daerah.
2. Pesan bersifat umum
Pesan yang disampaikan oleh komunikator bersifat umum, karena pesan
tersebut menyangkut khalayak. Pesannya dapat berupa informasi maupun
fakta dan peristiwa yang tengah terjadi dimasyarakat. Pesan yang disampaikan
juga harus menarik dan penting.
3. Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikator dalam komunikasi massa tidak pernah mengenal komunikannya,
dimana tempat tinggalnya, nama, pekerjaan dan sebagainya, karena
komunikan tersebut anonim. Terlebih indonesia memiliki bermacam-macam
suku di Indonesia yang banyak jumlahnya.
4. Media massa menimbulkan keserempakan
10 Dalam proses penyampaian pesannya komunikator secara serempak
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Sasarannya juga banyak dan
tidak terbatas.
5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Menurut Mulyana 2000:99, salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa
komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi
menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya,
yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.
6. Komunikasi massa bersifat satu arah
Dalam
prosesnya
yang
menggunakan
media
massa
pesan
yang
disampaikannya bersifat satu arah dan langsung disampaikan kepada khalayak
banyak yang tersebar dimana-mana.
7. Stimulasi alat indra terbatas
Stimulasi alat indra terbatas karena komunikator dan komunikan tidak dapat
bertatap muka, komunikan hanya bisa melihat komunikatornya melalui
televisi, jika menggunakan radio hanya dengan pendengarannya.
8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)
Umapan balik yang ditimbulkan tidak bersifat segera melainkan tertunda,
karena komunikan tidak dapat memberikan reaksi atau pendapatnya kepada
11 komunikator secara langsung, hanya bisa dilakukan melalui telepon dan juga
melalui email9.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa bisa diartikan memiliki fungsi yang sentral di masyarakat.
Disebut demikian karena perannya dalam masyarakat sangatlah penting.
Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari survellance
(pengawasan), interpretation (penafsi ran), linkage (keterkaitan), transmitssion of
values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan).
1. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a)
warning
or
beware
surveillance
(pengawasan
peringatan);
(b)
instrumental surveillance (pengawasan instrumental).
Fungsi
pengawasan
peringatan
terjadi
ketika
media
massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung
merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya
serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi
ancaman.
9
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Penerbit Graha ilmu, Yogyakarta, hal 103 12 2. Interpretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa
tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran
terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media
memilih memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
3. Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam
sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu.
4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran tidak kentara, fungsi ini juga disebut sosialization
(sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan
kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.
Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita
amati dan harapan untuk menirunya.
5. Entertainment (Hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang
13 mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran
televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.
2.1.4 Efek Komunikasi Massa
Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga
pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan
pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis
perubahan yang terjadi pada diri dan perilaku atau disebut dengan perubahan kognitif,
afektif dan behavioral.10
1. Efek kehadiran media massa
Menurut Steven M. Chaffe ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai
benda fisik: efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek
penyaluran/penghilang perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang
terhadap media.
a. Efek ekonomi
Dengan adanya media massa dapat memberikan berbagai usaha produksi.
Kehadiran surat kabar yang dapat membuka lapangan kerja bagi
wartawan. Kehadiran televisi yang memberika lapangan kerja kepada
sarjana ilmu komunikasi, juru kamera dan profesi lainnya.
10
Ibid hal 50
14 b. Efek sosial
Dapat memberikan perubahan kepada masyarakat dalam berinteraksi
dengan masyarakat lainnya.
c. Penjadwalan kegiatan sehari-hari
Umunya masyarakat setiap harinya sebelum beraktifitas menyempatkan
diri untuk membaca koran dan juga menonton televisi. Begitu juga dengan
anak-anak yang menonton televisi untuk menonton acara kesukaannya.
d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman
Media massa memberikan efek psikologis kepada masyarakat. Karena bisa
menghilangkan perasaan sedih, marah dan sebagainya. Karena media
massa memberikan hiburan.
2.2
Film
2.2.1 Definisi Film
Film pertama kali lahir di paruh kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar
seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun.
Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar
lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.11Salah satu media massa yang
diserap secara mendalam adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari
11
Heru Effendi, Mari Membuat Film, Jakarta: Panduan, 2001 Hal 20.
15 komunikasi massa visual di belahan dunia ini.
