8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi Massa menjadi bagian penting bagi masyarakat, karena banyak yang di informasikan dari media massa yang ingin diketahui oleh khalayak ramai. Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri8 : 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonym. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau beroprasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar 8 Werner J. Severin-James W. Tankard,Jr, Teori Komunikasi,Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa : hal 4 8 9 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Agar dapat mengetahui proses komunikasi massa, perlu diketahui karakteristiknya. Berikut ini adalah karakteristik dari komunikasi massa, yaitu: 1. Komunikator terlembaga Komunikator dari komunikasi massa itu adalah media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Media massa sebagai komunikator menyampaikan pesan kepada khalayak besar dan keseluruh daerah. 2. Pesan bersifat umum Pesan yang disampaikan oleh komunikator bersifat umum, karena pesan tersebut menyangkut khalayak. Pesannya dapat berupa informasi maupun fakta dan peristiwa yang tengah terjadi dimasyarakat. Pesan yang disampaikan juga harus menarik dan penting. 3. Komunikannya anonim dan heterogen Komunikator dalam komunikasi massa tidak pernah mengenal komunikannya, dimana tempat tinggalnya, nama, pekerjaan dan sebagainya, karena komunikan tersebut anonim. Terlebih indonesia memiliki bermacam-macam suku di Indonesia yang banyak jumlahnya. 4. Media massa menimbulkan keserempakan 10 Dalam proses penyampaian pesannya komunikator secara serempak menyampaikan pesannya kepada komunikan. Sasarannya juga banyak dan tidak terbatas. 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Menurut Mulyana 2000:99, salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 6. Komunikasi massa bersifat satu arah Dalam prosesnya yang menggunakan media massa pesan yang disampaikannya bersifat satu arah dan langsung disampaikan kepada khalayak banyak yang tersebar dimana-mana. 7. Stimulasi alat indra terbatas Stimulasi alat indra terbatas karena komunikator dan komunikan tidak dapat bertatap muka, komunikan hanya bisa melihat komunikatornya melalui televisi, jika menggunakan radio hanya dengan pendengarannya. 8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Umapan balik yang ditimbulkan tidak bersifat segera melainkan tertunda, karena komunikan tidak dapat memberikan reaksi atau pendapatnya kepada 11 komunikator secara langsung, hanya bisa dilakukan melalui telepon dan juga melalui email9. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa bisa diartikan memiliki fungsi yang sentral di masyarakat. Disebut demikian karena perannya dalam masyarakat sangatlah penting. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari survellance (pengawasan), interpretation (penafsi ran), linkage (keterkaitan), transmitssion of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan). 1. Surveillance (pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (a) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (b) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. 9 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Penerbit Graha ilmu, Yogyakarta, hal 103 12 2. Interpretation (penafsiran) Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. 3. Linkage (pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran tidak kentara, fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. 5. Entertainment (Hiburan) Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang 13 mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. 2.1.4 Efek Komunikasi Massa Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri dan perilaku atau disebut dengan perubahan kognitif, afektif dan behavioral.10 1. Efek kehadiran media massa Menurut Steven M. Chaffe ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik: efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran/penghilang perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media. a. Efek ekonomi Dengan adanya media massa dapat memberikan berbagai usaha produksi. Kehadiran surat kabar yang dapat membuka lapangan kerja bagi wartawan. Kehadiran televisi yang memberika lapangan kerja kepada sarjana ilmu komunikasi, juru kamera dan profesi lainnya. 10 Ibid hal 50 14 b. Efek sosial Dapat memberikan perubahan kepada masyarakat dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya. c. Penjadwalan kegiatan sehari-hari Umunya masyarakat setiap harinya sebelum beraktifitas menyempatkan diri untuk membaca koran dan juga menonton televisi. Begitu juga dengan anak-anak yang menonton televisi untuk menonton acara kesukaannya. d. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman Media massa memberikan efek psikologis kepada masyarakat. Karena bisa menghilangkan perasaan sedih, marah dan sebagainya. Karena media massa memberikan hiburan. 2.2 Film 2.2.1 Definisi Film Film pertama kali lahir di paruh kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.11Salah satu media massa yang diserap secara mendalam adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari 11 Heru Effendi, Mari Membuat Film, Jakarta: Panduan, 2001 Hal 20. 15 komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.12 Pengertian film adalah merekam gambar yang bergerak, bahan tipis negative film yang dipergunakan untuk mencetak film.13 2.2.2 Fungsi Film Seperti halnya televise siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persusif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation andcharacter building . Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional meproduksi film-film sejarah yang onjektif, atau film documenter dan film yang di angkat dari kehidupan sehari- hari yang berimbang.14 Dari arti semua cabang seni, film dapat di katakan paling banyak mempengaruhi kehidupan manusia modern. Seorang kritikus film pernah berpendapat film dapat membawa kita “ closer to hell, lebih dekat ke sorga atau lebih dekat ke neraka” yang di maksud ialah bahwa film yang baik dapat mempunyai pengaruh yang 12 Elvinaro Ardianto dan Luki Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung Simbiosa Rekatama Media, 2005 hal. 134 13 Lubis Nisrina,Kamus Istilah Film Popular,Yogyakarta: Media Pressindo, 2009, hal 40 14 Ibid,hal 145 16 sangat bermanfaat bagi kehidupan manusi, umpamanya di bidang pendidikan , penerangan, dan hiburan yang sehat, juga seni.15 Sebaliknya film buruk, misalnya film– film yang menonjolkan sex and violence (porno dan kekerasan). Dapat merangsang nafsu- nafsu kebinatangan dan mebawa kita ke jalan yang sesat. Dengan lain perkataan : pengaruhnya tergantung pada cara kita memakainya: bias positif, bias negative, konstruksi dan destruktif.16 Hidup modern tanpa film tak dapat lagi di bayangkan. Film sudah menjadi bagian dari hidup modern, yang tak dapat dielakan dan harus di terima. Maka sebagai suatu kenyataan, kehadiran film harus kita terima dengan sifat positif. Jangan seperti burung onta yang menyembunyikan kepalanya ke dalam pasir ketika dia melihat seorang pemburu. Burung onta memang tidak melihat pembueu itu , tetapi pemburu itu tetap melihatnya, dan bahkan lebih mudah menangkapnya. Film sebagai alat hiburan yang paling murah harus kita sadari juga dan menerima konsekuensinya. Maka Karena massa yang menjadi konsumen tebesar , bukan kaum elit, maka dia menjadi barang yang diprodusir sebagai barang industry. Implikasinya ,dari dagang dan industri adalah untung untung-rugi.17 15 Gayus Siagian, Sejarah Film Indonesia, Jakarta, Fakultas Film Dan Televisi Institut Kesenian Jakarta 2010, Hal 1 16 Asrul Sani , Cara Membuat Sebuah Film, Jakarta, Yayasan Citra 1988, Hal 12 17 Ibid,hal 4 17 2.2.3 Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. a. Layar yang Luas/Lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Saat ini ada layar televisi yang berukuran jumbo, yang bisa digunakan pada saat-saat khusus dan biasanya diruangan terbuka, seperi dalam pertunjukan musik dan sejenisnya. Dengan adanya kemajuan teknologi, layar film dibioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. b. Pengambilan Gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. Disamping itu, melalui pano-ramic shot, kita sebagai penonton dapat memperoleh sedikit gambaran, bahkan mungkin gambaran yang cukup tentang daerah tertentu yang dijadikan lokasi film sekalipun kita belum pernah berkunjung 18 ketempat tersebut. Misalnya, kita dapat mengetahui suasana sekitar menara Effiel di Paris. c. Konsentrasi Penuh Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita juga terbawa suasana, kita akan tertawa terbahak-bahak manakala adegan film lucu, atau sedikit senyum dikulum apabila adegan yang menggelitik. Namun dapat pula kita menjerit katakutan bila adegan menyeramkan (biasanya anak-anak) dan bahkan menangis melihat adegan menyedihkan. Bandingkan bila kita menonton televisi dirumah, selain lampu yang tidak dimatikan, orang-orang disekeliling kita berkomentar atau hilir mudik mengambil minuman dan makanan, atau sedang melihat adegan seru tibatiba pesawat telepon berbunyi, atau bel rumah berbunyi karena ada tamu, ditambah lagi dengan selingan iklan. d. Identifikasi Psikologis Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang 19 sedang berperan. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis ( Effendy, 1981: 192)18. 2.2.4 Jenis Film Ada beberapa jenis-jenis film seperti dibawah ini19 1. film cerita pendek (short Film) durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak negara seperti german, australia, kanada dan amerika serikat film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau kelompok yang kemudian memproduksi film cerita panjang 2. film cerita panjang (feature length films) film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini 3. film-film jenis lain (corporate Profile) 18 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007 , hal. 145 19 Heru Efendi, Mari Membuat Film, Jakarta: Panduan, 2001 hal 13 20 film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. 