Film adalah karya seni, yang
diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan
memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.12 Pengertian film adalah merekam
gambar yang bergerak, bahan tipis negative film yang dipergunakan untuk mencetak
film.13
2.2.2 Fungsi Film
Seperti halnya televise siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah
ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi
informatif maupun edukatif, bahkan persusif. Hal ini pun sejalan dengan misi
perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional
dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam
rangka nation andcharacter building . Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film
nasional meproduksi film-film sejarah yang onjektif, atau film documenter dan film
yang di angkat dari kehidupan sehari- hari yang berimbang.14
Dari arti semua cabang seni, film dapat di katakan paling banyak
mempengaruhi kehidupan manusia modern. Seorang kritikus film pernah berpendapat
film dapat membawa kita “ closer to hell, lebih dekat ke sorga atau lebih dekat ke
neraka” yang di maksud ialah bahwa film yang baik dapat mempunyai pengaruh yang
12
Elvinaro Ardianto dan Luki Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung
Simbiosa Rekatama Media, 2005 hal. 134
13
Lubis Nisrina,Kamus Istilah Film Popular,Yogyakarta: Media Pressindo, 2009, hal 40
14
Ibid,hal 145
16 sangat bermanfaat bagi kehidupan manusi, umpamanya di bidang pendidikan ,
penerangan, dan hiburan yang sehat, juga seni.15 Sebaliknya film buruk, misalnya
film– film yang menonjolkan sex and violence (porno dan kekerasan). Dapat
merangsang nafsu- nafsu kebinatangan dan mebawa kita ke jalan yang sesat. Dengan
lain perkataan : pengaruhnya tergantung pada cara kita memakainya: bias positif, bias
negative, konstruksi dan destruktif.16
Hidup modern tanpa film tak dapat lagi di bayangkan. Film sudah menjadi
bagian dari hidup modern, yang tak dapat dielakan dan harus di terima. Maka sebagai
suatu kenyataan, kehadiran film harus kita terima dengan sifat positif. Jangan seperti
burung onta yang menyembunyikan kepalanya ke dalam pasir ketika dia melihat
seorang pemburu. Burung onta memang tidak melihat pembueu itu , tetapi pemburu
itu tetap melihatnya, dan bahkan lebih mudah menangkapnya. Film sebagai alat
hiburan yang paling murah harus kita sadari juga dan menerima konsekuensinya.
Maka Karena massa yang menjadi konsumen tebesar , bukan kaum elit, maka dia
menjadi barang yang diprodusir sebagai barang industry. Implikasinya ,dari dagang
dan industri adalah untung untung-rugi.17
15
Gayus Siagian, Sejarah Film Indonesia, Jakarta, Fakultas Film Dan Televisi Institut Kesenian
Jakarta 2010, Hal 1 16
Asrul Sani , Cara Membuat Sebuah Film, Jakarta, Yayasan Citra 1988, Hal 12
17
Ibid,hal 4
17 2.2.3 Karakteristik Film
Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar,
pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis.
a. Layar yang Luas/Lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media
film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang
berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya
diruangan terbuka, seperi dalam pertunjukan musik dan sejenisnya.
Dengan adanya kemajuan teknologi, layar film dibioskop pada umumnya
sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata
dan tidak berjarak.
b. Pengambilan Gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot
dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot
dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot
tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang
sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. Disamping itu,
melalui pano-ramic shot, kita sebagai penonton dapat memperoleh sedikit
gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu
yang dijadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung
18 ketempat tersebut. Misalnya, kita dapat mengetahui suasana sekitar
menara Effiel di Paris.
c. Konsentrasi Penuh
Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita
tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita juga terbawa
suasana, kita akan tertawa terbahak-bahak manakala adegan film lucu,
atau sedikit senyum dikulum apabila adegan yang menggelitik. Namun
dapat pula kita menjerit katakutan bila adegan menyeramkan (biasanya
anak-anak) dan bahkan menangis melihat adegan menyedihkan.
Bandingkan bila kita menonton televisi dirumah, selain lampu yang tidak
dimatikan, orang-orang disekeliling kita berkomentar atau hilir mudik
mengambil minuman dan makanan, atau sedang melihat adegan seru tibatiba pesawat telepon berbunyi, atau bel rumah berbunyi karena ada tamu,
ditambah lagi dengan selingan iklan.
d. Identifikasi Psikologis
Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop telah
membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan.
Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak
sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah
seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang
19 sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai
identifikasi psikologis ( Effendy, 1981: 192)18.
2.2.4
Jenis Film
Ada beberapa jenis-jenis film seperti dibawah ini19
1. film cerita pendek (short Film)
durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak
negara seperti german, australia, kanada dan amerika serikat film
cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan
bagi seseorang atau kelompok yang kemudian memproduksi film
cerita panjang
2. film cerita panjang (feature length films)
film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100
menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam
kelompok ini
3. film-film jenis lain (corporate Profile)
18
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi,
Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007 , hal. 145
19
Heru Efendi, Mari Membuat Film, Jakarta: Panduan, 2001 hal 13
20 film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan
dengan kegiatan yang mereka lakukan.
2.2.5
Drama
Drama adalah sebuah format acara yang diproduksi dan ciptakan dengan
proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dapat
diulang.Format yang di gunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang
diwujudkan dalam suatu runtunancerita dalam sejumlah adegan (scene). Adeganadegan tersebut menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau
imajinasi/khalayan para kreatornya.20
2.3
Romantisme
2.3.1 Pengertian Romantisme
Romantisme pada umumnya dipahami sebagai suasana yang penuh
kemesraan. Dalam hubungan antara dua insan yang berlainan jenis, maka romantis
berarti hubungan keterpaduan emosional dengan dengan hati sang kekasih yang
diwujudkan dengan berbagai ekspresi. Romantisme bisa diwujudkan dalam kerinduan
yang amat sangat, sanjungan-sanjungan, sikap yang sangat memprihatinkan (care),
20
Anton Mabruri Kn, Managemen Produksi, Managemen Produksi Program Acara Televisi; format
Acara Televisi Non Drama, News, Sport, Mind 8 Publishing House, 2010. Hal: 32 21 helaian mesra, ciuman dan bahkan ada yang sampai melakukan hubungan laksana
suami istri.
Remaja biasanya bangga jika pacarannya bisa mencapai romantisme. Bahkan
mereka biasanya mengecam temannya yang tidak bisa romantis dalam berpacaran,
seakan-akan jika pacaran tidak romantis itu kuno ndeso dan ketinggalan zaman.
Karena pandangan ini, para remaja berusaha semaksimal mungkin mencapai
romantis mendalam dalam berpacaran, sampai-sampai banyak terjadi hamil diluar
nikah dan aborsi.21
2.3.2
Macam-macam Romantis
Romantisme bisa diwujudkan dalam kerinduan yang amat sangat, sanjungan-
sanjungan, sikap yang sangat memprihatinkan (care), helaian mesra, ciuman dan
bahkan ada yang sampai melakukan hubungan laksana suami istri. Selain itu macam
bentuk yang bisa disebut romantisme adalah saat mengharapkan pasangan
memberikan cindera mata, oleh-oleh usai berpergian, berbagai perhatian dan kasih
sayang mengumbar bujuk rayu d
5ik49hoengan kalimat mendayu-dayu.22
21
Ust.Jefri Al-Buckhori, Sekuntum Mawar Untuk Remaja:Pesan Islam Untuk Pergaulan Remaja,
Jakarta : Al-Mawardi, 2010, Hal 10
22
Abu Umar Basyir, Sutra Romantika : Yogyakarta, 2008, Hal 127 22 2.4
Semiotika
Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang
semakin luas dan kuat dalam berbagai bidang. Semiotika mempunyai pengaruh pada
bidang seni rupa, seni seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, desain
komunikasi visual, antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies
dan cultural studies.
Secara etimologis, kata atau istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani:
semeion yang berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika
berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. “Tanda”
bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap
menandai adanya api.
Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
sebagai tanda. Karena pada dasarnya, analisis semiotika bersifat paradigmatic dalam
arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik
sebuah teks23.
Menurut Charles Sander Pierce, mendefinisikan semiotika sebagai “a relation
ship among sign, an object, and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek
dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia
23
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal. 5
23 hanya dapat bernalar lewat tanda24, sedangkan menurut Ferdinand de Saussure,
mendefinisikan semiotika merupakan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang
tak dipisahkan. Artinya, sebuah tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh
indra kita (signifier), bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified)
bidang petanda atau konsep atau makna25.
Menurut Preminger mendefinisikan mengenai semiotika, “Semiotika adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut
mempunyai arti”26.
Semiotika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya
makna dan produksi makna27. Menurut Umberto Eco, Ada dua jenis semiotika,
diantaranya semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi
menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya
mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima,
kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan,
24
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 16
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta; Jalasutra, 2008, hal. 13
26
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal.96
27
Ibid, hal 12
25
24 sedangkan
semiotika
signifikasi
tidak
mempersoalkan
adanya
tujuan
berkomunikasi28.
Analisis semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks
yang berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap
lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika.29
Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Setiap tanda atau sinyal
yang dapat diterima oleh seluruh panca indera kita, maka tanda-tanda tersebut pada
akhirnya membentuk system kode yang secara sistematis menghasilkan suatu
informasi / makna pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia
ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things)30.
28
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal. 6 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007 hal 156.
30
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 2006 hal.15
29
25 2.5 Semiotika Charles Sander Peirce
Menurut Peirce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Peirce
disebut teori segitiga makna atau triangle meaning,31 diantaranya :
a. Tanda
Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera
manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu
sendiri.
b. Objek (acuan tanda)
Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang
dirujuk tanda.
c. Interpretant (pengguna tanda)
Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
31
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public
Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta; Kencana, 2008, hal
265
26 Gambar 2.1
Teori segitiga Makna (Triangle of Meaning)
Sign
Interpretant
Object
Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimakna makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi32. Analisis
ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang
dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori,
konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya33.
Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something
in some respect or capacity”34 . Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang
mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.
Tipologi tanda versi Charles Sander Peirce35, yaitu:
32
Ibid
Ibid, hal 267
34
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 41
35
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal 14
33
27 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu
mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara
representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa
kualitas.
2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di
antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda
dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara
yang sekuensial atau kausal.
3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai
kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.
Tabel 2.1 Jenis tanda dan cara kerjanya36
Jenis Tanda
Ditandai dengan
Contoh
Proses Kerja
Ikon
persamaan atau kemiripan
Gambar, foto
Dilihat
Indeks
Keterkaitan
asap----api
Diperkirakan
Simbol
Kesepakatan social
Kata-kata
Dipelajari
36
Ibid
Download