2.2.5 Drama Drama adalah sebuah format acara yang diproduksi dan ciptakan dengan proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dapat diulang.Format yang di gunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtunancerita dalam sejumlah adegan (scene). Adeganadegan tersebut menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi/khalayan para kreatornya.20 2.3 Romantisme 2.3.1 Pengertian Romantisme Romantisme pada umumnya dipahami sebagai suasana yang penuh kemesraan. Dalam hubungan antara dua insan yang berlainan jenis, maka romantis berarti hubungan keterpaduan emosional dengan dengan hati sang kekasih yang diwujudkan dengan berbagai ekspresi. Romantisme bisa diwujudkan dalam kerinduan yang amat sangat, sanjungan-sanjungan, sikap yang sangat memprihatinkan (care), 20 Anton Mabruri Kn, Managemen Produksi, Managemen Produksi Program Acara Televisi; format Acara Televisi Non Drama, News, Sport, Mind 8 Publishing House, 2010. Hal: 32 21 helaian mesra, ciuman dan bahkan ada yang sampai melakukan hubungan laksana suami istri. Remaja biasanya bangga jika pacarannya bisa mencapai romantisme. Bahkan mereka biasanya mengecam temannya yang tidak bisa romantis dalam berpacaran, seakan-akan jika pacaran tidak romantis itu kuno ndeso dan ketinggalan zaman. Karena pandangan ini, para remaja berusaha semaksimal mungkin mencapai romantis mendalam dalam berpacaran, sampai-sampai banyak terjadi hamil diluar nikah dan aborsi.21 2.3.2 Macam-macam Romantis Romantisme bisa diwujudkan dalam kerinduan yang amat sangat, sanjungan- sanjungan, sikap yang sangat memprihatinkan (care), helaian mesra, ciuman dan bahkan ada yang sampai melakukan hubungan laksana suami istri. Selain itu macam bentuk yang bisa disebut romantisme adalah saat mengharapkan pasangan memberikan cindera mata, oleh-oleh usai berpergian, berbagai perhatian dan kasih sayang mengumbar bujuk rayu d 5ik49hoengan kalimat mendayu-dayu.22 21 Ust.Jefri Al-Buckhori, Sekuntum Mawar Untuk Remaja:Pesan Islam Untuk Pergaulan Remaja, Jakarta : Al-Mawardi, 2010, Hal 10 22 Abu Umar Basyir, Sutra Romantika : Yogyakarta, 2008, Hal 127 22 2.4 Semiotika Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin luas dan kuat dalam berbagai bidang. Semiotika mempunyai pengaruh pada bidang seni rupa, seni seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, desain komunikasi visual, antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies dan cultural studies. Secara etimologis, kata atau istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani: semeion yang berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. “Tanda” bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Karena pada dasarnya, analisis semiotika bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks23. Menurut Charles Sander Pierce, mendefinisikan semiotika sebagai “a relation ship among sign, an object, and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia 23 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal. 5 23 hanya dapat bernalar lewat tanda24, sedangkan menurut Ferdinand de Saussure, mendefinisikan semiotika merupakan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tak dipisahkan. Artinya, sebuah tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita (signifier), bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified) bidang petanda atau konsep atau makna25. Menurut Preminger mendefinisikan mengenai semiotika, “Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti”26. Semiotika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya makna dan produksi makna27. Menurut Umberto Eco, Ada dua jenis semiotika, diantaranya semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima, kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan, 24 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 16 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta; Jalasutra, 2008, hal. 13 26 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal.96 27 Ibid, hal 12 25 24 sedangkan semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi28. Analisis semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika.29 Semiotika meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Setiap tanda atau sinyal yang dapat diterima oleh seluruh panca indera kita, maka tanda-tanda tersebut pada akhirnya membentuk system kode yang secara sistematis menghasilkan suatu informasi / makna pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things)30. 28 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal. 6 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT LKIS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007 hal 156. 30 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 2006 hal.15 29 25 2.5 Semiotika Charles Sander Peirce Menurut Peirce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Peirce disebut teori segitiga makna atau triangle meaning,31 diantaranya : a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu sendiri. b. Objek (acuan tanda) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Interpretant (pengguna tanda) Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. 31 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta; Kencana, 2008, hal 265 26 Gambar 2.1 Teori segitiga Makna (Triangle of Meaning) Sign Interpretant Object Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimakna makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi32. Analisis ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya33. Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”34 . Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Tipologi tanda versi Charles Sander Peirce35, yaitu: 32 Ibid Ibid, hal 267 34 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 41 35 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, hal 14 33 27 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. 2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. 3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tabel 2.1 Jenis tanda dan cara kerjanya36 Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja Ikon persamaan atau kemiripan Gambar, foto Dilihat Indeks Keterkaitan asap----api Diperkirakan Simbol Kesepakatan social Kata-kata Dipelajari 36 Ibid